bab 1 mutu pelayanan.docx

Upload: laelasumawardani

Post on 03-Mar-2016

224 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

MANAJEMEN MUTU ASUHAN KEPERAWATAN

DISUSUN OLEH: KELOMPOK 1

1. LALE EKA BUDIANI2. HUZAEFI3. NINDYA ATIKA PUTRI4. L.M.ZAINUL JIHAD5. ANGGUN PRATIWI6. KADEK DESY SUSANTI7. BQ. NURLAELA SUMAWARDANI8. WIDIA SUKMAWATI9. SARI NINGSIH10. ARYA JAYA11. DIAH FITRIANI12. NOVRIZAL ZAENSYAH

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARATSEKOLAHT INGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAMPROGRAM STUDI S.1 KEPERAWATANMATARAM2015

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat-Nyalah penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Mutu Asuhan Keperawatan, tepat pada waktunya. Penulisan makalah ini juga merupakan penugasan dari mata kuliah Manajemen keperawatan. Penulis mengucap kan terimakasih kepada dosen pembimbing dalam pembuatan makalah ini dan teman-teman yang telah memberikan dukungan dan membantu dalam pembuatan makalah ini, serta rekan-rekan lain yang membantu pembuatan makalah ini.Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca guna memberikan sifat membangun demi kesempurnaan makalah ini. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna mengingat penulis masih tahap belajar dan oleh karna itu mohon maaf apabila masih banyak kesalahan dan kekurangan di dalam penulisan makalah ini.

Mataram, Mei 2015

Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDULiKATA PENGANTARiiDAFTAR ISIiiiBAB I PENDAHULUANA. Latar Belakang1B. Tujuan Penulisan1TINJAUAN TEORITISA. Pengertian Mutu dalam Pelayanan Keperawatan3B. Dimensi Mutu Pelayanan Keperawatan6C. Ciri Mutu Asuhan Keperawatan (Depkes Ri, 1998) 8D. Pengertian Dan Tujuan Standar Keperawatan9E. Komponen Standar Asuhan Keperawatan`10F. Pelaksanaan Evaluasi Penerapan Standar Asuhan Keperawatan22BAB III PENUTUPA. Kesimpulan 23DAFTAR PUSTAKA

5

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar BelakangPelayanan keperawatan merupakan pelayanan utama dari pelayanan rumah sakit. Hal ini terjadi karena pelayanan keperawatan diberikan selama 24 jam kepada pasien yang membutuhkannya, berbeda dengan pelayanan medis dan pelayanan kesehatan lainnya yang hanya membutuhkan waktu yang relatif singkat dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada kliennya. Dengan demikian pelayanan keperawatan perlu ditingkatkan kualitasnya secara terus-menerus dan berkesinambungan sehingga pelayanan rumah sakit akan meningkat juga seiring dengan peningkatan kualitas pelayanan keperawatan. (Ritizza, 2013)Kualitas pelayanan keperawatan sangat dipengaruhi oleh proses, peran dan fungsi dari manajemen pelayanan keperawatan, karena manajemen keperawatan adalah suatu tugas khusus yang harus dilaksanakan oleh manajer/ pengelola keperawatan yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan serta mengawasi sumber-sumber yang ada, baik sumber daya maupun sumber dana sehingga dapat memberikan pelayanan keperawatan yang efektif dan efisien baik kepada klien, keluarga dan masyarakat. (Donny, 2014)Mengingat pentingnya peranan manajemen pelayanan keperawatan, maka dalam makalah ini penulis akan menguraikan tentang pengertian, proses, dimensi, penilaian, strategi, indikator, standar, dan peran dalam menejemen mutu pelayanan keperawatan sehingga dapat menggambarkan bagaimana manajemen keperawatan yang bermutu seharusnya dilaksanakan.

B. Tujuan Penulisan1. Tujuan UmumMahasiswa Mengetahui mengenai Manajemen Mutu dalam Pelayanan Keperawatan.2. Tujuan Khususa. Mahasiswa Mampu Menjelaskan Pengertian Menejemen Mutu dalam Pelayanan Keperawatanb. Mahasiswa Mampu Menjelaskan Dimensi Mutuc. Mahasiswa mampu mengetahui Ciri Mutu Asuhan Keperawatan d. Mahasiswa Mampu Menjelaskan Pengertian Dan Tujuan Standar Keperawatane. Mahasiswa Mampu Menjelaskan Komponen Standar Asuhan Keperawatanf. Mahasiswa Mampu Menjelaskan Pelaksanaan Evaluasi Penerapan Standar Asuhan Keperawatan

BAB IITINJAUAN TEORITIS

A. Pengertian Mutu dalam Pelayanan Keperawatan1. MutuPengertian mutu berbeda diantara tiap orang, ada yang berarti bagus, luxurious, ataupun paling bagus. Tetapi ada beberapa pengertian mutu menurut para ahli, sebagai berikut:Mutu merupakan gambaran total sifat dari suatu produk atau jasa pelayanan yang berhubungan dengan kemampuannya untuk memberikan kebutuhan kepuasan. (American society for quality control). Mutu adalah fitness for use atau kemampuan kecocokan penggunaan. (J.M. Juran, 1989).Azwar (1996) menjelaskan bahwa mutu adalah tingkat kesempurnaan dari penampilan sesuatu yang sedang diamati dan juga merupakan kepatuhan terhadap standar yang telah ditetapkan, sedangkan Tappen (1995) menjelaskan bahwa mutu adalah penyesuaian terhadap keinginan pelanggan dan sesuai dengan standar yang berlaku serta tercapainya tujuan yang diharapkan. Berdasarkan uraian di atas, maka mutu dapat dikatakan sebagai kondisi dimana hasil dari produk sesuai dengan kebutuhan pelanggan, standar yang berlaku dan tercapainya tujuan. Mutu tidak hanya terbatas pada produk yang menghasilkan barang tetapi juga untuk produk yang menghasilkan jasa atau pelayanan termasuk pelayanan keperawatan.2. Pelayanan Keperawatana. PelayananProduk yang dihasilkan oleh suatu organisasi dapat menghasilkan barang atau jasa. Jasa diartikan juga sebagai pelayanan karena jasa itu menghasilkan pelayanan (Supranto, 2006). Definisi mengenai pelayanan telah banyak dijelaskan, dan Kottler (2000, dalam Supranto, 2006) menjelaskan mengenai definisi pelayanan adalah suatu perbuatan di mana seseorang atau suatu kelompok menawarkan pada kelompok/orang lain sesuatu yang pada dasarnya tidak berwujud dan produksinya berkaitan atau tidak berkaitan dengan fisik produk, sedangkan Tjiptono (2004) menjelaskan bahwa pelayanan merupakan aktivitas, manfaat atau kepuasan yang ditawarkan untuk dijual, sehingga dapat dikatakan bahwa pelayanan itu merupakan suatu aktivitas yang ditawarkan dan menghasilkan sesuatu yang tidak berwujud namun dapat dinikmati atau dirasakan. Kotler (1997, dalam Supranto, 2006) juga menjelaskan mengenai karakteristik dari pelayanan dengan membuat batasan-batasan untuk jenis-jenis pelayanan pelayanan sebagai berikut : 1) pelayanan itu diberikan dengan berdasarkan basis peralatan (equipment based) atau basis orang (people based) dimana pelayanan berbasis orang berbeda dari segi penyediaannya, yaitu pekerja tidak terlatih, terlatih atau profesional; Disampaikan dalam Pelatihan Manajemen Keperawatan2) beberapa jenis pelayanan memerlukan kehadiran dari klien (clients precense);3) pelayanan juga dibedakan dalam memenuhi kebutuhan perorangan (personal need) atau kebutuhan bisnis (business need); dan 4) pelayanan yang dibedakan atas tujuannya, yaitu laba atau nirlaba (profit or non profit) dan kepemilikannya swasta atau publik (private or public). Berdasarkan dari pendapat-pendapat tersebut, maka dapat dikatakan bahwa pelayanan merupakan salah satu bentuk hasil dari produk yang memberikan pelayanan yang mempunyai sifat tidak berwujud sehingga pelayanan hanya dapat dirasakan setelah orang tersebut menerima pelayanan tersebut. Selain itu, pelayanan memerlukan kehadiran atau partisipasi pelanggan dan pemberi pelayanan baik yang professional maupun tidak profesional secara bersamaan sehingga dampak dari transaksi jual beli pelayanan dapat langsung dirasakan dan jika pelanggan itu tidak ada maka pemberi pelayanan tidak dapat memberikan pelayanan.b. KeperawatanKeperawatan sudah banyak didefinisikan oleh para ahli, dan menurut Herderson (1966, dalam Kozier et al, 1997) menjelaskan keperawatan sebagai kegiatan membantu individu sehat atau sakit dalam melakukan upaya aktivitas untuk membuat individu tersebut sehat atau sembuh dari sakit atau meninggal dengan tenang (jika tidak dapat disembuhkan), atau membantu apa yang seharusnya dilakukan apabila ia mempunyai cukup kekuatan, keinginan, atau pengetahuan. Sedangkan Kelompok Kerja Keperawatan (1992) menyatakan bahwa keperawatan adalah suatu bentuk layanan profesional yang merupakan bagian integral dari layanan kesehatan, berbentuk layanan bio-psiko-sosio-spiritual yangm komprehensif, ditujukan kepada individu, keluarga, dan masyarakat baik sakit maupun sehat, yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia. Layanan keperawatan diberikan karena adanya kelemahan fisik dan mental, keterbatasan pengetahuan, serta kurangnya kemauan dalam melaksanakan kegiatan hidup sehari-hari secara mandiri.Pelayanan Keperawatan yang diberikan kepada pasien menimbulkan adanya interaksi antara perawat dan pasien, sehingga perlu diperhatikan kualitas hubungan antara perawat dan pasien. Hubungan ini dimulai sejak pasien masuk rumah sakit. Kozier et al (1997) menyatakan bahwa hubungan perawat-pasien menjadi inti dalam pemberian asuhankeperawatan, karena keberhasilan penyembuhan dan peningkatan kesehatan pasien sangat dipengaruhi oleh hubungan perawat-pasien. Oleh karena itu metode pemberian asuhan keperawatan harus memfasilitasi efektifnya hubungan tersebut. Konsep yang mendasari hubungan perawat pasien adalah hubungan saling percaya, empati, caring, otonomi, dan mutualitas.Pengertian keperawatan di atas dikaitkan dengan karakteristik dan batasan yang telah dijelaskan sebelumnya, maka keperawatan dapat dikatakan sebagai jenis produk yang menghasilkan pelayanan yang berbasis orang (people based) yaitu berbasis pada pasien baik sakit maupun sehat akibat ketidaktahuan, ketidakmampuan, atau ketidakmauan dengan menyediakan layanan keperawatan oleh tenaga perawat profesional berbentuk layanan bio-psiko-sosio-spiritual yang komprehensif. Sebagai suatu praktek keperawatan yang profesional, dalam pelayanannya menggunakan pendekatan proses keperawatan yang merupakan metode yang sistematis dalam memberikan asuhan keperawatan yang terdiri dari pengkajian, diagnosis keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Namun dalam pelaksanaannya harus memperhatikan kualitas hubungan antara perawat dan pasien yaitu rasa percaya, empati dan caring.Berdasarkan penjelasan mengenai mutu dan pelayanan keperawatan di atas, maka Mutu Pelayanan Keperawatan dapat merupakan suatu pelayanan keperawatan yang komprehensif meliputi bio-psiko-sosio-spiritual yang diberikan oleh perawat profesional kepada pasien (individu, keluarga maupun masyarakat) baik sakit maupun sehat, dimana perawatan yang diberikan sesuai dengan kebutuhan pasien dan standar pelayanan.

B. Dimensi Mutu Pelayanan KeperawatanWindy (2009) menyatakan bahwa dimensi mutu dalam pelayanan keperawatan terbagi kedalam 5 macam, diantaranya:1. Tangible (bukti langsung) Merupakan hal-hal yang dapat dilihat dan dirasakan langsung oleh pasien yang meliputi fasilitas fisik, peralatan, dan penampilan staf keperawatan. Sehingga dalam pelayanan keperawatan, bukti langsung dapat dijabarkan melalui : kebersihan, kerapian, dan kenyamanan ruang perawatan; penataaan ruang perawatan; kelengkapan, kesiapan dan kebersihan peralatan perawatan yang digunakan; dan kerapian serta kebersihan penampilan perawat. 2. Reliability (keandalan) Keandalan dalam pelayanan keperawatan merupakan kemampuan untuk memberikan pelayanan keperawatan yang tepat dan dapat dipercaya, dimana dapat dipercaya dalam hal ini didefinisikan sebagai pelayanan keperawatan yang konsisten. Oleh karena itu, penjabaran keandalan dalam pelayanan keperawatan adalah : prosedur penerimaan pasien yang cepat dan tepat; pemberian perawatan yang cepat dan tepat; jadwal pelayanan perawatan dijalankan dengan tepat dan konsisten (pemberian makan, obat, istirahat, dan lain-lain); dan prosedur perawatan tidak berbelat belit. 3. Responsiveness (ketanggapan) :Perawat yang tanggap adalah yang bersedia atau mau membantu pelanggan dan memberikanpelayanan yang cepat/tanggap. Ketanggapan juga didasarkan pada persepsi pasien sehingga faktor komunikasi dan situasi fisik disekitar pasien merupakan hal yang penting untuk diperhatikan. Oleh karena itu ketanggapan dalam pelayanan keperawatan dapat dijabarkan sebagai berikut: a. perawat memberikan informasi yang jelas dan mudah dimengerti oleh pasien;b. kesediaan perawat membantu pasien dalam hal beribadah; c. kemampuan perawat untuk cepat tanggap menyelesaikan keluhan pasien; d. tindakan perawat cepat pada saat pasien membutuhkan. 4. Assurance (jaminan kepastian) Jaminan kepastian dimaksudkan bagaimana perawat dapat menjamin pelayanan keperawatan yang diberikan kepada pasien berkualitas sehingga pasien menjadi yakin akan pelayanan keperawatan yang diterimanya. Untuk mencapai jaminan kepastian dalam pelayanan keperawatan ditentukan oleh komponen : kompetensi, yang berkaitan dengan pengetahuan dan keterampilan perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan; keramahan, yang juga diartikan kesopanan perawat sebagai aspek dari sikap perawat; dan keamanan, yaitu jaminan pelayanan yang menyeluruh sampai tuntas sehingga tidak menimbulkan dampak yang negatif pada pasien dan menjamin pelayanan yang diberikan kepada pasien aman. Disampaikan dalam Pelatihan Manajemen Keperawatan. 5. Emphaty (empati) Empati lebih merupakan perhatian dari perawat yang diberikan kepada pasien secara individual. Sehingga dalam pelayanan keperawatan, dimensi empati dapat diaplikasikan melalui cara berikut, yaitu : memberikan perhatian khusus kepada setiap pasien; perhatian terhadap keluhan pasien dan keluarganya; perawatan diberikan kepada semua pasien tanpa memandang status sosial dan lain-lain. Uraian mengenai dimensi mutu di atas akan membantu kita untuk menentukan mutu pelayanan keperawatan. Mutu pelayanan keperawatan jika dipandang sebagai suatu sistem yang terdiri dari input, proses dan outcome, maka mutu pelayanan keperawatan merupakan interaksi dan ketergantungan antara berbagai aspek, komponen atau unsur pelayanan keperawatan.

C. Ciri Mutu Asuhan Keperawatan (Depkes Ri, 1998) 1. Memenuhi standar profesi yang diterapkan \2. Sumber daya untuk pelayanan askep di manfaatkan secara wajar,efisien &efektif3. Aman bagi pasien dan tenaga keperawatan sebagai pemberi jasa pelayanan4. Memuaskan bagi pasien & tenaga keperawatan serta5. Aspek sosial, ekonnomi, budaya, agama, etika & tata nilai masyarakat diperhatikdan dihormatiDisamping itu persyaratan untuk meningkatkan mutu askep antara lain 1. Pimpinan ang peduli dan mendukung2. Ada kesadaran bahwa mutu harus ditingkatkan 3. Tenaga keperawatan disiapkan melalui upaya peningkatan pengetahuan, sikap dan keterampian dengan cara diadakan program diklat 4. Sarana & perlengkapan dan lingkungan yang mendukung5. Tersedia dan diterapkan standar Askep

D. Pengertian Dan Tujuan Standar KeperawatanStandar merupakan uraian pernyataan tingkat kinerja yang diinginkan, sehingga kualitas struktur, proses dan hasil dapat dinilai. Standar asuhan keperawatan berarti pernyataankualitas yang diinginkan dan dapat dinilai pemberian asuhan keperawatan terhadap pasien/klien. Hubungan antara kualitasdan standar menjadi dua hal yang saling terkait erat, karena melalui standar dapat dikuantifikasi sebagai bukti pelayanan meningkat atau memburuk.Standar keperawatan adalah pernyataan deskriptif dari kualitas yang diinginkan terhadap pelayanan keperawatan yang diberikan pada klien. Standar keperawatan dapat digunakan sebagai target atau ukuran untuk menilai penampilan perawat. Standar memberi arah dan bimbingan langsung kepada perawat dalam melaksanakna asuhan keperawatan. Dengan demikian, standar berguna untuk melindungi perawat dan klien dari kesalahan dan untuk mengetahui apakah tindakan keperawatan yang telah dilakukan tenaga medis/perawat lalai atau salah.Menurut Ann Gillies (1989) mengidentifikasi tujuan dari standar keperawatan, antara lain sebagai berikut :1. Meningkatkan kualitas asuhan keperawatan.2. Menurunkan biaya perawatan yang harus dikeluarkan; alasannya adalah:a. Apabila perawat yang telah ditetapkan pada standar setidak- tidaknya kegiatan yang tidak perlu tidak akan terjadi.b. Permasalahan klien lebih cepat teratasic. Hari rawat inap lebih efektif ( pendek)3. Melindungi perawat dari kelalaian dalam melakukan tugas & melindungi klien dari tindakan yang tidak sesuai.Dengan demikian, standar asuhan keperawatan harus dapat menguraikan prosedur yang harus dilakukan dalam memberikan asuhan keperawatan, sehingga kesalahan dan kelalaian dapat dihindarkan. Dengan adanya standar praktik, profesi keperawatan yang bertanggung jawab melindungi masyarakat atau komunitas dapat diwujudkan. Penyusunan pelaksanaan standar praktik mempunyai fungsi utama dalam organisasi, yaitu sebagai berikut:1. Mempertahankan akuntabilitas aonggota dalam melaksanakan standar.2. Mendidik masyarakat untuk menghargai standar serta individu yang tidak memenuhi standar atau tidak menikuti standar.3. Menetukan dan meningkatkan standar.Perlu dipahami bersama bahwa standar keperawatan setiap negara berbeda dan bermacam-macam. Namun, secara umum komponen yang dapat dimasukkan dalam pratik keperawatan antara lain:a. Pengetahuan tentang keperawatan harus dipahami dan dianalisis oleh setiap perawat yang professional, yaitu pada konsep keperawatan.b. Akuntabilitas professional, baik independen maupun interdependen pada setiap tahap proses keperawatan.

E. Komponen Standar Asuhan KeperawatanStandar praktik keperawatan telah disahkan oleh Mentri kesehatan. Republik Indonesia dalam SK No. 660/Menkes/SK/IX/1987 yang kemudian diperbaharui dan disahkan berdasarkan SK Dirjen. Yanmed. Depkes. RI No. YM.00.03.2.6.7637, tanggal 18 Agustus 1993. Kemudian pada tahun 1996, Dewan Pimpinan Pusat PPNI menyusun standar praktek keperawatan yang mengacu dalam tahapan proses keperawatan, yang meliputi: (1) Pengkajian, (2) Diagnosis keperawatan, (3) Perencanaan, (4) Implementasi dan (5) Evaluasi. 1. Standar I : Pengkajian Keperawatan Perawat mengumpulkan data tentang status kesehatan pasien secara sistematis, menyeluruh, akurat, singkat dan berkesinambungan. Kriteria pengkajian keperawatan, meliputi : 1) Pengumpulan data dilakukan dengan cara anamnesis, observasi, pemeriksaan fisik, serta dari pemeriksaan penunjang. 2) Sumber data adalah pasien, keluarga, atau orang yang terkait, tim kesehatan, rekam medis dan catatan lain3) Data yang dikumpulkan, difokuskan untuk mengidentifikasi :a. Status kesehatan pasien masa lalub. Status kesehatan pasien saat inic. Status biologis-psikologis-sosial-spritual d. Respons terhadap terapi .e. Harapan terhadap tingkat kesehatan yang optimalf. Risiko-risiko tinggi masalah keperawatan4) Kelengkapan data dasar mengandung unsur LARB (lengkap, akurat, relevan dan baru )

2. Standar II : Diagnosis Keperawatan Perawat menganalisis data pengkajian untuk merumuskan diagnosis keperawatan. Kriteria proses diagnosis keperawatan meliputi : 1) Proses diagnosis terdiri atas analisis, interpretasi data, identifikasi masalah pasien, dan perumusan diagnosis keperawatan. 2) Diagnosis keperawatan terdiri atas : masalah, penyebab, dan tanda atau gejala, atau terdiri atas masalah dan penyebab. 3) Bekerjasama dengan klien, dan petugas kesehatan lain untuk memvalidasi diagnosis keperawatan 4) Melakukan pengkajian ulang, dan merevisi diagnosis berdasarkan data terbaru.

3. Standar III : Perencanaan Keperawatan Perawat membuat rencana tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah dan meningkatkan kesehatan pasien. Kriteria proses perencanaan keperawatan meliputi1) Perencanaan terdiri dari penetapan prioritas masalah, tujuan dan rencana tindakan keperawatan. 2) Bekerjasama dengan pasien dalam menyusun rencana tindakan keperawatan. 3) Perencanaan bersifat individual sesuai dengan kondisi atau kebutuhan pasien. 4) Mendokumentasi rencana keperawatan.

4. Standar IV : Implementasi Perawat mengimplementasikan tindakan yang telah diidentifikasi dalam rencana asuhan keperawatan. Kriteria proses tindakan implementasi meliputi : 1) Bekerjasama dengan klien dalam pelaksanaan tindakan keperawatan. 2) Kolaborasi dengan tim kesehatan lain 3) Melakukan tindakan keperawatan untuk mengatasi kesehatan lain 4) Memberikan pendidikan kesehatan pada pasien dan keluarga mengenai konsep, keterampilan asuhan diri serta membantu memodifikasi lingkungan yang digunakan. 5) Mengkaji ulang dan merevisi pelaksanaan tindakan keperawatan berdasarkan respons pasien.

5. Standar V : Evaluasi Keperawatan Perawat mengevaluasi kemajuan pasien terhadap tindakan keperawatan dalam pencapaian tujuan dan merevisi data dasar dan perencanaan. Kriteria proses evaluasi keperawatan meliputi : 1) Menyusun perencanaan evaluasi hasil dari intervensi secara komprehensif, tepat waktu dan terus menerus. 2) Menggunakan data dasar dan respons pasien dalam mengukur perkembangan ke arah pencapaian tujuan. 3) Memvalidasi dan menganalisis data baru dengan teman sejawat. 4) Bekerjasama dengan pasien dan keluarga untuk memodifikasi rencana asuhan keperawatan. 5) Mendokumentasikan hasil evaluasi dan memodifikasi perencanaan. Dengan standar asuhan keperawatan tersebut, maka pelayanan keperawatan menjadi lebih terarah. Standar adalah pernyataan deskriftif mengenai tingkat penampilan yang diinginkan, kualitas struktur, proses, atau hasil yang dapat dinilai, dalam rangka untuk mengevaluasi pelayanan keperawatan yang telah diberikan pada pasien (Nursalam, 2007).

Standar KinerjaProfessionalStandar I: Jaminan MutuPerawat secara sistematis melakukan evaluasi tentang mutu dan efektifitas praktek keperawatan.1. Rasional Evaluasi tentang mutu asuhan keperawatan adalah melalui penilaian praktek keperawatan dan merupakan suatu cara untuk memenuhi kewajiban professi yaitu menjamin klien mendapat asuhan yang bermutu.2. Kriteria Struktura. Adanya kebijakan tertulis institusi untuk mendukung terlaksananya jaminan mutu.b. Tersedia mekanisme telaah sejawat c. Program evaluasi mutu asuhan maupun interdisiplin ditatanan praktekd. Perawat menjadi anggota telaah sejawat dan anggota program evaluasi interdisiplin untuk menilai hasil akhir asuhan kesehatan/asuhan pelayanan.e. Tersedianya program pengembangan jaminan mutu berdasarkan standar praktek yang sudah ditetapkan untuk membantu meningkatkan mutu asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien.3. Kriteria ProsesPerawat berperan serta secara aktif , sistematis dan berkesinambungan dalam evaluasi praktek keperawatan meliputi:a. Penetapan indikator kritisb. Pengumpulan dan analisis data mengenai mutu praktek keperawatanc. Perumusan kesimpulan, umpan balik dan rekomendasid. Penyebaran informasie. Penyusunan rencana tindak lanjutf. Penyusunan rencana dan pelaksanaan penilaian secara periodicg. Perawat memanfaatkan usulan-usulan yang sesuai, yang diperoleh melalui program evaluasi praktek keperawatan4. Kriteria Hasila. Adanya hasil pengendalian mutub. Adanya tindakan perbaikan terhadap kesenjangan yang diidentifikasi melalui program evaluasi baik pada individu perawat, unit atau organisasi.

Standar II : PendidikanPerawat bertanggung jawab untuk memperoleh ilmu pengetahuan mutakhir dalam praktek keperawatan.1. RasionalPerkembangan ilmu dan teknologi, sosial, ekonomi, politik dan pendidikan masyarakat menuntut komitmen perawat untuk terus menerus meningkatkan pengetahuan sehingga memacu pertumbuhan profesi.2. Kriteria Struktura. Adanya kebijakan di tatanan praktek untuk tetap memberi peluang dan fasilitas pada perawat untuk mengikuti kegiatan yang terkait dengan pengembangan keperawatan serta pendidikan berkelanjutan.b. Tersedianya peluang dan fasilitas belajar pada tatanan praktekc. Adanya peluang untuk berpartisipasi dalam kegiatan organisasi professi untuk mengembangkan professi.

3. Kriteria Prosesa. Perawat mempunyai prakarsa untuk belajar mandiri agar dapat mengikuti perkembangan ilmu dan meningkatkan keterampilanb. Perawat berperan serta dalam kegiatan pemantapan di tempat kerja (inservice) seperti diskusi ilmiah, ronde keperawatan.c. Perawat mengikuti pelatihan, seminar atau pertemuan professional lainnya minimal 6 bulan 1 kali.d. Perawat mengidentifikasi kebutuhan belajar.4. Kriteria Hasila. Adanya peningkatan pengetahuan dan keterampilan perawat tentang ilmu keperawatan dan teknologi mutahirb. Pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi mutakhir dalam praktek klinik

Standar III: Penilaian KinerjaPerawat mengevaluasi prakteknya berdasarkan standar praktek profesional dan ketentuan lain yang terkait.1. RasionalPenilaian kinerja perawat merupakan suatu cara untuk menjamin tercapainya standar praktek keperawatan dan sesuai dengan ketentuan legal yang belaku.2. Kriteria Struktura. Adanya kebijakan tentang penilaian kinerja perawatb. Adanya perawat penilai sebagai anggota penilai kinerjac. Adanya standar penilaian kinerja perawat.d. Adanya rencana penilaian kinerja berdasarkan standar yang ditetapkan3. Kriteria Prosesa. Perawat berperan serta secara teratur dan sistematis pada penilaian kinerja melalui:1) Penetapan mekanisme dan alat penilaian kinerja2) Penilaian kinerja berdasarkan kriteria yang ditetapkan3) Perumusan hasil penilaian kinerja meliputi area yang baik dan yang kurang4) Pemberian umpan balik dan rencana tindak lanjut.b. Penetapan mekanisme dan alat penilaian kinerja c. Pengkajian kinerja berdasarkan kriteria yang ditetapkan d. Perumusan hasil penilaian kinerja meliputi area yang baik dan yang kurange. Pemberian umpan balik dan rencana tindak lanjutf. Praktek keperawatan didasari pengetahuan professional yang mutakhir dan sesuai dengan standar praktek dan tata hukum yang berlaku.g. Perawat memanfaatkan hasil penilaian untuk memperbaiki dan mempertahankan kinerja.4. Kriteria Hasila. Adanya peningkatan kinerjab. Adanya perbaikan terhadap kesenjangan yang diidentifikasi melalui kegiatan penilaian kinerja.

Standar IV : KesejawatanPerawat berkontribusi dalam mengembangkan professionalisme dari sejawat sebagai kolega.1. RasionalEvaluasi tentang kualitas asuhan keperawatan melalui pembahasan praktek keperawatan oleh para perawat merupakan suatu cara untuk memenuhi kewajiban professi untuk menjamin konsumen diberikan asuhan yang prima.2. Kriteria Struktura. Tersedianya mekanisme untuk telaah sejawat pada tatanan praktekb. adanya perawat yang berperan sebagai telaah sejawat yang mengevaluasi hasil asuhan keperawatanc. Perawat berperan secara aktif dalam kolaborasi sejawat.

3. Kriteria Prosesa. Perawat berperan secara aktif dalam melaksanakan berbagi pengalaman dalam pengetahuan dan keterampilan melalui mekanisme telaah sejawat.b. Perawat memanfaatkan hasil berbagai pengalaman dengan teman sejawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan.4. Kriteria Hasila. Adanya kesepakatan antar sejawat untuk saling berbagi pengalamanb. Dilakukan perbaikan tindakan berdasarkan hasil pertemuan sejawat.

Standar V: EtikKeputusan dan tindakan perawat atas nama klien ditentukan dengan cara yang etis 1. RasionalKode etik perawat merupakan parameter bagi perawat dalam membuat penilaian etis. Berbagai isu spesifik tentang etik yang menjadi kepedulian perawat meliputi: penolakan klien terhadap pengobatan, informed consent pemberhentian alat bantu hidup, kerahasiaan klien, memberi hadiah dengan maksud tertentu, pelecehan dan diskriminasi.2. Kriteria Struktura. Adanya komite etik keperawtanb. Adanya kriteria masalah etikc. Adanya mekanisme penyelesaian masalah etikd. Adanya program pembinaan etik professi keperawatan3. Kriteria Prosesa. Praktek perawat berpedoman pada kode etikb. Perawat menjaga kerahasiaan klienc. Perawat bertindak sebagai advokat kliend. Perawat memberikan asuhan dengan tanpa menghakimi dan tanpa diskriminasie. Perawat memberikan asuhan dengan melindungi otonomi, martabat dan hak-hak klien.f. Perawat mencari sumber-sumber yang tersedia untuk membantu menetapkan keputusan etik.

4. Kriteria Hasila. Bila terjadi masalah etik, ada bukti dalam catatan klien, bahwa isu-isu etik ditemukan dan dibahas didalam pertemuan timb. Konsep-konsep kode etik diterapkan dalam pembinaan keperawatan.

Standar VI: KolaborasiPerawat berkolaborasi dengan klien, keluarga dan semua pihak terkait serta tim multi disiplin kesehatan dalam memberikan pelayanan keperawatan klien.1. RasionalDalam pemberian asuhan membutuhkan pendekatan multi disiplin oleh karena kompleksitasnya kolaborasi dengan klien, keluarga serta multi disiplin mutlak diperlukan untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas asuhan dan untuk membantu klien mencapai kesehatan optimal. Melalui proses kolaboratif kemampuan professional dari masing-masing professi kesehatan digunakan untuk mengkomunikasikan, merencanakan, menyelesaikan masalah dan mengevaluasi pelayanan.2. Kriteria Struktura. Adanya kebijakan kerja tim dalam memberi asuhan kesehatan terhadap klien.b. Perawat dilibatkan dalam menetapkan kebijakan yang terkait dengan asuhan klienc. Ada jadual pertemuan berkalad. Tersedianya mekanisme untuk menjamin keterlibatan klien dan keluarga dalam pengambilan keputusan tim.

3. Kriteria Prosesa. Perawat berkolaborasi dan berkonsultasi dengan professi lain sesuai kebutuhan untuk memberikan asuhan yang optimal bagi klien.b. Perawat mengkomunikasikan pengetahuan dan keterampilan keperawatan sehingga sejawat dapat mengintegrasikannya dalam asuhan keperawatan klien dan keluargac. Perawat melibatkan klien dan keluarga dalam tim multidisiplind. Perawat berfungsi sebagai advokat klien dan keluarga.4. Kriteria Hasila. Ada bukti bahwa perawat merupakan anggota atau bagian integral dari tim multi disiplinb. Ada bukti terjadinya kolaborasi multi disiplin, seperti tercermin dalam rencana terapi.

Standar VII: RisetPerawat melaksanakan dan menggunakan hasil riset dalam praktek keperawatan.1. RasionalPerawat sebagai professional mempunyai tanggung jawab untuk mengembangkan pendekatan baru dalam praktek keperawatan melalui riset.2. Kriteria Struktura. Tersedianya kebijakan institusi tentang risetb. Tersedianya pedoman risetc. Tersedia kesempatan bagi perawat untuk melakukan dan atau berpartisipasi dalam riset sesuai tingkat pendidikan d. Tersedia peluang dan fasilitas untuk menggunakan hasil riset3. Kriteria Prosesa. Perawat mengidentifikasi masalah keperawatan terkait dengan praktek dan memerlukan risetb. perawat menggunakan standar riset yang dapat dipertanggungjawabkan dalam upaya investigasi c. Perawat melaksanakan risetd. Perawat menggunakan hasil risete. Perawat menjamin adanya mekanisme untuk melindungi manusia sebagai subjek penelitian.f. Perawat mengembangkan, mengimpelementasikan dan mengevaluasi telaah riset sesuai tingkat pendidikang. Perawat mendapatkan konsultasi dan atau supervisi dari pakar bila diperlukanh. Perawat berkewajiban dalam mendiseminasikan hasil riset.4. Kriteria Hasila. Masalah klien teridentifikasi dan ditanggulangi melalui upaya risetb. Adanya bukti landasan pengetahuan keperawatan secara terus menerus diuji dan dimutakhirkan dengan hasil-hasil riset yang relevanc. Praktek keperawatan mencerminkan digunakannya temuan riset mutakhir yang tersediad. Telah dipublikasikan kontribusi perawat terhadap pengembangan teori, praktek dan riset.

Standar VIII: Pemanfaatan Sumber-SumberPerawat mempertimbangkan faktor-faktor yang terkait dengan keamanan, efektifitas dan efisiensi biaya dalam perencanaan dan pemberian asuhan keperawatan.1. RasionalPelayanan keperawatan menuntut upaya untuk merancang program pelayanan keperawatan yang lebih efektif dan efisien. Perawat berpartisipasi dalam menggali dan memanfaatkan sumber-sumber bagi klien.2. Kriteria Struktura. Tersedianya standar kinerja yang jelas dan mekanisme penyelesaian konflik.b. Tersedianya sistem informasi manajemen yang digunakan oleh berbagai tingkat manajerial keperawatan, untuk menerima, mengatur, menganalisa dan menyampaikan serta menyimpan informasi yang diperlukan untuk merencanakan pelaksanaan keperawatan, mengatur tenaga keperawatan, mengarahkan kegiatan keperawatan dan evaluasi keluaran keperawatan.c. Tersedianya protokol penting (termasuk inform consent) dan penanggulangan bahaya.d. Tersedianya alat-alat yang dibutuhkan

3. Kriteria Prosesa. Perawat mengevaluasi faktor-faktor keamanan, ketersediaan sumber-sumber dan efektifitas dalam menentukan pilihan terhadap 2 atau lebih tindakan yang akan menghasilkan outcome yang sama.b. Perawat membantu klien dan keluarga dalam mengidentifikasi dan memilih pelayanan yang tersedia sesuai kebutuhan klien.c. Perawat mendelegasikan tugas sesuai dengan pengetahuan dan keterampilan dari perawat yang mendapat delegasi tugas.d. Dalam mendelegasikan tugas perawat mengacu pada kebutuhan dan kondisi klien, resiko kecelakaan kompleksitas tugas serta prediksi hasile. Perawat membantu klien dan keluarga, dalam hal informed consent dengan memberikan penjelasan tentang biaya, resiko dan keuntungan dari pengobatan dan pelayanan keperawatan.4. Kriteria Hasila. Terwujudnya pelayanan yang memperhatikan keamanan, efektifitas dan biaya yang sesuai.b. Terwujudnya pelayanan keperawatan sesuai kebutuhan dan kemampuan klienc. Terwujudnya Pendelegasian tugas yang jelasd. Terlaksananya pemberian inform consent kepada klienF. Pelaksanaan Evaluasi Penerapan Standar Asuhan KeperawatanDalam upaya peningkatan mutu pelayanan keperawatan di rumah sakit, telah disusun standar pelayanan rumah sakit yang diberlakukan melalui SK Menkes No. 436/MENKES/SKVI/1993 dan Standar Asuhan Keperawatan yang diberlakukan melalui SK Dirjen Yan Med No.YM.00.03.2.6.7637 tahun 1993. Standar pelayanan dan standar asuhan keperawatan tersebut harus diterapkan secara bertahap. Standar pelayanan dan standar asuhan keperawatan tersebut berfungsi sebagai alat ukur untuk mengetahui, memantau dan menyimpulkan apakah pelayanan/asuhan keperawatan yang diselenggarkan di rumah sakit sudah mengikuti dan memenuhi persyaratan-persyaratan yang ditetapkan dalam standar tersebut. Bila pelayanannya sudah mengikuti dan sesuai dengan persyaratan maka dapat disimpulkan bahwa pelayanan paling sedikit sudah dapat dipertanggungjawabkan maka dapat dikatakan bahwa mutu pelayanannya juga harus dianggap baik. Untuk mengetahui tingkat keberhasilan penerapan standar ini, perlu dilakukan penilaian secara obyektif dengan menggunakan metode dan instrumen penilaian yang baku. Instrument evaluasi penerapan standar asuhan keperawatan ini terdiri dari :1) Pedoman studi dokumentasi asuhan keperawatan yang selanjutnya disebut instrumen A,2) Angket yang ditujukan kepada pasien dan keluarga untuk memperoleh gambaran tentang persepsi pasien terhadap mutu asuhan keperawatan yang selanjutnya disebut instrument B.3) Pedoman observasi pelaksanaan tindakan keperawatan selanjutnya disebut instrumen C (Departemen Kesehatan, 1998). Menurut Gillies (1994) prosentase dari masing-masing instrumen akan menentukan tingkat mutu asuhan keperawatan yang dilakukan. Rentang nilai untuk instrumen ABC adalah : 1.76-100 % adalah baik : Keterangan : dipertahankan 2.56-75% adalah cukup: Keterangan : Ditingkatkan 3.40-55 % adalah kurang : Keterangan : Perlu dilakukan pelatihan. BAB IIIPENUTUP

A. Kesimpulan Kualitas pelayanan keperawatan sangat dipengaruhi oleh proses, peran dan fungsi dari manajemen pelayanan keperawatan, karena manajemen keperawatan adalah suatu tugas khusus yang harus dilaksanakan oleh manajer/ pengelola keperawatan yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan serta mengawasi sumber-sumber yang ada, baik sumber daya maupun sumber dana sehingga dapat memberikan pelayanan keperawatan yang efektif dan efisien baik kepada klien, keluarga dan masyarakat. (Donny, 2014)

DAFTAR PUSTAKA

Ayu Lestari.2014. Kepemimpinan Dan Menejemen Keperawatan Manajemen Mutu Dalam Pelayanan Keperawatan http://ayuules. blogspot.com/2014/10/ manajemen-mutu-dalam-pelayanan.html (diakses pada hari Kamis, tanggal 21 Mei 2015 pukul 8:20 pm)

Hamzan.2011. Standar Praktik Keperawatan Komunitas Http://Pagah-Praye.Blogspot.Com/2011/06/Standar-Praktik-Keperawatan-Komunitas. Html (diakses pada hari Kamis, tanggal 21 Mei 2015 pukul 9:34 pm )

http://mantrinews.blogspot.com/2012/04/penerapan-standar-asuhan-keperawatan.html(diakses pada hari Sabtu, tanggal 23 Mei 2015 pukul 11:24 am)

Widoyoko Antonius .2011. penilaian kinerja perawat-Antonius.w http://penilaiankineerjaperawat.blogspot.com/2011/01/penilaian-kinerja-perawat-antoniusw.html (diakses pada hari Kamis, tanggal 21 Mei 2015 pukul 10:32 pm )