bab i

6
 BAB I PENDAHULUAN Polio sudah dikenal sejak zaman pra-sejarah. Lukisan dinding di kuil-kuil Mesir kuno men gga mbar kan ora ng-o ran g seh at deng an kaki layu yang ber jala n deng an tong kat . Kaisar  Romawi Claudius te rse ran g poli o ke ti ka ma si h kan ak- kan ak da n me nja di pi nca ng seumur hid up nya .Vir us pol io me nye ra ng ta npa pe ri nga tan, me rusa k si st em sa ra f me ni mbu lkan kelumpuhan permanen, biasanya pada kaki. Sejumlah besar penderita meninggal karena tidak dapat menggerakkan otot pernapasan. Poliomyelitis berasal dari kata Yunani, polio berarti abu- abu, yang myelon yang bersifat saraf perifer, sering juga disebut paralis infatil. Poliomielitis atau sering disebut polio. Sejarah penyakit ini diketahui dengan ditemukannya gambaran seorang anak yang berjalan dengan tongkat dimana sebalah kiri mengecil pada lukisan artefak Mesir Kuno tahun 1403-1365 sebelum masehi. Polio adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus polio yang dapat mengakibatkan terjadinya kelumpuhan yang permanen. Gejala meliputi demam, lemas, sakit kepala, muntah, sulit  buang air besar, nyeri pada kaki, tangan, kadang disertai diare. Kemudian virus menyerang dan merusakkan jaringan syaraf,sehingga menimbulkan kelumpuhan yang permanen. 1.1 Rumusan masalah 1.  bagaimana epidemiologi dari poliomyelitis ? 2. baga ima na riwaya t alamiah da ri pol iomyel itis ? 3. bagaima na di agno sis dar i pol iomyelitis ? 4. baga ima na pena tal aksa naan dar i poli omy eli tis ? 1.2 Tujuan masalah 1. Untuk mengetahui epidemiologi dari poliomyelitis. 2. Untuk riwayat alamiah dari poliomyelitis

Upload: sudana-diana

Post on 17-Jul-2015

206 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I

5/14/2018 BAB I - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55a9300c55a9d 1/6

BAB I

PENDAHULUAN

Polio sudah dikenal sejak zaman pra-sejarah. Lukisan dinding di kuil-kuil Mesir  kuno

menggambarkan orang-orang sehat dengan kaki layu yang berjalan dengan tongkat. Kaisar  

Romawi  Claudius terserang polio ketika masih kanak-kanak dan menjadi pincang seumur 

hidupnya.Virus polio menyerang tanpa peringatan, merusak sistem saraf menimbulkan

kelumpuhan permanen, biasanya pada kaki. Sejumlah besar penderita meninggal karena tidak 

dapat menggerakkan otot pernapasan. Poliomyelitis berasal dari kata Yunani, polio berarti abu-

abu, yang myelon yang bersifat saraf perifer, sering juga disebut paralis infatil. Poliomielitis atau

sering disebut polio. Sejarah penyakit ini diketahui dengan ditemukannya gambaran seorang anak yang berjalan dengan tongkat dimana sebalah kiri mengecil pada lukisan artefak Mesir Kuno tahun

1403-1365 sebelum masehi.

Polio adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus polio yang dapat mengakibatkan

terjadinya kelumpuhan yang permanen. Gejala meliputi demam, lemas, sakit kepala, muntah, sulit

 buang air besar, nyeri pada kaki, tangan, kadang disertai diare. Kemudian virus menyerang dan

merusakkan jaringan syaraf,sehingga menimbulkan kelumpuhan yang permanen.

1.1 Rumusan masalah

1.  bagaimana epidemiologi dari poliomyelitis ?

2. bagaimana riwayat alamiah dari poliomyelitis?

3. bagaimana diagnosis dari poliomyelitis ?

4. bagaimana penatalaksanaan dari poliomyelitis?

1.2 Tujuan masalah

1. Untuk mengetahui epidemiologi dari poliomyelitis.

2. Untuk riwayat alamiah dari poliomyelitis

Page 2: BAB I

5/14/2018 BAB I - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55a9300c55a9d 2/6

3. Untuk mengetahui diagnosis dari poliomyelitis.

4. Untuk mengetahui penatalaksanaan dari poliomyelitis.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Epidemiologi dari poliomyelitis

Infeksi virus polio terjadi di seluruh dunia, untuk Amerika Serikat transmisi virus polio liar 

 berhenti sekitar tahun 1979. Di Negara-negara Barat, eliminasi polio sejak tahun 1991. Program

eradikasi polio global secara dramatis mengurangi transmisi polio liar di seluruh dunia, kecuali

 beberapa Negara yang sampai saat ini masih ada transmisi virus polio liar di India , Timur Tengahdan Afrika. Reservoir virus polio liar hanya pada manusia, yang sering ditularkan oleh pasien

infeksi polio yang tanpa gejala. Namun tidak ada pembawa kuman dengan status karier 

asimtomatis kecuali pada orang yang menderita defisien system imun.

Virus polio menyebar dari satu orang ke orang lain melalui jalur oro-fecal pada beberapa kasus

dapat berlangsung secara oral-oral. Infeksi virus mencapai puncak pana musim panas, sedangkan

 pada daerah tropis tidak ada bentuk musiman penyebaran infeksi. Virus polio sangat menular, pada

kontak antar rumah tangga (yang belum diimunisasi) derajat serokonversinya lebih dari 90%.

Kasus-kasus polio sangat infeksiusdari 7-10 hari sebelum dan setelah timbulnya gejala, tetapi virus

 polio dapat ditemukan dalam tinja 3 sampai 6 minggu.

Triad Epidemiologi

Triad epidemiologi merupakan kpnsep dasar epidemiologis yang memberikan gambaran hubungan

antara host, agent, dan environment dalam terjadinya penyakit atau masalah kesehatan lainnya.

Agent

Polio disebabkan oleh virus. Virus polio termasuk genus enterovirus. Terdapat tiga tipe yaitu tipe

1,2, dan 3. Ketiga virus tersebut bisa menyebabkan kelumpuhan. Tipe 1 adalah tipe yang paling

mudah di isolasi , diikuti tipe 3, sedangkan tipe 2 paling jarang diisolasi. Tipe yang sering

Page 3: BAB I

5/14/2018 BAB I - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55a9300c55a9d 3/6

menyebabkan wabah adalah tipe 1, sedangkan kasus yang dihubungkan dengan vaksin yang

disebabkan oleh tipe 2 dan tipe 3.

Host

Virus polio dapat menyerang semua golongan usia dengan tingkat kelumpuhan yang bervariasi.

Penyakit ini dapat menyerang pada semua kelompok umur, namun yang peling rentan adalah

kelompok umur kurang dari 3 tahun.

Resiko terjadinya polio:

• Belum mendapatkan imunisasi polio

• Bepergian ke daerah yang masih sering ditemukan polio

• Kehamilan

• Usia sangat lanjut atau sangat muda

• Luka di mulut/hidung/tenggorokan (misalnya baru menjalani pengangkatan amandel atau

 pencabutan gigi)

• Stres atau kelelahan fisik yang luar biasa (karena stres emosi dan fisik dapat melemahkan

sistem kekebalan tubuh).

Environment/ Lingkungan

Anak yang tinggal di daerah kumuh mempunyai antibodi terhadap ketiga tipe virus polio .

Sedangkan anak yang tinggal di daerah yang tidak kumuh hanya 53% anak yang mempunyai

antibodi terhadap ketiga virus polio. Status antibodi terhadap masing-masing tipe virus polio dari

anak di Bekasi adalah 96% anak mempunyai antibodi terhdap virus polio tipe-1, 96% anak 

mempunyai antibodi polio tipe-2 dan 76% mempunyai antibodi polio tipe-3. Sedangkan anak di

Jakarta yang mempunyai antibodi terhadap masing-masing virus polio tipe-1, tipe-2 dan tipe-3sebesar 96%,98% dan 56%.

Dapat disimpulkan bahwa anak yang tinggal di daerah kumuh "Herd Immunity"nya lebih tinggi

dibandingkan dengan anak yang tinggal di daerah yang tidak kumuh.

2.2. riwayat alamiah dari poliomyelitis

Page 4: BAB I

5/14/2018 BAB I - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55a9300c55a9d 4/6

1. Masa inkubasi & periode klinis

Masa inkubasi polio biasanya 7-14 hari dengan rentang 3-35 hari. Manusia merupakan satu-

satunya reservoir dan merupakan sumber penularan. Virus ditularkan antar manusia melalui rute

oro-fekal. Penularan melalui secret faring dapat terjadi bila keadaan higine sanitasinya baik 

sehingga tidak memungkinkan terjadinya penularan oro-fekal. Makanan dan bahan lain yang

tercemar dapat menularkan virus, walaupun jarang terjadi.

2. Masa Laten & periode infeksi

Pada akhir inkubasi dan masa awal gejala, para penderita polio sangat poten untuk menularkan

 penyakit. Setelah terpakjan dari penderita, virus polio dapat ditemukan pada secret tenggorokan 36

 jam kemudia dan masih bisa ditemukan sampai satu minggu, serta pada tinja dalam waktu 72 jam

sampai 3-6 minggu.

Gejala awal biasanya terjadi selama 1-4 hari, yang kemudian menghilang. Gejala lain yang bisa

muncul adalah nyeri tenggorokan, rasa tidak enak di perut, demam ringan, lemas, dan nyeri kepala

ringan. Gejala klinis yang mengarahkan pada kecurigaan serangan virus polio adalah adanya

demam dan kelumpuhan akut. Kaki biasanya lemas tanpa gangguan saraf perasa. Kelumpuhan

 biasanya terjadi pada tungkai bawah, asimetris, dan dapat menetap selamanya yang bisa disertaigejala nyeri kepala dan muntah. Biasanya terdapat kekakuan pada leher dan punggung setelah 24

 jam.

Kelumpuhan sifatnya mendadak dan layuh, sehingga sering dihubungkan dengan lumpuh layuh

akut (AFP, acute flaccid paralysis), biasanya menyerang satu tungkai, lemas sampai tidak ada

gerakan. Otot bisa mengecil, reflex fisiologi dan reflex patologis negative.

2.3 Diagnosis dari poliomyelitis

Diagnosis dibuat berdasarkan :

1. Pemeriksaan virology dengan cara membiakkan virus polio, baik liar maupun virus vaksin.

Selain tatacara laboratorik yang ketat dan standar (dengan kultur sel jaringan), kualitas specimen

sangat mempengaruhi hasil pemeriksaan. Specimen yang kering, tidak dingin, terkontaminasi atau

Page 5: BAB I

5/14/2018 BAB I - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55a9300c55a9d 5/6

 pengambilan sampel setelah 2 minggu setelah lumpuh memberikan hasil biakan negative palsu.

Lumpuh layuh juga dapat disebabkan oleh infeksi dengan enterovirus 71 atau Coxsackie A& atau

non-polio-enterovirus yang lain. Selain biakan, identifikasi antigen dilakukan dengan pemeriksaan

 probe atau sequencing.

2. Pengamatan gejala dan perjalanan klinik. Banyak sekasli kasus yang menunjukkan gejala

lumpuh layuh yang termasuk dalam acute flaccid paralysis. Pemeriksaan yang teliti dan

 pengamatan lanjutan yang sangat membantu. Kasus klinik mirip polio ( polio-compatibel ) adalah

kasus yang setelah 60 hari masih mempunyai paralisis residual tanpa informasi medic yang jelas,

atau penderita meninggal. Sensitifitas menjadi 64% dan spesifitas 82% apabila kita menggunakan

variable gabungan dengan menambahkan variable umur di bawah 6 tahun, adanya panas pada

 permulaan sakit, perubahan paralisis yang cepat menjadi maksimal (dalam waktu 4 hari). Cara lainadalah menambahkan variable lain misalnya penambahan pola neurologikyang dianggap khas

seperti kelumpuhan proksimal, unilateral, tidak adanya gangguan sensori. Pada akhir program

eradikasi sensitivitas diperlebar dengan memasukkan border-line cases, yaitu semua penderita

yang lumpuh layuh akut.

3. Pemeriksaan khusus. Pemeriksaan hantaran saraf dan elektromiografi dapat merujuk secara

lebih tepat letak kerusakan saraf secara anatomic. Cara ini akan dapat memisahkan kerusakan

motor neuron dengan kelainan lain akibat demyelinasi pada saraf tepi, sehingga dapat

mempermudah membedakan polio dengan kelainan kerusakan lower motor neuron lain, misalnya

Guillain-Barre syndrome. Pemeriksaan lain seperti pemeriksaan MRI dapat menunjukkan

kerusakan di daerah kolumna anterior, sedangkan pemeriksaan likuor memberikan gambaran sel

dan bahan kimia (kadar gula dan protein) yang sangat penting untuk menentukan kerusakan yang

terjadi pada sel motor neuron.

4. Pemeriksaan adanya gejala sisa neurologic (residual paralysis). Pemeriksaan ini dilakukan

60 hari setelah kelumpuhan, untuk mencari deficit neurologic, misalnya mencari kelumpuhan

 partial atau kelemahan otot pada satu atau sekelompok otot. Pemeriksaan sebaiknya tepat waktu

(jangan diundur), karena kelemahan ini bias menghilang akibat adanya kompensasi oleh otot lain

atau perbaikan dari sisa otot yang masih baik. Bilamana ada keraguan sebaiknya dilanjutkan

dengan pemeriksaan elektrodiagnostik.

Page 6: BAB I

5/14/2018 BAB I - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-55a9300c55a9d 6/6

 2.4 Penatalaksanaan dari poliomyelitis

Pengobatan pada penderita polio tidak spesifik. Pengobatan ditujukan untuk meredakangejala dan pengobatan suportif untuk meningkatkan stamina penderita. Peru diberikan pelayanan

fisioterapi untuk meminimalkan kelumpuhan dan menjaga agar tidak terjadi atrofi otot. Perawatan

ortopedik tersedia bagi mereka yang mengalami kelumpuhan menetap. Pengendalian penyakit

yang paling efektif adalah pencegahan melalui vaksinasi dan surveilans A I P.

Rehabilitasi

Dilakukan dengan beristirahat dan menempatkan pasien ke tempat tidur, memungkinkan anggota

 badan yang terkena harus benar-benar nyaman. Jika organ pernapasan terkena, alat pernapasa

terapi fisik mungkin diperlukan. Jika kelumpuhan atau kelemahan berhubung pernapasan

diperlukan perawatan intensif.

Tidak ada obat antivirus yang efektif untuk poliovirus, sehingga terapi yang utama adalah

mengurangi keluhan (suportif). Antinyeri diberikan untuk keluhan nyeri kepala. Penggunaan

ventilator dilakukan pada pasien dengan gangguan otot pernafasan, dan apabila diperkirakan

 penggunaan ventilator akan berlangsung lama dapat dilakukan tracheostomy. Terapi rehabilitasi

dilakukan pada pasien dengan paralisis otot dan adanya luka akibat tekanan (dekubitus). Pemberian

 pencahar diperlukan karena mobilisasi yang kurang sehingga pencernaan akan terjadi gangguan

dan juga pemberian diit lunak dan tinggi serat. Terapi bedah berupa penggabungan sendi panggul

diperlukan pada pasien dengan efek samping gangguan bentuk atau pengeroposan dari sendi

 panggul.