bab 2 malaria
TRANSCRIPT
11
BAB I
PENDAHULUAN
Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang sangat dominan di
daerah tropis dan subtropis serta dapat mematikan atau membunuh lebih dari satu
juta manusia di seluruh dunia di setiap tahunnya. Penyebaran malaria berbeda-
beda dari satu negara dengan negara lain dan dari satu kebupaten atau wilayah
dengan wilayah lain. Menurut WHO pada tahun 1990, 80% kasus di Afrika, dan
kelompok potensial terjadinya penyebaran malaria di 9 Negara yaitu: India,
Brazil, Afganistan, Srilanka, Thailand, Indonesia, Vietnam, Kamboja dan Cina.
Plasmodium Falciparum adalah spesies paling dominan dengan 120 juta kasus
baru per tahun, dan lebih dari 1 juta kematian pertahun secara global. Dalam tahun
1989 yang lalu WHO kembali mendeklarasikan penanggulangan malaria menjadi
prirotas global.1
Di Indonesia malaria mempengaruhi angka kesakitan dan kematian bayi,
anak balita, ibu melahirkan dan produktifitas sumber daya manusia. Saat ini
ditemukan 15 juta penderita malaria dengan angka kematian 30 ribu orang setiap
tahun, sehingga pemerintah memperioritaskan penenggulangan penyakit menular
dan penyehatan lingkungan.1
Upaya untuk menekan angka kesakitan dan kematian dilakukan melalui
program pemberantasan malaria yang kegiatannya antara lain meliputi diagnosis
dini, pengobatan cepat dan tepat, surveilans dan pengendalian vector yang
kesemuanya ditujukan untuk memutus mata rantai penularan malaria.2
Sejak tahun 1973 ditemukan pertama kali adanya kasus resistensi P.
Falciparum terhadap kloroquin di Kalimantan Timur sejak itu kasus resistensi
terhadap kloroquin yang dilaporkan semakin meluas terjadi di tahun 1990,
dilaporkan telah terjadi resistensi parasit P. Falciparum terhadap kloroquin dan
seluruh provinsi di Indonesia, selain itu di laporkan juga adanya kasus resistensi
plasmodium terhadap Sulfadoksin-Pirimethamin (SP) di beberapa tempat di
Indonesia keadaan seperti ini dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas
akibat penyakit maraia. Oleh sebab itu pemerintah telah merekomendasikan obat
11
pilihan pengganti kloroquin dan SP terhadap P. Falciparum dalam upaya untuk
menanggulangi masalah resistensi (multiple drugs resistance), dengan terapi
kombinasi artemisinin (artemisinin combination therapy).2
11
BAB II
STATUS PASIEN
I. Identitas Pasien
a. Nama/Jenis Kelamin/Umur: Tn.A / Laki-laki / 29 tahun
b. Pekerjaan/Pendidikan: - / AKPER STIKBA
c. Alamat: RT 31 Simpang IV sipin
II. Latar Belakang Sosio-ekonomi-demografi-lingkungan-keluarga
a. Status Perkawinan : belum menikah
b. Jumlah anak/saudara : 3 bersaudara, pasien anak ke 2
c. Status ekonomi keluarga
1) Mampu : pasien dari keluarga mampu (pasien umum)
2) Miskin : -
d. KB : -
e. Kondisi Rumah : Higiene dan sanitasi lingkungan baik.
f. Kondisi Lingkungan Keluarga : baik
III. Aspek Psikologis di Keluarga : baik
IV. Riwayat Penyakit Dahulu/keluarga :
- Tetangga pasien ada yang menderita melaria
- Riwayat sakit seperti ini sebelumnya disangkal.
11
- Riwayat pernah tranfusi darah disangkal.
- Tinggal didaerah endemic malaria
V. Keluhan Utama :
Demam sejak ± 3 hari sebelum datang ke puskesmas.
VI. Riwayat Penyakit Sekarang : (autoanamnesa)
3 hari sebelum datang kepuskesmas (3 Desember 2012) pasien
mengeluh demam, demam naik turun, demam terjadi pada siang hari
maupun malam hari, jika demam muncul, pasien lebih suka berselimut.
Pasien mengeluh sering menggigil, lamanya kira-kira 15 menit. Jika demam
mulai turun pasien berkeringat, lamanya kira-kira 2 jam dan pasien merasa
lebih baik. Demam, menggigil dan berkeringat selalu terjadi tiap hari.
Kejang (-), mimisan(-), gusi berdarah(-). Sakit kepala (-), badan terasa lesu
(+), sendi terasa ngilu (-), mual (+), muntah (-), nyeri ulu hati (+), sakit
pinggang (-). Pasien juga mengeluh nafsu makan berkurang, frekuensi +
3x/hari, jumlah 2-3 sendok makan, lidah terasa pahit. BAK dan BAB tidak
ada keluhan. Kemudian pasien berobat ke Puskesmas dan mendapat obat
penurun demam, obat magh dan vitamin.
± 1 hari Sebelum datang ke Puskesmas walau telah memakan obat
pasien mengeluh demam semakin tinggi, demam naik turun, menggigil (+),
berkeringat (+), kejang (-), mimisan(-), gusi berdarah(-). Sakit kepala (-),
badan terasa lesu (+), sendi terasa ngilu (-), mual(-), muntah (-), nyeri ulu
hati (-), sakit pinggang (-), bintik-bintik merah pada kulit(-). Pasien juga
11
mengeluhkan nafsu makan berkurang, lidah terasa pahit. Karena pasien
merasa keluhan tidak berkurang dan semakin tidak enak, kemudian pasien
berobat lagi ke puskesmas simpang IV sipin.
VII. Pemeriksaan Fisik (5 Desember 2012) :
Keadaan Umum
1. Keadaan sakit : tampak sakit sedang
2. Kesadaran : compos mentis
3. Suhu : 38,4°C
4. Tekanan darah : 120/70 mmHg
5. Uji torniquet : (-)
6. Nadi : 110 x/menit
7. Pernafasan
- Frekuensi : 22 x/menit
- Irama : reguler
- Tipe : thorakoabdominal
8. Kulit
- Turgor : baik
- Lembab / kering : lembab
- Lapisan lemak : ada
11
Pemeriksaan Organ
1. Kepala Bentuk : normocephal
Simetri : simetris
2. Mata Exopthalmus/enophtal : (-)
Kelopak : normal
Conjungtiva : anemis (-)
Sklera : ikterik (-)
Kornea : normal
Pupil : bulat, isokor, reflex cahaya
+/+
Lensa : normal, keruh (-)
3. Hidung : tak ada kelainan
4. Telinga : tak ada kelainan
5. Mulut Bibir : lembab
Gigi geligi : lengkap
Palatum : deviasi (-)
Gusi : warna merah muda,
perdarahan (-)
Selaput Lendir : normal
Lidah : putih kotor, ulkus (-)
6. Leher KGB : tak ada pembengkakan
Kel.tiroid : tak ada pembesaran
JVP : normal
11
7. Thorax Bentuk : simetris
Pergerakan dinding dada : tidak ada yang
tertinggal
Pulmo
Pemeriksaan Kanan Kiri
Inspeksi Statis & dinamis:
simetris
Statis & dinamis :
simetris
Palpasi Stem fremitus normal Stem fremitus normal
Perkusi Sonor
Batas paru-hepar :ICS
VI kanan
Sonor
Auskultasi Vesikuler (+) normal,
Wheezing (-), rhonki
(-)
Vesikuler (+) normal
Wheezing (-), rhonki
(-)
Jantung
Inspeksi Ictus cordis terlihat di ICS V linea midclavicula
kiri
Palpasi Ictus cordis teraba di ICS V linea midclavicula
kiri
Perkusi Batas-batas jantung :
11
Atas : ICS II kiri
Kanan : linea sternalis kanan
Kiri : ICS VI linea midclavicula kiri
Auskultasi BJ I > BJ II, irama regular, murmur (-), gallop
(-)
8. Abdomen
Inspeksi Datar, skar (-), venektasi (-), spidernevi (-)
Palpasi Nyeri tekan regio epigastrium (+), defans
musculer (-), , hepatomegali (-), splenomegali
(-), nyeri ketok costovertebra (-/-)
Perkusi Timpani
Auskultasi Bising usus (+) normal
9. Ekstremitas Atas
Edema (-), akral hangat.
10. Ekstremitas bawah
Edema (-), akral hangat.
VIII.Laboratorium :
Leukosit : 12.000
11
Trombosit : 241.000
Hb : 12,2 g%
DDR : (+) plasmodium vivax
IX. Diagnosis Banding :
- Malaria
- Demam Tifoid
- Demam dengue
X. Diagnosis Kerja :
Malaria
XI. Manajemen
a. Preventif :
pemberantasan sarang nyamuk (PSN), pengelolaan sampah padat,
modifikasi tempat perkembangbiakan nyamuk hasil samping
kegiatan manusia.
Menguras bak mandi dan tempat-tempat panampungan air sekurang-
kurangnya seminggu sekali.
Menutup rapat tempat penampungan air seperti tempayan, drum, dan
tempatair lain dengan tujuan agar nyamuk tidak dapat bertelur pada
tempat-tempat tersebut.
Mengganti air pada vas bunga dan tempat minum burung
setidaknyaseminggu sekali.
11
Membersihkan pekarangan dan halaman rumah dari barang-barang
bekas terutama yang berpotensi menjadi tempat berkembangnya
jentik-jentik nyamuk, seperti sampah keleng, botol pecah, dan ember plastik.
Pengendalian secara biologis adalah pengendalian perkembangan
nyamuk dan jentiknya dengan menggunakan hewan atau tumbuhan.
seperti memelihara ikan cupang pada kolam atau menambahkannya
dengan bakteri Bt H-14.
Tidur menggunakan kelambu
Promotif :
Melakukan penyuluhan kepada warga masyarakat mengenai program
pemberantasan sarang nyamuk dengan menggunakan media-media
yang mudah deterima dan dimengerti oleh masyarakat.
b. Kuratif :
Non Medikamentosa
Istirahat
Diet lunak
Medikamentosa
Parasetamol tablet 3 x 500 mg
B6 2x1
Arterakine 1 x (4-4-4)
11
Primaquin tablet 15 mg 1x sehari (selama 14 hari)
c. Rehabilitatif
Meningkatkan daya tahan tubuh dengan mengatur pola makan
yang bergizi untuk pemulihan kesehatan tubuh pasien.
Dinas Kesehatan Kota Jambi
Puskesmas : Simpang IV Sipin
Dokter : Rafika Pramasandy
Tanggal : 5 Desember 2012
R/ Parasetamol tab mg 500 no. X
s 3 dd tab I
R/ B6 tab mg no.X
s 2 dd tab I
R/ Arterakine tab mg 250 no. XII
s 1 dd tab 4-4-4
R/ Primaquin tab mg 15 no. XIV
s 1 dd tab I
11
Pro : Tn. A Umur : 29 tahun
Alamat : simpang IV sipin
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. DEFENISI
Malaria adalah penyakit yang menyerang manusia, burung, kera dan primata
lainnya, hewan melata dan hewan pengerat, yang disebabkan oleh infeksi
protozoa dari genus Plasmodium dan mudah dikenali dari gejala meriang (panas
dingin menggigil) serta demam berkepanjangan. 3
2.2. ETIOLOGI
Ada 2 jenis makhluk yang berperan besar dalam penularan malaria yaitu
parasit malaria (yang disebut Plasmodium) dan nyamuk anopheles betina. Pada
keadaan lain, malaria berkembang pasca penularan transplasenta atau sesudah
transfuse darah yang terinfeksi, dimana keduanya melewati fase pre-eritroser
perkembangan parasit dalam hati.4
Parasit malaria
Parasit malaria memiliki siklus hidup yang kompleks, untuk kelangsungan
hidupnya parasit tersebut membutuhkan host (tempatnya menumpang hidup) baik
pada manusia maupun nyamuk, yaitu nyamuk anopheles. Ada empat jenis spesies
parasit malaria di dunia yang dapat menginfeksi sel darah merah manusia, yaitu :
1. Plasmodium falciparum
2. Plasmodium vivax
3. Plasmodium malariae
4. Plasmodium ovale
11
Keempat spesies parasit malaria tersebut menyebabkan jenis penyakit
malaria yang berbeda, yaitu:
1. Plasmodium falciparum
Demam rimba (jungle fever), malaria aestivo-autumnal atau disebut juga
malaria tropika. Merupakan jenis penyakit malaria yang terberat atau
paling ganas, kadar parasitemia paling tinggi. Satu-satunya parasit malaria
yang menimbulkan penyakit mikrovaskular., karena dapat menyebabkan
berbagai komplikasi berat seperti cerebral malaria (malaria otak), anemia
berat, syok, gagal ginjal akut, perdarahan, sesak nafas, dll.4
2. Plasmodium vivax
Merupakan jenis malaria paling ringan, menyebabkan malaria tertiana
dengan gejala demam dapat terjadi setiap dua hari sekali setelah gejala
pertama terjadi (dapat terjadi selama 2 minggu setelah infeksi). Tanpa
pengobatan: berakhir dalam 2 – 3 bulan. Relaps 50% dalam beberapa
minggu – 5 tahun setelah penyakit awal.3,4
3. Plasmodium malariae
Meyebabkan Malaria kuartana yang memiliki massa inkubasi lebih lama
daripada penyakit malaria tertiana atau tropika; gejala pertama biasanya
tidak terjadi antara 18 sampai 40 hari setelah infeksi terjadi (asimtomatis
dalam waktu lama). Gejala tersebut kemudian akan terulang kembali
setiap.3,4
4. Plasmodium ovale
Jenis ini jarang sekali dijumpai, umumnya banyak di Afrika dan Pasifik
Barat. Malaria ini mirip dengan tertiana dan sering kali sembuh tanpa
pengobatan.4
Pada massa inkubasi malaria, protozoa tumbuh di dalam sel hati; beberapa
hari sebelum gejala pertama terjadi, organisme tersebut menyerang dan
menghancurkan sel darah merah sejalan dengan perkembangan mereka, sehingga
menyebabkan demam.3
11
Seorang penderita dapat dihinggapi oleh lebih dari satu jenis Plasmodium.
Infeksi demikian disebut infeksi campuran (mixed infection). Biasanya campuran
P. Falciparum dengan P. Vivax atau P. Malariae. Infeksi campuran tiga jenis
sekaligus jarang sekali terjadi. Infeksi jenis ini biasanya terjadi di daerah yang
tinggi angka penularannya. Malaria yang disebabkan oleh P. Vivax dan P.
Malariae dapat kambuh jika tidak diobati dengan baik. Malaria yang disebabkan
oleh spesies selain P. Falciparum jarang berakibat fatal, namun dapat menurunkan
kondisi tubuh; lemah, menggigil dan demam yang biasanya berlangsung 10-14
hari.4
Nyamuk Anopheles
Nyamuk yang dapat menularkan malaria pada manusia hanya nyamuk
Anopheles betina.
Cara penularan :
Nyamuk Anopheles betina menggigit penderita malaria dan
menghisap juga parasit malaria yang ada di dalam darah penderita.
Parasit malaria berkembang biak di dalam tubuh nyamuk Anopheles
(menjadi nyamuk yang infektif)
Nyamuk Anopheles yang infektif menggigit orang yang sehat (belum
menderita malaria)
Sesudah ± 12-30 hari (bervariasi tergantung spesies parasit)
kemudian, bila daya tahan tubuhnya tidak mampu meredam penyakit
ini maka orang sehat tersebut berubah menjadi sakit malaria dan
mulai timbul gejala malaria.4
2.3. EPIDEMIOLOGI
Hanya pada daerah dimana orang-orang mempunyai gametosit dalam
darahnya yang dapat menjadikan nyamuk anopheles terinfeksi, terutama pada
anak-anak. Penularan malaria terjadi pada kebanyakan daerah tropis dan
subtropics, walaupun Amerika Serikat, Kanada, Eropa, Australia dan Israel
11
sekarang bebas malaria local, wabah setempat dapat terjadi melalui infeksi
nyamuk local oleh wisatawan yang datang dari daerah endemis.5
Malaria congenital, disebabkan oleh penularan agen penyebab melalui
barier plasenta, tetapi kasus ini jarang terjadi. Sebaliknya malaria neonates, agak
sering terjadi dan dapat sebagai akibat dari pencampuran darah ibu yang terinfeksi
dengan darah bayi selama proses kelahiran.5
Gambar Peta Distribusi Malaria. O merupakan daerah dimana malaria tidak
ditemukan, telah berhasil dieradikasi atau tidak pernah ada; +, daerah dengan
risiko rendah; ++, daerah dimana transmisi terjadi.
Upaya penaggulangan penyakit malaria di Indonesia sejak tahun 2007 dapat
dipantau dengan indicator Annual Parasite Incidence (API). Hal ini sehubungan
dengan kebijakan Kementerian Kesehatan mengenai penggunaan satu indikator
untuk mengukur angka kejadian malaria, yaitu dengan API. Pada tahun 2007
kebijakan ini mensyaratkan bahwa setiap kasus malaria harus dibuktikan dengan
hasil pemeriksaan sediaan darah dan semua kasus positif harus diobati dengan
pengobatan kombinasi berbasis artemisinin atau ACT (Artemisinin-based
Combination Therapies). Penyakit malaria masih ditemukan di seluruh provinsi di
Indonesia. Berdasarkan API, dilakukan stratifikasi wilayah dimana Indonesia
11
bagian Timur masuk dalam stratifikasi malaria tinggi, stratifikasi sedang di
beberapa wilayah di Kalimantan, Sulawesi dan Sumatera sedangkan di Jawa-Bali
masuk dalam stratifikasi rendah, meskipun masih terdapat desa/fokus malaria
tinggi.
2.4. SIKLUS PARASIT MALARIA
Ketika nyamuk anoples betina (yang
mengandung parasit malaria) menggigit
manusia, akan keluar sporozoit dari kelenjar
ludah nyamuk masuk ke dalam darah dan
jaringan hati. Dalam siklus hidupnya parasit
malaria membentuk stadium schizont
jaringan dalam sel hati (stadium ekso-
eritrositer). Setelah sel hati pecah, akan
keluar merozoit/kriptozoit yang masuk ke
11
eritrosit membentuk stadium sizon dalam
eritrosit (stadium eritrositer). Disitu mulai
terbentuk troposit muda sampai sizon
tua/matang sehingga eritrosit pecah dan
keluar merozoit. 5
Sebagian besar Merozoit masuk kemabli ke eritrosit dan sebagian kecil
membentuk gametosit jantan dan betina yang siap untuk diisap oleh nyamuk
malaria betina dan melanjutkan siklus hidupnya di tubuh nyamuk (stadium
sporogoni). 5
Didalam lambung nyamuk, terjadi perkawinan antara sel gamet jantan
(mikro gamet) dan sel gamet betina (makro gamet) yang disebut zigot. Zigot
berubah menjadi ookinet, kemudian masuk ke dinding lambung nyamuk berubah
menjadi ookista. Setelah ookista matang kemudian pecah, keluar sporozoit yang
berpindah ke kelenjar liur nyamuk dan siap untuk ditularkan ke manusia. 5
Khusus P. vivax dan P. ovale pada siklus parasitnya di jaringan hati (sizon
jaringan) sebagian parasit yang berada dalam sel hati tidak melanjutkan siklusnya
ke sel eritrosit, akan tetapi tertanam di jaringan hati –disebut hipnosit-. Bentuk
hipnosit inilah yang menyebabkan malaria relapse. Pada penderita yang
mengandung hipnosoit, apabila suatu saat dalam keadaan daya tahan tubuh
menurun misalnya akibat terlalu lelah, sibuk, stress atau perubahan iklim (musim
hujan), hipnosoit dalam tubuhnya akan terangsang untuk melanjutkan siklus
parasit dari sel hati ke eritrosit. Setelah eritrosit yang berparasit pecah akan timbul
kembali gejala penyakit. Misalnya 1 – 2 tahun sebelumnya pernah menderita P.
vivax/ovale dan sembuh setelah diobati, bila kemudia mengalami kelelahan atau
stress, gejala malaria akan muncul kembali sekalipun yang bersangkutan tidak
digigit oleh nyamuk anopheles. Bila dilakukan pemeriksaan, akan didapati SD
positif P. vivax/ovale. 5
Pada P. Falciparum serangan dapat meluas ke berbagai organ tubuh lain dan
menimbulkan kerusakan seperti di otak, ginjal, paru, hati dan jantung, yang
mengakibatkan terjadinya malaria berat atau komplikasi. Plasmodium Falciparum
dalam jaringan yang mengandung parasit tua – bila jaringan tersebut berada di
11
dalam otak- peristiwa ini disebut sekustrasi. Pada penderita malaria berat, sering
tidak ditemukan plasmodium dalam darah tepi karena telah mengalami
sekuestrasi. Meskipun angka kematian malaria serebral mencapai 20-50% hampir
semua penderita yang tertolong tidak menunjukkan gejala sisa neurologis
(sekuele) pada orang dewasa. Malaria pada anak kecil dapat terjadi sekuel. 5
Pada daerah hiperendemis atau immunitas tinggi apabila dilakukan
pemeriksaan SD sering dijumpai SD positif tanpa gejala klinis pada lebih dari
60% penduduk. 5
2.5. PATOGENESIS MALARIA
1. Demam
Akibat ruptur eritrosit → merozoit dilepas ke sirkulasi.
Pelepasan merozoit pada tempat dimana sirkulasi melambat mempermudah invasi
sel darah yang berdekatan, sehingga parasitemia falsifarum mungkin lebih besar
daripada parasitemia spesies lain, dimana robekan skizon terjadi pada sirkulasi
yang aktif. Sedangkan plasmodium falsifarum menginvasi semua eritrosit tanpa
memandang umur, plasmodium vivax menyerang terutama retikulosit, dan
plasmodium malariae menginvasi sel darah merah matang, sifat-sifat ini yang
cenderung membatasi parasitemia dari dua bentuk terakhir diatas sampai kurang
dari 20.000 sel darah merah /mm3. Infeksi falsifarum pada anak non imun dapat
mencapai hingga 500.000 parasit/mm3. 5
2. Anemia
Akibat hemolisis, sekuestrasi eritrosit di limpa dan organ lain, dan depresi
sumsum tulang
Hemolisis sering menyebabkan kenaikan dalam billirubin serum, dan pada
malaria falsifarum ia dapat cukup kuat untuk mengakibatkan hemoglobinuria
(blackwater fever). Perubahan autoantigen yang dihasilkan dalam sel darah merah
oleh parasit mungkin turut menyebabkan hemolisis, perubahan-perubahan ini dan
peningkatan fragilitas osmotic yang terjadi pada semua eritrosit, apakah terinfeksi
11
atau tidak. Hemolisis dapat juga diinduksi oleh kuinin atau primakuin pada orang-
orang dengan defisiensi glukosa-6-fosfat dehidrogenase herediter.5
Pigmen yang keluar kedalam sirkulasi pada penghancuran sel darah merah
berakumulasi dalam sel retikuloendotelial limfa, dimana folikelnya menjadi
hiperplastik dan kadang-kadang nekrotik, dalam sel kupffer hati dan dalam
sumsum tulang, otak, dan organ lain. Pengendapan pigmen dan hemosiderin yang
cukup mengakibatkan warna abu-abu kebiruan pada organ. 5
3. Kejadian immunopatologi
Aktivasi poliklonal → hipergamaglobulinemia, pembentukan kompleks imun,
depresi immun, pelepasan sitokin seperti TNF
Bentuk imunitas terhadap malaria dapat dibedakan atas :
a) Imunitas alamiah non imunologis
Berupa kelainan-kelainan genetic polimorfisme yang dikaitkan dengan
resistensi terhadap malaria, misalnya: Hb S, Hb C, Hb E, thallasemin alafa-
beta, defisiensi glukosa 6-fosfat dehidrogenase, golingan darah duffy negative
kebal terhadap infeksi plasmodium vivax, individu dengan HLA-Bw 53 lebih
rentan terhadap malaria dan melindungi terhadap malaria berat.
b) Imunitas didapat non spesifik
Sporozoit yang masuk kedalam darah segera dihadapi oleh respon imun non
spesifik yang terutama dilakukan oleh magrofag dan monosit, yang
menghasilkan sitokin-sitokin seperti TNF, IL1, IL2, IL4, IL6, IL8, dan IL10,
secara langsung menghambat pertumbuhan parasit (sitostatik), membunuh
parasit (sitotoksik). 5
c) Imunitas didapat spesifik.
Merupakan tanggapan system imun terhadap infeksi malaria mempunyai sifat
spesies spesifik, strain spesifik, dan stage spesifik. 5
4. Anoxia jaringan
Parasit P. falciparum matur: timbul knob pada permukaan sel darah merah
berparasit yang memfasilitasi cytoadherence P. falciparum-parasitized red cells ke
sel-sel endotel vaskular otak, ginal, organ yang terkena lainnya menyebabkan
11
obstruksi aliran darah & kerusakan kapiler leakage protein dan cairan vaskular,
edema, serta anoxia jaringan otak, jantung, paru, usus, ginjal.
P. vivax dan P. ovale : menyerang eritrosit imatur
P. malariae: menyerang eritrosit matur
P. falciparum: menyerang eritrosit matur & imatur à parasitemia
lebih berat
Kerentanan bervariasi secara genetik, beberapa fenotip sel darah
merah:
Hemoglobin S
Hemoglobin F
Thalassemia
Resisten (parsial) terhadap infeksi P. falciparum. 5
2.6. MANIFESTASI KLINIS
Menurut berat-ringannya gejala malaria dapat dibagi menjadi 2 jenis:
A. Gejala malaria ringan (malaria tanpa komplikasi)
Meskipun disebut malaria ringan, sebenarnya gejala yang dirasakan penderitanya
cukup menyiksa (alias cukup berat). Gejala malaria yang utama yaitu: demam,
dan menggigil, juga dapat disertai sakit kepala, mual, muntah, diare, nyeri otot
atau pegal-pegal. Gejala-gejala yang timbul dapat bervariasi tergantung daya
tahan tubuh penderita dan gejala spesifik dari mana parasit berasal.4
Gejala malaria yang klasik terdiri dari tiga stadium berurutan yang disebut
trias malaria, yaitu:
1. Stadium dingin (cold stage)
Stadium ini berlangsung + 15 menit sampai dengan 1 jam. Dimulai dengan
menggigil dan perasaan sangat dingin, gigi gemeretak, nadi cepat tetapi
lemah, bibir dan jari-jari pucat kebiru-biruan (sianotik), kulit kering dan
terkadang disertai muntah. 4
2. Stadium demam (hot stage)
Stadium ini berlangsung + 2 – 4 jam. Penderita merasa kepanasan. Muka
merah, kulit kering, sakit kepala dan sering kali muntah. Nadi menjadi
11
kuat kembali, merasa sangat haus dan suhu tubuh dapat meningkat hingga
41°C atau lebih. Pada anak-anak, suhu tubuh yang sangat tinggi dapat
menimbulkan kejang-kejang. 4
3. Stadium berkeringat (sweating stage)
Stadium ini berlangsung + 2 – 4 jam. Penderita berkeringat sangat banyak.
Suhu tubuh kembali turun, kadang-kadang sampai di bawah normal.
Setelah itu biasanya penderita beristirahat hingga tertidur. Setelah bangun
tidur penderita merasa lemah tetapi tidak ada gejala lain sehingga dapat
kembali melakukan kegiatan sehari-hari. 4
Gejala klasik (trias malaria) berlangsung selama 6 – 10 jam, biasanya
dialami oleh penderita yang berasal dari daerah non endemis malaria,
penderita yang belum mempunyai kekebalan (immunitas) terhadap malaria
atau penderita yang baru pertama kali menderita malaria. 4
Di daerah endemik malaria dimana penderita telah mempunyai
kekebalan (imunitas) terhadap malaria, gejala klasik timbul tidak berurutan,
bahkan tidak selalu ada, dan seringkali bervariasi tergantung spesies parasit
dan imunitas penderita. Di daerah yang mempunyai tingkat penularan sangat
tinggi (hiperendemik) seringkali penderita tidak mengalami demam, tetapi
dapat muncul gejala lain, misalnya: diare dan pegal-pegal. Hal ini disebut
sebagai gejala malaria yang bersifat lokal spesifik. 4
Gejala klasik (trias malaria) lebih sering dialami penderita malaria
vivax, sedangkan pada malaria falciparum, gejala menggigil dapat
berlangsung berat atau malah tidak ada. Diantara 2 periode demam terdapat
periode tidak demam yang berlangsung selama 12 jam pada malaria
falciparum, 36 jam pada malaria vivax dan ovale, dan 60 jam pada malaria
malariae. Perbedaan kurva suhu tubuh penderita malaria fasciparum, malaria
vivax, dan malaria malariae dapat dilihat pada grafik di bawah ini. 4
11
Grafik 1. Kurva temperatur pada penderita malaria falciparum.
Grafik 2. Kurva temperatur pada penderita malaria vivax.
11
Grafik 3. Kurva temperatur pada penderita malaria malariae.
B. Gejala malaria berat (malaria dengan komplikasi)
Penderita dikatakan menderita malaria berat bila di dalam darahnya ditemukan
Plasmodium Falciparum melalui pemeriksaan laboratorium Sediaan Darah Tepi
atau Rapid Diagnostic Test (RDT) dan disertai memiliki satu atau beberapa
gejala/komplikasi berikut ini:
1. Gangguan kesadaran dalam berbagai derajat (mulai dari koma sampai
penurunan kesadaran lebih ringan dengan manifestasi seperti: mengigau,
bicara salah, tidur terus, diam saja, tingkah laku berubah) 4
2. Keadaan umum yang sangat lemah (tidak bisa duduk/berdiri)
3. Kejang-kejang
4. Panas sangat tinggi
5. Mata atau tubuh kuning
6. Tanda-tanda dehidrasi (mata cekung, turgor dan elastisitas kulit berkurang,
bibir kering, produksi air seni berkurang)
7. Perdarahan hidung, gusi atau saluran pencernaan.4
8. Nafas cepat atau sesak nafas
9. Muntah terus menerus dan tidak dapat makan minum
10. Warna air seni seperti teh tua dan dapat sampai kehitaman
11. Jumlah air seni kurang sampai tidak ada air seni
12. Telapak tangan sangat pucat (anemia dengan kadar Hb kurang dari 5 g%)
Penderita malaria berat harus segera dibawa/dirujuk ke fasilitas kesehatan
untuk mendapatkan penanganan semestinya.
2.7. DIAGNOSIS
1. Anamnesis
Keluhan utama : demam, menggigil, dapat disertai sakit kepala,
mual, muntah, diare dan nyeri otot atau pegal-pegal.
11
Riwayat berkunjung dan bermalam 1-4 minggu yang lalu ke daerah
endemik malaria.
Riwayat tinggal didaerah endemik malaria.
Riwayat sakit malaria.
Riwayat minum obat malaria satu bulan terakhir.
Riwayat mendapat transfusi darah.
Gejala klinis pada anak dapat tidak jelas.2
2. Pemeriksaan fisik
a. Malaria Ringan
Demam (pengukuran dengan termometer ≥ 37,5°C)
Konjungtiva atau telapak tangan pucat
Pembesaran limpa (splenomegali)
Pembesaran hati (hepatomegali). 2
b. Malaria Berat
Mortalitas:
Hampir 100% tanpa pengobatan,
Tatalaksana adekuat: 20%
Definisi: Infeksi P. falciparum disertai dengan salah satu atau lebih
kelainan berikut:
Malaria serebral
Gangguan status mental
Kejang multipel
Koma
Hipoglikemia: gula darah < 50 mg/dL
Distress pernafasan
Temperatur > 40oC, tidak responsif dengan asetaminofen
Hipotensi
Oliguria atau anuria
11
Anemia: hematokrit <20% atau menurun dengan cepat
Kreatinin > 1,5 mg/dL
Parasitemia > 5%
Bentuk Lanjut (tropozoit lanjut atau schizont) P. falciparum
pada apusan darah tepi
Hemoglobinuria
Perdarahan spontan
Kuning 5
3. Pemeriksaan laboratorium
a. Pemeriksaan dengan mikroskop
Pemeriksaan sediaan darah (SD) tebal dan tipis di
Puskesmas/Iapangan/rumah sakit untuk menentukan:
o Ada tidaknya parasit malaria (positif atau negatif).
o Spesies dan stadium plasmodium
o Kepadatan parasit
Untuk penderita tersangka malaria berat perlu memperhatikan hal-hal
sebagai berikut:
1. Bila pemeriksaan sediaan darah pertama negatif, perlu diperiksa ulang
setiap 6 jam sampai 3 hari berturut-turut.
2. Bila hasil pemeriksaan sediaan darah tebal selama 3 hari berturut-turut
tidak ditemukan parasit maka diagnosis malaria disingkirkan.
b. Pemeriksaan dengan tes diagnostik cepat (Rapid Diagnostic Test)
Mekanisme kerja tes ini berdasarkan deteksi antigen parasit malaria,
dengan menggunakan metoda imunokromatografi, dalam bentuk
dipstik Tes ini sangat bermanfaat pada unit gawat darurat, pada saat
terjadi kejadian luar biasa dan di daerah terpencil yang tidak tersedia
fasilitas lab serta untuk survey tertentu.
11
Hal yang penting lainnya adalah penyimpanan RDT ini sebaiknya
dalam lemari es (bukan dalam freezer pendingin).
c. Pemeriksaan penunjang untuk malaria berat:
Darah rutin
Kimia darah lain (gula darah, serum billirubin, SGOT, SGPT,
alkali fosfatase, albumin/globulin, ureum, kreatinin, natrium dan
kalium, analisa gas darah).
EKG
Foto Thorax
Analisis cairan cerebrospinalis
Biakan darah dan uji serologi
Urinalisis.
Gambar: stadium-stadium dalam siklus P. Falciparum
Bentuk tropozoit matur
Bentuk schizont matur, jarang terlihat di sedian darah perifer karena sekuestrasi mikrovaslular
Bentuk tropozoit awal (bentuk cincin)
11
Sumber : Division of Paracitic Disease, US Centers for Disease Control and
Prevention, Atlanta.
2.8. PENGOBATAN
Pengobatan yang diberikan adalah pengobatan radikal malaria dengan
membunuh semua stadium parasit yang ada di dalam tubuh manusia. Adapun
tujuan pengobatan radikal untuk mendapat kesembuhan kilinis dan parasitologik
serta memutuskan rantai penularan. 2
Semua obat anti malaria tidak boleh diberikan dalam keadaan perut kosong
karena bersifat iritasi lambung, oleh sebab itu penderita harus makan terlebih
dahulu setiap akan minum obat anti malaria.2
Pengobatan malaria di Indonesia menggunakan OAM kombinasi, yaitu
penggunaan dua atau lebih obat anti malaria yang farmakodinamik dan
farmakokinetiknya sesuai, bersinergi dan berebda cara terjadinya resistensi.
Tujuannya adalah untuk pengobatan yang lebih baik dan mencegah terjadinya
resistensi plasmodium terhadap obat anti malaria. Pengobatan kombinasi
haruslah:
Aman dan toleran untuk semua umur
Efektif dan cepat kerjanya
Resisten atau resistensi silang belum terjadi
Harga murah dan terjangkau.
Kebijakan nasional pengendalian malaria khususnya dalam pemberian
pelayanan bermutu dan efektif dalam pengobatan malaria telah menggunakan obat
Artemisinin base Combination Therapy (ACT). Ada dua jenis ACT yang dipakai
Bentuk pisang (Gametosit)
11
yaitu kombinasi Dihydroartemisinin-Piperakuin (DHP) yang fixed dose dan
kombinasi Artesunat-Amodiakuin yang co-blister. Nama dagang untuk kombinasi
DHP, Artekin, Duo-Cotecxin, Dartepp dengan jumlah 8 tablet per kemasan dan
Darplex (9 tablet per kemasan). Kombinasi Artesunat-Amodiakuin nama
dagangnya adalah Arsuamoon. Penggunaan obat tersebut diupayakan menurut
berat badan sesuai ketentuan.6
PENGOBATAN MALARIA TANPA KOMPLIKASI
1. Malaria Falciparum6
Lini pertama
Table Pengobatan Lini Pertama Malaria Falciparum Menurut
Berat Badan Dengan DHP Dan Primakuin.
Hari Jenis Obat
Jumlah tablet perhari menurut berat badan
≤ 5 kg 6-10
kg
11-17
kg
18-30
kg
31-40
kg
41-59 kg ≥ 60 kg
0-1
Bulan
2-11
Bulan
1-4
Tahun
5-9
Tahun
10-14
Tahun
≥15Tahun ≥15Tahun
1-3 DHP 1/4 ½ 1 1½ 2 3 4
1 Primakuin - - ¾ 1½ 2 2 3
Dosis obat: Dihydroartemisinin = 2-4 mg/kg BB
Peperakuin = 16-32 mg/kg BB
Primakuin = 0,75 mg/kg BB (untuk 1hari)
Catatan:
Sebaiknya dosis pemberian DHP berdasarkan berat badan, apabila
penimbangan berat badan tidak dapat dilakukan maka pemberian
obat dapat berdasarkan kelompok umur.
Apabila ada ketidaksesuaian antara umur dan berat badan maka
dosis yang dipakai adalah berdasarkan berat badan.
Dapat diberikan pada ibu hamil trimester 2 dan 3
ACT + Primakuin
11
Bila penderita P. Falciparum dengan BB > 80 kg dating kembali
dalam waktu 2 bulan setelah pemberian obat dan pemeriksaan
sedian darah masih positif P. Falciparum, maka diberikan DHP
dengan dosis ditingkatkan menjadi 5 tablet/hari selama 3 hari. 6
Table Pengobatan Lini Pertama Malaria Falciparum Menurut Berat
Badan Dengan Artesunat + Amodiakuin Dan Primakuin.
Hari Jenis Obat
Jumlah tablet perhari menurut berat badan
≤ 5 kg 6-10 kg 11-17 kg 18-30kg 31-40kg 41-49kg 50-59kg ≥ 60 kg
0-1
Bulan
2-11
Bulan
1-4
Tahun
5-9
Tahun
10-14
Tahun
≥15
Tahun
≥15
Tahun
≥15
Tahun
1-3 Artesunat ¼ ½ 1 1½ 2 3 4 4
Amodiakuin ¼ ½ 1 1½ 2 3 4 4
1 Primakuin - - ¾ 1½ 2 2 2 3
Dosis obat:
Amodiakuin basa: 10 mg/kgBB
Artesunat: 4 mg/kgBB
Primakuin: 0,75 mg/kgBB (untuk 1 hari)
Lini Kedua
Lini kedua diberikan jika lini pertama tidak efektif dimana ditemukan
gejala; gejala klinis tidak memburuk tetapi parasit aseksual tidak berkurang
(persisten) atau timbul kembali (rekrudesensi).
Kina + Doksisiklin atau Tetrasiklin + Primakuin
11
Table Pengobatan Lini Kedua Malaria Falciparum Menurut
Berat Badan (Dengan Obat Kombinasi Kina Dan Doksisiklin).
Hari Jenis Obat
Jumlah tablet perhari menurut berat badan
≤ 5 kg 6-10
kg
11-17
kg
18-30
kg
31-33
kg
34-40
kg
41-45
kg
46-60
kg
≥ 60
kg
0-1
Bulan
2-11
Bulan
1-4
Tahun
5-9
Tahun
10-14
Tahun
10-14
Tahun
≥15
Tahun
≥15
Tahun
≥15
Tahun
1-7 Kina Sesuai
BB
3 x ½ 3x 1 3 x 1½ 3 x 1½ 3 x 2 3 x 2½ 3 x 2½ 3x3
1 Primakuin - ¾ 1½ 2 2 2 2 3 3
Table Dosis Doksisiklin
Har
iJenis Obat
Jumlah tablet perhari menurut berat badan
≤ 5 kg 6-19 kg 20-29 kg 30-44 kg 45-59 kg ≥ 60 kg
0-1
Bulan
2-11
Bulan
1-4
Tahun
5-9
Tahun
10-14
Tahun
≥15
Tahun
1-7 Doksisiklin - - 2 x 25
mg
2 x 50
mg
2 x 75
mg
2 x 100
mg
Catatan;
Dosis Kina diberikan sesuai BB (3 x 10 mg/kgBB/hari)
Dosis Doksisiklin 3,5 mg/kgBB/hari diberikan 2x sehari (≥
15 tahun)
Dosis Doksisiklin 2,2 mg/kgBB/hari diberikan 2x sehari (8-
14 tahun)
11
Table Pengobatan Lini Kedua Malaria Falciparum Menurut Berat
Badan (Dengan Obat Kombinasi Kina Dan Tetrasiklin).
HariJenis
Obat
Jumlah tablet perhari menurut berat badan
≤ 5
kg
6-10
kg
11-17
kg
18-30
kg
31-33
kg
34-40
kg
41-45
kg
46-60
kg
> 60
kg
0-1
Bulan
2-11
Bulan
1-4
Tahun
5-9
Tahun
10-14
Tahun
10-14
Tahun
≥15
Tahun
≥15
Tahun
≥15
Tahun
1-7 Kina Sesua
i BB
3 x ½ 3x 1 3 x
1½
3 x 1½ 3 x 2 3 x 2½ 3 x
2½
3x3
1 Primak
uin
- ¾ 1½ 2 2 2 2 3 3
Table Dosis Tetrasiklin
Hari Jenis Obat
Jumlah tablet perhari menurut berat badan
≤ 5 kg 6-10 kg 11-17
kg
18-30
kg
31-40
kg
41-49
kg
50-59
kg
≥ 60 kg
0-1
Bulan
2-11
Bulan
1-4
Tahun
5-9
Tahun
10-14
Tahun
≥15
Tahun
≥15
Tahun
≥15
Tahun
1-7 Tetrasiklin - - - Sesuai
BB
4 x125
mg
4 x 125
mg
4 x 250
mg
4 x 250
mg
Catatan:
Deosis tetrasiklin 4 mg/kgBB/kali diberikan 4x sehari
2. Malaria Vivax
Pengobatan Malaria Vivax lini pertama sama dengan Malaria
falciparum. Malaria Vivax juga menggunakan ACT + Primakuin.
Dosisnyapun sama denegan Malaria Falciparum, yang berbeda adalah
Oleh karena Doksisiklin dan Tetrasiklintidak dapat diberikan pada ibu hamil maka sebagai penggantinya dapat dipakai klindamisin yang tersedia di Puskesmas.
11
dosis Primakuin dimana untuk Malaria Vivax diberikan selama 14 hari
dengan dosis 0,25 mg/kgBB.
Lini pertama
Table pengobatan Lini Pertama malaria vivax menurut berat badan
dengan DHP dan Primakuin.
Ha
ri
Jenis
Obat
Jumlah tablet perhari menurut berat badan
≤ 5 kg 6-10 kg 11-17 kg 18-30 kg 31-40 kg 41-59 kg ≥ 60 kg
0-1
Bulan
2-11
Bulan
1-4
Tahun
5-9
Tahun
10-14
Tahun
≥15
Tahun
≥15
Tahun
1-3 DHP 1/4 ½ 1 1½ 2 3 4
1-
14
Primaku
in
- - ¼ ½ ¾ 1 1
Table pengobatan Lini Pertama malaria vivax menurut berat badan
dengan Artesunat+Amodiakuin dan Primakuin.
HariJenis
Obat
Jumlah tablet perhari menurut berat badan
≤ 5 kg 6-10 kg 11-17 kg 18-30
kg
31-40
kg
41-49
kg
50-59
kg
≥ 60 kg
0-1
Bulan
2-11
Bulan
1-4
Tahun
5-9
Tahun
10-14
Tahun
≥15
Tahun
≥15
Tahun
≥15
Tahun
1-3 Artesun
at
¼ ½ 1 1½ 2 3 4 4
Amodia
kuin
¼ ½ 1 1½ 2 3 4 4
1-14 Primaku
in
- - ¼ ½ ¾ 1 1 1
Dosis obat:
Amodiakuin basa: 10 mg/kgBB
Artesunat: 4 mg/kgBB
ACT + Primakuin
11
Primakuin: 0,25 mg/kgBB (untuk 14 hari)
Lini Kedua
Kombinasi ini digunakan untuk pengobatan malaria vivax yang tidak respon
terhadap pengobatan ACT
Table pengobatan Lini Kedua malaria vivax
Hari Jenis Obat
Jumlah tablet perhari menurut berat badan
≤5 kg 6-10
kg
11-17
kg
18-30
kg
31-33
kg
34-40
kg
41-45
kg
46-60
kg
≥60 kg
0-1
Bulan
2-11
Bulan
1-4
Tahun
5-9
Tahun
10-14
Tahun
10-14
Tahun
≥15
Tahun
≥15
Tahun
≥15
Tahun
1-7 Kina Sesua
i BB
3 x ½ 3x 1 3 x 1½ 3 x 1½ 3 x 2 3 x 2½ 3 x 2½ 3x3
1-
14
Primakuin - - ¼ ½ ¾ ¾ 1 1 1
Pengobatan malaria vivaks yang relaps
Dugaan relaps pada malaria vivax adalah apabila pemberian primakuin
dosis 0,25 mg/kgBB/hari sudah diminum selama 14 hari namun penderita sakit
kembali dengan parasit positif dalam kurun waktu 3 bulan setelah pengobatan.
Pengobatan malaria vivax yang relaps (kambuh) adalah dengan diberikan lagi
regimen ACT yang sama tetapi dosis primakuin ditingkatkan menjadi 0,5
mg/kgBB/hari.
3. Malaria Ovale
Lini Pertama Malaria Ovale
Pengobatan malaria ovale saat ini juga menggunakan ACT, terdiri
dari DHP atau Artesunan+Amodiaquin. Dosis pemberian obatnya sama
dengan penmberian obat pada malaria vivax.
Lini Kedua Malaria Ovale
Lini kedua : Kina + Primakuin
11
Pengobatan lini kedua malaria ovale juga sama dengan lini kedua
malaria vivax.
4. Malaria Malariae
Pengobatan P. Malariae cukup diberikan ACT 1 kali perhari selama
3 hari, dengan dosis sama dengan pengobatan malaria lainnya dan tidak
diberikan primakuin.
PENGOBATAN MALARIA DENGAN KOMPLIKASI
Pengobatan malaria berat ditujukan pada pasien yang datang dengan
manifestasi klinis berat termasuk yang gagal dengan pengobatan lini pertama.
Apabila fasilitas tidak ada atau kurang memungkinkan, maka penderita
dipersiapkan untuk di rujuk ke Rumah Sakit dengan pelayanan yang lebih
lengkap. 2
Penatalaksanaan kasus malaria berat pada prinsipnya meliputi:
Tindakan umum
Pengobatan simptomatik
Pemberian obat anti malaria
Penanganan komplikasi
Pemberian Obat Anti Malaria Berat
Artesunat parenteral direkomendasikan untuk digunakan di Rumah Sakit
atau Puskesmas perawatan. Sedangkan artemeter intramuscular direkomendasikan
untuk Puskesmas tanpa fasilitas perawatan. Obat ini tidak boleh diberikan pada
ibu hamil trimester 1 yang menderita malaria berat.
Kemasan Dan Cara Pemberian Artesunat
Pilihan utama: derivate artemisin parenteral Artesunat Intravena atau intramuscular Artemeter Intramuskular
11
Artesunat parenteral tersedia dalam vial yang berisi 60 mg serbuk kering
asam artesunik dan pelarut dalam ampul yang berisi 0,6 ml natrium bikarbonat
5%. Untuk membuat suatu larutan artesunat ialah dengan mencapur 60 mg serbuk
kering artesunik tadi dengan larutan 0,6 ml natrium bikarbonat 5 %. Kemudian
ditambah larutan Dextrose 5% sebanyak 3-5 ml. artesunat diberikan dengan
loading dose secara bolus; 2,4 mg/kgBB per iv selama ± 2 menit, dan diulang
setelah 12 jam dengan dosis yang sama. Selanjutnya artesunat diberikan 2,4
mg/kgBB 1 kali sehari sampai penderita mapu minum obat. Larutan artesunat ini
juga bisa diberikan secara intramuscular (im) dengan dosis yang sama.2
Bila penderita sudah dapat minum obat maka pengobatan dilanjutkan
dengan regiman atresunat + amodiakuin + primakuin (lihat dosis pengobatan lini
pertama Malaria Falciparu tanpa komplikasi).2
Kemasan Dan Cara Pemberian Artemeter
Artemeter intramuscular tersedia dalam ampul yang bersisi 80 mg artemeter
dalam larutan minyak Artemeter diberikan dalam loading dose: 3,2 mg/kgBB
intramuscular. Selanjutnya artemeter diberikan 1,6 mg/kgBB intramuscular satu
kali sehari sampai penderita mampu minum obat.2
Bila penderita sudah mampu minum obat, maka pengobatan dilanjutkan
dengan regimen artesunat + amodiakuin + primakuin (lihat dosis pengobatan lini
pertama Malaria Falciparum tanpa komplikasi).2
Obat alternative malaria berat :
Kemasan Dan Cara Pemberian Kina Parenteral
Kina per-infus masih merupakan obat alternative untuk malaria berat pada
daerah yang tidak tersedia derivate artemisinin parenteral, dan pada ibu hamil
trimester pertama. Obat ini dikemas dalam bentuk ampul Kina dihidroklorida 25
%, satu ampulnya berisi 500 mg/2 ml.2
Dosis Dan Cara Pemberian Kina Pada Orang Dewasa Termasuk Untuk Ibu
Hamil:
Kina Dihidroklorida Parenteral
11
Loading Dose: 20 mg garam/kgbb dilarutkan dalam 500 ml dextrose 5% atau
NaCl 0,9% diberikan selama 4 jam pertama. Selanjutnya selama 4 jam kedua
hanya diberikan cairan dextrose 5% atau NaCl 0,9%. Setelah itu diberikan kina
dengan dosis maintenance 10 mg/kgbb dalam larutan 500 ml dextrose 5% atau
NaCl selama 4 jam. Empat jam selanjutnya hanya diberikan cairan dex 5% atau
NaCl 0,9%, setelah itu diberikan lagi dosis maintenance seperti di atas sampai
penderita dapat minum kina per-oral. Bila sudah sadar/ dapat minum obat maka
pemberian kina iv diganti dengan kina tablet per-oral dengan dosis 10
mg/kgbb/kali diberikan 3 kali sehari (dengan total dosis 7 hari dihitung sejak
pemberian kina perinfus yang pertama).2
Dosis anak-anak: kina.HCl 25% (perinfus) dosis 10 mg/kgbb (bila umur < 2
bulan: 6-8 mg/kgbb) diencerkan dengan dekstrosa 5% atau NaCl 0,9% sebanyak
5-10 ml/kgbb diberikan selam 4 jam, diulang setiap 8 jam sampai penderita sadar
dan dapat minum obat.2
Kina Dihidroklorida Pada Kasus Pra-Rujukan:
Apabila tidak memungkinkan pemberian kina per-infuse, maka dapar
diberikan Kina.HCl 10 mg/kgbb intramuscular dengan masing-masing ½ dosis
pada paha depan kiri-dan kanan. Untuk pemekaian intramuscular kina diencerkan
dengan 5-8 cc NaCl 0,9% untuk mendapatkan konsentrasi 60-100 mg/ml.2
Catatan:
Pada penderita dengan gagal ginjal, loading dose tidak diberikan dan dosis
manintenance kina diturunkan setengahnya.
Pada hari pertama pemberian kina tablet, berikan primakuin dengan dosis
0,75 mg/kgbb.
Dosis maksimum dewasa: 2000 mg/hari.2
PENGOBATAN MALARIA DENGAN INFEKSI CAMPURAN 6
P. Falciparum dengan P. Vivax/ P. Ovale, pengobatan dengan ACT
11
Pada penderita dengan infeksi campuran diberikan ACT selama 3 hari serta
primakuin dengan dosis 0,25 mg/kgBB/hari selama 14 hari.
Table pengobatan Infeksi Campuran P. Falciparum dengan P. Vivax/ P.
Ovale menurut berat badan dengan DHP dan Primakuin
Hari Jenis Obat
Jumlah tablet perhari menurut berat badan
≤ 5 kg 6-10 kg 11-17 kg 18-30 kg 31-40
kg
41-59
kg
≥ 60 kg
0-1
Bulan
2-11
Bulan
1-4
Tahun
5-9 Tahun 10-14
Tahun
≥15
Tahun
≥15
Tahun
1-3 DHP 1/4 ½ 1 1½ 2 3 4
1 Primakuin - - ¼ ½ 3/4 1 1
Table pengobatan Infeksi Campuran P. . Falciparum dengan P. Vivax/ P. Ovale
menurut berat badan dengan Artesunat + Amodiaquin
Hari Jenis Obat
Jumlah tablet perhari menurut berat badan
≤ 5 kg 6-10 kg 11-17 kg 18-30 kg 31-40 kg 41-59 kg ≥ 60 kg
0-1
Bulan
2-11
Bulan
1-4
Tahun
5-9
Tahun
10-14
Tahun
≥15
Tahun
≥15
Tahun
1-3 Artesunat ¼ ½ 1 2 3 4 4
Amodiakuin ¼ ½ 1 2 3 4 4
1 Primakuin - - ¼ ½ ¾ 1 1
P. Falciparum dengan P. Malariae, pengobatan dengan ACT
Infeksi campuran antara P. Falciparum dengan P. Malariae diberikan
pengobatan dengan regimen ACT selama 3 hari dan primakuin pada hari pertama.
2.9. PENCEGAHAN (KEMOPROFlLAKSIS)
Kemoprofilaksis bertujuan untuk mengurangi resiko terinfeksi malaria
sehingga bila terinfeksi maka gejala klinisnya tidak berat. Kemoprofilaksis ini
ditujukan kepada orang yang bepergian ke daerah endemis malaria dalam waktu
yang tidak terlalu lama, seperti turis, peneliti, pegawai kehutanan dan lain-lain.
11
Untuk kelompok atau individu yang akan bepergian/tugas dalam jangka waktu
yang lama, sebaiknya menggunakan personal protection seperti pemakaian
kelambu, repellent, kawat kassa dan Iain-lain. 2
Kemoprofilaksis untuk Plasmodium vivax dapat diberikan klorokuin
dengan dosis 5 mg/kgbb setiap minggu. Obat tersebut diminum satu minggu
sebelum masuk ke daerah endemis sampai 4 minggu setelah kembali. Dianjurkan
tidak menggunakan klorokuin lebih dan 3-6 bulan.2
2.10. PROGNOSIS
1. Prognosis malaria berat tergantung kecepatan diagnosa dan ketepatan &
kecepatan pengobatan.
2. Pada malaria berat yang tidak ditanggulangi, maka mortalitas yang
dilaporkan pada anak-anak 15 %, dewasa 20 %, dan pada kehamilan
meningkat sampai 50 %.
3. Prognosis malaria berat dengan kegagalan satu fungsi organ lebih baik
daripada kegagalan 2 fungsi organ
Mortalitas dengan kegagalan 3 fungsi organ, adalah > 50 %
Mortalitas dengan kegagalan 4 atau lebih fungsi organ, adalah > 75 %
Adanya korelasi antara kepadatan parasit dengan klinis malaria berat
yaitu:
Kepadatan parasit < 100.000, maka mortalitas < 1 %
Kepadatan parasit > 100.000, maka mortalitas > 1 %
Kepadatan parasit > 500.000, maka mortalitas > 50 % 4
BAB IV
ANALISA KASUS
± 3 hari sebelum datang kepuskesmas pasien mengeluh demam,
demam naik turun, demam terjadi pada siang hari maupun malam hari, jika
11
demam muncul, pasien lebih suka berselimut. Pasien mengeluh sering
menggigil, lamanya kira-kira 15 menit. Jika demam mulai turun pasien
berkeringat, lamanya kira-kira 2 jam dan pasien merasa lebih baik. Demam,
menggigil dan berkeringat selalu terjadi tiap hari. Kejang (-), mimisan(-),
gusi berdarah(-). Sakit kepala (-), badan terasa lesu (+), sendi terasa ngilu (-),
mual (+), muntah (+) ± 3x/hari, jumlah ± 1 sendok makan, isi makanan,
lendir , nyeri ulu hati (+), sakit pinggang (-). Pasien juga mengeluh nafsu
makan berkurang, frekuensi + 1x/hari, jumlah 2-3 sendok makan, lidah terasa
pahit. BAK dan BAB tidak ada keluhan.
Diagnosa malaria ditegakkan berdasarkan anamnesa, pemeriksaan
fisik, dan pemeriksaan laboratorium. Demam yang naik turun pada pasien ini
telah berlangsung selama 3 hari, dari anamnesis diketahui bahwa demam
pada pasien ini memiliki gambaran yang spesifik, yaitu demam yang
mendadak tinggi kemudian diikuti badan yang menggigil dan berkeringat,
demam malaria dapat dipikirkan karena pada pasien ini dijumpai adanya trias
malaria yaitu episode dingin/menggigil, episode panas episode berkeringat.
Dari anamnesis, dijumpai peningkatan suhu tubuh, adanya keluhan mual,
muntah dan rasa nyeri di ulu hati sehingga dapat dipikirkan diagnosa banding
pada pasien ini demam thypoid. Dari anamnesis pula diketahui bahwa pasien
tidak mengeluhkan adanya bintik-bintik merah pada kulit, adanya gusi
berdarah maupun mimisan, sehingga dapat dipikirkan penyebab demam pada
pasien ini bukanlah demam berdarah.
11
Pada pemeriksaan fisik, didapatkan suhu 38,40, tidak dijumpai
adanya bradikardi relatif, dimana denyut nadi 110 kali/menit. Tidak dijumpai
adnya tanda-tanda syok, dimana tekanan darah 120/70 mmHg. Dari
pemeriksaan laboratorium didapatkan jumlah leukosit yang meningkat yaitu
12.000 dan hasil DDR (+) plasmodium vivax.
Pasien diberikan pengobatan berup parasetamol sebagai antipiretik,
B6 sebagai anti muntah, dan pengobatan malaria pada pasien ini berupa
Arterakine dan primakuin yang berupa lini pertama pengobatan malaria
vivax. Terapi nonmedikamentosa : istirahat, diet makanan lunak.
Prognosis vitam et functionam pada pasien ini adalah bonam,
karena pada penderita ini tidak dijumpai adanya tanda-tanda penyulit atau
komplikasi.