bab 6,lapi itb
TRANSCRIPT
Hidrogeologi
VI-1
BAB VI HIDROGEOLOGI
6.1 Pengantar
Kondisi awal daerah penyelidikan didekati dengan mengetahui kondisi
hidrogeologi daerah penyelidikan. Data foto udara, lokasi mata air, data
geofisika, geologi, hidrogeologi, dan pemboran direkonstruksi untuk
mendapatkan model pergerakan air tanah yang ada. Model ini akan dijadikan
acuan pada saat pemodelan.
Untuk mengetahui pergerakan air tanah pada saat ini, pada saat penambangan
dan akhir penambangan maka pemodelan matematika dari pergerakan air
tanah merupakan cara terbaik yang ada pada saat ini untuk melakukan
penilaian kondisi hidrogeologi di sekitar pit. Model matematika pada saat ini
akan dikalibrasi dengan hasil pengamatan lapangan. Hasil kalibrasi ini akan
digunakan untuk perhitungan pada saat penambangan dan pada saat
penutupan tambang.
6.2 Pergerakan Air Tanah
Berdasakan data-data foto udara, peta geologi, peta hidrogeologi, lokasi mata
air/sumur, data geofisika dan pemboran maka dapat direkontruksi bahwa mata
air yang mempunyai debit besar seperti mata air Sumber Semen dan Brubulan
yang berada di sebelah Timur daerah penelitian tidak mungkin hanya berasal
dari daerah Ijin PT. GUNUNG MAS MINERAL saja tetapi juga dari daerah yang
dibatasi oleh sayap antiklin di Utara dan Selatan IUP dan memanjang ke arah
Timur-Barat.
Ke arah Barat dataran lembah sinklin dengan tangkapan yang luas yang
didominasi oleh Formasi Ngrayong yang terdiri atas batupasir dan serpih serta
Hidrogeologi
VI-2
lempung yang terkadang disisipi oleh batukapurseperti yang ditemukan di
daerah IUP sehingga menjanjikan adanya resapan yang cukup besar. Daerah
penelitian batukapur memberikan kontribusi dalam penambahan air tanah yang
dikontrol oleh adanya patahan, kekar yang dalam yang mengontrol poljes dan
sungai kering sehingga aliran vertikal lebih dominan. Tetapi dengan bentuk
morfologi yang curam dan jarangnya tumbuhan serta tipisnya lapisan terrarosa
maka jumlah resapan air dari air hujan akan terus turun sehingga akan lebih di
dominasi oleh aliran yang berada di luar IUP karena bentuk morfologinya yang
relatif landai.
Sedangkan mata air / sumur dengan debit yang sangat terpengaruh oleh curah
hujan yang berada di Utara Ijin Lokasi dan Selatan merupakan daerah yang
didominasi oleh batuan rombakan yang mempunyai kemiringan topografi yang
miring ke arah lokasi Ijin Lokasi, sehingga air terakumulasi di daerah kaki
perbukitan. Adanya gangguan akibat pemakaian air yang berlebihan dan tidak
diiringi dengan penanganan air permukaan akan menyebakan berkurangnya
debit mata air dan turunnya muka air tanah pada sumur- sumur masyarakat.
Pada saat kemarau panjang seperti yang terjadi pada penelitian lapangan pada
bulan September 2011 banyak sumur-sumur kering dan debit mata air
berkurang. Ketika hujan mulai turun pada bulan November 2011 air mulai
banyak dan dari pengamatan mata air, warna dan debit berubah seiring dengan
besarnya curah hujan yang datang.
Untuk menjelaskan sistem aliran air tanah di daerah penelitian maka dibuat
penampang sepanjang daerah yang mewakili (Gambar 6.1). Penampang ini
dibuat dari penyebaran mata air (Peta 6.1), peta geologi (Peta 4.2), peta
hidrogeologi (Peta 6.2) dan penyelidikan lapangan lainnya seperti pemetaan
detail, pemetaan tahanan jenis,dan data pemboran. Berdasarkan data-data
diatas dapat direkontruksi pergerakan air tanah yang ada di daerah penelitian
seperti pada Gambar 6.1. Air hujan masuk melalui kedua daerah sayap antiklin
yang telah mengalami erosi sehingga membentuk lembah antiklin.
Hidrogeologi
VI-5
Air tanah dari tangkapan lembah antiklin mengalir ke Timur melalui lemah
sinklin. Di lembah sinklin ini, ketika muka air tanah terpotong oleh topografi
membentuk beberapa mata air.
Lokasi rencana penambangan berada di sumbu sinklin yang belum mengalami
erosi yang diindikasikan oleh adanya Formasi Paciran yang umurnya relatif
lebih muda dari Formasi Ngrayong. Daerah ini sebagian merupakan daerah
yang akan ditambang yang dari data pemboran dan geolistrik tidak ada indikasi
lapisan batupasir atau batulempung. Sehingga dengan demikian aliran vertikal
lebih dominan di daerah ini. Air akan masuk melalui rekahan ataupun patahan
menuju zona jenuh. Zona jenuh ini tidak terindikasi dari data bor maupun
geolistrik yang berarti lebih dalam dari 100 m karena pemboran di daerah ini
mencapai kedalaman 100 m.
Gambar 6.1 Model Tangkapan Air Tanah di Daerah Penelitian
Hidrogeologi
VI-6
a
b
Gambar 6.2 a. Penampakan permukaan b. Penampang Gerakan Air Tanah Utara-Selatan
B
A
Seca
cepa
pori
mus
daer
limp
sem
Jika
kare
seba
Alira
reka
yang
Indik
warn
ara umum
at yang me
seperti pa
im hujan a
rah denga
asan / run
pat tertaha
curah huja
ena adanya
agai zona i
an cepat a
ahan yang
g besar te
kasi lainny
na air) akib
G
pergeraka
engalir me
ada Gamba
air akan m
n top soil
n off. Seda
an diantar
an cukup b
a lapisan
impermeab
akan meny
terpotong
etapi deng
ya dari alir
bat ganggu
Gambar 6.4
an air tana
elalui rekah
ar 6.4 yan
masuk me
/ teraross
ngkan di d
ra ruang a
besar mak
lensa bat
bel, sehing
yebabkan
bidang be
gan cepat
an cepat p
uan permuk
4 Kondisi A
ah di daer
han dan a
ng terjadi p
lalui rekah
sa yang ti
daerah den
antar butir
ka zona jen
tukapur m
gga air tera
munculnya
ebas sesaa
debit berk
perubahan
kaan.
Air Tanah P
rah ini dap
liran lamba
pada saat
han-rekaha
pis dan s
ngan top s
sebelum m
nuh sangat
asif yang
akumulasi.
a mata air
at setelah t
kurang da
n kualitas a
ada Saat M
(Lensa
pat dibedak
at yang be
musim hu
an yang ad
ebagian la
soil / teraro
masuk ke
t mungkin
dangkal y
r tidak per
turun huja
an berangs
air yang c
Musim Huja
batu gamping
Hidrog
kan atas a
ergerak me
ujan. Pada
da terutam
agi menjad
ossa yang
zona reka
akan terbe
yang berfu
rmanen me
n dengan
sur menge
cepat (misa
an
masif)
eologi
VI-8
aliran
elalui
saat
ma di
di air
tebal
ahan.
entuk
ungsi
elalui
debit
ering.
alnya
Ketik
lens
tidak
kare
Hal
di zo
zona
tana
tana
butir
yang
Gam
anta
anta
ka musim
a batu kap
k ditemuka
ena zona je
Ga
ini disebab
ona antar
a antar b
ah/terarosa
ah di atas
ran. Kondis
g relatif ba
mbar 6.6. Z
ar pori. Ket
ar rekahan
kemarau,
pur masif
an di daera
enuh sudah
ambar 6.5 K
bkan karen
butir bahk
butiran Ga
a ataupun
batukapur
si ini ditem
asah diban
Zona ini ak
tika menca
seperti pa
maka air
akan cepa
ah ini mesk
h tidak terb
Kondisi Air
na kecepat
kan bisa m
ambar 6.7
endapan
r akan ber
mui di bebe
nding deng
kan menyim
apai zona r
da Gamba
yang men
at dialirkan
kipun bera
bentuk lagi
r Tanah Pad
tan air di r
mencapai
7. Tetapi
aluvial ya
rfungsi seb
erapa lokas
gan daerah
mpan air d
rekahan m
ar 6.6.
ngisi rekah
n sehingga
da di atas
i seperti ilu
da Saat Mu
ekahan sa
ribuan kal
jika di a
ang sanga
bagai peny
si, daerah
h sekeliling
dan menga
maka mulai
(Lens
han yang
a menyeba
zona batu
ustrasi pad
usim Kema
angat besa
li kecepata
atas batuk
at tebal, m
yimpan air
ini terlihat
gnya seper
alirkan air d
i berlaku k
sa batu gampin
Hidrog
berada di
abkan air t
ugamping m
a Gambar
arau
ar dibandin
an aliran a
kapur terd
maka end
r di zona a
dataran al
rti terlihat
dengan ko
kecepatan
ng masif)
eologi
VI-9
atas
anah
masif
r 6.5.
gkan
air di
dapat
apan
antar
luvial
pada
nsep
zona
Gam
Dae
dibu
1. M
la
2. A
s
p
mbar 6.6 En
rah ini ak
at kolam re
Menampun
aut.
Air yang t
setelah m
pasokan ai
ndapan Ter
kan lebih
esapan (G
ng air huja
tertahan s
elewati zo
r tanah.
rarosa yangke Z
banyak m
Gambar 6.7
an dan me
secara per
ona antar
g Tebal daZona Reka
menyimpan
7) yang ber
engurangi a
rlahan me
r butir se
pat Berfunahan
air jika s
rfungsi seb
air limpasa
elepaskan
ehingga m
ngsi Sebaga
sebagian d
bagai :
an terbuan
air ke fo
membantu
Hidrog
ai Pemaso
daerah re
ng percum
rmasi rek
meningka
eologi
VI-10
k Air
ndah
ma ke
ahan
atkan
GamA
Jika
ini d
bera
huja
rech
tega
mbar 6.7 Peir Bawah T
dilakukan
engan sist
ada di zona
n yang be
harge di da
akan tinggi
embangunaTanah dan
penamba
tem blok, d
a kering) ya
erasal dari
aerah beka
(Gambar
an Kolam dKonsep Ke
ngan di da
dimana tid
ang diperb
i daerah p
as tambang
r 6.8). Kon
di Daerah Tecepatan A
aerah perb
dak ada air
bolehkan k
penambang
g sebelum
ndisi ini ak
Terarossa AAliran Air d
ukitan di d
r hujan (ai
keluar dari
gan akan
berangsu
kan menye
Akan Memi daerah Ba
daerah diat
r tanah tid
penamban
ditampung
r menjadi d
ebabkan y
Hidrog
bantu Pasoatu Gampin
tas zona k
dak ada ka
ngan karen
g dalam k
daerah de
yang masu
eologi
VI-11
okanng
ering
arena
na air
kolam
ngan
uk ke
Hidrogeologi
VI-12
formasi akan menjadi lebih besar dibandingkan sebelum ada penambangan.
Keuntungan lain dari dibentuknya kolam recharge di daerah penambangan
bahwa iklim mikro disekeliling daerah penambangan akan turun. Aspek tak
langsung lainnya karena adanya daerah basah di daerah yang relatif kering
maka daerah recharge area / wetland akan menarik hewan-hewan liar (burung
dan binatang kecil lainnya) berkumpul untuk minum dan kegiatan lainnya.
6.3 Pemodelan Hidrologi dan Hidrogeologi
Untuk mengetahui pergerakan air permukaan dan airtanah pada saat ini, saat
penambangan dan akhir tambang maka pemodelan matematika dari
pergerakan air permukaan dan airtanah merupakan cara terbaik yang ada pada
saat ini untuk melakukan penilaian kondisi hidrogeologi di sekitar quarry.
6.3.1 Tujuan Dari Studi
Tujuan dari pengambilan contoh air tanah dan modeling adalah :
1. Mengetahui kondisi muka air tanah pada saat ini yang ada di daerah
sekitar penambangan.
2. Mengetahui kondisi air tanah pada saat penambangan dan setelah
penambangan.
6.3.2 Ruang Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan yang tercakup dalam pekerjaan ini adalah :
1. Identifikasi dan kondisi air permukaan dan air tanah pada saat ini
2. Pemilihan prosedur modeling
Hidrogeologi
VI-14
6.4 Kondisi Hidrologi Permukaan
6.4.1 Iklim
Daerah penelitian mempunyai iklim tropis yang dipengaruhi oleh angin muson.
Iklim tropis ini terdiri dari dua musim yaitu musim hujan dan musim kemarau.
Pergantian musim ini akan berdampak langsung pada kondisi lahan, penutupan
lahan dan ketersediaan airtanah. Curah hujan di daerah penelitian sebagian
besar terjadi pada bulan November hingga April, sedangkan pada bulan Mei
hingga Oktober terjadi musim kemarau.
Suhu Udara
Di Rembang Jawa Tengah, suhu udara rata-rata bulanan bervariasi. Suhu rata-
rata bulanan minumum terjadi pada bulan Januari yang bertepatan dengan
musim hujan yang tinggi. Oktober merupakan puncak suhu bulan tertinggi dan
bertepatan dengan puncak musim kemarau di daerah ini. Bulan November
suhu bulanan masih tinggi meskipun lebih rendah dari bulan Oktober. Secara
umum di wilayah penelitian suhu udara rata-rata 27-29,1° C.
Tabel 6.1 Suhu Udara Rata-Rata Di Daerah Penelitian
Bulan Suhu (oC) Januari 27 Februari 27,3
Maret 27,6 April 28 Mei 28,2 Juni 27,5 Juli 27,1
Agustus 27,3 September 27,9
Oktober 29,1 November 29 Desember 28,4
Curah Hujan
Data curah hujan diperoleh dari stasiun penakar hujan yang terdapat di
Kabupaten Rembang. Berdasarkan data curah hujan rata-rata bulanan di
Hidrogeologi
VI-15
Kabupaten Rembang, bulan kemarau berlangsung dari Mei sampai Oktober
dan musim penghujan dari November sampai April. Curah hujan pada daerah
ini rata-rata kurang dari 1.300 mm/tahun, rekapitulasi curah hujan di daerah
penelitian dapat dilihat pada Tabel 6.2.
Tabel 6.2 Data Curah Hujan Kabupaten Rembang (Dinas Pertanian Kabupaten Rembang)
Tahun Hari Hujan Curah Hujan (mm)
199219931994199519961997199819992000200120022003200420052006200720082009
77988775152907211590746649635255526759
1.4251.7001.5211.2021.8321.4101.3251.9271.7271.4651.0881.0011.1401.1371.2351.2291.3321.039
6.4.2 Catchment Area (Daerah Tangkapan Air)
Surface water catchment area (daerah tangkapan air permukaan) dihitung dari
peta topografi pada saat ini dan saat penambangan. Lokasi studi berada di
morfologi perbukitan dengan dominan arah alur sungai (sungai tidak berair
hanya berair ketika hujan datang) ke arah Timur dan Barat.
Surface water catchment area pada kondisi awal menunjukan bahwa lokasi
calon rencana tambang quarry batukapur terdapat di punggungan dan tepat
pada batas catchment (catchment WS-1) sedangkan lokasi calon quarry tanah
Hidrogeologi
VI-16
liat berada pada lokasi yang cenderung datar dan berada ditengah-tengah
catchment WS-4 (Gambar 6.9, 6.10, 6.11 dan 6.12).
Kondisi setelah ada pit, catchment di WS-1 dan WS-4 sedikit berubah
diakibatkan penggalian dan membentuk closed basin, perubahan ini menambah
sedikit luas catchment WS-4 dan sedikit mengurangi catchment WS-1 (Gambar
6.11).
6.4.3 Estimasi Peak Flow Dari Air Permukaan
Estimasi peak flow (debit puncak) menggunakan kurva frekuensi intensitas
lamanya curah hujan dari hidrologi untuk pengairan (Takeda dan Sosrodarsono,
1993) yang cukup bagus untuk catchment area kecil.
Peak discharge dihitung dari :
Q = C.I.A
Dimana :
Q = Debit aliran
C = 0,6
I = Curah hujan
A = Luas catchment area
Hidrogeologi
VI-21
Gambar 6.13 Model Penampang Barat - Timur Setelah Penambangan (ClosedBasin di Bekas Galian Batukapur), Vertical Exaggeration 8x
Tabel 6.3 Perhitungan Curah Hujan Maksimum untuk Perhitungan Peak Flow
Durasi Intensitas Hujan (mm/jam) (menit) T = 2 Thn T = 5 Thn T = 10 Thn T = 20 Thn
5 28,38 63,91 87,43 110,00 10 17,88 40,26 55,08 69,29 15 13,64 30,72 42,03 52,88 30 8,59 19,35 26,48 33,31 60 5,41 12,19 16,68 20,99
120 3,41 7,68 10,51 13,22 360 1,64 3,69 5,05 6,36 720 1,03 2,33 3,18 4,00
3600 0,35 0,80 1,09 1,37
Debit Maksimum dipilih, debit dengan periode ulang 20 tahun, durasi hujan 6 jam
Tabel 6.4 Rekapitulasi Perubahan Catchment dan Debit Puncak, Sebelum dan Sesudah Bukaan Tambang
Perhitungan Debit Maksimum Tiap Watershed (curah hujan maks: 6,36 mm/jam) Sebelum Tambang Sesudah Tambang Keterangan
Watershed Luas(Ha) C Debit
(m3/detik) Watershed Luas(ha) C Debit
(m3/detik)WS-1 2.052 0,6 21,75 WS-1 1.798 0,6 19,06 -WS-2 682 0,6 7,23 WS-2 682 0,6 7,23 - WS-3 674 0,6 7,14 W-3 674 0,6 7,14 -WS-4 900 0,6 9,54 WS-4 1.314 0,6 13,93 -
WS-5 412 0,6 4,37 Debit maksimumclosed basindipit tambang
Quarry Batukapur
Quarry Tanah Liat
Barat Timur
Hidrogeologi
VI-22
6.5 Pemodelan Airtanah
6.5.1 Definisi Pola Aliran
Airtanah diasumsikan merupakan airtanah bebas yang mengalir rekahan
batukapur atau tipe aliran airtanah dalam sistem karst. Pola aliran dibatasi
dasarnya oleh tanah liat yang posisinya berupa lapisan melensa yang
menjadikan airtanah di bawah tanah liat menjadi sistem aliran airtanah
“tertekan”.
6.5.2 Proses Transport
Airtanah akan mengalir rekahan gamping dengan kecepatan V yang dihitung
dari :
V = Ki/ne
Di mana :
K = konduktivitas hidraulik
i = gradien hidraulik
ne = porositas efektif equivalen
6.5.3 Formulasi Model
Pemodelan dibuat dalam 3 dimensi dari pergerakan airtanah yang dilakukan
dengan program Modflow. Proses yang akan dimodelkan adalah :
1. Pergerakan airtanah sebelum penambangan
2. Pergerakan airtanah pada saat penambangan
3. Pergerakan airtanah setelah penambangan
Asumsi dan batasan yang digunakan adalah :
1. Kondisi aliran airtanah adalah 3 dimensi
2. Parameter akuifer konstan selama pemodelan
Hidrogeologi
VI-23
Kondisi batas yang digunakan adalah :
1. Recharge dihitung dari air hujan yang masuk ke daerah pemodelan.
2. Selama proses terjadi evapotranspirasi dan daerah yang dianggap kering
terjadi evapotranspirasi terus menerus hingga kedalaman 0,5 meter.
Parameter yang digunakan dalam pemodelan ini adalah :
1. Konduktivitas hidrolik dianggap sama untuk arah x, y dan z tetapi
dibedakan antara batukapur, lanau, batupasir kuarsa dan tanah liat.
Lapisan batukapur terdapat rekahan-rekahan yang merata sehingga nilai
hidrolik bisa diasumsikan sebagai media pori ekivalen.
Tabel 6.5 Parameter Akuifer Yang Digunakan Untuk Pemodelandan Simulasi Airtanah
Batuan Kx(m/s)
Ky(m/s) Kz (m/s) SS (1/m) Sy
Eff.por.
Tot.Por.
Batukapur 1x10-6 1 x10-6 1 x10-6 3.5 x10-7 0,2 0,5 0,5 Tanah liat 3 x10-7 3 x10-7 3 x10-7 8.3 x10-5 0,06 0,35 0,45Batu Pasir Kuarsa 6 x10-6 6 x10-6 6 x10-6 1.1 x10-5 0,27 0,2 0,3
Batu Lanau 2 x10-6 2 x10-6 2 x10-6 1 x10-5 0,2 0,3 0,4
Dimana :
Kx = Konduktifitas hidrolik arah x
Ky = Konduktifitas hidrolik arah y
Kz = Konduktifitas hidrolik arah z
Ss = Specific storage
Sy = Specific yield
Eff.por = Porositas efektif
Tot.por = Porositas Total
2. Evapotranpirasi yang didapat dengan menggunakan rumus :
21
2
9.0JtN
NETreal
Hidrogeologi
VI-24
Dimana :
ETreal = Evapotranspirasi real
N = Curah hujan
Jt = 300+2.5T+0.05T3
T = Temperatur rata-rata (oC)
3. Recharge ke formasi berasal dari curah hujan tahunan rata-rata
evapotranspirasi dan run-off pada Tabel 6.6.
4. Ketinggian muka airtanah diambil dari data pengamatan sumur.
Tabel 6.6 Nilai Recharge dan Evapotranspirasi Pada Tiap Formasi
No Formasi Curah hujan (mm/thn)
RunOff
Evapotranspirasi(mm/tahun)
Recharge(mm/tahun)
1 Satuan batukapur 1300 600 500 200 2 Satuan alluvial/lempung 1300 500 700 100
6.5.4 Kondisi Airtanah Pada Saat Ini
Pengukuran muka airtanah dilakukan dari mata air, sumur bor dan sumur
penduduk yang ditemukan dan sungai. Pada umumnya konstruksi sumur
penduduk merupakan sumur gali manual dengan kedalaman terbatas.
Penggalian oleh penduduk umumnya pada lokasi yang terdapat alluvial
hingga mencapai batuan dasar berupa batukapur sampai kedalaman kurang
dari 20 meter. Pada penelitian yang dilakukan pada tahun 2011, umumnya
m.a.t ditemukan pada kedalaman 1 – 15 m sehingga dapat dikatakan bahwa
air tanah yang ada serta air tanah yang digunakan oleh penduduk adalah
airtanah dangkal. Airtanah juga banyak mengandalkan mata air di daerah
batukapur, juga mata air kontak antara satuan gamping dan lempung.
Umumnya sistem mata air adalah mata air depresi, dimana dihasilkan dari
terpotongnya muka airtanah dengan topografi
Hidrogeologi
VI-25
6.6 Hasil Pemodelan
6.6.1 Kondisi Saat Ini
Berdasarkan data pengamatan lapangan kondisi model dibagi menjadi 2
lapisan utama yaitu lapisan batukapur yang berongga dan pasir lempungan-
lempung. Pada lokasi punggungan yang didominasi oleh batukapur terdapat
lapisan tanah liat yang melensa di antara lapisan batukapur dan
menyebabkan terjadinya sistem airtanah tertekan yang bersifat lokal.
Kondisi model daerah PT. GUNUNG MAS MINERAL sebelum penambangan
dibuat semirip mungkin dengan kondisi yang ada pada saat penelitian agar
diperoleh ketepatan yang tinggi, juga dibuat dengan mengekstensi hingga
mempertimbangkan kondisi regional. Bentuk model 3D dari daerah penelitian
dapat dilihat pada Gambar 6.14 dan 6.15. Dari hasil permodelan didapatkan
daerah kering yang menempati 30 hingga 40% area daerah penelitian
regional (Gambar 6.16).
Satu
an b
atu
kapu
rFm
Pac
iran,
Bul
u da
n N
gray
ong
Sing
kapa
n Sa
tuan
Bat
u K
apur
Dae
rah
resa
pan
Sist
em A
quife
r Bat
u G
ampi
ng
Not to be quoted until finalized VI-29
Gambar 6.17a Penampang Selatan-Utara Dalam Model Menunjukkan AliranAirtanah. Kecepatan Aliran Maks 5E-7 m/s. Warna Merah Menunjukkan
Potensial Head Tinggi, Kuning Sedang, Hijau Rendah
Gambar 6.17 b Posisi Penampang Utara Selatan dan Barat Timur
Gambar 6.17 menunjukkan penampang Selatan-Utara yang memotong daerah
rencana penambangan. Arah aliran air tanah tidak dikontrol oleh topografi lokal
tetapi lebih banyak dikontrol oleh topografi regional. Dari penampang ini dapat
terlihat bahwa di lokasi rencana quarry terlihat bahwa umumnya didominasi
oleh daerah kering (dry cell). Aliran air tanah tidak mengalir dari daerah puncak
(rencana lokasi tambang) ke sebelah Utara dan Selatan. Pada penampang ini
terlihat lembah di sebelah Utara pegunungan batukapur merupakan daerah
luahan. Kecepatan flux aliran airtanah di penampang ini mencapai
5x10-7m/detik.
S N
CalonQuarryBatuKapur
Garis Penampang
W E
N
S
Hidrogeologi
VI-30
Gambar 6.18 Penampang Kolom 45 Menunjukkan Aliran Airtanah ke Utara. Kecepatan Aliran Maks. 2.1E-6 m/sWarna Merah Menunjukkan Potensial Head
Tinggi, Kuning Sedang, Hijau Rendah
Gambar 6.18 menunjukkan penampang Barat-Timur yang memotong daerah
rencana penambangan termasuk lokasi rencana quarry tanah liat. Berdasarkan
penampang ini dapat terlihat bahwa di lokasi rencana quarry, baik batukapur
ataupun tanahliat yang terlihat bahwa umumnya didominasi oleh daerah kering
(dry cell). Aliran airtanah tidak mengalir dari daerah puncak (rencana lokasi
tambang) ke sebelah Barat dan Timur. Pada penampang ini terlihat lembah di
sebelah Barat pegunungan batukapur. Sedangkan kecepatan aliran airtanah ke
arah Timur relatif besar yang mengindikasikan daerah luahan yang potensial.
Kecepatan flux aliran airtanah di penampang ini mencapai 2x10-6m/detik.
Berdasarkan 2 penampang ini, terlihat daerah calon lokasi tambang bukan
daerah yang kaya akan air, sehingga diperkirakan tidak banyak air tanah yang
akan masuk ke dalam tambang.
6.6.2 Kondisi Selama Penambangan
Pola aliran air tanah regional secara umum tidak berubah akibat penambangan
(Gambar 6.19 dan dan 6.20). Quarry batukapur akan digali hingga mencapai
elevasi 225 mdpl, membentuk cekungan tertutup. Bagian Barat tambang
dibatasi oleh gawir terjal, yang merupakan manifestasi sesar. Struktur ini juga
menjadi batas aliran airtanah regional menjadi boundary condition yang
membagi 2 aliran ke Timur dan Barat untuk aliran lokal dangkal.Untuk quarry
tanah liat diperkirakan sama sekali tidak menggangu pola aliran airtanah secara
umum.
W E
CalonQuarryBatu Kapur
CalonQuarryTanah Liat
Hidrogeologi
VI-31
Gambar 6.19 Penampang Selatan-Utara Aliran Airtanah Regional Tidak Berubah, Tetapi Ada Perubahan Lokal Di Pit Tambang, Sebagian Airtanah Pada Waktu Musim Hujan Masuk Ke Pit Tambang. Kecepatan Aliran Maks 1,7E-6 m/s (di
dinding pit tambang)
Penampang Selatan-Utara pada Gambar 6.19 melalui daerah penambangan
batukapur. Jumlah airtanah yang keluar akibat penambangan secara umum
relatif kecil, dan maksimum jika pit dibuka, akan sebesar 0,003 m3/detik.
Gambar 6.20 Penampang Barat-Timur Aliran Airtanah Regional Tidak Berubah, Tetapi Ada Perubahan Lokal Di Pit Tambang, Sebagian Airtanah Masuk Ke Pit
Tambangi. Kecepatan Aliran Maks 8,7E-7 m/s
Gambar 6.20 menunjukkan penampang Barat-Timur yang memotong quarry
batukapur dan tanah liat. Penambangan tanah liat diperkirakan tidak
menyebabkan perubahan pola aliran airtanah secara umum. Debit air yang
keluar berdasarkan hasil simulasi lebih kecil dan tidak menjadi masalah yang
rumit, karena mudah diatur dan tidak membentuk kolam tertutup (closed basin).
6.6.2.1 Debit Aliran Airtanah ke Pit Tambang
Hasil simulasi numerik, menunjukkan akibat tambang, secara regional tidak
mempengaruhi kuantitas yang berarti terhadap muka air tanah di sekitarnya.
Dengan kondisi batu kapur yang banyak rekahan maka air ini dengan cepat
akan masuk ke dalam formasi. Jika air yang masuk kedalam tambang baik
S N
Local Groundwater Flow ke arahQuarryTambang BatugampingLocal Groundwater FlowKeArahQuarry BatuKapur
W E
Local Groundwater Flow ke arahQuarryTambang Batugamping
Quarry Lempung
Local Groundwater flow ke arahquarry batukapur
Quarry Tanah Liat
Hidrogeologi
VI-32
yang berasal dari air hujan maupun air rembasan berwarna keruh akibat proses
erosi selama perjalanan menuju embung, maka dasar embung dapat dipasang
geotextile yang berfugsi sebagai penyaring. Dalam jangka panjang ketika dasar
tambang terisi oleh partikel halus, maka proses infiltrasi akan berjalan lambat
dan berfungsi sebagai saringan alamiah. Berdasarkan simulasi hidrgeologi
dapat dilihat bahwa bukaan tambang, tidak banyak mempengaruhi
keseimbangan hidrogeologi di kedua sistem akuifer (batukapur dan sistem
alluvial).