bab i

10
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Upaya pemerintah dalam menangani ledakan penduduk di Indonesia dapat di upayakan dengan berbagai usaha salah satunya adalah dengan pembatasan kelahiran dengan jalan program pemerintah yaitu Keluarga Berencana (KB). Keluarga Berencana terbukti efektif dalam mencegah ledakan penduduk di Indonesia (Fajriansi, 2013). Keluarga Berencana bukanlah sesuatu hal yang pertama atau baru di masyarakat yang digalakan pemerintah karena pada dasarnya menurut sejarah perkembanganya Keluarga Berencana sudah mulai diprakarsai oleh kelompok yang menaruh perhatian pada masalah kesehatan ibu, yaitu pada awal abad XIX di Inggris yaitu Maries Topes (1980-1950) yang menganjurkan pengaturan kehamilan dikalangan buruh 1

Upload: asep-purnama

Post on 16-Dec-2015

1 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

bab 1 tentang skripsi asep purnama

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar BelakangUpaya pemerintah dalam menangani ledakan penduduk di Indonesia dapat di upayakan dengan berbagai usaha salah satunya adalah dengan pembatasan kelahiran dengan jalan program pemerintah yaitu Keluarga Berencana (KB). Keluarga Berencana terbukti efektif dalam mencegah ledakan penduduk di Indonesia (Fajriansi, 2013).Keluarga Berencana bukanlah sesuatu hal yang pertama atau baru di masyarakat yang digalakan pemerintah karena pada dasarnya menurut sejarah perkembanganya Keluarga Berencana sudah mulai diprakarsai oleh kelompok yang menaruh perhatian pada masalah kesehatan ibu, yaitu pada awal abad XIX di Inggris yaitu Maries Topes (1980-1950) yang menganjurkan pengaturan kehamilan dikalangan buruh dan berlanjut dengan Margareth Sanger pada tahun 1883-1966 dengan program Birth Control yang merupakan pelopor KB modern. Keluarga Berencana dalam hal ini merupakan pelayanan kesehatan preventif bagi wanita dalam mengupayakan kesehatan reproduksi (BPPKB, 2013).Bertambah pesatnya dunia kesehatan terutama kesehatan ibu dan anak mempermudah masyarakat dalam memilih kontrasepsi yang sesuai dengan mempertimbangkan situasi dan kondisi baik dari segi ekonomi maupun kesehatan dalam memperoleh kontrasepsi.Alat kontrasepsi yang berkembang saat ini di Indonesia sangatlah bervariasi yang dikelompokan sesuai pengguna ataupun jangka waktu yang bersifat sementara ataupun permanen. Sedangkan secara umum metode kontrasepsi terbagi atas dua jenis yaitu barrier (pembatas/penghalang) dan hormone terdapat juga beberapa jenis kontrasepsi yang lain yaitu sterilisasi, KB alami dan abstinence. Salah satu jenis kontrasepsi yang saat ini banyak sekali digunakan di Indonesia adalah metode hormonal salah satunya adalah pil oral yang meliputi pil kombinasi dan pil mini (BKKBN, 2013). Berdasarkan data BKKBN Banten tahun 2013 tentang pelayanan peserta KB baru menurut metode kontrasepsi menyatakan bahwa kontrasepsi yang paling banyak digunakan adalah suntik sebesar 50,80% diikuti dengan pengguna pil sebesar 28,46% (BKKBN, 2013).Berdasarkan data yang telah diuraikan diatas dengan banyaknya partisipasi peserta KB baru menunjukan keberhasilan program KB dan disamping itu bukan berarti tidak timbul masalah sosial maupun kesehatan. Di Indonesia sendiri program KB selain mengalami kendala dalam proses pelaksanaanya program juga ada beberapa masalah dalam penggunaanya salah satunya adalah risiko masalah kesehatan jantung yaitu hipertensi. Sesuai dengan penelitian yang dilakukan Park pada tahun 2013 menyatakan bahwa estrogen dan progesterone diketahui dapat mengatur tranduksi sinyal intraselular dan fungsi sel. Estrogen bereaksi terhadap reseptor estrogen dan diketahui penting sebagai pengatur dari sinyal intraselular, beberapa penelitian lain menyebutkan bahwa estrogen mengatur tekanan pembuluh darah, mediasi nitric oxide, prostacyclin, dan angiontensin serta sistem syaraf simpatis yang dalam hal ini dapat memicu terjadinya peningkatan resistensi pembuluh darah yang dapat menyebabkan hipertensi.Hipertensi merupakan keadaan ketika tekanan darah dipembuluh darah meningkat secara kronis, hal tersebut dapat terjadi karena jantung bekerja lebih keras memompa darah untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi tubuh (Kemenkes, 2013).Menurut World Health Organization (WHO) mencatat pada tahun 2012 sedikitnya 839 juta kasus hipertensi, diperkirakan menjadi 1,15 milyar pada tahun 2025 atau sekitar 29% dari total penduduk dunia, dimana penderitanya lebih banyak wanita (30%) dibandingkan pria (29%). Sedangkan, data yang diambil dari American Heart Association (AHA) penduduk Amerika yang berusia 20 tahun menderita hipertensi telah mencapai angka hingga 74,5 juta jiwa namun hampir sekitar 90-95% kasus tidak diketahui penyebabnya. Hal yang sesuai dengan data World health organization (WHO) terjadi di Indonesia dimana hipertensi berdasarkan jenis kelamin menyatakan bahwa prevalensi hipertensi lebih didominasi oleh perempuan sebesar 28,8% sedangkan untuk laki - laki sebesar 22,8% (Riskesdas, 2013)Sampai saat ini hipertensi merupakan tantangan besar di Indonesia, karena hipertensi merupakan kondisi yang sering ditemukan pada pelayanan kesehatan primer kesehatan. Menurut data Riskesdas 2013 prevalensi hipertensi masih sangat tinggi yaitu 25,8% pada saat ini walaupun ada penurunan dari tahun 2007 sebesar 5,9%. Sedangkan untuk prevalensi hipertensi di Banten sendiri menurut data Riskesdas 2013 adalah sebesar 23% per jumlah penduduk Banten yaitu 11,834,087 pada tahun 2013 dengan absolut hipertensi sebesar 2,721,840 jiwa. Penelitian terkait yang dilakukan oleh Faisal Dkk, 2012 beberapa faktor risiko hipertensi pada wanita pekerja dengan peran ganda adalah penggunaan kontrasepsi oral ( 95% CI=1.159-13.763 OR= 3,99) disamping aktivitas fisik, stress psikososial, obesitas, riwayat keluarga, pendidikan. Sedangkan Penelitian yang dilakukan oleh Park, 2013 menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara lama penggunaan kontrasepsi oral (>24 bulan) dengan peningkatan tekanan darah sistolik dan tekanan darah diastolik dibandingkan dengan responden yang tidak pernah menggunakan kontrasepsi oral (95% CI 1.03-3.73 OR = 1.96) disamping itu, penggunaan kontrasepsi oral >24 bulan dihubungkan dengan peningkatan odds dari prehipertensi (95% CI 1.28-3.90 OR=2.23). Adapun akibat dari hipertensi yang berlangsung lama (persisten) dapat menimbulkan kerusakan pada ginjal (gagal ginjal), jantung (penyakit jantung koroner) dan otak (menyebabkan stroke) bila tidak dideteksi secara dini dan mendapat pengobatan yang memadai adapun prevalensi penyakit jantung koroner (PJK) yang disebabkan hipertensi berdasarkan wawancara umur >15 tahun sebesar 1,5 % dan gagal ginjal kronis > 15 tahun sebesar 0,2%. dan prevalensi kecendrungan terjadi stroke dari 2007 ke 2013 sebesar 3,8% per 1000 penduduk (dari 8,3% menjadi 12,1%).Dengan banyaknya laporan yang menyatakan peningkatan jumlah hipertensi di dunia maupun di Indonesia maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian tentang hubungan penggunaan kontrasepsi oral dengan kejadian hipertensi pada akseptor KB Pil wanita usia subur di wilayah kerja puskesmas Pondok Benda.

B. Rumusan masalahAdakah hubungan penggunaan kontrasepsi oral dengan kejadian hipertensi pada akseptor KB pil wanita usia subur?

C. Tujuan penulisan 1. Tujuan umum Untuk mengidentifikasi hubungan penggunaan kontrasepsi oral dengan resiko prehipertensi dan hipertensi pada akseptor KB wanita usia subur.

2. Tujuan khusus a) Untuk mengidentifikasi penggunaan kontrasepsi oral pada akseptor KB Pil wanita usia subur.b) Untuk mengidentifikasi kejadian hipertensi pada akseptor KB Pil wanita usia subur.c) Untuk mengidentifikasi adakah hubungan penggunaan kontrasepsi oral dengan kejadian hipertensi pada akseptor KB pil wanita usia subur.

D. Manfaat penulisan 1. Bagi Peneliti a. Memberikan tambahan pengetahuan mengenai penggunaan kontrasepsi oral dengan kejadian hipertensi.b. Memberikan referensi tambahan wawasan dan pengetahuan dalam mengembangkan pengetahuan tentang kesehatan wanita khususnya pada penggunaan alat kontrasepsi oral.

2. Bagi STIKes Widya Dharma Husada TangerangHasil penelitian ini diharapkan akan berguna sebagai bahan pustaka bagi STIKes Widya Dharma Husada Tangerang dalam pengembangan pengetahuan riset keperawatan berhubungan dengan pengaplikasian metode kontrasepsi khususnya pada Kontrasepsi Oral.

3. Bagi PuskesmasBagi Puskesmas ataupun pelayanan kesehatan lainya dengan adanya hasil penelitian ini mampu memberikan pendidikan kesehatan dan informasi yang jelas kepada para pengguna kontrasepsi oral tentang penggunaan alat kontrasepsi, keuntungan, dan kerugianya.1