bab 2 tinjauan pustaka 2.1 botani dan morfologi tanaman
TRANSCRIPT
1
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Botani dan Morfologi Tanaman Kelapa Sawit
2.1.1 Akar
Kelapa sawit merupakan tumbuhan monokotil. Artinya, tanaman dari famili
araceae ini memiliki akar serabut. Radikula pada bibit tumbuh memanjang
kebawah selama enam bulan mencapai 15cm dan akan menjadi akar primer.
Akar tersebut yang tumbuh secara vertikal dan horizontal di dalam tanah. Akar ini
akan bercabang menjadi akar sekunder. Selanjutnya, akar sekunder akan
berkembang dan bercabang kembali menjadi akar tersier. Begitu seterusnya. Akar
kelapa sawit tumbuh di seluruh pangkal batang hingga 50 cm di atas permukaan
tanah. Akar ini terdiri dari akar primer. Sekunder, tersier hingga quarter yang
biasa disebut dengan feeder roots.
Jika dirawat dengan baik, perkembangan akar akan membantu pertumbuhan
tanaman dan meningkatkan produksi kelapa sawit. Perakaran yang kuat lebih
tahan terhadap penyakit pangkal batang (Ganoderma sp) dan kekeringan.
Perakaran kelapa sawit dapat mencapai kedalaman 8 meter dan 16 meter secara
horizontal.
Pemeliharaan akar akan meningkatkan absorsi tanaman (penyerangan terhadap
penyerangan oleh tanaman melalui akar). Percobaan di lapangan dengan
menimbun daerah perakaran pada pangkal batang akan memperbaiki pertumbuhan
tanaman. Akar yang terpelihara akan menambah berat TBS memperbaiki
perbandingan sex ratio sebagai faktor penentu produksi tanaman kelapa sawit.
(Sunarko, 2009).
2
2.1.2 Batang
Batang kelapa sawit tumbuh tegak lurus (phototropi) dibungkus oleh pelepah daun
(fround base). Karena sebab tertentu dapat juga timbul percabangan meskipun
sangat jarang sekali. Batang ini berbentuk selindris berdiameter 0,5 m pada
tanaman dewasa. Bagian bawah umumnya lebih besar disebut bonggol atau bowl.
Sampai umur 3 tahun batang masih belum terlihat karena umumnya terbungkus
oleh pelepah daun yang belum dipangkas atau ditunas. Tergantung dari varietas
dan tipenya pertumbuhan yang meninggi berbeda-beda. Karena sifatnya yang
phototropi dan heliotropi (menuju cahaya arah matahari) maka pada keadaan
terlindung tubuhnya akan lebih tinggi, tetapi diameternya (tebal) batang akan
lebih kecil. Pengamatan pertumbuhan meninggi 2 tipe D X P di Marihat
menunjukkan angka seperti pada tabel 2.1
Tabel 2.1 Perbedaan Tinggi 2 Tipe D X P di Pusat Penelitian Marihat
Umur (tahun)
Tinggi (m) Umur
(tahun)
Tinggi (m)
D X P (1) D X P (2) D X P (1) D X P (2)
4 2,22 1,83 14 9,75 5,96
5 2,59 1,96 15 9,96 6,63
6 3,78 2,31 16 10,50 7,35
7 4,48 2,79 17 11,05 7,92
8 5,36 3,01 18 11,30 8,14
9 5,71 3,53 19 11,52 8,52
10 6,69 3,77 20 11,88 8,88
11 7,45 3,85 21 12,4 9,03
12 8,38 4,16 22
9,48
13 8,87 4,88 Rata2 0,54 0,43
Catatan : DxP (1) = D. Sinumbah. DxP (2) = DxP Marihat
Sumber data : Lubis,Adlin U (2008)
Dari data tersebut dapat dilihat perbedaan kecepatan tumbuh rata-rata pertahun
tidak sama tergantung pada kondisi pada tahun tersebut seperti pupuk yang
diberikan, umur, iklim, kerapatan tanaman dan lain-lain. Pada kedua DxP yang
dihasilkan Marihat.
3
Jadi jelas terlihat ada perbedaan tinggi tanaman berdasarkan tipe DxP yang
dipakai namun tinggi atau rendahnya tanaman tidak mencerminkan produksi
karena diperoleh korelasinya. Melainkan ada beberapa faktor yang penting untuk
menentukan produksi tanaman diantaranya : bahan tanam, ketersediaan air, unsur
hara, dan lain-lain.
2.1.3 Daun
Daun merupakan pusat produksi energi dan bahan makanan bagi tanaman. Bentuk
daun, jumlah daun dan susunan sangat berpengaruh pada luas tangkapan sinar
matahari yang diproses menjadi energi. Pada saat kecambah, bakal daun yang
pertama muncul adalah plumula, lalu mulai membelah menjadi dua helai daun
pada umur satu bulan. Seiring bertambahnya daun, anak daun mulai membelah
pada umur 3-4 bulan sehingga terbentuk daun sempurna. Daun ini terdiri dari
kumpulan anak daun (leaflet) yang memiliki tulang anak daun (midrib) dengan
helai anak daun (lamina). Sementara itu, tangkai daun (rachis) yang berfungsi
sebagai anak daun melekat akan semakin membesar menjadi pelepah kelapa
sawit.
Daun kedua dihitung sesuai susunan spiral atau pola susunan daun (filotaksis).
Pola spiral ini dihitung sejak dari titik tumbuh mengikuti sudut divergent yang
besarnya 135,7◦ (sudut finobacci). Pola spiral ini dapat berupa spiral kanan atau
spiral kiri, tergantung pada genetik tanaman. Pola ini tidak mempengaruhi
produktifitas atau kecepatan tumbuh kelapa sawit (Lubis, dkk, 2011)
2.1.4 Bunga dan Buah
Kelapa sawit yang berumur 3 tahun sudah mulai dewasa dan sudah mulai
mengeluarkan bunga jantan dan bunga betina. Bunga tersebut keluar dari ketiak
atau pangkal pelepah daun bagian dalam. Bunga jantan berbentuk lonjong
memanjang, sedangkan bunga betina agak bulat. Kelapa sawit mengadakan
penyerbukan bersilang (cross polination). Artinya, bunga betina dibuahi oleh
bunga jantan dari pohon lainnya dengan perantara angin atau serangga penyerbuk.
4
Perbandingan bunga jantan dan bunga betina (sex ratio) sangat dipengaruhi air
dan pupuk. Jika tanaman kekurangan pupuk atau air, bunga jantan akan lebih
banyak keluar. Produktifitas tanaman kekurangan pupuk dan kekurangan air,
bunga jantan akan lebih banyak keluar. Produktifitas tanaman menjadi baik jika
unsur hara dan air tersedia dalam jumlah yang cukup dan seimbang. Kecukupan
hara dan air didasarkan pada analisa tanah, air, dan daun yang sesuai dengan umur
tanaman. Sex ratio mulai terbentuk 24 bulan sebelum di panen. Artinya, calon
bunga (primordia) telah terbentuk dua bulan sebelum panen. Karena itu,
perencanaan produksi dihitung minimal tiga bulan sebelumnya, sehingga
perancanaan pemupukan dapat dijadwalkan (Sunarko, 2009).
2.2 Syarat Tumbuh Tanaman Kelapa Sawit
Kelas kesesuaian lahan (KKL) di tetapkan berdasarkan jumlah dan investasi
faktor pembatasan. Kelas lahan menurut FAO (Food agriculture Organization)
pada tahun1976 dibagi menjadi 2 yaitu sesuai (S) dan tidak sesuai (N). Kelas
sesuai dibagi menjadi 3 sub kelasi yaitu sangat sesuai (S1), sesuai (S2), dan agak
sesuai (S3). Kelas tidak sesuai dibagi menjadi 2 sub kelas yaitu tidak sesuai
besyarat (N1) dan tidak sesuai permanen (N2). Setiap seb kelas terdiri dari satu
atau lebih unit kesesuaian yang lebih menjelaskan tentang jumlah intensitas faktor
pembatas (Sulistyo, 2010).
Kriteria masing-masing kelas lahan kelapa sawit pada tanah mineral dapat
disajikan pada Tabel 2.2
5
Tabel 2.2. Kriteria Kesesuaian Lahan untuk Kelapa Sawit pada Tanah Mineral.
No Karakteristik
Lahan Symbol
Intensitas Faktor Pembatas
Tanpa
(0)
Ringan
(1) Sedang
(2) Berat
(3)
1
Curah hujan
(mm) H > 1700 1700 – 1450 1450 – 1250 < 1250
2 Bulan Kering (bulan) K < 1 1 – 2 2 – 3 > 3
3
Ketinggian
diatas
permukaan laut (m dpl)
K 0 – 200 200 – 300 300 – 400 > 400
4 Bentuk
daerah/lereng
(%)
W Datar -
Berombak
(< 8)
Berombak -
Bergelombang
(8-15)
Bergelombang -
Berbukit
(15-30)
Berbukit -
Bergunung
(> 30)
5
Batuan/kerikil
di permukaan dan di dalam
tanah (%)
B < 3 3 – 15 15 – 40 > 40
6 Kedalaman
Efektif/tanah
(cm)
S > 100 50 – 100 25 – 50 < 25
7 Tekstur Tanah T
Lempung
berdebu;
lempung
liat berpasir;
lempung
liat berdebu;
lempung
berliat
Liat; lempung;
berpasir;
lempung
pasir
bergelumpung; debu
Liat
berat; pasir
8 Kelas Drainase D Baik;
sedang
Agak
terhambat; agak cepat
cepat;
terhambat
sangat cepat;
sangat
terhambat
selalu tergenang
9 Kemasaman
tanah (pH) A 5,0 - 6,0 4,0 - 5,0 3,5 - 4,0 < 3,5
6,0 - 6,5 6,7 - 7,0 > 7,0
Sumber: Sulistyo, dkk. 2010. Penilaian Kelas Kesesuaian Lahan.
6
2.3 Potensi Produksi
Setiap kelas kesesuain lahan dapat dikaitkan dengan produksi kelapa sawit yang
ingin di capai. Produktifitas tanaman kelapa sawit berdasarkan kelas lahan pada
umur 3 sampai 25 tahun di sajikan pada Tabel 2.3.
Tabel 2.3. Produktifitas Tanaman Kelapa Sawit Pada Kelas S1,S2 dan S3
Umur Kelas S1 Kelas S2 Kelas S3
(tahun) JPT RBT TBS JPT RBT TBS JPT RBT TBS
3 21,6 3,2 9,0 18,1 3,1 7,3 15,9 3,0 6.2
4 19,2 6,0 15,0 17,6 5,9 13,5 17,4 5,3 12,0
5 18,5 7,5 18,0 17,3 7,1 16,0 16,6 6,7 14,5
6 16,2 10,0 21,1 15,1 9,4 18,5 15,4 8,5 17,0
7 16,0 12,5 26,0 15,0 11,8 23,0 15,7 10,8 22,0
8 15,3 15,1 30,0 14,9 13,2 25,5 14,8 12,7 24,5
9 14,0 17,0 31,0 13,1 16,5 28,0 12,9 15,5 26,0
10 12,9 18,5 31,0 12,3 17,5 28,0 12,5 16,0 26,0
11 12,2 19,6 31,0 11,6 18,5 28,0 11,5 17,4 26,0
12 11,6 20,5 31,0 11,0 19,5 28,0 10,8 18,5 26,0
13 11,3 21,1 31,0 10,8 20,0 28,0 10,3 19,5 26,0
14 10,3 22,5 30,0 10,1 20,5 27,0 9,6 20,0 25,0
15 9,3 23,0 27,9 9,2 21,8 26,0 9,1 20,6 24,5
16 8,5 24,5 27,1 8,5 23,1 25,5 8,3 21,8 23,5
17 8,0 25,0 26,0 7,8 24,1 24,5 7,4 23,0 22,0
18 7,4 26,0 24,9 7,2 25,2 23,5 6,7 24,2 21,0
19 6,7 27,5 24,1 6,6 26,4 22,5 6,0 25,5 20,0
20 6,2 28,5 23,1 5,9 27,8 21,5 5,5 26,6 19,0
21 5,8 29,0 21,9 5,6 28,6 21,0 5,1 27,4 18,0
22 5,1 30,0 19,8 5,0 29,4 19,0 4,6 28,4 17,0
23 4,8 30,5 18,9 4,6 30,1 18,0 4,2 29,4 16,0
24 4,4 31,9 18,1 4,2 31,0 17,0 3,8 30,4 15,0
25 4,1 32,4 17,1 3,8 32,0 16,0 3,6 31,2 14,0
Rata-rata
10,8 20,9 24,0 10,2 20,1 22,0 9,9 19,2 20,0
Sumber : Lubis, 2008
Keterangan : JPT : Jumlah tandan/pohon/tahun
RBT : Rata – rata berat tandan (Kg)
TBS : Tandan Buah Segar (Ton/ Ha/ Tahun)
7
2.4 Pemupukan Tanaman Kelapa Sawit
2.4.1 Kebutuhan Unsur Hara
Pemupukan merupakan suatu upaya untuk menyediakan unsur hara yang
cukup guna mendorong pertumbuhan vegetatif tanaman yang sehat dan
produksi TBS secara maksimum dan ekonomis, serta ketahanan terhadap
hama dan penyakit. Selain itu untuk mencapai kondisi tanah yang subur
maka perlu kombinasi pemakaian pupuk organik dan anorganik.
Pemupukan yang baik dapat meningkatkan produksi hingga mencapai
produktivitas standar sesuai dengan kelas kesesuaian lahannya. Unsur hara
yang utama mendapat perhatian dalam pemupukan tanaman kelapa sawit
meliputi N, P, K, Mg, Cu, dan B. Masing-masing unsur hara tersebut di
harapkan tersedia cukup dalam tanah. Ketersediaan hara dalam tanah yang
rendah dapat berakibat tanaman mengalami gejala defisiensi hara (Sutarta,
dkk, 2000).
Kebutuhan pupuk per hektar di perkebunan kelapa sawit adalah 24 persen
dari biaya produksi keseluruhan atau sekitar 40-60 persen dari total biaya
pemeliharaan. Sedangkan untuk menentukan dosis pupuk yang tepat,
sebelumnya harus dilakukan analisis tanah dan daun terlebih dahulu.
Tujuannya untuk mengetahui ketersediaan unsure-unsur hara di dalam tanah
pada saat itu dan keadaan terakhir yang ada pada tanaman (Hartanto, 2011).
2.4.2 Prinsip Pemupukan
Produktivitas tanaman yang tinggi pada perkebunan kelapa sawit ini tidak
terlepas dari peranan pemupukan yang baik. Pemupukan merupakan upaya
perawatan yang sangat penting pada tanaman kelapa sawit, untuk
meningkatkan dan mencukupi kebutuhan unsur hara dalam tanah yang di
butuhkan oleh kelapa sawit.
8
Aplikasi pemupukan di perkebunan kelapa sawit merupakan investasi yang
cukup besar dalam rangka mencapai produksi kelapa sawit yang optimal.
Mengingat hal tersebut, pupuk harus dapat di gunakan secara efektif dan
efisien. Ada konsep 5T yang harus dijadikan pedoman dalam pemupukan
yaitu tepat jenis, tepat dosis, tepat waktu, tepat cara dan tepat sasaran
(Poelengan, dkk, 2000)
a. Tepat Jenis
Jenis pupuk untuk tanaman kelapa sawit dapat di kelompokkan dalam lima
kelompok yaitu : pupuk tunggal, pupuk campuran, pupuk majemuk, pupuk
lambat tersedia (tablet) dan pupuk organik. Pemilihan jenis pupuk oleh
pihak kebun disarankan agar hati-hati, hal ini mengingat telah banyak jenis
pupuk yang telah beredar dipasar dengan berbagai bentuk dan komposisi
hara (Winarna dan Sutarta, 2000).
Pupuk tunggal adalah kelompok pupuk yang hanya mengandung satu jenis
unsur hara utama. Pupuk tunggal yang digunakan untuk memenuhi
kebutuhan hara N, P, K, Mg, dan Ca pada tanaman kelapa sawit. Pupuk
tunggal merupakan pupuk yang paling umum di gunakan dalam
pemupukan tanaman kelapa sawit, utamanya untuk tanaman
menghasilkan.
Kelebihan dari pupuk tunggal adalah mudah di dapat dan harga lebih
murah, kepastian dosis bisa lebih tepat sesuai rekomendasi yang
dibutuhkan, kelarutan dalam tanah sangat cepat dan cepat diserap tanaman.
Sedangkan kelemahan dari pupuk tunggal adalah pupuk secara kelarutan
cepat sehingga tingkat kehilangan pupuk sangat tinggi contohnya tercuci
dan menguap. Pupuk tunggal juga dapat memperburuk sifat tanah seperti
menimbulkan pengerasan ataupun peningkatan atom H dalam tanah.
Jenis dan spesifikasi pupuk tunggal yang umum di rekomendasikan untuk
tanaman kelapa sawit dapat dilihat pada Tabel 2.4.
9
Tabel 2.4. Jenis dan Spesifikasi Pupuk Tunggal dan Pupuk Majemuk yang Umum
di Rekomendasikan untuk Tanaman Kelapa Sawit. Hara Pupuk Spesifikasi
N Urea 46% N
ZA 21% N; 23% S
P SP-36 P2O5 (total) ; 36%
P2O5 (larut dalam asam sitrat) : 34%
S : 5%
Rock Phosphate (RP) SNI kuaklitas A
P2O5 (total) ; min 28%
P2O5 (larut dalam asam sitrat 2%) : min 8%
Ca+Mg (setara CaO : min 40%
Al2O2+Fe2O3 : maks 3%
Kadar air : maks 3%
Kehalusan (lolos saringan 80 mesh) : min
50%
Kehalusan (lolos saringan 25 mesh) : min
80%
K MOP (KCl) K2O : 60%
Mg Kieserite MgO : 26% ; S :21%
Dolomit MgO : min 18%
CaO : min 30%
Kadar air : maks 5%
Ni : maks 5ppm
Kehalusan (lolos saringan 100 mesh) : min
80%
NPKMg Majemuk 12.12.17.2 12% N
12% P205
17% K2O
2%MgO.
Sumber : Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS)
Pupuk majemuk berisi beberapa unsur hara yang di kombinasikan dalam satu
formulasi. Jika dibuat secara benar setiap butir pupuk majemuk mengandung hara
yang sama. Keuntungan aplikasi pupuk majemuk adalah semua unsur hara utama
diaplikasikan dalam satu rotasi pemupukan. Namun demikian biaya untuk unit
hara mungkin lebih tinggi secara nyata dibandingkan pupuk tunggal atau pupuk
campur dan perbandingan hara yang diperlukan tidak dapat dipenuhi.
Pada saat ini diperkenalkan berbagai pupuk majemuk yang berbentuk tablet yang
mempunyai sifat lambat larut (slow release) sehingga dapat mengurangi
kehilangan hara melalui pencucian, penguapan dan pengikatan menjadi senyawa
10
yang tidak tersedia bagi tanaman. Selain itu aplikasinya dapat dilakukan hanya
sekali selama masa pembibitan atau selama satu tahun pada tanaman di lapangan.
b. Tepat Dosis
Setiap tanaman harus mendapatkan pupuk yang sesuai dengan dosis yang
direkomendasikan untuk mendapatkan jaminan pertumbuhan kelapa sawit
yang baik dan seragam. Semua pohon harus dipupuk dengan
menggunakan takaran yang memenuhi standar. Penentuan dosis pupuk
biasanya berdasarkan pedoman dari kantor pusat atau rekomendasi dari
balai penelitian.
Pertimbangan yang digunakan dalam penentuan dosis pupuk guna
mengimbangi kekurangan hara dalam tanah meliputi : hasil analisis daun
dan tanah, realisasi produksi lima tahun sebelumnya, realisasi pemupukan
tahun sebelumnya, data curah hujan selama minimal lima tahun
sebelumnya, hasil pengamatan lapangan yang meliputi gejala defesiensi
hara, kultur teknis, dan panen (Winarna dan Sutarta, 2000).
Kebutuhan minimum untuk tanaman belum menghasilkan (TBM) yaitu
dengan komposisi dan persentase hara N, P, K, Mg per pohon pada TBM
yang berumur 2 bulan adalah 0,846% N, 0,098% P, 1,53% K, 0,205% Ca.
Sedangkan komposisi dan persentase hara N, P, K, Mg pada TM, yaitu
hara yang terangkut bersama tandan buah segar (TBS) (25 ton/ Ha/ Tahun)
dan hara yang terimobilisasi dalam bagian vegetatif tanaman yaitu 114,1
kg N, 14,7 kg P, 149,1 kg K dan 32,3 kg Mg (Mangoensoekarjo, 2008).
Setiap ton tandan buah segar (TBS) yang dihasilkan mengandung hara
yang setara dengan 6,3 kg Urea, 2,1 kg TSP, 7,3 kg KCL dan 4,9 kg
Kieserit. Hara tersebut harus dikembalikan dalam bentuk pupuk. Jumlah
pupuk yang diberikan akan lebih besar dari hara yang terbawa panen
11
dengan mempertimbangkan beberapa hal seperti jumlah hara yang tercuci,
terimobilisasi, terserap misel tanah, hanyut, dan menguap (PPKS, 2005).
Aplikasi pupuk dijamin bahwa tanaman menerima pupuk sesuai dengan
dosis rekomendasi. Ketepatan dosis pupuk dipengaruhi oleh: sistem
pengeceran pupuk, alat aplikasi, kondisi fisik lahan (topografi, akses
perawatan, dsb), sistem pengupahan, dsb. Pengeceran pupuk disesuaikan
dengan kemampuan wajar tenaga angkut manusia dan dosisnya. Alat
aplikasi menjamin bahwa alat tersebut memiliki keakuratan yang tinggi
(variasi rendah) dan mudah digunakan.
Dosis atau kuantitas aplikasi pupuk harus mempertimbangkan kapasitas
tanah menyerap hara. Jika jumlahnya melebihi kapasitas tanah, maka
mendorong terjadinya kehilangan hara pupuk.
Berikut ini dosis pupuk pada tanaman belum menghasilkan (TBM) kelapa sawit
disajikan pada Tabel 2.5.
12
Tabel 2.5. Dosis pupuk pada tanaman belum menghasilkan (TBM) kelapa sawit.
Umur
(Bulan)
Dosis kg/pohon
ZA atau urea RP MOP Kieserit HGF Borate
Saat
tanam - 0,5 - - -
1 0,10 - - - -
3 0,25 - - - -
5 0,25 0,50 0,15 0,10 -
8 0,25
0,35 0,15 0,02
12 0,50 0,75 0,35 0,25 -
Jumlah 1,35 1,75 1,00 0,70 0,02
TBM 1
16 0,50 - 0,50 0,50 0,03
20 0,50 1,00 0,50 0,50 -
24 0,50 - 0,75 0,50 0,05
Jumlah 1,50 1,00 1,75 1,50 0,08
TBM 2
28 0,75 1,00 0,75 0,75 -
32 0,75 - 1,00 0,75 -
Jumlah 1,50 1,00 1,75 1,50 -
TBM 3
Total 4,35 3,75 4,50 3,70 0,10
Sumber : Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS)
Sebagai pedoman umum, dosis pupuk tanaman menghasilkan TM dapat dilihat
pada Tabel 2.6.
Tabel 2.6. Dosis Pupuk Pada Tanaman Menghasilkan (TM) Kelapa sawit
Pemupukan (Aplikasi)
Dosis Pupuk (Kg/Phn)
Urea atau
ZA RP atau TSP MOP Keiserit Borate
Semester I 1 1,5 0,75 0,5 0,75 0,5 -
Semester II 1 1,5 1 0,75 0,75 0,75 0,05
Jumlah 2 3 1,75 1,25 1,5 1,25 0,05
Sumber : Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS)
c. Tepat Waktu
Waktu pemupukan perlu disesuaikan dengan kondisi curah hujan.
Pemupukan yang optimum dilakukan pada saat (bulan-bulan) dengan
curah hujan 100-200 mm/bulan, sedangkan curah hujan minimum 60
13
mm/bulan dan maksimum 300 mm/bulan. Bila curah hujan per bulan < 60
mm/bulan, pemupukan sebaiknya ditunda dan menunggu curah hujan
mencapai > 60 mm/bulan.
Begitu juga bila curah hujan mencapai >300 mm/bulan maka pemupukan
juga ditunda. Dalam praktek di lapangan untuk perkebunan kelapa sawit
dapat digunakan pedoman waktu pemupukan sebagai berikut :
a. Waktu mulai pemupukan bila sudah turun hujan 50 mm/10 hari
(awal musim hujan).
b. Waktu harus berhenti pemupukan (terutama pupuk N) adalah :
- Bila periode panjang tidak hujan (hari tidak hujan berturut-turut, (dry
spell) 20 hari (terlalu kering).
- Jumlah hari hujan > 20 hari/bulan (terlalu basah atau banyak hujan).
- Intensitas hujan harian tinggi > 30 mm/hari (terlalu basah atau
kelebihan hujan).
- Tanah jenuh air (lewat kapasitas lapang atau air sudah tergenang)
karena hujan terus menerus. (Darmosarkoro, dkk, 2005).
Waktu pemberian pupuk sebaiknya dilaksanakan pada akhir musim hujan
(Maret-April) untuk pemupukan yang pertama, dan pada awal musim
hujan (Agustus-September) untuk pemupukan yang kedua seperti yang
ditunjukkan pada Gambar 2.1.
14
Gambar 2.1. Waktu aplikasi pupuk
d. Tepat Cara
Menurut Darmosarkoro, dkk, (2005) pemilihan metode aplikasi
didasarkan antara lain pada jenis pupuk, efisiensi, ketersediaan alat,
kondisi lahan, dan unsur tanaman. Metode aplikasi dapat dilakukan
dengan cara tabur (manual, mekanik, aerial spray), pocket dan foliar.
- Penaburan Pupuk Secara Manual
Penaburan pupuk secara manual dilakukan pekerja dengan menggunakan
ember (tempat pupuk) dan takaran (untuk ukuran penaburan). Pupuk di
tabur merata pada jarak 1,5 m ke arah luar dalam piringan pohon. Aplikasi
pemupukan pada tanaman kelapa sawit tanaman menghasilkan disajikan
pada Tabel 2.6.
15
Tabel 2.6. Penempatan Pupuk pada Tanaman Kelapa Sawit Menghasilkan.
Umur Tanaman Jarak Penaburan
TM < 8 tahun Pupuk N = 50-100 cm
P,K,Mg = 100-250 cm
TM > 8 tahun Semua pupuk 100-250 cm, pupuk ditabur pada
permukaan piringan pohon, dari pangkal pohon
kearah pinggir piringan
Sumber : Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS)
- Penaburan pupuk dengan Mesin (Fertilizer Spreader)
Pupuk di tempatkan pada alat penabur yang dipasangkan pada traktor.
Sebelum digunakan, mesin perlu dikalibrasi untuk mengetahui jumlah dan
jangkauan penaburannya. Mesin penabur ini dapat digunakan pada areal
yang relative datar dengan tanaman kelapa sawit yang sudah cukup tinggi
kanopinya dan dengan jenis pupuk prill/granul.
- Pemberian Pupuk Secara Benam (pocket)
Pupuk dimasukkan ke dalam lubang yang telah dibuat sebelumnya dengan
menggunakan cangkul dan kemudian lubang ditutup dengan tanah
kembali. Lubang (pocket) yang tidak ditutup kembali akan menyebabkan
pupuk hilang atau hanyut karena erosi dan air hujan.
e. Tepat Sasaran
Untuk pertumbuhan tanaman yang sehat dan berproduksi tinggi, tanaman
kelapa sawit membutuhkan unsur hara yang seimbang dan cukup tersedia
di dalam tanah. Mempertahankan kesuburan tanah pada tingkat yang
memuaskan dan pada waktu yang sama juga menghasilkan tanaman yang
menguntuntungkan baik dari segi kejaguran maupun produksinya adalah
merupakan sasaran utama pemupukan, sehingga pemupukan harus
dilaksanakan dengan baik agar sasaran pemupukan terpenuhi.
16
Biaya pemupukan tanaman kelapa sawit berkisar antara 40-60% dari biaya
pemeliharaan tanaman secara keseluruhan atau 15-20% dari biaya
produksi dan merupakan ekploitasi yang besar bagi perusahaan. Agar
sasaran pemupukan dapat tercapai dan efisiensi pemupukan dapat di
tingkatkan maka manajemen pemupukan kelapa sawit perlu dibina dan
dimantapkan serta terus menerus di sempurnakan sehingga biaya
pemupukan yang sudah begitu besar tidak sia sia. (Puputwawan. 2011)
2.5 Manajemen Pemupukan
Mengingat biaya pemupukan yang cukup tinggi maka pemupukan harus
dilakukan secara efektif dan efisien. Hal ini menyangkut jenis pupuk, dosis pupuk,
waktu pemupukan, dan metode pemupukan. Oleh sebab itu manajemen kebun
perlu melakukan persiapan dan pengawasan secara ketat sehingga aplikasi pupuk
dapat mencapai sasaran.
2.5.1 Persiapan Lapangan
Pembenahan tapak kuda, teras kontur, silfit, rorak, penyiangan piringan
harus sudah dilakukan sebelum pemupukan. Pada piringan pohon yang
berbatasan dengan parit, rorak, dan teras jalan supaya penebaran pupuk
jangan sampai ke piringan/kedalam parit, rorak, tebing/teras jalan. Pupuk
yang menggumpal agar ditumbuk sampai halus, bila perlu diayak
kemudian dapat ditabur.
2.5.2 Sarana
Takaran pupuk yang digunakan harus sesuai dengan dosis yang di
anjurkan, mengingat setiap jenis pupuk mempunyai volume yang berbeda
walaupun beratnya sama. Takaran pupuk disesuaikan kepada jenis dan
dosis pupuk. Alat lain yang perlu disiapkan yaitu ember, karung tempat
pupuk, dan cangkul/sekop.
17
2.5.3 Pelaksanaan
Tenaga penabur sudah terlatih dan tersedia sesuai kebutuhan, pupuk diecer
ke blok oleh tenaga yang telah tersedia. Penaburan pupuk sesuai jalurnya
atau jalannya masing-masing, pupuk ditabur di sekeliling piringan penuh,
tidak dibenarkan penaburan yang terputus-putus. Jarak tabur tergantung
kepada perkembangan pohon, tepatnya jalur penaburan harus di bawah
proyeksi ujung tajuk.
2.5.4 Administrasi
Rencana pemupukan untuk setiap aplikasi dibuat oleh asisten afdeling dan
dibuat rangkap 4 untuk administrator, asisten kepala, bagian gudang, dan
asisten afdeling yang bersangkutan. Lembar rencana pemupukan berisi
afdeling, tahun tanam, blok, luas, jumlah pokok produktif, jenis pupuk,
dosis per pohon, jumlah pupuk, dan waktu pemupukan.
Permintaan kebutuhan pupuk dan persiapan kebutuhan tenaga penebar,
pengecer, pengangkutan pupuk. Membuat rencana mingguan dan rencana
harian pemupukan. Membuat rencana pemupukan harian, menggambarkan
arah pelaksanaan pemupukan, membuat barchat pemupukan yang
menggambarkan rencana dan realisasi pemupukan.
Permintaan kendaraan dilakukan minimal 24 jam sebelum pelaksanaan
pemupukan. Dalam permintaan pengangkutan harus di cantumkan jumlah
pupuk yang di angkut per hari. Pengangkutan pupuk ke lapangan harus
dilakukan paling lambat jam 06.00 WIB, sedangkan regu pemupuk harus
sudah sampai di lapangan (blok) pada jam 06.30 WIB untuk memulai
pemupukan.
18
2.5.5 Pengawasan
Mengingat biaya pemupukan yang cukup mahal, maka diperlukan
pengawasan dan pelaksanaan di lapangan dengan intensif dan ketat oleh
Mandor Pupuk, Mandor Besar, Sinder Afdeling, Sinder Kepala, dan
Adminisator (Winarna dan Sutarta, 2000).