bab 6 etos kerja dan kinerja istri nelayan dalam menopang ...€¦ · bab 6 – etos kerja dan...

19
153 Bab 6 Etos Kerja dan Kinerja Istri Nelayan dalam Menopang Ekonomi Rumah Tangga Kehidupan Ekonomi Rumah Tangga Nelayan Tradisional Kehidupan ekonomi rumah tangga nelayan tradisional di lokasi penelitian tidak jauh berbeda dengan kehidupan rumah tangga pedesaan sebagaimana umumnya. Kehidupan rumah tangga nelayan tradisional selalu dipersepsikan pada arah yang pesimistik, bahwa mereka merupakan suatu komunitas yang pasif, apatis, fatalistis, enggan berubah, dan kurang kreatif. Lebih daripada itu, ada juga asumsi yang menyatakan bahwa sebutan rumah tangga nelayan tradisional selalu menunjuk pada lapisan kelompok masyarakat miskin dibandingkan dengan masyarakat lainnya (Mubyarto, et. al. 1984). Dengan demikian, masyarakat nelayan tradisional identik dengan kemiskinan, kebodohan dan keterbelakangan. Terdapat beberapa ciri yang cukup menonjol dari komunitas nelayan ini. Pertama, kegiatannya lebih padat karya meskipun mereka pada umumnya telah menggunakan motor tempel dengan peralatan tangkap ikan yang sederhana. Kedua, teknologi yang mereka gunakan untuk pengolahan hasil usaha laut juga masih sederhana. Ketiga, tingkat pendidikan dan keterampilan yang mereka miliki masih sangat rendah. Keempat, tingginya frekuensi keterlibatan anak pra usia kerja dan istri nelayan dalam usaha ekonomi rumah tangga (Muklis, ed., 1988; Farida Nurland,1988; Ratna Indrawasih, 1993).

Upload: others

Post on 15-Dec-2020

9 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Bab 6 Etos Kerja dan Kinerja Istri Nelayan dalam Menopang ...€¦ · BAB 6 – ETOS KERJA DAN KINERJA ISTRI NELAYAN DALAM MENOPANG EKONOMI RUMAH TANGGA 155 para istri nelayan akhirnya

153

Bab 6

Etos Kerja dan Kinerja Istri Nelayan dalam Menopang Ekonomi Rumah Tangga

Kehidupan Ekonomi Rumah Tangga Nelayan Tradisional Kehidupan ekonomi rumah tangga nelayan tradisional di lokasi

penelitian tidak jauh berbeda dengan kehidupan rumah tangga pedesaan sebagaimana umumnya. Kehidupan rumah tangga nelayan tradisional selalu dipersepsikan pada arah yang pesimistik, bahwa mereka merupakan suatu komunitas yang pasif, apatis, fatalistis, enggan berubah, dan kurang kreatif. Lebih daripada itu, ada juga asumsi yang menyatakan bahwa sebutan rumah tangga nelayan tradisional selalu menunjuk pada lapisan kelompok masyarakat miskin dibandingkan dengan masyarakat lainnya (Mubyarto, et. al. 1984). Dengan demikian, masyarakat nelayan tradisional identik dengan kemiskinan, kebodohan dan keterbelakangan.

Terdapat beberapa ciri yang cukup menonjol dari komunitas nelayan ini. Pertama, kegiatannya lebih padat karya meskipun mereka pada umumnya telah menggunakan motor tempel dengan peralatan tangkap ikan yang sederhana. Kedua, teknologi yang mereka gunakan untuk pengolahan hasil usaha laut juga masih sederhana. Ketiga, tingkat pendidikan dan keterampilan yang mereka miliki masih sangat rendah. Keempat, tingginya frekuensi keterlibatan anak pra usia kerja dan istri nelayan dalam usaha ekonomi rumah tangga (Muklis, ed., 1988; Farida Nurland,1988; Ratna Indrawasih, 1993).

Page 2: Bab 6 Etos Kerja dan Kinerja Istri Nelayan dalam Menopang ...€¦ · BAB 6 – ETOS KERJA DAN KINERJA ISTRI NELAYAN DALAM MENOPANG EKONOMI RUMAH TANGGA 155 para istri nelayan akhirnya

MELAMPAUI “KASUR - SUMUR - DAPUR”

154

Berkaitan dengan kegiatan istri nelayan tradisional dalam kehidupan ekonomi rumah tangga ternyata memiliki peran yang cukup strategis. Istri nelayan tradisional dihadapkan pada norma bahwa perempuan adalah istri, ibu rumah tangga yang selain melaksanakan pekerjaan sampingan untuk membantu suami mencari nafkah, harus pula menyelesaikan pekerjaan rumah tangga seperti memasak, mencuci pakaian, membersihkan rumah, mengurus anak dan sebagainya atau kegiatan yang meliputi kasur-sumur-dapur. Sementara itu di satu sisi, kebutuhan hidup yang semakin besar menuntut istri nelayan tradisioanal atau anggota rumah tangga lainnya untuk ikut serta melakukan kegiatan produktif untuk memperoleh pendapatan. Hal ini berarti bahwa perempuan, istri nelayan tradisional mempunyai dua sisi dan status dalam kegiatan bekerja yaitu dalam menyelesaikan pekerjaan rumah tangga dan melakukan kegiatan produktif yang menghasilkan pendapatan langsung.

Rumah tangga nelayan tradisional di Kecamatan Rowosari, Kabupaten Kendal pada umumnya mengandalkan sumber daya laut sebagai sumber pendapatan, hal ini berlangsung secara turun-temurun. Mereka tidak mengenal sifat pekerjaan yang berkaitan dengan penangkapan ikan di laut secara musiman, kecuali waktu hujan lebat atau ombak besar yang hanya berlangsung rata-rata 15–30 hari pada setiap tahunnya. Melakukan kegiatan produktif yang berkaitan dengan penangkapan ikan di laut memiliki tingkat resiko yang relatif kecil dibanding dengan usaha tani di darat, dari aspek kegagalannya. Dengan demikian, melakukan kegiatan produktif yang berkaitan dengan penangkapan ikan di laut yang telah berlangsung dari generasi ke generasi merupakan sumber pendapatan rumah tangga mereka, sekalipun hasilnya relatif kecil tetapi lebih menjamin pendapatannya, sehingga kebutuhan anggota rumah tangga yang berlangsung setiap hari minimal dapat terpenuhi.

Pada umumnya kepala rumah tangga hanya pemilik kapal motor kecil dan atau menjadi Anak Buah Kapal (ABK) dari pemilik kapal besar atau juragan laut, kehidupan mereka akan sangat terbantu oleh istri nelayan yang melakukan kegiatan produktif. Oleh karena itu

Page 3: Bab 6 Etos Kerja dan Kinerja Istri Nelayan dalam Menopang ...€¦ · BAB 6 – ETOS KERJA DAN KINERJA ISTRI NELAYAN DALAM MENOPANG EKONOMI RUMAH TANGGA 155 para istri nelayan akhirnya

BAB 6 – ETOS KERJA DAN KINERJA ISTRI NELAYAN DALAM MENOPANG EKONOMI RUMAH TANGGA

155

para istri nelayan akhirnya memilih untuk melakukan kegiatan produktif guna menambah pendapatan suami sehingga pendapatan rumah-tangganya menjadi lebih besar. Variasi kegiatan produktif yang dilakukan istri nelayan biasanya tidak jauh dari kegiatan kenelayanan atau kegiatan yang terkait dengan kehidupan sehari-hari seperi warung makan dan toko kelontong walaupun para istri nelayan dalam melakukan kegiatan produktif mereka tidak pernah mengabaikan peran utama mereka sebagai ibu rumah tangga. Para istri nelayan tetap mengerjakan pekerjaan rumah tangga, seperti kutipan hasil wawancara dengan Ibu Kusniah,

“Lha pripun malih, bapake meniko mboten saget dijagakne hasile. Kulo kan mboten saget mendhel mawon. Nanging nggih tetep gawean omah kulo cekel sedoyo. Sinten malih ingkang mbantu mangke” (Lha bagaimana lagi, bapaknya itu tidak bisa diandalkan hasilnya. Saya kan tidak bisa tinggal diam saja. Tetapi ya harus tetap pekerjaan rumah saya selesaikan semua. Siapa lagi yang membantu).

Pilihan kegiatan produktif para istri nelayan, sebenarnya lebih disebabkan oleh dorongan untuk meningkatkan kehidupan ekonomi rumah-tangganya karena pendapatan suami yang tidak menentu terlebih dengan adanya gangguan perubahan iklim, namun demikian keputusan untuk melakukan kegiatan produktif dikarenakan beberapa hal. Pertama karena sudah ada pengalaman bekerja sejak muda, seperti dikemukakan Ibu Saudah bahwa beliau melakukan pekerjaan mengolah ikan sejak muda, sejak sebelum menikah. Pada saat itu hanya untuk membantu orang tua menambah penghasilan keluarga.

“Saking nem-neman kulo mpun nggereh, dereng mikir butuh nanging ngrencangi tiyang sepuh” (Dari muda saya sudah membuat ikan asin, belum memikirkan kebutuhan tetapi membantu orang tua).

Mencermati kegiatan istri nelayan yang melakukan kegiatan produktif seperti perdagangan, pengasinan ikan, atau pun usaha lain di sekitar tempat tinggal mereka, dari mulai ikut-ikutan, menjadi kegiatan yang menyenangkan. Ibu Saudah mengatakan dengan melakukan kegiatan produktif yang dapat menghasilkan pendapatan sehingga

Page 4: Bab 6 Etos Kerja dan Kinerja Istri Nelayan dalam Menopang ...€¦ · BAB 6 – ETOS KERJA DAN KINERJA ISTRI NELAYAN DALAM MENOPANG EKONOMI RUMAH TANGGA 155 para istri nelayan akhirnya

MELAMPAUI “KASUR - SUMUR - DAPUR”

156

kebutuhan rumah tangganya semakin terpenuhi. Ibu Saudah menyatakan:

“Tinimbang nglangut, kulo mending sadean. Anak kulo sampun ageng. Kulo stress menawi teng nggriyo mawon” (Daripada melamun, saya lebih baik berjualan. Anak saya sudah besar. Saya stres kalau di rumah saja).

Rata-rata pendapatan nelayan di Kecamatan Rowosari, Kabupaten Kendal dikelola secara beragam. Beberapa rumah tangga nelayan tradisional, pendapatan melaut dikelola oleh istrinya, ada pula pendapatan suami dari melaut diserahkan sebagian saja kepada istrinya, kira-kira 30%-50% seperti dituturkan oleh Ibu Riana, selebihnya digunakan untuk modal melaut kembali. Pola pengelolaan yang lain adalah pendapatan melaut tidak diberikan kepada istrinya yang juga memiliki pendapatan, namun ada pembagian alokasi kebutuhan. Misalnya untuk sekolah anak dan kebutuhan bulanan seperti listrik, dikeluarkan dari pendapatan suami dari hasil melaut, sedangkan untuk kebutuhan sehari-hari dikelola oleh istri nelayan dari pendapatannya sendiri.

Kegiatan produktif yang dilakukan oleh istri nelayan tradisional tak ubahnya sebagai upaya sadar untuk meningkatkan taraf kehidupan ekonomi rumah tangga nelayan. Apa yang mereka lakukan adalah murni karena motivasi untuk sedikit mengubah kondisi rumah tangga menjadi lebih baik lagi. Apapun yang menjadi alasan istri nelayan tradisional yang melakukan kegiatan produktif sebenarnya telah menjalankan beberapa peran sentral rumah tangga. Mungkin simbol kepala rumah tangga ada pada suami, tetapi teknis kegiatan rumah tangga adalah menjadi kewenangan istri. Mulai dari mengatur keuangan keluarga, menjalankan pekerjaan rumah tangga rutin dan beragam aktivitas lainnya, sehingga akan terlihat bagaimana sebenar-nya istri nelayan memiliki alokasi waktu aktivitas yang lebih padat daripada suami dan anggota rumah tangga lainnya.

Page 5: Bab 6 Etos Kerja dan Kinerja Istri Nelayan dalam Menopang ...€¦ · BAB 6 – ETOS KERJA DAN KINERJA ISTRI NELAYAN DALAM MENOPANG EKONOMI RUMAH TANGGA 155 para istri nelayan akhirnya

BAB 6 – ETOS KERJA DAN KINERJA ISTRI NELAYAN DALAM MENOPANG EKONOMI RUMAH TANGGA

157

Istri Nelayan yang Melakukan Kegiatan Produktif vs Istri Nelayan yang Tidak Melakukan Kegiatan Produktif

Kegiatan istri nelayan tradisional dalam melakukan kegiatan produktif banyak terkonsentrasi pada sektor informal. Mereka memiliki cara-cara atau terobosan-terobosan yang sangat berarti dalam membantu suami untuk menunjang kelangsungan hidup ekonomi rumah tangga mereka. Bias gender dalam kehidupan ekonomi rumah tangga sudah tampak kabur pada kehidupan nelayan tradisional karena para istri juga didorong untuk ikut berperan dalam mencari tambahan pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidup ekonomi rumah-tangganya, sehingga mereka tidak hanya mengerjakan pekerjaan rumah tangga dan membelanjakan pendapatan suami mereka dari melaut, namun mereka juga ikut terlibat dalam kegiatan mencari nafkah. Kecenderungannya justru mereka merasa bebas mengalokasi-kan pendapatan rumah tangga karena memiliki pendapatan sendiri.

Bagi yang memilih untuk tidak melakukan kegiatan produktif biasanya justru ibu rumah tangga muda, yang masih mengurus anak balita, juga karena malu dan malas. Menurut Ibu Sri Mulyati, yang melakukan kegiatan produktif rata-rata ibu-ibu paruh baya, di samping karena beban hidup dan cukup banyak waktu. Beliau juga meragukan anak-anak muda yakni istri nelayan tradisional muda tidak mau untuk ikut melakukan kegiatan produktif di sekitar TPI, kalaupun mereka mau melakukan kegiatan produktif mereka lebih memilih bekerja di pabrik, menjadi pembantu di kota atau menjadi TKI di luar negeri. Meskipun mereka berkeyakinan, bahwa ke depan tetap ada penerus dari usaha yang berhubungan dengan kenelayanan.

“Mboten purun lare nem-neman nyambut damel amis-amis. Milih dateng pabrik, dados rewang menawi mboten nggih kesah luar negeri dados TKI. Kathah-kathahipun teng nggriyo, ngurusi lare ingkang tasih alit” (Tidak mau anak muda bekerja yang bau amis. Memilih di pabrik, jadi pembantu kalau tidak pergi ke Luar Negeri jadi TKI. Kebanyakan di rumah mengurus anak yang masih kecil).

Page 6: Bab 6 Etos Kerja dan Kinerja Istri Nelayan dalam Menopang ...€¦ · BAB 6 – ETOS KERJA DAN KINERJA ISTRI NELAYAN DALAM MENOPANG EKONOMI RUMAH TANGGA 155 para istri nelayan akhirnya

MELAMPAUI “KASUR - SUMUR - DAPUR”

158

Dengan demikian bagi para istri nelayan tradisional yang melakukan kegiatan produktif berarti mempunyai peran ganda. Selain melakukan pekerjaan rumah tangga seperti, memasak, mencuci pakaian, membersihkan rumah, mengurus anak dan sebagainya atau kegiatan yang meliputi kasur-sumur-dapur, para istri nelayan tersebut juga melakukan kegiatan produktif seperti mengolah ikan menjadi ikan asin, mengolah rebon menjadi terasi atau sebagai pedagang ikan segar dan sebagainya, untuk memperoleh pendapatan agar dapat menambah pendapatan rumah tangga.

Berbeda dengan pendapat Ibu Nurhayati, perempuan melakukan kegiatan produktif itu karena beban hidup, kalau sudah kaya tidak perlu bekerja. Dalam rumah tangga nelayan terdapat rentang pendapatan yang lebar karena perbedaan status yakni sebagai nelayan pemilik perahu atau Juragan Laut dan nelayan yang menyediakan bekal melaut seperti beras, gula, teh, kopi dan lain-lain yang disebut Juragan Darat dan nelayan buruh atau Anak Buah Kapal. Hal ini tergambar sangat jelas dari pendapat Ibu Nurhayati, yang mengatakan kalau istri juragan ya tidak perlu melakukan kegiatan produktif. Kalau orang seperti dirinya, istri Anak Buah Kapal, kalau tidak melakukan kegiatan produktif dan mengandalkan pendapatan suami tidak akan cukup :

“...Lhah nyambut damel mboten wonten pilihan sanes, sagete sadean ulam. Menawi semahipun juragan nggih saget ongkang-ongkang...” ( Bekerja tidak ada pilihan lain, bisanya berjualan ikan. Seumpama suaminya juragan ya bisa santai-santai).

Partisipasi istri nelayan tradisonal dalam mendukung ekonomi rumah tangga antara istri nelayan yang melakukan kegiatan produktif dan yang tidak melakukan kegiatan produktif diwujudkan dalam ketiga perannya baik dalam (a) lingkungan rumah tangga, (b) dalam bidang ekonomi, maupun (c) dalam kegiatan sosial atau masyarakat. Peran istri tradisional dalam lingkungan rumah tangga meliputi kegiatan mulai dari memasak, mencuci pakaian, membersihkan rumah, mengurus anak-anak dan sebagainya atau kegiatan yang meliputi

Page 7: Bab 6 Etos Kerja dan Kinerja Istri Nelayan dalam Menopang ...€¦ · BAB 6 – ETOS KERJA DAN KINERJA ISTRI NELAYAN DALAM MENOPANG EKONOMI RUMAH TANGGA 155 para istri nelayan akhirnya

BAB 6 – ETOS KERJA DAN KINERJA ISTRI NELAYAN DALAM MENOPANG EKONOMI RUMAH TANGGA

159

kasur-sumur-dapur. Pekerjaan ini tidak dihargai atau tidak dinilai dengan uang, tetapi besar pengaruhnya terhadap pencapain kesejahteraan rumah tangga. Kegiatan ini mereka lakukan sebelum melakukan aktivitas di luar rumah atau melakukan kegiatan produktif, walaupun kegiatan ini dilakukan bersama-sama dengan anggota rumah-tangganya, namun kegiatan istri ini masih memiliki porsi yang cukup tinggi. Sebelum melakukan aktivitas dalam bidang ekonomi atau melakukan kegiatan produktif, istri nelayan tradisional telah menyelesaikan pekerjaan rumah-tangganya, maka tidak aneh lagi jika seorang ibu bangun tidur lebih pagi dari suaminya.

Memasak, mencuci pakaian, membersihkan rumah, mengurus anak dan sebagainya atau kegiatan yang meliputi kasur-sumur-dapur, adalah kegiatan rutin para istri nelayan tradisional sebelum mereka melakukan kegiatan produktif di luar rumah. Istri nelayan tradisional yang ikut membantu perolehan dan penambahan pendapatan rumah tangga pada umumnya mendapat dukungan dari para suami sebab di samping pekerjaan ini tidak mengganggu tugasnya sebagai ibu rumah tangga, juga sebagai upaya istri nelayan untuk mendapatkan tambahan pendapatan karena para suami menyadari ketidakmampuan mereka dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari rumah tangga mereka karena pendapatan mereka yang kecil atau tidak menentu. Bagi istri nelayan tradisional yang tidak melakukan kegiatan produktif, peran dalam mengelola keuangan rumah tangga terletak pada bagaimana mengelola pendapatan dari suami supaya cukup. Hal ini diungkapkan oleh Ibu Sri Mulyati:

“… Sakjane nggih sami mawon. Tiyang estri mboten nyambut damel kan nggih ngurus lare ingkang tasih alit. Mangke manawi lare sampun ageng, butuhe sampun kathah, mesthi mikir maleh, tetep teng nggriyo menopo nyambut damel.Pinter-pintere mawon ngecake butuh. Menawi tasih enem, tiyang jaler kan saget nyambi macem-macem, saget miang ping kalih isuk sore” (Sejatinya ya sama saja. Seorang istri tidak bekerja kan juga ngurusi anak yang masih kecil. Nanti kalau anak sudah besar, kebutuhan semakin banyak, tentu berpikir lagi, tetap di rumah atau bekerja. Pandai-pandainya memenuhi kebutuhan. Kalau masih muda, laki-

Page 8: Bab 6 Etos Kerja dan Kinerja Istri Nelayan dalam Menopang ...€¦ · BAB 6 – ETOS KERJA DAN KINERJA ISTRI NELAYAN DALAM MENOPANG EKONOMI RUMAH TANGGA 155 para istri nelayan akhirnya

MELAMPAUI “KASUR - SUMUR - DAPUR”

160

laki dapat bekerja macam-macam, bisa melaut dua kali pagi dan sore).

Pola Penyelesaian Pekerjaan Rumah Tangga

Pola penyelesaian pekerjaan rumah tangga yang dilakukan para istri nelayan tradisional antara lain: istri nelayan mengerjakan pekerjaan rumah tangga sebelum dan setelah melakukan kegiatan produktif di luar rumah.

Pekerjaan rumah tangga seperti memasak, mencuci pakaian, dan membersihkan rumah, mengurus anak dan sebagainya atau kegiatan yang berkaitan dengan kasur-sumur-dapur, merupakan pekerjaan rutin yang dilakukan oleh para istri nelayan tradisional. Kegiatan tersebut ada yang dilakukan sendiri atau dibantu oleh anaknya yang sudah besar atau diserahkan kepada anaknya yang sudah memiliki suami dan tinggal satu rumah. Ada pula yang diselesaikan oleh istri dan anak-anak membantu, suami juga banyak membantu terutama dalam maintenance housework seperti memperbaiki rumah.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan adanya berbagai variasi untuk menyelesaikan pekerjaan rumah tangga yakni: (a) dilakukan sendiri oleh istri nelayan baik sebelum atau setelah melakukan kegiatan produktif, (b) diserahkan kepada anak atau anggota rumah tangga yang tinggal di rumah, (c) dikerjakan bersama dengan anak atau anggota rumah tangga lain serta (d) diselesaikan oleh anak- anaknya yang telah dewasa.

Pengalaman Melakukan Kegiatan Produktif Para istri nelayan tradisional telah lama melakukan kegiatan

produktif, oleh karena itu banyak hal yang ditemui dan dirasakan oleh mereka, antara lain:

Pengalaman dalam hal produksi: secepatnya bahan atau ikan harus dibersihkan dan diolah, dilanjutkan dengan proses pengeringan yang harus diusahakan secara baik agar segera siap dijual, kemudian

Page 9: Bab 6 Etos Kerja dan Kinerja Istri Nelayan dalam Menopang ...€¦ · BAB 6 – ETOS KERJA DAN KINERJA ISTRI NELAYAN DALAM MENOPANG EKONOMI RUMAH TANGGA 155 para istri nelayan akhirnya

BAB 6 – ETOS KERJA DAN KINERJA ISTRI NELAYAN DALAM MENOPANG EKONOMI RUMAH TANGGA

161

dilakukan penyortiran hasil produksi secara cermat karena akan sangat mempengaruhi harga jual dan pendapatan. Dalam melakukan kegiatan produktif pada umumnya para istri nelayan tradisional menyatakan bahwa kegiatan tersebut menyenangkan karena pekerjaannya tidak sulit dan banyak teman serta mendapatkan uang. Juga dapat beraktualisasi diri dan membantu suami, karena pada dasarnya mereka tidak bisa diam sehingga harus terus bekerja.

Kegiatan produktif awalnya dimulai dari hanya melihat, kemudian ikut menjual hasil tangkapan ikan. Ada pula yang awalnya bekerja di sawah sendiri dan atau menjadi buruh tani sebelum punya sawah, namun diajak beberapa tetangga ke TPI lalu bergabung dengan beberapa teman untuk mengeringkan ikan. Kegiatan mengeringkan ikan ini sudah dilakukan sejak muda, sejak sebelum menikah bahkan ada yang sudah melakukannya sejak 20 tahun yang lalu. Pada saat itu hanya untuk membantu orang tua menambah pendapatan rumah tangga. “Saking nem-neman kulo mpun nggereh, dereng mikir butuh nanging ngrencangi tiyang sepuh” (Dari muda saya sudah membuat ikan asin, belum memikirkan kebutuhan tetapi membantu orang tua) – Kata Ibu Saudah. Pada umunya para istri nelayan tradisioanal tidak melakukan kegiatan produktif selain pengolahan ikan dan penjualan ikan segar karena sudah nyaman dengan kegiatan yang dilakukannya sekarang.

Berdasarkan keterangan tersebut dapat disimpulkan bahwa melakukan kegiatan produktif merupakan kegiatan yang menyenang-kan dan sangat membantu meringankan suami karena hasil yang diperoleh cukup dapat membantu pemenuhan kebutuhan rumah tangga.

Pendapat Tentang Melakukan Kegiatan Produktif Beberapa informan dalam penelitian turut memberikan pendapat mengenai ragam kegiatan produktif yang mereka lakukan, sebagai bagian dari aktivitas ekonomi. Persepsi yang muncul kebanyakan berupa lamanya melakukan aktivitas dan deskripsi

Page 10: Bab 6 Etos Kerja dan Kinerja Istri Nelayan dalam Menopang ...€¦ · BAB 6 – ETOS KERJA DAN KINERJA ISTRI NELAYAN DALAM MENOPANG EKONOMI RUMAH TANGGA 155 para istri nelayan akhirnya

MELAMPAUI “KASUR - SUMUR - DAPUR”

162

kegiatan yang dilakukan. Seperti penjelasan yang diberikan oleh salah satu informan Ibu Sutria sebagai berikut:

“Pedamelan meniko sampun kulo tekuni wiwit saderenge nikah. Pedamelan niki mboten angel, halal lan modalipun mboten kathah. Hasilipun langsung saget pun sade. Kulo sampun remen pedamelan niki tur nggih caket kaliyan griyo”

Menurut penuturan Ibu Sutria, pekerjaan ini sudah ditekuni sangat lama, bahkan sebelum menikah. Jenis pekerjaan yang dilakukan tidaklah membutuhkan keterampilan khusus. Hasilnyapun langsung dapat dijual. Salah satu alasan beliau menyenangi pekerjaan ini adalah aktivitas yang dilakukan tidak terlalu jauh dari tempat tinggal. Demikian juga yang disampaikan Ibu Sumiati alasan untuk belakukan kegiatan menjual ikan segar.

“Seneng Bu mergane pun biasa nek mboten ngeber niku malah pripun, wong kok mung thenguk-thenguk wae malah rasane kesel” (Senang Bu karena sudah terbiasa kalau tidak jualan ikan malah bagaimana, orang kok cuma duduk-duduk saja malah rasanya capai)

Ibu Riana memberikan alasan mengapa para istri nelayan tradisional harus melakukan kegiatan produktif:

“Ibu-Ibu purun kerjo niki sae Bu amargi tambah pengalaman, angsal arto dados mboten namung jagake Bapake nek wonten kebutuhan kathah utawi ndadak saget nyekapi” (Ibu-Ibu mau bekerja itu bagus Bu karena menambah pengalaman, dapat uang jadi tidak hanya mengandalkan bapaknya kalau ada kebutuhan banyak atau mendadak bisa mencukupi).

Menurut Ibu Nurhayati melakukan kegiatan produktif dengan menjual ikan segar di dekat TPI itu enak, hal ini disampaikan sebagai berikut:

“Biasanipun sadean caket kaliyan TPI dados sing ajeng disade nipu pun cemepak enak to mas” (Biasanya berjualan dekat dengan TPI jadi yang akan dijual sudah tersedia enak kan mas).

Page 11: Bab 6 Etos Kerja dan Kinerja Istri Nelayan dalam Menopang ...€¦ · BAB 6 – ETOS KERJA DAN KINERJA ISTRI NELAYAN DALAM MENOPANG EKONOMI RUMAH TANGGA 155 para istri nelayan akhirnya

BAB 6 – ETOS KERJA DAN KINERJA ISTRI NELAYAN DALAM MENOPANG EKONOMI RUMAH TANGGA

163

Ibu Sri Mulyati menyatakan hal yang sama dengan Ibu Nurhayati juga Ibu Saudah yang melakukan kegiatan produktif, bisa mencukupi kebutuhan tidak bosan dengan pekerjaan di rumah, bisa ketemu teman-teman, bercanda bersama.

“seneng saget pinanggih tiyang kathah mboten bosen gawean ngomah” (senang bisa ketemu banyak orang, tidak bosan dengan pekerjaan rumah).

Menurut Ibu Sri Supriati dan Ibu Kusniah serta Ibu Suliyah bahwa dengan melakukan kegiatan produktif dapat mencukupi kebutuhan dan resiko kecil, pendapat mereka dapat disimpulkan sebagai berikut:

“nggih Alhamdulillah cukup kangge memenuhi kebutuhan, mboten kathah resikone mas tur sagete kerjo nggih koyo ngeten niki” (ya Alhamdulillah bisa untuk mencukupi kebutuhan, tidak banyak resikonya mas dan bisanya bekerja ya seperti ini).

Berbeda dengan ibu-ibu istri nelayan tradisional yang telah menyampaikan pendapatnya, Ibu Muslikah yang memilki anak-anak yang sudah besar sehingga melakukan kegiatan produktif dimaknai sebagai berikut :

“Ketimbang nganggur teng nggriyo, anak-anakpun ageng nek teng nggriyo mawon mboten enthuk duwit ” (Daripada menganggur di rumah, anak-anak sudah besar di rumah saja tidak dapat uang).

Berdasarkan pendapat para istri nelayan tradisional tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa bagi istri nelayan tradisional, melakukan kegiatan produktif itu menyenangkan, pekerjaan yang halal, pendapatannya lumayan, resiko kecil, modal tidak besar, memiliki banyak teman dan pekerjaannya mudah dan dekat dari rumah.

Page 12: Bab 6 Etos Kerja dan Kinerja Istri Nelayan dalam Menopang ...€¦ · BAB 6 – ETOS KERJA DAN KINERJA ISTRI NELAYAN DALAM MENOPANG EKONOMI RUMAH TANGGA 155 para istri nelayan akhirnya

MELAMPAUI “KASUR - SUMUR - DAPUR”

164

Pendapat Tentang Kegiatann Melaut

Berikut dikutip bebeberapa ungkapan istri nelayan tradisional terkait kegiatan melaut yang dilakukan para nelayan atau suaminya.

Menurut Ibu Sutria melaut memiliki resiko yang tidak kecil seperti yang dituturkan kapada peneliti sebagai berikut:

“Miang niku (a) angsale mboten mesti, (b) resiko abot, (c) mboten saget miang terus, (d) kadang jawah, ombake ageng hasile nggih sekedik, cuaca mbotententu, milo kulo asring nyuwun Bapake mbok wis ora usah miang bantu aku wae gawe gereh lan terasi utawi buruh” (Melaut itu (a) hasilnya tidak tentu, (b) resiko berat, (c) tidak bisa melaut terus, (d) kadang hujan, gelombangnya besar hasilnya ya sedikit, cuaca tidak pasti, maka saya sering minta bapaknya tidak usah melaut membantu saya membuat ikan asin dan terasi atau menjadi buruh).

Demikian juga yang disampaikan Ibu Sumiati tentang kegiatan melaut adalah sebagai berikut:

“Jane nggih mboten seneng Bu namung entene lan sagete ming miang mugi-mugi anak-anak mangke mboten dados nelayan saget dados pegawai”(Sebenarnya yang senang Bu tetapi adanya dan bisanya hanya melaut semoga anak-anak nanti tidak menjadi nelayan, bisa jadi pegawai).

Ibu Riana dan Ibu Muslikah mengatakan bahwa pada dasarnya melaut itu memiliki konsekuensi sebagai berikut:

“Miang niku gawean abot Bu teng tengah laut hasile mboten cucuk nek kepengine kula anak-anak niku purun sekolah sing duwur supados dados pegawai e malah sing kalih melu miang Bapake” ( Melaut itu pekerjaan berat Bu di tengah laut hasilnya tidak sesuai kalau keinginan saya anak-anak itu mau sekolah yang tinggi agar jadi pegawai e malah yang dua ikut bapaknya melaut).

Pendapat senada Ibu Nurhayati dan Ibu Sri Mulyati bahwa melaut itu merupakan pekerjaan halal dan hanya berharap kepada anak-anaknya semoga tidak kesulitan dalam hidupnya, seperti dituturkan sebagai berikut:

Page 13: Bab 6 Etos Kerja dan Kinerja Istri Nelayan dalam Menopang ...€¦ · BAB 6 – ETOS KERJA DAN KINERJA ISTRI NELAYAN DALAM MENOPANG EKONOMI RUMAH TANGGA 155 para istri nelayan akhirnya

BAB 6 – ETOS KERJA DAN KINERJA ISTRI NELAYAN DALAM MENOPANG EKONOMI RUMAH TANGGA

165

“Ingkang baken pedamelan niku halal, nek saget niku nggih enten sing neruske nanging langkung remen lare-lare mboten rekoso” (Yang penting pekerjaan itu halal, kalau bisa ya ada yang meneruskan tetapi lebih senang anak-anak tidak susah).

Menurut Ibu Saudah menyatakan bahwa anak laki-laki harus membantu melaut dan harus terampil seperti yang disampaikan sebagai berikut:

“ lare jaler nggih kedah bantu miang, karepe ngoten nggih mboten kedah miang namung nek kedah miang nggih kudu prigel” (Anak laki-laki ya harus membantu melaut, keinginannya ya tidak harus melaut tetapi kalau harus melaut ya harus cekatan).

Menurut Ibu Supriati dan Ibu Kusniah bahwa suaminya akhirnya memilih tidak melaut dan membantu pekerjaan istrinya dirumah yakni nggereh, hal ini dituturkan sebagai berikut:

“Bapake pun jarang miang kathah-kathahe teng darat amargi bapake niku namung dados ABK. Akhire bapake katahe mbantu kulo nggereh mawon” (Bapaknya sudah jarang melaut banyak waktu didarat karena bapaknya hanya ABK. Akhirnya bapaknya lebih banyak membantu saya membuat ikan asin saja atau nggereh).

Berdasarkan ungkapan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa kegiatan melaut itu penuh resiko, penuh ketidakpastian pendapatannya, biaya operasionalnya tidak sedikit bahkan nelayan kadang harus menanggung kerugian.

Resiko yang dialami sebenarnya kurang sebanding dengan potensi hasil yang dapat diperoleh. Nelayan akan sangat bergantung pada alam akan hasil tangkapannya. Demikian pula istri nelayan dan usaha-usaha yang terkait dengan sektor kenelayanan yang sangat bergantung pada hasil tangkapan dari nelayan. Tingginya resiko kegiatan melaut inilah yang kadangkala menjadi satu alasan tersendiri mengapa generasi muda kurang berminat untuk menekuni kegiatan kenelayanan.

Page 14: Bab 6 Etos Kerja dan Kinerja Istri Nelayan dalam Menopang ...€¦ · BAB 6 – ETOS KERJA DAN KINERJA ISTRI NELAYAN DALAM MENOPANG EKONOMI RUMAH TANGGA 155 para istri nelayan akhirnya

MELAMPAUI “KASUR - SUMUR - DAPUR”

166

Akan tetapi, meskipun resiko yang ditanggung cukup besar namun hasilnya tidak seberapa besar. Kegiatan melaut dan beragam aktivitas kenelayanan tetap dilakukan oleh rumah tangga nelayan. Alasannya tentu saja adalah faktor kebiasaan. Aktivitas yang dilakukan merupakan kegiatan turun-temurun. Umumnya rumah tangga nelayan juga tidak memiliki keterampilan lain selain pekerjaan yang terkait dengan sektor kenelayanan. Ketiadaan pilihan inilah yang menjadi alasan.

Sebenarnya terdapat beberapa program dari pemerintah dan beberapa pihak untuk mengentaskan rumah tangga nelayan dari kondisi sulit ini. Misalnya dipersiapkan lapangan kerja baru, dibekali dengan keterampilan khusus. Namun sekali lagi, mengubah paradigma dan kebiasaan yang telah mengakar bukanlah pekerjaan yang mudah, inilah yang menyebabkan berbagai program yang telah dicanangkan belum berjalan efektif.

Peran Istri Nelayan Dalam Mempertahankan Kehidupan Ekonomi Rumah Tangga

Keterlibatan kaum perempuan dalam kegiatan produktif sering lebih signifikan daripada asumsi-asumsi yang sering dibangun. Berdasar estimasi di smbilan (9) negara produsen utama perikanan, tidak kurang dari 46% kegiatan perikanan merupakan kegiatan perikanan skala kecil dan kaum perempuan terlibat baik sebelum maupun setelah adanya kegiatan penangkapan ikan (The World Fish Center, 2010). Lebih lanjut The World Fish Center (2010) menyatakan bahwa, keterlibatan kaum perempuan atau istri nelayan dalam mendukung suami adalah melakukan kegiatan-kegiatan sebagai suatu mata pencaharian dengan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rumah tangga nelayan. Kontribusi istri nelayan demikian penting bagi rumah tangga nelayan walaupun secara pribadi penghasilan yang mereka terima kecil. (The World Fish Center, 2010).

Keterlibatan kaum perempuan dalam kegiatan kenelayanan tidak hanya di darat saja tapi kadang juga di laut sebagaimana

Page 15: Bab 6 Etos Kerja dan Kinerja Istri Nelayan dalam Menopang ...€¦ · BAB 6 – ETOS KERJA DAN KINERJA ISTRI NELAYAN DALAM MENOPANG EKONOMI RUMAH TANGGA 155 para istri nelayan akhirnya

BAB 6 – ETOS KERJA DAN KINERJA ISTRI NELAYAN DALAM MENOPANG EKONOMI RUMAH TANGGA

167

dinyatakan dengan ungkapan berikut ini:”in many parts of the world, women engage in collecting mollusks and near- shore fishing using small hand nets. In some regions of developing countries, such as East and West Africa, Southest Asia and the Pasific, women also use gear to fish near-shore and off –shore in canoesor boats (Nadel –Klien and Davis, 1988; FAO, World Bank, IFAD, 2009).

Bentuk kontribusi para istri nelayan di Kecamatan Rowosari, Kabupaten Kendal dalam memperoleh pendapatan sebagian besar adalah sebagai penjual ikan segar atau ngeber, mengolah atau mengeringkan ikan atau nggereh, membuat terasi dan warungan atau kelontong dan makanan. Penjual ikan segar dan pengolah ikan asin serta membuat terasi, biasanya membeli ikan dari nelayan, TPI atau hasil tangkapan suami namun tetap membelinya.

Mereka pada umumnya memperoleh laba usaha berkisar 20-30 persen dari harga jual. Jika hari libur dan pengunjung banyak, laba usaha mencapai 50-100 persen dari harga jual. Istri nelayan tradisional ini ada yang hanya sebagai penjual ikan segar, penjual ikan kering, atau keduanya. Usaha lain adalah mengasinkan ikan. Bahan baku ikan cukup banyak tersedia karena memang Desa Gempolsewu dan Sendang Sikucing merupakan wilayah yang potensial akan hasil lautnya di banding dengan desa lain di Kecamatan Rowosari.

Rutinitas pengasinan ikan dilakukan terutama pada musim tangkapan ikan yang tiba di bulan Maret-Mei. Apabila hasil ikan melimpah maka pengasinan ikan menjadi salah satu cara untuk mengawetkan ikan sehingga menambah value added hasil perikanan. Kegiatan ini dilakukan setiap hari tanpa libur. Mereka hanya akan libur ketika ikan hasil tangkapan nelayan sebagai bahan baku sangat sulit ditemukan atau ketika alasan tertentu saja seperti sedang punya acara/hajatan pernikahan atau kithanan dan sebagainya.

Jika dibandingkan dengan pendapatan suami, pendapatan istri mereka relatif lebih stabil meski tidak banyak. Hal ini dikarenakan hasil tangkapan nelayan sangat tidak pasti terutama pada musim-musim tertentu. Terkait dengan istri nelayan tradisional yang tidak

Page 16: Bab 6 Etos Kerja dan Kinerja Istri Nelayan dalam Menopang ...€¦ · BAB 6 – ETOS KERJA DAN KINERJA ISTRI NELAYAN DALAM MENOPANG EKONOMI RUMAH TANGGA 155 para istri nelayan akhirnya

MELAMPAUI “KASUR - SUMUR - DAPUR”

168

melakukan kegiatan produktif, kondisi rumah-tangganya sebenarnya secara tidak langsung akan melahirkan ketergantungan pada sumber pendapatan lain untuk menutup kebutuhan. Apabila tidak ada sumber pendapatan lain, maka keadaan ini akan ditutup dengan berhutang atau menjual aset yang dimiliki. Artinya ketergantungan kepada istri nelayan tidak sekedar back up saja namun juga sebagai motor penggerak ekonomi rumah tangga.

Biasanya pendapatan dari istri nelayan tradisional akan dipergunakan untuk menutup kebutuhan hidup sehari-hari rumah tangga. Oleh karena itu, akan sangat wajar apabila rumah tangga nelayan sulit untuk menabung dan merencanakan keuangan rumah tangga dengan lebih baik, mengingat struktur pendapatan suami nelayan yang sangat tidak menentu dan beresiko akan kerugian, namun kegiatan produktif istri nelayan tradisional yang sebenarnya lebih stabil. Di saat yang sama, tidak ada perubahan dalam pola konsumsi rumah-tangganya.

Memperhatikan berbagai informasi dari istri nelayan tradisional sebagai informan penelitian ini tampak jelas bahwa tuntutan atau kebutuhan untuk melakukan kegiatan produktif bagi istri nelayan di lingkungan Kecamatan Rowosari, Kabupaten Kendal mencerminkan suatu strategi ganda dalam rangka pemenuhan kebutuhan ekonomi rumah tangga mereka. Strategi ganda yang dimaksud di sini ialah strategi mencari nafkah tidak hanya mengandalkan satu sumber saja yakni pendapatan suami yang berasal dari kegiatan melaut sebagai nelayan, tetapi juga dari istrinya yang melakukan kegiatan produktif. Jadi kalau sumber pendapatan diperoleh dari dua sumber, maka pemenuhan kebutuhan rumah tangganya semakin terpenuhi.

Berdasarkan data yang diperoleh dari para istri nelayan tradisional, menunjukkan bahwa istri nelayan dapat memberikan kontribusi dalam mendukung ekonomi rumah tangga. Hal ini nampak bahwa istri nelayan tradisional yang melakukan kegiatan produktif mereka akan memperoleh pendapatan yang dapat digunakan untuk

Page 17: Bab 6 Etos Kerja dan Kinerja Istri Nelayan dalam Menopang ...€¦ · BAB 6 – ETOS KERJA DAN KINERJA ISTRI NELAYAN DALAM MENOPANG EKONOMI RUMAH TANGGA 155 para istri nelayan akhirnya

BAB 6 – ETOS KERJA DAN KINERJA ISTRI NELAYAN DALAM MENOPANG EKONOMI RUMAH TANGGA

169

memenuhi kebutuhan rumah-tangganya tanpa meninggalkan tugas sebagai ibu rumah tangga.

Dengan demikian kondisi tersebut sesuai dengan Teori Model A yang dikemukan Talcott Parsons (1968), tentang adanya pemisahan antara laki-laki dan perempuan dalam hal pendidikan, pekerjaan rumah, pengambilan keputusan dan pengasuhan anak yang lebih menguntungkan laki-laki. Dewasa ini sudah terjadi pergeseran peran perempuan dalam melakukan kegiatan produktif yang semula didominasi laki-laki. Kenyataan menunjukkan bahwa meskipun perempuan melakukan kegiatan produktif tidak mengurangi eksistensinya sebagai ibu rumah tangga yang mengerjakan pekerjaan rumah tangga seperti memasak, mencuci, membersihkan rumah, mengurus anak dan sebagainya.

Rangkuman Komunitas rumah tangga nelayan tradisional yang

dipersepsikan sebagai komunitas yang pasif, apatis, enggan berubah sebenarnya tidaklah demikian. Kondisi kemiskinan dan rendahnya perubahan komunitas nelayan tradisional lebih disebabkan oleh kondisi demografis dan geografis yang menimbulkan hambatan dan ketergantungan serta kesulitan untuk mengakses berbagai kemajuan seperti kemajuan teknologi.

Rumah tangga nelayan tradisional mayoritas mengandalkan sumber daya laut, tercermin dari mata pencaharian mereka yang erat kaitannya dengan laut. Variasi kegiatan produktif mereka hanyalah di sekitar kenelayanan. Kenyataannya kegiatan melaut memiliki resiko yang tidak kecil, lagi pula dewasa ini perolehannya tidak lagi dapat diandalkan. Kondisi inilah yang merupakan salah satu dorongan mengapa istri nelayan tradisional tergerak untuk melakukan kegiatan produktif.

Melakukan kegiatan produktif bagi sebagian istri nelayan tradisional merupakan kebutuhan agar kehidupan rumah tangga

Page 18: Bab 6 Etos Kerja dan Kinerja Istri Nelayan dalam Menopang ...€¦ · BAB 6 – ETOS KERJA DAN KINERJA ISTRI NELAYAN DALAM MENOPANG EKONOMI RUMAH TANGGA 155 para istri nelayan akhirnya

MELAMPAUI “KASUR - SUMUR - DAPUR”

170

mereka khususnya ekonomi rumah tangga lebih baik, lebih sejahtera. Dalam wilayah penelitian sebagian istri nelayan tradisional memang masih ada yang tidak melakukan kegiatan produktif. Mereka lebih berkonsentrasi pada tugas atau pekerjaan rumah tangga khususnya merawat anak dan umumnya usia mereka masih muda. Alasan utama mereka adalah mengurus anak tetapi ada pula alasan lain yakni malas dan malu.

Peran istri nelayan tradisional dalam mempertahankan kehidupan ekonomi rumah tangga cukup berarti. Situasi pendapatan suami yang tidak stabil, tidak dapat diandalkan bahkan kadang justru merugi karena tidak mendapatkan hasil dan tuntutan kebutuhan rumah tangga yang cenderung meningkat, maka kegiatan istri nelayan dalam bentuk kerja produktif jelas sangat penting. Pendapatan istri nelayan tradisional merupakan sumber penyelamat ekonomi rumah tangga, walaupun tetap saja memiliki keterbatasan. Pada umumnya kontribusi pendapatan istri nelayan masih terbatas pada pemenuhan kebutuhan ekonomi rumah tangga, belum mampu menyentuh kebutuhan lain seperti untuk memenuhi biaya pendidikan, kesehatan, hiburan dan sebagainya.

Istri nelayan tradisional memiliki peranan yang sentral dalam peta perekonomian dan keberlangsungan hidup keluarga nelayan, seperti dijelaskan di bab sebelumnya yang menyatakan peran istri nelayan tradisional lebih dari kegiatan domestik kerumahtanggaan atau kegiatan yang meliputi kasur-sumur-dapur. Mereka banyak mengambil peran sebagai penggerak ekonomi rumah tangga. Sentralnya peran istri nelayan tradisional tidak hanya tercermin dari alokasi waktu yang lebih banyak untuk beraktivitas dibandingkan suami. Lebih daripada itu, karakter pekerjaan yang dilakukan istri nelayan lebih menjanjikan pedapatan yang pasti dibanding aktivitas melaut suami, sehingga bagi rumah tangga nelayan yang istrinya bekerja, perekonomian rumah tangga umumnya lebih baik. Hal ini dikarenakan ada motor penggerak ekonomi keluarga yang lebih bisa menjanjikan uang harian untuk memenuhi kebutuhan harian rumah-tangganya.

Page 19: Bab 6 Etos Kerja dan Kinerja Istri Nelayan dalam Menopang ...€¦ · BAB 6 – ETOS KERJA DAN KINERJA ISTRI NELAYAN DALAM MENOPANG EKONOMI RUMAH TANGGA 155 para istri nelayan akhirnya

BAB 6 – ETOS KERJA DAN KINERJA ISTRI NELAYAN DALAM MENOPANG EKONOMI RUMAH TANGGA

171

Pendapatan yang diperoleh oleh istri nelayan tradisional memang tidak besar, bahkan kadangkala tidak sebesar hasil melaut suami ketika sedang musim panen ikan. Tetapi, kegiatan melaut ada musimnya, tidak melaut secara terus-menerus. Sedangkan pekerjaan yang dilakukan istri nelayan tradisional dengan berbagai variasinya tidak memiliki musim. Mereka dapat melakukan kegiatan produktif setiap hari walaupun suami mereka tidak melaut sehingga tidak menghasilkan uang. Disinilah sentralnya peran kegiatan produktif yang dilakukan istri nelayan tradisional, selalu ada saat menjadi penopang dan menjadi tumpuan.