bab i pendahuluan 1. latar belakangeprints.ums.ac.id/38237/4/bab i.pdf · gempa bumi, longsor,...
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang mempunyai potensi bencana, baik
gempa bumi, longsor, tsunami, puting beliung dll. Bencana yang terjadi di
Indonesia banyak disebabkan oleh beberapa faktor dan faktor yang paling
mempengaruhi ialah keadaan topografi di Indonesia, termasuk pola pergerakan
angin puting beliung.
Angin puting beliung merupakan bencana yang dapat diprediksi,
walaupun demikian lokasi kejadiannya masih menjadi teka-teki yang harus
dipecahkan. Menurut Nugroho Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana(
BNPB ) (2012) angin puting beliung sangatlah susah terdeteksi oleh satelit,
cakupan terjangan hanya mencapai 2 km dan durasi waktunya kurang dari 10
menit, sehingga petugas tidak dapat mengetahuinya. BNPB (2012) menyebutkan
pada tahun 2002, bencana angin puting beliung hanya terjadi 14 kali. Kemudian
pada tahun 2006, naik menjadi 84 kejadian. Tahun 2010 ada 402 kali
kejadian.Tahun 2011, turun hingga hanya ada 285 kejadian. Pada tahun 2012
kembali meningkat menjadi 295 kejadian. Sedangkan dalam kurun waktu
februari-maret 2013, paling sedikit ada 77 kejadian yang ditimbulkan oleh angin
puting beliung.Kejadian-kejadian ini memberikan gambaran bahwa sebagian
besar wilayah di Indonesia terancam bencana angin puting beliung, baik skala
lokal, regional maupun global.
Kerusakan yang diakibatkan oleh angin puting beliung sangat besar,
terutama pada bangunan, pohon-pohon besar menjadi tumbang, jatuhnya papan
reklame, rusaknya jembatan, hingga kehilangan harta dan jiwa. Per tahun 2012,
BNPB menginformasikan bahwa tercatat 36 orang meninggal, 27.254 orang
mengungsi, 3.885 rumah rusak berat, 1.968 rumah rusak sedang, dan 12.737
2
rumah rusak ringan. Sejalan dengan informasi ini dapat diketahui bahwa skala
kerusakan yang ditimbulkan oleh bencana angin puting beliung sangat besar.
Berdasarkan data tersebut dampak yang paling besar ditimbulkan ialah
dampak terhadap rumah warga, yang tercatat hingga 18.590 rumah warga yang
mengalami kerusakan ringan hingga berat. Perkembangan permukiman yang
dibangun tanpa memperlihatkan standar serta kualitas dapat mengakibatkan
bangunan tersebut tidak mampu menahan terjangan angin kencang dan kuat
seperti puting beliung.
Kabupaten Sragen merupakan kabupaten yang tercatat paling sering
mengalami bencana puting beliung dibandingkan dengan kabupaten yang
termasuk dalam SuBoSuKoWonoSraTen.
Jumlah kejadian bencana angin puting beliung dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Jumlah Kejadian Puting Beliung Di SuBoSuKoWonoSraTen
No. Kabupaten
Tahun
2010 2011 2012 2013
1 Boyolali 7 7 6 6
2 Karanganyar 2 3 7 3
3 Klaten 0 0 14 20
4 Sragen 17 18 20 3
5 Sukoharjo 0 0 0 2
6 Wonogiri 0 0 5 3
7 Surakarta tidak tercatat tidak tercatat tidak tercatat tidak tercatat
Sumber : BPBD SuBoSuKoWonoSraTen Tahun 2010 – 2013
Berdasarkan Tabel 1, menunjukan bahwa kejadian bencana angin puting
beliung yang terjadi di daerah SuBoSuKoWonoSraTen tercatat paling banyak
diterjang oleh angin puting beliung adalah Kabupaten Sragen dari tahun 2010
hingga 2013.
Hampir semua kecamatan yang terdapat di Kabupaten Sragen dari tahun
2010-2013 pernah diterjang angin puting beliung. Kecamatan Tanon merupakan
salah satu kecamatan yang terdapat di Kabupaten Sragen, dan kecamtan ini
3
merupakan kecamatan yang tercatat paling banyak mengalami bencana angin
puting beliung dapat dilihat pada Tebel 2 di bawah ini.
Tabel 2. Jumlah Kejadian Bencana Angin Puting
Beliung Di Kabupaten Sragen Tahun 2010-2013
No Kecamatan Jumlah Kejadian
1 Sumbirejo 2
2 Gondang 2
3 Sambung Macan 1
4 Jenar 2
5 Tangen 3
6 Ngrampal 5
7 Karangmalang 4
8 Kedawung 3
9 Sragen 3
10 Gesi 2
11 Sidoharjo 1
12 Masaran 0
13 Plupuh 4
14 Tanon 11
15 Sukadane 0
16 Mondokan 5
17 Sumberlawang 2
18 Gemolong 2
19 Kalijambe 3
20 Miri 3
Sumber: BPBD Kabupaten Sragen
Berdasarkan kejadian tersebut, bencana angin puting beliung juga
menimbulkan kerugian di Kabupaten Sragen.Lihat Tabel 3 di bawah ini.
4
Tabel 3. Kerugian yang Ditimbulkan Akibat Terjangan Angin Puting
Beliung Di SuBoWonoSraTen Tahun 2012
NO. Kabupaten
2012
Kerugian
Rumah Pohon Korban Jiwa
1 Boyolali 33 0 0
2 Karanganyar 134 6 0
3 Klaten 396 0 0
4 Sragen 124 0 0
5 Sukoharjo 0 0 0
6 Wonogiri 48 0 0
7 Surakarta Tidak Tercatat Tidak Tercatat Tidak Tercatat
Sumber : BPBD SuBoSuKoWonoSraTen Tahun 2013
Berdasarkan Tabel 3, dapat dilihat bahwa kerugian yang tercatat paling
besar merupakan kerusakan rumah warga atas kejadian bencana puting beliung,
meskipun demikian bencana ini bukan termasuk bencana yang mematikan di
Indonesia, karena tercatat pada Tabel 3 tidak terdapat jumlah korban jiwa,
meskipun demikian bencana puting beliung harus diantisipasi oleh masyarakat.
Berdasarkan latar belakang di daerah penelitian, maka penulis mengambil
judul“ Analisis Kerentanan Bangunan Terhadap Bencana Angin Puting
Beliung Di Kecamatan Tanon Kabupaten Sragen ”
2. Perumusan Masalah
Kabupaten Sragen merupakan salah satu kabupaten yang tercatat banyak
mengalami bencana putting beliung bila dibandingkan dengan kabupaten yang
terdapat di kelompok SuBoSuKoWonoSraTen dari tahun 2010 hingga 2013.
Berdasarkan latar belakang di atas maka merumuskan beberapa
pertanyaan penelitian sebagai berikut :
1. Bagaimana zona kecepatan angin berdasarkan skala Fujita di Kecamatan
Tanon ?
5
2. Bagaimana agihan kerentanan bangunan terhadap bencana angin puting
beliung di Kecamatan Tanon ?
3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas maka, tujuan penelitian ini yaitu :
1. Mengetahui zona kecepatan angin berdasarkan skala Fujita dengan
menggunakan prediksi tingkat kerusakan bangunan akibat terjangan angin
puting beliung ( angin kencang ) di Kecamatan Tanon
2. Mengetahui agihan kerentanan bangunan terhadap bencana angin puting
beliung di Kecamatan Tanon
3. Menganalisis kerentanan bangunan terhadap zona kecepatan angin di
Kecamatan Tanon
4. Menganalisis kerentanan bangunan terhadap kerusakan bangunan yang pernah
terjadi akibat terjangan angin puting beliung di Kecamatan Tanon
4. Kegunaan Penelitian
Penelitian ini dimaksudkan untuk :
1. Memenuhi tugas akhir skripsi sebagai mahasiswa Fakultas Geografi
Universitas Muhammadiyah Surakarta
2. Menambah refrensi tentang bencana angin puting beliung bagi orang lain dan
instansi yang terkait
5. Telaah Pustaka dan Penelitian Sebelumnya
5.1. Telaah Pustaka
Nurlambang, dkk., ( 2013 ) mengatakan bahwa proses terjadinya angin
puting beliung terjadi secara singkat dan cepat, sehingga sulit untuk diprediksi
kapan dan di mananya.
6
BMKG ( 2013 ) menyatakan bahwa terdapat beberapa karakteristik yang
ditimbulkan oleh angin puting beliung, dan karakteristik tersebut dapat dilihat
pada Tabel 4 di bawah ini.
Tabel 4. Karakteristik Angin Puting Beliung
Kriteria Tanda Kejadian
Daerah
Tumbuhnya Di darat
Durasi Waktu 3 hingga 5 menit
Sifat Destruktif
Dapat menghancurkan rumah,
pohon tumbang dan menelan
korban jiwa
Sumber: BMKG
Eddy Hermanto ( 2007 ) menyatakan bahwa akibat yang dihasilkan oleh
kehadiran puting beliung dapat berupa akibat langsung, yaitu melayangnya benda
padat, robohnya bangunan (rumah, ibadah, menara, dan antena), pagar tembok,
bangunan terkena petir, tanaman dengan tajuk yang lebar karena tanpa perawatan,
korban manusia akibat terkena benda terbang atau bahkan terbang-jatuhnya
manusia yang tidak sempat berlindung.
Tutik Winarsih (2010) menyebutkan bahwa kerusakan bangunan dapat
dipengaruhi oleh angin, Faktor anginAngin kencang sering mengakibatkan
kerusakan pada bangunan. Angin akan dapat mengakibatkan daya hisap ataupun
daya tekan pada bangunan. Angin kencang telah mengakibatkan kerusakan pada
ribuan rumah atau bangunan, yang pada umumnya diakibatkan oleh usia
bangunan yang sudah tua atau kurang sempurnanya sistem konstruksi yang
digunakan.
Begitu halnya dengan Eddy Hermanto ( 2007 ) menyampaikan bahwa
bangunan/gedung yang rusak, secara empirik kebanyakan berupa bangunan tua
atau bangunan baru tapi terdapat kesalahan struktur-konstruksinya, atau
komponen bangunan diterapkan secara salah.
7
Menurut INSIST, Yogyakarta ( 2011 ) mengukur kekuatan dan dampak
puting beliung dapat menggunakan skala Fujita, skala tersebut dapat dilihat pada
Tabel 5.
Tabel 5. Skala Fujita
Kategori Kecepatan Angin Tingkat Kerusakan
F0 ( Lemah ) 64-116 Km/Jam ( 40-72 mph ) Kerusakan pada atap rumah
F1 ( Sedang ) 117-181 Km/Jam ( 73-112 mph ) Atap rumah terangkat
F2 ( Kuat ) 182-253 Km/Jam ( 113-157 mph ) Atap rumah terangkat dengan semua
kuda-kudanya
F3 ( Sangat Kuat ) 254-332 Km/Jam ( 158-206 mph ) Atap dan dinding rumah hancur,
pecah dan lepas dari rangka dasarnya
F4 ( Dahsyat ) 333-419 Km/Jam ( 207-260 mph ) Rumah beton rata tanah, bangunan
berpondasi kurang kuat terlempar jauh
F5 ( Luar Biasa ) 420-512 Km/Jam ( 263-318 mph ) Pondasi paling kuat sekalipun
terangkat dan bergeser
Sumber : INSIST Yogyakarta ( 2011 )
5.2. Penelitian Sebelumnya
Penelitian tentang kerentanan bangunan terhadap angin puting beliung
memang sangat sedikit diteliti di Indonesia, akan tetapi terdapat beberapa
penelitian yang dapat menjadi landasan penelitian kedepannya.
1. Sarif Hidayat ( 2013 )
Penelitian Srafif Hidayat berjudul “ Kajian Bencana Putting Beliung
Dengan Digital Geomorphology Model Di SuBoWonoSraTen’’. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah survey dan analisis data. Bertujuan
untuk mengetahui pola gerakan angin dan zona kerawanan di daerah
penelitian. Hasil yang diperoleh pada penelitian ini berupa arah gerakan angin
yang dipengaruhi keadaan geomorfologi serta zona kerawanan bencana angin
puting beliung menggunakan Buffer.
8
2. Eni Murlina ( 2012 )
Penelitian Eni Murlina berjudul “ Prediksi Puting Beliung Di
Kabupaten Maros ’’. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah
analisis data sekunder. Tujuan penelitian untuk memodelkan kondisi-kondisi
meteorologist. Hasil yang diperoleh pada penelitian ini adalah model
karakteristik angin puting beliung.
Untuk melihat perbedaan penelitian sebelumnya maka dapat dilihat
pada Tabel 7. Di bawah ini :
Tabel 6. Perbandingan Penelitian Sebelumnya
Peneliti Judul Tujuan Metode Hasil
Sarif Hidayat
( 2013 )
Kajian Bencana
Putting Beliung
Dengan Digital
Geomorphology
Model Di
SuBoWonoSraTen
mengetahui pola
gerakan angin dan zona
kerawanan di daerah
penelitian
survey
dan
analisis
data
Arah gerakan angin yang
dipengaruhi keadaan
geomorfologi serta zona
kerawanan bencana
angin puting beliung
menggunakan Buffer
Eni Murlina
( 2012 )
Prediksi Puting
Beliung Di Kabupaten
Maros
memodelkan kondisi-
kondisi meteorologist
analisis
data
sekunder
model karakteristik angin
puting beliung
Kusuma Prayoga
Basuki Putra
( 2014 )
Analisis Kerentanan
Jenis Bangunan
Terhadap Bencana
Angin Puting Beliung
Di Kecamatan Tanon
Kabupaten Sragen
Mengetahui agihan
kerentanan bangunan,
mengetahui zona
kecepatan angin
berdasarkan skala
Fujita di Kecamatan
Tanon, analisis
kerentanan bangunan
berdasarkan zona
kecepatan angin dan
analisis kerentanan
bangunan terhadap
kerusakan bangunan
yang pernah terjadi
survey
dan
analisis
data
9
6. Kerangka Penelitian
Angin puting beliung merupaka bencana yang dapat diprediksi, akan
tetapi lokasi kejadiannya masih menjadi teka teki untuk dipecahkan. Bencana ini
juga merupakan bencana yang dapat merusak dan merugikan baik kerugian materi
maupun non materi. Kerugian materi meliputi kerusakan rumah, pohon tumbang
dll yang ada kaitannya tentang materi, serta kerusakan non materi berupa korban
jiwa hingga korban luka. Akibat bencana ini kerusakan yang paling besar ialah
kerusakan pada bangunan atau rumah warga dari kerusakan ringan hingga berat.
Kabupaten Sragen merupakan kabupaten yang tercatat sering mengalami
bencana angin puting beliung diantara kabupaten yang termasuk di dalam
kelompok SuBoSuKoWonoSraTen, hal ini dapat menimbulkan kerusakan rumah.
Berdasarkan data yang tercatat oleh BPBD SuBoSuKoWonoSraTen kerusakan
rumah dapat dilihat pada tabel 3. Kecamatan Tanon merupakan kecamtan yang
paling banyak mengalami terjangan angin puting beliung dari kecamtan yang
berada di Kabupaten Sragen, hal ini dapat dilihat pada tabel 2.
Struktur bangunan dapat mempengaruhi kerentanan bangunan, struktur
tersebut antara lain :
1. Bagian atap, terdiri seng, asbes, genteng dan cor
2. Bagian badan/tengah, terdiri kayu, tembok tanpa tulang dan tembok
bertulang
3. Bagian pondasi, terdiri tanpa pondasi dan berpondasi
Untuk mengetahui seberapa besar kecepatan terjangan angin puting
beliung di Kecamatan Tanon, dapat diprediksi berdasarkan informasi kerusakan
bangunan yang diterjang angin puting beliung berdasarkan skala Fujita. Setelah
itu, dapat dilakukan analisis kerentanan bangunan terhadap zona kecepatan angin
putting beliung dan analisis kerentanan bangunan terhadap kerusakan bangunan
yang pernah terjadi di Kecamatan Tanon.
10
7. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian berupa survei yang
menggunakan data primer meliputi kegiatan pengamatan, pencatatan dan
pengambilan titik sampel, serta menggunakan data sekunder sebagai informasi
lokasi kejadian bencana puting beliung. Pengambilan sampel dengan metode
sistematis sampling berdasarkan urutan dari anggota populasi yang telah diberi
nomer urut dan juga menggunakan metode purposive sampling berdasarkan
informasi penduduk. Metode sistematis sampling digunakan untuk pengambilan
data jenis bangunan dan kerentanan bangunan terhadap terjangan angin puting
beliung, sedangkan penentuan tingkat kerentanan diperoleh dari variabel yang
terdapat pada masing-masing indikator bangunan. metode purposive sampling
digunakan untuk pengambilan data kerusakan bangunan pada desa yang tercatat
terkena bencana angin puting beliung. Analisis yang digunakan berupa analisis
data dari hasil skoring, Overlay peta dan interpolasi menggunakan Natural
naighbor.
7.1. Alat dan Bahan
7.1.1 Penelitian ini memerlukan alatberupa :
1. GPS ( Global Position System ) Garmin sebagai alat untuk pengambilan titik
sampel
2. Komputer/laptop RAM 500 GB, Memory Internal 2 GB, CPU intel Core 3
3. Software Pemetaan ( ArcMap10.2, Map Source, Agisoft Photoscan
Profesional )
4. Kamera
5. Alat tulis
6. Dan alat pendukung lainnya
7.1.2 Penelitian ini memerlukan bahan berupa:
Data Primer
1. Survey Struktur bangunan di Kecamatan Tanon, Sragen
11
2. Tingkat kerusakan bangunan di Kecamatan Tanon, Sragen
Data Sekunder
1. Peta kejadian bencana puting beliung di Kabupaten Sragen sebagai penentuan
lokasi pengambilan sampel
2. Peta RBI ( Batas administrasi, jaringan jalan, jaringan sungai, data blok
permukiman )
3. Citra quickbird waktu perekaman 2010 daerah Kabupaten Sragen sumber:
Google Earth
7.2. Penentuan Lokasi Sampel dan Menentukan Pemilihan Sampel
Dalam penelitian ini menggunakan dua metode pengambilan sampel yaitu
sistematis sampling untuk pengambilan data jenis bangunan serta kerentanan
bangunan, dan purposive sampling untuk melakukan pengambilan data tingkat
kerusakan bangunan berdasarkan skala Fujita. Dalam penelitian ini menggunakan
unit analisis berupa kelurahan, sehingga sebelum melakukan pengambilan sampel
langkah pertama ialah memunculkan data RBI permukiman pada daerah
penelitian, setelah itu menampilkan citra daerah pemukiman yang kemudian
melakukan digitasi bangunan yang pada peta RBI belum terdapat bangunan.
Setelah itu hasil digitasi dan RBI permukiman diberi nomer sampel untuk
nantinya menentukan sampel yang akan dipilih.
Pada pengambilan sampel kerentanan bangunan maka langkah setelah
membatasi menampilkan RBI permukiman dan digitasi bangunan, maka langkah
berikutnya memberikan nomer populasi bangunan yang terdapat pada tiap blok
permukiman hasil digitasi, setelah itu memilih nomer populasi bangunan yang
memiliki kelipatan bilangan dua untuk dijadikan sampel, sedangkan untuk
menemukan data berupa tingkat kerusakan bangunan dapat bertanya kepada
warga sekitar tentang bangunan mana saja yang pernah rusak akibat terjangan
angin puting beliung karena untuk mencari data kerusakan bangunan
menggunakan metode purposive sampling.
12
7.3. Data Penelitian
Pada penelitian ini diperlukan data primer dan data sekunder untuk
berlangsungnya penelitian.Data primer dalam penelitian ini meliputi data lokasi
sampel bangunan, kerusakan bangunan dan kerentanan bangunan, sedangkan data
sekunder berupa lokasi kejadian bencana puting beliung.
Tabel 7. Macam data dan sumber data
No. Data Sumber Data Fungsi
1 Lokasi kejadian
puting beliung
BPBD Kabupaten
Sragen Penentuan lokasi pengambilan sampel
2 Tingkat kerentanan
bangunan
Pengamatan dan
informasi pemilik
bangunan
Mengetahui tingkat kerentanan
bangunan
3 Tingkat kerusakan
bangunan
Informasi pemilik
bangunan
Mengetahui kecepatan angin
berdasarkan skala fujita
7.4.Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Analisis yang digunakan pada penelitian ini berupa analisis data primer
dengan menggunakan klasifikasi, untuk menentukan tingkat kerentanan bangunan
terhadap terjangan angin puting beliung dengan tahapan sebagai berikut :
a. Pemilihan struktur bangunan
Pemilihan ini berdasarkan atas struktur yang terdapat pada bangunan,
seperti atap rumah, struktur ( bagian tengah ) dan pondasi
b. Skoring
Memberikan skor terhadap bagian-bagian yang berada dalam
bangunan dari skor terendah hingga tertinggi. Adapun skor tersebut dapat
dilihat pada Tabel 8.
13
Tabel 8. Skor Kerentanan Variabel Terhadap Bangunan
No. Indikator Variabel Skor
1 Atap Rumah
Seng 1
Asbes 2
Genteng 3
Cor 4
2 Bagian Tengah
Kayu 1
Tembok Tanpa Tulang 2
Tembok Bertulang 3
3 Pondasi Tanpa Pondasi 1
Berpondasi 2
Sumber: Agung Sedayu ( 2010 ) ( Modifikasi )
Sedangkan untuk menentukan tingkat kerusakan bangunan
menggunakan skala Fujita, kemudian dari skala F0 - F5 diberikan skor 1 – 6.
Skor tersebut dapat dilihat pada tabel 10.
Tabel 9. Skor Skala Fujita
Kategori Tingkat Kerusakan Skor
F0 ( Lemah ) Kerusakan pada atap rumah 1
F1 ( Sedang ) Atap rumah terangkat 2
F2 ( Kuat )
Atap rumah terangkat
dengan semua kuda-
kudanya 3
F3 ( Sangat Kuat )
Atap dan dinding rumah
hancur, pecah dan lepas
dari rangka dasarnya 4
F4 ( Dahsyat )
Rumah beton rata tanah,
bangunan berpondasi
kurang kuat terlempar jauh 5
F5 ( Luar Biasa )
Pondasi paling kuat
sekalipun terangkat dan
bergeser 6
Sumber: INSIST Yogyakarta ( 2011 )
c. Klasifikasi kerentanan bangunan
Hasil dari skor kemudian dibuat klasifikasi menjadi 3 klas yaitu tinggi,
sedang dan rendah sehingga dapat mengetahui bangunan seperti apa yang
14
mempunyai kerentanan rendah hingga tinggi terhadap terjangan angin puting
beliung. Dalam penentuan klas maka harus menentukan interval, rumus
interval dapat dilihat di bawah ini :
𝑥 =t − r
n
Keterangan :
𝑥 = Interval
t = Nilai Tertinggi
r = Nilai Terendah
n = Jumlah Klas
Dengan menggunakan rumus interval di atas maka nilai skor yang
terdapat pada Tabel 8 dapat ditentukan klasnya dari kerentanan tinggi hingga
kerentanan yang rendah, sedangkan untuk jenis bangunan dan juga tingkat
kerusakan tidak perlu diklasifikasikan hanya nanti pada saat pengolahan data
pada GIS menggunakan gradasi warna agar dapat terlihat perbedaanya.
7.5. Tahap Penelitian
Terdapat tiga tahap yang dilaksanakan pada penelitian ini, pertama tahap
pra kerja, tahap kerja dan tahap pasca.
7.5.1. Tahap Pra Kerja
Pada tahap ini dilakukan persiapan yang terkait dengan tahap kerja untuk
mencari data di lapangan, dengan rincian kegiatan sebagai berikut :
i. Studi pustaka terkait tujuan penelitian, pengumpulan data sekunder berupa
lokasi kejadian bencana puting beliung di Kabupaten Sragen, pengumpulan
peta/citra quickbird Kabupaten Sragen.
ii. Penentuan lokasi pengambilan sampel berdasarkan blok-blok permukiman
yang terdapat pada citra.
iii. Persiapan alat-alat untuk keperluan survei lapangan serta pengurusan surat ijin
penelitian
15
7.5.2. Tahap Kerja Lapangan
Pada tahap kerja lapangan ini dilakukan kegiatan pengambilan data
sampel bangunan menggunakan GPS. Pengambilan sampel bangunan ini
menggunakan metode sistematis sampling untuk mencarai kerentanan bangunan
dan purposive sampling untuk mencari kerusakan bangunan yang pernah terjadi.
Selain pengambilan koordinat sampel bangunan, juga dilakukan pengamatan
struktur bangunan dari atap bangunan, bagian tengah bangunan dan pondasi serta
memberikan pertanyaan tentang seberapa parahnya bangunan yang pernah
diterjang angin puting beliung yang bertujuan untuk mengetahui kecepatan angin
puting beliung.
7.5.3. Tahap Pasca Kerja
Setelah melakukan tahap kerja di lapangan maka langkah berikutnya ialah
tahap pasca kerja. Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan ialah mengolah data
mentah yang diperoleh dari kegiatan lapangan berupa struktur bangunan
kemudian diolah bedasarkan skor yang terdapat pada Tabel 8 hingga Tabel 10,
membuat agihan atau persebaran kerentanan bangunan berdasarkan hasil sampel
kerentanan bangunan, membuat persebaran kekuatan angin puting belung
berdasarkan tingkat kerusakan bangunan dengan menggunakan teknik interpolasi
dengan berdasarkan metode natural neighbor, setelah itu langkah terakhir
melakukan analisa hasil kerentanan bangunan dan analisis kekuatan angin
berdasarkan data yang diperoleh di lapangan.
7.5.4. Tahap Analisis
Setelah tahap pasca kerja dilakukan, maka tahap berikutnya yang perlu
dilakukan adalah tahap analisis. Pada tahap analisis, menganalisis kerentanan
bangunan dengan zona kecepatan angin dan juga menganalisis kerentanan
bangunan dengan kerusakan bangunan yang pernah dialami di Kecamatan
Tanon.
16
Citra QuickBird2010
Digitasi Bangunan
Pemberian NomerBangunan
Peta LokasiKejadian Puting
Beliung
Survei
Menentukan SampelBerdasarkan Nomer Populasi
Menggunakan MetodeSistematis Sampling
Struktur BangunanAtap, Tengahdan Pondasi
Kerusakan BangunanMenggunakan Metode
Purposive SamplinSkoring
Overlay
AgihanKerentananBangunan
KlasifikasiKerentananBangunan
Peta AgihanKerentananBangunan
Prediksi Kecepata Angin Berdasarka
Skala Menggunakan Interpolasi
Fujita
Peta KerentananBangunan Terhadap
Terjangan Angin Puting BeliungDi Kecamatan Tanon
Analisis
Gambar 1. Diagram Alir Penelitian
17
8. Batasan Operasional
Kerentanan merupakan suatu kondisi dari suatu yang mengarah atau
menyebabkan ketidakmampuan dalam menghadapi ancaman bahaya.(
BAPPENAS )
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan oleh faktor
alam dan/atau faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa,
kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis. ( UU NO. 24
Tahun 2007 )
Bangunan adalah struktur buatan manusia yang terdiri atas dinding dan atap yang
didirikan secara permanen di suatu tempat.( Wikipedia )
Angin puting beliung termasuk kategori angin kencang, datang secara tiba-tiba
mempunyai pusat, bergerak melingkar seperti spiral hingga menyentuh permukaan
bumi dan punah dalam waktu singkat (3–5 menit). Angin putting beliung
mempunyai kecepatan rata-rata 30 – 40 knots berasal dari awan Cumulonimbus
(Cb) yaitu awan yang bergumpal, berwarna abu-abu gelap dan menjulang tinggi
(Nurlambang, dkk., 2013)
Kerusakan bangunan yang diakibatkan bencana khususnya bencana angin puting
beliung, disebabkan oleh bangunan-bangunan tersebut masih banyak yang belum
memenuhi syarat dan menerapkan standar pendirian bangunan secara baik dan
benar ( Sestama BSN, 2008 )