bab i-iii dan daftar pustaka.docx

45
 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia yang hidup di dunia pasti akan mengalami pertumbuhan dan  perkembangan, baik itu dari segi fisik maupun mental. Berdasarkan hukum alam yang telah kita pelajari , manusia berkembang mulai dari bayi, batita (bayi tiga tahun ke atas),  balita (bayi lima tahun ke atas), anak usia sekolah, remaja, hingga d ewasa akhir. Tak ada yang dapat menghindari proses perkembangan tersebut. Proses penuaan ini dapat terjadi  pada seluruh bagian tubuh kita. Mulai dari rambut hingga ujung kaki kita, termasuk pada tulang.Oleh karena itu, banyak sekali individu terutama wanita yang takut jika umurnya semakin bertambah. Hal ini dikarenakan mereka akan mengalami proses penurunan fungsi tumbuh, seperti kulit, tulang, dan lain-lain. Proses penurunan fungsi tubuh ini dapat diartikatakan sebagai proses penuaan. Penuaan merupakan proses alamiah dan normal yang terjadi pada setiap kalangan  baik itu kalangan menengah, atas, bawah, laki-laki maupun wanita. Penuaan menurut Constantinindes yang dikutip dalam karangan Darmojo (2009) merupakan proses  penurunan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri / mengganti diri, mempertahankan struktur dan fungsi normal secara perlahan, sehingga tidak dapat  bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan tidak dapat memperbaiki kerusakan yang diderita. Penuaan merupakan proses alamiah dan normal yang terjadi pada setiap kalangan baik itu kalangan menengah, atas, bawah, laki-laki maupun wanita. Osteoporosis adalah suatu keadaan berkurangnya massa tulang sehingga apabila terkena benturan yang ringan saja tulang tersebut akan patah. Penyakit osteoporosis ini

Upload: mia-ajjah

Post on 14-Oct-2015

219 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUANA. Latar BelakangSetiap manusia yang hidup di dunia pasti akan mengalami pertumbuhan dan perkembangan, baik itu dari segi fisik maupun mental. Berdasarkan hukum alam yang telah kita pelajari , manusia berkembang mulai dari bayi, batita (bayi tiga tahun ke atas), balita (bayi lima tahun ke atas), anak usia sekolah, remaja, hingga dewasa akhir. Tak ada yang dapat menghindari proses perkembangan tersebut. Proses penuaan ini dapat terjadi pada seluruh bagian tubuh kita. Mulai dari rambut hingga ujung kaki kita, termasuk pada tulang.Oleh karena itu, banyak sekali individu terutama wanita yang takut jika umurnya semakin bertambah. Hal ini dikarenakan mereka akan mengalami proses penurunan fungsi tumbuh, seperti kulit, tulang, dan lain-lain. Proses penurunan fungsi tubuh ini dapat diartikatakan sebagai proses penuaan.Penuaan merupakan proses alamiah dan normal yang terjadi pada setiap kalangan baik itu kalangan menengah, atas, bawah, laki-laki maupun wanita. Penuaan menurut Constantinindes yang dikutip dalam karangan Darmojo (2009) merupakan proses penurunan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri / mengganti diri, mempertahankan struktur dan fungsi normal secara perlahan, sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan tidak dapat memperbaiki kerusakan yang diderita. Penuaan merupakan proses alamiah dan normal yang terjadi pada setiap kalangan baik itu kalangan menengah, atas, bawah, laki-laki maupun wanita. Osteoporosis adalah suatu keadaan berkurangnya massa tulang sehingga apabila terkena benturan yang ringan saja tulang tersebut akan patah. Penyakit osteoporosis ini sering disebut dengan silent disease karena proses kepadatan tulang terjadi secara perlahan dan berlangsung secara progresif selama bertahun-tahun tanpa kita sadari tanda dan gejalanya. Banyak orang yang tidak menyadari bahwa osteoporosis ini merupakan pembunuh tersembunyi (silent killer). Berbeda dengan radang pada sendi (arthritis), osteoporosis banyak sedikit menunjukkan tanda-tanda kepada pada keadaan dini, dan sering juga penyakit ini baru diketahui setelah terjadinya komplikasi berupa patah tulang (Tandra, 2009).Menurut WHO (2009), osteoporosis menduduki peringkat kedua dibawah penyakit jantung sebagi masalah utama di dunia. Dengan munculnya berbagai penyakit di dunia ini, maka akan mempengaruhi usia harapan hidup seseorang, termasuk dengan munculnya osteoporosis sebagai penyakit angka kejadian yang cukup tinggi. Menurut data Internasional Osteoporosis Foundation lebih dari 30% wanita diseluruh dunia mengalami resiko seumur hidup untuk patah tulang akibat osteoporosis, bahkan mendekati 40%, sedangkan pada pria resikonya berada pada angka 13%.Satu dari tiga perempuan dan satu dari lima pria di Indonesia terserang osteoporosis atau pengeroposan tulang. Saat ini jumlah penderita osteoporosis di Indonesia pun kini jauh lebih besar dari data terakhir Kementrian Kesehatan yang mematok angka 19,7% dari seluruh penduduk dengan alasan perokok di negeri ini urutan kedua di dunia setelah Tiongkok-Cina. Lima provinsi dengan risiko osteoporosis lebih tinggi adalah Sumatera Selatan (27,7%), Jawa Tengah (24,02%), Yogyakarta (23,5%), Sumatera Utara (22,82%), Jawa Timur (21,42%), Kalimantan Timur (10,5%) (DepKes 2005). Sementara data Sistem Informasi Rumah Sakit (2010) insiden patah tulang paha atas akibat osteoporosis adalah 200 dari 100 ribu kasus pada usia 40 tahun.(KemenKes RI, 2008.)Berdasarkan data yang diambil dari KemenKes RI (2008), menyatakan bahwa dari jumlah sampel penelitian sebanyak 65.727 orang ( 22.799 laki-laki dan 42.928 perempuan) yang dilakukan oleh Puslitbang Gizi Depkes RI dan sebuah perusahaan nutrisi pada 16 wilayah di Indonesia secara selected people (Sumatera Utara & NAD, Sumatera Barat,Riau, Kepulauan Riau, Jambi, Sumatera Selatan & Bangka Belitung & Bengkulu,Lampung, DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Bali & NTB & NTT, Kalimantan, Sulawesi & Maluku & Papua) dengan metode pemeriksaan DMT (Densitas Massa Tulang) menggunakan alat diagnostik clinical bone sonometer, menunjukkan angka prevalensi osteopenia (osteoporosis dini) sebesar 41,7% dan prevalensi osteoporosis sebesar 10,3%. Ini berarti 2 dari 5 penduduk Indonesia memiliki risiko untuk terkena osteoporosis, dimana 41,2% dari keseluruhan sampel yang berusia kurang dari 55 tahun terdeteksi menderita osteopenia. Prevalensi osteopenia dan osteoporosis usia < 55 tahun pada pria cenderung lebih tinggi dibanding wanita, sedangkan >55 tahun peningkatan osteopenia pada wanita enam kali lebih besar dari pria dan peningkatan osteoporosis pada wanita dua kali lebih besar dari pria.Menurut Wirakusumah (2009) menyebutkan bahwa penyebab osteoporosis ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain gaya hidup yang kurang sehat, seperti merokok, mengkonsumsi alkohol, dan kurangnya asupan kalsium. Data Internasional Osteoporosis Foundation (2009) menyebutkan, hasil penelitian di 14 negara Asia mencerminkan rendahnya asupan kalsium orang Asia, yaitu rata-rata hanya 450 mg dari 1300 mg yang dibutuhkan per hari.Wanita adalah kelompok yang paling berisiko terkena fraktur osteoporosis di masa tua. Telah disinggung oleh Internasional Osteoporosis Foundation (2009), bahwa 30% bahkan sekarang meningkat menjadi 40% wanita mengalami seumur hidup untuk osteoporosis. Salah satu penyebabnya yaitu dengan terjadinya menopause. Hal ini disebabkan kadar estrogen dan PTH (ParaThyroid Hormone) yang berperan dalam proses pematangan tulang ini menurun. Jika hal ini terjadi lebih cepat, maka proses penyerapan tulang dalam tubuh pun akan semakin cepat, daripada pembentukan tulang, sehingga tulang akan semakin lunak, dan mudah menjadi rapuh.Sehingga pada kasus osteoporosis ini, wanita menjadi sorotan utama dalam pencegahan osteoporosis. Hal ini dikarenakan, faktor resiko timbulnya osteoporosis lebih banyak terdapat pada wanita, salah satunya dengan menopause (seperti yang telah disinggung di atas), kehamilan yang disertai dengan kurangnya asupan kalsium, aktivitas yang kurang, dan lain-lain.Seiring dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Research International Osteoporosis Foundation (2009), data Kemnakertrans periode February 2011 menunjukkan, jumlah perempuan produktif di Jawa Barat yaitu 1.686.312 orang untuk rentang usia 35 39 tahun dan 1.479.778 orang untuk rentang usia 40 44 tahun. Berdasarkan data tersebut, diperkirakan sekitar 674.524 perempuan usia 35-39 tahun dan 591.911 perempuan usia 40-44 tahun di Jawa Barat beresiko Osteoporosis.Data yang dihasilkan tersebut tidaklah sedikit, ini merupakan data yang cukup mengejutkan dalam dunia kesehatan. Sedangkan berdasarkan data dari Kemnakertrans Kabupaten Karawang tahun 2008 mencatat bahwa Karawang Barat sendiri memiliki jumlah penduduk 1.971.832 jiwa, terdiri dari 997.780 laki-laki dan 974.049 perempuan. Dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 573.900 KK. Angka ini lebih banyak dibanding tahun 2007 dimana penduduk Karawang saat itu berjumlah 1.929.033 jiwa, dan jauh lebih meningkat dibanding tahun 2005 yakni sebanyak 1.884.997 jiwa. Berdasarkan data dari Puskesmas Karawang Kulon, dalam setiap bulannya terdapat 7 orang yang menderita Osteoarthritis(OA). Sedangkan penderita yang mengeluh nyeri punggung bawah mereka klasifikasikan ke dalam penyakit tulang keropos (osteoporosis). dimana data pada bulan Oktober 2012 di Puskesmas Karawang Kulon menerangkan bahwa dari 3 penderita yang diperiksa, terdapat 2 diantaranya yang terindikasi osteoporosis.Berdasarkan Journal of Clinical (2008) yang ditulis oleh Chang Shu-Fang menyebutkan bahwa warga Taiwan yang menjadi responden dalam penelitiannya, terdapat 44% yang merespon secara benar atas kuesioner osteoporosis yang diberikan, sedangkan sisanya belum memahami secara baik mengenai osteoporosis dan pencegahannya. Dengan demikian dari jurnal tersebut dapat disimpulkan bahwa informasi yang didapat warga Taiwan mengenai osteoporosis dan pencegahannya itu masih kurang.Sinnathambi (2010) menyebutkan bahwa tingkat pengetahuan wanita-wanita premenopause di Kecamatan Medan Selayang II terhadap osteoporosis dalam kategori baik telah mencapai 87% sedangkan untuk tindakan pencegahannya yang dalam kategori baik hanya mencapai 16% saja. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa untuk tingkat pengetahuan wanita premenopause mengenai osteoporosis dalam kategori baik namun untuk tindakan pencegahannya masih kategori sedang. Sehingga perlu ada tindakan promosi kesehatan lanjutan lagi. Sedangkan berdasarkan data yang di dapat dari mahasiswi Universitas Singaperbangsa yaitu 3 dari 5 mahasiswi yang mengetahui tentang osteoporosis dan bagaimana pencegahannya.Osteoporosis sebenarnya dapat dicegah sejak dini atau paling sedikit ditunda kejadiannya dengan membudayakan perilaku hidup sehat yang intinya mengkonsumsi makanan dengan gizi seimbang yang memenuhi kebutuhan nutrisi, berolahraga secara teratur, tidak merokok dan tidak mengkonsumsi alkohol karena rokokdan alkohol meningkatkan osteoporosis dua kali lipat, namun kurangnya pengetahuan dalam mencegah terjadinya osteoporosis ini akan cenderung meningkatkan angka kejadian osteoporosis. Pengetahuan dan perilaku pencegahan yang baik dapat menurunkan resiko terjadinya osteoporosis. kedua penelitian di atas yang menyinggung mengenai tingkat pengetahuan osteoporosis dan sikap pencegahannya baik pada warga dalam negeri maupun luar negeri membuat penulis menjadi tertarik untuk melakukan penelitian yang sama namun dengan variabel yang berbeda dengan kedua penelitian di atas. Bagaimana dengan tingkat pengetahuan dan perilaku pencegahan yang telah dilakukan oleh warga Karawang, terutama pada wanita usia subur yang sedang menempuh study di Universitas Singaperbangsa? B. Rumusan MasalahBegitu tingginya prevalensi osteoporosis pada wanita di usia lanjut. Pada wilayah Jawa Barat saja dari 1.686.312 sekitar 674.524 wanita usia produktif yang mengalami osteoporosis. Sedangkan untuk wilayah Karawang sendiri, berdasarkan data dari Puskesmas Karawang Kulon hampir tiap bulannya terdapat 2 dari 5 wanita produktif yang terdeteksi mengalami osteoporosis. Sedangkan berdasarkan data yang di dapat dari mahasiswi Universitas Singaperbangsa yaitu 4 dari 9 mahasiswi yang mengetahui tentang osteoporosis dan bagaimana pencegahannya.Berdasarkan data yang dihasilan tersebut menyebabkan penulis tertarik sekali untuk mengamati sejauh mana mahasiswi Universitas Singaperbangsa Karawang khususnya pada wanita usia subur dalam memahami osteoporosis dan pencegahannya.C. Pertanyaan PenelitianBerdasarkan latar belakang yang telah disebutkan adapun pertanyaan penelitiannya, yaitu:1. Bagaimana gambaran tingkat pengetahuan dan perilaku mengenai osteoporosis pada mahasiswi Unversitas Singaperbangsa Karawang? 2. Apakah mahasiswi Universitas Singaperbangsa Karawang khususnya pada wanita usia subur mengetahui tindakan apa saja yang dapat dilakukan dalam mencegah Osteoporosis?3. Dari mana sajakah mahasiswi Universitas Singaperbangsa Karawang mendapatkan informasi mengenai osteoporosis dan pencegahannya?D. Tujuan Penelitiana. Tujuan UmumMengetahui gambaran tingkat pengetahuan dan perilaku mengenai osteoporosis dan pencegahannya terhadap wanita usia subur pada mahasiswi Universitas Singaperbangsa Karawang tahun 2013.

b. Tujuan Khusus1. Untuk mengetahui pengetahuan mahasiswi Universitas Singaperbangsa Karawang mengenai Osteoporosis.2. Untuk mengetahui tindakan mahasiswi Universitas Singaperbangsa Karawang dalam mencegah Osteoporosis.3. Untuk mengetahui sumber informasi yang di dapat mahasiswi Universitas Singaperbangsa Karawang mengenai osteoporosis dan pencegahannya.E. Manfaat Penelitiana. Bagi Institusi Keperawatan1. Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk pendidikan keperawatan khususnya dalam praktik pencegahan dan perencanaan perawatan Osteoporosis di masyarakat.2. Hasil penelitian ini dapat digunakan oleh mahasiswa keperawatan sebagai literatur tambahan untuk materi yang telah didapat dan juga sebagai bahan pertimbangan penelitian lebih lanjut tentang pengetahuan masyarakat tentang praktik pencegahan dan perawatan Osteoporosis.3. Sebagai salah satu bentuk apresiasi peneliti dalam mengaplikasikan ilmu yang selama ini telah diperoleh di bangku kuliah, dan memperoleh pengalaman dibidang penelitian perawatan kesehatan berbasis masyarakat, khususnya pengetahuan serta praktik pencegahan dan perencanaan keperawatan Osteoporosis.

b. Bagi Masyarakat1. Hasil penelitian ini dapat digunakan oleh individu (responden ), dan keluarga sebagai bahan informasi mengenai Osteoporosis , penanganannya, dan faktor-faktor yang dapat memperburuk kondisi penderita Osteoporosis. sehingga individu (responden), dan keluarga dapat turut serta dalam mencegah Osteoporosis dan mengetahui perawatan yang tepat untuk Osteoporosis2. Dapat menambah pengetahuan masyarakat tentang praktik pencegahan dan perencanaan perawatan Osteoporosis.

F. Ruang LingkupPenelitian ini merupakan penelitian mengenai gambaran tingkat pengetahuan dan perilaku mengenai osteoporosis dan pencegahannya terhadap wanita usia subur pada mahasiswi Universitas Singaperbangsa Karawang tahun 2013. Penelitian ini dilakukan oleh mahasiswi Program Studi Ilmu Keperawatan UIN Syarif Hdayatullah Jakarta. Penelitian ini dilakukan di Universitas Singaperbangsa Karawang pada bulan April 2013. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, dengan design penelitian cross sectional yang menggunakan data primer yaitu berupa data yang dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner. Pengambilan sampel ini dengan cara purposive sampling.Populasi yang digunakan yaitu mahasiswi universitas singaperbangsa karawang

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

A. Pengetahuana. Definisi PengetahuanMenurut Sunaryo (2004) pengetahuan adalah hasil dari tahu yang terjadi melalui proses sensoris khususnya mata dan telinga terhadap objek tertentu. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku terbuka (overt behaviour). Perilaku yang didasari pengetahuan umumnya bersifat langgeng.Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini setelah orang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. (Notoatmodjo, 2007). Dalam pengertian lain, pengetahuan adalah pelbagai gejala yang ditemui dan diperoleh manusia melaui pengamatan akal. Pengetahuan muncul ketika seseorang menggunakan akal budinya untuk mengenali benda atau kejadian tertentu yang belum pernah dilihat atau dirasakan sebelumnya. Hal ini dapat dicontohkan ketika seorang bayi melihat, memegang dan merasakan benda yang dia kenal, maka otaknya pun akan memproses mengenai benda tersebut sehingga bayi itu pun mendapatkan pengetahuan mengenai benda itu baik mengenai bentuk, nama dan sebagainya.b. TingkatanPengetahuanPengetahuan yang dicakup di dalam domain kognitif mempunyai enam tingkat (Soekidjo Notoatmodjo,2007:145 dalam buku psikologi keperawatan karangan Sunaryo, 2004 ), yaitu:1. Mengenal (recognition) dan mengingat kembali (recall) diartikan sebagai kemampuan untuk mengingat kembali suatu yang pernah diketahui sehingga bisa memilih satu dari dua atau lebih jawaban.Contoh : Dapat menyebutkan tanda dan gejala penyakit osteoporosis Dapat mendefinisikan secara singkat mengenai osteoporosis. Dapat menyebutkan kegunaan kalsium.2. Pemahaman (comprehention) diartikan sebagi kemampuan untuk memahami suatu materi atau objek yang diketahui. Seseorang yang telah paham tentang sesuatu harus dapat menjelaskan, memberikan contoh, dan menyimpulkan.Contoh: Jelaskan proses adopsi perilaku Berikan contoh bagaimana cara pencegahan terjadinya osteoporosis3. Penerapan (application)diartikan sebagai kemampuan untuk menerapkan secara benar mengenai sesuatu hal yang diketahui dalam situasi yang sebenarnya.Contoh : Mahasiswa dapat melakukan salah satu pencegahan terjadinya osteoporosis Mahasiswa dapat menggunakan metode penelitian dengan tepat.4. Analisis artinya kemampuan untuk menguraikan objek ke dalam bagian-bagian lebih kecil, tetapi masih di dalam suami struktur objek tersebut dan masih terkait satu sama lain. Ukuran kemampuan adalah ia dapat menggambarkan, membuat bagan, membedakan, memisahkan, membuat bagan proses adopsi perilaku, dan dapat membedakan pengetian psikologi dengan fisiologi.5. Sintesis, yaitu suatu kemampuan untuk menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru atau kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Ukuran kemampuan adalah ia dapat menyusun, meringkaskan, merencanakan, dan menyesuaikan suatu teori atau rumusan yang telah ada.Contoh : Seorang dosen dapat menyusun rencana Proses Belajar Mengajar selama setahun dalam bentuk kalender pendidikan. Mahasiswa dapat meringkas materi kuliah menjadi inti sarinya.6. Evaluasi yaitu kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu objek. Evaluasi dapat menggunakan kriteria yang telah ada atau disusun sendiri.Contoh : Mahasiswi dapat membedakan antara gejala osteoporosis dengan penyakit tulang lainnya seperti rematik Mahasiswi dapat menyebutkan penyebab dari osteoporosis.c. Pengukuran Pengetahuan Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menyatakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat disesuaikan dengan tingkat domain di atas (Notoatmodjo, 2007 dalam buku karangan Sunaryo, 2004).B. Perilaku a. Definisi PerilakuPerilaku adalah suatu kegiatan atau aktifitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut pandang biologis semua makhluk hidup mulai tumbuh-tumbuhan , binatang sampai dengan manusia itu berperilaku, karena mereka mempunyai aktifitas masing-masing.(Notoatmodjo,2007)Menurut Notoatmodjo (2007) dilihat dari bentuk respon stimulus ini maka perilaku dapat dibedakan menjadi 2 yaitu:1. Perilaku tertutup (covert behaviour)Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan/kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain.2. Perilaku terbuka (overt behaviour)Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam atau praktik (practice) yang dengan mudah diamati atau dilihat orang lain.b. Domain perilakuFaktor-faktor yang membedakan respon terhadap stimulus yang berbeda yang disebut determinan perilaku. Determinan perilaku ini dapat dibedakan menjadi dua, yakni:1. Determinan atau faktor internal, yakni karakteristik orang yang bersangkutan, yang bersifat given atau bawaan, misalnya tingkat kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin dan sebagainya.2. Determinan atau faktor eksternal, yakni lingkungan, baik lingkunan fisik, sosial, budaya, ekonomi, politik, dan sebagainya. Faktor lingkungan ini sering merupakan faktor yang dominan yang mewarnai perilaku seseorang (Notoatmodjo, 2007).

Benyamin Bloom (1908) yang dikutip Notoatmodjo (2007), membagi perilaku manusia kedalam 3 domain ranah atau kawasan yakni: kognitif (cognitive), afektif (affektif), dan psikomotor (psychomor). Dalam perkembangannya, teori ini dimodifikasi untuk pengukuran hasil pendidikan kesehatan yakni: pengetahuan, sikap, dan praktik atau tindakan (Notoatmodjo, 2007)

c. Pengukuran perilakuPengukuran atau cara mengamati perilaku dapat dilakukan melalui dua cara, secara langsung, yakni dengan pengamatan (obsevasi), yaitu mengamati tindakan dari subyek dalam rangka memelihara kesehatannya. Sedangkan secara tidak langsung menggunakan metode mengingat kembali (recall). Metode ini dilakukan melalui pertanyaanpertanyaan terhadap subyek tentang apa yang telah dilakukan berhubungan dengan obyek tertentu (Notoatmodjo, 2005)

C. Osteoporosisa. Definisi OsteoporosisOsteoporosis bukan hanya milik wanita tua, tapi bisa menyerang kaum pria, bahkan bagi Anda yang masih berusia muda atau remaja. Sayangnya hingga kini osteoporosis belum banyak mendapat perhatian. Kalau kasus hipertensi hampir 90 persen yang diobati, maka tulang keropos tidak lebih dari 20 persen penderita yang memperoleh pengobatan dengan baik, yang lainnya dabaikan begitu saja. Osteoporosis merupakan ancaman terbesar bai individu dan masyarakat karena tingginya morbiditas dan mortalitas yang terkait dengan itu serta biaya keuangan terkait kesehatan tulang pun turut mempengaruhinya. (Dawson-Hughes et al, 2008 dalam jurnal penelitian Chang-Hong et al, 2010)Osteoporosis bukan sekadar masalah proses penuaan biasa seperti wajah yang keriput atau rambut beruban, tetapi merupakan suatu penyakit, dan Anda bisa mencegahnya, bahkan dapat mengobatinya. Mungkin Anda Beranggapan bahwa osteoporosis hanya masalah minum susu atau mengonsumsi kalsium saja, lalu menjaga tubuh agar tidak terjatuh sampai menimbulkan patah tulang. Osteoporosis bukan hanya bisa menyebabkan fraktur tulang, tetapi juga dapat menimbulkan cacat tubuh, tinggi badan berkurang sampai belasan sentimeter, hingga penderitaan dan komplikasi yang bermacam-macam. Sebenarnya tulang keropos sudah ada di zaman Mesir kuno sekitar 2000 tahun sebelum Masehi. Pada pemeiksaan scan terhadap tulang mummy ternyata dijumpai patah tulang panggul dan kompresi di beberapa ruas tulang belakang. (Tandra, 2009)Osteoporosis berasal dari kata osteo dan porous,osteo artinya tulang, dan porous berarti berlubang-lubang atau keropos. Jadi, osteoporosis adalah tulang yang keropos, yaitu penyakit yang mempunyai sifat khas berupa massa tulangnya rendah atau berkurang, disertai gangguan mikro-arsitektur tulang dan penurunan kualitas jaringan tulang, yang dapat menimbulkan kerapuhan tulang. (Tandra, 2009)Menurut Corwin (2008) Osteoporosis adalah penyakit tulang metabolik yang ditandai oleh penurunan densitas tulang yang parah sehingga mudah terjadi fraktur tulang. Osteoporosis terjadi apabila kecepatan resorpsi tulang sangat melebihi kecepatan pembentukan tulang. Tulang yang dibentuk normal; akan tetapi, karena jumlah tulang terlalu sedikit, tulang menjadi lemah. Semua tulang dapat mengalami osteoporosis walaupun osteoporosis biasanya terjadi di tulang pangkal paha. Panggul, pergelangan tangan, dan kolumna vertebralis.Menurut Wirakusumah (2009) osteoporosis merupakan penyakit yang menyerang tulang dimana keadaan tulang menjadi rapuh (fragile) dan mudah mengalami patah (fraktur). Osteoporosis bisa menyebabkan patah tulang, meskipun dengan cedera yang sangat ringan bila tidak diupayakan pencegahan atau pengobatannya.Rubenstein, dkk (2007) menyatakan bahwa Osteoporosis adalah hilangnya massa tulang dan bukan perubahan kandungannya. Keadaan ini ditandai oleh meningkatnya risiko fraktur akibat kerapuhan tulang. Definisi osteoporosis menurutWHO adalah densitas tulang 2,5 standar deviasi dibawah rata-rata bagi wanita dewasa kulit putih.Menurut National Institute of Health (NIH) (2001), Osteoporosis adalah kelainan kerangka, ditandai dengan kekuatan tulang yang mengkhawatirkan dan dipengaruhi oleh meningkatnya risiko patah tulang. Sedangkan kekuatan tulang merefleksikan gabungan dari dua faktor, yaitu densitas tulang dan kualitas tulang.Osteoporosis adalah suatu penyakit yang ditandai dengan berkurangnya massa tulang dan adanya perubahan mikro-arsitektur jaringan tulang yang berakibat menurunnya kekuatan tulang dan meningkatnya kerapuhan tulang, sehingga tulang mudah patah (KemenKes, 2008)Dalam Kamus Kedokteran Edisi Kelima FK-UI (2008) Osteoporosis adalah merapuhnya tulang akibat demineralisasi.b. Gejala OsteoporosisPada awalnya osteoporosis tidak menimbulkan gejala, bahkan sampai puluhan tahun tanpa keluhan. Jika kepadatan tulang sangat berkurang sehingga tulang menjadi kolaps atau hancur, akan timbul nyeri dan perubahan bentuk tulang. Jadi, seseorang dengan osteoporosis biasanya akan memberikan keluhan atau gejala sebagai berikut:1. Tinggi badan berkurang2. Bungkuk atau bentuk tubuh berubah3. Patah tulang4. Nyeri bila ada patah tulang.Kolaps tulang belakang (fraktur kompresi ) menyebabkan nyeri punggung yang menahun. Tulang belakangyang rapuh bisa mengalami kolaps secara spontan hanya karena cedera yang ringan. Biasanya nyeri timbul secara tiba-tiba dan dirasakan di daerah tertentu punggung, yang akan bertambah nyeri jika penderita berdiri atau berjalan. Jika disentuh, daerah tersebut akan terasa sakit, tetapi biasanya rasa sakit ini akan menghilang secara bertahap stelah beberapa minggu atau beberapa bulan. Jika beberapa ruas tulang belakang hancur, tubuh akan bungkuk atau terbentuk kelengkungan tulang belakang yang abnormal (kiposis atau Dowagers hump) yang menyebabkan ketegangan otot dan terasa sakit.Tulang lainnya juga bisa patah, yang seringkali disebabkan oleh tekanan yang ringan atau karena jatuh. Salah satu patah tulang yang paling serius adalah patah tulang panggul. Patah tulang lain yang juga kerap terjadi adalah pada lengan bawah dekat tangan, yang disebut fraktur colles. (Tandra,2009)5. Makin PendekTinggi manusia akan mencapai puncaknya pada usia sekitar 18 tahun, artinya Anda akan tetap pada tinggi itu dan tidak akan bertambah tinggilagi. Dari hari ke hari, diskus invertebralis atau bantal di antara ruas tulang belakang akan mengalami penekanan selama Anda bekerja, berjalan, dan berkegiatan lainnya, sehingga ketika Anda bangun tidur, tinggi badan akan sedikit lebih tinggi daripada waktu siang atau sore hari setelah Anda bangun tidur, tinggi badan akan sedikit lebih tinggi daripada waktu siang atau sore hari setelah Anda beraktivitas, dan pada malam hari ketika Anda berbaring tidur, diskus itu akan melar lagi dan kembali ke tinggi semula.Penyebab penurunan tinggi badan (height loss) ini adalah fraktur tulang belakang (vertebra) yang umumnya tanpa keluhan, tetapi tubuh semakin pendek dan bungkuk. Bila terdapat penurunan tinggi badn sebanyak dua senti dalam tiga tahun terakhir, itu menandakan adanya fraktur tulang belakang yang baru.(Tandra,2009)6. Tubuh MembungkukTubuh yang membungkuk (kiposis) atau dorsal kyphosis atau dowagers hump, biasanya terjadi akibat kerusakan beberapa ruas tulang belakang dari daerah dada (thoracal)dan pinggang (lumbal). Osteoporosis pada tulang belakang ini menimbulkan fraktur kompresi atau kolaps tulang dan menyebabkan badan membungkuk ke depan. Kiposis yang berat bisa mengakibatkan gangguan pergerakan otot pernapasan. Anda bisa merasakan sesak napas, kadang bahkan timbul komplikasi pada paru-paru. (Tandra, 2009)c. Faktor Resiko OsteoporosisJenis kelamin, umur, ras, riwayat keluarga, tipe tubuh, dan menopause merupakan faktor risiko yang tidak dapatdikendalikan. Adapun gaya hidup, aktivitas fisik, kebiasaan merokok dan minum-minuman beralkohol merupakan faktor yang dapat Anda kendalikan.Osteoporosis dapat menyerang semua orang, meskipun tingkat risikonya berbeda-beda. Pengetahuan tentang faktor risiko terkena osteoporosis sangat penting diketahui agar seseorang dengan faktor risiko tinggi akan lebih berhati-hati dan secara dini melakukan upaya pencegahan atau pengobatan.Faktor risiko osteoporosis digolongkan menjadi dua kelompok besar yaitu risiko yang tidak dapat dikendalikan dan risiko yang dapat dikendalikan. Risiko yang tidak dapat dikendalikan terdiri dari jenis kelamin, umur, ras, riwayat, keluarga, tipe tubuh, dan menopause. Adapun faktor risiko yang dapat dikendalikan yaitu gaya hidup sehat, kurang aktivitas fisik, pengaturan makan atau pola konsumsi, kebiasaan merokok, dan minum-minuman beralkohol.1. Faktor risiko yang tidak dapat dikendalikanBerdasarkan hasil-hasil penelitian dan data statistik, faktor risiko risiko di bawah ini dikatakan tidak dapat dikendalikan.1.1 Jenis KelaminWanita mempunyai risiko terkena osteoporosis lebih besar daripada pria. Sekitar 80% diantara pederita osteoporosis adalah wanita. Secara umum, wanita menderita osteoporosis empat kali lebih banyak daripada pria. Satu dari tiga wanita memiliki kecendrungan untuk menderita osteoporosis. Adapun kejadian osteoporosis pada pria lebih kecil yaitu satu dari tujuh pria. Hal ini terjadi antara lain karena massa tulang wanita 4 lebih kecil dibandingkan dengan pria. Nilai massa tulang wanita umumnya hanya sekitar 800 gram lebih kecil dibandingkan dengan pria yaitu sekitar 1200 gram. Karena nilai massa tulang yang diikuti dengan kerapuhan tulang sangat mungkin terjadi.1.2 Umur Semakin tua umur seseorang, risiko terkena osteoporosis menjadi semakin besar. Osteoporosis merupakan kejadian alamiyang terjadi pada tulang manusia sejalan dengan meningkatnya usia. Proses densitas (kepadatan) tulang hanya berlangsung sampai seseorang berusia 25 tahun. Selanjutnya, kondisi tulang akan tetap (konstan) hingga usia 40 tahun, densitas tulang mulai berkurang secara perlahan. Oleh karenanya, massa tulang akan berkurang seiring dengan proses penuaan. Berkurangnya massa tulang ini akan berlangsung terus sepanjang sisa hidup. Dengan demikian, osteoporosis pada usia lanjut terjadi akibat berkurangnya massa tulang. Pada lansia, kemampuan tulang dalam menghindari keretakan akan semakin menurun. Kondisi ini juga diperparah dengan kecenderungan rendahnya konsumsi kalsium dan kemampuan penyerapannya. Timbulnya berbagai penyakit pada Lansia juga akan semakin menurunkan kemampuan penyerapan kalsium maupun meningkatnya pengeluaran kalsium.1.3 RasSemakin terang kulit seseorang maka risiko terkena osteoporosis menjadi semakin tinggi. Ras Kaukasia dan Asia memiliki insiden terkena osteoporosis yang lebih besar dibandingkan dengan ras Afrika-Amerika memiliki massa tulang tertinggi, sedangkan ras kulit putih dari Eropa memiliki massa tulang terendah. Ras campuran Asia-Amerika berada diantara keduanya. Wanita Afrika-Amerika memiliki massa tulang yang lebih padat, rangka tulang dan massa otot yang lebih besar. Antara massa tulang dan massa otot terdapat kaitan yang erat. Semakin besar otot, tekanan pada tulang semakin tinggi dan tulang semakin besar. Ditambah lagi kadar hormon estrogen ras Afrika-Amerika lebih tinggi dari ras yang lain sehingga wanita Afrika-Amerika cenderung lebih lambat menua daripada wanita kulit putih.Pigmentasi kulit dan tempat tinggal juga mempengaruhi terjadinya osteoporosis. wanita Afrika berkulit gelap dan bertempat tinggal dekat dengan gariis khatulistiwa memiliki risiko osteoporosis yang lebih rendah dari wanita berkulit putih yang tinggal jauh dari garis khatulistiwa, misalnya di negara-negara Norwegia dan Swedia.1.4 Riwayat keluargaBila salah seorang anggota keluarga (ibu atau nenek) memiliki massa tulang yang rendah atau mengalami osteoporosis maka ada kecenderungan seseorang mempunyai risiko yang lebih tinggi untuk mengalami hal yang sama.1.5 Tipe tubuhSemakin kecil rangka tubuh maka seakin besar risiko terkena osteoporosis. Demikian pula dengan wanita yang mempunyai tubuh kurus cenderung mempunyai risiko yang lebih tinggi terkena osteoporosis daripada yang mempunyai berat badan lebih besar. Berdasarkan data penelitian Chang-Hong, et.al (2010) terdapat 64 % responden yang menganggap dirinya pendek, dan 61% responden memiliki tubuh bungkuk.

1.6 Menopause Pada massa menopause, terjadi kehilangan kalsium dari jaringan tulang. Osteoporosis pada menopause terjadi akibat jumlah estrogen dan progesteron menurun. Hormon estrogen diproduksi wanita dari masa kanak0kanak sampai dewasa. Pada masa menopause, hanya bagian tubuh seperti kelenjar adrenalin dan sel-sel lemak yang memproduksi estrogen, itupun dalam jumlah yang sangat kecil. Hormon tersebut diperlukan untuk pembentukan tulang dan mempertahankan massa tulang. Rendahnya hormon estrogen dalam tubuh akan membuat tulang menjadi keropos dan mudah patah. Selain karena meningkatnya umur, menopause dapat juga terjadi karena pengangkatan ovarium pada wanita. Umunya, pengangkatan ovarium dilakukan sebagai solusi akhir dari penanganan ovarium penyakir kandungan, misalnya disebabkan adanya penyakit kanker, myom, dan lain sebagainya. (Wirakusumah,2009)

2. Faktor risiko yang dapat dikendalikanFaktor risiko yang dapat dikendalikan maksudnya yaitu bila faktor-faktor penyebab tersebut dilaksanakan dengan benar maka hal-hal yang tidak diinginkan dapat diantisipasi.2.1 Kurang aktivitas (olahraga)Semakin rendah aktivitas fisik, semakin besar risiko terkena osteoporosis. hal ini terjadi karena aktivitas fisik (olahraga) dapat membangun tulang da otot menjadi lebih kuat, juga meningkatkan keseimbangan metabolisme tubuh.2.2 Diet yang burukBila makanan yng dikonsumsi tidak mencukupi akan berpengaruhi buruk terhadap kesehatan tulang. Makanan sumber kalsium, fosfor dan vitamin D yang dikonsumsi cukup sejak usia dini dapat membantu memperkuat massa tulang, mencegah pengaruh negatif dari berkurangnya keseimbangan kalsium dan mengurangi tingkat kehilangan massa kalsium pada tahun-tahun selanjutnya.2.3 MerokokPerokok mempunyai risiko terkena osteoporosis yang lebih besar dibandingkan bukan perokok. Pada wanita perokok ada kecenderungan kadar estrogen dalam tubunya lebih rendah dan kemungkinan memasuki masa menopause lima tahun lebih awal dibandingkan dengan bukan perokok. Kecepatan kehilangan massa tulang juga terjadi lebih cepat pada wanita perokok. Asap perokok dapat menghambat kerja ovarium dalam memproduksi hormon estrogen. Di samping itu, nikotin juga mempengaruhi kemampuan tubuh ubtuk menyerap dan menggunakan kalsium.2.4 Minum-minuman beralkoholKonsumsi alkohol dalam jumlah sedikit mungkin baik bagi tubuh, tetapi bila jumlahnya sudah terlalu banyak (lebih dari 2 gelas sehari) dapat merugikan kesehatan karena akan mengganggu proses metabolisme kalsium dalam tubuh. Alkohol dapat menyebabkan luka-luka kecil pada dinding lambung yang terjadi beberapa saat setelah minum0minuman beralkohol. Banyaknya luka kecil akibat minum-minuman beralkohol akan menyebabkan pendarahan. Hal ini dapat menyebabkan tubuh kehilangan kalsium karena kalsium banyak terdapat dalam darah.2.5 ImobilitasImobilitas dalam waktu yang lama memiliki risiko yang lebih tinggi untuk terkena osteoporosis dibandingkan menopause. Imobilitas akan berakibat pada pengecilan tulang dan pengeluaran kalsium dari tubuh (hiperkalsiuria). Imobilitas umumnya dialami orang yang berada dalam masa enyembuhan yang perlu mengistirahatkan tubuhnya untuk waktu lama. (KemenKes,2008)2.6 Postur tubuh kurusPostur tubuh yang kurus cenderung mengalami osteoporosis dibandingkan dengan postur ideal (dengan berat badan ideal), karena dengan postur tubuh yang kurus sangat mempengaruhi tingkat pencapaian massa tulang.2.7 Asupan gizi rendah.Pola makan yang tidak seimbang yang kurang memperhatikan kandungan gizi, seperti kalsium, fosfor, seng, vitamin B6, C, D, K, serta phytoestrogen (estrogen yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, seperti toge), merupakan faktor risiko osteoporosis.2.8 Kurang terkena sinar matahariOrang jarang terkena sinar matahari, terutama sinar pada pagi dan sore hari, karena pada saat tersebut sinar dibutuhkan untuk memicu kulit membentuk vitamin D3, dimana vitamin D (D3 + D2/berasal dari makanan) di ubah oleh hepar dan ginjal menjadi kalsitriol2.9 Penggunaan obat untuk waktu lama.Pasien osteoporosis sering dikaitkan dengan istirahat total yang terlalu lama akibat sakit, kelainan tulang, kekurangan bahan pembentuk dan yang terutama adalah pemakaian obat yang mengganggu metabolisme tulang. Jenis obat tersebut antara lain : kortikosteroid, sitostatika (metotreksat), anti kejang, anti koagulan (heparin, warfarin).2.10 LingkunganLingkungan yang berisiko osteoporosis, adalah lingkungan yang memungkinkan orang tidak terkena sinar matahari dalam jangka waktu yang lama seperti : daerah padat hunian, rumah susun, apartemen, dan lain-lain.d. Penyebab OsteoporosisKecepatan pembentukan tulang berkurang secara progresif sejalan dengan usia, yang dimulai pada usia sekitar 30 atau 40 tahun. Semakin padat tulang sebelum usia tersebut, semakin kecil kemungkinan terjadi osteoporosis. pada individu yang berusia70-an dan 80-an, osteoporosis menjadi penyakit yang sering ditemukan.Meskipun resorpsi tulang mulai melebihi pembentukan tulang pada usia dekade keempat atau kelima, pada wanita penipisan tulang yang paling signifikan terjadi selama dan setelah menopause. Penurunan estrogen pascamenopause tanpak sangat berperan dalam perkembangan ini pada populasi wanita lansia. Meskipun mekanisme estrogen bekerja untuk mempertahankan densitas tulang belum jelas, diperkirakan bahwa estrogen menstimulasi aktivitas osteoblas dan membatasi efek stimulasi osteoklas pada hormon paratiroid. Dengan demikian, penurunan estrogen menyebabkan perubahan besar pada aktvitas osteoklas. Wanita kurus, wanita berambut terang, dan wanita yang merokok sangat rentan terhadap osteoporosis karena tulang mereka kurang padat sebelum menopause dibandingkan tulang wanita gemuk, berambut gelap, dan tidak merokok. Pria lansia kurang rentan mengalami osteoporosis karena mereka biasanya memiliki tulang yang lebih padat daripada wanita (sekitar 30 %), dan kadar hormon reproduktif tetap tinggi sampai pria mencapai usia 80-an. Akan tetapi, pria lansia memiliki tulang yang kurang padat daripada yang lebih muda.(Corwin, 2008)Untuk pria dan wanita, penyebab lain osteoporosis adalah penurunan aktivitas fisik dan ingesti obat tertentu, termasuk kortikosteroid dan beberapa antasid yang mengandung alumunium yang meningkatkan eliminasi kalsium. Terbukti bahwa bahkan pria dan wanita yang sangat tua dapat secara signifikan meningkatkan densitas tulang dengan melakukan aktivitas menahan beban tingkat sedang. Riwayat keluarga juga berperan dalam menentukan risiko masa depan individu. Densitas tulang terbukti yang mendekati normal terjadi setelah penyapihan.

e. Akibat OsteoporosisMassa tulang yang berkurang menyebabkan tulang menjadi rapuh daln lemah sehingga bila terbentur atau jatuh dapat menyebabkan fraktur (patah tulang). Data Chang-Hong, et al (2010) menyebutkan bahwa terdapat 83 % responden penelitiannya yang memiliki riwayat fraktur. Mengungkap gejala terjadinya osteoporosis agak sulit untuk dilakukan sebab penyakit osteoporosis terjadi secara diam-diam. Berkurangnya massa tulang dan tulang menjadi rapuh baru disadari setelah timbul dampak seperti tinggi badan berkurang, tiba-tiba terjadi rasa nyeri pada tulang, sakit punggung, sakit pinggang yang parah, atau kelainan bentuk tulang belakang yang menyebabkan postur tubuh bungkuk (kyposis).( Wirakusumah, 2009)1. Tulang Rapuh dan Patah Tulang yang rapuh dan patah dinamakan fragility fracture. Pada kondisi ini bisa terjadi patah tulang meskipun tidak harus timbul karena trauma yang hebat, melainkan cukup hanya dengan terjatuh biasa yang ringan, mengangkat, mendorong sesuatu, atau akibat trauma ringan.Selain pada tulang belakang, fraktur sering pula menimpa tulang pergelangan tangan, pergelangan kaki, atau panggul. Fraktur multiple di beberapa tempat juga bisa terjadi.Fraktur yang terjadinya mendadak atau akut akan menimbulkan ras nyeri yang hebat, yang kadang memerlukan obat penekan ras nyeri yang kuat sampai pada golongan narkotika.Fraktur yang berlangsung kronis sampai harus menjalani tirah-baring yang lama akan mengganggu peredaran darah, menimbulkan bahaya infeksi, dan komplikasi pada jantung serta saluran napas. Kesulitan perawatan pada orang tua, ditambah dengan beberapa penyakit kronis lain yang menyertai, seperti diabetes, stroke, atau sakit jantung, akan memperburuk keadaan dan bisa fatal akibatnya.(Tandra, 2008)f. Pengobatan dan Pencegahan OsteoporosisOsteoporosis ini sebenarnya dapat dicegah dengan menerapkan pola hidup sehat, seperti halnya mengonsumsi buah-buahan dan sayuran, olahraga, tidak mengonsumsi alkohol dan lain sebagainya. Dibawah ini akan dijelaskan mengenai trik-trik dalam pencegahan osteoporosis1. Sayur dan buah-buahan pencegah osteoporosisLignan dan isoflavonoid dalam buah dan sayur berperan dalam mencegah osteoporosis. di dalam tubuh, kedua zat tersebut diubah menjadi komponen yang strukturnya sama dengan estrogen. (Wirakusumah, 2009)Berikut ini adalah jenis buah dan sayur beserta kandungannya (baik zat gizi maupun fitokimia) yang memegang peranan penting dalam pencegahan osteoporosis.1.1 WortelWortel mengandung kalsium (39 mg), fosfor (37 mg/100g), serta fitoestrogen yaitu lignan (346 mg/100g) dan isoflavon serta mineral boron (3,6mg/100g), juga tinggi akan kandungan vitamin A (1800 mg).1.2 BrokoliBrokoli dan famili kubis-kubisan lainnya dikenal sebagai bahan makanan antikanker usu besar.selain itu, komponen dalam brokoli yaitu indole dapat meningkatkan sekresi estrogen yang dibutuhkan dalam mempertahankan massa tulang. Selain itu, brokoli juga tinggi mineral kalsium, kandungan vitamin C,E, dan karoten.1.3 KubisKubis mengandung vitamin C,A, dan B1 yang cukup tinggi. Selain itu juga mengandung berbagai jenis mineral yaitu kalsium, fosfor, kalium, klor, yodium, sulfur, dan boron. Bagian luar dari kubis yang berawarna hijau mengandung 40% kalsium yang lebih banyak dibandingkan dengan bagian dalamnya. Selain itu, sayuran ini juga mengandung fitoestrogen yaitu lignan dan isoflavon yang berperan dalam pencegahan osteoporosis.1.4 BayamBayam merupakan sayuran dengan kandungan zat besi yang cukup tinggi (dua kali lipat dibandingkan jenis sayuran yang lain). Di samping itu juga mengandung vit.A, vit.C, kalsium, kalium, mangan, dan boron juga berperan dalam pencegahan osteoporosis. di dalam bayam, juaga terdapat fitoestrogen1.5 Kacang kedelaiKacang kedelai merupakan sumber mineral kalsium dan fosfor (254 mg dan 781 mg). Di samping itu juga mengandung fitoestrogen (isoflavonoid) yang cukup tinggi. Kacang kedelai dapat dibuat menjadi susu kedelai yang kemudian dapat ditambahkan dalam pembuatan jus buah dan sayuran.Jenis Buah dan Sayur Komponen Penting untuk Pencegahan Osteoporosis

Sawi HijauKalsium (220,50mg/100g), fosfor (38,40mg/100g)

Kangkung Kalsium (73,00mg/100g),fosfor (50,00mg/100g)

Daun singkongVitamin C, kalsium (165,00mg/100g)

Selada Kalsium (97mg/100g),fosfor (34,00g)

PepayaKalsium (23mg/100g),vitamin C (76mg/100g),dan boron

Jagung Magnesium, fosfor, fitoestrogen lignan, boron

ManggaVitamin A (573 RE), vitamin C (30mg/100g), mangan, dan boron

MentimunFitoestrogen (isoflavonoid), boron, silika

Alpukat Boron, zat besi, tembaga

PisangKalium, boron

JerukBoron (23mg/100g), kalsium (33mg/100g), vitamin C

AnggurFitoestrogen (isovlafonoid)dan boron

ApelFitoestrogen (isovlafonoid)dan boron

Cabai Fitoestrogen (isovlafonoid), boron, dan vitamin C

2. Latihan Fisik untuk Pencegahan OsteoporosisLatihan fisik yang teratur juga membantu menceah keadaan-keadaan atau penyakit kronis, seperti osteoporosis, diabetes, tekana darah tinggi, penyakit jantung iskemik, dan lain-lain. Latihan fisik atau olahraga di luar rumah merupakan kesemapatn untuk besosialisasi dan bekomunikasi dengan sesama. Sekarang ini banyak jenis musik yang dapat diapakai untuk mengiringi berbagai latihan fisik sehingga akan lebih menyenangkan dan tidak membosankan. (Santoso,dkk.2009)Ada beberapa prinsip olahraga pada lansia, yaitu:a. Pemanasan harus lebih lama (10-15 menit), gerakan yang lebih santai, menggerakan seluruh dan otot, tetapi pada dasarnya lebih perlahan-lahan dengan kekuatan atau beban yang lebih ringan.b. Latihan otot(15-20 menit), untuk meningkatkan kekuatan otot, latihan dilakukan dengan beban ringan, atau tanpa beban, tetapi menambah gerakan-gerakan.c. Latihan aerobik (50-60 menit), latihan yang paling sederhana ialah jalan kaki 3km/jam. Tentu baik jika masih dapat melakukan jogging atau berjalan cepat.d. Pendinginan (10-15 menit).Jalan kaki merupakan olahraga yang paling mudah, murah, aman, serta bermanfaat bagi sebagian besar lansia. Kegiatan berjalan kaki ini memperbaiki daya tahan (endurance), memperbaiki stabilitas koordinasi dan keseimbangan, baik untuk memelihara kepadatan tulang (mencegah keropos atau osteoporosis), juga melatih dan membentuk jaringan otot dengan baik sehingga mengurangi kemungkinan cedera. Dengan berkurangnya hormon estrogen pada wanita sesudah menopause, risiko untuk terjadinya osteoporosis meningkat, mudah mengalami patah tulang, tinggi badan berkurang karena bungkuk, dan gejala lainnya. Latihan fisik ini dapat mencegah osteporosis, karena aktivitas sel tulang meningkat, kepadatan tulang juga meningkat. Olahraga dengan latihan beban memberikan tekanan pada tulang sehingga tulang dipaksa untuk membangun massa tulang. Latihan inti dengan melawan gravitasi bumi penting untuk mencegah osteoporosis, misalnya dengan berjalan kaki, jogging atau lari, lompat tali, senam, dansa, tenis, dan lain-ain.Latihan olahraga yang tidak boleh dilakukan oleh penderita osteoporosis adalah sebagai berikut:a. Latihan atau aktivitas fisim yang berisiko terjadi benturan dan pembebanan pada tulang punggung. Hal ini akan menambah risiko patah tulang punggung karena ruas tulang punggung yang lemah tidak mempu menahan beban tersebut. Hindari latihan berupa lompatan, senam aerobik, dan jogging.b. Latihan atau aktivitas fisik yang mengaharuskan menggerakkan kaki ke samping atau menyilangkan badan dengan beban, juga meningkatkan risiko patah tulang karena tulang pinggul dalam kondisi lemah.c. Latihan atau aktivitas fisik yang mengharuskan membungkuk ke depan dengan punggung melengkung. Hal ini berbahaya karena dapat mengakibatkan cedera ruas tulang belakang. Juga tidak boleh melakukan sit-up, meraih jari kaki, dan lain-lain.Berikut ini latihan olahraga yang boleh dilakukan oleh penderita osteoporosis.a. Jalan kaki secara teratur, kalau memungkinkan sekitar 4,5km/jam selama 50 menit, 5 kali seminggu. Ini diperlukan untuk mempertahankan kekuatan tulang. Jalan kaki lebih cepat (6km/jam) akan bermanfaat untuk jantung dan paru-paru.b. Latihan beban untuk kekuatan otot, yaitu dengan mengangkat dumbble kecil untuk menguatkan pinggul, paha, punggung, lengan dan bahu.c. Latihan untuk meningkatkan keseimbangan dan kesigapan.d. Latihan melengkungkan punggung ke belakang, dapat dilakukan dengan duduk di kursi, dengan atau tanpa penahan; hal ini dapat menguatkan otot-otot yang menahan punggung agar tetap tegak, mengurangi kemungkinan bongkok, sekaligus memperkuat punggung.D. Wanita Usia SuburMenurut Depkes RI (1993), wanita usia produktif merupakan wanita yang berusia 15-49 tahun dan wanita pada usia ini masih berpotensi untuk mempunyai keturunan. Sedangkan menurut BKKBN 2001, wanita usia subur (wanita usia produktif) adalah wanita yang berumur 18-49 tahun yang berstatus belum kawin, kawin ataupun janda.Wanita usia subur adalah wanita yang berada pada masa mampu melahirkan atau masa reproduksi (15-49 tahun). Menurut BKKBN (2004), usia subur adalah dimana seorang wanita mulai mendapat menstrasi pertama kali artinya adalah sudah terjadi ovulasi sampai dengan menopause (tidak dapat mengahasilkan sel telur) umumnya usia subur di Indonesia berkisar antara 15-49 tahun.

E. Kerangka Teori Berdasarkan teori menurut Notoatmodjo 2010 bahwa tingkatan pengetahuan itu sendiri dipengaruhi oleh pengukuran tingkat pengetahuan, pendidikan, pekerjaan, umur, minat, pengalaman, dan sosial budaya. Sedangkan teori menurut Notoatmodjo (2010) bahwa perilaku itu sendiri dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu faktor pendorong, faktor predisposisi, dan faktor pendukung.

Pekerjaan Adapun bagan dari kerangka teori yang didapat dapat yakni :

Pengukuran tingkat Penegtahuan

Faktor pendorong

Pendidikan

Faktor predisposisiPencegahan OsteoporosisPengalaman

Faktor pendukungFasilitas

Penghasilan

Sosial budaya

Pekerjaan

Informasi

Sumber : Notoatmodjo (2010)

BAB IIIKERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

a. Kerangka Konsep Kerangka konseptual dalam penelitian ini menjelaskan adanya hubungan antara pengetahuan mengenai osteoporosis (pengertian, faktor risiko, gejala dan akibat) terhadap pencegahan osteoporosis yang dilakukan wanita produktif/wanita usia subur (terapi medikasi, pengaturan pola makan, olahraga). Pengetahuan dipengaruhi oleh pendidikan, pekerjaan, umur, minat, pengalaman, dan kebudayaan (Notoatmodjo,2010). Sedangkan pencegahan dipengaruhi oleh kesiapan psikologis yang ditentukan oleh tingkat pengetahuan dan kepercayaan, tekanan positif kelompok dan individu, dan dukungan lingkungan ( Kristina dkk dalam Karolina, 2009)Kerangka konsep adalah sesuatu yang abstrak, logika secara harfiah yang dapat membantu peneliti dalam menghubungkan hasil penelitian dengan body of knowledge (Nursalam 2008 ). Adapun dalam kerangka konseptual ini terdapat dua variabel, variabel tersebut antara lain: variabel dependen dan independen. Variabel adalah konsep yang mempunyai variabilitas. Konsep seperti umur, pendidikan, pekerjaan, penyakit, kepuasan dan lain-lain, konsep apapun asal mempunyai ciri bervariasi disebut variabel (Elfindri, dkk.2011). Variabel itu sendiri terdiri atas variabel independen dan dependen. Variabel dependen pada penelitian ini adalah pencegahan osteoporosis, sedangkan faktor yang dijadikan variabel independen adalah tingkat pengetahuan dan perilaku wanita usia subur.

Variabel independen Variabel Dependen

Tingkat Pengetahuan Wanita Usia SuburUpaya pencegahan osteoporosis yang dilakukan wanita usia subur:Terapi MedikasiPengaturan pola makanOlahraga

Perilaku Wanita Usia Subur

Skema 1. Kerangka konseptual penelitian gambaran tingkat pengetahuan dan perilaku terhadap pencegahan osteoporosis yang dilakukan wanita usia subur.

b. Definisi OperasionalDefinis operasional merupakan uraian tentang batasan variabel yang dimaksud atau tentang apa yang diukur oleh variabel yang bersangkutan (Notoatmodjo, 2010). Definisi operasional dapat membantu dalam mengarahkan pengukuran atau pengamatan terhadap variabel-variabel yang bersangkutan serta dalam mengembangkan instrumen.No.VariabelDefinisi OperasionalCara ukurAlat UkurHasil UkurSkala

1.Pengetahuan terhadap pencegahan osteoporosisSegala informasi yang dimengerti dan dipahami oleh responden mengenai osteoporosisResponden diberikan pertanyaan sebanyak 16 pertanyaanKuesioner0=Kurang, bila jawaban benar < 60%1=Sedang, bila jawaban benar 60-80%2=Baik, bila jawaban benar >80%(Khomsan, 2000)Ordinal

2.Perilaku terhadap pencegahan osteoporosisSegala tindakan yang dilakukan oleh responden dalam melakukan pencegahan osteoporosisMemberikan 14 pertanyaan kepada responden mengenai osteoporosis dengan menggunakan skala likertKuesioner0=Baik,jika responden menjawab >75% atau dalam interval 49-60 1=Sedang,jika responden menjawab 45-75%pertanyaan atau dalam interval 31-482=kurang, jika responden menjawab 15)} dan 1=Pengetahuan rendah {apabila nilai xMean (15)}2. Variabel perilaku terhadap penceghan osteoporosis diberikan kode 0=Baik,jika nilai responden Mean/Median.1=Buruk,jika nilai responden Mean/Medianc. EntrySetelah dilakukan penyuntingan data, kemudian memasukkan daftar pertanyaan yang telah diberi kode dengan menggunakan software komputer. d. CleaningTahap terakhir yaitu pengecekan kembali data yang telah dimasukkan untuk memastikan data tersebut tidak ada yang salah, sehingga dengan demikian data tersebut telah siap untuk dianalisis.(Pratiwi, 2011)c. Analisis Data1. Analisis UnivariatAnalisis yang dilakukan untuk melihat distribusi frekuensi dan presentase dari setiap variabel independen dan dependen. Variabel tersebut adalah tingkat pengetahuan dan perilaku responden terhadap pencegahan osteoporosis.2. Analisis BivariatAnalisis ini dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara varianel independen (tingkat pengetahuan dan perilaku) dengan variabel dependen ( pencegahan osteoporosis). dalam analisis data ini menggunakan uji Chi-Square dengan signifikansi 5%. Jika P value 0,05, maka perhitungan secara statistik menunjukkan bahwa adanya hubungan bermakna antara variabel independen dengan variabel dependen. Jika P value >0,05, maka perhitungan secara statistik menunjukkan bahwa tidak adanya hubungan bermakna antara variabel independen dengan variabel dependen.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim.2011. Anlene Scan The Nation Hadir di Bandung, Yakin Tulang Anda Bebas Osteoporosis? Belum Tentu!.Bandung:Anlene Pers.Arikunto, Suharsimi.2002.Manajemen Penelitian.Jakarta:Rineka Cipta. Boedhi-Darmojo.2009.Geriatri ilmu Kesehatan Usia Lanjut.Edisi ke-4.Jakarta:Balai Penerbit FK-UI.Chang, Shu-Fang.2008.Knowledge,health beliefs and health-related behaviours of first-degree relatives of women suffering from osteoporosis in Taiwan: a questionnaire survey Journal of Clinical Nursing 17, 1280-1286:h.1.Corwin, E.J. 2008.Buku Saku Patofisiologi Edisi Revisi 3.Jakarta:EGC. Davey,Patrick.2005..Dalam : Annisa Rahmalia, Cut Novianty (alih bahasa), Amalia Safitri (ed). At a Glance.Jakarta:Erlangga.Dewanti.2012.Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Kesehatan Gigi dengan Perilaku Perawatan Gigi Pada Anak Usia Sekolah di SDN Pondol Cina 4 Depok.(Skripsi S1 Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia, 2012),h.27-28Elfindri, dkk.2011.Metodologi Penelitian Kesehatan.Jakarta:Badoes Media.Karolina, M.S. 2009.Hubungan Pengetahuan dan Pencegahan Osteoporosis yang Dilakukan Lansia di Kecamatan Medan Selayan.(Skripsi S1 Fakultas Kedokteran, Universitas Sumatera Utara).h.17Notoatmodjo, Soekidjo.2003.Pendidikan dan Perilaku Kesehatan.Jakarta: Rineka Cipta.Notoatmodjo, Soekidjo.2010.P.Promosi Kesehatan.Jakarta:Rineka Cipta.Marka,Soemarmo.2008.Kamus Kedokteran Edisi Kelima.FK-UI:JakartaPrawiro, M.D.Usia Harapan Hidup Bertambah.Jakarta: Suara Karya-Online (http://www.suarakarya-online.com/news.html?id=304884 diakses pada tanggal 25 12 2012 pukul 05.00)Rubenstein,David dkk.Lecture Notes Kedokteran Klinis Edisi Keenam.Jakarta:Erlangga.2007.Santoso,H dan Ismail, A.Memahami krisis lanjut usia:uraian medis dan pedagogis-pastoral.Jakarta:Gunung Mulia.2009Satria.2008.http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2183789-faktor-faktor-yang- mempengaruhi-pengetahuan/#ixzz2Fp88vARD (diakses 23.12.2012 pukul 05.50)Sinnathamby, Hemanath.Gambaran Tingkat Pengetahuan dan Sikap Terhadap Osteoporosis dan Asupan Kalsium pada Wanita Premenopause di Kecamatan Medan Selayang II.(Skripsi Fakultas Kedokteran, Universitas Sumatera Utara,2010).h.2Sunaryo.2004.Psikologi untuk Keperawatan.Jakarta:EGCSupari, S.F.2008.Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1142/MENKES/SK/XII/2008 Tentang Pedoman Pengendalian Osteoporosis.Tandra, Hans.2009.Segala Sesuatu yang harus Anda ketahui tentang Osteoporosis Mengenal, Mengatasi dan Mencegah Tulang Keropos.Jakarta:Gramedia.Umar,Husein.2011.Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis/Husein Umar-Ed.1-11.Jakarta: Rajawali Press.Viani, Harly.Gambaran Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Pencegahan Osteoporosis pada Wanita Usia Subur Di Kelurahan Jati Makmur Kecamatan Binjai Utara Tahun 2010.(Skripsi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara,2010)Wirakusumah, E.S. 2009.Hidup sehat mencegah Osteoporosis lengkap dengan 39 jus&38 resep masakan.Jakarta: Penebar Plus+.

38