bab i

10
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Stroke merupakan penyebab kematian ketiga terbanyak di Amerika Serikat. Mengacu pada laporan American Heart Association, sekitar 795.000 orang di Amerika Serikat terserang stroke setiap tahunnya. Dari jumlah ini, 610.000 di antaranya merupakan serangan stroke pertama, sedangkan 185.000 merupakan stroke yang berulang. Saat ini ada 4 juta orang di Amerika Serikat yang hidup dalam keterbatasan fisik akibat stroke, dan 15-30% di antaranya menderita cacat menetap (Centers for Disease Control and Prevention, 2009). Jumlah penderita stroke cenderung terus meningkat setiap tahun, bukan hanya menyerang penduduk usia tua, tetapi juga dialami oleh mereka yang berusia muda dan produktif. Saat ini Indonesia tercatat sebagai negara dengan jumlah penderita stroke terbesar di Asia (Yastroki, 2009). Angka ini diperberat dengan adanya pergeseran usia penderita stroke yang semula menyerang orang usia lanjut kini bergeser ke arah usia produktif. Bahkan, kini banyak menyerang anak-anak usia muda (Gemari, 2008).

Upload: betty-susanti

Post on 13-Feb-2016

225 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

skripsii

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Stroke merupakan penyebab kematian ketiga terbanyak di Amerika Serikat. Mengacu

pada laporan American Heart Association, sekitar 795.000 orang di Amerika Serikat

terserang stroke setiap tahunnya. Dari jumlah ini, 610.000 di antaranya merupakan

serangan stroke pertama, sedangkan 185.000 merupakan stroke yang berulang. Saat ini

ada 4 juta orang di Amerika Serikat yang hidup dalam keterbatasan fisik akibat stroke,

dan 15-30% di antaranya menderita cacat menetap (Centers for Disease Control and

Prevention, 2009).

Jumlah penderita stroke cenderung terus meningkat setiap tahun, bukan hanya

menyerang penduduk usia tua, tetapi juga dialami oleh mereka yang berusia muda dan

produktif. Saat ini Indonesia tercatat sebagai negara dengan jumlah penderita stroke

terbesar di Asia (Yastroki, 2009). Angka ini diperberat dengan adanya pergeseran usia

penderita stroke yang semula menyerang orang usia lanjut kini bergeser ke arah usia

produktif. Bahkan, kini banyak menyerang anak-anak usia muda (Gemari, 2008).

Secara ekonomi, insiden stroke berdampak buruk akibat kecacatan karena stroke akan

memberikan pengaruh terhadap menurunnya produktivitas dan kemampuan ekonomi

masyarakat dan bangsa (Yastroki, 2009). Menurut survei tahun 2004, Stroke merupakan

pembunuh no.1 di RS Pemerintah di seluruh penjuru Indonesia. Diperkirakan ada

500.000 penduduk yang terkena Stroke. Dari jumlah tersebut, sepertiganya bisa pulih

kembali, sepertiga lainnya mengalami gangguan fungsional ringan sampai sedang dan

sepertiga sisanya mengalami gangguan fungsional berat yang mengharuskan penderita

terus menerus di tempat tidur (HIMAPID FKM UNHAS,2007).

Page 2: BAB I

Menurut WHO, setiap tahun 15 juta orang di seluruh dunia mengalami stroke. Sekitar 5 juta

menderita kelumpuhan permanen. Di kawasan Asia tenggara terdapat 4,4 juta orang

mengalami stroke (WHO,2010). Pada tahun 2020 diperkirakan 7.6 juta orang akan

meninggal dikarenakan penyakit stroke ini (Misbach, 2010).

Prevalensi (angka kejadian) stroke bisa dilihat di hasil Riset Kesehatan Dasar

(Riskesdas) Peningkatan prevalensi stroke dari 8,3 per 1.000 pada Riskesdas 2007

menjadi 12,1 per 100 pada Riskesdas 2013 (Untuk stroke responden usia 15 tahun ke

atas).Umur 15-24 th (0,2 per seribu), umur 25-34 tahun (0,6 per seribu), umur 35-44

tahun (2,5 per seribu), umur 45-54 tahun (10,4 per seribu), umur 55-64 tahun (24 per

seribu), umur 65-74 tahun (33,2 per seribu) dan umur > 75 tahun (43, 1 per seribu).

Prevalensi pada laki lebih banyak dari pada wanita. Laki 7,1 per seribu, dan wanita 6,8

per seribu (Riskesdas 2013).

Stroke merupakan masalah kesehatan dan perlu mendapat perhatian khusus. Berdasarkan

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), stroke merupakan penyebab kematian dan kecacatan

utama di hampir seluruh RS di Indonesia. Angka kejadian stroke meningkat dari tahun ke

tahun. Setiap 7 orang yang meninggal di Indonesia, 1 diantaranya karena stroke

(DEPKES,2011).

Berdasarkan hasil pengkajian di RW 06 Dusun Templek Desa Darungan Kec.Pare

Kab.Kediri didapatkan 6% dari 15 sampel warga yang diambil mederita stroke.

Adapun faktor risiko yang memicu tingginya angka kejadian stroke adalah faktor yang

tidak dapat dimodifikasi (non-modifiable risk factors) seperti usia, ras, gender, genetik,

dan riwayat Transient Ischemic Attack atau stroke sebelumnya. Sedangkan faktor yang

dapat dimodifikasi (modifiable risk factors) berupa hipertensi, merokok, penyakit

jantung, diabetes, obesitas, penggunaan oral kontrasepsi, alkohol, dislipidemia

(PERDOSSI, 2007).

Page 3: BAB I

Dekubitus merupakan kerusakan atau kematian kulit sampai jaringan di bawah kulit,

bahkan menembus otot sampai mengenai tulang sehingga mangakibatkan gangguan

sirkulasi darah setempat. Dekubitus atau luka tekan adalah kerusakan jaringan yang

terlokalisir yang disebabkan karena adanya kompresi jaringan yang lunak diatas tulang

yang menonjol (bony prominance) dan adanya tekanan dari luar dalam jangka waktu

yang lama. Kompresi jaringan akan menyebabkan gangguan pada suplai darah pada

daerah yang tertekan. Apabila ini berlangsung lama, hal ini dapat menyebabkan

insufisiensi aliran darah, anoksia atau iskemi jaringan dan akhirnya dapat mengakibatkan

kematian sel (Sutanto, 2008 dalam Roy, 2008).

Dekubitus merupakan masalah yang dihadapi oleh pasien-pasien dengan penyakit kronis,

pasien yang sangat lemah, dan pasien lumpuh dalam waktu lama, bahkan saat ini

merupakan suatu penderitaan sekunder yang banyak dialami oleh pasien-pasien yang

dirawat di rumah sakit (Morison, 2003).

Stroke berdasarkan penyebabnya terbagi dua tipe, yaitu stroke hemoragik insidenya 15%

dan stroke iskemik 85% . Stroke Iskemik adalah stroke yang disebabkan karena adanya

pembuluh darah dalam otak yang pecah sehingga darah keluar dari pembuluh darah

tersebut dipaksa masuk kedalam jaringan otak, kemudian merusak sel-sel otak di daerah

tertentu, sehingga pada akhirnya otak yang terkena tidak dapat berfungsi dengan baik.

Hal ini disebabkan oleh thrombus yang menyubat aliran darah di otak , karena

kekurangan oksigen maka akan terjadi infak jaringan sereberal yang menggangu

hemisfere kanan dan hemisfere kiri salah satu gejala yang muncul bisa terjadi hemiplagi

kiri dan hemiplagi kanan yang menyebabkan kelemahan fisik. Dari kelemahan fisik

dapat menimbulkan kekuatan otot klien menurun, atropi otot, kontraktur, deformitas,

tonus otot dan pergerakan terbatas.

Page 4: BAB I

Range of motion yang digunakan adalah Range Of Motion aktif yaitu kemampuan klien

dalam melakukan pergerakan secara mandiri. Range Of Motion aktif diindikasikan Pada

saat pasien dapat melakukan kontraksi otot secara aktif dan menggerakkan ruas sendinya

baik dengan bantuan atau tidak, pasien memiliki kelemahan otot dan tidak dapat

menggerakkan persendian Pemulihan fisik yang lebih cepat dan optimal salah satunya

dengan melatih persendian dengan melakukan gerakan Range of motion (ROM) untuk

mempertahankan kekuatan otot maka klien akan terhindar dari komplikasi dan

immobilisasi. Selain terhindar dari komplikasi atupun immobilisasi . Gerakan Range of

motion sendiri dapat memberikan manfaat untuk menentukan nilai kemampuan sendi

tulang dan otot dalam melakukan pergerakan, memperbaiki tonus otot, memperbaiki

toleransi otot kemudian akan mingkatkan mobilitas pasien.

Dengan adanya hambatan mobilitas fisik pada pasien dengan stroke maka pasien akan

cederung bedrest dan jarang mobilisasi secara mandiri hal yang demikian dapat

meningkatkan resiko terjadinya dekubitus akibat tirah baring terlalu lama dengan

penanganan atau perawatan yang kurang tepat.

Ketidakmampuan masyarakat dalam mengenal masalah kesehatan merupakan salah satu

faktor pencetus terjadinya suatu komplikasi penyakit yang buruk. Untuk masyarakat

yang hidup di desa dengan segala keterbatasan khususnya pada sumber informasi dan

pengetahuan cenderung menanggapi masalah kesehatan sebagai hal yang biasa, karena

berawal dari ketidaktahuan tentang masalah yang dihadapi sehingga dibiarkan tanpa ada

penanganan yang serius. Oleh karena itu pengetahuan dan informasi yang jelas sangat

penting bagi masyarakat yang ada di desa khususnya informasi tentang masalah

kesehatan. Tindakan pencegahan dan pengenalan ROM untuk mencegah dekubitus pada

penyakit stroke mungkin bisa menjadi pilihan untuk bisa mengurangi angka kejadian

dekubitus pada pasien stroke.

Page 5: BAB I

Betty Neuman (1972) mengidentifikasikan manusia secara utuh merupakan gabungan

dari konsep holistic dan pendekatan system terbuka (Mariiener-Tomey, 1994). Bagi

neuman manusia merupakan makhluk dengan kombinasi kompleks yang dinasmis dari

fisiologis, sosiokultural dan variabel perkembangan yang berfungsi sebagai system

terbuka. Sebagai system terbuka manusia berinteraksi beradaptasi dan disesuaikan

dengan lingkungan yang digambarkan sebagai stressor (Chinn dan Jacobs, 1995). Betty

neuman ini memberikan penekanan pada penurunan stress dengan cara memperkuat

garis pertahananan diri yang berisfat : fleksibel, normal dan resisten.

1.2 Rumusan Masalah

Stroke merupakan suatu gangguan disfungsi neurologist akut yang disebabkan oleh

gangguan peredaran darah, dan terjadi secara mendadak (dalam beberapa detik) atau

setidak-tidaknya secara cepat (dalam beberapa jam) dengan gejala-gejala dan tanda-

tanda yang sesuai dengan daerah fokal otak yang terganggu (World Health Organization,

2005). Tindakan pencegahan dan pengenalan atau pemberian informasi tentang ROM

mungkin bisa menjadi pilihan untuk bisa mengurangi angka kejadian dekubitus pada

penyakit stroke. Melihat kondisi seperti ini maka penulis merumuskan masalah

”Bagaimanakah aplikasi intervensi asuhan keperawatan ROM tentang pencegahan

dekubitus pada pasien stroke dengan pendekatan teori model Betty Neuman?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Menganalisis intervens ROM untuk penceghan dekubitus pada stroke dengan

pendekatan teori model Betty Neuman.

Page 6: BAB I

1.3.2 Tujuan Khusus

1.3.2.1 Mengidentifikasi askep kasus 1 dengan intervens ROM untuk penceghan dekubitus

pada stroke dengan pendekatan teori model Betty Neuman.

1.3.2.2 Mengidentifikasi askep kasus 2 dengan intervens ROM untuk penceghan dekubitus

pada stroke dengan pendekatan teori model Betty Neuman.

1.3.2.3 Menganalisis perbandingan intervens ROM untuk penceghan dekubitus pada stroke

pada kasus 1 dan 2 dengan pendekatan teori model Betty Neuman.

1.4 Manfaat penelitian

1.4.1 Manfaat teoritis

Hasil dari penulisan laporan peminatan klinik ini dapat meningkatkan ilmu

pengetahuan dan menambah wawasan terutama tentang penerapan model konsep

keperawatan menurut Betty Neuman dalam asuhan keperawatan keluarga tentang

stroke

1.4.2 Manfaat praktis

1.4.2.1 Bagi Mahasiswa

Menambah wawasan dan pengetahuan mahasiswa tentang penerapan model konsep

keperawatan menurut Betty Neuman dalam asuhan keperawatan keluarga tentang

stroke.

1.4.2.2 Bagi klien

Untuk menambah pengetahuan klien tentang cara mencegh resiko dekubitus pada

stroke yang benar sesuai dengan standart asuhan keperawatan.

1.4.2.3 Bagi Instansi Kesehatan

Untuk meningkatkan kemampuan tenaga kesehatan dalam menerapkan asuhan

keperawatan keluarga dengan baik dan benar.