bab 2 landasan teori teori – teori umum dari data agregat untuk menghasilkan akses yang cepat ke...
TRANSCRIPT
7
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1. Teori – teori Umum
2.1.1. Pengertian Data
Menurut O’Brien (2004:13), data adalah data mentah atau observasi,
tentang fenomena fisik atau transaksi bisnis.
Menurut Cegielski & Rainer (2011:10), data adalah deskripsi dasar dari
benda, event, aktifitas, dan transaksi yang telah direkam, diklasifikasi,
disimpan tetapi belum bisa menyampaikan arti yang lebih spesifik
Menurut McLeod & Schell (2008:10), data terdiri atas fakta dan angka
yang biasanya tidak bermanfaat karena volumenya yang besar dan sifatnya
yang masih belum diolah. Sedangkan menurut Inmon (2005:493), data sebuah
rekaman fakta, konsep, atau instruksi pada sebuah media penyimpanan untuk
berkomunikasi, mengambil dan mengolah secara otomatis dan
mempresentasikan sebagai sebuah informasi yang dapat dimengerti oleh
manusia.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa data adalah suatu
kumpulan fakta mentah yang belum memiliki arti bagi penerimanya dan masih
memerlukan adanya suatu pengolahan.
2.1.2. Pengertian Informasi
Menurut O’Brien (2004:13), informasi adalah data yang telah dikonversi
menjadi berguna dan berarti bagi pengguna akhir yang spesifik.
8
Menurut Cegielski & Rainer (2011:10), informasi adalah data yang telah
terorganisasi sehingga dapat memberikan arti dan nilai bagi yang menerima
informasi.
Menurut McLeod & Schell (2008:11), informasi adalah data hasil
pemrosesan yang memiliki makna, biasanya menceritakan suatu hal yang
belum diketahui kepada pengguna.
Menurut Inmon (2005:493) informasi yang mengasimilasi dan
mengevaluasi makhluk hidup untuk memecahkan sebuah masalah dan
membuat keputusan.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa informasi merupakan
hasil olahan dari suatu data yang sudah memiliki makna dan dapat memberikan
informasi bagi penerimanya.
2.1.3. Pengertian Database
Menurut Connolly & Begg (2010:65), database adalah sebuah kumpulan
logikal data yang saling berkait, dan deskripsi dari data tersebut, dirancang
untuk memenuhi kebutuhan informasi dari sebuah organisasi.
Menurut Inmon (2005:493) database adalah sebuah koleksi data yang
saling terkait, yang disimpan (sering dikontrol, dan sedikit redudansi) sesuai
dengan skema. Sebuah database dapat melayani satu atau beberapa aplikasi.
Database menurut Satzinger, et al (2005:398) merupakan sekumpulan
data yang terintegrasi pengelolaannya dan dikendalikan secara terpusat.
Menurut Whitten & Bentley (2004:518), database adalah kumpulan file
yang saling terkait. Kata kuncinya adalah “saling terkait”. Database tidak
hanya merupakan kumpulan file. Record pada setiap file harus
9
memperbolehkan hubungan-hubungan (anggaplah sebagai pointer) untuk
menyimpan file-file lain.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa database adalah tempat
penyimpanan semua record dari suatu perusahaan.
2.1.4. Pengertian Database Management System (DBMS)
Menurut Connolly & Begg (2010:66), database management system
adalah sebuah perangkat lunak yang memungkinkan pengguna untuk
mendefinisikan, membuat, memelihara dan mengontrol akses ke database.
Menurut Inmon (2005:494) database management system adalah sebuah
sistem manajemen database berbasis perangkat lunak yang dapat digunakan
untuk membangun dan mengelola data.
Menurut Kimball & Ross (2002:398) database management system
adalah sebuah aplikasi komputer yang tujuan utamanya adalah untuk
menyimpan, mengambil, dan memodifikasikan data dengan cara yang sangat
terstruktur. Data di dalam DBMS biasanya saling dibagi kepada beberapa
aplikasi.
Menurut Bentley & Whitten (2004:524), database management system
adalah perangkat lunak komputer khusus yang disediakan dari vendor-vendor
komputer yang digunakan untuk membuat, mengakses, mengontrol dan
mengelola database. DBMS dapat merespon perintah-perintah khusus untuk
membuat struktur database kemudian membaca, memperbarui, dan menghapus
record yang terdapat pada sebuah database.
10
Dari definisi di atas, dapat disimpulkan DBMS adalah perangkat lunak
yang mengatur sebuah database, sehingga DBMS merupakan salah satu
komponen penting dalam sebuah sistem yang terkomputerisasi.
2.1.5. Pengertian Online Transaction Processing (OLTP)
Menurut Connolly & Begg (2010:1198) mengenai OLTP, sistem ini
menghasilkan data operasional yang rinci, saat ini dan dapat berubah. Sistem
OLTP mengoptimalkan transaksi dalam jumlah besar, yang diprediksi,
berulang, dan diperbarui secara intensif. Data OLTP dapat diatur sesuai dengan
persyaratan dari transaksi yang terkait dengan aplikasi bisnis dan mendukung
keputusan perhari dalam jumlah besar pada pengguna operasional.
Menurut Inmon (2005:500) OLTP adalah sebuah proses transaksi yang
berkinerja tinggi.
Menurut Kimball & Ross (2002:408), OLTP adalah gambaran asli untuk
semua aktivitas dan sistem yang berhubungan dengan memasukkan data ke
dalam database. Paling sering digunakan dengan mengacu pada database
relasional, meskipun OLTP dapat digunakan secara umum untuk
menggambarkan setiap pemrosesan transaksi. Kontras dengan proses analisis
online.
Dari definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa OLTP adalah suatu sistem
yang memproses suatu transaksi secara langsung pada suatu jaringan.
2.1.6. Pengertian Online Analytical Processing (OLAP)
Menurut Connolly & Begg (2010:1249), OLAP adalah istilah untuk
menggambarkan sebuah teknologi yang menggunakan tampilan
11
multidimesional dari data agregat untuk menghasilkan akses yang cepat ke
informasi yang strategis untuk tujuan analisis. (Codd et al., 1995). OLAP
memungkinkan user untuk mendapatkan pemahaman yang lebih dalam
pengetahuan tentang berbagai aspek data perusahaan mereka dengan cepat,
konsisten, dan interaktif. OLAP memungkinkan untuk melihat tampilan data
perusahaan sedemikian rupa dimana memberikan sebuah gambaran yang lebih
baik dari dimensi sebenarnya dari perusahaan.
Menurut Inmon (2005:500), OLAP adalah departemen pengolahan dari
datamart environment.
Menurut Kimball & Ross (2002:408), OLAP biasanya didefinisikan
sebagai sebuah kumpulan dari prinsip-prinsip yang menyediakan dimensi
kerangka kerja untuk membuat keputusan. OLAP juga digunakan untuk
mendefinisikan sebuah konfederasi vendor yang menawarkan nonrelasional,
produk multidimensional database yang ditujukan untuk membuat keputusan.
Dari definisi di atas, dapat disimpulkan OLAP merupakan suatu metode
untuk menyajikan jawaban dari suatu permintaan dari user dimana OLAP
bersifat dimensional sehingga aksesnya cepat.
2.1.7. Pengertian Data Warehouse
Menurut Connolly & Begg (2005:1150), data warehouse adalah
berorientasikan subjek, terpadu, varian waktu dan non volatile dalam
pengumpulan data untuk mendukung pembuatan pengambilan keputusan.
Menurut Inmon (2005:495), data warehouse merupakan sekumpulan
data yang terintegrasi, berorientasikan subjek database yang dirancang untuk
mendukung fungsi dari DSS. Dimana setiap unit dari data yang relevan
12
dibeberapa waktu. Data warehouse berisi data atomik dan data ringkasan yang
ringan.
Menurut Kimball & Ross (2002:423), data warehouse adalah
konglomerasi data warehouse dari sebuah organisasi dan area presentasi,
dimana data operasional secara khusus disusun untuk kinerja query dan analisis
serta kemudahan dalam penggunaan.
Sedangkan dalam jurnalnya, menurut Romero & Alberto (2009:2) data
warehouse adalah hasil dari homogenisasi dan mengintegrasikan data yang
relevan dari organisasi (disimpan dalam sumber data organisasi) dengan
tampilan yang detail dan konsekuen, dimana sumber data harus
dipertimbangkan sepanjang proses desain.
Dari definisi di atas, dapat disimpulkan data warehouse adalah suatu
arsitektur yang memiliki karakterisitik berorientasikan subjek, terintegrasi,
dimensi waktu dan non volatile yang digunakan dalam mendukung proses
pengambilan keputusan.
2.1.8. Karakteristik Data Warehouse
Menurut Inmon (2005:29-33), data warehouse memiliki karakteristik
sebagai berikut:
1. Subject Orientation
Data warehouse berorientasikan subjek artinya sebuah data warehouse
dirancang untuk menganalisa data berdasarkan subjek-subjek tertentu seperti
pelanggan, barang produk, dan penjualan. Data warehouse berfokus pada
model dan analisis pada data untuk membuat keputusan, bukan pada proses
ataupun fungsi tertentu.
13
Contoh yang diberikan oleh Inmon (2005:29), “Pada perusahaan
asuransi, aplikasi yang berjalan seperti otomotif, bidang kesehatan, dan
kecelakaan. Sedangkan subjek utama dari asuransi adalah kebijakan,
pelanggan, premi, dan klaim. Pada perusahaan manufaktur, subjek utamanya
adalah produk, order, vendor, tagihan material, dan bahan mentah. Untuk
perusahaan ritel subjek utamanya adalah produk, SKU (Stock Keeping Unit),
penjualan, vendor dan lainnya. Setiap perusahaan memiliki satu set subjek
yang unik.”
Gambar 2.1 Contoh Subject Orientation dari Data Warehouse
(Inmon, 2005:30)
2. Integrated
Integrasi merupakan aspek yang paling penting di dalam data warehouse.
Data disuplai dari beberapa sumber yang berbeda ke dalam data warehouse.
Data diubah, diformat ulang, disusun kembali, diringkas, dan terintegrasi
sehingga data tidak bisa dipecah-pecah karena data yang ada merupakan suatu
kesatuan yang menunjang keseluruhan konsep data warehouse. Data yang
14
masuk ke dalam data warehouse dengan berbagai cara dan mempunyai
ketidakkonsistenan pada tingkat aplikasi tidak akan dimasukkan. Contoh
konsistensi data antara lain adalah penamaan, struktur kunci, ukuran atribut,
dan karakteristik data secara fisik. Hasilnya adalah data dalam data warehouse
yang mempunyai satu bentuk. Gambar 2.2 di bawah ini akan mengilustrasikan
integrasi yang muncul ketika data melewati lingkungan operasional
berbasiskan aplikasi ke lingkungan data warehouse.
Gambar 2.2 Contoh dari Integration dari Data Warehouse (Inmon, 2005:31)
3. Non-Volatile
Karakteristik ketiga yang terpenting dalam data warehouse adalah non-
volatile. Gambar 2.3 mengambarkan non-volatile dalam suatu data. Dimana
menggambarkan operasional data yang diakses dan dimanipulasi pada suatu
waktu. Data diperbarui dalam lingkungan operasional sebagai hal biasa, namun
data warehouse memiliki karakteristik yang berbeda. Data warehouse di load
15
dan diakses, tetapi tidak di update. Apabila terdapat perubahan maupun
pembaruan, maka data lama akan tetap tersimpan. Gambar 2.3 menggambarkan
perbedaan antara data operasional dan data warehouse. Dimana data di
lingkungan operasional dapat dilakukan perubahan (update), dihapus (delete),
dan dimasukkan data baru (insert). Sedangkan data warehouse terjadi proses
mass load dan akses data. Sehingga data lama tidak akan tertimpa, yakni
tersimpan.
Gambar 2.3 Perbedaan Data di Data Operasional dan Data di Data
Warehouse (Inmon, 2005:32)
4. Time-Variant
Karakteristik terakhir dalam data warehouse adalah time-variant.
Karakteristik ini mengimplikasikan bahwa tiap data dalam data warehouse itu
selalu akurat dalam periode tertentu. Dalam satu sisi, sebuah record dalam
database memiliki waktu yang telah ditetapkan secara langsung. Di sisi lain,
sebuah record mempunyai waktu transaksi.
Menurut Inmon (2005:33), dalam varian waktu, bahwa setiap unit di data
warehouse dapat dikatakan akurat atau valid pada rentang waktu tertentu. Bisa
dengan menggunakan rentang waktu tertentu, seperti 5-10 tahun ke depan, atau
16
dengan menggunakan perbedaan waktu yg disajikan dalam data warehouse
seperti, hari, minggu, bulan.
Dalam setiap lingkungan baik operasional maupun data warehouse.
Memiliki time horizon atau batas waktu. Batas waktu pada data warehouse
lebih lama daripada sistem operasional. Karena perbedaan batas waktu
tersebut, maka data warehouse mempunyai lebih banyak histori daripada
lingkungan lainnya. Gambar 2.4 menjelaskan perbedaan data operasional dan
data warehouse dari segi time variant.
Gambar 2.4 Perbedaan time variant antara Data di Data Operasional dan
Data di Data Warehouse (Inmon, 2005:32)
2.1.9. Keuntungan Data Warehouse
Menurut Connolly & Begg (2010:1198), keberhasilan implementasi data
warehouse dapat membawa manfaat besar bagi perusahaan yakni:
1. Potensi tingginya pengembalian investasi
Sebuah organisasi harus berkomitmen pada sejumlah besar sumber daya
untuk memastikan keberhasilan pelaksanaan sebuah data warehouse dalam
biaya yang bervariasi dari £50.000 sampai lebih dari £10 juta. Namun, sebuah
studi oleh International Data Corporation (IDC) pada tahun 1996
melaporkan bahwa rata-rata tiga tahun pengembalian atas investasi (ROI)
17
dalam data warehouse mencapai 401%, dengan lebih dari 90% dari
perusahaan yang disurvei mencapai lebih dari 40% ROI, setengah perusahaan
mencapai lebih dari 160% ROI, dan seperempat dengan lebih dari 600% ROI
(IDC, 1996).
2. Keunggulan kompetitif
Dengan besar pengembalian atas investasi (ROI) bagi perusahaan yang telah
berhasil menerapkan data warehouse adalah bukti keunggulan kompetitif
yang sangat besar pada teknologi ini. Keunggulan kompetitif diperoleh
dengan memungkinkan pengambil keputusan dapat mengakses data yang
dapat memberikan informasi yang sebelumnya tidak tersedia, tidak diketahui,
dan belum dimanfaatkan, misalnya pelanggan, tren, dan kebutuhan.
3. Meningkatkan produktifitas pengambil keputusan dalam organisasi
Data warehouse dapat meningkatkan produktivitas perusahaan pembuat
keputusan dengan menciptakan database yang terintegrasi, konsisten, subject
oriented, data historis. Data warehouse mengintegrasikan data dari beberapa
sistem yang tidak kompatibel ke dalam satu bentuk yang konsisten dari
organisasi. Dengan mengubah data menjadi informasi yang berarti, data
warehouse memungkinkan pembuat keputusan untuk melakukan analisis
yang lebih substantif, akurat, dan konsisten.
2.1.10. Hubungan dan Perbedaan Sistem OLTP Data Warehouse
Menurut Connolly & Begg (2010:1198), sebuah DBMS dibangun untuk
Online Transaction Processing (OLTP) umumnya dianggap tidak cocok untuk
data warehouse. Hal ini disebabkan karena setiap sistem dirancang memiliki
perbedaan persyaratan konsep. Sebagai contoh, sistem OLTP dirancang untuk
18
memaksimalkan kapasitas pemrosesan transaksi, sedangkan data warehouse
dirancang untuk mendukung ad hoc pemrosesan query. Tabel 2.1 akan
menjelaskan dengan detil perbedaan antara OLTP (Online Transaction
Processing) dan data warehouse.
Tabel 2.1 Perbedaan sistem OLTP dan Sistem Data Warehouse
(Connolly & Begg, 2010:1199).
Karateristik Sistem OLTP Sistem Data warehouse
Tujuan utama Mendukung proses operasional
Mendukung proses analisa
Umur data Saat ini Historikal Latensi data Real time Tergantung pada panjang
siklus untuk suplement data ke data warehouse
Glanularitas data
Data yang detil Data yang detil, ringkasan data yang ringan dan berat.
Proses data Tingkat arus data yang tinggi pada transaksi, pola yang terprediksi dari data insert, updates, delete dan query
Tingkat arus data yang rendah atau sedang pada transaksi, pola yang tidak terprediksi dari data query-nya.
Laporan Terprediksi, satu dimensi, laporan yang tetap dan statis
Tidak terprediksi, multidimensional, laporan yang menarik
Users Melayani sejumlah pengguna operasional yang banyak
Melayani pengguna managerial yang sedikit
Menurut Connolly & Begg (2010:1199), meskipun OLTP sistem dan
gudang data yang memiliki karakteristik yang berbeda dan dibangun dengan
tujuan yang berbeda dalam pikiran, sistem ini sangat erat kaitannya dalam
sistem OLTP menyediakan sumber data untuk gudang. Masalah utama dari
hubungan ini adalah bahwa data yang dimiliki oleh sistem OLTP dapat
menjadi tidak konsisten, terfragmentasi, dan dapat berubah, yang mengandung
19
entri duplikat atau hilang. Dengan demikian, data operasional harus
'dibersihkan' sebelum dapat digunakan dalam data warehouse.
2.1.11. Arsitektur Data Warehouse
Dalam perancangan data warehouse diperlukan proses, tools, teknologi
terkait dengan data warehouse. Arsitektur data warehouse, seperti berikut:
Gambar 2.5 Gambaran Arsitektur Data Warehouse (Connolly & Begg,
2010:1203)
Komponen-komponen yang terdapat di dalam arsitektur data warehouse
adalah:
1. Operational Data
Sumber-sumber data yang ada di data warehouse disediakan:
• Mainframe data operasional ada pada generasi pertama database hierarki
dan database jaringan.
20
• Data departemental disimpan di berbagai macam file, seperti: VSAM,
RMS dan relational DBMS seperti Informix dan Oracle.
• Data pribadi disimpan di dalam workstation dan private server.
• Sistem eksternal seperti internet, database komersial, atau database yang
berhubungan dengan organisasi dari supplier atau konsumen.
2. Operational Data Store
Sebuah operational data store (ODS) adalah sebuah data warehouse
dari data operasional dan saling terintegrasi yang digunakan untuk analisis.
ODS biasanya melakukan penstrukturan dan penyediaan data seperti halnya
sebuah data warehouse, tetapi sebenarnya bertindak secara sederhana
sebagai suatu tempat penampungan sementara sebelum data akan
dipindahkan ke warehouse.
Membangun sebuah operational data store dapat membantu dalam
pembangunan sebuah data warehouse, karena ODS menyediakan data yang
sudah di ekstrak dari sumber dan sudah di bersihkan. Ini dapat diartikan
bahwa pekerjaan yang tersisa untuk mengintegrasikan dan merestrukturisasi
data warehouse disederhanakan.
3. Load Manager
Load manager atau biasa disebut komponen fronted, melakukan
sebuah operasi terkait dengan ekstraksi dan pemuatan data ke dalam
warehouse. Data mungkin diekstrak secara langsung dari sumber data atau
dari operational data store.
21
Operasi dilakukan oleh manajer, dapat mencakup sebuah transformasi
sederhana dari sebuah data, yang bertujuan untuk mempersiapkan data
untuk masuk ke dalam warehouse.
Ukuran dan kompleksitas komponen ini akan bervariasi antara data
warehouse dan dapat dibangun dengan menggunakan kombinasi vendor
data loading tools dan custom built program.
4. Warehouse Manager
Warehouse manager melakukan semua operasi yang berhubungan
dengan pengelolaan data di dalam warehouse. Komponen ini
dikonstruksikan dengan menggunakan vendor data management dan
custom built program. Operasi–operasi yang dilakukan dengan
menggunakan warehouse manager adalah:
• Analisis data untuk memastikan konsistensi.
• Transformasi dan penggabungan dari sumber data, dari tempat
penyimpanan sementara ke dalam tabel di dalam data warehouse.
• Membuat indeks-indeks dan view berdasarkan tabel.
• Melakukan denormalisasi (jika diperlukan).
• Melakukan aggregation (jika diperlukan).
• Backup dan archive data.
5. Query Manager
Query Manager yang juga disebut komponen back end, melakukan
semua opearsi yang berhubungan dengan pengelolaan user queries.
Komponen ini dibangun dengan menggunakan vendor user-end data acces
22
tools, data warehouse monitoring, fasilitas database, dan custom built
program. Kompleksitas dari query manager ini ditentukan oleh fasilitas
yang disediakan oleh end user access tools dan database. Operasi yang
dilakukan oleh komponen ini termasuk mengarahkan query ke tabel yang
tepat dan penjadwalan eksekusi query.
Dalam beberapa kasus, manager query juga mengasilkan profil
permintaan untuk memungkinkan manajer warehouse untuk menentukan
indeks dan agregasi yang sesuai.
6. Detailed Data
Area dari data warehouse ini menyimpan semua detail data di dalam
skema database. Kebanyakan kasus yang ada, detail data tidak di simpan
secara online, tetapi dibuat melalui agregasi data pada tingkatan detail
berikutnya.
7. Lightly dan Highly Summarized Data
Area ini menyimpan semua lightly dan highly summarized data yang
dihasilkan oleh warehouse manager. Area dari data warehouse ini adalah
sebuah tempat untuk menampung sementara sebelum dilakukannya
perubahan secara berkelanjutan untuk merespon perubahan profil query.
Tujuannya adalah untuk mempercepat pencapaian query. Biaya
operasi ini akan meningkat berhubungan dengan proses peringkasan data.
Ini dapat diseimbangkan dengan menghapus keperluan secara terus-menerus
untuk melakukan operasi ringkasan dalam menjawab query user. Ringkasan
23
data akan terus di-update ketika terdapat data baru yang terisi ke dalam
warehouse.
8. Archive / Backup Data
Area dari data warehouse ini menyimpan semua detail dan ringkasan
data yang bertujuan untuk melakukan archiving dan backup. Meskipun data
ringkasan di generate dari detail data, itu memungkinkan untuk backup
ringkasan data secara online, jika data ini disimpan melebihi waktu/periode
penyimpanan untuk detail data. Data dipindahkan ke penyimpanan archive
seperti magnetic tape atau optical drive.
9. Metadata
Area dari warehouse ini menyimpan sebuah definisi metadata (data
dari data), yang digunakan oleh semua proses didalam warehouse. Tujuan
digunakannya metadata adalah untuk:
• Ekstraksi dan proses loading metadata digunakan untuk memetakan
sumber data ke dalam tampilan yang umum dari data dalam warehouse.
• Proses pengelolaan warehouse, metadata digunakan untuk
mengotomatisasikan pembuatan tabel ringkasan.
• Proses pengelolaan query, metadata digunakan untuk mengarahkan suatu
query dengan sumber data yang tepat.
10. End-User Access Tools
Tujuan dari data warehousing adalah untuk menghasilkan sebuah
informasi untuk bisnis user dalam strategi pembuatan keputusan. Para user
24
ini berhubungan dengan data warehouse menggunakan end-user access
tools. Ada lima kategori utama dari end-user access tools:
• Reporting and query tools
Reporting tools meliputi production reporting tools dan writers.
Production reporting tools digunakan untuk menghasilkan laporan
operasional regular atau mendukung high-volume batch job, seperti
pesanan pelanggan/faktur dan pembayaran staf.
Report writer adalah dekstop tools yang dirancang untuk end-user. Query
tools data warehouse dirancang untuk menerima SQL dalam proses
query data yang tersimpan didalam data warehouse.
• Application development tools
Aplikasi yang sesuai dengan kebutuhan user, yang dirancang secara
ramah untuk sisi client server. Beberapa aplikasi terintegrasi dengan
OLAP tools dan dapat mengakses semua sistem basis data utama, seperti
Oracle, Sybase, Infomix.
• Executive information system (EIS) tools.
EIS, yang sering disebut sebagai everybody’s information system, yang
sebenarnya dibangun untuk mendukung high-level pembuatan keputusan
yang stategis. Namun akhirnya meluas dan mendukung semua tingkat
manajemen. EIS yang terisolasi dengan mainframe memungkinkan user
untuk membuat aplikasi pendukung pengambilan keputusan untuk
menyediakan data organisasi dan mengakses ke sumber data eksternal.
• Online analytical processing (OLAP) tools
OLAP berbasis pada konsep database multidimensi dan memperbolehkan
user untuk menganalisis data dengan menggunakan sebuah view yang
25
kompleks dan multidimensional. Tools ini juga didukung oleh
multidimensional database (MDDB), atau oleh database relasional yang
dirancang untuk mendapatkan multidimensional queries.
• Data mining tools
Data mining adalah sebuah proses menemukan korelasi, pola dan arah
baru yang mempunyai arti dengan mining sejumlah besar data dengan
menggunakan teknik statistik, matematika dan artificial intelligence.
Data mining memiliki potensi untuk menggantikan kemampuan OLAP
tools.
2.1.12. Struktur Data Warehouse
Menurut Inmon (2005:34), struktur data warehouse dapat digambarkan
seperti pada gambar 2.6.
Gambar 2.6 Struktur pada Data Warehouse (Inmon, 2005:34)
Dimana Inmon (2005:34) menyatakan bahwa terdapat beberapa level
detail dalam data warehouse. Level detail dalam data warehouse terdiri dari
26
tingkat older level of detail, current level of detail, level of lightly summarized
data, dan level of highly summarized data. Alur data ke dalam data warehouse
dimulai dari data operasional. Dimana ketika usia data di data warehouse
sudah tua atau lama maka data akan di transfer dari current detail ke older
detail. Kemudian data diringkas dan ditransfer dari current detail menuju
lightly summarized data, kemudian dari lightly summarized data menuju highly
summarized data.
2.1.13. Data Flow dalam Data Warehouse
Menurut Connolly & Begg (2005:1161), aliran data atau data flow dalam
data warehouse berfokus pada lima pokok yakni, inflow, upflow,
downflow,outflow, dan metaflow.
• Inflow adalah aliran data yang berkaitan dengan ekstrasi, cleansing, dan
loading data dari sumber data ke dalam data warehouse.
• Upflow adalah aliran data yang berkaitan dengan proses menambah nilai di
data warehouse dengan proses meringkas, mengemas, dan mendistribusikan
data.
• Downflow adalah aliran data yang berkaitan dengan proses seperti
pengarsipan data dan juga back-up data di data warehouse.
• Outflow adalah aliran data yang berkaitan dengan proses seperti membuat
data yang disediakan untuk atau akan dipakai oleh end user.
• Metaflow adalah proses yang berkaitan dengan pengelolahan metadata.
27
Gambar 2.7 Alur Informasi dari Data Warehouse (Connolly & Begg,
2005:1162)
2.1.14. Fungsional dari Data Warehouse
Menurut Elmasri & Navathe (2004:902), data warehouse menyediakan
fungsionalitas seperti:
• Roll-up
Data diringkas dengan meningkatnya generalisasi. Contoh weekly menjadi
quarterly menjadi annually.
• Drill-down
Meningkatkan level dari kerincian. Merupakan kebalikan dari roll-up.
• Pivot
Melakukan metode tabulasi silang.
• Slice and Dice
Melakukan operasi proyeksi pada dimensi.
28
• Sorting
Mengurutkan data sesuai dengan nilai ordinal.
• Selection
Data tersedia dengan jarak dan nilai.
• Derrived Attributes
Atribut dihitung dengan operasi pada nilai-nilai yang disimpan dan
diturunkan.
2.1.15. Data Model pada Data Warehouse
Menurut Inmon (2005:81-91), ada tiga level dari data model, yakni:
high-level modeling (atau disebut juga entity relationship diagram atau ERD),
midlevel modeling (atau disebut juga data item set atau DIS), low level
modeling (atau disebut juga physical model).
1. High – Level Modeling
Tingkat tertinggi dalam model terdiri dari entitas dan hubungan
(relationships). Entitas dijelaskan dengan simbol oval. Sedangkan hubungan
antar entitas disimbolkan dengan gambar panah. Arah dan jumlah kepala
panah menunjukan kardinalitas hubungan.
Entitas yang ditampilkan ditingkat ERD memiliki tingkat tertinggi
dari abstraksi. Ruang lingkup integrasi (scope of integration) berisi entitas-
entitas apa saja yang masuk dalam ruang lingkup model. Ruang lingkup
integrasi mendefinisikan batas-batas dari model data dan harus ditetapkan
sebelum proses pemodelan dimulai. Ruang lingkup telah disepakati oleh
pembuat model, manajemen, dan pengguna akhir dari sistem. Jika ruang
lingkup tidak ditentukan, ada kemungkinan besar bahwa proses pemodelan
29
akan terus terjadi. Definisi ruang lingkup integrasi harus ditulis lebih dari
lima halaman dan dalam bahasa dimengerti untuk pelaku bisnis.
Gambar 2.8 Contoh Entity Relationship Diagram (Inmon, 2005:82)
2. Mid – Level Modeling
Setelah tingkat tinggi data model dibuat, tingkat berikutnya adalah
mendirikan data model tingkat menengah, atau DIS. Untuk setiap subjek
utama, atau entitas, yang diidentifikasi dalam model data tingkat tinggi,
model tingkat menengah dibuat. Setiap subjek dikembangkan menjadi
model sendiri tingkat menengahnya.
Gambar 2.9 Hubungan ERD dan DIS (Inmon, 2005:85)
30
Empat konstruksi dasar yang ditemukan pada model tingkat
menengah:
• A primary grouping of data —pengelompokan utama hanya ada satu
dan sekali saja untuk setiap area subjek utama. Didalamnya terdapat
atribut yang hanya ada sekali untuk setiap area subjek utama. Seperti
dengan semua kelompok data, pengelompokan utama berisi atribut
dan kunci (key) untuk setiap area subjek utama.
• A secondary grouping of data—pengelompokan sekunder memegang
atribut data yang bisa ada beberapa kali untuk setiap subjek utama.
Pengelompokan ini ditujukan dengan garis yang berasal dari
pengelompokan utama.
• A connector—ini merupakan simbol hubungan data antara subjek
utama. Konektor berkaitan dengan data dari satu keompok ke yang
lain. Suatu hubungan diindentifikasikan pada hasil tingkat ERD dalam
DIS.
• “Type of” data —data ini ditunjukan dengan garis yang mengarah ke
kanan dari pengelompokan data. Pengelompokan data ke kiri adalah
supertype. Sedangkan ke kanan adalah subtype.
Gambar 2.10 Komponen pada Midlevel Data Model (Inmon, 2005:86)
31
3. Low – Level Modeling (Model Data Fisik)
Model data fisik dibuat dari perluasan model data tingkat menengah
dengan menambahkan kunci dan karakteristik fisik dari model. Pada poin
ini, model data fisik tampak seperti serangkaian tabel, kadang–kadang bisa
disebut dengan tabel relasional.
Dalam pembuatan data warehouse, langkah pertama yang dilakukan
dalam desain ini adalah menentukan glanularity dan juga partisi datanya.
2.1.16. Model Dimensional Data Warehouse
Menurut Connolly & Begg (2010:1227), model dimensional merupakan
teknik rancangan logikal yang bertujuan untuk menampilkan data dalam
bentuk standar dan intuitif yang memperbolehkan akses dengan performa yang
tinggi. Model dimensional menggunakan konsep model hubungan antar entity
(ER) dengan beberapa batasan yang penting.
Menurut Kimball & Ross (2002:399), model dimensional telah terbukti
sebagai suatu model yang mudah di mengerti, mudah diprediksi, dapat di
perpanjang, dan sangat tahan terhadap serangan ad hoc dari sekelompok
komunitas pengguna bisnis karena memiliki sifat yang simetris. Model dimensi
biasanya merupakan dasar dari kinerja tambahan DBMS seperti pendekatan
powerful indexing dan agregasi. Model dimensi juga menjadi dasar logis untuk
semua sistem OLAP.
Connolly & Begg (2010:1227), membagi model dimensi menjadi 3
macam, yakni:
32
1. Star Schema
Menurut Connolly & Begg (2010:1227), star schema adalah sebuah
struktur logis yang memiliki tabel fakta yang berisi data faktual ditengah,
dan dikelilingi oleh tabel dimensi yang berisi data referensi (yang dapat di
denormalisasi). Hal senada juga dituturkan oleh Inmon (2005:360), struktur
star join data disebut demikian karena representasinya berbentuk bintang
dengan pusat dan struktur luar oleh beberapa data. Dimana pusat data
disebut tabel fakta. Tabel fakta adalah struktur yang berisi kejadian banyak
data. Sekitar tabel fakta disebut dimensi yang menggambarkan salah satu
aspek penting dari tabel fakta.
Menurut Rabuzin dalam jurnalnya (2012:122), sebuah data warehouse
merupakan jenis khusus dari database yang tidak dirancang sesuai dengan
form normal dan/atau prinsip pemodelan ER(A), namun data yang
dikumpulkan dan terintegrasi dari berbagai sumber, diorganisir dalam
struktur khusus yang disebut skema bintang (star schema). Dalam star
schema beberapa tabel dimensi (dengan banyak atribut yang digunakan
untuk menganalisis data) biasanya terhubung ke tabel fakta tunggal yang
berisi data numerik yang akan dianalisis.
Star Schema dapat digunakan untuk mempercepat performa query
dengan melakukan denormalisasi informasi ke dalam tabel dimensi tunggal.
Contoh yang diberikan oleh Connolly & Begg (2010:1228), terdapat
berbagai macam tabel dimensi (seperti Property ForSale, Branch,
ClientBuyer, Staff, dan Owner) berisi data lokasi seperti (city, region, dan
country) dimana data tersebut diulang disetiap tabel dimensi.
33
Gambar 2.11 Contoh Star Schema (Connolly & Begg, 2010:1228)
2. Snowflake Schema
Menurut Inmon (2005:361), berdasarkan aturan, dalam star join
terdapat satu tabel fakta. Tetapi banyak lebih dari 1 tabel fakta dapat
dikombinasikan dalam desain database untuk menciptakan struktur
komposit/gabungan yang disebut struktur snowflake. Menurut Chandra
dalam jurnalnya (2010:589) snowflake merupakan variasi lain dari star
schema dimana tabel dimensi dari star schema mengalami normalisasi
sehingga dapat diorganisasikan menjadi suatu hirarki. Sedangkan menurut
Connolly & Begg (2010:1229), snowflake schema adalah sebuah variasi dari
star schema dimana tabel dimensinya tidak berisi data yang
didenormalisasi. Dalam snowflake schema, tabel dimensi diperbolehkan
untuk mempunyai tabel dimensi. Contohnya “kita dapat menormalisasikan
data lokasi seperti atribut city, region, dan country dalam tabel dimensi
Branch untuk menciptakan dua buah tabel dimensi baru yang dinamai city
dan region. Oleh karena itu, data lokasi pada tabel dimensi seperti
34
PropertyForSale, ClientBuyer, Staff, dan Owner akan dihapus, lalu tabel
dimensi baru, city dan region akan digunakan bersama sama oleh tabel
tersebut.
Gambar 2.12 Contoh Snowflake Schema (Connolly & Begg, 2010:1229)
3. Starflake Schema
Menurut Connolly & Begg (2010:1230), starflake schema adalah
sebuah struktur hibrida atau gabungan dari campuran star schema dan
snowflake schema. Dan skema database yang paling sesuai adalah skema
yang menggunakan campuran skema denormalisasi star dan normalisasi
snowflake. Karena kombinasi ini terdapat beberapa dimensi dapat digunakan
bersama sama pada kebutuhan yang berbeda.
2.1.17. Perbandingan Model Dimensional dan Model Data Entity Relationship
(ER)
Menurut Connolly & Begg (2010:1230), model dimensional biasanya
digunakan untuk mendesain komponen database dalam data warehouse
sedangkan model entity relationship secara tradisional digunakan untuk
menggambarkan database pada sistem Online Transaction Processing (OLTP).
35
Model entity relationship (ER) adalah teknik untuk mengidentifikasi
hubungan antar entitas. Sasaran utama dari pemodelan ER ini adalah untuk
menghilangkan redudansi dari data. Hal ini sangat berguna pada proses
transaksi karena dalam transaksi harus dibuat sederhana dan deterministik.
Contohnya, transaksi untuk memperbarui alamat client biasanya diakses hanya
ke satu tabel dan dengan menggunakan indeks primary key yakni ClientNo.
Namun untuk membuat proses transaksi yang efisien dalam database
memerlukan tabel yang tidak sedikit. Seperti stok, pelanggan, faktur dan lain–
lain. Model ER dapat memiliki ratusan entitas logis dimana dapat memetakan
ratusan tabel fisik. Tetapi pemodelan ER tidak mendukung data warehouse
yang memerlukan pengambilan data yang intuitif dan performa tinggi.
Kunci untuk memahami hubungan antara model dimensional dan model
entity-relationship adalah bahwa model ER tunggal biasanya terbagi menjadi
beberapa model dimensional. Lalu model dimensional terkait melalui tabel
dimensi (shared).
2.1.18. Keuntungan Model Dimensional dalam Data Warehouse
Menurut Connolly & Begg (2010:1230), baik menggunakan skema star,
snowflake, dan starflake, model dimensional memiliki keuntungan penting
dalam lingkungan data warehouse seperti:
1. Efisiensi
Dasar struktur database yakni menyediakan akses yang lebih efisien untuk
data dengan berbagai tools seperti penulisan laporan dan tools query.
2. Kemampuan untuk menangani kebutuhan perubahan
36
Skema bintang dapat beradaptasi dengan perubahan kebutuhan pengguna,
karena semua dimensi memiliki sifat ekuivalen dalam hal menyediakan
akses ke tabel fakta. Sehingga desain multidimensional lebih mampu
mendukung ad hoc query pengguna.
3. Ekstensibilitas
Model dimensi dapat diperluas, misalnya perubahan khas yang harus
didukung oleh model dimensional meliputi:
• Penambahan tabel-tabel fakta baru, selama tabel tersebut konsisten
dengan dasar granularity tabel fakta yang ada,
• penambahan dimensi baru, selama ada atribut nilai tunggal dimensi yang
ditetapkan untuk setiap record fakta yang ada,
• penambahan atribut dimensi baru, dan
• memecahkan records dimensi yang ada ke tingkat granularity yang lebih
rendah dari dari titik tertentu.
4. Kemampuan untuk model situasi bisnis pada umumya
Semakin banyak pendekatan standar untuk menangani situasi pemodelan
yang umum dalam dunia bisnis. Masing-masing situasi dipahami dengan
baik dengan alternatif yang secara khusus dapat terprogram dalam penulis
laporan, alat query, dan user interface lainnya, misalnya, perlahan-lahan
merubah dimensi di mana 'konstanta' dimensi seperti branch atau staff
benar-benar berkembang secara perlahan dan asynchronously.
5. Predictable query processing
Aplikasi data warehouse yang menggunakan metode drill down akan
menambahkan atribut tambahan dimensi dari dalam skema bintang tunggal.
Aplikasi ini akan menghubungkan tabel fakta yang terpisah bersama-sama
37
melalui dimensi terkait. Meskipun secara keseluruhan skema bintang dalam
model dimensi di perusahaan terlihat kompleks, pemrosesan query sangat
mudah diprediksi karena terletak pada tingkat terendah, setiap tabel fakta
harus di query secara independen.
2.1.19. Metadata dalam Data Warehouse
Menurut Inmon (2005:500), metadata adalah data tentang data, deskripsi
struktur, konten, kunci (keys), indeks dan lain sebagainya dari data.
Menurut Inmon (2005:103), metadata berperan seperti indeks konten dari
data warehouse. Metadata melacak (tracking) terhadap apa yang ada di data
warehouse. Biasanya, acuan dibuatnya metadata berasal dari:
1. Struktur data yang diketahui programmer,
2. struktur data yang diketahui analis DSS,
3. sumber data dalam data warehouse,
4. transformasi data saat melewati data warehouse,
5. data model,
6. hubungan antara data model dengan data warehouse, dan
7. sejarah dari proses ekstraksi.
2.1.20. Granularity dalam Data Warehouse
Menurut Inmon (2005:41), sebuah granularity merujuk pada level detail
atau ringkasan dari suatu unit data di dalam data warehouse. Semakin detail
data tersebut, maka akan semakin rendah level dari granularity-nya, sebaliknya
apabila detail data nya rendah, maka level granularity-nya akan semakin
tinggi. Contohnya, sebuah transaksi yang simpel akan ada pada level
38
granularity yang rendah. Ringkasan dari semua transaksi dalam waktu sebulan
akan berada pada level granularity yang tinggi.
Hal senada juga dituturkan oleh Connolly & Begg (2010:649),
granularity adalah ukuran dari item data sebagai sebuah unit of protection dari
concurrency control protocol.
Inmon (2005:41), menambahkan granularity adalah masalah yang paling
penting dalam lingkungan data warehouse, karena sangat berpengaruh pada
volume data yang berada di dalam data warehouse dan jenis query-nya.
Volume data dalam data warehouse dibandingkan dengan tingkat detail dari
query. Tingkat yang lebih rendah dari granularity dan lebih fleksibel maka
query dapat dikeluarkan. Semakin tinggi tingkat granularity, permasalahan
dapat dikurangi.
2.1.21. Tipe–Tipe Data Warehouse
Menurut Inmon (2005:193), data warehouse terbagi menjadi 2 macam,
yakni :
1. Data Warehouse Terpusat
Menurut Inmon (2005:193), banyak organisasi membangun dan
memelihara lingkungan data warehouse yang terpusat. Hal ini disebabkan
karena:
• Data pada data warehouse mengintegrasi perusahaan dan gambaran
terintegrasi digunakan hanya pada kantor pusat.
• Perusahaan menjalankan sebuah model bisnis yang terpusat.
• Volume data dalam data warehouse seperti sebuah penyimpanan tunggal
yang terpusat.
39
• Sekalipun data dapat diintegrasikan, lokal data diedarkan melalui banyak
local sites, maka akan mempersulit pengaksesan.
2. Data Warehouse Terdistribusi
Menurut Inmon (2005:193), ada tiga jenis data warehouse terdistribusi,
yakni:
• Bisnis didistribusikan secara geografis dan lini produk yang berbeda. Dalam
kasus ini, kita mengenal data warehouse lokal dan data warehouse global.
Data warehouse lokal menjelaskan data dan proses di situs remote, dan
data warehouse global merupakan bagian dari bisnis yang terintegrasi di
seluruh bisnis.
• Lingkungan data warehouse akan memegang banyak data lalu volume data
tersebut akan didistribusikan ke beberapa prosesor. Logikanya ada satu data
warehouse tunggal, tetapi secara fisik ada banyak data warehouse yang
semuanya terkait tetapi berada pada prosesor yang terpisah. Konfigurasi ini
dapat disebut teknologi data warehouse terdistribusi.
• Pertumbuhan lingkungan data warehouse terjadi dengan tidak terkordinasi.
Kurangnya koordinasi pada pertumbuhan data warehouse biasanya terjadi
akibat perbedaan politik dan organisasi. Kasus ini bisa disebut
perkembangan secara independen sebuah data warehouse terdistribusi.
2.1.22. Business Dimensional Lifecycle Road Map
Menurut Kimball & Ross (2010:96), pendekatan siklus hidup Kimball
merupakan pendekatan dalam membangun data warehouse. Diagram ini
merupakan suatu pedoman atau jalan yang menggambarkan urutan tugas yang
40
dibutuhkan untuk menciptakan desain, pengembangan, dan implementasi yang
efektif.
Gambar 2.13 The Kimball Lifecycle diagram (Kimball & Ross, 2010:97)
Kimball & Ross (2010:96) membagi urutan tugas tersebut menjadi 6
langkah, yakni:
1. Program/Project Planning and Management
Menurut Kimball & Ross (2010:98), kotak pertama pada roadmap
yang berfokus untuk mendapatkan program/proyek yang diluncurkan,
termasuk scoping, justification, dan staffing. Sepanjang siklus hidup
(Lifecycle) tersebut, program yang sedang berjalan dan tugas manajemen
proyek tetap di jalur kegiatan.
Menurut Kimball & Ross (2002:334) di buku lain menambahkan,
perencanaan proyek dapat terbagi menjadi 5 tugas, yakni:
1.1 Assessing Readiness
Tahap ini dilakukan sebelum melakukan investasi pada data
warehouse dimana dilakukan analisa untuk menilai kesiapan organisasi
41
dalam membangun sebuah data warehouse. Kimball & Ross (2002:334)
mengatakan terdapat 5 indikator sebuah keberhasilan data warehouse,
yakni:
• Sebuah data warehouse harus memiliki sponsor bisnis yang kuat.
• Sebuah data warehouse harus mempunyai motivasi kuat dan menarik
dalam membangun data warehouse.
• Menilai suatu kesiapan layak atau tidak.
• Keseimbangan hubungan diantara bisnis dan IT.
• Budaya analisis dalam suatu perusahaan. Apakah analisis tersebut dibuat
berdasarkan fakta dan angka atau hanya secara perasaan atau intuisi,
bukti anekdot.
1.2 Scoping
Penetapan ruang lingkup dalam data warehouse harus membutuhkan
gabungan dari organisasi IT dan juga manajemen bisnisnya. Dimana ruang
lingkup dari data warehouse harus memberikan nilai bagi organisasi dan
dapat dikelola.
1.3 Justification
Pembenaran ini dimaksudkan adalah sebuah pembenaran dalam
melakukan kesiapan serta scoping dalam perencanaan estimasi manfaat dan
biaya data warehouse. Dimana IT biasanya yang bertanggung jawab dalam
menurunkan biaya dengan memperkirakan perangkat keras dan lunak yang
dibutuhkan. Perlu diketahui data warehouse berkembang dengan pesat, jadi
harus memastikan estimasi perkembangan jangka pendek.
42
1.4 Staffing
Data warehouse membutuhkan integrasi dari tim yang mendukung
antara melakukan bisnis dan IT. Pemilihan sumber daya dalam penugasan
bergantung pada besarnya proyek, ruang lingkup, serta ketersediaan
individu, kemampuan dan pengalaman. Dari sisi bisnis, usaha yang akan
dilakukan adalah: usaha sponsor, kepemimpinan, bisnis pengguna.
Straddlers ini didapatkan dari sumber daya teknis yang memahami sumber
daya bisnis atau bisnis yang mengerti teknologi: bisnis analis sistem, pakar
bisnis materi pelajaran, analitik pengembang aplikasi, data-data gudang.
1.5 Developing and Maintaining the Project Plan
Mengembangkan sebuah project data warehouse harus melibatkan
semua tugas untuk mengimplementasikan data warehouse. Proyek data
warehouse menuntuk komunikasi yang luas. Selama fase perencanaan
proyek, disarankan seorang manajer proyek untuk membentuk matrik
komunikasi untuk menggambarkan dan membantu memastikan bahwa
strategi komunikasi dijalankan.
2. Business Requirements
Menurut Kimball & Ross (2010:98), memunculkan kebutuhan bisnis
adalah tugas kunci dalam lifecycle Kimball karena temuan ini mendorong
keputusan yang paling upstream dan downstream. Persyaratan dikumpulkan
untuk menentukan faktor-faktor kunci yang berdampak bisnis dengan
berfokus pada apa yang pengguna bisnis lakukan hari ini (atau ingin
dilakukan di masa depan), daripada meminta "apa yang Anda inginkan
dalam data warehouse?". Peluang utama di seluruh perusahaan
43
diidentifikasi, diprioritaskan berdasarkan nilai bisnis dan kelayakan, dan
kemudian persyaratan yang rinci berkumpul untuk iterasi pertama dari
DW/pengembangan sistem BI.
Menurut Kimball & Ross (2002:342) di buku lain menambahkan, business
requirement dapat terbagi menjadi 3 tugas, yakni:
2.1 Requirements Preplanning
Sebelum mengumpulkan kebutuhan pengguna bisnis, sebaiknya
dilakukan langkah-langkah persiapan sebagai berikut:
1. Choose the Forum
Persyaratan dikumpulkan pada saat pertemuan dengan perwakilan
pengguna bisnis sementara dan pada saat diskusi dengan narasumber dan
ahli materi pelajaran. Pendekatan dual-cabang memberi kita wawasan
tentang kebutuhan bisnis dalam hubungannya dengan realitas data.
2. Identify and Prepare the Requirements Team
Mengidentifikasikan dan menyiapkan anggota dari tim proyek yang
terlibat.
3. Select, Schedule, and Prepare Business Representative
Penjadwalan perwakilan bisnis dapat menjadi tugas persyaratan yang
paling berat. Anda harus berbicara dengan pengusaha yang mewakili
wawasan horisontal di seluruh organisasi.
2.2 Collecting the Business Requirements
1. Launch
Penetapan apa yang ingin disampaikan saat melakukan wawancara, dan
harus fokus pada tujuan proyek.
44
2. Interview Flow
Tujuan dari wawancara adalah untuk mendapatkan pengguna bisnis
untuk berbicara tentang apa yang mereka lakukan dan mengapa mereka
melakukannya. Kami meminta masing-masing diwawancarai tentang
dampak peningkatan akses ke informasi.
3. Wrap-Up
Menarik kesimpulan dari tiap individu tentang kriteria keberhasilan
untuk melakukan proyek.
4. Conducting Data-Centric Interviews
Tujuannya untuk menilai bahwa data inti yang diperlukan sudah ada.
Sebuah data yang lengkap akan terjadi selama proses permodelan
dimensi.
2.3 Postcollection Documentation and Follow-Up
Mendokumentasikan apa yang didengar, ada 2 tingkatan dari
dokumentasi, menulis setiap wawancara individu dan mencari dokumen.
1. Prioritization and Consensus
Dokumen apa yang anda dengar. Ada dua tingkat dokumentasi yang
biasanya hasil dari proses persyaratan.
• Yang pertama adalah untuk menulis setiap wawancara individu.
• Tingkat kedua dari dokumentasi adalah dokumen temuan konsolidasi.
3. Technology Track
Menurut Kimball & Ross (2010:98), lingkungan DW (data
warehouse)/BI mewajibkan integrasi dari berbagai teknologi, data stores,
dan metadata yang terkait. Trek teknologi dimulai dengan desain sistem
45
arsitektur untuk membuat shopping list dari kemampuan yang dibutuhkan,
dilanjutkan dengan pemilihan dan pemasangan produk yang memenuhi
kebutuhan-kebutuhan arsitektur.
Menurut Kimball & Ross (2002:347) di buku lain menambahkan,
technology track dapat terbagi menjadi 2 tugas, yakni:
3.1 Technical Architecture Design
Eight-Step Process for Creating the Technical Architecture:
1. Establish an Architecture Task Force
Membuat sebuah small task pada desain arsitektur, biasanya antara
arsitek teknis dengan data staging designer dan developer aplikasi
analitik.
2. Collect Architecture-Related Requirements
Arsitekur dibuat untuk mendukung kebutuhan nilai bisnis yang tinggi.
Yang menjadi fokus utama adalah untuk mengungkap implikasi
arsitektur yang berhubungan dengan kebutuhan kritis bisnis. Untuk
meningkatkan kebutuhan bisnis proses definisi, melakukan wawancara
tambahan dalam organisasi TI.
3. Document Architecture Requirements
Mendokumentasikan hasil dari pengumpulan requirements.
4. Develop a High-Legel Architectural Model
Merumuskan model untuk mendukung kebutuhkan identifikasi.
Kebutuhan penting dalam arsitektur model seperti data staging, data
access, metadata, dan infrastruktur.
5. Design and Specify the Subsystems
Mendesain secara spesifik sebuah subsistem.
46
6. Determine Architecture Implementation Phases
Menyediakan elemen arsiktetur yang cukup untuk mendukung
mebutuhan kebutuhan end-to-end dari iterasi awal proyek.
7. Document the Technical Architecture
Mendokumentasikan arsitektur teknis, termasuk semua tahapan
pelaksanaan yang direncanakan. Dokumen rencana teknis arsitektur
harus mencakup detail yang memadai sehingga profesional terampil
dapat dilanjutkan dengan pembangunan kerangka.
8. Review and Finalize the Technical Architecture
Rencana arsitektur harus dikomunikasikan, untuk tim proyek, rekan IT,
sponsor bisnis.
3.2 Product Selection and Installation
Memilih produk yang sesuai dengan rencana untuk memberikan
fungsi yang diperlukan. Seperti:
• Memahami proses pembelian perusahaan
• Mengembangkan metrik evaluasi produk
• Melakukan riset pasar
• Pilihan sempit ke daftar pendek dan melakukan evaluasi rinci
• Melakukan prototipe, jika perlu
• Pilih produk, instalasi, dan bernegosiasi
4. Data Track
Menurut Kimball & Ross (2010:98), data track dimulai dengan desain
model target dimensi untuk menangani kebutuhan bisnis, dengan tetap
memperhatikan realitas data yang mendasarinya. Model dimensi dikonversi
47
menjadi desain fisik di mana kinerja strategi tuning dipertimbangkan,
kemudian di-extract, transform, dan load (ETL) sistem desain dan tantangan
development yang ditangani.
Menurut Kimball & Ross (2002:347) di buku lain menambahkan,
technology track dapat terbagi menjadi 3 tugas, yakni:
4.1 Dimensional Modeling
Dalam membangun model dimensional, Kimball & Ross (2010:210),
melakukan pendekatan yang disebut “Nine–Step Methodology”, yakni:
1. Choose the process / memilih proses
Menentukan konten yang berhubungan dengan aktifitas operasional.
Dimana proses bisnis subyek area penting yang harus dibuat pertama
kali. Suatu proses yang dipilih harus sejajar antara pertanyaan bisnis yang
penting dengan kemudahan mengakses dari ekstraksi data.
2. Choose the grain / memilih grain
Memilih grain berarti menentukan dengan baik apa yang menjadi fakta
dalam tabel yang direpresentasikan. Setelah itu maka dapat menentukan
tabel-tabel dimensi yang berhubungan dengan tabel fakta tersebut.
3. Identify and conform the dimensions/mendefinisikan dan
menyesuaikan dimensi
Dimensi merupakan sumber dari query constraints dan row header dari
suatu laporan. Mereka membawa kamus perusahaan kepada user. Sebuah
set arsitektur yang baik dari dimensi membuat sebuah model menjadi
lebih mudah dipahami dan mudah digunakan.
4. Choose the facts / menentukan tabel fakta
48
Grain dari tabel fakta dapat menentukan fakta-fakta yang dapat
digunakan dalam data mart. Semua fakta harus diekspresikan sesuai
dengan level tingkatan pada grain. Untuk memilih fakta perlu diketahui
informasi apa saja yang dibutuhkan oleh pengguna dalam kaitannya
dengan proses bisnis.
5. Store precalculations in the fact table / menyimpan prekalkukasi
dalam tabel fakta
Setelah fakta telah dipilih, maka masing-masing dari fakta tersebut harus
dikaji ulang atau diuji kembali untuk menentukan apakah ada peluang
untuk melakukan pre-kalkulasi. Fakta hasil dari kalkulasi sebaiknya
disimpan dalam tabel fakta, karena ini dapat meningkatkan performansi
dalam memberikan hasil query.
6. Round out the dimension tables / melengkapi tabel dimensi
Dalam step ini, kita kembali ke tabel dimensi dan menambahkan
deskripsi informasi pada tabel dimensi. Informasi tersebut harus intuitif
dan dapat dipahami oleh para pengguna.
7. Choose the duration of the database / memilih durasi dari database
Mengukur dan menentukan durasi data yang akan dimasukkan ke dalam
data warehouse sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Karena tabel fakta
yang sangat besar dapat meningkatkan masalah yang ada di dalam data
warehouse. Hal ini harus dilakukan supaya data yang akan dianalisis
dapat dengan cepat dan sesuai dengan waktu yang ditentukan yang ada di
dalam data warehouse.
49
8. Determine the need to track slowly changing dimensions / melacak
perubahan dimensi secara perlahan
Kimball & Ross (2010:25) menyatakan, selama 30 tahun lebih Kimball
menemukan 3 alasan dasar kenapa data warehouse berubah, yang ia
sebut menjadi type 1, 2, dan 3, yakni:
• Type 1 – Atribut pada dimensi yang di ganti (overwrite).
• Type 2 – Atribut pada dimensi berubah, sehingga menyebabkan
adanya record baru didalam dimensi (add new dimension record).
• Type 3 - Atribut pada dimensi berubah, menyebabkan atribut alternatif
yang akan dibuat secara simultan akan diakses secara bersamaan
dalam sebuah dimensi yang sama (add a new field).
9. Decide the physical design / memilih desain fisik.
Pada step, sebuah desain logis telah selesai dibuat. Kemudian
menganalisis isu-isu yang akan terjadi pada saat membangun model
desain fisik.
4.2 Physical Design
Model dimensi yang dikembangkan pada bagian sebelumnya perlu
diterjemahkan ke dalam desain fisik. Dalam pemodelan dimensi, desain
secara fisik dan logis memiliki kemiripan yang sangat dekat. Model fisik
akan berbeda dari model logis dalam hal rincian tertentu untuk database
fisik, termasuk nama kolom fisik, tipe data, deklarasi kunci.
• Aggregation Strategy
Pertama memikirkan tentang pola akses pengguna bisnis, kedua menilai
distribusi dari statistik data.
50
• Initial Indexing Strategy
Dimensi tabel akan memiliki indeks yang unik pada primary key tunggal-
kolom. Kunci utama dari tabel fakta hampir selalu merupakan subset dari
kunci asing. Biasanya menempatkan indeks tunggal digabungkan pada
dimensi primer dari tabel fakta. Selain itu, setelah tombol tanggal di
posisi pertama mempercepat proses loading data dimana data
incremental berkelompok menurut tanggal. Tabel fakta besar biasanya
yang dipartisi menurut tanggal, dengan data tersegmentasi berdasarkan
bulan, kwartal, atau tahun ke partisi terpisah penyimpanan sementara
yang muncul kepada user, karena sebuah tabel tunggal. Keuntungan dari
partisi menurut tanggal adalah:
• Query akan tampil lebih baik karena mereka hanya mengakses partisi
yang diperlukan untuk menyelesaikan query.
• Partisi juga dapat diarsipkan dengan mudah.
4.3 Data Staging Design and Development
Pada tahap data staging and development terdapat proses ETL.
Dimana dalam jurnalnya, menurut Halenar (2012:2) arsitektur ETL
umumnya merupakan sebuah data warehouse yang real time, yang terdiri
dari berbagai tipe sumber database termasuk alat ekstraksi, yang
mendorong data diekstraksi ke temporary store. Kemudian mempersiapkan
data untuk proses transformasi menjadi fungsi transformasi sehingga data
siap digunakan dengan format yang sesuai. Transformasi berjalan dalam
DPA (data processing area) dimana data diubah dan dibersihkan dan
setelah itu data diekspor oleh fungsi transformasi.
51
Proses ETL menurut Darudiato (2008:62), data dari basis data
operasional dan sumber eksternal diekstrak, kemudian untuk
meminimalisasi eror data tersebut dibersihkan dan mengisi informasi yang
kurang jika dimungkinkan. Setelah itu ditransformasi untuk memperbaiki
ketidak-cocokan semantik. Proses loading data terdiri dari
mematerialisasikan view dan menyimpannya dalam warehouse.
• Dimension Table Staging
Karena dimensi harus sesuai dan dapat digunakan kembali di seluruh
model dimensi, biasanya hal itu adalah tanggung jawab otoritas lebih
terpusat. Kewenangan dimensi bertanggung jawab untuk mendefinisikan,
menjaga, dan penerbitan dimensi tertentu untuk mart data yang sesuai.
Dimensi dapat diproses secara bersamaan. Namun, semua dimensi yang
terlibat dalam skema harus dipublikasikan sebelum pementasan data
fakta.
Langkah-langkahnya: mengesktrak data dari sumber dimensi operasional,
lalu membersihkan nilai-nilai atribut yang tidak konsisten, tidak valid,
dan data yang hilang. Dan mengelola surrogate key. Lalu membangun
sebuah dimensi dari data yang sudah direvisi.
• Fact Table Staging
Mengekstrak data, memperbarui, memisahkan data fakta, mengubah data,
mengganti key dengan surrogate key, menambahkan key tambahan,
membangun tabel agregasi, bulk data, alert user.
52
5. Business Intelligence Track
Menurut Kimball & Ross (2010:98), ketika beberapa anggota proyek
tenggelam dalam teknologi dan data, yang lain fokus pada mengidentifikasi
dan membangun berbagai aplikasi BI, termasuk laporan standar, query
parameter, dashboard, scorecard, model analitik, dan aplikasi data mining,
bersama dengan interface navigasi yang terkait.
Menurut Kimball & Ross (2002:362) di buku lain menambahkan,
business intelligence track dapat terbagi menjadi 2 tugas, yakni:
• Analytic Application Spesification
Sebelum merancang aplikasi maka harus menetapkan standar dari
aplikasi tersebut, seperti tampilan menu dan tampilan output yang
konsisten. Menggunakan standar, kita tentukan setiap template aplikasi,
menangkap informasi yang memadai tentang tata letak, variabel input,
perhitungan, dan istirahat sehingga baik pengembang aplikasi dan
perwakilan bisnis berbagi pemahaman yang sama. Selama kegiatan
spesifikasi aplikasi, kita juga harus memberikan pertimbangan kepada
organisasi aplikasi. Kita perlu mengidentifikasi jalur navigasi terstruktur
untuk mengakses aplikasi, yang mencerminkan pengguna cara berpikir
kita tentang bisnis mereka.
• Analytic Application Development
Pengembangan aplikasi dapat dimulai setelah desain database telah
selesai, kegiatan ini tidak dapat diselesaikan sampai data stabil.
53
6. Deployment, Maintetance, and Growth
Iterasi deployed memasuki fase maintenance, sementara pertumbuhan
(growth) menunjukkan dengan arrow back ke perencanaan proyek untuk
iterasi berikutnya dari data warehouse. Pada fase maintenance and growth
tim proyek memfokuskan pada persyaratan yang akan dihadapi,
penyampaian yang signifikan dan / atau risiko dalam usaha penerapan. Oleh
karena itu dilakukan support, education, technical support dan program
support.
2.1.23. Activity Diagram
Untuk penggambaran proses bisnis menggunakan acitivy diagram.
Dijelaskan oleh Satzinger, et al (2005:147), activity diagram adalah tipe dari
work flow diagram yang menjabarkan aktivitas-aktivitas dari pengguna (user)
dan alurnya secara berurutan. Dimana workflow adalah langkah-langkah untuk
memproses transaksi bisnis secara berurutan. Berikut ini simbol-simbol yang
digunakan dalam activity diagram:
Tabel 2.2 Simbol-Simbol pada Activity Diagram
NO GAMBAR NAMA KETERANGAN
1
Activity
Memperlihatkan bagaimana masing-
masing kelas antarmuka saling
berinteraksi satu sama lain
2
Action State dari sistem yang mencerminkan
eksekusi dari suatu aksi
3 Initial Node Bagaimana objek dibentuk atau
diawali
54
Gambar 2.14 Contoh Activity Diagram yang Digambarkan oleh
Satzinger, et al (2005:147)
2.1.24. Back-up
Dalam diktat Advanced Database yang dibuat oleh Software
Laboratory Center Bina Nusantara University (2012:43) dikatakan bahwa
back-up adalah salinan dari sebuah data yang digunakan untuk men-restore dan
recover data setelah terjadi kesalahan dalam sistem. Berikut ini jenis–jenis
metode back-up:
4 Activity
Final Node
Bagaimana objek dibentuk dan
dihancurkan
5 Fork Node Satu aliran yang pada tahap tertentu
berubah menjadi beberapa aliran
6
Dependency
Hubungan dimana perubahan yang
terjadi pada suatu elemen mandiri
(independent) akan mempegaruhi
elemen yang bergantung padanya
elemen yang tidak mandiri
55
• Full
Sebuah back-up lengkap yang berisi semua data dalam database
tertentu atau set filegroups atau file, dan juga log yang memungkinkan
untuk di-restore.
• Differential
Sebuah back-up dari semua file dalam database. Back-up ini hanya
berisi data tambahan yang dimodifikasi dari back-up database yang
paling terbaru dari setiap file.
• Partial
Back-up ini dirancang untuk memberikan fleksibilitas yang lebih untuk
membuat back-up database yang mengandung beberapa filegroups
read-only dengan model restore yang sederhana.
• File
Hanya mem-back-up beberapa file saja, tidak keseluruhan database.
• Transaction Log
Hanya mem-back-up modifikasi yang dibuat pada database.
• Copy Only
Biasanya, mengambil perubahan back-up database dan mempengaruhi
saat di-restore.
2.1.25. Security
Untuk memastikan dan menjaga keamanan data warehouse dari
jangkauan orang yang tidak berwenang menggunakanannya diperlukan proses
autentifikasi dan pembagian mengenai hak pengaksesan data (otoritas).
Dikatakan oleh Conolly & Begg (2005:547) autentifikasi adalah sebuah
56
mekanisme yang menentukan apakah seorang pengguna merupakan yang pihak
sah untuk mengkalim kepemilikan account. Sedangkan masih menurut Conolly
& Begg (2005:546) otorisasi adalah pemberian hak atau hak istimewa yang
memungkinkan subjek untuk memiliki akses yang sah ke sistem atau objek
suatu sistem.
2.1.26. Analisis Kapasitas Media Penyimpanan
Salah satu aspek penting dalam pengolahan data yang perlu
dipertimbangkan adalah media penyimpanan. Pertumbuhan data baik dalam
database ataupun data warehouse dipengaruhi oleh transaksi sehari-hari yang
terjadi pada OLTP. Agar media penyimpanan dapat menampung pertumbuhan
data yang terus-menerus meningkat maka diperlukan analisis kapasitas media
penyimpanan.
Rumus yang akan digunakan untuk perhitungan kebutuhan
penyimpanan record dalam SQL Server 2008 yang dijelaskan dalam situs
resmi Microsoft (MSDN) adalah sebagai berikut:
1. Num_Row = jumlah baris / jumlah record.
2. Num_Col = jumlah kolom dalam tabel.
3. Fixed_Data_Size = jumlah bytes yang dibutuhkan oleh semua kolom
yang mempunyai tipe data dengan ukuran yang pasti.
4. Num_Variable_Cols = jumlah kolom yang mempunyai tipe data dengan
ukuran tidak pasti, seperti varchar, nvarchar, varbinary.
5. Max_Var_Size = ukuran bytes terbesar dari semua kolom yang
mempunyai tipe data dengan ukuran tidak pasti.
6. Null_Bitmap = bit status null kolom = 2 + ((num_col+7)/8).
57
7. Variable_Data_Size = jumlah bytes yang dibutuhkan untuk semua
kolom variabel = 2 + (num_variable_cols x 2) + max_var_size.
8. Row_Size = fixed_data_size + null_bitmap + 4.
9. Rows_Per_Page = 8096 / (row_size + 2).
10. Num_Of_Pages = num_row / rows_per_page.
11. Heap_Size (Bytes) = 8192 x num_of_pages.
12. Heap_Size (Kbytes) = num_of_bytes / 1024.
13. Heap_Size (Mbytes) = num_of_kbytes / 1024.
Analisis kapasitas media penyimpanan pada data warehouse untuk
perhitungan fakta adalah sebagai berikut:
Rn = R x (n + (1+ i ) n )
Keterangan :
n = Tahun ke-
R = Jumlah record
I = Presentase pertumbuhan record per tahun
Perhitungan untuk dimensi yang mengalami pertumbuhan data adalah
sebagai berikut:
Rn = R x (1+ i ) n
Keterangan :
n = Tahun ke-
R = Jumlah record
I = Presentase pertumbuhan record per tahun
2.1.27 Apakah real time data warehousing dilakukan dalam data warehouse?
Menurut Inmon (2005:487) mengatakan real time pada data
warehouse paling baik dilakukan di lingkungan Operation Data Store. Secara
58
fisik data operasional terpisah dari lingkungan data warehouse. Meskipun data
warehouse dapat dilakukan secara real time, namun data yang berada di data
warehouse hanya berupa data operasional yang memiliki periode yang lambat
setiap harinya. Pembuatan proses real time diluar data warehouse adalah
strategi yang salah.
Dalam artikelnya Becker (2009:4) menjelaskan dalam menentukan
lama proses ETL perlu dilakukan wawancara dengan pengguna bisnis
(business user) seberapa real time data yang mereka inginkan. Terdapat 3
kategori real time, yakni:
1. Instantaneous (instan) berarti data yang terlihat di layar pengguna
akhir mewakili keadaan sebenarnya dari data operasional. Setiap
perubahan yang terjadi pada data operasional akan langsung
direspon oleh data warehouse.
2. Frequently (sering) berarti data yang terlihat di layar pengguna
akhir diperbarui berkali-kali setiap harinya. Namun tidak menjamin
data yang ada pada saat ini real time.
3. Daily (harian) berarti data yang terlihat di layar pengguna akhir
berlaku pada rekonsiliasi dari data operasional pada suatu periode
(harian, mingguan, bulanan).
2.1.28 Fact Finding
Menurut Connoly & Begg (2005:317), ada beberapa teknik dalam
melakukan fact finding, yaitu :
• Examining documentation
Biasanya berguna ketika ingin mencoba untuk melihat apa yang
dibutuhkan sebuah database. Dan juga harus mencari dokumen yang
59
berhubungan dengan masalah, jadi dengan adanya examining
documentation kita dapat mempercepat mengenai pemahaman sistem.
• Interviewing
Merupakan metode yang paling sering digunakan dan paling berguna
karena dapat melakukan wawancara dengan setiap individu. Dimana
dalam wawancara membutuhkan skill komunikasi yang bagus untuk
dapat berjalan efektif.
• Observing the Enterprise in Operation
Observasi merupakan teknik yang paling efektif untuk memahami
sebuah sistem. Teknik ini biasanya berguna ketika ada sebuah data
yang valid dan penjelasan yang baik dari end user. Untuk menentukan
observasi berjalan dengan sukses kita harus mengetahui individu dan
aktivitas yang akan kita observasi.
• Research
Merupakan sebuah teknik yang berguna untuk melakukan penelitian
mengenai aplikasi. Jurnal, referensi buku dan internet merupakan
sumber informasi yang baik. Dimana dari sumber informasi tersebut
dapat digunakan sebagai landasan dalam menyelesaikan beberapa
masalah.
• Questionnaires
Merupakan sebuah dokumen yang digunakan dalam mengumpulkan
fakta dari banyak orang. Ketika kita akan menghadapi pengumpulan
data dengan menggunakan banyak orang maka tidak ada teknik
seefisien teknik kuisioner.
60
2.2. Teori – teori Khusus
2.2.1. Ritel
Menurut Pujawan (2005:137), perusahaan ritel adalah mendapatkan
barang–barang (merchandise) yang akan mereka jual (resale).
Menurut Kotler & Amstrong (2010:394), retailing adalah semua
kegiatan yang terlibat dalam menjual barang atau jasa langsung kepada
konsumen akhir untuk penggunaan akhir mereka, bukan digunakan untuk
bisnis.
2.2.2. Persediaan Barang
Menurut Render & Heizer (2001: 314), perusahaan mempertahankan 4
jenis persediaan, yaitu:
• Persediaan barang mentah, yaitu barang yang telah dibeli namun belum
diproses.
• Persediaan barang-dalam-proses, yaitu barang yang telah mengalami
beberapa perubahan, tetapi belum selesai. WIP (Work in Process) ini ada
karena untuk membuat produk diperlukan waktu (disebut waktu siklus).
Pengurangan waktu siklus menyebabkan persediaan WIP pun berkurang.
• Persediaan MRO (perlengkapan pemeliharaan/perbaikan/ operasi). MRO
merupakan persediaan yang dikhususkan untuk perlengkapan
pemeliharaan/perbaikan/operasi. MRO ini ada karena waktu dan kebutuhan
untuk pemeliharaan dan perbaikan dari beberapa peralatan tidak dapat
diketahui.
• Persediaan barang jadi, yaitu barang yang telah selesai dan menunggu untuk
dikirimkan. Barang jadi dimasukkan ke dalam persediaan karena permintaan
konsumen untuk jangka waktu tertentu mungkin tidak diketahui.
61
Menurut Pujawan (2005:99), mengelola aliran materi atau produk yang
tepat berarti tidak terlalu terlambat dan tidak terlalu dini, jumlahnya sesuai
dengan kebutuhan, dan terkirim ke tempat yang memang membutuhkan.
Kesalahan dalam meramalkan kebutuhan pelanggan, seperti memproduksi
terlau banyak atau terlalu sedikit (volume errror) atau memproduksi jenis
barang yang salah (mix error). Kedua–duanya menimbulkan masalah
persediaan. Inti dari persediaan adalah kordinasi dan kolaborasi.
2.2.3. Pembelian Barang
Menurut Render & Heizer (2001: 414), pembelian berarti perolehan
barang dan jasa. Dimana tujuan dari kegiatan pembelian itu sendiri adalah:
• Membantu identifikasi produk dan jasa yang dapat diperoleh secara
eksternal.
• Mengembangkan, mengevaluasi, dan menentukan pemasok, harga dan
pengiriman yang terbaik bagi barang dan jasa tersebut.
Dijelaskan dalam buku Pengantar Bisnis karya Ebert & Griffin
(2006:400), pembelian adalah akuisisi bahan dan jasa yang dibutuhkan
perusahaan untuk menghasilkan produknya.
Menurut Pujawan (2005:141), proses pembelian bisa dilakukan melalui
proses pembelian rutin atau pembelian tender. Dimana proses pembelian rutin
biasanya berlaku untuk item-item yang supplier-nya sudah jelas karena ada
kesepakatan jangka panjang antara supplier dengan perusahaan. Sedangkan
proses tender (atau lelang) dilakukan untuk item yang supplier-nya masih
harus dipilih. Pada proses bisnis PT. Central Network Indonesia, pembelian
bahan kain dilakukan melalui proses pembelian tender dimana terjadi
pemilihan bahan kain sesuai kebutuhan.
62
2.2.4. Penjualan Barang
Menurut Yunarto (2006:78), penjualan konsinyasi atau penjualan titipan,
perusahaan akan menjual barang ke customer-nya tetapi statusnya titip. Yang
dimakud customer dari perusahaan ini adalah toko, distributor lain,
departement store, supermarket, dan lain-lain. Perlu dicermati bahwa status
barang yang dititipkan ke toko masih menjadi milik perusahaan, walaupun
secara fisik barang tidak berada di dalam perusahaan.
2.2.5. Retur Barang
Menurut Stevenson (2011: 537) dalam hal managing return, produk
dikembalikan kepada perusahaan atau pengendali pihak ketiga untuk berbagai
alasan, dan dalam berbagai kondisi. Alasan atau kondisinya adalah sebagai
berikut:
• Produk rusak
• Produk recalled
• Produk yang tidak berlaku lagi
• Produk yang tidak terjual
• Bagian diganti di lapangan
• Barang untuk daur ulang
• Limbah