bab 4 pembahasan 4.1 aspek-aspek penilaian usaha tabel...
TRANSCRIPT
50
BAB 4
PEMBAHASAN
4.1 Aspek-Aspek Penilaian Usaha
Tabel 4.1 Tabel Aspek-Aspek Penilaian Usaha
Variabel Dimensi Indikator
Penilaian
Kelayakan
Ekspansi
Investasi
Mesin
Aspek Pasar Pasar Produsen
dan Konsumen
Proyeksi permintaan dan
penjualan biji plastik
Aspek Internal
Perusahaan
Pemasaran 1. Peramalan area
pemasaran produk
2. Strategi pemasaran
yang akan dijalankan
Teknik
dan Teknologi
1. Peninjauan Lokasi
2. Layout lokasi
3. Proses daur ulang yang
akan dilakukan
Manajemen 1. Pengorganisasian
manajemen
2. Struktur organisasi
3. Visi, misi dan tujuan
ekspansi bisnis
Sumber Daya
Manusia (SDM)
1. Penentuan jumlah
tenaga kerja
2. Kualifikasi tenaga kerja
Keuangan 1. Proyeksi modal yang
51
dibutuhkan untuk
investasi
2. Proyeksi pembiayaan
secara kredit
3. Analisis kelayakan
ekspansi dengan
metode PP,NPV,IRR,
dan PI
Aspek
Lingkungan
Politik, Ekonomi,
dan Sosial
1. Analisis keadaan politik
dan ekonomi
2. Analisis manfaat
ekspansi terhadap
lingkungan sosial
Lingkungan Industri Analisis kelayakan ekspansi
dengan model persaingan Porter
Yuridis (Legal) 1. Bentuk badan hukum
yang akan dipergunakan
2. Kelegalan bisnis secara
hukum
Lingkungan Hidup Analisis manfaat dan dampak
proses recycling bagi lingkungan
Sumber: Data diolah (2009)
52
4.1.1 Aspek Pasar
Pasar industri plastik palletizing PT Mike Meilindo Tanaga dari sisi produsen termasuk
pasar persaingan sempurna dimana setiap perusahaan memiliki konsumen masing-masing.
Persaingan yang ketat dialami pada saat pembelian bahan baku yaitu melalui persaingan
harga yang membentuk harga dan kualitas limbah yang dipasarkan. Sedangkan, dari sisi
konsumen bisnis plastik palletizing merupakan pasar industri karena hasil produksi yang
digunakan kembali oleh perusahaan lain untuk diproses lebih lanjut.
Tabel 4.2 Tabel Produksi ABS PT Mike Meilindo Tanaga Tahun 2010
Perkiraan Harga beli
limbah/ Kg
(Rp)
Harga
jual/ Kg
(Rp)
Quantity/
Bulan
(Kg)
Total
Penjualan
(Rp)
Margin
Pendapatan
(Rp)
% Margin
Pendapatan
Crushing
ABS 5,500 8,000 20,800 166,400,000 52,000,000 31.25%
Pallet ABS - 10,500 20,800 218,400,000 104,000,000 47.62 %
Sumber: Data Perusahaan (2009)
Keterangan:
* Harga berfluktuasi sesuai jumlah permintaan dan penawaran produk
* Asumsi harga rata-rata limbah ABS adalah Rp 5.500/Kg
* Asumsi jumlah rata-rata limbah ABS per hari 800 Kg
* Jumlah produksi ABS per bulan ±20 ton
* 1 bulan = 26 hari kerja
53
Tabel 4.3 Tabel Proyeksi Penjualan Pallet ABS Skenario Pesimis
Tahun Quantity Rata-Rata/ Bulan (Ton) BulanHarga Jual
(Rp/Kg)
Quantity/Tahun
(Ton) Total (Rp)
2011 10 12 10,500 120 1,260,000,000
2012 15 10,500 180 1,890,000,000
2013 15 10,000 180 1,800,000,000
2014 15 10,000 180 1,800,000,000
2015 10 10,000 120 1,200,000,000
2016 10 9,500 120 1,140,000,000
2017 10 9,500 120 1,140,000,000
2018 10 9,000 120 1,080,000,000
2019 5 9,000 60 540,000,000
2020 0 8,500 0 0
Sumber: Data Proyeksi Pemilik (2009)
Keterangan:
* 1 ton = 1000 kg
* Jumlah rata-rata bahan baku yang digunakan setiap bulan pada skenario pesimis adalah 10
ton
* Jumlah rata-rata bahan baku diperoleh dari hasil rata-rata proyeksi penggunaan bahan
baku selama 10 tahun berjalan skenario pesimis.
* Asumsi : Adanya penurunan harga dan permintaan pasar secara bertahap setiap tahun
mulai dari tahun 2015 permintaan menurun disebabkan karena kemungkinan masuknya
pesaing baru dengan produk sejenis dengan kualitas yang lebih baik dan harga yang lebih
rendah dan perusahaan tidak mampu bertahan dalam persaingan yang semakin ketat.
54
Tabel 4.4 Tabel Proyeksi Penjualan Pallet ABS Skenario Moderat
Tahun Quantity Rata-Rata/ Bulan
(Ton) Bulan
Harga Jual
(Rp/ Kg)
Quantity/Tahun
(Ton) Total (Rp)
2011 20 12 10,500 240 2,520,000,000
2012 20 10,500 240 2,520,000,000
2013 20 10,800 240 2,592,000,000
2014 25 11,000 300 3,300,000,000
2015 25 11,500 300 3,450,000,000
2016 40 10,500 480 5,040,000,000
2017 25 10,000 300 3,000,000,000
2018 15 9,500 180 1,710,000,000
2019 5 9,500 60 570,000,000
2020 5 9,000 60 540,000,000
Sumber: Data Proyeksi Pemilik (2009)
Keterangan:
* 1 ton = 1000 kg
* Kapasitas maksimal mesin palletizing ±40 ton per bulan
* Jumlah rata-rata bahan baku yang digunakan setiap bulan pada skenario moderat adalah
20 ton
* Jumlah rata-rata bahan baku diperoleh dari hasil rata-rata proyeksi penggunaan bahan
baku selama 10 tahun berjalan skenario moderat.
* Asumsi: Harga dan permintaan akan meningkat hingga tahun 2015 sesuai peningkatan
permintaan produk plastik dari masyarakat dan kemudian akan menurun hingga tahun
2020 karena kemungkinan adanya produk substitusi (selain produk plastik).
55
Tabel 4.5 Proyeksi Permintaan Penjualan Pallet ABS Skenario Optimis
Tahun Quantity Rata-Rata/ Bulan
(Ton) Bulan
Harga Jual
(Rp/ Kg)
Quantity/
Tahun (Ton) Total (Rp)
2011 30 12 10,500 360 3,780,000,000
2012 40 10,500 480 5,040,000,000
2013 40 10,500 480 5,040,000,000
2014 40 11,000 480 5,280,000,000
2015 35 11,500 420 4,830,000,000
2016 35 12,000 420 5,040,000,000
2017 35 13,000 420 5,460,000,000
2018 35 13,000 420 5,460,000,000
2019 10 13,500 120 1,620,000,000
2020 10 14,000 120 1,680,000,000
Sumber: Data Proyeksi Pemilik (2009)
Keterangan:
* 1 Ton = 1000 kg
* Kapasitas maksimal mesin ±40 ton per bulan
* Jumlah rata-rata bahan baku yang digunakan setiap bulan pada skenario optimis adalah 30
ton
* Jumlah rata-rata bahan baku diperoleh dari hasil rata-rata proyeksi penggunaan bahan
baku selama 10 tahun berjalan skenario optimis.
* Asumsi: Perusahaan mampu beroperasi hingga kapasitas maksimal karena kebutuhan dan
permintaan produk yang cenderung tinggi. Hal ini disebabkan karena semakin
bertambahnya jumlah konsumsi produk-produk hilir industri plastik sehingga
56
membutuhkan bahan baku dalam jumlah yang lebih besar. Kebutuhan dan permintaan
produk akan menurun seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat akan bahaya
penggunaan produk plastik.
4.1.2 Aspek Pemasaran
Biji plastik atau yang disebut pallet ABS akan dipasarkan di pasar domestik. Hal ini
didukung dangan adanya perkembangan dan kebutuhan industri dalam negeri seperti
industri mainan anak-anak, kendaraan bermotor, komponen elektronik dan alat-alat rumah
tangga yang membutuhkan bahan baku tersebut. Tingginya harga biji plastik atau pallet ABS
murni yang berkisar antara (Rp 13.000/Kg – Rp 16.000/Kg) mendorong perkembangan
industri biji plastik dalam negeri. Target pasar industri ini adalah perusahaan serupa dan
perusahaan lain yang menggunakan bahan baku plastik dalam produksinya. Untuk
pemasaran produk ini akan dijalankan strategi marketing mix 4P yaitu:
1. Product
Produk yang ditawarkan merupakan biji plastik produk hasil daur limbah plastik ABS
(palletizing) yang dibutuhkan oleh industri plastik hilir seperti industri mainan anak-
anak, kendaraan bermotor, komponen elektronik, dan alat-alat rumah tangga
sebagai bahan baku dalam percetakan plastik (Injection).
2. Price
Harga yang ditawarkan Rp 10,500/Kg cukup bersaing dan berada di bawah harga biji
plastik murni yang cukup tinggi yaitu antara kisaran Rp 13.000/Kg – Rp 16.000/Kg.
Dari harga Rp 10,000.00/Kg sudah termasuk biaya proses bahan baku ±5% dan
biaya komisi ±1% untuk meningkatkan produktivitas karyawan.
57
3. Place
Segmen perusahaan adalah di wilayah Jawa Barat dan tidak menutup jika ada
perkembangan ke daerah lainnya di seluruh Indonesia. Biaya distribusi untuk 40 ton
produk biji plastik per bulan diproyeksikan sebesar Rp 5,000,000.00 dengan asumsi
satu kali pendistribusian dengan kapasitas maksimal tujuh (7) ton memerlukan biaya
Rp 750,000.00.
4. Promotion
Promosi industri ini akan dilakukan dengan mengikuti pameran-pameran industri
yang diselenggarakan. Contohnya Jakarta IKM EXPO 2009 yang diselenggarakan
oleh KADIN DKI Jakarta dan Pameran Indoplas, Indopack, Indofoodtec, dan
Indoprint di Jakarta International Expo Hall, Kemayoran tahun 2008 lalu. Untuk
mengikuti pameran Industri, perusahaan menyediakan dana operasional sebesar Rp
15,000,000.00. Direct marketing juga dapat dilakukan yaitu dengan menawarkan
langsung kepada pelanggan atau industri hilir pencetakan plastik. Direct marketing
dilakukan untuk memperkecil biaya.
4.1.3 Aspek Teknik dan Teknologi
Usaha produksi biji plastik berjenis ABS ini direncanakan akan dijalankan di pabrik PT
Mike Meilindo Tanaga yang berlokasi di Jatimulia RT 2/7 No. 18, Tangerang 15211. Lokasi ini
dipilih mengingat penampungan limbah daur ulang berada di lokasi tersebut dan luas tanah
dan gudang yang diperkirakan masih cukup luas untuk menjalankan ekspansi.
Teknologi yang dipergunakan adalah Continue process karena dilakukan proses
pengolahan lebih lanjut dari plastik ABS crushing menjadi biji plastik. Dengan proses
palletizing ini, diharapkan dapat dicapai optimasi dan efisiensi yang tinggi dalam penggunaan
sumber daya, baik peralatan maupun tenaga kerja. Mesin yang dipergunakan adalah
Recycle/ Palletizing Machine Plasma dengan spesifikasi sebagai berikut:
58
Tabel 4.6 Tabel Spesifikasi Recycle/ Palletizing Machine Plasma
Type Screw Dia (mm) Motor Power Capacity (kg/hour)
BMSJ-100/120 100/120 30KW/15KW 120-200
Sumber: Data Supplier Mesin (2009)
Asumsi: Produksi dengan kapasitas maksimal mesin adalah 200 kg x 8jam kerja x 26 hari
= 41.600 kg/ bulan belum termasuk penyusutan ±3%. Produksi maksimal pallet ABS per
bulan ±40 ton.
Proses limbah plastik ABS Crushing yang akan diolah menjadi biji plastik ABS adalah
sebagai berikut:
Sumber : Data Perusahaan (2009)
Gambar 4.1 Proses Produksi Daur Ulang Limbah PT Mike Meilindo Tanaga
Limbah plastik ABS dibeli dari supplier
Proses CrushingTahap 1
Tahap 2 Proses Palletizing
Exit
Cutting
Tahap 3 Packing
Tahap 4 Pengiriman
59
Dan layout area produksi yang direncanakan untuk diperluas adalah sebagai berikut:
Sumber: Data Diolah (2009)
Gambar 4.2 Rencana Layout Area Produksi PT Mike Meilindo Tanaga
Keterangan:
= Pintu
= Perluasan area produksi
= Mesin Crusher 1
= Mesin Crusher 2
= Mesin Palletizing
Area Produksi
1 2
3
Area Kosong
Kantor
Area Gudang
1
2
60
4.1.4 Aspek Manajemen
PT Mike Meilindo Tanaga adalah perusahaan perseorangan yang bergerak di bidang
daur ulang limbah plastik menjadi biji plastik. Visi dari perusahaan adalah dapat menjadi
industri recycle limbah plastik yang terus berkembang. Misi perusahaan adalah memproduksi
biji plastik ABS dari bahan baku yang dimiliki dan tidak menutup kemungkinan untuk
memperluas jenis produk recycle pada kemudian hari.
Memasuki era perdagangan bebas (Free Trade 2010), PT Mike Meilindo Tanaga akan
menghadapi lingkungan internal dan eksternal yang semakin kompleks dan global, kondisi ini
yang menyebabkan penafsiran dan peramalan masa depan semakin sulit. Maka dari itu, perlu
dilakukan analisis lingkungan untuk mengidentifikasi segala peluang dan ancaman agar
dapat mencapai tujuan perusahaan yaitu laba.
Tujuan perusahaan adalah memajukan industri yang dimiliki dengan harapan dapat
meningkatkan margin laba semaksimal mungkin. Hal ini dapat dicapai dengan strategi
integrasi ke depan atau forward integration. Diharapkan perusahaan recycle limbah plastik ini
dapat berkembang menjadi perusahaan hilir yang mampu bersaing di pasar dengan
menekan biaya produksi serendah mungkin karena telah memegang jalur hulu.
Dengan adanya proses ekspansi, struktur organisasi perusahaan berubah karena
adanya penambahan sumber daya manusia baru. Struktur organisasi PT Mike Meilindo
Tanaga setelah proses ekspansi yaitu:
61
62
4.1.5 Aspek Sumber Daya Manusia
Rencana tenaga kerja awal diperkirakan 4 orang. Adapun bagian-bagian serta tugas
dan tanggung jawab dalam mengelola usaha ini adalah :
a. Manajer
- Bertanggung jawab terhadap pemlik yang mencakup seluruh kegiatan
operasional produksi biji plastik.
b. Pekerja
- Operator Mesin : Melaksanakan tugas penggilingan atau produksi biji plastik.
- Staff Gudang : Merapikan hasil produksi ke dalam gudang pada saat
pemrosesan dan pengiriman.
Tabel 4.7 Tabel SDM yang Dibutuhkan PT Mike Meilindo Tanaga
Jabatan Jumlah Kualifikasi Biaya Gaji (Rp)
Manajer 1 1. Mampu menjalankan tugas manajerial
2. Mengerti tentang Palletizing 3.000.000
Pekerja :
Operator Mesin 1 1. Minimal SMP/ SMA
2. Mengerti bidang limbah plastik 1.200.000
Staff Gudang 2 1. Laki-Laki, Usia 17-35 Tahun 2.000.000
(@ 1.000.000)
Total 4 7.700.000
Sumber: Data Perusahaan (2009)
Mengingat jumlah staff gudang saat ini yang berjumlah 6 orang masih memiliki
kapasitas untuk melaksanakan tugas pada ekspansi bisnis baru, maka dengan metode
ramalan diprediksi perusahaan perlu menambah dua (2) orang staff gudang dengan 8 jam
63
kerja agar dapat menyesuaikan dengan kapasitas produksi sebesar ±40 ton sehingga
kegiatan produksi dapat berjalan secara efektif dan efisien.
4.1.6 Aspek Keuangan
Modal awal yang dibutuhkan untuk ekspansi bisnis daur ulang limbah plastik
palletizing ini berbeda-beda untuk setiap skenario. Kondisi ini disebabkan oleh perbedaan
proyeksi jumlah rata-rata bahan baku yang digunakan sehingga mempengaruhi biaya bahan
baku masing-masing skenario. Adanya perbedaan biaya bahan baku merupakan penyebab
perubahan nilai modal awal pada masing-masing skenario. Modal awal untuk ekspansi bisnis
palletizing limbah plastik ABS skenario pesimis, moderat, dan optimis adalah sebagai berikut:
Tabel 4.8 Tabel Proyeksi Modal Awal Ekspansi Bisnis Palletizing Skenario Pesimis
(Dalam Rupiah)
Anggaran Tetap Berwujud
Palletizing Machine
Type PLASMA BMSJ-100/120 (1 Buah) 427,500,000.00
Perluasan area produksi 10,000,000.00
Penambahan Daya Listrik 10,000,000.00
Meja Kursi 2,000,000.00
Komputer 5,000,000.00
Total Aktiva Tetap 454,500,000.00
Modal Kerja
Bahan Baku Awal (bulan ke-1) 10,000 Kg 8,000.00 80,000,000.00
Gaji TKTL 3,000,000.00
64
Gaji TKL 3,200,000.00
Perawatan Mesin dan Peralatan 1,200,000.00
Biaya ADM 12,500,000.00
Total Modal Kerja 99,900,000.00
Total Modal Awal 554,400,000.00
Sumber: Data Diolah (2009)
Asumsi:
* Pengadaan biaya bahan baku untuk skenario pesimis adalah 10.000 Kg x Rp 8.000,00.
Dimana 10.000 Kg merupakan jumlah rata-rata produksi selama 10 tahun berjalan
skenario pesimis dan Rp 8.000,00 adalah biaya bahan baku yang dibebankan.
* Modal kerja adalah modal kerja untuk menjamin operasional selama satu bulan pertama di
awal operasi.
Tabel 4.9 Tabel Proyeksi Modal Awal Ekspansi Bisnis Palletizing Skenario
Moderat (Dalam Rupiah)
Anggaran Tetap Berwujud
Palletizing Machine
Type PLASMA BMSJ-100/120 (1 Buah) 427,500,000
Perluasan Area Produksi 10,000,000
Penambahan Daya Listrik 10,000,000
Meja Kursi 2,000,000
Komputer 5,000,000
Total Aktiva Tetap 454,500,000
65
Modal Kerja
Bahan Baku Awal (bulan ke-1) 20,000 Kg 8,000 160,000,000
Gaji TKTL 3,000,000
Gaji TKL 3,200,000
Perawatan Mesin dan Peralatan 1,200,000
Biaya ADM 12,500,000
Total Modal Kerja 179,900,000
Total Modal Awal 634,400,000
Sumber: Data Diolah (2009)
Asumsi:
* Pengadaan biaya bahan baku untuk skenario moderat adalah 20.000 Kg x Rp 8.000,00.
Dimana 20.000 Kg merupakan jumlah rata-rata produksi selama 10 tahun berjalan
skenario moderat dan Rp 8.000,00 adalah biaya bahan baku yang dibebankan.
* Modal kerja adalah modal kerja untuk menjamin operasional selama satu bulan pertama di
awal operasi.
Tabel 4.10 Tabel Proyeksi Modal Awal Ekspansi Bisnis Palletizing Skenario
Optimis (Dalam Rupiah)
Anggaran Tetap Berwujud
Palletizing Machine
Type PLASMA BMSJ-100/120 (1 Buah) 427,500,000
Perluasan Area Produksi 10,000,000
Penambahan Daya Listrik 10,000,000
Meja Kursi 2,000,000
66
Komputer 5,000,000
Total Aktiva Tetap 454,500,000
Modal Kerja
Bahan Baku Awal (bulan ke-1) 30,000 Kg 8,000 240,000,000
Gaji TKTL 36,000,000
Gaji TKL 38,400,000
Perawatan Mesin dan Peralatan 1,200,000
Biaya ADM 1,200,000
Total Modal Kerja 316,800,000
Total Modal Awal 771,300,000
Sumber: Data Diolah (2009)
Asumsi:
* Pengadaan biaya bahan baku untuk skenario optimis adalah 30.000 Kg x Rp 8.000,00.
Dimana 30.000 Kg merupakan jumlah rata-rata produksi selama 10 tahun berjalan
skenario optimis dan Rp 8.000,00 adalah biaya bahan baku yang dibebankan.
* Modal kerja adalah modal kerja untuk menjamin operasional selama satu bulan pertama di
awal operasi.
Sumber pendanaan investasi 35% berasal dari modal pribadi, sedangkan 65%
pendanaan dipertimbangkan dengan menggunakan pinjaman bank selama 10 tahun dengan
bunga 13.5 % p.a. Biaya resiko bisnis menurut sumber internal adalah ±20%.
67
Perkiraan biaya operasional dan COGS pada skenario pesimis, moderat, dan optimis
adalah berdasarkan asumsi tingkat inflasi dan kenaikan biaya masing-masing skenario
sebesar 10%, 8%, dan 5%, yaitu sebagai berikut:
a. Skenario Pesimis
Tabel 4.11 Tabel Proyeksi Biaya Operasional Skenario Pesimis (Dalam Rupiah)
Tahun Total Gaji TKTL Total Biaya Perawatan Total Biaya ADM Biaya Operasional
2011 36,000,000.00 14,400,000.00 150,000,000.00 200,400,000.00
2012 39,600,000.00 15,840,000.00 165,000,000.00 220,440,000.00
2013 43,560,000.00 17,424,000.00 181,500,000.00 242,484,000.00
2014 47,916,000.00 19,166,400.00 199,650,000.00 266,732,400.00
2015 52,707,600.00 21,083,040.00 219,615,000.00 293,405,640.00
2016 57,978,360.00 23,191,344.00 241,576,500.00 322,746,204.00
2017 63,776,196.00 25,510,478.40 265,734,150.00 355,020,824.40
2018 70,153,815.60 28,061,526.24 292,307,565.00 390,522,906.84
2019 77,169,197.16 30,867,678.86 321,538,321.50 429,575,197.52
2020 84,886,116.88 33,954,446.75 353,692,153.65 472,532,717.28
Sumber: Data Diolah (2009)
Keterangan:
* Rata-rata inflasi berdasarkan KMK No.1/KMK.011/2008 untuk periode 2009 – 2011 adalah
sebesar 4.50%.
* Pada skenario pesimis, dianggap kondisi perekonomian akan memburuk sehinnga
diasumsikan peningkatan kenaikan biaya sebesar 10% yang di dalamnya telah
memperhitungkan tingkat inflasi sebesar 8%.
68
* Asumsi peningkatan biaya skenario pesimis sebesar 10% dianggap telah mencakup biaya
kenaikan gaji tenaga kerja tidak langsung, perawatan mesin, dan administrasi.
* Peningkatan biaya operasional skenario pesimis sebesar 10% dimulai pada tahun ke-2.
* Perincian biaya dapat dilihat di Lampiran 1.
Tabel 4.12 Tabel Proyeksi Tingkat COGS Skenario Pesimis (Dalam Rupiah)
Tahun Total Biaya Bahan Baku Biaya Gaji TKL Total COGS
2011 960,000,000.00 38,400,000.00 998,400,000.00
2012 1,056,000,000.00 42,240,000.00 1,098,240,000.00
2013 1,161,600,000.00 46,464,000.00 1,208,064,000.00
2014 1,277,760,000.00 51,110,400.00 1,328,870,400.00
2015 1,405,536,000.00 56,221,440.00 1,461,757,440.00
2016 1,546,089,600.00 61,843,584.00 1,607,933,184.00
2017 1,700,698,560.00 68,027,942.40 1,768,726,502.40
2018 1,870,768,416.00 74,830,736.64 1,945,599,152.64
2019 2,057,845,257.60 82,313,810.30 2,140,159,067.90
2020 2,263,629,783.36 90,545,191.33 2,354,174,974.69
Sumber: Data Diolah (2009)
Keterangan :
* Biaya bahan baku awal skenario pesimis merupakan hasil perhitungan rata- rata jumlah
bahan baku yang dibutuhkan pada skenario pesimis (10 ton per bulan) dikalikan dengan
harga bahan baku sebesar Rp 8.000,00.
* Peningkatan biaya per tahun skenario pesimis diasumsikan sebesar 10% karena kondisi
perekonomian dianggap akan memburuk yang di dalamnya telah memperhitungkan tingkat
inflasi sebesar 8%.
69
* Tingkat kenaikan biaya skenario pesimis sebesar 10% dianggap telah mencakup
peningkatan biaya bahan baku dan tenaga kerja tidak langsung.
* Peningkatan COGS skenario pesimis sebesar 10% dimulai pada tahun ke-2.
* Perincian biaya dapat dilihat di Lampiran 1.
b. Skenario Moderat
Tabel 4.13 Tabel Proyeksi Biaya Operasional Skenario Moderat (Dalam Rupiah)
Tahun Biaya TKTL Total Biaya Perawatan Total Biaya ADM Total Biaya Operasional
2011 36,000,000.00 14,400,000.00 150,000,000.00 200,400,000.00
2012 37,620,000.00 15,552,000.00 162,000,000.00 215,172,000.00
2013 39,312,900.00 16,796,160.00 174,960,000.00 231,069,060.00
2014 41,081,980.50 18,139,852.80 188,956,800.00 248,178,633.30
2015 42,930,669.62 19,591,041.02 204,073,344.00 266,595,054.65
2016 44,862,549.76 21,158,324.31 220,399,211.52 286,420,085.58
2017 46,881,364.49 22,850,990.25 238,031,148.44 307,763,503.19
2018 48,991,025.90 24,679,069.47 257,073,640.32 330,743,735.68
2019 51,195,622.06 26,653,395.03 277,639,531.54 355,488,548.63
2020 53,499,425.05 28,785,666.63 299,850,694.07 382,135,785.75
Sumber: Data Diolah (2009)
Keterangan:
* Rata-rata inflasi berdasarkan KMK No.1/KMK.011/2008 untuk periode 2009 – 2011 adalah
sebesar 4.50%.
* Diasumsikan kenaikan biaya skenario moderat sebesar 8% yang di dalamnya telah
memperhitungkan tingkat inflasi 6%
70
* Pada skenario moderat, dianggap kondisi perekonomian akan berada si posisi normal
dimana tingkat inflasi tidak terlalu tinggi bila dibandingkan dengan rata-rata inflasi 4.5%.
* Asumsi kenaikan biaya skenario moderat sebesar 8% dianggap telah mencakup biaya
kenaikan gaji tenaga kerja tidak langsung, perawatan mesin, dan administrasi.
* Peningkatan biaya operasional skenario moderat sebesar 8% dimulai pada tahun ke-2.
* Perincian biaya dapat dilihat di Lampiran 1.
Tabel 4.14 Tabel Proyeksi Tingkat COGS Skenario Moderat (Dalam Rupiah)
Tahun Total Biaya Bahan Baku Biaya Gaji TKL Total COGS
2011 1,920,000,000.00 38,400,000.00 1,958,400,000.00
2012 2,073,600,000.00 41,472,000.00 2,115,072,000.00
2013 2,239,488,000.00 44,789,760.00 2,284,277,760.00
2014 2,418,647,040.00 48,372,940.80 2,467,019,980.80
2015 2,612,138,803.20 52,242,776.06 2,664,381,579.26
2016 2,821,109,907.46 56,422,198.15 2,877,532,105.61
2017 3,046,798,700.05 60,935,974.00 3,107,734,674.05
2018 3,290,542,596.06 65,810,851.92 3,356,353,447.98
2019 3,553,786,003.74 71,075,720.07 3,624,861,723.82
2020 3,713,706,373.91 76,761,777.68 3,790,468,151.59
Sumber: Data Diolah (2009)
Keterangan :
* Biaya bahan baku awal skenario moderat merupakan hasil perhitungan rata- rata jumlah
bahan baku yang dibutuhkan pada skenario moderat sebesar 20 ton per bulan dikalikan
dengan harga bahan baku sebesar Rp 8.000,00.
71
* Peningkatan biaya per tahun skenario moderat diasumsikan sebesar 8% karena kondisi
perekonomian dianggap akan berada di posisi normal yang di dalamnya telah
memperhitungkan tingkat inflasi sebesar 6%.
* Asumsi peningkatan biaya skenario moderat sebesar 8% dianggap telah mencakup
peningkatan biaya bahan baku dan tenaga kerja tidak langsung.
* Peningkatan COGS skenario moderat sebesar 8% dimulai pada tahun ke-2.
* Perincian biaya dapat dilihat di Lampiran 1.
c. Skenario Optimis
Tabel 4.15 Tabel Proyeksi Biaya Operasional Skenario Optimis (Dalam Rupiah)
Tahun Total Biaya TKTL Total Biaya Perawatan Total Biaya ADM Total Biaya Operasional
2011 36,000,000.00 14,400,000.00 150,000,000.00 200,400,000.00
2012 37,800,000.00 15,120,000.00 157,500,000.00 210,420,000.00
2013 39,690,000.00 15,876,000.00 165,375,000.00 220,941,000.00
2014 41,674,500.00 16,669,800.00 173,643,750.00 231,988,050.00
2015 43,758,225.00 17,503,290.00 182,325,937.50 243,587,452.50
2016 45,946,136.25 18,378,454.50 191,442,234.38 255,766,825.13
2017 48,243,443.06 19,297,377.23 201,014,346.09 268,555,166.38
2018 50,655,615.22 20,262,246.09 211,065,063.40 281,982,924.70
2019 53,188,395.98 21,275,358.39 221,618,316.57 296,082,070.94
2020 55,847,815.78 22,339,126.31 232,699,232.40 310,886,174.48
Sumber: Data Diolah (2009)
72
Keterangan:
* Rata-rata inflasi berdasarkan KMK No.1/KMK.011/2008 untuk periode 2009 – 2011 adalah
sebesar 4.50%.
* Diasumsikan kenaikan biaya skenario optimis sebesar 5% yang di dalamnya telah
memperhitungkan tingkat inflasi 4.5%
* Pada skenario optimis, dianggap kondisi perekonomian akan membaik dimana tingkat
inflasi lebih kecil bila dibandingkan dengan skenario moderat dan optimis.
* Asumsi peningkatan biaya skenario optimis sebesar 5% dianggap telah mencakup biaya
kenaikan gaji tenaga kerja tidak langsung, perawatan mesin, dan administrasi.
* Peningkatan biaya operasional skenario optimis sebesar 5% dimulai pada tahun ke-2.
* Perincian biaya dapat dilihat di Lampiran 1.
Tabel 4.16 Tabel Proyeksi Tingkat COGS Skenario Optimis (Dalam Rupiah)
Tahun Total Biaya Bahan Baku Total Biaya Gaji TKL Total COGS
2011 2,880,000,000 38,400,000.00 2,918,400,000
2012 3,024,000,000 40,320,000.00 3,064,320,000
2013 3,175,200,000 42,336,000.00 3,217,536,000
2014 3,333,960,000 44,452,800.00 3,378,412,800
2015 3,500,658,000 46,675,440.00 3,547,333,440
2016 3,675,690,900 49,009,212.00 3,724,700,112
2017 3,859,475,445 51,459,672.60 3,910,935,118
2018 4,052,449,217 54,032,656.23 4,106,481,873
2019 4,255,071,678 56,734,289.04 4,311,805,967
2020 4,467,825,262 59,571,003.49 4,527,396,266
Sumber: Data Diolah (2009)
73
Keterangan :
* Biaya bahan baku awal skenario optimis merupakan hasil perhitungan rata- rata jumlah
bahan baku yang dibutuhkan pada skenario optimis sebesar 30 ton per bulan dikalikan
dengan harga bahan baku sebesar Rp 8.000,00.
* Rata-rata inflasi berdasarkan KMK No.1/KMK.011/2008 untuk periode 2009 – 2011 adalah
sebesar 4.50%.
* Peningkatan biaya per tahun skenario optimis diasumsikan sebesar 5% karena kondisi
perekonomian dianggap membaik yang di dalamnya telah memperhitungkan tingkat inflasi
sebesar 4.5%.
* Peningkatan inflasi skenario optimis sebesar 5% dianggap telah mencakup peningkatan
biaya bahan baku dan tenaga kerja tidak langsung.
* Peningkatan COGS skenario optimis sebesar 5% dimulai pada tahun ke-2.
* Perincian biaya dapat dilihat di Lampiran 1.
Analisis biaya penyusutan dari aktiva yang dimiliki PT Mike Meilindo Tanaga adalah
sebagai berikut:
Tabel 4.17 Tabel Proyeksi Biaya Penyusutan Aktiva ( Dalam Rupiah)
Mesin Gedung Total Depresiasi
Tahun 1 37.750.000 2.000.000 39.750.000
Tahun 2 37.750.000 2.000.000 39.750.000
Tahun 3 37.750.000 2.000.000 39.750.000
Tahun 4 37.750.000 2.000.000 39.750.000
Tahun 5 37.750.000 2.000.000 39.750.000
Tahun 6 37.750.000 - 37.750.000
Tahun 7 37.750.000 - 37.750.000
74
Tahun 8 37.750.000 - 37.750.000
Tahun 9 37.750.000 - 37.750.000
Tahun 10 37.750.000 - 37.750.000
Nilai Buku 50.000.000 0 50.000.000
Sumber: Data Diolah (2009)
Keterangan:
1. Mesin industri
Nilai sisa= Rp 50.000.000,00
Umur Ekonomis = 10 tahun
Nilai mesin = Rp 427.500.000
Penyusutan = Nilai Mesin – Nilai Sisa
Umur Ekonomis
Penyusutan = 427.500.000 – 50.000.000
10
= Rp 37.750.000/ tahun
2. Gedung Area Produksi
Nilai sisa = Rp 0
Umur Ekonomis = 5 tahun
Nilai gedung area produksi = Rp 10.000.000
Penyusutan = Nilai Gedung – Nilai Sisa
Umur Ekonomis
= 10.000.000 – 0
5
= Rp 2.000.000/ tahun
75
Arus kas PT Mike Meilindo Tanaga dibagi menjadi 3 skenario yaitu skenario pesimis,
moderat, dan optimis sebagai berikut:
a. Pesimis
Proyeksi arus kas rencana bisnis skenario pesimis usaha ini dapat dilihat di
tabel 4.18
Tabel 4.19 Tabel Proyeksi Aliran Kas Operasional Skenario Pesimis
(Dalam Rupiah)
Tahun EAT Penyusutan OCF
2011 15,444,000.00 39,750,000.00 55,194,000.00
2012 382,730,400.00 39,750,000.00 422,480,400.00
2013 174,588,480.00 39,750,000.00 214,338,480.00
2014 192,047,328.00 39,750,000.00 231,797,328.00
Sumber: Data Diolah (2009)
Keterangan: Aliran kas operasional skenario pesimis hanya diproyeksikan sampai dengan
tahun 2014 karena perkiraan dari cash flow yang memperlihatkan bahwa produksi tidak akan
menguntungkan bila dilanjutkan pada tahun 2015 dan seterusnya.
Tabel 4.20 Tabel Proyeksi Aliran Kas Akhir Skenario Pesimis (Dalam Rupiah)
Tahun ICF OCF TCF CF
0 554,400,000.00 554,400,000.00
2011 55,194,000.00 55,194,000.00
2012 422,480,400.00 422,480,400.00
2013 214,338,480.00 214,338,480.00
76
2014 231,797,328.00 358,500,000.00 590,297,328.00
Sumber: Data Diolah (2009)
Keterangan:
Modal Kerja Rp 80,000,000.00
Nilai sisa
Nilai sisa mesin (4 tahun) Rp 276,500,000.00
Nilai sisa gedung (4 tahun) Rp 2,000,000.00
Rp 278,500,000.00
TCF Rp 358,500,000.00
Asumsi: Untuk TCF digunakan nilai dari bahan baku saja karena biaya tenaga kerja dan yang
lainnya dianggap tidak relevan.
Metode penilaian investasi skenario pesimis ini adalah sebagai berikut:
1. Payback period
Perhitungan payback period dalam rencana ekspansi yaitu:
Payback period
Investasi Rp 554,400,000.00
Cash flow tahun 1 Rp 55,194,000.00
Rp 499,206,000.00
Cash flow tahun 2 Rp 422,480,400.00
Rp 76,725,600.00
Cash flow tahun 3 Rp 214,338,480.00
Payback period = 2 tahun + 76,725,600.00 x 12 bulan
214,338,480.00
= 2 tahun 4.30 bulan
77
2. NPV (Net Present Value)
Initial investment 554,400,000.00
Umur Ekonomis 10 tahun
Nilai Sisa 278,500,000.00
Asumsi: Nilai sisa didapatkan dari penyusutan tahun 2011-2014 karena
adanya kemungkinan penghentian produksi mulai tahun 2015-2020. Kondisi
ini disebabkan karena kemungkinan terjadinya kerugian bila produksi tetap
dijalankan.
Tabel 4.21 Tabel Present Value Skenario Pesimis (Dalam Rupiah)
Tahun CF 18.50% PV
0 -554,400,000.00 1 -554,400,000.00
2011 55,194,000.00 0.8439 46,577,215.19
2012 422,480,400.00 0.7121 300,863,750.47
2013 214,338,480.00 0.6010 128,808,669.86
2014 590,297,328.00 0.5071 299,362,513.09
PV of Cash Inflows 775,612,148.61
NPV 221,212,148.61
Sumber: Data Diolah(2009)
Keterangan:
* Discount Factor sebesar 18.50% didapatkan dari hasil perhitungan Weighted Average Cost
of Capital, dimana:
78
Suku bunga deposito per tahun 5.00%
% resiko menurut internal perusahaan 20.00%
Suku bunga kredit per tahun 15.00%
Biaya modal atas kredit investasi 65% x 15% 9.75%
Biaya modal atas investasi pemilik 35% x (20%+5%) 8.75%
Weighted average cost of capital 18.50%
* Asumsi suku bunga kredit per tahun untuk skenario pesimis adalah 15% karena
kemungkinan perekonomian yang kurang baik sehingga suku bunga kredit meningkat dan
bunga deposito menurun menjadi 5% per tahun.
* Data suku bunga kredit dan deposito tahun 2009 dapat dilihat di Lampiran 2.
3. IRR
Tingkat suku bunga IRR skenario pesimis yang ditentukan dengan
menggunakan Microsoft Excel adalah sebesar 33.49%.
4. Profitability Index
PI = PV of Cash In Flow
PV of Investment
= 775,612,148.61
554,400,000.00
= 1.40
79
Tabel 4.22 Tabel Perincian 4 Metode Kelayakan Investasi Skenario Pesimis
Metode Kriteria Penilaian Hasil Keputusan
PP 5 Tahun 2 Tahun 4.3 Bulan Diterima
NPV Positif 221,212,148.61 Diterima
IRR 18.50% 33.49% Diterima
PI 1 1.40 Diterima
Sumber: Data Diolah (2009)
b. Moderat
Proyeksi arus kas rencana bisnis skenario moderat usaha ini dapat dilihat di tabel
4.23
Tabel 4.24 Tabel Aliran Kas Operasional Skenario Moderat (Dalam Rupiah)
Tahun EAT Penyusutan OCF
2011 231,444,000.00 39,750,000.00 271,194,000.00
2012 108,004,320.00 39,750,000.00 147,754,320.00
2013 26,570,289.60 39,750,000.00 66,320,289.60
2014 392,436,997.85 39,750,000.00 432,186,997.85
2015 345,076,823.58 39,750,000.00 384,826,823.58
2016 1,323,574,422.35 37,750,000.00 1,361,324,422.35
Sumber: Data Diolah (2009)
80
Keterangan: Aliran kas operasional hanya diproyeksi sampai dengan tahun 2016 karena
perkiraan dari cash flow yang memperlihatkan bahwa produksi tidak akan menguntungkan
bila dilanjutkan pada tahun 2017 dan seterusnya.
Tabel 4.25 Tabel Proyeksi Aliran Kas Akhir Skenario Moderat (Dalam Rupiah)
Tahun ICF OCF TCF CF
0 634,400,000.00 634,400,000.00
2011 271,194,000.00 271,194,000.00
2012 147,754,320.00 147,754,320.00
2013 66,320,289.60 66,320,289.60
2014 432,186,997.85 432,186,997.85
2015 384,826,823.58 384,826,823.58
2016 1,361,324,422.35 323,250,000.00 1,684,574,422.35
Sumber: Data Diolah (2009)
Keterangan:
TCF = Pengembalian Modal Kerja + Nilai Sisa
Modal Kerja Rp 160,000,000.00
Nilai Sisa
Nilai Sisa Mesin (7 tahun) Rp 163,250,000.00
Nilai Sisa Gedung (7 Tahun) Rp 0.00
Rp 163,250,000.00
TCF Rp 323,250,000.00
Asumsi: Untuk TCF digunakan nilai dari bahan baku saja karena biaya tenaga kerja dan biaya
lainnya dianggap tidak relevan.
81
Metode penilaian investasi skenario moderat ini adalah sebagai berikut:
1. Payback period
Perhitungan payback period dalam rencana ekspansi yaitu:
Investasi 634,400,000.00
Cash flow tahun 1 271,194,000.00
363,206,000.00
Cash flow tahun 2 147,754,320.00
215,451,680.00
Cash flow tahun 3 66,320,289.60
149,131,390.40
Cash flow tahun 4 432,186,997.85
Payback period = 3 tahun + 149,131,390.40 x 12 bulan
432,186,997.85
= 3 tahun 4 bulan
2. NPV (Net Present Value)
Initial investment 634,400,000.00
Umur Ekonomis 10 tahun
Nilai Sisa 163,250,000.00
Asumsi: Nilai sisa didapatkan dari penyusutan tahun 2011-2016 karena
adanya kemungkinan penghentian produksi mulai tahun 2017-2020. Kondisi
ini disebabkan karena adanya kemungkinan terjadinya kerugian bila produksi
tetap dijalankan.
82
Tabel 4.26 Tabel Present Value Skenario Moderat (Dalam Rupiah)
Tahun CF 18.05% PV
0 -634,400,000.00 1 -634,400,000.00
2011 271,194,000.00 0.8471 229,728,081.32
2012 147,754,320.00 0.7176 106,024,981.34
2013 66,320,289.60 0.6079 40,313,308.29
2014 432,186,997.85 0.5149 222,539,819.54
2015 384,826,823.58 0.4362 167,855,423.84
2016 1,684,574,422.35 0.3695 622,435,356.08
PV of cash inflows 1,388,896,970.40
NPV 754,496,970.40
Sumber: Data Diolah (2009)
Keterangan:
* Discount Factor sebesar 18.05% didapatkan dari hasil perhitungan Weighted Average Cost
of Capital, dimana:
Suku bunga deposito per tahun 6.50%
% resiko menurut internal perusahaan 20%
Suku bunga kredit per tahun 13.50%
Biaya modal atas kredit investasi 65% x 13.5% 8.78%
Biaya modal atas investasi pemilik 35% x (6.5+20)% 9.28%
Weighted average cost of capital 18.05%
* Suku bunga kredit per tahun menurut data Bank Mandiri 2009 adalah sebesar 13.50%.
83
* Asumsi suku bunga kredit per tahun untuk skenario moderat adalah sesuai dengan suku
bunga kredit yang berlaku yaitu sebesar 13.50%.
* Data suku bunga kredit dan deposito dapat dilihat di Lampiran 2.
3. IRR
Tingkat suku bunga IRR skenario moderat yang ditentukan dengan
menggunakan Microsoft Excel adalah sebesar 43.94%.
4. Profitability Index
PI = PV of Cash Inflow
PV of Investment
= 1,820,498,949.87
634,400,000.00
= 2,19
Tabel 4.27 Tabel Perincian 4 Metode Kelayakan Investasi Skenario Moderat
Metode Kriteria Penilaian Hasil Keputusan
PP 5 Tahun 3 Tahun 4 Bulan Diterima
NPV Positif 754,496,970.40 Diterima
IRR 18.05% 43.94% Diterima
PI 1 2.19 Diterima
Sumber: Data Diolah (2009)
84
c. Optimis
Proyeksi arus kas rencana bisnis optimis usaha ini dapat dilihat pada tabel 4.28
Tabel 4.29 Tabel Proyeksi Aliran Kas Operasional Skenario Optimis (Dalam
Rupiah)
Tahun EAT Penyusutan OCF
2011 447,444,000.00 39,750,000.00 487,194,000
2012 1,242,367,200.00 39,750,000.00 1,282,117,200
2013 1,124,476,560.00 39,750,000.00 1,164,226,560
2014 1,173,491,388.00 39,750,000.00 1,213,241,388
2015 719,516,957.40 39,750,000.00 759,266,957
2016 735,683,805.27 37,750,000.00 773,433,805
2017 894,786,995.53 37,750,000.00 932,536,996
2018 744,325,345.31 37,750,000.00 782,075,345
Sumber: Data Diolah (2009)
Keterangan: Aliran kas operasional hanya diproyeksi sampai dengan tahun 2018 karena
perkiraan dari cash flow yang memperlihatkan bahwa produksi tidak akan menguntungkan
bila dilanjutkan pada tahun 2019 dan seterusnya.
Tabel 4.30 Tabel Proyeksi Aliran Kas Akhir Skenario Optimis (Dalam Rupiah)
Tahun ICF OCF TCF CF
0 771,300,000 771,300,000
2011 487,194,000.00 487,194,000
2012 1,282,117,200 1,282,117,200
85
2013 1,164,226,560 1,164,226,560
2014 1,213,241,388 1,213,241,388
2015 759,266,957 759,266,957
2016 773,433,805 773,433,805
2017 932,536,996 932,536,996
2018 782,075,345 365,500,000.00 1,147,575,345
Sumber: Data Diolah (2009)
Keterangan:
TCF = Pengembalian Modal Kerja + Nilai Sisa
Modal Kerja Rp 240,000,000
Nilai Sisa
Nilai Sisa Mesin (8 tahun) Rp 125,500,000.00
Nilai Sisa Gedung (8 tahun) Rp 0.00
Rp 125,500,000.00
TCF Rp 365,500,000.00
Asumsi: Untuk TCF digunakan nilai dari bahan baku saja karena biaya tenaga kerja dan yang
lainnya dianggap tidak relevan.
Metode penilaian investasi skenario optimis ini adalah sebagai berikut:
1. Payback period
Perhitungan payback period dalam rencana ekspansi yaitu:
Investasi 771,300,000.00
Cash flow tahun 1 487,194,000.00
86
284,106,000.00
Cash flow tahun 2 1,282,117,200.00
Payback period = 1 tahun + 284,106,000.00 x 12 bulan
1,282,117,200.00
= 1 tahun 2.66 bulan
2. NPV (Net Present Value)
Initial investment 771,300,000.00
Umur Ekonomis 10 tahun
Nilai Sisa 125,500,000.00
Asumsi: Nilai sisa didapatkan dari penyusutan tahun 2011-2018.
Tabel 4.31 Tabel Present Value Skenario Optimis (Dalam Rupiah)
Tahun CF 17.60% PV
0 -771,300,000.00 1 -771,300,000
2011 487,194,000.00 0.8503 414,280,612.24
2012 1,282,117,200.00 0.7231 927,071,185.62
2013 1,164,226,560.00 0.6149 715,839,299.76
2014 1,213,241,388.00 0.5228 634,333,912.76
2015 759,266,957.40 0.4446 337,565,373.46
2016 773,433,805.27 0.3781 292,401,246.63
2017 932,536,995.53 0.3215 299,788,395.63
2018 1,147,575,345.31 0.2734 313,705,862.85
PV of cash inflows 3,934,985,888.95
87
NPV 3,163,685,888.95
Sumber: Data Diolah (2009)
Keterangan:
* Discount Factor sebesar 17.60% didapatkan dari hasil perhitungan Weighted Average Cost
of Capital, dimana:
Suku bunga deposito per tahun 8.00%
% resiko menurut internal perusahaan 20%
Suku bunga kredit per tahun 12.00%
Biaya modal atas kredit investasi 65% x 12% 7.80%
Biaya modal atas investasi pemilik 35% x (8+20)% 9.80%
Weighted average cost of capital 17.60%
* Suku bunga kredit per tahun menurut data Bank Mandiri 2009 adalah sebesar 13.05%.
* Asumsi suku bunga kredit per tahun untuk skenario optimis adalah 12% karena
kemungkinan perekonomian yang membaik sehingga suku bunga kredit menurun dan
bunga deposito meningkat menjadi 8% per tahun.
* Data suku bunga kredit dan deposito dapat dilihat di Lampiran 2.
4. IRR
Tingkat suku bunga IRR skenario optimis yang ditentukan dengan
menggunakan Microsoft Excel adalah sebesar 106.95%.
5. Profitability Index
PI = PV of Cash Inflow
PV of Investment
88
= 3,934,985,888.95
771,300,000.00
= 5.10
Tabel 4.32 Tabel Perincian 4 Metode Kelayakan Investasi Skenario Optimis
Metode Kriteria Penilaian Hasil Keputusan
PP 5 Tahun 1 Tahun 2.6 Bulan Diterima
NPV Positif 3,163,685,888.95 Diterima
IRR 17.60 % 106.95% Diterima
PI 1 5.10 Diterima
Sumber: Data Diolah (2009)
89
90
91
92
4.1.7 Aspek Politik dan Ekonomi dan Sosial
Bangkitnya bursa saham, stabilnya ekonomi, dan perkiraan berakhirnya resesi
ekonomi global, serta awal tahun 2010 yang merupakan awal tahun perdagangan bebas atau
free trade dimana persaingan akan menjadi semakin ketat. Diharapkan dengan tumbuhnya
industri plastik hulu, dapat mendorong produktivitas dan kualitas produk plastik domestik
sehingga mampu bersaing di pasar perdagangan bebas.
Dengan kegiatan produksi daur ulang yang dilaksanakan, diharapkan perusahaan
mampu memberikan kontribusi yang signifikan terhadap ekonomi untuk jangka panjang
dengan menghasilkan raw material untuk industri plastik yang akan mengurangi tingkat
impor bahan baku biji plastik dan menghemat cadangan devisa serta memberikan
pemasukan pajak bagi negara.
Manfaat ekspansi terhadap lingkungan sosial ini adalah menjadi salah satu situs
Usaha Kecil Menengah (UKM) yang diharapkan dapat menyerap tenaga kerja lebih besar dari
masyarakat sekitar. Ekspansi ini juga relatif tidak membawa dampak negatif terhadap moral
lingkungan sekitar, tetapi memberi masukan positif terhadap kepedulian lingkungan dengan
melakukan kegiatan daur ulang.
Berikut ini merupakan data perkembangan ekonomi Indonesia yang dilihat melalui
tingkat inflasi, tingkat pertumbuhan ekonomi, dan tingkat bunga deposito rata-rata.
Berdasarkan KMK No.1/KMK.011/2008 sasaran inflasi yang ditetapkan oleh
Pemerintah untuk periode 2009 – 2011, masing-masing sebesar 5,0%, 4,5%, dan 4,0%
dengan deviasi ±1%.
Sumber:http://www.bi.go.id/web/id/Moneter/Inflasi/Bank+Indonesia+dan+Inflasi/penetapan
.htm
93
Tabel 4.33 Tabel Pertumbuhan Ekonomi Per Tahun
Tahun 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009
Persentase 4.02 5.13 5.60 5.50 6.30 6.50 5.50
Sumber : http://www.batan.go.id/ppen/WEb2006/PSE/2_EKONOMI_INDONESIA.pdf
Tabel 4.34 Tabel Bunga Deposito Rata-Rata Per Tahun
Tahun 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009
Bunga Deposito 5.73 6.75 11.50 8.25 7.37 5.75 6.80
Sumber: http://www.bankmandiri.co.id/resource/suku_bunga.asp
4.1.8 Aspek Lingkungan Industri
Berikut adalah kondisi bisnis PT Mike Meilindo Tanaga yang dianalisis berdasarkan 5
kekuatan Porter :
1. Ancaman Pendatang Baru (Threat of New Entrants)
Dengan datangnya pendatang baru, maka hal ini menjadi ancaman bagi
perusahaan lama karena datangnya pendatang baru ke dalam suatu industri
membawa masuk kapasitas baru, keinginan untuk merebut bagian pasar
(market share). Akan tetapi pada saat ini masih sedikit pendatang baru yang
memproduksi biji plastik daur ulang karena kebutuhan modal bisnis yang
relatif besar, memiliki jaringan bisnis, dan paham terhadap bisnis daur ulang
limbah plastik.
2. Ancaman Produk Pengganti (Threat Of Substitute Products)
Dengan adanya produk pengganti, maka hal ini menjadi ancaman bagi
perusahaan recycle dalam menguasai pasar dan konsumen. Namun sampai
saat ini belum ada produk pengganti untuk industri recycle (Palletizing) jenis
ABS.
94
3. Kekuatan Tawar-Menawar Pembeli (Bargaining Power Of Buyers)
Pembeli atau pelanggan merupakan salah satu faktor penting dalam
menjaga kelangsungan hidup perusahaan dan juga dengan mendapatkan
pembeli atau pelanggan dalam jumlah yang besar, dapat diartikan
perusahaan memenangkan persaingan dalam suatu industri dengan
perusahaan lainnya. Dalam kegiatan bisnis PT Mike Meilindo Tanaga
mempunyai pembeli atau partner bisnis antara lain The Global Serve Pte Ltd,
Minerva Resources Pte Ltd.
4. Kekuatan Tawar Menawar Pemasok (Bargaining Power Of Supplier)
Pemasok bertugas untuk menyediakan bahan baku yang akan digunakan
perusahaan untuk melakukan proses produksi dan menghasilkan produk
yang akan dilempar ke pasar. Pemasok dapat membantu perusahaan untuk
meningkatkan laba yaitu dengan cara menjaga dan meningkatkan mutu
bahan baku dan memenuhi pemesanan perusahaan dengan tepat waktu.
Pemasok dari PT Mike Meilindo Tanaga adalah CV Barokah, PT Millenium
Plastik, PT Bintang Plastik dan beberapa penadah yang belum berbadan
hukum.
5. Rivalitas di Antara Pesaing (Rivalry Among Existing Firms)
Ancaman utama dalam suatu perusahaan adalah perusahaan pesaing yang
memproduksi barang sejenis untuk dijual. Untuk dapat bertahan dan
memenangkan persaingan perusahaan harus menetapkan strategi yaitu
dengan cara meningkatkan mutu produk, terus mengikuti perkembangan
pasar, dan meningkatkan pelayanan kepada pelanggan, juga dengan
menekan harga produksi sehingga bisa mendapatkan konsumen sebanyak-
banyaknya. PT Mike Meilindo Tanaga mempunyai pesaing dan merupakan
95
kompetitor yang cukup lama berada di industri ini yaitu Puri Indah Jaya
Plastik dan PT Xing Hua Plastic.
4.1.9 Aspek Yuridis (Legal)
Bisnis daur ulang ini akan didirikan dalam bentuk Perseroan Terbatas atau PT Mike
Meilindo Tanaga yang merupakan ekspansi atau perluasan dari bisnis utama yang berfokus
pada daur ulang limbah plastik. Bisnis yang akan dijalankan merupakan unit bisnis baru yang
masih berhubungan secara langsung dengan unit bisnis sebelumnya yang merupakan bahan
baku untuk produksi tingkat selanjutnya, yaitu palletizing ABS yang akan dilaksanakan.
Dalam hal ini tidak ada peraturan pemerintah yang melarang ekspansi bisnis
tersebut untuk dijalankan karena produk tidak berhubungan dengan produk ilegal seperti
narkotika, senjata, dan sebagainya.
4.9.10 Aspek Lingkungan Hidup
Daur ulang adalah proses untuk menjadikan suatu bahan bekas menjadi bahan baru
dengan tujuan mencegah adanya sampah yang merugikan. Sampah atau limbah plastik
sebenarnya dapat menjadi sesuatu yang berguna, mengurangi penggunaan bahan baku
yang baru, mengurangi penggunaan energi, mengurangi polusi, kerusakan lahan, dan emisi
gas rumah kaca jika dibandingkan dengan proses pembuatan barang baru.
Daur ulang adalah salah satu strategi pengelolaan sampah padat yang terdiri atas
kegiatan pemilahan, pengumpulan, pemrosesan, pendistribusian dan pembuatan produk /
material bekas pakai, dan komponen utama dalam manajemen sampah modern dan bagian
ketiga dalam proses hierarki sampah adalah 3R (Reuse, Reduce, and Recycle). Plastik dapat
didaur ulang sama halnya seperti mendaur ulang logam. Penghematan yang cukup besar
pada energi dapat diperoleh dengan mendaur ulang plastik.
96
Sampah plastik berbahaya bagi lingkungan, karena dibutuhkan waktu 1000 tahun
agar plastik dapat terurai oleh tanah secara terdekomposisi atau terurai dengan sempurna.
Ini adalah sebuah waktu yang sangat lama. Saat terurai, partikel-partikel plastik akan
mencemari tanah dan air tanah. Jika dibakar, sampah plastik akan menghasilkan asap
beracun yang berbahaya bagi kesehatan yaitu jika proses pembakarannya tidak sempurna,
plastik akan mengurai di udara sebagai dioksin. Senyawa ini sangat berbahaya bila terhirup
manusia. Dampaknya antara lain memicu penyakit kanker, hepatitis, pembengkakan hati,
gangguan sistem saraf dan memicu depresi. Kantong plastik juga penyebab banjir, karena
menyumbat saluran-saluran air, tanggul. Sehingga mengakibatkan banjir bahkan yang
terparah merusak turbin waduk.
Sejak proses produksi hingga tahap pembuangan, sampah plastik mengemisikan gas
rumah kaca ke atmosfer. Kegiatan produksi plastik membutuhkan sekitar 12 juta barel
minyak dan 14 juta pohon setiap tahunnya. Proses produksinya sangat tidak hemat energi.
Pada tahap pembuangan di lahan penimbunan sampah (TPA), sampah plastik mengeluarkan
gas rumah kaca.
Berbagai negara mulai melarang dan merespon terhadap bahaya penggunaan
kantong plastik, seperti di Kenya dan Uganda malah sudah secara resmi melarang
penggunaan kantong plastik. Sejumlah negara mulai mengurangi penggunaan kantong
plastik diantaranya Filipina, Australia, Hongkong, Taiwan, Irlandia, Skotlandia, Prancis,
Swedia, Finlandia, Denmark, Jerman, Swiss, Tanzania, Bangladesh, dan Afrika Selatan.
Singapura, sejak April 2007 berlangsung kampanye “Bring Your Own Bag” , digelar oleh The
National Environment Agency (NEA). Dan pemerintahan China juga telah mengeluarkan
Rancangan Undang-Undang (RUU) mengatasi kantong plastik.
97
4.2 Implikasi Solusi
PT Mike Meilindo Tanaga berencana untuk meningkatkan nilai jual produk limbah
daur ulang karena adanya penurunan margin laba. Maka dari itu, dilakukan analisis
kelayakan ekspansi investasi mesin yang mencakup aspek-aspek sebagai berikut:
1. Aspek Pasar
Pasar industri plastik palletizing PT Mike Meilindo Tanaga dari sisi produsen
termasuk pasar persaingan sempurna dimana setiap perusahaan memiliki
konsumen masing-masing. Persaingan yang hanya ketat dialami pada saat
pembelian bahan baku yaitu melalui persaingan harga yang membentuk
harga dan kualitas limbah yang dipasarkan. Sedangkan, dari sisi konsumen
bisnis plastik palletizing merupakan pasar industri karena hasil produksi yang
digunakan kembali oleh perusahaan lain untuk diproses lebih lanjut. Melihat
kondisi pasar ini, dapat disimpulkan agar rencana bisnis segera
dilaksanakan.
2. Aspek Pemasaran
Biji plastik atau yang disebut pallet ABS akan dipasarkan di pasar domestik.
Hal ini didukung dengan adanya perkembangan dan kebutuhan industri
dalam negeri seperti industri mainan anak-anak, kendaraan bermotor,
komponen elektronik dan alat-alat rumah tangga yang membutuhkan bahan
baku tersebut. Target pasar industri ini adalah perusahaan serupa dan
perusahaan lain yang menggunakan bahan baku plastik dalam produksinya.
Untuk pemasaran produk ini akan dijalankan strategi marketing mix 4P dan
Direct Marketing.
98
3. Aspek Teknik dan Teknologi
Usaha produksi biji plastik berjenis ABS ini direncanakan akan dibangun di
pabrik PT Mike Meilindo Tanaga yang berlokasi di Jatimulia RT 2/7 No. 18,
Tangerang 15211. Teknologi yang dipergunakan adalah Continue process
karena dilakukan pemrosesan lebih lanjut dari crushing plastik ABS menjadi
biji plastik menggunakan Recycle/Palletizing Machine Plasma dengan
kapasitas maksimal ±40 ton per hari.
4. Aspek Manajemen
Manajemen dipisahkan dengan manajemen bisnis utama untuk mencegah
ketimpangan proses manajemen itu sendiri. Adanya penambahan tenaga
kerja untuk menjalankan proses manajemen unit bisnis baru.
5. Aspek Sumber Daya Manusia
Perencanaan jumlah tenaga kerja adalah 4 orang, biaya gaji, dan kualifikasi
tenaga kerja juga direncanakan sesuai yang diharapkan agar kegiatan
operasional unit bisnis baru dapat berjalan maksimal dengan biaya
minimum. Mengingat tidak dibutuhkannya kualifikasi khusus untuk menjadi
tenaga kerja langsung dari rencana bisnis ini, maka PT Mike Meilindo Tanaga
dapat menseleksi calon tenaga kerja sesuai harapan karena tingkat
pengangguran yang cukup tinggi.
6. Aspek Keuangan
Analisis penilaian investasi mesin recycle limbah plastik yaitu:
99
Tabel 4.35 Tabel Hasil Analisis Aspek Keuangan Kelayakan Investasi
Metode Kriteria Hasil
Pesimis Moderat Optimis
Payback period 5 tahun 2 Tahun 4.3
Bulan 3 Tahun 4 Bulan 1 Tahun 2.6 Bulan
Net Present Value Positif 221,212,148.61 754,496,970.40 3,163,685,888.95
Internal Rate of
Return
P:18.50%;
M:18.05%;
O:17.60%
33.49% 43.94% 106.95%
Profitability Index 1 1.40 2.19 5.10
Sumber: Data Diolah (2009)
Berdasarkan hasil analisis tersebut, investasi mesin layak dijalankan walaupun hanya
pada skenario pesimis. Pada skenario pesimis ini produksi diproyeksikan akan dihentikan
pada tahun ke-5 karena kemungkinan kerugian, PT Mike Meilindo Tanaga sudah mencapai
titik impas. Selain itu, PT Mike Meilindo Tanaga masih dapat menjalankan strategi forward
integration pada bisnisnya dengan mengolah bahan baku biji plastik menjadi end-product.
7. Aspek Politik, Ekonomi, dan Sosial
Keadaan perekonomian dan politik yang cenderung stabil memungkinkan
dan mendukung berjalannya bisnis ini. Selain itu, bisnis palletizing
perusahaan mendukung lingkungan sosial karena menyerap tenaga kerja
walupun tidak dalam jumlah besar pada awal bisnisnya. Maka dari itu
rencana bisnis dapat segera dilaksanakan.
8. Aspek Lingkungan Industri
Kesimpulan analisis Porter berdasarkan hasil penelitian yaitu:
100
a. Tingkat persaingan dan pendatang baru yang moderat. Hal ini dapat
mempengaruhi produktivitas perusahaan karena jumlah bahan baku
yang terbatas.
b. Belum terdapat produk substitusi untuk biji plastik jenis ABS
c. Kekuatan tawar-menawar pemasok cukup kuat
d. Kekuatan pembeli kuat
Berdasarkan analisis persaingan Porter diatas, bisnis masih
memungkinkan untuk dijalankan walaupun persaingan bisnis ketat.
9. Aspek Yuridis (Legal)
Tidak ada hambatan dari segi peraturan dalam hal pendirian perusahaan.
Bisnis palletizing ABS merupakan unit bisnis baru dari bisnis sebelumnya.
10. Aspek Lingkungan Hidup
Bisnis ini akan mendukung lingkungan hidup dimana perusahaan melakukan
daur ulang limbah bahan plastik. Limbah bahan plastik ini merupakan bahan
yang sulit hancur dan akan mencemari lingkungan.