bab i

25
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Maksud 1.1.1. Mengetahui mengklasifikasikan daerah sesuai kerapatan kontur 1.1.2. Mengetahui cara pengindaraan jarak jauh jenis litologi berdasarkan pola aliran 1.1.3. Mengetahui cara membuat sayatan geomorfologi yang melewati suatu daerah yang telah di klasifikasikan 1.2. Tujuan 1.2.1. Mampu mengklasifikan daerah sesuai kerapatan kontur 1.2.2. Mampu cara pengindaraan jarak jauh jenis litologi berdasarkan pola aliran 1.2.3. Mampu membuat sayatan geomorfologi yang melewati suatu daerah yang telah di klasifikasikan 1.3 Waktu Pelaksanaan Praktikum Hari/Tanggal : Senin, 22 Maret 2014 Waktu : 15.30 WIB

Upload: jundi

Post on 27-Sep-2015

233 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

yygy

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN1.1. Maksud1.1.1. Mengetahui mengklasifikasikan daerah sesuai kerapatan kontur1.1.2. Mengetahui cara pengindaraan jarak jauh jenis litologi berdasarkan pola aliran 1.1.3. Mengetahui cara membuat sayatan geomorfologi yang melewati suatu daerah yang telah di klasifikasikan

1.2. Tujuan1.2.1. Mampu mengklasifikan daerah sesuai kerapatan kontur1.2.2. Mampu cara pengindaraan jarak jauh jenis litologi berdasarkan pola aliran1.2.3. Mampu membuat sayatan geomorfologi yang melewati suatu daerah yang telah di klasifikasikan1.3 Waktu Pelaksanaan PraktikumHari/Tanggal: Senin, 22 Maret 2014Waktu: 15.30 WIBTempa: Ruang 302 Gedung Pertamina SukowatiTeknik GeologiUniversitas Diponegoro

BAB IIMETODOLOGI

2.1. Alat dan Bahana. Peta TopografiUntuk mengetahui delinasi meliputi sungai,jalan,kontur,serta morfometri yang akan dicari.b. Pensil WarnaUntuk mewarnai delinasi kontur(rengang/rapat),sungai,jalanc. Kertas MilimeterUntuk tempat dalam delinasi kontur(rapat/rengang),sungai,jalan pada peta.d. KalkulatorUntuk mempermudah dalam pengerjaan perhitungan morfometri

2.2. Diagram Alir 2.2.1 Satuan Kontur (Sangat rapat,rapat, dan renggang,denudasional,fluvial)

Mulai

Menyiapkan alat-alat dan bahan yang dibutuhkan(Peta Topografi,alat tulis)

Menaruh kertas kalkir pada peta topografi

Mengamati dan meberi warna yang berbeda pada satuan kontur rapat (ungu tua),kontur renggang (ungu muda),fluvial(hijau).denudasional (coklat)

Selesai

Mulai2.3.2 Delinasi Jalan dan Sungai

Menyiapkan alat-alat dan bahan yang dibutuhkan(Peta daerah Ungaran,alat tulis)

Menaruh kertas kalkir pada peta topografi

Mengamati dan membuat deliniasi jalan dan sungai yang terdapat pada peta topgrafi dengan mengunakan pensil warna merah (jalan) biru tua (sungai utama),biru muda (sungai muda)

Selesai

2.3.3 Perhitungan Mormofetri

Mulai

Membuat 5 Sayatan yang melewati 5 garis kontur pada masing- masing kontur rapat dan kontur renggang, 1 garis kontur pada masing-masing morfologi denudasional dan morfologi fluvial

Menghitung besar persentase dan menentukan klasifikasi berdasarkan Van Zuidam (1983

Selesai

Mulai2.3.4 Sayatan pada Peta Topografi

Menyiapkan alat-alat dan bahan yang dibutuhkan(Peta Topografi,alat tulis)

Membuat sayatan sepanjang 25 cm pada Peta Topografi

Membuat profil exagrasi pada millimeter block

Selesai

BAB IIIPERHITUNGAN MORFOMETRI3.1.1 Perhitungan Persen Kelerengan Sayatan pada Kontur Rengang %Lereng= Perhitungan IK= = 12,5 Panjang Sayatan : Sayatan A1 = 5 cmd = 5 x 25000 = 125000 = 1250 m Sayatan A2 = 2.1 cmd = 2.1 x 25000 = 52500 = 525 m Sayatan A3 = 2.7 cmd = 2.7 x 25000 = 67500 = 675 m Sayatan A 4 = 2.8 cmd = 2.8 x 25000 = 70000 = 700 m Sayatan A 5 = 1.8 cmd = 1.8 x 25000 = 45000 = 450 m Persen Kelerengan : % Lereng Sayatan A1 = % Lereng Sayatan A2 = % Lereng Sayatan A3 = % Lereng Sayatan A4 = % Lereng Sayatan A5 = Rata-rata Lereng = Beda TinggiTitik Tertinggi-Titik Terendah = 535-127 = 408

Menurut Klasifikasi Van Zuidam ( 1983 ) Kontur rapat ini termasuk kedalam Perbukitan Sangat Terjal sampai bergelombang miring

3.1.2. Perhitungan Persen Kelerengan Sayatan pada Kontur Rapat %Lereng= Perhitungan IK= = 12,5 Panjang Sayatan : Sayatan A1 = 1 cmd = 1 x 25000 = 25000 = 250 m Sayatan A2 = 0.7 cmd = 0.7 x 25000 = 17500 = 175 m Sayatan A3 = 0,5 cmd = 0,5 x 25000 = 12500 = 125m Sayatan A 4 = 1,8 cmd = 1,8 x 25000 = 45000 = 450 m Sayatan A 5 = 1 cmd = 1 x 25000 = 25000 = 250 m Persen Kelerengan : % Lereng Sayatan A1 = % Lereng Sayatan A2 = % Lereng Sayatan A3 = % Lereng Sayatan A4 = % Lereng Sayatan A5 = Rata-rata Lereng = Beda TinggiTitik Tertinggi-Titik Terendah = 770-390 = 390

Menurut Klasifikasi Van Zuidam ( 1983 ) Kontur renggang ini termasuk kedalam Berbukit Terjal

3.1.2. Perhitungan Persen Kelerengan Sayatan pada Kontur fluvial %Lereng= Perhitungan IK= = 12,5 Panjang Sayatan : Sayatan A1 = 0.8 cmd = 0.8 x 25000 = 20000 = 200 m Sayatan A2 = 1.9 cmd = 1.9 x 25000 = 4750 = 475 m Sayatan A3 = 0.3 cmd = 0.3 x 25000 = 7500 = 75m Sayatan A 4 = 0.3 cmd = 0.3 x 25000 = 7500 = 75 m Sayatan A 5 = 0.4 cmd = 0.4 x 25000 = 10000 = 100 m Persen Kelerengan : % Lereng Sayatan A1 = % Lereng Sayatan A2 = % Lereng Sayatan A3 = % Lereng Sayatan A4 = % Lereng Sayatan A5 = Rata-rata Lereng = Beda TinggiTitik Tertinggi-Titik Terendah = 770-390 = 390

Menurut Klasifikasi Van Zuidam ( 1983 ) Kontur renggang ini termasuk kedalam Berbukit Terjal

BAB IVPEMBAHASAN

Pada praktikum Geomorfologi Acara Bentang alam fluvial praktikan ditutut untuk dapat mengetahui mengklasifikasikan daerah sesuai kerapatan kontur dan mengetahui cara pengindaraan jarak jauh jenis litologi berdasarkan pola aliran adapun pengamatan kali ini dengan mengunakan lembar peta topografi daerah randudongkal adapun hal yang di lakukan dalam praktikum membuat delinasi satuan kontur rapat dan rengang,denudasional,dan fluvial dan juga dengan membuat deliniasi aliran sungai dan jalan yang terdapat pada peta topografi dan melakukan perhitungan morfometri dan sayatan eksagrasi , berdasarkan hal tersebut dapat di simpulkan sebagai berikut

4.1 Satuan Kontur RapatPada satuan kontur rapat merupakan daerah yang memiliki kerapatan yang cukup tinggi pada peta topografi dalam pengamatan kali pendeliniasi pada satuan rapat di tandai dengan warna ungu pada kertas kalkir.Untuk bentuk dari kontor rapat pada umumnya memiliki kelerengan yang cukup curam tergantung rapatnya kontur satu dengan yang lainnya semakin rapat kontur pada peta topografi hal tersebut menunjukan bahwa pada daerah tersebut memiliki kelerengan yang cukup curam.Hal tersebut dapat dibuktikan dengan mengunakan perhitungan morfometri hal tersebut dilakukan dengan menyayat 5 garis kontur sebanyak 5 dengan posisi menyebar setelah hal tersebut maka ukuran panjang garis kontur yang melewati 5 kontur di kalikan dengan skala peta dan kemudian di hitung lerengnya dan setelah hal itu lalu jumlah dari seluruh persen lereng dijumlah dan dirata-ratakan berdasarkan dari hasil pengamatan maka di peroleh persen lereng dari satuan kontur rapat ialah 26,9 % dengan beda tinggi 535-127 = 408 berdasarkan hal tersebut maka bila dihubungkan kedalam klasifikasi Van `Zuidam (1983) tergolong kedalam perbukitan sangat terjalBerdasarkan peta topografi dapat di lihat morfologi yang diperkirakan terbentuk akibat adanya struktur pada daerah tersebut dari suatu kontur rapat dapat dilakukan dengan melakukan sayatan eksagrasi berdasarkan sayatan eksagrasi terdapat berupa puncak kecil pada bagian peta sejumlah 2 dengan ke tinggian 770 yang tertinggi.Oleh sebab itu kontur rapat dapat di golongkan kedalam bagian yang memiliki struktur di dalamnya.Hal lain yang dapat dilihat di amati dalam pengamatan kali ini dengan melihat pola aliran yang di miliki berdasarkan deliniasi mengolongkan sungai kedalam pola aliran paralel hal tersebut dikarenakan sumber air sungai merupakana sungai yang bersalah dari mata air gunung api unggaran dan kemudian menyebar pola aliran seperti radial cenderung memiliki sungai dalam stadia tua hal tersebut dikarekan daerah tersebut cenderung jauh dari hulu dan mendekati daerah yang relative rendah dan memungkinkan terjadikan erosi erosi lateral dan memiliki intensitas air yang realatif tidak terlalu deras sehingga memungkinkan terjadinya proses yang pengendapan yang baik pada daerah tersebutAdapun tata guna lahan pada kontur rapat merupakan sebagaian besar berupa hutan di akibatkan memiliki lereng yang cukup curam hal tersebut sangat berpengaruh dengan akifitas manunia sehingga tidak terdapatnya banyak perumahan warga pada daerah tersebut.potensi postif dari daerah kontur rapat di perkirakan dapat untuk bercocok tanam dan potensi negative dapat menjadi longsor hal tersebut akibat masa tanah naik dan terkena pada daerah litologi yang kedap sehingga akibatnya tanah jatuh ke tempat yang lebih rendah untuk mencapai kesetimbangan

4.2. Satuan Kontur RenggangPada peta topografi daerah Randudongkal, daerah yang landai ditandai dengan struktural yang renggang. Sama seperti pada daerah dengan struktural rapat, pada daerah berstruktural renggang juga dibuat sayatan yang melewati 5 kontur sebanyak 5 kali. Perhitungan morfometri tersebut untuk mengetahui persen kelerengan berdasarkan peta topografi. Hasil perhitungan rata-rata persen kelerengan pada daerah berstrukturalrenggang adalah sekitar 9,76%. Sedangkan beda tinggi (H) pada daerah berstruktural renggang di peta topografi daerah Randudongkal adalah sekitar 408 m. Hasil tersebut didapatkan dari selisih antara top hill(bukit tertinggi) yang memiliki ketinggian sekitar 535 m dengan low hill (bukit terendah) yang memiliki ketinggian sekitar 127 m. Top hilldan low hill tersebut diambil dari daerah yang berstruktural renggang.Berdasarkan klasifikasi Van Zuidam (1983), daerah berstruktural renggang pada peta topografi daerah Randudongkal termasuk dalam relief bergelombang miring hingga berbukit bergelombang. Pada peta topografi daerah berstruktural renggang, pola pengaliran yang tampak adalah pola pengaliran dendritik yang menyerupai cabang pohon yang berarah dan tidak beraturan. Dari tipe pola pengaliran tersebut, dapat diketahui bahwa batuan pada daerah tersebut memiliki resistensi yang beragam.Dari ciri ciri yang tampak pada peta topografi seperti banyak ditemukan cabang, mulai terdapat endapan endapan seperti channel bar, mulai terbentuk meander, menunjukkan bahwa sungai di daerah Randudongkal termasuk ke dalam stadia dewasa. Sungai tersebut juga berfungsi sebagai hilir yang akan mengalirkan air ke suatu muara. Dari kenampakan sungai tersebut juga dapat diinterpretasikan bahwa proses pelapukan dan pengendapan berjalan seiringan. Ada kemungkinan muncul morfologi morfologi baru seperti tanggul alam akibat kedua proses di atas.Litologi yang sering dijumpai pada daerah berstruktural rapat adalah litologi batuan beku ataupun batuan sedimen karena agen geologi seperti air permukaan sudah menunjukkan aktifitasnya. Proses proses fluviatil mulai dari proses erosi, proses transportasi, dan proses pengendapan berjalan sesuai dengan proses pembentukan batuan sedimen. Untuk batuan beku, kemungkinan ditemukan batuan dengan ukuran yang lebih halus daripada di daerah berstruktural rapat karena jarak transportasi maupun mekanisme transportasi yang berbeda. Tata guna lahan yang sering dijumpai di daerah sekitar struktural renggang antara lain sebagai pemukiman penduduk dan jalan. Untuk potensi negatif yang sering dijumpai adalah terjadinya banjir karena arus yang sangat deras melebihi ketinggian teras sungai. Potensi positif dari daerah tersebut adalah sebagai obyek wisata.

4.3 Satuan Deliniasi FluvialSatuan deliniasi fluvial dalam peta topografi lebih diutamakan pada sungai - sungai utama yang digambarkan dengan dua garis karena proses yang terjadi sudah lebih kompleks daripada anak sungai yang digambarkan dengan satu garis saja. Selain itu, dalam deliniasi fluvila kali ini berbeda dengan deliniasi fluvial pada bentang alam vulkanik. Morfologi di sekitar sungai juga harus diperhatikan seperti teras sungai atau dataran banjir. Morfologi di luar sungai sering ditandai dengan garis putus putus yang mengindikasikan bahwa proses fluvial ikut mempengaruhinya.Warna yang digunakan ketika deliniasi fluvial adalah hijau. Deliniasi yang dimaksud adalah deliniasi sungai sungai utama, sedangkan sungai kecil atau anak sungai tidak diberi warna. Sedangkan ketika deliniasi pola pengaliran dan jalan, sungai utama dan anak sungai memiliki warna yang berbeda yakni biru muda untuk anak sungai dan biru tua untuk sungai utama. Untuk jalan, warna yang dipilih adalah merah.Daerah yang dilewati oleh satuan deliniasi fluvial di peta topografi daerah Randudongkal antara lain K. Tjomal, K. Wakung, K. Subah, K. Glogo, K. Bedjasa, K. Paku dan K. Genitri. Sungai sungai tersebut merupakan sungai utama yang menjadi perhatian utama dalam deliniasi flu-vial kali ini. Proses proses yang berkelanjutan dari bentang alam fluvial itu sendiri, akan menghasilkan morfologi morfologi yang berbeda beda.Dalam satuan deliniasi fluvial ini dibuat 5 sayatan yang melewati 5 kontur dari garis terluar sungai. Dari perhitungan morfometri, hasil perhitungan rata-rata persen kelerengannya adalah sekitar 10,6 %. Berdasarkan klasifikasi Van Zuidam (1983), daerah tersebut termasuk dalam relief bergelombang miring.Unutk membedakan antara sungai utama dan anak sungai, pada deliniasi pengaliran dan jalan digunakan dua macam warna yang berbeda. Pada peta topografi terlihat pengaliran sungai yang menyerupai cabang pohon yang berarah dan tidak beraturan. Dapat disimpulkan bahwa, daerah tersebut memiliki pola pengaliran dendritik. Dari tipe pola pengaliran tersebut, dapat diketahui bahwa batuan pada daerha tersebut memiliki resistensi yang beragam. Misalnya cabang sungai terbentuk pada daerah dengan resistensi yang kuat.Morfologi - morfologi yang ditemukan di daerah Randudongkal dan sekitarnya meliputi point bar, channel bar, dataran banjir, dan meander.Point bar merupakan endapan sungai yang terdapat pada tepi alur sungai. Pada peta topografi daerah Randudongkal, point bar seringditemukan di kelokan sungai karena aliran air di kelokan memiliki gaya terendah sehingga material berat yang terbawa arus akan mudah terendapkan. Jika aliran air lambat, maka gaya yang diperlukan untuk mentransportasikan material berat sangatlah kecil. Sehingga material tersebut akan langsung terendapkan di bagian tengah sungai. Dalam kurun waktu tertentu, material material lain akan terendapkan di bagian atasnya hingga tampak di permukaan sungai. Jika dilihat secara megaskopis, material yang terendapkan dari bawah ke atas memiliki perbedaan dalam ukurannya. Material yang berada di bawah cenderung memiliki ukuran kasar dan mulai halus ketika semakin ke atas. Endapan di tengah sungai tersebut di sebut channel bar. Morfologi lain yang tampak adalah dataran banjir. Yang dimaksud dengan dataran banjir adalah daratan yang akan tergenang air ke-tika terjadi banjir.Dengan adanya banjir, material material akan tertranspot membentuk morfologi baru seperti point bar atau channel bar di daerah lain. Adanya banjir juga bisa membentuk oxbow lake karena gaya yang besar akan memotong meander sungai sehingga aliran sungai menjadi lurus. Pada peta topografi daerah Randudongkal, juga ditemukan morfologi berupa belokan tajam dari suatu sungai. Morfologi tersebut sering disebut meander. Proses pembentukannya terjadi karena aliran sungai menabrak batuan dengan resistensi yang besar sehingga aliran langsung membelok. Selain itu, belokan tajam juga bisa mengindikasikan adanya struktur geologi seperti patahan.Jika dilihat dari kenampakan sungainya yang mulai terdapat meander,dapat diinterpretasikan bahwa sungai di daerah Randudongkal termasuk dalam stadia dewasa. Penciri lainnya adalah banyak terdapat cabang sungai. Hal berbeda tampak pada kenampakan sungai di daerah berkontur rapat. Umumnya masih lurus dan arusnya deras karena lerengnya yang curam mengindikasikan bahwa daerah tersebut sebagai hulu dengan stadia sungai masih muda.

4.4. Satuan Deliniasi DenudasionalPada deliniasi denudasional, aspek aspek yang menjadi perhatian utama adalah jarak kontur dan tata guna lahan. Kedua aspek tersebut mampu mencirikan wilayah denudasional pada peta topografi. Jarak antar kontur yang sangat renggang menunjukkan daerah yang sangat landai. Kemungkinan faktor pelapukan yang intensif menjadi pemicu utama. Sesuai dengan definisi dari denudasional itu sendiri yaitu proses yang apabila dilanjutkan akan menimbulkan keseragaman di muka bumi. Aspek yang kedua adalah tata guna lahan. Sebagai wilayah yang landai atau mungkin hampir datar, sering difungsikan oleh penduduk sebagai pemukiman dan jalan raya.Pada deliniasi denudasional ini, warna yang dipilih adalah coklat. Wilayah denudasional meliputi Kebandingan, Sumurkidang, Semingkir, Karanganjar, Tireme, Bogo, Slebak, Katam, Geger Nagaruntung, Semaja, Kemirisewu, Panusupan, Igir Kletjer dan Darmalang.

BAB VPENUTUP

5.1. Kesimpulan Pada peta topografi dengan kontur yang rapat menunjukan zona sentral,sedangan pada kontur renggang menunjukan zona proksimal dan medial Berdasarkan klasifikasi Van Zuidam (1983) kontur rapat memiliki kelerengan pengunungan sangat terjal dan kontur rengang mimiliki kelerengan perbukitan terjal Litologi pada kontur rapat lebih dinominasi oleh batuan beku sedangkan pada kontur rengang lebih didominasi pada batuan piroklastik Morfologi gunung dan kelerengan turut mempengaruhi aktivitas manusia5.2 Saran Pada potensi dan bencana yang dapat terjadi di bentang alam harus lebih di perdalam praktikan Para meter tentang pola aliran fasies gunung api harus lebih di perdalam sebagai praktikan

DAFTAR PUSTAKA

Fakultas Teknologi Mineral. 2013. Geologi Citra Pengindraan Jauh,Yogyakarta: Institut Sains & Teknologi AKPRIND

LAMPIRAN