bab i

23
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tikus dan mencit adalah hewan pengerat (rondensia) yang lebih dikenal sebagai hama tanaman pertanian, perusak barang digudang dan hewan pengganggu yang menjijikan di perumahan. Belum banyak diketahui dan disadari bahwa kelompok hewan ini juga membawa, menyebarkan dan menularkan berbagai penyakit kepada manusia, ternak dan hewan peliharaan. Rodensia komensal yaitu rodensia yang hidup didekat tempat hidup atau kegiatan manusia ini perlu lebih diperhatikan dalam penularan penyakit. Penyakit yang ditularkan dapat disebabkan oleh infeksi berbagai agen penyakit dari kelompok virus, bakteri, protozoa dan cacing. Penyakit tersebut dapat ditularkan kepada manusia secara langsung oleh ludah, urin dan fesesnya atau melalui gigitan ektoparasitnya (kutu, pinjal, caplak dan tungau). Hewan pengerat (rodensia) ini baik disadari atau tidak, kenyataanya telah menjadi saingan bagi manusia. Lebih dari itu rodensia, pada dasarnya dapat mempengaruhi bahkan mengganggu kehidupan manusia dengan berbagai cara. Dalam hal jumlah kehidupan yang terlibat dalam gangguan tersebut, erat kaitanya dengan kejadian/penularan penyakit. Hal demikian dapat dilihat dari pola penularan penyakit pest yang melibatkan empat faktor kehidupan, yakni manusia, pinjal, kuman dan tikus. 1

Upload: ovaria-suwandi

Post on 07-Aug-2015

69 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tikus dan mencit adalah hewan pengerat (rondensia) yang lebih dikenal sebagai hama

tanaman pertanian, perusak barang digudang dan hewan pengganggu yang menjijikan di

perumahan. Belum banyak diketahui dan disadari bahwa kelompok hewan ini juga

membawa, menyebarkan dan menularkan berbagai penyakit kepada manusia, ternak dan

hewan peliharaan.

Rodensia komensal yaitu rodensia yang hidup didekat tempat hidup atau kegiatan

manusia ini perlu lebih diperhatikan dalam penularan penyakit. Penyakit yang ditularkan

dapat disebabkan oleh infeksi berbagai agen penyakit dari kelompok virus, bakteri, protozoa

dan cacing. Penyakit tersebut dapat ditularkan kepada manusia secara langsung oleh ludah,

urin dan fesesnya atau melalui gigitan ektoparasitnya (kutu, pinjal, caplak dan tungau).

Hewan pengerat (rodensia) ini baik disadari atau tidak, kenyataanya telah menjadi

saingan bagi manusia. Lebih dari itu rodensia, pada dasarnya dapat mempengaruhi bahkan

mengganggu kehidupan manusia dengan berbagai cara. Dalam hal jumlah kehidupan yang

terlibat dalam gangguan tersebut, erat kaitanya dengan kejadian/penularan penyakit. Hal

demikian dapat dilihat dari pola penularan penyakit pest yang melibatkan empat faktor

kehidupan, yakni manusia, pinjal, kuman dan tikus.

Beranjak dari pola tersebut, upaya untuk mempelajari kehidupan tikus menjadi sangat

relefan. Salah satunya adalah mengetahui jenis atau spesies tikus yang ada, melalui

identifikasi maupun deskripsi. Untuk keperluan ini dibutuhkan penuntun praktek

keterampilan identifikasi tikus dan ektoparasit, yang memuat ciri–ciri morfologi masing–

masing jenis tikus.

Ciri–ciri morfologi tikus yang lazim dipakai untuk keperluan tersebut di antaranya

adalah : berat badan ( BB ), panjang kepala ditambah badan (H&B), ekor (T), telapak kaki

(HF), telinga (E), tengkorak (SK) dan susunan susu (M). Disamping itu, lazim pula untuk

diketahui bentuk moncong, warna bulu, macam bulu ekor, kulit ekor, gigi dan lain-lain.

1

Page 2: BAB I

1.2 Tujuan

Tujuan umum:

“Melakukan Identifikasi Tikus”

Tujuan khusus:

a) Mengetahui tempat hidup dan keberadaan tikus

b) Mengetahui jenis umpan dan cara penangkapan tikus

c) Mengetahui cara membius dan mematikan tikus

d) Mengetahui jenis / spesies melalui ciri-ciri morfologi tikus

2

Page 3: BAB I

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. KEBERADAAN TIKUS

Sejak lama tikus hidup dan tinggal dilingkungan manusia. Penanganan makanan dan

pembuangan sampah sangat mempengaruhi perkembangan tikus disekitar rumah tangga.

Tikus sudah beradaptasi terhadap perubahan-perubahan dan dapat berkembang biak dengan

cepat disamping itu tikus merupakan binatang menyusui yang paling banyak menimbulkan

penyakit manusia. Beberapa penyakit yang ditimbulkan karena adanya tikus yang dikenal

sebagai “Rodent Borne Disease” adalah:

- Pes

- Leptospirosis

- Salmonellosis

- Trichonisis

- Rat Bite Fever

- Schistomiasis

- Murine thypus

Selain berpengaruh terhadap kesehatan masyarakat, tikus juga dapat menimbulkan

kerusakan pada perabot rumah tangga, gudang, gudang penyimpanan makanan serta gigitan

tikus pada kabel listrik dapat menimbulkan kebakaran sehingga tikus perlu dikendalikan.

Tinggi turunnya populasi tikus dipengaruhi faktor lingkungan yang terdiri dari faktor

abiotik dan faktor biotik.

Faktor abiotik; air untuk minum dan sarang. Air untuk minum merupakan kebutuhan

yang sangat penting. Sarang mempunyai fungsi:

- Sebagai tempat untuk melahirkan dan membesarkan anak

- Tempat menyimpan pakan

- Tempat berlindung dari hujan, panas dan sebagainya

- Tempat beristirahat pada siang hari

- Tempat bersembunyi / malarikan diri dari kejaran predator

Faktor abiotik antara lain:

3

Page 4: BAB I

- Tumbuhan atau hewan kecil (sumber pakan)

- Patogen (penyebab penyakit)

- Predator (pemangsa atau pembunuh)

- Tikus lain (pesaing pada saat populasi tinggi)

- Manusia

Berbagai predator: reptile (ular dan biawak), aves (brung hantu, elang, alap-alap),

mamalia (kucing, anjing, garangan, musang, rubah, dan tikus besar yang memengsa mencit).

Peranan predator dalam pengendalian tikus tidak begitu nyata karena:

- Populasi predator tikus saat ini jauh menurun

- Tikus sering berada ditempat yang sukar dijangkau predator

- Aktivitas predator banyak

2.2. MORFOLOGI TIKUS

Dengan morfologi dapat diketahui dari tikus:

Bentuk

Warna Bulu

Ukran-ukuran tertentu dari bagian tubuh

Bagian tertentu dari tengkorak membedakan tikus/jenisnya

Bagian yang diukur:

Panjang kepala dan badan: dari ujung moncong sampai kepada anus, disingkat H

& B (Head dan Body)

Panjang ekor: dari anus sampai pada ujung ekor dinyataka dalam mm atau %

ukuran kepala dan badan, panjang ekor disingkat dengan T (Tail)

Panjang telapak kaki belakang mulai dari ujung tumit sampai pada ujung kuku

(cakar) disingkat dengan HF (Hind Foot)

Panjang telinga yaitu dari tabik (legokan) pada dasar telinga sampai ke ujung daun

telinga, disingkat dengan E (Ear)

Panjang tengkorak tikus, dimulai dari ujung tonjolan belakang kepala sampai

kepada ujung tulang hidung, disingkat dengan SK (Skull).

Bagian tubuh yang dihitung:

Putting susu bagi yang betina jumlah pada bagian anterior dan jumlah pada bagian

posterior, misalnya: puttig susu.

4

Page 5: BAB I

Bagian yang diperhatikan/diamati:

Warna bulu badan bagian atas dan bawah

Warna bulu ekor

Adanya scrotum untuk membedakan jantan dan betina

Bentuk tengkorak, moncong panjang dan lancip atau moncong tumpul.

2.3. TANDA-TANDA KEHIDUPAN TIKUS

1. Bekas gigitan (growing)

Bekas gigitan biasanya dapat dilihat pada pintu, jendela, bekas-bekas benda

lainnya.

2. Alur jalan (run ways)

Tikus berjalan memakai jalan yang sama, jalan yang digunakan tikus pada

umumnya kotor dan berminyak, biasanya searah dengan dinding.

3. Bekas gesekan (rub mark)

Segala tanda-tanda yang tersentuh pada umumnya kotor dan berminyak.

4. Lubang (rub rows)

Biasanya tikus membuat lubang untuk persembunyiannya/sarangnya yang sering

ditemui ditanah terbuka, dekat timbunan sampah, di tepi landasan dekat gudang-

gudang maupun disepanjang tepi selokan

5. Kotoran (dropping)

Kotoran baru bentuknya lembek, mengkilat da berwarna gelap sedangkan kotoran

lama bentuknya keras, kering dan pada umumnya berwarna abu-abu.

6. Bekas telapak kaki (tracks path)

Jejak dan jari kaki belakang lebih nampak dari pada jejak kaik depan.

7. Suara (voice)

Biasanya sering terdengar setelah hari menjadi gelap atau disaat mereka sedang

mencari makan.

8. Tikus hidup dan tikus mati (life and dath rat)

Dengan ditemukannya tikus yanh telah mati atau masih hidup menunjukkan

bahwa di daerah tersebut terdapat tikus.

9. Sarang (rest)

5

Page 6: BAB I

Sarang tikus terletak didalam lobang, pada dinding pada pohon-pepohonan dan

tanam-tanaman lain.

2.4. JENIS - JENIS TIKUS

Ordo RODENTIA dan INSECTIVORA

Moncong panjang dan lancip, tidak mempdiastema, gigi runcing seperti

kerucut memenuhi semua bagian rahang …. INSECTIVORA

Moncong tumpul, tidak mempdiastema, gigi seri selalu aus pada ujungnya,

menyerupai pahat …. RODENTIA

ORDO INSECTIVORA FAMILIA RODENTIA

a. Ratus-Ratus diardi (jentik)

Ciri-ciri:

Punggung berwarna coklat

Dada dan perut berwarna sawo matang/abu-abu

Ekor keseluruhannya berwarna gelap

Tikus ini umumnya terdapat dirumah

H & B : 125 – 205 mm

T % : 90 – 120 %

HF : 31 - 39 mm

E : 18 - 29 mm

M : 2 + 3 = 10

b. Rattus tiomanicus (miller)

Ciri-ciri:

Punggung berwarna coklat

Dada dan perut berwarna putih terang/putih susu, kadang-kadang sedikit

kekuning-kuningan

Batas warna punggung dan warna dada sampai perut, pada bagian sisi

tubuhnya berwarna gelap

Ekor keseluruhannya berwarna gelap

Keadaan rambut badan umumnya lembut

Tikus ini senang diladang-ladang

H & B : 130 – 180 mm

6

Page 7: BAB I

T % : 85 – 100 %

HF : 28 - 33 mm

E : 17 - 20 mm

M : 2 + 3 = 10

c. Rattus norvegicus (berkenhout) / Tikus Got

Ciri-ciri:

Punggung berwarna coklat

Dada dan perut berwarna abu-abu

Ekor gelap bagian atas dan agat pucat bagian bawahnya, warna ini

berintegrasi bagian sisi ekornya.

Habitat di got dan sekitarnya

H & B : 140 – 240 mm

T % : 90 – 115 %

HF : 32 - 45 mm

E : 20 - 23 mm

M : 3 + 3 = 12

d. Mus – musculus (Linnaeus)

Ciri-ciri:

Keadaan rambut badan lembut tanpa spines

Bagian punggung berwarna abu-abu kecoklatan

Bagian dada dan perut berwarna lebih abu-abu

Ekor keseluruhannya berwarna

Hanya ditemukan dirumah-rumah

H & B : 60 - 90 mm

T % : 90 – 120 %

HF : 14 - 17 mm

E : 11 - 12 mm

M : 3 + 2= 10

e. Mus cervicolor (Hodson 1845)

Ciri-ciri:

Rambut punggung coklat gelap tanpa spines

7

Page 8: BAB I

Bagian dada dan perut berwarna abu-abu putih

Semua rambut bagian basalnya berwarna abu-abu

Batas antara warna punggung dengan warna dada dan perut tidak jelas

terpisah

Bagian dorsal kaki belakang berwarna putih kotor

Ekor bagian atas berwarna coklat, sedangkan bawah abu-abu

Ditemukan pada rumput-rumput yang tinggi (300 m diatas permlaut)

H & B : 123 - 173 mm

T % : kurang dari – 100 %

HF : 15 - 19 mm

E : 13 - 15 mm

M : 3 + 2= 10

8

Page 9: BAB I

BAB III

ISI

3.1. ALAT DAN BAHAN PRAKTIKUM

ALAT JUMLAH

Bak Pemedah

Pinset

Mistar

Neraca Kasar/ Timbangan

Kapas

Kain putih

Toples

2 buah

4 buah

2 buah

1 buah

Secukupnya

2 helai

2 buah

BAHAN JUMLAH

Tikus

Coloforom

2 ekor

± 50 ml

3.2. CARA KERJA

3.2.1. PENGUMPULAN SAMPEL TIKUS

1. Menangkap tikus dengan memasang perangkap tikus yang menggunakan

umpan

2. Pemasangan perangkap pada sore hari dan dikumpulkan/diperiksa pada

pagi hari berikutnya

3. Gunakan lebih banyak perangkap pada lokasi/titik penangkapan sampel.

4. Perangkap diletakkan pada tempat yang terlindung, tempat sarang atau

tempat lewat/ jalan

5. Tikus yang tertangkap bersama penangkapnya dimasukkan kedalam

kantong.

6. Tikus yang tertangkap di catat keadaan lokasi sekitarnya yaitu:

i. Habitatnya

9

Page 10: BAB I

ii. Tanggal tertangkap

iii. Lingkungannya

iv. Nama umpan

3.2.2. IDENTIFIKASI SAMPEL TIKUS

1. Ditempat identifikasi (laboratorium), tikus dikeluarkan dari perangkap

dengan memasukkan ke kantong kain putih.

2. Setelah itu pindahkan tikus ke dalam toples, beri sedikit cairan coloform

ke kapas dan peras sedikit.

3. Masukkan kapas yang telah diberikan cairan coloform tersebut ke dalam

toples yang berisi tikus (sampel).

4. Tunggu beberapa menit sampai tikus mati.

5. Tikus yang mati dikeluarkan dan ditaruh didalam bak pemedah.

6. Identifikasi tikus dengan mengukur (milimeter) : TL, H &B, T, E, HF.

Hal-hal yang perlu diamati : ada/tidak adanya mamae, jumlah mamae,

warna bulu tikus (sampel)

3.3. HASIL PENGAMATAN

3.3.1. HASIL PEMERIKSAAN TIKUS HITAM

Penangkapan Sampel:

Lokasi : Pasar Siteba Padang

Pemasangan Perangkap

Hari/Tanggal : Minggu/ 29 Mei 2011

Jam : 16.00 WIB

Pengambilan Perangkap Tikus

Hari/Tanggal : Senin/30 Mei 2011

Jam : 09.00 WIB

Nama Kolektor : Ovaria Suwandi

Tikus yang tertangkap

o Habitatnya : Pasar Siteba Padang

o Tanggal tertangkap : 30 Mei 2011

o Lingkungannya : Ramai penjualan bahan-bahan pokok

pada pagi hari sampai sore hari. Pada malam hari penjualan

10

Page 11: BAB I

bahan-bahan pokok tutup (pasar sepi). Keadaan lantai basah

dan becek, dan banyak sampah yang berserakan di tepi-tepi

pasar

o Nama umpan : Buah Tomat

Identifikasi Sampel:

Berat Badan (BB) : 272,3 gram (Ovaria Suwandi)

Panjang Badan (H&B) : 200 mm (Angga Restu Ananda)

Panjang Ekor (T) : 230 mm (Safitriani Marbun)

%T : T x 100 %

H&B

%T : 230 x 100 % = 115 %

200

Panjang Daun Telinga (E) : 2,5 cm (M.Hafidh)

Pjg telapak kaki blkg (HF) : 4 cm (Romi Sandika P)

Pjg tengkorak tikus (SK) : 6,5 cm (Ovaria Suwandi)

Putting susu/mamae (M) : ada, 5 pasang puting susu (2 pasang

pada anterior dan 3 pasang pada posterior) (Safitriani Marbun)

Warna bulu badan : abu-abu (Angga Restu Ananda)

Warna bulu ekor : coklat kehitaman (Romi Sandika P)

Bentuk tengkorak /moncong : runcing (M.Hafidh)

Kesimpulan Identifikasi : Rattus norvogicus (Tikus got)

Jenis kelamin : Betina

Tempat hidup : Got

3.3.2. HASIL PEMERIKSAAN TIKUS PUTIH

Identifikasi Sampel:

Berat Badan (BB) : 17,1 gram (Efantri Krisnawati)

Panjang Badan (H&B) : 95 mm (Rima Juniati)

Panjang Ekor (T) : 98 mm (Refnaleti Zabid)

%T : T x 100 %

H&B

11

Page 12: BAB I

%T : 98 x 100 % = 103,16 %

95

Panjang Daun Telinga (E) : 1,4 cm (Rahmi Yuniarti)

Pjg telapak kaki blkg (HF) : 1,5 cm (Hesty Dewilson)

Pjg tengkorak tikus (SK) : 2 cm (Efantri Krisnawati)

Putting susu/mamae (M) : Tidak Ada (Hesty Dewilson)

Warna bulu badan : abu-abu (Rima Juniati)

Warna bulu ekor : putih (Refnaleti Zabid)

Bentuk tengkorak /moncong : runcing (Rahmi Yuniarti)

Kesimpulan Identifikasi : Mus musculus (Mencit)

Jenis kelamin : Jantan

Tempat hidup : di gudang

12

Page 13: BAB I

Lampiran

13

Page 14: BAB I

14

Page 15: BAB I

BAB IV

PENUTUP

4.1. KESIMPULAN

Tempat hidup dan keberadaan tikus, biasanya tikus membuat lubang untuk

persembunyiannya/sarangnya yang sering ditemui ditanah terbuka seperti di pasar siteba

Padang, dekat timbunan sampah, di tepi landasan dekat gudang-gudang maupun disepanjang

tepi selokan

Jenis umpan dan cara penangkapan tikus, tikus tegolong omnivore pemakan

segalanya. Pemakaian umpan pada penangkapan tikus di sesuai kan dengan lokasi

penangkapan tikus, misalnya: pemasangan perangkap tikus yang dipasang disekitar pasar

yang banyak menjual bahan-bahan pokok makanan, umpan yang digunakan pun haruslah

bahan-bahan pokok makanan seperti buah-buahan atau sayur-sayuran. Penangkapan tikus

menggunakan perangkap yang disertai umpan yang cocok di lokasi penangkapan tikus.

Perangkap dipasang/diletakkan pada alur jalan tikus (run ways) yaitu jalan yang sama yang

digunakan oleh tikus untuk berjalan, jalan yang digunakan tikus pada umumnya kotor dan

berminyak, biasanya searah dengan dinding. Atau perangkap dipasang/diletakkan dekat

lubang yang dibuat oleh tikus.

Cara membius dan mematikan tikus, menggunakan bahan kimia seperti coloform

yang diserap oleh kapas dan diletakkan pada toples/ wadah tertutup yang bisa menampung

satu ekor tikus (sampel). Tunggu beberapa menit, hingga tikus (sampel) kaku dan mati. Seteh

itu keluarka tikus dari wadah dan lakukan identifikasi morfologi luar tikus.

Jenis / spesies melalui ciri-ciri morfologi tikus, melalui identifikasi morfologi luar

yakni berat badan ( BB ), panjang kepala ditambah badan (H&B), ekor (T), telapak kaki

(HF), telinga (E), tengkorak (SK) dan susunan susu (M). Disamping itu, lazim pula untuk

diketahui bentuk moncong, warna bulu, macam bulu ekor, kulit ekor, gigi dan lain-lain. Dari

identifikasi yang dilakukan terhadap 2 ekor sampel yakni 1 ekor tikus putih dan 1 ekor

sampel tikus hitam disimpulkan bahwa sampel tikus putih adalah spesies Mus musculus

(Linnaeus) atau mencit karena memeliki kunci identifikasi morfologi yang sesuai dengan

kunci identifikasi Mus musculus. Sampel tikus hitam disimpulkan spesies Rattus norvegicus

(Berkenhout) atau tikus got.

15

Page 16: BAB I

4.2. SARAN

Akademik

- Diharapkan menyediakan peralatan-peralatan praktikum yang cukup

bagi para mahasiswa/i. Tiap-tiap mahasiswa/i mendapatkan peralatan satu buah

(lengkap).

- Diharapkan menyediakan laboratorium khusus Pengendalian Vektor

Penyakit dimana di dalammya terdapat sampel-sampel yang sudah diawetkan

sehingga mahasiswa lebih banyak mengenal (variasi klasifikasi) bintang

pengganngu seperti macam-macam tikus yang ada di seluruh dunia, lengkap

dengan data-data spesimennya.

Kelompok

- Diharapkan setiap anggotanya lebih aktif lagi dalam kegiatan praktik dan

ikut andil dalam proses kegiatan pratikum.

- Diharapkan semua anggota kelompok dapat membawa bahan-bahan

sampel secara lengkap. Sesuia dengan kesepakatan antara dosen pembimbing

dan instruktur pembimbing.

- Diharapkan melakukan pratikum yang rapi dan terorganisir.

- Diharapkan sudah mengetahui cara kerja/ langkah-langkah dalam

pratikum.

Masyarakat

- Melaksanakan hidup yang baik, rapi, dan sehat. Dengan cara menjaga

kebersihan lingkungan sekitar, terutama penangan sampah. Karena penanganan

makanan dan pembuangan sampah sangat mempengaruhi perkembangan tikus

disekitar rumah tangga.

- Diharapkan berwaspada terhadap binatang pengganggu “tikus”, karena

tikus cepat beradaptasi terhadap perubahan-perubahan lingkungan dan dapat

berkembang biak dengan cepat.

- Diharapkan mengetahui cara penangkapan tikus yang benar.

- Diharapkan dapat berhati-hati terhadap binatang pengganggu seperti:

tikus, yang menjadi vector pembawa penyakit.

16

Page 17: BAB I

DAFTAR PUSTAKA

Wijayanto, Mukhlis, SKM. Penuntun Praktek Keterampilan Identifikasi Tikus dan

Ektoparasit. 1995. Padang: Departemen Kesehatan RI Akademi Kesehatan Lingkungan

Padang.

Kunci Identifikasi dari Dosen dan Instruktur Pembimbing.

17