bab 2 landasan teori - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/bab2/2006-2-00824-ka bab ii.pdf ·...
TRANSCRIPT
7
Bab 2
Landasan Teori
2.1 Teori Umum
2.1.1 Pengertian Sistem Informasi Akuntansi
Menurut George H. Bodnar (2000, p6), sistem informasi akuntansi adalah
sistem berbasis komputer yang dirancang untuk mengubah data akuntansi
menjadi informasi. Tetapi, istilah sistem informasi akuntansi lebih luas dari itu
guna mencakup siklus-siklus pemrosesan transaksi, penggunaan teknologi
informasi dan pengembangan sistem informasi. Menurut Barry E.Cushing
(1995, p17), sistem informasi akuntansi adalah suatu sub sistem dari sistem
informasi manajemen di dalam suatu organisasi.
Berdasarkan data diatas, kami dapat menarik kesimpulan bahwa Sistem
Informasi Akuntansi adalah sistem yang dirancang atau di desain dalam sebuah
perusahaan atau organisasi untuk mengubah data akuntansi menjadi informasi
yang berguna bagi perusahaan atau organisasi tersebut.
2.1.2 Tujuan Sistem Informasi Akuntansi
Menurut Marshall B. Romney (1997, p2), tujuan-tujuan dari sistem
informasi akuntansi adalah sebagai berikut :
1. Mengumpulkan dan menyimpan data mengenai aktivitas dan transaksi
sehingga dengan demikian perusahaan dapat meninjau apa yang telah terjadi.
8
2. Memproses data menjadi informasi yang berguna untuk membuat
keputusan dimana memungkinkan manajemen untuk melakukan perencanaan,
mengeksekusi dan mengendalikan aktivitas.
3. Menyediakan pengendalian untuk menjaga asset perusahaan, termasuk
data untuk memastikan bahwa data tersedia jika dibutuhkan dan data tersebut
akurat.
2.1.2 Komponen Sistem Informasi Akuntansi
Menurut Romney (2000, p2) komponen-komponen suatu Sistem
Informasi Akuntansi adalah :
1. User
User adalah orang yang mengoperasikan system dan menampilkan fungsi
yang bervariasi.
2. Prosedur
Yang termasuk di dalam prosedur adalah mengumpulkan, memproses,
dan menyimpan data mengenai aktivitas perusahaan.
3. Data
Data mengenai proses bisnis perusahaan.
4. Software
Software digunakan untuk memproses data perusahaan infrastruktur.
5. Infrastruktur Teknologi Informasi
Didalamnya termasuk komputer dan peralatan komunikasi jaringan.
9
Menurut Mulyadi (1997, p3) bahwa komponen-komponen Sistem
Akuntansi adalah:
1. Formulir
Formulir merupakan dokumen yang digunakan untuk merekam adanya
transaksi. Formulir sering disebut dengan istilah dokumen, karena dengan
formulir ini, peristiwa yang terjadi dalam organisasi direkam
(didokumentasikan) diatas secarik kertas.
2. Jurnal
Jurnal merupakan catatan akuntansi yang pertama yang digunakan untuk
mencatat, mengklasifikasikan, dan meringkas data keuangan dan data
lainnya. Sumber informasi pencatatan dalam jurnal ini adalah formulir.
3. Buku Besar
Buku besar terdiri dari rekening-rekening yang digunakan untuk
meringkas data keuangan yang telah dicatat sebelumnya dalam jurnal.
Rekening-rekening dalam buku besar ini disediakan sesuai dengan unsur-
unsur informasi yang akan disajikan dalam laporan keuangan.
4. Buku Pembantu
Buku besar dan buku pembantu merupakan catatan akuntansi terakhir,
yang berarti tidak ada catatan akuntansi lain lagi sesudah data akuntansi
diringkas dan digolongkan dalam rekening buku besar dan buku
pembantu.
10
5. Laporan
Hasil akhir proses akuntansi adalah laporan keuangan yang dapat berupa
neraca, laporan rugi laba, laporan perubahan laba yang ditahan, laporan
harga pokok produksi, laporan biaya pemasaran, laporan harga pokok
penjualan, daftar umur piutang, daftar utang yang akan dibayar, daftar
saldo persediaan yang lambat penjualannya. Laporan berisi informasi
yang merupakan keluaran sistem akuntansi.
2.2 Flowchart
2.2.1 Pengertian Flowchart
Menurut Bodnar (2000,p37) flowchart adalah suatu diagram simbolik
yang menampilkan arus data dan sequence dari operasi dalam sebuah sistem.
2.2.2 Simbol-simbol Flowchart
Karena pentingnya flowchart sebagai suatu alat komunikasi yang
meningkat dengan pertumbuhan dan kompleksitas dari proses computer, suatu
kebutuhan untuk standardrisasi simbol dan usage conventions menjadi
apparent. Berikut ini adalah beberapa simbol dasar dari flowchart, yaitu :
11
Catatan
Simbol ini digunakan untuk menggambarkan catatan akuntansi
yang digunakan untuk mencatat data yang direkam sebelumnya di
dalam dokumen atau formulir. Nama catatan akuntansi
dicantumkan di dalam simbol ini.
Proses Komputer On-Line
Menggambarkan pengolahan data dengan komputer secara online.
Nama program ditulis di dalam simbol ini.
Garis Alir
Menggambarkan arah proses pengolahan data. Anak panah tidak
digambarkan jika arus dokumen mengarah ke bawah dan ke
kanan.
Keterangan / Komentar
Simbol yang digunakan apabila ingin menambahkan keterangan
untuk memperjelas pesan yang disampaikan dalam bagan alir.
Gambar 2.1 Simbol Dasar Flowchart
12
Simbol Input / Output yang lebih Spesialisasi :
Dokumen
Simbol ini digunakan untuk menggambarkan semua jenis
dokumen, yang merupakan formulir yang digunakan untuk
mencatat data transaksi yang terjadi.
Dokumen dan tembusannya
Simbol ini digunakan untuk menggambarkan dokumen asli dan
tembusannya. Nomor lembar dokumen dicantumkan disudut
kanan atas.
Berbagai Dokumen
Simbol ini digunakan untuk menggambarkan berbagai jenis
dokumen yang digabungkan bersama di dalam satu paket. Nama
dokumen di dalam masing-masing simbol dan nomor lembar
dokumen dicantumkan di sudut kanan atas simbol dokumen yang
bersangkutan.
Manual input
Simbol ini menggambarkan pemasukan data melalui komputer
melalui on-line terminal.
13
Simbol Proses Spesialisasi :
Keputusan
Simbol ini menggambarkan keputusan yang harus dibuat dalam
proses pengolahan data. Keputusan yang dibuat ditulis di dalam
simbol ini.
Arsip Sementara
Digunakan untuk menunjukkan tempat penyimpanan dokumen,
dimana arsip tersebut akan diambil kembali pada suatu saat untuk
diproses lebih lanjut. Untuk menunjukkan urutan pengarsipan
dokumen digunakan simbol berikut ini :
A = menurut abjad
N = menurut nomor urut
T = menurut tanggal
Arsip Permanen
Menggambarkan arsip permanen yang merupakan tempat
penyimpanan dokumen yang tidak akan diproses lagi.
Kegiatan Manual
Simbol ini untuk menggambarkan kegiatan secara manual.
Gambar 2.2 Simbol Proses
14
Simbol Tambahan :
Mulai/Berakhir (Terminal)
Simbol ini menggambarkan awal dan akhir dari suatu sistem
akuntansi.
Penghubung Halaman yang Sama
Keterbatasan halaman kertas untuk menggambar mengakibatkan
diperlukannya simbol penghubung untuk memungkinkan aliran
dokumen berhenti di suatu lokasi halaman tertentu dan kembali
berjalan di lokasi lain pada halaman yang sama.
Penghubung pada Halaman yang Berbeda
Sama seperti penghubung pada halaman yang sama, tetapi simbol
ini digunakan sebagai penghubung bila ada penggantian halaman.
Gambar 2.3 Simbol Tambahan
15
2.3 Database
2.3.1 Pengertian Database
Database adalah suatu koleksi data computer yang terintegrasi,
diorganisasikan dan disimpan dalam suatu cara yang memudahkan
pengambilan kembali (Mcleod,1998, p258). Dua tujuan utama dari konsep
database adalah meminimumkan pengulangan dan pencapaian indepensi data.
Menurut Connoly (2002, p15) pendekatan database ialah memisahkan
struktur data dari program aplikasi dan menyimpannya dalam database. Dalam
menganalisa kebutuhan informasi suatu organisasi, kita berusaha menentukan
entity, atribut dan relasi. Entity adalah objek dalam organisasi yang dapat
dibedakan yang digambarkan dalam database. Atribut adalah property yang
menggambarkan beberapa aspek suatu objek yang dikenal sebagai record.
Sedangkan relasi adalah hubungan antara beberapa entity. Database
menyajikan entity, atribut dan relasi yang logis antara entity.
2.3.2 Entity Relationship Modelling
Menurut Budiharto (2002, p4), mendesain basis data merupakan hal yang
sangat penting dalam membuat basis data. Kita menggunakan ER untuk
mendesainnya. ER merupakan sebuah permodelan untuk mendesain basis data
yang baik. Tanpa ER ini, bisa dipastikan proses pembuatan basis data berjalan
lama dan tidak teratur. Pada saat mendesain basis data yang perlu diperhatikan
ialah membuat relasi–relasi yang benar diantara tabel. Proses desain basis data
cukup menghabiskan waktu yang lama jika basis datanya besar.
16
Pendokumentasian desain basis data mutlak harus dilakukan dengan baik agar
mudah didalam pengembangan dan perbaikan nantinya.
2.4 Analisa dan Perancangan Sistem Informasi Akuntansi berorientasi Object
Oriented
2.4.1 Pengertian Analisa dan Perancangan Sistem Informasi Akuntansi
Menurut McLeod (2001, p192) Perancangan Sistem Informasi Akuntansi
adalah penentuan proses dan data yang diperlukan oleh sistem baru. Menurut
Mulyadi (1997,p51) perancangan atau desain Sistem Informasi adalah proses
penerjemahan kebutuhan pemakai informasi ke dalam alternatif rancangan
sistem informasi yang diajukan kepada pemakai informasi untuk
dipertimbangkan.
Jadi, analisa dan perancangan sistem informasi akuntansi adalah suatu
proses penerjemahan kebutuhan user untuk dijadikan spesifikasi yang lebih
rinci untuk mempertimbangkan pembuatan metode pengembangan sistem baru.
2.4.2 Pengertian Object-Oriented
Menurut McLeod (2001, p330) awalnya masih banyak perusahaan yang
menggunakan alat-alat pembuatan model proses dengan Flowchart, dan Data
Flow Diagram (DFD). Kemudian berubah dengan menggunakan Entity
Relationship Diagram (ERD). Dan akhirnya sekarang berubah dengan
mengkombinasikan proses dan data menjadi object, dimana object oriented
dapat menyediakan informasi yang jelas mengenai konteks dari sistem.
17
2.4.2.1 Object Oriented Analysis
Menurut Booch (1995,p15), object oriented analysis adalah sebuah
metode analisis yang menguji permintaan dari perspektif class dan object
yang ditemukan pada problem domain. Menurut Whitten et al (2001,
p170) Object Oriented Analysis diartikan sebagai suatu metode untuk
menganalisis kebutuhan-kebutuhan dengan cara mengintegrasikan data dan
proses ke dalam suatu bentuk dan disebut objects.
2.4.2.2 Object Oriented Design
Menurut Booch (1995,p15) object oriented design adalah sebuah
metode design yang meliputi proses dari object oriented yang kurang baik
dari sebuah catatan yang menggambarkan secara logika dan fisik menjadi
sama baiknya seperti model dan dinamik atas sistem.
2.4.2.3 Object Oriented Analysis & Design
Menurut Whitten (2001, p97), OOA&D berusaha untuk
menggabungkan data dan proses menjadi suatu gagasan tunggal yang
disebut objects. OOA&D memperkenalkan object diagram yang
mendokumentasikan sistem yang dipandang dari segi object dan
interaksinya. Menurut Larman (1998, p6) intisari dari OOA&D adalah
penekanan pada pertimbangan problem domain dan solusi logis dari
persepsi objects. Menurut Mathiassen et al (2000, p14-15) terdapat 4
aktivitas utama dalam OOA&D yaitu Problem Domain Analysis,
18
Application Domain Analysis, Architectural Design dan Component
Design.
Jadi Object Oriented Analysis & Design dapat diartikan sebagai suatu
proses analysis dan design yang menggabungkan data dan proses menjadi
satu yang digambarkan atau dilihat dari segi objectnya.
2.4.2.4 Konsep Analisis dan Perancangan Berorientasi Objek
Menurut Mathiassen et al (2000, p14-15) terdapat empat aktivitas
utama dalam OOA&D yaitu problem domain analysis, application domain
analysis, architectural design, dan component design.
2.4.3 Problem Domain Analysis
Pada tahap ini dilakukan pengidentifikasian informasi – informasi yang
harus ada pada suatu sistem untuk menghasilkan sebuah model sistem.
Problem domain merupakan bagian dari keadaan yang akan diatur, dipantau
dan dikontrol oleh sistem (Mathiassen et al, 2000, p6). Sumber dari aktivitas
ini adalah sistem terkomputerisasi dengan menggunakan bahasa alami.
Mathiassen (2000, pp46- 47) didalam bukunya menulis bahwa terdapat 3
subaktivitas dalam problem domain analysis yaitu:
1. Classes
2. Structure
3. Behavior
19
2.4.3.1 Classes
Merupakan tahapan dilakukannya pemilihan class dan event dari
system definition untuk menghasilkan event table. Class adalah deskripsi
dari kumpulan object yang mempunyai structure, behavioural pattern dan
attributes yang sama. Object adalah suatu entitas yang memiliki identity,
state, dan behaviour ( Mathiassen et al, 2000, p51). Menurut Mathiassen et
al( 2000, pp53- 55) untuk menjalankan aktivitas classes dapat dimulai
dengan mengidentifikasikan kandidat / calon yang mungkin untuk classes
dan events dalam model problem domain.
2.4.3.2 Structure
Tujuannya adalah untuk mendeskripsikan hubungan struktural antara
class dan object. Sumber dari tahap ini adalah event table yang dihasilkan
dari tahap sebelumnya, sedangkan hasil akhirnya adalah membuat class
diagram, yaitu diagram yang menyediakan gambaran iktisar problem
domain yang bertalian secara logis dengan menggambarkan hubungan
stuktural antara classes dan objects didalam model (Mathiassen et al, 2000,
pp69- 70).
Menurut Mathiassen et al( 2000, pp72- 79) terdapat 2 tipe structure
dalam Object Oriented yaitu:
1. Class structure
Mengekspresikan hubungan konseptual yang statis antar class.
Hubungan statis ini tidak akan berubah, kecuali terjadi perubahan
pada deskripsinya. Class structure dibagi menjadi 2 yaitu:
20
a. Generalization structure, merupakan hubungan antara 2 atau lebih
subclass dengan 1 atau lebih superclass (Mathiassen et al, 2000,
p72). Sebuah class yang umum (superclass) mendeskripsikan
properti umum kepada grup dari special class (subclass).
b. Cluster, merupakan kumpulan dari class yang berhubungan
(Mathiassen et al 2000, p74). Cluster digambarkan dengan notasi
file folder yang melingkupi class – class yang saling berhubungan
didalamnya. Class-class dalam satu cluster biasanya memiliki
hubungan berupa generalization atau aggregation. Sedangkan
hubungan class dengan cluster yang berbeda biasanya berupa
association structure.
2. Object structure
Mengekspresikan hubungan dinamis dan konkret antar object.
Hubungan ini dapat berubah secara dinamis tanpa mempengaruhi
perubahan pada deskripsinya. Ada 2 macam object structure yaitu:
a. Aggregation structure, mendefinisikan hubungan antara dua atau
lebih object. Menurut Mathiassen et al (2000, p79), terdapat 3 tipe
aggregation structure yaitu:
• Whole-part, dimana whole merupakan jumlah dari parts,
sehingga jika salah satu parts dihilangkan maka secara tidak
langsung telah mengubah whole.
• Container-content, dimana whole adalah container (tempat
tampung) dari parts-nya, sehingga bila terdapat penambahan
21
atau pengurangan terhadap isinya (parts), tidak akan
mengubah pengertian dari whole.
• Union-member, dimana whole merupakan union atau
gabungan yang terorganisir dari anggotanya (parts), sehingga
jika terdapat penambahan atau pengurangan anggota, tidak
akan mengubah union-nya. Terdapat batasan jumlah anggota
terendah, karena tidak mungkin sebuah union tanpa anggota.
b. Association structure, mendefinisikan hubungan antara dua atau
lebih object, tetapi berbeda dengan aggregation (Mathiassen et al,
2000, p76). Hubungan antar class pada aggregation mempunyai
pertalian yang kuat sedangkan pada association tidak kuat.
2.4.3.3 Behavior
Tujuan dari aktivitas ini adalah untuk memodelkan keadaan problem
domain yang dinamis dengan memperluas definisi class yang terdapat
dalam class diagram, yaitu dengan menambahkan behavioural patterns dan
attributes untuk setiap class. Sumber dari tahap ini adalah event table dan
class diagram yang telah dihasilkan dari tahap–tahap sebelumnya.
Sedangkan hasil akhirnya adalah behavioral patterns yang diekspresikan
secara grafis dalam Statechart Diagram (Mathiassen et al, 2000, p89- 90).
Dalam class activity, behavior dipandang sebagai kumpulan event
yang tidak berurutan yang meliputi suatu object. Sedangkan dalam
behavior activity, behavior secara lebih tepat dideskripsikan dengan
menambahkan waktu terjadinya events.
22
Object behavior di-identifikasikan dengan event trace yaitu
serangkaian events yang berurutan yang meliputi suatu object. Event trace
antara satu object mungkin berbeda dengan object lain meskipun kedua
object tersebut berada dalam class yang sama. Hal ini disebabkan karena
sifat event trace yang unik untuk object tertentu. Deskripsi dari event trace
yang mungkin untuk seluruh object dalam sebuah class disebut behavioral
pattern (Mathiassen et al, 2000,p90).
Dalam memodelkan problem domain, dilakukan pengidentifikasian
requirements untuk data-data yang akan disimpan oleh sistem. Untuk
menspesifikasikan data tersebut digunakan attribute, yaitu deskripsi
properti dari class atau event (Mathiassen et al, 2000, p92).
Menurut Mathiassen et al(2000, p93) behavioral pattern memiliki
struktur pengendalian sebagai berikut:
• Sequence adalah suatu set events yang akan terjadi satu persatu
(secara berurutan).
• Selection adalah satu event yang terjadi dari satu set event.
• Iteration adalah satu event yang terjadi berulang- ulang kali.
2.4.4 Application Domain Analysis
Tahap ini mendefinisikan requirements dari suatu sistem. Application
Domain merupakan bagian yang mengatur, memantau, atau mengontrol
problem domain (Mathiassen et al, 2000, p6). Prinsip dari application domain
analysis adalah bekerjasama dengan user untuk menentukan usage, function
23
dan interface. Sumber dari aktivitas ini adalah system definition dan model dari
tahap sebelumnya.
Menurut Mathiassen et al (2000, p117) terdapat tiga subaktivitas dalam
application domain analysis, yaitu:
1. Usage
Hasil akhir dari aktivitas ini adalah membuat deskripsi dari actors dan
use case, dimana relasinya diekspresikan dengan menggunakan actor table
atau use case diagram. Actor merupakan abstraksi dari user atau sistem lain
yang berinteraksi dengan sistem (Mathiassen et al,2000, p119). Sedangkan
usecase adalah pola interaksi antara sistem dengan actors dalam application
domain (Mathiassen et al, 2000,p120). Hubungan antara actor dan usecase
adalah association.
Menurut Armour dan Miller (2001,p7) untuk mendokumentasikan actors
dapat menggunakan actor specifications yang berisi informasi mengenai nama
actor. Abstract actor menggambarkan behavior yang sama antara dua actor
atau lebih. Adanya usecase description dapat mempermudah pemahaman
mengenai interaksi antar actors dan sistem serta tanggung jawab dan behavior
sistem dalam responsnya terhadap interaksi tersebut (Armour dan Miller, 2001,
p90). Usecase description berisi informasi mengenai nama usecase, usecase 10,
actor yang terlibat dan description (menjelaskan garis besar dari usecase
tersebut). Deskripsi usecase harus dapat memungkinkan para developer untuk
mengidentifikasi kebutuhan elemen function dan interface.
24
2. Function
Tujuan dari aktivitas ini adalah untuk menentukan kemampuan
pemrosesan dari suatu sistem sehingga menghasilkan suatu function list beserta
spesifikasi untuk function yang kompleks. Function memfokuskan pada apa
yang bisa dilakukan oleh sistem untuk membantu actor. Dengan kata lain,
function merupakan fasilitas untuk membuat sebuah model berguna bagi actor
(Mathiassen et al, 2000, p138).
Menurut Mathiassen et al (2000, p 138) terdapat 4 tipe utama dari
function, dimana masing-masing tipe mengekspresikan hubungan antara model
dan konteks sistem ke empat tipe tersebut antara lain update function, signal
function, read function, dan compute function.
3. Interface
Tujuan dari aktivitas ini adalah menentukan antar muka (interface) dr
system yang sedang dikembangkan. Interface adalah fasilitas yang membuat
model sistem dan function tersedia bagi actor (Mathiassen et al, 2000, p151).
Adanya interface memungkinkan actor untuk berinteraksi dengan sistem.
Sumber berasal dari class diagram,uses cases,dan function list.
Menurut Mathiassen et al (2000, p152), terdapat dua macam interface:
1. User Interface, menghubungkan manusia dengan sistem. Dalam
merancang user interface dibutuhkan feedback dari user.
2. System Interface, menghubungkan system actor (sistem lain) dengan
sistem yang sedang di-develop. Sistem lain bisa berupa: External
Device (sensor,switch dll).
25
2.5 Teori Pendukung
2.5.1 Pengertian Persediaan
Menurut Noori (1997, p424), persediaan adalah sejumlah komoditas di
dalam pengendalian suatu perusahaan yang disimpan untuk waktu tertentu
guna memenuhi kebutuhan di masa yang akan datang. Menurut Niswonger dan
Fess Warren(1996, p431), perusahaan umumnya mempunyai 3 jenis
persediaan, yaitu bahan baku, barang dalam proses (barang setengah jadi) dan
barang jadi. Besarnya persediaan bahan baku dipengaruhi oleh perkiraan
produksi, sifat dan musiman produksi, dapat diandalkan pihak
pemasok(supplier) serta tingkat efisiensi penjadwalan pembelian dan kegiatan
produksi. Menurut Handoko(2001, p333) persediaan adalah suatu istilah umum
yang menunjukkan segala sesuatu atau sumber daya- sumber daya organisasi
yang disimpan dalam antipasinya terhadap pemenuhan permintaan. Permintaan
akan sumber daya mungkin internal maupun eksternal. Ini meliputi persediaan
bahan mentah, barang dalam proses, barang jadi atau produk akhir, bahan
bahan pembantu atau pelengkap, dan komponen-komponen lain yg menjadi
bagian keluaran produk perusahaan.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa persediaan adalah barang-
barang yang dibeli untuk diproduksi, serta dijual kembali dan habis dipakai
oleh perusahaan. Karena pentingnya peranan persediaan barang bagi
perusahaan, kekayaan tersebut haruslah berada pada pengendalian dan
pengawasan ketat.
26
2.5.2 Istilah dalam Persediaan
Beberapa istilah persediaan yang sering digunakan, menurut Sugiana
(2003, p24) adalah :
1. Stock Card
Stock card adalah catatan untuk stock harian dimana masukan berupa
jumlah dari sistem pembelian yang merupakan penambahan terhadap stok
barang sedangkan dari sistem penjualan merupakan pengurangan.
2. Stock Opname
Stock opname adalah pemeriksaan stok fisik yang tersedia (digudang)
dan membandingkannya dengan stok yamg tercatat (pada computer).
Biasanya dilakukan pada periode tertentu, misalnya sebulan sekali, enam
bulan, bahkan ada yang setahun sekali. Pemeriksaan ini tergantung pada
banyaknya jenis barang. Apabila terlalu banyak, maka bisa memerlukan
waktu yang cukup lama. Berdasarkan hasil perbandingan stok fisik dan
stok tercatat, apabila terdapat selisih antara stok fisik dan stok yang
tercatat maka akan dilakukan adjustment stock, dimana jika terdapat
kekurangan pada stok fisik maka kekurangan ini akan menjadi biaya.
Setelah pencatatan terkumpul semuanya, sistem stok berperan kembali
untuk memperbaharui catatan stok terakhir pada tabel barang.
3. Adjustment Stock
Setelah dilakukan stock opname, bila ada barang yang rusak, hilang
dan sebagainya, maka akan dilakukan penyesuaian terhadap stok fisik
yang tercatat.
27
2.5.3 Jenis-jenis Persediaan
Menurut Rangkuti (1995, p14), persediaan dapat dibedakan menjadi :
1. Persediaan bahan baku yaitu persediaan bahan barang berwujud, seperti
besi, kayu serta komponen- komponen lainnya yang digunakan dalam
proses produksi.
2. Persediaan bagian produk / komponen yang dibeli, yaitu persediaan
barang- barang yang terdiri dr komponen- komponen yang diperoleh dari
perusahaan lain, dimana secara langsung dapat dirakit menjadi suatu
produk.
3. Persediaan bahan-bahan pembantu / penolong, yaitu persediaan barang-
barang yang diperlukan dalam proses produksi, tetapi tidak merupakan
bagian atau komponen barang jadi.
4. Persediaan barang setengah jadi / barang dalam proses, yaitu persediaan
barang- barang yang merupakan keluaran dari tiap- tiap bagian dalam
proses produksi atau yang telah diolah menjadi suatu bentuk, tetapi masih
perlu diproses lebih lanjut untuk menjadi barang jadi.
5. Persediaan barang jadi, yaitu persediaan barang-barang yang telah selesai
diproses atau diolah dalam pabrik dan siap untuk dijual atau dikirim
kepada konsumen.
2.5.4 Pengertian Sistem Informasi Persediaan
Persediaan merupakan faktor yang sangat penting bagi setiap perusahaan.
Tanpa adanya persediaan, para pengusaha akan dihadapkan pada resiko bahwa
28
perusahaannya pada suatu waktu tidak dapat memenuhi keinginan
pelanggannya.
Menurut Mulyadi (1997, p555), sistem informasi persediaan adalah suatu
sistem yang menyediakan informasi atau laporan-laporan yang dibutuhkan oleh
pihak manajemen yang berhubungan dengan operasi pemesanan, penyimpanan
dan persediaan bahan baku.
2.5.5 Metode Pencatatan dan Penilaian Persediaan
Menurut Mulyadi (1997, p558), ada dua macam metode pencatatan
persediaan yaitu sebagai berikut :
1. Metode Persediaan Perpetual (Perpetual Inventory Method)
Dalam metode ini, setiap mutasi persediaan dicatat dalam kartu
persediaan. Metode ini cocok digunakan dalam penentuan biaya bahan
baku dalam perusahaan yang berharga pokok produknya dikumpulkan
dengan metode harga pokok pesanan.
Ada 3 metode yang biasa digunakan untuk menilai persediaan
dengan metode perpetual, yaitu sebagai berikut :
1. Metode First In First Out (FIFO)
Untuk menetapkan harga pokok persediaan didasarkan atas
asumsi bahwa harga pokok harus dibebankan pada pendapatan
sesuai dengan urutan pembelian barang tersebut. Jadi, persediaan
yang masih ada dianggap berasal dari barang pembelian terakhir
(Fess, terjemahan Ruswinarto, 1997, p396).
29
2. Metode Last In First Out (LIFO)
Didasarkan atas anggapan bahwa harga pokok barang dari
pembelian terakhir harus dibebankan kependapatan. Jadi,
persediaan yang ada dianggap berasal dari harga pokok paling
awal ( Fess, terjemahan Ruswinarto, 1997, pp397).
3. Metode Harga Pokok Rata-Rata (Average)
Terkadang disebut juga metode rata- rata tertimbang (weighted
average method), didasarkan atas asumsi bahwa harga pokok
harus dibebankan kependapatan menurut harga rata- rata
tertimbang perunit dengan barang yang dijual ( Fess, terjemahan
Ruswinarto, 1997, p398).
2. Metode Persediaan Fisik (Physical Inventory Method)
Dalam metode ini, hanya tambahan persediaan dari pembelian
saja yang tercatat, sedangkan mutasi berkurangnya karena pemakaian
tidak dicatat dalam kartu persediaan dan metode itu cocok digunakan
dalam penentuan biaya bahan baku dalam perusahaan yang harga pokok
produknya dikumpulkan dengan metode harga pokok proses.
Didasarkan atas anggapan bahwa harga pokok barang dari
pembelian terakhir harus dibebankan kependapatan. Jadi, persediaan yang
ada dianggap berasal dari harga pokok paling awal ( Fess, terjemahan
Ruswinarto, 1997, pp397).
30
2.5.6 Pengendalian Internal Persediaan
Pengendalian internal atas persediaan merupakan hal yang sangat
penting karena persediaan adalah bagian yang amat penting dari suatu
perusahaan dagang.
Menurut Render dan Heizer (2001, p318), elemen yang harus ada
untuk mendukung pengendalian internal yang baik atas persediaan adalah:
1. Pemilihan karyawan, pelatihan dan disiplin yang baik.
2. Pengendalian yang ketat atas barang yang datang melalui sistem kode
barang (barcode).
3. Pengendalian yang efektif atas semua barang yang keluar dari fasilitas.
Setiap perusahaan perlu mengadakan pengawasan persediaan untuk
dapat menjamin kelangsungan hidup perusahaannya. Oleh karena itu
perusahaan harus dapat mempertahankan suatu jumlah persediaan yang
optimum yang dapat menjamin kebutuhan bagi kelancaran kegiatan perusahaan
dalam jumlah dan mutu yang tepat serta dengan biaya yang serendah-
rendahnya.Persediaan yang terlalu berlebihan merugikan perusahaan karena
banyak uang atau modal yang tertanam. Sebaliknya suatu persediaan yang
terlalu kecil akan merugikan perusahaan karena kelancaran dari kegiatan
produksi dan distribusi perusahaan terganggu.
Tujuan pengawasan persediaan menurut Rangkuti (1995, p9) adalah :
a. Menjaga agar jangan sampai kehabisan persediaan.
b. Supaya pembentukan persediaan stabil
c. Menghindari pembelian yg kecil- kecil
d. Pemesanan yang lebih ekonomis
31
2.5.7 Minimum Stock
Menurut Handoko (2001, p359) persediaan minimum merupakan batas
persediaan yang paling kecil yang harus ada untuk suatu jenis barang. Oleh
karena itu, persediaan minimum ini dimasukkan untuk menghindari
kemungkinan kurangnya persediaan, maksud persediaan umum merupakan
persediaan cadangan untuk menjamin keselamatan operasi atau kelancaran
produksi perusahaan yang karena itu persediaan ini sering disebut persediaan
pengaman. Jadi persediaan minimum dalam suatu perusahaan hendaknya sama
dengan besarnya persediaan pengaman.
2.5.8 Fungsi yang Terkait
Menurut Mulyadi (1997, p581), fungsi-fungsi yang terkait dalam sistem
informasi persediaan adalah :
1. Panitia Perhitungan Fisik Persediaan
Bertanggung jawab untuk melaksanakan perhitungan fisik persediaan
dan menyerahkan hasil perhitungan fisik tersebut kepada bagian kartu
persediaan untuk digunakan sebagai dasar adjustment terhadap catatan
persediaan dalam kartu persediaan.
2. Fungsi Akuntansi
Bertanggung jawab untuk mencantumkan harga pokok satuan
persediaan yang dihitung ke dalam hasil perhitungan fisik, melakukan
adjustment terhadap kartu persediaan berdasar data hasil perhitungan
fisik, membuat bukti memorial untuk mencatat adjustment data
32
persediaan dalam jurnal umum berdasar hasil perhitungan fisik
persediaan.
3. Fungsi Gudang
Bertanggung jawab untuk melakukan adjustment data kuantitas
persediaan yang dicatat dalam kartu gudang berdasarkan hasil
perhitungan fisik persediaan.
2.5.9 Teori Sistem Informasi Akuntasi Persediaan
Jadi kesimpulan dari Sistem Informasi Akuntansi Persediaan adalah
suatu sistem berbasiskan komputer yang mengubah data akuntansi
menjadi informasi yang berguna bagi perusahaan yang dapat
menyediakan informasi atau laporan-laporan yang dibutuhkan oleh pihak
manajemen yang berhubungan dengan transaksi proses persediaan.