bab 1 - eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/8813/3/isi skripsi ardiani.doc · web...

100
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mata pelajaran IPA merupakan pengetahuan tentang alam sekitar yang merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan di sekolah. Dalam kehidupan sehari–hari sering kita temukan bahwa sedikit sekali siswa yang tertarik pada pelajaran IPA hal ini disebabkan antara lain karena pengajaran IPA yang kurang menarik, sehingga siswa jarang termotivasi untuk mempelajarinya yang pada akhirnya prestasi belajar pada mata pelajaran ini kurang. Oleh karena itu, peningkatan kualitas dan efektifitas pembelajaran IPA sekolah dasar sangatlah penting agar siswa lebih mudah dalam mempelajari konsep–konsep IPA di tingkat berikutnya. Anak–anak khususnya anak pada tingkat SD, terdapat kecendrungan memiliki motivasi belajar 1

Upload: dongoc

Post on 27-Apr-2019

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Mata pelajaran IPA merupakan pengetahuan tentang alam sekitar yang

merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan di sekolah. Dalam

kehidupan sehari–hari sering kita temukan bahwa sedikit sekali siswa yang

tertarik pada pelajaran IPA hal ini disebabkan antara lain karena pengajaran

IPA yang kurang menarik, sehingga siswa jarang termotivasi untuk

mempelajarinya yang pada akhirnya prestasi belajar pada mata pelajaran ini

kurang. Oleh karena itu, peningkatan kualitas dan efektifitas pembelajaran

IPA sekolah dasar sangatlah penting agar siswa lebih mudah dalam

mempelajari konsep–konsep IPA di tingkat berikutnya.

Anak–anak khususnya anak pada tingkat SD, terdapat kecendrungan

memiliki motivasi belajar tinggi jika disajikan dalam bentuk permainan

karena siswa SD cendrung menghabiskan waktu luang mereka untuk

bermain. Apalagi pada anak dengan kondisi kognitif siswa setingkat SD yang

berada pada tahap operasional konkrit tergolong sangatlah cocok.

Bagi siswa SD kelas rendah khususnya kelas III, pelajaran IPA

merupakan pelajaran yang baru, karena pada kelas sebelumnya mereka tidak

menerima pelajaran IPA itu sendiri. Sehingga membutuhkan keterampilan

guru untuk menyampaikan materi pelajaran ini dengan metode–metode yang

kreatif. Hal ini diupayakan untuk menanamkan sejak dini pandangan siswa

terhadap pelajaran IPA sebagai pelajaran yang menyenangkan bagi mereka.

1

Jenis media pembelajaran dalam bentuk permainan yang bisa

dimanfaatkan antara lain permainan parallel puzzle yang dapat

dikembangkan sebagai media pembelajaran IPA yang menyenangkan.

Permainan paralel puzzle merupakan salah satu variasi dari permainan puzzle

lainnya. Permainan dengan media pembelajaran ini tidak hanya sekedar

sebagai alat untuk bermain saja tapi bisa dimanfaatkan untuk mengasah otak

dan menambah wawasan/pengetahuan bagi siswa, karena permainan ini

sesuai dengan materi pembelajaran yang ingin disampaikan kepada siswa.

Media pembelajaran paralel puzzle ini digunakan karena anak pada

umur 7-12 tahun khususnya SD masih pada tahap operasional konkrit dimana

pada tahap ini anak masih sulit manerima konsep-konsep yang bersifat

abstrak. Media pembelajaran yang dikemas dalam bentuk permainan juga

dapat menarik minat siswa dalam pembelajaran sehingga suasana kelas

menjadi lebih menyenangkan terlebih lagi dunia anak adalah dunia bermain.

Itu menyebabkan siswa dalam pembelajaran tidak merasa tegang.

Dari hasil penelitian Titin. B (2008) mengatakan bahwa pembelajaran

dengan menggunakan metode ceramah saja tanpa diselingi dengan

penugasan, tanya jawab dan media pembelajaran seperti contoh parallel

puzzle itu akan membuat siswa menjadi bosan belajar karena dunia anak

adalah masih dekat dengan dunia bermain. Jadi penggunaan media

pembelajaran juga dapat mempengaruhi motivasi dan hasil belajar siswa.

Setelah menggunakan media pembelajaran parallel puzzle ini prestasi belajar

siswa seperti yang diharapkan peneliti sebelumnya menjadi meningkat.

2

Tabel 1.1Rekapitulasi Nilai Mata Pelajaran IPA Pada Pokok Bahasan

Bumi dan Alam Semesta Semester II Kelas IIINo Nilai (N) Jumlah Siswa (F) N X F1 4 8 322 6 12 723 7 9 63

JUMLAH 29 167RATA-RATA 5,75

Dari nilai rata-rata di atas diharapkan setelah penerapan media

pembelajaran parallel puzzle ini nilai rata-rata yang semula pada mata

pelajaran IPA pada pokok bahasan bumi dan alam semesta dimana KKM nya

yaitu 65 dapat dilampaui karena berdasarkan data di atas banyak siswa yang

nilainya di bawah KKM. Dan diharapkan setelah menerapkan media

pembelajaran ini 85% siswa lulus KKM. Revisinya dapat dilakukan dengan

evaluasi yang dilakukan pada siklus I dan siklus II. Jadi siswa lebih

termotivasi dan prestasinya menjadi meningkat setelah media pembelajaran

ini diterapkan dalam proses belajar mengajar karena media ini dikemas dalam

bentuk permainan yang disebut parallel puzzle yang memang dekat dengan

dunia bermain mereka.

B. Rumusan Masalah

1. Berdasarkan uraian latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka

permasalahan yang diteliti adalah “Bagaimanakah Penerapan Media

Pembelajaran Paralel Puzzle Pada Pokok Bahasan Bumi dan Alam

Semesta Dapat Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran

IPA Semester II Kelas III SDN 48 Cakranegara Tahun Pelajaran

2009/2010”.

3

2. Bagaimana peningkatan prestasi belajar siswa pada pokok bahasan bumi

dan alam semesta mata pelajaran IPA antara sebelum dan sesudah

penerapan media pembelajaran paralel puzzle pada siswa semester II

kelas III SDN 48 Cakranegara tahun pelajaran 2009/2010.

B. Batasan Masalah

Pada penelitian ini terbatas pada penerapan media pembelajaran parallel

puzzle pada pokok bahasan bumi dan alam semesta untuk meningkatkan

prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPA semester II kelas III SDN 48

Cakranegara tahun pelajaran 2009/2010.

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk meningkatkan prestasi belajar siswa melalui media pembelajaran

paralel puzzle pada pokok bahasan bumi dan alam semesta pada mata

pelajaran IPA semester II kelas III SDN 48 Cakranegara tahun pelajaran

2009 / 2010.

2. Untuk mengetahui terjadi atau tidaknya peningkatan prestasi belajar siswa

secara signifikan pada pokok bahasan bumi dan alam semesta mata

pelajaran IPA antara sebelum dan sesudah penerapan media pembelajaran

paralel puzzle siswa semester II kelas III SDN 48 Cakranegara tahun

pelajaran 2009/2010.

4

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai

berikut:

1. Bagi Siswa

Kehadiran media pembelajaran parallel puzzle ini diharapkan dapat

dijadikan motivasi dalam kegiatan belajar mengajar siswa sehingga

prestasi belajar siswa menjadi lebih meningkat.

2. Bagi Guru

Media pembelajaran dengan menggunakan parallel puzzle ini

diharapkan bisa dijadikan sebagai alternatif lain dalam melaksanakan

kegiatan belajar mengajar. Selain itu guru juga bisa mengembangkannya

menjadi media pembelajaran dalam pembelajaran pokok bahasan lain yang

sesuai dan dalam bentuk permainan yang berbeda.

3. Bagi Sekolah

Penelitian ini diharapkan dapat memberi konstribusi bagi sekolah

dalam mengembangkan pola fikir dan daya kreatifitas personil sekolah

khususnya guru dalam mengembangkan media pembelajaran yang

inovatif, menarik dan kreatif sebagai salah satu upaya dalam peningkatan

kualitas pengajaran.

E. Definisi Operasional

Untuk memudahkan memahami isi penelitian ini perlu didefinisikan

beberapa istilah sebagai berikut:

5

1. Media pembelajaran adalah sebagai segala sesuatu yang dapat digunakan

untuk menyalurkan pesan atau isi pelajaran, merangsang pikiran, perasaan,

perhatian dan kemampuan siswa sehingga dapat mendorong proses belajar

mengajar.

2. Parallel puzzle adalah merupakan permainan dalam bentuk mengasah otak

yang berbasis pada belajar sambil bermain.

3. Prestasi belajar adalah hasil belajar siswa yang dipengaruhi oleh potensi

diri dan dorongan lingkungannya yang diwujudkan dalam bentuk angka

(nilai hasil belajar)

F. Kerangka Pemecahan Masalah

Prestasi belajar adalah hasil dari satu kegiatan yang telah dikerjakan,

diciptakan, baik secara individu maupun kelompok. Prestasi tidak akan

pernah berhasil selama seseorang tidak melakukan suatu kegiatan. Prestasi

belajar sangat ditentukan dari media pembelajaran yang diterapkan oleh guru,

penggunaan media dalam proses belajar mengajar merupakan hal yang sangat

penting bagi keberhasilan belajar siswa. Salah satu media yang dapat

digunakan dalam pembelajaran IPA adalah media pembelajaran dengan

menggunakan permainan paralel puzzle dimana media ini dapat digunakan

untuk mengatasi kendala–kendala dalam pembelajaran. Media pembelajaran

paralel puzzle adalah sebuah permainan konstruksi melalui kegiatan

memasang atau menjodohkan kotak-kotak, atau bangun-bangun tertentu

sehingga akhirnya membentuk sebuah pola tertentu.

6

Prestasi belajar IPA siswa merupakan hasil kegiatan yang telah

dikerjakan atau diciptakan dalam pelajaran di kelas. Prestasi tersebut dapat

dipengaruhi oleh metode dan media pembelajaran yang diterapkan oleh guru.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar antara lain

tergantung dari keaktifan siswa di dalam kelas, dan kemampuan guru dalam

menggunakan media pembelajaran yang sesuai dengan materi yang diajarkan.

Adapun langkah-langkah dalam memecahkan masalah yaitu:

1. Mempersiapkan skenario pembelajaran secara mantap dengan

menggunakan media pembelajaran paralel puzzle yang berbasis pada

belajar sambil bermain sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa

kelas III SD.

2. Mengoptimalkan pelaksanaan penerapan media pembelajaran paralel

puzzle yang telah disusun untuk meningkatkan prestasi belajar siswa.

Bentuk kegiatan yang telah disusun meliputi:

a. Mengelompokkan 29 siswa menjadi 6 kelompok belajar dimana tiap

kelompok terdiri dari 5 orang. Dan setiap kelompok tidak didominasi

oleh siswa pintar saja.

b. Melaksanakan skenario pembelajaran.

c. Menguji pemahaman siswa.

3. Membuat format penilaian.

4. Menentukan kriteria keberhasilan.

7

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Deskripsi teori pendukung penelitian

1. Hakikat Belajar IPA

Dari segi istilah yang digunakan IPA atau Ilmu Pengetahuan Alam.

Ilmu artinya suatu pengetahuan yang benar. Pengetahuan yang benar

artinya pengetahuan yang dibenarkan menurut tolok ukur kebenaran ilmu,

yaitu rasional dan obyektif. Pengetahuan alam sudah jelas artinya adalah

pengetahuan tentang alam semesta dengan segala isinya. Adapun

Pengetahuan itu sendiri artinya segala sesuatu yang diketahui manusia.

Jadi, secara singkat IPA adalah Pengetahuan yang rasional dan obyektif

tentang alam semesta dan isinya. IPA dapat dipandang sebagai suatu

proses dari upaya manusia untuk memahami berbagai gejala alam. Untuk

ini diperlukan suatu tata cara tertentu yang sifatnya analitis, cermat,

lengkap serta menghubungkan gejala alam yang satu dengan gejala alam

lainnya sehingga keseluruhannya membentuk suatu sudut pandang yang

baru tentang obyek yang diamati.

Secara umum Sekolah Dasar diselenggarakan dengan tujuan untuk

mengembangkan sikap dan kemampuan serta memberikan pengetahuan

dan keterampilan dasar yang diperlukan untuk hidup dalam masyarakat

serta mempersiapkan peserta didik mengikuti pendidikan menengah.

(Hendro, dkk. 1992).

8

Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan pendidikan dan

pengajaran dari berbagai disiplin ilmu, agama, kesenian dan keterampilan.

Salah satu disiplin ilmu itu adalah IPA. Ilmu Pengetahuan Alam

diperlukan oleh siswa sekolah dasar karena IPA dapat memberikan iuran

untuk tercapainya sebagian dari tujuan pendidikan di Sekolah Dasar.

Dengan pengajaran IPA diharapkan siswa akan dapat:

a) Memahami alam sekitarnya, meliputi benda-benda alam dan konsep

IPA yang terkandung didalamnya.

b) Memiliki keterampilan untuk mendapatkan ilmu, khususnya IPA,

berupa keterampilan proses atau metode ilmiah yang sederhana.

c) Memiliki sikap ilmiah di dalam mengenal alam sekitarnya dan

memecahkan masalah yang dihadapinya; serta menyadari kebesaran

penciptanya.

d) Memiliki bekal pengetahuan dasar yang diperlukan untuk melanjutkan

pendidikannya ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. ( Hendro, dkk.

1993).

Integensi adalah kemampuan untuk memahami dan beradaptasi

dengan situasi yang baru dengan cepat dan efektif, kemampuan untuk

menggunakan konsep yang abstrak secara efektif dan kemampuan untuk

memahami hubungan dan mempelajarinya dengan cepat (Djamarah,

2007).

9

Integensi merupakan salah satu aspek yang selalu aktual untuk

dibicarakan dalam dunia pendidikan. Keaktual ini dikarenakan intelegensi

adalah unsur yang ikut mempengaruhi keberhasilan anak didik.

Menurut Piaget (dalam Psikologi Pendidikan, Rochman

Natawidjaya, 1992), integensi bukan saja sifat yang biasanya digambarkan

dengan skor IQ itu. Integensi adalah proses yang dalam hal ini berupa

tahapan langkah operasional tertentu yang mendasari semua pemikiran dan

pengetahuan manusia, di samping merupakan proses pembentukan

pemahaman.

Dalam integensi operasional anak yang sedang berada pada tahap

konkret operasional (7-11 tahun) terdapat sistem operasi kognitif yang

meliputi; 1) concervation; 2) addition of classes; 3) multiplication of

classes. Masih ada keterbatasan-keterbatasan anak dalam

mengkoordinasikan pemikirannya. Anak-anak dalam rentang usia 7-11

tahun baru mampu berfikir sistematis mengenai benda-benda dan

peristiwa-peristiwa yang konkret. Inilah yang menjadi alasan mengapa

perkembangan kognitif anak yang berusia 7-11 tahun tersebut, dinamakan

tahap konkret operasional.

2. Media Pembelajaran

Istilah “media” berasal dari kata/bahasa latin dan merupakan

bentuk jamak dari kata medium, yang secara harfiah berarti perantara atau

pengantar. Atau dengan kata lain media adalah perantara atau pengantar

10

pesan dari pengirim pesan kepada penerima pesan. Menurut Fathurrohman

(2007) media merupakan medium yang digunakan untuk

membawa/menyampaikan suatu pesan, dimana medium ini merupakan

jalan atau alat dengan suatu pesan berjalan antara komunikator dengan

komunikan. Selain itu juga media pengajaran dapat diartikan sebagai

segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan atau isi

pelajaran, merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemampuan siswa

sehingga dapat mendorong proses belajar mengajar. Media apabila di

pahami secara garis besar adalah manusia, materi atau kejadian yang

membangun suatu kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh

pengetahuan, keterampilan atau sikap. Sehingga media dapat juga

diartikan alat yang digunakan untuk menyalurkan pesan atau informasi

dari pengirim kepada penerima pesan. Media pembelajaran dapat

memungkinkan terwujudnya hubungan langsung antara karya seseorang

pengembang mata pelajaran dengan para siswa. Secara umum wajarlah

bila peranan seorang guru yang menggunakan media pembelajaran sangat

berbeda dari peranan seorang guru biasa. Sedangkan menurut Gagne

(dalam Arsyad,1996) menyatakan bahwa media adalah berbagai jenis

komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk

belajar.

Manfaat media pengajaran tidak dilihat atau dinilai dari segi

kecanggihan medianya, tetapi yang lebih penting adalah fungsi dan

peranannya dalam membantu mempertinggi proses pengajaran. Oleh sebab

11

itu, penggunaan media pengajaran sangat bergantung kepada tujuan

pengajaran, bahan pengajaran, kemudahan memperoleh media yang

diperlukan, serta kemampuan guru dalam menggunakannya dalam proses

pengajaran. Bentuk-bentuk media pembelajaran digunakan untuk

meningkatkan pengalaman belajar agar menjadi lebih konkrit.

Pembelajaran dengan menggunakan media pembelajaran tidak hanya

sekedar menggunakan kata-kata (symbol verbal). Dengan demikian dapat

kita harapkan hasil pengalaman belajar lebih berarti bagi siswa.

Menurut Nana Sudjana (2009) ada beberapa kriteria yang harus

diperhatikan dalam memilih media untuk kepentingan pengajaran antara

lain sebagai berikut:

a) Ketepatannya dengan tujuan pengajaran artinya media pengajaran

dipilih atas dasar tujuan-tujuan instruksional yang telah ditetapkan.

b) Dukungan terhadap isi bahan pelajaran artinya bahan pelajaran yang

sifatnya fakta, prinsip, konsep, dan generalisasi sangat memerlukan

bantuan media agar lebih mudah dipahami siswa.

c) Kemudahan memperoleh media.

d) Keterampilan guru dalam menggunakannya.

e) Tersedia waktu untuk menggunakannya sehingga media tersebut dapat

bermanfaat bagi siswa selama pengajaran berlangsung.

f) Sesuai dengan taraf berfikir siswa.

Menurut Soeharto (2003) Guru harus terampil untuk menggunakan

atau memanfaatkan alat bantu pengajaran (media pengajaran) sehingga

12

para calon guru diwajibkan mempelajari alat-alat pengajaran atau alat

peraga atau media pendidikan. Media yang digunakan mulai dari yang

sederhana sampai dengan yang rumit harus disesuaikan dengan tujuan

pembelajaran yang akan dicapai dan situasi kondisi lingkungan. Guru

dapat memanfaatkan salah satu atau lebih media untuk mencapai tujuan

pembelajaran tersebut.

Dalam proses belajar mengajar, fungsi media menurut Nana

Sudjana (2009) yakni:

a) Penggunaan media dalam proses belajar mengajar bukan merupakan

fungsi tambahan, tetapi mempunyai fungsi sendiri sebagai alat bantu

untuk mewujudkan situasi belajar mengajar yang efektif.

b) Penggunaan media pengajaran merupakan bagian yang integral dari

keseluruhan situasi mengajar. Ini berarti bahwa media pengajaran

merupakan salah satu unsur yang harus dikembangkan oleh guru.

c) Penggunaan media dalam pengajaran bukan semata-mata sebagai alat

hiburan yang digunakan hanya sekedar melengkapi proses belajar

supaya lebih menarik perhatian siswa.

d) Penggunaan media dalam pengajaran lebih diutamakan untuk

mempercepat proses belajar mengajar dan membantu siswa dalam

menangkap pengertian yang diberikan guru.

e) Penggunaan media dalam pengajaran diutamakan untuk mempertinggi

mutu belajar mengajar.

13

Ketika fungsi-fungsi media pengajaran itu diaplikasikan dalam

proses belajar mengajar, maka terlihat peranannya sebagai berikut:

a) Media yang digunakan guru sebagai penjelas dari keterangan terhadap

suatu bahan yang guru sampaikan.

b) Media dapat memunculkan permasalahan untuk dikaji lebih lanjut dan

dipecahkan oleh para siswa dalam proses pembelajaran. Paling tidak

guru dapat memperoleh media sebagai sumber pertanyaan atau

stimulasi belajar siswa.

c) Media sebagai sumber belajar bagi siswa. Media sebagai bahan konkrit

berisikan bahan-bahan yang harus dipelajari para siswa, baik

individual maupun kelompok. Kekonkritan sifat media akan banyak

membantu tugas guru dalam kegiatan belajar mengajar.

Lebih lanjut fungsi penggunaan media dalam proses pembelajaran

antara lain:

a) Menarik perhatian siswa.

b) Membantu untuk mempercepat pemahaman dalam proses

pembelajaran.

c) Memperjelas penyajian pesan agar tidak bersifat verbalistis (dalam

bentuk kata-kata tertulis atau lisan).

d) Mengatasi keterbatasan ruang.

e) Pembelajaran lebih komunikatif dan produktif.

f) Waktu pembelajaran bisa dikondisikan.

g) Menghilangkan kebosanan siswa dalam belajar.

14

h) Meningkatkan motivasi siswa dalam mempelajari

sesuatu/menimbulkan gairah belajar.

i) Melayani gaya belajar siswa yang beraneka ragam.

j) Meningkatkan kadar keaktifan/keterlibatan siswa dalam kegiatan

pembelajaran.

Peranan media dalam proses pengajaran menurut Sudjana (2009)

dapat ditempatkan sebagai:

a) Alat untuk memperjelas bahan pengajaran pada saat guru

menyampaikan pelajaran.

b) Alat untuk mengangkat atau menimbulkan persoalan untuk dikaji lebih

lanjut dan dipecahkan oleh para siswa dalam proses belajarnya.

c) Sumber belajar bagi siswa, artinya media tersebut berisikan bahan-

bahan yang harus dipelajari para siswa baik individual maupun

kelompok.

Menurut Gagne dan Briggs (dalam Arsyad, 1996) secara implisit

mengatakan bahwa media pembelajaran meliputi alat yang secara fisik

digunakan untuk menyampaikan isi materi pengajaran, yang terdiri dari

antara lain buku, tape recorder, kaset, video camera, film, slide (gambar

bingkai), foto, gambar, grafik, televisi dan komputer. Dengan kata lain

media adalah komponen sumber belajar atau wahana fisik yang

mengandung materi instruksional dilingkungan siswa yang dapat

merangsang siswa untuk belajar.

15

Untuk mengembangkan daya serap siswa perlu dikembangkan

strategi yang mantap agar siswa tertarik untuk belajar. Penggunaan media

pengajaran erat kaitannya dengan tahap berfikir siswa sebab melalui media

pengajaran hal-hal yang abstrak dapat dikonkritkan dan hal-hal yang

kompleks dapat disederhanakan. Media pengajaran dapat mempertinggi

proses belajar siswa dalam pengajaran yang pada gilirannya diharapkan

dapat mempertinggi hasil belajar yang dicapainya (Sudjana, 2009).

3. Paralel Puzzle

Menurut Ahmad Rohani (1997) permainan (game) digunakan

untuk menyampaikan informasi kepada peserta didik dengan

menggunakan simbol-simbol atau alat-alat komunikasi lainnya. Setiap

permainan memiliki empat kelompok komponen utama, yaitu: adanya

pemain, lingkungan dimana pemain berinteraksi, aturan main, dan tujuan-

tujuan tertentu yang ingin dicapai.

Permainan dalam bentuk puzzle ini adalah sebuah permainan

konstruksi melalui kegiatan mamasang atau menjodohkan kotak-kotak,

atau bangun-bangun tertentu sehingga akhirnya membentuk sebuah pola

tertentu. Apabila kotak atau bangun tersebut dimuati dengan konsep-

konsep IPA maka untuk memasangkannya diperlukan pengetahuan

tentang IPA itu, maka puzzle tersebut menjadi salah satu media

pembelajaran yang inovatif dan berbasis pembelajaran aktif, kreatif,

efektif, dan menyenangkan bagi siswa itu sendiri karena sesuai dengan

16

dunia mereka yaitu dunia anak-anak yang masih lekat dengan dunia

bermain.

Langkah-langkah penerapan media pembelajaran paralel puzzle adalah:

a) Memilih gambar yang sesuai dengan materi bumi dan alam semesta

yang akan diajarkan.

b) Desain gambar permukaan bumi dan alam semesta semenarik mungkin

untuk membangun pemahaman siswa mengenai konsep yang akan

diajarkan.

c) Menyiapkan pertanyaan-pertanyaan berdasarkan gambar yang sudah

didesain.

d) Membuat media pembelajaran Paralel Puzzle dengan menggunakan

bahan-bahan sederhana, seperti triplek malamin, dan gambar yang

sudah di laminating. Masing-masing set menggunakan papan triplek

melamin dengan ukuran 45 x 60 cm dan tebal 2, 78 mm, dan kertas

stiker dengan ukuran A4 (Lampiran 5).

e) Mendesain huruf-huruf abjad dengan menggunakan program microsoft

Word (Lampiran 5).

f) Membuat kata kunci untuk setiap jawaban pada setiap pertanyaan untuk

memudahkan siswa dalam mengisi jawaban yang belum terselesaikan.

g) Berikan kesempatan kepada siswa untuk menyelesaikan jawaban dari

setiap pertanyaan berdasarkan ketepatan jawaban dengan cara tidak

mengomentari jawaban siswa dengan tujuan siswa bisa menemukan

sendiri jawaban yang sebenarnya melalui pemahamannya.

17

Contoh:

Profil Permainan Paralel Puzzle

BUMI dan ALAM SEMESTA

1. B U K I T

2. D A R A T A N

3. G L O B E

4. L A U T A N

5. T I D A K R A T A

SOAL :

1. 1. Daerah permukaan yang menjulang, tetapi ketinggiannya lebih rendah daripada gunung.....

2. Bukit, lebah, gunung dan pegunungan termasuk.....3. Tiruan bumi disebut.....4. Laut yang sangat luas dan dalam disebut....5. Bentuk permukaan bumi adalah.....

4. Prestasi Belajar

Semua usaha atau kegiatan yang telah dilakukan perlu diadakan

penilaian untuk mengetahui sejauh mana tingkat keberhasilan yang dicapai

sehingga dapat diketahui apakah tujuan kegiatan tersebut telah tercapai

atau belum. Tingkat keberhasilan yang dicapai dari suatu kegiatan ini

disebut dengan istilah prestasi belajar yang merupakan suatu proses yang

rumit karena tidak sekedar menyerap informasi dari guru tetapi melibatkan

berbagai kegiatan terutama bila diinginkan hasil yang baik. Setiap kegiatan

18

belajar akan menghasilkan perubahan pada siswa yang tampak dalam

tingkah laku atau prestasi siswa. Keberhasilan proses belajar mengajar

dapat dilihat dari prestasi belajar yang dicapai setelah proses belajar

mengajar tersebut sudah berlangsung.

Menurut Djamarah (2007) prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan

yang telah dikerjakan, diciptakan, baik secara individual maupun

kelompok. Sedangkan belajar adalah suatu aktivitas yang dilakukan secara

sadar untuk mendapatkan sejumlah kesan dari bahan yang telah dipelajari.

Dengan demikian, prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh berupa

kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan dalam diri individual sebagai

hasil aktivitas dalam belajar. Prestasi belajar ditandai dengan perubahan

tingkah laku pada siswa setelah mengikuti kegiatan proses belajar

mengajar berlangsung yang berupa nilai atau angka. Sedangkan

Nurkencana (1990) mengatakan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang

dicapai oleh individu setelah individu yang bersangkutan mengalami suatu

proses belajar atau diajar pengetahuan tertentu.

Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk

memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan

sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungan

(Djamarah, 2007). Sejalan dengan itu Hamalik (1999) menegaskan belajar

dapat diartikan suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui

interaksi dengan lingkungannya. Sedangkan hasil belajar yang

19

dikemukakan oleh Arsyad (1996) adalah suatu proses yang kompleks yang

terjadi karena adanya interaksi antara seseorang dengan lingkungannya.

Dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar merupakan hasil

perbuatan belajar seseorang yang dinyatakan dalam bentuk angka

(kuantitatif) maupun pernyataan (kualitatif) melalui proses pengukuran

terhadap tingkah laku yang dihasilkan dari proses belajar mengajar.

Menurut Slameto (dalam Djamarah, 2007) secara umum prestasi

belajar dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor internal dan eksternal.

Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri siswa seperti

sikap, motivasi, konsentrasi, rasa percaya diri, kemampuan mengolah

bahan belajar, intelegensi, kebiasaan belajar, dan cita-cita. Faktor eksternal

adalah faktor yang berasal dari luar diri siswa seperti kualitas guru, sarana

dan prasarana, kebijakan penelitian, lingkungan sosial, dan kurikulum.

Keberadaan faktor-faktor tersebut baik secara mandiri maupun bersama-

sama akan mempengaruhi hasil belajar. Hasil belajar berupa perubahan

perilaku, baik yang menyangkut kognitif, psikomotorik, maupun afektif.

WJS. Poerwadarminta (dalam Djamarah, 2007) berpendapat,

bahwa prestasi adalah hasil yang telah dicapai (dilakukan, dikerjakan, dan

sebagainya). Sedangkan menurut Mas’ud Khasan Abdul Qohar (dalam

Pupuh Fathurrohman) prestasi adalah apa yang telah dapat diciptakan,

hasil pekerjaan, hasil yang menyenangkan hati yang diperoleh dengan

jalan keuletan kerja. Sementara Nasrun Harahap dan kawan-kawan,

(dalam Oemar Hamalik) memberi batasan, bahwa prestasi adalah penilaian

20

pendidikan tentang perkembangan dan kemajuan murid yang berkenaan

dengan penguasaaan bahan pelajaran yang disajikan kepada mereka serta

nilai-nilai yang terdapat dalam kurikulum.

Sedangkan belajar adalah suatu aktivitas yang sadar untuk

mendapatkan sejumlah kesan dari bahan yang telah dipelajari. Hasil dari

aktivitas belajar terjadilah perubahan dalam diri individu. Dengan

demikian, belajar dikatakan berhasil apabila terjadi perubahan dalam diri

individu. Sebaliknya, bila tidak terjadi perubahan dalam diri individu,

maka belajar dikatakan tidak berhasil. Jadi belajar sebagai rangkaian

kegiatan jiwa-raga, psikofisik menuju ke perkembangan pribadi manusia

seutuhnya, yang menyangkut unsur cipta, rasa dan karsa, ranah kognitif,

afektif dan psikomotorik. Sebagai hasil dari aktivitas belajar ini akan dapat

dilihat dari perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman.

Pengalaman inilah nantinya yang akan membentuk pribadi individu ke

arah kedewasaan. Hal ini telah dikemukakan oleh Cronbach dengan

pendapatnya, bahwa learning is show by change behavior as a result of

experience.

Dalam belajar, motivasi memegang peranan penting. Motivasi

adalah sebagai pendorong siswa dalam belajar. Intensitas belajar siswa

sudah barang tentu dipengaruhi oleh motivasi. Siswa yang ingin

mengetahui sesuatu dari apa yang dipelajarinya adalah sebagai tujuan yang

ingin siswa capai selama belajar. Karena siswa mempunyai tujuan ingin

21

mengetahui sesuatu itulah akhirnya siswa terdorong untuk

mempelajarinya.

Oleh karena itu, motivasi tidak bisa dipisahkan dari aktivitas

belajar siswa. Siswa tidak akan mempelajari sesuatu bila hal itu tidak

menyentuh kebutuhannya. Kebutuhan dan motivasi adalah dua hal yang

saling berhubungan. Sebab manusia hidup pada dasarnya tidak terlepas

dari berbagai kebutuhan. Kebutuhan itulah nantinya mendorong manusia

untuk senantiasa berbuat dan mencari sesuatu. Manusia hidup memiliki

kebutuhan-kebutuhan, yakni kebutuhan untuk berbuat suatu aktivitas,

kebutuhan untuk menyenangkan orang lain, kebutuhan untuk mencapai

hasil, dan kebutuhan untuk mengatasi kesulitan.

B. Kerangka Berfikir

Beberapa komponen penting dalam proses belajar mengajar terdiri

dari pendekatan dan media apa yang digunakan dalam pembelajaran dan

materi pelajaran. Proses belajar mengajar akan berhasil dengan baik

manakala terdapat kesesuaian antara media mengajar dengan materi yang

dibahas. Demikian halnya dalam pengajaran IPA secara lebih khusus

mempertimbangkan kedua unsur tersebut.

Konsep dan prinsip IPA sangatlah abstrak. Salah satu cara yang bisa

dikembangkan oleh guru di tingkat dasar pengajarannya seharusnya

berhubungan dengan benda nyata atau kejadian nyata yang dapat diterima

oleh akal mereka. Hal ini didukung oleh Jean Piaget yang mengatakan bahwa

22

taraf berfikir anak seusia SD adalah masih operasional konkrit. Ini berarti

untuk memahami suatu konsep siswa masih harus diberikan kegiatan yang

berhubungan dengan benda nyata atau kejadian nyata yang dapat diterima

akal mereka.

Bumi dan Alam Semesta adalah bagian khusus dari mata pelajaran

IPA yang membicarakan bentuk bumi dan bagian-bagian daratan dan lautan

dan juga cuaca. Hal ini menunjukkan bahwa materi pokok bumi dan alam

semesta sangat dekat dengan kehidupan nyata siswa, selalu dijumpai dalam

lingkungan siswa itu sendiri.

Melalui pembelajaran dengan media pembelajaran paralel puzzle ini,

diharapkan dapat menumbuhkan minat siswa dan mengajak siswa untuk

berperan aktif dan melibatkan segenap kemampuan yang dimiliki siswa

sehingga pemahaman tentang suatu konsep dapat diterima dengan baik.

Dengan konsep ini, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi

siswa. Proses pembelajaran berlangsung alamiah dan bentuk kegiatan siswa

belajar yaitu mengalami bukan transfer pengetahuan dari guru.

C. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berfikir di atas maka

hipotesis tindakan penelitian ini adalah:

1. Jika media pembelajaran paralel puzzle pada pokok bahasan bumi dan

alam semesta diterapkan secara optimal, maka prestasi belajar siswa pada

23

mata pelajaran IPA siswa semester II kelas III SDN 48 Cakranegara

dapat ditingkatkan.

2. Bahwa terdapat perbedaan yang signifikan tentang prestasi belajar pada

pokok bahasan bumi dan alam semesta mata pelajaran IPA antara

sebelum diterapkan media parallel puzzle dengan setelah diterapkan

media parallel puzlle pada siswa semester II kelas III SDN 48

Cakranegara tahun pelajaran 2009/2010.

24

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Penelitian ini termasuk kedalam Penelitian Tindakan Kelas

(Classroom Action Research) yaitu penelitian yang dilakukan oleh guru di

dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk

memperbaiki kinerja sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi

meningkat (Wardani, 2007).

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian Tindakan Kelas

Penelitian ini dilaksanakan di kelas III SDN 48 Cakranegara tahun

pelajaran 2009/2010.

2. Waktu Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas

Penelitian ini dilaksanakan mulai tanggal 5 Mei 2010 sampai dengan 15

Mei 2010 yang dilakukan di semester II kelas III SDN 48 Cakranegara.

C. Subyek dan Obyek Penelitian

Subyek dalam penelitian ini adalah siswa semester II kelas III SDN 48

Cakranegara tahun ajaran 2009/2010 yang berjumlah 29 orang siswa yang

terdiri dari 12 orang siswa laki-laki dan 17 orang siswa perempuan

25

Obyek penelitian ini adalah meningkatkan prestasi belajar dengan

penerapan media pembelajran Paralel Puzzle pada mata pelajaran IPA pokok

Bahasan Bumi Dan Alam Semesta.

D. Indikator ketercapaian

Indikator ketercapaian dalam penelitian tindakan kelas ini adalah:

1. Aktivitas belajar siswa dikatakan telah meningkat apabila kriteria aktivitas

belajar siswa berkategori aktif dan rata-rata skor aktivitas belajar siswa

mengalami peningkatan pada tiap siklusnya.

2. Prestasi belajar siswa dikatakan meningkat apabila memenuhi kriteria

ketuntasan minimal (KKM) paling sedikit 85% siswa yang mengikuti tes

memperoleh nilai minimal 65.

3. Adanya peningkatan prestasi belajar yang meyakinkan antara sesudah dan

sebelum penerapan media pembelajaran paralel puzzle pada pokok

bahasan bumi dan alam semesta mata pelajaran IPA siswa semester II

kelas III SDN 48 Cakranegara tahun pelajaran 2009/2010.

B. Prosedur Penelitian

Menurut Wardani, dkk. (2007) tahapan dalam tiap siklusnya adalah

tahap perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan evaluasi, serta

refleksi di akhir tindakan.

a. Tahap Perencanaan Tindakan

Dalam tahap perencanaan dilakukan kegiatan sebagai berikut :

26

1. Menyusun skenario pembelajaran (rencana pembelajaran) sesuai

dengan pokok bahasan tujuan yang akan dicapai.

2. Mengidentifikasi kemampuan siswa sebagai bahan pertimbangan

dalam membentuk kelompok diskusi.

3. Membuat media pembelajaran.

4. Menyiapkan lembar observasi, untuk melihat bagaimana kegiatan guru

dan siswa selama proses belajar mengajar.

5. Membuat lembar kerja siswa (LKS) sebagai alat evaluasi materi

pelajaran.

b. Tahap Pelaksanaan Tindakan

Pada tahap ini, skenario pembelajaran siklus 1 akan

diterapkan, serta dilakukan pengamatan sesuai dengan lembar

observasi yang telah dipersiapkan. Secara garis besar tahap

pelaksanaan tindakan ditinjau dari penerapan media pembelajaran

pada siklus I dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Kegiatan awal

a. Tujuan pembelajaran.

b. Memberikan apersepsi/pengetahuan awal.

c. Memberikan motivasi.

2. Kegiatan inti

a. Mengarahkan siswa duduk sesuai kelompok yang telah

dibentuk.

27

b. Memberikan tes awal untuk mengetahui sejauh mana

pemahaman awal siswa.

c. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.

d. Guru menyampaikan materi pembelajaran dan mengaitkan

materi pelajaran dengan situasi dunia nyata (bentuk permukaan

bumi).

e. Guru membagikan media pembelajaran (paralel puzzle)

sebagai Lembar Kerja Siswa (LKS) kepada masing-masing

kelompok.

f. Guru memberikan pengarahan atau petunjuk mengenai aturan

media pembelajaran paralel puzzle tersebut yang sebagai

Lembar Kerja Siswa (LKS) kepada siswa.

g. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk berdiskusi

dengan anggota kelompoknya dalam mengerjakan Lembar

Kesja Siswa (LKS).

h. Membimbing siswa dalam kegiatan diskusi kelompok.

i. Meminta perwakilan dari masing-masing kelompok untuk

membacakan hasil Lembar Kerja Siswa (LKS) yang sudah di

diskusikan.

j. Memberikan penghargaan atau reward kepada siswa sesuai

dengan ketepatan jawabannya dalam menjawab pertanyaan dan

kecepatannya dalam menyelesaikan soal yang diberikan.

28

3. Penutup

a. Menyimpulkan materi yang telah dipelajari bersama siswa.

b. Menginformasikan materi yang akan dipelajari pada pertemuan

berikutnya.

c. Tahap Observasi dan Evaluasi

Tujuan observasi dan evaluasi adalah untuk memperoleh data

yang akan digunakan pada tahap selanjutnya (Refleksi). Observasi

dilakukan untuk memperoleh data tentang aktivitas belajar siswa dan

aktivitas belajar guru sedangkan evaluasi untuk memperoleh data hasil

belajar siswa. Observasi dilakukan pada waktu tindakan barjalan. Di

dalam observasi peneliti melakukan pengamatan dan mencatat semua

hal yang diperlukan dan terjadi selama pelaksanaan tindakan

berlangsung. Pengumpulan data ini dengan menggunakan lembar

observasi yang telah disusun, termasuk juga pengamatan secara

cermat pelaksanaan skenario tindakan dari waktu ke waktu serta

dampaknya terhadap proses dan hasil belajar siswa.

Evaluasi hasil belajar siswa dilakukan disetiap siklusnya

dengan memberikan tes hasil belajar berbentuk pilihan ganda, yang

dilaksanakan dalam waktu 2x35 menit.

d. Tahap Refleksi

Refleksi dilakukan berdasarkan hasil observasi terhadap

perilaku siswa dan guru setiap akhir pertemuan pada tiap siklus. Pada

tahap ini, peneliti bersama guru mengkaji pelaksanaan dan hasil belajar

29

yang diperoleh berdasarkan hasil observasi kegiatan guru dan siswa.

Dari hasil observasi dan evaluasi peneliti bersama guru

mengidentifikasi kekurangan selama proses pembelajaran, selanjutnya

dilakukan kegiatan-kegiatan perbaikan untuk pelaksanaan proses

pembelajaran pada siklus berikutnya.

Adapun kekurangan yang dialami pada siklus I adalah:

1. Kesiapan siswa dalam pembelajaran masih kurang karena ada

siswa yang tidak menyiapkan dengan baik kelengkapan belajarnya.

2. Keaktifan siswa dalam kelompoknya cukup rendah pada saat

presentasi dan menyimpulkan hasil diskusi kelompoknya.

3. Guru kurang memantau kegiatan siswa yang pasif dalam

kelompoknya masing-masing.

Berdasarkan observasi yang sudah dilakukan terdapat beberapa

kekurangan selama proses pembelajaran berlangsung, maka dilakukan

perbaikan untuk pelaksanaan proses pembelajaran pada siklus

berikutnya. Perbaikan-perbaikan yang dilakukan untuk siklus

selanjutnya adalah:

1. Guru menghimbau agar malam sebelum berangkat ke sekolah

siswa menyiapkan kelengkapan belajarnya.

2. Guru senantiasa memotivasi siswa agar tidak malu dalam

mengungkapkan pendapat atau pertanyaan kepada guru mengenai

hal-hal yang belum dipahaminya serta memuji setiap kerja yang

dilakukan oleh siswa.

30

3. Guru menghimbau siswa untuk bekerja sama dengan kelompoknya

sehingga akan lebih mudah dalam menemukan konsep.

4. Guru mendekati siswa yang pasif dan menanyakan kesulitan yang

dialaminya, sehingga siswa merasa dihargai dan menjadi aktif.

C. Instrumen Penelitian

a. Pedoman Observasi

Pedoman observasi yang dilakukan peneliti digunakan untuk

mengamati seluruh kegiatan yang berlangsung baik aktivitas guru

maupun siswa, mulai dari awal pembelajaran akhir pembelajaran IPA

pokok bahasan bumi dan alam semesta. Secara lebih operasional

observasi adalah kegiatan yang ditujukan untuk mengenali, merekam dan

mendokumentasikan setiap perubahan yang terjadi baik yang timbul oleh

tindakan terencana maupun akibat sampingannya. Semua hasil observasi

tersebut dicatat dalam lembar observasi yang telah disiapkan.

Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam

penelitian ini adalah:

1. Lembar Observasi Aktivitas Siswa

Untuk mengetahui aktivitas belajar siswa selama proses belajar

mengajar digunakan lembar observasi yang masing-masing memuat

beberapa indikator. Adapun indikator aktivitas belajar siswa yang

akan diamati antara lain :

1) Antusiasme siswa dalam mengikuti pembelajaran

31

a) Siswa memperhatikan pelajaran dengan seksama selama proses

belajar mengajar berlangsung.

b) Siswa tidak mengerjakan pelajaran lain.

c) Siswa mampu merespon pertanyaan guru.

d) Siswa tidak terpengaruh dengan situasi diluar kelas selama

pelajaran berlangsung.

2) Interaksi siswa dengan guru

a) Siswa mengajukan pertanyaan apabila belum mengerti dengan

tugas yang diberikan.

b) Siswa berusaha menjawab dengan benar pertanyaan guru.

c) Siswa memperhatikan penjelasan guru.

d) Siswa mengemukakan pendapatnya pada guru.

3) Interaksi siswa dengan siswa

a) Siswa berusaha bertanya pada temannya yang lebih mampu.

b) Siswa menjawab pertanyaan temannya.

c) Siswa mencoba memperbaiki jawaban temannya yang salah

dalam mengerjakan soal latihan.

d) Siswa memperhatikan penjelasan temannya.

4) Aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran

a) Siswa mengacungkan tangan untuk menjawab pertanyaan yang

diajukan guru.

32

b) Siswa aktif dalam menyesuaikan jawaban yang diberikan guru

dengan pertanyaan yang telah diajukan oleh siswa berdasarkan

pengetahuan awal yang dimilikinya.

c) Siswa mencatat penjelasan yang dianggap perlu dari guru atau

siswa lain.

d) Siswa aktif melaksanakan kegiatan pembelajaran sampai

selesai.

5) Aktivitas siswa dalam kerja kelompok

a) Masing-masing mencoba mengemukakan pendapatnya dalam

kelompoknya dalam mengerjakan tugas.

b) Siswa mencoba menanggapi pendapat dari temannya.

c) Siswa berusaha membantu temannya untuk memahami bahan

diskusi.

d) Siswa saling bertukar pikiran dalam diskusi.

6) Kerjasama siswa dalam kelompok

a) Adanya pembagian tugas dalam kelompok.

b) Mengerjakan tugas kelompok dengan baik.

c) Mengerjakan tugas dalam kelompoknya dengan baik.

d) Saling membantu antar siswa dalam kelompok.

7) Partisipasi siswa dalam kelompok

a) Siswa mengacungkan tangan untuk menyimpulkan hasil

belajar.

33

b) Siswa mencatat ringkasan/rangkuman yang diberikan oleh

guru.

c) Siswa berusaha memperbaiki dan menambah kesimpulan dari

temannya.

d) Siswa mampu menyimpulkan hasil belajar.

Adapun bentuk instrumen yang akan dibuat adalah berbentuk

Reating Skill skala 4 dengan tehnik penskoran (pengukurannya)

sebagai berikut:

Skor 4 diberikan jika ≥75 % siswa melakukan deskriptor yang

diamati

Skor 3 diberikan jika hanya 50% sampai dengan 74% siswa

melakukan deskriptor yang diamati

Skor 2 diberikan jika hanya 26 % sampai dengan 49% siswa

melakukan deskriptor yang di amati.

Skor 1 diberikan jika ≤25 % siswa melakukan deskriptor yang di

amati.

2. Lembar Observasi Aktivitas Siswa

Untuk mengetahui aktivitas mengajar guru dalam proses belajar

mengajar digunakan lembar observasi yang masing-masing memuat

beberapa indikator. Adapun indikator aktivitas mengajar guru yang

akan diamati antara lain :

1) Membangkitkan minat dan motivasi siswa dalam belajar

a) Menyampaikan tujuan pembelajaran.

34

b) Mengecek kesiapan siswa.

c) Memberikan motivasi kepada siswa dalam pembelajaran.

2) Pemberian apersepsi kepada siswa

a) Mengajukan pertanyaan untuk menguji pemahaman

sebelumnya.

b) Mengaitkan materi yang akan dibahas dengan materi yang

sebelumnya.

c) Menyampaikan kembali beberapa konsep yang belum dikuasai

siswa.

3) Penyampaian materi kepada siswa

a) Menyampaikan materi sesuai dengan tujuan pembelajaran.

b) Melaksanakan kegiatan belajar mengajar sesuai dengan scenario

pembelajaran.

c) Memberikan penguatan kepada siswa.

4) Membimbing siswa dalam kegiatan pembelajaran

a) Memberikan kesempatan pada siswa untuk mengemukakan

pendapatnya.

b) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya.

c) Memberikan pertanyaan yang sesuai dengan materi yang

diajarkan.

5) Kemampuan menciptakan suasana kelas yang kondusif

a) Guru mengendalikan kondisi yang dapat mengganggu proses

belajar mengajar.

35

b) Menciptakan kondisi belajar yang menyenangkan.

c) Mengawasi kegiatan pembelajaran.

6) Mengakhiri pembelajaran

a) Memberikan pertanyaan untuk menarik kesimpulan materi yang

telah dipelajari.

b) Meminta siswa untuk membuat kesimpulan dengan bahasa

sendiri.

c) Meminta siswa untuk memperbaiki / menambah kesimpulan

yang kurang sempurna.

Adapun bentuk instrumen yang akan dibuat adalah berbentuk

Reating Skill skala 4 dengan tehnik penskoran (pengukurannya)

sebagai berikut:

Skor 4 diberikan jika deskriptornya muncul semua

Skor 3 diberikan jika guru deskriptornya 2 atau 3 yang muncul

Skor 2 diberikan jika guru deskriptornya 1 atau 2 yang muncul

Skor 1 diberikan jika deskriptornya tidak ada yang muncul

b. Tes

Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan yang digunakan

untuk mengukur kemampuan siswa. Tes yang digunakan untuk

mengetahui kemampuan siswa dalam memahami pokok bahasan bumi

dan alam semesta adalah tes tertulis. Tes tertulis bertujuan untuk

mengetahui sejauh mana tingkat pemahaman siswa mengenai bumi dan

alam semesta. Dalam penelitian ini digunakan tes obyektif dalam bentuk

36

pilihan ganda yang terdiri dari 10 item dengan bobot yang sama. Untuk

tesobyektif pilihan ganda siklus I bobot penskorannya adalah:

1. Untuk tes obyektif (pilihan ganda) siklus I penskorannya adalah:

- Dari item soal nomor 1 sampai dengan 10 diberikan bobot 1

(benar) dan 0 (salah)

2. Untuk bobot penskoran siklus II sama halnya dengan siklus I.

D. Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah:

a. Sumber Data

Sumber data penelitian ini berasal dari siswa dan guru di kelas III SDN 48

Cakranegara tahun pelajaran 2009/2010.

b. Jenis Data

Jenis data dari penelitian ini adalah data kualitatif dan kuantitatif yang

terdiri dari:

1) Data hasil observasi aktivitas belajar siswa

2) Data hasil evaluasi belajar siswa

3) Data hasil observasi aktivitas guru.

E. Analisis Data

Data yang diperoleh dari hasil penelitian ini dianalisis dengan cara

sebagai berikut:

37

1. Data Prestasi Belajar Siswa

Indikator keberhasilan penelitian tindakan kelas ini adalah

terjadinya peningkatan prestasi belajar siswa dari siklus ke siklus dan

tercapainya KKM yang ditetapkan SDN 48 Cakranegara yaitu 65 untuk

mata pelajaran IPA. Untuk menentukan ketuntasan belajar klasikal dapat

dihitung dengan rumus:

KB = × 100%

(Nurkencana, 1990)

Keterangan:

KB = ketuntasan belajar

= banyak siswa yang memperoleh nilai ≥ 65

n = banyak siswa yang mengikuti tes.

2. Data Aktivitas Siswa

Untuk menganalisis aktifitas siswa, maka dapat dirumuskan dengan cara:

Keterangan:

NA = Nilai Akhir

SA =Skor Aktual

SMi = Skor Maksimal ideal

38

Kategori penilian

Rumus yang digunakan yaitu:

Mi = X (Smak I – Smin i)

Mi = X (100 - 0)

= X 100

= 50

SDi = X (Smak I – Smin i)

SDi = X (100) = 16,66 bulatkan menjadi 17

Tabel 3.1Pedoman Untuk Menentukan Kriteria

Aktivitas Belajar SiswaNo. Interval Skor Kriteria1 80% X ≤ 100% 4 Sangat aktif2 65% X ≤ 79% 3 Aktif3 51% X ≤ 64% 2 Cukup aktif4 25% X ≤ 50% 1 Kurang aktif

3. Data aktivitas guru

Pedoman kriteria penilaian aktivitas guru hampir sama dengan

kriteria penilaian aktivitas siswa lihat (tabel 3.1) hanya diganti kategoti

aktif menjadi baik, sebagai berikut:

Nilai 84-100 = sangat baik Nilai 16-32 = kurang baik

39

Nilai 67-83 = baik Nilai ≤15 = sangat kurang baik

Nilai 33-66 = cukup baik

Tabel 3.2Pedoman Untuk Menentukan Kriteria

Aktivitas Siswa dan GuruInterval Nilai Kriteria

≥ Mi + 2 SDi 84-100 Sangat Baik Mi + 1 SDi s/d < MI + 2 SDi 67-83 Baik Mi - 1 SDi s/d < Mi + 1 SDi 33-66 Cukup Baik Mi – 2 SDi s/d < Mi – 1 SDi 16-32 Kurang Baik

4. T-test

Untuk memperoleh signifikansi peningkatan kemampuan siswa

berdasarkan hasil evaluasi siswa dilakukan dengan t-test dengan rumus

sebagai berikut:

(Sutrisno hadi, 2000)

Keterangan :

Mk = Skor rata-rata kelas kontrol

Me = Skor rata-rata kelas eksperimen

SD = Standar deviasi variable Mk dan Me

Taraf uji yang digunakan adalah 95% atau taraf kekeliruan 5% dan 1%

dengan taraf uji 99%

40

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data

Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilaksanakan dalam

2 siklus. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana peningkatan

prestasi belajar IPA siswa semester II kelas III SDN 48 Cakranegara pada

pokok bahasan bumi dan alam semesta melalui penerapan media

pembelajaran paralel puzzle. Subyek penelitiannya adalah siswa semester II

kelas III SDN 48 Cakranegara tahun pelajaran 2009/2010 yang berjumlah 29

siswa.

Pada penelitian ini, data tentang prestasi belajar siswa melalui

penerapan media pembelajaran paralel puzzle diperoleh dari hasil evaluasi

yang dilaksanakan pada tiap akhir siklus. Adapun hasil tiap siklus yang

dilaksanakan sebagai berikut.

1. Siklus I

Pelaksanaan penelitian pada siklus I diadakan selama 2 kali

pertemuan. Proses belajar mengajar pada siklus I berlangsung selama 1

kali pertemuan yang dilaksanakan dalam waktu 2 x 35 menit. Sedangkan

evaluasi siklus I dilaksanakan pada pertemuan kedua 35 menit, dengan

soal berbentuk pilihan ganda sebanyak 10 soal. Materi yang dibahas pada

siklus I yaitu penampakan permukaan bumi. (Lampiran 5)

41

Tahap yang dilakukan pada siklus I sebagai berikut:

a. Perencanaan

Kegiatan yang dilakukan antara lain:

1) Membuat Skenario Pembelajaran siklus I. (Lampiran 6)

2) Membagi kelompok menjadi 6 dimana tiap kelompok beranggotakan

5 orang. (lampiran 7)

3) Menyiapkan LKS dengan soal latihan siklus I yang berjumlah 5 soal.

(Lampiran 1)

4) Menyiapkan lembar observasi kegiatan siswa dan guru pada siklus I.

(Lampiran 8 dan 9)

5) Menyusun soal evaluasi siklus I.

b. Pelaksanaan Tindakan.

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini yaitu melaksanakan

pembelajaran dikelas sesuai dengan skenario pembelajaran yang sudah

dibuat dengan langkah sebagai berikut:

1) Pendahuluan

Pada awal kegiatan pembelajaran guru menyampaikan materi

yang akan diajarkan kepada siswa, setelah itu guru mengenalkan

kepada siswa tentang media pembelajaran yang akan digunakan dan

menjelaskan aturan permainan media pembelajaran paralel puzzle,

kemudian guru meminta siswa menyebutkan contoh soal yang

berkaitan dengan materi yang sudah dipelajari seperti media

42

pembelajaran yang digunakan sebelumnya. Selanjutnya, guru

membagi siswa menjadi 6 kelompok yang heterogen sesuai dengan

kemampuan siswa. Masing-masing kelompok beranggotakan 5

siswa. (Lampiran 7)

2) Penerapan

Pada tahap ini guru membagikan media tersebut kepada siswa

sebagai LKS untuk mengetahui sejauh mana penyampaian materi

dapat diterima oleh siswa pada saat pembelajaran berlangsung.

Dengan memberikan hadiah bagi siswa yang menyelesaikan soal

dengan cepat dan tepat. Selanjutnya guru bersama-sama siswa

membahas soal pada media tersebut dengan berdiskusi yang

kemudian guru memberikan penguatan atau penegasan terhadap hasil

diskusi soal tersebut. Guru memberikan siswa kesempatan untuk

bertanya apabila masih ada yang belum dimengerti pada saat materi

disampaikan.

3) Penutup

Pada tahap penutup ini, guru bersama-sama siswa

menyimpulkan materi yang sudah dipelajari dan memberikan

penguatan serta rangkuman dari seluruh kegiatan yang telah

dilakukan. Dan guru meminta siswa mempelajari materi yang akan

dipelajari berikutnya. Selain itu juga guru memberitahukan kepada

siswa tentang pelaksanaan evaluasi pada setiap akhir siklus.

43

Tabel 4.1Pembagian Materi Untuk Tiap Siklus

Siklus Pertemuan Pokok Bahasan

II Menjelaskan Kenampakan Permukaan

Bumi di Lingkungan Sekitar.II Evaluasi.

II I Menjelaskan Pengertian Awan dan Cuaca serta Hubungan Antara Keadaan Awan dan Cuaca.

II Menjelaskan Pengaruh Cuaca Bagi Kegiatan Manusia

III Evaluasi

c. Observasi dan Evaluasi

1) Observasi Aktivitas Guru

Pada saat belajar mengajar di kelas, guru melaksanakan

kegiatan pembelajaran sesuai skenario yang telah direncanakan.

Berdasarkan hasil lembar observasi aktivitas guru (lampiran 8),

terdapat beberapa kekurangan pada pelaksanaan pembelajaran siklus

I, yaitu:

a. Penguasaan kelas kurang, itu dapat diamati dari kegiatan guru

yang masih belum mengarahkan siswa yang mengalami kesulitan

belajar.

b. Karena guru tidak mengarahkan siswa yang mengalami kesulitan

jadi ada beberapa siswa yang masih tetap mengalami kesulitan

belajar.

44

2) Observasi Aktivitas Siswa

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh observer,

pada tabel 4.1 (lampiran 9) diperoleh data tentang aktivitas siswa

dalam mengikuti proses pembelajaran

Tabel. 4.2Ringkasan Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I

Indikator Skor Aktivitas Siswa

Siklus I1) Antusiasme siswa dalam mengikuti kegiatan

pembelajaran3,0

2) Interaksi siswa dengan guru 2,753) Interaksi siswa dengan siswa 3,254) Aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran 3,05) Aktivitas siswa dalam kerja kelompok 3,06) Kerjasama siswa dalam kelompok 3,07) Partisipasi siswa dalam menyimpulkan hasil belajar 2,5

Total skor aktivitas siswa 20,5Kategori aktivitas siswa Aktif

Pada tabel 4.1 terlihat bahwa rata-rata skor aktivitas belajar

siswa pada siklus I adalah 20,5 dengan kategori aktif. Hal ini

menunjukkan bahwa indikator penelitian tentang aktivitas belajar

siswa sudah tercapai.

Akan tetapi, berdasarkan pengamatan peneliti dan hasil

observasi kegiatan siswa bahwa pembelajaran pada siklus I masih

terdapat beberapa kekurangan, sebagai berikut:

45

a) Interaksi siswa dengan siswa dalam kegiatan diskusi kelompok

masih sangat kurang, diskusi masih didominasi oleh siswa yang

pintar saja.

b) Interaksi siswa dengan guru juga masih belum maksimal, siswa

masih belum berani menanyakan materi yang belum jelas kepada

gurunya.

3) Evaluasi

Evaluasi siklus I dilaksanakan dengan memberikan tes

obyektif berbentuk pilihan ganda (Multiple Choise) sebanyak 10

(sepuluh) soal (lampiran 11), selama 2 x 35 menit. Pada siklus I

jumlah siswa yang mengikuti tes sebanyak 29 siswa. Hasil evaluasi

yang diperoleh pada siklus I (lampiran 12) terlihat pada tabel 4.2

Tabel. 4.3Ringkasan Hasil Evaluasi Siklus I

No Aspek Yang Diperhatikan Keterangan1 Nilai tertinggi 82 Nilai terendah 43 Rata-rata kelas 6,934 Persentase ketuntasan 75,86%

Berdasarkan tabel diatas, terlihat bahwa nilai rata-rata kelas

adalah 6,93 dengan nilai tertinggi 8 dan nilai terendah 4 dengan

persentase ketuntasan secara klasikal yaitu 75,86%. Hasil yang

diperoleh pada siklus I belum sesuai dengan indikator kerja prestasi

belajar yang ingin dicapai, akan tetapi aktivitas siswa perlu ditingkatkan

lagi, sehingga perlu dilanjutkan lagi ke siklus II.

4) Refleksi

46

Kekurangan-kekurangan pada siklus I perlu diperbaiki pada

siklus II.

Adapun langkah-langkah perbaikan yang akan dilakukan pada

siklus II (lampiran ) antara lain:

1. Guru membagi kelompok siswa dengan heterogen dimana dalam

tiap kelompok terdapat siswa yang lebih pintar supaya dapat

membantu mengarahkan siswa untuk berdiskusi dengan teman

kelompoknya, dengan cara terus-menerus menghimbau kepada

masing-masing kelompok untuk saling bekerja sama dengan cara

mendekati tiap kelompok , dan menunjuk beberapa siswa yang

sudah mengerti supaya menjelaskan kepada temannya yang belum

mengerti sehingga kegiatan diskusi kelompok tidak didominasi

oleh siswa yang pintar saja, namun siswa dalam tiap kelompok

diharapkan dapat aktif dalam kegiatan pembelajaran

2. Guru melakukan tanya jawab mengenai materi yang sudah

dipelajari untuk mengukur sejauh mana daya serap siswa terhadap

materi yang telah disampaikan.

3. Memotivasi siswa untuk mengajukan pertanyaan jika ada materi

yang belum dipahami, dengan menunjuk beberapa siswa untuk

bertanya mengenai materi yang belum dipahami dan sebisa

mungkin guru memberikan kesempatan kepada siswa lain untuk

menjawab dan melengkapi pertanyaan dari temannya yang lain.

Sehingga siswa yang tidak aktif atau belum aktif terdorong untuk

47

bertanya dan berani mencoba menjawab pertanyaan dari temannya

yang masih belum tepat.

2. Siklus II

Pada siklus II, kegiatan penelitian dilaksanakan selama 3 (tiga) kali

pertemuan, proses pembelajaran pada siklus II dilaksanakan dalam 2 kali

pertemuan, masing-masing pertemuan dilaksanakan selama 2 x 35 menit,

sedangkan evaluasi siklus II dilaksanakan pada pertemuan ketiga selama 35

menit, dengan soal berbentuk pilihan ganda (Multiple Choise) sebanyak 10

soal. Materi yang dibahas pada siklus II yaitu :

a. Pertemuan I : Menjelaskan hubungan antara keadaan awan dan cuaca.

b. Pertemuan II : Menjelaskan pengaruh cuaca bagi kegiatan manusia.

c. Pertemuan III : Melakukan evaluasi siklus II.

Tahapan yang dilakukan pada siklus II adalah sebagai berikut :

a. Hasil Perencanaan

Adapun hasil perencanaan siklus II antara lain:

1) Skenario pembelajaran siklus II (lampiran 14 dan 15)

2) Lembar Kerja Siswa (LKS) untuk soal latihan siklus II (lampiran 2 dan

3)

3) Lembar observasi kegiatan siswa siklus II (lampiran 18 dan 19) dan

lembar observasi kegiatan guru siklus II (lampiran 16 dan 17)

4) Menyiapkan soal evaluasi siklus II

5) Susunan kelompok siswa (lampiran 5)

b. Pelaksanaan Tindakan

48

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah melaksanakan

pembelajaran sesuai dengan skenario yang telah disusun, pelaksanaan

pembelajarannya hampir sama dengan siklus I, karena proses

pembelajaran pada siklus II ini dilaksanakan berdasaran hasil refleksi

siklus I.

1. Pendahuluan

Pada tahap ini, beberapa hal yang dilakukan adalah

menyampaikan tujuan pembelajaran, meningkatkan siswa (mereview)

tentang materi yang telah dipelajari pada siklus I, serta menyampaikan

beberapa contoh yang berkaitan dengan materi yang akan dipelajari.

Selanjutnya guru menukar anggota kelompok yang kelihatan masih

belum aktif pada siklus I.

2. Tahap Kedua yaitu Pelaksanaan Tindakan

Guru membagikan media pembelajaran parallel puzzle yang

dimana juga sebagai LKS untuk masing-masing kelompok dan

meminta ketua kelompok untuk membagi tugas dengan anggota

kelompoknya.

Guru membimbing siswa dalam kegiatan diskusi kelompok untuk

mengerjakan LKS yang telah dibagikan. Pada siklus II ini siswa yang

masih belum aktif pada siklus I sudah mulai kelihatan aktif dalam

kegiatan diskusi kelompok, mereka sudah mulai memperlihatkan

kerjasamanya dalam memanfaatkan media pembelajaran dalam

menyelesaikan tugas kelompoknya.

49

Guru terus-menerus memberikan peringatan bagi siswa yang

kelihatan diam untuk membantu teman kelompoknya, dan

memperingatkan siswa yang ribut untuk tidak menggangu temannya

yang lain.

Setelah semua kelompok selesai mengerjakan tugas

kelompoknya, guru melakukan tanya jawab pada setiap kelompok

mengenai soal pada media pembelajaran tersebut untuk mengetahui

sejauh mana pemahaman siswa pada saat penyampaian materi oleh

guru pada saat proses belajar berlangsung. Guru memberi penguatan

hasil diskusi tersebut.

3. Tahap Ketiga (Penutup )

Pada akhir pembelajaran guru menujuk beberapa siswa untuk

menyimpulkan materi yang telah dipelajari dan meminta siswa yang

lain menanggapi dan memperbaiki jawaban temannya yang masih

kurang tepat dan lengkap menyebutkan kesimpulan yang diperoleh

selama pembelajaran. Guru memberikan penguatan terhadap

kesimpulan yang dikemukakan siswa dan memberikan rangkuman

keseluruhan dari kegiatan yang telah dilakukan dari awal siklus I

sampai siklus II kemudian menutup pelajaran.

c. Observasi Aktivitas Guru dan Siswa

1) Observasi aktivitas guru

Pada proses pembelajaran siklus II, guru sudah berusaha

semaksimal mungkin dalam memperbaiki kekurangan yang ada pada

50

siklus I, hasil observasi aktivitas guru pada siklus II dapat dilihat pada

(lampiran 16 dan 17)

2) Observasi aktivitas siswa

Data hasil observasi aktivitas siswa pada proses pembelajaran

siklus II (lampiran ) skor siswa meningkat.

Tabel. 4.4Ringkasan Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II

IndikatorSkor aktivitas siswa

siklus IIPertemuan I Pertemuan

II1) Antusiasme siswa dalam mengikuti

kegiatan pembelajaran3,25 3,50

2) Interaksi siswa dengan guru 3,25 3,503) Interaksi siswa dengan siswa 3,25 3,504) Keaktifitasan siswa dalam kegiatan

pembelajaran3,50 3,75

5) Aktivitas siswa dalam kerja kelompok

3,0 3,75

6) Kerjasama siswa dalam kelompok 3,50 3,757) Partisipasi siswa dalam

menyimpulkan hasil belajar3,0 3,25

Total skor aktivitas siswa 22,75 25Kategori aktivitas siswa Sangat aktif Sangat aktifRata-rata total skor aktivitas 23,87Kategori aktivitas Sangat aktif

Berdasarkan data hasil observasi aktivitas siswa pada tabel 4.3

terlihat bahwa rata-rata skor aktivitas siswa pada siklus II mengalami

peningkatan dari siklus I sebanyak 3,37 poin, sehingga skor aktivitas

siswa menjadi 23,87 dengan kategori sangat aktif. Hal ini berarti

bahwa aktivitas belajar siswa mengalami peningkatan dari siklus

sebelumnya. Untuk itu, penelitian dicukupkan sampai siklus II.

3) Evaluasi

51

Pada siklus II evaluasi dilaksanakan dengan memberikan tes

dalam bentuk pilihan ganda (Multiple Choise) sebanyak 10 soal

(lampiran 19) pada siklus II, jumlah siswa yang mengikuti tes

sebanyak 29 siswa. Hasil evaluasi yang diperoleh pada siklus II

(lampiran 20) terlihat pada tabel 4.4 berikut:

Tabel 4.5Ringkasan Hasil Evaluasi Siklus II

No Aspek Yang Diperhatikan Keterangan1 Nilai tertinggi 102 Nilai terendah 63 Rata-rata kelas 8,244 Persentase ketuntasan 93,10%

Berdasarkan tabel 4.2 dan tabel 4.4, terlihat bahwa terdapat

peningkatan rata-rata skor siswa sebanyak 1,31 poin sehingga rata-rata

nilai kelas pada siklus II dari 6,93 menjadi 8,24. Dengan persentase

ketuntasan klasikal 93,10%. Sehingga penelitian ini dianggap sudah

berhasil karena terjadi peningkatan prestasi dari siklus I ke siklus II.

4) Refleksi

Berdasarkan hasil analisis data terhadap aktivitas guru dan siswa

pada siklus I dan II terus mengalami peningkatan. Pada siklus II nilai

rata-rata total skor aktivitas siswa meningkat dari 20,5 menjadi 23,87

pada siklus II, sementara itu nilai rata-rata kelas pada siklus II juga

mengalami peningkatan dari 6,93 menjadi 8,24. Demikian pula untuk

persentase ketuntasan berdasarkan KKM dari siklus I ke siklus II

mengalami peningkatan dari 75,86% menjadi 93,10%, berarti semua

indikator kerja yang diharapkan dari penelitian ini telah tercapai.

52

d. Uji t-test

Hasil analisis difrensial

Langkah-langkah dalam analisis difrensial :

a. Merumuskan Ho

Ho : Tidak ada perbedaan terhadap prestasi belajar siswa mata

pelajaran IPA pada pokok bahasan bumi dan alam semesta

antara sebelum dan sesudah penerapan media parallel puzlle

pada siswa semester II kelas III SDN 48 Cakranegara Tahun

Pelajaran 2009/2010.

b. Menentukan data prestasi belajar siswa antara sebelum dan sesudah

penerapan media parallel puzlle.

Tabel 4.6.Nilai Siswa Antara Sebelum dan Sesudah

Penerapan Media Parallel PuzlleKriteria Nilai Awal Nilai Akhir

Nilai tertinggi 7 10Nilai terendah 4 6Rata-rata kelas 5,75 8,24

Nilai Siswa yang tuntas 9 27Persentase ketuntasan 31,4% 93,10%

53

c. Tabel kerja

Table 4.7Tabel Persiapan Uji T-Test

Subyek K E K E KE(1) (2) (3) (4) (5) (6)1 4 6 16 36 242 4 7 16 49 283 7 10 49 100 704 6 10 36 100 605 7 9 49 81 636 4 8 16 64 327 7 10 49 100 708 6 9 36 81 549 7 8 49 64 56

10 6 9 36 81 5411 4 7 16 49 2812 6 10 36 100 6013 4 8 16 64 3214 7 9 49 81 6315 6 9 36 81 5416 7 10 49 100 7017 6 7 36 49 4218 6 8 36 64 4819 7 8 49 64 5620 6 8 36 64 4821 4 7 16 49 2822 7 9 49 81 6323 6 8 36 64 4824 7 8 49 64 5625 4 8 16 64 3226 6 8 36 64 4827 6 8 36 64 4828 6 7 36 49 4229 4 6 16 36 24

TOTAL 167 239 1001 6940 1401

54

Langkah-langkah melakukan uji T-Test

1. Mencari nilai rke

2. Mencari Nilai ∑k2 dan ∑e2

Jadi

3. Mencari Nilai dan

55

5. Mencari Nilai T-Test

Kesimpulannya:

Dari data hasil perhitungan di atas diperoleh nilai T hitung sebesar

8,25 dan nilai T table berdasarkan Tabel Uji T dengan db (N-1) = 28 dan

taraf signifikan sebesar 1% diperoleh nilai sebesar 2,763. Dan taraf

signifikan 5% diperooeh nilai 2,048. Dari hasil uji tersebut dapat dilihat

bahwa (T table) < (T hitung), maka disimpulkan bahwa terdapat perbedaan

yang signifikan terhadap prestasi belajar IPA pada siswa antara sebelum

dan sesudah penerapan media parallel puzlle.

56

B. Deskripsi Hasil Analisis Berdasarkan Siklus

1) Siklus 1

Berdasarkan ringkasan hasil observasi aktivitas siswa pada tabel 4.1

terlihat bahwa rata-rata skor aktivitas belajar siswa pada pertemuan I

siklus I adalah 20,5 dengan kategori sangat aktif. sehingga dapat

disimpulkan bahwa aktivitas siswa pada siklus I tergolong aktif dengan

rata-rata 20,5.

Dari analisis hasil evaluasi siklus I diperoleh nilai rata-rata kelas 6,93

dengan jumlah siswa yang mengikuti tes sebanyak 29 orang. Dengan nilai

KKM 65 terdapat sebanyak 22 orang yang tuntas dengan perolehan skor

ketuntasan klasikal 75,86%.

Akan tetapi, berdasarkan pengamatan peneliti dan hasil observasi

kegiatan siswa yang diobservasi oleh observer (guru) bahwa pembelajaran

pada siklus I masih terdapat beberapa kekurangan, sebagai berikut:

1. Interaksi siswa dengan siswa dalam kegiatan diskusi kelompok masih

sangat kurang, diskusi masih didominasi oleh siswa yang pintar saja.

2. Interaksi siswa dengan guru juga masih belum maksimal, siswa masih

belum berani menanyakan materi yang belum jelas kepada gurunya.

3. Partisipasi siswa dalam menyimpulkan hasil belajar juga masih sangat

kurang, tidak ada satu pun siswa yang berani memperbaiki dan

melengkapi jawaban temannya yang masih kurang tepat.

Berdasarkan ringkasan hasil evaluasi siklus I pada tabel 4.2, terlihat

bahwa nilai rata-rata kelas adalah 6,93 dengan nilai tertinggi 8 dan nilai

57

terendah 4 dengan persentase ketuntasan secara klasikal yaitu 75,86%.

Hasil yang diperoleh pada siklus I belum sesuai dengan indikator kerja

prestasi belajar yang ingin dicapai, akan tetapi aktivitas siswa perlu

ditingkatkan lagi, sehingga perlu dilanjutkan lagi ke siklus II.

Kekurangan-kekurangan pada siklus I perlu diperbaiki pada siklus II.

Adapun langkah-langkah perbaikan yang akan dilakukan pada siklus II

antara lain:

b. Guru memberikan peringatan terhadap siswa yang masih belum serius

dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, ketika menjelaskan perhatian

guru telah difokuskan ke semua arah siswa, penjelasan tidak hanya

tertuju pada satu arah, agar semua siswa merasa diperhatikan oleh

guru, sehingga tidak ada lagi siswa yang sibuk sendiri atau bermain-

main dibelakang dengan temannya.

c. Mengarahkan siswa untuk berdiskusi dengan teman kelompoknya,

dengan cara terus menerus menghimbau kepada masing-masing

kelompok untuk saling bekerja sama dengan cara mendekati tiap

kelompok , dan menunjuk beberapa siswa yang sudah mengerti supaya

menjelaskan kepada temannya yang belum mengerti sehingga kegiatan

diskusi kelompok tidak didominasi oleh siswa yang pintar saja, namun

siswa dalam tiap kelompok diharapkan dapat aktif dalam kegiatan

pembelajaran.

d. Memotivasi siswa untuk mengajukan pertanyaan jika ada materi yang

belum dipahami, dengan menunjuk beberapa siswa untuk bertanya

58

mengenai materi yang belum dipahami dan sebisa mungkin guru

memberikan kesempatan kepada siswa lain untuk menjawab dan

melengkapi pertanyaan dari temannya yang lain. Sehingga siswa yang

tidak aktif atau belum aktif terdorong untuk bertanya dan berani

mencoba menjawab pertanyaan dari temannya yang masih belum tepat.

2) Siklus II

Berdasarkan data hasil observasi aktivitas siswa pada tabel 4.3

terlihat bahwa rata-rata skor aktivitas siswa pada siklus II mengalami

peningkatan dari siklus I sebanyak 3,37 poin, sehingga skor aktivitas siswa

menjadi 23,87 dengan kategori sangat aktif. Hal ini berarti bahwa aktivitas

belajar siswa mengalami peningkatan dari siklus sebelumnya.

Berdasarkan tabel 4.2 dan tabel 4.4, terlihat bahwa terdapat

peningkatan nilai rata-rata kelas sebanyak 1,31 poin sehingga nilai rata-

rata kelas pada siklus II menjadi 8,24. Hal ini berarti terjadi peningkatan

nilai rata-rata kelas dari 6,93 menjadi 8,24.Dengan persentase ketuntasan

klasikal 93,10%. Sehingga penelitian ini dianggap sudah berhasil karena

terjadi peningkatan prestasi dari siklus I ke siklus II. Dan dari hasil analisis

data terhadap aktivitas guru dan siswa pada siklus I dan II terus mengalami

peningkatan. Pada siklus II rata-rata total skor aktivitas siswa meningkat

dari 20,5 menjadi 23,87 pada siklus II. Ini berarti semua indikator kerja

yang diharapkan dari penelitian ini telah tercapai

59

C. Pembahasan

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan sebagai upaya untuk

meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa pada pokok bahasan Bumi

dan Alam Semesta dengan menerapkan media pembelajaran Paralel Puzzle.

Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus selama 5 kali pertemuan, alokasi

waktu untuk masing-masing pertemuan 2 x 35 menit.

Hasil penelitian pada siklus I (tabel 4.2) menunjukkan bahwa masih

ada siswa yang memperoleh nilai ≤ 65, ini disebabkan oleh banyaknya siswa

yang masih belum paham dalam menentukan mana yang termasuk bagian

bumi yang daratan dan yang mana bagian bumi yang termasuk lautan/perairan.

Sehingga guru menjelaskan kembali mana yang termasuk daratan dan

lautan/perairan pada permukaan bumi dengan menggunakan media gambar.

Selain itu rentang nilai tertinggi dan terendah cukup jauh, karena ada

perbedaan kemampuan siswa yang cukup jauh. Nilai rata-rata kelas pada

siklus I adalah 6,93, sedangkan skor aktivitas belajar siswa adalah 20,5 dengan

kategori aktif.

Pada siklus I, terdapat kekurangan-kekurangan dalam proses belajar-

mengajar seperti penguasaan kelas kurang, guru belum mampu menciptakan

suasana kondusif. Guru tidak memberikan peringatan kepada siswa yang tidak

serius dalam berdiskusi, sehingga siswa kurang memperhatikan ketika guru

menjelaskan materi di depan kelas yang menyebabkam siswa hanya diam saja

dan tidak ada satupun siswa yang bertanya tentang materi yang telah

disampaikan oleh guru. Apakah karena mereka sudah mengerti atau mereka

60

kurang semangat untuk belajar. Sehingga ketika kegiatan diskusi berlangsung

masih ada siswa yang belum aktif dan diskusi masih dikuasai oleh siswa yang

pandai saja.

Selain itu, guru tidak memberikan kesempatan pada siswa untuk

menjawab pertanyaan dan melemparkan jawaban siswa ke siswa lainnya.

Guru memberikan pertanyaan dan guru juga yang menjawabnya sendiri, hal

ini berarti pembelajaran pada siklus I belum optimal. Adapun perbaikan-

perbaikan yang dilakukan guru untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan

pada siklus I yaitu Guru memberikan peringatan terhadap siswa yang masih

belum serius dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, ketika menjelaskan,

pandangan guru telah difokuskan ke semua arah siswa, tidak hanya tertuju

pada satu arah, agar semua siswa merasa diperhatikan oleh guru, sehingga

tidak ada lagi siswa yang sibuk sendiri atau bermain-main dibelakang dengan

temannya.

Guru lebih mempertegas dan memberikan penjelasan yang disertai

dengan contoh-contoh kongkret disekitar mereka, agar siswa mudah

menemukan konsep-konsep yang ingin disampaikan. Mengarahkan siswa

untuk berdiskusi dengan teman kelompoknya, dengan cara terus-menerus

menghimbau kepada masing-masing kelompok untuk saling bekerja sama

dengan cara mendekati tiap kelompok , dan menunjuk beberapa siswa yang

sudah mengerti supaya menjelaskan kepada temannya yang belum mengerti

sehingga kegiatan diskusi kelompok tidak didominasi oleh siswa yang pintar

61

saja, namun siswa dalam tiap kelompok diharapkan dapat aktif dalam kegiatan

pembelajaran.

Memotivasi siswa untuk mengajukan pertanyaan jika ada materi yang

belum dipahami, dengan menunjuk beberapa siswa untuk bertanya mengenai

materi yang belum dipahami dan sebisa mungkin guru memberikan

kesempatan kepada siswa lain untuk menjawab dan melengkapi pertanyaan

dari temannya yang lain. Sehingga siswa yang tidak aktif atau belum aktif

terdorong untuk bertanya dan berani mencoba menjawab pertanyaan dari

temannya yang masih belum tepat.

Proses pembelajaran pada siklus II dilaksanakan seperti pada siklus I.

Dengan melakukan perbaikan-perbaikan berdasarkan kekurangan-kekurangan

pada siklus I sebelum membahas materi baru, guru mengingatkan kembali

kepada siswa materi yang telah dipelajari, dengan mengajukan beberapa

pertanyaan berkaitan dengan materi yang telah dipelajari pada siklus I,

sehingga siswa lebih mudah menjawab soal-soal latihan pada siklus II. Guru

juga memberikan motivasi kepada siswa untuk saling membantu antar teman

kelompoknya dan meminta siswa yang sudah mengerti untuk menjelaskan

pada temannya yang masih belum bisa, serta memanggil siswa yang tidak

aktif untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya, serta mendekati

siswa dan menanyakan kesulitan-kesulitan yang dihadapi siswa, sehingga

tidak ragu dan enggan bertanya pada guru jika ada hal-hal yang belum

dipahami dalam menjelaskan LKS yang berupa madia yang diberikan.

62

Berdasarkan hasil observasi aktivitas belajar siswa siklus II (tabel 4.1)

terlihat rata skor aktivitas siswa mengalami peningkatan dari siklus I yaitu

dari 20,5 menjadi 23,87 (tabel 4.3). Demikian pula untuk nilai rata-rata kelas

dari siklus I dan siklus II yaitu dari 6,93 menjadi 8,24. Demikian juga dengan

persentase ketuntasan belajar klasikal dari siklus I 75,86% menjadi 93,10%

pada siklus II.

Untuk uji t-test yang dilakukan menggunakan derajat kebebasan atau

d.b yaitu jumlah siswa dikurangi satu, atau 29 – 1 = 28. Berarti untuk menolak

hipotesis (nihil) diperlukan nilai t yang sama atau lebih besar daripada 2,048

pada taraf signifikansi 5% dan untuk taraf signifikansi 1% = 2,763 karena nilai

t yang diperoleh ternyata di atas batas penolakan, maka dapat disimpulkan

bahwa pada taraf signifikansi 5% hipotesis ditolak. Dengan kata lain, hipotesis

nihil yang menyatakan bahwa tidak ada perbedaan antara sebelum dan

sesudah penerepan media paralel puzzle ditolak. Tegasnya, berdasarkan bukti-

bukti yang sudah dilakukan dapat disimpulkan terdapat petunjuk bahwa

sebelum dan sesudah penerapan adanya peningkatan yang

signifikan/meyakinkan.

Penerapan media pembelajaran parallel puzzle ini dengan cara

menyajikan materi dengan melalui media gambar dalam bentuk permainan

dimana siswa aktif menggunakan media pembelajaran tersebut. Kemudian

siswa mendemonstrasikan hasil kerjanya didepan kelas menuntut siswa untuk

berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran, mengajak siswa dalam suasana

63

belajar yang menyenangkan, sehingga kesan bahwa IPA itu membosankan

bisa berkurang.

Dengan demikian, penerapan media pembelajaran paralel puzzle pada

pokok bahasan bumi dan alam semesta dapat meningkatkan prestasi belajar

siswa semester II kelas III SDN 48 Cakranegara tahun ajaran 2009/2010

dikatakan meningkat.

64

BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan hasil penelitian dapat

disimpulkan bahwa:

1. Penerapan media paralel puzzle pada pokok bahasan bumi dan alam

semesta dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas III SDN 48

Cakranegara tahun ajaran 2009/2010. Berdasarkan hasil analisis data,

diperoleh nilai rata-rata kelas 5,75 dan setelah penelitian terjadi

peningkatan menjadi 8,24. Untuk skor aktivitas siswa dari 20,5 menjadi

23,87 pada siklus II dengan kategori sangat aktif. Demikian juga dengan

ketuntasan belajar siswa dari 75,86% menjadi 93,10% sehingga penelitian

dianggap sudah dapat terlaksana karena telah mencapai ketuntasan yang

diharapkan.

2. Terjadi peningkatan prestasi belajar siswa yang signifikan yang

dibuktikan dengan uji t-test. Karena nilai t hasil penelitian = 8,25 dan

nilai t-tabel dengan d.b 28 dan taraf signifikansi 5% = 2,048 ini berarti

nilai t hasil penelitian signifikan. Maka, perbedaan yang menyakinkan

terhadap prestasi belajar siswa sebelum diterapkan dengan media

pembelajaran paralel puzzle atau dengan kata lain ada peningkatan yang

signifikan prestasi belajar siswa dengan penerapan media pembelajaran

paralel puzzle.

65

3. Dengan penerapan media pembelajaran paralel puzzle siswa menjadi

lebih termotivasi dalam proses kegiatan belajar mengajar karena tercipta

suasana kelas yang menyenangkan. Hal tersebut secara tidak langsung

akan mempengaruhi peningkatan prestasi belajar siswa.

B. Saran

Adapun saran–saran yang dapat dikemukakan oleh peneliti

berdasarkan hasil penelitian ini adalah:

1. Siswa diharapkan dapat lebih aktif dan termotivasi untuk membangun

pemahaman konsepnya secara mandiri melalui kerjasama kelompok.

2. Bagi guru, khususnya guru IPA bisa menerapkan media yang menarik

sehingga proses belajar menjadi lebih menyenangkan dan siswa tidak

merasa jenuh.

3. Bagi mahasiswa atau pihak lain yang ingin meneliti lebih lanjut

penerapan media pembelajaran paralel puzzle dalam pembelajaran IPA

pada pokok bahasan yang lain perlu ditata kembali materi yang akan

disampaikan sesuai dengan tahap belajar untuk meningkatkan aktivitas

dan prestasi belajar siswa secara maksimal.

4. Kepada pihak sekolah diharapkan dapat mengembangkan dan mengkaji

lebih jauh penerapan media pembelajaran yang digunakan dalam

pembelajaran sehari–hari apakah sesuai dengan tahap belajar yang

dialami siswa, khususnya kelas rendah. Dimana siswa pada kelas rendah

masih sulit menerima hal–hal yang sifatnya abstrak, sehingga

66

penyampaian materi kurang bagi sebagian siswa yang mengalami

kesulitan belajar. Itu menyebabkan siswa merasa jenuh/bosan belajar

didalam kelas.

67