bab i pendahuluan 1.1 latar belakangrepository.unj.ac.id/10366/2/bab 1.pdf1 bab i pendahuluan 1.1...
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Berbelanja adalah aktivitas yang pernah dilakukan oleh setiap individu,
individu ketika berbelanja disebut sebagai konsumen, yaitu seseorang yang
melakukan beberapa aktivitas seperti pembelian, penggunaan barang, jasa, dan
mengevaluasinya (Schiffman & Kanuk, 2007). Salah satu tujuan dari berbelanja
adalah untuk memenuhi kebutuhan primer, sekunder, maupun tersier. Sebelum
melakukan kegiatan berbelanja, biasanya calon pembeli sudah memiliki daftar
barang-barang yang ingin dibeli, atau sudah mengetahui barang apa yang
hendak dibeli dan seperti apa material dari barang tersebut. Berbelanja tidak
hanya untuk membeli barang yang dibutuhkan atau untuk memenuhi kebutuhan
saja, tetapi berbelanja telah menjadi gaya hidup, kesenangan, dan pemenuhan
kebutuhan psikologis (Herabadi, Verplanken, & Knippenberg, 2009). Hal
tersebut terlihat pada masa kini dimana banyak orang berbelanja hanya untuk
memenuhi keinginan bukan untuk memenuhi kebutuhan seperti membeli
pakaian, alat komunikasi, dan barang-barang yang sedang trend pada masa ini.
Seiring dengan perkembangan teknologi komunikasi mengakibatkan
perubahan perilaku konsumen, dimana perilaku yang dulu berbelanja secara
konvensional dengan mendatangi langsung pusat perbelanjaan untuk mencari
produk yang diinginkan, kini berubah menjadi berbelanja secara virtual atau
hanya melalui perangkat elektronik (electronic device) yang terhubung dengan
media internet yang kemudian dikenal Electronic commerce (e-commerce).
Dengan menggunakan PC atau smartphone yang sudah tersambung dengan
jaringan internet, konsumen dapat dengan mudah mengakses daftar harga barang
dan spesifikasi produk yang diinginkan, tanpa terbatas waktu dan tempat.
E-commerce didefinisikan sebagai kegiatan ekonomi dimana penjual dan
pembeli melakukan perjanjian melalui media elektronik yang sudah terhubung
2
dengan internet, perjanjian atau kontrak bisa berupa kesepakatan harga dan
pengiriman barang atau jasa (Guay & Ettwein, 1998; Vladimir, 1996).
Fenomena kemunculan e-commerce dan perdagangan online lainnya,
memberikan kemudahan pada konsumen dalam melakukan aktivitas transaksi
jual beli barang atau jasa.
Hal ini didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh lembaga riset asal
Inggris, Merchant Machine. Merchant Machine, merilis daftar sepuluh negara
dengan pertumbuhan e-commerce tercepat di dunia, dan Indonesia memimpin
jajaran negara-negara tersebut dengan pertumbuhan 78% pada tahun 2018
(Widowati, 2019). Diketahui usia dewasa awal merupakan kelompok usia yang
mendominasi perilaku pembelian secara online. Menurut Henrietta (2012)
kelompok usia dewasa awal memiliki tingkat konsumsi yang cukup tinggi dan
senang melakukan sesuatu dengan kehendak sendiri tanpa banyak campur
tangan orang lain. Masa dewasa awal (young adulthood) berkisar antara usia 20
sampai dengan 40 tahun, dengan demikian mahasiswa merupakan bagian dari
kelompok dewasa awal (Papalia, Olds, & Feldman, 2009). Mahasiswa
merupakan target utama para pelaku bisnis e-commerce, karena sebagian besar
pengguna internet di Indonesia adalah kelompok mahasiswa. Penggunaan
internet sangat memungkinkan mahasiswa mendapatkan informasi mengenai
penawaran-penawaran, kemudahan, dan keuntungan dalam berbelanja dari
berbagai toko online. Jika membandingkan mahasiswa dengan kelompok usia
dewasa lain, mahasiswa tergolong pada kelompok usia dewasa awal yang
belum memiliki penghasilan sendiri. Namun mahasiswa cukup intens dalam
melakukan pembelian, pembelian yang sering dilakukan oleh mahasiswa bukan
pembelian pada barang-barang dengan harga yang tinggi. Mahasiswa sering
melakukan pembelian pada barang-barang yang memiliki harga terjangkau,
bentuk yang unik, menarik dan praktis. Pembelian tersebut dilakukan dengan
intensitas yang cukup sering tanpa mempertimbangkannya terlebih dahulu.
Kegiatan berbelanja semakin menjadi candu karena didukung dengan fasilitas
yang ditawarkan oleh e-commerce. Tidak hanya mempermudah dalam
3
mendapatkan barang yang dituju, e-commerce juga memiliki beberapa layanan
lain yang dapat memicu konsumen untuk berbelanja. Beberapa layanannya
yaitu gratis biaya pengiriman, pelayanan customer service online, penawaran
potongan harga, dan banyaknya pilihan sistem pembayaran, sehingga dapat
mendorong terjadinya pembelian impulsif khususnya dalam pembelian secara
online (Kacen & Lee, 2002). Keunggulan lain dari membeli secara online yaitu
menghemat waktu, calon customer dapat melakukan pembelian pada waktu
senggang. Mudah dan praktis, calon customer hanya tinggal membuka webstore
atau marketplace melalui smartphone /PC yang sudah terhubung dengan media
internet. Menghemat tenaga, calon customer tidak perlu keluar masuk beberapa
toko untuk mencari barang yang dituju atau hanya sekedar untuk
membandingkan harga. Menghemat biaya transportasi, calon customer hanya
perlu membayar biaya pengiriman atau menggunakan voucher gratis biaya
pengiriman yang biasa disediakan oleh toko online.
Peneliti melakukan wawancara dengan 10 mahasiswa yang berasal dari
Fakultas Pendidikan Psikologi, Fakultas Bahasa dan Seni, Fakultas Ilmu
Pendidikan dan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Jakarta untuk
mengetahui gambaran perilaku pembelian impulsif pada mahasiswa Universitas
Negeri Jakarta. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan, diketahui
terdapat kecenderungan perilaku pembelian impulsif. Responden mengatakan
bahwa biasa membeli barang-barang yang tidak direncanakan sebelumnya.
Alasan responden melakukan pembelian yang tidak direncanakan sebelumnya
karena tertarik dengan potongan harga yang ditawarkan dan merasa potongan
harga tersebut akan terjadi lagi dilain waktu. Kemudian barang-barang dengan
label limited edition, barang-barang yang dirasa unik, barang-barang yang
mudah dibawa, disimpan dan diguanakan serta barang dengan tawaran free gift.
Menurut Putra, dkk. (2017) calon customer akan cenderung lebih impulsif
ketika terdapat harga khusus dalam penjualan (diskon produk), kebutuhan
marginal rendah untuk item, masa kadaluarsa produk pendek, ukuran yang lebih
kecil, dan kemudahan penyimpanan barang itu sendiri juga memicu terjadinya
4
pembelian impulsif. Responden juga mengakui bahwa sering sekali merasakan
perasaan ingin memiliki suatu barang secepatnya dan terkadang mereka
menyesali ketika barang yang sudah dibeli tanpa dipertimbangkan atau
direncanakan sebelumnya tidak sesuai dengan harapannya atau bahkan tidak
bermanfaat. Menurut Verplanken dan Herabadi (2001) pembelian impulsif
terjadi disertai dengan adanya konflik pikiran dan dorongan emosional.
Dorongan emosional tersebut berkaitan dengan dorongan ingin segera membeli
barang agar merasakan perasaan lega dan puas dengan mengabaikan
konsekuensi negatifnya.
Menurut Cooley (dalam Mulyono, 2012) pembelian impulsif sudah terjadi
sejak tahun 1896. Wales menyatakan bahwa sembilan dari sepuluh orang
melakukan pembelian impulsif (Impulse Buying). Pembelian Impulsif
merupakan perilaku individu untuk membeli secara spontan, segera, reflektif,
atau kurang melibatkan pikiran atau pertimbangan melainkan karena hasrat
untuk membeli begitu kuat (Rook & Fisher, 1995). Pengambilan keputusan
dalam pembelian impulsif terjadi karena reaksi psikologis yang terpengaruh
oleh stimulus dan menimbulkan keinginan secara mendesak untuk mendapatkan
barang yang tidak direncanakan sebelumnya.
Selain memberikan kepuasan secara psikologis, pembelian impulsif juga
memiliki dampak negatif yaitu seperti masalah finansial, pemborosan, dan
penyesalan dan rasa kecewa setelah membeli barang yang tidak bermanfaat.
Hasil wawancara dengan beberapa responden dalam penelitiannya, Rook (1987)
memaparkan kerugian dari pembelian impulsif, yaitu responden yang
menyatakan mereka mengalami kerugian yang bersifat materi sebanyak 56%,
responden yang menyatakan bahwa mereka kurang suka atau kecewa dengan
produk yang sudah dibeli secara impulsif sebanyak 37%, responden yang
merasa menyesal melakukan pembelian impulsif sebanyak 20%, dan responden
mengaku dijauhi oleh kerabat karena memiliki perilaku pembelian impulsif
sebanyak 19% (Rook, 1987).
5
Perilaku pembelian impulsif seringkali terjadi hanya karena hal-hal kecil.
Misalnya, karena tergiur dengan promosi-promosi produk atau jasa yang
ditawarkan, baik dalam potongan harga yang diberikan (diskon) maupun dari
segi penampilan produk yang ditampilkan (Hadyan, Marianti, & Safitri, 2018).
Karbasivar dan Yarahmadi (2011) memaparkan bahwa perilaku pembelian
impulsif seseorang dipengaruhi oleh faktor internal (meliputi keadaan
emosional, faktor demografi, dan kepribadian) dan eksternal (meliputi
lingkungan di dalam toko, window display, dan kegiatan promosi seperti
potongan harga dan produk gratis) (Karbasivar & Yarahmadi, 2011). Selain
faktor-faktor diatas, karakteristik dari mahasiswa juga menjadi faktor yang dapat
mempengaruhi terjadinya pembelian impulsif, karena mahasiswa memiliki
karakteristik yang selalu ingin untuk mencoba hal-hal baru dan mencoba
barang-barang yang menurutnya unik.
Bersinggungan dengan hasil studi Karbasivar dan Yarahmadi (2011) yang
menyatakan kepribadian merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
seseorang dalam melakukan pembelian impulsif. Kepribadian merupakan salah
satu faktor dalam mengambil keputusan, dengan demikian kepribadian juga
berperan ketika seseorang memutuskan untuk melakukan pembelian tidak
terencana. Hal ini juga dipertegas oleh Verplanken dan Herabadi (2001) yang
menyatakan bahwa pembelian impulsif memiliki perilaku umum yang sangat
berakar pada faktor personal (kepribadian) seseorang (Verplanken & Herabadi,
2001). Salah satu pendekatan dari teori kepribadian yaitu Big Five Personality
yang dikembangkan oleh McCrae dan Costa bersama para ahli dan peneliti
kepribadian. Big Five Personality. Big Five Personality membagi kepribadian
menjadi lima trait, yaitu openness to experience, conscientiousness,
extraversion, agreeableness, dan neuroticism (Feist & Feist, 2008).
Kepribadian dapat diartikan sebagai karakteristik unik yang dimiliki oleh setiap
individu, hal ini memungkinkan adanya perbedaan perilaku pembelian impulsif
ketika sedang berbelanja. Hal tersebut juga erat kaitannya dengan perilaku
pengambilan keputusan yang relatif cepat untuk membeli suatu barang.
6
Terdapat beberapa penelitian yang meneliti bagaimana kepribadian big five
personality mempengaruhi perilaku pembelian impulsif. Pada penelitian yang
dilakukan oleh Hendrawan dan Nugroho (2018) dalam penelitiannya juga
menemukan bahwa trait kepribadian extraversion dan agreeableness menjadi
faktor yang mempengaruhi konsumen muda dalam melakukan pembelian
impulsif. Sedangkan kepribadian openness to experience, conscientiousness,
neuroticism tidak memiliki pengaruh terhadap perilaku pembelian impulsif.
kemudian Farid dan Ali (2018) yang menunjukkan bahwa openness,
extraversion, dan neuroticism memiliki pengaruh positif sedangkan
agreeableness dan conscientiousness tidak memiliki pengaruh signifikan dalam
perilaku pembelian impulsif.
Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik untuk meneliti pengaruh
tipe kepribadian big five terhadap pembelian impulsif mahasiswa Universitas
Negeri Jakarta yang berbelanja secara online. Penulis ingin mengetahui
keterkaitan masing-masing trait big five terhadap pembelian impulsif agar dapat
dapat lebih mengetahui trait big five yang paling kuat berpengaruh dengan
pembelian impulsif.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, dapat diuraikan beberapa rumusan
masalah yaitu :
1.2.1 Bagaimana gambaran perilaku pembelian impulsif pada mahasiswa
Universitas Negeri Jakarta yang berbelanja secara online?
1.2.2 Apakah terdapat pengaruh tipe kepribadian big five terhadap perilaku
pembelian impulsif pada mahasiswa Universitas Negeri Jakarta yang
berbelanja secara online?
1.3 Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah tersebut, maka pembatasan masalah yang
dikaji pada penelitian ini yaitu hanya sebatas mengkaji bagaimana pengaruh tipe
7
kepribadian big five terhadap perilaku pembelian impulsif pada mahasiswa
Universitas Negeri Jakarta yang berbelanja secara online.
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan penjelasan diatas, peneliti mengajukan rumusan masalah yaitu,
apakah terdapat pengaruh tipe kepribadian big five terhadap perilaku pembelian
impulsif pada mahasiswa Universitas Negeri Jakarta yang berbelanja secara
online.
1.5 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini ingin mengetahui apakah tipe kepribadian big five
berpengaruh dengan pembelian impulsif pada mahasiswa di Universitas Negeri
Jakarta Jakarta yang berbelanja secara online.
1.6 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut.
1.6.1 Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu sumber informasi
bagi peneliti lain yang ingin meneliti di bidang psikologi yang berkaitan
dengan variabel tipe kepribadian big five dan pembelian impulsif.
1.6.2 Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberi wawasan kepada mahasiswa
bagaimana tipe kepribadian big five mempengaruhi perilaku seorang
dalam melakukan pembelian impulsif. Serta dapat memberikan
pemahaman kepada pihak-pihak terkait seperti perusahaan perdagangan,
bagaimana peran tipe kepribadian big five terhadap perilaku pembelian
impulsif pada seseorang, khususnya mahasiswa.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pembelian Impulsif
2.1.1 Definisi Pembelian Impulsif
Pembelian impulsif adalah pembelian yang tidak direncanakan, tidak
rasional, dihubungkan dengan pembelian yang cepat dan diikuti oleh
adanya konflik pikiran dan adanya dorongan emosional (Verplanken &
Herabadi, 2001). Dorongan emosional tersebut berkaitan dengan adanya
perasaan yang ditunjukkan dengan melakukan pembelian karena adanya
dorongan untuk membeli suatu produk dengan segera, mengabaikan
konsekuensi negatif, merasakan kepuasan dan mengalami konflik di dalam
pemikiran (Verplanken & Herabadi, 2001).
Menurut Semuel (2015) pembelian impulsif merupakan kegiatan
menghabiskan uang yang tidak terkontrol, kebanyakan pada barang-barang
yang tidak diperlukan. Barang-barang yang dibeli secara tidak terencana
biasanya barang-barang yang diinginkan namun tidak begitu diperlukan.
Biasanya konsumen membeli barang-barang tersebut karena tergiur dengan
harga murah, merek yang jarang ditemukan, atau tampilan barang yang
unik.
Definisi lain menjelaskan pembelian impulsif yaitu perilaku cenderung
cepat bertindak terhadap rangsangan (Cunha & Silva, 2015). Perilaku
cenderung cepat bertindak ini tidak selalu dikaitkan dengan kebutuhan dari
fungsi suatu produk, namun dikaitkan juga ada aspek kebahagiaan dan
aspek simbolik seperti nilai hedonis yang didapatkan dari pengalaman
ketika membeli atau menggunakan suatu produk. Bayley dan Nancarrow
(1998) juga berpendapat bahwa pembelian impulsif merupakan perilaku
tiba-tiba, menarik, perilaku pembelian hedonis yang kompleks dimana
8
kecepatan dari proses keputusan pembelian impulsif menghalangi
pertimbangan serta kebijaksanaan dan disengaja.
Sedangkan menurut Thompson dkk. (dalam Semuel, 2007)
mengemukakan bahwa pelaku pembelian impulsif hanya akan merasakan
pengalaman emosional lebih daripada rasional, sehingga tidak dilihat
sebagai suatu sugesti, dengan demikian pembelian impulsif lebih dilihat
sebagai keputusan yang rasional dibandingkan irasional. Pelaku pembelian
impulsif tinggi cenderung tidak melibatkan pemikiran mereka, secara
emosional tertarik pada objek dan menginginkan kepuasan segera (Kacen
& Lee, 2000).
Seorang yang memiliki perilaku pembelian impulsif akan kesulitan
untuk mengendalikan perasaan ingin segera membelinya, mereka mudah
jatuh hati pada barang-barang yang mereka anggap unik dan berlabel
limited edition. Hal tersebut menyebabkan seseorang akan langsung
membeli barang tersebut tanpa melakukan pertimbangan yang matang.
Berdasarkan beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa
pembelian impulsif merupakan perilaku individu untuk membeli barang
secara segera, tiba-tiba, serta disertai konflik pikiran dan dorongan
emosional. Individu yang melakukan pembelian impulsif tidak memiliki
pertimbangan yang matang sehingga kurang memikirkan konsekuensi
negatif yang dapat ditimbulkan setelah membeli barang.
2.1.2 Aspek-Aspek Pembelian Impulsif
pembelian impulsif terbagi menjadi dua aspek (Verplanken &
Herabadi, 2001), yaitu :
1. Kognitif
Aspek kognitif berfokus pada kondisi kognitif seseorang, dimana
individu tidak melakukan pertimbangan dan perencanaan sebelum
melakukan pembelian. Individu tidak melakukan evaluasi sebelumnya,
apakah barang tersebut memang dibutuhkan atau hanya diinginkan.
9
2. Afektif
Aspek afektif berfokus pada kondisi emosional konsumen yaitu
individu hanya memikirkan dorongan untuk memenuhi kepuasan,
seperti desakan untuk segera membeli dan kebahagiaan yang didapat
setelah membeli sebuah produk. Konsumen kemudian akan merasa
bersalah setelah melakukan pembelian.
Berdasarkan penjelasan diatas, diketahui pembelian impulsif memiliki
dua aspek yaitu aspek kognitif yang berkaitan mengenai pertimbangan,
perencanaan dan evaluasi individu dan aspek afektif yang berkaitan dengan
dorongan memenuhi kepuasan serta penyesalan setelah melakukan
pembelian.
2.1.3 Faktor yang Mempengaruhi Pembelian Impulsif
Faktor‐faktor yang mempengaruhi pembelian impulsif (Loudon &
Bitta, 1993), yaitu :
1. Produk dengan karakteristik harga murah, kebutuhan kecil atau
marginal, produk jangka pendek, ukuran kecil, dan toko yang mudah
dijangkau.
2. Pemasaran dan marketing yang meliputi distribusi dalam jumlah
banyak outlet yang self service, iklan melalui media massa yang sangat
sugestibel dan terus menerus, iklan di titik penjualan, posisi display
dan lokasi toko yang menonjol.
3. Karakteristik konsumen seperti kepribadian, jenis kelamin, sosial
demografi atau karakteristik sosial ekonomi.
Berdasarkan penjelasan diatas, faktor yang dapat mempengaruhi
pembelian impulsif yaitu jenis produk dan harga, marketing, dan
karakteristik konsumen.
10
2.1.4 Karakteristik Pembelian Impulsif
Menurut Rook (Engel, Blackwell, & Miniard, 1995) pembelian
impulsif memiliki beberapa karakteristik, yaitu :
1. Spontanitas
Pembelian ini menimbulkan motivasi konsumen untuk membeli pada
saat itu juga, hal ini terjadi sebagai reaksi terhadap tampilan produk
sehingga memicu konsumen untuk melakukan pembelian pada saat itu
juga.
2. Kekuatan, Kompulsi, dan Intensitas
Adanya motivasi untuk tidak memikirkan yang lain dan bertindak
sesegera mungkin.
3. Kegairahan dan Stimulasi
Dorongan tiba-tiba untuk membeli sering melibatkan emosi
4. Ketidakpedulian akan akibat
Dorongan untuk membeli sulit untuk dilawan sehingga mengabaikan
dampak buruk yang akan ditimbulkan.
Berdasarkan penjelasan diatas karakteristik dari pembelian impulsif
meliputi spontanitas yang muncul memberikan motivasi konsumen untuk
membeli ketika melihat tampilan suatu produk. kekuatan, kompulsi dan
intensitas dimana terdapat dorongan untuk segera bertindak atau membeli
barang tersebut. Kegairahan dan stimulasi merasakan dorongan untuk
segera bertindak disertai dengan emosi. Dan ketidakpedulian akibat dimana
calon pembeli mengabaikan akibat negatif yang akan terjadi setelah
membeli barang.
2.1.5 Tipe-Tipe Pembelian Impulsif
Terdapat empat tipe pembelian impulsif (Loudon & Bitta, 1993)
meliputi :
1. Pure Impulse (pembelian impulsif murni)
11
Pada pembelian impulsif murni seorang individu merasakan dorongan
sangat kuat untuk melakukan pembelian terhadap produk yang baru,
mencari varian produk yang baru, atau melakukan pembelian terhadap
produk di luar rutinitas pembeliannya yaitu seseorang menghentikan
pola pembelian normal yang biasa dilakukan.
2. Suggestion Impulse (pembelian impulsif yang timbul karena sugesti)
Dorongan untuk membeli yang dialami oleh seorang individu
didasarkan karena adanya stimulus pada toko (tempat penjualan) dan
didukung pula dengan pemberian saran serta masukan baik dari
penjualan, sales promotion, pramuniaga, maun teman-temannya.
3. Reminder Impulse (pembelian impulsif karena pengalaman masa
lampau)
Pada pembelian ini seseorang merasakan adanya dorongan untuk
segera membeli yang muncul pada saat melihat barang yang dipajang
pada window display atau secara tiba-tiba mengingat iklan atau
informasi tentang suatu produk.
4. Planned Impulse (pembelian impulsif yang direncanakan)
Pembelian impulsif yang berlangsung karena adanya kondisi penjualan
tertentu yang ditawarkan kepada konsumen seperti harga khusus,
kupon, diskon, dan lain sebagainya.
Berdasarkan penjelasan diatas, pembelian impulsif memiliki empat
tipe yaitu pure impulse dimana individu merasa ingin membeli produk-
produk terbaru atau produk yang tidak pernah dimiliki. Suggestion impulse
dimana dorongan ingin membeli karena adanya stimulasi dari toko dan
pemberian saran oleh sales. Reminder impulse dimana dorongan ingin
membeli karena teringat suatu iklan produk tertentu atau melihat window
display toko. Selanjutnya planned impulse dimana dorongan ingin membeli
karena tertarik dengan penawaran khusus yang diberikan.
Berdasarkan paparan materi diatas, pembelian impulsif merupakan
perilaku individu untuk membeli barang secara tiba-tiba, tidak
12
direncanakan sehingga kurang memikirkan konsekuensi negatif yang dapat
ditimbulkan setelah membeli barang. Pembelian impulsif memiliki dua
aspek yaitu aspek kognitif dan aspek afektif. Terdapat tiga faktor yang
dapat mempengaruhi pembelian impulsif yaitu jenis produk dan harga,
marketing, dan karakteristik konsumen. Pembelian impulsif juga memiliki
karakteristik meliputi spontanitas, kekuatan, kompulsi dan intensitas,
kegairahan dan stimulasi. Kemudian terdapat empat tipe yaitu pure
impulse, suggestion impulse , reminder impulse, dan planned impulse.
2.2 Kepribadian
2.2.1 Definisi Kepribadian
Kepribadian (personality) adalah suatu emosi, perilaku, serta
karakteristik yang menetap dan berbeda yang dapat menjelaskan
bagaimana cara individu beradaptasi dengan lingkungan (King, 2010).
Feist dan Feist (2008) mendefinisikan kepribadian yaitu karakteristik yang
unik dan relatif bertahan lama yang memberikan individualitas atau
perbedaan terhadap perilaku seseorang (Feist & Feist, 2008).
Kepribadian adalah sebagai organisasi tidak tetap dalam sistem
psikologis individu yang menentukan caranya untuk menyesuaikan diri
secara unik terhadap lingkungannya (Robbins & Judge, 2007). Terdapat
beberapa pendekatan dalam memahami kepribadian, salah satunya adalah
pendekatan trait. Pendekatan trait menyatakan bahwa kepribadian terdiri
atas sifat-sifat (trait) yang luas dan menetap kemudian cenderung
mengarah pada berbagai reaksi karakteristik. Dalam mendefinisikan
kepribadian, Allport (King, 2010) menekankan keunikan tiap-tiap orang
kapasitas mereka untuk beradaptasi dengan lingkungan. Bagi Allport, unit
yang harus kita gunakan untuk memahami kepribadian adalah trait.
Pervin, Cervone, dan John (2005), mendefinisikan trait kepribadian
sebagai pola yang konsisten pada cara individu berperilaku, merasa, dan
berpikir, dengan tujuan untuk menyimpulkan, memprediksi, dan
13
menjelaskan perilaku dan sikap seseorang. Kepribadian menurut Larsen &
Buss (2002) adalah sekumpulan trait psikologis di dalam diri individu yang
bersifat relatif menetap serta dapat mempengaruhi bagaimana individu
berinteraksi dan beradaptasi di dalam lingkungan (Larsen & Buss, 2002).
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kepribadian merupakan
pola tingkah laku, trait atau karakteristik unik, dan konsisten yang dimiliki
setiap individu sebagai suatu tanda individualitas dan cara menyesuaikan
diri terhadap lingkungannya.
2.2.2 Big Five Personality
Big Five Personality merupakan salah satu teori kepribadian yang
berkembang di abad ke-20an. Teori ini memiliki lima faktor kepribadian
yang masing-masing faktornya memiliki enam facet. Dengan demikian, Big
Five Personality memiliki 30 unsur kepribadian yang mendasari
kepribadian setiap orang. Teori ini dibentuk menggunakan analisis faktor.
Teori Big Five Personality merupakan hasil kesepakatan para ahli. Para
pakar psikologi kepribadian meyakini bahwa Big Five Personality sudah
dapat menggambarkan berbagai trait utama kepribadian setiap individu.
McCrae dan Allik (dalam Feist & Feist, 2017) mengatakan bahwa lima
trait dari Big Five Personality juga telah banyak ditemukan di antara
beragam budaya dan Bahasa. Selain itu, kelima trait tersebut terlihat
bertahan seiring dengan pertambahan usia, disamping tidak ada penyakit
yang dapat merusak seperti Alzheimer (Costa & McCrae dalam Feist &
Feist, 2017).
McCrae dan Costa setuju dengan Eysenck (dalam Feist & Feist, 2017)
bahwa sifat dari kepribadian adalah bipolar dan mengikuti distribusi
lonceng. Artinya, kebanyakan orang akan memiliki skor yang berada dekat
dengan titik tengah dari setiap sifat, dan hanya sedikit orang yang memiliki
skor pada titik ekstrim atau dapat dikatakan individu cenderung memiliki
salah satu trait yang dominan.
14
Berdasarkan penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa tipe
kepribadian big five adalah suatu teori dalam menjelaskan kepribadian
individu yang disusun dalam lima trait kepribadian yang terbentuk dengan
menggunakan analisis faktor. Lima trait kepribadian itu adalah openness to
experience, conscientiousness, extraversion, agreeableness dan
neuroticism.
2.2.3 Trait Big Five Personality
Goldberg bersama beberapa pakar ahli kepribadian (dalam Rapika &
Sari, 2017) mengemukakan yaitu 5 trait dari big five personality sebagai
berikut :
1. Openness to Experience
Trait Kepribadian Opennes to Experience ini mengelompokan individu
berdasarkan ketertarikannya terhadap hal-hal baru dan keinginan untuk
mengetahui serta mempelajari sesuatu yang baru. Karakteristik positif
pada Individu yang memiliki trait ini cenderung lebih Imagination
(imajinasi), Artistic Interest (minat artistik), Emotionality (emosional),
Intellect (kecerdasan), Adventurousness (petualang), dan Liberalism
(liberalis).Sifat kebalikan dari Openness to Experience ini adalah
individu yang cenderung konvensional dan nyaman terhadap hal-hal
yang telah ada,
2. Conscientiousness
Individu yang memiliki trait kepribadian Conscientiousness ini
cenderung lebih berhati-hati dalam melakukan suatu tindakan ataupun
penuh pertimbangan dalam mengambil sebuah keputusan, mereka juga
memiliki disiplin diri yang tinggi dan dapat dipercaya. Karakteristik
positif pada trait adalah Self-discipline (disiplin diri), Dutifulness
(patuh), Self Efficacy (efikasi diri), Orderliness (teratur), Cautiousness
(kehati-hatian) dan Achievement Striving (pecanpaian pretasi). Sifat
15
kebalikan dari Conscientiousness adalah individu yang cendurung
kurang bertanggung jawab, terburu-buru, tidak teratur dan kurang dapat
diandalkan dalam melakukan suatu pekerjaan.
3. Extraversion
Trait kepribadian Extraversion ini berkaitan dengan tingkat kenyamanan
seseorang dalam berinteraksi dengan orang lain. Karakteristik positif
individu Extraversion adalah Gregariousness (suka berkumpul), Activity
Level (aktivitas yang tinggi), Assertiveness (asertif), Excitement seeking
(mencari kesenangan), Cheerfulness (ceria), Friendliness (ramah).
Sebaliknya, individu yang Introversion (kebalikan dari Extraversion)
adalah mereka yang pemalu, suka menyendiri, penakut dan pendiam.
4. Agreeableness
Individu yang memiliki trait Agreeableness ini cenderung lebih patuh
dengan individu lainnya dan memiliki kepribadian yang ingin
menghindari konflik. Karakteristik positifnya adalah Morality
(moralitas), Trust (kepercayaan), Altruism (pengorbanan), Modesty
(kesopanan), Sympathy (simpati), Cooperation (kerjasama).
Karakteristik sebaliknya adalah mereka yang tidak mudah bersepakat
dengan individu lain karena suka menentang, bersifat dingin dan tidak
ramah.
5. Neuroticism
Neuroticism adalah trait kepribadian yang menilai kemampuan
seseorang dalam menahan tekanan atau stress. Karakteristik positif dari
Neuroticism disebut dengan Emotional Stability (Stabilitas Emosional),
Individu dengan Emosional yang stabil cenderung tenang saat
menghadapi masalah, percaya diri, memiliki pendirian yang teguh.
Sedangkan karakteristik kepribadian Neuroticism (karakteristik negatif)
adalah mudah gugup, depresi, tidak percaya diri dan mudah berubah
pikiran.
16
Tabel 2.1 Costa and McCrae’s Five-Factor Model of Personality
Trait of Personality Skor Tinggi Skor Rendah
Openness to
experience
Imajinasi yang tinggi,
memiliki kreatifitas
yang tinggi, inovasi,
lebih menyukai
variasi, rasa ingin
tahu tinggi, memiliki
perasaan bebas.
Realistis, tidak kreatif,
konvensional, lebih
menyukai hal yang
biasa dilakukan,
konservatif.
Conscientiousness Memiliki sifat teliti,
pekerja keras, tertata
dengan baik, tepat
waktu, ambisius,
tekun.
Tidak hati-hati,
cenderung malas, tidak
tertata, tidak tepat
waktu, tidak memiliki
tujuan, keluar.
Extraversion Penyayang, mudah
berteman, banyak
bicara, menyukai
kesenangan.
Pemalu, suka
kesendirian, pendiam,
sadar, tidak banyak
bicara, tidak
berperasaan.
Agreeableness Memiliki hati yang
lembut, mudah
dipercaya oleh orang
lain, suka memberi,
menghargai sesama,
bersahabat.
Kejam, curiga, pelit,
antagonis, kritis,
mudah tersinggung.
Neuroticism Cenderung memiliki
kecemasan tinggi,
Tenang, terkadang
tempramen, bangga
17
memiliki emosi
tinggi, mengasihani
diri sendiri, sadar diri,
rapuh.
dengan dirinya sendiri,
nyaman.
Sumber : Feist dan Feist (2017)
Berdasarkan paparan materi diatas dapat diketahui bahwa kepribadian
merupakan pola tingkah laku, trait atau karakteristik unik, dan konsisten
yang dimiliki setiap individu sebagai suatu tanda individualitas dan cara
menyesuaikan diri terhadap lingkungannya. Salah satu pendekatan yang
menjelaskan kepribadian individu adalah tipe kepribadian big five. Dalam
konsepnya, tipe kepribadian big five menyusun kepribadian individu dalam
lima trait kepribadian yang dibentuk dengan menggunakan analisis faktor.
Lima trait kepribadian itu adalah openness to experience,
conscientiousness, extraversion, agreeableness dan neuroticism.
2.3 Mahasiswa
2.3.1 Definisi Mahasiswa
Menurut Undang-Undang No. 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan
Tinggi, Mahasiswa adalah peserta didik pada jenjang Pendidikan Tinggi.
Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), mahasiswa
didefinisikan sebagai orang yang menempuh pendidikan di Perguruan
Tinggi (Kamus Besar Bahasa Indonesia Online, kbbi.web.id).
Menurut Siswoyo (2007) mahasiswa dapat didefinisikan sebagai
individu yang sedang menempuh pendidikan di perguruan tinggi, baik
perguruan tinggi negeri maupun swasta. Mahasiswa sendiri dinilai
memiliki tingkat kecerdasan yang tinggi, serta kemampuan berpikir kritis
dan bertindak dengan cepat dan tepat.
18
Hartaji (2012) menyatakan bahwa mahasiswa adalah individu yang
sedang menimba ilmu dan terdaftar pada salah satu bentuk perguruan
tinggi. Susantoro (dalam Rahmawati, 2006) berpendapat bahwa mahasiswa
adalah kalangan muda yang berumur 19-28 tahun yang memang dalam usia
tersebut mengalami suatu peralihan dari tahap remaja ke tahap dewasa.
Selain itu, mahasiswa juga kental dengan nuansa kedinamisan dan sikap
keilmuannya yang dalam melihat sesuatu berdasarkan objektif, sistematis
dan rasional.
Berdasarkan beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa
mahasiswa adalah individu dengan rentang usia 19-28 tahun yang sudah
terdaftar dan sedang menuntut ilmu di tingkat perguruan tinggi. Mahasiswa
juga dicirikan memiliki sifat kritis, dinamis, sistematis, objektif, rasional
dan bertindak secara cepat.
2.4 Hubungan Pembelian Impulsif dengan Tipe Kepribadian
Pembelian impulsif adalah pembelian yang tidak direncanakan, tidak
rasional, dengan pembelian yang cepat dan diikuti oleh adanya konflik pikiran
dan adanya dorongan emosional (Verplanken & Herabadi, 2001). Dorongan
emosional tersebut berkaitan dengan adanya perasaan yang ditunjukkan
dengan melakukan pembelian karena adanya dorongan untuk membeli suatu
produk dengan segera, mengabaikan konsekuensi negatif, merasakan
kepuasan dan mengalami konflik di dalam pemikiran (Rook dalam
Verplanken, 2001).
Aspek pembelian impulsif yang terjadi pada individu terbagi menjadi
dua, yakni kognitif dan afektif (Verplanken & Herabadi dalam Pudyastari,
2019). Aspek kognitif mengacu pada individu yang melakukan pembelian
tanpa pertimbangan yang matang dan perencanaan sebelumnya. Selanjutnya,
aspek afektif mengacu pada perasaan individu setelah melakukan pembelian
impulsif, seperti merasa puas secara psikologis dan bahagia. Namun, untuk
beberapa waktu perilaku impulsif ini terjadi secara berulang, sehingga
19
menimbulkan penyesalan karena telah membelanjakan uangnya untuk
memenuhi keinginan yang bersifat sementara.
Pembelian impulsif juga dipengaruhi oleh beberapa faktor yakni faktor
eksternal yang meliputi lingkungan di dalam toko, window display, kegiatan
promosi (seperti potongan harga dan produk gratis) dan faktor internal yang
meliputi keadaan emosional, faktor demografi, dan kepribadian (Karbasivar
dan Yarahmadi, 2011).
Kepribadian adalah sekumpulan trait psikologis di dalam individu
relatif menetap dan dapat mempengaruhi interaksi dan adaptasi individu di
dalam lingkungan (Larsen & Buss, 2002). Kepribadian menekankan keunikan
tiap-tiap orang pada kapasitas mereka untuk beradaptasi dengan lingkungan.
Unit yang harus digunakan untuk memahami kepribadian adalah trait (Allport
dalam King, 2010). Trait merupakan salah satu pendekatan dalam memahami
kepribadian, salah satu teori pendekatan trait adalah Big Five Personality.
Big Five Personality merupakan salah satu teori kepribadian yang
memiliki lima faktor kepribadian. Masing-masing faktor kepribadian tersebut
memiliki enam facet. Dengan demikian, Big Five Personality memiliki 30
unsur kepribadian yang mendasari kepribadian setiap orang. Menurut para
pakar kepribadian teori Big Five Personality ini sudah dapat menggambarkan
berbagai trait utama kepribadian setiap individu. Dimana individu cenderung
memiliki salah satu trait yang dominan.
Kepribadian merupakan salah satu faktor yang mendasari seseorang
dalam mengambil keputusan, dengan demikian kepribadian juga berperan
ketika seseorang memutuskan untuk melakukan pembelian impulsif.
20
2.5 Kerangka Pemikiran
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
Saat ini fenomena online shopping atau yang sekarang dikenal sebagai
e-commerce merupakan metode berbelanja yang sangat banyak diminati oleh
masyarakat khususnya mahasiswa. Hanya dengan smartphone atau PC yang
sudah terhubung dengan internet, konsumen sudah dapat mengakses berbagai
toko online yang dituju. Kemudahan dalam melihat pilihan produk,
membandingkan harga produk, hingga melakukan pembayaran membuat
konsumen dengan mudah mendapatkan barang yang diinginkan.
Selain kemudahan yang sudah disebutkan diatas, e-commerce juga
banyak menawarkan promosi-promosi yang menggiurkan seperti adalah
voucher potongan harga, gratis biaya pengiriman, hingga penawaran buy 1 get
1. Hal ini sangat sangat berpotensi memunculkan perasaan ingin membeli,
sehingga dapat melakukan pembelian yang tidak direncanakan sebelumnya.
Mahasiswa merupakan kelompok yang rentan dalam melakukan pembelian
impulsif, karena kelompok mahasiswa sangat erat kaitannya dengan
penggunaan internet, sehingga mahasiswa dengan mudah mendapatkan
informasi terkait iklan dan promosi produk.
Salah satu faktor yang mendasari dalam membuat keputusan adalah
kepribadian. Dengan demikian, kepribadian memiliki peran penting ketika
konsumen melakukan pembelian impulsif. Terdapat beberapa pendekatan
dalam memahami kepribadian, salah satunya adalah pendekatan trait. Trait
21
adalah karakteristik kepribadian menetap yang cenderung mengarah pada
perilaku-perilaku tertentu (King, 2010).
Landasan teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah Big Five
Personality yang memiliki lima trait kepribadian yaitu openness to
experience, conscientiousness, extraversion, agreeableness, dan neuroticism.
Mahasiswa yang memiliki skor tinggi pada trait kepribadian openness to
experience, dicirikan dengan seorang yang keterbukaan pikiran, kreatif dan
fleksibel. Individu yang memiliki skor tinggi pada trait ini diduga akan
memiliki kecenderungan pembelian impulsif yang tinggi, hal ini dikarenakan
mereka memiliki pemikiran yang terbuka dan berani mencoba sesuatu yang
baru. Sehingga mereka dapat saja melakukan pembelian impulsif ketika
menemukan produk yang menurutnya unik.
Mahasiswa yang memiliki skor tinggi pada trait kepribadian
conscientiousness, dicirikan dengan seorang yang teratur, disiplin dan
terencana. Individu yang memiliki skor tinggi pada trait ini diduga akan
memiliki kecenderungan pembelian impulsif yang rendah, hal ini dikarenakan
mereka memiliki sifat yang terencana dan terorganisir. Sehingga mereka
hanya akan membeli barang yang sudah direncanakan sebelumnya dan tidak
akan membeli barang tanpa tujuan. Mahasiswa yang memiliki skor tinggi
pada trait kepribadian extraversion, dicirikan dengan seorang yang mudah
bergaul, aktif dan riang. Individu yang memiliki skor tinggi pada trait ini
diduga akan memiliki kecenderungan pembelian impulsif yang tinggi, hal ini
dikarenakan mereka memiliki sifat yang menyukai kesenangan dan antusias.
Sehingga mereka akan membeli barang secara impulsif dikarenakan faktor
pengendalian diri yang kurang.
Mahasiswa yang memiliki skor tinggi pada trait kepribadian
agreeableness, dicirikan dengan seorang yang dermawan, baik hati, dan
bersahabat. Individu yang memiliki skor tinggi pada trait ini diduga akan
memiliki kecenderungan pembelian impulsif yang rendah, hal ini dikarenakan
mereka memiliki sifat yang sederhana, sehingga berkemungkinan akan
22
melakukan pertimbangan dengan matang sebelum melakukan atau membeli
sesuatu. Mahasiswa yang memiliki skor tinggi pada trait kepribadian
neuroticism dicirikan dengan seorang yang cenderung merasa cemas,
emosional, dan memiliki perasaan yang sensitif. Individu yang memiliki skor
tinggi pada trait ini diduga akan memiliki kecenderungan pembelian impulsif
yang tinggi, hal ini dikarenakan mereka memiliki tekanan emosional dan
kecemasan berlebih yang berpotensi pada perilaku impulsif. Sehingga mereka
berkemungkinan melakukan pembelian impulsif untuk menyalurkan
kecemasannya.
2.6 Hipotesis
Berdasarkan tinjauan pustaka di atas, penulis mengajukan hipotesis
sebagai berikut:
1. Terdapat pengaruh dari trait kepribadian Openness To Experience
terhadap pembelian impulsif pada mahasiswa Universitas Negeri Jakarta
yang berbelanja secara online
2. Terdapat pengaruh dari trait kepribadian Conscientiousness terhadap
pembelian impulsif pada mahasiswa Universitas Negeri Jakarta yang
berbelanja secara online.
3. Terdapat pengaruh dari trait kepribadian Extraversion terhadap
pembelian impulsif pada mahasiswa Universitas Negeri Jakarta yang
berbelanja secara online.
4. Terdapat pengaruh dari trait kepribadian Agreeableness terhadap
pembelian impulsif pada mahasiswa Universitas Negeri Jakarta yang
berbelanja secara online.
5. Terdapat pengaruh dari trait kepribadian Neuroticism terhadap pembelian
impulsif pada mahasiswa Universitas Negeri Jakarta yang berbelanja
secara online
23
2.7 Hasil Penelitian yang Relevan
Beberapa penelitian yang berkaitan dengan penelitian ini telah
dilakukan, di antaranya adalah sebagai berikut.
Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu yang Relevan
Penelitian Nama dan Tahun Judul Hasil penelitian
Kajian 1 Ratnawat R. G. &
Borgave S. A.
(2019)
“Impact of Big
Five Personality
on Impulsive
Buying Behavior”
Trait agreeableness dan
neuroticism berkorelasi
signifikan terhadap
perilaku pembelian
impulsif, dan
conscientiousness,
extraversion, openness to
experience tidak memiliki
korelasi terhadap perilaku
pembelian impulsif.
Kajian 2 Farid, D. S., & Ali,
M. (2018)
“Effects Of
Personality On
Impulsive Buying
Behavior:
Evidence From A
Developing
Country”
Trait kepribadian openness
to experience,
extraversion, neuroticism
memiliki korelasi positif
dengan perilaku pembelian
impulsif, dan trait
kepribadian
conscientiousness dan
agreeableness memiliki
korelasi negatif dengan
perilaku pembelian
impulsif.
24
Kajian 3 Turkyilmaz, C. A.,
Erdem, S., & Uslu,
A. (2015)
“The Effects Of
Personality Traits
And Website
Quality On
Online Impulse
Buying”
Trait kepribadian
extraversion, openness to
change and agreeableness
memiliki korelasi positif
terhadap perilaku
pembelian impulsif, dan
trait kepribadian
conscientiousness and
neuroticism memiliki
korelasi negatif terhadap
perilaku pembelian
impulsif.
Kajian 4 Hendrawan, D., &
Nugroho, D. A.
(2018)
“Influence Of
Personality On
Impulsive Buying
Behaviour Among
Indonesian Young
Consumers”
Trait kepribadian
extraversion dan
agreeableness menjadi
faktor yang mempengaruhi
konsumen muda dalam
melakukan pembelian
impulsif. Sedangkan trait
kepribadian openness to
experience,
conscientiousness,
neuroticism tidak memiliki
pengaruh terhadap
perilaku pembelian
impulsif.
25
Perbedaan penelitian yang dilakukan penulis dengan penelitian-
penelitian lain yang sudah ada yaitu, penelitian ini dilakukan dimana
fenomena pembelian secara online sedang marak, banyak pelaku ekonomi
yang menggunakan media internet untuk menawarkan produk-produk yang
dijual dengan penawaran dan promosi yang menggiurkan. Pada masa ini,
semua orang dapat dengan mudah mengakses internet sehingga sangat
memungkinkan untuk melihat promosi atau penawaran-penawaran yang
dirasa menarik.
25
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Tipe Penelitian
Penelitian diartikan sebagai suatu proses pengumpulan dan analisis
data yang dilakukan secara sistematis dan logis untuk mencapai, tujuan-tujuan
tertentu. Pengumpulan dan analisis data yang dimaksud adalah dengan
menggunakan metode-metode ilmiah, baik yang bersifat kuantitatif maupun
kualitatif, eksperimental atau non eksperimental, interaktif atau non interaktif,
tergantung tujuan penelitian dan hasil yang ingin diketahui (Suyitno, 2018).
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Siyoto & Sodik
(2015) menekankan penelitian kuantitatif pada fenomena-fenomena objektif
dan dikaji secara kuantitatif. Maksimalisasi objektivitas desain penelitian
kuantitatif menurut Sukmadinata (dalam Siyoto & Sodik, 2015) dilakukan
dengan menggunakan angka-angka, pengolahan statistik, struktur dan
percobaan terkontrol. Metode penelitian yang tergolong ke dalam penelitian
kuantitatif bersifat non eksperimental adalah deskriptif, survey, ex post facto,
komparatif, korelasional.
Teknik pengambilan data dalam penelitian ini menggunakan metode
survey dengan menyebarkan kuesioner. Kuesioner merupakan lembaran yang
berisi beberapa pertanyaan atau pernyataan dengan struktur yang baku. Dalam
pelaksanaan survey, kondisi penelitian tidak dimanipulasi oleh peneliti
(Priyono, 2016).
3.2 Identifikasi dan Operasionalisasi Variabel Penelitian
3.2.1 Identifikasi Variabel Penelitian
Menurut Sugiyono (dalam Siyoto & Sodik, 2015) variabel adalah
suatu hal yang ditetapkan oleh peneliti untuk diteliti sehingga dapat
26
memperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian dibuat
kesimpulannya. Dalam penelitian ini menggunakan dua variabel, yaitu:
3.2.1.1 Variabel Bebas (Independen)
Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi variabel
terikat baik secara positif maupun negatif. Variabel bebas merupakan
variabel menjadi penyebab dari timbulnya variabel dependen (Barlian,
2016). Variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu tipe
kepribadian big five yang memiliki lima trait, yaitu Openness to
Experience, Conscientiousness, Extraversion, Agreeableness,
Neuroticism.
3.2.1.2 Variabel Terikat (Dependen)
Variabel dependen atau terikat merupakan variabel yang terjadi
akibatkan oleh adanya variabel bebas (Barlian, 2016). Variabel terikat
yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu pembelian impulsif.
3.2.2 Definisi Konseptual
3.2.2.1 Definisi Konseptual Tipe Kepribadian Big Five
Tipe Kepribadian Big Five adalah suatu pendekatan dalam
menjelaskan kepribadian individu yang disusun dalam lima trait
kepribadian yang terbentuk dengan menggunakan analisis faktor. Lima
trait kepribadian itu adalah openness to experience, conscientiousness,
extraversion, agreeableness dan neuroticism.
3.2.2.2 Definisi Konseptual Pembelian Impulsif
Pembelian impulsif merupakan perilaku individu untuk membeli
barang secara segera, tiba-tiba, serta diikuti oleh adanya konflik pikiran
dan dorongan emosional. Individu yang melakukan pembelian impulsif
27
tidak memiliki pertimbangan yang matang sehingga kurang memikirkan
konsekuensi negatif yang dapat ditimbulkan setelah membeli barang.
3.2.3 Definisi Operasional
3.2.2.1 Definisi Operasional Tipe Kepribadian Big Five
Definisi operasional dari tipe kepribadian big five dalam penelitian ini
adalah skor dari setiap trait tipe kepribadian big five. Instrumen yang
digunakan merupakan inssatrumen Big Five Inventory (BFI) yang telah
diadaptasi oleh Neila Ramdhani (2012). Tipe kepribadian big five diukur
dengan trait openness to experience, conscientiousness, extraversion,
agreeableness, dan neuroticism. Dalam penelitian ini menggunakan skala
likert 1 sampai 5.
3.2.2.2 Definisi Operasional Pembelian Impulsif
Definisi operasional pembelian impulsif merupakan skor hasil
pengukuran pengisian instrumen pembelian impulsif. Instrumen ini disusun
berdasarkan pada teori Verplanken dan Herabadi (2001). Pada penelitian
ini menggunakan instrumen Impulse Buying Tendency (IBT) yang telah
diadaptasi oleh Mira Prabasita Pudyastari (2019). Pembelian impulsif
diukur dengan dimensi kognitif dan afektif (emosional). Dalam penelitian
ini menggunakan skala likert 1 sampai 5.
3.3 Populasi dan Sampel atau Subjek Penelitian
3.3.1 Populasi
Populasi merupakan bagian yang terdiri dari obyek atau subyek yang
memiliki kuantitas dan ciri khusus tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk kemudian dipelajari dan dibuat kesimpulan (Siyoto & Sodik, 2015).
Populasi dalam penelitian ini yaitu mahasiswa aktif di Universitas Negeri
Jakarta.
28
3.3.2 Sampel
Sampel adalah sebagian dari jumlah dan ciri khusus yang dimiliki oleh
populasi tersebut, ataupun bagian kecil dari anggota populasi yang diambil
menurut prosedur tertentu sehingga dapat mewakili populasinya (Siyoto &
Sodik, 2015). Dalam penelitian ini teknik sampling yang digunakan yaitu
non probability sampling. Non probability sampling adalah teknik
sampling yang hanya memberikan kesempatan bagi setiap anggota populasi
sesuai dengan ciri khusus yang sudah ditetapkan. Untuk menyesuaikan
teknik sampling dengan tujuan yang ingin dicapai, maka jenis pengambilan
sampel di dalam penelitian ini adalah teknik purposive sampling. Purposive
sampling adalah teknik penentuan sampel dengan ketentuan tertentu atau
seleksi khusus (Siyoto & Sodik, 2015). Berikut kriteria sampel dalam
penelitian ini :
a. Mahasiswa aktif Universitas Negeri Jakarta
b. Pemah/sering melakukan pembelian barang di E-Commerce/ Online
Shop
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif sehingga
pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan
menggunakan kuesioner. Kuesioner merupakan suatu cara pengumpulan data,
dimana peneliti bertanya jawab dengan responden menggunakan angket atau
daftar pertanyaan (Barlian, 2016). Kuesioner dalam penelitian ini
menggunakan instrumen atau skala psikologi. Skala psikologi merupakan alat
ukur yang digunakan untuk mengukur atribut non kognisi berupa pernyataan
dengan respon yang tidak diklasifikasikan sebagai respon benar atau salah
(Azwar, 2015). Pada penelitian ini kuesioner disebarkan melalui Google Form
kepada orang-orang yang memenuhi kriteria. Alasan penggunaan Google
Form dalam penelitian ini adalah karena kondisi yang tidak memungkinkan
29
penulis mengambil data langsung dilapangan karena isu kesehatan yang
tengah terjadi.
3.4.1 Instrumen Penelitian
3.4.1.1 Instrumen Tipe Kepribadian Big Five
a. Pembuat Instrumen
Penelitian ini menggunakan instrumen Big Five Inventory (BFI).
Instrumen ini dikembangkan oleh John, Donahue, dan Kentle pada tahun
1990. Dalam penelitian ini menggunakan instrumen BFI yang telah
diadaptasi oleh Neila Ramdhani (2012) ke dalam budaya dan bahasa
Indonesia.
b. Tujuan Pembuatan Instrumen
Tujuan dari pembuatan instrumen ini adalah untuk mengukur trait
kepribadian dari big five. BFI yang telah di adaptasi oleh Neila Ramdhani
(2012) bertujuan untuk memperoleh instrumen kepribadian yang relatif
baku hingga dapat digunakan untuk tujuan penelitian di Indonesia.
c. Dasar Teori Pembuatan Instrumen
Big Five adalah pengklasifikasian kepribadian yang tersusun
berdasarkan pendekatan suatu pendekatan yang disebut lexical, yaitu
pengklasifikasian kata-kata atau bahasa yang digunakan di dalam
kehidupan sehari-hari, untuk menggambarkan ciri-ciri individu yang
membedakannya dengan individu lain (Ramdhani, 2012). Big Five
merupakan nama pemberian dari Goldberg. Menurut Goldberg (dalam
Ramdhani, 2012) nama Big Five bukan berarti kepribadian hanya terdiri
dari lima, melainkan pengelompokkan dari ribuan ciri ke dalam lima
himpunan besar yang disebut dimensi atau trait kepribadian. Goldberg
(dalam Ramdhani, 2012) mengemukakan kelima trait itu adalah
openness to experience, conscientiousness, extraversion, agreeableness,
dan neuroticism.
30
d. Populasi Uji Coba Instrumen
Pada tahap satu melibatkan tujuh orang subjek, diantaranya adalah dua
orang penerjemah berkebangsaan Indonesia dengan latar belakang
pendidikan psikologi, penerjemah professional yang tidak berlatar
belakang pendidikan psikologi, satu orang moderator dan tiga orang
awam yang bertugas membaca butir pada periode cognitive debriefing.
Penelitian tahap kedua bertujuan untuk menguji kesesuaian model
pengukuran tiap trait BFI versi bahasa Indonesia. Pada tahap ini
dilakukan analisis Confirmatory factor analysis (CFA) untuk melihat
kesesuaian model utama dengan data. CFA ini melibatkan 790 orang
terdiri dari subjek berusia 15-60 tahun. Mereka adalah 138 orang kepala
sekolah SD dan SMP, 423 orang guru, 50 orang mahasiswa, dan 179
orang siswa SMA dari kota Yogyakarta, Pandeglang, Jakarta, dan
Surabaya. Dari keseluruhan subjek penelitian, 249 orang adalah laki-laki,
dan 468 adalah perempuan, sedangkan sisanya tidak mencantumkan data
jenis kelaminnya.
Penelitian ini juga memperlihatkan kelima trait memiliki nilai
reliabilitas yang cukup baik, yaitu antara openness to experience (0,79),
conscientiousness (0,78), extraversion (0,73), agreeableness (0,76), dan
neuroticism (0,74).
e. Kisi-Kisi Instrumen
Big Five Inventory (BFI) yang peneliti gunakan dari hasil adaptasi BFI
yang dilakukan oleh Neila Ramdhani (2012). Instrumen ini terdiri dari 44
pernyataan yang didalamnya terdiri dari 28 butir favourable dan 16 butir
unfavourable (Ramdhani, 2012).. Penelitian ini menggunakan 5 alternatif
jawaban, yaitu (1) Sangat Tidak Setuju, (2) Agak Tidak Setuju, (3) Netral,
(4) Agak Setuju, dan (5) Sangat Setuju
31
Tabel 3.1 Norma Skor Instrumen Big Five Inventory
Pilihan Jawaban Favorable Unfavorable
Sangat Tidak Setuju (STS) 1 5
Tidak Setuju (TS) 2 4
Netral (N) 3 3
Setuju (S) 4 2
Sangat Setuju (SS) 5 1
Tabel 3.2 Blueprint Instrumen Tipe Kepribadian Big Five
Trait Indikator Fav Unfav
Openness To
Experience
Berpikir Kreatif,
Imajinatif, Inovatif,
Berpikiran terbuka,
Memiliki rasa ingin
tahu yang tinggi.
5, 10, 15,
20, 25, 30,
40
35, 41
Conscientiousness Teliti, Pekerja
Keras,
Terorganisir/
Teratur, Tekun,
Ambisius, Tepat
waktu..
3, 13, 28,
33, 38
8, 18, 23,
43
Extraversion Mudah bergaul,
banyak bicara,
1, 11, 16, 6, 21, 31
32
memiliki
kepribadian asertif,
bersemangat.
26, 36
Agreeableness Dapat dipercaya,
dermawan
bersahabat, toleran,
berperilaku lembut
7, 17, 22,
32, 42
2, 12, 27,
37
Neuroticism Mudah cemas,
emosional, rentan
terhadap stress.
4, 14, 19,
29, 39
9, 24, 34
Total 44
3.4.1.2 Instrumen Pembelian Impulsif
a. Pembuat Instrumen
Pada penelitian ini, instrumen yang digunakan adalah instrumen yang
disusun oleh Verplanken dan Herabadi (2001). Alat ukur ini terdiri dari
20 butir yang mengukur dua dimensi, yaitu dimensi kognitif dan dimensi
afektif. Dimensi kognitif mengarah pada tidak adanya perencanaan
sebelumnya dan kehati-hatian, sedangkan dimensi afektif mengukur
perasaan puas, kebahagiaan dan penyesalan setelah melakukan
pembelian.
b. Tujuan Pembuatan Instrumen
Instrumen Kecenderungan pembelian impulsif ini dilakukan melalui 2
studi. Pada studi pertama, tujuannya untuk mengembangkan instrumen
kecenderungan pembelian impulsif yang terdiri dari aspek-aspek yang
sudah dijelaskan sebelumnya. Selain itu, untuk meneliti hubungan antara
33
kecenderungan pembelian impulsif dan sejumlah perbedaan individu,
seperti kebutuhan pribadi untuk struktur, kebutuhan untuk evaluasi, dan
tindakan dibandingkan dengan penyampaian orientasi
Tujuan dari pengadaptasian instrumen oleh peneliti sebelumnya yaitu
untuk menyesuaikan bahasa dan budaya, sehingga subjek memahami
setiap pernyataan yang terdapat di instrumen penelitian.
c. Dasar Teori Pembuatan Instrumen
Instrumen pembelian impulsif didasarkan oleh teori Verplanken dan
Herabadi (2001) dan telah diadaptasi oleh Mira Prabasita (2019).
Verplanken dan Herabadi mengatakan bahwa pembelian impulsif
merupakan pembelian yang tidak direncanakan, tidak rasional,
dihubungkan dengan pembelian yang cepat dan diikuti oleh adanya
konflik pikiran dan adanya dorongan emosional.
d. Populasi Uji Coba Instrumen
Uji coba instrument asli pertama dilakukan pada mahasiswa aktif di
University of Nijmegen, Belanda.Kemudian pada studi kedua dilakukan
pada 144 orang di Tromso, Norway. Sample tersebut terdiri dari yang
terdiri dari penduduk lokal, turis yang ada di bandara, dan mahasiswa
aktif di University of Tromso. Hasil dari penelitian ini adalah terdapat 20
butir untuk mengukur kecenderungan pembelian impulsif yang reliable.
20 butir tersebut didapatkan dari 10 butir yang memiliki loading butirs
paling tinggi dari setiap aspek, yaitu aspek afektif dan kognitif.
Reliabilitas keseluruhan 20 butir tersebut adalah 0,86.
Pengadaptasian instrumen pembelian impulsif juga tak luput dari
proses uji coba instrumen. Sebelum melakukan uji coba kepada sampel
penelitian, instrument Impulse Buying Tendency terlebih dahulu
dilakukan expert judgement dan menentukan bahwa instrumen ini
termasuk kedalam unidimensional. Kemudian uji coba dilakukan kepada
50 mahasiswa aktif pada berbagai Universitas di Jakarta. Setelah
34
dilakukan uji coba terdapat tiga butir soal yang gugur. Sehingga hanya 17
butir dari total 20 butir soal yang dapat digunakan. Reliabilitas
keseluruhan 17 butir tersebut adalah 0,89.
e. Kisi-Kisi Instrumen
Impulse Buying Tendency (IBT) yang penulis gunakan dari hasil
adaptasi IBT yang dilakukan oleh Mira Prabasita (2019). Instrumen ini
terdiri dari 17 pernyataan yang didalamnya terdiri dari 13 butir favourable
dan 4 butir unfavourable. Penelitian ini menggunakan 5 alternatif
jawaban, yaitu (1) Sangat Tidak Setuju, (2) Agak Tidak Setuju, (3) Netral,
(4) Agak Setuju, dan (5) Sangat Setuju (Pudyastari, 2019).
Tabel 3.3 Norma Skor Instrumen Pembelian Impulsif
Pilihan Jawaban Favorable Unfavorable
Sangat Tidak Setuju (STS) 1 5
Tidak Setuju (TS) 2 4
Netral (N) 3 3
Setuju (S) 4 2
Sangat Setuju (SS) 5 1
35
Tabel 3.4 Blueprint Instrumen Pembelian Impulsif
Dimensi Indikator Fav Unfav
Afektif Tidak melakukan
pertimbangan,
perencanaan, dan
evaluasi
3, 8, 9, 10 1, 2, 4, 5, 6,
7
Kognitif Keinginan yang
memaksa,
kebahagiaan, dan
penyesalan
11, 12, 13, 15,
16, 17, 18, 19,
20
14
Total 20
3.4.2 Uji Coba Validitas dan Reliabilitas Instrumen
3.4.2.1 Uji Coba Validitas dan Reliabilitas Instrumen Tipe Kepribadian Big
Five
Uji coba instrumen yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan
teknik uji coba terpakai. Menurut Hadi, uji coba terpakai adalah uji coba
yang data sampelnya langsung digunakan untuk menguji hipotesis
penelitian, kelebihan dari uji coba terpakai ini cara pengambilan datanya
hanya sekali dan hasil uji cobanya langsung digunakan untuk menguji
hipotesis adapun kelemahannya yakni jika banyak butir yang gugur maka
harus dilakukan penyebaran ulang (dalam Ayuningtyas, 2013).
Sebelum dilakukan uji coba, instrumen Big Five Inventory (BFI),
penulis membuat kisi-kisi instrumen. Selanjutnya penulis melakukan
proses expert judgement dengan dua dosen ahli psikologi Universitas
Negeri Jakarta yaitu ibu Kencana Wulan M.Psi dan ibu Dr. R.A.
36
Fadhallah, S.Psi, M.Si setelah itu dihasilkan kesimpulan bahwa
instrument tersebut dapat digunakan.
Uji coba dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang disebarkan
melalui link Google Form kepada mahasiswa Universitas Negeri Jakarta.
Link Google Form ini disebarkan ke 8 fakultas di Universitas Negeri
Jakarta dan terdapat 301 responden.
Uji coba instrumen dilakukan untuk mengetahui validitas dari
instrumen penelitian. Validitas dapat melihat sejauh mana pengukuran
tepat dalam mengukur apa yang hendak diukur (Yusup, 2018). Beberapa
kriteria butir dikatakan memiliki validitas yang baik dan layak
dipertahankan jika memenuhi kriteria berikut :
a. Korelasi butir total positif dan nilainya lebih besar dari r kriteria
yang ditetapkan, yaitu 0.3 maka butir memiliki validitas tinggi.
b. Suatu butir dikatakan memiliki validitas tinggi apabila korelasi
butir total positif dan nilai koefisien korelasinya lebih besar dari r
tabel yang ditetapkan.
c. Suatu butir dikatakan memiliki validitas tinggi apabila nilai Alpha
if butir deleted lebih kecil dari alpha per faktor instrumen
Berdasarkan kriteria di atas, yang lebih disarankan untuk menjadi
patokan penulis adalah kriteria pertama dan kedua (Rangkuti dalam
Sibarani, 2019). Hasil uji coba instrumen Big Five Inventory
menghasilkan nilai validitas yang berbeda-beda untuk masing-masing
trait. Butir dikatakan gugur apabila nilai korelasi total nya lebih kecil dari
r-kriteria (0.113). Trait openness to experience memiliki nilai validitas
dari 0.102-0.522 dan terdapat satu butir yang gugur yaitu butir 35 (0.102),
trait conscientiousness memiliki nilai validitas dari 0.281-0.559 dan tidak
memiliki butir yang gugur, trait extraversion memiliki nilai validitas dari
0.314-0.84 dan tidak memiliki butir yang gugur, trait agreeableness
memiliki nilai validitas dari 0.010-.0424 dan memiliki satu butir yang
37
gugur yaitu butir 7, selanjutnya trait neuroticism memiliki nilai validitas
dari 0.364-0.628 dan tidak memiliki butir yang gugur.
Tabel 3.5 Perubahan Butir Instrumen Big Five Setelah Uji Coba
Dimensi/ Trait Butir Valid Butir Drop
Fav Unfav Fav Unfav
Openness To
Experience
5, 10,
15, 20,
25, 30,
40
41 - 35
Conscientiousness 3, 13,
28, 33,
38
8, 18, 23,
43
- -
Extraversion 1, 11,
16, 26,
36
6, 21, 31
- -
Agreeableness 17, 22,
32, 42
2, 12, 27,
37
7 -
Neuroticism 4, 14,
19, 29,
39
9, 24, 34
- -
Berdasarkan tabel 3.5, maka untuk blueprint instrumen final big five
adalah sebagai berikut:
38
Table 3.6 Blueprint Final Instrumen Big Five
Trait Indikator Fav Unfav
Openness To
Experience
Berpikir Kreatif,
Imajinatif, Inovatif,
Berpikiran terbuka,
Memiliki rasa ingin
tahu yang tinggi.
5, 10, 15,
20, 25, 30,
40
41
Conscientiousness Teliti, Pekerja
Keras,
Terorganisir/
Teratur, Tekun,
Ambisius, Tepat
waktu.
3, 13, 28,
33, 38
8, 18, 23,
43
Extraversion Mudah bergaul,
banyak bicara,
memiliki
kepribadian asertif,
bersemangat.
1, 11, 16,
26, 36
6, 21, 31
Agreeableness Dapat dipercaya,
dermawan
bersahabat, toleran,
berperilaku lembut
17, 22, 32,
42
2, 12, 27,
37
Neuroticism Mudah cemas,
emosional, rentan
terhadap stress.
4, 14, 19,
29, 39
9, 24, 34
39
Total 44
Selain untuk mengetahui validitas instrumen, uji coba instrumen juga
dilakukan untuk mengetahui reliabilitas. Reliabilitas mempermasalahkan
sejauh mana suatu pengukuran dapat dipercaya karena keajegannya
(Yusup, 2018).
Tabel 3.7 Kaidah Reliabilitas Model Guilford
Koefisien Reliabilitas Kriteria
> 0.9 Sangat Reliabel
0.7 – 0.9 Reliabel
0.4 – 0.69 Cukup Reliabel
0.2 – 0.39 Kurang Reliabel
< 0.2 Tidak Reliabel
Berdasarkan hasil uji coba reliabilitas, maka dihasilkan nilai koefisien
reliabilitas untuk masing-masing trait dari tipe kepribadian big five, yaitu
:
40
Tabel 3.8 Koefisien Reliabilitas Trait Kepribadian Big Five
Model of Personality Koefisien
Reliabilitas
Kriteria
Openness To
Experience
0.702 Reliabel
Conscientiousness 0.756 Reliabel
Extraversion 0.816 Reliabel
Agreeableness 0.610 Cukup Reliabel
Neuroticism 0.789 Reliabel
3.4.2.2 Uji Coba Validitas dan Reliabilitas Instrumen Pembelian Impulsif
Sebelum dilakukan uji coba, instrumen Pembelian impulsif (Impulse
Buying Tendency) penulis membuat kisi-kisi instrumen. Selanjutnya
penulis melakukan proses expert judgement dengan dua dosen ahli
psikologi Universitas Negeri Jakarta yaitu ibu Kencana Wulan M.Psi dan
ibu Dr. R.A. Fadhallah, S.Psi, M.Si setelah itu dihasilkan kesimpulan
bahwa instrument tersebut dapat digunakan.
Uji coba dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang disebarkan
melalui link Google Form kepada mahasiswa Universitas Negeri Jakarta.
Link Google Form ini disebarkan ke 8 fakultas di Universitas Negeri
Jakarta dan terdapat 301 responden.
Berdasarkan uji validitas instrumen yang dilakukan, terdapat butir soal
yang gugur yaitu butir 2 (-0.225), butir 7 (0.067), dan butir 17 (0.062).
41
Tabel 3.9 Perubahan Butir Instrumen Pembelian Impulsif Setelah Uji
Coba
Dimensi/ Trait Butir Valid Butir Drop
Fav Unfav Fav Unfav
Afektif 3, 9, 10 1, 4, 5, 6,
8
- 2,7
Kognitif 11, 12,
13, 15,
16, 18,
19, 20
14 17 -
Berdasarkan tabel 3.9, maka untuk blueprint instrumen final big five
adalah sebagai berikut:
Tabel 3.10 Blueprint Instrumen Final Pembelian Impulsif
Dimensi Indikator Fav Unfav
Afektif Tidak melakukan
pertimbangan,
perencanaan, dan
evaluasi
3, 9, 10 1, 4, 5, 6, 8
Kognitif Keinginan yang
memaksa,
kebahagiaan, dan
penyesalan
11, 12, 13, 15,
16, 18, 19, 20
14
Total 20
42
Berdasarkan hasil uji coba reliabilitas, maka dihasilkan nilai koefisien
reliabilitas untuk masing-masing dimensi dari pembelian impulsif, yaitu :
Tabel 3.11 Koefisien Reliabilitas Pembelian Impulsif
Variabel Koefisien
Reliabilitas
Kriteria
Impulse Buying
Tendency
0.854 Reliabel
3.5 Analisis Data
Proses analisis data dan hipotesis dalam penelitian ini menggunakan
Software IBM SPSS Statistic 25.
3.5.1 Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah model yang diusulkan
memiliki kesesuaian dengan data atau tidak (Riadi, 2016).
3.5.2 Uji Linearitas
Uji linieritas merupakan pengujian asumsi yang wajib dilakukan
apabila dalam pengujian hipotesis akan menggunakan teknik analisis
regresi linear. Pengujian linearitas dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan Software IBM SPSS Statistic 25 dengan membandingkan p-
value dengan signifikansi (0.05) antar variabel. Linearitas terbukti apabila
p-value lebih besar dari taraf signifikansi (0.05) (Riadi, 2016).
43
3.5.3 Uji Korelasi
Uji korelasi adalah suatu analisis untuk mengetahui tingkat hubungan
antara dua variabel atau lebih variabel bebas dengan variabel terikatnya
(Riadi, 2016).
3.5.4 Uji Analisis Regresi
Uji analisis regresi adalah menguji tentang hubungan suatu variabel
dengan variabel lain, yaitu variabel bebas bertujuan membuat prediksi dari
nilai rata-rata variabel terikat dengan diketahuinya nilai variabel bebas
(Riadi, 2016).
3.5.5 Uji Hipotesis
Rumusan hipotesis pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
Ho : r = 0
Hα : r ≠ 0
Keterangan :
Ho = Hipotesis nol
Hα = Hipotesis alternatif
Hipotesis dalam penelitian ini adalah :
1. Hipotesis 1
Ho = Tidak terdapat pengaruh dari trait kepribadian Openness To
Experience terhadap pembelian impulsif pada mahasiswa yang
berbelanja secara online
Hα = Terdapat pengaruh dari trait kepribadian Openness To
Experience terhadap pembelian impulsif pada mahasiswa yang
berbelanja secara online .
2. Hipotesis 2
44
Ho = Tidak terdapat pengaruh dari trait kepribadian Conscientiousness
terhadap pembelian impulsif pada mahasiswa yang berbelanja secara
online
Hα = Terdapat pengaruh dari trait kepribadian Conscientiousness
terhadap pembelian impulsif pada mahasiswa yang berbelanja secara
online
3. Hipotesis 3
Ho = Tidak terdapat pengaruh dari trait kepribadian Extraversion
terhadap pembelian impulsif pada mahasiswa berbelanja secara online.
Hα = Terdapat pengaruh dari trait kepribadian Extraversion terhadap
pembelian impulsif pada mahasiswa yang berbelanja secara online .
4. Hipotesis 4
Ho = Tidak terdapat pengaruh dari trait kepribadian Agreeableness
terhadap pembelian impulsif pada mahasiswa mahasiswa yang
berbelanja secara online .
Hα = Terdapat pengaruh dari trait kepribadian Agreeableness terhadap
pembelian impulsif pada mahasiswa yang berbelanja secara online
5. Hipotesis 5
Ho = Tidak terdapat pengaruh dari trait kepribadian Neuroticism
terhadap pembelian impulsif pada mahasiswa mahasiswa yang
berbelanja secara online .
Hα = Terdapat pengaruh dari trait kepribadian Neuroticism terhadap
pembelian impulsif pada mahasiswa yang berbelanja secara online .
45
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Responden/Subjek Penelitian
Setelah melakukan pengambilan data, diketahui responden yang
berpartisipasi dalam penelitian ini sebanyak 301 orang. Berdasarkan analisa
data menggunakan SPSS 25, tidak terdapat responden yang drop (outlier).
Di dalam penelitian ini, kriteria responden yang sudah ditentukan
adalah mahasiswa aktif Universitas Negeri Jakarta dan pernah/sering
berbelanja melalui Online Shop/E-Commerce. Berikut adalah gambaran
demografi responden sesuai karakteristik yang ditentukan.
4.1.1 Gambaran Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Berikut adalah gambaran responden berdasarkan jenis kelamin yang
dapat dilihat pada tabel 4.1 dan grafik 4.1 :
Tabel 4.1 Data Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
No. Jenis Kelamin Jumlah Presentase (%)
1. Laki-Laki 49 16.3
2. Perempuan 252 83.7
Jumlah 301 100.0
Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui bahwa jumlah keseluruhan
responden sebanyak 301 orang. Dengan persentase 16.3% berjenis kelamin
laki-laki dan 83.7% berjenis kelamin perempuan. Gambaran demografi
46
responden berdasarkan jenis kelamin ini juga dapat digambarkan dalam
bentuk grafik.
Grafik 4.1 Data Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
4.1.2 Gambaran Responden Berdasarkan Usia
Berikut adalah gambaran responden berdasarkan usia yang dapat
dilihat pada tabel 4.2 dan grafik 4.2 :
Tabel 4.2 Data Responden Berdasarkan Usia
No. Usia Jumlah Presentase (%)
1. 18 Tahun 9 3.0
2. 19 Tahun 52 17.3
3. 20 Tahun 62 20.6
4. 21 Tahun 74 24.6
5. 22 Tahun 89 29.6
0
50
100
150
200
250
300
Laki-Laki Perempuan
Jum
lah
Jenis Kelamin
47
6. 23 Tahun 15 5.0
Jumlah 301 100.0
Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui bahwa jumlah keseluruhan
responden sebanyak 301 orang. Dengan persentase 3.0% berusia 18 tahun,
17.3% berusia 19 tahun, 20.6% berusia 20 tahun, 24.6% berusia 21 tahun,
29.6% berusia 22 tahun dan 5.0% berusia 23 tahun. Gambaran demografi
responden berdasarkan usia ini juga dapat digambarkan dalam bentuk
grafik.
Grafik 4.2 Data Responden Berdasarkan Usia
4.1.3 Gambaran Responden Berdasarkan Fakultas
Berikut adalah gambaran responden berdasarkan fakultas yang dapat
dilihat pada tabel 4.3 dan grafik 4.3 :
0
20
40
60
80
100
18 19 20 21 22 23
Jum
lah
Usia
48
Tabel 4.3 Data Responden Berdasarkan Fakultas
No. Usia Jumlah Presentase (%)
1. Fakultas Ilmu Pendidikan 41 13.6
2. Fakultas Pendidikan
Psikologi
131 43.5
3. Fakultas Ilmu Sosial 25 8.3
4. Fakultas Ilmu Olahraga 9 3.0
5. Fakultas Matematika dan IPA 8 2.7
6. Fakultas Teknik 16 5.3
7. Fakultas Ekonomi 33 11.0
8. Fakultas Bahasa dan Seni 38 12.6
Jumlah 301 100.0
Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui bahwa jumlah keseluruhan
responden sebanyak 301 orang. Dengan persentase 13.6% berasal dari
Fakultas Ilmu Pendidikan, 43.5% berasal dari Fakultas Pendidikan
Psikologi, 8.3% berasal dari Fakultas Ilmu Sosial, 3.0% berasal dari
Fakultas Ilmu Olahraga, 2.7% berasal dari Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, 5.3% berasal dari Fakultas Teknik, 11.0% berasal dari
Fakultas Ekonomi dan 12.6% berasal dari Fakultas Bahasa dan Seni.
Gambaran demografi responden berdasarkan fakultas ini juga dapat
digambarkan dalam bentuk grafik.
49
Grafik 4.2 Data Responden Berdasarkan Fakultas
4.1.4 Gambaran Responden Berdasarkan Angkatan
Berikut adalah gambaran responden berdasarkan fakultas yang dapat
dilihat pada tabel 4.4 dan grafik 4.4 :
Tabel 4.4 Data Responden Berdasarkan Angkatan
No. Usia Jumlah Presentase (%)
1. 2019 55 18.3
2. 2018 47 15.6
3. 2017 56 18.6
4. 2016 143 47.5
Jumlah 301 100.0
Berdasarkan tabel 4.4 dapat diketahui bahwa jumlah keseluruhan
responden sebanyak 301 orang. Dengan persentase 18.3% berasal dari
angkatan 2019, 15.6% berasal dari angkatan 2018, 18.6% berasal dari
0
20
40
60
80
100
120
140
FIP FPPsi FIS FIO FMIPA FT FE FBS
Jum
lah
Fakultas
50
angkatan 2017, dan 47.5% berasal dari angkatan 2016. Gambaran
demografi responden berdasarkan angkatan ini juga dapat digambarkan
dalam bentuk grafik.
Grafik 4.4 Data Responden Berdasarkan Angkatan
4.2 Prosedur Penelitian
4.2.1 Persiapan Penelitian
Proses persiapan penelitian diawali dari penentuan masalah yang akan
dijadikan topik penelitian. Cara menentukan masalah atau topik penelitian
yaitu dengan mengobservasi langsung lingkungan sekitar penulis. Penulis
memperhatikan kerabat dan teman di sekitarnya memiliki kecenderungan
membeli barang tanpa perencanaan baik berbelanja secara langsung di toko
maupun berbelanja secara online. Lalu penulis melakukan tinjauan pustaka
melalui jurnal-jurnal penelitian. Tahap selanjutnya yaitu berdiskusi dengan
dosen pembimbing hingga mendapatkan variabel penelitian yang sesuai
yaitu tipe kepribadian big five dan pembelian impulsif.
Tahap selanjutnya yaitu penulis mencari literatur, referensi, serta data-
data yang sesuai dengan variabel-variabel dalam penelitian guna
mendukung penyusunan proposal penelitian. Selanjutnya peneliti juga
0
20
40
60
80
100
120
140
160
2019 2018 2017 2016
Jum
lah
Angkatan
51
melakukan pencarian alat ukur, penentuan teknik analisis dan sampel. Di
dalam penelitian ini variabel Tipe Kepribadian Big Five menggunakan
instrumen trait Kepribadian Big Five Inventory (BFI) yang telah diadaptasi
ke dalam bahasa dan budaya Indonesia oleh Neila Ramdhani (2012).
Sedangkan untuk variabel pembelian impulsif penulis menggunakan
instrumen Impulse Buying Tendency yang dibuat oleh Verplanken dan
Herabadi. Penulis juga menentukan sampel yang akan digunakan dalam
penelitian, mengingat fenomena ini diangkat dari lingkungan sekitar
penulis, maka penulis menyimpulkan akan menjadikan mahasiswa aktif
Universitas Negeri Jakarta sebagai sampel dalam penelitian. Penulis juga
memutuskan untuk menggunakan teknik analisis regresi berganda dalam
penelitian.
Kemudian proses selanjutnya yaitu melakukan Expert Judgement pada
kedua instrumen yang akan digunakan. Proses Expert Judgement dilakukan
oleh dosen Psikologi Universitas Negeri Jakarta. Penelitian ini
menggunakan metode uji coba terpakai, dengan demikian proses uji coba
dilakukan bersama dengan pengambilan data final.
4.2.2 Pelaksanaan Penelitian
Dalam pengambilan data penelitian menggunakan kuesioner yang
dibuat melalui google form dengan menyebarkan link form ke media sosial
seperti Instagram, Line, Whatsapp dan meminta bantuan kepada beberapa
teman di berbeda fakultas untuk menyebarkan link form tersebut. Penulis
juga mencantumkan kriteria responden penelitian. Pengambilan data
berlangsung dari tanggal 21 Juni sampai 30 Juni 2020. Dalam
pengumpulan data didapatkan sebanyak 301 responden yang mengisi
kuesioner melalui google form.
Data yang terkumpul sebanyak 301 responden kemudian diolah oleh
penulis dengan menggunakan program IBM SPSS 25. Data dimasukkan
kedalam Ms. Excel yang kemudian data di berikan kode untuk dapat diolah
52
dengan IBM SPSS 25. Dikarenakan penulis menggunakan metode uji coba
terpakai, maka data tersebut harus melalui proses uji validitas dan
reliabilitas. Setelah itu data dapat diolah untuk memenuhi pengujian
hipotesis dan tujuan penelitian. Data
4.3 Hasil Analisis Data Penelitian
Dalam bagian ini akan dijelaskan hasil dari data penelitian yang terdiri
dari data deskriptif, hasil normalitas, hasil uji linearitas, hasil uji korelasi, dan
hasil uji analisis regresi.
4.3.1 Data Deskriptif Pembelian Impulsif
Berdasarkan pengolahan data dengan menggunakan IBM SPSS 25,
diperoleh data deskriptif untuk variabel pembelian impulsif pada tabel 4.5
sebagai berikut.
Tabel 4.5 Distribusi Deskriptif Variabel Pembelian Impulsif
Pengukuran Statistik Pembelian Impulsif
Mean 51.04
Median 50
Modus 47
Standar Deviasi 11.358
Varians 129.015
Range 59
Minimum 27
Maximum 86
53
Berdasarkan tabel 4.5 diketahui bahwa variabel pembelian impulsif
memiliki rata-rata sebesar 51.04, nilai tengah sebesar 50, nilai yang paling
sering muncul 47, standar deviasi sebesar 11.358, nilai varian sebesar
129.015, jarak antara nilai tertinggi dan terendah sebesar 59, dengan nilai
terendahnya 27 adalah dan nilai tertingginya 86. Gambar 4.1 menyajikan
histogram dari sebaran data variabel pembelian impulsif.
Gambar 4.1 Grafik Histogram Variabel Pembelian Impulsif
4.3.1.1 Kategorisasi Skor Pembelian Impulsif
Kategorisasi variabel pembelian impulsif terdiri dari dua skor kategori
yaitu tinggi dan rendah. Kategorisasi dilakukan dengan menggunakan hasil
dari mean. Berikut penjelasan mengenai pembagian kategori skor variabel
pembelian impulsif:
Skor Minimum = Jumlah item x skala terendah
= 20 x 1 = 20
Skor Maksimum = Jumlah item x skala tertinggi
= 20 x 5 = 100
54
Mean Teoritis = 𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚+𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑖𝑛𝑖𝑚𝑢𝑚
2
=100+20
2 = 60
Tabel 4.6 Tabel Norma Kategorisasi Skor Pembelian Impulsif
Kategori Norma
Rendah X ≤ Nilai Mean Teoritik
Tinggi X > Nilai Mean Teoritik
Tabel 4.7 Tabel Kategorisasi Skor Pembelian Impulsif
Kategori Kategori Pembelian
Impulsif
Frekuensi Presentase
Rendah X ≤ 60 240 79.7%
Tinggi X > 61 61 20.3%
Total 301 100%
Berdasarkan tabel 4.7 diperoleh hasil persentase pembelian impulsif
sebanyak 240 responden 79.7% pada kategori rendah, dan 61 responden
20.3% pada kategori tinggi. Dengan demikian, sebaran pada variabel
pembelian impulsif lebih banyak berada pada kategori rendah.
55
4.3.2 Data Deskriptif Big Five
Berdasarkan pengolahan data dengan menggunakan IBM SPSS 25,
diperoleh data deskriptif untuk variabel big five pada tabel 4.6 sebagai
berikut.
Tabel 4.8 Distribusi Deskriptif Variabel Big Five
Pengukuran
Statistik
O C E A N
Mean 35.37 30.47 25.76 34.37 25.60
Median 35 31 26 34 26
Modus 34 31 22 32 26
Standar
Deviasi
4.784 5.107 5.654 4.372 5.297
Varians 22.886 26.083 31.969 19.114 28.055
Range 26 30 32 23 29
Minimum 24 15 8 22 11
Maximum 50 45 40 45 40
Keterangan: O = Openness To Experience
C = Conscientiousness
E = Extraversion
A = Agreeableness
N = Neuroticism
Berdasarkan tabel 4.8 diketahui bahwa trait openness to experience
memiliki rata-rata sebesar 35.37, nilai tengah sebesar 35, nilai yang paling
56
sering muncul 34, standar deviasi sebesar 4.784, nilai varian sebesar
22.886, jarak antara nilai tertinggi dan terendah sebesar 26, dengan nilai
terendahnya 24 adalah dan nilai tertingginya 50. Gambar 4.2 menyajikan
histogram dari sebaran data trait openness to experience.
Gambar 4.2 Grafik Histogram Variabel Tipe Kepribadian Big five
(Openness to Experience)
Berdasarkan tabel 4.8 diketahui bahwa trait conscientiousness
memiliki rata-rata sebesar 30.47, nilai tengah sebesar 31, nilai yang paling
sering muncul 31, standar deviasi sebesar 5.107, nilai varian sebesar
26.083, jarak antara nilai tertinggi dan terendah sebesar 30, dengan nilai
terendahnya 15 adalah dan nilai tertingginya 45. Gambar 4.3 menyajikan
histogram dari sebaran data trait conscientiousness.
57
Gambar 4.3 Grafik Histogram Variabel Tipe Kepribadian Big five
(Conscientiousness)
Berdasarkan tabel 4.8 diketahui bahwa trait extraversion memiliki
rata-rata sebesar 25.76, nilai tengah sebesar 26, nilai yang paling sering
muncul 22, standar deviasi sebesar 5.654, nilai varian sebesar 31.969, jarak
antara nilai tertinggi dan terendah sebesar 32, dengan nilai terendahnya 8
adalah dan nilai tertingginya 40. Gambar 4.4 menyajikan histogram dari
sebaran data trait extraversion.
Gambar 4.4 Grafik Histogram Variabel Tipe Kepribadian Big five
(Extraversion)
58
Berdasarkan tabel 4.8 diketahui bahwa trait agreeableness memiliki
rata-rata sebesar 34.37, nilai tengah sebesar 34, nilai yang paling sering
muncul 32, standar deviasi sebesar 4.372, nilai varian sebesar 19.114, jarak
antara nilai tertinggi dan terendah sebesar 23, dengan nilai terendahnya 22
adalah dan nilai tertingginya 45. Gambar 4.5 menyajikan histogram dari
sebaran data trait agreeableness.
Gambar 4.5 Grafik Histogram Variabel Tipe Kepribadian Big five
(Agreeableness)
Berdasarkan tabel 4.8 diketahui bahwa trait neuroticism memiliki rata-
rata sebesar 25.60, nilai tengah sebesar 26, nilai yang paling sering muncul
26, standar deviasi sebesar 5.297, nilai varian sebesar 28.055, jarak antara
nilai tertinggi dan terendah sebesar 29, dengan nilai terendahnya 11 adalah
dan nilai tertingginya 40. Gambar 4.6 menyajikan histogram dari sebaran
data trait neuroticism.
59
Gambar 4.6 Grafik Histogram Variabel Tipe Kepribadian Big five
(Neuroticism)
4.3.3 Uji Normalitas
Pada penelitian ini uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah
variabel pembelian impulsif dan tipe kepribadian big five berdistribusi
normal atau tidak.
Analisis asumsi normalitas data dilakukan menggunakan aplikasi
SPSS 25 dengan menggunakan rumus Kolmogorov-Smirnov. Tabel 4.15
berikut merupakan hasil uji normalitas.
Tabel 4.9 Hasil Uji Normalitas
Variabel p α Interpretasi
Pembelian Impulsif dan
Tipe Kepribadian Big Five 0.200 0,05
Berdistribusi
Normal
Berdasarkan tabel 4.9 di atas, dapat dilihat bahwa nilai probabilitas
(sig) pembelian impulsif dan tipe kepribadian big five sebesar 0,200.
Kriteria data berdistribusi normal menurut rumus Kolmogorov-Smirnov
adalah apabila nilai probabilitas (sig) lebih besar daripada taraf
60
signifikansi. Sehingga dapat disimpulkan, hasil uji asumsi normalitas data
penelitian ini menunjukkan nilai probabilitas (sig) 0,200 lebih besar dari
taraf signifikansi (α) 0,05. Berdasarkan nilai tersebut data penelitian ini
berdistribusi secara normal.
4.3.4 Uji Linearitas
Uji linieritas merupakan pengujian asumsi yang wajib dilakukan
apabila dalam pengujian hipotesis akan menggunakan teknik analisis
regresi linear (Rangkuti dalam Sibarani, 2019).
Tabel 4.10 Hasil Uji Linearitas
Variabel p α Interpretasi
Openness To Experience
dan Pembelian Impulsif 0.579 0,05 Linear
Conscientiousness dan
Pembelian Impulsif 0.080 0,05 Linear
Extraversion dan
Pembelian Impulsif 0.004 0,05 Tidak Linear
Agreeableness dan
Pembelian Impulsif 0.524 0,05 Linear
Neuroticism dan
Pembelian Impulsif 0.015 0,05 Tidak Linear
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa nilai p pada trait tipe
kepribadian openness to experience, conscientiousness, and agreeableness
lebih besar dari nilai α = 0,05 sehingga ketiga trait tersebut menunjukkan
61
hubungan linear dengan variabel pembelian impulsif. sebaliknya nilai p
dari extraversion dan neuroticism lebih kecil dari nilai α = 0,05 sehingga
kedua trait tersebut tidak menunjukkan hubungan linear dengan variabel
pembelian impulsif .
Tabel 4.11 Hasil Uji Linearitas Keseluruhan
Variabel p α Interpretasi
Big Five dan Pembelian
Impulsif 0.720 0,05 Linear
Berdasarkan tabel 4.11 dapat diketahui bahwa nilai p tipe kepribadian
big five sebesar 0.720 dengan nilai α = 0,05. Dengan demikian nilai p lebih
besar dari nilai α artinya kedua variabel memiliki hubungan yang linear.
Pada kasus tertentu uji linearitas bukan tidak menjadi syarat uji
statistik korelasi maupun regresi. Apabila terdapat data yang tidak
memenuhi asumsi linearitas, maka kesimpulan analisisnya tidak selalu
invalid (Azwar, 2000). Dengan demikian, penulis tetap melanjutkan proses
pengolahan data dengan menguji multikolinearitas, uji korelasi, hingga uji
hipotesis.
4.3.5 Uji Multikolinearitas
Variance Inflation Factor (VIF) digunakan untuk melihat apakah
terdapat multikolinieritas antara variabel independen pada model. Nilai VIF
yang tinggi (> 10) mengindikasikan adanya multikolinieritas. Selain itu
Tolerance juga dapat mengindikasikan adanya multikolinieritas. Nilai
tolerance yang kurang dari 0.10 menunjukkan adanya multikolinieritas.
Berikut adalah nilai skor VIF dan Tolerance untuk setiap variabel bebas.
62
Tabel 4.12 Tabel Hasil Uji Multikolinearitas
Variabel Tolerance VIF Interpretasi
Openness To
Experience dan
Pembelian Impulsif
0.774 1.344
Tidak terjadi
Multikolinearitas
Conscientiousness dan
Pembelian Impulsif 0.810 1.235
Tidak terjadi
Multikolinearitas
Extraversion dan
Pembelian Impulsif 0.661 1.512
Tidak terjadi
Multikolinearitas
Agreeableness dan
Pembelian Impulsif 0.740 1.351
Tidak terjadi
Multikolinearitas
Neuroticism dan
Pembelian Impulsif 0.796 1.256
Tidak terjadi
Multikolinearitas
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat hasil uji multikolinearitas setiap
trait dari variabel tipe kepribadian big five yaitu openness to experience,
conscientiousness, extraversion, agreeableness dan neuroticism tidak
terjadi multikolinearitas karena kelima nilai tolerance > dari 0,10 dan
masing-masing nilai VIF > 0,10.
4.3.6 Uji Korelasi
Uji korelasi adalah suatu analisis untuk mengetahui tingkat hubungan
antara dua variabel atau lebih variabel bebas dengan variabel terikatnya
(Riadi, 2016).
63
Tabel 4.13 Hasil Uji Korelasi
Variabel R p α Interpretasi
Openness To
Experience dan
Pembelian Impulsif
0.176 0.002 0.05
Terdapat hubungan
yang berkorelasi
positif
Conscientiousness dan
Pembelian Impulsif 0.231 0.000 0.05
Terdapat hubungan
yang berkorelasi
positif
Extraversion dan
Pembelian Impulsif 0.280 0.000 0.05
Terdapat hubungan
yang berkorelasi
positif
Agreeableness dan
Pembelian Impulsif 0.230 0.000 0.05
Terdapat hubungan
yang berkorelasi
positif
Neuroticism dan
Pembelian Impulsif 0.314 0.000 0.05
Terdapat hubungan
yang berkorelasi
positif
Berdasarkan perhitungan yang dilakukan sesuai pada tabel diatas,
dapat diketahui hasil nilai koefisien korelasi trait openness to experience
sebesar 0.176, trait conscientiousness sebesar 0.231, trait extraversion
sebesar 0.280, trait agreeableness sebesar 0.230 dan trait neuroticism
sebesar 0.314 dan memiliki nilai signifikansi (p = 0.000) yang lebih kecil
dari nilai α, hal ini menunjukkan bahwa lima trait dari variabel tipe
kepribadian big five memiliki hubungan signifikan yang berkorelasi positif.
64
4.3.7 Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis dilakukan untuk membuktikan hipotesis-hipotesis
yang telah ditentukan. Dalam penelitian ini terdapat lima hipotesis yang dapat
dibuktikan. Penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda untuk
pengujian hipotesis.
Tabel 4.14 Uji Regresi Linear Berganda
Variabel p α t-hitung t-tabel Interpretasi
Openness To
Experience dan
Pembelian Impulsif
0.649 0.05 0.455
1.960
Ho diterima,
Ha ditolak
Conscientiousness
dan Pembelian
Impulsif
0.113 0.05 1.590 1.960
Ho diterima,
Ha ditolak
Extraversion dan
Pembelian Impulsif 0.077 0.05 1.774 1.960
Ho diterima,
Ha ditolak
Agreeableness dan
Pembelian Impulsif 0.394 0.05 0.854 1.960
Ho diterima,
Ha ditolak
Neuroticism dan
Pembelian Impulsif 0.000 0.05 3.577 1.960
Ho ditolak,
Ha diterima
Berdasarkan perhitungan yang dilakukan sesuai pada tabel diatas,
dapat diketahui bahwa didapatkan trait kepribadian dan neuroticism
berpengaruh terhadap pembelian impulsif pada mahasiswa Universitas Negeri
Jakarta yang berbelanja secara online. Sedangkan trait kepribadian openness
to experience, conscientiousness, extraversion, dan agreeableness tidak
65
berpengaruh terhadap pembelian impulsif pada mahasiswa Universitas Negeri
Jakarta yang berbelanja secara online.
Tabel 4.15 Uji Persamaan Regresi
Model
Unstandardize
d Coefficients
Standardized
Coefficient
T Sig
B Std.
Error Beta
(Constant) 3.268 .096 34.189 .000
Openness .001 .002 . 029 .455 .649
Conscientiousness .005 .003 .096 1.590 .113
Extraversion .005 .003 .118 1.774 .077
Agreeableness .003 .004 .054 .854 .394
Neuroticism .008 .002 .217 3.577 .000
Berdasarkan tabel diatas maka dapat dibuat persamaan regresi sebagai
berikut:
𝑌 = 3.268 + 0.008𝑋5
Keterangan
Y = Pembelian Impulsif
X5 = trait kepribadian neuroticism
66
Koefisien regresi neuroticism sebesar 0,008, artinya jika neuroticism
mengalami kenaikan satu satuan, maka pembelian impulsif akan mengalami
kenaikan sebesar 0,008 satuan.
Tabel 4.16 Uji Signifikansi Keseluruhan
Model Sum of
Square
Df Mean
Square
F Sig
Regression 0.788 5 0.158 9.180 0.000
Residual 5.066 295 0.017
Total 5.855 300
Uji regresi menghasilkan nilai F sebesar 9.180 sedangkan F tabel
untuk sampel berjumlah 301 sebesar 3.84 dan nilai p sebesar 0,000. nilai p
tersebut lebih kecil dari nilai α sebesar 0,05 dan F hitung lebih besar dari pada
F tabel. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa trait kepribadian big five
yaitu openness to experience, conscientiousness, extraversion, agreeableness,
dan neuroticism memiliki pengaruh secara simultan terhadap variabel
pembelian impulsif pada mahasiswa Universitas Negeri Jakarta.
4.17 Tabel Koefisien Determinasi (model summary)
Model R R Square Adjusted R
Square
Std Error of
Estimate
1 .367a .135 .120 .13105
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bagaimana gambaran trait
kepribadian big five yaitu openness to experience, conscientiousness,
67
extraversion, agreeableness, dan neuroticism berpengaruh secara simultan
terhadap pembelian impulsif. berdasarkan tabel tersebut, dapat diketahui besar
pengaruh (R Square) trait kepribadian big five yaitu openness to experience,
conscientiousness, extraversion, agreeableness, dan neuroticism secara
simultan sebesar 0.135 (13,5%). Berdasarkan tabel menunjukkan bahwa tipe
kepribadian big five secara simultan mempengaruhi variabel pembelian
impulsif sebesar 13,5% terhadap pembelian impulsif mahasiswa Universitas
Negeri Jakarta, sedangkan 86,5% lainnya merupakan variabel atau faktor lain
yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
4.4 Pembahasan
Penelitian ini memiliki 301 responden yang merupakan mahasiswa
aktif Universitas Negeri Jakarta yang pernah atau sering melakukan kegiatan
belanja secara online. Berdasarkan hasil perhitungan yang diperoleh dari
analisis regresi berganda menunjukkan bahwa trait kepribadian openness to
experience, conscientiousness, extraversion, agreeableness dan neuroticism
secara simultan mempengaruhi variabel pembelian impulsif pada mahasiswa
Universitas Negeri Jakarta sebanyak 13,5% , sedangkan 86,5% lainnya
merupakan variabel atau faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
Dengan demikian mahasiswa Universitas Negeri Jakarta memiliki tingkat
pembelian impulsif yang rendah. Hal ini berkemungkinan besar disebabkan
oleh faktor gaya hidup yang tidak mengarah pada kegiatan yang konsumtif,
tingkat daya beli yang rendah dan pola kegiatan mahasiswa Universitas
Negeri Jakarta yang cenderung lebih berfokus pada bidang pendidikan atau
akademis serta pada organisasi dan komunitas di kampus. Pada penelitian ini
juga menunjukkan dari lima trait, hanya satu trait yang memiliki pengaruh
terhadap pembelian impulsif yaitu trait neuroticism. Sedangkan keempat trait
lainnya yaitu openness to experience, conscientiousness, extraversion, dan
agreeableness tidak memiliki pengaruh terhadap pembelian impulsif.
68
Trait openness to experience diketahui tidak memiliki pengaruh
terhadap perilaku pembelian impulsif, tetapi memiliki hubungan yang bersifat
positif. Individu yang memiliki skor tinggi pada trait openness to experience
digambarkan sebagai individu yang memiliki pemikiran terbuka dan berani
mencoba sesuatu yang baru (King, 2010 ; Feist & Feist, 2017). Pada
penelitian ini karakteristik individu yang memiliki pikiran terbuka dan berani
dalam mencoba hal baru erat kaitannya dengan kegiatan akademis seperti
berani dalam mengajukan pendapat walau pendapatnya berbeda dengan yang
lain, atau dalam berani mecoba hal baru dengan mengikuti berbagai kegiatan
organisasi serta komunitas di kampus.
Trait conscientiousness diketahui tidak memiliki pengaruh terhadap
perilaku pembelian impulsif, tetapi memiliki hubungan yang bersifat positif.
Individu yang memiliki skor tinggi pada trait conscientiousness digambarkan
sebagai individu yang memiliki sifat yang terencana, memiliki tujuan dan
terorganisir (King, 2010 ; Feist & Feist, 2017). Pembelian impulsif merupakan
pembelian yang tidak terencana dan erat kaitannya dengan dorongan yang
bersifat segera dalam membeli barang. Dengan demikian perilaku pembelian
impulsif dalam penelitian ini tidak dipengaruhi oleh karakter yang dimiliki
trait conscientiousness.
Trait extraversion diketahui tidak memiliki pengaruh terhadap
perilaku pembelian impulsif, tetapi memiliki hubungan yang bersifat positif.
Individu yang memiliki skor tinggi pada trait extraversion digambarkan
sebagai individu yang menyukai kesenangan dan antusias (King, 2010). Pada
penelitian ini karakteristik individu yang menyukai kesenangan dan antusias
yang erat kaitannya dengan situasi belajar, antuas dalam menambah wawasan
baru, serta senang berinteraksi dengan orang lain.
Trait agreeableness diketahui tidak memiliki pengaruh terhadap
perilaku pembelian impulsif, tetapi memiliki hubungan yang bersifat positif.
Individu yang memiliki skor tinggi pada trait agreeableness digambarkan
sebagai individu yang dermawan, baik hati, dan sederhana (King, 2010).
69
Pembelian impulsif erat kaitannya dengan membeli barang tanpa
pertimbangan dan tidak memikirkan konsekuensi setelah membeli barang.
Dampak yang dapat ditimbulkan karena perilaku pembelian impulsif yaitu
boros atau mengeluarkan uang untuk membeli barang-barang yang kurang
bermanfaat. Dengan demikian perilaku pembelian impulsif dalam penelitian
ini tidak dipengaruhi oleh karakter yang dimiliki trait agreeableness.
Trait neuroticism diketahui memiliki pengaruh terhadap perilaku
pembelian impulsif dan memiliki hubungan yang bersifat positif.. Individu
yang memiliki skor tinggi pada trait neuroticism digambarkan sebagai
individu yang cenderung merasa cemas, emosional, dan memiliki perasaan
yang sensitif (Feist & Feist, 2017). Individu yang memiliki skor tinggi pada
trait ini cenderung melakukan pembelian impulsif yang tinggi, hal ini
dikarenakan mereka memiliki tekanan emosional dan kecemasan berlebih
yang berpotensi pada perilaku impulsif. Sehingga mereka berkemungkinan
melakukan pembelian impulsif untuk menyalurkan kecemasannya. Selain itu,
individu yang memiliki trait ini juga akan merasa cemas dan tidak nyaman
jika dirinya tidak bisa mengikuti hal yang sedang menjadi trend pada masa itu.
Individu tersebut akan merasa berbeda dengan orang lain, sehingga memicu
timbulnya perilaku pembelian impulsif dan merasakan kepuasan setelah
melakukan pembelian.
Individu yang memiliki skor tinggi pada trait neuroticism juga
memiliki karakteristik tidak konsisten pada keputusannya serta mudah kecewa
pada sesuatu yang tidak memenuhi harapannya. Dengan begitu individu
dengan trait neuroticism akan mudah merasa menyesal dan kecewa ketika
sudah membeli barang secara impulsif namun barang tersebut tidak seperti
apa yang diinginkan.
Hasil penelitian diatas juga sejalan dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Amelia, D. (2019) yang menunjukkan bahwa dari kelima trait
tipe kepribadian big five, hanya trait neuroticism yang memiliki pengaruh
signifikan terhadap perilaku pembelian impulsif. Penelitian yang dilakukan
70
oleh Ratnawat R. G. & Borgave S. A. (2019) juga menunjukkan salah satu
trait yang memiliki korelasi signifikan terhadap perilaku pembelian impulsif
adalah trait neuroticism, dan trait openness to experience, conscientiousness,
dan extraversion dinyatakan tidak memiliki korelasi yang signifikan dalam
penelitian tersebut. Temuan dalam penelitian ini juga sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Farid, D. S., & Ali, M. (2018) yang
menyatakan bahwa salah satu trait yang memiliki korelasi signifikan terhadap
perilaku pembelian impulsif adalah trait neuroticism memiliki korelasi positif
dengan perilaku pembelian impulsif.
4.5 Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan dalam penelitian ini adalah penyebaran kuesioner di
dalam penelitian ini menggunakan google form yang kurang menyeluruh
kepada seluruh mahasiswa Universitas Negeri Jakarta, sehingga hasil
penelitian ini kurang signifikan atau kurang dapat menggambarkan perilaku
pembelian impulsif yang sebenarnya terjadi pada mahasiswa Universitas
Negeri Jakarta. Hal tersebut juga disebabkan oleh penyebaran data yang
kurang merata dan jumlah responden yang mengisi kuesioner dari setiap
kategori demografis seperti jenis kelamin, usia, serta fakultas berbeda-beda,
sehingga sampel kurang merepresentasikan populasi. Keterbatasan waktu dan
kondisi yang mengharuskan penulis tidak dapat langsung turun lapangan
untuk mengambil data. Dan pengambilan data menggunakan google form
juga membatasi penulis untuk dapat mengawasi dan mengetahui kejujuran
data yang diberikan. Hasil ini juga tidak dapat menggambarkan Pada
penelitian ini juga tidak mengontrol data demografis yang berkaitan dengan
kriteria subjek yaitu intensitas subjek dalam melakukan pembelian tidak
direncanakan, sehingga responden dengan intensitas pembelian impulsif yang
jarang atau rendah juga dapat mengisi kuesioner ini.
69
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengujian secara statistic dari 301 responden, dapat
disimpulkan bahwa terdapat pengaruh antara trait neuroticism dari tipe
kepribadian big five terhadap pembelian impulsif pada mahasiswa Universitas
Negeri Jakarta yang berbelanja secara online..
Trait openness to experience, conscientiousness, extraversion, dan
agreeableness dari tipe kepribadian big five tidak memiliki pengaruh terhadap
pembelian impulsif pada mahasiswa Universitas Negeri Jakarta yang
berbelanja secara online.
Tipe kepribadian big five secara simultan menyumbang 13,5%
terhadap pembelian impulsif dan sisanya sebesar 86,5% dipengaruhi oleh
variabel atau faktor lain diluar penelitian ini.
5.2 Implikasi
Hasil pada penelitian ini menunjukkan implikasi kepada mahasiswa
khususnya mahasiswa Universitas Negeri Jakarta bahwa semakin tinggi
tingkat neuroticism pada individu, maka akan semakin tinggi periaku
pembelian impulsifnya. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa tipe
kepribadian tertentu dapat membantu bagaimana seseorang dalam melakukan
kegiatan pembelian impulsif.
Mahasiswa yang memiliki skor tinggi dalam trait neuroticism maka
akan mudah melakukan pembelian impulsif, hal ini dikarenakan individu
dengan trait neuroticism cenderung memiliki kecemasan berlebih yang
berpotensi pada perilaku impulsif, sehingga mereka melakukan pembelian
impulsif untuk menyalurkan kecemasannya.
70
Implikasi dalam penelitian ini untuk mahasiswa khususnya di
Universitas Negeri Jakarta yang memiliki skor tinggi dalam trait neuroticism
dalam tipe kepribadian big five untuk dapat mencari kegiatan positif lain
untuk menyalurkan rasa cemas tersebut. Karena jika terus melakukan
kegiatan pembelian impulsif itu akan berdampak negatif seperti pemborosan
atau mengeluarkan uang untuk membeli barang-barang yang tidak dibutuhkan
dan akan timbul rasa penyesalan setelah membeli barang tersebut.
5.3 Saran
Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan dari hasil penelitian diatas
masih memiliki banyak kekurangan dan keterbatasan. Dengan demikian untuk
mengembangkan penelitian selanjutnya, penulis akan memberi saran agar
penelitian selanjutnya dapat menjadi lebih baik.
Saran untuk mahasiswa yang memiliki kecenderungan kecemasan
tinggi, temperamental, dan mudah sedih untuk dapat mencari kegiatan yang
lebih positif seperti mengikuti kegiatan organisasi atau komunitas di kampus,
meningkatkan kemampuan bersosialisasi dengan cara banyak bergaul dan
berinteraksi baik dengan teman maupun dengan orang baru sehingga dapat
menambah wawasan. Kegiatan-kegiatan tersebut dapat dilakukan untuk
menyalurkan emosi atau kecemasan, sehingga akan mengurangi dampak
buruk dari perilaku impulsif yang dilakukan, khususnya pada perilaku
pembelian impulsif.
Saran untuk mahasiswa khususnya di Universitas Negeri Jakarta
dengan yang memiliki kecenderungan perilaku pembelian impulsif untuk
selalu mempertimbangkan secara matang sebelum melakukan pembelian,
mempunyai daftar kebutuhan, memproporsikan anggaran bulanan untuk
barang-barang yang dibutuhkan, dan mengendalikan diri untuk tidak
mengakses toko-toko online sehingga akan menimbulkan perasaan ingin
membeli.
71
Saran untuk peneliti selanjutnya disarankan untuk memperluas dan
mempertimbangkan jumlah sampel penelitian agar dapat sampel dapat
merepresentasikan populasi yang di pakai. Kemudian peneliti selanjutnya juga
disarankan untuk menggunakan variabel lain selain tipe kepribadian big five
seperti variabel shopping lifestyle, celebrity endorser, atau kepercayaan
terhadap merek. Sehingga penelitian tentang pembelian impulsif dapat
berkembang dan memberikan manfaat dalam bidang keilmuan maupun
kehidupan sehari-hari.
74
DAFTAR PUSTAKA
Alwisol, A. (2004). Psikologi Kepribadian. Malang: Universitas Muhammadiyah
Malang.
Ayuningtyas, S. N. (2013). Persepsi Siswa Terhadap Kinerja Guru di SMKN 2
Wonosari. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.
Azwar, S. (2001). Asumsi-Asumsi Dalam Inferensi Statistika. Buletin Psikologi.
Azwar, S. (2015). Penyusunan Skala Psikologi Edisi 2. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Barlian, E. (2016). Metode Penelitian Kualitatif & Kuantitatif. Padang: Sukabina.
Bayley, G., & Nancarrow, C. (1998). Impulse Purchasing : A Qualitative Exploration
of The Phenomenon. Qualitative Market Research : An International Journal.
Cunha, R. A., & Silva, D. (2015). Impulsive Buying Behavior : An Empirical Study
in Brazil. Australian Journal of Basic and Applied Science, 292-296.
Engel, J. F., Blackwell, R. D., & Miniard, P. W. (1995). Perilaku Konsumen Edisi
Keenam Jilid 2. Jakarta: Binarupa Aksara.
Farid, D. S., & Ali, M. (2018). Effects of Personality on Impulsive Buying Behavior:
Evidence from a Developing Country. Marketing and Branding Research, 31-
34.
Feist, J., & Feist, G. J. (2008). Theories of Personality. McGraw-Hill.
Feist, J., Feist, G. J., & Roberts, T.-A. (2017). Teori Kepribadian (Theories of
Personality). Jakarta: Salemba Humanika.
Guay, D., & Ettwein, J. (1998). Internet Commerce Basics. Electronic Markets, 12-
15.
Hadyan, A., Marianti, S., & Safitri, M. (2018). Pengaruh Tipe Kepribadian Terhadap
Impulsive Buying Pada Mahasiswi Psikologi Universitas Esa Unggul Yang
Melakukan Pembelian Secara Online Shopping. Jurnal Psikologi.
Hartaji, R. D. (2012). Motivasi Berprestasi Pada Mahasiswa yang Berkuliah Dengan
Jurusan Pilihan Orang Tua. Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma.
75
Hendrawan, D., & Nugroho, D. A. (2018). Influence of Personality on Impulsive
Buying Behavior Among Indonesian Young Consumers. International
Journal of Trade and Global Markets, 31-39.
Henrietta, P. (2012). Impulsive Buying Pada Dewasa Awal di Yogyakarta. Jurnal
Psikologi Undip, 8.
Herabadi, A., Verplanken, B., & Knippenberg, A. V. (2009). Consumption
Experience of Impulse Buying in Indonesia: Emotional Arousal and
Hedonistic Considerations. Asian Journal of Social Psychology, 20-31.
Kacen, J. J., & Lee, J. A. (2002). The Influence of Culture on Consumer Impulsive
Buying Behavior. Journal of Consumer Psychology, 163-176.
Karbasivar, A., & Yarahmadi, H. (2011). Evaluating Effective Factors on Consumer
Impulse Buying Behavior. Asian Journal of Business Management Studies,
174-181.
KBBI Online. (2020, Mei 06). KBBI Daring. Retrieved from
https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/mahasiswa
King, L. A. (2010). Psikologi Umum: Sebuah Pandangan Apresiatif Buku 2. Jakarta:
Salemba Humanika.
Larsen, R. J., & Buss, D. M. (2002). Personality Psychology: Domain of Knowledge
about Human Nature. New York: McGraw-Hill.
Lee, J. A., & Kacen, J. J. (2000). The Relationship Between Independent and
Interdependent Self Concepts and Reason for Purchase. Journal of
Euromarketing, 83-99.
Loudon, D. L., & Bitta, A. J. (1993). Consumer Behavior: Concepts & Applications.
New York: McGraw-Hill Series Marketing.
Mulyono, F. (2012). Faktor Demografis dalam Perilaku Pembelian Impulsif. Jurnal
Administrasi Bisnis.
Nuryati, A. (2008). Hubungan Self Monitoring Dengan Impulsive Buying Terhadap
Produk Fashion Pada Remaja . Jurnal Psikologi, 181-193.
Papalia, D. E., Olds, S. W., & Feldman, R. D. (2009). Human Development:
Perkembangan Manusia Edisi 10 Buku 2. Jakarta: Salemba Empat.
Priyono, M. M. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif. Sidoarjo: Zifatama.
76
Pudyastari, M. P. (2019). Pengaruh Konformitas Teman Sebaya Terhadap
Kecenderungan Pembelian Impulsif Produk Fashion Melalui E-Commerce
Pada Mahasiswi Di Jakarta. Jakarta: Universitas Negeri Jakarta.
Ramdhani, N. (2012). Adaptasi Bahasa dan Budaya Inventory Big Five. Jurnal
Psikologi, 189-207.
Rapika, S., & Sari, A. P. (2017). Pengaruh Kepribadian dan Kemampuan Intelektual
Terhadap Kompetensi Guru di SMKN 3 Kota Bengkulu. Management
Insight: Jurnal Ilmiah Manajemen, 64-76.
Ratnawat, R. G., & Borgave, S. A. (2019). Impact of Big Five Personality on
Impulsive Buying Behavior. Research Review International Journal of
Multidisciplinary, 500-505.
Riadi, E. (2016). Statistik Penelitian (Analisis Manual dan IBM SPSS). Yogyakarta:
Andi Penerbit.
Robbins, S. P., & Judge. (2007). Perilaku Organisasi. Jakarta: Salemba Empat.
Roberts, B. W., & Mroczek, D. (2008). Personality Trait Change in Adulthood.
Current Directions in Psychology Science, 31-35.
Rook, D. W. (1987). The Buying Impulse. Journal of Consumer Research, 189-99.
Rook, D. W., & Fisher, R. J. (1995). Normative Influences on Impulsive Buying
Behavior. Journal of Consumer Research, 305-313.
Schiffman, L. G., & Kanuk, L. L. (2007). Perilaku Konsumen Edisi Kedua. Jakarta:
PT. Indeks Gramedia.
Semuel, H. (2005). Respons Lingkungan Berbelanja Sebagai Stimulus Pembelian
Tidak Terencana Pada Toko Serba Ada (Toserba) (Studi Kasus Carrefour
Surabaya). Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, 152-170.
Semuel, H. (2007). Pengaruh Stimulus Media Iklan, Uang Saku, Usia, dan Gender
Terhadap Kecenderungan Perilaku Pembelian Impulsif (Studi Kasus Produk
Pariwisata). Jurnal Manajemen Pemasaran.
Setyowati, R. (2012, Oktober 05). Prospek Belanja "Online". Retrieved from
Kompas.com:
https://tekno.kompas.com/read/2012/10/05/02371027/prospek.belanja.quotonl
inequot
77
Sibarani, D. L. (2019). Pengaruh Citra Diri Terhadap Pembelian Impulsif Pada
Dewasa Awal di Jakarta. Jakarta: Repository Universitas Negeri Jakarta.
Siregar, A. R. (2006). Motivasi Berprestasi Mahasiswa Ditinjau dari Pola Asuh.
Program Studi Psikologi, Universitas Sumatera Utara Medan.
Siswoyo, D. (2007). Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press.
Siyoto, S., & Sodik, M. A. (2015). Dasar Metodologi Penelitian. Literasi Media
Publishing.
Tanzeh, E., & Tanzeh, A. (2018). Metode Penelitian Kualitatif: Konsep, Prinsip dan
Operasionalnya. Tulungagung: Akademia Pustaka.
Turkyilmaz, C. A., Erdeem, S., & Uslu, A. (2015). The Effects of Personality Traits
and Website Quality on Online Impulsive Buying. Procedia Social and
Behavioral Sciences, 98-105.
Verplanken, B., & Herabadi, A. (2001). Individual Differences in Impulse Buying
Tendency: Feeling and No Thinking. European Journal of Personality, 71-83.
Vladimir, Z. (1996). Electronic Commerce: Structure and Issues. International
Journal of Electronic Commerce, 3-23.
Widowati, H. (2019, April 25). Indonesia Jadi Negara dengan Pertumbuhan E-
Commerce Tercepat di Dunia. Retrieved from Databoks.
Yusup, F. (2018). Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian Kuantitatif.
Jurnal Tarbiyah: Jurnal Ilmiah Kependidikan, 17-23.
75
LAMPIRAN
Lampiran 1. Instrumen Penelitian
Instrumen Uji Coba Tipe Kepribadian Big Five
No. Pernyataan STS TS N S SS
Saya adalah orang yang…
1. Tidak kehabisan bahan
pembicaraan
2. Cenderung mencari kesalahan-
kesalahan orang lain
3. Melakukan pekerjaan hingga tuntas
4. Mudah murung
5. Sering mendapatkan ide baru
76
Lampiran 2. Instrumen Penelitian
Instrumen Uji Coba Pembelian Impulsif
No. Pernyataan STS TS N S SS
1. Saya biasanya berpikir matang-
matang sebelum membeli sesuatu
2. …………………………………
20. Saya terkadang membeli barang
karena saya suka membelinya,
bukan karena saya
membutuhkannya
77
Lampiran 3. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Tipe Kepribadian Big Five
Hasil Uji Validitas Trait Openness To Experience
Hasil Uji Reliabilitas Trait Openness To Experience
78
Hasil Uji Validitas Trait Conscientiousness
Hasil Uji Reliabilitas Trait Conscientiousness
79
Hasil Uji Validitas Trait Extraversion
Hasil Uji Reliabilitas Trait Extraversion
80
Hasil Uji Validitas Trait Agreeableness
Hasil Uji Reliabilitas Trait Agreeableness
81
Hasil Uji Validitas Trait Neuroticism
Hasil Uji Reliabilitas Trait Neuroticism
82
Lampiran 4. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Pembelian Impulsif
Hasil Uji Validitas Pembelian Impulsif
Hasil Uji Reliabilitas Pembelian Impulsif
83
Lampiran 5. Instrumen Final
Instrumen Final Tipe Kepribadian Big Five
No. Pernyataan STS TS N S SS
Saya adalah orang yang…
1. Tidak kehabisan bahan pembicaraan
2. Cenderung mencari kesalahan-
kesalahan orang lain
3. Melakukan pekerjaan hingga tuntas
4. Mudah murung
5. Sering mendapatkan ide baru
84
Lampiran 6. Instrumen Final
Instrumen Final Tipe Kepribadian Big Five
No. Pernyataan STS TS N S SS
1. Saya biasanya berpikir matang-
matang sebelum membeli sesuatu
2. …………………………………
17. Saya terkadang membeli barang
karena saya suka membelinya,
bukan karena saya
membutuhkannya
85
Lampiran 7. Distribusi Deskriptif Variabel
Distribusi Deskriptif Trait Openness To Experience Tipe Kepribadian Big Five
Distribusi Deskriptif Trait Conscientiousness Tipe Kepribadian Big Five
86
Distribusi Deskriptif Trait Extraversion Tipe Kepribadian Big Five
Distribusi Deskriptif Trait Agreeableness Tipe Kepribadian Big Five
87
Distribusi Deskriptif Trait Neuroticism Tipe Kepribadian Big Five
Distribusi Deskriptif Pembelian Impulsif
88
Lampiran 8. Kategorisasi Variabel
Distribusi Deskriptif Trait Pembelian Impulsif
Lampiran 9. Hasil Uji Normalitas
89
Lampiran 10. Hasil Uji Linearitas
Hasil Uji Linear Trait Openness To Experience Tipe Kepribadian Big Five
Hasil Uji Linear Trait Conscientiousness Tipe Kepribadian Big Five
Hasil Uji Linear Trait Extraversion Tipe Kepribadian Big Five
Hasil Uji Linear Trait Agreeableness Tipe Kepribadian Big Five
90
Hasil Uji Linear Trait Neuroticism Tipe Kepribadian Big Five
Hasil Uji Linear Tipe Kepribadian Big Five
91
Lampiran 11. Hasil Uji Korelasi
Lampiran 12. Hasil Uji Hipotesis
92
Lampiran 13. Hasil Uji Multikolinearitas
93
RIWAYAT HIDUP
Nabila Yasmin, lahir di Serang pada tanggal 24
Desember 1997, putri dari pasangan Agus Setya
Sundayana dan Nurhayati. Penulis merupakan anak
ke 2 dari 3 bersaudara. Beralamat di Komplek Bukit
Permai Blok M No. 14 A/B, Kota Serang, Banten.
Penulis menempuh pendidikan formal dimulai dari
TK Pertiwi Kota Serang pada tahu 2003-2004, SDN
20 Kota Serang pada tahun 2004-2010, SMPN 2
Kota Serang pada tahun 2010-2013, dan SMAN 1 Kota Serang pada tahun 2013-
2016.
Pada tahun 2016 melalui jalur SNMPTN diterima menjadi mahasiswa
Universitas Negeri Jakarta, Fakultas Pendidikan Psikologi, Program Studi Psikologi.