bab i pendahuluan 1.1. latar...

40
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri pariwisata merupakan industri yang sarat dengan informasi dimana para pelakunya sangat bergantung untuk berkomunikasi dengan konsumennya (turis) melalui berbagai kanal informasi untuk memasarkan produk dan membangun hubungan dengan konsumen. Informasi mempunyai peran yang sangat penting dalam melakukan perencanaan wisata karena dapat memengaruhi pengambilan keputusan destinasi tujuan wisata dan perencanaan pembelian seperti akomodasi, transportasi, aktivitas, atraksi, makanan, dan lainnya 1 . Pemasaran pariwisata yang dulunya cukup memanfaatkan media cetak dan elektronik belum dapat menjangkau publik secara luas. Penetrasi internet telah merubah pola distribusi informasi dan komunikasi antara perusahaan dan konsumen dalam sektor pariwisata. Perkembangan teknologi informasi di dalam industri pariwisata telah merevolusi metode pemasaran pariwisata. Berbeda dengan media lain yang berkomunikasi dengan publik melalui model one to many. Pemasaran pariwisata melalui internet dapat menjangkau masyarakat di wilayah yang lebih luas. Internet memiliki kelebihan karena fleksibel, hemat biaya, interaktif, dan dapat menghilangkan peran perantara dalam industri pariwisata. Supplier dapat berhubungan dengan wisatawan secara langsung sehingga dapat meningkatkan profit bagi industri jasa pariwisata. Internet merupakan perwujudan teknologi komunikasi masa kini yang dibutuhkan oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhan informasi dan 1 Kanneth F Hyde. 2008. “Information Processing and Touring Planning Theory”. Annals of Tourism Research. Vol.35, Issue 3, pp. 712-713. Hlm: 712.

Upload: trantram

Post on 30-Jul-2018

224 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/63374/potongan/S2-2013... · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri pariwisata merupakan industri

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Industri pariwisata merupakan industri yang sarat dengan informasi

dimana para pelakunya sangat bergantung untuk berkomunikasi dengan

konsumennya (turis) melalui berbagai kanal informasi untuk memasarkan produk

dan membangun hubungan dengan konsumen. Informasi mempunyai peran yang

sangat penting dalam melakukan perencanaan wisata karena dapat memengaruhi

pengambilan keputusan destinasi tujuan wisata dan perencanaan pembelian seperti

akomodasi, transportasi, aktivitas, atraksi, makanan, dan lainnya1.

Pemasaran pariwisata yang dulunya cukup memanfaatkan media cetak dan

elektronik belum dapat menjangkau publik secara luas. Penetrasi internet telah

merubah pola distribusi informasi dan komunikasi antara perusahaan dan

konsumen dalam sektor pariwisata. Perkembangan teknologi informasi di dalam

industri pariwisata telah merevolusi metode pemasaran pariwisata.

Berbeda dengan media lain yang berkomunikasi dengan publik melalui

model one to many. Pemasaran pariwisata melalui internet dapat menjangkau

masyarakat di wilayah yang lebih luas. Internet memiliki kelebihan karena

fleksibel, hemat biaya, interaktif, dan dapat menghilangkan peran perantara dalam

industri pariwisata. Supplier dapat berhubungan dengan wisatawan secara

langsung sehingga dapat meningkatkan profit bagi industri jasa pariwisata.

Internet merupakan perwujudan teknologi komunikasi masa kini yang

dibutuhkan oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhan informasi dan

1 Kanneth F Hyde. 2008. “Information Processing and Touring Planning Theory”. Annals of Tourism Research. Vol.35, Issue 3, pp. 712-713. Hlm: 712.

Page 2: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/63374/potongan/S2-2013... · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri pariwisata merupakan industri

2

komunikasi. Internet menjadi kebutuhan dalam pencarian informasi terkait

perencanaan, pengambilan keputusan wisata dan segala kebutuhan pembelinya.

Hal ini disebabkan karena internet menjadi sumber informasi utama yang

memiliki tingkat interaktifitas dan kustomisasi tinggi sehingga dapat memberikan

pengalaman sesuai dengan kebutuhan penggunanya.

Internet berkembang pesat berkat penetrasinya yang tinggi, sehingga

diminati untuk kegiatan penjualan dan pemasaran. Kekuatan internet dalam

menyebarkan pesan secara luas dan interaktifitasnya memudahkan penyampaian

pesan secara real time.Kemunculan internet yang massif mendorong perusahaan

mengimplementasikan e-business untuk memperoleh efisiensi proses bisnis yang

dilakukan perusahaan. Menurut World Tourism Organization (WTO), internet

telah merubah sistem distribusi informasi dan penjualan layanan pariwisata secara

revolusioner. Hal ini berbanding lurus dengan peningkatan proporsi penggunaan

internet untuk belanja online. Tourism internet mall seperti Expedia dan

Travelocity diprediksi akan menjadi magnet industri di masa depan2.

Studi yang dilakukan Plog Research menyebutkan bahwa internet menjadi

sumber informasi utama destinasi pariwisata. Sedikitnya 95% peselancar website

menggunakannya untuk mengumpulkan informasi wisata, 93% diantaranya

mengunjungi website untuk merencanakan liburan dan 1,5% lainnya

menggunakan e-mail untuk memperoleh informasi wisata3.

Sistem ini memberikan kesempatan kepada industri pariwisata untuk

melakukan ekspansi bisnis di seluruh ranah geografis, marketing, dan operasional.

Perkembangan internet yang begitu massif menyebabkan munculnya sejumlah

pemain bisnis baru yang berasal dari pasar wisata. Sektor pariwisata dapat

meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan memengaruhi pertumbuhan sektor jasa,

2Boch dikutip dari Pierre Berthon, Clive Wynne, Layland Pitt. Michael Ewing dan Julie Napoli. 2001.’The Impact of the Internet on the Distribution of Value Chain: The Case of the South African Tourism Industry’. International Marketing Review,Vol. 18. No.4, pp.420-431. Hlm:12. 3 Plog Research dikutip dari Pan, Bing dan Daniel R Fesenmaier. 2006. ‘Online Information Search Vacation Planning Process’. Annals of Tourism Research, Vol. 33, No, pp. 809-832. Hlm: 810.

Page 3: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/63374/potongan/S2-2013... · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri pariwisata merupakan industri

3

terutama yang berhubungan dengan makanan, minuman, akomodasi, transportasi,

hiburan, belanja, dan industri menengah kecil. Industri ini melibatkan sektor-

sektor industri, seperti agen perjalanan, operator tur, penyedia jasa angkutan,

hotel, restoran, pengelola atraksi wisata, penjual cinderamata, dan penyedia jasa

lain yang dapat menarik minat dan melayani wisatawan4.

Pemasaran pariwisata menggunakan internet tidak bisa dilepaskan dari

pertumbuhan teknologi informasi dan komunikasi yang semakin pesat. Internet

menjadi sumber informasi perjalanan pertama di dunia yang menyediakan direct

link antara penyedia layanan wisata (supplier) kepada konsumen. Tindakan ini

menyebabkan terjadinya disintermediasi besar-besaran karena pasar pariwisata

lambat laun menyadari bahwa konsumen tidak perlu membuang waktu, uang, dan

tenaga membuka banyak website, melakukan komunikasi ke setiap supplier, dan

membandingkan harga sebelum memutuskan pembelian.

E-tourism dilengkapi informasi yang dapat memudahkan calon

wisatawan/wisatawan melakukan perjalanan wisata. Kelengkapan tersebut

menunjang fungsi pemasaran pariwisata. Selain itu, juga berfungsi sebagai media

komunikasi dan informasi serta dapat menghapus peran perantara (biro travel

asing). Konsep ini dapat dimanfaatkan untuk merencanakan perjalanan, mencari

informasi wisata atau reservasi karena perencanaan perjalanan dengan internet

dinilai lebih nyaman dan murah.

Kebanyakan pengguna internet merupakan kalangan professional terdidik

yang sering bepergian, memiliki banyak uang dan kecenderungan

membelanjakannya untuk membeli produk wisata. Konsumen dapat menggunakan

situs komersial atau nonkomersial untuk perencanaan, pencarian, reservasi, dan

membeli produk atau jasa pariwisata. Mereka dapat memperoleh konfirmasi

online booking dan dokumen travel dengan pelayanan online. Sistem ini

4James Elliot. 1997. Tourism Politics and Public Sector Management. London: Routledge. Hlm: 12.

Page 4: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/63374/potongan/S2-2013... · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri pariwisata merupakan industri

4

mempermudah pembayaran layanan dengan berbagai macam pilihan dan saran

tanpa harus menghubungi masing-masing supplier5.

Cara tersebut lebih praktis dan tidak memerlukan banyak biaya

dibandingkan metode konvesional lainnya. Selain itu, juga dapat mempersingkat

waktu dalam memperoleh informasi, kualitas pelayanan, dan kepuasan pelanggan.

Konsumen dapat membandingkan destinasi, harga paket wisata, penginapan, dan

jasa hiburan secara mudah. Informasi yang diberikan juga akurat untuk reservasi.

Sistem ini menjadi celah bagi industri pariwisata untuk menyasar target

marketnya.

Pemasaran pariwisata terintegrasi melalui website menghubungkan sistem

informasi industri pariwisata, seperti industri penerbangan, pelayaran, asuransi,

agen travel, hotel, dan pengelola obyek wisata sehingga dapat mempermudah

wisatawan dalam merencanakan perjalanan wisatanya. Melalui sistem online

booking yang dimiliki, konsumen dapat merencanakan dan melakukan

perhitungan yang tepat untuk memilih paket liburan sehingga wisatawan dapat

memperoleh kepastian biaya yang dikeluarkan dan aktivitas pada saat melakukan

perjalanan wisata.

Di Malaysia, perkembangan Information Communication Technology

(ICT) terutama internet, menyediakan tantangan dan semangat baru untuk

mempromosikan produk/jasa kepada stakeholder. Sistem ini merubah model

perencanaan dan belanja konsumen terhadap kebutuhan wisata. Proses pertukaran

informasi dapat meningkatkan kepedulian terhadap produk/jasa. Internet menjadi

media pilihan bagi wisatawan untuk memperoleh informasi perjalanan pariwisata.

Oleh karena itu, Tourism Malaysia (TM) melibatkan platform Yahoo dan MSN

untuk meningkatkan brand ”Malaysia Truly Asia” supaya dapat dilihat secara

global dengan menunjukkan objek destinasi wisata unik di website. Melalui

5 Bloch dalam Clive Wynne,Pierre Berthon, Layland Pitt. Michael Ewing, dan Julie Napoli. 2001.’The Impact of the Internet on the Distribution of Value Chain: The Case of the South African Tourism Industry’. International Marketing Review,Vol. 18. No.4, pp.420-431. Hlm: 12.

Page 5: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/63374/potongan/S2-2013... · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri pariwisata merupakan industri

5

kampanye iklan online, Malaysia ingin meningkatkan jumlah wisatawan potensial

yang berkunjung ke negara tersebut melalui website pariwisata resminya6.

Website pariwisata Malaysia www.VirtualMalaysia.com dinobatkan

menjadi model e-tourism. Menurut Sekretaris Jenderal United Nations Conference

Trade and Development (UNCTAD) Dr Supachai Panitchpakdi, display grafis

pemasaran dan desain portal ini sangat bagus sehingga menarik visitor untuk

berkunjung. Desain website memisahkan consumer dan pelancong bisnis.

Informasinya juga relevan dan tak kalah menarik, juga menyediakan tips bagi

wisatawan untuk berwisata. Di samping itu, Dr. Supachai menjelaskan bahwa e-

tourism sangat bagus karena menggabungkan teknologi dan industri travel7.

Data dari konsultan independen pariwisata Prancis (Protourisme) pada

Maret 2009 menyebutkan, wisatawan yang memperoleh informasi perjalanan

wisata melalui internet sebesar 77%, word of mouth 33%, dinas pariwisata 27%,

guide perjalanan 21%, dan biro perjalanan 21%. Akses informasi yang diperoleh

dari internet menjadi rujukan bagi calon client untuk memperoleh informasi

wisata. Konsumen yang mencari informasi perjalanan wisata melalui internet

berdasarkan data kantor e-tourism di Prancis (Raffour Interactif) pada Oktober

2009 seperti dikutip dari Journal de Net mencapai 91%, teman 57%, kolega kerja

30%, keluarga 28%, dan brosur 27%. Pencarian informasi wisata melalui internet

semakin meningkat ditopang oleh pertumbuhan teknologi informasi dan

komunikasi yang semakin pesat dan teknologi smartphone.

Smartphone menyediakan 10.000 aplikasi travel dan pariwisata.

Sementara itu, sektor pariwisata di dunia terus tumbuh pada awal trimester 2010,

atau meningkat 50% di 2009 dan 42% di 2008. Kebutuhan travel dan holiday dari

data Eurostat pada Desember 2009, tercatat menjadi prioritas pertama yaitu

sekitar 60%, pakaian dan peralatan olahraga 45%, barang-barang rumah tangga

35%, tiket kegiatan 35%, buku, majalah, dan bahan-bahan e-learning 35%, film 6‘Iklan Pariwisata Malaysia di Yahoo dan MSN’ dalam http://www.antaranews.com diunduh 22 Februari 2013 pukul 00.59 wib. 7‘Malaysia’s Website, a Model of E-tourism’ dalam http://thestar.com.my/newstory.asp diunduh 9 Mei 2012 pukul 4.59 wib.

Page 6: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/63374/potongan/S2-2013... · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri pariwisata merupakan industri

6

dan musik 32%, software komputer 29%, peralatan elektronik dan kamera 28%,

dan hardware komputer 19%8.

Sebuah survei menyatakan, 18% responden pengguna internet

memutuskan melakukan perjalanan wisata karena pengaruh promosi wisata

online. Sebanyak 65% pengguna internet memanfaatkan mesin pencari Google

sebagai sumber memperoleh informasi wisata. Survei dari Virtual Consulting

menyebutkan, 71% perjalanan wisata yang dilakukan oleh pengguna internet di

Indonesia merupakan wisatawan mandiri yang merencanakan perjalanannya 3

bulan sebelum keberangkatan, 35% wisatawan menyiapkan 1 bulan sebelumnya,

dan 54% lainnya mengandalkan rekomendasi dari teman. Sebanyak 69%

pengguna menyatakan mencari informasi wisata secara online merupakan

aktivitas yang menyenangkan sebelum mempersiapkan perjalanan wisata9.

Transformasi penggunaan internet di beberapa negara untuk pariwisata

dapat menggantikan peran perantara jasa pariwisata. Hal ini menyebabkan calon

wisatawan/wisatawan dapat memperoleh informasi dengan cepat. Calon

wisatawan/wisatawan dapat berhubungan langsung dengan penyelenggara

pariwisata sehingga dapat menghemat waktu dan biaya. Sektor ini juga dapat

meningkatkan pendapatan negara dan ekonomi masyarakat daerah. Di samping

itu, organisasi pariwisata dapat memaksimalkan efektivitas dan efisiensi dengan

stakeholder pariwisata. Pengelola layanan wisata dapat membuat website

pariwisata yang inovatif dan interaktif sehingga dapat menarik visitor. Pelaku

usaha dapat bekerjasama memasarkan destinasi dan industri jasa pariwisata. Hal

ini dapat memberikan keuntungan karena industri wisata tidak perlu

menginvestasikan banyak biaya dan tenaga untuk memasarkan produk dan

jasanya. Begitu juga dengan patner bisnis dan stakeholder.

Data www.internetworldstats.com mencatat terdapat 30.000.000 pengguna

internet di Indonesia pada 2010 dengan tingkat penetrasi sebesar 12,3%. Asosiasi 8Joël Gayet. 2010. ‘Le Dernières Évolutions d’Internet et du Marketing Touristique’. Dalam http://www.ladrometourisme.com diunduh 13 Januari 2012 pukul 20.05 wib. 9Nukman Luthfi. 2008. ‘Internet Jadi Andalan Promosi Wisata’. Dalam http://www.virtual.co.id/blog diunduh pada 25 Oktober 2012 pukul 11.00 Wib.

Page 7: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/63374/potongan/S2-2013... · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri pariwisata merupakan industri

7

Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) menyatakan, pertumbuhan domain

baru yang tercatat di Indonesia top level domain (ID-TLD) cukup tinggi. Jika

diperhatikan terdapat sekitar 3.000 domain baru setiap tahunnya, artinya ada

sekitar 3.000 situs baru yang hadir di dunia maya10.

Observasi yang dilakukan terhadap 159 situs pariwisata Indonesia

menyebutkan, 58 situs (36%) berasal dari pemerintah, 49 situs (31%) berasal dari

organisasi pariwisata. Selanjutnya, 34 situs (21 %) berasal dari travel agent, 12

situs (8%) berasal dari perseorangan, dan 6 situs (4%) berasal dari sektor

akomodasi. Pemerintah menjadi penyedia situs terbanyak dengan persentase 36%.

Organisasi pariwisata juga memiliki jumlah situs yang cukup dominan sekitar

31%.

Mayoritas organisasi pariwisata adalah portal pariwisata yang menawarkan

berbagai produk dan jasa pariwisata, mulai dari akomodasi, paket wisata, dan

event-event tertentu. Selain itu, situs pariwisata yang berasal dari perseorangan

juga bermunculan. Pada pengklasifikasian di atas, dapat diasumsikan bahwa situs

yang tidak berasal dari pemerintah merupakan situs dari sektor swasta. Jumlah

situs pariwisata yang berasal dari pemerintah hanya berjumlah 36 %, sedangkan

yang berasal dari sektor swasta adalah 64%11.

Pemasaran pariwisata melalui internet dilakukan mengingat tingkat

mobilitas masyarakat yang semakin tinggi saat ini. Pemanfaatan internet dalam

pemasaran pariwisata efektif karena sifatnya low budget high impact. Pemasaran

objek-objek wisata di daerah juga dapat meningkatkan ekonomi dan memberikan

peluang kepada pembaca website untuk mengakses informasi pariwisata secara

real time online. Hal ini disebabkan karena pemasaran pariwisata kurang merata

dan pemahaman terhadap e-tourism masih kurang. Kurangnya riset yang mengkaji

10Ahmad Murtadho dan Muhammad Rifki Shihab. 2011. ‘Analisis Situs E-tourism Indonesia: Studi terhadap Persebaran Geografis, Pengklasifikasian Situs serta Pemanfaatan Fungsi dan Fitur’. Journal of Information Systems, Volumes 7, Issues 1. Hlm: 14. 11J. Lu & Z. Lu. 2004. Dalam Ahmad Murtadho dan Muhammad Rifki Shihab. 2011. ‘Analisis Situs E-tourism Indonesia: Studi terhadap Persebaran Geografis, Pengklasifikasian Situs serta Pemanfaatan Fungsi dan Fitur’. Journal of Information Systems, Volumes 7, Issues 1. Hlm: 22.

Page 8: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/63374/potongan/S2-2013... · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri pariwisata merupakan industri

8

persebaran, klasifikasi, dan evolusi perkembangan e-tourism menyebabkan

pemanfaatannya masih kurang. Di samping itu, banyak situs e-tourism yang

berkembang namun belum ada evaluasi mengenai fitur-fitur yang terdapat di situs.

Di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), perkembangan situs-situs

pariwisata baik dari pemerintah, swasta, dan perseorangan tumbuh semakin pesat

untuk mendukung komunikasi pemasaran pariwisata. Di samping itu, pemasaran

pariwisata juga dilakukan melalui media televisi, radio, surat kabar, brosur, iklan

di ruang boarding, pamflet, dan booklet. Perkembangan internet yang semakin

pesat memberikan peluang terhadap pemasaran pariwisata melalui website.

Sedikitnya terdapat sekitar 12 website pariwisata di DIY. Berikut ini portal-portal

yang menyediakan informasi pariwisata di DIY:

Tabel 1: Portal Pariwisata di Provinsi DIY dan Rangking Trafik Kunjungan

No Portal Pariwisata

Pemerintah

Ranking Trafik

(Internasional/Reg

ional)

Portal Pariwisata

Swasta

Ranking Trafik

(Internasional/Regio

nal)

1. www.visitingjogja.com 1.080.113/25.145 www.YogYES.COM 62.844/822

2. www.pariwisata.jogja.co.i

d

----------------------

--

www.jogja.com 794.647/17.761

3. www.disbudpar.bantulkab

.go.id

848.094/24.898 www.javapromo.com 11.377.560/---

4. www.disbudpar.kulonprog

okab.go.id

1.199.380/35.121 www.dipowisata.com ------------------

5. www.pariwisata.gunungki

dulkab.go.id

1.251.958/19.907 www.jogjatrip.com 289.525/4.896

6. www.tourismsleman.com 7.139.924/------- www.ruparagam.com 3.177.651/46.046

7. www.gudegnet.com ---------------------

Sumber: diolah dari http//www.alexa.com

Website pariwisata memberikan informasi obyek destinasi dan seluruh

rantai nilai pariwisata sehingga mempermudah calon wisatawan untuk

merencanakan perjalanan wisatanya. Calon wisatawan/wisatawan memerlukan

website yang komprehensif, interaktif dan informatik untuk memperoleh

Page 9: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/63374/potongan/S2-2013... · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri pariwisata merupakan industri

9

informasi kepariwisataan sehingga dapat menjadi panduan dalam perjalanan

wisata. Informasi di dalam portal dapat dimanfaatkan untuk mempromosikan

pariwisata sehingga dapat meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan ke DIY.

Jangkauan internet yang luas dan kecepatannya dapat membantu upaya pemasaran

pariwisata.

Akan tetapi, upaya komunikasi pemasaran pariwisata melalui pemanfaatan

e-tourism di DIY yang dilakukan oleh pemerintah dan swasta tersebut

menghadapi beberapa hambatan dalam pelaksanaannya. Salah satu permasalahan

yang menghambat komunikasi pemasaran pariwisata melalui pemanfaatan e-

tourism adalah permasalahan terkait content website pariwisata itu sendiri.

Banyak content website pariwisata memuat informasi-informasi pariwisata yang

sifatnya umum dan satu arah. Mayoritas situs pariwisata di Indonesia

menyampaikan informasi daya tarik dan berita wisata. Ini merupakan informasi

dasar yang dimuat di dalam situs pariwisata. Di samping itu, website pariwisata

yang seharusnya dapat dimanfaatkan sebagai panduan wisata bagi wisatawan di

suatu daerah, sering menyajikan informasi yang kurang beragam atau tidak

lengkap, kurang akurat serta interaktif karena tidak menyediakan fasilitas yang

memungkinkan terjadinya komunikasi dua arah seperti chat room, bulettin board,

forum, komentar serta kritik dan saran. Jika ada, fasilitas tersebut kurang memadai

sehingga tidak dimanfaatkan atau malah dimanfaatkan untuk hal-hal yang tidak

semestinya.

Website pariwisata yang lengkap memenuhi beberapa unsur kelengkapan

seperti informasi kepariwisataan, interaktivitas, transaksi, dan kerjasama. Selain

materi kontennya kurang komprehensif dan interaktif, lambatnya pembaharuan

(up date) dan responsivitas menjadi permasalahan bagi website pariwisata. Hal itu

menyebabkan portal tersebut tidak dapat berfungsi secara optimal sebagai media

komunikasi pemasaran pariwisata. Dengan begitu, website tidak dapat membantu

calon wisatawan memperoleh informasi yang lengkap sesuai dengan fungsinya

sebagai helpdesk komunikasi pemasaran pariwisata. Portal pariwisata yang sulit

Page 10: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/63374/potongan/S2-2013... · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri pariwisata merupakan industri

10

dinavigasi atau diakses, tidak user friendly atau kecepatan loadingnya lambat

dapat menyulitkan visitor.

Kelengkapan dan keragaman fitur portal seperti informasi destinasi wisata,

hotel, restoran, tour operator, tempat membeli oleh-oleh, transportasi, atraksi

wisata, informasi umum, harga, kontak, peta, online booking dan multimedia

dapat menambah daya tarik dan membantu visitor memperoleh informasi

kepariwisataan secara detail. Selain itu, besarnya bandwith dan server yang

dipakai dapat menentukan aksesibilitas portal. Penggunaan media sosial yang

tidak digunakan secara efektif untuk menunjang promosi juga dapat memengaruhi

jumlah visitor portal

Untuk itu, website pemerintah Visitingjogja.com dan swasta

YogYES.COM perlu dibandingkan fitur-fitur kontennya untuk mengetahui

kelengkapan informasi dan interaktivitasnya dalam membantu pemasaran

pariwisata. Dengan demikian, kedua portal tersebut dapat memaksimalkan fungsi

fitur-fiturnya sehingga dapat membantu kegiatan komunikasi pemasaran

pariwisata DIY. Calon wisatawan/wisatawan yang memerlukan informasi

kepariwisataan dapat terbantu dengan adanya website tersebut. Portal juga dapat

memperluas pemasaran pariwisata sehingga jumlah kunjungan wisatawan ke DIY

meningkat.

1.2. Rumusan Masalah

Website pariwisata e-tourism menyediakan informasi kepariwisataan

kepada calon wisatawan/wisatawan dan dapat dimanfaatkan sebagai media

komunikasi pemasaran pariwisata. E-tourism memberikan informasi yang relevan

secara real time online sebagai media komunikasi pemasaran pariwisata. Namun,

tidak semua website pariwisata memiliki content yang memenuhi faktor kunci

keberhasilan e-tourism karena ketidaklengkapan informasi dan kurangnya

Page 11: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/63374/potongan/S2-2013... · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri pariwisata merupakan industri

11

interaktivitas. Agar tujuan pembahasan menjadi lebih terarah, dalam penelitian ini

penulis merumuskan beberapa masalah yang akan diteliti sebagai berikut:

1. Bagaimanakah portal pariwisata Visitingjogja.com dan YogYES.COM

dimanfaatkan sebagai media komunikasi pemasaran pariwisata DIY?

2. Bagaimana interaktivitas visitor dan kelengkapan informasi content

Visitingjogja.com dan YogYES.COM?

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Penulis bertujuan meneliti dan menganalisis content website pariwisata di

DIY, Visitingjogja.com dan YogYES.COM yang digunakan sebagai

media e-marketing khususnya berkaitan dengan komunikasi pemasaran

pariwisata.

2. Meneliti content website sebagai media komunikasi pemasaran dan

manfaatnya dilihat dari kelengkapan informasi yang disajikan

Visitingjogja.com dan YogYES.COM.

3. Mengetahui interaktivitas visitor dalam berinteraksi dengan supplier,

pengelola, dan sesama visitor.

1.4. Manfaat Penelitian

Penulis mengharapkan agar penelitian ini dapat memberikan manfaat,

khususnya bagi komunikasi pemasaran pariwisata di DIY. Website pariwisata

Visitingjogja.com dan YogYES.COM dapat dikembangkan sebagai media

informasi, promosi, atau bisnis sehingga dapat mengundang pemasar maupun

perusahaan besar untuk melakukan kegiatan e-marketing di website.

Penelitian ini menjadi masukan bagi pengelola Visitingjogja.com dan

YogYES.COM supaya dapat memaksimalkan fitur-fitur yang dimiliki sehingga

mudah dikembangkan sebagai media komunikasi pemasaran pariwisata. E-

Page 12: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/63374/potongan/S2-2013... · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri pariwisata merupakan industri

12

tourism menyediakan informasi obek-objek dan industri jasa pariwisata untuk

memudahkan calon wisatawan/wisatawan memperoleh informasi wisata sehingga

dapat merencanakan dan memperoleh kepastian aktivitas yang akan dilakukan

selama berwisata.

1.5. Objek Penelitian

Objek dalam penelitian adalah website Visitingjogja.com dan

YogYES.COM. Beberapa pihak yang berkaitan dalam penelitian adalah pembuat

kebijakan pemasaran pariwisata DIY seperti Heri Lantjono (Kepala Bidang

Pemasaran Dinas Pariwisata Provinsi DIY), Putu Kertiyasa (Kepala Seksi

Promosi Dinas Pariwisata Provinsi DIY), dan Drs. Sinang, M.Si (Kepala Seksi

Standarisasi Produk dan Pengembangan/ Mantan Kepala Bidang Destinasi Dinas

Pariwisata DIY), Dinas Pariwisata Provinsi DIY (pengelola situs pariwisata),

Ignatius Setiadi (administrator website Visitingjogja.com), Agus Supriadi dan

Inda Kristianingsih (pendiri website YogYES.COM).

Pengambilan objek Visitingjogja.com dan YogYES.COM dilakukan untuk

membandingkan konten website pariwisata milik pemerintah dan swasta. Kedua

website tersebut memiliki fungsi yang sama sebagai tool komunikasi pemasaran

pariwisata. Website diadopsi bidang pemerintahan dan bisnis untuk memasarkan

pariwisata di tahun pertama berkembangnya internet. Namun, pemanfaatan e-

tourism mengalami kendala dari sisi content website pariwisata dan

interaktivitasnya. Ketidaklengkapan informasi fitur website menyebabkan

pemasaran pariwisata tidak optimal karena tidak dapat memberikan informasi

kepariwisataan secara menyeluruh sehingga dapat memengaruhi jumlah visitor

portal.

Visitingjogja.com merupakan situs Dinas Pariwisata Provinsi DIY yang

dipergunakan untuk memperluas jangkauan pemasaran pariwisata secara global

mengikuti laju perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang semakin

Page 13: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/63374/potongan/S2-2013... · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri pariwisata merupakan industri

13

pesat. Portal ini memiliki rangking trafik internasional 1.080.113 dan rangking

trafik regional 25.145. Sementara YogYES.COM merupakan website pariwisata

pertama yang memiliki visi mempromosikan pariwisata di DIY untuk

meningkatkan ekonomi lokal. Kemunculan situs pariwisata ini menjadi angin

segar bagi pemasaran pariwisata dan bisnis kepariwisataan karena dapat

dimanfaatkan sebagai media informasi dan promosi. Website ini menempati

rangking trafik kunjungan internasional 62.844 dan rangking trafik kunjungan

regional 822.

Teknologi informasi dan komunikasi dalam pemasaran pariwisata dapat

mengimbangi lingkungan eksternal yang semakin dinamis sehingga dapat

merubah metode komunikasi pemasaran konvesional menjadi lebih modern. Oleh

karena itu, penulis tertarik mengetahui lebih lanjut pemanfaatan konten website

pariwisata dan interaktivitas visitor untuk komunikasi pemasaran pariwisata. Di

samping itu juga kelengkapan informasi portal pariwisata seperti apa yang dapat

menarik visitor untuk mengunjungi situs.

1.6. Kerangka Teoritis

Komunikasi pemasaran adalah gabungan dari komunikasi dan pemasaran.

Komunikasi pemasaran merupakan salah satu penunjang keberlangsungan

organisasi/perusahaan. Di dunia bisnis yang semakin kompetitif, komunikasi

pemasaran dinilai penting untuk mendukung pengembangan usaha. Kegiatan ini

dilakukan penjual dan pembeli untuk membantu proses pengambilan keputusan di

bidang promosi dan mengarahkan pertukaran ke semua pihak.

Apabila strategi komunikasi pemasaran dilakukan dan didukung media

yang tepat dan komunikasi yang dilakukan baik serta terencana, maka akan

membawa keuntungan bagi perusahaan sehingga dapat bersaing dan berkompetisi

dalam persaingan yang semakin ketat. Komunikasi pemasaran yang baik antara

Page 14: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/63374/potongan/S2-2013... · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri pariwisata merupakan industri

14

perusahaan dan konsumen menjadi nilai tambah bagi perusahaan sehingga dapat

mendatangkan keuntungan yang besar.

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi membawa model

komunikasi pemasaran baru yang dulunya dapat dilakukan melalui media

konvesional, kini dapat dilakukan melalui media baru. Internet dapat digunakan

untuk saling bertukar informasi. Informasi yang dipertukarkan dapat berupa teks,

grafik, dan angka. Internet dapat berfungsi sebagai jaringan dari jaringan ke

seluruh dunia sehingga informasi yang diperoleh dapat berjalan cepat dan tidak

memerlukan banyak biaya12.

1.6.1. Komunikasi Pemasaran

Portal merupakan sarana komunikasi pemasaran yang dapat digunakan

untuk memasarkan barang dan jasa. Komunikasi pemasaran adalah gabungan dari

komunikasi dan pemasaran. Komunikasi pemasaran dapat menunjang

keberlangsungan organisasi/perusahaan. Di dunia bisnis yang semakin kompetitif,

komunikasi pemasaran penting untuk mendukung pengembangan usaha. Kegiatan

ini dilakukan penjual dan pembeli untuk membantu proses pengambilan

keputusan di bidang promosi dan mengarahkan pertukaran ke semua pihak.

Komunikasi didefinisikan sebagai proses transfer sikap, verbal, atau non

verbal yang dirasakan oleh orang lain. Pengetahuan, perasaan atau pikiran yang

dikodekan dan yang dikirim oleh satu orang diterima dan dikodekan oleh orang

lain. Makna yang diberikan kemudian diinterpretasikan oleh penerima menjadi

pesan sehingga dapat menimbulkan keterhubungan oleh orang yang

berkomunikasi13.

Komunikasi pemasaran adalah proses mengkomunikasikan informasi atau

gagasan produk secara efektif kepada target audience (melalui teks, kata, produk

12 Mary, Cronin. 1996. The Internet Strategy Handbook Lesson from the New Frontier to Business. New York. Hlm: 8. 13 Judith Dwyer. 2003. Business Communication Handbook 6th Edition. Kuala Lumpur. Hlm: 4

Page 15: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/63374/potongan/S2-2013... · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri pariwisata merupakan industri

15

pelayanan atau jasa). Kegiatan bisnis dapat mengoperasikan market-nya untuk

memuaskan kebutuhan seseorang. Dengan kata lain, kesuksesan perusahaan

terjadi saat orang tertarik dengan kegiatan marketing yang dilakukan perusahaan.

Audience yang menjadi target adalah sekelompok orang yang menerima pesan dan

memiliki makna potensial untuk menjawab pesan.

Informasi pasar berupa produk (product), harga (price), dan distribusi

(distribution) dapat dikomunikasikan kepada audience. Tiga hal tersebut

dilengkapi dengan komunikasi pemasaran dapat menunjang keberhasilan bauran

pemasaran (marketing mix). Komunikasi pemasaran merupakan unsur bauran

pemasaran yang digunakan untuk menunjukkan kepada konsumer perlunya

membeli produk. Komunikasi pemasaran melalui rencana pemasaran akan

menghasilkan gagasan besar sehingga dapat membujuk target audience14.

Komunikasi pemasaran memerlukan media yang tepat dalam kegiatan

pemasaran sehingga dapat membantu promosi barang dan jasa. Pemasaran

ditandai dengan proses menciptakan dan mengkomunikasikan kepada pembeli,

nilai-nilai, dan manfaat suatu produk atau jasa yang mendukung penjualan.

Komunikasi pemasaran dapat dilakukan melalui promosi di berbagai media.

Promosi merupakan salah satu elemen bauran pemasaran (marketing mix).

Program promosi merupakan bagian dari strategi pemasaran yang dapat

dikoordinasikan dengan kegiatan pemasaran lainnya.

Perusahaan dapat menghabiskan biaya yang besar untuk memasang iklan

atau mempromosikan penjualan. Tetapi kecil sekali kesempatan berhasil, apabila

kualitas produk tidak baik, harga tidak sebanding, dan tidak memiliki rantai

distribusi kepada consumer15. Bauran promosi (promotional mix) dapat dibagi

menjadi beberapa elemen diantaranya, advertising, direct marketing,

interactive/internet marketing, sales promotion, publicity/public relations, dan

personal selling.

14 Ibid.Hlm: 4 15George E Belch & Michael A. Belch. 2007. Advertising and Promotion An Integrated Marketing Communication Perspective. New York:Mc Graw Hill. Hlm: 9.

Page 16: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/63374/potongan/S2-2013... · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri pariwisata merupakan industri

16

Dalam perkembangannya, strategi komunikasi pemasaran dapat dilakukan

secara terintegrasi dilengkapi bermacam-macam bauran promosi (promotional

mix) dengan jalan menyeimbangkan kekuatan dan kelemahan untuk menghasilkan

program komunikasi yang efektif. Integrated Marketing Communication (IMC)

melibatkan proses perencanaan, eksekusi, evaluasi, dan mengontrol penggunaan

bermacam-macam unsur bauran promosi supaya dapat berkomunikasi secara

efektif dengan target audience.

Komunikasi pemasaran terintegrasi merupakan strategi bisnis dengan jalan

merencanakan, mengembangkan, mengeksekusi, mengevaluasi secara

terkoordinasi, terukur, dan berkomunikasi secara persuasif menggunakan brand

consumer, customer, prospek, karyawan, kolega, dan target audience yang

relevan baik internal dan eksternal. Tujuannya adalah untuk memperoleh

keuntungan finansial jangka pendek, membangun brand jangka panjang, dan

pemegang saham16.

Komunikasi pemasaran dapat memanfaatkan tool untuk membangun

komunikasi sehingga komunikasi dengan target audience dapat dilakukan secara

terintegrasi. IMC memiliki fungsi bisnis karena perencanaan berperan penting

dalam mengembangkan dan mengimplementasikan program komunikasi

pemasaran terintegrasi yang efektif. Pemasar harus menggunakan tool pemasaran

terintegrasi untuk mencapai tujuan komunikasi. Tool IMC dapat berupa broadcast

media (TV/radio), print media (newspaper/magazines), public relations/publicity,

internet/interactive marketing, direct marketing, sales promotion, product

placements (TV dan movie), events dan sponsorship, word-of-mouth, point-of-

purchase (displays packaging), personal selling, dan out-of home media17.

Komunikasi pemasaran memberikan peluang kepada pemasar untuk

mempertimbangkan pesan atau brand perusahaan dengan menggunakan tool

komunikasi. Masing-masing contact tool dapat dimanfaatkan untuk

berkomunikasi dengan target audience dikombinasikan dengan program IMC 16Ibid., Hlm: 11. 17Ibid. Hlm: 24.

Page 17: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/63374/potongan/S2-2013... · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri pariwisata merupakan industri

17

supaya dapat mencapai sasaran, informatif, dan persuasif sehingga dapat

memengaruhi audience. IMC berfungsi mengembangkan, mengimplementasikan,

mengontrol, mengorganisasikan, dan berperan memfungsikan elemen-elemen

khusus bauran pemasaran, membedakan, mengintegrasikan,

mengimplementasikan, dan mengevaluasi hasil serta membuat penyesuaian

penting. Komunikasi pemasaran merupakan satu bagian yang terintegrasi dan

menjadi keseluruhan perencanaan program pemasaran.

Komunikasi pemasaran diperlukan untuk mempromosikan produk atau

jasa. Dengan adanya komunikasi pemasaran, diharapkan sebuah perusahaan dapat

mengembangkan wilayah pemasaran untuk mencapai tujuan perusahaan.

Perusahaan dapat menentukan target segmentasi, positioning, dan targeting untuk

menentukan rencana pemasaran18.

1.6.2. New Media dan Pemasaran

Teknologi informasi dan komunikasi memiliki 2 fokus utama yaitu adopsi

(siapa yang mengadopsi teknologi informasi, mengapa diadopsi, bagaimana

tingkat adopsinya, seperti apa kemungkinannya nanti, bagaimana adopsi

dipercepat atau diperlambat, apakah individu (rumah tangga atau organisasi)

mengadopsi, dan dampak sosial (apakah berdampak langsung, apa efek atau

konsekuensi dari teknologi baru sudah dapat diprediksi sebelumnya atau belum)19.

Teknologi informasi baru terjadi dalam konteks sosial budaya serta faktor-

faktor lain (misalnya kebijakan pemerintah) yang turut menyertai penggunaan

teknologi20. Determinisme melalui seberapa jauh teknologi menjadi penyebab

utama perubahan sosial di masyarakat, memberikan konsekuensi utama yang

jarang diketahui dan diprediksi ketika media baru itu pertama kali muncul. Ada

18Ibid. Hlm. 26. 19Everett M.Rogers. 1986. Communication Technology: The New Media in Society.New York: Free Press. Hlm. 8. 20Ibid. Hlm: 9.

Page 18: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/63374/potongan/S2-2013... · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri pariwisata merupakan industri

18

banyak ketidakpastian berhubungan dengan teknologi baru. Tapi setelah beberapa

tahun, teknologi baru dan aplikasi potensinya dapat dieksplorasi secara bertahap21.

Internet memperluas fungsi kegunaannya untuk menerima serta mengirim

informasi, gambar, mendaftar, merespon pertanyaan, dan melakukan pembelian

barang dan jasa dengan cepat. Internet memiliki kemampuan menyeleksi isi pesan

dari sejumlah pilihan dengan segera seperti yang disediakan oleh media tersebut.

Perkembangan teknologi dan konvergensi menyulitkan proses memahami sifat

dan bentuk teknologi media baru. Pavlik mengajukan 4 pertanyaan mendasar

mengenai konsekuesi teknologi baru, yakni 22:

1. Bagaimana dampak teknologi terhadap cara para pekerja professional

berkomunikasi dalam melakukan pekerjaan mereka.

2. Bagaimana teknologi baru dapat memengaruhi sifat produk komunikasi atau

konten?

3. Bagaimana perubahan teknologi memengaruhi struktur industri komunikasi?

4. Bagaimana teknologi media baru memengaruhi sifat audiens media dan

masyarakat pada umumnya?

Livingstone mengatakan what’s new about the internet maybe the

communication of interactivity with those features which where innovative for

mass communication-the unlimited range of content, the scope of audience rich

the global nature of communication23. Oleh karena itu, internet lebih menjangkau

publik secara luas dengan model komunikasi interaktif yang ditawarkan karena

lebih inovatif dan tidak terpancang pada isi/content sehingga dapat menjangkau

audience secara global.

Internet merupakan hasil perkembangan teknologi informasi dan

komunikasi dan merupakan media interaktif yang memungkinkan terjadinya

21Ibid.Hlm.23. 22John V Pavlik. 1996. New Media Technology: Cultural and Commercial Perspective. London: A Simon & Schuster Company. Hlm: 5. 23 Denis Mc Quail. 2000. Mass Communication Theory 5th Edition. London: Sage Publications. Hlm:138.

Page 19: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/63374/potongan/S2-2013... · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri pariwisata merupakan industri

19

pertukaran arus informasi yang dinamis. Pengguna internet dapat berpartisipasi

dan memodifikasi bentuk dan konten informasi yang didistribusikan. Berbeda

dengan media lain yang berkomunikasi dengan publik secara one to many24.

Media ini memberikan keuntungan bagi sektor ekonomi dan jasa sehingga

menyebabkan berkembangnya ekonomi baru dengan adanya dematerialisasi

output dalam bentuk kode, konten media, desain, informasi, dan jasa25. Hal ini

menyebabkan bertumbuhnya situs budaya, industri kreatif, dan produksi jasa

seperti hiburan, pariwisata, dan hospitality.

Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang sedemikian pesat

menawarkan model pemasaran baru menggunakan internet sehingga lebih

interaktif dan real time. Karakteristik media baru dapat membuka jalur

komunikasi melalui two way communication sehingga membuka terjadinya

interaktivitas dalam komunikasi sehingga dapat menghasilkan feedback dan

pertukaran informasi. Kemampuan sistem komunikasi digunakan untuk bercakap-

cakap (talk back) dalam sebuah percakapan. Efektivitas dan interaktivitas yang

tinggi berhubungan dengan biaya komunikasi dan waktu yang diperlukan untuk

berkomunikasi.

Media baru memiliki kekuatan di bidang komunikasi. Efek komunikasi

satu arah (one way communication), memberikan model konvergensi komunikasi

sebagai bagian dari proses pertukaran informasi yang disebabkan karena

interaktivitas media baru. Interaktivitas berarti bahwa konten pesan individu yang

tinggi dapat dikomunikasikan di masa lampau26.

Perkembangan internet membawa perubahan core model transformasi

bisnis yang dulunya dilakukan secara langsung, sekarang dapat dilakukan lebih

interaktif dan real time. Akselerasi pertumbuhan dan pelayanan jasa menunjukkan

tren yang berkesinambungan sehingga mendasari lahirnya konsep internet

marketing dan perdagangan elektronik, yang dikenal dengan nama e-commerce

24 Op. Cit., Hlm: 20. 25 Tery Flew. 2004. New Media. South Melbourne. Oxford. Hlm: 51. 26 Everett M. Rogers. Op.Cit. Hlm: 211.

Page 20: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/63374/potongan/S2-2013... · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri pariwisata merupakan industri

20

dan e-business untuk menciptakan interaktivitas di bidang bisnis. Internet

marketing dapat didefinisikan sebagai penggunaan internet dan teknologi digital

untuk mencapai tujuan kegiatan pemasaran dan mendukung konsep pemasaran

modern. Istilah ini sering disamakan dengan e-commerce dan menjadi tema

standar untuk kegiatan bisnis seperti jual-beli online, pembayaran online, home

shopping/banking untuk menjaga efisiensi pasar baru.

Perusahaan dapat menggunakan website untuk mempromosikan produk dan

jasa dengan menyediakan informasi kepada customer potensial dan berinteraksi

dengannya. Media ini dapat melakukan direct marketing, personal selling, dan

public relation secara efektif dan efisien. User dapat berpartisipasi dan

memodifikasi bentuk dan konten informasi, menerima/merubah informasi dan

gambar, mencari informasi lain, menjawab pertanyaan, dan melakukan

pembelian.

Turban Efraim menyebut kegiatan pemasaran menggunakan internet

disebut juga e-commerce atau e-business, dimana kegiatan pemasaran dilakukan

dengan menggunakan teknologi informasi berbasis jaringan komputer, internet,

atau menggunakan media teknologi informasi dan komunikasi27. Internet

marketing merupakan cara untuk memulai dan memperkuat hubungan dengan

customer. Akan tetapi, pemasar dapat mendesain dan mengirimkan pesan dan

informasi secara online selama masih berada dalam kontrol melalui email dan

website.

Istilah e-commerce selanjutnya menjadi tema standar untuk kegiatan

bisnis seperti jual-beli online, pembayaran online, home shopping/banking untuk

27 Turban, Efraim, Jae Lee, David King dan H. Michael. Chang. 2006. Electronic Commerce: A

Managerial Perspective. New Jearsey: Pearson Education International Prentice Hall. Hlm: 9.

Page 21: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/63374/potongan/S2-2013... · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri pariwisata merupakan industri

21

menjaga efisiensi pasar28. Tipe-tipe e-commerce dibagi dan diperinci lagi menjadi

8, yaitu29:

1. Business to Business (B2B): transaksi dimana pembeli dan penjual adalah

organisasi.

2. Business to Consumer (B2C): penjual adalah organisasi dan pembeli

adalah individual.

3. Consumer to Business (C2B): consumer mengenalkan produk, jasa, dan

organisasi menyediakan produk atau jasa.

4. Consumer to Consumer (C2C): individu menjual produk atau jasa kepada

individu lain.

5. Intrabusiness (intraorganizational) commerce: organisasi menggunakan e-

commerce untuk memperbaiki operasionalnya yang dikenal B2E (bisnis

terhadap karyawannya.

6. Government to citizens (G2C) and others: pemerintah menyediakan jasa

kepada masyarakat melalui teknologi e-commerce. Pemerintah dapat

berbisnis dengan pemerintah/organisasi lain.

7. Collaborative commerce (c-commerce): partner bisnis berhubungan secara

eletronik dan berkolaborasi dengan partner bisnis sepanjang supply chain.

8. Mobile commerce (m-commerce): e-commerce dilakukan di lingkungan

yang memiliki jaringan wireless, seperti telepon seluler untuk akses

internet.

Perusahaan menggunakan website yang menyediakan informasi wisata dan

untuk memasarkan produk dan jasa kepada customer potensial serta berinteraksi

dengannya. Media ini dapat melakukan direct marketing, personal selling, dan

public relation secara efektif dan efisien. Visitor dapat berpartisipasi dan

memodifikasi bentuk serta konten informasi yang diterima, menerima/merubah

28Chaffey, Dave. 2000. Internet Marketing Startegy, Implementation and Practice. Pearson Education Limited. Prentice Hall.Hlm: 6. 29Turban Efraim, Ephraim McLean dan James Wetherbe. 2002. Information Technology for Management: Transforming Business in the Digital Economy. New York: John Wiley & Sons. Hlm:173.

Page 22: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/63374/potongan/S2-2013... · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri pariwisata merupakan industri

22

informasi dan gambar, mencari informasi lain, menjawab pertanyaan, dan

melakukan pembelian.

Perkembangan model bisnis menggunakan internet diadopsi sektor

pariwisata dengan melibatkan pemerintah, supplier, dan customer dengan

memanfaatkan government to citizens (G2C), business to business (B2B) dan

business to customer (B2C) yang menjadi model dalam e-tourism.

Website pariwisata dapat menimbulkan kepedulian terhadap produk dan

perspektif consumer di seluruh pasar. Kepedulian produk khusus atau jasa dapat

dibawa melalui medium pesan. Melalui pesan yang sesuai, detail informasi

produk akan diteruskan kepada customer sehingga dapat mendapatkan manfaat

dari produk dan jasa tersebut.

1.6.3. Pemasaran Pariwisata

Pariwisata memiliki unsur-unsur yang bersifat tidak nyata berupa

pelayanan. Sektor ini merupakan industri multiproduk dimana pengalaman

wisatawan secara keseluruhan dapat diciptakan oleh bauran produk. Akomodasi,

restoran, daya tarik, penerbangan, toko cinderamata, biro perjalanan, dan

transportasi merupakan beberapa produk pariwisata yang dapat disebutkan

sehingga mampu menyerap banyak tenaga kerja30.

Pemasaran pariwisata didefinisikan Lumsdon sebagai proses manajerial

yang berfungsi mengantisipasi dan memuaskan keinginan pengunjung secara

lebih efektif dari pemasok atau destinasi pesan31. Salah satu unsur pemasaran,

yaitu promosi bertujuan menginformasikan, membujuk, mendorong serta

memengaruhi customer potensial atau intermediary (perantara) perdagangan

seperti travel agen, operator tur, jasa reservasi, hotel, dan broker pedagang 30 Edith Szivas.1999. ‘Pengaruh Sumber Daya Manusia terhadap Pemasaran Pariwisata’. Dalam Francois Vellas dan Lionel Becherel. Pemasaran Pariwisata Internasional. Jakarta:Yayasan Obor Indonesia. Hlm: 206. 31 Francois Vellas dan Lionel Becherel. 1999. Konsep Pemasaran dan Pemasaran Pariwisata Internasional. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Hlm: 10.

Page 23: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/63374/potongan/S2-2013... · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri pariwisata merupakan industri

23

melalui channel komunikasi supaya dapat berpikir dan bertindak dengan cara

tertentu. Pemasaran pariwisata melibatkan organisasi pariwisata yang beragam

dengan cara-cara berbeda sehingga dapat dikelompokkan sebagai berikut32:

• Perusahaan pariwisata yang menangani wisatawan ke luar negeri

(outbound) seperti operator perjalanan dan angkutan.

• Operator yang menangani wisatawan masuk ke dalam negeri (inbound)

melakukan pemasaran di luar negeri.

• Perusahaan yang melayani wisatawan di destinasi seperti hotel, daya

tarik, hiburan, restoran, gerai ritel, dan operator yang masuk (incoming

operator).

• Perusahaan multinasional yang beroperasi secara internasional seperti

untaian hotel (hotel chains), operator perjalanan besar, dan angkutan.

• Destinasi yang memposisikan diri di pasar global.

Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi telah mengubah pola

distribusi, promosi, serta operasi produk/jasa pariwisata termasuk sistem distribusi

global, internet, komunikasi elektronik, pembuatan tiket, dan transfer biaya.

Efisiensi dan efektifitas diperoleh dengan memanfaatkan teknologi informasi dan

komunikasi sehingga dapat menghemat biaya operasional, khususnya di sektor

hotel dan catering (yaitu, manajemen hasil), kemajuan teknologi angkutan,

meningkatkan efisiensi, menurunkan biaya, menyajikan kenyamanan dan

kenikmatan, dan daya tarik wisata dengan menggunakan teknologi canggih dalam

kegiatan yang ditawarkan dan interpretasi peninggalan budaya.

Industri pariwisata memerlukan media yang efektif untuk memasarkan

produk/jasa sehingga dapat menjangkau target yang luas. Pemasaran pariwisata

menggunakan internet dapat menunjang pemasaran pariwisata yang low cost high

impact sehingga dapat memberikan keuntungan yang besar terhadap industri

pariwisata.

32Lionel Becherel dan Francois Vellas. Op., cit: Hlm: 16.

Page 24: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/63374/potongan/S2-2013... · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri pariwisata merupakan industri

24

1.6.4. E-Tourism

Dimitrios Buhalis mendefinisikan e-tourism sebagai refleksi digitalisasi

proses dan rantai nilai travel, hospitality, dan industri katering dalam pariwisata.

Hal ini disebabkan karena internet telah merubah model perencanaan perjalanan

secara konvesional menjadi lebih modern33. Kemudahan, efisiensi waktu, dan

murah menjadi alasan pokok orang untuk merencanakan perjalanan wisata

menggunakan e-tourism. E-Tourism merupakan aplikasi penggunaan Information

Communication and Technology (ICT) dan e-commerce dalam industri pariwisata.

Ini dapat memaksimalkan efisiensi dan efektivitas pariwisata baik hubungannya

dengan organisasi pariwisata maupun dengan seluruh stakeholder34.

Menurut Buhalis, perilaku consumer dalam pariwisata selalu dipengaruhi

oleh kemajuan teknologi informasi dan komunikasi. Penggunaan web 2.0 seperti

dikutip Kang Gretzel dan Lee telah merubah secara signifikan perencanaan

individu terhadap perjalanan wisata35. E-tourism memasukkan teknologi informasi

yang disebut (IT-enabled tourism). Sistem ini menggabungkan seluruh fungsi

bisnis (e-commerce), e-marketing, e-finance, e-accounting, e-production, e-

strategy, e-planning, dan e-management untuk seluruh sektor pariwisata termasuk

travel, transportasi, hiburan, hospitality, intermediary, dan sektor publik36.

Industri pariwisata awalnya menggunakan sistem komputerisasi

(Consumer Reservation System dan Global Distribution System) untuk

memperoleh efisiensi pemrosesan informasi secara internal yang memudahkan

pengaturan distribusi. Saat ini, internet dan Information Communication

Technology (ICT) sangat relevan dioperasikan secara struktural dan strategis di

33Dimitrio Buhalis. Op. Cit., Hlm: 8.

34Dimitrios Buhalis dan Soo Hyun Jun. 2011. ’E-Tourism’. Oxford dalam www.goodfellowpublishers.com diunduh 6 Desember 2011 pukul 09.00 wib. Hlm: 6.

35 Spencer, Andrew J. Dalam Dimitios Buhalis dan Miguel Moital. 2012. ‘Staged Technology Adoption for Small Owner. Managed Travel Firms. An Organization Decision-Making and Lesadership Perspective’. Tourism Management (accepted in press). Hlm: 2. 36 Dimitrios Buhalis dan Soo Hyun Jun. 2011. ‘E-Tourism’.Oxford dalam www.goodfellowpublishers.com diakses 6 Desember 2011 pukul 09.00 Wib. Hlm: 6.

Page 25: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/63374/potongan/S2-2013... · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri pariwisata merupakan industri

25

level marketing untuk memfasilitasi supplier, intermediary, dan konsumer di

seluruh dunia37. Perubahan ini sangat memengaruhi pihak-pihak yang ada di

dalam rantai nilai, baik supplier, customer maupun perantara (intermediaries).

Perubahan lingkungan dalam industri pariwisata tidak dapat dihindari, tergantung

bagaimana para pemain dalam rantai nilai industri menyikapinya sehingga dapat

memberikan keuntungan.

Internet menyediakan direct link antara penyedia layanan wisata (supplier)

kepada konsumen. Tindakan ini menyebabkan terjadinya disintermediasi secara

besar-besaran. Namun, pasar lambat laun menyadari bahwa konsumen tidak mau

membuang waktu, uang, dan tenaga untuk membuka banyak website, melakukan

komunikasi ke setiap supplier, dan membandingkan harga sebelum memutuskan

pembelian. Konsumen lebih bersedia membayar layanan yang memberikan

berbagai macam pilihan dan saran tanpa harus menghubungi masing-masing

supplier38.

E-tourism banyak dimanfaatkan untuk merencanakan, mencari informasi

perjalanan wisata, reservasi, atau berbelanja kebutuhan wisata. Hal ini disebabkan

karena perencanaan perjalanan dengan menggunakan internet dinilai lebih

nyaman dan murah. Sistem ini menyediakan penjualan secara khusus dan

pembatasan agen wisata dengan membeli secara langsung dari jasa supplier39. E-

tourism dapat mengurangi peran perantara tradisional (traditional intermediary)

dalam distribusi pariwisata. Berikut ini adalah gambar distribusi pariwisata dari

produsen pariwisata ke customer potensial pariwisata:

37 Dimitrios Buhalis dan Soo Hyun Jun. 2011.’E-Tourism’. Oxford. dalam www.goodfellowpublishers.com diakses 6 Desember 2011 pukul 09.00 wib. Hlm: 4.

38 Bloch dalam Wynne . op.cit. Hlm: 76. 39 Dave Chaffey, Richard Meyer, Kevin Johnston, Fiona Ellies Chadwick. 2000. Internet Marketing: Strategy, Implementation and Practice: Harlow: Prentice. Hlm: 45.

Page 26: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/63374/potongan/S2-2013... · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri pariwisata merupakan industri

26

Gambar 1. Sistem Distribusi Pariwisata

Sumber : UNTACT, Information Economy, 2005

Sistem informasi dan teknologi bekerjasama memberikan kualitas

pelayanan kepada customer, meningkatkan efisiensi operasional, dan mengontrol

pembiayaan. Law dan Jogaratnam seperti dikutip oleh Bloch menyarankan bahwa

informasi dan teknologi dapat mentransformasikan produk hospitality, proses,

bisnis, kompetisi, dan organisasi pariwisata menyusun bisnis informasi secara

intensif sehingga menjadi lebih kompetitif40.

E-tourism merupakan bagian dari e-service, yaitu istilah yang digunakan

untuk layanan internet. Sistem ini memiliki rantai nilai yang kompleks dengan

banyak perantara; yaitu supplier, intermediary, dan konsumen. Supplier atau

vendor yang dimaksud meliputi industri hotel, restoran, operator jasa transportasi,

museum, teater, taman hiburan, dan lainnya. Para penyedia layanan wisata

merupakan kelompok usaha kecil dan menengah yang menjadi supplier bagi

industri pariwisata. Perantara (intermediary) menspesialisasikan diri melayani

permintaan wisata di suatu wilayah untuk memperoleh efisiensi dan kemudahan.

Perantara (intermediary) memberikan fasilitas online booking kepada konsumen

40Law_R._Leung_R._and_Buhalis_D._2009’_Information_Technology_Applications_in_Hospitality_and_Tourism_A_Review of Publications from 2005 to 2007 (JT1351)’, Journal of Travel & Tourism Marketing, 26(5), pp.599-562. Hlm: 600.

Page 27: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/63374/potongan/S2-2013... · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri pariwisata merupakan industri

27

sehingga dapat memberikan kebebasan baru kepada supplier dan konsumen untuk

membeli produk/jasa.

Pemasaran melalui website dan permainan membangun proses komunikasi

secara interaktif, kolaboratif, dan viral yang memungkinkan arus pertukaran

informasi. Pendekatan secara informal dapat mentransmisikan kepuasan dalam

berhubungan sehingga komunikasi antara client dan intermediaries dapat berjalan

secara dua arah (two way communication). Internet diperlukan untuk

merencanakan daerah tujuan wisata sebelum melakukan perjalanan wisata.

Website pariwisata yang informatif memudahkan calon wisatawan merencanakan

perjalanan wisatanya.

Calon wisatawan dapat melakukan reservasi atau berbelanja secara online

tanpa melalui perantara (agen) untuk memesan segala macam kebutuhan wisata,

seperti transportasi, akomodasi, travel agent, rental kendaraan, dan lainnya.

Wisatawan dapat membagikan pengalaman yang mereka miliki selama melakukan

perjalanan kepada orang lain. Teknologi internet memungkinkan pengalaman,

foto, dan gambar mereka dapat dipublikasikan beserta komentar-komentar selama

melakukan perjalanan wisata.

E-tourism dilengkapi dengan informasi yang memudahkan calon

wisatawan/wisatawan melakukan perjalanan wisata. Beberapa hal yang menjadi

unsur kelengkapan informasi dalam website pariwisata adalah informasi destinasi

tujuan wisata (DTW), tour operator, atraksi wisata, transportasi, kuliner, fasilitas

umum, hotel/penginapan, foto, online booking dan sebagainya. Dalam e-tourism,

website berperan sebagai media komunikasi pemasaran. Keragaman fitur

memberikan nilai bagi komunikasi pemasaran pariwisata karena visitor dapat

memperoleh informasi produk/jasa pariwisata dengan mudah. Semakin lengkap

fitur website, maka akan semakin banyak informasi pariwisata yang disajikan.

Page 28: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/63374/potongan/S2-2013... · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri pariwisata merupakan industri

28

1.6.5. Posisi Website dalam Marketing

Perkembangan internet dan web 2.0 memberikan kesempatan kepada

semua orang untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara real time online. Di

bidang pemasaran, aplikasi internet yang lebih maju mendasari konsep marketing

baru. Pendekatan marketing yang bersifat vertical, top down, dan one-to-many di

era legacy akan digantikan oleh pendekatan yang bersifat horizontal, buttom-up,

peer to-peer, serta many-to-many yang menjadi ciri new wave marketing41.

Internet merupakan media interaktif yang memungkinkan terjadinya

pertukaran arus informasi yang dinamis. Pengguna internet bisa berpartisipasi dan

memodifikasi bentuk dan konten informasi yang didistribusikan. Berbeda dengan

komunikasi pemasaran tradisional seperti iklan yang menggunakan komunikasi

satu arah42. Internet memperluas fungsinya untuk menerima, mengirim informasi

dan gambar, mendaftar, merespon pertanyaan, dan membeli barang/jasa. Internet

sebagai media baru memadukan teknologi komputer, informasi, jaringan

komunikasi, dan digitalisasi media.

Komunikasi pemasaran melalui website dan permainan membangun proses

pemasaran secara interaktif, kolaboratif, dan viral yang memungkinkan adanya

pertukaran informasi. Pemasaran melalui metode ini mengutamakan komunikasi

informal sehingga dapat mentransmisikan kepuasan dalam berkomunikasi. Hal ini

memberikan pengalaman secara emosional maupun individual dalam kelompok.

Proses komunikasi dapat terjadi secara linear melalui pesan gambar. Website

menyediakan layanan informasi melalui konten media termasuk teks, video,

musik, audio, gambar dan sebagainya.

Website dapat dipergunakan untuk menginformasikan produk/jasa, harga-

harga, serta rincian produk-produk lainnya kepada konsumen. Website yang

menarik dapat dimanfaatkan sebagai media informasi dan pemasaran. Ini dapat

diidentifikasi dan disusun ke dalam bentuk yang sederhana. Melalui situs yang 41 Hermawan Kertajaya. 2010. New Wave Marketing. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Hlm: X 42 George E. Belch & Michael A Belch. Op. Cit. Hlm: 20.

Page 29: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/63374/potongan/S2-2013... · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri pariwisata merupakan industri

29

interaktif, pengguna dapat mencari dan bertukar informasi mengenai nilai produk

dan harga. Interaktifitas dapat mendukung transaksi dengan pengguna. Selain

sebagai media informasi, website juga dapat dimanfaatkan untuk berjualan online

dan sebagai helpdesk pelayanan jasa interaktif. Berdasarkan proses evolusi

marketing, website dapat diintegrasikan ke dalam beberapa tipe43:

Tabel 2. Tipologi Website

Karakteristik Tipe Website

Image-Building Sales Assistance Integrated

Konten Tinggi-tekanan pada

perusahaan dan

industri jasa

Tinggi-tekanan pada

produk jasa

Tinggi-perusahaan,

industri dan informasi

produk/jasa

Interaktivitas Rendah Rendah-sedang-

fasilitas pencarian

formulir registrasi

Sangat tinggi-

penjualan online;

demonstrasi

elektronik, updating

dan downloadable

Grafis Banyak elemen grafis Elemen grafis lebih

sedikit

Banyak elemen grafis

Layout Sederhana Lebih kompleks Ekstensif dan

kompleks

Tekanan Citra dan transfer

informasi

Lead generation Penjualan online

Pengendalian Bagian dari tugas PR Webmaster dengan

masukan departemen-

departemen yang

relevan

Web team dan

perusahaan

diorganisasi untuk

mendukung website

Kinerja Hits, responsemail,

word-of-mouth

User tracking,

pertanyaan, konversi

penjualan

User tracking,

kontribusi bagi

pendapatan dan laba,

return on website

investment

Sumber: McNaughton dalam Fandy Tjiptono, 2009

43 Fandy Tjiptono, Gregorius Chandra, dan Dadi Adriana. 2008. Pemasaran Strategik. Yogyakarta:CV Andi Offset. Hlm: 7.

Page 30: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/63374/potongan/S2-2013... · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri pariwisata merupakan industri

30

Karakteristik website dapat dibagi ke dalam beberapa bagian yaitu konten,

interaktifitas, grafis, layout, tekanan, pengendalian, dan kinerja. Karakteristik

konten website dapat diteliti fitur-fiturnya berdasarkan tipologi. Website berfungsi

sebagai gerbang informasi, menyediakan search engine secara langsung dan

pelayanan lain seperti personalisasi berita atau email bebas44.

1.6.6. Interaktivitas

Interaktivitas dapat dikategorikan berhubungan dengan proses, fitur,

persepsi, dan pendekatan website secara lengkap. Karakteristiknya adalah kontrol

pengguna, komunikasi dua arah dan karakteristik lain, seperti search engine dan

chat room. Selain itu, fungsi feedback dapat dimanfaatkan untuk memperoleh

informasi yang ditanyakan. Website menyediakan interpersonal interactivity

karena dapat dimanfaatkan untuk berkomunikasi melalui tool seperti chat room

dan bulettin board. Di samping itu juga memiliki fungsi-fungsi interaktif seperti

virtual tour, aeroplane schedule, dan layanan komunikasi interaktif seperti FAQ

(Frequently Ask Questions), guest book, dan chatting45.

Hoffman dan Novak menjelaskan, dengan membuat website yang friendly

terhadap user, pemasar dapat melakukan interaktivitas interpersonal dan

menyebarkan pesan secara word of mouth untuk perusahaan. Komunikasi dua arah

secara interpersonal melalui website memfasilitasi hubungan bisnis seperti

customer service dan menejemen rantai nilai 46. Kegiatan ini tidak terbatas pada

aktivitas penjualan tetapi juga proses-proses setelah terjadinya penjualan, misalnya

pelayanan terhadap konsumen setelah membeli barang dan jasa. Ini juga 44 Dave Chaffey. 2002. E-Business and E-commerce Management Fourth Edition Strategy Implementation Practice. Harlow Edinburg Gate: Prentice Hall. Hlm: 74. 45 Ahmad Murtadho dan Muhammad Rifki Shihab. 2011. ‘Analisis Situs E-tourism Indonesia: Studi terhadap Persebaran Geografis, Pengklasifikasian Situs serta Pemanfaatan Fungsi dan Fitur’. Journal of Information Systems, Volumes 7, Issues 1. Hlm: 14. 46 Masssey dan Levy dalam Sally J Mc Millan and Jang-Sung Hwang. 2002. ‘Measures of Perceived Interactivity: An Exploration of the Role of Direction of Communication, User Control, and Time in Shaping Perceptions of Interactivity’. Journal of Advertising. Vol. XXXI, No. 3. Hlm : 30.

Page 31: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/63374/potongan/S2-2013... · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri pariwisata merupakan industri

31

menawarkan aktivitas layanan informasi maya (virtual information) atau ruang

komunikasi maya (virtual communication space)47.

Komunikasi dua arah, responsivitas, control user, dan sinkronisitas dapat

meningkatkan efisiensi perusahaan dan user. User memperoleh informasi yang

lebih efisien dan interaktif melalui fitur website. Interaktivitas dapat meningkatkan

nilai guna website. Komunikasi dua arah yang terjalin antara pemasar dan

konsumen dapat menambah kepuasan sehingga mampu meningkatkan nilai

intrinsik48. Interaktivitas dalam perpektif komunikasi interpersonal dapat

memperluas penyampaian pesan sehingga dapat menyebabkan kunjungan ke

website secara berulang49.

1.6.7. Konten E-tourism

Fitur konten yang lengkap mempermudah calon wisatawan/wisatawan

memperoleh informasi wisata. Fitur portal dapat dibuat menarik sehingga ideal

untuk kegiatan pemasaran. Ungkapan “content is a king” sangat penting dalam

kegiatan pemasaran online. Pengelola dapat menentukan fitur-fitur menarik

sehingga visitor dapat melakukan pembelian dengan mudah. Website dapat

dimanfaatkan sebagai media komunikasi pemasaran pariwisata yang efektif.

Kriteria yang memengaruhi diantaranya adalah kecepatan loading, konten,

navigasi, daya tarik situs, kelengkapan informasi, interaktivitas, dan kecepatan

respons dalam menjawab email. Pengelola dapat membuat website menjadi lebih

inovatif, interaktif, dan lengkap dengan konten yang menarik. Beberapa unsur

yang dapat menjadi kunci sukses dalam mendesain website adalah capture,

content, community,communication, dan customer orientation50. Alghafri

mengidentifikasikan faktor-faktor yang menjadi kunci sukses faktor (critical

succes factor) untuk mengembangkan e-tourism:

47Adi Nugroho. Op. Cit. Hlm: 123. 48 W-S.Yoo, Lee, Y., & Park, J. Dalam Soyoung Kim. 2011. ‘Web Interactivity Dimension and Shopping Experiential Value’. Journal of Internet Business. Issue 9. Hlm: 9. 49 Sheizaf Rafaeli dan Fay Sudweeks. Dalam Soyoung Kim. 2011. ‘Web Interactivity Dimension and Shopping Experiential Value’. Journal of Internet Business. Issue 9. Hlm: 9 50 Dave Chaffey. 2007. E Business and E-Commerce 3td Edition. London: Prentice Hall. Hlm: 84.

Page 32: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/63374/potongan/S2-2013... · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri pariwisata merupakan industri

32

Tabel 3. Faktor-faktor Kunci Sukses E-tourism

No. Faktor Kunci Sukses E-Tourism

1. Kontak (detail informasi kontak orang, fax, e-mail, jam kantor)

2. Servis ( daftar servis yang disediakan)

3. Informasi keimigrasian (tipe visa dan permintaan memperoleh visa)

4. Biro Perjalanan (daftar tipe travel)

5. Informasi umum objek

6. Reservasi online (fasilitas booking hotel, makanan, dan pertunjukan)

7. Informasi penukaran mata uang

8. Pemasaran online (platform pemasaran menuju tujuan yang berbeda)

9. Portofolio wisata

10. Hotel (detail hotel di kota)

11. Pembayaran online (fasilitas pembayaran jasa)

12. Transaksi online

13. Keamanan transaksi (password dan encryption untuk tujuan keamanan)

14. Informasi penanaman modal (daftar investment promosi dan kebijakan pemerintah)

15. Agen dan turis (daftar provider jasa)

16. Testimonial (testimoni wisata dengan mengorganisasikan layanan dari portal).

17. Detail transportasi (fasilitas yang berharga untuk destinasi wisata utama)

18. Fasilitas e-commerce (transaksi lain)

19. Iklan portal (dapat mengorganisasikan iklan produk atau jasa)

20. Dokumen (brosur booklet informasi wisata)

21. Kegiatan (event)

22. Berita Terbaru

23. Wisata medis

Menurut Alghafri, faktor keberhasilan e-tourism yang berasal dari faktor-

faktor tersebut dapat dibangun model seperti gambar berikut:

Page 33: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/63374/potongan/S2-2013... · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri pariwisata merupakan industri

33

Gambar 2. Faktor-faktor Keberhasilan E-tourism

1.7. Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian pada dasarnya merupakan kerangka hubungan

antara konsep-konsep yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian yang

dilakukan. Hal yang akan digali dan dieksplorasi adalah model dari teori untuk

menganalisis komunikasi pemasaran pariwisata DIY melalui pemanfaatan e-

tourism oleh website Visitingjogja.com dan YogYES.COM. Kerangka konsep

penelitian ini akan dijelaskan melalui bagan seperti di bawah ini:

E-tourism

Information

HomeContact us

Immigration Information

Travel ServiceGeneraaril

InformationOnline

Reservation

Interactive

Exchange InformationFinancial

Online Markettourism

portofolio

Transaction

Hotel

Online PaymentOnline transactionsecure

transactionInvestment

Info

CollaborationTourism Agencies

TestimonialTransportationE-commerce

Page 34: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/63374/potongan/S2-2013... · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri pariwisata merupakan industri

34

Gambar 3. Bagan Alur Kerangka Konsep

Internet

Visitingjogja.com responsivitas

Interaktivitas

interaktivitas

responsivita

s

responsivitas Interaktivitas

YogYES.COM Internet

Rencana pemasaran pariwisata di DIY tertuang dalam Perda No. 1 tahun

2012 tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Daerah (RIPPARDA)

Provinsi DIY. Sesuai dengan RIPPARDA, diharapkan pembangunan destinasi,

pemasaran, industri maupun kelembagaan pariwisata meningkat lebih baik ke

depan hingga tahun 2025. Perda ini merupakan amanat pasal 8 dan 9 UU No.

10/2009 yang berisi pembangunan destinasi, pemasaran, industri, dan

kelembagaan pariwisata di DIY.

Pemasaran Pariwisat a DIY

Perda No.1 tahun 2012 ttg RIPPARDA Kepariwisataan Daerah Provinsi DIY No 1/2012

Amanat pasal 8 dan 9 UU. No. 10/2009

Pemerintah

Swasta

Komunikasi Pemasaran Terintegrasi

Pemasaran Pariwisata

Website dlm Pemasaran

Konten Website

Visitor website

Supplier

supplier

E‐tourism

Page 35: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/63374/potongan/S2-2013... · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri pariwisata merupakan industri

35

Pemasaran pariwisata di DIY memerlukan sinergi antara pemerintah dan

swasta supaya dapat berjalan secara optimal. Daerah ini mempunyai daya tarik

bagi wisatawan dalam negeri dan mancanegara karena keindahan alam, kearifan

lokal masyarakat, peninggalan sejarah, tradisi, seni, dan nilai-nilai budaya.

Pemasaran pariwisata di DIY dapat dilakukan secara optimal dengan komunikasi

pemasaran terintegrasi dan strategi pemasaran pariwisata melalui pemanfaatan e-

tourism. E-tourism merupakan tool yang dapat dimanfaatkan sebagai media

komunikasi pemasaran pariwisata, sehingga komunikasi dengan calon

wisatawan/wisatawan dapat dilakukan secara terintegrasi.

E-tourism merupakan bentuk digitalisasi pemasaran pariwisata untuk

memasarkan potensi pariwisata dan seluruh rantai nilai usaha wisata seperti

akomodasi, transportasi, destinasi, tour operator, atraksi, penjual souvenir,

makanan dan sebaginya. Media komunikasi pemasaran pariwisata ini

memanfaatkan internet untuk menyasar target pemasarannya kepada para

wisatawan potensial. Pemanfaatan e-tourism dalam pemasaran pariwisata sangat

efektif karena dinilai low budget high impact. E-tourism merupakan tool

komunikasi pemasaran yang mengembangkan interaksi melalui government to

business, business to business dan business to customer.

Website pemasaran pariwisata memerlukan konten dan fitur yang lengkap

untuk memasarkan dan memberikan informasi kepada wisatawan potensial. Di

samping membantu calon wisatawan/wisatawan memperoleh informasi wisata,

portal ini dapat membantu supplier untuk memasarkan produk dan jasanya kepada

konsumer potensial. Faktor yang memengaruhi keberhasilan e-tourism adalah

konten website yang memiliki kelengkapan fitur informasi, seperti ODTW,

atraksi, travel agent, hotel/penginapan, restoran, oleh-oleh, handicraft dan

sebagainya. Selain itu juga kecepatan loading, interaktivitas, dan responsivitas

sehingga wisatawan potensial dapat memperoleh informasi kepariwisataan di DIY

secara lengkap dan real time. Hal itu dapat memengaruhi jumlah visitor yang

berkunjung ke website dan menyebabkan kunjungan secara berulang.

Page 36: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/63374/potongan/S2-2013... · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri pariwisata merupakan industri

36

1.8. Metodologi Penelitian

Penulis menyadari bahwa penelitian yang membahas komunikasi

pemasaran pariwisata melalui e-tourism masih sedikit. Penelitian ini membahas

komunikasi pemasaran pariwisata DIY melalui pemanfaatan e-tourism. Objek

yang dipilih untuk diteliti adalah website pariwisata pemerintah Visitingjogja.com

dan website swasta YogYES.COM. Di dalam kedua website ini terjadinya

distribusi informasi kepariwisataan dan pemasaran industri jasa antara supplier

dan consumer secara interaktif sehingga dapat menjadi tool bagi komunikasi

pemasaran pariwisata.

1.8.1. Metode Penelitian

Penelitian dilakukan dengan metode kualitatif karena lebih mudah

menyesuaikan dengan kenyataan ganda. Metode ini menyajikan hubungan antara

peneliti dan responden secara langsung untuk menyesuaikan diri dengan keadaan

yang dihadapi. Bogdan dan Taylor mendefinisikan metode kualitatif sebagai

prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis

atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Pendekatan ini

diarahkan pada latar, individu, atau organisasi ke dalam variabel atau hipotesis

tetapi perlu memandangnya sebagai bagian dari suatu keutuhan51.

Alasan pemilihan metode studi kasus adalah untuk memahami atau

menjelaskan suatu fenomena yang terjadi. Studi kasus dapat membedah fenomena

kontemporer, dan menjawab dengan why dan how. Dalam penelitian ini, penulis

tidak memiliki kemampuan untuk memengaruhi objek yang diteliti17. Di level

formal, Yin mendefinisikan studi kasus seperti pemeriksaan empiris dengan

menggunakan sumber bukti yang banyak untuk menginvestigasi fenomena

51 Lexy Moloeng. 1990. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Hlm :3.

Page 37: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/63374/potongan/S2-2013... · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri pariwisata merupakan industri

37

kehidupan nyata dimana batasan-batasan antara fenomena dan konteks tidak dapat

dibuktikan dengan jelas52.

Kebanyakan para peneliti kasus kualitatif akan menyuguhkan beberapa

model perbandingan dan kadang-kadang dengan menyajikan satu atau lebih kasus

acuan yang darinya suatu acuan dapat digambarkan. Studi komparatif sering

dipakai untuk membandingkan dua hal. Metode perbandingan merupakan sebuah

fungsi epistemologis yang saling memperebutkan makna dari suatu kasus tertentu.

Teknik perbandingan adalah suatu mekanisme konseptual yang sangat baik agar

kita bisa memusatkan perhatian hanya pada atribut-atribut khusus yang sedang

diperbandingkan sekaligus mengabaikan informasi-informasi lain tentang suatu

kasus yang tidak perlu53.

Untuk itu, penulis membandingkan dua website melalui studi kasus teknik

perbandingan. Perbandingan ditentukan berdasarkan tingkat keragaman fitur-fitur,

kelengkapan informasi, dan interaktivitas yang ada di dalam website karena

internet membuka kesempatan dan tantangan bagi analisis content media54.

Beberapa hal yang dapat diteliti diantaranya kelengkapan informasi dalam konten

website, interaktivitas, responsivitas, dan performance website (desain, grafis dan

lay out website).

1.8.2. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian, beberapa cara dilakukan untuk mengumpulkan data

pendukung , diantaranya:

a. Observasi

Observasi digunakan sebagai metode utama. Pengumpulan data

dilakukan melalui pengamatan secara intens untuk membandingkan konten

kedua website. Observasi dilakukan dengan membandingkan karakteristik 52Roger D Wimmer & Joseph R Dominick. 2006. Mass Media Research. London: Thomson Wadsworth. Hlm: 137. 53 Yvonna K Denzin. 2009. The Handbook of Qualitative Research. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hlm: 308. 54 Op. cit., Hlm: 171.

Page 38: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/63374/potongan/S2-2013... · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri pariwisata merupakan industri

38

kedua konten portal pariwisata. Karakeristik website yang dianalisia

mencakup interaktivitas dan kelengkapan informasi konten sebagai portal

pariwisata. Fitur dianalisis secara komprehensif sebagai tool komunikasi

pemasaran pariwisata berdasarkan faktor kunci sukses e-tourism. Website

yang diteliti adalah Visitingjogja.com dan YogYES.COM.

b. Wawancara

Penelitian ini menggunakan wawancara kepada Kepala Bidang

Pemasaran Dinas Pariwisata Provinsi DIY, Seksi Promosi Dinas

Pariwisata Provinsi DIY, Bidang Standarisasi Produk Dinas Pariwisata

DIY, administrator Visitingjogja.com, dan pengelola YogYES.COM baik

secara langsung (tatap muka) maupun tidak langsung (melalui perantara;

email dan telepon) untuk memperoleh data yang dapat membantu penulis

menemukan beberapa aspek yang belum terungkap. Penulis melakukan

wawancara dengan pengelola website untuk mengetahui kelengkapan

informasi, kebijakan, serta keputusan dalam pengelolaan konten portal.

Metode wawancara dilakukan untuk menginterpretasikan,

mendeskripsikan, dan menjelaskan data yang diperoleh.

c. Studi Pustaka dan Dokumentasi

Studi pustaka dilakukan sebagai penguat teori, konsep, bahkan data

sejarah bagaimana fenomena berawal. Studi pustaka digunakan sebagai

teori yang dijadikan pedoman dalam menganalisis dan mengembangkan

penelitian yang dilakukan serta dapat memberikan informasi tambahan.

Penelitian ini banyak menggunakan data studi pustaka dari buku, jurnal,

dan artikel baik dari media cetak maupun internet, e-book, dan lainnya.

1.8.3. Narasumber Penelitian

Narasumber penelitian merupakan individu dalam wawancara penelitian.

Mereka adalah pembuat kebijakan dan keputusan dalam pemasaran pariwisata

Page 39: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/63374/potongan/S2-2013... · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri pariwisata merupakan industri

39

DIY, pengelola website, dan admin website. Beberapa narasumber dalam

penelitian ini adalah:

1. Kepala Bidang Pemasaran Dinas Pariwisata Provinsi DIY, Heri Lantjono

2. Kepala Seksi Promosi Dinas Pariwisata Provinsi DIY, Putu Kertiyasa

3. Kepala Seksi Standarisasi Produk Bidang Pengembangan Destinasi/Kepala

Bidang Destinasi Dinas Pariwisata Provinsi DIY, Drs.Sinang M.Si

4. Pengelola Visitingjogja.com, Dinas Pariwisata Provinsi DIY

5. Administrator Visitingjogja.com Ignatius Setiadi

6. Pengelola portal pariwisata YogYES.COM Agus Supriadi dan Inda

Kristianingsih.

1.8.4. Metode Analisis Data

Penulis menginterpretasikan dan mendeskripsikan data yang diperoleh

untuk mengeksplorasi objek penelitian melalui observasi dengan analisis website

dan wawancara secara mendalam, dan studi dokumentasi. Data yang dikumpulkan

berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka karena dipergunakannya

metode kualitatif sehingga apa yang diteliti dapat menjadi kunci terhadap apa

yang sudah diteliti. Dengan demikian, laporan penelitiannya berisi kutipan-

kutipan data untuk memberikan gambaran penyajian laporan. Data berupa naskah

wawancara, rekaman, dokumen pribadi, catatan atau memo, dan dokumen resmi

lainnya55.

Analisis dilakukan dengan menelaah observasi data primer berdasarkan

pengamatan penulis terhadap konten website pariwisata, wawancara Dinas

Pariwisata Provinsi DIY, pengelola Visitingjogja.com, dan pengelola

YogYES.COM. Penulis sebelumnya merekam data untuk memudahkan proses

tersebut. Penelitian Visitingjogja.com dan YogYES.COM dilakukan untuk

mengetahui pemasaran pariwisata melalui website, kelengkapan fitur konten dan

interaktivitas yang tidak didapatkan di media konvesional lainnya. 55 Ibid., Hlm: 6.

Page 40: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/63374/potongan/S2-2013... · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri pariwisata merupakan industri

40

1.9. Batasan Penelitian

Website pariwisata dapat memberikan informasi yang dibutuhkan oleh

calon wisatawan termasuk supplier industri pariwisata untuk kegiatan pemasaran.

Penelitian ini dimanfaatkan untuk mengetahui fitur Visitingjogja.com dan

YogYES.COM serta interaktivitasnya karena portal ideal digunakan untuk

kegiatan komunikasi pemasaran pariwisata. Di dalam website pariwisata terjadi

proses pemasaran dua arah antara pemasar dengan konsumen sehingga

komunikasi pemasaran dapat berjalan efektif. Interaktivitas, fitur dan aplikasi

dapat digunakan dalam kegiatan e-marketing.

Penulis memberikan batasan dengan meneliti dua website pariwisata milik

pemerintah provinsi DIY, Vistingjogja.com dan swasta, YogYES.COM dari

Januari 2012 sampai Mei 2012. Batasan waktu penting diberikan karena website

sangat dinamis sebagai media informasi sehingga fitur konten dapat ditambah dan

dikurangi sesuai dengan kebutuhan.

Penelitian dilakukan dengan membandingkan dua website pariwisata yang

dikelola oleh pemerintah dan swasta untuk mengetahui bagaimana kedua portal

ini dimanfaatkan sebagai media komunikasi pemasaran pariwisata dan

kelengkapan informasi serta interaktivitasnya. Perbandingan dilakukan dengan

mempertimbangkan persamaan tahun didirikan dan fitur-fiturnya sebagai media

informasi dan komunikasi pemasaran pariwisata.