bab 2 diare

Upload: dinda-hanifah-harahap

Post on 09-Mar-2016

216 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

fyuuioi

TRANSCRIPT

BAB 2TINJAUAN PUSTAKA2.1. DefinisiDiare adalah peningkatan pengeluaran tinja dengan konsistensi lebih lunak atau lebih cair dari biasanya, dan terjadi paling sedikit 3 kali dalam 24 jam. Sementara untuk bayi dan anak-anak, diare didefinisikan sebagai pengeluaran tinja >10 g/kg/24 jam, sedangkan rata-rata pengeluaran tinja normal bayi sebesar 5-10 g/kg/ 24 jam.1Menurut WHO (1992) diare adalah tinja yang mengandung lebih banyak air dibandingkan yang normal atau sering disebut mencret atau tinja seperti air. Diare sering didefinisikan sebagai buang air encer tiga kali atau lebih dalam sehari, sedangkan diare yang mengandung darah disebut disentri.2Menurut Depkes (2011) diare adalah suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak normal atau tidak seperti biasanya, ditandai dengan peningkatan volume keenceran, serta frekuensi lebih dari tiga kali sehari pada anak dan pada bayi lebih dari empat kali sehari dengan atau tanpa lendir darah.3Diare menurut Ngastiyah (2005) adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari empat kali sehari pada bayi dan lebih dari tiga kali sehari pada anak, konsistensi feces encer, dapat berwarna hijau atau dapat pula bercampur lendir dan darah atau lendir saja. Gejala diare yang sering ditemukan mula-mula pasien cengeng, gelisah, suhu tubuh meningkat, nafsu makan berkurang, tinja mungkin disertai lendir atau darah, gejala muntah dapat timbul sebelum dan sesudah diare. Bila penderita banyak kehilangan cairan dan elektrolit, gejala dehidrasi mulai nampak, yaitu berat badan menurun, turgor berkurang, mata dan ubun-ubun besar menjadi cekung, selaput lendir bibir dan mulut tampak kering.Beberapa perilaku yang dapat meningkatkan risiko terjadinya diare pada balita, yaitu :41. Tidak memberi ASI secara penuh 4-6 bulan pertama pada kehidupan. Pada balita yang tidak diberi ASI risiko menderita diare lebih besar daripada balita yang diberi ASI penuh, dan kemungkinan menderita dehidrasi berat lebih besar. 2. Menggunakan botol susu, penggunaan botol ini memudahkan pencemaran oleh kuman karena botol susah dibersihkan. Penggunaan botol yang tidak bersih atau sudah dipakai selama berjam-jam dibiarkan dilingkungan yang panas, sering menyebabkan infeksi usus yang parah karena botol tersebut dapat menyebabkan infeksi diare. 3. Menyimpan makanan masak pada suhu kamar, bila makanan disimpan beberapa jam pada suhu kamar, makanan akan tercemar dan kuman akan berkembang biak. 4. Menggunakan air minum yang tercemar. 5. Tidak mencuci tangan sesudah buang air besar dan sesudah membuang tinja anak atau sebelum makan dan menyuapi bayi/balita. 6. Tidak membuang tinja dengan benar, seringnya beranggapan bahwa tinja anak tidak berbahaya, padahal sesungguhnya mengandung virus atau bakteri dalam jumlah besar. Selain itu tinja binatang juga dapat menyebabkan infeksi pada manusia.Faktor-faktor yang meningkatkan resiko diare adalah sebagai berikut 5 : 1. Faktor lingkungana. Pasokan air tidak memadai. b. Air terkontaminasi tinja. c. Fasilitas kebersihan kurang. d. Kebersihan pribadi buruk, seperti tidak mencuci tangan setelah buang air. e. Kebersihan rumah buruk, seperti tidak membuang tinja anak di WC. f. Metode penyiapan dan penyimpanan makanan tidak higienis, misalnya makanan dimasak tanpa dicuci terlebih dahulu atau menutup makanan yang telah dimasak.2. Praktik penyapihan yang buruk a. Pemberian ASI eksklusif dihentikan sebelum bayi berusia 4-6 bulan dan pemberian susu botol. b. Berhenti menyusui sebelum anak berusia satu tahun. 3. Faktor individu a. Kurang gizi. b. Buruk atau kurangnya mekanisme pertahanan alami tubuh. 4. Produksi asam lambung berkurang. 5. Gerakan pada usus yang berkurang yang memengaruhi aliran makanan yang normal.Proses terjadinya diare dapat disebabkan oleh berbagai kemungkinan, diantaranya:3,51) Faktor infeksi Proses ini dapat diawali adanya mikroba atau kuman yang masuk dalam saluran pencernaan yang kemudian berkembang dalam usus dan merusak sel mukosa usus yang dapat menurunkan darah permukaan usus selanjutnya terjadi perubahan kapasitas usus yang akhirnya mengakibatkan gangguan fungsi usus dalam absorbsi cairan dan elektrolit atau juga dikatakan bakteri akan menyebabkan sistem transporaktif dalam usus sehingga sel mukosa mengalami iritasi yang kemudian sekresi cairan dan elektrolit meningkat.2) Faktor malabsorbsi Merupakan kegagalan dalam melakukan absorbsi yang mengakibatkan tekanan osmotik meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke rongga usus yang dapat meningkatkan isi rongga usus sehingga terjadi diare.3) Faktor makanan Dapat terjadi peningkatan peristaltik usus yang mengakibatkan penurunan kesempatan untuk menyerap makanan yang kemudian menyebabkan diare, seperti makanan yang tercemar, basi, beracun dan kurang matang. 4) Faktor psikologis Keadaan psikologis seseorang dapat memengaruhi kecepatan gerakan peristaltik usus yang akhirnya mempengaruhi proses penyerapan makanan yang dapat menyebabkan diare.

2.2 Etiologi6Menurut World Gastroenterology Organization global guidelines 2005, etiologi diare akut dibagi atas empat penyebab:1. Bakteri : Shigella, Salmonella, E. Coli, Gol. Vibrio, Bacillus cereus, Clostridium perfringens, Stafilokokus aureus, Campylobacter aeromonas 2. Virus : Rotavirus, Adenovirus, Norwalk virus, Coronavirus, Astrovirus 3. Parasit : Protozoa, Entamoeba histolytica, Giardia lamblia, Balantidium coli, Trichuris trichiura, Cryptosporidium parvum, Strongyloides stercoralis 4. Non infeksi : malabsorpsi, keracunan makanan, alergi, gangguan motilitas, imunodefisiensi, kesulitan makan, dll.2.3. Cara Penularan dan Faktor Risiko3,7Cara penularan diare melalui cara faecal-oral yaitu melalui makanan atau minuman yang tercemar kuman atau kontak langsung tangan penderita atau tidak langsung melalui lalat ( melalui 5F = faeces, flies, food, fluid, finger). Faktor risiko terjadinya diare adalah: 1. Faktor perilaku 2. Faktor lingkungan Faktor perilaku antara lain: a. Tidak memberikan Air Susu Ibu/ASI (ASI eksklusif), memberikan Makanan Pendamping/MP ASI terlalu dini akan mempercepat bayi kontak terhadap kuman b. Menggunakan botol susu terbukti meningkatkan risiko terkena penyakit diare karena sangat sulit untuk membersihkan botol susu c. Tidak menerapkan Kebiasaaan Cuci Tangan pakai sabun sebelum memberi ASI/makan, setelah Buang Air Besar (BAB), dan setelah membersihkan BAB anak d. Penyimpanan makanan yang tidak higienis Faktor lingkungan antara lain: a. Ketersediaan air bersih yang tidak memadai, kurangnya ketersediaan Mandi Cuci Kakus (MCK) b. Kebersihan lingkungan dan pribadi yang buruk Disamping faktor risiko tersebut diatas ada beberapa faktor dari penderita yang dapat meningkatkan kecenderungan untuk diare antara lain: kurang gizi/malnutrisi terutama anak gizi buruk, penyakit imunodefisiensi/imunosupresi dan penderita campak.2.4. Klasifikasi Diare3,6,7Jenis diare menjadi empat kelompok yaitu:1) Diare akut; yaitu diare yang berlangsung kurang dari empat belas hari (umumnya kurang dari tujuh hari)2) Disentri; yaitu diare yang disertai darah dalam tinjanya 3) Diare persisten; yaitu diare yang berlangsung lebih dari empat belas hari secara terus menerus4) Diare dengan masalah lain; anak yang menderita diare (diare akut dan persisten) mungkin juga disertai penyakit lain seperti demam, gangguan gizi atau peyakit lainnya. Diare akut dapat mengakibatkan:(1) kehilangan air dan elektrolit serta gangguan asam basa yang menyebabkan dehidrasi, asidosis metabolik dan hipokalemia(2) gangguan sirkulasi darah dapat berupa renjatan hipovolemik sebagai akibat diare dengan atau tanpa disertai muntah; perfusi jaringan berkurang sehingga hipoksia dan asidosismetabolik bertambah berat; peredaran otak dapat terjadi, kesadaran menurun dan bila tak cepat diobati penderita dapat meninggal(3) gangguan gizi yang terjadi akibat keluarnya cairan berlebihan karena diare dan muntah; kadang-kadang orangtuanya menghentikan pemberian makanan karena takut bertambahnya muntah dan diare pada anak atau bila makanan tetap diberikan dalam bentuk diencerkan. Hipoglikemia akan lebih sering terjadi pada anak yang sebelumnya telah menderita manultrisi atau bayi dengan gagal bertambah berat badan. Sebagai akibat hipoglikemia dapat terjadi edema otak yang dapat mengakibatkan kejang dan koma.2.5. Gejala DiareGejala diare atau mencret adalah tinja yang encer dengan frekuensi empat kali atau lebih dalam sehari, yang kadang disertai dengan: (1) Muntah, (2) Badan lesu atau lemas dan panas, (3) Tidak nafsu makan, (4) Darah dan lendir dalam kotoran (Depkes RI, 2000). Rasa mual dan muntah-muntah dapat mendahului diare yang disebabkan oleh infeksi virus. Infeksi bisa secara tiba-tiba menyebabkan diare, muntah, tinja berdarah, demam, penurunan nafsu makan atau kelesuan, selain itu dapat mengalami sakit perut dan kejang perut, serta gejala-gejala lain seperti flu misalnya agak demam, nyeri otot atau kejang, dan sakit kepala. Gangguan bakteri dan parasit kadang-kadang menyebabkan tinja mengandung darah atau demam tinggi.52.6. Pencegahan Penyakit Diare 2.6.1. Pencegahan Primer Menurut WHO (2009), pencegahan penyakit diare dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut: 1. Pemberian air susu ibu : a. Berikan air susu ibu selama 4-6 bulan pertama kemudian berikan ASI bersama makanan lain sampai paling kurang anak berusia satu tahun. b. Untuk menyusu dengan nyaman dan aman, ibu harus : 1) jangan beri cairan tambahan seperti air, air gula atau susu bubuk, terutama dalam hari-hari awal kehidupan anak; 2) memulai pemberian ASI segera setelah bayi lahir; 3) menyusukan sesuai keperluan (peningkatan pengisapan meningkatkan penyediaan susu); keluarkan susu secara manual untuk mencegah pembendungan payudara selama masa pemisahan dari bayi. c. Jika ibu bekerja di luar rumah dan tidak mungkin membawa bayinya, maka ibu harus mempersiapkan ASI untuk bayinya sebelum ibu meninggalkan rumah. d. Ibu seharusnya terus memberikan air susu ibu sewaktu bayinya sakit dan setelah sakit.2. Perbaikan cara menyapih a. Pada usia 4-6 bulan bayi harus diperkenalkan dengan makanan penyapih yang bergizi dan bersih. Pada tahap awal sebaiknya makanan saring lunak.b. Kemudian diet anak seharusnya menjadi semakin bervariasi dan mencakup makanan pokok di masyarakat (biasanya serelia atau umbi); kacang atau kacang polong; sejumlah makanan dari hewan, sebagai contoh produk susu, telur dan daging; serta sayuran hijau atau sayuran jingga. c. Anak juga harus diberikan buah-buahan atau sari buah dan minyak atau lemak yang ditambahkan ke dalam makanan penyapih. d. Anggota keluarga seharusnya mencuci tangan sebelum menyiapkan makanan penyapih dan sebelum memberi makan bayi. e. Makanan harus dipersiapkan di tempat bersih, menggunakan wadah dan peralatan yang bersih. f. Makanan yang tidak dimasak harus dicuci dengan air bersih sebelum dimakan. g. Makanan yang dimasak harus dimakan sewaktu masih hangat atau panaskan dahulu sebelum dimakan. h. Makanan yang disimpan harus ditutup dan jika mungkin masukkan ke dalam lemari es. 3. Gunakan banyak air bersih a. Air harus diambil dari sumber terbersih yang tersedia. b. Sumber air harus dilindungi dengan: menjauhkannya dari hewan; melokasi kakus agar jaraknya lebih dari 10 meter dari sumber air; serta lebih rendah; dan menggali parit aliran di atas sumber untuk menjauhkan air hujan dari sumber.c. Air harus dikumpulkan dan disimpan dalam wadah bersih dan gunakan gayung bersih bergagang panjang untuk mengambil air. d. Air untuk masak dan minum bagi anak anda harus dididihkan. 4. Cuci tangan a. Semua anggota keluarga seharusnya mencuci tangan dengan baik: 1) setelah membersihkan anak yang telah buang air besar dan setelah membuang tinja anak. 2) setelah buang air besar. 3) sebelum menyiapkan makanan. 4) sebelum makan. 5) sebelum memberi makan anak. b. Orang tua atau kakak seharusnya mencuci tangan anak yang lebih kecil. 5. Menggunakan kakus a. Semua anggota keluarga seharusnya mempunyai kakus bersih yang masih berfungsi. Kakus harus digunakan oleh semua anggota keluarga yang cukup besar.b. Kakus harus dijaga bersih dengan mencuci permukaan yang kotor secara teratur. c. Jika tidak ada kakus, anggota keluarga harus: 1) buang air besar jauh dari rumah, jalan atau daerah anak bermain dan paling kurang 10 meter dari sumber air. 2) jangan buang air besar tanpa alas kaki. 3) tidak mengizinkan anak mengunjungi daerah buang air besar sendiri6. Membuang tinja anak kecil pada tempat yang tepat a. Kumpulkan tinja anak kecil atau bayi secepatnya, bungkus dengan daun atau kertas koran dan kuburkan atau buang di kakus. b. Bantu anak untuk membuang air besar ke dalam wadah yang bersih dan mudah dibersihkan, kemudian buang ke dalam kakus dan bilas wadahnya atau anak dapat buang air besar di atas suatu permukaan seperti kertas koran atau daun besar dan buang ke dalam kakus. c. Bersihkan anak segera setelah anak buang air besar dan cuci tangannya. 7. Imunisasi terhadap campak, anak harus diimunisasi terhadap campak secepat mungkin setelah usia 9 bulan.22.6.2. Pencegahan Sekunder Pencegahan tingkat kedua meliputi diagnosa dan pengobatan yang tepat. Pada pencegahan tingkat kedua, sasarannya adalah mereka yang baru terkena penyakit diare. Menurut Pujiastuti (2003) penatalaksanaan atau penanggulangan penderita diare di rumah antara lain: a. Memberi tambahan cairan Berikan cairan lebih sering dan lebih lama pada setiap kali pemberian, jika anak memperoleh ASI eksklusif berikan oralit atau air matang sebagai tambahan. Anak yang tidak memperoleh ASI eksklusif berikan satu atau lebih cairan berikut: oralit, cairan makanan (kuah, sayur, air tajin) atau air matang. Petugas kesehatan atau kader kesehatan harus memberitahu ibu berapa banyak cairan sehatinya: 1) Sampai umur 1 tahun: 50 sampai 100 ml setiap kali buang air besar2) Umur 1 sampai 5 tahun: 100 sampai 200 ml setiap kali buang air besar. Minumkan cairan sedikit demi sedikit tetapi sering dan jika muntah tunggu 10 menit kemudian lanjutkan lagi sampai diare berhenti. b. Memberi makanan Saat diare anak tetap harus diberi makanan yang memadai, jangan pernah mengurangi makanan yang biasa dikonsumsi anak, termasuk ASI dan susu. Hindari makanan yang dapat merangsang pencernaan anak seperti makanan yang asam, pedas atau buah-buahan yang mempunyai sifat pencahar. Bila diare terjadi berulang kali, balita atau anak akan kehilangan cairan atau dehidrasi.5

2.6.3. Pencegahan Tersier Sasaran pencegahan tingkat ketiga adalah penderita penyakit diare dengan maksud jangan sampai bertambah berat penyakitnya atau terjadi komplikasi. Bahaya yang dapat diakibatkan oleh diare adalah kurang gizi dan kematian. Kematian akibat diare disebabkan oleh dehidrasi, yaitu kehilangan banyak cairan dan garam dari tubuh. Diare dapat mengakibatkan kurang gizi dan memperburuk keadaan gizi yang telah ada sebelumnya. Hal ini terjadi karena selama diare biasanya penderita susah makan dan tidak merasa lapar sehingga masukan zat gizi berkurang atau tidak ada sama sekali. Pada tingkat ini perlu dilakukan usaha rehabilitasi untuk mencegah terjadinya akibat samping dari penyakit diare. Usaha yang dapat dilakukan yaitu dengan terus mengkonsumsi makanan bergizi dan menjaga keseimbangan cairan.32.7. Program Pencegahan Diare Untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian diare, pemerintah dalam hal ini Departemen Kesehatan RI, melalui Dinas Kesehatan melakukan beberapa upaya sebagai berikut (Depkes RI, 2009): 1. Meningkatkan kuantitas dan kualitas Tatalaksana Penderita diare melalui pendekatan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS), dan Pelembagaan Pojok Oralit. 2. Mengupayakan Tatalaksana Penderita diare di rumah tangga secara tepat dan benar. 3. Meningkatkan upaya pencegahan melalui kegiatan KIE, dan meningkatkan upaya kesehatan bersumber masyarakat. 4. Meningkatkan sanitasi lingkungan. 5. Peningkatan Kewaspadaan Dini dan Penanggulangan Kejadian Luar Biasa Diare.4