bab 7-grup.pdf
TRANSCRIPT
Bab VII Pengantar Teori Grup
BAB VII
Pengantar Teori Grup
1. Kata pengantar
Pada materi sebelumnya telah dipelajari tentang himpunan, relasi biner,
perkalian kartesian secara teori maupun contoh implementasinya. Teori-teori tersebut
akan bermanfaat untuk pembahasan teori grup dan ring. Pada grup dan ring akan
mengguna- kan relasi biner maupun perkalian kartesian terhahap dua atau lebih
himpunan.
2. Kompetensi :
Setelah mempelajari materi ini mahasiswa dapat menerapkan sifat-sifat grup
pada permasalalah komputer.
3. Pokok Bahasan : Pengantar Teori Grup
Sub Pokok Bahasan :
Sistem Aljabar
Pengantar Teori Grup
Grub Bagian
Pembangkit dan Teori Kepangkatan
Koset dan Teorema Lagrange
Grup Permutasi dan Teorema Burnside
Kode dan Kode Grup
4. Kegiatan Belajar
Contoh kasus misalkan warna rambut seseorang dipengaruhi oleh warna
rambut kedua orangtuanya diilustrasikan sebagai berikut.
Matematika diskrit VII-1
Bab VII Pengantar Teori Grup
ibu ayah
terang gelap
terang terang gelap
gelap gelap terang
anak
Maka jelas warna rambut anak dengan kedua orang tuanya dapat dinyatakan dalam
bentuk sebuah fungsi dari A x A ke A, A = { terang, gelap}.
Misal diketahui dua himpunan A dan B suatu fungsi dari A x A ke B
dinamakan operasi biner pada himpunan A. sering dijumpai fungsi A x A ke A,
keeadaan seperti ini disebut dengan operasi biner tertutup. Pada contoh warna
rambut anak operasi yang ada bersifat tertutup.
4.1. Sistem Aljabar
Secara intuitif menyatakan bahwa operasi biner menspesifikasikan suatu
cara untuk menggabungkan dua unsur untuk menghasilkan unsur ke tiga. Suatu
operasi biner dapat di deskripsikan dengan menggunakan operasi fungsi. Misal f
suatu fungsi dari A x A ke A maka f(a1, a2) merupakan bayangan dari pasangan
(a1, a2) yang ada dalam A x A.
Suatu himpunan bersama-sama dengan sejumlah operasi pada himpunan itu
membentuk sistem aljabar (algebraic system). Pada tulisan ini akan digunakan notasi
sistem aljabar (A, * , • , dan ) dimana A adalah himpunan, * , • , dan adalah
operasi pada himpunan A. Perhatikan himpunan bilangan asli N bersama-sama
dengan operasi penjumlahan + dan ’ . ’ membentuk sistem aljabar dengan dua
operasi yaitu (N, + , . ) 4.2. Pengantar teori grup
Misal * sebuah operasi biner pada himpunan A, operasi * dikatakan asosiatif jika Matematika diskrit VII-2
Bab VII Pengantar Teori Grup
(x * y) * z = x * (y * z)
Definisi 7.1. : Misal (A, * ) suatu sistem aljabar dengan * merupakan operasi
biner pada A maka (A, * ) dinamakan semigrup apabila dipenuhi syarat
1. ’ * ’ merupakan suatu operasi tertutup
2. ’ * ’ merupakan suatu operasi asosiatif
Contoh 7.1.: Himpunan A merupakan himpunan bilangan bulat, A = { 2, 4, 6.... }
maka ( A, + ) memenuhi semigrup.
Jawab. : Karena ’ + ’ merupakan operasi tertutup didalam A ( penjumlahan
antara bilangan genap anggota himpunan A atau (A , +) merupakan bilangan genap
anggota himpunan A ) dan dipenuhi operasi asosiatif maka (A, +) adalah semi
grup.
Contoh 7.2.: S merupakan himpunan berhingga, misal S = {a, b, c}, A himpunan
tidak kosong dari S, A = { a, b, c, aa, ab, ac, ....aaa, bbb,...} maka (A, .) adalah semi grup.
Jawab. : Karena ’ . ’ merupakan operasi tertutup didalam A yaitu a . b operasi
biner dan anggota dari A. Operasi a . b merupakan penyambungan string a
dan b misalkan aa . abc = aaabc, (aa.bb) . cc = aa . (bb . cc) = aabbcc sifat
asosiatif dipenuhi maka ( A, . ) adalah semi grup.
Keidentikan
Misal (A, * ) suatu sistem aljabar dengan * operasi binernya suatu unsur e
dinamakan keindentikan kiri ( left identity ) jika untuk semua a di dalam A, e* x
= x. Secara umum misal e1 suatu keindentikan kiri dan e2 keindentikan kanan
untuk sistem aljabar (A, * ). Karena e1 sutatu keindentikan kiri maka e1 * e2 = e2
dan karena e2 sutatu keindentikan kanan maka e1 * e2 = e1. Jadi e1 = e2
kesimpulan jika e merupakan keindentikan kiri maka e juga merupakan
Matematika diskrit VII-3
Bab VII Pengantar Teori Grup
keindentikan kanan atau sistem tidak mempunyai keindentikan kanan sama sekali.
Begitu pula sebaliknya jika e merupakan keindentikan kanan maka e juga
merupakan keindentikan kiri atau sistem tidak mempunyai keindentikan kiri sama
sekali. Jadi dalam suatu operasi biner paling banyak hanya mempunyai satu unsur
keidentikan atau disebut dengan unsur netral.
Contoh 7.3.: Diberikan sistem aljabar sebagai berikut
* a b c d
a d a b c
b a b c d
c a b c c
d a b c d
Gambar . 7.1. Sistem Aljabar
unsur b dan d merupakan unsur keidentikan kiri yaitu b * a = a, b * b = b, b
* c = c, b * d = d, d * a = a, d * b = b, d * c = c serta d * d = d.
Contoh 7.4.: Diberikan sistem aljabar sebagai berikut
* a b c d
a a b d c
b b a c d
c c d a b
d d d b c
Gambar . 7.2. Sistem Aljabar
unsur a merupakan unsur keidentikan kanan yaitu a * a = a, b *a = b, c * a
= c dan d * a = d.
Matematika diskrit VII-4
Bab VII Pengantar Teori Grup
Contoh 7.5.: Misalkan ( N, + ) suatu sistem aljabar, N merupakan himpunan
bilangan asli dan operasi ’+’, merupakan operasi penjumlahan biasa maka 0
merupakan unsur keidentikan.
Jawab : Sangat jelas bahwa 0 merupakan unsur keindentikan kiri maupun kanan
dari N. Contohnya 1 + 0 =1 atau 0 + 1 = 1 hal ini berlaku untuk semua
anggota N , untuk setiap x anggota N maka x + 0 = 0 + x = x.
Definisi 7.2.: Suatu system aljabar (A,*) dengan * sebagai operasi biner pada A,
(A,*) disebut monoid jika dipenuhi :
1. ’ * ’ merupakan suatu operasi tertutup
2. ’* ’ merupakan suatu operasi asosiatif
3. Sistem tersebut mempunyai unsur keidentikan
Invers
Misal (A,*) suatu sistem aljabar dengan elemen keidentikan e dan x anggota
himpunan A maka suatu unsur y dinamakan kebalikan kiri ( left inverse) dari x
apabila y * x = e. Dan b dinamakan kebalikan kanan ( right inverse) unsur x apabila
x * y = e.
Definisi 7.3.: Suatu system aljabar (A,*) dengan * sebagai operasi biner pada A,
(A,*) disebut grup jika dipenuhi :
1. ’ * ’ merupakan suatu operasi tertutup
2. ’* ’ merupakan suatu operasi asosiatif
3. Sistem tersebut mempunyai unsur keidentikan
4. Setiap unsur di dalam A mempunyai invers
Contoh 7.6. : Karena dipenuhinya sifat asosiatif di dalam grup maka kebalikan kiri
suatu unsur juga merupakan kebalikan kanan unsur tersebut.
Bukti : Misalkan y suatu kebalikan kiri untuk x dan z suatu kebalikan kiri untuk y
serta e unsur keidentikan. Karena
(y * x) * y = e * y = y
Matematika diskrit VII-5
Bab VII Pengantar Teori Grup
maka diperoleh z * ((y * x) * y) = z * y = e
Karena operasi asosiatif, maka
z*((y * x) * y)=((z * y)*x)*y
= (e*x)*y
= x * y
Sehingga x * y = e.
Jadi y juga merupakan kebalikan kanan untuk x.
Untuk selanjutnya menyatakan invers dari x dinyatakan x -1.
Contoh 7.7 : Perhatikan sistem aljabar ( I, + ) dengan I adalah himpunan semua
bilangan bulat dan + operasi penjumlahan yang biasa. Maka (I, +) adalah
sebuah grup dengan 0 sebagai unsur keidentikan dan invers unsur n adalah -n.
Contoh 7.8 : Diberika sistem aljabar (G, ⊕ ), G = {GENAP, GANJIL} dan ⊕
merupakan oerasi biner yang didefinisikan
⊕ Genap Ganjil
Genap Genap Ganjil
Ganjil Ganjil Genap
Dengan kata ’GENAP’ merupakan unsur keidentikan dan kata ’GENAP dan
GANJIL’ merupakan invers bagi dirinya sendiri maka (G, ⊕ ) adalah suatu grup,
Contoh 7.9 : Perhatikan rotasi bangun-bangun geometrik pada sebuah bidang datar.
misalkan
R = { 00, 600, 1200, 1800, 2400 , 3000 } menyatakan enam kemungkinan cara
untuk memutar bangun geometrik pada bidang datar, yaitu memutar gambar
bersangkutan sebesar 00, 600, 1200, ... 3000 . Misalkan tanda * sebuah operasi biner
sedemikian rupa sehingga untuk a dan b di dalam R, a * b adalah rotasi sudut
yang besarnya sama dengan rotasi a diikuti dengan rotasi b. (R, *) merupakan Matematika diskrit VII-6
Bab VII Pengantar Teori Grup
sebuah grup dengan 00 sebagai unsur keidentikan, invers rotasi 600 adalah rotasi
3000 , invers 1800 adalah dirinya sendiri, dan seterusnya.
Komutatip Misalkan * sebuah operasi biner pada A. Operasi * dikatakan komutatif apabila
y * x = y * x
untuk semua x, y didalam A.
Contoh 7.10 : Misalkan A menyatakan himpunan orang-orang dan Δ suatu operasi
biner demikian sehingga a Δ b yang lebih tinggi di antara a dan b serta sama
dengan a jika a dan b sama tingginya maka jelas, A bukan operasi yang komutatif.
Suatu grup (A, *) dinamakan grup komutatif atau grup Abel jika * adalah
suatu operasi komutatif. (kata Abel adalah nama matematikawan dari Norwegia
tahun 1802-1829). Suatu grup (A, *) dikatakan terhingga (finite) jika A adalah suatu
himpunan terhingga, dan dikatakan takhingga (infinite) jika A adalah suatu himpunan
takhingga. Ukuran himpunan A dinamakan ordo grup tersebut.
4.3 Grupbagian
Definisi 7.4. : Misalkan (A,*) sebuah sistem aljabar dan B suatu himpunan bagian
dari A Sistem aljabar (B,*) dinamakan sistembagian (subsystem) dari (A,*).
Misalkan (N, +) adalah sebuah sistem aljabar yang menggambarkan penjumlahan
bilangan-bilangan asli, E adalah himpunan semua bilangan genap jelas bahwa (E, +)
merupakan suatu sistembagian dari (N, +).
Misalkan (A, *) sebuah grup, dan B sebuah himpunan bagian dari A maka
(B, *) dinamakan grupbagian (subgroup) jika (B, *) juga merupakan suatu grup.
Untuk memeriksa apakah (B,*) suatu grupbagian atau bukan yang perlu dilakukan
1. Kita harus memeriksa apakah * merupakan suatu operasi tertutup pada B
atau bukan.
Matematika diskrit VII-7
Bab VII Pengantar Teori Grup
2. ’*’ telah diketahui merupakan operasi yang asosiatif.
3. Karena hanya ada suatu unsur e di dalam A sedemikian sehingga
e * x = x * e = x untuk semua x di dalam A, kita tinggal memeriksa apakah
e ada di dalam B atau tidak. Dengan kata lain, unsur keidentikan bagi sistem
(A, *) harus ada di dalam B untuk menjadi unsur keidentikan bagi (B, *).
4. Karena invers setiap unsur di dalam A bersifat tunggal maka untuk setiap
unsur y di dalam A , harus diperiksa bahwa invers juga ada di dalam B.
Contoh 7.11.: Misalkan (I, +) sebuah sistem aljabar, dengan I adalah himpunan
semua bilangan bulat dan + adalah operasi penjumlahan yang biasa maka jelas
bahwa (I, +) adalah sebuah grup. Lebih lanjut, jika E adalah himpunan semua
bilangan genap berarti himpunan E merupakan bagian dari I, maka (E, +)
merupakan sebuah grupbagian.
Teorema 7.1: Diketahui (A, *) sebuah grup dan B sebuah himpunanbagian dari A.
Jika B suatu himpunan terhingga, maka (B, *) merupakan suatu grupbagian dari
(A, *) jika operasi * tertutup pada B.
BUKTI. : Misalkan a sebuah unsur di dalam B. Jika operasi * tertutup pada
himpunan B maka unsur-unsur a, a2 , a3, ... semuanya pasti ada di dalam B.
Karena B suatu himpunan berhingga, berdasarkan pigeonhole principle, maka
pastilah ai = aj untuk i dan j tertentu, i < j. Ini berarti ai = ai * a j-i dengan demikian
a j-i merupakan unsur keidentikan untuk (A, *), dan ia ada di dalam B. Jika j - i >
1, maka karena a j-i = a * a j-i-1, dapat disimpulkan bahwa a j-i-1 adalah kebalikan
unsur a, dan ia ada di dalam B. Jika j - i = 1, maka ai = ai * a, sehingga a
merupakan unsur keidentikan dan sekaligus invers bagi dirinya sendiri. Jadi,
ketertutupan operasi * pada B menjamin bahwa (B, *) merupakan suatu
grupbagian.
4.4. Pembangkit dan Evaluasi Perpangkatan
Diketahui (A, *) sebuah sistem aljabar. Pada dimana A adalah himpunan
warna - warna dan operasi biner * menghasilkan kombinasi dua warna misalnya Matematika diskrit VII-8
Bab VII Pengantar Teori Grup
merah * kuning = jingga. Apabila diketahui himpunan bagian warna - warna di dalam
A dan kita ingin tahu semua warna yang bisa diperoleh melalui semua kemungkinan
kombinasi dari warna-warna yang kita miliki. Selain itu, perhatikan grup (0o, 60o,
120o, 180o, 240 o, 300 o) yang menggambarkan rotasi bangun-bangun geometrik pada
bidang datar. Misalkan kita hanya bisa memutar bangun-bangun itu 120o setiap kali
rotasi 120o beberapa kali akan menghasilkan rotasi-rotasi ( 0o, 60o, 120o, 180o, 240 o)
Akan tetapi seandainya kita hanya bisa memutar 60o setiap kali, maka rotasi 60o
berturut-turut akan menghasilkan semua rotasi yang ada di dalam himpunan (0o, 60o,
120o, 180o, 240 o, 300 o)
Diketahui (A, *) adalah sebuah sistem aljabar, dengan * sebagai operasi
binernya. B = {al, a2, ...} adalah suatu himpunanbagian dari A. Misalkan Bl,
himpunanbagian dari A yang mengandung B (artinya B ⊆ B1) maupun semua unsur
ai * aj untuk semua ai dan aj di dalam B. Maka B1, dinamakan himpunan yang
dibangkitkan langsung Oleh B. Begitu pula misalkan B2 menyatakan himpunan yang
dibangkitkan secara langsung Oleh B1, ..., dan Bi+1 menyatakan himpunan yang
dibangkitkan secara langsung Oleh Bi . Selanjutnya, misalkan B• menyatakan
gabungan (union) dari B, B1, B2, ... Sistem aljabar. (B•, *) dinamakan sistembagian
yang dibangkitkan Oleh B, dan suatu unsur dikatakan dibangkitkan Oleh B jika unsur
itu ada di dalam B•. Perhatikan bahwa * merupakan suatu operasi yang tertutup pada
B•. Jadi, untuk suatu grup (A, *), jika B• ternyata merupakan suatu himpunan
berhingga (finite set), maka (B•, *) akan merupakan suatu grupbagian. Jika B• = A, B
dinamakan himpunan pembangkit (generating set) bagi sistem aljabar. (A, *).
Pada contoh tentang penggabungan warna himpunan pembangkit ialah suatu
himpunan bagian dari himpunan wama-warna yang gabungannya akan menghasilkan
semua warna yang ada di dalam himpunan asalnya.
Pada contoh tentang rotasi bangun-bangun geometrik, [60o] adalah suatu
himpunan pembangkit.
Definisi 7.5. : Suatu grup yang memiliki himpunan pembangkit yang terdiri dari satu
unsur saja dinamakan grup siklik (cyclic group).
Contoh 7.12: Gambar 7.4. menunjukkan sebuah grup siklik dengan {b} sebagai
salah satu himpunan pembangkitnya. Matematika diskrit VII-9
Bab VII Pengantar Teori Grup
* a b c d
a a b c d
b b c d a
c c d a b
d d a b c
Gambar 7.4.
Perhatikan bahwa {c} juga merupakan himpunan pembangkit. Pada contoh rotasi
bangun-bangun geometrik, grup ((0o, 60o, 120o, 180o, 240 o, 300 o), *) juga merupakan
sebuah grup siklik.
Misalkan (A, *) sebuah grup siklik dan {a} suatu himpunan pembangkit bagi
(A, *) maka unsur-unsur di dalam A dapat diucapkan sebagai a, a , a . ... Karena
opera-sinya asosiatif, ai * aj = aj* ai = ai+ j , yang berarti setiap grup siklik adalah
komutatif.
Contoh 7.13 : Misalkan B suatu himpunan pembangkit bagi sistem aljabar (A, *).
Untuk suatu unsur a di dalam A, kita ingin tahu berbagai cara membangkitkan unsur a
itu. Yang dimaksud dengan membangkitkan unsur a ialah memperoleh a melalui
operasi berturut-turut terhadap unsur-unsur di dalam himpunan pembangkit tadi salah
satu cara membangkitkan a dapat dinyatakan melalui suatu barisan unsur-unsur di
dalam A
a1 a2 a3 ... ar
sedemikian rupa sehingga ar = a, dan setiap ai 1≤ i ≤ r, dapat katakan sebagai ai * ak ,
dengan ai dan ak berasal dari B atau berada di sebelah kiri ai di dalam barisan
unsur-unsur tadi. Karena suatu barisan r unsur seperti di atas ada kaitannya dengan
pembangkitan unsur a melalui r kali penerapan operasi * terhadap unsur-unsur di
dalam himpunan pembangkit dan unsur-unsur yang telah dibangkitkan, akan menarik
sekali kalau kita bisa memperoleh barisan yang pendek yang akan membangkitkan
suatu unsur tertentu. Yang menjadi masalah bagaimana memperoleh prosedur yang
Matematika diskrit VII-10
Bab VII Pengantar Teori Grup
efisien untuk menghitung perpangkatan xn bagi suatu x tertentu dan suatu bilangan
bulat positif n.
Contoh 7.14: Perhatikan sistem aljabar ( I, +), dengan I adalah himpunan semua
bilangan bulat positif dan + operasi penjumlahan biasa maka jelas bahwa B = { 1 }
merupakan himpunan pembangkit bagi sistem ini.
Untuk suatu bilangan bulat n tertentu, kita ingin tahu berbagai cara untuk
membangkitkan n ini. Misalnya, barisan berikut menunjukkan beberapa cara untuk
membangkitkan bilangan 9:
2 3 4 5 6 7 8 9
2 3 4 5 9
2 4 8 9
Suatu barisan unsur-unsur di dalam I yang menuntun pada pembangkitan
suatu bilangan bulat n dinamakan rantai penjumlahan (addition chain) bagi n.
Kaitan antara rantai penjumlahan bagi n dan suatu prosedur untuk mengevaluasi xn
untuk suatu nilai x tertentu menjadi sangat jelas mengingat bahwa. xj . xk. = x j+k.
Sebagai ilustrasi untuk menentukan suatu rantai penjumlahan terpendek bagi
suatu bilangan bulat n.
4.5. Koset dan Teorema Lagrange
4.5.1. Koset kiri dan kanan
Perhatikan contoh rotasi bangun-bangun geometrik, misalkan suatu rotasi awal
00 atau 1200 atau 2400 akan diikuti dengan rotasi 600. Kita ingin tahu semua
kemungkinan total rotasi sudutnya. Misalkan (A, *) adalah sebuah sistem aljabar
dengan * sebagai operasi binernya, dengan a sebuah unsur di dalam A dan H
sebuah himpunan bagian dari A. Koset kiri (left coset) H relatif terhadap a, yang
dilambangkan dengan a* H adalah himpunan {a * x | x ∈ H). Begitu pula, koset
kanan (right coset) H relatif terhadap a, dilambangkan dengan H * a adalah
himpunan { x * a | x ∈ H).
Matematika diskrit VII-11
Bab VII Pengantar Teori Grup
Banyak yang dapat dikatakan mengenai koset bila kita membatasi pada
koset-koset di dalam grup. Misalkan (A, *) sebuah grup dan (H, sebuah grupbagian
dari (A, *) maka diperoleh teorema berikut.
Teorema 7.2: Misalkan a * H dan b* H adalah dua koset bagi H. Terdapat dua
kemungkinan yang dihadapi yaitu a * H dan b* H saling terpisah atau keduanya
sama.
Bukti : Misalkan a * H dan b * H saling terpisah, dan mempunyai f sebagai suatu
unsur bersama, berarti terdapat h1 dan h2 di dalam H sedemikian rupa sehingga f =
a * h1 = b * h2, sehingga a = b * h2 * . Untuk sembarang unsur x di dalam a * H,
karena x = a * h
11h −
3 untuk h3 tertentu di dalam H, maka diperoleh x = b*h2* * h11h −
3
yang merupakan suatu unsur di dalam b * H sebab h2* * h11h −
3 adalah sebuah unsur di
dalam H. Dengan cara yang sama dapat ditunjukkan bahwa setiap unsur di dalam b *
H juga merupakan unsur di dalam a * H. Jadi, kita simpulkan bahwa kedua himpunan
a * H dan b * H adalah sama.
Misalkan (A, *) adalah sebuah grup, dan (H, *) adalah sebuah grupbagian
dari (A, *). Karena (A, *) adalah sebuah grup, maka untuk sembarang a di dalam A
dan h1 dan h2 di dalam H (h1 ≠ h2 ), maka kita memperoleh a * h1 ≠ a * h2. Dengan
demikian, ukuran (banyaknya unsur) suatu koset bagi H sama dengan ukuran H itu
sendiri. Selain itu, karena H mengandung unsur keidentikan grup tersebut, jika kita
cari semua koset kiri ( kanan) yang dimiliki Oleh H, berarti semua unsur di dalam A
telah tercakup. Dengan demikian, kita dapat menyimpulkan bahwa koset-koset kiri
bagi H membentuk suatu sekatan (partisi) bagi A, dengan setiap bloknya mempunyai
jumlah unsur yang sama. Jadi, ukuran himpunan A sama dengan banyaknya koset kiri
yang berbeda bagi H dikalikan dengan ukuran H. Dengan kata lain:
Teorerna 7.3 (Lagrange) Ordo suatu grupbagian membagi habis ordo grup
induknya, asalkan grup induknya ini berordo terhingga.
Matematika diskrit VII-12
Bab VII Pengantar Teori Grup
Akibat dari teorema Lagrange ini, pertama, grup yang berordo bilangan prima tidak
mempunyai grupbagian yang tidak trivial. Dengan demikian, suatu grup berordo
prima pasti bersifat siklik, dan setiap himpunan yang terdiri dari satu unsur selain
unsur keidentikan merupakan suatu himpunan pembangkit.
4.6. Grup Permutasi Dan Teorema Burnside
Di dalam pasal ini dipelajari suatu jenis grup yang penting. Suatu fungsi satu-satu dari
himpunan S ke atas dirinya sendiri (onto itself) dinamakan pemutasi himpunan S
tersebut.
Akan digunakan notasi bagi permutasi himpunan {a, b c, d} yang
memetakan a ke b, b ke d, c ke c, dan d ke a; di barisan atas unsur-unsur himpunan
itu dituliskan dalam urutan sembarang, sedangkan di barisan bawah bayangan suatu
unsur dituliskan di bawah unsur itu sendiri.
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛bdcaabcd
Untuk suatu himpunan S yang mempunyai n buah unsur, misalkan A adalah
himpunan semua n! permutasi unsur-unsur himpunan S. Selanjutnya kita definisikan
suatu operasi biner ο pada A yang berupa komposisi dua fungsi dengan catat bahwa
operasi biner ο adalah suatu operasi yang tertutup pada A.
Contoh 7.15: Misalkan π1 dan π2 keduanya adalah permutasi unsur-unsur
himpunan
S = (a, b, c, ..., x, y, z), tunjukkan bahwa π1 ο π2 adalah suatu permutasi
himpunan S.
Jawab : Untuk menjawab permasalahan ini kita cukup menunjukkan bahwa
tidak ada dua unsur di dalam S yang dipetakan ke unsur yang sama oleh π1 ο π2.
Misalkan bahwa π2 memetakan unsur a ke b sedangkan π1 , memetakan unsur b ke c.
Dengan demikian, π1 ο π2 akan memetakan unsur a ke c. Misalkan x adalah suatu
unsur sembarang yang bukan a. karena π2 adalah suatu permutasi himpunan S,
berarti π2 memetakan x ke suatu unsur yang bukan b katakanlah y. Begitu pula, π1
Matematika diskrit VII-13
Bab VII Pengantar Teori Grup
memetakan y ke suatu unsur yang bukan c, katakanlah z maka π1 ο π2 memetakan x
ke z.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa π1 ο π2 selalu memetakan dua unsur yang
berbeda (misalnya a dan x) ke dua unsur yang berbeda pula (misalnya, c dan z), Oleh
karena itu merupakan suatu permutasi himpunan S.
Ilustrasi contoh soal 7.15 misalkan
π1 = , π⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛adbcabcd
2 = ⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛bacdabcd
diperoleh π1 ο π2 = ⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛bdcaabcd
operasi biner ‘ο’ memenuhi sifat asosiatif. Artinya untuk sembarang permutasi π1 ,
π2 dan π3 unsur-unsur suatu himpunan, berlaku (π1 ο π2 ) ο π3 = π1 ο ( π2 ο π3 ).
Untuk mengetahui ini misalkan π3 memetakan a ke b π2 memetakan b ke c, dan π1
memetakan c ke d. Karena π1 ο π2 memetakan b ke d, (π1 ο π2) ο π3 memetakan a
ke d. Begitu pula, karena π2 ο π3 memetakan a ke c, π1 ο ( π2 ο π3 ) memetakan a
ke d
selanjutnya misalkan
π1 = , π⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛adbcabcd
2 = dan π⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛bacdabcd
3 = ⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛bdacabcd
maka
(π1 ο π2) ο π3 = = = ⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛bacdabcd
adbcabcd
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛bdacabcd
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛dabcabcd
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛bdacabcd
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛acdbabcd
dan π1 ο ( π2 ο π3 ) = = = ⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛adbcabcd
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛bdacabcd
bacdabcd
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛adbcabcd
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛adbcabcd
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛acdbabcd
ini berarti (A, ο) adalah sebuah grup, dengan permutasi yang memetakan setiap unsur
didalam S ke dirinya sendiri bertindak sebagai unsur keidentikan, dan kebalikan
Matematika diskrit VII-14
Bab VII Pengantar Teori Grup
(inverse) suatu permutasi π ialah permutasi yang memetakan kembali π (a) ke a
untuk semua a di dalam S.
Contoh 7.16: Misal, S = {a, b c, d } unsur keidentikan untuk (A, ο) adalah
kebalikan adalah .
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛abcdabcd
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛bacdabcd
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛cabdabcd
Suatu grup bagian dari (A, ο) biasanya dinamakan grup permutasi himpunan S.
4.7. Kode Dan Kode Grup
4.7.1. Kode
Masalah pengkodean pada dasarnya adalah permasalahan merepresentasikan
pesan-pesan yang berbeda dengan barisan - barisan berbeda yang terdiri dari huruf-
huruf suatu alfabet. Kata kode diartikan sebagai kumpulan kata-kata yang
digunakan untuk mempresentasikan pesan-pesan yang berbeda. Suatu kata dalam
sebuah kode juga dinamakan katakode(codeword), sedangkan yang dimaksud
dengan kode blok adalah kode yang terdiri atas kata kata yang panjangnya sama.
Pemilihan kode blok adalah kemampuannya untuk memperbaiki kesalahan. Dalam
proses pengiriman dapat terjadi gangguan, gangguan tersebut dapat menyebabkan
sebagian angka 1 dalam kata kode diterima sebagai angka 0 begitu pula sebaliknya
angka 0 diterima sebagai angka 1. Hal ini mengakibatkan pesan yang dikirim tidak
sama dengan pesan yang diterima. Misalkan A menyatakan himpunan semua
barisan biner yang panjangnya n notasi ⊕ menyatakan operasi biner pada himpunan
A, x dan y elemen himpunan A. maka x ⊕ y menyatakan suatu barisan dengan
panjang n yang mempunyai angaka 1 pada posisi x dan y yang berbeda dan 0 pada
posisi x dan y yang sama.
Contoh 7.17 : Diberikan barisan biner x = 00101 dan y = 10110
maka
x ⊕ y = 10011
Diberikan x sebuah kata dalam himpunan A, bobot x dilambangkan w(x) yang
menyatakan banyak angka 1 didalam x.
Matematika diskrit VII-15
Bab VII Pengantar Teori Grup
Contoh 7.18: - bobot barisan biner 111000 adalah 3 (banyak angka 1 pada barisan
biner adalah tiga).
- bobot barisan biner 1001100 adalah 3 (banyak angka 1 pada
barisan biner adalah tiga).
Untuk sembarang x dan y elemen himpunan A, jarak antara x dan y
dilambangkan d(x,y) sedangkan bobotnya x ⊕ y adalah w(x ⊕ y). Jarak antara dua
kata adalah posisi dimana keduanya berbeda.
Contoh 7.19 : - barisan biner 1110000 dan 1001100 mempunyai jarak 4
- barisan biner 1110000 dan 000111 mempunyai jarak 7
Untuk sembarang x dan y d(x,y) = d(y, x). Untuk sembarang x, y dan z didalam A
maka
d(x,y) ≤ d(x, z) + d(z, y).
Bukti :
w(u ⊕ v) ≤ w(u) + w (v) sehingga diperoleh
w(x ⊕ y) = w(x ⊕ z ⊕ z ⊕ y)
≤ w(x ⊕ z) + w( z ⊕ y)
maka d(x,y) ≤ d(x, z) + d(z, y).
Misalkan G sebuah kode blok. Jarak G didefinisikan sebagai jarak minimum antara
pasangan-pasangan katakode yang berbeda di dalam G. Jarak kode blok berkaitan
sangat erat dengan kemampuannya mengoreksi kesalahan, misalkan sehubungan
dengan dikirimnya sebuah katakode di dalam G, kata y telah diterima. Masalah yang
kita hadapi adalah menentukan dari y katakode yang dikirimkan.
Contoh 7.20: Asumsikan pada kasus sederhana yaitu bahwa y merupakan salah
satu katakode yang ada di dalam G. Secara cepat akan disimpulkan bahwa kata
sesungguhnya yang dikirimkan adalah y, karena kita mengasumsikan bahwa di
Matematika diskrit VII-16
Bab VII Pengantar Teori Grup
dalam proses pengiriman, kesalahan bisa terjadi di dalam posisi yang mana pun.
Salah satu katakode di dalam G mungkin saja menjadi kata yang sesungguhnya
terkirim. Pada saat diputuskan bahwa kata yang dikirimkan adalah y, secara
diam-diam kita telah mengasumsikan bahwa bila sebuah kata dikirimkan, lebih
besar kemungkinannya tidak terjadi kesalahan daripada terjadi kesalahan.
Akan dicoba suatu cara bagaimana menentukan kata yang dikirimkan untuk setiap
kata y yang diterima, yaitu misalkan x1, x2,… xn adalah kata-kata kode yang ada di
dalam G, akan dihitung peluang bersyarat P(xi | y) untuk i = 1, 2, ..., N; P(xi | y)
adalah peluang bahwa xi adalah kata yang dikirimkan bila ternyata bahwa y adalah
kata yang diterima. Jike P(xk | y) adalah yang terbesar di antara semua peluang
bersyarat yang kita hitung tadi kita akan menyimpulkan bahwa xk adalah kata
sesungguhnya yang dikirimkan. Kriterium demikian untuk menentukan kata yang
sesungguhnya dikirimkan dikenal sebagai kriterium pengdekodean kemungkinan –
maksimum (maximum-likelihood decoding criterion). Penghitungan peluang
bersyarat P(xi | y) bisa sangat rumit sebab peluang itu bergantung pada banyak faktor
di dalam sistem komunikasi tersebut.
Sebagai alternatif dikenalkan kriterium lain yang dapat digunakan untuk
menentukan kata yang dikirimkan yaitu kriterium pengdekodean jarak-minimum .
Hitung d(xi , y) untuk i = 1, 2, ... I N, dan disimpulkan bahwa xk adalah kata yang
dikirimkan Jika d(xk , y) merupakan yang terkecil di antara semua jarak yang dihitung.
Ini dikenal sebagai kriterium pengdekodean jarak-minimum (minimum-distance
decoding criterion).
Jika diasumsikan bahwa terjadinya kesalahan di dalam posisi-posisi itu bebas
satu sama lain, dan bahwa peluang terjadinya satu kesalahan adalah p, maka P(xi | y)
= (1 - p)n-t pt, dalam hat ini t adalah jarak antara. xi dengan y.
Untuk p < 1/2 semakin kecil d(xi,, y), semakin besar nilai P(xi | y) ini berakibat
kriterium pengdekodean jarak-minimum menjadi sama dengan kriterium
pengdekodean kemungkinan-maksimum. (Dalam kasus demikian, kesimpulan bahwa
kata yang dikirimkan adalah y bila kata yang diterima y adalah sebuah katakode dapat
dibenarkan)
Matematika diskrit VII-17
Bab VII Pengantar Teori Grup
Perlu dicatat bahwa suatu kode yang berjarak 2t + 1 dapat mengoreksi t atau kurang
kesalahan pengiriman bila kriterium pengdekodean jarak minimum diikuti. Misalkan
sebuah katakode x dikirimkan dan kata y diterima. Jika terjadi kesalahan tidak lebih
dari 1/2 selama pengiriman, maka kita peroleh
d(x, y) ≤ ½
Misalkan x, sebuah katakode yang lain. Karena
d(x, xj ) ≥ 2t + 1
dan d(x, xj) ≤ d(x, y) + d(y, xj) maka d(y, xj) ≥ t + 1
Jadi, kriterium pengdekodean jarak-minimum akan memilih x sebagai kata yang
dikirimkan.
4.7.2. Kode Grup
Suatu himpunan bagian G dari himpunan A dinamakan kode grup jika (G, ⊕)
merupakan suatu grupbagian dari (A,a), dimana A adalah himpunan barisan-barisan
biner yang panjangnya n. Berikut ini akan di tunjukan bahwa jarak himpunan G sama
dengan bobot minimum kata-kata bukan-nol yang ada di dalam G, karena ini akan
lebih mudah untuk menghitung jarak suatu kode grup sebab tidak lagi perlu
menghitung jarak antara semua kemungkinan pasangan kata-kata yang berbeda di
dalam G.
Misalkan x sebuah kata bukan-nol di dalam G.
Karena w(x) = d(x,0) , karena 0 ada di dalam G, maka diperoleh peroleh
w(x) ≥ min [d(y, z)] untuk y, z ∈ G
Akan tetapi untuk sembarang y dan z di dalam G, karena
d(y, z) = w(y ⊕ z)
Matematika diskrit VII-18
Bab VII Pengantar Teori Grup
karena y ⊕ z juga ada di dalam G, kita peroleh
d(y, z) ≥ min [w(x)], x ∈ G, x ≠ 0
sehingga
min[w(x)] ≥ min [d(y, z)] untuk x ≠ 0, x, y, z ∈ G
min d(y, z) ≥ min [w(x)], untuk x ≠ 0, x, y, z ∈ G
maka diperoleh
min [w(x)] = min [d(y, z)] untuk x ≠ 0, x, y, z ∈ G
Cara lain kode grup yang lebih efisien untuk menentukan kata yang
dikirimkan, setiap kata yang diterima berdasarkan kriterium pengdekodean jarak-
minimum. Misalkan (G, ⊕) adalah sebuah kode grup dan y adalah kata yang
diterima. Karena d(xi , y) = w(xi ⊕ y) pembobot bagi kata di dalam koset G ⊕ y
merupakan jarak antara kata-kata kode di dalam G dengan y. Misalkan e adalah kata
dengan pembobot terkecil di dalam G ⊕ y, e = xj ⊕ y, dengan xj ada di dalam G.
Maka berdasarkan kriterium pengdekodean jarak-minimum e ⊕ y = xj , merupakan
kata kode yang dikirimkan untuk semua y di dalam koset G ⊕ y. Maka prosedur
pengkodean dapat dinyatakan sebagai berikut:
a. Tentukan semua koset bagi G.
b. Untuk setiap koset, ambillah kata dengan pembobot terkecil yang akan
dinamakan pemimpin koset tersebut (leader of the coset).
c. Untuk suatu kata y yang diterima, e ⊕ y diputuskan sebagai kata yang
dikirimkan, dengan e sebagai pemimpin koset yang mengandung y.
Contoh 7.21: Misalkan G adalah himpunan bilangan biner berhingga yaitu G =
(10000, 0011, 1101, 1110). Tunjukkan bahwa (G, ⊕) adalah sebuah grup .
Jawab : Koset-koset yang berbeda untuk G dinyatakan sbb:
Matematika diskrit VII-19
Bab VII Pengantar Teori Grup
0000 0011 1101 1110
1000 1011 0101 0110
0100 0111 1001 1010
0010 0001 1111 1100
Berdasarkan kriterium pendekodean jarak-minimum, kata 1011 yang diterima
akan dikodekan sebagai 0011, kata 1010 yang diterima akan didekodekan sebagai
1110, dan kata 1111 yang diterima akan didekodekan sebagai 1101 atau 1110
bergantung pada manakah yang dipilih, 0010 atau 0001, sebagai pemimpin koset yang
mengandung kata 1111.
Resume :
1. Misal (A, * ) suatu sistem aljabar dengan * merupakan operasi biner pada A
maka (A, * ) dinamakan semigrup apabila dipenuhi syarat
a) * merupakan suatu operasi tertutup
b) * merupakan suatu operasi asosiatif
2.Keidentikan ,(A, * ) suatu sistem aljabar dengan * operasi binernya suatu unsur e
dinamakan keindentikan kiri ( left identity) jika untuk semua a di dalam A,
e* x = x.
3.Monoid, suatu system aljabar (A,*) dengan * sebagai operasi biner pada A, (A,*)
disebut monoid jika dipenuhi :
a) ’ * ’ merupakan suatu operasi tertutup
b) ’* ’ merupakan suatu operasi asosiatif
c) Sistem tersebut mempunyai unsur keidentikan
4. Kebalikan (invers), (A,*) suatu sistem aljabar dengan unsur keidentikan e, dan
x anggota himpunan A maka suatu unsur y dinamakan kebalikan kiri ( left
inverse) dari x apabila y * x = e, dan y dinamakan kebalikan kanan ( right
inverse) unsur x apabila x * y = e.
Matematika diskrit VII-20
Bab VII Pengantar Teori Grup
5.Grup, suatu system aljabar (A,*) dengan * sebagai operasi biner pada A, (A,*)
disebut grup jika dipenuhi :
a) ’ * ’ merupakan suatu operasi tertutup
b) ’* ’ merupakan suatu operasi asosiatif
c) Sistem tersebut mempunyai unsur keidentikan
d) Setiap unsur di dalam A mempunyai invers
6. Komutatip, misalkan * sebuah operasi biner pada A. Operasi * dikatakan
komutatif apabila
y * x = y * x
untuk semua x, y didalam A.
7. Grupbagian, misalkan (A,*) sebuah sistem aljabar dan B suatu himpunan bagian
dari A Sistem aljabar (B,*) dinamakan sistembagian (subsystem) dari (A,*).
8. Grup siklik, suatu grup yang memiliki himpunan pembangkit yang terdiri dari satu
unsur saja dinamakan grup siklik (cyclic group).
9. Koset, misalkan (A, *) adalah sebuah sistem aljabar dengan * sebagai operasi
binernya, dengan a sebuah unsur di dalam A dan H sebuah himpunan bagian dari
A. Koset kiri (left coset) H relatif terhadap a, yang akan dilambangkan dengan a*
H, ialah himpunan {a * x | x ∈ H}. Begitu pula, koset kanan (right coset) H relatif
terhadap a, dilambangkan dengan H * a, ialah himpunan { x * a | x ∈ H}.
Matematika diskrit VII-21
Bab VII Pengantar Teori Grup
Referensi :
1. Liu, C. L.: "Introduction to Combinatorial Mathematics," McGraw-Hill Book Company, NewYork, 1968.
2. Paley, H., dan P. M. Weichsel: "A First Course in Abstract Algebra," Holt,
Rinehart and Winston,New York, 1966. 3. Peterson, W. W., dan E. J. Weldon, Jr.: "Error-correcting Codes," edisi ke-2, Mrr
Press, Cambridge, Mass., 1972. Latihan :
7.1. Misalkan N himpunan semua bilangan asli untuk masing-masing berikut ini
tentukan
apakah suatu operasi yang asosiatif atau tidak:
a). a • b = masks (a, b) b). a • b = min (a, b + 2) c). a • b = a + b + 3
d). a • b = a + 2b
min (a, b) jika min (a, b) < 10
e). a • b = masks (a, b) jika min (a, b) ≤ 10
7.2. Misalkan (A, *) sebuah sistem aljabar, dengan * sebagai operasi binernya, dan
untuk sembarang a dan b di dalam A, a * b = a.
a). Tunjukkan bahwa * suatu operasi yang asosiatif. b). Dapatkah menjadi suatu operasi yang komutatip
7.3. Misalkan (A, sebuah sistem aljabar, sedemikian rupa sehingga untuk sernua a, b,
c, d di dalam A
a * a = a
(a * b) * (c * d) = (a * c) * (b * d)
Matematika diskrit VII-22
Bab VII Pengantar Teori Grup
Tunjukkan bahwa
a * (b * c) = (a * b) * (a * c).
7.4. Misalkan Zn, menyatakan himpunan bilangan-bilangan bulat { 0, 1, 2,... , n – 1}.
Misalkan suatu operasi biner pada Zn sedemikian rupa sehingga
a ⊗ b = sisa pembagian ab oleh n
a). Buatlah tabel bagi operasi ⊗ untuk n = 4.
b). Tunjukkan bahwa untuk sembarang n, (Zn, ⊗) adalah suatu semigrup.
7.5. Misalkan (A, •) sebuah semigrup, dan misalkan a sebuah unsur di dalam A.
Perhatikan suatu operasi biner pada A sedemikian rupa sehingga, untuk setiap
x dan y di dalam A, x y = x • a • y
Tunjukkan bahwa merupakan suatu operasi yang asosiatif. 7.6. Misalkan (A, •) sebuah semigrup. Salain itu, untuk setiap a dan b di dalam A, jika
a ≠ b, maka a • b ≠ b • a.
a). Tunjukkan bahwa untuk setiap a di dalam A, a • a = a b). Tunjukkan bahwa untuk setiap a, b di dalam A, a • b • a = a c). Tunjukkan bahwa untuk setiap a, b, c di dalam A.
a • b• c = a • c
Petunjuk: Perhatikan bahwa a • b = b• a berimplikasi a = b. 7.7. Misalkan (A, •) sebuah semigrup. Tunjukkan bahwa, untuk a, b, c di dalam A,
jika
a • c = c •a dan b • c = c • b, maka (a • b) • c = c • (a • b).
7.8 Misalkan ({a, b},•) . sebuah semigrup dengan a • a = b. Tunjukkan bahwa:
a). a • b = b • a
b). b•.b = b
Matematika diskrit VII-23
Bab VII Pengantar Teori Grup
7.9 Misalkan (A, •) sebuah semigrup komutatif. Tunjukkan bahwa jika a • a = a
dan b • b = b, maka (a • b) • (a • b) = a • b.
7.10. Misalkan (A, •) sebuah semigrup. Tunjukkan bahwa jika A sebuah himpunan
terhingga, maka ada a di dalam A sedemikian rupa sehingga a • a = a.
7.11. Misalkan (A, •) sebuah semigrup. Selain itu, misalkan ada unsur a di dalam A
sedemikian rupa sehingga untuk setiap x di dalam A, ada u dan v di dalam A
yang memenuhi relasi
a • u = v • a = x
Tunjukkan bahwa ada unsur keidentikan di dalam A.
7.12. Misalkan (A, •) sebuah semigrup dan e sebuah unsur keidentikan kiri. Selain itu,
untuk setiap x didalam A ada di dalam A sedemikian rupa sehingga • x = e .
^x
^x
a). Tunjukkan bahwa untuk sembarang a, b, c di dalam A, jika a • b = a • c,
maka
b = c.
b). Tunjukkan bahwa (A, •) adalah sebuah grup dengan cara menunjukkan
bahwa e adalah sebuah unsur keidentikan. Petunjuk: Perhatikan bahwa •
x• • x = e .
^x
^x
7.13. Misalkan (A, *) sebuah sistem aljabar sedemikian rupa sehingga untuk semua a,
b di dalam A
(a* b) * a = a
(a * b) * b = (b * a) * a
a). Tunjukkan bahwa a * (a * b) = a * b untuk semua a dan b
b). Tunjukkan bahwa a * a = (a* b) * (a * b) untuk semua a dan b.
c). Tunjukkan bahwa a * a = b* b untuk semua a dan b.
d). Misalkan e menyatakan unsur a * a. Tunjukkan bahwa e* a = a dan a * e = e
Matematika diskrit VII-24
Bab VII Pengantar Teori Grup
7.14. Grupoid pusat (central grupoid) ialah sebuah sistem alabar (A, *) dengan *
sebagai operasi binernya dan
(a * b) * (b * c) = b
untuk semua a, b, c di dalam A.
a). Tunjukkan bahwa
a * ((a* b) *c) = a* b
(a * (b* c)) * c = b *c
di dalam sutu grupoid pusat.
b). Misalkan (A, *) sebuah sistem aljabar dengan * sebagai operasi binernya
dan
(a * ((b * c) * d)) * (c * d) = c
7.15. Misalkan G adalah himpunan bilangan biner berhingga yaitu G = (00000,
11111). Buatlah table koset untuk menunjukkan bahwa G benar-benar dapat
mengoreksi semua kesalahan pengiriman tunggal ( single - transmissions -
error ) maupun pengiriman ganda ( doble - transmissions - error ).
Matematika diskrit VII-25