bab i

9
1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) adalah penyebab utama morbiditas dan mortalitas penyakit menular di dunia. Hampir empat juta orang meninggal akibat ISPA setiap tahun, 98%-nya disebabkan oleh infeksi saluran pernapasan bawah. Tingkat mortalitas sangat tinggi pada bayi, anak-anak, dan orang lanjut usia, terutama di negara-negara dengan pendapatan per kapita rendah dan menengah. Begitu pula, ISPA merupakan salah satu penyebab utama konsultasi atau rawat inap di fasilitas pelayanan kesehatan terutama pada bagian perawatan anak (WHO, 2007) Ada beberepa faktor yang dapat menurunkan angka kejadiann ISPA, menurut studi deskriptif oleh Jelliffe (1978) dan Soysa (1981) terdapat perbedaan kejadiann Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) pada bayi, di mana lebih tinggi pada bayi susu formula dibandingkan dengan bayi ASI. Juga diperkuat oleh penelitian Naim (2001) menggunakan Desain case control berhasil membuktikan secara signifikan hubungan kedua variable yaitu ASI dengan ISPA.

Upload: fred-djh

Post on 27-Sep-2015

221 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

yoi

TRANSCRIPT

6

BAB IPENDAHULUAN

1. 1 Latar BelakangInfeksi saluran pernapasan akut (ISPA) adalah penyebab utama morbiditas dan mortalitas penyakit menular di dunia. Hampir empat juta orang meninggal akibat ISPA setiap tahun, 98%-nya disebabkan oleh infeksi saluran pernapasan bawah. Tingkat mortalitas sangat tinggi pada bayi, anak-anak, dan orang lanjut usia, terutama di negara-negara dengan pendapatan per kapita rendah dan menengah. Begitu pula, ISPA merupakan salah satu penyebab utama konsultasi atau rawat inap di fasilitas pelayanan kesehatan terutama pada bagian perawatan anak (WHO, 2007) Ada beberepa faktor yang dapat menurunkan angka kejadiann ISPA, menurut studi deskriptif oleh Jelliffe (1978) dan Soysa (1981) terdapat perbedaan kejadiann Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) pada bayi, di mana lebih tinggi pada bayi susu formula dibandingkan dengan bayi ASI. Juga diperkuat oleh penelitian Naim (2001) menggunakan Desain case control berhasil membuktikan secara signifikan hubungan kedua variable yaitu ASI dengan ISPA. Bayi yang disusui oleh Ibunya lebih jarang menderita sakit saluran nafas dan pencernaan, malnutrisi daripada bayi yang mendapat susu atau makanan lainnya lewat botol. Satu juta lebih kematian bayi selama setahun bisa dicegah jika semua bayi mendapatkan ASI ekslusif pada 6 bulan pertama kehidupannya. (Anton Baskoro, 2008 ) Pencapaian ASI ekslusif 4 bulan di Indonesia menurut data SDKI tahun 2002 sebesar (66,1 %) dan dibawah 6 bulan sebesar (39. 5%) (Ditjen binkesmas Depkes, 2008)

1Di Kabupaten Indramayu sendiri %tase bayi yang mendapatkan ASI secara eksklusif 6 bulan sebesar 80% dan 20% yang non ekslusif. Indonesia sehat 2010 mentargetkan ASI ekslusif sebesar 80% dengan perubahan ASI ekslusif dari 4 bulan menjadi 6 bulan. Berdasasrkan data-data diatas maka penulis ingin mengetahui hubungan pemberian ASI terhadap angka kejadian ISPA pada bayi di Desa Sumuradem kecamatan Sukra Kabupaten Indramayu, lokasi ini dipilih karena daerah ini merupakan daerah yang padat penduduk dan kurang bersih sehingga angka kejadian ISPA pada bayi di daerah ini tinggi, selain itu mayoritas penduduk di daerah ini mempunyai tingkat pendidikan yang rendah yang mempengaruhi tingkat pengetahuan akan kesehatan, termasuk pemberian ASI sehingga penulis lebih memilih daerah ini sebagai tempat penelitian tentang hubungan pemberian ASI terhadap angka kejadian ISPA pada bayi di Desa Sumuradem kecamatan Sukra Kabupaten Indramayu.

1. 2 Masalah Penelitian Berdasarkan kenyataan dan harapan yang telah dijelaskan pada latar belakang penelitian maka pemasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah bagaimana hubungan pemberian ASI ekslusif dengan kejadian ISPA pada bayi di Desa Sumuradem kecamatan Sukra Kabupaten Indramayu

1. 3 Tujuan Penelitian1. 3. 1. Tujuan UmumTujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui hubungan pemberian ASI ekslusif dengan kejadian ISPA pada bayi di desa Sumuradem kecamatan Sukra kabupaten Indramayu

1. 3. 2. Tujuan Khususa. Mengidentifikasi kejadian ISPA pada bayipada bayi berusia 6-12 bulan di desa Sumuradem kecamatan Sukra Kabupaten Indramayu.b. Mengindentifikasi pemberian ASI pada bayi berusia 6-12 bulan di desa Sumuradem kecamatan Sukra kabupaten Indramayuc. Mengidentifikasi hubungan pemberian ASI ekslusif dengan kejadian ISPA pada bayipada bayi usia 6-12 bulan di desa Sumuradem kecamatan Sukra kabupaten Indramayu.

1. 4 Manfaat Penelitian1. 4. 1 Manfaat untuk ilmu pengetahuanDari segi pengembangan ilmu, hasil penelitian ini diharapkan dapat:a. Menjelaskan tentang pentingnya pemberian ASI esklusifb. Menjelaskan hubungan pemberian ASI ekslusif terhadap kejadiann ISPAc. Menambah ilmu pengetahuan tentang hubungan pemberian ASI ekslusif terhadap ISPA bagi orang yang membacanya.

1. 4. 2 Manfaat untuk pelayanan kesehatana. Sebagai masukan dalam upaya meningkatkan promosi kesehatan, khususnya promosi tentang pentingnya pemberian air susu Ibu ekslusif.

1. 4. 3 Manfaat Untuk Masyarakata. Menambah pengetahuan Ibu tentang pentingnya pemberian air susu Ibu ekslusif. b. Sebagai bahan masukan kepada Ibu muda yang baru mempunyai bayi untuk menyusui anaknya secara ekslusif.

1. 4. 4. Manfaat Penelitia. Meningkatkan pengetahuan peneliti tentang manfaat pemberian air susu Ibu ekslusif. b. Meningkatkan pengetahuan peneliti tentang hubungan pemberian ASI ekslusif terhadap kejadiann ISPA pada bayi di Desa Sumuradem kecamatan Sukra Kabupaten Indramayu. 1. 5 Orisinalitas PenelitianPada penelitian ini yang akan dikaji adalah mengenai hubungan antara pemberian air susu Ibu eklusif terhadap kejadian ISPA pada bayi di Desa Sumuradem kecamatan Sukra Kabupaten Indramayu. Desain penelitian yang akan digunakan yaitu dengan menggunakan Desain cross sectional, sedangkan yang membedakan dengan penelitian terdahulu adalah :a. Judul penelitian sekarang dengan penelitian terdahulu. b. Variabel yang diukur adalah pemberian ASI dengan kejadiann ISPA. c. Waktu penelitian berbeda dengan penelitian terdahulu. d. Tempat penelitian berbeda dengan penelitian terdahulu

Tabel 1. Orisinalitas PenelitianPeneliti, tahun JudulDesainHasil

Wijayanti, 2010

Hubungan antara pemberian ASI eksklusif dengan angka kejadiann diare pada bayi umur 06 bulan di Puskesmas Gilingan Banjarsari Surakarta.

Jenis penelitian yang digunakan adalah dengan Desain Cross sectional.

Menunjukkan adanya hubungan antara pemberian ASI eksklusif dengan menurunnya tingkat kejadiann diare pada bayi

Siskriantiharmain, 2010Hubungan lama pemberian air susu ibu (asi),kecukupan gizi, dan kejadiann infeksi dengan arah pertumbuhan bayi usia 6 bulan (studi di wilayah kerja Puskesmas Bangetayu Kecamatan Genuk Kotamadya Semarang)

Jenis penelitian yang digunakan adalah dengan Desain Cross sectional.

Semua subjek telah diberi MP-ASI sebelum usia 6 bulan. Subjek yang diberi ASI lebih dari 6 bulan yaitu 93.8 %. Sebagian besar subjek mempunyai kecukupan energi dan protein baik dengan presentase 50 % dan 71,9%. Kejadian ISPA pada bayisebesar 78.1 % dan diare hanya 8.8 %. Sebagian besar subjek memiliki arah pertumbuhan N sebesar 81.3 %. Tidak ada hubungan antara lama pemberian ASI dengan arah pertumbuhan, p= 1.00 , ada hubungan kecukupan gizi (p energi= 0.018, p protein=0.0013) dengan arah pertumbuhan, tidak ada hubungan kejadiann Infeksi (p ISPA =0.590, p diare = 0.301) dengan arah pertumbuhan .

Khairunnisak, 2010 Hubungan pemberian ASI dengan kejadiann ikterus pada bayi baru lahir 0 - 7 hari di Rumah Sakit umum daerah dr. Zainoel Abidin Banda AcehBersifat analitik dengan pendekatan cross sectional.dari 35 responden yang sering melakukan pemberian ASI ternyata mayoritas Negatif mengalami ikterus (68,6%) dan dari 16 responden yang tidak sering melakukan pemberian ASI mayoritas 87,5% positif mengalami ikterus.

Shapiro, R.L., Hughes., Ogwu, A., Kitch, D., & Lockman, S., 2010.Antiretroviral Regimens in Pregnancy and Breast-Feeding in Botswana

Analisis eksperimenTingkat penekanan virologi menjadi kurang dari 400 eksemplar per mililiter tinggi dan tidak berbeda secara signifikan antara ketiga kelompok saat melahirkan (96% pada kelompok kasus, 93% pada kelompok protease inhibitor, dan 94% pada kelompok pengamatan) atau selama periode menyusui (92% pada kelompok kasus, 93% pada kelompok protease inhibitor, dan 95% pada kelompok pengamatan)