bab 3 tinjauan kasus
DESCRIPTION
BAB 3 Tinjauan KasusTRANSCRIPT
BAB III
TINJAUAN KASUS
Penulis mengelola pasien dengan post operasi Apendiktomi selama 1 hari.
Pengkajian dilakukan pada tanggal 5 Juli 2010 pukul 08.45 WIB. Pasien dikelola
pada tanggal 5 Juli 2010 di ruang Kenanga Rumah Sakit Prof. Dr. Margono
Soekardjo Purwokerto dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan.
Pendekatan yang diterapkan meliputi proses pengkajian, analisa data, penyusunan
diagnosa keperawatan, rencana tindakan atau intervensi, implementasi dan evaluasi.
A. Pengkajian
Pengkajian yang dilakukan pada tanggal 5 Juli 2010 pukul 08.45 WIB
dengan sumber informasi dari pasien, keluarga, rekam medik dan perawat yang
dinas di ruang Kenanga didapatkan:
1. Identitas pasien
Pasien bernama Ny. T, umur 42 tahun, pendidikan SLTA, pekerjaan ibu
rumah tangga, alamat Bejogol Rt 02/IV Cilongok, tanggal masuk 01 Juli
2010, diagnosa medis Apendisitis kronis, nomor register 806475.
Sedangkan penanggungjawab pasien bernama Tn. R, umur 45 tahun,
pendidikan D2 PGSD, pekerjaan guru, hubungan dengan pasien sebagai
suami dari pasien.
2. Riwayat keperawatan
1
2
Saat dikaji tanggal 5 Juli 2010. pasien sudah dirawat 5 hari di ruang
Kenanga. Pasien datang ke ruang Kenanga melalui poli bedah RSUD
Margono Soekardjo Purwokerto tanggal 01 Juli 2010 jam 10.10 WIB dengan
keluhan perut terasa sakit (nyeri hebat) pada kuadran perut sebelah kanan
disertai mual dan demam, kemudian diketahui pasien menderita apendiksitis
kronis, setelah pasien melakukan pemeriksaan foto abdomen pada tanggal 30
Juni 2010 saat pasien kontrol melalui poli bedah. Sehingga pada tanggal 02
Juli 2010 pukul 10.00 WIB dilakukan operasi laparatomi dan apendiktomi
dengan anestesi mayor khusus, general anestesi. Saat dikaji pasien post
operasi hari ke-3 dengan keluhan nyeri pada daerah operasi dan diketemukan
keluhan tambahan nafsu makan berkurang dan aktivitas gerakan terbatas,
karena setiap akan miring ke kiri, perut terasa nyeri. Pasien sebelumnya
belum pernah kecelakaan dan belum pernah mengalami sakit seperti yang
diderita sekarang, pasien juga belum pernah dirawat di rumah sakit
sebelumnya. Pasien memiliki riwayat penyakit maag. Anggota keluarga tidak
ada yang menderita penyakit seperti yang diderita pasien dan keluarga tidak
mempunyai riwayat penyakit menular maupun penyakit keturunan.
3. Fokus pengkajian
a. Pengkajian menurut fungsional Gordon
Hasil pengkajian pola fungsional Gordon pada tanggal 5 Juli 2010
yang terdiri dari 11 fungsi didapatkan data yaitu: data pola persepsi dan
manajemen kesehatan pasien dan keluarga menyadari pentingnya
kesehatan, pada pola nutrisi pasien didapatkan nafsu makan pasien
berkurang, pada pola eliminasi didapatkan BAB dan BAK lancar, pada
pola aktivitas dan latihan didapatkan pasien belum bisa melakukan
aktivitas secara mandiri penuh ditandai dengan makan/minum, toileting,
3
berpakaian, mobilitas di tempat tidur, berpindah dan ambulasi ROM
dengan skala 2, pada pola istirahat tidur didapatkan tidur pasien tidak
mengalami gangguan, pada pola persepsi kognitif didapatkan pasien
kurang paham dengan kondisi penyakitnya sekarang, pada pola persepsi
dan konsep diri didapatkan harapan pasien agar cepat sembuh, pada pola
peran dan hubungan didapatkan hubungan pasien dengan keluarga tidak
ada masalah, pada pola reproduksi seksual didapatkan pasien berjenis
kelamin perempuan, pada pola koping dan pertahanan didapatkan jika
ada masalah pasien selalu membicarakan dengan keluarga, dan pada pola
nilai dan keyakinan didapatkan pasien beragama Islam.
b. Pemeriksaan fisik
Hasil pemeriksaan fisik pada tanggal 5 Juli 2010 diperoleh hasil
keadaan umum pasien cukup, kesadaran composmentis, GCS 15,
E4M6V5. Pemeriksaan tanda-tanda vital tekanan darah 110/70 mmHg,
nadi 82 kali per menit, suhu 36,6 OC, dan respirasi 22 kali per menit.
Pada pemeriksaan head to toe didapatkan kepala bentuk
mesochepal; mata simetris, tidak anemis, tidak ikterik; hidung simetris,
tidak ada polip; telinga simetris, tidak ada serumen; mulut tidak sianosis,
membran mukosa sedikit kering; leher tidak ada pembesaran kelenjar
tyroid; dada pada jantung bunyi regular, bunyi gallop tidak ada; paru
bunyi nafas vesikuler, suara ronkhi tidak ada; abdomen terdapat luka post
operasi di abdomen kuadran kanan bawah dari region II sampai diatas
simpisis; ekstremitas atas tangan kiri terpasang infus RL 20 tetes per
menit, ekstremitas bawah tidak ada edema, turgor kulit cukup.
c. Data penunjang
4
Pada pemeriksaan penunjang didapatkan hasil laboratorium
sebelum operasi tanggal 28 Juni 2010, Hb (Hemoglobin) 15,5 g/dl, Ht
(Hematokrit) 45%, Leukosit 12.280/uL, LED (Laju endap darah)
6 mm/jam, eritrosit 5,2 10 6/uL, trombosit 343.000/uL, MCV (Mean
corpuscular volume) 85,7 fl, MCH (Mean corpuscular hemoglobin) 29,6
pq, MCHC (Mean corpuscular hemoglobin concentration) 34,6 %,
hitung jenis: eosinofil 4,4 %, basofil 0,2 %, limfosit 17,7 %, PT
(Protrombin time) 13,3 dtk, APTT (activated partial thromboplastin time)
30,4 dtk, ureum darah 12,5 mg/dl, kreatinin darah 0,72 mg/dl, glukosa
sewaktu 104 mg/dl. Untuk hasil laboratorium post operasi tidak ada.
Pemeriksaan penunjang yang lain yaitu foto polos abdomen dengan hasil
tampak kontras mengisi striktur appendiks, dinding regular, tak tampak
identasi, filling defek maupun additional shadow, dengan kesan filling
apendiks pada kolon in Lopp. Terapi yang diberikan pada Ny. T tanggal
5 Juli 2010 adalah IVFD RL 20 tetes per menit, Vitamin K 3x1 amp
untuk antisipasi perdarahan, Fosmicin 2x2 gr untuk antibiotik, dan
Ketorolac 2x3 mg untuk mengurangi nyeri.
B. Analisa data
Berdasarkan pengkajian yang dilakukan pada Ny. T dengan post operasi
apendiktomi tanggal 5 Juli 2010 didapatkan data subyektif dan data obyektif,
kemudian dilakukan analisa data sebagai berikut:
Tabel 3.1 Analisa data Ny. T dengan post operasi apendiktomi
NO DATA FOKUS ETIOLOGI PROBLEM1. Ds: Pasien mengatakan nyeri
pada luka post operasi. P: nyeri post operasi. Q: nyeri seperti diris-iris.
Terputusnya kontinuitas jaringan
Nyeri akut
5
2.
3.
R: nyeri di kuadran kanan bawah dari region II sampai diatas simpisis.
S: skala nyeri 4 T: saat digerakkanDo: - Wajah pasien tampak
menyeringai menahan sakit- Pasien gelisah
Ds: -Do:- Terdapat luka post operasi.
- Leukosit 12.800/uL.- Luka kering.- S: 36,6 OC.- Infus terpasang di tangan
kiri.
Ds: Pasien mengatakan nafsumakan berkurang. Karenalidah terasa pahit.
Do: - membran mukosa sedikitkering.
- Porsi makan yangdisediakan habis ¼ porsi.
Prosedur invasif
Anoreksia
Resiko infeksi
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Tabel 3.1 Lanjutan
NO DATA FOKUS ETIOLOGI PROBLEM
4.
5.
Ds: Pasien mengatakan sebagian aktivitas dibantu keluarga.
Do: Pasien tampak dibantu keluarga saat akan ke kamar mandi.
Ds: Pasien mengatakan kurang paham tentang penyakit yang sekarang diderita.
Do: Pasien sering bertanya tentang kondisinya pada perawat.
Adanya luka post operasi
Keterbatasan informasi tentang penyakit, perawatan dan pengobatan
Gangguan mobilitasfisik
Kurangnyapengetahuan
6
C. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan yang dapat diangkat pada tanggal 5 Juli 2010 pada
Ny. T adalah :
1. Nyeri akut berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jarinagan.
2. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif.
3. Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan anoreksia.
4. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan adanya luka post operasi.
5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan informasi tentang
penyakit, perawatan, dan pengobatan.
D. Intervensi keperawatan
Untuk mengatasi masalah keperawatan yang muncul, penulis
merencanakan tindakan sebagai berikut:
1. Nyeri akut berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan.
Rencana tujuannya adalah setelah dilakukan tindakan keperawatan
diharapkan nyeri berkurang atau hilang.
NOC: Level nyeri, kriteria hasil:
a. Pasien mengatakan nyeri berkurang.
b. Ekspresi nyeri lisan atau pada wajah
c. Mempertahankan tingkat nyeri pada skala 0-10,
d. Menunjukan teknik relaksasi yang efektif untuk mencapai kenyamanan
7
NIC: Penatalaksanaan nyeri
a. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif meliputi lokasi, skala.
b. Observasi ketidaknyamanan non verbal.
c. Gunakan pendekatan yang positif terhadap pasien, hadir dekat pasien
untuk memenuhi kebutuhan rasa nyamannya dengan cara massase,
perubahan posisi, berikan perawatan yang tidak terburu-buru.
d. Kendalikan faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi respon pasien
terhadap ketidaknyamanan.
e. Anjurkan pasien untuk istirahat dan menggunakan teknik relaksasi.
f. Kolaborasi medis dalam pemberian analgetik.
Keterangan skala:
1: tidak pernah menunjukan
2: jarang menunjukan
3: kadang menunjukan
4: sering menunjukan
5: selalu menunjukan
2. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif.
Rencana tujuannya adalah setelah dilakukan tindakan keperawatan
diharapkan tidak terjadi infeksi pada luka bekas operasi.
NOC: Pengendalian resiko, kriteria hasil:
a. Bebas dari tanda dan gejala infeksi
b. Higiene pribadi yang adekuat
c. Mengikuti prosedur dan pemantauan.
NIC: Pengendalian infeksi
a. Pantau tanda dan gejala infeksi.
8
b. Instruksikan untuk menjaga higiene pribadi untuk melindungi tubuh
terhadap infeksi.
c. Lindungi pasien dari kontaminasi silang dengan pemakaian set ganti
balut yang steril.
Keterangan skala:
1: tidak pernah menunjukan
2: jarang menunjukan
3: kadang menunjukan
4: sering menunjukan
5: selalu menunjukan
3. Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan anoreksia.
Rencana tujuannya adalah setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
diharapkan nutrisi pasien adekuat.
NOC: Status gizi, kriteria hasil:
a. Mempertahankan BB
b. Toleransi terhadap diet yang dianjurkan.
c. Menunjukan tingkat keadekuatan tingkat energi.
d. Turgor kulit baik
NIC: Pengelolaan nutrisi
a. Tentukan kemampuan pasien untuk memenuhi kebutuhan nutrisi.
b. Pantau kandungan nutrisi dan kalori pada catatan asupan.
c. Berikan informasi yang tepat tentang kebutuhan nutrisi.
d. Pertahankan higiene mulut sebelum dan sesudah makan
Keterangan skala:
1: tidak pernah menunjukan
9
2: jarang menunjukan
3: kadang menunjukan
4: sering menunjukan
5: selalu menunjukan
4. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan adanya luka post operasi.
Rencana tujuannya adalah setelah dilakukan tindakan keperwatan selama
diharapkan pasien tidak mengalami gangguan dalam mobilitas.
NOC: Mobility level, kriteria hasil:
a. Keseimbangan penampilan.
b. Memposisikan tubuh.
c. Gerakan otot.
d. Gerakan sendi.
e. Ambulasi jalan.
NIC: Exercise therapy: ambulation
a. Bantu pasien untuk menggunakan fasilitas alat bantu jalan.
b. Tempatkan tempat tidur pada posisi yang mudah dijangkau.
c. Monitor pasien dalam menggunakan alat bantu jalan.
d. Instruksikan pasien tentang teknik ambulansi.
e. Instruksikan keluarga pasien untuk membantu aktivitas pasien secara
mandiri.
Keterangan skala:
1: tidak pernah menunjukan
2: jarang menunjukan
3: kadang menunjukan
4: sering menunjukan
10
5: selalu menunjukan
5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan informasi tentang
penyakit, perawatan dan pengobatan.
Rencana tujuannya adalah setelah dilakukan tindakan keperawatan
diharapkan pengetahuan pasien tentang penyakit bertambah.
NOC: Pengetahuan tentang proses penyakit, kriteria hasil:
a. Mendiskripsikan proses penyakit
b. Mendiskripsikan faktor penyebab
c. Mendiskripsikan faktor resiko
d. Mendiskripsikan tanda dan gejala
e. Mendiskripsikan komplikasi
NIC: Mengajarkan proses penyakit
a. Mengobservasi kesiapan pasien untuk mendengar
b. Menentukan tingkat pengetahuan pasien sebelumnya
c. Menjelaskan proses penyakit
d. Diskusikan tentang terapi dan perawatan.
Keterangan skala:
1: tidak pernah menunjukan
2: jarang menunjukan
3: kadang menunjukan
4: sering menunjukan
5: selalu menunjukan
E. Implementasi dan hasil evaluasi
11
Sesuai dengan rencana yang disusun, penulis melakukan implementasi
selama satu hari dengan hasil sebagai berikut:
Untuk diagnosa pertama nyeri akut berhubungan dengan terputusnya
kontuinitas jaringan, tindakan yang telah penulis lakukan pada hari pertama
antara lain: mengkaji keadaan umum pasien dengan hasil keadaan umum sedang;
mengkaji skala nyeri dengan hasil skala nyeri 4; memonitor tanda-tanda vital
didapatkan hasil tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 82 kali per menit, respirasi
22 kali per menit, suhu 36,6 OC; mengatur posisi yang nyaman dengan hasil
pasien merasa nyaman dengan posisi semi fowler; melatih teknik relaksasi
dengan nafas dalam dengan hasil pasien bisa mendemonstrasikan teknik nafas
dalam; menciptakan lingkungan yang tenang dengan membatasi pengunjung;
berkolaborasi medis memberikan ketorolac 3 mg dengan hasil obat masuk per
IV. Hasil yang dicapai pada hari pertama belum dicapai sepenuhnya dengan
dibuktikan nyeri berkurang skala nyeri 3 penilaian menunjukan skala 4,
ketegangan ekspresi wajah dengan skala 3, menunjukan teknik relaksasi yang
efektif dengan skala 4, masalah belum teratasi. Penulis mendelegasikan ke
perawat ruangan.
Untuk diagnosa keperawatan kedua yaitu resiko infeksi berhubungan
dengan prosedur invasif, tindakan yang telah dilakukan pada hari pertama antara
lain mengkaji keadaan luka dengan hasil luka bersih dan kering; memberikan
perawatan luka dengan teknik steril; menganjurkan keluarga untuk menjaga
kebersihan daerah sekitar luka; kolaborasi medis memberikan obat fosmicin 2 gr
dan viamin K 1 amp dengan hasil obat masuk per IV. Hasil yang diharapkan
setelah dilakukan tindakan keperawatan yaitu tidak ditemukan tanda-tanda
infeksi dengan skala 4, higiene pribadi yang adekuat dengan skala 3, suhu 36,6
OC, mengikuti prosedur dan pemantauan dengan skala 4, masalah resiko infeksi
12
tidak muncul tetapi masalah luka operasi sebagai media masuknya kuman masih
mempunyai resiko infeksi. Tindakan selanjutnya penulis mendelegasikan kepada
perawat ruangan.
Untuk diagnosa ketiga yaitu ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, tindakan yang telah dilakukan
pada hari pertama antara lain menganjurkan pasien makan sedikit tapi sering,
memonitor tetesan infus, menciptakan lingkungan yang tenang saat makan. Hasil
yang didapatkan setelah tindakan keperawatan pada hari pertama yaitu paien
dapat mempertahankan berat badan dibuktikan pasien mau makan sedikit demi
sedikit habis ½ porsi dari yang disediakan rumah sakit dengan skala 3, toleransi
terhadap diit yang dianjurkan dengan skala 4, turgor kulit baik dengan skala 4,
infus RL masuk 20 tetes/ menit. Masalah ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia belum teratasi. Tindakan
selanjutnya penulis mendelegasikan kepada perawat ruangan.
Untuk diagnosa keempat yaitu gangguan mobilitas fisik berhubungan
dengan adanya luka post operasi, tindakan yang telah dilakukan pada hari
pertama antara lain mengkaji kemampuan pasien dalam melakukan aktivitas,
menganjurkan keluarga pasien untuk membantu pasien dalam melakukan
aktivitas. Hasil yang didapatkan setelah tindakan keperawatan pada hari pertama
yaitu aktivitas pasien masih dibantu keluarga dengan dibuktikan pasien masih
dibantu saat akan toileting di kamar mandi, pasien dapat melakukan ambulasi
jalan secara pelan-pelan, pasien belum dapat melakukan mobilitas miring kiri
secara penuh, terjadi keseimbangan penampilan dengan skala 3, dapat
memposisikan tubuh dengan skala 4, dan ambulasi jalan pasien dengan skala 3.
Masalah gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan adanya luka post operasi
13
belum teratasi. Tindakan selanjutnya penulis mendelegasikan kepada perawat
ruangan.
Untuk diagnosa terakhir yaitu kurang pengetahuan berhubungan dengan
keterbatasan informasi tentang penyakit, perawatan dan pengobatan Tindakan
yang telah dilakukan pada hari pertama antara lain mengkaji pengetahuan pasien
tentang penyakitnya, menjelaskan proses penyakit dan mendiskusikan tentang
terapi dan perawatan. Hasil yang didapatkan setelah dilakukan tindakan
keperawatan pada hari pertama yaitu pasien dan keluarga mampu
mendiskripsikan proses penyakit dengan skala 4, mampu mendiskripsikan faktor
penyebab dengan skala 4, mampu mendiskripsikan tanda dan gejala dengan
skala 4, mampu mendiskripsikan faktor resiko dengan skala 4, mampu
mendiskripsikan komplikasi dengan skala 4. Kesimpulannya pasien dan keluarga
paham tentang penyakit, cara perawatan dan pengobatan. Masalah kurang
pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan informasi tentang penyakit,
perawatan, dan pengobatan teratasi.