bab 4 survey dan analisis
DESCRIPTION
conntoh makalhTRANSCRIPT
Laporan Akhir
BAB IV
SURVEY DAN ANALISIS
4.1. UMUM
Perkembangan kondisi infrastruktur jalan di Indonesia masih sangat
memprihatinkan karena tingginya tingkat kerusakan jalan di berbagai
kawasan, sehingga dapat mengganggu pendestribusian orang
maupun barang dari satu tempat ke tempat lainnya. Berbagai
penyebab kerusakan jalan dikemukakan oleh berbagai pihak namun
yang menjadi perhatian adalah faktor kelebihan muatan disebut
sebagai faktor yang dominan penyebab kerusakan jalan walaupun
faktor kualitas jalan juga perlu dipertanyakan. Kelebihan muatan
yang terjadi dijalan telah ada sejak lama dan tidak hanya di
Kabupaten Paser Provinsi Kalimantan Timur namun di Kabupaten /
Kota Provinsi lain juga terjadi, hal ini memberikan dampak kepada
tingginya biaya pemeliharaan jalan yang harus ditanggung.
Jembatan Timbang adalah sarana pengawasan dan pengendalian
muatan lebih kendaraan angkutan barang di Jalan Raya. Hal ini sesuai
dengan amanat Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu
Lintas Angkutan Jalan Pasal 25 (1) huruf f Setiap jalan yang
digunakan untuk lalu lintas umum wajib dilengkapi dengan
perlengkapan jalan berupa alat pengawasan dan pengamanan jalan.
Selanjutnya dipertegas dengan pasal 169 (3) Pengawasan muatan
angkutan barang dilakukan dengan menggunakan alat penimbangan.
Sebagaimana diketahui penanganan muatan lebih sampai saat ini
belum dapat terwujud seperti yang diharapkan mengingat bahwa
penanganan muatan lebih adalah persoalan yang multi dimensional
yang menyangkut berbagai aspek yang dalam penyelesaiannya tidak
dapat secara parsial. Jembatan timbang yang berfungsi sebagai alat
kontrol angkutan barang yang ada saat ini belum dapat diharapkan
terlalu banyak guna mengendalikan pelanggaran muatan lebih. Hal
ini disebabkan oleh berbagai faktor seperti kontrol dalam operasional
4 - 1
Laporan Akhir
jembatan timbang yang lemah, sumber daya manusia, efektifitas
penataan lokasi jembatan timbang banyak yang cenderung untuk
dipaksakan dan tidak ada reward and panishment terhadap kinerja
petugas. Kondisi ini menyebabkan banyak jembatan timbang sebagai
salah satu faktor penyebab ekonomi biaya tinggi.
Dengan memperhatikan dan mengikuti perkembangan dalam
penanganan muatan lebih sampai saat ini sudah saatnya dilakukan
upaya-upaya konkrit yang secara berkesinambungan (sustainable)
disertai dengan kebijakan-kebijakan yang tepat yang secara sinergis
baik kebijakan Pusat maupun Daerah serta penyempurnaan berbagai
ketentuan/peraturan yang tidak sesuai lagi dengan perkembangan
dan kondisi yang ada.
Dengan memperhatikan hal tersebut di atas maka perlu dilakukan
langkah-langkah strategis seperti :
1. Penetapan regulasi terkait penyelenggaraan jembatan timbang
mulai dari lokasi, sarana dan prasarana, sumber daya manusia,
sanksi terhadap pelanggaran dan operasional.
2. Penetapan (simpul-simpul) lokasi jembatan timbang untuk
efektifitas pengawasan kendaraan angkutan barang.
3. Penetapan sarana dan prasarana jembatan timbang dimana
terkait teknologi yang lebih mutakhir dimana mengurangi interaksi
petugas dan pengemudi dan rancangan flow kendaraan serta
fasilitas diarea jembatan timbang.
4. Penyusunan pedoman pemberian sanksi yang mampu
menciptakan efek jera dan mengurangi adanya kolusi antara
petugas dan pengemudi.
5. Penyusunan pedoman penyelenggaraan jembatan timbang terkait
pengawasan kinerja, pelaporan, pembiayaan (operasional, honor,
perawatan dan pengembangan), penugasan sumber daya manusia
dan standart operasional prosedur sebagai acuan kerja oleh
petugas jembatan timbang.
Sebagaimana penjelasan diatas Pemerintah Kabupaten Paser Provinsi
kalimantan Timur dalam hal ini melakukan langkah awal identifikasi
4 - 2
Laporan Akhir
simpul-simpul lokasi jembatan timbang yang efektif dan strategis
terkait dengan pergerakan kendaraan angkutan barang diruas jalan
yang berada dalam wilayah Kabupaten Paser.
4.2. MATERI ANALISIS
Penyelenggaraan penimbangan terhadap berat kendaraan beserta
muatannya (PP No.43 Tahun 1993) meliputi : penentuan lokasi,
pengadaan, pemasangan dan/atau pembangunan, pengoperasian
serta pemeliharaan.
Penentuan lokasi jembatan timbang umumnya berada pada jalan
nasional sebagai prasarana pergerakan kendaraan angkutan barang
dengan beban muatan yang relatif besar. Berdasarkan KM. 5 Tahun
1995, penetuan lokasi alat penimbangan yang dipasang secara tetap
harus memperhatikan :
1. Rencana umum tata ruang
2. Jaringan transportasi jalan
3. Volume lalu lintas harian rata – rata (LHR) untuk angkutan barang
(>150 kend/hr)
4. Kelancaran arus lalu lintas
5. Kelas jalan
6. Kondisi topografi lokasi
7. Tersedia lahan sekurang-kurangnya 4000 m2
8. Efektivitas pengawasan berat kendaraan beserta muatannya
1. Rencana umum tata ruang;
Lokasi sesuai dengan rencana tata ruang wilayah yang telah
ditetapkan, baik pada hirarki terbawah yaitu rencana detail tata
ruang (RDTR), RTRW sampai pada RTRWN.
Sebuah fasilitas publik idealnya berada pada kawasan budidaya
dan tidak berada pada kawasan ruang terbuka hijau apalagi pada
kawasan yang ditetapkan sebagai kawasan lindung atau kawasan
yang rawan bencana.
4 - 3
Laporan Akhir
Sehingga kawasan yang hampir keselurahan dengan fungsi
budidaya merupakan kawasan dengan prioritas utama dibanding
dengan kawasan yang memiliki fungsi selain kawasan budidaya.
2. Jaringan transportasi jalan;
Jaringan Transportasi Jalan adalah serangkaian simpul dan/atau
ruang kegiatan yang dihubungkan oleh ruang lalu lintas sehingga
membentuk satu kesatuan sistem jaringan untuk keperluan
penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan. (Pasal 1 Angka 3
UU Nomor 14 Tahun 1992 Tentang Lalu Lintas Dan Angkutan
Jalan).
Jaringan jalan raya bila ditinjau dari segi fasilitas prasarana
maupun sarana sudah cukup tinggi namun perlu pengawasan yang
lebih cermat terhadap keselamatan angkutan. Dalam beberapa hal
perlu ditinjau kemungkinan peningkatan peranan jalan antara
daerah-daerah yang terisolir atau daerah yang perkembangannya
terbelakang dengan pusat-pusat pertumbuhan wilayah regional
4 - 4
Laporan Akhir
sesuai dengan tingkat pelayanan perkotaannya. Serta
meningkatkan pelayanan transportasi jalan raya dan pembukaan
jalan kereta api yang ditetapkan sebagai kawasan strategis, baik
melalui pembangunan jalan baru maupun melalui peningkatan
pelayanan jalan, untuk memeratakan hasil-hasil pembangunan.
Lokasi berada pada jaringan transportasi arteri, dengan tingkat
status sangat mendukung dimulai jalan nasional, jalan provinsi dan
jalan kabupaten. Jalan Nasional berupa jaringan jalan Arteri Primer
yang ada di Kabupaten Paser.
3. Volume lalu lintas harian rata – rata (LHR) untuk angkutan
barang (>150 kend/hr);
Volumen lalu lintas harian rata – rata (LHR) dengan kapasitas
diatas 150 kend/hr, khususnya kendaraan angkutan barang.
4 - 5
Laporan Akhir
Semakin besar volume LHR maka nilai rekomendasi lebih baik,
dikarenakan semakin banyak kendaraan angkutan barang yang
mendapat pengawasan.
Besarnya volume arus lalu lintas yang ada sangat mempengaruhi
lebar efektif jembatan. Data-data lalu lintas yang digunakan
sebagai dasar perencanaan berasal dari data sekunder, meliputi :
1. Data Survei lapangan Volume Lalu Lintas ruas yang menjadi
obyek studi , yang berasal dari para surveyor
2. Data LHR Ruas Jalan yang menjadi obyek studi, yang berasal
dari instansi bersangkutan di Kabupaten Paser
Menurut Homburger W.S. James H Kell and David D. Perkins,
Fundamental of Traffic Engineering, 13 Th edition, Institute of
Transportation Studies, University of California at Berkeley, 1992:
Lalu lintas harian rata-rata disingkat LHR adalah volume lalu lintas
yang dua arah yang melalui suatu titik rata-rata dalam satu hari,
biasanya dihitung sepanjang tahun. LHR adalah istilah yang baku
digunakan dalam menghitung beban lalu lintas pada suatu ruas
jalan dan merupakan dasar dalam proses perencanaan
transportasi ataupun dalam pengukuran polusi yang diakibatkan
oleh arus lalu lintas pada suatu ruas jalan. Dari cara memperoleh
data tersebut dikenal 2 jenis, yaitu Lalu lintas Harian Rata-rata
Tahunan (LHRT) dan Lalu lintas Harian Rata-rata (LHR).
4. Kelancaran arus lalu lintas;
Kelancaran lalulintas diukur dengan kondisi hambatan yang
terjadi, baik hambatan samping maupun kondisi permukaan jalan.
Nilai hambatan yang tinggi dapat mempengaruhi kelancaran
proses penimbangan kendaran angkutan barang, sehingga
efektifitas pengawasan semakin berkurang.
Hambatan samping adalah dampak terhadap kinerja lalu lintas
dari aktifitas samping segmen jalan. Banyaknya aktifitas samping
jalan sering menimbulkan berbagai konflik yang sagat besar
pengaruhnya terhadap kelancaran lalu lintas.
4 - 6
Laporan Akhir
Untuk mengetahiu nilai kelas hanmbatan samping, maka tingkat
hambatan samping telah dikelompokkan dalam 5 kelas dari yang
sangat rendah sampai tinggi dan sangat tinggi.
Tabel Nilai kelas hambatan samping
Kelas Hambatansamping (SCF)
Kode Jumlah kejadianper 200 m perjam
Kondisi Daerah
Sangat rendah VL <100 Daerah pemukiman;hampir tidak ada kegitan
Rendah L 100-299 Daerah pemukiman;berupa angkutan umum, dasb
Sedang M 300-499 Daerah industri,beberapa toko disi jalan
Tinggi H 500-899 Daerah komersial;aktifitas sisi jalan yang sangat tinggi
Sabgat tinggi VH >900 Daerah komersial;aktifitas pasar di samping jalan
Sumber : (MKJI 1997)
5. Kelas jalan;
Penilaian kelas jalan dengan mengacu pada penetapan kelas jalan,
makin tinggi kelas jalan makin rekomendasi.
Kelas jalan yang lebih tinggi lebih baik, karena berkaitan dengan
jenis kendaraan yang dapat dilalui jalan tersebut.
Klasifikasi jalan menurut fungsi, Klasifikasi berdasarkan status dan
Klasifikasi berdasarkan muatan sumbu.
6. Kondisi topografi lokasi;
Tujuan pengamatan kondisi topografi dalam pekerjaan ini adalah
untuk mengetahui ketinggian permukaan tanah di dalam koridor
4 - 7
Laporan Akhir
yang ditetapkan untuk penyiapan peta topografi yang akan
digunakan untuk menilai.
Topografi adalah ketinggian suatu tempat yang dihitung dari
permukaan air laut, dengan pengamatan dasar teantang topografi
yang relatif datar memberikan kelebihan dalam pelaksanaan
penyedian fasiitas.
Kondisi kelerangan dibawah 8 % dapat direkomendasikan sebagai
lokasi jembatan timbang, dikarenakan proses pembangunan lebih
efektif.
7. Tersedia lahan sekurang-kurangnya 4000 m2;
Ketersedian luas lahan diatas 4000 m2 sangat dibutuhkan, karena
penyedian fasilitas pendukung jembatan timbang sangat
berpengaruh dengan luasan lahan yang tersedia.
4 - 8
Laporan Akhir
Ketersedian lahan beraikaitan kemampuan penyediaan fasilitas
pendukung jembatan timbang pada suatu lokasi yang terpilih.
Beberapa pengalaman mengenai kebutuhan luas lahan yang
tersedia idelanya adalah 2 ha.
8. Efektivitas pengawasan berat kendaraan beserta
muatannya.
Efektivitas merupakan salah satu pencapaian yang ingin diraih
oleh sebuah organisasi. Untuk memperoleh teori efektivitas
peneliti dapat menggunakan konsep-konsep dalam teori
manajemen dan organisasi khususnya yang berkaitan dengan teori
efektivitas.
Efektivitas tidak dapat disamakan dengan efisiensi. Karena
keduanya memiliki arti yang berbeda, walaupun dalam berbagai
penggunaan kata efisiensi lekat dengan kata efektivitas. Efisiensi
mengandung pengertian perbandingan antara biaya dan hasil,
sedangkan efektivitas secara langsung dihubungkan dengan
pencapaian tujuan.
Atmosoeprapto (2002:139) menyatakan Efektivitas adalah
melakukan hal yang benar, sedangkan efisiensi adalah melakukan
hal secara benar, atau efektivitas adalah sejauh mana kita
mencapai sasaran dan efisiensi adalah bagaimana kita
mencampur segala sumber daya secara cermat.
Efektifitas pengawasan juga diukur kemudahan dalam memantau
kendaraan dijalan, dengan kata lain jalan lurus dengan panjang
minimal 300 m lebid utamakan dibanding jalan dengan panjang
kurang dari 300m.
9. Ketersedian sarana prasarana dasar
Dukungan sarana prasana dasar seperti, jaringan listrik, sumber
air bersih, jaringan komunikasi, dan jaringan drainase sangat
mendukung keberadaan jembatan timbang.
4 - 9
Laporan Akhir
Sehingga penilaian sarana prasarana dasar ini menjadi penilaian
tambahan agar keberadaan jembatan timbang menjadi lebih layak
dalam pembangunannya.
Tabel Penilaian Lokasi
NO VARIABEL ASUMSI KRITERIA KLASIFIKASI SKOR1 Rencana Umum Tata Ruang Lokasi terletak pada Kawasan Pertanian Rendah 1
wilyah sesuai peruntukannya Kawasan Perumahan Sedang 2Kawasan Perdagangan Tinggi 3
2 Jaringan Transportasi Jalan Jaringan transportasi yang Kabupaten-Kabupaten Rendah 1menghubungkan antar wilayah Kabupaten-Provinsi Sedang 2Jalan Nasional Provinsi-Provinsi Tinggi 3
3 LHR angkutan barang >150 kend/hr Kapasitas lalu lintas harian < 150 kend/hr Rendah 1yang cukup tinggi 150 - 200 kend/hr Sedang 2
> 200 kend/hr Tinggi 34 Kelancaran Lalu Lintas Kurangnya hambatan, sehingga Hambatan Rendah 1
memperlancar lalu lintas Hambatan Sedang 2Hambatan Tinggi 3
5 Kelas Jalan Panjang kendaraan 9 m III C Rendah 1Panjang kendaraan 12 m III B Sedang 2Panjang kendaraan 18 m III A Tinggi 3
6 Kondisi Topografi Lokasi Kondisi lahan berada pada < 30% Rendah 1< 8% 30% - 60 % Sedang 2
> 60% Tinggi 37 Tersedia Lahan > 4.000 m2 Luas lahan dibarengi dengan < 30% Rendah 1
status kepemilikan lokasi 30% - 60 % Sedang 2> 60% Tinggi 3
8 Efektifitas Pengawasan Kondisi lingkungan lokasi Rumit Rendah 1Kendaraan Beserta Muatanya memudahkan dalam Sedang Sedang 2
pengawasan kendaraan Mudah Tinggi 39 Fasilitas (Listrik, Air Bersih dan Telepon) Tersedia jaringan listrik Hanya 1 fasilitas Rendah 1
Sumber air bersih 2 Fasilitas Sedang 2Komunikasi Semua fasilitas Tinggi 3
10 Indeks Komposisi 9 - 15 Rendah 115 - 21 Sedang 221 - 27 Tinggi 3
4 - 10
Laporan Akhir
4.3. SURVEY DAN ANALISIS RUAS JALAN
I. Lokasi Batu Aji – Kuaro,
Lokasi Batu Aji – Kuaro adalah lokasi yang berbatasan langsung
dengan Kabupaten Tabalang Provinsi Kalimanatan Selatan. Lokasi
ruas ini berada pada beberapa kecamatan yaitu : Kecamatan
Kuaro, Kecamatan Muara Komam dan Kecamatan Batu Sopang.
1. Rencana umum tata ruang;
Lokasi Batu Aji – Kuaro adalah lokasi yang ujungnya berbatasan
langsung dengan Kabupaten Tabalang Provinsi Kalimanatan
Selatan, Sebagian kecil wilayah ini terdapat kawasan lindung.
Terdapat kawasan lindung disisi ruas jalan yang berada pada
sebagian wilayah desa Busui sampai Batu Sopang, sehingga
pada sisi yang telah ditetapkan sebagai kawasan lindung tidak
diizinkan untuk kegiatan pembangunan fisik. Keberadaan
kawasan lindung ini terakit dengan area resapan air yang
menjaga sistem hidrologi wilayah sekitarnya.
Adanya kawasan lindung tersebut, mengurangi alternatif lokasi
yang akan menjadi calon lokasi jembatan timbang. Lokasi
4 - 12
Laporan Akhir
jembatan timbang idealmnya berada pada kawasan budidaya
atau kawasan yang diizinkan pembangunannnya.
2. Jaringan transportasi jalan;
Lokasi berada pada jaringan transportasi arteri, dengan tingk
status sangat mendukung dimulai jalan nasional, jalan provinsi
dan jalan kabupaten.
Panjang jaringan jalan ini sebesar 74,30 km yang telah
ditetapkan pada Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 1
Tahun 2003 tentang Penetapan Kelas Jalan di Pulau Kalimantan.
Ruas jaringan jalan Batu Aji – Kuaro adalah ruas yang
menghubungkan Provinsi Kalimantan Timur dengan Provinsi
Kalimantan Selatan. Dari pengamatan pada ruas ini ditemukan
cukup banyak kendaraan dari Provinsi Kalimantan Selatan
dibanding ruas lainnya.
Jaringan ini juga yang telah ditetapkan oleh Kementerian
Perhubungan sebagai salah satu akses jalan darat untuk
mendukung program MP3I
4 - 13
Laporan Akhir
3. Volume lalu lintas harian rata – rata (LHR) untuk
angkutan barang (>150 kend/hr);
Volume lalu lintas harian rata – rata (LHR) dengan kapasitas
diatas 150 kend/hr, khususnya kendaraan angkutan barang.
Ruas jalan ini merupakan jalur angkutan batu bara dan kelapa
sawit.
Pengumpulan data arus lalulintas (traffic counting) dilakukan
selama 2 hari, dimana untuk setiap titik dilakukan survei
selama 24 jam yang dibagi menjadi 3 pada jam puncak pagi,
sore dan malam masing-masing 3 jam. Survei pencacahan
lalulintas ini dilaksanakan dengan cara menghitung setiap
kendaraan yang melintasi titik pengamatan di suatu ruas jalan
atau simpang sesuai dengan klasifikasi yang telah ditentukan
sebelumnya dalam formulir survei. Survei dilakukan setiap
interval 1 jam selama 24 jam pukul 06.00 – 14.00, 14.00 –
4 - 14
Peta Jaringan MP3I
Laporan Akhir
Gambar 1. Pergerakan Volume (Rekapitulasi LHR) Lalulintas pada selama 24 jam di Ruas Batu Aji - Kuaro pada 3 titik lokasi pengamatan
4 - 16
Laporan Akhir
Dari hasil survey jenis kendaraan yang ditemukan di lapangan
terdiri dari kendaraan ringan atau light vehicle (LV) dan
kendaraan berat atau Heavy Vehicle (HV).
Tabel Rekapitulasi LHR Arah Keluar di Ruas Batu Aji - Kuaro pada 3 titik lokasi pengamatan
Tabel Rekapitulasi LHR Arah Masukdi Ruas Batu Aji - Kuaro pada 3 titik lokasi pengamatan
4 - 17
Laporan Akhir
Gambar 1. Pergerakan Volume (Rekapitulasi LHR) Lalulintas pada selama 24 jam di Ruas Kademan - Kuaro pada 3 titik lokasi pengamatan
4 - 18
Laporan Akhir
Dari hasil survey jenis kendaraan yang ditemukan di lapangan
terdiri dari kendaraan ringan atau light vehicle (LV) dan
kendaraan berat atau Heavy Vehicle (HV).
Tabel Rekapitulasi LHR Arah Keluar di Ruas Kademan - Kuaro pada 3 titik lokasi pengamatan
Tabel Rekapitulasi LHR Arah Masukdi Ruas Kademan - Kuaro pada 3 titik lokasi pengamatan
4 - 19
Laporan Akhir
Gambar 1. Pergerakan Volume (Rekapitulasi LHR) Lalulintas pada selama 24 jam di Ruas Kerang - Grogot pada 3 titik lokasi pengamatan
4 - 20
Laporan Akhir
Dari hasil survey jenis kendaraan yang ditemukan di lapangan
terdiri dari kendaraan ringan atau light vehicle (LV) dan
kendaraan berat atau Heavy Vehicle (HV).
Tabel Rekapitulasi LHR Arah Keluar di Ruas Kerang - Grogot pada 3 titik lokasi pengamatan
Tabel Rekapitulasi LHR Arah Masukdi Ruas Kerang - Grogot pada 3 titik lokasi pengamatan
4. Kelancaran arus lalu lintas
4 - 21
Laporan Akhir
Kelancaran lalulintas diukur dengan kondisi hambatan yang
terjadi, baik hambatan samping maupun kondisi permukaan
jalan. Hambatan juga diartikan kondisi lingkungan yang rawan
bencana alam.
Kelancaran lalu lintas dapat juga dilihat hambatan samping
yang terjadi, apakah ringan, sedang dan berat. Dari
pengamatan lapangan hambatan samping yang terjadi tidak
signifikan, karena sebagian besar tidak ada bangunan dan
kegiatan yang dapat menghalangi kelancaran lalu lintas.
Tabel Kelancaran Arus Lalu Lintas
4 - 22
Laporan Akhir
5. Kelas jalan;
Penilaian kelas jalan dengan mengacu pada penetapan kelas
jalan, makin tinggi kelas jalan makin rekomendasi. Pada ruas ini
ditetapkan sebagai kelas jalan IIIa, penilaian tinggi pada kelas
ini karena merupakan jalan arteri primer yang dapat dilalui
kendaraan bermotor ukuran lebar tidak melebihi 2.500
milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 18.000 milimeter dan
muatan sumbu terberat yang diizinkan 8 ton. Artinya
kemampuan menyediakan platform jembatan timbang sampai
18 m.
6. Kondisi topografi lokasi;
Topografi adalah studi tentang bentuk permukaan bumi dan
objek lain seperti planet, satelit alami (bulan dan sebaginya)
dan asteroid. Topografi umumnya menyuguhkan relief
permukaan, model tiga dimensi, dan identitas jenis lahan. Relief
adalah bantuk permukaan suatu lahan yang dikelompokkan
atau ditentukan berdasarkan perbedaan ketinggian (amplitude)
dari permukaan bumi (bidang datar) suatu bentuk bentang
lahan (landform). Sedang topografi secara kualitatif adalah
bentang lahan (landform) dan secara kuantitatif dinyatakan
4 - 23
Laporan Akhir
dalam satuan kelas lereng (% atau derajat), arah lereng,
panjang lereng dan bentuk lereng
Hasil pengamatan dilapangan kondisi topografi pada wilayah
yang yang terdapat pada ruas ini cukup variasi, berdasarkan
peta wilayah tersebut terdapat beberapa lereng yang ekstreem
yang menjadi kawasan lindung.
Untuk rekomendasi lokasi jembatan timbang terdapat beberapa
lokasi yang relatif datar di wilayah ibukota kecamatan
khususnya pada titik – titik pengamatan.
Gambar Kondisi di sebagian topografi lokasi
4 - 24
Laporan Akhir
7. Tersedia lahan sekurang-kurangnya 4000 m2;
Terdapat lahan pemerintah bekas calon bandara yang memiliki
luas lebih dari 4.000 m2 yang berada di Desa Songko. Status
lahan yang jelas kepemilikan pemerintah menjadi poin
tersendiri bagi lokasi jembatan timbang.
Adapun lahan yang belum memiliki status, terdapat dibeberapa
tempat yang dapat berpotensi sebagai lokasi jembatan
timbang, dengan memperhatikan permukaan lahan yang siap
bangun dan telah tersedia sarana prasaran dasar.
4 - 25
Laporan Akhir
8. Efektivitas pengawasan berat kendaraan beserta
muatannya.
Efektifitas pengawasan sangat mendukung keberadaan lokasi
jembatan timbang, terkait pengawasan muatan barang yang
diangkut kendaraan.
Hasil pengamatan dan survey OD (asal dan tujuan) serta
muatan barang yang diangkut pada kawasan ini berupa : batu
bara, cangkang kelapa sawit, bahan bangunan, dan kebutuhan
spare part alat berat.
Berdasarkan hasil survey asal kendaraan tersebut disinyalir dari
Provinsi Kalimantan Selatan.
Jika dipronsentasekan jumlah terbanyak jenis muatan berupa
kelapa sawit dan batu bara. Sekitar 37 % jenis muatan
terbanyak berupa kelapa sawit dan turunannya diantara
muatan – muatan lainnya.
9. Ketersedian sarana prasarana dasar
Dukungan sarana prasana dasar seperti, jaringan listrik, sumber
air bersih, jaringan komunikasi, dan jaringan drainase sangat
mendukung keberadaan jembatan timbang.
Sehingga penilaian sarana prasarana dasar ini menjadi
penilaian tambahan agar keberadaan jembatan timbang
menjadi lebih layak dalam pembangunannya.
4 - 26
Laporan Akhir
Jika pemilihan lokasi berada disekitar ibukota Kecamatan Muara
Komam dan Batu Sopang, maka penyedian sarana dan
prasarana dasar tidak menjadi kendala terlebih disekitar lokasi
banyak anak sungai yang dapat menjadi sumber air bersih.
Gambar ketersedian air bersih
II. Lokasi Kademan – Kuaro
Lokasi Kademan – Kuaro adalah lokasi yang berbatasan langsung
dengan Kabupaten Penajam Paser Utara Provinsi Kalimanatan
Timur.
1. Rencana umum tata ruang;
Lokasi Kademan – Kuaro adalah lokasi berada pada 3
Kecamatan Long Kali, Kecamatan Long Ikis dan Kecamatan
Kuaro. Lokasi ini merupakan kawasan padat kegiatan karena
terdapat 3 ibukota kecamatan yang memiliki fungsi
perdagangan, perkantoran dan lainnya.
4 - 27
Laporan Akhir
Pada wilayah ini tidak terdapat kawasan lindung, sehingga
cenderung perkembangan kota cukup pesat. Ruas jalan ini
dapat dikategorikan ruas jalan yang padat dibanding dengan 2
ruas jalan yang menjadi obyek studi lainnya.
2. Jaringan transportasi jalan;
Lokasi berada pada jaringan transportasi arteri, dengan tingk
status sangat mendukung dimulai jalan nasional, jalan provinsi
dan jalan kabupaten.
Panjang jaringan jalan ini sebesar 55,40 km yang telah
ditetapkan pada Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 1
Tahun 2003 tentang Penetapan Kelas Jalan di Pulau Kalimantan.
4 - 28
Laporan Akhir
Ruas jaringan jalan ini adalah ruas yang menghubungkan
Kabupaten Penajam dan jalur menuju ke Provinsi Kalimantan
Selatan.
Jaringan ini juga yang telah ditetapkan oleh Kementerian
Perhubungan sebagai salah satu akses jalan darat untuk
mendukung program MP3I, panjang jalan 55,40 km dan kelas
jalan IIIa.
4 - 29
Laporan Akhir
3. Volume lalu lintas harian rata – rata (LHR) untuk
angkutan barang (>150 kend/hr);
Wilayah ini adalah kawasan perkotaan dengan penduduk cukup
padat, sehingga sangat berpangaruh pada sistem lalulilantas.
Pada jam puncak terkadang ditemukan kemacetan pada pusat
ibukota kecamatan Long Ikis, Long Kali dan Simpang Kuaro.
Volume lalu lintas harian rata – rata (LHR) dengan kapasitas
diatas 150 kend/hr, khususnya kendaraan angkutan barang.
Ruas jalan ini merupakan jalur angkutan batu bara dan kelapa
sawit.
Diketahui data perhitungan volume lalu lintas berdasarkan hasil
survai Traffic Counting yang dilakukan selama 24 jam (06.00-
06.00 WITA) adalah sebagai berikut:
4 - 30
Laporan Akhir
Titik 1 :
Titik 2 :
Titik 3 :
LV HV LV HV LV HV
1.00 1.30 1.00 1.30 1.00 1.30
1 06.00 - 07.00 5 18.2 6 42.9 10 19.5
2 07.00 - 08.00 4 11.7 14 27.3 7 26
3 08.00 - 09.00 8 20.8 11 54.6 8 57.2
4 09.00 - 10.00 11 36.4 12 50.7 7 42.9
5 10.00 - 11.00 4 20.8 12 50.7 20 71.5
6 11.00 - 12.00 0 10.4 16 14.3 4 28.6
7 12.00 - 13.00 8 13 12 52 6 7.8
8 13.00 - 14.00 9 5.2 15 41.6 5 26
9 14.00 - 15.00 4 20.8 14 49.4 15 49.4
10 15.00 - 16.00 4 20.8 14 49.4 15 49.4
11 16.00 - 17.00 5 19.5 9 61.1 9 55.9
12 17.00 - 18.00 3 10.4 15 65 11 49.4
13 18.00 - 19.00 11 6.5 5 32.5 11 35.1
14 19.00 - 20.00 7 7.8 10 31.2 11 26
15 20.00 - 21.00 5 10.4 7 36.4 9 50.7
16 21.00 - 22.00 8 3.9 9 40.3 5 35.1
17 22.00 - 23.00 4 9.1 12 40.3 10 41.6
18 23.00 - 24.00 2 9.1 14 36.4 10 40.3
19 24.00 - 01.00 2 9.1 14 36.4 10 40.3
20 01.00 - 02.00 5 6.5 3 31.2 8 37.7
21 02.00 - 03.00 1 2.6 6 28.6 4 16.9
21 03.00 - 04.00 3 5.2 6 31.2 1 23.4
22 04.00 - 05.00 1 2.6 5 50.7 2 22.1
23 05.00 - 06.00 8 13 6 31.2 1 33.8
Jumlah 122 293.8 247 985.4 199 886.6
No.WAKTU
PENGAMATAN
KADEMAN - SAMUNTAI
SAMUNTAI - RANGAN
RANGAN - LONG KALI
TITIK 1 TITIK 2 TITIK 3
Titik 1 :
Titik 2 :
Titik 3 :
LV HV LV HV LV HV
1.00 1.30 1.00 1.30 1.00 1.30
1 06.00 - 07.00 5 19.5 3 52 10 15.6
2 07.00 - 08.00 7 15.6 5 32.5 6 31.2
3 08.00 - 09.00 8 9.1 2 37.7 7 46.8
4 09.00 - 10.00 6 2.6 7 27.3 8 29.9
5 10.00 - 11.00 6 7.8 8 32.5 11 44.2
6 11.00 - 12.00 3 13 11 27.3 7 22.1
7 12.00 - 13.00 7 10.4 16 45.5 9 14.3
8 13.00 - 14.00 2 5.2 21 31.2 8 26
9 14.00 - 15.00 3 18.2 20 27.3 4 59.8
10 15.00 - 16.00 3 18.2 20 27.3 4 59.8
11 16.00 - 17.00 2 16.9 17 55.9 6 65
12 17.00 - 18.00 3 20.8 10 48.1 3 29.9
13 18.00 - 19.00 2 14.3 11 52 8 39
14 19.00 - 20.00 4 18.2 7 42.9 21 32.5
15 20.00 - 21.00 2 16.9 11 40.3 3 31.2
16 21.00 - 22.00 3 11.7 4 45.5 7 44.2
17 22.00 - 23.00 3 11.7 3 45.5 3 27.3
18 23.00 - 24.00 5 14.3 3 19.5 0 52
19 24.00 - 01.00 5 14.3 3 19.5 0 52
20 01.00 - 02.00 3 15.6 2 22.1 0 55.9
21 02.00 - 03.00 1 10.4 1 50.7 11 27.3
21 03.00 - 04.00 3 7.8 3 45.5 4 33.8
22 04.00 - 05.00 2 3.9 1 14.3 1 39
23 05.00 - 06.00 1 5.2 3 53.3 4 22.1
Jumlah 89 301.6 192 895.7 145 900.9
No.WAKTU
PENGAMATAN
KADEMAN - SAMUNTAI
SAMUNTAI - RANGAN
RANGAN - LONG KALI
TITIK 1 TITIK 2 TITIK 3
4 - 31
Laporan Akhir
Untuk mengetahui Lalu Lintas Harian Rata-Rata di ruas jalan
tersebut dapat menggunakan rumus sebagai berikut:
LHR = Jumlah lalu lintas selama pengamatan
Lamanya waktu Pengamatan
= 5.285
23
= 228,61 smp/jam
Jadi, Lalu Lintas Harian Rata-rata di ruas jalan Kademan - Kuaro
tersebut adalah sebesar 228,61 smp/jam.
4. Kelancaran arus lalu lintas;
Kelancaran lalulintas diukur dengan kondisi hambatan yang
terjadi, baik hambatan samping maupun kondisi permukaan
jalan. Hambatan juga diartikan kondisi lingkungan yang rawan
bencana alam.
4 - 32
Laporan Akhir
5. Kelas jalan;
Penilaian kelas jalan dengan mengacu pada penetapan kelas
jalan, makin tinggi kelas jalan makin rekomendasi.
Pada ruas ini ditetapkan sebagai kelas jalan IIIa, penilaian tinggi
pada kelas ini karena merupakan jalan arteri primer yang dapat
dilalui kendaraan bermotor ukuran lebar tidak melebihi 2.500
milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 18.000 milimeter dan
muatan sumbu terberat yang diizinkan 8 ton. Artinya
kemampuan menyediakan platform jembatan timbang sampai
18 m.
6. Kondisi topografi lokasi;
Tujuan pengamatan kondisi topografi dalam pekerjaan ini
adalah untuk mengetahui ketinggian permukaan tanah di
dalam koridor yang ditetapkan untuk penyiapan peta topografi
yang akan digunakan untuk menilai.
4 - 33
Laporan Akhir
Selain itu kondisi topografi ini adalah untuk memperoleh
gambaran bentuk dan tinggi rendahnya relief muka tanah
termasuk data situasi dari semua unsur yang ada diatasnya,
seperti alur sungai, tegalan, sawah, kampung, kuburan,
bangunan-bangunan prasarana umum dan lain-lain.
Dari survey pengamatan pada kawasan ruas kademan – kuaro
serta gambaran permukaan kawasan pada peta, dapat
dikatakan kawasan sekitar ruas jalan kademan – kuaro relatif
datar.
7. Tersedia lahan sekurang-kurangnya 4000 m2;
Ketersedian lahan pada sebuah kawasan di ruas jalan yang
menjadi obyek studi sangat membantu untuk
direkomendasikan sebagai lokasi jembatan timbang.
Pada ruas jalan kademan – kuaro banyak ditemukan lahan
terbuka dengan kondisi siap bangun, hanya status lahan
tersebut belum memiliki kepastian sebagai lahan pemerintah.
Sehingga perlu diinevatarisir pada aset lahan yang dimiliki
pemerintah Kabupaten Paser pada sepanjang ruas jalan ini.
4 - 34
Laporan Akhir
8. Efektivitas pengawasan berat kendaraan beserta
muatannya.
Efektifitas pengawasan sangat mendukung keberadaan lokasi
jembatan timbang, terkait pengawasan muatan barang yang
diangkut kendaraan.
Hasil pengamatan dan survey OD (asal dan tujuan) serta
muatan barang yang diangkut pada kawasan ini berupa :
cangkang kelapa sawit, biji karet, dan kebutuhan spare part
alat berat.
Berdasarkan hasil survey asal kendaraan tersebut disinyalir dari
Kabupaten Batu Licin Provinsi Kalimantan Selatan menuju ke
Kabupaten Sangatta Provinsi Kalimantan Timur.
9. Ketersedian sarana prasarana dasar
Dukungan sarana prasana dasar seperti, jaringan listrik, sumber
air bersih, jaringan komunikasi, dan jaringan drainase sangat
mendukung keberadaan jembatan timbang.
4 - 35
Laporan Akhir
Sehingga penilaian sarana prasarana dasar ini menjadi
penilaian tambahan agar keberadaan jembatan timbang
menjadi lebih layak dalam pembangunannya.
Pada ruas jalan kademan – kuaro didominasi kawasan
permukiman yang tumbuh cukup pesat, atas dasar tersebut
serta pengamatan lapangan penyediaan prasarana dasar cukup
baik. Ditemukan adanya jaringan listrik, ari bersih dan
telekomunikasi.
4 - 36
Laporan Akhir
III.Lokasi Grogot – Kerang
Lokasi Grogot – Kerang adalah lokasi yang berbatasan langsung
dengan Kabupaten Tabalang Provinsi Kalimanatan Selatan. Lokasi
ini berada pada 3 kecamatan yaitu : Kecamatan Batu Engau,
Kecamatan Paser Balengkong dan Kecamatan Tanah Grogot
1. Rencana umum tata ruang;
Lokasi Kademan – Kuaro adalah lokasi yang ujungnya
berbatasan langsung dengan Kabupaten Kota Baru Provinsi
Kalimanatan Selatan, Sebagian kecil wilayah ini terdapat
terdapat kawasan Taman Hutan Raya yang berada di sekitar
wilayah Petangis.
Terdapat kawasan Hutan Raya disisi kiri ruas jalan yang berada
pada sebagian wilayah Petangis, sehingga pada sisi yang telah
ditetapkan sebagai kawasan Hutan Raya tidak diizinkan untuk
kegiatan pembangunan fisik atau pembangunan fasilitas
jembatan timbang.
4 - 37
Laporan Akhir
2. Jaringan transportasi jalan;
Lokasi berada pada jaringan transportasi arteri, dengan tingk
status sangat mendukung dimulai jalan nasional, jalan provinsi
dan jalan kabupaten.
Panjang jaringan jalan ini sebesar 59,50 km dengan kelas jalan
IIIb yang telah ditetapkan pada Keputusan Menteri
Perhubungan Nomor 1 Tahun 2003 tentang Penetapan Kelas
Jalan di Pulau Kalimantan.
Ruas jalan grogot – kerang merupakan wilayah yang
berbatasan langsung dengan Kabupaten Kota Baru Provinsi
Kalimantan Selatan.
3. Volume lalu lintas harian rata – rata (LHR) untuk
angkutan barang (>150 kend/hr);
4 - 38
Laporan Akhir
Volumen lalu lintas harian rata – rata (LHR) dengan kapasitas
diatas 150 kend/hr, khususnya kendaraan angkutan barang.
Ruas jalan ini merupakan jalur angkutan batu bara.
Diketahui data perhitungan volume lalu lintas berdasarkan hasil
survai Traffic Counting yang dilakukan selama 24 jam (06.00-
06.00 WITA) adalah sebagai berikut:
Untuk mengetahui Lalu Lintas Harian Rata-Rata di ruas jalan
tersebut dapat menggunakan rumus sebagai berikut:
LHR = Jumlah lalu lintas selama pengamatan
Lamanya waktu Pengamatan
= 3.945
24
= 151,96 smp/jam
Jadi, Lalu Lintas Harian Rata-rata di ruas jalan Kademan - Kuaro
tersebut adalah sebesar 151,96 smp/jam.
4. Kelancaran arus lalu lintas;
Kelancaran lalulintas diukur dengan kondisi hambatan yang
terjadi, baik hambatan samping maupun kondisi permukaan
jalan. Hambatan juga diartikan kondisi lingkungan yang rawan
bencana alam.
4 - 39
Laporan Akhir
5. Kelas jalan;
Penilaian kelas jalan dengan mengacu pada penetapan kelas
jalan, makin tinggi kelas jalan makin rekomendasi.
Kelas jalan IIIb merupakan jalan kolektor yang dapat dilalui
kendaraan bermotor termasuk muatan dengan ukuran lebar
tidak melebihi 2.500 milimeter, ukuran panjang tidak melebihi
12.000 milimeter dan muatan sumbu terberat yang diizinkan 8
ton. Dengan penetapatan kelas jalan IIIb pada ruas Grogot –
Kerang, sangat tidak dimungkikan untuk menyediakan
jembatan timbang dengan plat form panjang 18 m.
6. Kondisi topografi lokasi;
Tujuan pengamatan kondisi topografi dalam pekerjaan ini
adalah untuk mengetahui ketinggian permukaan tanah di
dalam koridor yang ditetapkan untuk penyiapan peta topografi
yang akan digunakan untuk menilai.
Selain itu kondisi topografi ini adalah untuk memperoleh
gambaran bentuk dan tinggi rendahnya relief muka tanah
4 - 40
Laporan Akhir
termasuk data situasi dari semua unsur yang ada diatasnya,
seperti alur sungai, tegalan, sawah, kampung, kuburan,
bangunan-bangunan prasarana umum dan lain-lain.
7. Tersedia lahan sekurang-kurangnya 4000 m2;
Pada ruas kerang – kuaro diidentifikasi terdapat lahan status
kepemilikan pemerintah tepatnya lahan kawasan pelabuhan di
simpang petangis menuju arah pelabuhan.
Akan tetapi banyak alternatif lokasi yang memiliki kondisi siap
bangun yang status kepemilikan perlu identifikasi kembali.
8. Efektivitas pengawasan berat kendaraan beserta
muatannya.
Efektifitas pengawasan sangat mendukung keberadaan lokasi
jembatan timbang, terkait pengawasan muatan barang yang
diangkut kendaraan.
Hasil pengamatan dan survey OD (asal dan tujuan) serta
muatan barang yang diangkut pada kawasan ini berupa : bahan
4 - 41
Laporan Akhir
bakar minyak cangkang kelapa sawit, biji karet, dan kebutuhan
spare part alat berat.
Berdasarkan hasil survey asal kendaraan tersebut disinyalir dari
Kabupaten Kota Baru Provinsi Kalimantan Selatan menuju ke
Kabupaten Paser Provinsi Kalimantan Timur.
Contoh form survey OD
9. Ketersedian sarana prasarana dasar
Dukungan sarana prasana dasar seperti, jaringan listrik, sumber
air bersih, jaringan komunikasi, dan jaringan drainase sangat
mendukung keberadaan jembatan timbang.
Sehingga penilaian sarana prasarana dasar ini menjadi
penilaian tambahan agar keberadaan jembatan timbang
menjadi lebih layak dalam pembangunannya.
Pada wilayah ruas jalan grogot – kerang, beberapa wilayah
masih terdapat keterbatasan prasarana dasar, hanya pada ibu
kota kecamatan telah terpenuhi prasarana dasar.
4 - 42
Laporan Akhir
TABEL ANALISIS TERTIMBANG
Dari hasil matrik evaluasi variabel yang dipersyaratkan ditambah dengan
satu variabel tambahan, dapat dilihat bahwa skor terbesar berada pada
ruas batu aji – kuaro dengan nilai skor sebesar 23 kemudian ruas jalan
kerang – grogot dengan nilai 19 serta adalah ruas jalan kedaman – kuaro
22.
TABEL HASIL ANALISIS
4 - 44