bab 4 survey dan analisis

50
Laporan Akhir BAB IV SURVEY DAN ANALISIS 4.1. UMUM Perkembangan kondisi infrastruktur jalan di Indonesia masih sangat memprihatinkan karena tingginya tingkat kerusakan jalan di berbagai kawasan, sehingga dapat mengganggu pendestribusian orang maupun barang dari satu tempat ke tempat lainnya. Berbagai penyebab kerusakan jalan dikemukakan oleh berbagai pihak namun yang menjadi perhatian adalah faktor kelebihan muatan disebut sebagai faktor yang dominan penyebab kerusakan jalan walaupun faktor kualitas jalan juga perlu dipertanyakan. Kelebihan muatan yang terjadi dijalan telah ada sejak lama dan tidak hanya di Kabupaten Paser Provinsi Kalimantan Timur namun di Kabupaten / Kota Provinsi lain juga terjadi, hal ini memberikan dampak kepada tingginya biaya pemeliharaan jalan yang harus ditanggung. Jembatan Timbang adalah sarana pengawasan dan pengendalian muatan lebih kendaraan angkutan barang di Jalan Raya. Hal ini sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas Angkutan Jalan Pasal 25 (1) huruf f Setiap jalan yang digunakan untuk lalu lintas umum wajib dilengkapi dengan perlengkapan jalan berupa alat pengawasan dan pengamanan jalan. Selanjutnya dipertegas dengan pasal 169 (3) Pengawasan muatan angkutan barang dilakukan dengan menggunakan alat penimbangan. 4 - 1

Upload: bunga-bungaa

Post on 28-Dec-2015

57 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

conntoh makalh

TRANSCRIPT

Laporan Akhir

BAB IV

SURVEY DAN ANALISIS

4.1. UMUM

Perkembangan kondisi infrastruktur jalan di Indonesia masih sangat

memprihatinkan karena tingginya tingkat kerusakan jalan di berbagai

kawasan, sehingga dapat mengganggu pendestribusian orang

maupun barang dari satu tempat ke tempat lainnya. Berbagai

penyebab kerusakan jalan dikemukakan oleh berbagai pihak namun

yang menjadi perhatian adalah faktor kelebihan muatan disebut

sebagai faktor yang dominan penyebab kerusakan jalan walaupun

faktor kualitas jalan juga perlu dipertanyakan. Kelebihan muatan

yang terjadi dijalan telah ada sejak lama dan tidak hanya di

Kabupaten Paser Provinsi Kalimantan Timur namun di Kabupaten /

Kota Provinsi lain juga terjadi, hal ini memberikan dampak kepada

tingginya biaya pemeliharaan jalan yang harus ditanggung.

Jembatan Timbang adalah sarana pengawasan dan pengendalian

muatan lebih kendaraan angkutan barang di Jalan Raya. Hal ini sesuai

dengan amanat Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu

Lintas Angkutan Jalan Pasal 25 (1) huruf f Setiap jalan yang

digunakan untuk lalu lintas umum wajib dilengkapi dengan

perlengkapan jalan berupa alat pengawasan dan pengamanan jalan.

Selanjutnya dipertegas dengan pasal 169 (3) Pengawasan muatan

angkutan barang dilakukan dengan menggunakan alat penimbangan.

Sebagaimana diketahui penanganan muatan lebih sampai saat ini

belum dapat terwujud seperti yang diharapkan mengingat bahwa

penanganan muatan lebih adalah persoalan yang multi dimensional

yang menyangkut berbagai aspek yang dalam penyelesaiannya tidak

dapat secara parsial. Jembatan timbang yang berfungsi sebagai alat

kontrol angkutan barang yang ada saat ini belum dapat diharapkan

terlalu banyak guna mengendalikan pelanggaran muatan lebih. Hal

ini disebabkan oleh berbagai faktor seperti kontrol dalam operasional

4 - 1

Laporan Akhir

jembatan timbang yang lemah, sumber daya manusia, efektifitas

penataan lokasi jembatan timbang banyak yang cenderung untuk

dipaksakan dan tidak ada reward and panishment terhadap kinerja

petugas. Kondisi ini menyebabkan banyak jembatan timbang sebagai

salah satu faktor penyebab ekonomi biaya tinggi.

Dengan memperhatikan dan mengikuti perkembangan dalam

penanganan muatan lebih sampai saat ini sudah saatnya dilakukan

upaya-upaya konkrit yang secara berkesinambungan (sustainable)

disertai dengan kebijakan-kebijakan yang tepat yang secara sinergis

baik kebijakan Pusat maupun Daerah serta penyempurnaan berbagai

ketentuan/peraturan yang tidak sesuai lagi dengan perkembangan

dan kondisi yang ada.

Dengan memperhatikan hal tersebut di atas maka perlu dilakukan

langkah-langkah strategis seperti :

1. Penetapan regulasi terkait penyelenggaraan jembatan timbang

mulai dari lokasi, sarana dan prasarana, sumber daya manusia,

sanksi terhadap pelanggaran dan operasional.

2. Penetapan (simpul-simpul) lokasi jembatan timbang untuk

efektifitas pengawasan kendaraan angkutan barang.

3. Penetapan sarana dan prasarana jembatan timbang dimana

terkait teknologi yang lebih mutakhir dimana mengurangi interaksi

petugas dan pengemudi dan rancangan flow kendaraan serta

fasilitas diarea jembatan timbang.

4. Penyusunan pedoman pemberian sanksi yang mampu

menciptakan efek jera dan mengurangi adanya kolusi antara

petugas dan pengemudi.

5. Penyusunan pedoman penyelenggaraan jembatan timbang terkait

pengawasan kinerja, pelaporan, pembiayaan (operasional, honor,

perawatan dan pengembangan), penugasan sumber daya manusia

dan standart operasional prosedur sebagai acuan kerja oleh

petugas jembatan timbang.

Sebagaimana penjelasan diatas Pemerintah Kabupaten Paser Provinsi

kalimantan Timur dalam hal ini melakukan langkah awal identifikasi

4 - 2

Laporan Akhir

simpul-simpul lokasi jembatan timbang yang efektif dan strategis

terkait dengan pergerakan kendaraan angkutan barang diruas jalan

yang berada dalam wilayah Kabupaten Paser.

4.2. MATERI ANALISIS

Penyelenggaraan penimbangan terhadap berat kendaraan beserta

muatannya (PP No.43 Tahun 1993) meliputi : penentuan lokasi,

pengadaan, pemasangan dan/atau pembangunan, pengoperasian

serta pemeliharaan.

Penentuan lokasi jembatan timbang umumnya berada pada jalan

nasional sebagai prasarana pergerakan kendaraan angkutan barang

dengan beban muatan yang relatif besar. Berdasarkan KM. 5 Tahun

1995, penetuan lokasi alat penimbangan yang dipasang secara tetap

harus memperhatikan :

1. Rencana umum tata ruang

2. Jaringan transportasi jalan

3. Volume lalu lintas harian rata – rata (LHR) untuk angkutan barang

(>150 kend/hr)

4. Kelancaran arus lalu lintas

5. Kelas jalan

6. Kondisi topografi lokasi

7. Tersedia lahan sekurang-kurangnya 4000 m2

8. Efektivitas pengawasan berat kendaraan beserta muatannya

1. Rencana umum tata ruang;

Lokasi sesuai dengan rencana tata ruang wilayah yang telah

ditetapkan, baik pada hirarki terbawah yaitu rencana detail tata

ruang (RDTR), RTRW sampai pada RTRWN.

Sebuah fasilitas publik idealnya berada pada kawasan budidaya

dan tidak berada pada kawasan ruang terbuka hijau apalagi pada

kawasan yang ditetapkan sebagai kawasan lindung atau kawasan

yang rawan bencana.

4 - 3

Laporan Akhir

Sehingga kawasan yang hampir keselurahan dengan fungsi

budidaya merupakan kawasan dengan prioritas utama dibanding

dengan kawasan yang memiliki fungsi selain kawasan budidaya.

2. Jaringan transportasi jalan;

Jaringan Transportasi Jalan adalah serangkaian simpul dan/atau

ruang kegiatan yang dihubungkan oleh ruang lalu lintas sehingga

membentuk satu kesatuan sistem jaringan untuk keperluan

penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan. (Pasal 1 Angka 3

UU Nomor 14 Tahun 1992 Tentang Lalu Lintas Dan Angkutan

Jalan).

Jaringan jalan raya bila ditinjau dari segi fasilitas prasarana

maupun sarana sudah cukup tinggi namun perlu pengawasan yang

lebih cermat terhadap keselamatan angkutan. Dalam beberapa hal

perlu ditinjau kemungkinan peningkatan peranan jalan antara

daerah-daerah yang terisolir atau daerah yang perkembangannya

terbelakang dengan pusat-pusat pertumbuhan wilayah regional

4 - 4

Laporan Akhir

sesuai dengan tingkat pelayanan perkotaannya. Serta

meningkatkan pelayanan transportasi jalan raya dan pembukaan

jalan kereta api yang ditetapkan sebagai kawasan strategis, baik

melalui pembangunan jalan baru maupun melalui peningkatan

pelayanan jalan, untuk memeratakan hasil-hasil pembangunan.

Lokasi berada pada jaringan transportasi arteri, dengan tingkat

status sangat mendukung dimulai jalan nasional, jalan provinsi dan

jalan kabupaten. Jalan Nasional berupa jaringan jalan Arteri Primer

yang ada di Kabupaten Paser.

3. Volume lalu lintas harian rata – rata (LHR) untuk angkutan

barang (>150 kend/hr);

Volumen lalu lintas harian rata – rata (LHR) dengan kapasitas

diatas 150 kend/hr, khususnya kendaraan angkutan barang.

4 - 5

Laporan Akhir

Semakin besar volume LHR maka nilai rekomendasi lebih baik,

dikarenakan semakin banyak kendaraan angkutan barang yang

mendapat pengawasan.

Besarnya volume arus lalu lintas yang ada sangat mempengaruhi

lebar efektif jembatan. Data-data lalu lintas yang digunakan

sebagai dasar perencanaan berasal dari data sekunder, meliputi :

1. Data Survei lapangan Volume Lalu Lintas ruas yang menjadi

obyek studi , yang berasal dari para surveyor

2. Data LHR Ruas Jalan yang menjadi obyek studi, yang berasal

dari instansi bersangkutan di Kabupaten Paser

Menurut Homburger W.S. James H Kell and David D. Perkins,

Fundamental of Traffic Engineering, 13 Th edition, Institute of

Transportation Studies, University of California at Berkeley, 1992:

Lalu lintas harian rata-rata disingkat LHR adalah volume lalu lintas

yang dua arah yang melalui suatu titik rata-rata dalam satu hari,

biasanya dihitung sepanjang tahun. LHR adalah istilah yang baku

digunakan dalam menghitung beban lalu lintas pada suatu ruas

jalan dan merupakan dasar dalam proses perencanaan

transportasi ataupun dalam pengukuran polusi yang diakibatkan

oleh arus lalu lintas pada suatu ruas jalan. Dari cara memperoleh

data tersebut dikenal 2 jenis, yaitu Lalu lintas Harian Rata-rata

Tahunan (LHRT) dan Lalu lintas  Harian Rata-rata (LHR).

4. Kelancaran arus lalu lintas;

Kelancaran lalulintas diukur dengan kondisi hambatan yang

terjadi, baik hambatan samping maupun kondisi permukaan jalan.

Nilai hambatan yang tinggi dapat mempengaruhi kelancaran

proses penimbangan kendaran angkutan barang, sehingga

efektifitas pengawasan semakin berkurang.

Hambatan samping adalah dampak terhadap kinerja lalu lintas

dari aktifitas samping segmen jalan. Banyaknya aktifitas samping

jalan sering menimbulkan berbagai konflik yang sagat besar

pengaruhnya terhadap kelancaran lalu lintas.

4 - 6

Laporan Akhir

Untuk mengetahiu nilai kelas hanmbatan samping, maka tingkat

hambatan samping telah dikelompokkan dalam 5 kelas dari yang

sangat rendah sampai tinggi dan sangat tinggi.

Tabel Nilai kelas hambatan samping

Kelas Hambatansamping (SCF)

Kode Jumlah kejadianper 200 m perjam

Kondisi Daerah

Sangat rendah VL <100 Daerah pemukiman;hampir tidak ada kegitan

Rendah L 100-299 Daerah pemukiman;berupa angkutan umum, dasb

Sedang M 300-499 Daerah industri,beberapa toko disi jalan

Tinggi H 500-899 Daerah komersial;aktifitas sisi jalan yang sangat tinggi

Sabgat tinggi VH >900 Daerah komersial;aktifitas pasar di samping jalan

Sumber : (MKJI 1997)

5. Kelas jalan;

Penilaian kelas jalan dengan mengacu pada penetapan kelas jalan,

makin tinggi kelas jalan makin rekomendasi.

Kelas jalan yang lebih tinggi lebih baik, karena berkaitan dengan

jenis kendaraan yang dapat dilalui jalan tersebut.

Klasifikasi jalan menurut fungsi, Klasifikasi berdasarkan status dan

Klasifikasi berdasarkan muatan sumbu.

6. Kondisi topografi lokasi;

Tujuan pengamatan kondisi topografi dalam pekerjaan ini adalah

untuk mengetahui ketinggian permukaan tanah di dalam koridor

4 - 7

Laporan Akhir

yang ditetapkan untuk penyiapan peta topografi yang akan

digunakan untuk menilai.

Topografi adalah ketinggian suatu tempat yang dihitung dari

permukaan air laut, dengan pengamatan dasar teantang topografi

yang relatif datar memberikan kelebihan dalam pelaksanaan

penyedian fasiitas.

Kondisi kelerangan dibawah 8 % dapat direkomendasikan sebagai

lokasi jembatan timbang, dikarenakan proses pembangunan lebih

efektif.

7. Tersedia lahan sekurang-kurangnya 4000 m2;

Ketersedian luas lahan diatas 4000 m2 sangat dibutuhkan, karena

penyedian fasilitas pendukung jembatan timbang sangat

berpengaruh dengan luasan lahan yang tersedia.

4 - 8

Laporan Akhir

Ketersedian lahan beraikaitan kemampuan penyediaan fasilitas

pendukung jembatan timbang pada suatu lokasi yang terpilih.

Beberapa pengalaman mengenai kebutuhan luas lahan yang

tersedia idelanya adalah 2 ha.

8. Efektivitas pengawasan berat kendaraan beserta

muatannya.

Efektivitas merupakan salah satu pencapaian yang ingin diraih

oleh sebuah organisasi. Untuk memperoleh teori efektivitas

peneliti dapat menggunakan konsep-konsep dalam teori

manajemen dan organisasi khususnya yang berkaitan dengan teori

efektivitas. 

Efektivitas tidak dapat disamakan dengan efisiensi. Karena

keduanya memiliki arti yang berbeda, walaupun dalam berbagai

penggunaan kata efisiensi lekat dengan kata efektivitas. Efisiensi

mengandung pengertian perbandingan antara biaya dan hasil,

sedangkan efektivitas secara langsung dihubungkan dengan

pencapaian tujuan.

Atmosoeprapto (2002:139) menyatakan Efektivitas adalah

melakukan hal yang benar, sedangkan efisiensi adalah melakukan

hal secara benar, atau efektivitas adalah sejauh mana kita

mencapai sasaran dan efisiensi adalah bagaimana kita

mencampur segala sumber daya secara cermat.

Efektifitas pengawasan juga diukur kemudahan dalam memantau

kendaraan dijalan, dengan kata lain jalan lurus dengan panjang

minimal 300 m lebid utamakan dibanding jalan dengan panjang

kurang dari 300m.

9. Ketersedian sarana prasarana dasar

Dukungan sarana prasana dasar seperti, jaringan listrik, sumber

air bersih, jaringan komunikasi, dan jaringan drainase sangat

mendukung keberadaan jembatan timbang.

4 - 9

Laporan Akhir

Sehingga penilaian sarana prasarana dasar ini menjadi penilaian

tambahan agar keberadaan jembatan timbang menjadi lebih layak

dalam pembangunannya.

Tabel Penilaian Lokasi

NO VARIABEL ASUMSI KRITERIA KLASIFIKASI SKOR1 Rencana Umum Tata Ruang Lokasi terletak pada Kawasan Pertanian Rendah 1

wilyah sesuai peruntukannya Kawasan Perumahan Sedang 2Kawasan Perdagangan Tinggi 3

2 Jaringan Transportasi Jalan Jaringan transportasi yang Kabupaten-Kabupaten Rendah 1menghubungkan antar wilayah Kabupaten-Provinsi Sedang 2Jalan Nasional Provinsi-Provinsi Tinggi 3

3 LHR angkutan barang >150 kend/hr Kapasitas lalu lintas harian < 150 kend/hr Rendah 1yang cukup tinggi 150 - 200 kend/hr Sedang 2

> 200 kend/hr Tinggi 34 Kelancaran Lalu Lintas Kurangnya hambatan, sehingga Hambatan Rendah 1

memperlancar lalu lintas Hambatan Sedang 2Hambatan Tinggi 3

5 Kelas Jalan Panjang kendaraan 9 m III C Rendah 1Panjang kendaraan 12 m III B Sedang 2Panjang kendaraan 18 m III A Tinggi 3

6 Kondisi Topografi Lokasi Kondisi lahan berada pada < 30% Rendah 1< 8% 30% - 60 % Sedang 2

> 60% Tinggi 37 Tersedia Lahan > 4.000 m2 Luas lahan dibarengi dengan < 30% Rendah 1

status kepemilikan lokasi 30% - 60 % Sedang 2> 60% Tinggi 3

8 Efektifitas Pengawasan Kondisi lingkungan lokasi Rumit Rendah 1Kendaraan Beserta Muatanya memudahkan dalam Sedang Sedang 2

pengawasan kendaraan Mudah Tinggi 39 Fasilitas (Listrik, Air Bersih dan Telepon) Tersedia jaringan listrik Hanya 1 fasilitas Rendah 1

Sumber air bersih 2 Fasilitas Sedang 2Komunikasi Semua fasilitas Tinggi 3

10 Indeks Komposisi 9 - 15 Rendah 115 - 21 Sedang 221 - 27 Tinggi 3

4 - 10

Laporan Akhir

Tabel Rekomendasi

4 - 11

Laporan Akhir

4.3. SURVEY DAN ANALISIS RUAS JALAN

I. Lokasi Batu Aji – Kuaro,

Lokasi Batu Aji – Kuaro adalah lokasi yang berbatasan langsung

dengan Kabupaten Tabalang Provinsi Kalimanatan Selatan. Lokasi

ruas ini berada pada beberapa kecamatan yaitu : Kecamatan

Kuaro, Kecamatan Muara Komam dan Kecamatan Batu Sopang.

1. Rencana umum tata ruang;

Lokasi Batu Aji – Kuaro adalah lokasi yang ujungnya berbatasan

langsung dengan Kabupaten Tabalang Provinsi Kalimanatan

Selatan, Sebagian kecil wilayah ini terdapat kawasan lindung.

Terdapat kawasan lindung disisi ruas jalan yang berada pada

sebagian wilayah desa Busui sampai Batu Sopang, sehingga

pada sisi yang telah ditetapkan sebagai kawasan lindung tidak

diizinkan untuk kegiatan pembangunan fisik. Keberadaan

kawasan lindung ini terakit dengan area resapan air yang

menjaga sistem hidrologi wilayah sekitarnya.

Adanya kawasan lindung tersebut, mengurangi alternatif lokasi

yang akan menjadi calon lokasi jembatan timbang. Lokasi

4 - 12

Laporan Akhir

jembatan timbang idealmnya berada pada kawasan budidaya

atau kawasan yang diizinkan pembangunannnya.

2. Jaringan transportasi jalan;

Lokasi berada pada jaringan transportasi arteri, dengan tingk

status sangat mendukung dimulai jalan nasional, jalan provinsi

dan jalan kabupaten.

Panjang jaringan jalan ini sebesar 74,30 km yang telah

ditetapkan pada Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 1

Tahun 2003 tentang Penetapan Kelas Jalan di Pulau Kalimantan.

Ruas jaringan jalan Batu Aji – Kuaro adalah ruas yang

menghubungkan Provinsi Kalimantan Timur dengan Provinsi

Kalimantan Selatan. Dari pengamatan pada ruas ini ditemukan

cukup banyak kendaraan dari Provinsi Kalimantan Selatan

dibanding ruas lainnya.

Jaringan ini juga yang telah ditetapkan oleh Kementerian

Perhubungan sebagai salah satu akses jalan darat untuk

mendukung program MP3I

4 - 13

Laporan Akhir

3. Volume lalu lintas harian rata – rata (LHR) untuk

angkutan barang (>150 kend/hr);

Volume lalu lintas harian rata – rata (LHR) dengan kapasitas

diatas 150 kend/hr, khususnya kendaraan angkutan barang.

Ruas jalan ini merupakan jalur angkutan batu bara dan kelapa

sawit.

Pengumpulan data arus lalulintas (traffic counting) dilakukan

selama 2 hari, dimana untuk setiap titik dilakukan survei

selama 24 jam yang dibagi menjadi 3 pada jam puncak pagi,

sore dan malam masing-masing 3 jam. Survei pencacahan

lalulintas ini dilaksanakan dengan cara menghitung setiap

kendaraan yang melintasi titik pengamatan di suatu ruas jalan

atau simpang sesuai dengan klasifikasi yang telah ditentukan

sebelumnya dalam formulir survei. Survei dilakukan setiap

interval 1 jam selama 24 jam pukul 06.00 – 14.00, 14.00 –

4 - 14

Peta Jaringan MP3I

Laporan Akhir

22.00 dan 22.00 – 06.00 WITA. Berikut data hasil survei

tersebut:

4 - 15

Laporan Akhir

Gambar 1. Pergerakan Volume (Rekapitulasi LHR) Lalulintas pada selama 24 jam di Ruas Batu Aji - Kuaro pada 3 titik lokasi pengamatan

4 - 16

Laporan Akhir

Dari hasil survey jenis kendaraan yang ditemukan di lapangan

terdiri dari kendaraan ringan atau light vehicle (LV) dan

kendaraan berat atau Heavy Vehicle (HV).

Tabel Rekapitulasi LHR Arah Keluar di Ruas Batu Aji - Kuaro pada 3 titik lokasi pengamatan

Tabel Rekapitulasi LHR Arah Masukdi Ruas Batu Aji - Kuaro pada 3 titik lokasi pengamatan

4 - 17

Laporan Akhir

Gambar 1. Pergerakan Volume (Rekapitulasi LHR) Lalulintas pada selama 24 jam di Ruas Kademan - Kuaro pada 3 titik lokasi pengamatan

4 - 18

Laporan Akhir

Dari hasil survey jenis kendaraan yang ditemukan di lapangan

terdiri dari kendaraan ringan atau light vehicle (LV) dan

kendaraan berat atau Heavy Vehicle (HV).

Tabel Rekapitulasi LHR Arah Keluar di Ruas Kademan - Kuaro pada 3 titik lokasi pengamatan

Tabel Rekapitulasi LHR Arah Masukdi Ruas Kademan - Kuaro pada 3 titik lokasi pengamatan

4 - 19

Laporan Akhir

Gambar 1. Pergerakan Volume (Rekapitulasi LHR) Lalulintas pada selama 24 jam di Ruas Kerang - Grogot pada 3 titik lokasi pengamatan

4 - 20

Laporan Akhir

Dari hasil survey jenis kendaraan yang ditemukan di lapangan

terdiri dari kendaraan ringan atau light vehicle (LV) dan

kendaraan berat atau Heavy Vehicle (HV).

Tabel Rekapitulasi LHR Arah Keluar di Ruas Kerang - Grogot pada 3 titik lokasi pengamatan

Tabel Rekapitulasi LHR Arah Masukdi Ruas Kerang - Grogot pada 3 titik lokasi pengamatan

4. Kelancaran arus lalu lintas

4 - 21

Laporan Akhir

Kelancaran lalulintas diukur dengan kondisi hambatan yang

terjadi, baik hambatan samping maupun kondisi permukaan

jalan. Hambatan juga diartikan kondisi lingkungan yang rawan

bencana alam.

Kelancaran lalu lintas dapat juga dilihat hambatan samping

yang terjadi, apakah ringan, sedang dan berat. Dari

pengamatan lapangan hambatan samping yang terjadi tidak

signifikan, karena sebagian besar tidak ada bangunan dan

kegiatan yang dapat menghalangi kelancaran lalu lintas.

Tabel Kelancaran Arus Lalu Lintas

4 - 22

Laporan Akhir

5. Kelas jalan;

Penilaian kelas jalan dengan mengacu pada penetapan kelas

jalan, makin tinggi kelas jalan makin rekomendasi. Pada ruas ini

ditetapkan sebagai kelas jalan IIIa, penilaian tinggi pada kelas

ini karena merupakan jalan arteri primer yang dapat dilalui

kendaraan bermotor ukuran lebar tidak melebihi 2.500

milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 18.000 milimeter dan

muatan sumbu terberat yang diizinkan 8 ton. Artinya

kemampuan menyediakan platform jembatan timbang sampai

18 m.

6. Kondisi topografi lokasi;

Topografi adalah studi tentang bentuk permukaan bumi dan

objek lain seperti planet, satelit alami (bulan dan sebaginya)

dan asteroid. Topografi umumnya menyuguhkan relief

permukaan, model tiga dimensi, dan identitas jenis lahan. Relief

adalah bantuk permukaan suatu lahan yang dikelompokkan

atau ditentukan berdasarkan perbedaan ketinggian (amplitude)

dari permukaan bumi (bidang datar) suatu bentuk bentang

lahan (landform). Sedang topografi secara kualitatif adalah

bentang lahan (landform) dan secara kuantitatif dinyatakan

4 - 23

Laporan Akhir

dalam satuan kelas lereng (% atau derajat), arah lereng,

panjang lereng dan bentuk lereng

Hasil pengamatan dilapangan kondisi topografi pada wilayah

yang yang terdapat pada ruas ini cukup variasi, berdasarkan

peta wilayah tersebut terdapat beberapa lereng yang ekstreem

yang menjadi kawasan lindung.

Untuk rekomendasi lokasi jembatan timbang terdapat beberapa

lokasi yang relatif datar di wilayah ibukota kecamatan

khususnya pada titik – titik pengamatan.

Gambar Kondisi di sebagian topografi lokasi

4 - 24

Laporan Akhir

7. Tersedia lahan sekurang-kurangnya 4000 m2;

Terdapat lahan pemerintah bekas calon bandara yang memiliki

luas lebih dari 4.000 m2 yang berada di Desa Songko. Status

lahan yang jelas kepemilikan pemerintah menjadi poin

tersendiri bagi lokasi jembatan timbang.

Adapun lahan yang belum memiliki status, terdapat dibeberapa

tempat yang dapat berpotensi sebagai lokasi jembatan

timbang, dengan memperhatikan permukaan lahan yang siap

bangun dan telah tersedia sarana prasaran dasar.

4 - 25

Laporan Akhir

8. Efektivitas pengawasan berat kendaraan beserta

muatannya.

Efektifitas pengawasan sangat mendukung keberadaan lokasi

jembatan timbang, terkait pengawasan muatan barang yang

diangkut kendaraan.

Hasil pengamatan dan survey OD (asal dan tujuan) serta

muatan barang yang diangkut pada kawasan ini berupa : batu

bara, cangkang kelapa sawit, bahan bangunan, dan kebutuhan

spare part alat berat.

Berdasarkan hasil survey asal kendaraan tersebut disinyalir dari

Provinsi Kalimantan Selatan.

Jika dipronsentasekan jumlah terbanyak jenis muatan berupa

kelapa sawit dan batu bara. Sekitar 37 % jenis muatan

terbanyak berupa kelapa sawit dan turunannya diantara

muatan – muatan lainnya.

9. Ketersedian sarana prasarana dasar

Dukungan sarana prasana dasar seperti, jaringan listrik, sumber

air bersih, jaringan komunikasi, dan jaringan drainase sangat

mendukung keberadaan jembatan timbang.

Sehingga penilaian sarana prasarana dasar ini menjadi

penilaian tambahan agar keberadaan jembatan timbang

menjadi lebih layak dalam pembangunannya.

4 - 26

Laporan Akhir

Jika pemilihan lokasi berada disekitar ibukota Kecamatan Muara

Komam dan Batu Sopang, maka penyedian sarana dan

prasarana dasar tidak menjadi kendala terlebih disekitar lokasi

banyak anak sungai yang dapat menjadi sumber air bersih.

Gambar ketersedian air bersih

II. Lokasi Kademan – Kuaro

Lokasi Kademan – Kuaro adalah lokasi yang berbatasan langsung

dengan Kabupaten Penajam Paser Utara Provinsi Kalimanatan

Timur.

1. Rencana umum tata ruang;

Lokasi Kademan – Kuaro adalah lokasi berada pada 3

Kecamatan Long Kali, Kecamatan Long Ikis dan Kecamatan

Kuaro. Lokasi ini merupakan kawasan padat kegiatan karena

terdapat 3 ibukota kecamatan yang memiliki fungsi

perdagangan, perkantoran dan lainnya.

4 - 27

Laporan Akhir

Pada wilayah ini tidak terdapat kawasan lindung, sehingga

cenderung perkembangan kota cukup pesat. Ruas jalan ini

dapat dikategorikan ruas jalan yang padat dibanding dengan 2

ruas jalan yang menjadi obyek studi lainnya.

2. Jaringan transportasi jalan;

Lokasi berada pada jaringan transportasi arteri, dengan tingk

status sangat mendukung dimulai jalan nasional, jalan provinsi

dan jalan kabupaten.

Panjang jaringan jalan ini sebesar 55,40 km yang telah

ditetapkan pada Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 1

Tahun 2003 tentang Penetapan Kelas Jalan di Pulau Kalimantan.

4 - 28

Laporan Akhir

Ruas jaringan jalan ini adalah ruas yang menghubungkan

Kabupaten Penajam dan jalur menuju ke Provinsi Kalimantan

Selatan.

Jaringan ini juga yang telah ditetapkan oleh Kementerian

Perhubungan sebagai salah satu akses jalan darat untuk

mendukung program MP3I, panjang jalan 55,40 km dan kelas

jalan IIIa.

4 - 29

Laporan Akhir

3. Volume lalu lintas harian rata – rata (LHR) untuk

angkutan barang (>150 kend/hr);

Wilayah ini adalah kawasan perkotaan dengan penduduk cukup

padat, sehingga sangat berpangaruh pada sistem lalulilantas.

Pada jam puncak terkadang ditemukan kemacetan pada pusat

ibukota kecamatan Long Ikis, Long Kali dan Simpang Kuaro.

Volume lalu lintas harian rata – rata (LHR) dengan kapasitas

diatas 150 kend/hr, khususnya kendaraan angkutan barang.

Ruas jalan ini merupakan jalur angkutan batu bara dan kelapa

sawit.

Diketahui data perhitungan volume lalu lintas berdasarkan hasil

survai Traffic Counting yang dilakukan selama 24 jam (06.00-

06.00 WITA) adalah sebagai berikut:

4 - 30

Laporan Akhir

Titik 1 :

Titik 2 :

Titik 3 :

LV HV LV HV LV HV

1.00 1.30 1.00 1.30 1.00 1.30

1 06.00 - 07.00 5 18.2 6 42.9 10 19.5

2 07.00 - 08.00 4 11.7 14 27.3 7 26

3 08.00 - 09.00 8 20.8 11 54.6 8 57.2

4 09.00 - 10.00 11 36.4 12 50.7 7 42.9

5 10.00 - 11.00 4 20.8 12 50.7 20 71.5

6 11.00 - 12.00 0 10.4 16 14.3 4 28.6

7 12.00 - 13.00 8 13 12 52 6 7.8

8 13.00 - 14.00 9 5.2 15 41.6 5 26

9 14.00 - 15.00 4 20.8 14 49.4 15 49.4

10 15.00 - 16.00 4 20.8 14 49.4 15 49.4

11 16.00 - 17.00 5 19.5 9 61.1 9 55.9

12 17.00 - 18.00 3 10.4 15 65 11 49.4

13 18.00 - 19.00 11 6.5 5 32.5 11 35.1

14 19.00 - 20.00 7 7.8 10 31.2 11 26

15 20.00 - 21.00 5 10.4 7 36.4 9 50.7

16 21.00 - 22.00 8 3.9 9 40.3 5 35.1

17 22.00 - 23.00 4 9.1 12 40.3 10 41.6

18 23.00 - 24.00 2 9.1 14 36.4 10 40.3

19 24.00 - 01.00 2 9.1 14 36.4 10 40.3

20 01.00 - 02.00 5 6.5 3 31.2 8 37.7

21 02.00 - 03.00 1 2.6 6 28.6 4 16.9

21 03.00 - 04.00 3 5.2 6 31.2 1 23.4

22 04.00 - 05.00 1 2.6 5 50.7 2 22.1

23 05.00 - 06.00 8 13 6 31.2 1 33.8

Jumlah 122 293.8 247 985.4 199 886.6

No.WAKTU

PENGAMATAN

KADEMAN - SAMUNTAI

SAMUNTAI - RANGAN

RANGAN - LONG KALI

TITIK 1 TITIK 2 TITIK 3

Titik 1 :

Titik 2 :

Titik 3 :

LV HV LV HV LV HV

1.00 1.30 1.00 1.30 1.00 1.30

1 06.00 - 07.00 5 19.5 3 52 10 15.6

2 07.00 - 08.00 7 15.6 5 32.5 6 31.2

3 08.00 - 09.00 8 9.1 2 37.7 7 46.8

4 09.00 - 10.00 6 2.6 7 27.3 8 29.9

5 10.00 - 11.00 6 7.8 8 32.5 11 44.2

6 11.00 - 12.00 3 13 11 27.3 7 22.1

7 12.00 - 13.00 7 10.4 16 45.5 9 14.3

8 13.00 - 14.00 2 5.2 21 31.2 8 26

9 14.00 - 15.00 3 18.2 20 27.3 4 59.8

10 15.00 - 16.00 3 18.2 20 27.3 4 59.8

11 16.00 - 17.00 2 16.9 17 55.9 6 65

12 17.00 - 18.00 3 20.8 10 48.1 3 29.9

13 18.00 - 19.00 2 14.3 11 52 8 39

14 19.00 - 20.00 4 18.2 7 42.9 21 32.5

15 20.00 - 21.00 2 16.9 11 40.3 3 31.2

16 21.00 - 22.00 3 11.7 4 45.5 7 44.2

17 22.00 - 23.00 3 11.7 3 45.5 3 27.3

18 23.00 - 24.00 5 14.3 3 19.5 0 52

19 24.00 - 01.00 5 14.3 3 19.5 0 52

20 01.00 - 02.00 3 15.6 2 22.1 0 55.9

21 02.00 - 03.00 1 10.4 1 50.7 11 27.3

21 03.00 - 04.00 3 7.8 3 45.5 4 33.8

22 04.00 - 05.00 2 3.9 1 14.3 1 39

23 05.00 - 06.00 1 5.2 3 53.3 4 22.1

Jumlah 89 301.6 192 895.7 145 900.9

No.WAKTU

PENGAMATAN

KADEMAN - SAMUNTAI

SAMUNTAI - RANGAN

RANGAN - LONG KALI

TITIK 1 TITIK 2 TITIK 3

4 - 31

Laporan Akhir

Untuk mengetahui Lalu Lintas Harian Rata-Rata di ruas jalan

tersebut dapat menggunakan rumus sebagai berikut:

LHR      =            Jumlah lalu lintas selama pengamatan

Lamanya waktu Pengamatan

=             5.285

             23

=             228,61 smp/jam

Jadi, Lalu Lintas Harian Rata-rata di ruas jalan Kademan - Kuaro

tersebut adalah sebesar 228,61 smp/jam.

4. Kelancaran arus lalu lintas;

Kelancaran lalulintas diukur dengan kondisi hambatan yang

terjadi, baik hambatan samping maupun kondisi permukaan

jalan. Hambatan juga diartikan kondisi lingkungan yang rawan

bencana alam.

4 - 32

Laporan Akhir

5. Kelas jalan;

Penilaian kelas jalan dengan mengacu pada penetapan kelas

jalan, makin tinggi kelas jalan makin rekomendasi.

Pada ruas ini ditetapkan sebagai kelas jalan IIIa, penilaian tinggi

pada kelas ini karena merupakan jalan arteri primer yang dapat

dilalui kendaraan bermotor ukuran lebar tidak melebihi 2.500

milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 18.000 milimeter dan

muatan sumbu terberat yang diizinkan 8 ton. Artinya

kemampuan menyediakan platform jembatan timbang sampai

18 m.

6. Kondisi topografi lokasi;

Tujuan pengamatan kondisi topografi dalam pekerjaan ini

adalah untuk mengetahui ketinggian permukaan tanah di

dalam koridor yang ditetapkan untuk penyiapan peta topografi

yang akan digunakan untuk menilai.

4 - 33

Laporan Akhir

Selain itu kondisi topografi ini adalah untuk memperoleh

gambaran bentuk dan tinggi rendahnya relief muka tanah

termasuk data situasi dari semua unsur yang ada diatasnya,

seperti alur sungai, tegalan, sawah, kampung, kuburan,

bangunan-bangunan prasarana umum dan lain-lain.

Dari survey pengamatan pada kawasan ruas kademan – kuaro

serta gambaran permukaan kawasan pada peta, dapat

dikatakan kawasan sekitar ruas jalan kademan – kuaro relatif

datar.

7. Tersedia lahan sekurang-kurangnya 4000 m2;

Ketersedian lahan pada sebuah kawasan di ruas jalan yang

menjadi obyek studi sangat membantu untuk

direkomendasikan sebagai lokasi jembatan timbang.

Pada ruas jalan kademan – kuaro banyak ditemukan lahan

terbuka dengan kondisi siap bangun, hanya status lahan

tersebut belum memiliki kepastian sebagai lahan pemerintah.

Sehingga perlu diinevatarisir pada aset lahan yang dimiliki

pemerintah Kabupaten Paser pada sepanjang ruas jalan ini.

4 - 34

Laporan Akhir

8. Efektivitas pengawasan berat kendaraan beserta

muatannya.

Efektifitas pengawasan sangat mendukung keberadaan lokasi

jembatan timbang, terkait pengawasan muatan barang yang

diangkut kendaraan.

Hasil pengamatan dan survey OD (asal dan tujuan) serta

muatan barang yang diangkut pada kawasan ini berupa :

cangkang kelapa sawit, biji karet, dan kebutuhan spare part

alat berat.

Berdasarkan hasil survey asal kendaraan tersebut disinyalir dari

Kabupaten Batu Licin Provinsi Kalimantan Selatan menuju ke

Kabupaten Sangatta Provinsi Kalimantan Timur.

9. Ketersedian sarana prasarana dasar

Dukungan sarana prasana dasar seperti, jaringan listrik, sumber

air bersih, jaringan komunikasi, dan jaringan drainase sangat

mendukung keberadaan jembatan timbang.

4 - 35

Laporan Akhir

Sehingga penilaian sarana prasarana dasar ini menjadi

penilaian tambahan agar keberadaan jembatan timbang

menjadi lebih layak dalam pembangunannya.

Pada ruas jalan kademan – kuaro didominasi kawasan

permukiman yang tumbuh cukup pesat, atas dasar tersebut

serta pengamatan lapangan penyediaan prasarana dasar cukup

baik. Ditemukan adanya jaringan listrik, ari bersih dan

telekomunikasi.

4 - 36

Laporan Akhir

III.Lokasi Grogot – Kerang

Lokasi Grogot – Kerang adalah lokasi yang berbatasan langsung

dengan Kabupaten Tabalang Provinsi Kalimanatan Selatan. Lokasi

ini berada pada 3 kecamatan yaitu : Kecamatan Batu Engau,

Kecamatan Paser Balengkong dan Kecamatan Tanah Grogot

1. Rencana umum tata ruang;

Lokasi Kademan – Kuaro adalah lokasi yang ujungnya

berbatasan langsung dengan Kabupaten Kota Baru Provinsi

Kalimanatan Selatan, Sebagian kecil wilayah ini terdapat

terdapat kawasan Taman Hutan Raya yang berada di sekitar

wilayah Petangis.

Terdapat kawasan Hutan Raya disisi kiri ruas jalan yang berada

pada sebagian wilayah Petangis, sehingga pada sisi yang telah

ditetapkan sebagai kawasan Hutan Raya tidak diizinkan untuk

kegiatan pembangunan fisik atau pembangunan fasilitas

jembatan timbang.

4 - 37

Laporan Akhir

2. Jaringan transportasi jalan;

Lokasi berada pada jaringan transportasi arteri, dengan tingk

status sangat mendukung dimulai jalan nasional, jalan provinsi

dan jalan kabupaten.

Panjang jaringan jalan ini sebesar 59,50 km dengan kelas jalan

IIIb yang telah ditetapkan pada Keputusan Menteri

Perhubungan Nomor 1 Tahun 2003 tentang Penetapan Kelas

Jalan di Pulau Kalimantan.

Ruas jalan grogot – kerang merupakan wilayah yang

berbatasan langsung dengan Kabupaten Kota Baru Provinsi

Kalimantan Selatan.

3. Volume lalu lintas harian rata – rata (LHR) untuk

angkutan barang (>150 kend/hr);

4 - 38

Laporan Akhir

Volumen lalu lintas harian rata – rata (LHR) dengan kapasitas

diatas 150 kend/hr, khususnya kendaraan angkutan barang.

Ruas jalan ini merupakan jalur angkutan batu bara.

Diketahui data perhitungan volume lalu lintas berdasarkan hasil

survai Traffic Counting yang dilakukan selama 24 jam (06.00-

06.00 WITA) adalah sebagai berikut:

Untuk mengetahui Lalu Lintas Harian Rata-Rata di ruas jalan

tersebut dapat menggunakan rumus sebagai berikut:

LHR      =            Jumlah lalu lintas selama pengamatan

Lamanya waktu Pengamatan

=             3.945

             24

=             151,96 smp/jam

Jadi, Lalu Lintas Harian Rata-rata di ruas jalan Kademan - Kuaro

tersebut adalah sebesar 151,96 smp/jam.

4. Kelancaran arus lalu lintas;

Kelancaran lalulintas diukur dengan kondisi hambatan yang

terjadi, baik hambatan samping maupun kondisi permukaan

jalan. Hambatan juga diartikan kondisi lingkungan yang rawan

bencana alam.

4 - 39

Laporan Akhir

5. Kelas jalan;

Penilaian kelas jalan dengan mengacu pada penetapan kelas

jalan, makin tinggi kelas jalan makin rekomendasi.

Kelas jalan IIIb merupakan jalan kolektor yang dapat dilalui

kendaraan bermotor termasuk muatan dengan ukuran lebar

tidak melebihi 2.500 milimeter, ukuran panjang tidak melebihi

12.000 milimeter dan muatan sumbu terberat yang diizinkan 8

ton. Dengan penetapatan kelas jalan IIIb pada ruas Grogot –

Kerang, sangat tidak dimungkikan untuk menyediakan

jembatan timbang dengan plat form panjang 18 m.

6. Kondisi topografi lokasi;

Tujuan pengamatan kondisi topografi dalam pekerjaan ini

adalah untuk mengetahui ketinggian permukaan tanah di

dalam koridor yang ditetapkan untuk penyiapan peta topografi

yang akan digunakan untuk menilai.

Selain itu kondisi topografi ini adalah untuk memperoleh

gambaran bentuk dan tinggi rendahnya relief muka tanah

4 - 40

Laporan Akhir

termasuk data situasi dari semua unsur yang ada diatasnya,

seperti alur sungai, tegalan, sawah, kampung, kuburan,

bangunan-bangunan prasarana umum dan lain-lain.

7. Tersedia lahan sekurang-kurangnya 4000 m2;

Pada ruas kerang – kuaro diidentifikasi terdapat lahan status

kepemilikan pemerintah tepatnya lahan kawasan pelabuhan di

simpang petangis menuju arah pelabuhan.

Akan tetapi banyak alternatif lokasi yang memiliki kondisi siap

bangun yang status kepemilikan perlu identifikasi kembali.

8. Efektivitas pengawasan berat kendaraan beserta

muatannya.

Efektifitas pengawasan sangat mendukung keberadaan lokasi

jembatan timbang, terkait pengawasan muatan barang yang

diangkut kendaraan.

Hasil pengamatan dan survey OD (asal dan tujuan) serta

muatan barang yang diangkut pada kawasan ini berupa : bahan

4 - 41

Laporan Akhir

bakar minyak cangkang kelapa sawit, biji karet, dan kebutuhan

spare part alat berat.

Berdasarkan hasil survey asal kendaraan tersebut disinyalir dari

Kabupaten Kota Baru Provinsi Kalimantan Selatan menuju ke

Kabupaten Paser Provinsi Kalimantan Timur.

Contoh form survey OD

9. Ketersedian sarana prasarana dasar

Dukungan sarana prasana dasar seperti, jaringan listrik, sumber

air bersih, jaringan komunikasi, dan jaringan drainase sangat

mendukung keberadaan jembatan timbang.

Sehingga penilaian sarana prasarana dasar ini menjadi

penilaian tambahan agar keberadaan jembatan timbang

menjadi lebih layak dalam pembangunannya.

Pada wilayah ruas jalan grogot – kerang, beberapa wilayah

masih terdapat keterbatasan prasarana dasar, hanya pada ibu

kota kecamatan telah terpenuhi prasarana dasar.

4 - 42

Laporan Akhir

4 - 43

Laporan Akhir

TABEL ANALISIS TERTIMBANG

Dari hasil matrik evaluasi variabel yang dipersyaratkan ditambah dengan

satu variabel tambahan, dapat dilihat bahwa skor terbesar berada pada

ruas batu aji – kuaro dengan nilai skor sebesar 23 kemudian ruas jalan

kerang – grogot dengan nilai 19 serta adalah ruas jalan kedaman – kuaro

22.

TABEL HASIL ANALISIS

4 - 44

Laporan Akhir

4 - 45