bab i

Upload: bernike-delarosa

Post on 09-Oct-2015

18 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Pendahuluan

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN1.1 Latar Belakang Budaya kembali ke alam memicu berbagai upaya pelestarian dan pemanfaatan tumbuhan obat pada beberapa dekade terakhir ini. Penelitian terhadap tumbuhan obat meningkat dalam 20 tahun terakhir. Penelitian tersebut meliputi sumber, penyebaran, cara ekstraksi, isolasi, identifikasi, farmakologi, biokimia, formulasi dan uji klinik. Penelitian terhadap tumbuhan obat bertujuan untuk meningkatkan kualitas dan keamanan obat tradisional, meningkatkan mutu simplisia serta identifikasi senyawa bioaktif dan mengembangkannya menjadi sediaan obat yang dapat dimanfaatkan dalam sistem kesehatan secara formal, baik secara fitofarmaka maupun sebagai sumber senyawa murni. (Heyne,1987).Manusia sangat sulit terhindar dari radikal bebas karena sumber radikal bebas adalah polusi udara polusi air pemakaian bahan kimia danlainya.Radikal bebas bersifat destruktif dan sangat berbahaya,karena saat masuk ke dalam tubuh manusia dapat merusak sel dan fungsi organ . timbunan radikal bebas dipercaya bisa mendatangkan penyakit degeneratif seperti penyakit jantung dan kanker. Setiap buah memiliki nutrisi yang berbeda, seperti layaknya buah kiwi yang dipercaya bermanfaat untuk kesehatan tubuh. Selain dapat bermanfaat untuk kesehatan tubuh, buah kiwi juga berguna untuk masalah kecantikan bagi kehidupan wanita. Buah yang memiliki rasa asam manis ini tergolong buah yang istimewa, karena mempunyai kandungan vitamin yang cukup lengkap untuk kesehatan tubuh. Buah kiwi pada umumnya sudah dikenal kalangan masyarakat. Namun masyarakat masih jarang mengkonsumsi buah kiwi karena masyarakat masih belum mengetahui manfaat dan nutrisi yang terkandung dalam buah kiwi.Antioksidan berfungsi untuk melindungi lemak dan peroksidasi oleh radikal bebas. Antioksidan dapat bekerja secara efektif karena antioksidan mampu mendonorkan sebuah elektron untuk radikal bebas. Apabila radikal bebas telah mendapatkan elektron dari antioksidan maka radikal bebas akan kehilangan kemampuannya untuk menyerang sel dan rantai reaksi oksidasi akan terputus. Setelah mendonorkan elektronnya antioksidan akan beruah menjadi radikal bebas. Akan tetapi dalam fase ini antioksidan tidak berbahaya karena antioksidan memiliki kemampuan untuk menyesuaikan perubahan elektron tanpa berubah menjadi reaktif (Dekkers et al. 1996 dalam Widianingsih 2008). Tablet merupakan sediaan farmasi yang banyak ditemui, relatif stabil, mudah dibawa dan diproduksi, serta lebih aman dari penambahan bahanbahan lain (tamper). Tablet pastiles merupakan salah satu bentuk sediaan tablet yang diformulasikan seperti tablet hisap. Menurut Lachman et al. (1976), tablet pastiles diformulasikan dan dibuat seperti tablet hisap (compressed-tablet lozenges). Penggunaan jenis tablet ini adalah untuk memberikan efek lokal pada mulut dan tenggorokan. Bentuk ini umumnya digunakan untuk mengobati sakit tenggorokan atau untuk mengurangi batuk pada influenza. Biasanya tablet hisap mengandung anestetik lokal, antiseptik dan antibakteri, demulsen, astringent, dan antitusif.Di Indonesia, pemanfaatan kiwi sebagai bahan pengobatan masih Tergolong jarang. Pemanfaatan ekstrak kiwi sebagai bahan aktif dalam pembuatan tablet pastiles bertujuanuntuk meningkatkan nilai tambah produk dan efektifitas pengobatan. Selain itu, bentuk dan penggunaannya yang praktis (dalam bentuk permen tablet pastiles) memungkinkan meluasnya penggunaan produk oleh konsumen, mengingat gaya hidup masyarakat sekarang yang cenderung menghargai kepraktisan sebagai salah satu nilai tambah produk.

1.2 Tujuan PenulisanTujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan formulasi permen tablet pastiles dengan bahan aktif Ekstrak buah kiwi yang terbaik serta mengetahui penerimaan konsumen terhadap produk

1.3 Manfaat PenulisanPenelitian ini bermanfaat untuk meningkatkan nilai tanaman buah kiwi dengan memanfaatkannya menjadi suatu produk yang dikenal dan disukai di masyarakat yaitu dengan memanfaatkannya menjadi permen tablet.

1.4 Rumusan masalah Rendahnya Komsumsi Antioksidan di Indonesia dibandingkan dengan tingkat paparan cemaran polusi yang tinggi mengharuskan kita untuk mencari alternatif lain sebagai sumber Antioksidan , antara lain dengan memanfaatkan Buah yang tinggi kadar antioksidannya seperti buah kiwi. Kendala kurang diterimanya kiwi oleh konsumen karena jarang ditemukannya , menuntut kita untuk menghasilkan diversifikasi produk dari Kiwi yang dapat diterima konsumen, salah satunya dalam bentuk tablet hisap. Produk tablet hisap banyak dipilih karena penggunaannya yang praktis dan dapat dikonsumsi oleh semua konsumen. Kualitas tablet hisap sangat dipengaruhi oleh bahan tambahan yang digunakan seperti bahan pengikat, pemanis, pengisi dan pelincir. Penentuan formula yang sesuai dari bahan-bahan tersebut sangat diperlukan untuk menghasilkan tablet hisap susu kambing dengan kualitas fisik dan kimia yang baik sesuai ketentuan Departemen Kesehatan Republik Indonesia dalam Farmakope Indonesia dan diterima konsumen.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA2.1 Buah Kiwi2.1.1 Taksonomi

Kingdom:PlantaeDivision:MagnoliophytaClass:MagnoliophytaOrdo:EricalesFamily:ActinidiaceaeGenus:ActinidiaSpecies:Actinidia deliciosa(Liang dan Ferguson, 2010)

2.1.2 Asal Usul Buah KiwiBuah kiwi sebenarnya asli dari Cina. Tanaman kiwi tumbuh liar di lembah sungai Yang-Tze, Cina, sejak tahun 1600-an. Di Negara asalnya, buah bernama latin Actinidia Deliciosa ini dikenal dengan nama yang tao. Nama yang tao diberikan oleh seorang kaisar dari Dinasti Khan yang menganggap buah berdaging hijau itu memiliki cita rasa tinggi (Astawan dan Leomitro, 2008).

2.1.3 Kandungan Buah KiwiBuah kiwi memiliki banyak kandungan nutrisi, bahkan jumlahnya tersimpan lebih banyak dibanding buah-buahan lain. Di antaranya vitamin E sebagai antioksidan dan untuk kesehatan jantung, serta vitamin C sebagai antioksidan dan mengurangi tingkat plasma lipid dan respons agregasi trombosit (Asim dan Aud, 2004). Selain vitamin C dan E, jenis antioksidan lain yang terkandung dalam buah kiwi adalah senyawa-senyawa fitokimia tertentu, seperti karoten, lutein, xanthophyll, flavonoid dan klorofil (Astawan dan Leomitro, 2008).Kapasitas antioksidan terhadap senyawa radikal bebas buah kiwi bahkan menempati posisi ketiga setelah jeruk dan anggur merah. Perbandingan nutrisi kiwi dan buah yang lain (per 100 gram) adalah sebagai berikut :Tabel 1.1 Perbandingan Kekuatan Buah Kiwi Dibanding Buah-Buah Lain (per 100 gram)KiwiHijauKiwiEmasApelPisangPirAnggurJeruk

Energi (Kj)306226,6199403169257158

Protein (g)11,30,41,20,30,41,1

Karbohidrat (g)1511,311,823,21015,48,5

Glukosa (g)3,55,21,74,82,37,62,2

Vitamin C (mg)100108,96116354

Vitamin E (mg)1,12,20,60,270,5-0,24

Folat (mcg)30111142231

Kalium (mg)331130120400150210150

Kalsium (mg)2621,446111347

Besi (mg)0,40,40,10,30,20,30,1

Zinc (mg)0,10,10,10,20,10,10,2

Serat (g)3,41,41,81,12,20,71,7

Indeks glikemik (mcg/g)394828-4446-7033-4243-5931-51

Sumber : Ide (2010)Berdasarkan tabel tersebut dapat dikatakan bahwa buah kiwi lebih kaya nutrisi disbanding buah-buahan lainnya. Itu berarti bahwa vitamin dan mineralnya lebih banyak per gramnya maupun per kalorinya (Ide,2010). Kapasitas antioksidan buah kiwi terhadap senyawa-senyawa radikal bebas menempati posisi ketiga tertinggi setelah jeruk orange dan anggur merah (Astawan dan Leomitro, 2008).Vitamin C dan vitamin E telah diketahui peranannya sebagai antioksidan alami yang berperan penting untuk menangkal serangan radikal bebas penyebab penuaan sel dan pemicu timbulnya berbagai penyakit. Radikal bebas adalah atom atau molekul yang memiliki satu atau lebih electron yang tidak berpasangan, sehingga bebas berikatan dengan berbagai sel dan jaringan serta menjadi pemicu berbagai penyakit kanker, sakit jantung, dan terjadinya proses penuaan dini (Astawan dan Leomitro, 2008).Vitamin C adalah vitamin larut air yang mempunyai banyak fungsi di dalam tubuh, sebagai koenzim atau kofaktor. Angka kecukupan vitamin C sehari adalah 75 mg untuk wanita usia 16 tahun ke atas dan 90 mg untuk pria 16 tahun ke atas (Almatsier, 2009). Kandungan vitamin C buah kiwi 17 kali lebih banyak disbanding jeruk dan lemon. Kandungan vitamin C inilah yang menyebabkan kiwi memiliki antioksidan yang kuat. Vitamin C membantu tubuh memproduksi pendetoks glutathione dapat meningkat sampai 50% bila buah kiri dikonsumsi dalam 2 minggu (Ide, 2010).Kandungan vitamin E dalam buah kiwi dua kali lipat lebih banyak dari buah alpukat. Dalam 100 gram buah kiwi terkandung 1,1 mg vitamin E atau tokoferol yang larut dalam lemak dan sebagian besar pelarut organic, tetapi tidak larut dalam air. Karakteristik utamanya adalah bertindak sebagai antioksidan (Almatsier, 2009). Vitamin E terbukti punya efek yang mirip dengan vitamin C, tetapi larut lemak dan fungsinya saling melengkapi dengan vitamin C (Ide, 2010).Flavonoid merupakan golongan terbesar dari senyawa polifenol. Komponen polifenol memberikan manfaat antioksidan pada buah-buahan dan sayuran tertentu termasuk buah kiwi. Senyawa flavonoid dapat mencegah penyakit kardiovaskuler dengan cara menurunkan laju oksidasi lemak. Flavonoid diketahui dapat menghambat oksidasi lipid dan pembentukan lipid peroxide melalui mekanisme penangkapan radikal bebas (Astawan dan Leomitro, 2008).Karoten mempunyai dua bentuk utama, yaitu alfa-karoten dan beta-karoten. Beta-karoten mempunyai kemampuan sebagai antioksidan yang dapat berperan penting menstabilkan radikal berinti karbon. Beta-karoten juga dapat bersinergi dengan komponen zat gizi lain. Beta-karoten yang dikonsumsi berbarengan dengan vitamin C dan E mampu meningkatkan kemampuan antioksidan. Sifat antioksidan beta-karoten adalah efektif pada konsentrasi rendah oksigen, sehingga dapat melengkapi sifat antioksidan vitamin E yang efektif pada konsentrasi tinggi oksigen. Beta-karoten yang bereaksi dengan radikal bebas akan menyebabkan radikal bebas menjadi stabil. Kehadiran vitamin C akan membantu menstabilkan radikal bebas beta-karoten (Astawan dan Leomitro, 2008).Warna hijau pada buah kiwi disebabkan oleh kadar pigmen klorofil yang tetap tidak berubahpada proses pematangan buah kiwi. Klorofil mempunyai aktivitas biologis yaitu sebagai antioksidan dan antikanker. Selain itu, klorofil juga kaya akan zat antiperadangan, antibakteri, antiparasit (Astawan danLeomitro, 2008).Xanthophyll adalah pigmen pemberi warna kuning. Xanthophyll mempunyai kemampuan antioksidan pemecah rantai peroksidase dan membrane fosfolipid. Lutein termasuk komponen utama Xanthophyll yang banyak terdapat pada sayuran dan buah-buahan. Lutein juga lebih mudah larut dalam air dibandingkan beta-karoten. Kemudahan larut dalam air tersebut disebabkan oleh kandungan hidroksil yang lebih banyak pada lutein sehingga bersifat lebih polar dibandingkan beta-karoten. Lutein dapat berfungsi sebagai antioksidan karena kemampuannya mencegah kerusakan DNA (Astawan dan Leomitro, 2008).Sementara itu, kandungan mineral yang ada dalam buah kiwi antara lain kalium (potassium), magnesium, kalsium, tembaga, seng, mangan, dan fosfor. Kandungan kalsium 5,4 mg/kalori lebih tinggi disbanding pisang. Senyawa kalium berperan penting dalam menjaga fungsi otot dan gerak reflex system saraf. Kalium juga menjaga keseimbangan air dalam tubuh. Selain itu, senyawa magnesium dalam buah kiwi termasuk yang tertinggi dari 27 jenis buah yang umum dikonsumsi. Rendahnya konsumsi magnesium dapat menyebabkan hipertensi dan penyakit jantung (Ide, 2010).

2.2 AntioksidanAntioksidan adalah senyawa kimia yang dapat menyumbangkan satu atau lebih elektron kepada radikal bebas, sehingga radikal bebas tersebut dapat diredam. Antioksidan didefinisikan sebagai senyawa yang dapat menunda, memperlambat, dan mencegah proses oksidasi lipid. Dalam arti khusus, antioksidan adalah zat yang dapat menunda atau mencegah terbentuknya reaksi radikal bebas (peroksida) dalam oksidasi lipid (Dalimartha dan Soedibyo, 1999). Radikal bebas merupakan atom tunggal atau berkelompok yang sedikitnya mempunyai satu orbit terluar yang mempunyai satu elektron tunggal (tidak berpesangan) di mana seharusnya mempunyai elektron berpasangan (Iorio, 2007).Antioksidan bekerja dengan melindungi lipid dari proses peroksidasi oleh radikal bebas. Ketika radikal bebas mendapat elektron dari antioksidan, maka radikal bebas tersebut tidak lagi perlu menyerang sel dan reaksi rantai oksidasi akan terputus. Setelah memberikan elektron, antioksidan menjadi radikal bebas secara definisi. Antioksidan pada keadaan ini berbahaya karena mereka mempunyai kemampuan untuk melakukan perubahan elektron tanpa menjadi reaktif. Tubuh manusia mempunyai pertahanan sistem antioksidan. Antioksidan yang dibentuk di dalam tubuh dan juga didapat dari makanan seperti buah-buahan, sayur-sayuran, biji-bijian, kacang-kacangan, daging dan minyak. Ada dua garis pertahanan antioksidan di dalam sel. Garis pertahanan pertama, terdapat di membran sel larut lemak yang mengandung vitamin A (betakaroten) E, dan koensim Q (Clarkson dan Thompson, 2000).Antioksidan adalah unsur kimia atau biologi yang dapat menetralisasi potensi kerusakan yang disebabkan oleh radikal bebas tadi. Beberapa antioksidan endogen (seperti enzim superoxide-dismutase dan katalase) dihasilkan oleh tubuh, sedangkan yang lain seperti vitamin A, C, dan E merupakan antioksidan eksogen yang harus didapat dari luar tubuh seperti buah-buahan dan sayur-sayuran (Iorio, 2007). Berdasarkan sumber perolehannya ada 2 macam antioksidan, yaitu antioksidan alami merupakan antioksidan hasil ekstraksi bahan alami dan antioksidan buatan (sintetik) merupakan antioksidan yang diperoleh dari hasil sintesa reaksi kimia (Kochhar dan Rossell, 1990).Beberapa contoh antioksidan sintetik yang diizinkan dan sering digunakan untuk makanan, yaitu butil hidroksi anisol (BHA), butil hidroksi toluen (BHT), propil galat, tetra-butil hidoksi quinon (TBHQ) dan tokoferol. Antioksidan-antioksidan tersebut merupakan antioksidan alami yang telah diproduksi secara sintetis untuk tujuan komersial. Antioksidan alami di dalam makanan dapat berasal dari (a) senyawa antioksidan yang sudah ada dari satu atau dua komponen makanan, (b) senyawa antioksidan yang terbentuk dari reaksi-reaksi selama proses pengolahan, (c) senyawa antioksidan yang diisolasi dari sumber alami dan ditambahkan ke makanan sebagai bahan tambahan pangan (Rohdiana, 2001).

2.3Ekstraksi Prinsip ekstraksi adalah melarutkan minyak atsiri dalam bahan dengan pelarut organik yang mudah menguap. Proses ekstraksi biasanya dilakukan dalam wadah (ketel) yang disebut extractor. Ekstraksi dengan pelarut organik umumnya digunakan untuk mengekstraksi minyak atsiri yang mudah rusak oleh pemanasan dengan uap dan air, terutama untuk mengekstrak minyak dari bunga-bungaan misalnya bunga cempaka, melati, mawar, kenanga, lily, dan lain-lain. Pelarut yang biasanya digunakan dalam ekstraksi yaitu: petroleum eter, benzena, dan alkohol (Guenther, 1987).Syarat pelarut yang digunakan (Guenther, 1987) sebagai berikut:a.Harus dapat melarutkan semua zat wangi bunga dengan cepat dan sempurna, dan sedikit mungkin melarutkan bahan seperti: lilin, pigmen, serta pelarut harus bersifat selektif.b.Harus mempunyai titik didih yang cukup rendah, agar pelarut mudah diuapkan tanpa menggunakan suhu tinggi.c.Pelarut tidak boleh larut dalam air. Pelarut harus bersifat inert, sehingga tidak bereaksi dengan komponen minyak bunga. Pelarut harus mempunyai titik didih yang seragam, dan jika diuapkan tidak akan tertinggal dalam minyak.d.Harga pelarut harus serendah mungkin, dan tidak mudah terbakar. Pelarut yang digunakan dalam proses ekstraksi adalah sebagai berikut:Ekstraksi adalah metode pemisahan dimana komponen-komponen terlarut dari suatu campuran dipisahkan dari komponen yang tidak larut dengan pelarut yang sesuai (Leniger dan Beverloo, 1975). Metoda paling sederhana untuk mengekstraksi padatan adalah mencampurkan seluruh bahan dengan pelarut, lalu memisahkan larutan dengan padatan tidak terlarut. Menurut Earle (1982), ekstraksi adalah proses pemisahan bahan berupa padatan atau cairan yang dapat dilakukan dengan menggunakan bahan cair (air) atau pelarut. Proses ekstraksi dirancang untuk mengurangi konsentrasi komponen di dalam suatu aliran dan meningkatkan konsentrasi komponen tersebut di dalam aliran lainnya. Simplisia tumbuhan mengandung zat aktif yang dapat larut dan yang tidak dapat larut dalam pelarut. Zat aktif tersebut misalnya alkaloid, glikosida, flavonoid, dan lain-lain (Depkes R.I., 1986). Dalam proses ekstraksi, bahan aktif dari suatu tumbuhan tergantung pada tekstur, kadar air, bahan dan jenis senyawa yang diisolasi (Harborne, 1987).

2.4 TabletTablet adalah sediaan padat, kompak, dibuat secara kempa cetak, dalam bentuk tabung pipih atau sirkuler, kedua permukaannya rata atau cembung, mengandung satu jenis atau lebih bahan obat atau dengan atau tanpa zat tambahan (Depkes RI, 1995). Bentuk sediaan tablet mempunyai keuntungan yang meliputi ketepatan dosis, praktis dalam penyajian, biaya produksi yang murah, mudah dikemas, tahan alam penyimpanan, mudah dibawa, serta bentuk yang memikat (Lachman et al, 1994).

2.4.1 Syarat-syarat Tablet- Ukuran seragam : diameter tablet 1 -3 kali tebal tablet.- Bobot seragam : penyimpangan rata-rata untuk tablet dengan berat 300 mg atau lebih, ialah 5-10%.- Waktu hancur / disintegrasi tablet : harus hancur dalam air dalam waktu tidak lebih dari 15 menit pada suhu 36 38 C.- Waktu hancur tablet bersalut gula atau bersalut selaput : harus hancur dalam air dalam waktu tidak lebih dari 60 menit.- Waktu hancur tablet bersalut enteric : zat penyalut dilarutkan dulu dalam HCL 0,06 N selama 3 jam, kemudian tablet dimasukkan ke dalam dapar pH 6,8. Tablet harus hancur dalam waktu 60 menit pada suhu 36- 38C(Zaman, N,1990).

2.4.2 Bentuk Tablet Tablet untuk obat luarTablet ini umumnya mudah larut dan digunakan sebagi obat luar setelah dilarutkan dalam volume air tertentu untuk mendapatkan larutan dengan konsentrasi tertentu pula. Tablet untuk obat dalamTablet ini pada hakekatnya adalah puyer yang dibuat kompak secara kempa cetak. Suatu variasi dari obat dalam ialah tablet effervescent yang bila dimasukkan ke dalam air akan melarutkan serta membebaskan CO2 DrageeTablet bersalut gula dengan atau tanpa penambahan zat warna. LozengesTablet ini diisap seperti permen, efek utamanya adalah antiseptic pada mukosa mulut atau tenggorokan. Tablet sublingual dan tablet intrabuccalTable sublingual, diletakkan dibawah lidah, melarut relatif cepat dan bahan obatnya diabsorbsi melalui mukosa. Tablet bersalut enterikDisalut dengan bahan atau zat penyalut yang relative tidak larut dalam suasana asam di lambung, tetapi hancur dan larut dalam suasana relative basa di usus dan membebaskan obat yang terkandung dalam tablet (enteric coating). Tablet sustained releaseTujuan pemberian tablet sustained release ialah untuk menghindarkan pemberian obat berulang kali dalam sehari, cukup sekali dalam sehari. Tablet yang dimasukkan kedalam rongga tubuh, khususnya vagina. Tablet implantasi (pellet atau implants)Penggunaannya dengan mengimplantasi pellet di bawah kulit, penyerapan bahan obat terjadi secara sangat perlahan dalam kurun waktu yang lama.(Zaman, N,1990).

2.4.3 Metode Pembuatan TabletMetode pembuatan tablet pada dasarnya dikenal tiga macam yaitu cetak langsung, granulasi kering dan granulasi basah (Ansel, 1989).1. Metode Granulasi BasahMetode ini merupakan metode pembuatan yang paling banyak digunakan dalam memproduksi tablet kompresi. Langkah-langkah yang diperlukan dalam pembuatan tablet dengan metode ini dapat dibagi sebagai berikut: menimbang dan mencampur bahan-bahan, pembuatan granulasi basah, pengayakan granul basah, pengeringan, pengayakan granul kering, pencampuran bahan pelicin dan bahan penghancur, pembuatan tablet dengan kompresi (Ansel, 1989).2. Metode Granulasi KeringPada metode ini, granul dibentuk oleh penambahan bahan pengikat kering ke dalam campuran serbuk obat dengan cara memadatkan massa yang jumlahnya besar dari campuran serbuk, memecahkannya dan menjadikan pecahan-pecahan menjadi granul, penambahan bahan pelicin dan penghancur kemudian dicetak menjadi tablet (Ansel, 1989). Metode ini khususnya untuk bahan-bahan yang tidak bisa diolah dengan granulasi basah, karena kepekaannya terhadap uap air atau karena untuk mengeringkannya diperlukan temperatur yang dinaikkan (Ansel, 1989).3. Metode Cetak LangsungMetode ini digunakan untuk bahan yang mempunyai sifat mudah mengalir sebagaimana sifat-sifat kohesinya yang memungkinkan untuk langsung dikompresi dalam tablet tanpa memerlukan granulasi basah atau kering. Kempa langsung dapat diartikan sebagai pembuatan tablet dari bahan-bahan yang berbentuk kristal atau serbuk tanpa merubah karakter fisiknya setelah dicampur dengan ukuran tertentu. Metode ini digunakan pada bahan-bahan (baik obat maupun bahan tambahan) yang mudah mengalir dan memiliki kompresibilitas yang baik yang memungkinkan untuk langsung ditablet dalam mesin tablet tanpamemerlukan proses granulasi. Pada umumnya obat yang dapat dibuat dengan metode kempa langsung hanya sedikit, karena bahan-bahan yang memiliki sifat-sifat tersebut di atas tidak banyak. Cara kempa langsung ini sangat disukai karena banyak keuntungan yaitu secara ekonomi merupakan penghematan besar karena relatif hanya menggunakan sedikit alat, energi dan waktu (Lachman et al, 1994).

2.5 Tablet HisapTablet hisap disebut juga troches atau lozenges, biasanya dibuat dengan menggabungkan obat dalam suatu bahan dasar kembang gula yang keras dan beraroma yang menarik. Lozenges dapat dibuat dengan mengempa, tetapi biasanya dibuat dengan cara peleburan atau dengan penuangan kembang gula. Sedangkan troches dibuat dengan cara kempa seperti halnya tablet yang lain (Lachman et al, 1994). Tablet hisap umunya ditujukan untuk pengobatan iritasi lokal, infeksi mulut atau tenggorokan, tetapi dapat juga mengandung bahan aktif yang ditujukkan untuk absorbs sistemik setelah ditelan (Depkes RI, 1995).Tablet hisap biasanya mengandung vitamin, antibiotik, antiseptik, anastetik lokal, antihistamin, dekongestan, kortikosteroid, astringent, analgesic, aromatic, demulcent, atau kombinasi dari bahan-bahan tersebut. Perbedaan antara tablet hisap dengan tablet konvensional terletak pada sifat-sifat organoleptic, sifat non-desintegrasi, dan laju disolusi yang diperpanjang pada lidah. Tablet hisap seharusnya terkikis (bukan hancur) selama berada di dalam mulut. Tablet hisap dirancang agar tidak mengalami kehancuran di dalam mulut, tetapi larut atau terkikis secara perlahan-lahan dalam jangka waktu 5-10 menit (Peters, 1989).Adapun keuntungan dari tablet hisap antara lain memiliki rasa manis yang menyenangkan, mudah dalam penggunaan, kepastian dosis, memberikan efek lokal, dan tidak diperlukan air minum untuk menggunakannya (Banker & Anderson, 1994). Ada dua tipe lozenges yang telah banyak digunakan karena kemampuannya dalam menyesuaikan perkembangan teknologi dalam metode pembuatan tablet hisap yaitu (Peters, 1989) : Hard candy lozengesSuatu sediaan yang terdiri dari campuran gula dan karbohidrat dalam bentuk amorf dan Kristal. Bentuk ini dapat berupa sirup gula padat yang secara umum mempunyai kandungan air 0,5% - 1,5%. Bahan dasar hard candy lozenges adalah gula (sakarosa), sirup jagung, gula invert, gula pereduksi, asidulen (pembuat asam), pengaroma, bahan-bahan cair dan padat, serta bahan obat (Peters, 1989). Compressed tablet lozengesTablet hisap yang dimaksud dalam penelitian ini adalah compressed tablet lozenges. Pada prinsipnya sama dengan pembuatan tablet kompresi biasa. Perbedaan yang mendasar adalah pada dosis sediaannya, pada compressed tablet lozenges dengan area aktivitasnya yang berada di membrane mukosa mulut dan kerongkongan, biasanya memiliki diameter yang lebar (antara 5/8-3/4 inchi), dikempa dengan bobot tablet antara 1,5-4,0 gram dan diformulasi agar mengalami disintegrasi dalam mulut secara perlahan-lahan (Peters, 1989).