azadirachtin (insektisida nabati)
TRANSCRIPT
TUGAS MATA KULIAH PENGENDALIAN VEKTOR
“AZADIRACHTIN (INSEKTISIDA NABATI)”
OLEH :
NAMA : OKKYTA ANDANI INIKO PUTRI
NIM : 25010113120170
PEMINATAN EPIDEMIOLOGI DAN PENYAKIT TROPIK
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2016
i
DAFTAR ISI
COVER.........................................................................................................................i
DAFTAR ISI................................................................................................................. ii
DAFTAR GAMBAR.....................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................1
LATAR BELAKANG.................................................................................................1
TUJUAN...................................................................................................................3
MANFAAT................................................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................................5
DEFINISI INSEKTISIDA NABATI.............................................................................5
AZADIRAKTIN.........................................................................................................6
FORMULASI............................................................................................................7
CARA KERJA...........................................................................................................8
SUSUNAN KIMIA...................................................................................................10
DOSIS....................................................................................................................11
SERANGGA SASARAN.........................................................................................11
EFEKTIVITAS........................................................................................................12
EFEK SAMPING....................................................................................................13
BAB III PENUTUP.....................................................................................................14
KESIMPULAN........................................................................................................14
SARAN...................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................15
ii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Biosintesa Azadirachtin………………………………………………..10
Gambar 2.2 Struktur molekul Azadirachtin…………………………………………13
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANGInsektisida adalah bahan-bahan kimia bersifat racun yang digunakan
untuk membunuh serangga. Insektisida dapat memengaruhi pertumbuhan,
perkembangan, tingkah laku, perkembangbiakan, kesehatan, sistem hormon,
sistem pencernaan, serta aktivitas biologis lainnya hingga berujung pada
kematian serangga pengganggu tanaman. Insektisida termasuk salah satu
jenis pestisida.
Insektisida seringkali digunakan melebihi dosis yang seharusnya
karena petani beranggapan semakin banyak insektisida yang diaplikasikan
maka akan semakin bagus hasilnya. Beberapa petani bahkan
mencampurkan perekat pada insektisidanya agar tidak mudah larut terbawa
air hujan. Namun, penggunaan perekat ini justru mengakibatkan tingginya
jumlah residu pestisida pada hasil panen yang nantinya akan menjadi bahan
konsumsi manusia. Menurut data WHO sekitar 500 ribu orang meninggal
dunia setiap tahunnya dan diperkirakan 5 ribu orang meninggal setiap 1 jam
45 menit akibat pestisida dan/atau insektisida. Penggunaan insektisida
sintetik juga dapat mengakibatkan terjadinya pencemaran lingkungan. Hal ini
dikarenakan insektisida tertentu dapat tersimpan di dalam tanah selama
bertahun-tahun, sehingga dapat merusak komposisi mikroba tanah, serta
mengganggu ekosistem perairan. Untuk mengurangi dampak negative dari
insektisida kimia tersebut maka salah satu alternative yang dapat digunakan
adalah meningkatkan penyediaan dan penggunaan pestisida yang ramah
ringkungan, baik berupa pestisida nabati maupun hayati.
Pestisida Nabati adalah pestisida yang bahan aktifnya berasal dari
tanaman atau tumbuhan dan bahan organik lainya yang berkhasiat
mengendalikan serangan hama pada tanaman. Pestisida ini tidak
1
meninggalkan residu yang berbahaya pada tanaman maupun lingkungan
serta dapat di buat dengan mudah menggunakan bahan yang murah dan
peralatan yang sederhana. Insektisida nabati merupakan salah satu sarana
pengendalian hama alternatif yang layak dikembangkan, karena senyawa
insektisida yang diekstrak dari tumbuhan tersebut mudah terurai di
lingkungan dan relatif aman terhadap mahkluk bukan sasaran. Insektisida
nabati memiliki zat metabolik sekunder yang mengandung senyawa bioaktif
seperti alkaloid, fenolik, terpenoid, dan zat-zat kimia sekunder lainnya.
Senyawa tersebut ini dapat dimanfaatkan seperti layaknya senyawa pada
insektisida sintetik, perbedaannya bahan aktif pestisida nabati disintesa oleh
tumbuhan dan jenisnya dapat lebih dari satu macam (campuran).
Efektivitas bahan alami yang digunakan sebagai insektisida nabati
sangat tergantung dari bahan tumbuhan yang dipakai, karena satu jenis
tumbuhan yang sama tetapi berasal dari daerah yang berbeda dapat
menghasilkan efek yang berbeda pula, ini dikarenakan sifat bioaktif atau sifat
racunnya tergantung pada kondisi tumbuh, umur tanaman dan jenis dari
tumbuhan tersebut.
Indonesia memiliki flora yang sangat beragam, mengandung cukup
banyak jenis tumbuh-tumbuhan yang merupakan sumber bahan insektisida
yang dapat dimanfaatkan untuk pengendalian hama. Lebih dari 1500 jenis
tumbuhan di dunia telah dilaporkan dapat berpengaruh buruk terhadap
serangga. Di Indonesia terdapat 50 famili tumbuhan penghasil racun. Famili
tumbuhan yang dianggap merupakan sumber potensial insektisida nabati
adalah Meliaceae, Annonaceae, Asteraceae, Piperaceae dan Rutaceae.
Mimba (Azadirachta indica A. Juss; Mileaceae), merupakan salah
satu tumbuhan sumber bahan pestisida (pestisida nabati) yang dapat
dimanfaatkan untuk pengendalian hama. Tanaman ini tersebar di daratan
India. Di Indonesia tanaman ini banyak ditemukan di sekitar provinsi Jawa
Tengah, Jawa Timur, Bali, dan NTB. Dataran rendah dan lahan kering
dengan ketinggian 0-800 dpl. merupakan habitat yang terbaik untuk
pertumbuhan tanaman mimba. Bagian tanaman mimba yang dapat
2
digunakan sebagai pestisida nabati adalah daun dan bijinya. Ekstrak daun
dan biji mimba mengandung senyawa aktif utama azadiraktin. Selain bersifat
sebagai insektisida, mimba juga memiliki sifat sebagai fungisida, virusida,
nematisida, bakterisida, maupun akarisida.
Oleh karena itu, untuk mengetahui lebih dalam mengenai insektisida
nabati azadirachtin maka kami akan mencoba mengkaji dan memaparkan
tentang insektisida nabati azadirachtin dalam makalah yang akan kami susun
dengan judul “ Azadirachtin (Insektisida Nabati)”.
B. TUJUAN1. Untuk mengetahui definisi insektisida nabati azadirachtin
2. Untuk mengetahui formulasi dari insektisida nabati azadirachtin
3. Untuk mengetahui cara kerja dari insektisida nabati axadirachtin
4. Untuk mengetahui susunan kimia insektisida nabati azadirachtin
5. Untuk mengetahui dosis penggunaan insektisida nabati azadirachtin
6. Untuk mengetahui serangga sasaran dari insektisida nabati azadirachtin
7. Untuk mengetahui efektivitas insektisida nabati azadirachtin
8. Untuk mengetahui efek samping penggunaan insektisida nabati
azadirachtin
C. MANFAAT1. Bagi Penulis
Diharapkan dapat menambah wawasan penulis mengenai pemanfaatan
insektisida nabati dalam pengendalian hama serta menambah
pengetahuan tentang cara kerja, pembuatan atau formulasi, susunan
kimia, dosis penggunaan, serangga sasaran, efektivitas, dan efek
samping dari insektisida nabati azadiraktin.
2. Bagi Masyarakat
Makalah ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai salah satu sumber
informasi bagi masyarakat mengenai cara kerja, pembuatan atau
3
formulasi, susunan kimia, dosis penggunaan, serangga sasaran,
efektivitas, dan efek samping dari insektisida nabati azadiraktin.
3. Bagi Pemerintah
Diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi pemerintah
untuk menetapkan kebijakan terkait sistem pengendalian hama dengan
menggunakan insektisida nabati dalam masyarakat.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI INSEKTISIDA NABATIInsektisida nabati merupakan insektisida yang berbahan baku
tumbuhan yang mengandung senyawa aktif berupa metabolit sekunder yang
mampu memberikan satu atau lebih aktivitas biologi, baik pengaruh pada
aspek fisiologis maupun tingkah laku dari hama tanaman serta memenuhi
syarat untuk digunakan dalam pengendalian hama tanaman (Dadang dan
Prijono, 2008)
Insektisida nabati bersifat (1) mudah terurai di alam (biodegradable),
sehingga diharapkan tidak meninggalkan residu di tanah maupun pada
produk pertanian, (2) relative aman terhadap organism bukan sasaran
termasuk terhadap musuh alami hama, sehingga dapat menjaga
keseimbangan ekosistem dan menjaga biodiversitas organism pada suatu
agroekosistem, (3) dapat dipadukan dengan komponen pengendalian hama
lainnya, (4) dapat memperlambat resistensi hama, (5) dapat menjamin
ketahanan dan keberlanjutan usaha tani.
Banyak jenis tumbuhan yang dapat diolah menjadi insektisida yang
efektif guna mengendalikan serangga hama. Berdasarkan hasil penelitian,
salah satu tanaman yang berpotensi untuk dijadikan insektisida nabati adalah
tanaman mimba. Zat yang terkandung dalam mimba mampu menghambat
pertumbuhan serangga hama. Tanaman mimba mengandung zat
azadirachtin, triol, salanin, dan nimbin.
Mimba dapat digunakan untuk mengendalikan hama serangga, tetapi
aman bagi manusia dan hewan peliharaan. Tanaman ini tidak memiliki sifat
langsung mematikan, tetapi bereaksi terhadap hama dengan cara
mengganggu perilaku, seperti makan, berkumpul, pertumbuhan, dan
reproduksi. Selain itu, mimba juga berperan untuk insektisida, mengusir
hama, menghambat makan serangga, menghambat pembentukan serangga
5
dewasa, menekan produksi telur serangga, antifertilitas, mengganggu proses
perkawinan serangga, antioviposisi (mencegah hama meletakkan telur), dan
menurunkan daya tetas telur serangga. Ekstrak kasar daun mimba dengan
methanol yang diaplikasikan secara topical(melalui tubuh serangga) mampu
menghambat pertumbuhan serangga.(Agus, 2003)
B. AZADIRAKTIN
Metabolit sekunder utama yang berfungsi sebagai insektisida pada
tanaman mimba adalah azadirachtin yang terbentuk secara alami berupa
substansi yang termasuk dalam kelas molekul organik tetranortriterpenoids
(Grace-Sierra Crop Protection Co., 1990).
Azadiraktin merupakan senyawa triterpenoid yang berguna sebagai
sumber terbaik untuk biopestisida. Senyawa ini adalah senyawa kimia yang
dihasilkan oleh tumbuhan yang bersifat toksik terhadap serangga.
Azadirachtin merupakan salah satu metabolit sekunder yang dihasilkan dari
tanaman mimba (Azadirachta indica A. Juss). (Samsudin, 2008).
Azadirachtin telah diketahui dapat bekerja sebagai penolak makan
(antifeedancy), menghambat pertumbuhan, menghambat proses ganti kulit
(moulting inhibition), mengakibatkan abnormalitas anatomi dan dapat
mematikan serangga.
Azadiraktin dapat digunakan sebagai biopestisida karena bersifat
antifeedant (penolak makan pada serangga) dan mengganggu pertumbuhan
serta reproduksi serangga. Senyawa azadiraktin dapat menyebabkan
gangguan pelepasan neurohormon dari corpora cardiaca yang selanjutnya
menyebabkan terjadinya gangguan terhadap pengaturan hormon
perkembangan (ekdison dan hormon belia atau juvenile hormone) dalam
tubuh serangga. Oleh karena itu Azadiraktin dapat membuat serangga
mandul karena dapat mengganggu produksi hormon dan pertumbuhan
serangga.
6
C. FORMULASIBiosintesa azadirachtin dimulai dengan prekursor steroid (lanosterol,
euphol, tirucallol), azadirone, azadiradione dan and C-ring terbuka (nimbin,
salannin), setelah melalui proses beberapa tahapan reaksi membentuk
struktur komplek formasi ring furan (Rembold, 1989, Ley et al. 1993).
Sedangkan menurut Schmutterer (1995), azadirachtin merupakan
tetranortriterpenoid yang dibentuk dari prekursor euphol dan apo-euphol
melalui degradasi oksidatif pada C-17 dengan kehilangan 4 atom karbon.
Meskipun biosintesa azadirachtin secara lengkap dan mendetail belum
ditentukan secara pasti, tetapi secara umum biosintesanya dapat ditelusuri
pada proses pembentukan triterpenoid melalui lintasan asetat mevalonat
dengan prekursor utama berupa skualen.
Gambar 2.1 Biosintesa azadirachtin yang melalui lintasan asetat mevalonat
(Vickery dan Vickery 1981)
7
Pestisida Azadiraktin diperoleh dari ekstrak daun mimba/biji mimba. Pada
pembuatan ekstrak, daun mimba dikeringkan terlebih dahulu dalam oven
pada suhu 60oC selama 1 jam. Setelah bahan menjadi kering kemudian
diblender untuk menghancurkan bahan nabati tersebut. Bahan nabati yang
telah dihancurkan kemudian disaring dengan ayakan 60 mesh. Proses
ekstraksi dimulai dengan mencampur 50 gram bagian tepung bahan nabati
dengan 250 ml heksana,kemudian diaduk lima menit dan dibiarkan delapan
jam. Langkah selanjutnya adalah penyaringan dengan saringan buchner
yang dialasi dengan kertas saring dan dipercepat dengan pompa vakum.
Filtrat yang diperoleh ditampung, sedangkan ampasnya dicampur kembali
dengan 100 ml heksana dan dibiarkan 1 jam, kemudian disaring lagi. Filtrat
kedua yang diperoleh ditambahkan pada filtrat pertama, sedangkan
ampasnya dilarutkan kembali dalam 100 ml pelarut, diaduk, dan
disaring.Filtrat hasil ekstraksi ketiga dicampur kembali dengan campuran
filtrat pertama dan kedua. Filtrat yang diperoleh dievaporasi dengan vacum
evaporator pada suhu 550C, sehingga diperoleh pekatan yang menyerupai
minyak. Pekatan menyerupai minyak inilah yang digunakan sebagai ekstrak.
Dari daun mimba didapatkan ekstrak dengan warna kuning kecoklatan.
D. CARA KERJACara kerja dari azadirachtin sangat tergantung dari spesies serangga
targetnya dan konsentrasi yang diaplikasikan. Efek primer dari azadirachtin
terhadap serangga berupa antifeedant dengan menghasilkan stimulan
penolak makan spesifik berupa reseptor kimia (chemoreceptor) pada bagian
mulut (mouthpart) yang bekerja bersama-sama dengan reseptor kimia
lainnya yang mengganggu persepsi rangsangan untuk makan (Mordue et al.
1998).
Efek sekunder dari azadirachtin terhadap serangga berupa gangguan
pada pengaturan perkembangan dan reproduksinya, akibat efek
8
langsungnya terjadi pada sel somatik dan jaringan reproduksi serta efek tidak
langsungnya akan mengganggu proses neuroendocrine. Pengaruh
azadirachtin terhadap pengaturan pertumbuhan serangga dengan
mengganggu sistem neuroendocrine-nya inilah yang paling banyak
mendapat perhatian (Mordue (Luntz) dan Nisbet 2000). Hormon utama pada
tubuh serangga yang mengatur proses pertumbuhan adalah hormon
ecdysone dan 20-hydroxy-ecdysone yang merupakan hormon ganti kulit
(moulting hormones) yang keduanya berasal dari fitosteroid yang diambil dari
tanaman inang oleh serangga, serta juvenile hormone (JH). Hormon
ecdysone dan 20-hydroxy-ecdysone diproduksi oleh kelenjar protoraks
(prothoracic gland), sedangkan juvenile hormone diproduksi oleh corpora
allata, melalui stimulasi hormon PTTH (prothoracicotropic hormone) yang
disekresikan pada otak (Wigglesworth 1972). Untuk terjadinya proses
metamorphosis membutuhkan adanya sinkronisasi dari beberapa jenis
hormon dan perubahaan fisik sehingga proses tersebut berhasil dengan baik,
dan nampaknya azadirachtin memiliki fungsi sebagai "ecdysone blocker"
yang menghambat serangga untuk memproduksi dan melepas hormone-
hormon vital dalam proses metamorfosis. Akibatnya serangga tidak dapat
ganti kulit, sehingga kemudian siklus hidupnya menjadi terganggu (National
Research Council 1992; AgriDyne Technologies Inc. 1994).
Azadirachtin juga berfungsi sebagai insektisida bagi beberapa jenis
serangga. Kematian serangga dapat terjadi dalam beberapa hari, tergantung
dari stadia dan siklus hidup serangga target. Akan tetapi, apabila termakan
dalam jumlah kecil saja mengakibatkan serangga tidak bergerak dan berhenti
makan. Aktivitas residu insektisida dari azadirachtin ini umumnya terjadi
antara tujuh sampai 10 hari atau lebih lama lagi, tergantung dari jenis
serangga dan aplikasinya (Thomson 1992).
Selain bekerja secara kontak dan sistemik, tanaman mimba juga
berperan sebagai racun perut. Azadirachtin merupakan bahan aktif yang
dapat meresap dengan baik melalui pori-pori serangga sehingga daya
racunnya akan menurun tiga kali lipat jika diaplikasikan secara oral (LD50 =
9
11,3 ppm) daripada secara topical (LD50 = 4,4 ppm). LD50 adalah lethal
dose atau dosis yang mampu membunuh sekitar 50% populasi serangga.
Semakin kecil dosis yang diperlukan, semakin beracun bahan tersebut.
Selain itu, azadirachtin juga mampu menghambat eklosi atau keluarnya
serangga dari kepompong. Meskipun demikian, mekanisme proses ini belum
diketahui secara pasti.
Azadirachin dapat menyebabkan kematian 100% pada larva Ostrinia
nubilalis pada konsentrasi 10 ppm dan 90% pada konsentrasi 1 ppm. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa ekstrak daun mimba yang diaplikasikan
secara oral berperan dalam menghambat pertumbuhan dan menekan
produksi telur pada serangga uji Cricula trifenestrata, yaitu ulat kipat yang
biasa menyerang pohon alpukat dan jambu mente. Azadirachtin terdiri dari
sekitar 17 komponen, diantaranya azadirachtin A dan B. Tidak tercatat
adanya serangan virus pada mimba karena tanaman ini diduga memiliki
antivirus, selain memiliki sifat antibakteri.
E. SUSUNAN KIMIAAzadirachtin adalah senyawa kimia yang termasuk dalam kelompok
limonoid yang termasuk hasil metabolism sekunder dari biji nimba.
Azadirachtin memiliki struktur molekul kompleks, dan hasis sintesa ya
pertama kali tidak pernah dipublikasikan selama 22 tahun. Sintesis total
pertama diselesaikan oleh Steven Ley pada tahun 2007. Nama IUPAC dari
Azadirachtin adalah : Dimethyl (2aR,3S,4S,R,S,7aS,8S,10R,10aS,10bR) -
10-(acetyloxy)- 3,5-dihydroxy- 4-[(1S,2S,6S,8S,9R,11S)- 2-hydroxy- 11-
methyl- 5,7,10-trioxatetracyclo[6.3.1.02,6.09,11]dodec- 3-en- 9-yl]- 4-methyl- 8-
{[(2E)- 2-methylbut- 2-enoyl]oxy}octahydro- 1H-furo[3',4':4,4a]naphtho[1,8-
bc]furan- 5,10a(8H)-dicarboxylate.
Spesifikasi Azadirachtin :
CAS Number : 11141-17-6
PubChem : 5281303
10
ChemSpider : 4444685
KEGG : C08748
ChEBI : CHEBI:2942
Rumus Molekul : C35H44O16
Massa Molar : 720.71 g mol−1
Azadirachtin merupakan molekul kimia C35H44O16 yang termasuk
dalam kelompok triterpenoid. Struktur kimia azadirachtin hampir sama
dengan hormone "ecdysone" pada serangga yang mengatur proses
metamorphosis yaitu perubahan bentuk serangga dari larva ke pupa
kemudian menjadi imago.
Gambar 2.2 Struktur molekul Azadirachtin (Mordue and Nisbet, 2000)
F. DOSISAzadiraktin merupakan zat aktif bersifat insektisida yang diekstrak
dari biji mimba. Pestisida ini sangat mempengaruhi pergantian kulit
serangga. Oral LD (tikus) > 5000 mg/kg. LD50 dermal (kelinci) >2000 g/kg,
LD50 inhalasi (tikus) 0,0235 mg/l udara.
Cara penggunaan Insektisida Azadiraktin :
1. Dosis penyemprotan 5 – 7 ml/liter air untuk berbagai jenis tanaman
11
2. Dosis formulasi dapat ditingkatkan sesuai kebutuhan tergantung tingkat
serangan hama
3. Penyemprotan dapat dilakukan pada awal serangan maupun tidak ada
serangan untuk pencegahan
4. Sebaiknya diaplikasikan pada sore hari
5. Dapat dicampur dengan pupuk cair atau perekat
6. Gunakan perlengkapan pelindung yang aman pada waktu menyemprot
sesuai dengan fungsinya.
G. SERANGGA SASARANTanaman mimba yang didalamnya mengandung azadirachtin mampu
mempengaruhi sekitar 200 spesies serangga yang termasuk dalam ordo
Coleoptera, Diptera, Heteroptera, Homoptera, Hymenoptera, Lepidoptera,
dan Orthopera.
Untuk lebih jelasnya, berikut ini adalah hama yang dapat dikendalikan
dengan pestisida nabati dari tanaman mimba :
No.
Jenis Hama Mekanisme Pengendalian
1. Ordo Orthoptera, misal belalang Mencegah hama makan tanaman
2. Ordo Homoptera, misalnya Aphis,
wereng hijau, kutu putih, kutu
loncat, dan kepik.
Mencegah hama makan tanaman
atau menyebabkan kesulitan
berganti kulit.
3. Ordo Coleopatra, yaitu semua
larva dan kumbang
Mencegah hama makan tanaman,
mengganggu pertumbuhan, dan
mati.
4. Ordo Lepidoptera, misalnya larva
ulat tentara (Spodoptera sp.), ulat
krop kubis ( Crocidolomia
binotalis), ulat daun kubis
(Plutella xylostella), penggerek
Mencegah hama makan tanaman,
mengganggu pertumbuhan, dan
akhirnya mati.
12
batang, dan penggerek buah.
5. Ordo Diptera, misalnya lalat buah -
6. Ordo Heteroptera, misalnya
penggerek batang padi
Berpengaruh terhadap perilaku
makan dan mengganggu
pertumbuhan.
H. EFEKTIVITASDaun dan biji dari tanaman mimba dapat digunakan untuk
mengendalikan ulat, kumbang, serta kutu daun yang selalu menyerang
tanaman pangan dan holtikultura. Daun dan biji mimba yang digunakan untuk
mengendalikan hama dan penyakit diformulasikan dalam bentuk minyak atau
serbuk. Kandungan racun (zadirachtin) pada biji mimba lebih tinggi
dibandingkan dengan kandungan racun pada daun mimba. Minyak dari biji
mimba telah banyak ditemukan di pasaran dengan dosis 5-10 ml per liter air.
Minyak mimba cukup efektif digunakan untuk mengendalikan beberapa jenis
hama serta tidak meninggalkan residu berbahaya pada tanaman dan
lingkungan. (Meidiantie, 2010)
Hasil penelitian dan data mengenai efektivitas mimba sudah sangat
banyak, baik sebagai antijamur, antibakteri, antivirus, maupun antiserangga.
Karena itu, penggunaan minyak mimba sebagai bahan lotion atau obat gosok
pengusir nyamuk dan serangga dianggap cukup tepat,
Hasil pengujian yang dikutip oleh Vijayalakhsmi menunjukkan bahwa
produk mimba efektif untuk mengendalikan nematode bengkak air, baik di
laboratorium maupun di lapangan. Hasil pengujian yang sama diperoleh
Siebeneicher, yang menggunakan daun segar dan tepung biji mimba untuk
mengendalikan M.incognita.
Efektivitas mimba menurun drastic pada kondisi terkena matahari
langsung, khususnya sinar ultraviolet. Karena itu, aplikasi mimba sebaiknya
dilakukan pada waktu pagi atau sore hari.
13
I. EFEK SAMPINGEfek samping azadiraktin sangat kecil, tidak seperti pestisida sintetis
atau pestisida yang berbahan kimia. Untuk pengaruh tingkat efek samping
terhadap makhluk hidup telah dicoba kepada tikus betina. Tikus betina diberi
beberapa tingkatan dosis mulai 2,0 sampai 4,6 ml/kg bb, hasil penelitian
menunjukkan bahwa pemberian 2,0 ml/kg bb berpengaruh terhadap
kesuburan tikus. Standar keamanan untuk faktor efek samping adalah 0,2
ml/kg bb. Hal ini menjadi faktor keselamatan standar keamanan bagi
makhluk hidup, intra dan antar spesies, dan diketahui untuk seorang dewasa
berat 70 kg dapat mengkonsumsi daun mimba yang belum diproses
sejumlah 18,5 mg tanpa menimbulkan efek samping.
14
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Insektisida nabati merupakan insektisida yang berbahan baku
tumbuhan yang mengandung senyawa aktif berupa metabolit sekunder yang
mampu memberikan satu atau lebih aktivitas biologi, baik pengaruh pada
aspek fisiologis maupun tingkah laku dari hama tanaman serta memenuhi
syarat untuk digunakan dalam pengendalian hama tanaman. Salah satu
tanaman yang dapat berfungsi sebagai insektisida nabati adalah tanaman
mimba. Metabolit sekunder utama yang berfungsi sebagai insektisida pada
tanaman mimba adalah azadirachtin yang terbentuk secara alami berupa
substansi yang termasuk dalam kelas molekul organik tetranortriterpenoids.
Cara kerja dari azadirachtin sangat tergantung dari spesies serangga
targetnya dan konsentrasi yang diaplikasikan. Tanaman mimba yang
didalamnya mengandung azadirachtin mampu mempengaruhi sekitar 200
spesies serangga yang termasuk dalam ordo Coleoptera, Diptera,
Heteroptera, Homoptera, Hymenoptera, Lepidoptera, dan Orthopera.
Hasil penelitian dan data mengenai efektivitas mimba sudah sangat
banyak, baik sebagai antijamur, antibakteri, antivirus, maupun antiserangga.
Selain itu, efek samping azadiraktin sangat kecil, tidak seperti pestisida
sintetis atau pestisida yang berbahan kimia.
B. SARANSebaiknya pengendalian serangga menggunakan insektisida nabati
perlu dikembangkan karena insektisida nabati merupakan salah satu sarana
pengendalian hama alternatif yang sangat ramah lingkungan. Senyawa
insektisida yang diekstrak dari tumbuhan tersebut mudah terurai di
lingkungan dan relatif aman terhadap mahkluk bukan sasaran.
15
DAFTAR PUSTAKA
Dadang dan D. Prijono. Insektisida Nabati, Prinsip, pemanfaatan, dan Pengembangannya. Departemen Proteksi Tanaman, IPB, Bogor, 2008.
Grace-Sierra Crop Protection Co. Margosan-O technical bulletin. Grace-Sierra Crop Protection Co., Milpitas, CA, 1990.
Kardinan, Agus. Tanaman Pengusir dan Pembasmi Nyamuk. Jakarta : Agromedia, 2003
Meidiantie S.,dkk. Petunjuk Praktis Membuat Pestisida Organik. Jakarta : PT AgroMedia Pustaka, 2010
Mordue (Luntz) A. J. and A. J. Nisbet. Azadirachtin from the Neem Tree Azadirachta indica: its Action Against Insects. An. Soc. Entomol. Brasil 29:615-632, 2002
National Research Council. Neem: A Tree For Solving Global Problems. National Academy Press, Washington, DC, 1992.
Rembold, H. Azadirachtins: Their Structure And Mode Of Action, p.150-163. In J.T.Arnason, B.J.R. Philogène & P. Morand (eds.), Insecticides of plant origin. ACS Symp. Ser. 387 American Chemical Society, Washington, DC, 1989.
Rukmana, Rahmat dan Yuyun Yuniarsih Oesman. Nimba Tanaman Penghasil Pestisida Alami. Yogyakarta : Kanisius, 2002
Samsudin. “Azadirachtin Metabolit Sekunder dari Tanaman Mimba sebagai Bahan Insektisida Botani”. Lembaga Pertanian Sehat. November 2008
Vickery, M.L. dan B. Vickery. ”Secondary Plant Metabolism”, The Macmillan Press. Ltd. London, 1981.
Sumber lain :
http://ntb.litbang.pertanian.go.id/ind/index.php?
option=com_content&view=article&id=919:pembuatan-pestisida-nabati-
&catid=49:info-teknologi&Itemid=81 diakses pada 30 Maret 2016
16
http://balitkabi.litbang.pertanian.go.id/info-teknologi/217-mimba-pestisida-nabati-
ramah-lingkungan.html diakses pada 30 Maret 2016
17