bab i dme dari kelapa sawit rev1

Upload: rifa-muhammad

Post on 11-Oct-2015

31 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 5/21/2018 BAB I DME Dari Kelapa Sawit Rev1

    1/31

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang

    Minyak bumi dan gas alam merupakan sumber daya alam yang tidak dapat

    diperbaharui dimana dalam beberapa puluh tahun ke depan keberadaannya akan

    habis. Padahal masyarakat Indonesia umumnya mengkonsumsi minyak tanah sebagai

    sumber bahan bakar yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Minyak tanah

    merupakan salah satu Bahan Bakar Minyak (BBM) yang disubsidi oleh pemerintah.

    Setiap tahunnya Pemerintah menganggarkan dana sekitar Rp 50 trilyun untuk

    mensubsidi BBM dimana minyak tanah mendapatkan subsidi lebih dari 50% dari

    anggaran subsidi BBM. Dari tahun ke tahun anggaran ini semakin tinggi karena trend

    harga minyak di dunia cenderung meningkat.

    Menurut data dari Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral

    menyebutkan bahwa pada tahun 2006 produksi minyak tanah dalam negeri sebesar

    8,545 juta kilo liter sedangkan kebutuhan minyak tanah dalam negeri mencapai

    10,023 juta kilo liter sehingga saat ini masih dilakukan impor sebesar 2,111 juta kilo

    liter termasuk untuk cadangan sebesar 633,881 ribu kilo liter. Dengan keterbatasan

    produksi minyak tanah dalam negeri menyebabkan negara harus memenuhi

    kekurangannya dengan cara melakukan impor. Hal ini tentunya membuat pemerintah

    harus berpikir keras dalam memenuhi kebutuhan dalam negeri. Sehingga, pada tahun

    2007 Pemerintah membuat kebijakan yaitu pengalihan subsidi minyak tanah ke

    Liquefied Petroleum Gas (LPG). Pengalihan ini direncanakan akan tersebar merata

    penggunaannya di seluruh Indonesia dari tahun 2007-2010. Tetapi menurut data

    Pertamina, kebutuhan LPG dalam negeri mengalami peningkatan antara 3 juta metrik

    ton hingga 3,9 juta metrik ton untuk tahun 2011 dan akan terus meningkat untuk

  • 5/21/2018 BAB I DME Dari Kelapa Sawit Rev1

    2/31

    tahun-tahun berikutnya. Pertamina yang hanya dapat menyuplai 1 juta ton dan 1 juta

    ton dari PetroChinaperusahaan asing yang berbasis di Indonesia, harus melakukan

    impor untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Dengan harga minyak bumi di dunia

    yang semakin meningkat, tentunya membuat Pemerintah harus benar-benar

    menentukan langkah selanjutnya dalam menangani konsumsi BBM di Indonesia yaitu

    dengan mengembangkan sumber-sumber energi alternatif yang tidak pernah habis

    (renewable) dan juga ramah lingkungan.

    Sektor pertanian dan perkebunan memiliki peranan yang penting dalam

    pembangunan ekonomi nasional. Dalam keadaan perekonomian Indonesia saat ini,

    akibat nilai tukar dolar yang meningkat dan tidak menentu, maka harga kebutuhan

    impor maupun bahan baku industri semakin mahal. Untuk mengatasi hal tersebut kita

    perlu mengadakan penelitian yang berdasarkan pada pemanfaatan sumber daya alam

    secara lebih produktif serta memperhatikan aspek kelestarian lingkungan.

    Menurut data yang dikeluarkan oleh departemen pertanian tahun 2010 di

    Indonesia terdapat produksi kelapa sawit sebesar 21,58,120 ton/tahun kemudian pada

    tahun 2011 meningkat sebesar 23,064,636 ton/tahun. Dengan produksi kelapa sawit

    yang meningkat maka pabrik pengolahan kelapa sawit mempunyai potensi besarselain menghasilkan crude palm oil (CPO) juga menghasilkan limbah padat yang

    jumlahnya berlimpah. Limbah padat ini berupa tandan kosong, cangkang dan serabut.

    Rata-rata limbah padat yang dihasilkan tiap tahunnya adalah 42,5 % ton/tahun dari

    jumlah produksi kelapa sawit di Indonesia.

    Tabel 1.1 Produksi Limbah Kelapa sawit

    di Sumatera dan Kalimantan

    TahunJumlah Produksi

    kelapa SawitJumlah LimbahKelapa Sawit

    2001 7324957 3113106,725

    2002 8410785 3574583,625

    2003 9101314 3868058,45

    2004 9312757 3957921,725

    2005 9989557 4245561,725

  • 5/21/2018 BAB I DME Dari Kelapa Sawit Rev1

    3/31

    2006 14822812 6299695,1

    2007 15137601 6433480,425

    2008 15367534 6531201,95

    2009 16744905 7116584,625

    2010 18250625 7756515,625

    2011 19283808 8195618,4

    Limbah kelapa sawit yang digunakan sebagai pengganti gas alam adalah

    limbah kelapa sawit berkualitas rendah yang sudah tidak digunakan dan harganya

    relatif murah. Komponen yang dikandung limbah kelapa sawit memungkinkan

    limbah kelapa sawit untuk dapat digunakan sebagai bahan baku industri metanol

    menggantikan gas alam. Pemanfaatan limbah kelapa sawit ini diharapkan dapat

    membantu meningkatkan nilai jual dari limbah kelapa sawit itu sendiri.

    DME (dimethyl ether), merupakan sumber energi alternatif yang renewable

    dan juga ramah lingkungan. Dikatakan demikian, karena bahan bakunya yang terbuat

    dari biomassa yang keberadaannya di Indonesia sangat melimpah di seluruh negeri

    dan ramah lingkungan karena menghasilkan produk samping gas O2 serta N2 yang

    dapat langsung dibuang ke udara dan juga air yang masih bisa dipakai untuk

    kebutuhan utilitas.

    DME memiliki sifat tidak berbau, tidak berwarna, dan pada suhu ruangan gas

    DME dapat dicairkan apabila dikompresi atau diberi tekanan. Mudahnya proses

    pencairan DME ini membuatnya mudah juga dalam sistem pendistribusiannya hingga

    mencapai ke pelosok-pelosok daerah dan mudah dalam penyimpanannya. DME juga

    memiliki potensi bahan bakar alternatif untuk kendaraan bermesin diesel yaitu

    bilangan cetane 55-60 lebih besar dibandingkan minyak diesel/solar yang hanya 40-

    55. Hal ini menyebabkan mengurangi tingkat kebisingan suara mesin diesel menjadi

    sehalus suara mesin kendaraan bermotor yang menggunakan gasoline. Sehingga

    DME mampu menggantikan minyak diesel/solar maupun LPG.

    DME adalah senyawa eter yang paling sederhana yang memiliki rumus kimia

    (CH3-O-CH3), yaitu :

  • 5/21/2018 BAB I DME Dari Kelapa Sawit Rev1

    4/31

    Gambar 1.1 Rumus Struktur Dimetil Eter

    Pembuatan DME terdiri dari 2 jenis, yaitu sintesis langsung dan sintesis tak

    langsung. Umpan natural gas diubah menjadi menjadi syn-gas (H2 dan CO). Pada

    sintesis langsung, gas sintesis diubah menjadi metanol yang kemudian disintesis

    menjadi DME yang terjadi secara langsung dalam satu reaktor saja. Sedangkan

    sintesis tak langsung terjadi intermediate produk yaitu sintesis gas diubah menjadi

    metanol. Lalu metanol mentah yang dihasilkan, dialirkan ke reaktor sintesis DME

    sehingga didapatkan crude DME.

    Dimethyl ether adalah bahan bakar multi-source (dapat didapatkan dari

    banyak sumber), diantaranya dari gas alam, fuel oil, batubara, dan biomassa.

    Kebutuhan dimethyl ether di indonesia sebagian besar masih diperoleh dari impor

    dari negara jepang, china, dan sebagian eropa.

    Saat ini, dimethyl ether diproduksi dari gas alam melalui reaksi dehidrasi

    metanol. Namun, gas alam merupakan sumber daya alam yang tidak dapat

    diperbaharui, sehingga akhir-akhir ini muncul alternatif bahan baku yang bersifat

    diperbaharui salah satunya adalah biomassa. Pada pra rancangan pabrik ini biomassa

    yang digunakan adalah tandan kosong kelapa sawit (TKKS).

    1.2. Penetapan Kapasitas Produksi

    Dalam pendirian pabrik dimethyl ether di Indonesia ada beberapa

    pertimbangan-pertimbangan yang harus dilkaukan, yaitu :

    a. Proyeksi kebutuhan pasar

    b. Ketersediaan bahan baku

    c. Kapasitas minimal

    1.2.1. Proyeksi kebutuhan pasar

  • 5/21/2018 BAB I DME Dari Kelapa Sawit Rev1

    5/31

    Sumber energi di Indonesia terus berkurang seadangkan kebutuhan akan

    bahan bakar terus meningkat, meningkatnya kebutuhan akan bahan bakar tidak

    diimbangi oleh produksi yang cukup ini dapat d lihat dari jumlah impor LPG maupunsolar yang dari tahun ketahun terus meningkat sebagaimana yang terlihat pada table

    berikut :

    Tabel 1.2.1.1. Produksi dan kebutuhan LPG dan Solar di Indonesia

    Tahun

    LPG Solar

    Produksi (Ton) Kebutuhan (Ton) Produksi (Ton) Kebutuhan (Ton)

    2009 2,185,950 3,014,621 13,278,720 20,019,117

    2010 2,478,371 4,100,330 15,184,820 23,070,310

    2011 2,285,439 4,277,213 15,221,780 25,796,287

    2012 2,492,609 4,994,271 16,932,160 25,195,054

    (sumber : departemen Perindustrian dan Perdagangan)

    Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa pemenuhan kebutuhan bahan bakar di

    Indonesia setiap tahunnya masih belum mencukupi sehingga tetap dilakukan impor

    untuk memenuhi kekurangan produksi dalam negeri.

    Pabrik Dimethyl Ether ini akan dididirikan pada tahun 2020 maka untuk

    mengetahui data proyeksi Impor, Ekspor, produksi dan kebutuhan lokal Dimethyl

    Ether pada tahun 2020 dapat dihitung dengan menggunakan metode Least Square

    Time.

    Metode Least Square Time:

  • 5/21/2018 BAB I DME Dari Kelapa Sawit Rev1

    6/31

    Y = ax + b

    Maka,

    a =22 )(.(

    ).(

    xxn

    yxxyn

    b=n

    xay .

    Dimana : y = variable terikat x = variable bebas

    a = slope of regration b = axis intersep

    n = jumlah data

    Dari teori perkiraan least square maka didapat kebutuhan DME sebagai berikut:

    Tabel 1.2.1.2. Proyeksi produksi LPG pada tahun 2020

    Tahun

    Tahun ke-

    (X) Produksi (Y)

    2004 1 2,026,935

    2005 2 1,827,814

    2006 3 1,428,490

    2007 4 1,409,430

    2008 5 1,690,766

    2009 6 2,185,950

    2010 7 2,478,371

    2011 8 2,285,439

    2012 9

  • 5/21/2018 BAB I DME Dari Kelapa Sawit Rev1

    7/31

    2,492,609

    Maka didapatkan persamaan least square untuk produksi sebagai berikut :

    Y=89292x + 1000000

    Dalam bentuk grafik, yaitu :

    Gambar 1.1 Perkembangan produksi LPG

    Pada tahun ke-17 (2020) maka produksi LPG sebayak :

    Y=89292x + 1000000

    Y=89292(20) + 1000000

    Y=2785840 Ton

    Tabel 1.2.1.3. Proyeksi kebutuhan impor LPG pada tahun 2020

    Tahun

    Tahun ke-

    (X) Impor (Y)

    2004 1 32,994

    2005 2 22,166

    y = 89292x + 1E+06

    R = 0.4731produksi(Ton)

    Tahun ke-

  • 5/21/2018 BAB I DME Dari Kelapa Sawit Rev1

    8/31

    2006 3 68,997

    2007 4 137,760

    2008 5 418,139

    2009 6 917,171

    2010 7 1,621,959

    2011 8 1,991,774

    2012 9 2,501,662

    Maka didapatkan persamaan least square untuk impor sebagai berikut :

    Y=277720x - 68593

    Dalam bentuk grafik, yaitu :

    Gambar 1.2 Perkembangan impor LPG

    Pada tahun ke-17 (2020) maka impor LPG sebayak :

    Y= 277720x68593

    y = 277720x - 68593

    impor(Ton)

    tahun ke-

  • 5/21/2018 BAB I DME Dari Kelapa Sawit Rev1

    9/31

    Y= 277720(17)68593

    Y= 5485807 Ton

    Tabel 1.2.1.4. Proyeksi kebutuhan LPG padadalam negeri tahun 2020

    Tahun

    Tahun ke-

    (X) Kebutuhan (Y)

    2004 1 1,078,149

    2005 2 834,614

    2006 3 1,207,789

    2007 4 1,278,679

    2008 5 2,008,405

    2009 6 3,014,621

    2010 7 4,100,330

    2011 8 4,277,213

    2012 9 4,994,271

    Maka didapatkan persamaan least square untuk kebutuhan sebagai berikut :

    Y= 477300x11900

    Dalam bentuk grafik, yaitu :

  • 5/21/2018 BAB I DME Dari Kelapa Sawit Rev1

    10/31

    Gambar 1.3 Perkembangan kebutuhan LPG

    Pada tahun ke-17 (2020) maka kebutuhan LPG sebayak :

    Y= 477300x - 11900

    Y= 477300(17) - 11900

    Y= 8102200 Ton

    Tabel 1.2.1.5. Proyeksi produksi solar pada tahun 2020

    Tahun

    Tahun ke-

    (X) Produksi (Y)

    2009 1 13,278,720

    2010 2 15,184,820

    2011 3 15,221,780

    2012 4 16,932,160

    Maka didapatkan persamaan least square untuk produksi sebagai berikut :

    Y= 1000000x + 10000000

    Dalam bentuk grafik, yaitu :

    y = 477300x - 11900

    Kebutuhan

    (Ton)

    tahun ke-

  • 5/21/2018 BAB I DME Dari Kelapa Sawit Rev1

    11/31

    Gambar 1.4 Perkembangan produksi solar

    Pada tahun ke-12 (2020) maka produksi solar sebayak :

    Y= 1000000x + 10000000

    Y= 1000000(12) + 10000000

    Y= 22000000 Ton

    Tabel 1.2.1.6. Proyeksi impor solar pada tahun 2020

    Tahun

    Tahun ke-

    (X) impor (Y)

    2009 1 6,918,152

    2010 2 8,497,025

    2011 3 10,895,268

    2012 4 8,326,926

    Maka didapatkan persamaan least square untuk impor sebagai berikut :

    Y= 66245x + 7000000

    Dalam bentuk grafik, yaitu :

    y = 1E+06x + 1E+07

    R = 0.9047

    Produksi(Ton)

    tahun ke-

  • 5/21/2018 BAB I DME Dari Kelapa Sawit Rev1

    12/31

    Gambar 1.5 Perkembangan impor solar

    Pada tahun ke-12 (2020) maka produksi solar sebayak :

    Y= 66245x + 700000

    Y= 66245(12) + 700000

    Y= 7794940 Ton

    Tabel 1.2.1.7. Proyeksi kebutuhan solar pada tahun 2020

    Tahun

    Tahun ke-

    (X) kebutuhan (Y)

    2009 1 20,019,117

    2010 2 23,070,310

    2011 3 25,796,287

    2012 4 25,195,054

    Maka didapatkan persamaan least square untuk kebutuhan sebagai berikut :

    Y= 908667x + 20000000

    Dalam bentuk grafik, yaitu :

    y = 662456x + 7E+06R = 0.2686

    Impor(Ton)

    tahun ke-

  • 5/21/2018 BAB I DME Dari Kelapa Sawit Rev1

    13/31

    Gambar 1.6 Perkembangan kebutuhan solar

    Pada tahun ke-12 (2020) maka produksi solar sebayak :

    Y= 908667x + 20000000

    Y= 908667(12) + 20000000

    Y= 30904000 Ton

    Berdasarkan pada data kebutuhan, produksi serta impor bahna bakar LPG

    maupun solar di Indonesia, maka pada tahun 2020 diperkirakan DME yang dapat

    dikonsumsi sebagai pengganti bahan bakar diatas sebesar 13.280.474 Ton dan ini

    merupakan peluang pasar yang sangat baik terutama untuk menutupi kebutuhan

    impor bahan bakar yang akhirnya dapat menghemat devisa Negara.

    1.2.2. Ketrsediaan bahan baku

    Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan DME Tandan Kosong Kelapa

    Sawit (TKKS). TKKS dapat diperoleh dari PT. Raja Garuda Mas dan Wilmar

    International Group di Medan, Sumatera Utara dan Propinsi Sumatera merupakan

    produsen terbesar di Indonesia dengan kapasitas produksi 17 juta ton di tahun 2012.

    Dengan setiap pengolahan 1 ton tandan buah segar kelapa sawit akan menghasilkan

    y = 908667x + 2E+07

    Impor(Ton)

    tahun ke-

  • 5/21/2018 BAB I DME Dari Kelapa Sawit Rev1

    14/31

    sebanyak 22-23 % TKKS atau sebanyak 220230 kg TKKS. Berikut ini adalah data

    produksi kelapa sawit di Indonesia pada tahun 20082012.

    Tabel 1.4 Produksi Kelapa sawit di Indonesia 2008-2012 (ton)

    1.2.3. Kapasitas minimal

    Dari hasil seminar international DME association tahun 2006diperolah informasi produksi paling besar yang telah dibuat untuk

    memproduksi DME sebesar 800000 Ton/Tahun. Proses ini dilakukan dengan

    motoda dehidrasi methanol dan memiliki kemurnian sampai 99%. Dengan

    melihat peluang pasar yang besar akan DME di dalam negeri serta mudahnya

    memperoleh bahan baku maka penetapan kapasitas pabrik yang akan didirikan

    sebesar kebutuhan impor LPG dan solar tahun 2020 yaitu sebesar 13.280.474

    Ton pertahun.

    Dari beberapa hal tersebut di atas, maka dalam perancangan pabrik DME

    menggunakan metoda indirect synthesis dengan pertimbangan :

    1. produksi DME sebbesar 13.280.474 Ton pertahun mampu memenuhi

    kebutuhan bahan bakar dalam negeri dan juga menghilangkan impor

    bahan bakar dari luar negeri.

  • 5/21/2018 BAB I DME Dari Kelapa Sawit Rev1

    15/31

    2. Dapat memacu perkembangan industri lain di dalam negeri yang

    menggunakan DME sebagai bahan bakunya.

    3. Dapat menghemat cadangan sumber daya mineral yang tak dapat

    diperbaharui, sehingga harga bahan bakar lebih stabil.

    4. bahan baku biomassa dapat dipenuhi dari dalam negeri ,dan dapat

    diperbaharui yang otomatis lebih mensejahterakan para petani karena

    sekam padi menjadi barang bernilai ekonomis.

    1.3. Bahan Baku dan Produk

    1.3.1 Spesifikasi bahan baku dan produk

    1.3.1.1 Bahan baku

    A. Limbah kelapa sawit

    Analisa Proximet

    (% berat)

    Tandan Kosong

    Kelapa Sawit

    Serabut Tempurung

    (cangkang)

    Moisture 58.60 31.84 12

    Volatile 30.44 48.61 68.20

    Fixed karbon 8.04 13.20 16.30

    Ash 2.92 6.35 3.50

    Analisa Elemental

    (%)

    Tandan Kosong

    Kelapa Sawit

    Serabut Tempurung

    (cangkang)

    C 15.11 31.35 44.44

    H 1.51 4.57 5.01

    N 2.57 0.02 0.28O 1.13 25.63 34.70

  • 5/21/2018 BAB I DME Dari Kelapa Sawit Rev1

    16/31

    1.3.1.2 Bahan pembantu

    A.

    Hidrogen

    Sifat fisik :

    Rumus Molekul : H2

    Berat molekul : 1.016

    Densitas : (0 C, 101.325 kPa)0.08988 g/L Liquid dan

    0.07 (0.0763 solid)

    Titik Didih (760 mmHg) : -252,87oC

    Titik Beku : -259,14 oC

    Tekanan kritis (pc) : 1,293MPa

    Temperatur Kritis (tc) : 32,97 K

    Kapasitas panas : (25 C) (H2) 28.836 Jmol1K

    1

    Sifat kimia:

    suhu dan tekanan standar, hidrogen tidak berwarna, tidak berbau, bukan

    logam, hambar,.

    gas diatomik yang sangat mudah terbakar dengan rumus molekul H2

    B. Karbon dioksida

    Sifat fisik :

    Rumus Molekul : CO2

    Berat molekul : 44.01

    Densitas : 1562 kg/m

    3(solid at 1 atm and 78.5C)

    Titik Didih (760 mmHg) : -78.5

    oC

    Titik Beku : -56.6oC

    Tekanan kritis (pc) : 73.825 bar

    Temperatur Kritis (tc) : 31.01 K

  • 5/21/2018 BAB I DME Dari Kelapa Sawit Rev1

    17/31

    Kapasitas panas : (25 C) 37.135 J/K mol

    C.

    Karbon monoksida

    Sifat fisik :

    Rumus Molekul : CO

    Berat molekul : 28.01

    Densitas : 1.25 g/L (at 1 atm and 0 C)

    Titik Didih (760 mmHg) : -191.5

    oC

    Titik Beku : -205

    oC

    Tekanan kritis (pc) : 35 bar

    Temperatur Kritis (tc) : -140.3

    oC

    Kapasitas panas : (1.013 bar and 15.6 C): 0.029 kJ/(mol.K)

    D. Katalis Cu/Al2O3

    Sifat fisik :

    Rumus Molekul : Cu/Al2O3 Berat molekul : 101.96

    Bentuk fisik : padat

    Titik Didih (760 mmHg) : 2980oC

    Spesific grafity : 4

    1.3.1.3 Produk

    A. Dimethyl Eter

    Rumus Molekul : CH3OCH3

    Berat molekul : 46.08

    Densitas gas : 0.1222 (lb/ft3)

    Titik Didih (760 mmHg) : -23.7oC

    Titik Beku : -138.5oC

  • 5/21/2018 BAB I DME Dari Kelapa Sawit Rev1

    18/31

    Tekanan kritis (pc) : 73.825 bar

    Temperatur Kritis (tc) : 126.9oC

    Kapasitas panas : (25 C) 65.57 J K1mol

    1

    1.4. Lokasi dan Letak Pabrik

    1.5. Lokasi Pabrik

    Lokasi pabrik merupakan salah satu faktor penting dalam proses pendirian

    sebuah industri. Pemilihan lokasi pabrik secara geografis dapat memberikan pengaruh

    yang besar terhadap lancarnya kegiatan industri karena memilih lokasi pabrik yang

    tepat dapat menaikan daya guna dan menghemat biaya produksinya. Beberapa faktor

    yang dijadikan pertimbangan dalam menentukan lokasi pabrik antara lain adalah

    ketersediaan bahan baku, daerah pemasaran, transportasi, utilitas, tenaga kerja, dan

    lain-lain. Lokasi pabrik dimethyl ether direncanakan didirikan di Kawasan Industri

    Medan merupakan sebuah kawasan industri yang terletak di Sumatera Utara, Medan.

    Lokasi Kawasan Industri Medan sangat strategis:

    Dihubungkan oleh jalan tol menuju pusat kota dan pelabuhan laut

    Jarak menuju ke pelabuhan laut 15 km

    Jarak menuju ke Balai kota 10 km

    Jarak menuju ke pelabuhan udara 20 km

    60 km menuju ke Berastagi

    Jarak menuju ke Danau Toba 170 km

  • 5/21/2018 BAB I DME Dari Kelapa Sawit Rev1

    19/31

    Gambar 1.3 Lokasi Pendirian Pabrik DME di Provinsi Sumatera Utara

    Dipilihnya lokasi Kawasan Industri Medan dengan pertimbangan sebagai

    berikut :

    1. Penyediaan Bahan Baku

    Tandan kosong kelapa sawit (TKKS) dapat diperoleh dari PT. Raja Garuda

    Mas dan Wilmar International Group di Medan, Sumatera Utara dan Propinsi

    Sumatera merupakan produsen terbesar di Indonesia dengan kapasitas produksi 17

    juta ton di tahun 2012.

    2. Pemasaran

    PabrikDimethyl Etherterutama ditujukan untuk memenuhi kebutuhan dalam

    negeri. Target pemasaran ialah pengolahan LPG maupun solar milik PERTAMINA.

    Karena produksi migas di daerah kalimatan telah mengalami penurunan, sehingga

    pabrik ini didirikan di kwasan kalimantan bertujuan untuk meningkatkan

    perekonomian dan pemerataan pembangunan.

  • 5/21/2018 BAB I DME Dari Kelapa Sawit Rev1

    20/31

    3. Transportasi

    Sarana dan prasarana transportasi sangat diperlukan sebagai penunjang utama

    penyediaan bahan baku maupun pemasaran produk. Dengan adanya fasilitas

    transportasi berupa jalan raya, pelabuhan udara dan pelabuhan laut yang memadai,

    maka pemilihan lokasi pabrik dimethyl ether di kawasan Industri Medan, sumatera

    Utara.

    4. Tenaga Kerja

    Kawasan industri terletak di daerah Kalimantan yang sarat dengan pendidikan

    formal maupun non formal dimana banyak dihasilkan tenaga kerja ahli maupun non

    ahli, sehingga tenaga kerja mudah didapatkan. Berdirinya pabrik dimethyl ether di

    kawasan Kalimantan juga bertujuan untuk pemerataan pembangunan sehingga

    pembangunan tidak hanya berpusat di Pulau Jawa.

    5. Utilitas

    Kaltim Industrial Estate merupakan daerah industri yang sudah maju maka

    penyediaan utilitas tidak mengalami kesulitan. Utilitas yang dibutuhkan adalah steam,

    air, dan listrik. Pelabuhan dan sungai tersedia untuk memenuhi kebutuhan air

    sedangkan listrik disuplai dari PT.PLN Kalimantan Timur.

    6. Kemungkinan Perluasan Pabrik

    Dengan didirikannya pabrik di Kaltim Industri Estate diharapkan dapat

    diadakan perluasan ditahun mendatang mengingat lahan yang tersedia masih

    memungkinkan.

    1.6. Pemilihan Proses

    Seiring dengan perkembangan jaman dan teknologi maka berbagai macam

    teknologi terus dikembangkan untuk menghasilkan Dimethyl ether dengan upaya

  • 5/21/2018 BAB I DME Dari Kelapa Sawit Rev1

    21/31

    peningkatan kualitas maupun secara ekonomis. Dimethyl ether diproduksi dalam

    skala industri terutama berdasarkan konversi dari gas sintesa atau syngas. Syngas

    diperoleh dari proses gasifikasi biomassa. Gasifikasi adalah suatu proses mengubah

    bahan padatan yang mengandung karbon menjadi gas yang mudah terbakar atau

    syngas( CO, H2, CH4) dan gas-gas lain yang terjadi didalam gasifier.

    Teknologi gasifikasi yang terus berkembang mengarahkan klasifikasi

    teknologi yang sesuai dengan sifat fisik maupun sistem yang berlangsung dalam

    menciptakan proses gasifikasi. Beberapa kategori alat gasifikasi berdasarkan mode

    fluidisasi dibagi menjadi tiga antara lain :

    1.

    Fixed atau Moving Bed Gasifier

    2. Fluidized Bed Gasification

    3. Entrained Flow Reaktor

    Tabel 1.6 Tipe-Tipe Gasifier

    Parameter Fixed/Moving

    Bed

    Fluidized

    Bed

    Entrained

    Bed

    Ukuran feed

    (mm)

    < 51 < 6 < 0.15

    Kekasaran

    Partikel

    Sangat baik baik Buruk

    Jenis feed Bahan

    berkualitas

    rendah

    Bahan

    berkuaitas

    rendah

    Semua jenis

    batubara dan

    tidak cook untuk

    biomassa

    Temperatur (oC) 1090 800-100 >1990

    Temperatur gas

    (oC)

    450-600 800-1000 >1260

    Kebutuhan

    oksidan

    Rendah Menengah Tinggi

  • 5/21/2018 BAB I DME Dari Kelapa Sawit Rev1

    22/31

    Dengan membandingkan beberapa tipe gasifier diatas maka digunakan

    gasifier fixed atau moving bed dengan pertimbangan :

    1. Temperatur gas lebih rendah

    2. Temperatur operasi lebih rendah dibandingkan dengan tipe gasifier lain

    3. Kekasaran ukuran feed sangat baik jadi cocok untuk limbah kelapa sawit

    4. Kebutuhan oksidan lebih rendah

    Setelah proses gasifikasi kemudian syngas akan dikonversi pada reaktor

    sintesa metanol. Proses sintesa metanol dibagi menjadi 2, yaitu :

    1. Proses Tekanan Rendah

    2.

    Proses Tekanan Tinggi

    Proses-proses sintesa metanol dapat dijelaskan sebagai berikut :

    a. Proses Tekanan Rendah

    Pada proses ini tekanan yang digunakan adalah 50-150 bar dan suhu 200-500

    oC. Jenis katalis yang digunakan adalah dasar tembaga (copper based

    catalyst).penggunaan katalis ini membutuhkan kondisi syn-gas yang murni dari

    sulfur klorin (H2S < 0.1 ppm).Keunggulan dari proses ini biaya investasi yang lebihrendah, biaya produksi lebih rendah, selktifitas yang tinggi, kemampuan operasi

    yang lebih baik dan lebih fleksibel dalam penentuan ukuran pabrik.

    b. Proses Tekanan Tinggi

    Pada proses ini pembuatan methanol dioperasikan pada tekanan 300 bar,

    menggunakan katalis krom osida-seng untuk perubahan katalitik dari CO, CO2 dan

    H2 menjadi methanol pada suhu 320-400oC dan beroperasi pada tekanan 120-00 bar.

    Katalis ini tahan terhadap sulfur dan klorin yang terdapat dalam syn-gas. Kekurangan

    proses ini adalah mahalnya komponen yang diperlukan untuk tekanan tinggi, biaya

    energi yang lebih tinggi , serta biaya peralatan yang relatif cukup tinggi.

  • 5/21/2018 BAB I DME Dari Kelapa Sawit Rev1

    23/31

    Berdasarkan perbandingan dua proses diatas maka dipilihlah proses tekanan

    rendah dengan pertimbangan sebagai berikut :

    Biaya investasi yang lebih rendah

    Biaya produksi yang lebih murah

    Kemampuan operasi yang lebih baik

    Lebih fleksibel dalam penentuan ukuran pabrik

    Proses-proses tekanan rendah yang digunakan dalam produksi metanol antara

    lain adalah sebagai berikut :

    1.

    Proses Tekanan Rendah Lurgi

    Proses ini patennya dimiliki oleh Lurgi Oel Gas Chemie Gmbh. Tipe

    reaktor yang digunakan pada proses ini adalah reaktor shell and tube, tube

    diisi dengan katalis dan panas reaksi diserap oleh air yang berikulasi secara

    alami pada bagian shell. Pada proses ini gas alam dilewatkan daam proses

    desulfurisasi untuk menghilangkan kontaminan sulfur. Proses ini berlangsung

    pada suhu 350-380oC dalam reaktor desulfurisasi. Kemudian gas

    dikompresidan dialirkan ke dalam unit reformer, dalam hal ini LURGI

    reformer dan autothermal reformer. Dalam unit reformer gas dicampur dengan

    uap panas dan diubah menjadi gas H2, CO2, dan CO dengan tiga macam

    langkah pembentukan. Gas hasil kemudian didinginkan dengan serangkaian

    alat penukar panas. Panas yang dimiliki oleh gas hasil digunakan untuk

    membuat uap panas. Pemanas awal gas alam, pemanas air umpan masuk

    boiler dan alat reboiler di kolom distilasi. Gas hasil tersebut kembali

    dikompresi hingga 80-90 bar tergantung pada optimasi proses yang ingin

    dicapai. Setelah dikompresi gas hasil kemudian dikirim ke dalam reaktor

    pembentukan metanol. Reaktor yang digunakan adalah LURGI tubular reaktor

    (proses isotermal) yang mengubah gas hasil menjadi crude methanol. Crude

  • 5/21/2018 BAB I DME Dari Kelapa Sawit Rev1

    24/31

    methanol hasil kemudian dikirim ke dalam unit kolom distilasi untuk

    menghasilkan kemurnian metanol yang dihasilkan.

    2. The ICI Low Pressure Methanol (LPM) Process

    Proses ini merupakan proses yang paling umum digunakan dalam proses

    pembuatan metanol. Paten dari proses ini dimiliki oleh Imperial Chemical

    Industri (ICI) dan sekarang lisensinya dipegang oleh anak perusahaannya

    yaitu Synetik.

    Pada proses ini umpan gas alam dipanaskan dan dikompresi lalu kemudian

    didesulfurisasi sebelum dimasukan ke dalam saturator. Setelah didesulfurisasi,

    didalam saturator gas dikontakkan dengan uap panas. Pada proses ini sekitar

    90% kebutuhan steam untuk proses dapat dicapai. Selanjutnya gas alam

    kemudian dipanaskan ulang, campuran gas alam dengan uap panas ini

    kemudian dikirim ke dalam methanol synthesys reformer (MSR). Didalam

    MSR ini gas alam dirubah menjadi H2, CO2, CO. Gas hasil ini kemudian

    didinginkan dengan serangkaian alat penukar panas. Panas yang dihasilkan

    digunakan untuk memanaskan air umpan masuk boiler, menghasilkan uappanas untuk kebutuhan yang lain. Gas hasil ini dikirim ke dalam methanol

    converter (ICI tube cooled reactor). Reaksi yang berlangsung dengan bantuan

    katalis dalam reaktor ini menghasilkan crude methanol dan bahan lain, hasil

    dari reaktor kemudian dipisahkan dengan separator, gas yang masih belum

    terkonversi dipakai sebagai bahan bakar MSR. Crude methanol yang sudah

    dipisahkan dari bahan lain kemudian dikirim ke unit distilasi fraksionasi untuk

    menghasilkan methanol yang lebih murni.

    3. The ICI Leading Concept Methanol (LCM) Process

    Proses ini merupakan perbaikan dari proses ICI LPM, terutama dalam

    hal unit reformer. Prosesnya adalah umpan gas alam pertama-tama

    didesulfurisasi sebelum memasuki saturator. Dalam saturator gas alam

  • 5/21/2018 BAB I DME Dari Kelapa Sawit Rev1

    25/31

    dikontakkan dengan uap panas yang dipanaskan oleh gas hasil yang keluar

    dari advanced gas heated reformer (AGHR). Pengaturan saturator ini

    memungkinkan untuk mendapatkan sebagian uap panas yang dibutuhkan

    untuk proses dan mengurangi sistem uap panas dari boiler. Tetapi berbagai

    macam modifikasi proses dapat dilakukan tergantung dari pemilihan sistem

    reformer dan converter.

    Campuran gas alam dan uap panas ini kemudian dipanaskan sebelum

    memasuki AGHR, dalam AGHR gas campuran memasuki tabung-tabung

    yang berisi katalis yang dipanaskan oleh gas hasil dari reformer kedua. Sekitar

    25% gas alam terkonversi dalam AGHR menjadi CO2. Setelah keluar dari

    AGHR gas alam memasuki reformer kedua kemudian ditambahkan semburan

    oksigen yang merubah gas alam dengan bantuan katalis menjadi gas hasil

    yaitu H2, CO2, dan CO. Gas ini memiliki suhu berkisar 1000oC dan

    mengandung CH4yang relatif sedikit. Aliran gas hasil lalu dilewatkan melalui

    shell side dari AGHR dan serangkaian alat penukar panas untuk

    memaksimalkan penggunaan panas kemudian gas dikompresi hingga 80 bar.

    Gas yang telah dikompresi kemudian dikirim ke methanol converter untukdikonversi menjadi metanol dan air. Metanol kemudian dikirim ke unit

    distilasi fraksionasi untuk memurnikannya.

    4. Proses Tekanan Rendah Kellog

    M.W. Kellog Co. Memperkenalkan reaksi sintesis yang sangat

    berbeda, tetapi pada dasarnya menggunakan reaktor tipe adiabatik. Reaktor

    berbentuk bulat dan didalamnya berisi unggu katalis tunggal. Sintesis gas

    mengalir melalui bebrapa bed reaktor yang tersusun aksial berseri. Panas yang

    dihasilkan dikontrol dengan pendingin intermediat. Proses ini menggunakan

    katalis tembaga dan beroperasi pada rentang suhu 200-2800C serta tekanan 100-

    150 atm. Suhu didalam unggun katalis dikendalikan melalui penggunaan sebuah

  • 5/21/2018 BAB I DME Dari Kelapa Sawit Rev1

    26/31

    reaktor berpendingin dengan menyerap panas reaksi dalam intermediate stage

    boiler.

    1.5.1 Perbandingan Teknologi

    Dari berbagai penjelasan yang telah dipaparkan diatas dapat dilihat beberapa

    hal pada masing-masing teknologi. Berdasarkan ke-4 teknologi yang digunakan untuk

    proses Syntesis Methanol, maka dalam pemilihan teknologi syntesis methanol,

    parameter yang digunakan adalah :

    Keaktifan katalis

    Jenis reaktor

    Tekanan operasi yang digunakan

    a. Keaktifan katalis

    Keaktifan dan elektifitas katalis memgang peranan penting dalam

    efisiensi proses, sehingga proses tidak berlangsung pada tekanan tinggi atu

    sedang. Katalis yang digunkan pada tekanan rendah adalah katalis CuO-

    ZnO/Al2O3 yang memiliki keaktifan dan selektivitas yang lebih tinggidiandingkan dengan katalis pada tekanan tinggi ZnO-CuO/Cr2O3. Selektifitas

    yang tinggi akan menghasilkan metanol dengan kemurnian tinggi dan produk

    samping yang terjadi dapat dikurangi. Kelebihan katalis CuO-ZnO yaitu,

    mempunyai struktur yang angat baik yaitu susunan elektron yang menunjang

    keaktifan katalis dan selektifitas yang tinggi pada metanol.

    b. Jenis reaktor

    Pemilihan jenis reaktor akan mempengaruhi biaya investasi untuk

    desain reaktor tersebut. Pertimbangan jenis reaktor yang dilakukan adlah

    mengenai desain reaktor yang sederhana sehingga tidak membutuhkan kontrol

  • 5/21/2018 BAB I DME Dari Kelapa Sawit Rev1

    27/31

    suhu yang rumit dan jenis pendingin yang digunakan akan menentukan sistem

    pengontrolan suhu dalam sistem ketika terjadi kenaikan suhu yang besar.

    Pada reaktor berpendingin ICI, umpan yang masuk langsung bertemu

    dengan unggun katalis, sehingga menyebabkan kerusakan pada katalis dan

    menyebabkan reaksi terhenti.

    Pada reaktor shell and tube Lurgi, pendingin menggunakan boiling

    water yang mengalir di dalam shell dapat menyerap panas yang dihasilkan

    reaksi di dalam tube yang berisi katalis sehingga reaktor dapat

    memperahankan suhunya.

    Pada teknologi Kellog digunakan pendingin intermediate coolersyang

    akan memperbesar investasi desain reaktor.

    Berdasarkan pertimbangan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa proses

    yang dipilih adalah proses tekanan rendah Lurgi dengan faktor pertimbangan sebagai

    berikut :

    1. Teknologi Lurgi tidak membutuhkan desain reaktor yang rumit, dimana

    kontrol suhu dapat dilakukan dengan mengalirkan boiling water padashell.2. Stam yang dihasilkan dapat digunakan untuk pemanasan umpan reaktor dan

    sebagai reboiler dalam proses distilasi metanol.

    3. Menghasilkan persen perolehan atau yield yang cukup tinggi (> 85%).

    4. Konversi yang besar, mencapai lebih dari 90%

    1.6 Deskripsi Proses

    Teknologi yang digunakan pada proses pembuatan Dimethyl Ether ini yakni

    dengan menggunakan indirect syntesis. Proses umum dalam proses pembuataan

    Dimethyl Ether, yaitu :

    1. Persiapan Awal Bahan Baku

    2. Proses Gasifikasi

    3. Proses Autothermal Reforming (ATR)

  • 5/21/2018 BAB I DME Dari Kelapa Sawit Rev1

    28/31

    4. Proses Pemurnian Gas

    5. Proses SintesaMethanol

    6. Proses DehidrasiMethanol

    7. Proses Pemrosesan Produk

    1.6.1 Persiapan Awal Bahan Baku

    Sebelum memasuki proses gasifikasi, biomassa harus melalui proses

    perlakuan awal (pre treatment) seperti pengeringan dan pencacahan. Semakin kering

    umpan biomassa, efisiensi gasifikasi akan meningkat tetapi kandungan hidrogen

    dalam produk gas sintesis akan berkurang. Hal tersebut menyebabkan produk gas

    sintesis menjadi kurang bagus untuk digunakan dalam sintesis Fischer Tropschserta

    meningkatkan biaya produksi akibat proses pengeringan biomassa. kadar air optimum

    untuk aplikasi gasifikasi biomassa yang akan dilanjutkan dengan siklus kombinasi

    berkisar antara 10-15%. Pengeringan dapat dilakukan menggunakan gas buang

    ataupun kukus.

    1.6.2 Proses Gasifikasi

    Gasifikasi adalah proses pengubahan materi yang mengandung karbon seperti

    batubara, minyak bumi, maupun biomassa ke dalam bentuk karbon monoksida (CO)

    dan hidrogen (H2), dengan mereaksikan bahan baku yang digunakan pada temperatur

    tinggi dengan jumlah oksigen yang diatur menjadi syngas (CO, H2, CH4) melalui

    proses pembakaran.

    C + CO2 2 CO +172,58 kj/mol (Boudouard reaction)

    CO2+ H2 CO + H2O +41 kj/mol (Reverse water shift)

    C + H2O CO + H2O +131,4 kj/mol (Steam gasification)

    C + 2H2 CH4 -74,9 kj/mol (Hydrogenation)

  • 5/21/2018 BAB I DME Dari Kelapa Sawit Rev1

    29/31

    1.6.3 Proses Pemisahan Tar

    Proses pemisahan tar yang paling umum dilakukan saat ini adalah melalui

    pendinginan produk gas sehingga tar dapat terkondensasi pada permukaan tetesan

    aerosol dan kemudian tetesan tersebut dipisahkan menggunakan teknologi yang mirip

    dengan pemisahan partikulat. Teknologi tersebut antara lain wet scrubber,

    electrostatic precipitator, atau siklon. Partikulat dihilangkan secara terpisah dengan

    tar.

    Wet scrubber akan mengumpulkan tar dengan cara melewatkan material

    tersebut ke dalam tetesan air. Tar dan cairan mengalir ke dalam demister atau

    decanter untuk kemudian dipisahkan. Penggunaan air di dalam scrubber ini

    menyebabkan aliran gas harus berada pada temperatur 35-60oC. Berbagai penelitian

    telah dilakukan untuk mencari pengganti air seperti berbagai jenis minyak, namun

    penelitian-penelitian tersebut masih dalam tahap eksperimen.

    1.6.4 Proses Autothermal Reforming (ATR)

    Syngas yang dihasilkan dari proses gasifikasi biomassa memiliki kandungan

    utama H2, CO, CO2, dan CH4. Untuk mendapatkan konversi gas H2 yang lebihtinggi maka dilakukan proses reformasi metana (mengkonversikan CH4

    menggunakan steam menjadi CO dan H2), dan menurunkan gas CO dengan reaksi

    pergeseran (menyesuaikan rasio H/CO dengan mengkonversikan CO menggunakan

    steam menjadi H2 dan CO2), dan penghilangan CO yang dapat mengurangi

    komposisi gas-gas inert yang akan masuk ke dalam proses. Reaksi reformasi metana

    dijalankan di dalam autothermal reformer (ATR), sedangkan penghilangan CO

    dilakukan menggunakan proses amine treating.

    1.6.5 Pemurnian Gas

    Syngas yang dihasilkan dari proses gasifikasi mengandung berbagai

    kontaminan seperti partikulat, tar yang mudah terkondensasi, senyawa alkali, H2S,

    HCl, NH, dan HCN. Kontaminan-kontaminan tersebut dapat menurunkan proses

  • 5/21/2018 BAB I DME Dari Kelapa Sawit Rev1

    30/31

    sintesis FT akibat peracunan katalis. Sulfur merupakan racun katalis CO dan Fe (juga

    merupakan racun bagi katalis reaksi pergeseran dan reformasi), karena dapat

    menutupi area aktif katalis. Toleransi terhadap kontaminan tersebut sangat rendah,

    sehingga diperlukan proses pembersihan yang lebih mendalam dengan menggunakan

    pelarut organik monoetil amin (MEA).

    1.6.6 Proses Sintesa Metanol

    Gas yang sudah dimurnikan kemudian dialirkan ke dalam reaktor konversi

    metanol untuk mengkonversi gas menjadi metanol. Kenaikan tekanan operasi akan

    menyebabkan bertambahnya gas terlarut dalam cairan. Untuk itu, dilakukan

    penurunan tekanan agar gas-gas terlarut menguap dan volatile impurities serta gas

    inert dipisahkan dari metanol mentah. Kemudian dilakukan proses distilasi dimana

    produk bawah merupakan liquid metanol sedangkan produk atasnya berupa uap yang

    masih mengandung metanol. Uap tersebut akan dikondensasi untuk direcycle. Liquid

    metanol yang dihasilkan masih memiliki temperatur yang tinggi maka diperlukan

    proses pendinginan untuk mendapatkan metanol yang diinginkan.

    1.6.7 Proses Dehidrasi Metanol

    Reaksi yang terjadi adalah :

    2CH3 OH(g) ---------> (CH3)2O(g) + H2O(l)

    Dengan kondisi operasi :

    Suhu : 250C370C

    Tekanan : 12 atm

    Katalis : Al2O3.SiO2

    Fase : Gas

    Bahan baku yang digunakan adalah metanol cair hasil produk dari sintesa

    metanol yang diuapkan dengan vaporizer, kemudian diumpankan kedalam heat

  • 5/21/2018 BAB I DME Dari Kelapa Sawit Rev1

    31/31

    exchanger, setelah itu dimasukkan kedalam reaktor yang berisi katalis Al 2O3.SiO2.

    Reaksi berlangsung dalam fase gas, menggunakan reactor fixedbed adiabatis karena

    panas reaksinya tidak terlalu besar, hanya11,770 kJ/kmol pada 2600C. Dari reaktor,

    dimetil eter, metanol dan air didistilasi dengan menara distilasi. Hasil atas distilasi

    pertama merupakan produk yang diharapkan langsung disimpan ke alat penyimpan,

    sedang hasil bawahnya adalah metanol dan air didistilasi kembali dalam menara

    distilasi kedua. Hasil atas distilasi kedua adalah metanol yang kemudian di recycle

    ke vaporizer dan hasil bawah adalah air buangan. Proses dehidrasi metanol,

    merupakan proses yang dipakai secara luas sebab sederhana dan kemurnian

    produknya tinggi. ( mg engineering.lurgi,2002 )