bab 2 tinjauan pustaka 2.1 tanaman...
TRANSCRIPT
10
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tanaman Gayam
Gayam (Inocarpus fagifer) merupakan tumbuhan berbentuk pohon,
tinggi mencapai 20 m. Tanaman gayam disebut juga pohon nusantara karena
Indonesia merupakan salah satu daerah persebaran tanaman gayam yang
hidup pada ketinggian 500 m di atas permukaan laut. Tanaman gayam ini
biasanya hidup pada daerah rawa-rawa atau kawasan lingkungan yang
terdapat sumber air yang melimpah (Heyne, 1987). Berikut akan dijelaskan
lebih rinci tentang morfologi, manfaat, distribusi dan kandungan tanaman
Inocarpus fagiferus.
2.1.1 Morfologi Tanaman Gayam
Morfologi tanaman gayam menurut (Falanruw, 2015) pohon
Inocarpus fagiferus ini termasuk pohon berkayu dengan batang
ketiput. Tinggi pohon ini bisa sampai 20 m, pohon dewasa memiliki
diameter batang mencapai 4-6 m. ranting pohon memiliki pengaturan
spiral alternative, sedangkan cabang sekunder menciptakan jaringan
cabang dalam kanopi yang padat. Daun Inocarpus fagiferus
sederhana, lonjong, warna daun hijau gelap serta kasar saat disentuh,
panjang daun mencapai 15-30 cm dengan lebar mencapai 8 sampai 14
cm, ujung daun sedikit meruncing. Tanaman gayam memiliki bunga
yang harum dan berwarna putih kekuningan serta berukuran kecil,
11
biasanya ditemukan di puncuk cabang, bang dan ranting, tersusun dari
5 mahkota bunga.
Gambar 2.1 Tanaman Gayam (Inocarpus fagiferus)
(Sumber foto: Dokumen Pribadi)
Gambar 2.2 Daun Gayam Tua
(Sumber foto: Dokumen Pribadi)
12
Klasifikasi tanaman gayam sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatopyta
Kelas : Dikotiledon
Ordo : Rosales (Sambamurty, 2005)
Famili : Fabaceae
Genus : Inocapus
Spesies : Inocarpus fagiferus Forst. (Allaby, 2012).
Nama daerah Inocarpus edulis di Indonesia antara lain gayang
(Maluku), gayam (Jawa), gemu (Sulawesi Utara), bosua (Menado),
hayam (Halmahera Utara) (Heyne, 1987).
2.1.2 Manfaat Tanaman Gayam
Inocarpus fagiferus atau lebih dikenal dengan gayam pada
daerah Jawa dan gayang pada daerah Maluku, tumbuhan ini
merupakan pohon dari nusantara dengan tinggi samapi 20 m serta
tumbuh subur pada ketinggian ±500 m dari permkaan laut. Kayu
tanaman gayam ini bayak digunakan untuk perabotan rumah tangga.
Kulit pohon gayam ini dapat digunakan sebagai obat bagi masyarakat
yang telah lama menderita murus berdarah, bahan ini banyak
digunakan dalam rumah sakit di Ambon. Daun gayam yang memiliki
tulang daun yang kaku sehingga tanaman ini merupakan tanaman
tropis yang dapat digunakan sebagai tanaman peneduh. Daun tanaman
gayam ini banyak digunakan untuk pakan ternak. Pohon gayam
13
banyak di budidayakan selain untuk diambil kayunya juga di
manfaatkan buahnya. Buah yang mentah berwarna hijau dan yang
telah masak berwarna kuning, setelah lapisan luar atau kulit buah
dibuang kemudian biji di rebus kemudian di konsumsi (Heyne, 1987).
Pohon gayam mulai berbunga pada umur 3-4 tahun, musim
berbunga tanaman ini pada bulan November-Desember serta memiliki
biji tunggal. Kulit tanaman gayam ini kasar berwarna coklat keau-
abuan, warna abu-abu lebih sering terjadi pada tanaman yang tua dan
memiliki akar tunggang (Falanruw, 2015).
2.1.3 Distribusi Tanaman Gayam
Inocarpus fagiferus adalah tanaman asli bagain Pasifik Selatan
negara (dari Jawa di barat untuk Marquesas di timur). Hal ini
ditemukan di negara-negara Melanesia (Solomon Kepulauan,
Vanuatu, Fiji dan Papua Nugini) dimana tanaman gayam diyakini
sebagai pohon adat. Bagian Polynesia (Samoa, Tonga, Kepulauan
Cook dan Polinesia Prancis) dan Mikronesia (Pohnpei, Kepulauan
Marshall dan Kiribati), Sepesies Inocarpus fagiferus menjadi Aborigin
pengenalan. Telah diperkenalkan ke Filipina, meskipun secara
tradisional tidak banyak dibudidayakan (Pauku, 2005).
Distribusi tanaman gayam (Inocarpus fagiferus) yang di
gunakan pada penilitian ini yang dapat dilihat dari titik koordinat yaitu
7o28’44’’S 112
o33’37’E diukur menggunakan google Earth dan data
14
tersebut dapat dilihat pada gambar 2.3 Titik Koordinat Tanaman
Gayam dibawah ini:
Gambar 2.3 Titik Koordinat Tanaman Gayam (Inocarpus fagiferus) di Desa
Ponokawan Kecamatan Krian Kabupaten Sidoarjo
(Sumber: Dokumen Pribadi)
2.1.4 Kandungan Kimia Tanaman Gayam
Tanaman gayam mengandung berbagai banyak senyawa kimia
diantaranya fenol, steroid, karbohidrat, flafonoid, protein, dan lemak.
Senyawa-senyawa tersebut tersebar pada seluruh bagian tumbuhan
tanaman gayam mulai dari kulit, daun, sampai biji tanaman gayam.
Daun tanaman gayam mengandung senyawa fenol dan steroid
berdasarkan penelitian sebelumnya. Senyawa-senyawa tersebut
sebagian besar adalah senyawa sekunder bagi tanaman tersebut dan
dapat digunakan bagi masyarakat.
15
Menurut Santi (2015) terdapat kandungan fenol pada kulit
pohon gayam. Krisna (2014) menyatakan bahwa daun tanaman gayam
mengandung sneyawa kimia yaitu steroid dan melakukan uji aktivitas
antioksidan dengan mnggunakan metode DPPH menunjukan isolate
steroid pada daun gayam dapat digunakan sebagai antioksidan karena
memberikan nilai IC50 pada konsentrasi 4 ppm. Wawo (2011)
menyatakan biji gayam (Inocarpus fagiferus) mengandung
karbohidrat, protein, kadar air, lemak, abu dan serat kasar.
2.2 Fenol
Fenol adalah suatu senyawa aromatik yang struktur kimianya
diturunkan dari benzene jika satu atau lebih atom hydrogen yang terikat pada
inti benzene diganti dengan satu atau lebih gugus hodroksil. Fenol yaitu
gugus hidroksil terikat langsung pada inti benzene dan disebut gugus
hidroksil fenol (Sumardjono, 2008).
Fenol dapat larut dalam alkohol, air, eter, kloroform dan alkali. Jika
dalam keadaan tidak murni fenol akan berubah menjadi warna pink atau
merah dan akan mencair jika terkena sinar matahari atau menyerap air dari
udara. Sifat kimia fenol dipengaruhi oleh kestabilan resonansi dari fenol dan
dalam unsur-unsur ion fenolat. Fenol bereaksi sebagai asam lemah, dengan
adanya senyawa-senyawa elektrofilik (meta-indikator) maka sifat kimianya
dapat diturunkan (Vermerris, 2007). Fenol merupakan senyawa dimana gugus
-OH terikat ke atom karbon dari cincin aromatik. Anggota yang paling
sederhana dari golongan ini adalah fenol itu sendiri adalah zat padat yang
16
sedikit larut dalam air. Fenol disebut juga asam karbonat karena agak asam.
Fenol merupakan senyawa yang ada pada tumbuhan. Fenol yang
terdistribususi pada tumbuhan disebut antioksidan biasanya digunakan untuk
mencegah reaksi dari radikal bebas. Dalam industri makanan fenol yang tidak
beracun dipakai sebagai radikal inhibitor yang disebut zat pengawet. Fenol
efektif sebagai antioksidan karena dapat bereaksi dengan radikal intermediet
menghasilkaan radikal fenol yang stabil dan tidak reaktif (Fassendent, 1997).
Gambar 2.4 Struktur kimia fenol (Fassendent, 1997)
Senyawa fenol meliputi aneka ragam senyawa yang berasal dari
tumbuhan yang mempunyai ciri sama yaitu cincin aromatik yang
mengandung satu atau dua penyulih hidroksil. Senyawa fenol cenderung larur
didalam air karena umumnya mereka sering kali berikatan dengan gula
sebagai glikosida, dan biasanya terdapat dalam vakuola sel (Harborne, 1987).
Fenol terdiri atas bermacam-macam zat yang memiliki kepolaran yang
berbeda-beda. Golongan senyawa yang termasuk fenol misalnya flavonoid
memiliki ikatan dengan gugus gula sehingga menyebabkan flavonoid bersifat
polar, sedangkan senyawa minyak atsiri biasanya cenderung bersifat non
polar. Kelarutan senyawa fenol terbanyak tidak selalu terdapat dalam ekstrak
17
polar, tetapi tergantung dari struktur senyawa fenol yang dijumpai (Markham,
1988).
Senyawa fenol dan asam fenolat biasanya diidentifikasi bersama-sama
pada identifikasi tumbuhan. Senyawa asam fenolat ada hubungannya dengan
lignin terikat sebagai ester atau terdapat pada daun di dalam fraksi yang lain
dalam etanol. Ekstraksi senyawa fenol tumbuhan dengan etanol mendidih
biasanya mencegah terjadinya oksidasi enzim (Harborne, 1987). Fenolat
tanaman dianggap memiliki peran penting sebagai pertahanan senyawa ketika
tekanan lingkungan, seperti cahaya yang tinggi, suhu rendah, infeksi patogen,
herbivora, dan kekurangan gizi, dapat menyebabkan peningkatan produksi
gratis radikal dan spesies oksidatif lainnya pada tanaman (Vermerris, 2006).
Banyak senyawa fenol alami mengandung sekurang-kurangnya satu gugus
hidroksil, dan lebih banyak yang membentuk senyawa ester atau eter fenol
daam air lebih rendah dari pada senyawa fenolnya, sementara senyawa
glikosidanya lebih mudaj larut dalam air. Seseorang meninjau bidang ini
mengemukakan bahwa senyawa fenol bebes biasanya terdapat dalam jaringan
kayu, sementara senyawa fenol yang terdapat di tempat lain berbentuk
glikosida (Robinson, 1995).
Peranan beberapa golongan senyawa fenol sudah diketahui (misalnya,
lignin sebagai bahan pembangunan dinding sel, antosianin sebagai pigmen
bunga), sedangkan peranan senyawa yang termasuk golongan lain masih
merupakan hasil dugaan belaka. Flavonoid misalnya tampak penting pada
18
pengaturan pengendalian tumbuhan, flavonoid merupakan faktor pertahanan
alam (Harborne, 1987).
2.3 Antioksidan
Antioksidan dalam pengertian kimia adalah senyawa pemberi elektron
(electron donors) dan secara biologis antioksidan merupakan senyawa yang
mampu mengatasi dampak negatif oksidan dalam tubuh seperti kerusakan
elemen vital sel tubuh. Keseimbangan antara oksidan dan antioksidan sangat
penting karena berkaitan dengan kerja fungsi sistem imunitas tubuh, terutama
untuk menjaga integritas dan berfungsinya membran lipid, protein sel, dan
asam nukleat, serta mengontrol tranduksi signal dan ekspresi gen dalam sel
imun (Winarsih, 2007).
Menurut Sayuti (2015) tubuh manusia tidak mempunyai cadangan
antioksidan dalam jumlah berlebih, sehingga apabila terbentuk banyak radikal
maka tubuh membentuk antioksidan eksogen. Antioksidan eksogen didapat
dari luar tubuh, berdasarkan sumbernya antioksidan dibagi menjadi dua yaitu
antioksidan alami dan sitetik.
a. Antioksidan sintetik, yang sering digunakan adalah senyawa fenol seperti
butylated hydroxyanisole (BHA), butylated hydroxytoluene (BHT), tert-
butyl hydroquinone (TBHQ), propyl gallate, dan lain-lain. Antioksidan
sintetik utama yang digunakan mempunyai batas penggunaan yaitu
0,02% dari kandungan lemak atau minyak. Antioksidan sintetik telah
19
diuji dengan sangat teliti oleh taksiologi, akan tetapi penggunaan dalam
jangka panjang memberikan efek pada tubuh
b. Senyawa antioksidan alami tumbuhan umumnya adalah senyawa fenol
atau polifenol yang dapat berupa golongan flavonoid, turunan asam
sinamat, kumarin, tokoferol, dan asam-asam organik polifungsional.
Senyawa antioksidan alami poli fenol ini adalah multifungsional dan
dapat beraksi sebagai pereduksi, penangkap radikal bebas, pengkelat
logam, dan peredam terbentuknya singlet oksigen. Antioksidan alami
lebih unggul daripada antioksidan sintetis karena antioksidan alami aman
untuk dikonsumsi dan tidak hanya menstabilkan minyak, namun juga
menambahkan kandungan nutrisi pada minyak.
Salah satu senyawa pada tumbuhan yang dapat digunakan sebagai
antioksidan alami adalah fenol yang merupakan senyawa yang ada pada
tumbuhan. Fenol yang terdistribususi pada tumbuhan disebut antioksidan
biasanya digunakan untuk mencegah reaksi dari radikal bebas. Dalam industri
makanan fenol yang tidak beracun dipakai sebagai radikal inhibitor yang
disebut zat pengawet. Fenol efektif sebagai antioksidan karena dapat bereaksi
dengan radikal intermediet menghasilkaan radikal fenol yang stabil dan tidak
reaktif (Fessenden, 1997).
Berdasarkan mekanisme reaksi dan fungsinya antioksida dibagi menjadi
tiga macam, yaitu antioksidan primer, antioksidan sekunder dan antioksidan
tersier:
20
a. Antioksidan Primer, merupakan zat atau senyawa yang dapat
menghentikan reaksi berantai pembentukan radikal bebas yang
melepaskan hidrogen. Antioksidan primer dapat berasal dari alam atau
sintetis. Contoh antioksidan primer adalah Butylated hidroxytoluene
(BHT). Reaksi antioksidan primer terjadi pemutusan rantai radikal bebas
yang sangat reaktif, kemudian diubah menjadi senyawa stabil atau tidak
reaktif. Antioksidan ini dapat berperan sebagai donor hidrogen atau CB-
D (Chain breaking donor) dan dapat berperan sebagai akseptor elektron
atau CB-A (Chain breaking acceptor).
b. Antioksidan Sekunder, disebut juga antioksidan eksogeneus atau non
enzimatis. Antioksidan ini menghambat pembentukan senyawa oksigen
reatif dengan cara pengelatan metal, atau dirusak pembentukannya.
Prinsip kerja sistem antioksidan non enzimatis yaitu dengan cara
memotong reaksi oksidasi berantai dari radikal bebas atau dengan
menangkap radikal tersebut, sehingga radikal bebas tidak akan bereaksi
dengan komponen seluler. Antioksidan sekunder diantaranya adalah
vitamin E, vitamin C, beta karoten, flavonoid, asam lipoat, asam urat,
bilirubin, melatonin dan sebagainya.
c. Antioksidan Tersier kelompok antioksidan tersier meliputi sistem enzim
DNA-Repair dan metionin sulfoksida reduktase. Enzim-enzim ini
berperan dalam perbaikan biomolekuler yang rusak akibat reaktivitas
radikal bebas. Kerusakan DNA yang terinduksi senyawa radikal bebas
21
dicirikan oleh rusaknya Single dan Double strand baik gugus non-basa
maupun basa (Winarsih, 2007).
2.4 Metode pengukuran aktivitas antioksidan
Metode pengujian aktivitas antioksidan dikelompokkan menjadi 3
golongan. Golongan pertama adalah Hydrogen Atom Transfer Methods
(HAT) misalnya Oxygen Radical Absorbance Capacity Metods (ORAC),
golongan kedua adalah Electron Transfer Metods (ET) misalnya 1,1-
diphenyl-2-picrylhydrazil (DPPH), golongan ketida adalah metode lain
seperti Total Oxidant Scavengling Capacity (TOSC) dan Chemiluminescenc
(Sayuti, 2015).
Metode yang paling mudah digunakan dan bisa digunakan untuk
pengujian antioksidan adalah DPPH. DPPH digunakan merupakan radikal
bebas yang stabil pada suhu ruang. DPPH ini akan menerima electron atau
radikal hidrogen, dan akan membentuk molekul diamagnetic yang stabil,
interaksi antioksidan dengan DPPH, baik secara transfer electron atau radikal
hydrogen pada DPPH akan menetralkan karakter radikal bebeas dari DPPH.
Prosedur dengan DPPH dilakukan dengan membuat larutan DPPH dalam
metanol dengan konsentrasi 2 X 10-4
M. serangkaian larutan sampel dari
ketiga fraksi ekstrak dengan variasi konsentrasi menggunakan pelarut
metanol ditambahkan 2 Ml larutan DPPH, sehingga diperoleh konsentrasi
sampel yang berbeda diamkan selama 30 menit kemudian diabsorbansi pada
panjang gelombang 517 nm. Data yang diperoleh digunakan untuk
22
menentukan % inhibisi, dari kurva inhibisi konsentrasi sampel dapat
diperoleh nilai IC50 ekstrak dengan analisis statistic menggunakan regresi
linier, perubahan dapat diukur dengan alat spektrofotometri sejumlah elektron
atau atom hydrogen yang ditangkap oleh molekul DPPH akibat adanya zat
antioksidan (Bintang, 2010).
Gambar 2.5 Struktur Kimia Reaksi DPPH dengan Antioksidan
(Sayuti, 2015)
2.5 Ekstraksi
Ekstraksi merupakan proses pemisahan bahan dari campurannya
dengan menggunakan pelarut yang sesuai. Proses ekstraksi dihentikan ketika
tercapai kesetim bangan antara konsentrasi senyawa dalam pelarut dengan
konsentrasi dalam sel tanaman. Setelah proses ekstraksi, pelarut dipisahkan
dari sampel dengan penyaringan. Ekstrak awal sulit dipisahkan melalui teknik
pemisahan tunggal untuk mengisolasi senyawa tunggal. Oleh karena itu,
ekstrak awal perlu dipisahkan ke dalam fraksi yang memiliki polaritas dan
ukuran molekul yang sama (Mukhriani, 2014).
23
Jenis - jenis metode ekstraksi yang dapat digunakan adalah sebagai
berikut:
a. Maserasi
Maserasi merupakan metode sederhana yang paling banyak digunakan.
Metode ini dilakukan dengan memasukkan serbuk tanaman dan pelarut
yang sesuai ke dalam wadah inert yang tertutup rapat pada suhu kamar.
Proses ekstraksi dihentikan ketika tercapai kesetimbangan antara
konsentrasi senyawa dalam pelarut dengan konsentrasi dalam sel
tanaman. Setelah proses ekstraksi, pelarut dipisahkan dari sampel dengan
penyaringan. Kerugian utama dari metode maserasi ini adalah memakan
banyak waktu, pelarut yang digunakan cukup banyak, dan besar
kemungkinan beberapa senyawa hilang. Selain itu, beberapa senyawa
mungkin saja sulit diekstraksi pada suhu kamar. Namun di sisi lain,
metode maserasi dapat menghindari rusaknya senyawa senyawa yang
bersifat termolabil.
b. Perkolasi
Pada metode perkolasi, serbuk sampel dibasahi secara perlahan dalam
sebuah perkolator (wadah silinder yang dilengkapi dengan kran pada
bagian bawahnya). Pelarut ditambahkan pada bagian atas serbuk sampel
dan dibiarkan menetes perlahan pada bagian bawah. Kelebihan dari
metode ini adalah sampel senantiasa dialiri oleh pelarut baru. Sedangkan
kerugiannya adalah jika sampel dalam perkolator tidak homogen maka
24
pelarut akan sulit menjangkau seluruh area. Selain itu, metode ini juga
membutuhkan banyak pelarut dan memakan banyak waktu.
c. Soxhlet
Metode ini dilakukan dengan menempatkan serbuk sampel dalam sarung
selulosa (dapat digunakan kertas saring) dalam klonsong yang
ditempatkan di atas labu dan di bawah kondensor. Pelarut yang sesuai
dimasukkan ke dalam labu dan suhu penangas diatur di bawah suhu
reflux. Keuntungan dari metode ini adalah proses ektraksi yang kontinyu,
sampel terekstraksi oleh pelarut murni hasil kondensasi sehingga tidak
membutuhkan banyak pelarut dan tidak memakan banyak waktu.
Kerugiannya adalah senyawa yang bersifat termolabil dapat terdegradasi
karena ekstrak yang diperoleh terus menerus berada pada titik didih
(Mukhriani, 2014).
Menurut Julianto (2016), pelarut sangat mempengaruhi esktraksi.
Pemilihan pelart sepengaruhi oleh beberapa faktor:
1. Selektivitas
Pelarut dapat melarutkan zat yang akan diekstrak dengan cepat dan
sempurna.
2. Titik didih pelarut
Pelarut harus mempunyai titik didih yang cukup rendah sehingga pelarut
mudah diuapkan tanpa menggunakan suhu tinggi pada proses pemurnian
dan jika diuapkan tidak tertinggal dalam minyak.
3. Memilki harga yang murah
25
4. Tidak mudah terbakar
5. Tidak boleh larut dalam air
Namun tidak ada pelarut mutlak yang sesuai dengan syarat di atas
sehingga dapat saja memilih pelarut yang lebih mendekati beberapa sifat
diatas, selain untuk tujuan ekonomis juga harus memikirkan efisiensi pelarut.
Metanol dan etanol merupakan senyawa yang bersifat polar dan merupakan
pelarut yang universal dimana mampu untuk mengekstrak metabolik
sekunder baik yang bersifat polar atau non polar (Saifudin, 2014). Pemilihan
metanol sebagai pelarut dalam ekstraksi karena memiliki titik didih yang
lebih rendah dari pada metanol yaitu 65 oC sedangkan etanol sendiri titik
didihnya yaitu 78,5 oC, sehingga dari penelitian ini dapat diketahui total fenol
yang paling tinggi pada pelarut metnol atau etanol (Fessenden, 1997).
2.6 Sumber Belajar
Sumber belajar adalah segala sesuatu yang mendukung terjadinya
proses belajar, termasuk system pelayanan, bahan pembelajaran, dan
lingkungan. Sumber belajar tidak hanya terbatas pada bahan dan alat, tetapi
juga mencakup tenaga, biaya, dan fasilitas. Dalam kegiatan belajar, sumber
belajar dapat digunkan, baik secara terpisah maupun terkombinasi, sehingga
mempermudah anak didik dalam mencapai tujuan belajar atau kompetensi
yang harus dicapainya. Secara umum sumber belajar dapat dikategorikan
dalam 6 jenis, yaitu: orang, lingkungan, pesan, teknik, alat, bahan.
26
a. Pesan (massage), yaitu informasi yang ditransmisikan atau diteruskan oleh
komponen lain dalam bentuk ide, ajaran, fakta, makna, nilai dan data.
Contoh: isi bidang studi yang dicantumkan dalam kurikulum pendidikan
formal, dan non formal maupun dalam pendidikan informal.
b. Orang (person), yaitu manusia yang berperan sebagai pencari, penyimpan,
pengelolah dan penyaji pesan. Contoh: guru, dosen, tutor, siswa, pemain,
pembicara, instruktur dan penatar.
c. Bahan (material), yaitu sesuatu ujud tertentu yang mengandung pesan atau
ajaran untuk disajikan dengan menggunakan alat atau bahan itu sendiri
tanpa alat penunjang apapun. Bahan ini sering disebut sebagai media atau
softwareatau perangkat lunak. Contoh: buku, modul, majalah, bahan
pengajaran terprogram, transparansi, film, video tape, pita audio (kaset
audio), filmstrip, microfiche dan sebagainya.
d. Alat (Divice), yaitu suatu perangkat yang digunakan untuk menyampaikan
pesan yang tersimpan dalam bahan. Alat ini disebut hardware atau
perangkat keras. Contoh: proyektor slide, proyektor film, proyektor
filmstrip, proyektor overhead (OHP), monitor televisi, monitor komputer,
kaset, dan lain-lain.
e. Tehnik (Technique), dalam hal ini tehnik diartikan sebagai prosedur yang
runtut atau acuan yang dipersiapkan untuk menggunakan bahan peralatan,
orang dan lingkungan belajar secara terkombinasi dan terkoordinasi untuk
menyampaikan ajaran atau materi pelajaran. Contoh: belajar mandiri,
27
belajar jarak jauh, belajar secara kelompok, simulasi, diskusi, ceramah,
problem solving, tanya jawab dan sebagainya.
f. Lingkungan (setting), yaitu situasi di sekitar proses belajar-mengajar
terjadi. Latar atau lingkungan ini dibedakan menjadi dua macam yaitu
lingkungan fisik dan non fisik. Lingkungan fisik seperti gedung, sekolah,
perpustakaan, laboratorium, rumah, studio, ruang rapat, musium, taman
dan sebagainya. Sedangkan lingkungan non fisik contohnya adalah tatanan
ruang belajar, sistem ventilasi, tingkat kegaduhan lingkungan belajar,
cuaca dan sebagainya (Sudjana, 2007).
Kegitan sumber belajar bila ditijau dari segi fungsinya terdapat
beberapa fungsi sumber belajar diantaranya:
1. Meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar peserta didik, karena
sumber belajar dapat mempercepat laju belajar dan membantu pendidik
menggunakan waktu secara efisien.
2. Informasi yang disajikan oleh pendidik lebih sedikit karena sudah
digantikan oleh sumber belajar, sehingga dapat mengurangi beban
pendidik karena pendidik hanya membina dan mengembangkan
semangat belajar peserta didik.
3. Memberikan kesempatan peserta didik untuk belajar dengan mandiri
sesuai dengan kemampuan.
4. Memberikan dasar yang lebih ilmiah karena program pembelajaran
direncanakan lebih sistematis.
5. Mengembangkan bahan pembelajaran dilandasi dengan penelitian.
28
6. Memantapkan pembelajaran dengan cara meningkatkan kemampuan
manusia dalam hal menggunakan berbagai media komunikasi, penyajian
data dan informasi secara kongkrit.
7. Memberikan pengetahuan secara langsung dan mengurangi jurang
pemisah antara pelajar yang bersifat verbal, sehingga belajar dapat
dilakukan secara sitematis (Sitepu, 2008).
Pengembangan sumber belajar salah satunya dapat berupa artikel ilmia
atau karya ilmiah. Artikel ilmiah atau karya ilmiah/karya tulis ilmiah (KTI)
merupakan tulisan yang mengungkapkan buah pikiran, yang diperoleh dari
hasil pengamatan, penelitian, atau peninjauan terhadap sesuatu yang disusun
menurut metode dan sistematika tertentu, dan yang isi dan kebenarannya
dapat dipertanggung jawabkan. Artikel ilmiah merupakan hasil dari penelitian
jadi relative lebih mudah penulisannya karena dalam proses penulisannya
sudah tersedi bahan yang berupa laporan penelitian, namu demikian bukanlah
ringkasan hasil penelitian (Siahaan, 2012).
Beberapa manfaat artikel ilmiah menurut Budiyanto (2012)
diantaranya:
1. Sarana Pengembangan Pemikiran
Tahap-tahap perkembangan kognitif seseorang membutuhkan dukungan.
Dukungan itu ialah pembiasaan diri untuk menyadari dan membedakan
antara pemikiran atau gagasan dengan segala sesuatu tentang dunia nyata
tentang peristiwa - peristiwa, tentang berbagai kondisi atau keadaan.
29
2. Sarana untuk menyimpan, mengorganisasi, dan mensintesiskan gagasan.
Kemampuan pikir untuk mengingat atau menyimpan seluruh pengalaman
sangat terbatas. Menulis, kita akan lebih mampu berfokus pada
pemikiran-pemikiran kita, sekaligus juga menemukan saling hubungan
antar materi (informasi dan gagasan) yang kita tulis. Hal itu akan
memunculkan pertanyaan - pertanyaan baru yang berharga untuk dijawab
dan membantu kita untuk menemukan cara baru dalam penyelesaian
masalah.
3. Sarana utuk membantu menemukan kesenjangan dalam logika atau
pemahaman melalui kegiatan menulis, kita dapat menemukan adanya
kesulitan dan atau kekurangan pengetahuan kita tentang berbagai teori
atau konsep. Dengan ditemukannya kesulitan atau kekurangan itu, kita
dimungkinkan untuk menyadari dan kemudian menemukan alur
pemahaman kita terhadap suatu masalah, konsep, atau teori. Setidaknya,
kita bisa menyadari adanya berbagai isu yang patut dipikirkan dan
mengkajinya melalui pembacaan ulang berbagai teori baru.
4. Sarana untuk membantu mengungkap sikap kita terhadap suatu masalah.
Melalui kegiatan menulis, kita akan memperoleh kejelasan letak atau
kedudukan kita di tengah- tengah permasalahan yang dikaji. Melalui
kegiatan ini kita dimungkinkan untuk melihat secara objektif kelemahan
dan kekuatan dari berbagai perspektif yang berbeda-beda.
5. Sarana untuk berkomunikasi. Melalui kegiatan menulis kita dapat menata
berbagai informasi yang adakalanya bertentangan dan berserakan.
30
Melalui kegiatan ini kita bisa menyusun konsep, kategori, dan
mengorganisasikan berbagai konsepsi yang simpangsiur menjadi pola-
pola yang mudah dipahami. Kata - kata sebagai simbol dari pikiran atau
emosi dapat kita gunakan untuk menyampaikan pikiran, emosi, dan
memotivasi tindakan.
Penulisan artikel ilmiah terdapat sistematika dalam penyusunannya
terutama yang berasal dari hasil penelitian adalah 1) Judul/topik dari artikel
ilmiah yang akan dipublikasikan ditulis dengan huruf tebal, langsung di
bawah judul artikel dituliskan nama penulisnya (tanpa huruf tebal) disertai
dengan tanda*) setelah huruf terakhir nama penulis; 2) Abstrak ditulis 1 spasi
dengan jumlah kata sekitar 150-350 kata yang dirumuskan dalam satu alinea
dan di bawahnya dituliskan dikemukakan kata-kata kunci (key words) serta di
bagian akhir bawah dari halaman yang sama dituliskan identitas penulis; 3)
Pendahuluan yang di dalamnya dicakup uraian tentang latar belakang
(rasional mengajukan dan membahas topik atau masalah yang akan dibahas,
kedalaman dan keluasannya), perumusan masalah, dan apa tujuanpenelitian;
4) Kajian Literatur yang mencakup: kajian teori dan hasil penelitian terdahulu
yang relevan; 5) Metodologi yang berisikan rancangan/model, sampel dan
data, tempat dan waktu, teknik pengumpulan dan analisis data; 6) Hasil dan
Pembahasan yang mencakup uraian tentang hasil analisis data dan
implikasinya (disesuaikan dengan variabel penelitian yang diteliti); 7)
Penutup yang berisikan tentang beberapa kesimpulan (didasarkan atas hasil
analisis data) dan saran-saran (haruslah terkait dengan kesimpulan yang
31
diajukan); 8) Pustaka Acuan (Referensi) yang berisikan semua rujukan atau
sumber acuan yang digunakan di dalam tulisan (harus dihindarkan
memasukkan acuan yang sama sekali tidak digunakan di dalam uraian materi)
(Siahaan, 2012).
2.7 Hasil Penelitian Terdahulu
Pernelitian mengenai tentang kandungan kulit gayam yang di lakukan
oleh Santi (2015) menyatakan kulit pohon gayam mengandung fenol
14,160%, flavonoid 0,14 %, serta mempunyai aktivitas antioksidan yang
tinggi melebihi aktivitas antioksidan, dengan menggunakan ekstrak etanol
dengan kloroform, n-butanol, dan air berturut-turut. Daun tanaman gayam
mengandung senyawa kimia yaitu steroid menurut Krisna (2014) hasil
identifikasi dengan spektoforometer menunjukan adanya isolate steroid, dan
dengan metode DPPH menunjukan isolate steroid pada daun gayam dapat
digunakan sebagai antioksidan karena memberikan nilai IC50 pada
konsentrasi 4 ppm dengan menggunakan fraksinasi ekstrak kental etanol
dengan n-heksana dan kloroform berturut-turut.
32
2.8 Kerangka Konsep
Tanaman Gayam
Metabolik
primer
Metabolik
sekunder
Steroit Minyak
atsiri
Saponin Fenol Tani
n
Alkalod
Daun Gayam Uji Kandungan Fenolik
Uji Aktivitas
Antioksidan
Sumber belajar biologi berupa
artikel ilmiah