bab i daste vital
DESCRIPTION
tanda tanda vitalTRANSCRIPT
BAB I
1.1 Dasar Teori
Pengukuran tanda-tanda vital sangat diperlukan untuk pemeriksaan sebagian
besar fungsi dasar tubuh. Pemeriksaan ini harus dilakukan secara rutin oleh
tenaga medis professional dan penyedia perawatan sebelum merawat seorang
penderita. Tanda-tanda vital utama meliputi empat tanda utama, yaitu (1)
Tekanan Darah (2) Denyut Nadi (kecepatan, irama, kualitas) (3) Pernafasan
(kecepatan, kedalaman, dan irama) (4) Suhu Tubuh; dan (5) Berat Badan (BB)
serta Tinggi Badan (TB).
1.1.1 Teori Dasar Pengukuran Tekanan Darah
Tekanan darah adalah gaya yang diterima per satuan luas dinding
pembuluh darah yang diberikan oleh cairan darah. Pada dasarnya cara
pengukuran tekanan darah ada dua mcam, yaitu :
(1) Cara langsung
Merupakan cara pengukuran yang paling tepat untuk menentukan
tekanan darah yaitu dengan menggunakan jarum atau kanula yang
dimasukkan ke dalam pembuluh darah untuk dihubungkan dengan
manometer.
(2) Cara Tak Langsung
Menggunakan alat manometer. Macam Manometer bermacam-macam
seperti : tensimeter terbuka (tensimeter air raksa); tensimeter tertutup
(Sphygomanometer/tensimeter pegas); tensimeter pegas/elektrik
Tensimeter terdiri dari manset hawa, pompa karet, skrup, klep dan
manometer raksa (manometer terbuka) atau manometer anaeroid
(tertutup). Selain cara tersebut, cara pengukuran tidak langsung dapat
pula digunakan tensimeter elekronik/digital, yang dapat dipasang di paha,
lengan atas, pergelangan tangan, kepala atau di jari tangan.
1
Lazimnya pengukuran dilakukan pada A. Brachialis pada lengan
atas atau A. Femoralis pada tungkai atas. Panjang manset disyaratkan
selebar kira-kira 2-3 lingkar bagian tersebut. Teknik pengukuran dengan
manometer ada dua cara, yaitu :
(1) Palpalasi, hanya dapat menentukan systole
(2) Auskultasi, dengan bantuan alat stetoskop. Dengan dua cara ini
dapat diukur tekanan systole maupun diastole. Sedang, pada
tensimeter elektronik, selain dapat mengukur systole dan diastole
juga dapat mengukur kontraksi jantung atau denyut nadi.
Tekanan systole dihasilkan oleh dinding pembuluh darah setiap kali
jantung kontraksi, dan memompanya ke dalam pembuluh darah.
Tekanan diastole adalah tekanan paling rendah ketika jantung istirahat
dan sedang terjadi pengisian darah. Satuan darah adalah “mmHg
(millimeter air raksa)”. Seornag tidak dapat mengukur tekanan
darahnya sendiri kecuali menggunakan tensimeter elektronik.
Tabel 1.1 Klasifikasi Tekanan Darah Pada Orang Dewasa
Kategori Systole Diastole
Hipotensi < 90 mmHg < 60 mmHg
Optimal < 120 mmHg < 80 mmHg
Norrmal < 130 mmHg < 85 mmHg
Normal tinggi 130-139 mmHg 85-89 mmHg
Stadium 1
(Hipertensi ringan) 140-159 mmHg 90-99 mmHg
Stadium 2
(Hipertesi sedang) 160-179 mmHg 100-109 mmHg
Stadium 3
2
(Hipertensi berat) 180-209 mmHg 110-119 mmHg
Stadaium 4
(Hipertensi sangat berat) 210 mmHg 120 mmHg
Sumber : WHO – International, European & British Hypertensi Society (2004)
Tekanan dapat berbeda dari nilai normal, tergantung keadaan faal tertentu atau
kelainan patologis, seperti shock, gangguan faal ginjal, trauma kapitis tumor adrenal
dan lain-lain. keadaan tekanan darah yang lebih rendah dari normal disebut Hipotensi.
Sedangkan tekanan darah lebih tinggi disebut Hipertensi (lihat tabel 1.1). Tekanan
darah normal dewasa muda adalah 120/80 mmHg (berdasarkan suatu konvensi nilai
atas adalah nilai tekanan systole dan nilai bawah adalah nilai tekanan diastole). Nilai
tekanan darah normal ini dapat dirubah sesuai dengan perjalanan usia. Diagnose
hipertensi pada umumnya ditegakkan setelah dilakukan pengukuran secara berulang
selama beberapa hari.
1.1.2 Teori Dasar Denyut Nadi (Heart Rate)
Denyut nadi adalah jumlah kontraksi jantung permenit. Pemeriksaan denyut
nadi meliputi irama dan kekuatan kontraksinya. Denyut nadi pada dewasa muda
normal adalah 60-100 kali per menit. Pengukuran yang palin tepat untuk denyut nadi
adalah di A.karotis dan A.brachialis karena lebih dekat dengan aorta sehingga lebih
kecil disortasinya. Denyut nadi inii dapat menigkat saat berolah raga, sakit, trauma,
dan emosi. Wanita berumur 12 tahun ke atas pada umumnya memiliki denyut nadi
lebih cepat dari laki-laki. Olahragawan pada saat istirtahat dapat memiliki denyut
mendekati 40 kali per menit. Keadaan ini dianggap normal untuk olahragawan.
1.1.3 Teori Dasar Frekuensi Nafas
Respiras/pernafasan adalah jumlah pernafasan/inspirasi per menit. Pernafasan
pada umumnya mempunyai kecepatan yang lebih rendah dan tidak teratur
dibandingkan denyut nadi, oleh karena itu perhitungan frekuensi nafas hendaknya
dilakukan dalam satu menit untuk menghindari kesalahn. Selain kecepatan/frekuensi
3
nafas, dalam pemeriksaan nafas hendaknya diperhatikan pola-pola pernafasan (dada,
perut, mulut, hidung), usaha nafas (berkaitan dengan ada sumbatan atau tidak),
penggunaan otot-otot tambahan, dan volume nafas (pendek/panjang/dalam).
Pengukuran dilakukan ketika orang coba dalam keadaan istirahat, dengan menghitung
berapa kali jumlah dada terangkat per menit. Jumlah respirasi normal pada orang
dewasa adalah 15-20x/menit ketika istirahat. Kecepatan respirasi dapat meningkat
pada kondisi demam, sakit, atau kondisi kesehatan lain.
1.1.4 Teori Dasar Suhu Tubuh
Suhu tubuh setiap bagian tubuh berbeda. Suhu pada tubuh bagian dalam
adalah yang paling tinggi, dan semakin keluar semakin rendah. Selain itu, suhu tubuh
dapat terjadi variasi dalam sehrai, yaitu mencapai 0,6ºC (1ºF), tertinggi pada jam
8.00-11.00 dan terendah pada jam 4.00-6.00 pagi. Selain itu, suhu seseorang dapat
bervariasi tergantung pada jenis kelamin, aktivitas yang baru dilakukan, konsimsi
makanan dan minuman, saat siklus menstruasi,dll. Secara normal suhu tubuh manusia
adalah 36,5ºC (97,8ºF)- 37,2ºC (99ºF) sesuai dengan The American Medical
Association.
Pengukuran suhu tubuh dapat dilakukan dengan berbagai cara sebagai berikut
1. Melalui Oral / Mulut ;
Pengukuran suhu dapat dilakukan memalui rongga mulut dengan thermometer
/ kalsik / air raksa atau dengan thermometer modern / thermometer digital.
Suhu oral 36,8ºC +0,35ºC (98,3 +0,5ºF).
2. Melalui Rektal / anus ;
Pengukuran suhu tubh dapat dilakukan melalui rektal/ anus, menggunakan
thermometer air raksa digital. Pengukuran suhu melalui anus normal adalah
37,2ºC +0,3ºC (99,0 +0,5ºF). Pengukuran suhu rektal cenderung 0,5ºC +0,7ºF
lebih tinggi dari pemeriksaan melalui mulut.
4
3. Melalui Aksial / Ketiak ;
Pengukuran suhu dapat dilakukan melalui aksial/ ketiak, emnggunakan
tehrmometer air raksa digital. Pengukuran suhu dengan cara ini cenderung
0,6ºC (1ºF) dibawah suhu tubuh melalui mulut.
4. Melalui Telinga ;
Pengukuran suhu dapat dilakukan melaui telinga, menggunakan thermometer
khusus yang bias mencatat suhu tubuh dengan cepat melaui silinder telinga.
Pengukuran dengan cara ini dapat menunjukkan temperatur inti tubuh (suhu
oragan-oragan internal).
Suhu tubuh ini dapat berubah semakin tinggi atau semakin rendah. Perubahan
suhu yang semakin tinggi dapat disebabkan karena Demam(fever). Demam
(disebut juga pireksa) adalah suhu tubuh yang disebabkan karena adanya
abnormal proses dalam tubuh. Perbedaan suhu tubuh ini sangat tergantung
pada macam penyakit yang mempengaruhinya. Sedang, perubahan ke suhu
lebih rendah disebut hipotermia (dibawah 95ºF).
1.1.4 Teori Dasar Berat Badan dan Tinggi Badan
Pengukuran fisik Tinggi Badan (TB) dan Berat Badan (BB) sangat
diperlukan dalam memperoleh informasi tambahan yang menegakkan
diagnosis, terutama yangg berkaitan dengan hormonal metabolik.
Pemeriksaan TB harus dilakukan dengan posisi berdiri. Beraty Badan
seringkali diperbandingkan dengan Berat Badan Ideal.
Berat Badan Ideal Wanita ;
BB ideal maks wanita = Tinggi Badan (TB) -110
BB ideal min wanita = BB ideal maks – (BB ideal maks x 10%)
Berat Badan Ideal Pria ;
5
BB ideal maks pria = Tinggi Badan (TB) -110
BB ideal min pria = BB ideal maks – (BB ideal maks x 10%).
Selain itu pengukuran TB dan BB dapat juga digunakan untuk
mengetahui Indeks Masa Tubuh = IMT (Body Mass Iondex = BMI ) yang
dapat digunakan untuk memprediksi kesehatan penderita.
IMT/BMI = BB (kg) / TB² (m²) ; Perhitungan dirujuk pada klasifikasi
IMT
Klasifikasi IMT / BMI (Classification of Overweight and Obesity by BMI,
Waist Circumference, and Associated Risk, WHO, 1997) :
BB sangat kurus (kurus beresiko ) = IMT <18,5 kg/m²
BB kurang (kurus) = IMT <18,5 kg/m²
BB normal = 18,5 – 24,9 kg/m²
BB berlebih (agak gemuk) = 25,0 -29,9 kg/m²
Obesitas klas 1 (gemuk) = 30,0-34,9 kg/m²
Obesitas klas 2 (sangat gemuk) = 35,0 -39,9 kg/m²
Ekstrem Obes / obesitas klas 3 (amat sangat gemuk) = ≥40,0 kg/m²
BAB II
6
2.1 HASIL PERCOBAAN
2.1.1 Pengukuran Tekanan Darah (mmHg)
oran
g
Parameter Sphygmomanometer aneroid Digital
I II III rerata I II III rerata I II III rerata
Ke-1 Tangan
kanan
123
85
120
82
121
83
120
78
120
78
120
78
100
70
105
70
103
70
Tangan
kiri
124
80
124
85
124
82
120
78
120
78
120
78
110
80
110
80
110
80
Ke-2 Tangan
kanan
100
70
100
70
100
70
100
60
100
62
82
48
100
68
101
57
102
79
Tangan
kiri
99
70
98
70
98
70
110
70
110
70
92
62
107
69
101
56
111
79
2.1.2 Pengukuran Sikap Tubuh (mmHg)
7
orang Parameter Berbaring Duduk Berdiri
I II III rerata I II III rerata I II III rerata
Ke-1 Tangan
kanan
111
69
108
66
109
67
124
68
120
61
120
78
124
68
120
61
122
64
Tangan
kiri
114
70
110
70
112
70
113
64
110
58
120
78
113
64
110
58
111
61
Ke-2 Tangan
kanan
90
53
89
47
88
50
82
48
81 100
61
82
48
81
44
81
46
Tangan
kiri
98
51
92
48
92
47
92
62
110
70
110
70
92
68
91
52
91
57
2.1.2 Pengaruh Latihan
8
orang parameter Nadi
(kali/menit)
Sistole
(mmHg)
Diastole
(mmHg)
Ke-1 3 menit pertama 89 152 84
6 menit 97 147 90
9 menit 108 159 95
11 menit 96 144 82
Ke-2 3menit pertama 114 118 76
6 menit 99 125 74
9 menit 91 130 81
11 menit 105 132 72
9
2.1.3 Pengaruh Stress : Cold Pressure Test
Orang Parameter Sistole (mmHg) Diastole (mmHg)
Ke-1 Pra Stress 120 80
30 detik 125 80
60 detik 139 98
2.1.4 Pengukuran Denyut Nadi
Posisi Dilakukan pada Denyut (kali)
Duduk A.Brachialis 78
A.Carotis 100
Berdiri A.Brachialis 77
A.Carotis 108
Berbaring A.Brachialis 70
A.Carotis 90
2.1.5 Pengukuran Frekuensi Nafas
Orang coba : Yusron (laki-laki)
18 kali per menit
10
2.1.6 Pengukuran Suhu Tubuh
Percobaan Oral (ºC) Ketiak (ºC)
I 37,1 36,6
II 37,2 36,7
2.1.7 Pengukuran Tinggi Badan dan Berat Badan
Nama BB (kg) TB (m) Bbmaks
(kg)
Bbmin
(kg)
IMT
(kg/m²)
Klasifikasi
Medina 45 1,55 45 41,5 18,7 Normal
Fikhih 50 1,56 46 41,4 20,54 Normal
Annisa 49 1,56 46 41,4 20,13 Normal
Yusron 54 1,68 58 52,2 19,13 Normal
Nazala 50 1,52 42 37,8 21,64 Normal
Rina 49 1,60 50 45 19,14 Normal
2.2 PERTANYAAN DAN JAWABAN DARI PERCOBAAN
11
2.2.1 Percobaan Tekanan Darah
1) Apakah ada perbedaan hasil pengukuran darah dilakukan dengan tensimeter
konvensional dan digital ? Ada
2) Apakah ada perbedaan hasil pengukuran darah dilakukan pada lengan kanan
dan kiri ? Ada
3) Apakah ada perbedaan hasil pengukuran A.Radialis, A karotis, dan A.
Brachialis? Ada
4) Apakah ada perbedaan tekanan darah yang diukur dengan perbedaan posisi ?
jelaskan mengapa? Ada. karena adanya pengaruh gaya gravitasi dan pengaruh
mekanisme baroreseptor
5) Sebutkan faktor apa saja yang mempengaruhi tekanan darah?
a. Faktor Fisiologi :
kelenturan dinding arteri
volume darah, semakin besar volume darah maka semakin
tinggi tekanan darah
kekuatan gerak jantung
vikositas darah, semakin besar vikositas maka semakin besar
resistensi terhadap aliran
curah jantung, semakin tinggi maka tekanan darah meningkat
kapasitas pembuluh darah, makin besar maka semakin tinggi
tekanan darah
b. Faktor Patologis
12
Posisi tubuh : baroreseptor akan merespon saat tekanan darah
menurun dan berusaha menstabilkan tekanan darah
Aktivitas fisik : membutuhkan energi sehingga butuh aliran
cepat untuk suplai O2 dan nutrisi sehingga tekanan darah naik
Temperature
Usia : semakin bertambah umur maka semakin tinggi tekanan
darah karena berkurangnya elastisitas pembuluh darah.
Jenis kelamin : wanita cenderung rendah tekanan darahnya
karena komposisi tubuh yang lebih banyak lemak sehingga
butuh O2 lebih untuk pembakaran
Emosi
6) Jelaskan kemungkinan yang dapat terjadi di bidang kedokteran gigi jika pada
penderita tidak dilakukan pengukuran tanda-tanda vital lebih dahulu ?
Jika ada pasien yang mempunyai riwayat penyakit hipertensi,
diabetes, penyakit jantung, asma dan lain-lain, lalu dokter langsung
melakukan tindakan operatif ( pencabutan gigi, atau pemberian
suntikan) maka akan membahayakan kondisi pasien, misalnya pada
penderita hipertensi saat tekanan darah sedang tinggi, maka tekanan
yang dihasilkan di pembuluh darah juga besar. Jika dilakukan cabut
gigi, maka bisa menyebabkan pendarahan atau darah susah sekali
dihentikan, tidak menutup kemungkinan pasien akan mengalami syok.
2.2.2 Percobaan Denyut Nadi
13
1) Mengapa mahasiswa kedokteran gigi harus mengukur denyut nadi
sebelum melakukan tindakan operatif ? Agar mengetahui sistem
kardiovaskuler pasien dan kondisi tubuh pasien dalam keadaan baik
atau tidak.
2) Faktor apa saja yang mempengaruhi denyut nadi?
factor – factor yang mempengaruhi denyut nadi adalah kondisi ( sehat
atau sakit ), kegiatan kita ( istirahat atau bekerja berat ), usia kita ( tua
atau muda ), berat badan kita ( kurus atau gemuk ), jenis kelamin kita (
wanita atau pria ), obat yang sering dikonsumsi, dan suhu tubuh.
3) Apakah ada perbedaan pengukuran denyut nadi pada berbagai posisi
tubuh? Jelaskan Mengapa ! Ada, karena adanya pengaruh gaya
gravitasi dan pengaruh mekanisme baroreseptor.
4) Mengapa saat bekerja denyut nadi meningkat?
Jika otot bekontraksi, maka otot perlu suplai oksigen lebih banyak.
Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, jantung memompa darah lebih
cepat agar aliran darah ke otot meningkat sehingga denyut nadi
meningkat.
5) Bagaimana cara menentukan denyut nadi maksimal dan optimal?
Denyut nadi maksimal adalah maksimal denyut nadi yang dapat
dilakukan pada saat melakukan aktivitas maksimal.untuk menentukan
denyut nadi maksimal digunakan rumus 220-umur, sedangkan Denyut
Nadi Optimal dengan menggunakan rumus Denyut Nadi maksimal
dikalikan 80% sehingga bisa mengetahui denyut nadi per menit.
2.2.3 Percobaan Suhu Tubuh
14
1) Mengapa pengukuran suhu tubuh di ketiak berbeda ? Berapa perbedaannya ?
jelaskan !
terjadi perbedaan suhu di ketiak sekitar 0,1 hal ini terjadi karena
perbedaan waktu. Jika terlalu lama di letakkan di ketiap otomatis suhu
semakin panas dan akhirnya suhu termometer menunjukkan
peningkatan.
2) Kapan harus melakukan pengukuran suhu tubuh di rongga mulut atau
pengukuran di bagian tubuh lain ?
Mengukur suhu tidak dilakukan sehabis makan atau melakukan
aktivitas , jangan sekali-kali mengukur suhu tubuh penderita pada
waktu duduk atau segera setelah ia bangun , setelah waktu kunjungan ,
pemeriksaan atau pengobatan dan perawatan yang melelahkan , jadi
harus dalam keadaan istirahat, karena pembentukan panas oleh tubuh
merupakan hasil metabolisme tubuh .Sumber utama dari panas badan
adalah pembakaran makanan terutama di dalam hati dan otot-otot
bergaris. Selain itu digunakan jika memang diperlukan misalnya saat
kita terkena demam atau penyakit yang lain yang berkaitan dengan
suhu tubuh.
2.2.4 Percobaan Pengukuran Tinggi Badan dan berat Badan
1) Apakah pengukuran TB dan BB diperlukan di bidang kedokteran gigi ?
jelaskan untuk apa? Iya. Karena dari BB maupun TB kita sebagai dokter bisa
menilai kondisi fisik dari pasien, sehingga kita bisa mengethaui riwayat
penyakit yang diderita pasien. Jadi kita tidak langsung secara sembarangan
melakukan tindakan operatif pada pasien.
2) Apakah akibat jika seseorang termasuk kurus beresiko dan apa pula akibat
bagi yang terlalu gemuk? Jelaskan !
15
Jika badan terlalu gemuk maka akan menyebabkan obesitas dan
gampang sekali terserang penyakit seperti hipertensi, kolesterol tinggi,
diabetes, dan penyakit jantung, sedangkan resiko jika badan terlalu kurus
adalah mudah sekali patah tulang karena makin sedikit lemak tubuh, makin
sedikit estrogen yang dihasilkan sehingga tulang menjadi rapuh karena
massanya sedikit, selain itu juga bisa terserang Arthritis dan gangguan
jantung, paru-paru kronis seperti asma, bronkitis dan pneumonia . Terlalu
kurus menyebabkan tubuh perempuan kekurangan adipokin, sejenis sel yang
diproduksi di lemak untuk membantu daya tahan tubuh.
BAB III
PEMBAHASAN
16
3.1 Percobaan Tekanan Darah
Kami menggunakan tensimeter air raksa, aneroid, dan digital. Pada hasil
praktikum kami diperoleh data tekanan darah yang berbeda dari masing-masing
tensimeter. (lihat tabel 2.1.1)
Selain itu, pada praktikum ini kami menggunakan dua orang coba dengan
jenis kelamin yang berbeda (orang ke 1=laki-laki dan ke-2=perempuan) dan
melakukan pengukuran tekanan darah (sistole dan diastole) di tangan kanan dan kiri
serta pada posisi tubuh yang berbeda pula, yaitu posisi berbaring terlentang, duduk,
dan berdiri. Kami memperoleh hasil tekanan darah yang berbeda (Lihat tabel 2.1.2).
Hal ini terjadi karena,
1) Dilihat dari sisi jenis kelamin laki-laki dan perempuan
Pada hasil pengamatan kami diperoleh tekanan darah laki-laki yang lebih
tinggi. Karena pada orang coba ke-2 (perempuan) pada kelompok kami
memang dari kecil memiliki tekanan darah rendah.
2) Pada tangan kanan dan tangan kiri terjadi perbedaan tekanan darah , Idealnya,
tekanan darah akan sama saja saat diukur di tangan tangan kanan maupun
tangan kiri. Perbedaan hasil pengukuran tekanan darah antara tangan kanan
dan tangan kiri menunjukkan adanya penyumbatan nadi di bawah tulang
selangka. Jika pada tangan kanan dan tangan kiri memiliki selisih sistole lebih
dari 15mmHg maka perlu diwaspadai gangguan pada jantung. Tetapi
perbedaan tekanan darah pada kelompok kami ini pertama disebabkan oleh
kurang akuratnya saat pengukuran menggunakan tensi, dan karena faktor
orang coba kami bergerak-gerak, bergurau, berbicara, kesalahhan
pemeriksaan pendengaran karena kurang konsentrasi, dan pemasangan manset
yang terlalu kencang atau longgar.
3) Tekanan darah dan denyut nadi seseorang juga dipengaruhi oleh
posisi tubuh seseorang. Pada hasil pengamatan kelompok kami
17
diperoleh data tekanan darah saat berbaring lebih tinggi daripada
posisi duduk dan berdiri. Jadi hasil percobaan kami tersebut tidak
sesuai dengan teori, yaitu posisi berbaring itu tekanan darah nya
lebih rendah karena diasumsikan pada keadaan istirahat jadi
ketengan fisik dan psikis menurun. Sedangkan pada saat berdiri itu
tekanan darah naik karena berdiri itu memerlukan energi yang lebih
besar dan juga pengaruh gaya gravitasi yang memperlancar aliran
darah sehingga banyak denyut yang dihasilkan.
3.2 Pengukuran Denyut Nadi
Pada praktikum kami diperoleh hasil denyut nadi yang berbeda setelah
dilakukan aktivitas dan diamati setiap interval waktu, yaitu peningkatan dan
penurunan denyut nadi yang tidak teratur disetiap interval waktu pengamatan. (lihat
tabel 2.1.3). jadi hasil percobaan kami tidak sesuai dengan teori yang menyebutkan
bahwa pada saat beraktivitas jantung memompa darah lebih cepat untuk memenuhi
kebutuhan oksigen yang telah banyak terpakai pada saat melakukan aktivitas. Oleh
karena itu, setelah selesai melakukan aktivitas denyut nadi bertambah untuk
memenuhi kebutuhan oksigen, kemudian denyut nadi semakin lama semakin
menurun hingga kembali ke normal karena kebutuhan oksigen telah terpenuhi.
3.3 Pengukuran Frekuensi Nafas
Pada praktikum kami diperoleh hasil pengamatan frekuensi pernapasan pada
orang coba kami Yusron (18 tahun) sebanyak 18 kali per menit dan kami mengamati
tidak ada penyyumbatan nafas, pola nafas dan kontraksi otot-otot leher, sehingga
pernafasan orang coba kami normal. Jadi hasil praktikum kami sesuai dengan teori
yang menyakan bahwa Frekuensi Pernafasan Normal pada usia 14 - 18 tahun
sebanyak 16 - 18x/menit.
3.4 Pengukuran Suhu
18
Kelompok kami mengukur suhu pada oral dan ketiak. Diperoleh data
percobaan I dan II bertambah suhunya (lihat tabel 2.1.6). jadi percobaan kami sesuai
dengan teori yang menyatakan bahwa suhu di oral lebih tinggi daripada di ketiak .
3.5 Pengukuran Tinggi Badan dan Berat Badan
Dari hasil pengukuran tinggi badan dan berat badan dari masing-masing
anggota kelompok kami, lalu dihitung Indeks Massa Tubuh nya, semua anggota
kelompok kami termasuk dalam klasifikasi “Normal”.
BAB IV
KESIMPULAN
Dari praktikum yang telah kelompok kami lakukan bisa diambil kesimpulan bahwa,
19
Tekanan darah dan denyut nadi seseorang juga dipengaruhi oleh
posisi tubuh seseorang, yaitu posisi berbaring itu tekanan darah nya
lebih rendah karena diasumsikan pada keadaan istirahat jadi ketengan
fisik dan psikis menurun. Sedangkan pada saat berdiri itu tekanan
darah naik karena berdiri itu memerlukan energi yang lebih besar dan
juga pengaruh gaya gravitasi yang memperlancar aliran darah
sehingga banyak denyut yang dihasilkan.
Saat beraktivitas jantung memompa darah lebih cepat untuk
memenuhi kebutuhan oksigen yang telah banyak terpakai pada saat
melakukan aktivitas. Oleh karena itu, setelah selesai melakukan
aktivitas denyut nadi bertambah untuk memenuhi kebutuhan oksigen,
kemudian denyut nadi semakin lama semakin menurun hingga
kembali ke normal karena kebutuhan oksigen telah terpenuhi.
20