bab i, ii, iii, kejang demam

38
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kejang demam merupakan penyakit yang lazim ditemui pada bayi dan anak usia 6 bulan sampai 5 tahun dan paling sering ditemui pada usia 9-20 bulan. Kejang demam merupakan penyakit yang diturunkan, jika orang tua pernah mengalami kejang deman maka anak mereka berpotensi sangat besar untuk mengalami kejang demam. Kejang demam biasanya dianggap sebagai kondisi yang tidak membahayakan. Kejang yang terjadi biasanya bersifat lokal pada awalnya dan hanya akan menjadi kejang umum jika terdapat peningkatan suhu tubuh pasien yang melewati ambang batas. Kejang akibat demam jarang sekali berlangsung lebih dari beberapa menit, selain itu umunya tidak ditemukan kelainan pada pemeriksaan EEG saat kejang terjadi dan pasien memiliki kemungkinan untuk sembuh sempurna. Kejang demam lebih sering didapatkan pada laki- laki daripada perempuan. Hal tersebut disebabkan karena pada wanita didapatkan maturasi serebral yang lebih cepat dibandingkan laki-laki. Untuk itu tenaga perawat/para medis dituntut untuk berperan aktif dalam mengatasi keadaan tersebut serta mampu

Upload: rira-fauziah-i

Post on 26-Sep-2015

16 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

24

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangKejang demammerupakan penyakit yang lazim ditemui pada bayi dan anak usia 6 bulan sampai 5 tahun dan paling sering ditemui pada usia 9-20 bulan. Kejang demam merupakan penyakit yang diturunkan, jika orang tua pernah mengalami kejang deman maka anak mereka berpotensi sangat besar untuk mengalami kejang demam. Kejang demam biasanya dianggap sebagai kondisi yang tidak membahayakan. Kejang yang terjadi biasanya bersifat lokal pada awalnya dan hanya akan menjadi kejang umum jika terdapat peningkatan suhu tubuh pasien yang melewati ambang batas. Kejang akibat demam jarang sekali berlangsung lebih dari beberapa menit, selain itu umunya tidak ditemukan kelainan pada pemeriksaan EEG saat kejang terjadi dan pasien memiliki kemungkinan untuk sembuh sempurna.Kejang demam lebih sering didapatkan pada laki-laki daripada perempuan. Hal tersebut disebabkan karena pada wanita didapatkan maturasi serebral yang lebih cepat dibandingkan laki-laki. Untuk itu tenaga perawat/para medis dituntut untuk berperan aktif dalam mengatasi keadaan tersebut serta mampu memberikan asuhan keperawatan kepada keluarga dan penderita, yang meliputi aspek promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif secara terpadu dan berkesinambungan serta memandang klien sebagai kesatuan yang utuh secara bio-psiko-sosial-spiritual.Oleh karena itu kami dari kelompok 7 menulis makalah ini untuk menambah pemahaman mengenai bagaimana peran kita sebagai perawat dalam mengatasi masalah kejang demam dan memberikan pengetahuan kepada pembaca menyangkut kejang demam.1.2 Rumusan Masalah1.2.1 Bagaimanakah anatomi fisiologi sistem persyarafan?1.2.2 Apakah definisi dari kejang demam?1.2.3 Apakah etiologi dari kejang demam?1.2.4 Bagaimanakah epidemiologi dari kejang demam?1.2.5 Bagaimanakh patofisiologi dari kejang demam?1.2.6 Bagaimanakah klasifikasi dari kejang demam?1.2.7 Apakah manifestasi klinis dari kejang demam?1.2.8 Apakah komplikasi dari kejang demam?1.2.9 Apakah pemeriksaan laboratorium terhadap penderita kejang demam?1.2.10 Bagaimanakah penatalaksanaan medis dari penderita kejang demam?1.2.11 Apakah terapi yang diberikan pada penderita kejang demam?1.3 Manfaat PenulisanMemberikan pengetahuan kepada pembaca mengenai kejang demam dan memberikan pemahaman khususnya kepada peran perawat dalam mengatasi masalah kejang demam.

BAB IIPEMBAHASAN

2.1 Anatomi dan Fisiologi Sistem PersyarafanSeperti yang dikemukakan Syaifuddin (1997), bahwa system saraf terdiri dari system saraf pusat (sentral nervous system) yang terdiri dari cerebellum, medulla oblongata dan pons (batang otak) serta medulla spinalis (sumsum tulang belakang), system saraf tepi (peripheral nervous system) yang terdiri dari nervus cranialis (saraf-saraf kepala) dan semua cabang dari medulla spinalis, system saraf gaib (autonomic nervous system) yang terdiri dari sympatis (sistem saraf simpatis) dan parasymphatis (sistem saraf parasimpatis).Otak berada di dalam rongga tengkorak (cavum cranium) dan dibungkus oleh selaput otak yang disebut meningen yang berfungsi untuk melindungi struktur saraf terutama terhadap resiko benturan atau guncangan. Meningen terdiri dari 3 lapisan yaitu duramater, arachnoid dan piamater.Sistem saraf pusat (Central Nervous System) terdiri dari :1. Cerebrum (otak besar)Merupakan bagian terbesar yang mengisi daerah anterior dan superior rongga tengkorak di mana cerebrum ini mengisi cavum cranialis anterior dan cavum cranialis media.Cerebrum terdiri dari dua lapisan yaitu : Corteks cerebri dan medulla cerebri. Fungsi dari cerebrum ialah pusat motorik, pusat bicara, pusat sensorik, pusat pendengaran / auditorik, pusat penglihatan / visual, pusat pengecap dan pembau serta pusat pemikiran.Sebagian kecil substansia gressia masuk ke dalam daerah substansia alba sehingga tidak berada di corteks cerebri lagi tepi sudah berada di dalam daerah medulla cerebri. Pada setiap hemisfer cerebri inilah yang disebut sebagai ganglia basalis.Yang termasuk pada ganglia basalis ini adalah :1) ThalamusMenerima semua impuls sensorik dari seluruh tubuh, kecuali impuls pembau yang langsung sampai ke kortex cerebri. Fungsi thalamus terutama penting untuk integrasi semua impuls sensorik. Thalamus juga merupakan pusat panas dan rasa nyeri.2) HypothalamusTerletak di inferior thalamus, di dasar ventrikel III hypothalamus terdiri dari beberapa nukleus yang masing-masing mempunyai kegiatan fisiologi yang berbeda. Hypothalamus merupakan daerah penting untuk mengatur fungsi alat demam seperti mengatur metabolisme, alat genital, tidur dan bangun, suhu tubuh, rasa lapar dan haus, saraf otonom dan sebagainya. Bila terjadi gangguan pada tubuh, maka akan terjadi perubahan-perubahan. Seperti pada kasus kejang demam, hypothalamus berperan penting dalam proses tersebut karena fungsinya yang mengatur keseimbangan suhu tubuh terganggu akibat adanya proses-proses patologik ekstrakranium.3) Formation ReticularisTerletak di inferior dari hypothalamus sampai daerah batang otak (superior dan pons varoli) ia berperan untuk mempengaruhi aktifitas cortex cerebri di mana pada daerah formatio reticularis ini terjadi stimulasi / rangsangan dan penekanan impuls yang akan dikirim ke cortex cerebri.1. SerebellumMerupakan bagian terbesar dari otak belakang yang menempati fossa cranial posterior. Terletak di superior dan inferior dari cerebrum yang berfungsi sebagai pusat koordinasi kontraksi otot rangka.System saraf tepi (nervus cranialis) adalah saraf yang langsung keluar dari otak atau batang otak dan mensarafi organ tertentu. Nervus cranialis ada 12 pasang :1) N. I : Nervus Olfaktorius2)N. II : Nervus Optikus3)N. III : Nervus Okulamotorius4)N. IV : Nervus Troklearis5)N. V : Nervus Trigeminus6)N. VI : Nervus Abducen7)N. VII : Nervus Fasialis8)N. VIII : Nervus Akustikus9)N. IX : Nervus Glossofaringeus10)N. X : Nervus Vagus11)N. XI : Nervus Accesorius12)N. XII : Nervus Hipoglosus.System saraf otonom ini tergantung dari system sistema saraf pusat dan system saraf otonom dihubungkan dengan urat-urat saraf aferent dan efferent. Menurut fungsinya system saraf otonom ada 2 di mana keduanya mempunyai serat pre dan post ganglionik yaitu system simpatis dan parasimpatis.Yang termasuk dalam system saraf simpatis adalah :1)Pusat saraf di medulla servikalis, torakalis, lumbal dan seterusnya2)Ganglion simpatis dan serabut-serabutnya yang disebut trunkus symphatis3) Pleksus pre vertebral : Post ganglionik yg dicabangkan dari ganglion kolateral.System saraf parasimpatis ada 2 bagian yaitu : serabut saraf yang dicabagkan dari medulla spinalis:1. Serabut saraf yang dicabangkan dari otak atau batang otak2. Serabut saraf yang dicabangkan dari medulla spinalis2.2 Definisi Kejang DemamKejang demam adalah kejang yang dihubungkan dengan suatu penyakit yang dicirikan dengan demam tinggi (suhu 38,9o-40,00C). Kejang demam berlangsung kurang dari 15 menit, generalisata, dan terjadi pada anak-anak tanpa kecacatan neurologik. Jenis kejang ini memberi dampak 3%-5% pada anak dan biasanya terjadi setelah usia 6 bulan dan sebelum usia 3 tahun. Kejang demam tidak lazim terjadi pada anak setelah usia 5 tahun.Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal lebih dari 380C) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium. (Arif Mansjoer. 2000)Kejang demam adalah terbebasnya sekelompok neuron secara tiba-tiba yang mengakibatkan suatu kerusakan kesadaran, gerak, sensasi atau memori yang bersifat sementara (Hudak and Gallo,1996).Kejang demam adalah serangan pada anak yang terjadi dari kumpulan gejala dengan demam (Walley and Wongs edisi III,1996). Kejang demam sering juga disebut kejang demam tonik-klonik, sangat sering dijumpai pada anak-anak usia di bawah 5 tahun. Kejang ini disebabkan oleh adanya suatu awitan hypertermia yang timbul mendadak pada infeksi bakteri atau virus. (Sylvia A. Price, Latraine M. Wikson, 1995). Kejang demam adalah kejang yang terjadi pada saat seorang bayi atau anak mengalami demam tanpa infeksi sistem saraf pusat.Dari pengertian diatas dapat disimpulkan kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi karena peningkatan suhu tubuh yang sering di jumpai pada usia anak dibawah lima tahun.2.3 Etiologi Kejang DemamPenyebab tidak diketahui. Kejang demam biasanya dikaitkan dengan infeksi saluran pernapasan atas, infeksi saluran kemih, dll. Kejang juga dapat disebabkan oleh berbagai kondisi patologis, termasuk tumor otak, trauma, bekuan darah pada otak, meningitis, ensefalitis, gangguan elektrolit, dan gejala putus alkohol dan obat gangguan metabolik, uremia, overhidrasi, toksik subcutan dan anoksia serebral. Sebagian kejang merupakan idiopati (tidak diketahui etiologinya).1. Intrakranial Asfiksia : Ensefolopati hipoksik iskemik Trauma (perdarahan) : perdarahan subaraknoid, subdural, atau intra ventrikular Infeksi : Bakteri, virus, parasit Kelainan bawaan : disgenesis korteks serebri, sindrom zelluarge, Sindrom Smith -Lemli Opitz.2. Ekstra cranial Gangguan metabolik : Hipoglikemia, hipokalsemia, hipomognesemia, gangguan elektrolit (Na dan K) Toksik : Intoksikasi anestesi lokal, sindrom putus obat. Kelainan yang diturunkan : gangguan metabolisme asam amino, ketergantungan dan kekurangan produksi kernikterus.3. Idiopatik Kejang neonatus fanciliel benigna, kejang hari ke-5.

2.4 Epidemiologi Kejang DemamPendapat para ahli tentang usia penderita saat terjadi bangkitan kejang demam tidak sama. Pendapat para ahli terbanyak kejang demam terjadi pada waktu anak berusia antara 3 bulan sampai dengan 5 tahun. Menurut The American Academy of Pediatrics (AAP) usia termuda bangkitan kejang demam adalah usia 6 bulan.Kejang demam merupakan salah satu kelainan saraf tersering pada anak. Berkisar 2%-5% anak di bawah 5 tahun pernah mengalami bangkitan kejang demam. Lebih dari 90% penderita kejang demam terjadi pada anak berusia dibawah 5 tahun. Terbanyak bangkitan kejang demam terjadi pada anak berusia antara usia 6 bulan sampai dengan 22 bulan. Insiden bangkitan kejang demam tertinggi terjadi pada usia 18 bulan. Di berbagai negara insiden dan prevalensi kejang demam berbeda- beda. Di Amerika Serikat dan Eropa prevalensi kejang demam berkisar 2-5%. Di Asia prevalensi kejang demam meningkat dua kali lipat bila dibandingkan di Eropa dan Amerika. Di Jepang kejadian kejang demam berkisar 8,3% - 9,9%. Bahkan di kepulauan Mariana (Guam), telah dilaporkan insidensi kejang demam yang lebih besar, rnencapai 14%. Prognosis kejang demam baik kejang demam bersifat benigna. Angka kernatian hanya 0,64 % - 0,75 %. Sebagian besar penderita kejang demam sembuh sempurna, sebagian kecil berkembang menjadi epilepsi sebanyak 2-7%. 4% penderita kejang demam secara bermakna mengalami gangguan tingkah laku dan penurunan tingkat intelegensi.

2.5 PatofisiologiMekanisme Kejang DemamKejang demam adalah bangkitan kejang demam yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh atau(suhu rektal di atas 38 derajat yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium. Kejang demam merupakan kelainan neurologis yang paling sering dijumpai pada anak, terutama padagolongan umur 6 bulan4 tahun.Untuk mempertahankan kelangsungan hidup sel atau organ otak diperlukan suatuenergy yang didapat dari metabolisme. Bahan baku untuk metabolism otak yang terpenting adalah glukosa.Sifat proses itu adalah oksidasi dimana oksigen disediakan dengan perantaraan fungsi paru-paru dan diteruskan ke otak melaluisystem kardiovaskuler. Jadi sumber energi otak adalah glukosa yang melalui proses oksidasi dipecah menjadi co2 dan air. Sel dikelilingi oleh suatu membrane yang terdiri dari permukaan dalam adalah lipoid dan pembekuan luar ionic. Dalam keadaan normal, membrane sel neuron dapatdilalui dengan mudah oleh ion kalium (K+) dan sangat sulit dilalui oleh ion Natrium (N+) dan elektrolit lainnya, kecuali ion klorida (Cl-). Akibatnya konsentrasi K+ dalam dalam selneuron tinggi dan konsentrasi Na+ rendah, sedangkan di luar sel neuron terdapat keadaan sebaliknya.Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion di dalam dan diluar sel maka terdapat perbedaan potensial yang disebut potensial membrane dari sel neuron. Untuk menjaga keseimbangan potensial membrane ini diperukan energy dan bantuan enzim Na-K-ATPaseyang terdapat pada permukaan sel. Keseimbangan potensial membran ini dapat di ubah olehadanya: 1. Perubahan konsentrasi ion di ruang ekstraseluler2.Rangsangan yang datangnya mendadak misalnya mekanis,kimiawi,atau aliran listrik darisekitarnya.3.Perubahan patofisiologi dari membrane sendiri karena penyakit atauketurunan. Pada keadaan demam kenaikan suhu 1 derajat C akan mengakibatkan kenaikan metabolism basal 10% -15% dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20%. Pada seorang anak berumur 3 tahunsirkulasi otak mencapai 65% dari seluruh tubuh dibandingkan orang dewasa yang hanya 15%. Jadi pada kenaikan suhu tubuh tertentu dapat terjadiperubahan keseimbangan dari membrane sel neuron dan dalam waktu yang singkat erjadi difusi ion kalium maupun ion Natrium melalui membrane tadi dengan akibat terjadinya lepas muatan listrik. Lepas muatan listrik ini demikian besarnya sehingga dapat meluas ke seluruh selmaupun ke membrane sel tetangganya dengan bantuan bahan yang disebut neurotransmitter dan terjadilah kejang. Tiap anak mempunyai ambang kejang yang berbedadan tergantung dari tinggi rendahnya ambang kejang seseorang anak menderita kejang pada kenaikan suhu tertentu. Pada anak dengan ambang kejang yang rendah, kejang telah terjadipada 38 derajat C sedangkan pada anak dengan ambang kejang yang tinggi kejang baru terjadi pada suhu 40 derajat C atau lebih. Dari kenyataan ini dapat disimpulkan bahwa terulangnya kejang demam lebih sering terjadi pada ambang kejang yang rendah sehingga dalam penanggulangannya perlu diperhatikan pada tingkat suhu berapa penderita kejang. Kejang demam dapat berlangsung singkat pada umumnya tidak bebahaya dan tidakmenimbulkan gejala sisa. Tetapi pada kejang berlangsung lma (lebih dari 15 menit)biasanya disertai terjadinya apnea, meningkatnya kebutuhan oksigen dan energy untuk kontraksi otot skelet yang akhirnya terjadi hipoksemia, hiperkapnia, asidosis laktat disebabkan oleh metabolisme aerobic, hipotensi arterial disertai denyut jantung yang tidakteratur dan suhu tubuh makin meningkat.2.6 Klasifikasi Kejang Demam1. Kejang demam sederhanaMerupakan kejang demam yang berlangsung singkat, kurang dari 15 menit, dan umumnya akan berhenti sendiri. Kejang berbentuk umum tonik dan atau klonik, tanpa gerakan fokal. Kejang tidak berulang dalam waktu 24 jam. Kejang demam sederhana merupakan 80% di antara seluruh kejang demam.2. Kejang demam kompleksMerupakan kejang demam dengan salah satu ciri berikut ini:a. Kejang lama > 15 menitKejang lama adalah kejang yang berlangsung lebih dari 15 menit atau kejang berulang lebih dari 2 kali dan di antara bangkitan kejang anak tidak sadar. Kejang lama terjadi pada 8% kejang demam.b. Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum didahului kejang parsialc. Berulang atau lebih dari 1 kali dalam 24 jam2.7 Manifestasi klinisGejala berupa:1) Suhu anak tinggi.2) Anak pucat / diam saja.3) Mata terbelalak ke atas disertai kekakuan dan kelemahan.4) Umumnya kejang demam berlangsung singkat.5) Gerakan sentakan berulang tanpa didahului kekauan atau hanya sentakan atau kekakuan fokal.6) Serangan tonik-klonik (dapat berhenti sendiri)7) Kejang dapat diikuti sementara berlangsung beberapa menit8) Seringkali kejang berhenti sendiri.

2.8 KomplikasiMenurut Taslim S. Soetomenggolo dapat mengakibatkan :1) Kerusakan sel otak2) Penurunan IQ pada kejang demam yang berlangsung lama lebih dari 15 menit dan bersifat unilateral3) Kelumpuhan2.9 Pemeriksaan laboratorium1) EEG: Untuk membuktikan jenis kejang fokal / gangguan difusi otak akibat lesi organik, melalui pengukuran EEG ini dilakukan 1 minggu atau kurang setelah kejang.2) CT SCAN: Untuk mengidentifikasi lesi serebral, misalnya: infark, hematoma, edema serebral, dan Abses.3) Pungsi Lumbal: merupakan pemeriksaan cairan serebrospinal (cairan yang ada di otak dan kanal tulang belakang) untuk meneliti kecurigaan meningitis.4) Laboratorium: Darah tepi, lengkap ( Hb, Ht, Leukosit, Trombosit ) mengetahui sejak dini apabila ada komplikasi dan penyakit kejang demam.2.10 Penatalaksanaan MedisPada penatalaksanaan kejang demam ada 3 hal yang perlu dikerjakan yaitu:1) Pengobatan Fase AkutSeringkali kejang berhenti sendiri. Pada waktu kejang pasien dimiringkan untuk mencegah aspirasi ludah atau muntahan. Jalan napas harus bebas agar oksigenisasi terjamin. Perhatikan keadaan vital seperti kesadaran, tekanan darah, suhu, pernapasan dan fungsi jantung. Suhu tubuh tinggi diturunkan dengan kompres air dan pemberian antipiretik.Obat yang paling cepat menghentikan kejangadalah diazepam yang diberikan intravena atau intrarektal. Dosis diazepam intravena 0,3-0,5 mg/kgBB/kali dengan kecepatan 1-2 mg/menit dengan dosis maksimal 20 mg. Bila kejang berhenti sebelum diazepam habis, hentikan penyuntikan, tunggu sebentar, dan bila tidak timbul kejang lagi jarum dicabut. Bila diazepam intravena tidak tersedia atau pemberiannya sulit gunakan diazepam intrarektal 5 mg (BB10kg). Bila kejang tidak berhenti dapat diulang selang 5 menit kemudian. Bila tidak berhenti juga, berikan fenitoin dengan dosis awal 10-20 mg/kgBB secara intravena perlahan-lahan 1 mg/kgBb/menit. Setelah pemberian fenitoin, harus dilakukan pembilasan dengan Nacl fisiologis karena fenitoin bersifat basa dan menyebabkan iritasi vena.Bila kejang berhenti dengan diazepam, lanjutkan dengan fenobarbital diberikan langsung setelah kejang berhenti. Dosis awal untuk bayi 1 bulan -1 tahun 50 mg dan umur 1 tahun ke atas 75 mg secara intramuscular. Empat jam kemudian diberikan fenobarbital dosis rumat. Untuk 2 hari pertama dengan dosis 8-10 mg/kgBB/hari dibagi dalam 2 dosis, untuk hari-hari berikutnya dengan dosis 4-5 mg/kgBB/hari dibagi 2 dosis. Selama keadaan belum membaik, obat diberikan secara suntikan dan setelah membaik per oral. Perhatikan bahwa dosis total tidak melebihi 200mg/hari. Efek sampingnya adalah hipotensi, penurunan kesadaran dan depresi pernapasan. Bila kejang berhenti dengan fenitoin, lanjutkan fenitoin dengan dosis 4-8mg/KgBB/hari, 12-24 jam setelah dosis awal.

2) Mencari dan mengobati penyebabPemeriksaan cairan serebrospinalis dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan meningitis, terutama pada pasien kejang demam yang pertama. Walaupun demikian kebanyakan dokter melakukan pungsi lumbal hanya pada kasus yang dicurigai sebagai meningitiss, misalnya bila ada gejala meningitis atau kejang demam berlangsung lama.

3) Pengobatan profilaksisAda 2 cara profilaksis, yaitu:a. Profilaksis intermiten saat demamUntuk profilaksis intermiten diberian diazepam secara oral dengan dosis 0,3-0,5 mg/kgBB/hari dibagi menjadi 3 dosis saat pasien demam. Diazepam dapat diberikan pula secara intrarektal tiap 8 jam sebanyak 5mg (BB10kg) setiap pasien menunjukkan suhu lebih dari 38,5 0 C. efek samping diazepam adalah ataksia, mengantuk dan hipotonia.b. Profilaksis terus menerus dengan antikonvulsan setiap hariProfilaksis terus menerus berguna untuk mencegah berulangnya kejang demam berat yang dapat menyebabkan kerusakan otak tapi tidak dapat mencegah terjadinya epilepsi dikemudian hari. Profilaksis terus menerus setiap hari dengan fenobarbital 4-5mg.kgBB/hari dibagi dalam 2 dosis. Obat lain yang dapat digunakan adalah asam valproat dengan dosis 15-40 mg/kgBB/hari. Antikonvulsan profilaksis selama 1-2 tahun setelah kejang terakhir dan dihentikan bertahap selama 1-2 bulan. Profilaksis terus menerus dapat dipertimbangkan bila ada 2 kriteria (termasuk poin 1 atau 2) yaitu :1. Sebelum kejang demam yang pertama sudah ada kelainan neurologist atau perkembangan (misalnya serebral palsi atau mikrosefal)2. Kejang demam lebih dari 15 menit, fokal, atau diikuti kelainan neurologist sementara dan menetap.3. Ada riwayat kejang tanpa demam pada orang tua atau saudara kandung.4. Bila kejang demam terjadi pada bayi berumur kurang dari 12 bulan atau terjadi kejang multiple dalam satu episode demam.Bila hanya mmenuhi satu kriteria saja dan ingin memberikan obat jangka panjang maka berikan profilaksis intermiten yaitu pada waktu anak demam dengan diazepam oral atau rectal tiap 8 jam disamping antipiretik. 2. 11 Terapi Pengelolaan rutin bayi normal yang menderita kejang demam sederhana meliputi pencarian yang teliti penyebab demam, cara-cara aktif untuk mengendalikan demam termasuk penggunaan antipiretik, dan menenangkan orang tua. Profilaksis antikonvulsan jangka pendek tidak terindikasi. Profilaksis antikonvulsan yang lama untuk mencegah kejang demam berulang adalah dalam perdebatan dan tidak lagi dianjurkan. Antipilepsi seperti fenitoin dan karbamazepin tidak efektif dalam pencgahan kejang demam. Fenobarbital tidak efektif dalam pencegahan kejang demam berulang dan dapat menurunkan fungsi kognitif pada anak yang diobati dibanding dengan anak yang tidak diobati. Natrium valproat efektif pada pengeolaan kejang demam, tetapi kemungkinan resiko obat tidak membenarkan penggunaannya pada penyakit dengan prognosis yang sangat baik tanpa pengobatan.Diazepam oral dianjurkan sebagai metoda yang efektif dan aman untuk mengurangi resiko kejang demam berulang. Pada mulainya setiap sakit demam, diazepam 0,3 mg/kg/8 jam peroral ( 1 mg/kg/24 jam ) diberikan untuk selama sakit ( biasanya 2-3 hari). Efek samping biasanya ringan, tetapi gejala kelesuan, iritabilitas, dan ataksia dapat dikurangi dengan menyesuaikan dosis.

BAB IIIKASUSAnak perempuan A berumur 2 tahun 6 bulan datang ke rumah sakit dengan keluhan demam di sertai dengan kejang. Demam dimulai siang hari (pukul 13.00WIB) mendadak tinggi kemudian langsung kejang sekitar lebih dari 15 menit, pasien tidak sadarkan diri. Suhu tubuh 39 derajat C. Tekanan darah : 120/90. Respirasi rate : 30 x/menit. Nadi : 76 x/ menit. Frekuensi BAK 3-4 kali sehari, warna kuning, tidak nyeri. BAB 1 kali sehari, konsistensi padat. Berat badan 13 kg, tinggi badan 92 cm.Ibu mengatakan bahwa pada umur 2 tahun anak juga pernah mengalami kejang lebih kurang 5 menit sebanyak satu kali. Setelah berobat ke puskesmas kejangnya tidak berulang. Pasien lahir normal dengan bantuan bidan. Menurut informasi dari si ibu pasien menerima imunisasi yang lengkap. Dan pasien menerima ASI dari ibunya selama 3 bulan. Lingkungan perumahan tempat pasien tinggal adalah lingkungan yang bersih dan air yang digunakan adalah air sumur . Pasien merupakan anak pertama di keluarganya. Demam seperti ini adalah kasus kedua di keluarga pasien. 3.1. PengkajianTanggal pengkajian: 11 November 2013Diagnosa medis: Kejang demam3.2. data klienNama: An.xUmur: 2 tahunJenis kelamin: PerempuanTekanan darah: 120/90mmHgDenyut nadi: 76x/menitRespiratory rate: 30x/menitSuhu: 39 derajat CBerat badan: 13 kgTinggi badan: 92 cmTanggal MRS: 11 November 2013data orang tuaNama ayah:Tn.YNama ibu:Ny.ZPekerjaan ayah:swastaPekerjaan ibu:IRTAlamat orang tua:Jl. Limau manis, Kec.Pauh3.3. Riwayat kesehatanKeluhan utamaAn.X masuk rumah sakit pada tanggal 11 November 2013 dengan keluhan kejang demam.Riwayat kehamilan dan kelahiranPrenatal:normalIntranatal:normalPostnatal:normal

Riwayat kesehatan dahuluPenyakit yang diderita sebelumnya: kejang demamPernah dirawat di RS: tidakObat-obatan yang pernah digunakan: adaAlergi: tidakKecelakaan: tidakRiwayat imunisasi: lengkap

Riwayat kesehatan saat iniSebelum masuk RS ibu mengatakan bahwa An.X mengalami demam tinggi.Riwayat kesehatan keluargaAnggota keluarga ada yang mengalami kejang demam ketika masa anak-anak.

3.4. Pemeriksaan fisikKeadaan umum: tidak sadarkan diriTB/BB: 92cm/13kgKepalaRambut: hitamMataSclera: normalKonjungtiva: anemisPupil: +/+Telinga: simetrisHidung: simetrisMulut: bibir kering dan lidah kotorPerut: normalPunggung: normalEkstermitas: kekuatan otot 2Kulit: normal

3.5. Pemeriksaan psikologikalAn.X terlihat lemah sehingga sulit untuk berkomunikasi dengan keluarganya.3.6 Pemeriksaan tumbuh kembanga) Pertumbuhan fisik anakb) Berat badan:13 kgc) Panjang badan lahir: 47cmd) Usia mulai timbul gigi 10 bulan jumlah gigi 20 buahe) Perkembangan anakf) Hasil dari anamnesis dengan ibu, klien mulai berguling dada usia 7 bulan, duduk pada usia 8 bulan, merangkak, pada usia 10 setengah bulan, berdiri pada usia 12 bulan, mulai berjalan pada usia 14 bulan, dan mulai berbicara pada usia 16 bulan.g) Pemberian ASIh) Anak pertama kali diberi ASI sejak 2 hari dan cara pemberiannya anak dibaringkan. Lamanya pemberian 3 bulan. i) Pemberian makanan tambahanj) Pertama kali diberikan tambahan pada usia 4 bulan. Makanan tambahan berupa nasi yang dihaluskan.

3.2 Diagnosa Keperawatan

DIAGNOSA NOCNIC

Hipertermi b.d suhu tubuh meningkat

DO : Suhu : 39 derajat C Tekanan darah: 120/90mmHg Denyut nadi: 76x/menit Respiratory rate: 30x/menitDS : Ibu mengatakan anak demam tinggi Ibu mengatakan anak demam sejak pukul 13.00. Ibu mengatakan anak pernah mengalami kejang lebih kurang 5 menit Termoregulasi Tidak adanya perubahan warna kulit Berkeringat ketika panas Menggigil ketika dingin Melaporkan kenyamanan tingkat panas Tidak ada kejang Adanya tonjolan bulu roma ketika dingin

Termoregulasi : Neonatus Suhu normal Tidak ada distress pernapasan Warna kulit normal Tidak ada letergi

Status tanda-tanda vital Temperature normal Denyut nadi normal Pernafasan normal Tekanan darah normal

Regulasi Temperature Monitor temperatur tiap 2 hari Selalu sediakan alat untuk memonitr suhu inti Monitor tekanan darah, nadi dan respirasi Monitor warna kulit dan temperatur Monitor dan laporkan tanda dan gejala hipotermia dan hipertermia Pantau asupan nutrisi dan cairan yang adekuat Diskusikan pentingnya termoregulasi dan kemungkinan efek negatif dari dingin yang berlebihan Atur temperatur lingkungan sesuai kebutuhan pasien Atur pemberian obat anti piretik Monitor tanda-tanda vital Mengukur tekanan darah, denyut nadi, temperature, dan status pernafasan, jika diperlukan Mencatat gejala dan turun naiknya tekanan darah Mengukur tekanan darah ketika pasien berbaring, duduk, dan berdiri, jika diperlukan Auskultasi tekanan darah pada kedua lengan dan bandingkan, jika diperlukan Mengukur tekanan darah, nadi, dan pernafasan sebelum, selama, dan setelah beraktivitas, jika diperlukan Mempertahankan suhu alat pengukur, jika diperlukan Memantau dan mencatat tnda-tanda dan syimptom hypothermia dan hyperthermia Memantau timbulnya dan mutu nadi Mengukur warna kulit, temperature, dan kelembaban Memantau sianosis pusat dan perifer Memantau pola pernafasan yang abnormal

Pengobatan demam Pantau suhu berkali-kali jika diperlukan Pantau warna kulit dan suhu Pantau tekanan darah, nadi dan pernafasan, jika diperlukan Pantau aktivitas berlebihan Pantau intake dan output Atur oksigen, jika diperlukan Tempatkan pasien pada bagian hipotermia, jika diperlukan

Perubahan Perfusi jaringan b.d kerusakan sel neuronDO : Suhu : 39 derajat C Tekanan darah: 120/90mmHg Denyut nadi: 76x/menit Respiratory rate: 30x/menitDS : Ibu mengatakan bahwa anak kejang lebih dari 15 menit Ibu mengatakan anak demam tinggi Ibu mengatakan anak demam sejak pukul 13.00. Ibu mengatakan anak pernah mengalami kejang lebih kurang 5 menit1. Status neurologikal Fungsi neurologis: consciousness Fungsi neurologis: kontrol pusat motorik Fungsi Neurologis: Sensori otak/ fungsi motorik Fungsi Neurologi: Sensori spinal/ fungsi motorik Fungsi neurologis: otonomi Tekanan intra kranial Komunikasi Ukuran pupil Reaktivitas pupil Pola pergerakan mata Pola nafas Tanda-tanda vital Pola istirahat-tidur Aktivitas kejang tidak kini

2. Perfusi jaringan : serebral TTV normal Keseimbangan elektrolit asam basa normal Keseimbangan cairan normal

Peningkatan perfusi serebral Pertahankan kadar glukosa dalam batas normal. Hindari fleksi leher atau fleksi panggul/lutut yang berlebihan. Pertahankan pco3 25 mmHg. Monitor status neurologi. Hitung dan monitor tekanan perfusi serebral. Monitor TIK dan respon neurologi untuk aktivitas perawatan. Monitor tekanan arteri rata-rata. Monitor tekanan kardiovaskuler

Perawatan sirkulasi Lakukan penilaian secara komprehensif fungsi sirkulasi periper. (cek nadi priper,oedema, kapiler refil, temperatur ekstremitas). Evaluasi nadi, oedema Inspeksi kulit dan Palpasi anggota badan Kaji nyeri Atur posisi pasien, ekstremitas bawah lebih rendah untuk memperbaiki sirkulasi. Berikan therapi antikoagulan. Rubah posisi pasien jika memungkinkan Monitor status cairan intake dan output Berikan makanan yang adekuat untuk menjaga viskositas darah Monitoring tanda-tanda vital Mengukur tekanan darah, denyut nadi, temperature, dan status pernafasan, jika diperlukan Mencatat gejala dan turun naiknya tekanan darah Mengukur tekanan darah ketika pasien berbaring, duduk, dan berdiri, jika diperlukan Auskultasi tekanan darah pada kedua lengan dan bandingkan, jika diperlukan Mengukur tekanan darah, nadi, dan pernafasan sebelum, selama, dan setelah beraktivitas, jika diperlukan Mempertahankan suhu alat pengukur, jika diperlukan Memantau dan mencatat tnda-tanda dan syimptom hypothermia dan hyperthermia Memantau timbulnya dan mutu nadi Mengukur warna kulit, temperature, dan kelembaban Memantau sianosis pusat dan perifer Memantau pola pernafasan yang abnorma

Resiko Cedera b.d kejang demam DO : Kejang demam lebih dari 15 menit Suhu : 39 derajat CDS : Ibu mengatakan bahwa anak kejang lebih dari 15 menit Ibu mengatakan anak demam tinggi Ibu mengatakan anak demam sejak pukul 13.00.

Keamanan : pencegahan jatuh Penggunaan alat bantu yang benar Tempatkan pelindung mencegah jatuh Gunakan penahan bila perlu

Status Neurologis Fungsi neurologis: consciousness Fungsi neurologis: kontrol pusat motorik Fungsi Neurologis: Sensori otak/ fungsi motorik Fungsi Neurologi: Sensori spinal/ fungsi motorik Fungsi neurologis: otonomi Tekanan intra kranial Komunikasi Ukuran pupil Reaktivitas pupil Pola pergerakan mata Pola nafas Tanda-tanda vital Pola istirahat-tidur Aktivitas kejang tidak kini

Kontrol Risiko Menyatakan resiko Mengembangkan strategi kontrol risiko yg efektif Menyesuaikan strategi kontrol risiko yg dibutuhkan Melakukan strategi kontrol risiko Menghindari paparan ancaman kesehatan

Manajemen Lingkungan Jauhi senjata yang potensial dari lingkungan klien ( benda tajam , jerat , dan lain lain) Pantau keamanan alat alat yang dibawa pengunjung ke sekitar klien Batasi klien menggunakan senjata yang potensial Tempatkan ruangan pasien didekat ruang perawat Sediakan pengawas pada akses area untuk memelihara keamanan pasien dan intevnsi teraupetik , kalau diperlukan

Pencegahan Jatuh Identifikasi karakteristik lingkungan yang menungkatkan potensi jatuh ( seperti lantai yang licin ) Gunakan pinggiran tempat tidur yang panjang dan tinggi untuk mencegah jatuh dari tempat tidur Tempatkan tempat tidur mekanis pada posisi terendah Kaji keluarga dalam mengidentifikasi bahaya dirumah dan bagaimana memodifikasikannya

Pencegahan terhadap Hipertermia Maligna Sediakan perlengkapan emergensi untuk hipertemia malignan, Sediakan manajemen emergens Monitor tanda hipertemi malignan

Resiko kejang berulang b.d ambang kejang rendahDO :Suhu : 39 derajat celsiusDurasi kejang lebih dari 15 menit

DS : Ibu mengatakan bahwa anak kejang lebih dari 15 menit Ibu mengatakan anak demam tinggi Ibu mengatakan anak demam sejak pukul 13.00. Ibu mengatakan anak pernah mengalami kejang lebih kurang 5 menit

Klien tidak kejang selama hiperthermiKriteria hasil: Tidakterjadi serangan ulang Suhu 36,5 37,5 C (bayi)36 37,5 C (anak) Nadi 110120x/menit(bayi) Respirasi 30 40 x/menit (bayi) Kesadaran composmentis

Regulasi Temperature Monitor temperatur tiap 2 hari Selalu sediakan alat untuk memonitr suhu inti Monitor tekanan darah, nadi dan respirasi Monitor warna kulit dan temperatur Monitor dan laporkan tanda dan gejala hipotermia dan hipertermia Pantau asupan nutrisi dan cairan yang adekuat Diskusikan pentingnya termoregulasi dan kemungkinan efek negatif dari dingin yang berlebihan Atur temperatur lingkungan sesuai kebutuhan pasien Atur pemberian obat anti piretik Monitor tanda-tanda vital Mengukur tekanan darah, denyut nadi, temperature, dan status pernafasan, jika diperlukan Mencatat gejala dan turun naiknya tekanan darah Mengukur tekanan darah ketika pasien berbaring, duduk, dan berdiri, jika diperlukan Auskultasi tekanan darah pada kedua lengan dan bandingkan, jika diperlukan Mengukur tekanan darah, nadi, dan pernafasan sebelum, selama, dan setelah beraktivitas, jika diperlukan Mempertahankan suhu alat pengukur, jika diperlukan Memantau dan mencatat tnda-tanda dan syimptom hypothermia dan hyperthermia Memantau timbulnya dan mutu nadi Mengukur warna kulit, temperature, dan kelembaban Memantau sianosis pusat dan perifer Memantau pola pernafasan yang abnormal

Resiko gangguan tumbuh kembang b.d cedera DO :Kejang lebih dari 15 menitSuhu tubuh 39 derajat celciusDS : Ibu mengatakan bahwa anak kejang lebih dari 15 menit Ibu mengatakan anak demam tinggi Ibu mengatakan anak demam sejak pukul 13.00. Ibu mengatakan anak pernah mengalami kejang lebih kurang 5 menit Ibu mengatakan anak pernah mengalami kejang lebih kurang 5 menit Perkembangan anak: usia 2 tahun Perkembangan anak: usia 3 tahun Perkembangan anak: usia 4 tahun Perkembangan anak: usia 5 tahun Perkembangan anak: middle childhood (usia 6-11 tahun) Perkembangan anak: remaja (12-17 tahun)

Peningkatan perkembangan Bina hubungan saling percaya dengan anak Dampingi anak supaya menyadari pentingnya menjadi diri sendiri Identifikasi kebutuhan spesial anak dan kemampuan beradaptasi Fasilitasi orang tua agar dapat berinteraksi dengan komunitasnya Ajarkan orang tua mengenai perkembangan normal dan hubungkan dengan kebiasaan anak

Monitoring nutrisi Timbang berat badan klien Monitor kehilangan dan pertambahan berat badan Monitor tipe dan kuantitas olah raga Monitor respon emosi klien terhadap situasi dan tempat makan Monitor interaksi orang tua dan anak saat makan Jadwalkan perawatan, dan tindakan keperawatan agar tidak mengganggu jadwal makan Monitor turgor kulit Monitor adanya mual dan muntah

Terapi nutrisi Memantau ketepatan urutan makanan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi harian Menentukan jimlah kalori dan jenis zat makanan yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi, ketika berkolaborasi dengan ahli makanan, jika diperlukan Anjurkan intake makanan yang tinggi kalsium, jika diperlukan Anjurkan intake makanan dan cairan yang tinggi kalium, jika diperlukan Memastikan bahwa makanan berupa makanan yang tinggi serat untuk mencegah konstipasi Memberi pasien makanan dan minuman tinggi protein, tinggi kalori, dan bernutrisi yang siap dikonsumsi, jika diperlukan

BAB IVPENUTUP4.1 Kesimpulan Kejang demam adalah kejang yang dihubungkan dengan suatu penyakit yang dicirikan dengan demam tinggi (suhu 38,9o-40,00C). Kejang demam berlangsung kurang dari 15 menit, generalisata, dan terjadi pada anak-anak tanpa kecacatan neurologik. Kejang demam biasanya dikaitkan dengan infeksi saluran pernapasan atas, infeksi saluran kemih, dll. Diazepam oral dianjurkan sebagai metoda yang efektif dan aman untuk mengurangi resiko kejang demam berulang. Pada mulainya setiap sakit demam, diazepam 0,3 mg/kg/8 jam peroral ( 1 mg/kg/24 jam ) diberikan untuk selama sakit ( biasanya 2-3 hari). Efek samping biasanya ringan, tetapi gejala kelesuan, iritabilitas, dan ataksia dapat dikurangi dengan menyesuaikan dosis.4.2 SaranDengan adanya makalah ini, diharapkan pembaca bisa memahami dan menambah wawasan mengenai penyakit kejang demam pada anak. Kepada teman-teman mahasiswa keperawatan agar dapat menggali pengetahuan serta mengaplikasikan nantinya mengenai asuhan keperawatan dan tindakan yang tepat dalam menangani pasien kejang demam.

DAFTAR PUSTAKABehrman, Richard E. 2000. Ilmu Kesehatan Anak Nelson Volume 3. Jakarta: EGC.Hidayat, aziz alimun. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta : Salemba.Muscari, Mary E. 2005. Keperawatan Pediatrik Edisi 3. Jakarta: EGC.Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit, ed 2. Jakarta: EGC.Suriadi, dkk.2001. Askep Pada Anak. Jakarta: Pt Fajar Interpratama.