bab i

5
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan Teori modernisasi ternyata mempunyai banyak kelemahan sehingga timbul sebuah alternatif teori yang merupakan antitesis dari teori modernisasi. Kegagalan modernisasi membawa kemajuan bagi negara dunia ketiga telah menumbuhkan sikap kritis beberapa ilmuan sosial untuk memberikan suatu teori pembangunan yang baru, yang tentu saja mempunyai banyak kelebihan dibandingkan dengan teori yang telah ada. Kritikan terhadap modernisasi yang dianggap sebagai “musang berbulu domba” dan cenderung sebagai bentuk kolonialisme baru semakin mencuat dengan gagalnya negara-negara Amerika Latin menjalankan modernisasinya. Andre Gunder Frank sebagai pelopor kemunculan teori dependensi, pada awalnya menyerang pendapat Rostow. Frank menganggap Rostow telah mengabaikan sejarah. Sejarah mencatat bagaimana perkembangan dunia ketiga yang tatanan ekonominya telah dihancurkan oleh negara dunia pertama selama masa kolonial. Pemikiran Frank terus bergulir dan disambut oleh pemikir sosial lainnya seperti Santos, Roxborough, Cardoso dan Galtung. Radikalisme ala Marx Teori dependensi merupakan analisis tandingan terhadap teori modernisasi. Teori ini didasari fakta lambatnya pembangunan dan adanya ketergantungan dari negara dunia ketiga, khususnya di Amerika Latin. Teori dependensi memiliki saran yang radikal, karena teori ini berada dalam paradigma neo-Marxis. Sikap radikal ini analog dengan perkiraan Marx tentang akan adanya pemberontakan kaum buruh terhadap kaum majikan dalam industri yang bersistem kapitalisme. Analisis Marxis terhadap teori dependensi ini secara umum tampak hanya mengangkat analisanya dari permasalahan tataran

Upload: vikrii

Post on 06-Nov-2015

214 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

.

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar BelakangPembangunan Teori modernisasi ternyata mempunyai banyak kelemahan sehingga timbul sebuah alternatif teori yang merupakan antitesis dari teori modernisasi. Kegagalan modernisasi membawa kemajuan bagi negara dunia ketiga telah menumbuhkan sikap kritis beberapa ilmuan sosial untuk memberikan suatu teori pembangunan yang baru, yang tentu saja mempunyai banyak kelebihan dibandingkan dengan teori yang telah ada. Kritikan terhadap modernisasi yang dianggap sebagai musang berbulu domba dan cenderung sebagai bentuk kolonialisme baru semakin mencuat dengan gagalnya negara-negara Amerika Latin menjalankan modernisasinya. Andre Gunder Frank sebagai pelopor kemunculan teori dependensi, pada awalnya menyerang pendapat Rostow. Frank menganggap Rostow telah mengabaikan sejarah. Sejarah mencatat bagaimana perkembangan dunia ketiga yang tatanan ekonominya telah dihancurkan oleh negara dunia pertama selama masa kolonial. Pemikiran Frank terus bergulir dan disambut oleh pemikir sosial lainnya seperti Santos, Roxborough, Cardoso dan Galtung. Radikalisme ala Marx Teori dependensi merupakan analisis tandingan terhadap teori modernisasi. Teori ini didasari fakta lambatnya pembangunan dan adanya ketergantungan dari negara dunia ketiga, khususnya di Amerika Latin. Teori dependensi memiliki saran yang radikal, karena teori ini berada dalam paradigma neo-Marxis. Sikap radikal ini analog dengan perkiraan Marx tentang akan adanya pemberontakan kaum buruh terhadap kaum majikan dalam industri yang bersistem kapitalisme. Analisis Marxis terhadap teori dependensi ini secara umum tampak hanya mengangkat analisanya dari permasalahan tataran individual majikan-buruh ke tingkat antar negara. Sehingga negara pusat dapat dianggap kelas majikan, dan negara dunia ketiga sebagai buruhnya. Sebagaimana buruh, ia juga menyarankan, negara pinggiran mestinya menuntut hubungan yang seimbang dengan negara maju yang selama ini telah memperoleh surplus lebih banyak (konsep sosialisme). Analisis Neo-Marxis yang digunakannya memiliki sudut pandang dari negara pinggiran. Marx mengungkapkan kegagalan kapitalisme dalam membawa kesejahteraan bagi masyarakat namun sebaliknya membawa kesengsaraan. Penyebab kegagalan kapitalisme adalah penguasaan akses terhadap sumberdaya dan faktor produksi menyebabkan eksploitas terhadap kaum buruh yang tidak memiliki akses. Eksploitasi ini harus dihentikan melalui proses kesadaran kelas dan perjuangan merebut akses sumberdaya dan faktor produksi untuk menuju tatanan masyarakat tanpa kelas. Pendekatan Historis Struktural Perspektif dependensi muncul setelah perspektif modernisasi diterapkan di banyak negara terbelakang. Pengamatan yang dilakukan oleh ahli sejarah telah memberikan gambaran serta dukungan bukti empirik terhadap kegagalan modernisasi. Sebagai sebuah kritik, dependensi harus dapat menguraikan kelemahan-kelemahan dari modernisasi dan mengeluarkan pendapat baru yang mampu menutup kelemahan tersebut. Penggunaan metode historis struktural telah memberikan bukti empirik yang sangat cukup untuk memberikan kritik terhadap modernisasi. Sebagai sebuah proses perubahan sosial yang memakan waktu sangat lama, pembangunan erat kaitannya dengan sejarah perkembangan suatu negara. Oleh karena itu tidak salah apabila Frank menyatakan bahwa perkembangan ekonomi negara saat ini tidak lepas dari begaimana keadaan sejarah ekonomi, politik dan sosialnya di masa lalu. Asumsi serta Tesis dari Frank dan Santos Asumsi dasar teori ketergantungan ini menganggap ketergantungan sebagai gejala yang sangat umum ditemui pada negara-negara dunia ketiga, disebabkan faktor eksternal, lebih sebagai masalah ekonomi dan polarisasi regional ekonomi global (Barat dan Non Barat, atau industri dan negara ketiga), dan kondisi ketergantungan adalah anti pembangunan atau tak akan pernah melahirkan pembangunan. 7. Frank, AG. 1969. The Development of Underdevelopment in Latin America; Underdevelopment or Revolution. Monthly Review Express. New York. . 1984. Sosiologi Pembangunan dan Keterbelakangan Sosiologi. Pustaka Pulsar. Jakarta. Galtung, J. 1980. A Structural Theory of Imperialism in Dialectics of third World Development. Montelair. New York.

B. Rumusan MasalahSKIP

BAB IILANDASAN TEORI

A. Teori Ketergantungan

Para ahli teori ketergantungan kembali ke tema Marx pada pertengahan hingga akhirn abad ke-20 dan mereka menyajikan pendekatan politik ekonomi untuk Negara-negara berkembang. Arus utama pemikiran ekonomi pada masa ini berkisar pada teori modernisasi; yang pelopornya antara lain W.W Rostow (1960), yang menjelaskan pembangunan ekonomi dengan meminjam konsep Marx tentang tahap-tahap pertumbuhan. Para ahli menyaksikan perkembangan semua Negara berasal dari pencetus yang sama dan mereka yakin bahwa tingkat perkembangan yang berbeda-beda mencerminkan posisi Negara-negara di sepanjang jalur perkembangan ini. Prespektif ini berpendapat bahwa factor-faktor ekonomi dan politik yang penting untuk menjelaskan perkembangan cepat Negara-negara di utara-ketersediaan sumberdaya, input tenaga kerja, tekhnologi dan modal investasi dapat mendorong perkembangan LDC (least develop countries). Dalam kenyataanya, jalur tercepat perkembangan ekonomi adalah integrasi yang cepat kedalam politik ekonomi global.Akan tetapi para ahli teori ketergantungan berpendapat bahwa karakteristik LDC dan posisi mereka dalam politik ekonomi global akan memengaruhi prospek pertumbuhan mereka. Faktanya, kemiskinan relative di duniaberkembang tidak dapat dijelaskan sebagai fungsi yang terpisah dari politik ekonomi global. Untuk menjelaskan kekurangan pendekatan Rostow, para ahli teori ketergantungan mengusung seluruh pemikiran Marxis maupun Neo-Marxis. Literature teori ketergantungan dapat dibagi menjadi dua pendekatan utama:1. Pembangunan keterbelakanganDiajukan oleh Paul Baran dan Andre Gunder Frank pada pertengahan 1960-an. Para ahli teori ketergantungan awal ini terutama memusatkan perhatian pada dimensi internasional perkembangan yang bergantung. Baran, Frank dan yang lainya menggabungkan factor-faktor politik, sosial dan ekonomi domestic kedalam analisis mereka, tetapi mereka hanya memberikan sedikit ruang analisis untuk menjelaskan pelaku-pelaku dan institusi domestic. Kelompok ini juga sependapat mengenai kebutuhan akan revolusi Marxis diseluruh dunia untuk meruntuhkan sistem kapitalis.2. kelompok teori kedua menghindari dimensi politik revolusioner dari para teori ketergantungan awal dan Immanuel Wallerstein. Para ahli dalam teori ini menolak perlunya revolusi sosialis sebagai gantinya menyatakan bahwa Negara-negara yang paling kurang berkembang (LDC) dapat memanfaatkan kekuatan ekonomi kapitalisme untuk mempromosikan pembangunan di wilayah periferi. Literature ini juga memberikan ruang analitis bagi politik domestic dan memberikan penjelasan yang lebih tajam mengenai hubungan antara factor politik domestic dengan politik internasional. Secara keseluruhan, para ahli ini mengusulkan agar memberikan lebih banyak perhatian pada agensi politik domestic di periferi dan berpendapat bahwa dalam kasus-kasus tertentu, proses ketergantungan dan pembangunan dapat berjalan berdampingan di LDC.

B. Teori Pembangunan