bab 2 landasan teori - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/bab2/2009-2-00647-ka bab...
TRANSCRIPT
6
BAB 2
LANDASAN TEORI
Teori Umum
2.1.1 Sistem Informasi
2.1.2 Pengertian Sistem
Menurut Hall (2001,p5) sistem adalah sekelompok dua atau lebih komponen
komponen yang saling berkaitan (Intern related) atau subsistem-subsistem yang bersatu
untuk mencapai tujuan yang sama (Common porpose).
Menurut McLeod (2001,p11) sistem adalah sekelompok elemen yang terintegrasi
dengan maksud yang sama untuk mencapai suatu tujuan organisasi atau perusahaan yang
terdiri dari sejumlah sumber data ( manusia, material, mesin, uang, informasi ) yang
ditentukan oleh pemilik atau manajemen.
Dari pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa sistem adalah sekelompok
elemen yang saling terhubung, terintegrasi, dan berinteraksi untuk mencapai tujuan
tertentu.
2.1.3 Pengertian Perancangan Sistem
Menurut McLeod ( 2001, h.192), perancangan sistem adalah penentuan proses
dan data yang diperlukan oleh sistem yang baru.
7
Menurut Mulyadi ( 2001, h.51 ) perancangan sistem adalah proses penterjemahan
kebutuhan pemakai informasi kedalam alternatif rancangan sistem informasi yang
diajukan pada pemakai informasi untuk pertimbangan.
Dengan demikian, perancangan sistem dapat disimpulkan sebagai suatu tahap
dimana kita harus menentukan bagaimana membangun atau menyusun sistem informasi
yang terbaik sesuai dengan kebutuhan pemakai informasi
2.1.4 Pengertian informasi
Menurut Pendapat Hall ( 2004, p14), informasi didefinisikan sebagai data yang
diproses, namun definisi ini tidak memadai. Informasi ditentukan oleh efeknya pada para
pemakai, bukan pada bentuk fisiknya.
Menurut Romney ( 2003, p9 ), “ Information is data that have been organized
and processed to provide meaning”, yang artinya informasi adalah data yang telah
diorganisasi dan diproses serta memiliki arti.
Menurut McLeod ( 2004, p12 ), informasi adalah suatu data yang diproses atau
data yang memiliki arti.
Berdasarkan definisi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa informasi adalah
suatu data yang telah diproses sehingga data tersebut memiliki arti.
Menurut Bodnar yang diterjemahkan oleh Amir Abadi Jusuf dan Rudi Tambunan
( 2001, p1 ) informasi adalah data yang berguna sudah diolah sehingga dapat dijadikan
dasar untuk mengambil keputusan yang tepat.
Menurut Hall (2001, p14) Iinformasi bukan sekedar fakta yang diproses dalam
suatu laporan formal, informasi memungkinkan para pemakainya melakukan tindakan
yang menyelesaikan konflik, mengurangi ketidakpastian, dan melakukan keputusan.
8
Berdasarkan pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa informasi merupakan
semua fakta berupa data yang diproses sehingga memiliki arti dan nilai guna sehingga
dapat dipakai oleh pengguna atau user sebagai dasar untuk mengambil keputusan.
Menurut Hall (2001, p17), informasi yang berguna memiliki karakteristik sebagai
berikut
1. Relavan
Isi sebuah laporan atau dokumen harus melayani suatu tujuan sehingga dapat
mendukung keputusan manajer atau tugas petugas administrator.
2. Tepat Waktu
Umur informasi merupakan faktor yang kritikal dalam menentukan
kegunaannya. Informasi harus tidak lebih tua dari periode tindakan yang
didukungnya.
2. Akurat
Informasi harus bebas dari kesalahan yang sifatnya material. Kesalahaan-
kesalahaan material ada ketika jumlah informasi yang tidak akurat
menyebabkan pemakai melakukan keputusan yang buruk atau gagal
melakukan keputusan yang diperlukan.
3. Lengkap
Tidak boleh ada bagian informasi yang esensial bagi pengambil keputusan
atau pelaksanaan yang diperlukan.
4. Rangkuman Informasi harus diagregrasi agar sesuai dengan kebutuhan
pemakai
9
2.1.5 Pengertian Akuntansi
Menurut Warrent, Reeve, Fess ( 2002, p8 ) “ Accounting can be defined as an
information system that provides report to stakeholders about the economic activities and
condition of a business”. Artinya akuntansi dapat didefinisikan sebagai sistem informasi
yang menghasilkan laporan kepada pemegang saham mengenai aktivitas ekonomi dan
kondisi perusahaan.
Menurut Stice,Skousen ( 2005, p5 ) “ accounting is a service activity. Its function
is to provide quantitative, primarily financial in nature, about economic entities that is
intended to be useful in making economic decision-in making reasoned choice among
alternative courses of action”. Yang berarti akuntansi adalah suatu aktivitas jasa.
Fungsinya untuk menyediakan informasi yang kuantitif, terutama informasi keuangan,
tentang entitas-entitas ekonomi yang dimaksudkan untuk digunakan dalam proses
pengambilan keputusan, dalam pembuatan pilihan-pilihan yang beralasan di antara
sebagai alternatif tindakan yang tersedia.
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa akuntansi adalah suatu proses
pencatatan aktivitas-aktivitas ekonomi yang berguna untuk proses pengambilan
keputusan.
2.1.6 Fungsi Akuntansi
Menurut Hall yang diterjemahkan oleh Salemba Empat ( 2001, p23 ), fungsi
akuntansi mengatur sumber daya informasi keuangan perusahaan. Dalam hal ini, fungsi
ini memainkan dua peran penting dalam pemrosesan transaksi. Pertama akuntasi
menangkap dan mencatat efek-efek dari transaksi perusahaan.
10
Dalam hal ini termasuk peristiwa-peristiwa seperti pergerakan bahan baku mentah
dari gudang ke produksi, pengiriman produk jadi ke pelanggan, dan pembebanan
kewajiban keuangan.
Kedua fungsi akuntansi mendistribusikan informasi transaksi ke personal-
personal operasi untuk mengkoordinasi tugas-tugas utama mereka. Kegiatan akuntansi
yang secara langsung memberikan kontribusi ke operasi bisnis antara lain kontrol
persediaan, akuntasi biaya, penggajian, hutang datang, piutang dagang, penagihan,
akuntansi aktiva tetap, dan buku besar.
2.1.7 Pengertian Sistem Informasi Akuntansi
Menurut Bodnar dan Hopwood yang diterjemahkan oleh Jusup, A, A. dan
Tambunan R, M, (2000) menyatakan, “ Sistem Informasi Akuntansi adalah kumpulan
sumber daya, seperti manusia dan peralatan, yang diatur untuk mengubah data menjadi
informasi. (h.1). sedangkan menurut Gelinas, Sutton dan Hunton (2005), “ Accounting
information system (AIS), is specialized subsystem of the information system. The
purpose of this seperate AIS was to collect, process, and report information related to the
finacial aspects of business events. “ of business events. “(p.15).
Mengacu pada pendapatan Romney dan Steinbart ( 2003), komponen Sistem
Informasi Akuntansi terdiri dari :
a. People : siapa yang mengoperasikan sistem dan melakukan fungsi-fungsi yang
bervariasi.
b. Procedures : kegiatan organisasi baik secara manual maupun secara otomatis
mengumpulkan, memproses, dan menyimpan data.
c. Software : yang digunakan oleh perusahaan untuk memproses data.
11
d. Information technology infrastructure : meliputi komputer dan jaringan komunikasi.
Model umum untuk Sistem Informasi Akuntansi menurut Hall yang diterjemahkan
oleh Salemba Empat (2001) terdiri atas komponen :
a. Sumber Data
Sumber data adalah transaksi keuangan yang memasuki sistem informasi dari sumber
internal dan eksternal.
b. Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan tahap operasional pertama dalam sistem informasi
akuntansi. Tujuannya adalah untuk memastikan bahwa data-data yang memasuki sistem
itu sah ( valid ), lengkap dan bebas dari kesalahan material.
c. Pemrosesan Data
Tugas dalam tahap pemrosesan data bermacam-macam. Misalnya, algoritma
matematika yang digunakan untuk aplikasi penjadwalan produksi.
d. Manajemen Database
Database merupakan tempat penyimpanan data keuangan dan non keuangan.
Manajement Database memiliki 3 tugas mendasar, yaitu penyimpanan, perbaikan, dan
penghapusan. Tugas penyimpanan adalah menetapkan kunci-kunci untuk record-record
yang baru dan menyimpannya dalam lokasi yang benar dalam database untuk diproses,
penghapusan adalah tugas untuk memindahkan secara permanen record yang sudah
usang atau berlebihan dari database.
e. Penghasil Informasi
Penghasilan informasi merupakan proses mengumpulkan, mengatur, memformat, dan
menyajikan informasi untuk para pemakai.
12
f. Pemakai akhir ( End User )
Pemakai akhir dibagi dalam dua kelompok umum, yaitu eksternal dan internal.
Pemakai eksternal meliputi para kreditur, para pemegang saham, para investor, pemasok,
dan pelanggan. Pemakai internal adalah pihak manajemen disetiap tingkat organisasi.
Jadi dapat disimpulkan bahwa sistem informasi akuntansi adalah interaksi komponen-
komponen yang terdiri dari manusia, prosedur, software, dan teknologi informasi yang
bertugas mengubah data menjadi informasi akuntansi melalui tahap pengumpulan data
dari sumber data internal dan eksternal, pemrosesan data, dan pelaporan informasi,
dimana informasi akuntasi ini dapat berguna dalam pengambilan keputusan bagi pihak
internal maupun eksternal perusahaan.
2.1.8 Pengertian sistem akuntansi
Menurut Hall (2001, p.7), yang diterjemahkan oleh Amir Abadi Jusuf, sistem
informasi adalah sebuah rangkaian prosedur formal dimana data dikumpulkan, diproses
menjadi informasi dan didistribusikan kepada para pemakai.
Menurut O,Brien ( 2003, p.7 ) sistem informasi merupakan kombinasi yang
terorganisasi dari orang, perangkat keras, perangkat lunak, jaringan komunikasi, dan
menyebarkan informasi didalam suatu organisasi. Jadi sistem informasi merupakan
penyebaran data yang telah diproses menjadi informasi yang dibutuhkan oleh perusahaan
menjadi bentuk yang berarti yang merupakan kombinasi dari orang, perangkat dan
jaringan.
13
2.1.9 Pengertian Sistem Akuntansi
Menurut Mulyadi ( 2001, h.3 ) sistem akuntasi adalah organisasi formulir, catatan
dan laporan yang dikoordinasi semedikian rupa untuk menyediakan informasi keuangan
yang dibutuhkan oleh manajemen guna memudahkan pengelolaaan perusahaan. Jadi
sistem akuntansi merupakan suatu cara mengolah data yang telah dikumpulkan untuk
menghasilkan informasi yang dapat dibutuhkan oleh pihak manajemen.
2.1.10 Kegunaan Sistem Informasi Akuntansi
Kegunaan sistem informasi akuntasi ( SIA ) menurut Jones dan Rama ( 2003, h.6-
8) adalah :
a. Menghasilkan External Report
Yaitu menghasilkan laporan untuk pihak-pihak luar yang berkepentingan seperti
investor, kreditor, dan petugas pajak.
b. Mendukung aktivitas rutin
SIA digunakan sebagai alat untuk menangani masalah-masalah dalam siklus operasi
perusahaan. Contohnya pemesanan barang, pengiriman barang, penagihan dan
penerimaan kas.
c. Pengambilan keputusan
Sebagai alat untuk mengambil keputusan di semua level organisasi.
d. Perencanaan dan pengendalian
SIA digunakan sebagai alat untuk merencanakan dan mengendalikan aktivitas dalam
organisasi secara baik. Contohnya rencana dan pengendalian anggaran dalam suatu
organisasi.
14
e. Implementasi Internal Control
SIA, kebijakan dan prosedur digunakan untuk melindungi harta (asset) perusahaan
dari kerugian yang mungkin terjadi.
2.1.11 Komponen Sistem Informasi Akuntansi
Menurut pendapat Romney, Steinbart (2003, p2), ada beberapa komponen sistem
informasi akuntansi, yaitu :
1. Orang yang mengoperasikan sistem dan menjalankan berbagai macam fungsi.
2. Prosedur-prosedur dan instruksi-instruksi baik manual maupun otomatis yang
terlibat dalam pengumpulan, pemrosesan dan penyimpanan data aktivitas
organisasi.
3. Data mengenai organisasi dan proses bisnisnya.
4. Software yang digunakan untuk memproses data organisasi.
5. Infrastruktur TI, termasuk di dalamnya alat-alat penunjang komputer,
komputernya dan alat komunikasi jaringan yang digunakan untuk
mengumpulkan, menyimpan, memproses data dan informasi.
2.1.12 Unsur-unsur Sistem Akuntansi
Menurut Mulyadi ( 2001, p3 ) dari pengertian sistem akuntansi, unsur suatu
sistem akuntasi pokok adalah :
1. Formulir
Formulir merupakan dokumen yang digunakan untuk merekam terjadinya
transaksi. Formulir sering disebut istilah dokumen, karena dengan formulir ini
15
peristiwa yang terjadi dalam organisasi direkam (didokumentasikan) diatas
secarik kertas. Formulir sering pula disebut dengan istilah media, karena
media, karena formulir merupakan media untuk mencatat peristiwa yang
terjadi dalam organisasi ke dalam catatan, dengan formulir ini data yang
bersangkutan dengan transaksi direkam pertama kalinya sebagai dasar
pencatatan dalam pencatatan. Contoh formulir adalah : faktur penjualan, bukti
kas keluar, dan cek.
2. Jurnal
Jurnal merupakan catatan akuntansi pertama yang digunakan untuk mencatat,
mengklasifikasikan, dan meringkas data keuangan dan data lainnya, seperti
telah disebutkan diatas, sumber informasi pencatatan dalam jurnal ini adalah
formulir. Dalam jurnal ini data keuangan untuk pertama kalinya
diklasifikasikan menurut pengolongan yang sesuai dengan informasi yang
akan disajikan dalam laporan keuangan. Dalam jurnal ini pula terdapat
kegiatan peringkasan data, yang hasil peringkasan ( berupa jumlah rupiah
transaksi tertentu ) kemudian di-posting ke rekening yang bersangkutan dalam
buku besar. Contoh jurnal adalah jurnal penerimaan kas, jurnal pembelian,
jurnal penjualan, jurnal umum.
Menurut Mulyadi (2001, p107), jenis jurnal yang biasanya terdapat dalam
perusahaan yang relatif besar yaitu :
a. Jurnal Penjualan
Jurnal ini digunakan untuk mencatat transaksi penjualan, baik penjualan
kredit maupun tunai.
16
b. Jurnal Pembelian
Jurnal ini digunakan untuk mencatat transaksi pembelian kredit.
c. Jurnal Penerimaan Kas
Jurnal ini digunakan untuk mencatat transaksi penerimaan kas. Sumber
pokok penerimaan kas perusahaan umumnya dari penjualan tunai dan
penerimaan piutang. Jika frekuensi transaksi kas masih rendah jurnal,
jurnal penerimaan kas ini digabungkan dengan jurnal pengeluaran kas
dalam satu jurnal yang disebut jurnal kas.
d. Jurnal Pengeluaran Kas
Jurnal ini digunakan untuk mencatat transaksi pengeluaran kas.
e. Jurnal Umum
Jurnal ini digunakan untuk mencatat transaksi selain yang dicatat dalam
jurnal khusus.
3. Buku Besar
Buku besar (General ledger) terdiri dari rekening-rekening yang digunakan
untuk meringkas data keuangan yang telah dicatat sebelumnya dalam jurnal.
Rekening-rekening yang disediakan dalam buku besar sesuai dengan unsur-
unsur informasi yang akan disajikan dalam laporan keuangan. Rekening buku
besar ini disatu pihak dapat dipandang sebagai wadah untuk mengolongkan
data keuangan, dipihak lain dapat dipandang pula sebagai sumber informasi
keuangan untuk penyajian data keuangan.
4. Buku pembantu
17
Buku pembantu ( subsidiary ledger ) terdiri dari rekening-rekening pembantu
yang merinci data keuangan yang mencantum dalam rekening tertentu dalam
buku besar. Buku besar dan buku pembantu merupakan catatan akuntansi
akhir (books of final entry), yang berarti tidak ada catatan lain lagi sesudah
data akuntansi diringkas dan digolongkan dalam rekening buku besar dan
buku pembantu. Buku besar dan buku pembantu disebut sebagai catatan
akuntansi akhir juga karena setelah data akuntansi keuangan dicatat dalam
buku-buku tersebut, proses akuntansi selanjutnya adalah penyajian laporan
keuangan, bukan pencatatan lagi kedalam catatan akuntansi.
5. Laporan
Hasil akhir proses akuntansi yang dapat berupa neraca, laporan rugi laba,
laporan perubahan laba yang ditahan, laporan harga pokok produksi, laporan
biaya pemasaran, laporan harga pokok penjualan, daftar umur piutang, dan
lain-lain. Laporan berisi informasi yang merupakan keluaran sistem akuntansi.
Laporan dapat berbentuk hasil cetak komputer dan tayangan pada layar
monitor komputer.
2.1.13 Analisa dan Perancangan Sistem Informasi Berbasis Orientasi
Pada Object
Menurut dokumentasi arsip repository Universitas Indonesia
(http://repository.ui.ac.id/contents/koleksi/11/f2d116c6b97234c3d6f2081c
60ceb72574b2d827.pdf), Perancangan sistem informasi berbasis objek
adalah salah satu pendekatan rekayasa yang memodelkan sebuah sistem
18
sebagai kumpulan dari banyak objek yang saling berinteraksi. Setiap objek
merupakan representasi dari entitas yang ada pada sistem tersebut dan
dapat dibedakan berdasarkan attribut (elemen data) dan perilaku
entitasnya.
Langkah – langkah pembuatan OOAD
1. Rich Picture
2. Event Table
3. Overview Activity Diagram
4. Workflow Table
5. Detail Aktivity Diagram
6. Class Diagram
7. Struktur Data
8. Use Case
9. Navigation Diagram
10. Diagram Matrik
2.1.13.1 Pengertian UML (Unified Modelling Language)
Menurut Larman (1998, p4), UML adalah notasi untuk membuat model
sistem dengan menggunakan konsep object oriented.
Sedangkan menurut Jones dan Rama (2003, p68), UML adalah sebuah
bahasa yang digunakan untuk spesifikasi, visualisasi, konstruksi, dan
mendokumentasikan sistem informasi.
19
Dari definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa UML class diagram
adalah sebuah tool yang digunakan untuk mendesain dokumentasi data.
Empat aktivitas utama dalam membuat UML class diagram yaitu:
a. Menempatkan transaction table yang dibutuhkan pada UML class diagram.
b. Menempatkan master table yang dibutuhkan pada UML class diagram.
c. Menentukan hubungan yang dibutuhkan antar masing-masing table
(transaction dan master).
d. Menentukan attribut yang dibutuhkan.
2.1.13.2 Pengertian Class Diagram
Menurut Mathiassen (2006, p4), Class adalah “A description of a
collection of objects sharing structure, behavioral pattern, and
attributes”, yang dapat diartikan class adalah kumpulan dari object yang
saling berbagi structure, behavioural pattern dan attributes.
Diagram adalah table untuk mengambarkan seluruh aktivitas, event-
event, dokumen-dokumen secara detail.
Class Diagram menggambarkan kumpulan dari beberapa class dan
hubungan struktural diantara class-class tersebut.
Atribut adalah Detail detail data yang menunjukan isi class.
20
2.1.13.3 Event Table
Menurut Mathiassen (2006, p51), event adalah “An instantaneous
incident involving one or more objects”, yang dapat diartikan sebagai suatu
kejadian instan yang melibatkan satu obyek atau lebih.
Menurut Jones dan Rama (2003, p4), ”Event are activities that happen
at a particular point in time”, yang berarti event adalah aktivitas yang terjadi
pada suatu waktu tertentu.
Event table dihasilkan dari aktivitas-aktivitas dari class. Bagian
horizontal berisi class yang terpilih, bagian vertikal berisi event-event. Tanda
centang menandakan obyek-obyek dari kelas yang terlibat dalam event tertentu.
Jadi dapat disimpulkan bahwa event table adalah suatu proses
mengidentifikasi aktivitas-aktivitas yang terjadi dalam suatu rangkaian sistem
yang berjalan dalam perusahaan.
2.1.13.4 Workflow Table
Menurut Jones dan Rama (2003, p99), Workflow table adalah “A two
column table that identifies the actors and actions in a process”, Yang dapat
diartikan workflow table adalah tabel 2 kolom yang mengidentifikasi actor dan
kegiatan-kegiatan dalam proses.
21
2.1.13.5 Pengertian Aktivity Diagram
Menurut Jones dan Rama (2003, p68), activity diagram terdiri dari
overview activity diagram dan detailed activity diagram.
2.1.13.6 Overview Aktivity Diagram
Menurut Jones dan Rama (2003, p69), overview activity
diagram adalah diagram yang menggambarkan tampilan level tinggi
dari proses bisnis dengan mendokumentasikan event-event yang
penting, urutannya, dan informasi yang menyertai event tersebut.
Menurut Jones dan Rama (2003, p73) dalam menyiapkan
overview activity diagram terdapat langkah-langkah sebagai berikut:
a. Membaca narasi dan mengidentifikasi event-event yang penting.
b. Mencatat narasi secara jelas untuk mengidentifikasi event-event
yang terlibat di dalamnya.
c. Menggambarkan agent (aktor) yang terlibat dalam proses bisnis
yang terjadi.
d. Membuat diagram masing-masing event dan menunjukkan urutan
event yang terjadi.
e. Menggambarkan dokumen yang dibuat dan digunakan dalam
proses bisnis, serta menggambarkan aliran informasi dari dokumen
tersebut.
22
2.1.13.7 Detailed Aktivity Diagram
Menurut Jones dan Rama (2003, p69), detailed activity
diagram adalah diagram yang menggambarkan aktivitas yang saling
berhubungan secara rinci dengan satu atau dua event yang terdapat
pada overview diagram.
Menurut Jones dan Rama (2003, p90), dalam menyiapkan
detailed activity diagram terdapat langkah-langkah sebagai berikut:
a. Mencatat narasi untuk menunjukkan aktivitas.
b. Menyiapkan workflow table.
c. Mengidentifikasi detailed diagram yang dibutuhkan.
2.1.13.8 Navigation Diagram
Menurut Mathiassen (2000, p344), Navigation Diagram adalah
suatu statechart diagram yang khusus dan menekankan terhadap keseluruhan
perubahan dari user interface. Dengan kata lain navigation diagram adalah
diagram yang menunjukkan keterlibatan dan transisi diantara windows atau
interface.
2.1.13.9 Use Case
Menurut Mathiassen (2006, p120), “Use Case is a pattern for
interaction between the system and actors in the application domain”, yang
berarti: Use Case adalah suatu pola interaksi antara sistem, actor dan
application domain.
23
Menurut Jones dan Rama (2003, p348), “Use Case is sequence of steps
involving interaction between an actor and a system for particular purpose”,
yang berarti: use case adalah rangkaian langkah-langkah yang melibatkan
interaksi antara actor dan sistem untuk tujuan tertentu.
Use Case Diagram menunjukan hubungan antara aktor dan Use Case.
2.1.13.10 Pengertian Rancangan Database
Menurut Britton dan Doake (2000, p266), Database adalah semua
data yang dibutuhkan untuk mendukung operasi organisasi. Didalamnya
meliputi aktivitas mengumpulkan, mengorganisasi dan merawat secara
tersentralisasi.
2.1.13.11 Pengertian Rancangan Formulir
Formulir menurut Mulyadi (2003, p3) adalah dokumen yang
digunakan untuk merekam terjadinya transaksi.
Menurut Jones dan Rama (2003, p347), “Form is a formatted document
containing blank fields that users can fill in with data.”
Dari definisi di atas dapat diartikan, formulir adalah dokumen yang telah
diatur sedemikian rupa yang didalamnya terdapat ruang-ruang kosong
yang dapat diisi data oleh si pemakai.
Dalam perusahaan, formulir bermanfaat untuk:
a Menetapkan tanggung jawab timbulnya transaksi bisnis perusahaan.
24
b Untuk merekam data transaksi bisnis perusahaan.
c Untuk mengurangi kemungkinan kesalahan dengan cara menyatakan
semua kejadian dalam bentuk tulisan.
d Untuk menyampaikan informasi pokok dari orang satu ke orang lain di
dalam organisasi yang sama atau ke organisasi lain.
2.1.13.12 Pengertian Rancangan Layar
Layar atau interface menurut Britton dan Doake (2003, p268)
adalah suatu tampilan yang berhubungan dengan dunia luar.
2.1.13.13 Pengertian Rancangan Laporan
Menurut Mulyadi (2001, p5), laporan adalah informasi yang
merupakan keluaran sistem akuntansi dan berbentuk hasil cetak komputer
dan tayangan pada layar monitor komputer.
Sedangkan menurut Jones dan Rama (2003, p241) laporan adalah
presentasi data yang telah terformat dan terorganisasi dengan baik.
2.1.13.13.1 Tinjauan Umum Pengetahuan Sistem
2.1.13.13.2 Perlunya Pengembangan Sistem
Menurut Jogiyanto (2005, p35-37) Pengembangan sistem dapat
berarti menyusun suatu sistem yang baru untuk menggantikan proses kerja yang
25
dilakukan secara manual menjadi sistem yang terkomputerisasi. Hal ini
disebabkan karena beberapa hal, yaitu sebagai berikut :
1. Adanya permasalahan-permasalahan (problems) yang timbul pada proses
kerja yang lama. Permasalahan yang timbul dapat berupa :
a. Kecurangan-kecurangan disengaja yang menyebabkan tidak amannya
harta kekayaan perusahaan dan kebenaran dari data menjadi kurang
terjamin.
b. Kesalahan–kesalahan yang tidak disengaja yang juga dapat
menyebabkan kebenaran dari data kurang terjamin.
c. Tidak efisiennya operasi.
2. Untuk meraih kesempatan-kesempatan (opportunities)
Teknologi informasi telah berkembang dengan cepatnya. Organisasi mulai
merasakan bahwa teknologi informasi ini perlu digunakan untuk
meningkatkan penyediaan informasi sehingga dapat mendukung dalam
proses pengambilan keputusan yang dilakukan oleh manajemen. Dalam
keadaan pasar bersaing, kecepatan informasi atau efisiensi waktu sangat
menentukan berhasil atau tidaknya strategi dan rencana-rencana yang telah
disusun untuk meraih kesempatan-kesempatan yang ada. Kesempatan-
kesempatan ini dapat berupa peluang-peluang pasar, pelayanan yang
meningkat kepada langganan dan lain sebagainya.
3. Adanya indikator-indikator, diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Tanggung jawab yang tidak jelas.
b. Ketidakberesan kas.
26
c. Kegiatan yang tumpang tindih.
d. Kehilangan kesempatan kompetisi pasar.
e. Kesalahan-kesalahan manual yang tinggi.
f. Biaya operasi yang tinggi.
g. File-file yang kurang teratur.
h. Pekerjaan manajer yang terlalu teknis.
2.1.13.13.3 Prinsip Pengembangan Sistem
Menurut Jogiyanto(2005, p38-41) Prinsip-prinsip pengembangan
sistem yang ada adalah sebagai berikut :
1. Sistem yang dikembangkan adalah untuk manajemen.
Setelah sistem selesai dikembangkan, maka yang akan menggunakan
informasi dari sistem ini adalah manajemen sehingga sistem harus dapat
mendukung kebutuhan yang diperlukan oleh manajemen.
2. Sistem yang dikembangkan adalah investasi modal yang besar.
Sistem yang dikembangkan ini merupakan investasi modal yang besar,
karena membutuhkan dana modal yang tidak sedikit.
3. Sistem yang dikembangkan memerlukan orang yang terdidik.
Manusia merupakan faktor utama yang menentukan berhasil tidaknya suatu
sistem, baik dalam proses pengembangannya, penerapannya, maupun dalam
proses operasinya. Oleh karena itu orang yang terlibat dalam pengembangan
maupun penggunaan sistem ini harus merupakan orang yang terdidik
27
tentang permasalahan-permasalahan yang ada dan terhadap solusi-solusi
yang mungkin dilakukan. Terdidik disini bukan berarti harus secara formal
duduk di perguruan tinggi, tetapi dapat dilakukan secara latihan kerja.
4. Tahapan kerja dan tugas-tugas yang harus dilakukan dalam proses
pengembangan sistem.
Proses pengembangan sistem umumnya melibatkan beberapa tahapan kerja
dan melibatkan beberapa personil dalam bentuk suatu team untuk
mengerjakannya.
5. Proses pengembangan sistem tidak harus urut.
Tahapan kerja yang dilakukan tidak harus urut, tapi dapat dilakukan secara
bersama-sama. Contohnya yaitu sewaktu proses pengadaan hardware
dilakukan, tidak berarti proses pengembangan sistem yang lainnya
dihentikan hanya untuk menanti datangnya hardware yang dibutuhkan,
tetapi dapat dilakukan perancangan lainnya yang tidak tergantung dengan
keberadaan hardware.
6. Jangan takut membatalkan proyek
Umumnya hal ini merupakan pantangan untuk membatalkan suatu proyek
yang sedang berjalan. Untuk kasus-kasus tertentu dimana suatu proyek
terpaksa harus dihentikan atau dibatalkan karena sudah tidak layak lagi,
maka harus dilakukan dengan tegas. Keraguan-keraguan untuk terus
melanjutkan proyek yang tidak layak lagi karena sudah terserapnya dana
kedalam proyek ini hanya akan membuang dana yang sia-sia.
28
7. Dokumentasi harus ada untuk pedoman dalam pengembangan sistem.
Dokumentasi yang dibuat dan dikumpulkan selama proses dari
pengembangan sistem dapat digunakan untuk bahan komunikasi antara
analis sistem dengan pemakai sistem dan dapat digunakan untuk mendorong
keterlibatan pemakai sistem.
2.1.13.13.4 Analis Sistem dan Pemograman
Menurut Jogiyanto (2005, p64-65) Analis sistem (systems
analyst) adalah orang yang menganalisa sistem (mempelajari masalah yang
timbul dan menetukan kebutuhan pemakai sistem) untuk mengidentifikasi
pemecahan yang beralasan.
Pemrogram (programmer) adalah orang yang menulis kode program
untuk suatu aplikasi tertentu berdasarkan rancangan bangunan yang telah dibuat
oleh analis sistem.
Tugas dan tanggung jawab analis sistem dan pemrogram sebenarnya
berbeda, dan perbedaan ini dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Pemrogram Analis Sistem
1. Tanggung jawab terbatas pada
pembuatan program komputer.
2. Pengetahuan cukup terbatas
pada teknologi komputer, sistem
komputer, utilities dan bahasa-
1. Tanggung jawab pada sistem
secara keseluruhan.
2. Pengetahuan harus luas, tidak
hanya pada teknologi komputer,
tetapi juga pada bidang aplikasi
29
bahasa program yang diperlukan.
3. Pekerjaan sifatnya teknis dan
harus tepat dalam pembuatan
instruksi-instruksi program.
4. Pekerjaan tidak menyangkut
hubungan dengan banyak orang,
terbatas pada sesama pemrogram
dan analis sistem yang
mempersiapkan spesifikasi
program.
yang ditanganinya.
3. Pekerjaan analis sistem dalam
pembuatan program terbatas pada
pemecahan masalah secara garis
besar.
4. Pekerjaan melibatkan hubungan
dengan banyak orang, tidak terbatas
pada sesama analis dan pemrogram
tetapi juga dengan pemakai sistem
dan manajer.
Tabel 2.1 Tugas dan Tanggung Jawab Analis Sistem dan Pemrogram
2.1.13.13.5 Pengetahuan dan Keahlian yang Diperlukan Analisa
Sistem
Menurut Jogiyanto (2005, p65-66), Analis sistem (system analyst)
harus mempunyai pengetahuan yang luas dan keahlian yang khusus. Beberapa
analis setuju bahwa pengetahuan-pengetahuan dan keahlian berikut ini sangat
diperlukan bagi seorang analis sistem yang baik.
1. Pengetahuan dan keahlian tentang teknik pengolahan data, teknologi
komputer, dan pemrograman komputer.
a. Keahlian teknis yang termasuk dalam penggunaan alat dan teknik
untuk pengembangan perangkat lunak aplikasi serta keahlian dalam
menggunakan komputer.
30
b. Pengetahuan teknis yang meliputi pengetahuan tentang perangkat
keras komputer, teknologi komunikasi data, bahasa-bahasa
komputer, sistem operasi, dan paket-paket perangkat lunak lainnya.
2. Pengetahuan bisnis secara umum.
Pengetahuan ini dibutuhkan supaya analis sistem dapat berkomunikasi
dengan pemakai sistem. Pengetahuan tentang bisnis ini meliputi akuntansi
keuangan, akuntansi biaya, akuntansi manajemen, akuntansi pengendalian
manajemen, pemasaran, produksi, manajemen personalia, keuangan, tingkah
laku organisasi, kebijakan perusahaan dan aspek-aspek bisnis lainnya.
3. Pengetahuan tentang metode kuantitatif.
Dalam membangun model-model aplikasi, analis sistem banyak
menggunakan metode-metode kuantiataif, seperti misalnya pemrograman
linier, pemrograman dinamik, regresi, network, pohon keputusan, trend,
simulasi, dan sebagainya.
4. Keahlian pemecahan masalah.
Analis sistem harus mempunyai kemampuan untuk meletakkan
permasalahan-permasalahan komplek yang dihadapi oleh bisnis, memecah-
mecah masalah tersebut ke dalam bagian-bagiannya, menganalisanya dan
kemudian harus dapat merangkainya kembali menjadi suatu sistem yang
dapat mengatasi permasalahan-permasalahan tersebut.
5. Keahlian komunikasi antar personil.
31
Analis sistem harus mempunyai kemampuan untuk mengadakan komunikasi
baik secara lisan maupun tertulis. Keahlian ini diperlukan di dalam
wawancara, presentasi, rapat dan pembuatan laporan-laporan.
6. Keahlian membina hubungan antar personil
Analis sistem yang kaku dalam membina hubungan kerja dengan personil-
personil lain yang terlibat, akan membuat pekerjaan menjadi tidak efektif.
Apabila analis sistem tidak dapat membina hubungan baik dengan pemakai
sistem, maka akan tidak mendapat dukungan dari pemakai sistem dan
kecenderungan pemakai sistem akan mempersulitnya.
2.1.13.13.6 Tim Pengembangan Sistem
Menurut Jogiyanto (2005, p66-67), Dalam proyek pengembangan
sistem yang besar atau kompleks biasanya dilakukan oleh sejumlah orang dalam
bentuk team. Team ini secara umum terdiri dari :
1. Manajer analis sistem ( manager of systems analysis ).
Sebagai koordinator proyek dan mempunyai tugas dan tanggung jawab
sebagai berikut :
a. Sebagai ketua/koordinator pengembangan sistem.
b. Mengarahkan, mengontrol dan mengatur anggota team pengembangan
sistem lainnya.
c. Membuat jadwal pelaksanaan proyek pengembangan sistem.
32
d. Bertanggung jawab dalam mendefinisikan masalah, studi kelayakan,
design sistem dan penerapannya.
e. Memberikan rekomendasi-rekomendasi perbaikan sistem.
f. Mewakili team untuk berhubungan dengan pemakai sistem dalam hal
perundingan dan pemberian nasehat kepada manajemen dan pemakai
sistem.
g. Membuat laporan kemajuan proyek (progress report).
h. Mengkaji ulang dan memeriksa kembali hasil kerja team.
2. Ketua analis sistem (lead systems analyst).
Ketua analis sistem biasanya menjabat sebagai wakil dari manajer analis
sistem. Tugasnya adalah membantu manajer analis sistem dan mewakilinya
bila manajer analis sistem berhalangan.
3. Analis sistem senior (senior systems analyst).
Analis sistem senior merupakan analis sistem yang sudah berpengalaman.
4. Analis sistem (systems analyst).
Analis sistem merupakan analis sistem yang cukup berpengalaman dan
dapat bekerja sendiri tanpa bimbingan dari analis sistem senior.
5. Analis sistem junior (junior systems analyst).
Analis sistem junior merupakan analis sistem yang belum berpengalaman
dan masih membutuhkan bimbingan dari analis sistem yang lebih senior.
33
Analis sistem junior ini sering juga disebut sebagai analis sistem yang masih
dilatih (systems analyst trainee).
6. Pemrogram aplikasi senior (senior applications programmer).
Pemrograman aplikasi senior merupakan pemrogram komputer yang sudah
berpengalaman dengan tugas merancang spesifikasi dari program aplikasi
dan mengkoordinasi kerja dari pemrogram yang lainnya.
7. Pemrogram aplikasi (applications programmer).
Pemrogram aplikasi merupakan pemrogram komputer yang cukup
berpengalaman dan dapat melakukan tugasnya tanpa harus dibimbing
secara langsung lagi.
8. Pemrogram aplikasi junior (junior applications programmer).
Pemrogram aplikasi junior merupakan pemrogram komputer yang belum
berpengalaman dan masih dibawah bimbingan langsung dari pemrogram
yang lebih senior. Pemrogram aplikasi junior biasanya hanya dilibatkan
pada pembuatan modul-modul program yang sederhana
2.1.13.13.7 Analisa Sistem
Menurut Jogiyanto (2005, p129), Definisi analisa sistem adalah
penguraian dari suatu sistem informasi yang utuh ke dalam bagian-bagian
komponennya dengan maksud untuk mengidentifikasikan dan mengevaluasi
permasalahan-permasalahan, kesempatan-kesempatan, hambatan-hambatan yang terjadi
34
dan kebutuhan-kebutuhan yang diharapkan sehingga dapat diusulkan perbaikan-
perbaikannya.
2.1.13.13.8 Langkah-Langkah Pada Analisa Sistem
Menurut Jogiyanto (2005, p130) Di dalam tahap analisa sistem terdapat
langkah-langkah dasar yang harus dilakukan oleh analis sistem sebagai berikut :
a. Identify, yaitu mengidentifkasi masalah.
b. Understand, yaitu memahami kerja dari sistem yang ada.
c. Analyze, yaitu menganalisa sistem.
d. Report, yaitu membuat laporan hasil analisa.
2.1.13.13.9 Mengindentifikasi Masalah
Menurut Jogiyanto (2005, p133) mengidentifikasi (mengenal) masalah
merupakan langkah pertama yang dilakukan dalam tahap analisa sistem.
Masalah dapat didefinisikan sebagai suatu pertanyaan yang diinginkan untuk
dipecahkan. Masalah inilah yang menyebabkan sasaran dari sistem tidak dapat
dicapai. Oleh karena itulah pada tahap analisa sistem, langkah pertama yang
harus dilakukan oleh analis sistem adalah mengidentifikasi terlebih dahulu
masalah-masalah yang terjadi. Tugas-tugas yang harus dilakukannya adalah
sebagai berikut :
a. Mengidentifikasi penyebab masalah.
b. Mengidentifikasi titik keputusan.
c. Mengidentifikasi personil-personil kunci.
35
2.1.13.13.10 Memahami Kerja Dari Sistem Yang Ada
Menurut Jogiyanto (2005, p138) Langkah ini dapat dilakukan
dengan mempelajari secara terinci bagaimana sistem yang ada beroperasi.
Untuk mempelajari operasi dari sistem ini diperlukan data yang dapat diperoleh
dengan cara melakukan penelitian. Bila di tahap perencanaan sistem juga pernah
dilakukan penelitian untuk memperoleh data, penelitian ini sifatnya adalah
penelitian pendahuluan (preliminary survey). Sedang pada tahap analisa sistem,
penelitian yang dilakukan adalah penelitian terinci (detailed survey).
Analis sistem perlu mempelajari apa dan bagaimana operasi dari sistem
yang ada sebelum mencoba untuk menganalisa permasalahan-permasalahan,
kelemahan-kelemahan dan kebutuhan-kebutuhan pemakai sistem untuk dapat
memberikan rekomendasi pemecahannya. Sejumlah data perlu dikumpulkan
dalam penelitian terinci ini. Analis sistem dapat mengumpulkan data ini dengan
menggunakan teknik pengumpulan data yang ada, yaitu wawancara, observasi,
daftar pertanyaan, dan pengambilan sampel.
2.2 Teori Khusus
2.2.1 Pengertian Penjualan
Penjualan merupakan aktivitas yang penting dalam suatu perusahaan, karena
dengan adanya penjualan dapat menghasilkan pendapatan bagi perusahaan.
36
Menurut Mulyadi (2001, p204), kegiatan penjualan terdiri dari transaksi
penjualan barang atau jasa, baik kredit maupun tunai.
2.2.2 Pengertian Penjualan Tunai
Menurut Mulyadi (2001, p474), penjualan tunai dilaksanakan oleh perusahaan
dengan cara mewajibkan pembeli melakukan pembayaran harga barang lebih dulu
sebelum barang diserahkan oleh perusahaan kepada pembeli. Setelah uang diterima
oleh perusahaan, barang kemudian diserahkan kepada pembeli dan transaksi penjualan
tunai kemudian dicatat oleh perusahaan.
Menurut Warren, Reeve, Fess (2005, p191), Spesial jurnal adalah metode untuk
mengelompokkan transaksi (special journals are a method of summarizing
transactions). Spesial Jurnal terdiri dari:
a. Revenue journal
Adalah jurnal yang digunakan untuk mencatat pendapatan yang belum diterima.
b. Cash receipts journal
Adalah jurnal yang digunakan untuk mencatat transaksi yang berhubungan dengan
penerimaan kas.
c. Purchase journal
Adalah jurnal yang digunakan untuk mencatat transaksi pembelian secara kredit.
d. Cash payments journal
Adalah jurnal yang digunakan untuk mencatat semua transaksi yang berhubungan
dengan pengeluaran kas.
37
2.2.3 Pengertian Penjualan Kredit
Menurut Mulyadi (2001, p210), penjualan kredit dilaksanakan oleh perusahaan
dengan cara mengirimkan barang sesuai dengan order yang diterima dari pembeli dan
untuk jangka waktu tertentu perusahaan mempunyai tagihan kepada pembeli tersebut.
Menurut Mulyadi (2001, p219-220), Jaringan prosedur yang membentuk sistem
penjualan kredit adalah :
1. Prosedur order penjualan
Dalam prosedur ini fungsi penjualan menerima order dari pembeli dan
menambahkan informasi penting pada surat order dari pembeli. Fungsi penjualan
kemudian membuat faktur penjualan kredit dan mengirimkannya kepada fungsi
lain untuk memungkinkan fungsi tersebut memberikan kontribusi dalam melayani
order dari pembeli.
2. Prosedur persetujuan kredit
Dalam prosedur ini, fungsi penjualan meminta persetujuan penjualan kredit kepada
pembeli tertentu dari fungsi kredit.
3. Prosedur pengiriman
Dalam prosedur ini fungsi pengiriman mengirimkan barang kepada pembeli sesuai
dengan informasi yang tercantum pada surat order pengiriman yang diterima dari
fungsi pengiriman.
4. Prosedur penagihan
38
Dalam prosedur ini, fungsi penagihan membuat faktur penjualan dan
mengirimkannya kepada pembeli. Dalam metode tertentu, faktur penjualan dibuat
oleh fungsi penjualan sebagai tembusan pada waktu bagian – bagian ini membuat
surat order pengiriman.
5. Prosedur pencatatan piutang
Dalam prosedur ini, fungsi akuntansi mencatat tembusan faktur penjualan ke dalam
kartu piutang atau dalam metode pencatatan tertentu mengarsipkan dokumen
menurut abjad yang berfungsi sebagai catatan piutang.
6. Prosedur distribusi penjualan
Dalam prosedur ini, fungsi akuntansi mendistribusikan data penjualan menurut
informasi yang dibutuhkan manajemen.
7. Prosedur pencatatan harga pokok penjualan
Dalam prosedur ini, fungsi akuntansi mencatat secara periodik total harga produk
yang dijual dalam periode akuntansi tertentu.
2.2.4 Pengertian Retur Penjualan
Transaksi retur penjualan terjadi jika perusahaan menerima pengembalian
barang dari pelanggan. Pengembalian barang oleh pelanggan harus diotorisasi oleh
fungsi penjualan dan diterima oleh fungsi penerimaan.
Menurut Mulyadi (2001, P226), fungsi yang terkait dalam melaksanakan
transaksi retur penjualan adalah :
1. Fungsi Penjualan
39
Fungsi penjualan bertanggung jawab atas penerimaan pemberitahuan
mengenai pengembalian barang yang telah dibeli oleh pembeli.
2. Fungsi Penerimaan
Fungsi penerimaan bertanggung jawab atas penerimaan barang berdasarkan
otorisasi yang terdapat dalam memo kredit yang diterima dari fungsi penjualan.
3. Fungsi Gudang
Fungsi gudang bertanggung jawab atas penyimpanan kembali barang yang diterima
dari retur penjualan setelah barang tersebut diperiksa oleh fungsi penerimaan.
Barang yang diterima dari transaksi retur penjualan ini dicatat oleh fungsi gudang
dalam kartu gudang.
4. Fungsi Akuntansi
Fungsi ini bertanggung jawab atas pencatatan transaksi retur penjualan
kedalam jurnal umum dan pencatatan berkurangnya piutang dan bertambahnya
persediaan akibat retur penjualan dalam kartu piutang dan kartu persediaan.
Menurut Mulyadi (2001, p234-235), jaringan prosedur dalam sistem retur
penjualan adalah sebagai berikut :
1. Prosedur pembuatan memo kredit
Berdasarkan pemberitahuan retur penjualan dari pembeli, dalam prosedur ini fungsi
penjualan membuat memo kredit yang memberikan perintah kepada fungsi
penerimaan untuk menerima barang dari pembeli tersebut kepada fungsi akuntansi
untuk mencatat pengurangan piutang kepada pembeli yang bersangkutan.
40
2. Prosedur penerimaan barang
Dalam prosedur ini fungsi penerimaan menerima dari pembeli berdasarkan
perintah dalam memo kredit yang diterima dari fungsi penjualan.
3. Prosedur pencatatan retur penjualan
Dalam prosedur ini transaksi berkurangnya piutang dagang dan pendapatan
penjualan akibat dari transaksi retur penjualan dicatat oleh fungsi akuntansi
kedalam jurnal umum atau jurnal retur penjualan kedalam buku pembantu piutang.
2.2.5 Persyaratan Kredit
Menurut Warren et al. (2005, p298), syarat kredit merupakan syarat-syarat
kapan waktu pembayaran atas penjualan barang dagang yang dibuat dan disetujui oleh
pembeli dan penjual.
Menurut Niswonger (1999, p326), secara tradisional, penilaian kredibilitas
pelanggan melibatkan pertimbangan atas 5K. 5K itu adalah:
1. Karakter
Mengacu kepada probabilitas bahwa pelanggan akan menghormati kewajibannya.
2. Kapasitas
Mengacu pada kemampuan pelanggan untuk membayar.
3. Kapital
Mengacu kepada kondisi umum bisnis pelanggan seperti yang diperlihatkan oleh
laporan keuangan.
41
4. Kolateral
Mengacu kepada aktiva-aktiva yang ingin diberikan pelanggan sebagai jaminan
untuk kredit.
5. Kondisi
Mengacu kepada tren ekonomi nasional dan regional yang bisa mempengaruhi
kemampuan pelanggan untuk membayar.
2.2.6 Pengendalian Internal pada Penjualan
Mulyadi (2001, p163) berpendapat bahwa sistem pengendalian internal meliputi
struktur organisasi, metode dan ukuran-ukuran yang dikoordinasikan untuk menjaga
kekayaan organisasi, mengecek ketelitian dan kehandalan data akuntansi, mendorong
efisiensi, dan mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen.
2.2.6.1 Pengendalian Internal Dalam Sistem Penjualan Tunai
Unsur-unsur pengendalian internal terhadap penjualan tunai menurut
Mulyadi ( 2001, p471- 474 ) adalah sebagai berikut:
1. Organisasi
a. Fungsi penjualan harus terpisah dari fungsi kas.
b. Fungsi kas harus terpisah dari fungsi akuntansi.
c. Transaksi penjualan tunai harus dilaksanakan oleh fungsi penjualan,
fungsi akuntansi, fungsi kas.
2. Sistem Otorisasi dan Prosedur pencatatan
42
a. Penerimaan order dari pembeli diotorisasi oleh fungsi penjualan dengan
menggunakan formulir penjualan tunai.
b. Penerimaan kas diotorisasi oleh fungsi kas dengan cara membubuhkan
cap “lunas” pada Faktur Penjualan Tunai dan penempelan pita register
kas pada faktur tersebut.
c. Penjualan dengan kartu kredit bank didahului dengan permintaan
otorisasi dari bank penerbit kartu kredit.
d. Penyerahan barang terotorisasi oleh fungsi pengiriman dengan cap
“sudah disahkan” pada Faktur Penjualan Tunai.
3. Praktik yang sehat
a. Faktur penjualan bernomor urut tercetak dan pemakaiannya
dipertanggungjawabkan oleh fungsi penjualan tunai.
b. Jumlah kas yang diterima dari penjualan tunai disetor seluruhnya ke
bank pada hari yang sama dengan transaksi penjualan tunai atau hari
kerja berikutnya.
c. Perhitungan saldo kas yang ada ditangan fungsi kas secara periodik dan
secara mendadak oleh fungsi pemeriksa intern.
2.2.6.2 Pengendalian Internal Dalam Sistem Penjualan Kredit
Menurut Mulyadi (2001, p220-221), unsur pengendalian internal yang
diterapkan dalam sistem penjualan kredit terdiri dari :
1. Organisasi
a. Fungsi penjualan harus terpisah dari fungsi kredit.
43
b. Fungsi akuntansi harus terpisah dari fungsi penjualan dan kredit.
c. Fungsi akuntansi harus terpisah dari fungsi kas.
d. Transaksi penjualan kredit harus dilaksanakan oleh fungsi penjualan
kredit, pengiriman, penagihan, akuntansi. Tidak ada transaksi penjualan
kredit yang dilaksanakan secara lengkap oleh satu fungsi tersebut.
2. Sistem otorisasi dari proses pencatatan
a. Penerimaan order dari pembeli diotorisasi oleh fungsi penjualan dengan
menggunakan formulir surat order pengiriman.
b. Persetujuan pemberian kredit diberikan oleh fungsi kredit dengan
membubuhkan tanda tangan pada credit copy (merupakan tembusan surat
Delivery Order).
c. Pengiriman barang kepada pelanggan diotorisasi oleh fungsi pengiriman
dengan cara menandatangani dan membubuhkan cap “sudah dikirim” pada
copy surat Delivery Order.
d. Penetapan harga jual, syarat penjualan, syarat pengangkutan barang dan
potongan penjualan berada ditangan direktur pemasaran dengan penerbitan
surat keputusan mengenai hal itu.
e. Terjadinya piutang diotorisasi oleh fungsi penagihan dengan
membubuhkan tanda tangan pada faktur penjualan.
f. Pencatatan ke dalam kartu piutang dan ke dalam jurnal penjualan, jurnal
penerimaan kas, dan jurnal umum diotorisasi oleh fungsi akuntansi dengan
cara memberikan tanda tangan pada dokumen sumber (faktur penjualan,
bukti kas masuk, dan memo kredit).
44
3. Praktik yang sehat
a. Surat Delivery Order bernomor urut tercetak dan pemakaiannya
dipertanggung jawabkan oleh fungsi penjualan.
b. Faktur penjualan bernomor urut tercetak dan pemakaiannya
dipertanggung jawabkan oleh fungsi penagihan.
c. Secara periodik fungsi akan mengirim pernyataan piutang (A/R
statement) kepada setiap debitur untuk menguji ketelitian catatan
piutang yang diselenggarakan oleh fungsi tersebut.
d. Secara periodik diadakan rekonsiliasi kartu piutang dengan
rekening kontrol piutang dalam buku besar.
2.2.6.3 Pengertian Jasa Pengiriman Barang
Menurut Arthieraj
(http://www.ortax.org/ortax/?mod=klinik&page=show&id=26&q=&hlm=2, 2007),
berdasarkan SK Menhub tersebut, yang dimaksud dengan Jasa Freight Forwarding
adalah usaha yang ditujukan untuk mewakili kepentingan pemilik barang, untuk
mengurus semua kegiatan yang diperlukan bagi terlaksananya pengiriman dan
penerimaan barang melalui transportasi darat, laut dan udara yang dapat mencakup
kegiatan penerimaan, penyimpanan, pengepakan, penandaan pengukuran, penimbangan,
pengurusan penyelesaian dokumen, penerbitan dokumen angkutan, klaim asuransi, atas
pengiriman barang serta penyelesaian tagihan dan biaya-biaya lainnya berkenaan dengan
pengiriman barang-barang tersebut sampai dengan diterimanya barang oleh yang berhak
menerimanya.
45
Di bawah ini akan dijelaskan secara singkat mengenai beberapa pengertian penting yang
berkaitan dengan pengiriman barang, yaitu :
1. Shipping / Shipment adalah kegiatan pengiriman barang yang melibatkan shipper, penyedia
jasa, consignee, dan armada pengangkutan mitra bisnis penyedia jasa pengiriman barang.
2. Shipping Instruction (SI) adalah surat perintah pengiriman barang yang diberikan oleh
shipper kepada pihak pengelola penyedia jasa pengiriman barang.
3. Shipper adalah pelanggan ritel ataau koorporat yang memanfaatkan jasa layanan pengiriman
barang.
4. Consignee adalah penerima barang dari shipper melalui penyedia jasa layanan pengiriman
barang.
5. Agent adalah pihak penyedia jasa layanan pengiriman barang yang bertanggung jawab atas
pengiriman barang setelah barang berangkat dari bandara atau pelabuhan untuk selanjutnya
dikirimkan kepada consignee.
6. Notify Party adalah pihak yang bertanggung jawab atas penerimaan barang.
7. Airway Bill adalah surat tanda bukti pengiriman barang dengan tanda nomor tertentu yang
telah disetujui oleh pihak penyedia jasa pengiriman barang dan armada pengangkutan udara
mitra bisnisnya. Airway Bill dikenal juga sebagai Surat Muatan Udara (SMU).
8. Bill of Lading (B/L) adalah surat tanda bukti pengiriman barang dengan tanda nomor tertentu
yang telah disetujui oleh pihak penyedia jasa pengiriman barang dan armada pengangkutan
laut mitra bisnisnya.
9. House Bill of Lading adalah surat tanda bukti pengiriman barang yang dibuat oleh pihak
Ritra Cargo dan dikirimkan ke pihak agent dan shipper.
46
10. Tracking adalah kegiatan menampilkan informasi barang shipper melalui suatu media
tertentu. Tujuannya adalah memberikan status informasi pengiriman yang dibutuhkan oleh
shipper mengenai barang kirimannya. Kegiatan tracking ini dilakukan oleh shipper, bukan
oleh pihak penyedia jasa pengiriman barang, pihak penyedia jasa hanya menyediakan status
informasi pengiriman yang dibutuhkan oleh shipper.
11. Invoice adalah surat tagihan jasa pengiriman barang yang dikeluarkan oleh pihak penyedia
jasa pengiriman barang kepada shipper.
2.2.6.4 Prosedur
Menurut Mulyadi (2001, p220), jaringan yang membentuk sistem penjualan adalah
sebagai berikut :
1. Prosedur Order Penjualan
Dalam prosedur ini, fungsi penjualan menerima order dari pembeli dan menambahkan
informasi penting pada surat order dari pembeli. Fungsi penjualan kemudian membuat surat
order pengiriman dan mengirimkannya kepada berbagai fungsi yang lain untuk
memungkinkan fungsi tersebut memberikan kontribusi dalam melayani order dari pembeli.
2. Prosedur Pengiriman
Dalam prosedur ini, fungsi pengiriman mengirimkan barang kepada customer sesuai dengan
informasi yang tercantum dalam surat order pengiriman yang diterima dari fungsi
pengiriman.
3. Prosedur Penagihan
47
Dalam prosedur ini, fungsi penagihan membuat faktur penjualan dan mengirimkannya
kepada customer. Dalam metode tertentu faktur penjualan dibuat oleh fungsi penjualan
sebagai tembusan pada waktu bagian ini membuat surat order pengiriman.
4. Prosedur Distribusi Penjualan
Dalam prosedur ini, fungsi akuntansi mendistribusikan data penjualan menurut informasi
yang diperlukan oleh manajemen.
2.2.6.5 Fungsi-Fungi yang Terkait
Menurut Mulyadi (2001, p211), fungsi terkait dalam sistem penjualan adalah :
• Fungsi Penjualan
Fungsi ini bertanggung jawab untuk menerima surat order dari pembeli, meng-edit order dari
pelanggan untuk menambahkan informasi yang belum ada pada surat order tersebut (seperti
spesifikasi barang dan rute pengiriman), meminta operasi kredit, menentukan tanggal
pengiriman dan dari gudang mana barang akan dikirim, dan mengisi surat order pengiriman.
Fungsi ini juga bertanggung jawab untuk membuat “back order” pada saat diketahui tidak
tersedianya persediaan untuk memenuhi order dari pelanggan.
• Fungsi Gudang
Fungsi ini bertanggung jawab untuk menyimpan barang dan menyiapkan barang yang
dipesan oleh pelanggan, serta menyerahkan barang ke fungsi pengiriman.
• Fungsi Pengiriman
Fungsi ini bertanggung jawab untuk menyerahkan barang atas dasar surat order pengiriman
yang diterimanya dari fungsi penjualan. Fungsi ini bertanggung jawab untuk menjamin
48
bahwa tidak ada barang yang keluar dari perusahaan tanpa ada otorisasi dari yang
berwenang. Otorisasi ini dapat berupa surat order pengiriman yang telah ditandatangani oleh
fungsi penjualan, memo debit yang ditanda-tangani oleh fungsi pembelian untuk barang yang
dikirimkan kembali kepada pemasok (retur pembelian), surat perintah kerja dari fungsi
produksi mengenai penjualan / pembuangan aktiva tetap yang sudah tidak dipakai lagi.
• Fungsi Penagihan
Fungsi ini bertanggung jawab untuk membuat dan mengirimkan faktur penjualan kepada
pelanggan, serta menyediakan copy faktur bagi kepentingan pencatatan transaksi penjualan
oleh fungsi akuntansi.
• Fungsi Akuntansi
Fungsi ini bertanggung jawab untuk mencatat piutang yang timbul dari transaksi penjualan
dan membuat serta mengirimkan pernyataan piutang kepada para debitur, serta membuat
laporan penjualan. Di samping itu, fungsi ini juga bertanggung jawab untuk mencatat harga
pokok persediaan yang dijual ke dalam kartu persediaan. Dalam struktur organisasi, fungsi
ini berada di tangan Bagian Piutang (sebagai penyelenggara jurnal penjualan dan pembuatan
laporan penjualan), dan Bagian Kartu Persediaan (sebagai penyelenggara kartu persediaan).
2.2.6.6 Informasi yang dibutuhkan Manajemen
Menurut Mulyadi (2001, p213), informasi yang dibutuhkan manajemen dari kegiatan
penjualan adalah :
1. Jumlah pendapatan penjualan menurut jenis produk atau kelompok produk selama jangka
waktu tertentu.
2. Jumlah piutang kepada setiap debitur dari transaksi penjualan kredit.
49
3. Jumlah harga pokok produk yang dijual selama jangka waktu tertentu.
4. Nama dan alamat pembeli.
5. Kuantitas produk yang dijual.
6. Nama wiraniaga yang melakukan penjualan.
7. Otorisasi pejabat yang berwenang.
2.2.6.6.1 Pengendalian Internal
2.2.6.6.2 Pengertian Pengendalian Internal
Menurut Jones-Rama (2003, p104), pengendalian internal adalah sebuah proses yang
didesain untuk menyediakan jaminan yang masuk akal, berkaitan dengan kategori-kategori
berikut :
1. Laporan keuangan yang dapat diandalkan.
2. Efektivitas dan efisiensi dari operasi.
3. Memenuhi hukum dan peraturan yang berlaku.
2.2.6.6.3 Komponen Pengendalian Internal
Menurut Jones-Rama (2003, p105), terdapat lima komponen yang berhubungan dengan
pengendalian internal : lingkungan pengendalian, penilaian resiko, aktivitas pengendalian,
informasi dan komunikasi, dan pemantauan. Lima komponen dari pengendalian internal yang
memiliki dampak pada kemampuan organisasi untuk mencapai tujuan pengendalian internal,
yaitu :
1. Lingkungan Pengendalian
50
Yang berarti faktor-faktor luar yang menentukan arah sebuah organisasi dan mempengaruhi
kesadaran karyawannya terhadap pengendalian internal yang ada.
2. Penilaian Resiko
Identifikasi dan analisis resiko yang berkaitan dengan tidak tersedianya atau kurang
memadainya tujuan pengendalian internal.
3. Aktivitas Pengendalian
Kebijakan dan prosedur yang dikembangkan organisasi untuk mengatasi resiko-resiko atas
pencapaian sasaran-sasaran organisasi. Aktivitas pengendalian terdiri dari empat, yaitu :
a. Performance review
Aktivitas-aktivitas yang melibatkan analisis atas kinerja yang meliputi perbandingan hasil
aktual dengan anggaran, perkiraan, standar, dan data pada periode sebelumnya.
b. Pemisahan tugas
Melibatkan pendelegasian tanggung jawab untuk mengotorisasi transaksi, merekam
transaksi, dan penjagaan aset untuk karyawan yang berbeda.
c. Application controls
Diterapkan untuk aplikasi Sistem Informasi Akuntansi individual.
d. General controls
Pengendalian-pengendalian yang lebih luas yang diterapkan untuk banyak proses.
4. Informasi dan KomunikasiSistem informasi perusahaan adalah sebuah kumpulan prosedur
dan record yang diterapkan untuk memulai, merekam, memproses dan melaporkan event
51
dalam sebuah proses entitas. Komunikasi melibatkan penyediaan pemahaman atas peran dan
tanggung jawab individu.
5. Pemantauan
Manajemen sebaiknya memantau pengendalian internal untuk memastikan bahwa
pengendalian organisasi berfungsi seperti yang diharapkan.
2.2.6.6.4 Tujuan Pengendalian Internal
Menurut Jones-Rama (2003, p105), pengendalian internal memiliki empat sasaran, yaitu:
1. Execution objectives
Dua sasaran eksekusi dalam siklus pendapatan adalah :
o Untuk memastikan kesesuaian pengiriman barang dan jasa.
o Untuk memastikan pengumpulan dan penanganan kas yang tepat.
2. Information system objectives
Sasaran sistem informasi berfokus pada recording, updating, dan reporting informasi
akuntansi.
3. Asset protection objectives
Tujuan dari perlindungan aset adalah untuk menghindari terjadinya pencurian atau
kehilangan aset.
4. Performance objectives
Sasaran kinerja berfokus pada pencapaian kinerja dari sebuah organisasi, personel,
departemen, produk dan jasa yang diharapkan.
52
2.2.6.6.5 Tipe-Tipe Aktivitas Pengendalian Internal
Menurut Jones-Rama (2003, p123), aktivitas pengendalian internal diorganisasikan dalam
beberapa kategori :
1. Workflow controls
Digunakan untuk mengendalikan suatu proses antar event. Workflow controls
mengeksploitasi keterkaitan antar event dan di fokuskan pada tanggung jawab antar event,
urutan event-event, serta arus informasi antar event dalam proses bisnis. Workflow controls
meliputi :
a. Pemisahan tugas-tugas.
b. Penggunaan informasi dari event- event utama untuk aktivitas pengendalian.
c. Perlunya urutan event.
d. Tindak lanjut atas event.
e. Dokumen bernomor.
f. Pencatatan internal agent yang bertanggung jawab atas event dalam suatu proses.
g. Pembatasan akses terhadap aset dan informasi.
h. Rekonsiliasi atas catatan dengan bukti fisik suatu aset.
2. Input controls
Digunakan untuk mengendalikan pemasukan data ke dalam sistem computer. Input control
meliputi :
a. Drop-down atau look-up menu yang menyediakan suatu nilai yang akan di-entry.
b. Record-checking untuk menentukan apakah data yang dimasukkan konsisten dengan data
yang dimasukkan pada file yang berhubungan.
53
c. Konfirmasi data yang dimasukkan oleh user dengan menampilkan data yang
berhubungan dari tabel lain.
d. Referential integrity controls untuk memastikan bahwa pencatatan event berhubungan
dengan file master yang benar.
e. Format check untuk membatasi pemasukan data terhadap teks, nomor, dan tanggal.
f. Validation rule untuk membatasi data yang di-entry sesuai dengan nilai tertentu.
g. Use of default dari data yang dimasukkan.
h. Pembatasan terhadap field yang dibiarkan kosong.
i. Menerapkan sebuah field sebagai primary key.
j. Computer-generated values yang dimasukkan ke dalam record.
k. Total batch controls yang diambil sebelum penginputan data dibandingkan dengan print
outs setelah penginputan data.
l. Review dari perubahan laporan untuk pemeriksaan error sebelum posting.
m. Exception report yang menampilkan kasus dimana terjadi penyimpangan terhadap nilai.
3. General controls
Pengendalian-pengendalian yang lebih luas yang diterapkan untuk banyak proses. General
controls meliputi :
a. Perencanaan sistem informasi.
b. Pengorganisasian fungsi teknologi informasi.
c. Identifikasi dan pengembangan solusi sistem informasi.
d. Implementasi dan operasi sistem akuntansi.
4. Performance reviews
54
Merupakan aktivitas yang melibatkan analisis atas kinerja yang meliputi perbandingan hasil
aktual dengan anggaran, perkiraan, standar, dan data pada periode sebelumnya. Performance
controls meliputi :
a. Tersedianya anggaran, perkiraan, standar, atau hasil pada periode sebelumnya melalui file
maintenance.
b. Penggunaan laporan untuk membandingkan hasil aktual dengan anggaran, perkiraan,
standar, atau hasil pada periode sebelumnya.
c. Tindakan perbaikan, jika diperlukan untuk memperbaiki kinerja dan atau merevisi data
referensi pada data file master.
2.2.6.6.6 Catatan Akuntansi yang digunakan
Dalam fungsi sistem akuntansi pengiriman jurnal-jurnal yang digunakan adalah :
• Jurnal Penjualan
Menurut Mulyadi (2001, p107), jurnal ini digunakan untuk mencatat transaksi penjualan,
baik penjualan kredit maupun penjualan tunai. Dari jurnal ini manajemen akan dapat
memperoleh informasi mengenai semua jenis transaksi penjualan selama periode tertentu,
urut secara kronologis.
55
Halaman :…….
Jurnal Penjualan
Tanggal Keterangan Nomor
Bukti
Piutang
Dagang
Penjualan
Tunai
Lain-lain Debit Hasil
Penjualan No.Rek Jumlah
Tabel 2.2 Tabel Jurnal Khusus Penjualan
• Jurnal Penerimaan Kas
Menurut Mulyadi (2001, p107), jurnal penerimaan kas digunakan untuk mencatat transaksi
penerimaan kas, sumber pokok penerimaan kas perusahaan dari penjualan tunai dan
penerimaan piutang. Jika frekuensi transaksi kas masih rendah, jurnal penerimaan kas ini
digabungkan dengan jurnal pengeluaran kas dalam satu jurnal yang disebut jurnal kas
56
Halaman :…….
Jurnal Penerimaan Kas
Tanggal Keterangan Nomor
Bukti
Kas Debit Piutang
Tunai
Kredit
Lain-lain Debit
No.Rek Jumlah
Tabel 2.3 Tabel Jurnal Khusus Penerimaan Kas
57
• Jurnal Pengeluaran Kas
Menurut Mulyadi (2001, 108), jurnal pengeluaran kas digunakan untuk mencatat transaksi
pengeluaran kas.
Halaman :…….
Jurnal Pengeluaran Kas
Tanggal Keterangan Nomor
Bukti
Utang
Dagang
Debit
Lain-lain Debit Hasil
Penjualan No.Rek Jumlah
Tabel 2.4 Tabel Jurnal Khusus Pengeluaran Kas