bab i pendahuluaneprints.umm.ac.id/60595/2/bab i.pdf3. standar pelayanan minimal di bidang kesenian....
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sektor pariwisata adalah salah satu sektor yang potensial untuk dikembangkan
sebagai salah satu sumber pendapatan daerah. Upaya memperbesar pendapatan asli
daerah, maka diadakan program pengembangan dan pemanfaatan sumber daya dan
potensi pariwisata daerah diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi
pembangunan ekonomi daerah. Pariwisata dipandang sebagai kegiatan yang
mempunyai tujuan memperkenalkan wisata alam yang ada didaerah guna menarik
pengunjung domestic maupun internasional.
Pembangunan sektor pariwisata menyangkut aspek sosial budaya, ekonomi
dan politik.1 Hal tersebut sejalan dengan adanya aturan tertulis yang menyatakan
bahwa penyelenggaraan kepariwisataan ditujukan untuk meningkatkan pendapatan
nasional dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat,
memperluas dan memeratakan kesempatan berusaha dan lapangan kerja, mendorong
pembangunan daerah, memperkenalkan dan mendayagunakan obyek dan daya tarik
wisata di Indonesia serta memupuk rasa cinta tanah air dan mempererat persahabatan
antar bangsa.2
Perkembangan pariwisata juga mendorong pertumbuhan ekonomi karena di
daerah yang merupakan daerah potensial pariwisata akan menciptakan permintaan,
baik permintaan konsumsi, produksi barang dan jasa, investasi, serta menurunnya
1 Spillane, 1994 :14.
2 Undang-Undang Nomor 10 tahun 2009 Tentang Kepariwisataan
2
jumlah pengangguran. Selama berwisata, wisatawan akan berbelanja, sehingga secara
langsung dapat menimbulkan permintaan pasar barang dan jasa. Selain berbelanja
barang, wisatawan secara tidak langsung menimbulkan permintaan akan petunjuk,
sehingga warga sekitar yang mengenal pariwisata tersebut dapat menjadi Tour Guide
bagi wisatawan domestic maupun internasional yang dating berkunjung. Secara tidak
langsung dapat dikatakan bahwa adanya sector pariwisata dalam suatu daerah pasti
akan menurunkan tingkat pengangguran. Selain itu pula dalam usaha memenuhi
permintaan wisatawan diperlukan investasi di bidang transportasi dan komunikasi,
perhotelan dan akomodasi lain, industri kerajinan dan industri produk konsumen,
industri jasa, rumah makan restoran dan lain-lain.3
Sejalan dengan hal tersebut dampak pariwisata terhadap kondisi sosial
ekonomi masyarakat lokal dikelompokan menjadi delapan kelompok besar, yaitu (1)
dampak terhadap penerimaan devisa, (2) dampak terhadap pendapatan masyarakat,
(3) dampak terhadap kesempatan kerja, (4) dampak terhadap harga-harga, (5) dampak
terhadap distribusi masyarakat atau keuntungan, (6) dampak terhadap kepemilikan
dan control, (7) dampak terhadap pembangunan pada umumnya dan (8) dampak
terhadap pendapatan pemerintah. 4
Kemajuan industri pariwisata di suatu daerah sangat dipengaruhi oleh jumlah
wisatawan yang datang, karena itu harus ditunjang dengan peningkatan infrastruktur
yang ada di Daerah Tujuan Wisata (DTW) sehingga industri pariwisata akan
3 Spillane, 1994 : 20
4 Cohen, Erik. (1984). The Sociology of Tourism Approaches, Issues and Findings, Annals of Tourism
Research 30.
3
berkembang dengan baik. Negara Kesatuan Republik Indonesia memiliki
pemandangan alam yang indah, sehingga sangat mendukung bagi berkembangnya
sektor industri pariwisata di Indonesia. Sebagai negara kepulauan, potensi Indonesia
untuk mengembangkan industri pariwisata sangatlah besar bila ditunjang dengan
infrastruktur yang memadai, sehingga wisatawan domestic maupun internasional
tertarik untuk mengunjungi wisata alam yang ada di negara Indonesia.
Tujuan wisata yang ada di Indonesia sangatlah beragam, ada keindahan
pantai, kepulauan, maupun gunung yang terbentang dari sabang sampai merauke.
Tempat wisata tersebut dibangun dan dikelola oleh pemerintah daerah sesuai dengan
ketentuan aturan tertulis, yang menyatakan bahwa wewenang diserahkan oleh
pemerintah pusat terhadap daerah untuk penentuan kebijakan, perencanaan, dan
pelaksanaan dalam segi pembiayaan dalam mengatur daerahnya sendiri.5
Tujuan diberlakukannya Undang-Undang tentang pemerintah daerah antara
lain adalah untuk lebih mendekatkan pelayanan pemerintah kepada masyarakat,
memudahkan masyarakat untuk memantau dan mengontrol penggunaan dana yang
bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), selain untuk
menciptakan persaingan yang sehat antar daerah dan mendorong timbulnya inovasi.
Dengan adanya keleluasaan daerah untuk mengatur segala aspek kehidupan yang ada
di daerah seiring dengan pemenuhan kebutuhan atau aspirasi masyarakat, maka
pemerintah daerah sebagai pengelola daerah sangat dituntut untuk memiliki daya
inovasi, kreasi, intelegensi, dan kejujuran dalam menggagas atau mengembangkan
potensi daerah yang tersedia, serta memunculkan potensi baru bagi daerah. Telah
5 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 Tentang Pemerintah Daerah
4
diketahui bersama bahwa Indonesia merupakan negara berkembang yang memiliki
berbagai macam potensi pariwisata, baik wisata alam maupun wisata budaya karena
Indonesia memiliki bermacam-macam suku, adat istiadat, dan kebudayaan serta
keberadaan Indonesia sebagai Negara tropis menghasilkan keindahan alam dan satwa.
Demikian pula dengan Kota Banjarmasin, Kota yang terletak di Provinsi
Kalimantan Selatan dan juga merupakan ibu kota dari provinsi Kalimantan Selatan ini
memiliki potensi pariwisata yang tidak kalah dengan daerah lain. Berikut adalah tabel
wisata di Kota Banjarmasin :
Tabel 1. Potensi Wisata Kota Banjarmasin
No. Nama Wisata
1. Pulau Kembang
2. Pasar Terapung Banjarmasin
3. Rafting Bambu Sungai Amandit
4. Air Terjun Banduin
5. Pulau Bakut
6. Pasar Apung Siring Martapura
7. Menara Pandang Banjarmasin
Obyek wisata yang disebutkan diatas adalah objek wisata yang ada di Kota
Banjarmasin. Pulau Kembang merupakan salah satu obyek wisata alam yang ada di
Kota Banjarmasin. Taman Wisata Alam (TWA) Pulau Kembang merupakan salah
satu kawasan konservasi yang ditetapkan berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan
5
Nomor 780/Kpts/Um/12/1976. TWA Pulau Kembang memiliki luas 60 hektar dan
terletak di sungai Barito, Kabupaten Barito Kuala, Kalimantan Selatan. Pulau dengan
ciri ekosistem mangrove ini merupakan salah satu obyek wisata yang menarik, karena
memiliki karakteristik yang unik yaitu terletak di tengah-tengah sungai Barito dengan
panorama alam yang indah serta potret budaya sehari-hari masyarakat pesisir seperti
kegiatan nelayan tradisional, pasar terapung, rumah lanting dan lain-lain. Berdasarkan
hal tersebut, TWA Pulau Kembang memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi
daerah alternatif tujuan wisata. Pada Gambar 1 dibawah ini adalah gambar tulisan
ucapan selamat datang yang ada di Pulau Kembang :
Gambar 1.1 Gerbang Selamat Datang Pulau Kembang
Dilihat dari gambar diatas, peneliti dapat mengatakan bahwasanya pulau
kembang merupakan sebuah pulau yang masih asri, sangat cocok bila dijadikan objek
wisata alam mengingat temoatnya yang masih sangat alami, bahwkan untuk mencapai
pulau ini wisatawan harus menggunakan perahu klotok. Pulau ini ditumbuhi tumbuh-
tumbuhan khas Kalimantan, dan saat ini dihuni oleh kawanan monyet yang termasuk
jenis kera berekor panjang alias monyet. Dan di tengah-tengah pulau juga ada rajanya
6
dengan tubuh yang lebih besar. Di pulau yang daerah administrasinya termasuk ke
Kabupaten Barito Kuala, Kalsel ini terdapat tempat untuk pemujaan bagi etnis
Tionghoa, dimana ada berupa tempat pemujaan disertai replika monyet putih/
Hanoman. Berikut adalah
Gambar 1. 3 Monyet Ekor Panjang , Fauna Penghuni Pulau Kembang
Dilihat dari sisi keasrian dan kealamiannya, jelas bahwa pulau ini bias di
kategorikan sebagai tempat pariwisata yang diunggulkan oleh Kota Banjarmasin.
Kelebihan lainnya yang dimiliki oleh Pulau Kembang adalah banyaknya monyet ekor
panjang yang menjadi penghuni di pulau ini. Pemerintah Kota Banjarmasin, yang
menjadi pengelola pusat Tempat Wisata Alam-nya sedang dalam tahap
7
pengembangan dan menangani masalah-masalah yang ada dalam pengembangannya.
6
Beberapa penelitian telah dilakukan guna mendukung berkembangnya pulau
kembang di Kota Banjarmasin ini. Salah satu penelitian yang dilakukan oleh
Mahasiswa Institut Pertanian Bogor, yang meneliti tentang Pengelolaan Taman
Wisata Alam Pulau Kembang menyatakan bahwa promosi perlu dilakukan dengan
membangun kerjasama dengan berbagai instansi terkait, pembangunan sarana dan
prasarana perlu dilakukan oleh instansi terkait, dan pengoptimalan TWA melalui
pengelola, masyarakat local serta investor. 7
Selanjutnya opini yang dikemukakan oleh Mahasiswa Bina Nusantara
Indonesia yang telah melakukan kunjungan ke pulau kembang mengatakan bahwa
biaya sewa perahu klotok dari Banjarmasin menuju Pulau Kembang cukup murah,
Lingkungan pulau kembang yang masih sangat hijau, tetapi pada saat wisatawan
sampai di dermaga Pulau Kembang puluhan monyet ekor panjang penghuni Pulau
Kembang akan mendatangi wisatawan guna meminta makanan dirasa menganggu.
Tidak hanya itu, ketika memasuki Ketika pertama kali melangkahkan kaki memasuki
gerbang Pulau Kembang, wisatawan akan melihat fasilitas wahana bermain untuk
anak yang sudah tidak terawat. Kondisinya yang sangat memprihatinkan sedikit
mengganggu pemandangan .8
6 Kabar Banjarmasin Online (http://kabarbanjarmasin.com/posting/pulau-kembang-akan-
dikembangkan.html) 7 Jannah, Antung. 2007. Pengelolaan Taman Wisata Alam Pulau Kembang, Banjarmasin, Kalimantan
Selatan. 8 Artikel Binus University (http://hotel-management.binus.ac.id/2015/12/18/pulau-kembang-yang-
tidak-sewangi-namanya/)
8
Berdasarkan artikel dan penelitan diatas, peneliti dapat mengatakan bahwa
ada beberapa masalah yang terjadi di Pulau Kembang, yaitu :
1. Tidak Terawatnya sarana yang ada.
2. Kurangnya strategi promosi TWA.
3. TWA kurang optimal dalam pengelolaan.
Kemungkinan yang ada dari hasil masalah diatas adalah kurangnya strategi
pengembangan yang dilakukan oleh pengelola. Hal inilah yang mendasari peneliti
ingin meneliti kembali bagaimana strategi pengelola ( dalam hal ini adalah
Pemerintah Kota dan Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga ) Kota
Banjarmasin dalam melakukan pengembangan Tempat Wisata Alam yang ada di
Pulau Kembang. Selain itu peneliti juga dapat melihat sejauh mana perkembangan
Pemerintah Kota Banjarmasin dalam mempromosikan Tempat Wisata Alam Pulau
Kembang agar menarik minat wisatawan domestic maupun wisatawan asing untuk
berkunjung, untuk itu peneliti mengangkat judul “ STRATEGI
PENGEMBANGAN TEMPAT WISATA ALAM PULAU KEMBANG, KOTA
BANJARMASIN, PROVINSI KALIMANTAN SELATAN “
B. Rumusan Masalah
Bagaimana strategi pengembangan Tempat Wisata Alam Pulau Kembang,
Kota Banjarmasin, Provinsi Kalimantan Selatan ?
9
C. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui strategi pengembangan Tempat Wisata Alam Pulau
Kembang, Kota Banjarmasin, Provinsi Kalimantan Selatan.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Akademis
a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan referensi dalam bentuk
informasi dan pengetahuan, terutama bagi mereka yang tertarik pada
pengembangan kawsan pariwisata.
b. Sebagai sumbangan pemikiran serta wacana terkait dengan pengembangan
kawasan pariwisata Kota Banjarmasin dan sebagai pengembangan ilmu
pemerintahan.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi masyarakat sebagai pengetahuan mengenai pentingnya strategi yang
digunakan pemerintah dalam mengembangkan pariwisata daerah Kota
Banjarmasin .
b. Bagi Pemerintah penelitian ini dapat menjadi bahan masukan mengenai
pentingnya peran pemerintah dalam pengembangan pariwisata Kota
Banjarmasin.
c. Bagi Peneliti dapat membagi pengetahuan dapat dapat dijadikan literature
bagi peneliti selanjutnya.
10
E. Definisi Konsep dan Operasional
1. Definisi Konsep
Definisi konsep menguraikan beberapa istilah atau konsep yang terkait
pada penelitian yang dilakukan sebagai berikut :
a. Pengertian Strategi
Menurut Quinn mengartikan strategi adalah suatu bentuk atau rencana yang
mengintegrasikan tujuan-tujuan utama, kebijakan-kebijakan dan rangkaian tindakan
dalam suatu organisasi menjadi suatu kesatuan yang utuh. Strategi diformulasikan
dengan baik akan membantu penyusunan dan pengalokasian sumber daya yang
dimiliki perusahaan atau pun organisasi menjadi suatu bentuk yang unik dan dapat
bertahan. Strategi yang baik disusun berdasarkan kemampuan internal dan
kelemahan, antisipasi perubahan dalam lingkungan.9
Dengan demikian, Strategi merupakan sasaran atau tujuan yang ingin
di capai baik dari segi organisasi pemerintahan baik instansi atau lembaga, ataupun
organisasi non pemerintah untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pentingnya
strategi dalam perencanaan sebuah kegiatan dapat mengatur terlaksananya kegiatan
sehingga dapat membantu dalam proses atau berjalannya kegiatan tersebut.
Strategi diperlukan agar perencanaan dapat dilaksanakan secara praktis dan
spesifik mungkin, maka di dalamnya harus tercakup pertimbangan dan penyesuaian
terhadap reaksi-reaksi orang dan pihak yang dipengaruhi dalam kegiatan tersebut.
9 Yonas Armando Untoro. 2011. Skala Volume Penjualan Jasa Pada Bengkel Sepeda Motor Ahass
Di Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta Ditinjau Dari Strategi Bisnis Dan Faktor Kunci Sukses. Di
akses ( http://e-journal.uajy.ac.id/1574/3/2EM16271.pdf ) pada 30 Agustus 2015 pukul 09.24 Wib
11
Dalam hal yang demikian diperlukan suatu strategi yang dapat membantu
perencanaan yang telah di buat.
b. Pengembangan Pariwisata
Pengembangan Pariwisata merupakan suatu rangkaian upaya untuk
mewujudkan keterpaduan dalam penggunaan berbagai sumber daya pariwisata
mengintegrasikan segala bentuk aspek di luar pariwisata yang berkaitan secara
langsung maupun tidak langsung akan kelangsungan pengembangan pariwisata.
c. Pulau Kembang
Pulau Kembang adalah sebuah delta yang terletak di tengah sungai Barito
yang termasuk di dalam wilayah administratif kecamatan Alalak, Kabupaten Barito
Kuala, provinsi Kalimantan Selatan. Pulau Kembang terletak di sebelah barat Kota
Banjarmasin. Pulau Kembang ditetapkan sebagai hutan wisata berdasarkan SK.
Menteri Pertanian No. 788/Kptsum12/1976 dengan luas 60 Ha. Pulau Kembang
merupakan habitat bagi kera ekor panjang (monyet) dan beberapa jenis burung.
Kawasan pulau Kembang juga merupakan salah satu obyek wisata yang
berada di dalam kawasan hutan di Kabupaten Barito Kuala. Pulau Kembang memiliki
khas pulau tersendiri yang banyak diminati oleh para wisatawan, yaitu pulau yang
banyak populasi monyet nya. Penegelolaan Pulau Kembang juga diatur dalam Perda
Kota Banjarmasin Nomor 09 Tahun 2015.
12
2. Definisi Operasional
Definisi operasional merupakan suatu unsur yang memberitahukan bagaimana
cara mengukur suatu indikator. Untuk melihat indiikasi suatu indiikator tersebut
adalah :
a. Bentuk Strategi yang digunakan
1. Memilih Materi yang Unik dan Spesifik yang Tidak Dimiliki Daerah Lain.
Bentuk materi unik yang dimaksud diantaranya :
a. Pekan Budaya Samawa
2. Memberikan Pembinaan
a. Sosialisasi
b. Promosi
3. Standar Pelayanan Minimal Di Bidang Kesenian.
4. Program Kerja Sama dengan Kelembagaan yang Menangani Masalah
Kesenian.
a. Sanggar Seni Daerah
5. Pengembangan Produk Wisata
6. Pengembangan Pemasaran dan Promosi
7. Pengembangan Aksesibilitas
8. Pengembangan Prasarana
13
b. Faktor pendukung dan penghambat
1. Faktor pendukung
a. Potensi Alam Pulau Kembang yang masih sangat Hijau.
b. Apresiasi / partisipasi masyarakat
c. Alat transportasi yang masih tradisional
d. keterlibatan pemerintah
2. Faktor Penghambat
a. Insrastruktur tidak memadai
b. Belum menemukan sistem promosi yang mampu mengangkat nilai
seni Pulau Kembang
c. Infrastruktur tidak Terawat
d. Monyet Liar yang ada di Pulau Kembang
F. Metode Penelitian
Metode Penelitian adalah suatu cabang ilmu pengetahuan yang membicarakan
atau mempersoalkan mengenai cara-cara melaksanakan penelitian berdasarkan fakta-
fakta atau gejala-gejala secara ilmiah yang diteliti kebenarannya. Berikut adalah cara-
cara yang di capai dalam metode penelitian yakni :
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah menggunakan metode penelitian deskriptif melalui
pendekatan kualitatif. Penelitian deskriptif adalah metode yang digunakan untuk
menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah
terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku
14
untuk umum atau generalisasi.10
Penelitian kualitatif adalah jenis penelitian yang
temuan-temuannya tidak diperoleh melalui prosedur statistik atau bentuk hitungan
lainnya.11
Penelitian kualitatif banyak dipergunakan dalam penelitian filosofis dan
sebagian juga terdapat dalam penelitian deskriptif dan penelitian histori. Data
kualitatif dinyatakan dalam bentuk kalimat atau uraian.
Dengan demikian, Penelitian deskriptif merupakan metode penelitian untuk
mendiskripsikan dan mencari gambaran secara sistematis dalam mengumpulkan data
yang diperlukan ketika kegiatan penelitian berlangsung. Sehingga objek penelitian
dan fakta dalam penelitian dapat di peroleh sesuai dengan fakta di lapangan atau
dihasilkan peneliti langsung dari lokasi penelitian. Penelitian ini akan dilakukan
sesuai dengan fakta dan informasi yang akurat dari tempat penelitian. Sehingga
semua data yang telah dikumpulkan peneliti akurat, terpercaya dan benar adanya.
2. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian merupakan tujuan yang akan menjadi tujuan peneliti dalam
sebuah penelitian. Dimana tempat tujuan tersebut peneliti akan mendapat data-data
yang dibutuhkan. Dalam penelitian ini yang akan menjadi tujuan peneliti adalah pada
Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan Dan Pariwisata Kota Banjarmasin yang terletak
di Jalan Pramuka No,04 Kota Banjarmasin.
3. Sumber Data
Sumber data merupakan sumber informasi yang digunakan sebagai pokok
kajian dalam melakukan penelitian. Data tersebut harus digali dari sumber-sumber
10
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D – Edisi 3. Bandung: Alfabeta. 11
Strauss, A. dan Corbin, J. (2009). Dasar-Dasar Penelitian Kualitatif. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
15
yang berkaitan dengan masalah yang diteliti untuk memperoleh hasil yang baik.
Tujuan peneliti menggunakan sumber data yakni ingin memperoleh data-data yang
akurat sesuai dengan fakta-fakta yang ada di lapangan dan mencari tahu
permasalahan-permasalahan yang masih menjadi kendala dalam pengembangan
potensi wisata di Kota Banjarmasin. Mengingat kawasan wisata yang ada di pulau
Kembang tidak kalah menariknya dengan kawasan wisata yang ada di Bali, Lombok
ataupun di daerah lainnya. Dalam penelitian ini sumber data yang digunakan adalah :
a. Data Primer
Data Primer merupakan informasi yang dikumpulkan peneliti langsung dari
sumbernya.12
Dengan demikian peneliti berhadapan langsung dengan wawancara
pada sumber yang tepat untuk mendapatkan data dari lokasi penelitian dan nara
sumber yang dapat dipercaya tanpa adanya perantara secara lengkap dari nara sumber
yang mempunyai andil besar dan dianggap mampu dalam memberikan informasi
secara lengkap dan terpercaya karena peneliti berhadapan langsung dengan sumber
yang tepat.
Menggunakan sumber data primer dapat mempermudah peneliti dalam
mencari informasi dan bahan yang diperlukan dalam penelitian. Karena peneliti
berhadapan langsung kepada subjek penelitian yang telah ditentukan. Sumber data ini
dapat dijadikan sebagai bukti bahwa data dari penelitian ini langsung diperoleh dari
instansi atau lembaga yang menjadi objek penelitian. Data primer merupakan data
12 Hermawan Warsito. Pengantar Metode Penelitian. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta Tahun
1995
16
yang diperoleh secara langsung oleh peneliti baik melalui narasumber ataupun
pegawai Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata Kota Banjarmasin..
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang dikumpulkan oleh pihak lain, jadi dalam hal
ini peneliti tidak langsung memperoleh data dari sumbernya, peneliti hanya sebagai
pemakai data. Diperoleh dalam bentuk yang sudah jadi atau sudah diolah oleh
instansi, kantor atau lembaga lain yang sesuai dengan bidangnya. Dimana data
tersebut bisa berbentuk buku-buku ilmiah, dokumen-dokumen resmi yang di dapat
dari Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata, Koran-koran lokal, maupun
dari internet atau televise dan perundang-undangan yang berhubungan dan berkaitan
erat dengan penelitian ini.
Peneliti dalam mencari sumber data yang diperlukan menggunakan sumber
data yang sudah ada dan sudah di olah baik berupa buku, jurnal, Koran, ataupun
dokumen – dokumen yang diperoleh dari tempat penelitian. Sumber data ini juga
dapat membantu peneliti untuk mendapatkan apa yang dicari selama proses penelitian
berjalan.
4. Subyek Penelitian
Subyek Penelitian adalah seseorang atau lebih yang dipilih dengan sengaja sehingga
narasumber data dapat terkumpul, karena dianggap menguasai bidang yang
berhubungan dengan sasaran peneliti. Subyek penelitian ini berkaitan dengan sumber-
sumber informasi didapatkan oleh peneliti saat dilakukannya penelitian yang berupa
17
orang-orang dan bisa memberikan data informasi secara lengkap mengenai
permasalahan yang terjadi pada pusat penelitian.
Subyek penelitian adalah sesuatu baik orang, benda ataupun lembaga ( organisasi)
yang sifat keadaannya akan diteliti. Dalam penelitian ini subyek penelitiannya adalah
orang yang benar-benar memahami permasalahan, yaitu Satuan Kerja Perangkat
Daerah yang bertugas dalam pengembangan kawasan wisata dan pihak masyarakat
yang menjadi wisatawan.
Subyek penelitian yang digunakan peneliti dalam hal ini ditujukan pada
narasumber yang menguasai dan yang mengerti dengan sasaran penelitian. Dengan
demikian, subyek penelitian dapat memberikan informasi ataupun data yang dicari
oleh peneliti. Dalam penelitian ini, yang menjadi subyek penelitian adalah:
a. Ketua Seksi Bidang Pemasaran dan Promosi Pariwisata
b. Seksi Pengembangan Nilai Budaya
c. Sekretaris Diskoperindag Kota Banjarmasin
d. Pelaku UMKM
e. Masyarakat Pulau Kembang
f. Wisatawan di Pulau Kembang
5. Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan dalam penelitian adalah :
a. Wawancara
Wawancara adalah bentuk komunikasi langsung antara peneliti dengan
narasumber. Dalam pengambilan data disini biasanya juga diikuti dengan
18
menggunakan daftar pertanyaan sebagai pedoman wawancara. Wawancara bertujuan
untuk mendapatkan informasi dari narasumber. Dalam penelitian ini peneliti
menggunakan wawancara terstruktur, yaitu wawancara yang disusun secara terperinci
atau jelasnya menggunakan draf pertanyaan dengan pihak yang dapat memberikan
penjelasan yang berkaitan dengan peneliti yang akan diteliti. Maksud dari wawancara
yang dilakukan peneliti akan tetap dalam lingkup peneliti, dan tidak meluas pada
masalah-masalah lain.13
Selama proses wawancara berlangsung peneliti dapat mengajukan berbagai
pertanyaan yang telah disusun atau dipersiapkan guna membantu peneliti
berkomunikasi langsung dengan narasumber terkait. Wawancara atau percakapan
yang dilakukan bertujuan untuk memperoleh informasi tentang strategi pemerintah
daerah dalam pengembangan kawasan wisata Pulau Kembang dan juga faktor
penghambat yang dihadapi. Karena melihat potensi Pariwisata yang ada di Kota
Banjarmasin tidak kalah menariknya dengan daerah wisata seperti Bali dan Lombok
yang sudah terkenal.
b. Observasi
Observasi adalah metode pengumpulan data dimana peneliti mencatat
informasi sebagaimana yang mereka saksikan. Oberservasi yaitu dimana peneliti
mengumpulkan data dengan mencatat informasi sebagimana yang mereka saksikan
secara langsung dengan melihat, mendengar, yang kemudian dicatat secara subyektif
mungkin, maka penelitian ini menggunakan observasi terstruktur yaitu observasi
yang dirancang secara sistematis, tentang apa yang diamati, kapan dan dimana
13 Gulo. W. 2002. Metodologi Penelitian. Grasindo. Jakarta. Hlm -118
19
tempatnya. Data yang diperoleh dari observasi adalah data untuk mengetahui strategi
Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata Kota Banjarmasin dalam
membangun Tempat Wisata Alam Pulau Kembang.
Menggunakan teknik pengumpulan data melalui observasi dapat mengetahui
kondisi ril yang terjadi di daerah tempat penelitian yakni Pulau Kembang, Kota
Banjarmasin, Kalimantan Selatan.. Sampai sejauh mana Pemerintah Kota
Banjarmasin sudah melaksanakan usaha untuk mengembangkan potensi wisata
ataupun budaya yang dimiliki. Observasi dilakukan langsung oleh peneliti di Pulau
Kembang. Sehingga peneliti dapat terbantu dalam mengumpulkan data ataupun
informasi yang dibutuhkan benar adanya dan akurat.
c. Dokumentasi
Teknik ini dilaksanakan dengan melakukan pencatatan terhadap berbagai
dokumen-dokumen resmi, laporan-laporan, peraturan maupun arsip-arsip yang
tersedia di Dinas Pemuda Olahraga Budaya dan Pariwisata dengan tujuan
mendapatkan bagian yang menunjang secara teoritis terhadap data penelitian.
Peneliti dapat menggunakan teknik pengumpulan dengan dokumentasi yang
bertujuan untuk menjadikan catatan atau bukti penelitian yang dilakukan baik
dokumen resmi, arsip, laporan yang didapatkan langsung dari dinas terkait. Peneliti
juga dapat menggunakan dokumentasi berupa foto, atau video selama kegiatan
berlangsung.
20
6. Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
dengan model interaktif Miles dan Huberman, dimana dalam model ini terdapat tiga
alur kegiatan meliputi:
1. Reduksi Data
Kegiatan ini dimulai sejak awal pengumpulan data sampai pada
laporan akhir. Prosesnya menajamkan, menggandakan, mengarahkan
membuang dan mengorganisasikan data sehingga dapat ditarik kesimpulan
dan diverifikasi secara efisien.
2. Penyajian Data
Penyajian data merupakan informasi yang tersusun dan memberikan
kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan mengambil tindakan.
Penyajian data dapat berupa gambaran, ilustrasi, flowchart, tabel dan
sejenisnya beberapa tabel yang direncanakan untuk menyusun agar mudah
dimengerti.
3. Penarikan Kesimpulan
Peneliti berusaha untuk mendeskripsikan dari data yang telah
dikumpulkan dan dianalisa dapat ditarik kesimpulan. Proses verifikasi
terhadap kesimpulan dilakukan secara terus-menerus supaya lebih kuat.
Berikut adalah gambar dari penarikan kesimpulan yang akan dilakukan oleh
peneliti.
21
Gambar Komponen dalam Analisis Data (interactive model)
Sumber : Sugiyono (2013:247)
a. Pengumpulan Data
Pengumpulan data, merupakan data yang baru diperoleh dari hasil penelitian,
yang merupakan kumpulan fakta atau fenomena-fenomena yang berwujud data
lapangan yang masih belum beraturan dan belum dipilah-pilah yang akan diolah di
tahap kedua yaitu reduksi data.
b. Reduksi Data
22
Reduksi data adalah proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan,
pengabstrakan transformasi, data kasar yang muncul dari catatan lapangan14
( Miles
dan Huberman (1992:16) ), adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam reduksi
data ini akan memberikan gambaran yang lebih spesifik dan mempermudah peneliti
dalam dalam melakukan penelitian.
Reduksi data akan berlangsung terus menerus selama kegiatan penelitian
berlangsung. Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang dilakukan ketika
penelitian berlangsung guna menggolongkan, mengarahkan serta mengkoordinasikan
data yang telah di kumpulan peneliti sedemikian rupa untuk menarik kesimpulan
sementara.
c. Penyajian Data
Penyajian data merupakan sekumpulan informasi tersusun yang memberikan
kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.15
( Miles dan
Huberman, 1999:17 ). Dalam penyajian data ini diarahkan agar data hasil dari reduksi
terorganisasikan dan dalam penyusunan pola mudah di pahami, penyajian data dapat
diuraikan melalui bagan, uraian maupun naratif dan hubungan antar kategori. Jadi
dalam penyajian data tidak semata-mata mendeskripsikan secara naratif akan tetapi
disertai dengan penarikan kesimpulan.
Proses penyajian data dilakukan untuk mempermudah peneliti dalam
menggambarkan keseluruhan data yang diperoleh dalam penarikan kesimpulan. Hal
ini dapat disebut dengan pengorganisasian data yang peroleh dan disusun menurut
14
Miles dan Huberman, 1999:16 15
Miles dan Huberman, 1999:17
23
kategori data yang sesuai atau sejenis sesuai dengan permasalahan yang dihadapi
untuk menarik kesimpulan sementara.
d. Penarikan Kesimpulan
Tahapan penarikan kesimpulan merupakan hasil akhir dari penelitian, tahapan
penarikan kesimpulan ini diartikan sebagai upaya untuk memahami makna atau sebab
akibat yang ditimbulkan. Sebelum melakukan penarikan kesimpulan terlebih dahulu
dilakukan dalam reduksi data, serta penyajiann data dan selanjutnya penarikan
kesimpulan.
Penarikan kesimpulan merupakan tahapan akhir yang digunakan oleh peneliti selama
teknik analisa data. Pada tahap ini semua hasil penelitian yang sudah diperoleh atau
dikumpulkan peneliti dapat di simpulkan menjadi hasil penelitian. Proses penarikan
kesimpulan merupakan hasil akhir dari semua serangkaian proses dalam penelitian.
Hasil penelitian dapat dijadikan dan disimpulkan dalam proses ini. Dalam proses
penarikan kesimpulan ini, peneliti dapat mengetahui peran pemerintah Kota
Banjarmasin dalam pengelolaan kawasan Pariwisata Pulau Kembang.