bab 1 pendahuluan -...

11
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Pengertian Penduduk Lanjut Usia dan Usia Harapan Hidup Usia lanjut adalah suatu kondisi yang pasti akanterjadi oleh semua orang yang diberkahi usia panjang. Terjadinya proses penuaan ini bukanlah suatu hal yang patut di sesali, namum merupakan berkah karena tidak semua orang dapat merasakan umur yang panjang. Golongan masyarakat yang dikategorikan sebagai masyarakat lansia adalah masyarakat dengan kelompok umur diatas 60 tahun dan tidak produktif. Batasan usia yang digunakan sesuai dengan batasan yang ditetapkan Pemerintah RI melalu Peraturan Pemerintah no. 32 tahun 1979. Salah satu indikator keberhasilan pembangunan adalah dengan semakin meningkatnya usia harapan hidup penduduk.Angka Harapan Hidup adalah rata-rata tahun hidup yang masih akan dijalani oleh seseorang yang telah berhasil mencapai umur x, pada suatu tahun tertentu, dalam situasi mortalitas yang berlaku di lingkungan masyarakatnya. Tingginya angka harapan hidup menyebabkan terjadinya pergeseran peran masyarakat yang diakibatkan oleh meningkatnya usia yang semakin menua. Dari tahun ke tahun, penduduk lansia di dunia semakin bertambah dengan pesat.Penambahan jumlah mencapai 100% terjadi di beberapa bagian dunia, termasuk di Indonesia.Pertambahan jumlah lansia yang menukik ini disebabkan oleh kemajuan yang terjadi diberbagai bidang, seperti kemajuan ilmu teknologi, kemajuan ilmu pendidikan, dan kemajuan ilmu kesehatan. 1.1.2 Lansia di Indonesia Di Indonesiausia harapan hidup penduduk Indonesia mengalami peningkatan dari periode ke periode. Pada periode tahun 1980 usia harapan hidup mencapai 52,2 tahun, tahun 1990 meningkat sebanyak 7 tahun mencapai 59,8 tahun, tahun 2000 mencapai 64,5 tahun, pada tahun 2004 mencapai 66,2 tahun, tahun 2010 mencapai 67,4 tahun, sedangkan pada tahun 2013 usia harapan hidup masyarakat Indonesia rata rata mencapai 72 tahun. (Kedaulatan Rakyat, 2013)

Upload: buinhan

Post on 10-Mar-2019

213 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.1.1 Pengertian Penduduk Lanjut Usia dan Usia Harapan Hidup

Usia lanjut adalah suatu kondisi yang pasti akanterjadi oleh semua orang yang

diberkahi usia panjang. Terjadinya proses penuaan ini bukanlah suatu hal yang patut

di sesali, namum merupakan berkah karena tidak semua orang dapat merasakan umur

yang panjang. Golongan masyarakat yang dikategorikan sebagai masyarakat lansia

adalah masyarakat dengan kelompok umur diatas 60 tahun dan tidak produktif.

Batasan usia yang digunakan sesuai dengan batasan yang ditetapkan Pemerintah RI

melalu Peraturan Pemerintah no. 32 tahun 1979.

Salah satu indikator keberhasilan pembangunan adalah dengan semakin

meningkatnya usia harapan hidup penduduk.Angka Harapan Hidup adalah rata-rata

tahun hidup yang masih akan dijalani oleh seseorang yang telah berhasil mencapai

umur x, pada suatu tahun tertentu, dalam situasi mortalitas yang berlaku di

lingkungan masyarakatnya. Tingginya angka harapan hidup menyebabkan terjadinya

pergeseran peran masyarakat yang diakibatkan oleh meningkatnya usia yang semakin

menua. Dari tahun ke tahun, penduduk lansia di dunia semakin bertambah dengan

pesat.Penambahan jumlah mencapai 100% terjadi di beberapa bagian dunia, termasuk

di Indonesia.Pertambahan jumlah lansia yang menukik ini disebabkan oleh kemajuan

yang terjadi diberbagai bidang, seperti kemajuan ilmu teknologi, kemajuan ilmu

pendidikan, dan kemajuan ilmu kesehatan.

1.1.2 Lansia di Indonesia

Di Indonesiausia harapan hidup penduduk Indonesia mengalami peningkatan

dari periode ke periode. Pada periode tahun 1980 usia harapan hidup mencapai 52,2

tahun, tahun 1990 meningkat sebanyak 7 tahun mencapai 59,8 tahun, tahun 2000

mencapai 64,5 tahun, pada tahun 2004 mencapai 66,2 tahun, tahun 2010 mencapai

67,4 tahun, sedangkan pada tahun 2013 usia harapan hidup masyarakat Indonesia rata

– rata mencapai 72 tahun. (Kedaulatan Rakyat, 2013)

2

Meningkatnya jumlah usia harapan hidup tentunya berdampak pada beberapa

hal, salah satunya terjadinya peningkatan jumlah penduduk lanjut usia.

Peningkatanusia harapan hidup dan penurunan tingkat fertilitas meningkatkan jumlah

lansia di Indonesia (Depkes 2005). Periode tahun 1980 jumlah lansia di Indonesia

mencapai 7.998.543 atau sebesar 5,45% dari jumlah penduduk, periode 1990

mencapai 11.277.557 atau sebesar 6,29% dari jumlah penduduk, periode 2000

mencapai 14.439.967 atau 7,18%, periode tahun 2006 mencapai +19 juta jiwa atau

sebesar 8,90% dari jumlah penduduk. Sedangkan, jumlah lansiaenam tahun terakhir

mengalami peningkatan yang signifikan. Pada tahun 2007, jumlah penduduk lansia

sebesar 18,96 juta jiwa dan meningkat menjadi 20.547.541 pada tahun 2009 (U.S.

Census Bureau, International Data Base, 2009) jumlah ini termasuk terbesar keempat

setelah China, India dan Jepang. Pada pada tahun 2010 jumlah ini meningkat tajam

menjadi 24 juta jiwa.Badan kesehatan dunia WHO memperkirakan bahwa penduduk

lansia di Indonesia pada tahun 2020 mendatang akan mencapai angka 11,34% atau

tercatat 28,8 juta orang, hal ini menyebabkan Indonesia menjadi negara dengan

jumlah penduduk lansia terbesar di dunia.

Dengan adanya peningkatan jumlah lansia di Indonesia tentu saja berakibat

pada berubahnya kondisi sosial, ekonomi, dan budaya di Indonesia, selain itu juga

berimplikasi pada kebijakan pemerintah terhadap penduduk lansia. Di Indonesia

sendiri terdapat undang – undang yang mengatur mengenai kesejahteraan lansia, yaitu

undang – undang No. 13 tahun 1998 mengenai Kesejahteraan Lanjut Usia. Peraturan

ini kurang lebih membahas bahwa peningkatan kesejahteraan sosial lanjut usia pada

hakikatnya merupakan pelestarian nilai – nilai keagamaan dan budaya bangsa, serta

untuk memberikan kesempatan pada para lansia yang memiliki pengalaman, keahlian

dan kearifan untuk ikut serta diberi kesempatan untuk berperan dalam pembangunan

dan bukan hanya menonton sebagai masayarakat yang tidak produktif.

3

Gambar 1.1 Presentase Jumlah Lansia per Dekade di Indoensia Sumber : BPS

1.1.3 Lansia di Yogyakarta

D.I. Yogyakarta disebut – sebut daerah yang memasuki era penduduk

berstruktur tua (aging structured population), hal ini disebabkan oleh presentase

penduduk lansia di DIY yang sangat tinggi dibandingkan provinsi lain, yaitu sebesar

12,96% dari jumlah penduduk D.I.Yogyakarta sebesar 3,6 juta (BPS, 2013). Angka

usia harapan hidup di Yogyakarta juga sangat tinggi, yaitu berkisar pada angka 70

tahun.

Menurut Kepala Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta Tuty Setyowati,

meningkatnya usia harapan hidup di Yogyakarta dipengaruhi oleh suasana

Yogyakarta sebagai kota yang nyaman huni sehingga cukup banyak dipilih oleh para

pensiunan atau kaum lansia sebagai tempat tinggal. (Republika, 2 Juni 2012)

Tabel 1. 1Angka Harapan Hidup D.I.Y Tahun 2008 -2009

Sumber : BPS

Menurut Badan Pusat Statistik provinsi D.I. Yogyakarta , di provinsi D.I.

Yogyakarta pada tahun 2012 terdapat 448.223 jiwa masyarakat lansia (60 tahun

keatas), dengan pembagian sebanyak 246.178 tinggal di perkotaan dan 202.045 jiwa

4

tinggal di area pedesaan. Dapat dilihat bahwa jumlah lansia di perkotaan lebih banyak

daripada di pedesaan.

Tabel 1. 2Jumlah Penduduk D.I.Y Menurut Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2010

Sumber : BPS

1.1.4 Kebutuhan akan Fasilitas Pusat Lansia (Senior Community Center) di

Yogyakarta

Area perkotaan merupakan area yang pastinya akan terus tumbuh dan

berkembang. Adanya tren kapitalisme membuat suatu kota berlomba – lomba untuk

melakukan pembangunan, investor juga berlomba – lomba untuk menyuntikkan dana

pada pembangunan kota.Namun sayang sekali, fasilitas yang dibangun terus menerus

ditujukan untuk masyarakat umur produktif, sedangkan fasilitas untuk lansia berupa

fasilitas kesehatan, sosial, dan rekreasi dianggap terabaikan.

Sedangkan untuk menaikkan usia harapan hidupnya, lansia harus terus bersosial

serta beraktivitas dengan aktif. Riset membuktikan bahwa dengan terus beraktivitas

secara rutin dapat menaikkan aspek fisik dan kognitif pada lansia, serta menambah

rasa percaya diri (self dependence) pada lansia.Self dependence(keberdayagunaan

mandiri) yaitu suatu istilah untuk menggambarkan rasa percaya diri atas keamanan

dalam melakukan aktivitas. Dengan keberdayagunaan mandiri ini seorang lanjut usia

mempunyai keberanian dalam melakukan aktivitas atau olah raga (Darmojo, 2006).

Ditemukan bahwa beraktivitas di luar rumah merupakan hal penting bagi lansia

dengan berbagai alasan. Terdapat lima keuntungan bagi lansia dengan beraktivitas di

luar rumah (Elizabeth Burton & Lynne Mitchell , 2006, hlm. 39-43). yaitu:

a. Kebebasan dan otonom

b. Dignity dan sense of worth

Lansia yang diwawancara mengekspresikan betapa pentingnya untuk dapat

melakukan sesuatu yang bermanfaat. Proses penuaan bisa menyebabkan lansia

kehilangan sense of worth, nilai dan panghargaan diri mereka. Dengan pergi

5

keluar dan menggunakan jalan lokal untuk melakukan hal-hal yang sederhana

merupakan wujud untuk mengembalikan sense of worth lansia.

c. Udara segar dan latihan (kesehatan fisik)

Beberapa lansia suka pergi keluar untuk mendapatkan udara segar dan latihan.

Udara segar dan latihan dapat meningkatkan kesehatan fisik dan mental.

d. Interaksi sosial

Interaksi sosial menimbulkan rasa senang tersendiri bagi lansia.

e. Psychological wellbeing dan kesenangan (kesehatan mental)

Hal yang sangat penting dari keluar rumah adalah timbulnya rasa senang yang

berkontribusi dalam meningkatkan kebahagiaan dan wellbeing.

Sedangkan selain kesehatan fisik, pada lansiaperlu diperhatikan juga tentang

kesehatan jiwa. Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mencapai kesehatan jiwa

adalah1:

1. Pendekatan religious. Menedekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha

Kuasadengan meningkatkan ibadah.

2. Mengindari stress, hidup yang penuh tekanan akan merusak kesehatan.

Stresspada lansia dapat menyebabkan atau memicu berbagai penyakit

seperti stroke, asma, darah tinggi, penyakit jantung dan lain-lain.

3. Tertawa. Tertawa membantu memandang hidup dengan positif dan juga

terbukti memiliki kemampuan untuk menyembuhkan.

4. Bersosialisasi. Membina hubungan antar sesama yang sehat. Bagi

lansia, dengan adanya hubungan yang baik dengan keluarga dan teman-

teman dapat membuat hidup lebih berarti. Dan selanjutnya akan

mendorong para lansia untuk menjaga, mempertahankan dan

meningkatkan kesehatannya karena ingin lebih lama menikmati

kebersamaan dengan orang-orang yang dicintai dan disayangi.

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa untuk menunjang kesehatan

fisik dari lansia tidak hanya melalui perawatan medis, namun juga secara psikis.Dari

penelitian yang dilakukan oleh Gitelson, McCabe, Fitzpatrick, and Case (2003) di

Amerika pada 1100 lansia yang berpartisipasi di Senior Community Center, 80% dari

1dr. Yahmin Setiawan, MARS – Dirut Rumah Sehat Terpadu Dompet Dhuafa, 2013

6

jumlah lansia mengaku merasakan manfaat dari fasilitas Senior Community Center

ini. Manfaat yang dirasakan didapatkan dari adanya kesempatan untuk bergaul dengan

sesama lansia sehingga membuat para lansia merasa menjadi bagian dari sesuatu,

memberikan suatu tempat yang untuk dituju setiap harinya, memberikan rasa senang

pada lansia dan berujung pada meningkatnya kualitas hidup yang dirasakan oleh para

lansia di masa tua nya. Hal ini menyebabkan para lansia merasa lebih nyaman dalam

menjalani hari – harinya dan memperbaiki kondisi fisik dan kesehatannya. (Sumber:

Understanding The Impact of Senior Community Center Participation on Elder‟s

Health and Well Being, 2003)

Saat ini, di kota Yogyakarta belum terdapat satu pun fasilitas yang bertujuan

untuk memberdayakan dan memfasilitasi kebutuhan jasmani dan rohani dari

penduduk lansia. Satu – satunya tempat dimana lansia dapat berkumpul secara rutin

adalah Panti Werdha, sedangkan di Panti Werdha lansia tinggal secara 24 jam dimana

lansia tidak dapat bertemu dengan keluarganya. Sedangkan kegiatan – kegiatan non-

residensial yang berhubungan dengan lansia seperti senam, acara keagamaan,

seringkali dilaksanakan di masjid, posyandu, atau di rumah warga secara sukarela.

Contoh beberapa kegiatan yang berkaitan dengan lansia di Yogyakarta:

1. Posyandu Lansia. Posyandu Lansia biasanya dilaksanakan 1 bulan

sekali. Namun seringkali diadakan “menumpang” di beberapa fasilitas

publik dan bahkan privat. Contoh :

Gambar 1.2Posyandu Lansia kecamatan Umbulharjo dan RS Happyland, bertempat di RS Happyland Sumber :rshappyland.blogspot.com

7

Gambar 1.3Posyandu RW 12 Keparakan Kidul Yogyakarta bertempat di Rumah Warga Sumber :Penulis

Dari hasil survey dan wawancara yang telah dilakukan kepada 40 orang lansia

di kecamatan Gondokusuman dan Jetis pada Desember 2013, 25 orang dari lansia

mengaku merasa lebih nyaman berkomunikasi dan bersosialisasi dengan sesama

lansia, sedangkan hanya 25% dari 50 orang yang mengaku masih bersosialisasi

dengan sesama lansia. Padahal dengan banyaknya jumlah lansia yang ada di

Yogyakarta seharusnya para lansia dapat membuat komunitas tersendiri sehingga

mereka dapat mengisi waktu tuanya dengan hal yang bermanfaat dan terhindar dari

rasa kesepian yang nantinya akan berpengaruh pada kesehatan fisik dan mental

mereka. Sedangkan dari hasil survey dan wawancara pun tertulis bahwa 80% lansia

atau sebanyak 40 orang lansia mengaku membutuhkan sebuah Pusat Lansia atau

Senior Community Center di kota Yogyakarta sebagai wadah bagi mereka untuk

bersosialisasi serta melakukan kegiatan – kegiatan dengan sesama lansia.

Oleh karena itu, adanya sebuah community center untuk masyarakat lansia

bersifat krusial diakibatkan oleh pertumbuhan penduduk lansia di Yogyakarta terus

meningkat sehingga kebutuhan fasilitas yang dapat menampung lansia juga semakin

dibutuhkan.

8

1.2 Permasalahan

1.2.1 Permasalahan Umum

1. Tingginya peningkatan jumlah populasi penduduk di Kota Yogyakarta

sehingga menjadikan Yogyakarta sebagai daerah yang memasuki era

penduduk berstruktur tua (aging structured population).

2. Kurangnya fasilitas yang ditujukan khusus untuk pengguna lanjut usia di

kota Yogyakarta, sehingga lansia tidak dapat bersosial dan beraktivitas

dengan nyaman dan rutin sehingga mengakibatkan menurunnya kualitas

hidup lansia di masa tuanya.

1.2.2 Permasalahan Khusus

1. Merancang bangunan yang sesuai dengan karateristik lansia kota

Yogyakarta.

2. Merancang bangunan yang dapat memahami segala permasalahan dan

keterbatasan yang dialami lansia baik secara fisik maupu psikis.

3. Menciptakan bangunan yang jauh dari kesan „jompo‟ dan „tidak

produktif‟

4. Menciptakan bangunan yang dapat memberikan dampak positif bagi

para lansia secara psikis dan juga mental.

5. Merancang bangunan yang dapat merangsang para lansia untuk bersosial

serta beraktivitas dan menjadi produktif.

1.3 Tujuan Mendesain fasilitas untuk para lansia di kota Yogyakarta yang jumlahnya

semakin bertambah drastis dari tahun ke tahun, serta menjadi pusat komunitas lansia

yang jauh dari image “tempat pembuangan yang non-produktif” menjadi tempat yang

produktif dan dapat mengakomodir semua karateristik dan hambatan fisik dan mental

lansia.

1.4 Sasaran Menjadi sebuah pusat komunitas untuk lansia, dimana didalamnya lansia dapat

bersosialisasi dan beraktivitas serta memberikan dampak positif bagi para lansia baik

secara psikis dan mentalsehingga dapat menaikkan kualitas masa tua nya dan

meningkatkan usia harapan hidupnya.

9

1.5 Lingkup Pembahasan Lingkup pembahasan terbagi atas lingkup Arsitektural berupa perancangan

pusat lansia dengan acuan dan standar yang ada mengenai lansia serta lingkup Non-

Arsitektural berupa perancangan yang menjawab permasalahan berdasarkan pada

karateristik, sifat, kebutuhan, dan permasalahan lansia di kota Yogyakarta.

1.6 Metodologi Metode yang digunakan dalan penulisan karya tulis ini adalah:

1. Studi Literatur

Studi Literatur dilakukan dengan mencari data, teori, preseden, dan standar

yang terkait dengan perancangan fasilitas yang berhubungan dengan lansia

melalui buku, makalan penelitian, internet, dan lain – lain.

2. Observasi Lapangan

Pengamatan lapangan dilakukan dengan mengobservasi karateristik lansia serta

dengan melihat langsung kegiatan – kegiatan yang dilakukan lansia serta

analisis dan mempelajari site dan alternated site.

3. Analisis

Mempelajari, menelusuri, serta menganggapi data dan isu yang sudah

dikumpulkan serta memperhatikan standard dan acuan yang telah ada untuk

memperoleh suatu solusi pada proses perancangan.

4. Sintesis

Menarik konklusi solusi desain dengan melihat permasalahan yang ada, lalu

diaplikasikan dengan pendekatan konsep semiotika sintetika.

1.7 Sistematika Penulisan BAB 1 Pendahuluan

Membahasa mengenai latar belakang, permasalahan, tujuan, dan sasaran

laporan.

BAB 2 Tinjauan Pustaka

Membahas tinjauan mengenai kaum lansia, tinjauan mengenai senior

community center, dan tinjauan mengenai teori semiotik sintaktik.

BAB 3 Studi Kasus

Berisi contoh – contoh panti wredha yang sudah ada, kemudian di analisis dan

diambil kesimpulannya.

10

BAB 4Analisis Tapak

Berisi proses pemilihan site dan analisis mengenai site terpilih.

BAB 5 Pendekatan Konsep Perencanaan dan Perancangan

Berisi analisa pendekatan konsep dan proses pembentukan konsep secara

semiotika dan juga secara umum.

BAB 6 Konsep Perencanaan dan Perancangan

Berisi konsep yang merupakan penyelesaian dari permasalahan perancangan

Senior Community Center

1.8 Keaslian Penulisan Sepanjang penulisan Tugas Akhir ini tidak ditemukan adanya penulisan dengan

tipologi yang sama dengan Senior Community Center di Kota Yogyakartadengan

pendekatan Semiotika.

Adapun penulisan dengan tema yang terkait dengan lansia adalah

1. Perancangan Panti Wreda di Yogyakarta Penekanan Konsep Homy (2010)

Jeanne Elisabeth LD (06/196022/TK/31831)

2. Panti Sosial Lansia Yogyakarta (2010)

Mochamad Mafti (08/266688/ET/05974)

3. Panti Lansia di Solo Penekanan Pada Karateristik Lansia di Kota Solo (2011)

Wahyu Stefano Sakti Aji (06/193250/TK/31516)

1.9 Kerangka Pemikiran

11

Gambar 1.4 Kerangka Pemikiran

Sumber: Penulis