azab kubur dalam perspektif...

126
AZAB KUBUR DALAM PERSPEKTIF HADIS (Kajian Tematik Hadis Tentang Azab Kubur) Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Agama ( S. Ag. ) Oleh : Gisda Aryah Putri 1113034000024 PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR F A K U L T A S U S H U L U D D I N UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1438 H /2017 M

Upload: vutuyen

Post on 11-Apr-2019

243 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: AZAB KUBUR DALAM PERSPEKTIF HADISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36923...keberadaannya karena ada beberapa pendapat yang mengatakan bahwa azab atau siksaan sebagai

AZAB KUBUR DALAM PERSPEKTIF HADIS

(Kajian Tematik Hadis Tentang Azab Kubur)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Agama ( S. Ag. )

Oleh :

Gisda Aryah Putri

1113034000024

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

F A K U L T A S U S H U L U D D I N

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1438 H /2017 M

Page 2: AZAB KUBUR DALAM PERSPEKTIF HADISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36923...keberadaannya karena ada beberapa pendapat yang mengatakan bahwa azab atau siksaan sebagai
Page 3: AZAB KUBUR DALAM PERSPEKTIF HADISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36923...keberadaannya karena ada beberapa pendapat yang mengatakan bahwa azab atau siksaan sebagai
Page 4: AZAB KUBUR DALAM PERSPEKTIF HADISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36923...keberadaannya karena ada beberapa pendapat yang mengatakan bahwa azab atau siksaan sebagai
Page 5: AZAB KUBUR DALAM PERSPEKTIF HADISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36923...keberadaannya karena ada beberapa pendapat yang mengatakan bahwa azab atau siksaan sebagai

i

ABSTRAK

Gisda Aryah Putri – 1113034000024

Azab Kubur Dalam Perspektif Hadis (Kajian Tematik Hadis Tentang Azab

Kubur)

Di bawah Bimbingan : Drs. Harun Rasyid M.Ag.

Sesungguhnya azab dan nikmat kubur adalah azab barzakh dan nikmatnya.

Dalam bahasa Arab, kata ʼAdzāb, bentuk jamaknya a’dzibah artinya siksaan.

Sedangkan makna „barzakh‟ adalah alam kubur yang merupakan alam pemisah

antara kehidupan dunia dan akhirat sejak manusia meninggal dunia hingga hari

kiamat. Maka „azab kubur‟ berarti siksaan di alam kubur (barzakh) yang akan

diterima oleh orang-orang yang tidak menjalankan perintah Allah swt. dan tidak

menjauhi segala larangan-Nya. Azab kubur ini pun masih simpang siur

keberadaannya karena ada beberapa pendapat yang mengatakan bahwa azab atau

siksaan sebagai pembalasan, hanya ada setelah hari kiamat yakni azab neraka.

Namun, bagaimana dalil syari‟at memandangnya? Maka penulis akan melakukan

penelusuran lebih jauh terkait hal ini khususnya dalam perspektif hadis Rasulullah

saw.

Metodologi penelitian ini termasuk ke dalam kategori kualitatif, dengan

melakukan pencarian sumber (referensi) atau studi kepustakaan (library research)

sebagai metode pengumpulan data, Data diambil dari dua sumber yaitu sumber

primer dan sumber sekunder. Adapun sumber primer yang diambil penulis ialah

menggunakan Al-Kutub Al-Sittah, sedangkan sumber sekunder menggunakan

buku-buku yang berkaitan dengan permasalahan yang dikaji dalam skripsi ini.

Sedangkan jenis metode pembahasannya yaitu deskriptif-analitis terhadap hadis-

hadis tentang azab kubur secara tematik (mauḏuʼī).

Hadis-hadis Rasulullah saw. tentang azab kubur adalah hadis yang shahih

secara umum. Oleh karena itu, tidak boleh ditentang. Ada beberapa hadis

mengenai azab kubur yang merupakan tergolong hadis ahad, akan tetapi hadis

tersebut termasuk dalam periwayatan hadis yang mutawatir dari sudut makna.

Berdasarkan penelitian penulis terhadap hadis-hadis yang telah ditelusuri tentang

azab kubur, hadis tersebut dapat dijadikan hujjah dan tidak menyimpang dari dalil

al-Qur‟an. Jumhur ulama bersepakat bahwa azab kubur itu benar adanya, dan

wajib mengimaninya karena termasuk ke dalam perkara yang gaib. Berbeda

halnya dengan pendapat kaum atheis, sebagian mu’tazilah, dan khawarij.

Page 6: AZAB KUBUR DALAM PERSPEKTIF HADISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36923...keberadaannya karena ada beberapa pendapat yang mengatakan bahwa azab atau siksaan sebagai

ii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah swt. Yang Maha Pengasih lagi

Maha Penyayang, yang senantiasa melimpahkan rahmat dan nikmat kepada

hamba-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan tugas akhir ini dengan

lancar. Shalawat dan salam tetap tercurahkan kepada Rasulullah saw., pemimpin

sekaligus uswatun hasanah bagi umat muslim, tak lupa juga untuk seluruh

anggota keluarga, para sahabat dan pengikut beliau terdahulu yang telah

menyampaikan ajaran-ajarannya, hingga sampailah kepada umat Islam sekarang

ini.

Dalam menyelesaikan skripsi ini, tentu penulis mendapatkan doa dan

motivasi dari orang-orang sekitar. Maka dari itu, perlu kiranya penulis

menyampaikan rasa hormat yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak tertentu

yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan tugas akhir yang sederhana ini

hingga selesai dan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang mendukung

penulis, khususnya kepada:

1. Bapak Drs. Harun Rasyid, M.Ag., selaku dosen pembimbing penulis yang

telah memberikan arahan, saran dan dukungan kepada penulis, sehingga

skripsi ini dapat terselesaikan. Mohon maaf yang sebesar-besarnya jika

selama proses bimbingan penulis banyak merepotkan. Semoga Bapak

selalu sehat dan diberikan kelancaran dalam segala urusannya. Amin.

2. Bapak Prof. Dr. Masri Mansoer, M.Ag. Selaku Dekan Fakultas

Ushuluddin Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Ibu Dr. Lilik Ummi Kaltsum, M.A selaku Ketua Jurusan Ilmu al-Qur‟an &

Tafsir Fakultas Ushuluddin dan Ibu Dra. Banun Binaningrum, M.Pd.

selaku Sekretaris Jurusan Ilmu al-Qur‟an & Tafsir. Serta seluruh dosen dan

staf akademik Fakultas Ushuluddin, khususnya jurusan Ilmu al-Qur‟an dan

Page 7: AZAB KUBUR DALAM PERSPEKTIF HADISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36923...keberadaannya karena ada beberapa pendapat yang mengatakan bahwa azab atau siksaan sebagai

iii

Tafsir yang telah membagikan waktu, tenaga, dan ilmu pengetahuan juga

pengalaman berharganya kepada penulis. Semoga amal kebaikan

Bapak/Ibu Dosen dibalas dengan pahala dan rahmat dari Allah swt. Amin.

4. Keluarga yang senantiasa mendukung penulis. Kepada Ayahanda tercinta,

Drs. Abdul Harris R. dan Ibunda tercinta, Hasiyah yang selalu mendoakan

dan memberikan kasih sayangnya yang tak terhingga semata-mata untuk

kesuksesan anaknya. Terima kasih banyak semoga doa dan ridhomu selalu

tercurahkan untukku. Kepada adik-adikku tersayang, Moammar Rizki

Mubarak, Benazir Rishda Arfiani, dan Mohammad Ahil Kalaj, teruslah

berjuang untuk menggapai cita-cita kalian, Semoga kelak kalian menjadi

orang-orang yang mampu membahagiakan dan membanggakan orang tua

dunia akhirat. Amin.

5. Teman-teman seperjuangan. Kepada seluruh kawanku jurusan Tafsir-

Hadis angkatan 2013, khususnya TH A: Salman (KM sampai wisuda),

Nasrul, Nelfi, Ira, Ica, Hafidzoh, Bekti, Faris, dan lain-lain maafkan tak

dapat tertuliskan seluruh nama-nama kalian seangkatan, tapi percayalah

pertemanan kita akan selalu terkenang, Terima kasih atas bantuan dan

kebersamaannya selama ini. Kepada seluruh kawanku senasib

sepenanggungan yang berprestasi di bidangnya, Mahasiswa Bidikmisi

2013: Aisyah, Yeni, Nia, Husni, Yuli, Faiz, Agus, Siti, Gita, dan lain-lain

yang tidak dapat disebutkan satu-persatu, Terima kasih banyak, Tetap

semangat meraih impian yang belum kalian raih dan tetaplah rendah hati

dengan kesuksesan kalian kelak. Kepada keluarga kosan: Hidah, Selvy,

Nihay, Nabila, Meida, Masayu, Zizah, Eli, dan Putri, kalian akan aku

rindukan, Terima kasih buat semuanya, jangan lupa ngundang ya!

6. Teman-teman sejati. Kepada sahabat-sahabat terbaikku dari masa-masa di

pondok sampai saat ini: Evi, Jannah, Ira, Waffa dan Nur yang sudah punya

kesibukkan masing-masing dan jarang bertemu tapi tetap memberikan

semangatnya kepadaku. Tak lupa dan tidak ketinggalan buat “Bosan”:

Isna, Onit, Nova, Fitri, Putri, dan Ayu, kalian telah memberikan warna

terindah dalam kekosonganku. Terima Kasih. Semoga Allah swt.

membalas kebaikan kalian semua.

Page 8: AZAB KUBUR DALAM PERSPEKTIF HADISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36923...keberadaannya karena ada beberapa pendapat yang mengatakan bahwa azab atau siksaan sebagai

iv

7. Teman-teman organisasi. Terima kasih Kepada seluruh sahabat-sahabati

PMII Komfuspertum, seluruh Ikhwan-Akhwat LDK Syahid, khususnya

Komda Ushuluddin dan Syiar LDK Syahid 20, seluruh teman-teman

IKDAR, teman-teman Relawan BSMI, DD dan Baznas yang sempat

mengisi hari-hariku, bersama kalian adalah pengalaman berharga.

8. Teman-teman KKN Nebula: Didi, Ulfi, Marisa, Tika, Kia, Ijong, Ibnu,

Danang, Syifa, dan Anto, kebersamaan dengan kalian selama kurang-lebih

sebulan semoga dapat bermanfaat bagi masyarakat Desa Kemiri dan

pelajaran buat kita. Good Luck buat kalian!

Jakarta, 31 Mei 2017

Gisda Aryah Putri

Page 9: AZAB KUBUR DALAM PERSPEKTIF HADISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36923...keberadaannya karena ada beberapa pendapat yang mengatakan bahwa azab atau siksaan sebagai

v

DAFTAR ISI

ABSTRAK .............................................................................................................. i

KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii

DAFTAR ISI ........................................................................................................... v

PEDOMAN TRANSLITERASI ........................................................................ vii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ........................................................................... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah......................................... 9

C. Tujuan Penelitian ..................................................................... 10

D. Manfaat Penelitian ................................................................... 10

E. Kajian Pustaka .......................................................................... 11

F. Metodologi Penelitian .............................................................. 12

G. Sistematika Penulisan .............................................................. 13

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG AZAB KUBUR

A. Pengertian Azab Kubur. ........................................................... 15

B. Penyebab Mendapatkan Azab Kubur ....................................... 18

1. Tidak Memakai Penutup Saat Buang Air Kecil dan Suka

Mengadu Domba ................................................................ 19

2. Dusta, Zina, Riba, dan Meninggalkan Shalat dan Al-Qur‟an

............................................................................................ 20

3. Ghibah ................................................................................ 26

4. Meratapi Mayit ................................................................... 27

C. Tempat Ruh di Alam Barzakh ................................................. 29

1. Ruh Para Nabi dan Rasul ................................................... 31

2. Ruh Orang-Orang yang Mati Syahid ................................. 32

3. Ruh Orang Mukmin yang Saleh ......................................... 34

4. Ruh Orang-Orang yang Bermaksiat ................................... 35

5. Ruh Orang-Orang Kafir ..................................................... 35

BAB III HADIS-HADIS TENTANG AZAB KUBUR

A. Teks Hadis Tentang Penyebab Mendapatkan Azab Kubur dan

Terjemahannya ......................................................................... 38

Page 10: AZAB KUBUR DALAM PERSPEKTIF HADISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36923...keberadaannya karena ada beberapa pendapat yang mengatakan bahwa azab atau siksaan sebagai

vi

1. Hadis tentang Tidak Memakai Penutup / Tidak Bersuci saat

Buang Air Kecil dan Suka Mengadu Domba ..................... 38

2. Dusta, Zina, Riba, dan Meninggalkan Shalat & Al-Qur‟an

............................................................................................ 48

3. Meratapi Mayit ................................................................... 61

B. Asbābu al-Wurūd Hadis ........................................................... 74

BAB IV INTERPRETASI DAN KONTROVERSI HADIS TENTANG

AZAB KUBUR

A. Analisa Substansi Hadis ........................................................... 77

B. Pendapat Para Ulama Tentang Azab Kubur............................. 91

1. Menurut Mufassīr ............................................................... 92

2. Menurut Muhaddīts ............................................................ 95

3. Menurut Fuqahāʽ .............................................................. 101

BAB V PENUTUP

1. Kesimpulan ............................................................................ 104

2. Kritik dan Saran ..................................................................... 106

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 108

Page 11: AZAB KUBUR DALAM PERSPEKTIF HADISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36923...keberadaannya karena ada beberapa pendapat yang mengatakan bahwa azab atau siksaan sebagai

vii

PEDOMAN TRANSLITERASI

Huruf Arab Huruf Latin Keterangan

Tidak dilambangkan ا

B Be ب

T Te ت

Ts Te dan Es ث

J Je ج

H Ha dengan garis di bawah ح

Kh Ka dan Ha خ

D De د

Dz De dan Zet ذ

R Er ر

Z Zet ز

S Es س

Sy Es dan Ye ش

S Es dengan garis di bawah ص

D De dengan garis di bawah ض

ṯ Te dengan garis di bawah ط

ẕ Zet dengan garis di bawah ظ

ʼ Koma terbalik ke atas ع

Gh Ge dan Ha غ

F Ef ف

Page 12: AZAB KUBUR DALAM PERSPEKTIF HADISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36923...keberadaannya karena ada beberapa pendapat yang mengatakan bahwa azab atau siksaan sebagai

viii

Q Ki ق

K Ka ك

L El ل

M Em م

N En ن

W We و

H Ha ه

ʽ Apostrof ء

Y Ye ي

Keterangan :

1. Vokal Panjang untuk فتحة = Āā / كسرة = Īī / ضمة = Ūū.

2. Huruf yang ber-tasydid ( ) ditulis dengan dua huruf yang serupa secara

berturut-turut, seperti السنة = al-Sunnah.

3. Huruf ta marbuṯah ( ة ), baik hidup maupun mati atau di-waqaf-kan ditulis

dengan huruf ( h ), seperti أبو هريرة = Abū Hurairah.

Page 13: AZAB KUBUR DALAM PERSPEKTIF HADISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36923...keberadaannya karena ada beberapa pendapat yang mengatakan bahwa azab atau siksaan sebagai

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kematian dalam kamus besar bahasa Indonesia, mati berarti hilang nyawa,

tidak hidup lagi,1 “Maut atau mati berarti terpisahnya ruh dari zat, jiwa dari badan

atau jasmani”.2 Pengertian al-maut atau mawātan atau muwāt menurut bahasa

Arab, berasal dari kata مات يموت موتا (māta-yamūtu-mawtan) yang berarti lawan

kata dari hayat (hidup).3 Kematian menurut M. Quraish Shihab, adalah peristiwa

terputusnya hubungan ruh dengan jasad, terpisahnya jiwa dengan raga, pergantian

keadaan, dan perpindahan dari satu tempat ke tempat lain.4 Dengan demikian

kematian harus dipahami dan juga dipersiapkan. Sebagaimana dijelaskan oleh

Allah swt. dalam firman-Nya:

“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu

dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). dan

hanya kepada Kami-lah kamu dikembalikan.” (QS. al-Anbiyāʽ: 35)

1 Tim Penyusun Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), (Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan: Balai Pustaka, 1998), h. 637. 2 Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam III, (Jakarta : Ixhtiar Baru Van

Hove, 1994), h. 21.

3 Muhammad bin Mukram bin Manẕur al-Afrīqī al-Misrī, Lisān al-ʼArab, (Beirut: Dikr

Sadir, tt), Jil. 6, h. 4294. 4 M. Quraish Shihab, Wawasan al-Qur‟an: Tafsir Maudhu‟i Atas Pelbagai Persoalan

Umat (Bandung: Mizan, 1996), h. 69.

Page 14: AZAB KUBUR DALAM PERSPEKTIF HADISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36923...keberadaannya karena ada beberapa pendapat yang mengatakan bahwa azab atau siksaan sebagai

2

Selain ayat di atas, terdapat juga sebuah hadis yang menganjurkan kita

untuk mengingatkan kematian diriwayatkan oleh Ibnu Mājah5, yaitu:

ة ير ر ى ب أ ن ة ع م ل س ب أ ن ع رو م د بن ع م ن م ى ع وس ضل بن م ف ا ال ن ث د ن ح ود بن غيل م ا م ن ث د ح ت و م ال عن ات ي الل ذ م اذ ى ر ك وا ذ ر ث ك أ م ل س و و ي ل ع ى الل ل ص الل ول س ر ال قال ق

“Telah menceritakan kepada kami Mahmūd bin Ghailan telah

menceritakan kepada kami Al-Faḏl bin Mūsā dari Muhammad bin ʼAmru dari

Abū Salamah dari Abū Hurairah, dia berkata; Rasulullāh saw. bersabda:

Perbanyaklah mengingat sesuatu yang dapat menghancurkan kenikmatan, yaitu

kematian.”

Dari ayat dan hadis di atas telah jelas bahwa kematian itu nyata adanya

dan akan dirasakan secara pasti oleh tiap-tiap yang bernyawa terlebih lagi manusia

yang diberikan tanggungan dan kewajiban dari Allah swt. Oleh karena itu, tugas

manusia adalah menjadikan kehidupan di dunia sebagai bekal ketika maut telah

menjemput, yaitu ketika malaikat Izrail mencabut ruh kita, dan jasad pun tak lagi

menghembuskan nafas. Bekal yang dimaksudkan di sini adalah amal perbuatan

selama di dunia yang sesuai dengan perintah Allah swt. dan ajaran yang dibawa

Rasulullah saw.

Pembicaraan tentang kematian memang bukan merupakan perkara yang

menyenangkan, pada umumnya. Bahkan mungkin hampir seluruh manusia ingin

memiliki masa hidup yang lama, umur yang panjang untuk bisa berada di dunia

ini. Sebagaimana Firman Allah swt:

الل

5 Muhammad bin Yazīd Abū ʼAbdullāh al-Qazwinī, Sunan Ibnu Mājah (Beirut: Dār al-

Fikr, tt), Jil. 6, h. 495.

Page 15: AZAB KUBUR DALAM PERSPEKTIF HADISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36923...keberadaannya karena ada beberapa pendapat yang mengatakan bahwa azab atau siksaan sebagai

3

“Dan sungguh kamu akan mendapati mereka, manusia yang paling tamak

kepada kehidupan (di dunia), bahkan (lebih tamak lagi) dari orang-orang musyrik.

masing-masing mereka ingin agar diberi umur seribu tahun, Padahal umur

panjang itu sekali-kali tidak akan menjauhkannya daripada siksa. Allah Maha

mengetahui apa yang mereka kerjakan.”. (QS. al-Baqarah: 96).

Kesenangan hidup di dunia menjadikan kita buta akan kehidupan manusia

yang hakiki yaitu kehidupan setelah mati. Kehidupan yang sebenarnya inilah yang

menjadikan manusia takut terhadap kematian, seperti contohnya tidak tahu apa

yang akan dihadapi setelah mati, mungkin juga menduga bahwa yang dimiliki

sekarang lebih baik atau mungkin juga membayangkan betapa sulit dan pedihnya

pengalaman mati dan sesudah mati.6 Hal tersebut juga dijelaskan dalam al-Qur‟an

Surat Qāf: 19

“Dan datanglah sakaratul maut dengan sebenar-benarnya. Itulah yang

kamu selalu lari daripadanya.”

Ketika manusia telah mati, jasadnya dimasukkan ke dalam sebuah liang

yang panjangnya tak lebih dari dua meter, dan lebarnya tak lebih dari satu meter.

Liang tersebut disebut liang kubur. Setelah melalui perjalanan waktu yang lama,

jasad yang ditanam di liang kubur akan membusuk, hancur lebur, dan berkalang

tanah. Setalah masa tiga puluhan tahun, jasad tersebut boleh jadi telah menjadi

debu, tanpa ada sepotong tulang dan secuil daging pun. Hal ini berlainan dengan

keadaan ruh yang telah berpisah dengan jasad tersebut. Ruh akan memasuki

sebuah alam kehidupan baru, yang lain dengan kehidupan sebelumnya. Ruh

berada di sebuah alam yang tidak termasuk alam dunia, pun tidak termasuk alam

6 M. Quraish Shihab, Wawasan al-Qur‟an: Tafsir Maudhu‟i Atas Pelbagai Persoalan

Umat, h. 69.

Page 16: AZAB KUBUR DALAM PERSPEKTIF HADISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36923...keberadaannya karena ada beberapa pendapat yang mengatakan bahwa azab atau siksaan sebagai

4

akhirat. Alam baru tersebut dinamakan alam „barzakh‟. Alam barzakh7 adalah

sebuah alam gaib, yang hanya diketahui ilmunya oleh Allah semata. Manusia

sama sekali tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Melalui Al-Qur‟an dan

Hadis-lah diketahui bahwa kehidupan di alam barzakh berlangsung sejak ruh

berpisah dengan jasad, dan baru akan berakhir dengan dibangkitkannya ruh dan

jasad pada hari kiamat. Setiap ruh yang shalih semasa hidup di dunia, akan

menerima kenikmatan di alam barzakh sampai hari terjadinya kiamat. Demikian

pula, setiap ruh yang kufur dan banyak berbuat dosa semasa hidup di dunia, akan

menerima siksa di alam barzakh sampai hari terjadinya kiamat.8

Ketika manusia telah menghadapi ujian sakaratul maut9, maka ia akan

menghadapi ujian lainnya yang sangat berat dan menentukan. Yaitu malaikat

7 Secara bahasa, „barzakh‟ bermakna pembatas antara dua hal. Sebagaimana firman

Allah swt. dalam Q.S al-Furqān : 53

“Dan Dialah yang membiarkan dua laut yang mengalir (berdampingan); yang ini tawar

lagi segar dan yang lain asin lagi pahit; dan Dia jadikan antara keduanya dinding dan batas yang

menghalangi.”

Adapun secara terminologi, barzakh adalah alam setelah kematian sebelum datangnya

hari kebangkitan. Allah swt. berfirman dalam Q.S al-Muʽminūn : 100

“Dan di hadapan mereka ada dinding sampal hari mereka dibangkitkan.”

Ibnul Qayyim berkata : “Adzab dan nikmat kubur adalah suatu nama (yang sama) untuk

adzab barzakh dan nikmat barzakh, yaitu alam yang berada di antara alam dunia dan alam akhirat”.

Lihat Al-Qiyāmah Al-Sughra, ʼUmar Sulaiman Al Asyqar, Cet. I, (Kuwait: Maktabah al-Falāh,

1406 H), h. 13.

8 Muhib al Majdi dan Abu Fatiah al Adnani, Dari Alam Barzakh Menuju Padang

Mahsyar (Surakarta: Granada Mediatama, 2003), h. 47.

9 Sakarat secara bahasa berarti keadaan seseorang antara berakal dan tidak berakal,

sedangkan maut adalah lawan kata dari hidup. Adapaun sakaratul maut adalah puncak kesakitan

Page 17: AZAB KUBUR DALAM PERSPEKTIF HADISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36923...keberadaannya karena ada beberapa pendapat yang mengatakan bahwa azab atau siksaan sebagai

5

Munkar dan Nakir yang mengajukan beberapa pertanyaan „Siapa Rabbmu?‟, „Apa

Agamamu?‟, „Apa Ilmumu?‟, dan „Apa Pendapatmu tentang diri Muhammad

saw.?‟ atau „Siapa Nabimu?‟.10

Pertanyaan kedua malaikat di alam kubur ini

dijelaskan dalam hadis yang shahih dari Anas bin Malik dari Nabi saw., Beliau

bersabda,

ا ن ث د ا ابن زريع ح ن ث د ح ة يف ل ل خ ال ق و ال يد ق ع ا س ن ث د ى ح ل ع ال د ب ا ع ن ث د ا عياش ح ن ث د ح ه ب ا وضع يف ق ذ إ د ب ع ال ال ق م ل س و يو ل ع ى الل ل ص ب ن الن ع نو ع الل ي ض س ر ن ن أ ة ع اد ت ن ق ع يد ع س ل و ق ت ت ا كن : م و ل ن ول ق ي اه ف ق عد أ ف ان لك م اه ت أ م ال رع نع ق ع م س لي و ن إ ت ابو ح ح ص أ ب ى ذ ت ولي و و ل ر إ ظ و فيقال ان ول س ر الل و د ب ع و ن أ د ه ش أ ول ق ي ؟ ف لم س و يو ل ع ى الل ل د ص م ل م ج ا الر ذ ى يف ا م أ ا و ع ي ج ا اه ر ي ف م ل س و يو ل ع ى الل ل ص ب الن ال . ق ة ن ال ن دا م قع بو م ك الل ل بد أ ار الن ن م ك د ع ق م يضرب ت ث ي ل ت ل يت و ر د اس. فيقال ل ول الن ق ا ي ول م ق ي كنت أ ر د أ : ل ول ق ي ق ف اف ن م و ال أ ر اف ك ال

الث قلي ل ليو إ ي ا من عه م ة يس ح ي يح ص ص ي ف و ي أذن ي بة ب ر د ض ي د ح ن رقة م بط “Jika seorang hamba telah dimasukkan ke liang kuburnya dan orang-orang

yang menguburkan telah kembali pulang sehingga dia bisa mendengar suara

langkah sandal mereka, dia didatangi oleh dua malikat yang lantas

mendudukkannya. Kedua malaikat itu bertanya, “Apa yang dahulu kamu katakan

tentang orang ini (yaitu Muhammad saw.)? Dia menjawab “Aku bersaksi bahwa

dia adalah hamba Allah dan Rasul-Nya.” Maka dikatakan kepadanya, “Lihatlah

kepada tempatmu di neraka! Allah telah menggantinya dengan sebuah tempat di

surga”. Maka dia bisa melihat kedua tempat tersebut. Adapun Orang-orang kafir

atau munafik, dia akan menjawab, “Aku tidak tahu. Saya hanya mengucapkan apa

yang diucapkan orang-orang.” Maka dikatakan kepadanya, “Engkau tidak tahu

dan tidak mau membaca (ayat-ayat Allah).” Lalu dia dipukul dengan sebuah palu

besar yang terbuat dari besi dengan sekali pukulan di antara kedua telinganya

(mukanya). Akibatnya dia memekik kesakitan. Suara pekikannya didengar oleh

seluruh makhluk, selain manusia dan jin”.11

Dalam Riwayat Ahmad ada tambahan pada redaksi hadis: Orang Mukmin

– (“Maka orang mukmin itu bisa melihat kedua tempat tersebut. Tempatnya di

yang dialami seseorang ketika hendak meninggal. Lihat Al-Mu‟jam al-Wasīṯ. Ḏāʽif, Syauqī.

(Mesir: Maktabah Surauq al-Dauliyyah, 2011). Jil.1, h. 438. 10

Muhib Al Majdi & Abu Fatiah Al Adnani, Dari Alam Barzakh Menuju Padang

Mahsyar (Surakarta: Granada Mediatama, 2003), h. 73. 11

HR. Bukhori no. 994 dan Muslim no. 1509.

Page 18: AZAB KUBUR DALAM PERSPEKTIF HADISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36923...keberadaannya karena ada beberapa pendapat yang mengatakan bahwa azab atau siksaan sebagai

6

alam kubur diluaskan sejauh tujuh puluh hasta dan dipenuhi dengan warna hijau

yang segar hingga hari kebangkitan”. Orang kafir, munafik - “Maka orang kafir

itu memekik kesakitan. Suara pekikannya bisa didengar oleh seluruh makhluk

yang berada di dekat kuburnya, kecuali manusia dan jin. Kuburnya akan

menjepitnya sehingga tulang-tulangnya akan remuk redam”).12

Seorang mukmin yang semasa hidupnya di dunia menegakkan tauhid dan

menaati Allah dan Rasul-Nya, niscaya akan mampu menjawab pertanyaan

tersebut dengan benar. Hal itu menjadi awal kebahagiaan dan keselamatan di alam

kubur, sebelum dia merasakan keselamatan dan kebahagiaan yang sempurna di

surga kelak. Sebaliknya, orang kafir13

, musyrik14

, murtad, munafik15

dan pelaku

dosa-dosa besar akan gugup dan tidak mampu menjawab dengan benar. Akibatnya

mereka akan disiksa di alam kubur, sebelum mereka menikmati siksaan yang

sempurna di neraka kelak.16

Dalil keberadaan nikmat dan azab kubur memang lebih banyak dan lebih

dijelaskan secara terperinci dalam hadis Rasulullah saw. Salah satu hadis yang

menerangkan tentang adanya azab kubur yakni hadis yang diriwayatkan oleh

Imam Ahmad no. 12026 dari sahabat Anas bin Malik ra.

12

Muhib al Majdi & Abu Fatiah al Adnani, Dari Alam Barzakh Menuju Padang

Mahsyar, h. 76.

13

Ism fāʼil dari kata “kafara-yakfuru”, Artinya, Lawan dari kata “beriman”. Louwis bin

Naqula Ẕahīr al-Maʽlūf, Al-Munjid Fi al-Lughah wa al-A‟lam, Cet. XXXIX, (Beirut: Dār al-

Masyriq, 2002), h. 691. 14

Ism fāʼil dari kata “asyraka-yusyriku”. Artinya, orang yang melakukan Kemusyrikan.

Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwir Kamus Arab-Indonesia, Cet. XIV, (Surabaya: Pustaka

Progressif, 1997), h. 715.

15

Ism fāʼil dari kata “nāfaqa”, yakni orang yang berbuat kemunafikan. Louwis bin

Naqula Ẕahīr al-Maʽlūf, Al-Munjid Fi al-Lughah wa al-A‟lam, Cet. XXXIX, h. 828. 16

Muhib al Majdi dan Abu Fatiah al Adnani, Dari Alam Barzakh Menuju Padang

Mahsyar, h. 73.

Page 19: AZAB KUBUR DALAM PERSPEKTIF HADISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36923...keberadaannya karena ada beberapa pendapat yang mengatakan bahwa azab atau siksaan sebagai

7

يو ل ع ى الل ل ص الل ول س ر ن أ س ن أ ن ة ع اد ت ن ق ع ر ف ع ج بن د م ا م ن ث د ح ب أ ن ث د ح الل بد ا ع ن ث د ح ن ع س ا أ اب القب م ذ م من ع ك مع أن يس ل ج و ز ع وت الل ع وا لد ن أن تداف قال لو ل م ل س و

“Seandainya kalian tidak saling menguburkan, tentulah aku akan berdoa

kepada Allah agar memperdengarkan kepada kalian siksa kubur yang aku

dengar”.

Orang yang zalim, fir‟aun dan para pengikutnya, Abu Jahal, Orang kafir

dan munafik, dan orang yang tidak istinja‟ di waktu buang air kecil adalah

beberapa contoh orang yang akan menerima azab kubur yang dijelaskan dalam

beberapa riwayat hadis. Hal ini juga dilandasi dengan adanya dalil al-Qur‟an

dalam surat Ghāfir ayat 45-46:

الل

“Maka Allah memeliharanya dari kejahatan tipu daya mereka, dan Fir'aun

beserta kaumnya dikepung oleh azab yang Amat buruk. Kepada mereka

dinampakkan neraka pada pagi dan petang, dan pada hari terjadinya kiamat.

(Dikatakan kepada malaikat): "Masukkanlah Fir'aun dan kaumnya ke dalam azab

yang sangat keras"

Berdasarkan dari hadis di atas, riwayat imam Ahmad bin Hanbal tidak

dapat dipungkiri bahwa sebenarnya azab kubur itu memang benar adanya dan

mesti terjadi kepada seseorang yang telah meninggal dunia dan telah memasuki

alam barzakh. Nikmat dan azab kubur adalah perkara gaib yang tidak terindera

oleh manusia. Bahkan ketika manusia yang telah meninggal pun yang secara pasti

merasakannya, tentu tidak akan dapat mengabarkan kepada yang masih hidup

akan kebenarannya. Maka sumber terpercaya yang dapat kita yakini hanyalah Al-

Qur‟an dan Hadis. Selain Al-Qur‟an dan Hadis juga terdapat banyak dalil dari

Page 20: AZAB KUBUR DALAM PERSPEKTIF HADISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36923...keberadaannya karena ada beberapa pendapat yang mengatakan bahwa azab atau siksaan sebagai

8

ijma‟17

para sahabat dan ijtihad18

ulama yang menetapkan adanya nikmat dan azab

kubur.

Namun sebagian orang ada yang mengingkarinya karena penyimpangan

mereka dalam memahami dalil-dalil syar‟i. Mereka berpendapat bahwa riwayat-

riwayat yang menjelaskan tentang adanya siksa kubur hanya berasal dari hadis

ahad19

, dan maka menurut mereka hadis ahad hanyalah bersifat ẕannī (sangkaan

semata). Sedangkan akidah atau keyakinan harus dibangun di atas dalil qaṯ‟ī20

dan harus berasal dari riwayat mutawatir.21

Selain itu, terdapat juga sebuah buku

karangan Agus Mustofa berjudul “Tak Ada Azab Kubur?” yang isinya kurang

lebih menjelaskan bahwa tidak ada dalil yang kuat terkait keberadaan azab kubur

khususnya dalil Al-Qur‟an. Oleh karena itu, penulis tertarik ingin mengkaji lebih

dalam lagi mengenai dalil Al-Qur‟an dan Hadis tentang azab kubur secara

tematik, khususnya yang terdapat dalam kitab-kitab hadis yang enam karena

17 Ijma‟ menurut ulama ushul fiqh adalah kesepakatan semua mujtahid muslim pada

suatu masa setelah wafatnya Rasulullah saw.atas hukum syara‟ mengenai suatu kejadian. Lihat.

Ilmu Ushul Fiqih, ʼAbdu al-Wahhāb Khallāf, (Jakarta: Pustaka Aman, 2003), h. 54.

18

Ijtihad berasal dari bahasa arab yaitu “Jahada” yang mempunyai arti mencurahkan

segala kemampuan untuk mendapatkan sesuatu yang sulit atau yang ingin di capainya “badzlu al-

juhdi li istinbaṯ al-ahkām min al-nas” (mencurahkan segala pikiran untuk merumuskan sebuah

hukum dari teks wahyu). Lihat. Pengantar Studi Islam, MKD IAIN Sunan Ampel, (Surabaya:

IAIN Sunan Ampel Press), h. 48

19

Hadis yang diriwayatkan oleh satu orang dan tidak memenuhi syarat-syarat hadis

mutawatir, yakni: diriwayatkan paling sedikit 10 orang, jumlah bilangan rawi tersebut terdapat

pada seluruh tingkatan sanad, mustahil mereka bersepakat untuk berdusta. Lihat Taysīr Musṯalah

al-Hadīts (Ilmu Hadis Praktis), Mahmūd Ṯahān, penerjemah Abu Fuad, Cet. VI, (Bogor: Pustaka

Thariqul Izzah, 2013), h. 20.

20

Menurut Syaikh ʼAbdu al-Wahhāb nash atau dalil qaṯʼī yaitu dalil yang menunjukkan

arti yang dapat dipahami dengan jelas, tidak mengandung ta‟wil dan tidak ada celah untuk

memahamkan arti dan maksudnya selain dari pada itu. Sedangkan nash atau dalil ẕannī yaitu apa

yang menunjukkan makna tapi mengandung hal-hal untuk mentakwilkan dan menyimpang dari

arti ini yang dimaksud olehnya adalah arti lain. Lihat. Ilmu Ushul Fikih, cet. V, (Jakarta: Rineka

Cipta, 2005), h. 34. 21

Yulian Purnama, “Alam Kubur Itu Benar Adanya”, artikel diakses pada 18 Oktober

2016 dari http://muslim.or.id/5910-alam-kubur-itu-benar-adanya-1.html

Page 21: AZAB KUBUR DALAM PERSPEKTIF HADISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36923...keberadaannya karena ada beberapa pendapat yang mengatakan bahwa azab atau siksaan sebagai

9

unggul menurut derajat kualitasnya atau yang lebih dikenal dengan al-Kutub al-

Sittah. Selain itu karena kitab-kitab hadis tersebut merupakan yang paling sering

dijadikan rujukan utama umat Islam, terutama golongan Ahlu al-Sunnah wa al-

Jamā‟ah22

. Sehingga dalam penelitian ini, penulis memberi judul: “Azab Kubur

Dalam Perspektif Hadis (Kajian Tematik Hadis Tentang Azab Kubur)”.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Batasan Masalah

Dari latar belakang yang telah dijelaskan di atas, untuk

menghindari pembahasan yang tidak mengarah kepada maksud dan tujuan

dari penulisan skripsi ini, maka penulis perlu membatasi pembahasan yang

akan dibahas. Oleh karena itu, penulis lebih memfokuskan dan menitik-

beratkan hadis-hadis tentang sebab-sebab menerima azab kubur yakni: 1)

Hadis tentang Tidak Memakai Penutup / Tidak Bersuci saat Buang Air

Kecil dan Suka Mengadu Domba; 2) Dusta, Zina, Riba, dan Meninggalkan

Shalat & Al-Qur‟an; dan 3) Meratapi Mayit, yang dibatasi dengan hanya

mencantumkan hadis-hadis tersebut yang periwayatannya terdapat dalam

al-Kutub al-Sittah.

2. Rumusan Masalah

22 Ahlu al-Sunnah wa al-Jamā‟ah adalah mereka yang menempuh seperti apa yang pernah

ditempuh oleh Rasulullah saw. dan para Sahabatnya ra. Disebut Ahlu al-Sunnah, karena kuatnya

(mereka) berpegang dan ber-ittibāʼ (mengikuti) Sunnah Nabi saw. dan para Sahabatnya ra. Disebut

al-Jamā‟ah, karena mereka bersatu di atas kebenaran dan tidak mau berpecah-belah dalam urusan

agama, berkumpul di bawah kepemimpinan para Imam (yang berpegang kepada) al-Haqq

(kebenaran), tidak mau keluar dari jama‟ah mereka dan mengikuti apa yang telah menjadi

kesepakatan Salaf al-Ummah. Lihat. Syarah ʼAqidah Ahlus Sunnah wal Jama‟ah, Yazid bin Abdul

Qadir Jawas, cet. XIV, (Jakarta: Pustaka Imam Syafi‟i, 2014), h. 36.

Page 22: AZAB KUBUR DALAM PERSPEKTIF HADISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36923...keberadaannya karena ada beberapa pendapat yang mengatakan bahwa azab atau siksaan sebagai

10

Dari batasan masalah tersebut, maka dengan demikian penulis

merumuskan permasalahan utama dalam skripsi ini, yaitu “Bagaimana Azab

Kubur dalam Perspektif Hadis dan Apa Pendapat Para Ulama mengenai

Azab Kubur?”

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang hendak dicapai dari penulisan skripsi ini adalah

sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui dan memahami hadis tentang azab kubur.

2. Untuk mengkonfirmasikan dan membuktikan keberadaan azab

kubur melalui hadis Nabi saw. secara tematik yang dikuatkan

dengan dalil Al-Qur‟an dan pendapat para ulama.

3. Tujuan formalitas, yakni untuk memenuhi tugas akademik dan

kewajiban bagi setiap mahasiswa dalam rangka menyelesaikan

program studi Tafsir – Hadis / Ilmu Al-Qur‟an dan Tafsir tingkat

sarjana strata satu (S1) di Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat akan didapatkan dari penelitian dalam skripsi ini,

adalah sebagai berikut:

1. Pembaca dapat mengetahui kehujjahan hadis Rasulullah saw.

mengenai azab kubur.

2. Menambah pengetahuan dan keyakinan akan adanya azab kubur

baik melalui Hadis Nabi saw. maupun Al-Qur‟an.

Page 23: AZAB KUBUR DALAM PERSPEKTIF HADISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36923...keberadaannya karena ada beberapa pendapat yang mengatakan bahwa azab atau siksaan sebagai

11

3. Menambah khazanah keilmuan dalam bidang Ilmu Hadis.

E. Kajian Pustaka

Dalam penelusuran pustaka, penulis menemukan beberapa literatur yang

berhubungan dengan judul skripsi, di antaranya:

Mulyanih, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2004, Fakultas Syariah dan

Hukum. Kedudukan Adat (URF) Sebagai Dasar Hukum : Studi Kasus Tentang

Pelaksanaan Pengajian di atas kubur di Kelurahan Kembangan Utara Jakarta

Barat. Chaerul Anwar, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2007, Fakultas Dakwah

dan Komunikasi. Tradisi Ziarah Kubur Masyarakat Betawi Pada Makam Mualim

KH. Syafi‟i Hadzami, Kampung Dukuh Jakarta Selatan. Hana Nurrahmah, UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta 2014, Fakultas Adab dan Humaniora. Tradisi Ziarah

Kubur Studi Kasus Perilaku Masyarakat Muslim Karawang yang

Mempertahankan Tradisi Ziarah Kubur Pada Makam Syeh Quro di Kampung

Pulobata Karawang, Tahun 1970-2013.

Selain itu penulis juga menemukan beberapa buku yang dapat dijadikan

sumber rujukan dalam skripsi ini, antara lain yaitu Mahmūd Al-Mishri Abū

Ammar, Rihlah ilā Dār al-Ākhirah (Tamasya ke Negeri Akhirat). Jakarta: Pustaka

al-Kautsar, 2014. Muhib al Majdi dan Abu Fatiah al Adnani. Dari Alam Barzakh

Menuju Padang Mahsyar. Surakarta: Granada Mediatama, 2003. Agus Mustofa,

Tak Ada Azab Kubur? Surabaya: PADMA Press, 2008. Dan lain-lain.

Sementara itu penelitian yang penulis lakukan adalah mengenai kajian

tematik dan analisis substansi hadis tentang azab kubur yang terdapat dalam Al-

Page 24: AZAB KUBUR DALAM PERSPEKTIF HADISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36923...keberadaannya karena ada beberapa pendapat yang mengatakan bahwa azab atau siksaan sebagai

12

Kutub Al-Sittah. Setiap manusia akan mengalami mati, namun ketika manusia

telah dikuburkan akankah manusia mengalami nikmat dan azab kubur? Dalam hal

ini ada pertentangan mengenai dalil syar‟i khususnya dalil hadis tentang azab

kubur. Maka dalam skripsi ini akan dibahas lebih lanjut.

F. Metodologi Penelitian

1. Metode Pengumpulan Data

Metode yang digunakan untuk penelitian ini adalah penelitian

kepustakaan (library research), yaitu semua data-data yang diambil

dari bahan tertulis yang berkaitan dengan azab kubur. Data diambil

dari dua sumber yaitu sumber primer dan sumber sekunder. Adapun

sumber primer yang diambil penulis ialah menggunakan Al-Kutub Al-

Sittah, sedangkan sumber sekunder menggunakan buku-buku yang

berkaitan dengan permasalahan yang dikaji dalam skripsi ini.

2. Metode Pembahasan

Metode pembahasan pada penelitian ini adalah deskriptif23

-

analitis24

yaitu metode yang diarahkan untuk mengkaji dan

mendeskripsikan gagasan primer tentang hadis azab kubur.

Sedangkan dalam memahami hadis-hadis tentang azab kubur ini,

penulis menggunakan metode mauḏū‟ī yaitu dengan cara menghimpun

hadis-hadis tersebut kemudian memahami makna dari masing-masing

23

Metode deskriptif adalah menuraikan secara teratur seluruh konsep yang akan dikaji.

Anton Bakker dan Achmad Chairis Zubair, Metode Penulisan Filsafat (Yogyakarta: Kanisius,

1994), h. 65. 24

Metode Analitik adalah metode yang digunakan untuk pemeriksaan secara konseptual

atas data-data yang ada, kemudian mengklarifikasi sesuai permasalahan, dengan maksud untuk

memeperoleh atas data yang sebenarnya. Lois O Katsoff, Pengantar Filsafat. Penerjemah Suyono

Sumargono (Yogyakarta: T.pn., 1992), h. 70.

Page 25: AZAB KUBUR DALAM PERSPEKTIF HADISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36923...keberadaannya karena ada beberapa pendapat yang mengatakan bahwa azab atau siksaan sebagai

13

hadis dan memahami hadis secara komprehensif dengan menggunakan

pedekatan tematik.

3. Metode Penulisan

Metode penulisan skripsi ini mengacu pada buku Pedoman

Penulisan Skripsi, Tesis, dan Disertasi yang diterbitkan oleh UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2013/2014.

G. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan penyusunan skripsi ini, penulis melakukan pembagian

bahasan. Maka penulis akan menguraikannya ke dalam beberapa bab yang di

dalamnya memuat beberapa sub-bab. Adapun uraiannya ialah sebagai berikut:

Bab pertama; berisi tentang pendahuluan yang meliputi a) Latar Belakang

masalah, yang menjelaskan tentang pendahuluan dan kronologi permasalahan

sampai ke titik inti permasalahan, b) Batasan dan Rumusan Masalah, agar

pembahasan yang dikaji lebih fokus dan terarah, c) Tujuan Penelitian, tentang

tujuan penulis untuk mencapai target yang diinginkan, d) Manfaat Penelitian,

yaitu hasil yang dapat dirasakan bagi penulis dan pembaca dari skripsi ini, e)

Kajian Pustaka, f) Metodologi Penelitian, yang menjelaskan metode-metode yang

digunakan oleh penulis dalam penelitian, dan g) Sistematika Penulisan, untuk

menjelaskan struktural dan target pembahasan agar lebih efektif dan efisien.

Bab kedua; Tinjauan umum tentang azab kubur, yang terdiri dari beberapa

sub-bab, yaitu a) Pengertian azab kubur, b) Penyebab mendapatkan azab kubur, c)

Macam-macam azab kubur, d) Tempat arwah di alam barzakh.

Page 26: AZAB KUBUR DALAM PERSPEKTIF HADISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36923...keberadaannya karena ada beberapa pendapat yang mengatakan bahwa azab atau siksaan sebagai

14

Bab ketiga; Hadis-hadis tentang azab kubur, a) Teks dan terjemahannya,

yang kemudian dibagi kembali menjadi tiga point: 1) Hadis tentang Tidak

Memakai Penutup / Tidak Bersuci saat Buang Air Kecil dan Suka Mengadu

Domba; 2) Dusta, Zina, Riba, dan Meninggalkan Shalat & Al-Qur‟an; dan 3)

Meratapi Mayit, b) Asababul Wurud Hadis.

Bab keempat; Interpretasi dan Kontroversi hadis tentang azab kubur yang

berisikan tentang: a) Analisa Substansi Hadis, b) Pendapat para ulama tentang

azab kubur.

Bab kelima, berisi Penutup, yang meliputi; a) Kesimpulan, yang berisi

jawaban atas pertanyaan yang telah disebutkan dalam perumusan masalah, dan b)

Saran, berisi tentang saran-saran dari penulis.

Page 27: AZAB KUBUR DALAM PERSPEKTIF HADISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36923...keberadaannya karena ada beberapa pendapat yang mengatakan bahwa azab atau siksaan sebagai

15

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG AZAB KUBUR

A. Pengertian Azab Kubur

Kata “Azab” dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti siksa

Tuhan yang diganjarkan kepada manusia yang meninggalkan perintah dan

melanggar larangan agama.1 Dalam bahasa Arab, kata ʼAdzāb, bentuk

jamaknya a‟dzibah artinya siksaan.2 Ibnu al-Qayyim berkata : “Azab dan

nikmat kubur adalah suatu nama (yang sama) untuk azab barzakh dan nikmat

barzakh, yaitu alam yang berada di antara alam dunia dan alam akhirat.”3

Sedangkan kata “barzakh” berasal dari bahasa Arab, barzakh berarti

batas, atau sekat penghalang antara dua benda.4 Alam barzakh merupakan

tempat tinggal antara dunia dan akhirat. Ia lebih banyak menyerupai alam

akhirat atau bahkan bisa dikatakan sebagian dari akhirat. Tetapi yang lebih

menonjol dan lebih tampak berperan di sana ialah ruh serta hal-hal yang

bersifat ruhani. Jasad di alam itu hanya sebagai pengikut yang menyertai ruh

dalam merasakan kenikmatan dan kegembiraan, atau azab dan kesengsaraan.

1 Tim Penyusun Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Cet. IV, (Jakarta:

Departemen Pendidikan Nasional, 2004), h. 106. 2 Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwir Kamus Arab-Indonesia, Cet. XIV,

(Surabaya: Pustaka Progressif, 1997), h. 909. 3 ʼUmar Sulaiman al-ʼAsyqar, Al-Qiyamah al-Sughra, Cet. I, (Kuwait: Maktabah al-

Falāh, 1406 H), h. 13.

4 Louwis bin Naqula Ẕahīr Al-Maʽlūf, Al-Munjid Fi al-Lughah wa al-A‟lam, Cet.

XXXIX, (Beirut: Dār al-Masyriq, 2002), h. 34.

Page 28: AZAB KUBUR DALAM PERSPEKTIF HADISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36923...keberadaannya karena ada beberapa pendapat yang mengatakan bahwa azab atau siksaan sebagai

16

Adapun ruh itu akan tetap ada, dan sedangkan jasad itu akan hancur-lebur

seiringnya waktu.5

Adapun menurut syariat, barzakh berarti tempat yang ada di antara

maut dan kebangkitan. Allah berfirman,

“Dan di hadapan mereka terdapat barzakh sampai hari mereka

dibangkitkan.” (Q.S. al-Mu‟minun: 100).

Menurut Al-Imam Mujāhid yang dikutip dari kitab al-Tadzkirat, beliau

berkata, “Barzakh adalah sesuatu antara maut dan kebangkitan. Al-Sya‟bī

diberitahu, „Fulan wafat.‟ Ia menjawab, „Ia sekarang tidak di dunia dan tidak

pula di akhirat.”6

Ibnu al-Qayyim berkata, “Azab dan nikmat kubur berarti azab dan

nikmat barzakh, yakni alam antara dunia dan akhirat. Allah berfirman, „Dan di

hadapan mereka terdapat barzakh sampal hari mereka dibangkitkan.‟

Penghuni barzakh berada di tepi dunia (di belakangnya) dan akhirat (di

depannya).”7

Di dalam al-Qur‟an kata „barzakh‟ disebutkan sebanyak tiga kali, yaitu

dalam Surat al-Mu‟minūn [23]: 100, Surat al-Furqān [25]: 53, dan Surat al-

Rahmān [55]: 20. Pada ketiga ayat tersebut, kata „barzakh‟ bermakna dinding

dan batas yang memisahkan antara dua hal. Pada ayat pertama, Barzakh

5 ʼAbdullāh Haddād, Sabīl al-ʼIddikār wa al-I‟tibār bimā Yamurru bi al-Insān wa

Yanqaḏī lahu min al-A‟mār / Renungan tentang Umur Manusia, Penerjemah Muhammad Bagir,

Cet. V, (Bandung: Mizan, 1992), h. 103. 6 Al-Qurṯubī, Al-Tadzkirah fi Ahwāl al-Mawta wa Umūr al-Akhirah, (Madinah: Maktabah

al-Salafiyyah), h.177. 7 „Umar Sulaymān al-„Asyqār, Ensiklopedia Kiamat dari Sakratul Maut hingga Surga-

Neraka, Penerjemah Irfan Salim dkk. Cet. III (Jakarta: PT. Ikrar Mandiriabadi, 2005), h. 26.

Page 29: AZAB KUBUR DALAM PERSPEKTIF HADISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36923...keberadaannya karena ada beberapa pendapat yang mengatakan bahwa azab atau siksaan sebagai

17

berarti sebuah keadaan dan alam yang membatasi dan memisahkan antara

kehidupan dunia dengan kehidupan akhirat. Orang-orang yang memasuki

„barzakh‟ mengalami sebuah kehidupan yang baru, yakni telah keluar dari

kehidupan alam dunia namun belum memasuki kehidupan alam akhirat.

Sedangkan pada ayat kedua dan ketiga, Allah menyebutkan adanya dua lautan

yang berbeda jenis airnya. Allah mempertemukan kedua lautan tersebut,

namun air keduanya tidak saling bercampur baur, karena Allah mengadakan

„barzakh‟. Yaitu sebuah pembatas antara keduanya, yang menghalangi

bercampur baurnya air di antara kedua lautan tersebut.8

Dari sini, para ulama menyimpulkan makna barzakh, yakni:9

1. Syaikh Muhammad Sayyid al-Ṯanṯawi mengatakan, “Barzakh adalah

pemisah dan penghalang antara dua hal, sehingga satu sama lain tidak

saling bertemu. Jadi yang dimaksud dengan barzakh dalam ayat ini

adalah masa yang harus dijalani oleh orang-orang kafir tersebut sejak

mereka mati hingga hari dibangkitkan.”

2. Imam al-Jauharī berkata, “Barzakh adalah pemisah antara dua hal.

Dengan demikian, barzakh adalah kehidupan antara dunia dan akhirat,

sejak datangnya kematian hingga waktu dibangkitkan. Barangsiapa

yang mati, berarti telah memasuki barzakh.”

3. Mujāhid bin Jabr berkata, “Barzakh adalah pemisah antara dunia dan

akhirat.”

8 Muhib al Majdi & Abu Fatiah al Adnani, Dari Alam Barzakh Menuju Padang Mahsyar,

h. 45. 9 Muhib al Majdi & Abu Fatiah al Adnani, Dari Alam Barzakh Menuju Padang Mahsyar,

h. 45.

Page 30: AZAB KUBUR DALAM PERSPEKTIF HADISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36923...keberadaannya karena ada beberapa pendapat yang mengatakan bahwa azab atau siksaan sebagai

18

4. Muhammad bin Kaʼab al-Quraẕi berkata, “Barzakh adalah kehidupan

antara dunia dan akhirat. Orang-orang yang memasuki barzakh

tidaklah bersama penduduk dunia yang makan dan minum, namun juga

tidak bersama penduduk akhirat yang diberi balasan amalnya.”

5. Abū Sakhr berkata, “Barzakh adalah kubur. Mereka tidak berada di

dunia, tidak pula telah berada di akhirat. Mereka menempatinya hingga

saat mereka dibangkitkan.”

Dari definisi di atas, maka penulis menyimpulkan bahwa „barzakh‟ adalah

alam kubur yang merupakan alam pemisah antara kehidupan dunia dan akhirat

sejak manusia meninggal dunia hingga hari kiamat. Sedangkan „azab kubur‟

berarti siksaan di alam kubur (barzakh) yang akan diterima oleh orang-orang yang

tidak menjalankan perintah Allah swt. dan tidak menjauhi segala larangan-Nya.

B. Penyebab Mendapatkan Azab Kubur

Ketika seorang yang saleh meninggal, dia akan didudukkan malaikat dan

tak akan merasa cemas. Sedangkan ketika seorang yang senantiasa berbuat dosa

meninggal, dia didudukkan di kubur, tetapi diliputi rasa cemas dan takut.

Pertanyaan yang sama yakni tentang iman dan Islam akan diajukan kepada

mereka. Maka kemudian seorang yang saleh dapat menjawab pertanyaan-

pertanyaan malaikat di alam kubur, Dan seorang yang berdosa menjawab bahwa

dia tidak mengetahui apa-apa. Dari sinilah, mereka akan diperlihatkan surga dan

neraka. Akan tetapi, mereka juga akan diberitahukan mengenai surga atau neraka

yang akan menjadi tempat tinggalnya nanti sesuai dengan amal perbuatannya.10

10

Khawaja Muhammad Islam, Mati itu Spektakuler, Siapkah Anda Menyambutnya?,

Penerjemah Abdullah Ali dan Satrio W. Cet. IV (PT Serambi Ilmu Semesta, 2004), h. 93.

Page 31: AZAB KUBUR DALAM PERSPEKTIF HADISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36923...keberadaannya karena ada beberapa pendapat yang mengatakan bahwa azab atau siksaan sebagai

19

Diriwayatkan dalam beberapa hadis, bahwa kebanyakan siksa kubur itu

disebabkan adanya tiga hal, di antaranya yaitu: ghibah (pergunjingan), namīmah

(mengadu domba), dan tidak cukup membersihkan diri dari air kencing.11

Al-Qurṯubi berkata seraya mengutip perkataan Abū Muhammad „Abdu al-

Haq, “Ketahuilah bahwa azab kubur tidak hanya terkhusus bagi orang-orang kafir

dan munafik saja, akan tetapi juga menimpa segolongan kaum mukmin. Semua

tergantung amalnya serta akibat dosa dan kesalahannya.”12

Sebab-sebab yang membuat penghuni kubur menadapat azab ada dua:

umum dan terperinci. Secara umum, mereka disiksa karena tidak mengetahui

Allah, menyia-nyiakan perintah-Nya, dan berbuat maksiat.

Sedangkan sebab yang terperinci banyak disebutkan di dalam hadis.

Berikut beberapa penyebab seseorang mendapatkan azab kubur dan

penjelasannya:

1. Tidak Memakai Penutup Saat Buang Air Kecil dan Suka

Mengadu Domba

ن ث د ح اؿ اف ق م ا عث ن دثػ ح النيب ر م اؿ ن ابن عباس ق ع د اى رل ن ور ع ص ن م ن رير ع دينة بائط لم س و يو ل ع ى الل ل ص

فسمع صوت إنسانػي أو مكة من حيطاف ادل

باف يف قػبورها فػ باف وما يػع لم س و يو ل ع ى الل ل النيب ص اؿ ق يػعذ باف يف كبري يػعذ ث ذث دعا بريدة و كاف اآلخر يشي بالنميمة و بول كاف أحدها ال يستت من قاؿ بػلى

يا رسوؿ الل لما فػعلت لى كل قػب منهما كسرة فقيل لوفكسرىا كسرتػي فػوضع ع أو إىل أف ييبسا ا ما مل تػيبسام نه ف ع ف يف و أ ل ع ا قاؿ ل ذ ى

11 ʼAbdullāh Haddād, Sabīl al-ʼIddikār wa al-I‟tibār bimā Yamurru bi al-Insān wa

Yanqaḏī lahu min al-A‟mār / Renungan tentang Umur Manusia, Penerjemah Muhammad Bagir,

Cet. V, h. 108. 12

Al-Qurṯubī, Al-Tadzkirah fi Ahwāl al-Mawta wa Umūr al-Akhirah, , h.146.

Page 32: AZAB KUBUR DALAM PERSPEKTIF HADISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36923...keberadaannya karena ada beberapa pendapat yang mengatakan bahwa azab atau siksaan sebagai

20

“Telah menceritakan kepada kami Utsmān berkata telah menceritakan

kepadaku Jarīr dari Mansūr dari Mujāhid dari „Abdullāh bin „Abbās, dia berkata,

“Suatu kali Nabi saw. berjalan melewati tembok kota Madinah (atau Mekkah),

kemudian beliau mendengar suara dua orang yang disiksa di dalam kubur. Beliau

lantas bersabda, „Kedua orang mayat ini tengah diazab. Keduanya diazab bukan

karena melakukan dosa yang besar (menurut pandangan mereka). Namun

memang keduanya adalah dosa besar (menurut Allah). Salah satu dari keduanya

tidak menutupi dirinya (dalam riwayat lain: tidak bersuci) saat buang air kecil,

sedang orang yang satu lagi sering mengadu domba. Kemudian beliau meminta

dibawakah satu pelepah kurma lalu dipatahkan menjadi dua, beliau meletakkan di

setiap kuburan satu potong. Seorang bertanya kepadanya, „Wahai Rasulullah,

mengapa anda melakukan hal ini?‟ Beliau menjawab, „Mudah-mudahan keduanya

mendapat keringanan selama kedua pelepah ini belum kering, atau hingga kedua

pelepah ini kering." (H.R. Bukhāri)13

Rasulullah saw. memberitakan bahwa umunya azab kubur itu berawal dari

air seni. Anas ra. meriwayatkan bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Bersihkan

dirimu dari air seni, karena umumnya azab kubur berawal dari air seni.” Ibnu

„Abbās ra. meriwayatkan dengan redaksi: “Umumnya azab kubur berasal dari air

seni maka bersihkanlah dirimu darinya.” Adapun versi Abū Hurairah:

“Kebanyakan azab kubur berasal dari air seni.”14

Maka dari itu, agar selamat

dari azab kubur, Salah satunya yakni bertindak hati-hati saat membuang air kecil

dan tidak mengadu domba orang lain.

2. Dusta, Zina, Riba, dan Meninggalkan Shalat dan Al-Qur’an

Dalam sebuah hadis yang panjang tentang berbagai azab di alam barzakh,

Rasulullah saw. menjelaskan bahwa beliau bermimpi dibawa oleh dua orang

malaikat untuk menyaksikan suasana di alam kubur. Hadis tersebut terdapat di

13 Abū ʼAbdullāh Muhammad bin Ismā‟il bin Ibrāhim al-Bukhāri, Al-Jāmi‟ Al-Bukhāri

(Sahīh Al-Bukhāri), dalam Kitāb al-Wuḏūʽ, subbab „Termasuk Dosa Besar Tidak Menutupi Diri

Saat Buang Air Kecil‟, Cet. II, (Riyāḏ: Maktabah al-Rusyd, 1437 H/2006 M), h. 38. 14

Dikutip oleh Syaikh Nasīruddin al-Albānī dalam Irwa al-Ghalīl. Ia berkata, “Hadis ini

sahih”. Beliau menyandarkan riwayat Anas ra. ke al-Imām Dāruquṯnī, riwayat Ibnu „Abbās ra. ke

al- Dāruquṯnī, Hākim, Badzār, dan Ṯabranī, dan riwayat Abū Hurairah ke Ibnu Abī Syaibah, Ibnu

Mājah, al-Ajūri, Hākim, dan Ahmad. Irwaʽ al-Ghalīl, (Beirut: al-Maktab al-Islāmī, 1979 M/1399

H), Cet. I, h. 311. hadis no. 280.

Page 33: AZAB KUBUR DALAM PERSPEKTIF HADISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36923...keberadaannya karena ada beberapa pendapat yang mengatakan bahwa azab atau siksaan sebagai

21

dalam kitab Sahīh al-Bukhāri, Kitāb al-Ta‟bīr, Bāb Ta‟bīri al-Ruʻyā ba‟da al-

Salāh al-Subhi. Adapun matan hadisnya sebagai berikut:

مل بن ىشاـ أ ن دث ح :ح ب م ب ا أ ن دثػ ح وؼ ا ع ن دثػ اىيم ح ر بػ ن إ يل ب اع س ا إ ن دثػ و ىشاـ ا ن دثػ اء ح و رندب يقوؿ ف سلم ما يكثر أ ليو و ع الل ى ل ص الل وؿ س ر اف قاؿ ك نو ع الل ي ض ر سرة بن

الل أف يػقص وإنو قاؿ ذات اء م من رؤيا؟ قاؿ فيقص عليو من ش ك ن د م ح ى أ أ ل ر و : ى اب ح ص ل أتياف و إنػهما ابتعثاين و إنػهما قاؿ يل :انطلق و إين انطلقت معهما وإنا اين الليلة ت . إنو أ اة غد

ل مضطجع وإذا آخر قائم عليو بصخرة وإذا ثػلغ رأسو ىو يهوي بالصخرة لرأسو فيأتينا على رع إليو حت يصح رأسو كما كاف ث يعود عليو فيتػهدىد احلجر ىا ىنا فيتبع احلجر فيأخذه فال يػر

فيفعل بو مثل ما فػعل ادلرة الوىل قاؿ قلت ذلما سبحاف الل ما ىذاف؟ قاؿ: قاؿ يل :انطلق قاؿ ل مستػلق لقفاه وإذا آخر قائم عليو بكل فانطلقنا نا على ر وب من حديد وإذا ىو يأت أحد فأتػيػ

اء نو إىل قفاه قاؿ وربا قاؿ أبو ر هو فيشرشر شدقو إىل قفاه و منخره إىل قفاه و عيػ شقي ووؿ فما يػفرغ من ذلك فيشق قاؿ ث يتحو ؿ إىل اجلانب اآلخر فيػفعل بو مثل ما فعل باجلانب ال

ر ة الوىل قاؿ قلت اجلانب حت يصح ذلك اجلانب كما كاف ث يعود عليو فيػفعل مثل ما فعل ادل

نا على مثل التػنػور قاؿ أحسب أن قاؿ: قاؿ يل :انطلق قاؿ فانطلقنا سبحاف الل ما ىذاف؟ و فأتػيػكاف يقوؿ فإذا فيو لغط وأصوات فاط لعنا فيو فإذا فيو راؿ ونساء عراة وإذاىم يأتيو ذلب من

هم فإذا أتاىم ذلك اللهب ضوضوا قاؿ قلت ذلما ما ىالء؟ قاؿ: قاال يل :انطلق انطلق أسفل منػل سابح يسبح قاؿ فانطلقنا فأتينا على هنر حسبت أنو كاف يقوؿ أمحر مثل الدـ و إذا يف النػهر ر

ل قد مجع عنده حجارة كثرية وإذا ذلك السابح يسبح ث يأت ذلك الذي و إذا على شط النػهر رع إليو فغفر لو قد مجع عنده احلجارة فيػغفر لو فاه فيػلقمو ع إليو كلما ر حجرا فينطلق يسبح ث ير

15 ىذاف؟ قاؿ: قاال يل :انطلق انطلق فاه فألقمو حجرا قاؿ قلت ذلما ما “Telah menceritakan kepada kami Muʻammal bin Hisyām telah

menceritakan kepada kami Ismāʼil bin Ibrāhīm telah menceritakan kepada kami

ʼAuf telah menceritakan kepada kami Abū Rajāʻ telah menceritakan kepada kami

Samurah bin Jundab ra. dia mengatakan Rasulullah saw. seringkali menanyakan

kepada para sahabatnya, „adakah seseorang di antara kalian yang bermimpi (tadi

malam)?‟ lalu berceritalah kepada beliau orang yang dikehendaki Allah untuk

bercerita. Pada suatu pagi, beliau berkata kepada kami, „Tadi malam aku didatangi

oleh dua orang, kemudian mereka membawaku, dan keduanya berkata kepadaku,

15 Abu ʼAbdullāh Muhammad bin Isma‟il bin Ibrāhim al-Bukhāri, Al-Jāmi‟ Al-Bukhāri

(Sahīh Al-Bukhāri), Cet. II, h. 979.

Page 34: AZAB KUBUR DALAM PERSPEKTIF HADISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36923...keberadaannya karena ada beberapa pendapat yang mengatakan bahwa azab atau siksaan sebagai

22

„berangkatlah‟. Lalu aku pun berangkat bersama mereka berdua. Kami

mendatangi seorang laki-laki yang tengah berbaring, ternyata ada seorang lagi

(malaikat) yang berdiri sembari memegang batu besar, orang itu melemparkan

batu besar itu ke arah kepalanya hingga pecah, lalu batu itu menggelinding di

sana, lalu dia (malaikat) mengikuti batu yang dilemparkan itu lalu mengambilnya,

dan dia tidak kembali kepada orang itu (yang dipecahkan kepalanya) hingga

kepalanya itu utuh lagi seperti semula. Kemudian orang itu (malaikat) kembali

lagi kepadanya dan melakukan seperti yang dilakukannya pertama kali‟. Beliau

melanjutkan, „lalu aku tanyakan kepada dua orang itu (malaikat yang

mendampingi beliau),‟Maha suci Allah! Ada apa pula dengan dua orang yang

ini?‟ Keduanya berkata, „berangkat, berangkat!‟. Lalu kami pun pergi dan

mendatangi seorang laki-laki yang berbaring terlentang dengan bertumpu pada

tengkuk kepalanya, sementara ada seorang lagi berdiri di dekatnya sembari

memgang besi yang bengkok gagangnya. Orang ini lalu menusukkan besi itu ke

salah satu bagian wajahnya hingga membelah pinggir mulutnya sampai ke

tengkuk kepalanya, lubang hidungnya hingga sampai ke tengkuk kepalanya,

matanya hingga sampai ke tengkuk kepalanya.‟ – Dia mengatakan: Rasanya Abū

Rajāʻ mengatakan: merobek - Beliau melanjutkan, „Kemudian ia (malaikat)

beralih kepada bagian hingga dia kembali utuh seperti semula, kemudian kembali

melakukan seperti yang dilakukannya pertama kali.‟ Lalu beliau bersabda, „Maha

suci Allah! Ada apa lagi dengan dua orang yang ini?‟ Keduanya berkata,

„berangkat, berangkat!‟ lalu kami pun pergi dan tiba pada sesuatu alat (tungku)

untuk memasak roti (oven), [bagian atasnya sempit, sedang bagian bawahnya

lebar, sementara api dinyalakan di bawahnya]. Dia (perawi) berkata, „Aku kira

beliau menyebutkan, „ternyata di dalamnya terdengar teriakan-teriakan yang tidak

dipahami dan suara-suara‟. Beliau melanjutkan, „Kemudian kami dapati di

dalamnya ada kaum laki-laki dan wanita yang telanjang, mereka dikejar oleh

korban api dari bawah mereka, [ketika api hampir menyentuh mereka, mereka

naik hingga hampir keluar, dan bila apinya meredup, mereka kembali ke

dalamya], bila kobaran menghampiri mereka semakin keraslah teriakan dan suara

mereka.‟ Beliau melanjutkan, „Lalu aku tanyakan kepada kedua malaikat itu,

„Mengapa mereka?‟ Keduanya mengatakan, „Berangkat, berangkat!‟. Beliau

melanjutkan: „Lalu kami pun pergi dan mendatangi sebuah sungai. – Aku kira

beliau mengatakan: - berwarna merah seperti darah, di dalam sungai itu terdapat

seorang laki-laki yang tengah berenang, sementara di pinggir sungai ada seorang

laki-laki [berdiri] dengan banyak bebatuan yang telah dikumpulkan di sisinya.

Ketika orang yang berenang itu berenang-renang menepi ke arah orang yang di

pinggir sungai yang mempunyai banyak bebatuan itu, dia membukakan mulutnya,

kemudian orang yang di pinggir sungai itu melemparkan batu kepadanya yang

kemudian dicaploknya, kemudian orang itu berenang lagi lalu kembali lagi, setiap

kali kembali mukanya dilemparkan batu ke mulutnya yang kemudian disambutnya

dengan mulutnya.‟ Beliau berkata, „Aku tanyakan kepada kedua malaikat itu,

„Mengapa kedua orang ini?‟ Keduanya mengatakan, „Berangkat, berangkat!‟.”16

16

Muhammad Nashiruddin al-Albani, Mukhtasar Sahih al-Bukhāri, Penerjemah Amir

Hamzah Fachrudin dan Hanif Yahya, h. 463.

Page 35: AZAB KUBUR DALAM PERSPEKTIF HADISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36923...keberadaannya karena ada beberapa pendapat yang mengatakan bahwa azab atau siksaan sebagai

23

Dalam Hadis tersebut Rasulullah saw. menjelaskan17

:

نا ع فأتػ ل مستػلق لقفل يػ د أت أح ي و ا ى ذ إ ائم عليو بكلوب من حديد و ر ق ا آخ ذ إ و اه ى رهو فيشرشر شدقو إىل قفاه نو إىل قفاه و منخره شقي و اء إىل قفاه و عيػ قاؿ وربا قاؿ أبو ر

فما يػفرغ من ذلك باجلانب الوؿ فعل فيشق قاؿ ث يتحو ؿ إىل اجلانب اآلخر فيػفعل بو مثل مار ة الو ذلك اجلانب حت يصح اجلانب

ىل كما كاف ث يعود عليو فيػفعل مثل ما فعل ادل “Kami pun berangkat, dan menemui seorang lelaki yang sedang berbaring.

Tiba-tiba ada lelaki lain yang membawa jangkar besi. Ternyata dia mendekati

salah satu pipinya dan membelah sudut mulut hingga ke belakang kepalanya, juga

kedua matanya hingga ke belakang kepalanya. Lalu dia membelahnya menjadi

dua. Kemudian dia menghadap ke bagian pipi sebelahnya dan memperlakukannya

seperti pipi sebelumnya. Belum selesai dia melakukan perbuatannya itu, pipi yang

pertama sudah pulih seperti sediakala. Kemudian dia mengulangi perbuatannya.”

(H.R. Bukhāri).

Setelah perjalanan bersama kedua malaikat itu selesai, keduanya

menerangkan maksud pemandangan yang dilihat oleh Rasulullah saw. Kedua

malaikat itu menjelaskan kepada beliau,

ل الذي أتػيت عليوم أ و ل قفاه و منخره إىل قفاه ىل يشرشر شدقو إ ا الر نو إىل قفاه فإنو الر و عيػلغ اآلفاؽ يػغدو من بيتو فيكذ ب الكذبة تػبػ

“Adapun orang yang ujung mulutnya dibelah hingga kepala bagian

belakang, dan dari matanya dibelah hingga kepala bagian belakang, adalah

seorang lelaki yang keluar dari rumah dengan menyampaikan kedustaan lalu

disebarkan hinnga keberbagai penjuru tempat.” (H.R. Bukhāri).

Masih dalam hadis riwayat al-Bukhāri tentang mimpi Rasulullah saw.

yang melakukan perjalanan bersama dua orang malaikat, menjelaskan azab kubur

yang melakukan perbuatan zina. Rasulullah saw. bersabda,18

17

Muhib al Majdi & Abu Fatiah al Adnani, Dari Alam Barzakh Menuju Padang

Mahsyar, h. 99. 18

Muhib al Majdi & Abu Fatiah al Adnani, Dari Alam Barzakh Menuju Padang

Mahsyar, h. 102.

Page 36: AZAB KUBUR DALAM PERSPEKTIF HADISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36923...keberadaannya karena ada beberapa pendapat yang mengatakan bahwa azab atau siksaan sebagai

24

نا على مثل التػنػ ف ا فيو راؿ ونساء عراة وإذاىم ذ إ فيو ف اط لعناات ف صو أ ا فيو لغط و ذ إ ف ور انطلقنا فأتػيػهم فإذا أتاىم ذلك اللهب ضوضوايأتيو ذلب من أسفل منػ

“Maka kami pun kembali berangkat, hingga kami menjumpai tungku api.

Di dalamnya terdapat ribut-ribut dan suara keras. Kami mengolok ke dalam.

Ternyata terdapat kaum lelaki dan wanita telanjang. Tiba-tiba datanglah luapan

api dari arah bawah mereka. Ketika api mendekati mereka, mereka berteriak ke

atas.” (H.R. Bukhāri).

Di akhir perjalanan, kedua malaikat itu menerangkan kepada Rasulullah

saw. tentang berbagai hal aneh yang beliau lihat.

ل والنساء العراة يف مثل ال ذين يف مثل بناء أ و التػنػور فإنػهم الزناة و الز واين ما الر “Adapun laki-laki dan perempuan yang berada di atas tungku api adalah

kaum laki-laki dan perempuan yang berzina.” (H.R. Bukhāri).

Adapun penjelasan tentang riba, masih dalam hadis al-Bukhāri tentang

mimpi Rasulullah saw. yang melakukan perjalanan bersama dua orang malaikat.

Rasulullah bersabda,19

ل سابح يسبح و إذا الدـ ف يقوؿ أمحر مثل سبت أنو كاى هنر ح ل فأتينا ع انطلقنا ف و إذا يف النػهر رل قد مجع عنده حجارة ل ع كثرية وإذا ذلك السابح يسبح ث يأت ذلك الذي قد ى شط النػهر ر

ع إليو فغفر لو فاه ه ند مجع ع ع إليو كلما ر احلجارة فيػغفر لو فاه فيػلقمو حجرا فينطلق يسبح ث ير فألقمو حجرا

“Kami pun kembali berangkat hingga kami menjumpai sebuah sungai.

Warna airnya merah seperti darah. Ternyata di dalam sungai itu terdapat seorang

lelaki yang sedang berenang. Tiba-tiba ada seorang lelaki lain di tepi sungai,

dengan membawa batu dalam jumlah banyak. Ketika lelaki pertama sedang

berenang, segera didatangi oleh lelaki yang membawa bebatuan tadi, dia

membuka mulutnya dan menjejalinya dengan satu batu, lalu lelaki itu kembali

berenang, kemudian kembali lagi. Setiap kali dia kembali, dia pun dijejali lagi

dengan batu.” (H.R. Bukhāri).

Di akhir perjalanan, kedua malaikat itu menerangkan kepada Rasulullah

saw. tentang berbagai hal aneh yang beliau lihat.

19

Muhib al Majdi & Abu Fatiah al Adnani, Dari Alam Barzakh Menuju Padang

Mahsyar, h. 101.

Page 37: AZAB KUBUR DALAM PERSPEKTIF HADISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36923...keberadaannya karena ada beberapa pendapat yang mengatakan bahwa azab atau siksaan sebagai

25

ل الذي أتيت عليو يسبح يف النػهر و يػلقم احلجر فإنو آكل الربام أ و ا الر “Adapun orang yang berenang di sungai darah dan setiap kali menepi

mulutnya dijejali dengan batu, adalah orang yang memakan harta riba.” (H.R.

Bukhāri).

Kemudian dalam riwayat hadis yang sama tentang mimpi Rasulullah saw.

yang melakukan perjalanan bersama dua orang malaikat di atas, dijelaskan juga

azab kubur bagi orang-orang yang meninggalkan shalat dan al-Qur‟an. Rasulullah

bersabda,

ن تػ ا أ ن إ ا و عهم انطلقت م ين إ و يهوي و ى ا ذ إ ا آخر قائم عليو بصخرة و ذ إ ل مضطجع و ى ر ل ا ع يػع إليو حت يصح احلجر ىا ىنا فيتبع فيتػهدىد ثػلغ رأسو بالصخرة لرأسو في احلجر فيأخذه فال يػر

ما ىذاف رأسو كما كاف ث يعود عليو فيفعل بو مثل ما فػعل ادلرة الوىل قاؿ قلت ذلما سبحاف الل “Aku pun berangkat bersama mereka berdua (malaikat). Tiba-tiba kami

menemui orang yang sedang berbaring. Tiba-tiba pula ada orang lain yang berdiri

di mukanya dengan membawa batu besar. Batu itu dihantamkan ke kepala orang

tersebut, lalu menggelindanglah batu itu hingga terjatuh. Lalu dia mengambil batu

ini, namun tidaklah dia mendatanginya, sehingga kepalanya utuh seperti semula.

Barulah dia mengulangi lagi perbuatannya seperti yang pertama. Rasulullah

melanjutkan, “Aku bertanya kepada mereka berdua, „Subhanallah, Apa arti semua

ini?” (H.R. Bukhāri).

Di akhir perjalanan, kedua malaikat itu menerangkan kepada Rasulullah

tentang berbagai hal aneh yang beliau lihat.

ل م ا سنخبؾ أ ن ا إ م أ يل اؿ ق ل يأخذ ليو ذي أتيت ع الو ؿ ال ا الر يػثػلغ رأسو باحلجر فإنو الرـ عن الصالة ادلكتوبة ن يػ القرآف فيػفرضو و ا

“Kedua malaikat menjawab kepada ku (Rasulullah saw.), „Kami akan

memberitahukanmu. Adapun lelaki pertama yang kita temui sedang dipecahkan

kepalanya dengan batu, adalah orang mempelajari al-Qur‟an kemudian menolak

al-Qur‟an dan dia juga orang yang tidur (meninggalkan) sholat wajib.”20

(H.R.

Bukhāri).

3. Ghibah

20

Muhib al Majdi & Abu Fatiah al Adnani, Dari Alam Barzakh Menuju Padang

Mahsyar, h. 101.

Page 38: AZAB KUBUR DALAM PERSPEKTIF HADISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36923...keberadaannya karena ada beberapa pendapat yang mengatakan bahwa azab atau siksaan sebagai

26

Ghibah berasal dari bahasa Arab yang berarti fitnah, umpatan, gunjingan.21

Ghibah adalah menggunjing dan membicarakan keburukan orang lain di saat

orang tersebut tidak berada di hadapan kita. Tegasnya, membicarakan keburukan

orang lain di „belakang‟. Hal ini juga terdapat di dalam hadis yang diriwayatkan

oleh Imam Muslim,

ن أيب ىريرة أف ع يو ب ن أ ن العالء ع يل ع اع س ا إ ن دثػ وا ح ال ابن حجر ق ة و يب قػت وب و ي بن أ ي ا ي ن ثػ د ح با علم. قاؿ ذكرؾ أخاؾ ولو ا س ر ا الل و و ال ة؟ ق ا الغيب م دروف أت اؿ لم ق س و يو ل ع ى الل ل ص وؿ الل س ر

فقد ابػتػغتو وإف مل يكن فيو ا أقوؿ؟ قاؿ إف كاف فيو ما تقوؿ ي م خ أ يف اف يكره قيل أفرأيت إف ك 22فقد بػهتو.

“Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Ayyub, Qutaibah, dan Ibnu

Hujr berkata Isma‟il dari ʼAlāʻ dari ayahnya dari Abū Hurairah Sesungguhnya

Rasulullah saw. berkata „Apakah kalian mengetahui apa itu ghibah?‟ mereka

berkata Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui‟ Kemudian beliau bersabda,

„Ghibah adalah kamu membicarakan saudaramu mengenai sesuatu yang tidak ia

sukai‟. Seseorang bertanya „bagaimanakah menenrut engkau wahai Rasulullah

apabila orang yang saya bicarakan itu memang sesuai dengan yang saya

ucapkan?‟ Rasulullah bersabda „Apabila benar apa yang kamu bicarakan itu ada

padanya, maka berarti kamu telah menggunjingnya, dan apabila apa yang kamu

bicarakan itu tidak ada padanya, maka berarti kamu telah mendustakannya.”23

(H.R. Muslim).

Ghibah termasuk dalam dosa besar yang menyebabkan datangnya siksa

kubur bagi pelakunya. Sebagaimana dijelaskan dalam hadis yang shahih,24

أيب بكرة ده عنو بكر بن أيب شيبة ثنا وكيع ثنا السود بن شيباف حدثن بر بن مرار ب ا أ ن ثػ د ح رين فقاؿ إنػهما ليعذباف وما م ل س و يو ل ع ى الل ل ر النيب ص م اؿ ق أما أحدها يعذباف يف كبري بقبػ

25فيعذ ب يف البوؿ وأما االخر فيعذب يف الغيبة

21

Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwir Kamus Arab-Indonesia, Cet. XIV,

(Surabaya: Pustaka Progressif, 1997), h. 1025. 22

Abū al-Husain Muslim bin al-Hajjāj bin Muslim al-Qusyairi al-Nasaiburi, Sahih

Muslim, Bab Tahrīm al-Ghibah, (Beirut: Dār al-Fikr, 1993), no. 2589, h. 2001. 23

Muhammad Nashiruddin Al Albāni, Mukhtasar Sahih Muslim, Penerjamah Subhan dan

Imran Rosadi, h. 520. 24

Dinyatakan sahīh oleh al-Albāni dalam Sahīh al-Jāmi‟ as-Saghīr no. 2441

Page 39: AZAB KUBUR DALAM PERSPEKTIF HADISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36923...keberadaannya karena ada beberapa pendapat yang mengatakan bahwa azab atau siksaan sebagai

27

“Telah menceritakan kepada kami Abū Bakr bin Abī Syaibah telah

menceritakan kepada Wakī‟ telah menceritakan kepada kami Al-Aswad bin

Syaibān telah menceritakan kepadaku Bahr bin Marrār dari kakeknya, Abu

Bakrah, dia berkata, “Nabi melewati dua kuburan, lalu beliau bersabda, „Kedua

orang mayat ini tengah diazab. Keduanya diazab bukan karena melakukan sebuah

dosa yang besar (menurut pandangan mereka). Salah satu dari keduanya karena

(tidak bersuci) saat kencing, sedangkan orang yang satu lagi karena sering

menggunjing.” (H.R. Ibnu Mājah).

4. Meratapi Mayit

Apabila seseorang telah mengetahui bahwa keluarganya akan meratapi

kematiannya, sementara dia tidak mengajari dan memperingatkan mereka untuk

tidak meratapinya, maka apabila telah mati niscaya dia akan disiksa akibat ratapan

keluarganya. Dia disiksa karena tidak mengajari dan memperingatkan keluarga

yang menjadi tanggung jawabnya.

Ratapan bisa menyebabkan datangnya siksa kubur karena ia menunjukkan

ketidak-sabaran dalam menerima musibah dari Allah swt. Ratapan menunjukkan

adanya ketidak-terimaan terhadap takdir dari Allah. Berbeda dengan tangisan

yang tidak disertai ratapan, karena menunjukkan adanya kasih sayang kepada

orang yang meninggal.26

Dari ʼUmar bin Khaṯṯab dan „Abdullah bin ʼUmar bahwasannya

Rasulullah saw. bersabda,

ن أبيو عن ابن عمر قاؿ يب معاوية ادلعىن عن ىشاـ بن عروة ع أ ة و د ب ن ع بن الس ري ع اد ن ا ى ثن د ح إف ادليت ليػعذب ببكاء أىلو عليو فذكر ذلك لعائشة فقالت لم س ى الل عليو و ل الل ص وؿ س ر اؿ ق

25

Abū ʼAbdullah Muhammad bin Yazīd al-Qazwīnī, Sunan Ibnu Mājah, Kitāb al-

Tahārah, Bab. 26, (Dār Ahyāʻu al-Kutub al-ʼArabiyyah, tt), no. 249, h. 125. 26

Muhib al Majdi & Abu Fatiah al Adnani, Dari Alam Barzakh Menuju Padang

Mahsyar, h. 108.

Page 40: AZAB KUBUR DALAM PERSPEKTIF HADISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36923...keberadaannya karena ada beberapa pendapat yang mengatakan bahwa azab atau siksaan sebagai

28

إنا مر النيب صلى الل عليو و سلم على قب فقاؿ إف صاحب ىذا ليعذب –مر تعن ابن ع - وىل 27و أىلو يػبكوف عليو ث قرأت وال تزر وازرة وزر أخرى .

“Telah menceritakan kepada kami Hannād bin As-Sarī dari ʼAbdah dan

Abī Muʼāwiyah diriwayatkan secara maknawi, dari Hisyām bin ʼUrwah dari

Ayahnya dari Ibnu ʼUmar berkata telah bersabda Rasulullah saw. Sesunguhnya

orang yang telah mati (mayat) akan disiksa karena tangisan keluarganya yang

meratapi terhadapnya‟. Ketika Ibnu ʼUmar menyebutkan hadis ini kepada

ʼĀisyah, ʼĀisyah berkata ia (Ibnu ʼUmar) telah lemah (salah menegerti).

(Kejadiannya) Nabi saw. melewati suatu perkuburan, kemudian beliau bersabda

„Sesungguhnya penghuni kubur ini sedang disiksa karena keluarganya selalu

menangisinya‟ kemudian ia (ʼĀisyah) membaca ayat, “Dan seorang yang berdosa

tidak akan memikul dosa orang lain” (Q.S Al-An‟ām [6]: 164) Perawi berkata:

Dari Abū Mu‟āwiyah, Dia berkata, “Yaitu perkuburan orang Yahudi.” (Sahih:

Muttafaq ʼAlaih), Al Ahkām 28. (H.R. Abū Dāwud).28

Siksa kubur hanyalah balasan sementara atas berbagai ucapan dan

perbuatan jahat yang dilakukan oleh seorang hamba. Balasan berupa siksa yang

sangat pedih tersebut merupakan sebuah bentuk keadilan dari Allah terhadap

perilaku seorang hamba semasa masih hidup di dunia.29

Sebab-sebab mendapatkan azab kubur yang telah disebutkan di atas adalah

hanya beberapa dari sekian banyak penyebab mendapatkan azab kubur, selain itu

syirik,30

kufur,31

nifaq,32

tidak berpuasa di bulan suci Ramadhan, liwath33

,

27

Abu Dāwud Sulaimān bin al-Asy‟āts al-Sijistāni, Sunan Abu Dāwud, Kitāb Janāʻiz,

Bāb fi an-Nauh, (Riyaḏ: Maktabah al-Ma‟ārif, t.t), h. 564. 28

Muhammad Nashiruddin Al Albani, Sahīh Sunan Abu Dāwud, Penerjemah Abd. Mufid

dan M. Soban Rohman, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2006), h. 454.

29

Muhib al Majdi & Abu Fatiah al Adnani, Dari Alam Barzakh Menuju Padang, h. 97. 30

Ta‟addudu al-Ālihah : Kemusyrikan. Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwir Kamus

Arab-Indonesia, Cet. XIV, (Surabaya: Pustaka Progressif, 1997), h. 715.

31

Lawan dari kata “beriman”. Louwis bin Naqula Ẕahīr Al-Maʽlūf, Al-Munjid Fi al-

Lughah wa al-A‟lam, Cet. XXXIX, (Beirut: Dār al-Masyriq, 2002), h. 691.

32

Bentuk masdar dari kata “nāfaqa”, yakni nama untuk perbuatan orang munafik.

Louwis bin Naqula Ẕahīr Al-Maʽlūf, Al-Munjid Fi al-Lughah wa al-A‟lam, Cet. XXXIX, (Beirut:

Dār al-Masyriq, 2002), h. 828.

Page 41: AZAB KUBUR DALAM PERSPEKTIF HADISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36923...keberadaannya karena ada beberapa pendapat yang mengatakan bahwa azab atau siksaan sebagai

29

mencuri, dan lain-lain yang termasuk dalam perbuatan yang dilarang Allah swt.

juga merupakan penyebab mendapatkan azab kubur.

C. Tempat Ruh di Alam Barzakh

Setelah jenazah diantarkan atau dimasukkan ke kuburnya, Allah

memerintahkan agar ruh jenazah itu kembali ke jasadnya, sebagaimana halnya

ketika ia hidup di dunia. Terkait hal itu, ada perbedaan pendapat di kalangan

ulama. Sebagian berpendapat bahwa ruh itu dikembalikan ke dalam jasadnya

seperti sediakala, sebagaimana ia masih hidup di dunia. Kemudian jasad yang

telah dikembalikan ruhnya itu duduk dan ditanya oleh malaikat Munkar dan

Nakir. Sebagian yang lain berpendapat bahwa yang ditanya itu ruhnya saja, bukan

ruh yang telah dikembalikan ke dalam jasadnya. Namun, ada pula yang

berpendapat bahwa ketika ditanya oleh malaikat, ruh tersebut berada di antara

jasad dan kain kafannya. Meskipun ada perbedaan pendapat, yang perlu diingat di

sini adalah ada banyak hadis shahih yang meriwayatkan adanya pertanyaan dan

siksa kubur. Abū Laits menerangkan, “Jika ingin selamat dari siksa kubur,

seseorang harus senantiasa menjalankan empat perkara dan menjauhi empat

perkara. Empat perkara yang harus dijalankan adalah memelihara shalat, sedekah,

membaca al-Qur‟an, dan membaca tasbih. Keempat perkara ini akan menerangi

dan melapangkan kuburnya. Sedangkan empat perkara yang harus selalu dijauhi

33 Bentuk masdar dari kata “lāṯa”- “lāwaṯa: ḏāja‟a al-dzukūra”, yaitu melakukan liwath

(perbuatan homosexual). Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwir Kamus Arab-Indonesia, Cet.

XIV, (Surabaya: Pustaka Progressif, 1997), h. 1297.

Page 42: AZAB KUBUR DALAM PERSPEKTIF HADISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36923...keberadaannya karena ada beberapa pendapat yang mengatakan bahwa azab atau siksaan sebagai

30

adalah berdusta, berkhianat, mengadu domba, dan kencing yang mengenai

badan.”34

Ruh berasal dari bahasa Arab, yang merupakan bentuk tunggal dari kata

“arwāh” yaitu sesuatu yang dengannya seseorang dapat hidup baik laki-laki

maupun perempuan.35

Ruh juga dapat diartikan sebagai sesuatu yang terjadi

dengan perintah Allah dan penciptaan-Nya serta pengaruh-Nya dalam membuat

kehidupan pada jasad ini.36

Para ulama ahli tafsir berbeda pendapat mengenai ruh

yang terdapat dalam surat Al-Isrāʻ ayat 85 :

"Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: "Roh itu

termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan

sedikit".

Ruh menurut Ibnu Katsīr adalah dasar atau asal jiwa dan materinya, dan

jiwa seseorang terdiri darinya dan bersambung ke badan.37

Al-Junaid berkata :

“Ruh adalah sesuatu yang hanya diketahui oleh Allah dan tidak diperlihatkan

kepada hamba-Nya, maka tidak boleh bagi seseorang untuk memabahasnya secara

mendetail”.38

Seluruh ruh manusia yang telah meninggal dunia akan berada di

tempat, kedudukan dan keadaan yang berbeda-beda. Ruh orang-orang yang

34 ʼAbdu al-Rahman bin Ahmad al-Qāḏī, Daqāʽiqu al-Akhbār / Kehidupan Sebelum dan

Sesudah Kematian, Penerjemah. Yodi Indrayadi & Wiyanto Suud, Cet. V, (Jakarta: Turos Pustaka,

2015), h. 84.

35

Louwis bin Naqula Ẕahīr Al-Maʽlūf, Al-Munjid Fi al-Lughah wa al-A‟lam, Cet.

XXXIX, (Beirut: Dār al-Masyriq, 2002), h. 286.

36

Fakhru al-Dīn al-Rāzī, Yasʽalūnaka „an al-Rūh / Roh itu Misterius, Penerjemah

Muhammad Abdul Qadir al-Kaf. Cet. I, (Jakarta: Cendekia Sentra Muslim, 2001), h. 28. 37

ʼImād al-Dīn Abū al-Fidāʽi Ismāʼīl bin Katsīr, Tafsīr al-Qurʽānu al-ʼAẕīm, (Riyaḏ:

Maktabah Dār al-Islāmī, 1414 H/1994 M), Jil. 3, h. 60. 38

Hamīd bin Muhammad al-ʼĪbādi, al-Safīnah al-Makhīrah ilā al-Barzakh wa Dār al-

Akhīrah, h. 14-15.

Page 43: AZAB KUBUR DALAM PERSPEKTIF HADISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36923...keberadaannya karena ada beberapa pendapat yang mengatakan bahwa azab atau siksaan sebagai

31

beriman dan beramal shalih akan berada di tempat yang bertingkat-tingkat sesuai

dengan kadar keimanan dan amal shalih mereka ketika mereka masih hidup di

dunia. Begitu juga dengan keadaan orang-orang kafir dan fasik. Dari keterangan

dalil al-Qur‟an dan al-Sunnah, ada beberapa kedudukan dan keadaan yang akan

diterima oleh arwah manusia, penulis akan mengklasifikasikannya sebagai

berikut:

1. Ruh Para Nabi dan Rasul

Ruh para Nabi dan Rasul berada di ʼIlliyyīn39

, di al-Malaʻ al-A‟lā atau

alam yang tinggi, yaitu di sisi Allah swt. Sebagaimana disebutkan dalam hadis

shahih, bahwa ruh Nabi akan diangkat ke sisi Allah (ar-Rafīq al-A‟lā).40

ابن شهاب أخبين سعيد بن ن عقيل ع ن دث ح اؿ ث ق ي الل ن ث د ح اؿ عيد بن عفري ق ا س ن دثػ ح عروة بن الزبري يف راؿ من أىل العلم: أف عائشة رضي الل عنها قالت كاف رسوؿ الل و سيبالم

ث ييػ ر من اجلن ة صلى الل عليو وسلم يقوؿ و ىو صحيح: لن يػقبض نيب قط حت يػرى مقعده ساعة ث أفاؽ فأشخص بصره على السقف ث غشي عليو –و رأسو علي فخذي –فلما نزؿ بو

حيح و ص ى علمت أنو احلديث الذي كاف يدثنا و نا و ى قلت إذا ال يتػر ل ع يق ال ف م الر ه قاؿ الل 41قالت فكانت تلك آخر كلمة تكلم هبا الرفيق العلى

“Telah menceritakan kepada kami Sa‟īd bin ʼUfair berkata telah

menceritakan kepadaku Al-Laits berkata telah menceritakan kepadaku ʼUqail dari

Ibn Syihāb telah mengabarkanku Sa‟id bin Al-Musayyab dan ʼUrwah bin Zubair

Dari ʼAisyah ra, dia berkata, “Saat Rasulullah saw. masih sehat, beliau pernah

bersabda „Tidaklah ada seorang Nabi pun yang diwafatkan, melainkan kepadanya

telah diperlihatkan tempatnya kelak di surga, kemudian dia diberi kesempatan

39 Dalam bahasa Arab, bentuk jamaknya “‟illiyyin” yaitu Nama surga yang tertinggi.

Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwir Kamus Arab-Indonesia, Cet. XIV, (Surabaya: Pustaka

Progressif, 1997), h. 968. 40

Sahīh al-Bukhāri, bab “Riqāq”, subbab “orang-orang yang senang bertemu Allah”.

Lihat Muhib al Majdi & Abu Fatiah al Adnani, Dari Alam Barzakh Menuju Padang Mahsyar

(Surakarta: Granada Mediatama, 2003), h. 62. 41

Abu ʼAbdullāh Muhammad bin Isma‟il bin Ibrāhim al-Bukhāri, Al-Jāmi‟ Al-Bukhāri

(Sahīh Al-Bukhāri), Kitāb ad-Daʼawāt, Bāb Du‟āʻ an-Nabī sallallāhu ʼalaihi wa sallam

“Allahumma ar-Rafīq al-A‟lā”, Cet. II, (Riyadh: Maktabah al-Rusyd, 1437 H/2006 M), h. 889.

Page 44: AZAB KUBUR DALAM PERSPEKTIF HADISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36923...keberadaannya karena ada beberapa pendapat yang mengatakan bahwa azab atau siksaan sebagai

32

memilih (untuk hidup lebih lama di dunia lagi atau diwafatkan untuk

mendapatkan tempatnya di surga)‟. Ketika beliau mengalami detik-detik terakhir

hidup beliau dan kepala beliau berada di atas paha saya, beliau pingsan beberapa

saat, kemudian tersadar kembali dan memandang ke arah atap rumah seraya

bersabda, „Ya Allah, (aku memilih) ar-Rafīq al-A‟lā (Kawan yang paling tinggi).”

2. Ruh Orang-orang yang Mati Syahid

Orang-orang yang mati syahid akan berada di sisi Allah, mereka akan

hidup dengan mendapatkan rezeki yang sangat besar. Allah swt. berfirman,42

الل

“Dan janganlah engkau sekali-kali mengira bahwasanya orang-orang yang

terbunuh di jalan Allah itu adalah orang-orang yang mati. Akan tetapi mereka itu

tetap hidup di sisi Rabbnya dengan mendapatkan limpahan rezeki.” (Q.S. Ali

ʼImrān [3]: 169).

Hidup yang dimaksud pada ayat di atas adalah yaitu hidup dalam alam

yang lain dan bukan alam dunia ini. Dimana mereka mendapat kenikmatan-

kenikmatan di sisi Allah, dan hanya Allah swt. sajalah yang lebih mengetahui

dengan jelas bagaimana keadaan hidup itu.43

Rasulullah saw. juga menerangkan hal ini, sebagaimana yang terdapat

dalam sebuah hadis:

ثنا إسحاؽ بن إبراىيم بو بكر بن أيب شيبة كالها عن أيب معاوية و حد أ و ي بن ي ي ا ي ن ثػ د ح ن ر بػ خ أ يعا ع يس ع ير و ر ا ا ن دثػ ح ا زلمد بن عبد الل بن نري ن ثػ د ن العمش و ح ى بن يونس مج

)ىو ابن سروؽ قاؿ سألنا عبد الل ن م ع بد الل بن مرة ن ع أسباط و أبو معاوية قاال العمش ع قاؿ )وال حتسنب الذين قتلوا يف سبيل الل أمواتا بل أحياء عند رهبم يرزقوف( عن ىذه اآلية سعود(م

42

Umar Sulaymān al-„Asyqār, Ensiklopedia Kiamat dari Sakratul Maut hingga Surga-

Neraka, Penerjemah Irfan Salim dkk. Cet. III, h. 104. 43

Febi Prasetya Adi, Menyibak Misteri Kekal Akhirat Tinjauan Ilmu Fisika, (Yogyakarta:

Kreasi Total Media, 2007), h. 83.

Page 45: AZAB KUBUR DALAM PERSPEKTIF HADISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36923...keberadaannya karena ada beberapa pendapat yang mengatakan bahwa azab atau siksaan sebagai

33

وؼ طري خضر ذلا قنادؿ معلقة بالعرش تسرح من اىهم و ر أ اؿ ق فػ لك ن ذ ا ع لن أ س د نا ق ا إ م أ يف فاطلع إليو ربػهم اطالعة فقاؿ ىل تشتػهوف شيئا ؟ .تلك القناديل شاءت ث تأوي إىل حيث اجلن ة

ثالث مرات فلما رأوا قالوا أي شيء تشتهي ؟ و حنن نسرح من اجلنة حيث شئنا ففعل ذلك هبم ركوا من أف يسالوا قالوا : يا رب نريد أف تػر سادنا حت تقتل يف سبيلك أنػهم ال يػتػ د أرواحنا يف أ

رأى أف ليس ذلم حاة تركوا مرة أخرى فلما “Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Yahya dan Abū Bakr bin Abī

Syaibah keduanya dari Abū Mu‟āwiyah dan telah menceritakan kepada kami

Ishāq bin Ibrāhim telah mengabarkan kepada kami Jarīr dan ʼĪsa bin Yūnus dari

A‟masy dan telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Murrah dari Masrūq

berkata, „Kami pernah bertanya kepada ʼAbdullāh bin Mas‟ud tentang ayat „Dan

janganlah engkau sekali-kali mengira bahwasanya orang-orang yang terbunuh di

jalan Allah itu adalah orang-orang yang mati. Akan tetapi mereka itu tetap hidup

di sisi Rabbnya dengan mendapatkan limpahan rezeki‟ (Ali ʼImrān [3]: 169),

Maka dia menjawab, “Kami juga pernah menanyakan hal itu kepada Rasulullah,

maka beliau menjawab, „Ruh-ruh mereka berada di tengah-tengah burung yang

hijau dan memiliki lampu pelita yang tergantung di langit ʼArsy. Mereka dapat

keluar dari surga sekehendak dirinya, kemudian mereka kembali ke pelita-pelita

tersebut.” (H.R. Muslim)

Namun sebagian ruh orang yang mati syahid terpaksa tertahan di depan

pintu surga, karena mempunyai tanggungan yang belum ia tunaikan. Di antaranya

ada yang tertahan karena mengambil harta rampasan perang yang belum dibagi

oleh pemimpin pasukan. Ada pula yang tertahan di pintu surga karena mempunyai

hutang yang belum ia bayarkan.

Sebagaimana yang dijelaskan dalam hadis yang diriwayatkan dari

Muhammad bin Jahsy bahwa Rasulullah saw. bersabda,44

م ن زل ع حش ق د بن عند رسوؿ الل صلى الل عليو و سلم فرفع رأسو إىل السماء ث لوسا اؿ كنا نا و فزعنا فلما هتو ث قاؿ: سبحاف الل! ماذا نػزؿ من التشديد؟ فسكتػ بػ اف ك وضع راحتو على

ال والذ ؟ فقاؿ:نػزؿ من الغد سألتو : يا رسوؿ الل ! ما ىذا التشديد الذي ي نػفسي بيده لو أف رحت يػقضى عنو ديػنو قتل يف سبيل الل ث أحيي ث قتل ث أحيي ث قتل و عليو دين ما دخل اجلنة

44

Muhammad Nashiruddin Al Albani, Sahīh Sunan An-Nasāʻī, Penerjemah Kamaluddin

Sa‟diyatul Haramain, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2009), h. 424.

Page 46: AZAB KUBUR DALAM PERSPEKTIF HADISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36923...keberadaannya karena ada beberapa pendapat yang mengatakan bahwa azab atau siksaan sebagai

34

“Dari Muhammad bin Jahsy, ia berkata, „Ketika kami duduk bersama

Rasulullah saw. beliau menengadahkan kepalanya ke langit, lalu beliau

meletakkan telapak tangannya di atas dahinya, Kemudian beliau bersabda, „Maha

suci Allah, apa yang dilahirkan dari suatu kekerasan?‟ Kami diam dan merasa

khawatir. Keesokkan harinya, aku bertanya kepada beliau, „Wahai Rasulullah,

kekerasan apa ini yang telah diturunkan?‟ lalu beliau bersabda, „Demi Dzat yang

jiwaku berada di tangan-Nya, seandainya ada seorang laki-laki yang terbunuh di

jalan Allah, kemudian dia dihidupkan lagi, kemudian terbunuh lagi, kemudian dia

dihidupkan kembali, kemudian dia terbunuh lagi, sementara dia mempunyai

hutang yang harus dia bayar, niscaya dia tidak akan masuk surga sehingga

utangnya dibayar darinya.” (H.R. al-Nasāʻī).

3. Ruh Orang Mukmin yang Saleh

Ruh orang mukmin yang saleh akan berada seperti burung yang

bergelayutan di pohon surga. Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Ka‟ab bin

Malik, Nabi saw. bersabda,45

يػعل ل س و يو ل وؿ الل ع س ر ف الك أ عب بن م ك ن ع من طائر ق يف شجر اجلنة حت م قاؿ إنا نسمة ادل

عو الل تبارؾ و تعاىل إىل عثو يػر سده يوـ يػبػ “Dari Ka‟ab bin Mālik bahwasanya Rasulullah telah bersabda,

„Sesungguhnya Jiwa seorang mukmin itu laksana burung yang bergelayutan di

pohon surga sampai Allah mengembalikannya ke jasadnya pada hari

kebangkitan‟.” (H.R. Ibnu Mājah dan Ahmad).

Perbedaan antara ruh orang yang mati syahid dengan orang mukmin yang

saleh adalah bahwa ruh orang yang mati syahid seperti berada di sangkar burung

hijau sambil terlepas dan berjalan kesana-kemari di taman surga lalu kembali ke

lampu pelita yang tergantung di ʼArsy.46

Sedangkan ruh orang mukmin yang saleh

45

Muhib al Majdi & Abu Fatiah al Adnani, Dari Alam Barzakh Menuju Padang

Mahsyar, h. 66.

46

Secara bahasa Arab merupakan bentuk „masdar‟ dari kata “‟arasya”, Bentuk jamaknya

“A‟rasy”, diartikan sebagai Tahta, Singgasana, Istana. Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwir

Kamus Arab-Indonesia, Cet. XIV, (Surabaya: Pustaka Progressif, 1997), h. 915.

Page 47: AZAB KUBUR DALAM PERSPEKTIF HADISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36923...keberadaannya karena ada beberapa pendapat yang mengatakan bahwa azab atau siksaan sebagai

35

seperti berada di sangkar burung yang tergantung di surga tetapi tidak berjalan

kasana-kemari di surga.47

4. Ruh Orang-Orang yang Bermaksiat

Dalil al-Qur‟an dan al-Sunnah yang menjelaskan tentang azab yang

diterima oleh orang yang suka berbuat maksiat telah dikemukakan sebelumnya.

Orang yang suka berdusta akan diazab dengan jangkar besi yang dimasukkan ke

dalam mulutnya sampai ke tengkuk. Kepala orang yang meninggalkan shalat

wajib akan dihancurkan dengan batu. Para pezina, laki-laki atau perempuan, akan

diletakkan di atas tungku api yang membara. Begitu juga orang yang tidak bersuci

dari air seninya dan orang yang suka menggunjing dan mengadu domba di antara

manusia.48

Ruh para pemakan riba akan dimasukkan ke dalam sungai darah, setiap

kali mereka akan berenang menuju ke tepian, maka di tiap tepi sungai darah busuk

itu telah berdiri para penjaga yang siap dengan batu-batu besar di tangannya,

dilemparnya laki-laki dan wanita pemakan riba itu, hingga tubuh mereka

terdorong lagi ke tengah-tengah sungai.49

5. Ruh Orang-Orang Kafir

Ruh orang-orang kafir ditolak oleh langit. Ketika para malaikat membawa

ruhnya ke langit, para malaikat penjaga langit enggan membukakan pintu

untuknya. Maka Allah memerintahkan kepada para malaikat tersebut untuk

47

Umar Sulaymān al-„Asyqār, Ensiklopedia Kiamat dari Sakratul Maut hingga Surga-

Neraka, Penerjemah Irfan Salim dkk. Cet. III, h. 105. 48

Umar Sulaymān al-„Asyqār, Ensiklopedia Kiamat dari Sakratul Maut hingga Surga-

Neraka, Penerjemah Irfan Salim dkk. Cet. III, h. 106. 49

Muhib al Majdi & Abu Fatiah al Adnani, Dari Alam Barzakh Menuju Padang

Mahsyar, h. 69.

Page 48: AZAB KUBUR DALAM PERSPEKTIF HADISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36923...keberadaannya karena ada beberapa pendapat yang mengatakan bahwa azab atau siksaan sebagai

36

mencampakkan ruh yang keji dan berbau busuk tersebut untuk mencampakkan

ruh yang keji dan berbau busuk tersebut ke bagian bumi yang paling dalam dan

rendah. Sebagaimana dijelaskan dalam dalam hadis dari sahabat Barrāʽ bin

ʼĀzib50

:

ن زأذاف مرو ع اؿ بن ع نه ن م ش ع عم ا ال ن ثػ اؿ ة ق ي او ع و م ب ا أ ن ثػ يب أ ن ث د الل ح بد ع ا ن ثػ د ح اف ا ك إذ افر الك بد الع ف إ و ؿ قا – صلىى الل عليو و سلم يب الن ع ا م ن ر خ اؿ ب ق از اء بن ع ن الب ع

وه معهم ادلسوح س ة ئك ال اء م م الس من يو إل ؿ ز نػ ة ر اآلخ من اؿ اقب ا و ني الد من اع ط يف انق ود الو ر ث ص منو مد الب وف س جل ي فػ وت ح م ك ال ل يء م ة بيث فس اخل ا الن ته ي قوؿ أ ي و فػ أس ر س عند ل ت تفرؽ ؿ ف ا ضب ق غ الل و من خط س ىل ي إ خر ا وؼ الص السفود من ع ز نت ا ي م ها ك ع ز نت ي ه فػ د س يف ي ح ده طرفة ع ا يف ي وى دع ي ىا مل ذ خ ا أ إذ ف ىا ذ أخ ي وؿ فػ بل م ال رج ي مسوح و ال ا يف تلك وى ل ع ت

ة ئك ادلال أل من ى م ل ا ع هب روف ي ال هبا ف وف د ع ص ي فػ رض و ال ى و ل ت ع د يفة و يح نت ر ان ا ك منه ت ا ح ا يف الدني ى هب يسم اف يت ك ائو ال س بح أ ق بأ فالف بن فالف قولوف ي فػ بيث اخل وح ا الر ذ ا ى الوا م اال ق

ال مسل ليو و ىى الل ع ل سوؿ الل ص ر رأ ح لو ث ق فت ي ال و ف ح ل فت ست ي ا فػ الدني اء م هي بو إىل الس نت ي ل ز و ؿ الل ع و م اخلياط فيقمل يف س لج اجل ت ي ة ح ن اجل دخلوف ال ي اء و م الس بواب م أ ح ذل فت ت

من ر خا ن أ ك ف ؾ بالل شر ن ي م و ا ث قرأ رح و ط ح روح ر ط ت ى فػ فل الس رض يف ال ي ج و يف س اب بوا كت اكت 51-اف سحيق ك م يح يف وي بو الر و ت ري أ تخطفو الط اء ف م الس

“Sesungguhnya manakala seorang hamba yang kafir sedang berada pada

detik-detik terakhir kehidupannya di dunia dan akan memasuki gerbang

kehidupan akhirat, para malaikat yang hitam legam wajahnya turun kepadanya

dari langit dengan membawa kain tenunan yang kasar. Mereka kemudian duduk di

sekeliling orang kafir itu sejauh mata memandang. Setelah itu malaikat maut

datang hingga duduk di sisi kepalanya, dan berkata, „wahai jiwa yang keji,

keluarlah menuju kebencian Allah dan murka-Nya. Nyawanya lalu dipisah-

pisahkan dari badannya dan dicabut dengan keras, bagaikan besi tusukan sate

dicabut dari kain bulu yang masih basah. Malaikat maut segera menyambut

nyawanya, namun belum sekejap mata nyawa itu berada di tangannya, malaikat

yang hitam legam wajahnya itu segera mengambilnya dan meletakkannya di atas

kain tenunan yang kasar, sehingga darinya keluar bau busuk yang melebihi

seluruh bau busuk bangkai yang pernah ada di muka bumi. Para malaikat itu

50

Muhib al Majdi & Abu Fatiah al Adnani, Dari Alam Barzakh Menuju Padang

Mahsyar, h. 69.

51

Ahmad bin Hanbal, Musnad al-Imām Ahmad bin Hanbal, (Beirut: Dār al-Fikr, t.t), Jil.

5, h. 288.

Page 49: AZAB KUBUR DALAM PERSPEKTIF HADISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36923...keberadaannya karena ada beberapa pendapat yang mengatakan bahwa azab atau siksaan sebagai

37

membawa nyawanya ke langit, dan tidaklah mereka melewati sekelompok

malaikat pun melainkan mereka bertanya, „Nyawa siapakah yang keji ini?‟ Para

malaikat yang membawanya menjawab, „Nyawa fulan bin fulan‟, sembari

menyebutkan nama panggilannya yang terburuk kala masih hidup di dunia.

Mereka terus membawanya hingga sampai ke langit dunia, maka mereka minta

dibukakan pintu langit dunia, namun pintu langit dunia tidak dibukakan untuknya.

Rasulullah saw. kemudian membacakan ayat: „Tidak dibukakan untuk mereka

pintu-pintu langit, dan mereka tidak akan memasuki surga sehingga unta bisa

masuk ke dalam lubang jarum‟. (Al-A‟rāf [7]: 40). Allah berfirman, „Tulislah

buku amalnya di Sijjin yaitu pada lapisan bumi yang terendah!‟ Kemudian

nyawanya dilemparkan dengan keras. Lalu Rasulullah saw. membaca ayat: „Dan

barang siapa yang menyekutukan sesuatu dengan Allah, maka dia menjadi seakan-

akan jatuh dari langit lalu disambar oleh burung, atau diterbangkan oleh angin ke

tempat yang jauh‟. (Al-Hajj [22]: 31).

Beberapa hal di atas merupakan keterangan tentang keberadaan arwah di

alam barzakh (kubur). Terlihat jelas perbedaan antara tempat ruh orang yang

beriman, ruh orang yang bermaksiat dan ruh orang-orang kafir. Oleh karena itu,

sebagai manusia yang pasti akan mengalami kematian, sudah semestinya untuk

menyiapkan bekal amal shalih sebelum kematian itu terjadi. Karena hanya amal

shalih lah yang dapat menyelamatkan dan menentukan kedudukan seseorang di

alam barzakh.

Page 50: AZAB KUBUR DALAM PERSPEKTIF HADISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36923...keberadaannya karena ada beberapa pendapat yang mengatakan bahwa azab atau siksaan sebagai

38

BAB III

HADIS-HADIS TENTANG AZAB KUBUR

A. Teks Hadis dan Terjemahnya

Pada pembahasan ini, penulis akan melakukan penelusuran hadis-hadis

yang terkait dengan penyebab mendapatkan azab kubur. Dalam penelusuran

tersebut, penulis menggunakan metode takhrij1 melalui kamus Muʼjam al-

Fahras li Alfāẕ al-Hadīts al-Nabawī. Penulis hanya akan memuat hadis-hadis

sahīh, yang terdapat dalam al-Kutub al-Sittah seperti Sahīh al-Bukhāri, Sahīh

Muslim, Sunan al-Tirmidzī, Sunan Abū Dāwud, Sunan Ibnu Mājah, dan Sunan

al-Nasāʻī. Di antaranya adalah sebagai berikut:

1. Hadis tentang Tidak Memakai Penutup Saat Buang Air Kecil dan

Suka Mengadu Domba

- Sahīh al-Bukhāri

نثدحالانقاعثمندث ح النيبر مالاسقب نابنععداىنمورعنصنمريرعدينةبائطلمسوليوعصلىالل

فسمعصوتإنسان يأومكةمنحيطانامل

بانيفق بورهاف بانوسالنيبصلىاللعليووقالي عذ بانيفكبرياي عملمي عذ مثذكاناآلخريشيبالنميمةوبولمنستتيكانأحدهالقالب لى دعابريدةو مث

كسرةفقيللوي كسرت يف وضععلىكلق بمنهما سولالللماف علتارفكسرىات يبساأعل اللاقذى ايبسني ألوإوأنيففعنهمامامل

1 Takhrij hadis adalah yaitu mengungkapkan atau mengeluarkan hadis kepada orang lain

dengan menyebutkan nama periwayat hadis yang berada dalam rangkaian sanadnya sebagai

mengeluarkan hadis. Sedangkan metode takhrij adalah proses penelusuran atau pencarian hadis

dalam berbagai kitab hadis sebagai sumber hadis yang bersangkutan. M Syuhudi Ismail,

Metodologi Penelitian Sanad Hadis Nabi, (Jakarta: Bulan Bintang, 1993), h. 43.

Page 51: AZAB KUBUR DALAM PERSPEKTIF HADISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36923...keberadaannya karena ada beberapa pendapat yang mengatakan bahwa azab atau siksaan sebagai

39

“Telah menceritakan kepada kami ʼUtsman berkata telah menceritakan

kepadaku Jarīr dari Mansūr dari Mujāhid dari „Abdullāh bin „Abbās, dia berkata,

“Suatu kali Nabi saw. berjalan melewati tembok kota Madinah (atau Mekkah),

kemudian beliau mendengar suara dua orang yang disiksa di dalam kubur. Beliau

lantas bersabda, „Kedua orang mayat ini tengah diazab. Keduanya diazab bukan

karena melakukan dosa yang besar (menurut pandangan mereka). Namun

memang keduanya adalah dosa besar (menurut Allah). Salah satu dari keduanya

tidak menutupi dirinya (dalam riwayat lain: tidak bersuci) saat buang air kecil,

sedang orang yang satu lagi sering mengadu domba. Kemudian beliau meminta

dibawakah satu pelepah kurma lalu dipatahkan menjadi dua, beliau meletakkan di

setiap kuburan satu potong. Seorang bertanya kepadanya, „Wahai Rasulullah,

mengapa anda melakukan hal ini?‟ Beliau menjawab, „Mudah-mudahan keduanya

mendapat keringanan selama kedua pelepah ini belum kering, atau hingga kedua

pelepah ini kering." (H.R. al-Bukhāri)2

Dari matan hadis di atas, penulis menggunakan kata يستت dalam

melakukan penelusuran hadis pada kitab al-Muʼjam al-Fahras li Alfāẕ al-Hadīts

al-Nabawī.3

- Sahīh al-Bukhāri

Di dalam kitab hadis Sahīh al-Bukhāri, hadis tersebut terdapat pada kitāb

al-Wuḏūʻ, al-Janāʻiz, dan al-Adab.

ننوعاللعضياسرب نابنعاوسعنطدعاىنمشععمنالةعاويعومباأندث حيايندث حرينين مأل سيوولىاللعل صيبالن بقب بانفقومر ام ري،أببانيفكذي عامبان،وذالي عالإنمعذرأخذةمث ميمالن يبشيااآلخرفكانم أوولستتمنالبيانلكفادهأح اةرطبةفشقهميد

لعلوأنيففعنهمافقالصنعتىذا؟قبواحدة،فقالوايارسولاللملبنصفيمثغرزيفكلييبسا 4.مامل

“Telah menceritakan kepada kami Yahya telah menceritakan kepada kami

Abu Mu‟āwiyah dari al-A‟masy dari Mujāhid dari Ṯāwus dari Ibnu ʼAbbās ra.

2 Abū ʼAbdullāh Muhammad bin Isma‟il bin Ibrāhim al-Bukhāri, Al-Jāmi‟ Al-Bukhāri

(Sahīh Al-Bukhāri), dalam Kitāb al-Wuḏūʽ, subbab „Termasuk Dosa Besar Tidak Menutupi Diri

saat Buang Air Kecil‟, Cet. II, (Riyadh: Maktabah al-Rusyd, 1437 H/2006 M), h. 38. 3 A. J. Wensinck, al-Muʼjam al-Fahras li Alfāẕ al-Hadīts al-Nabawī, (Leiden: E. J. Brill,

1943), Jil. 2, h. 412.

4 Abū ʼAbdullāh Muhammad bin Isma‟il bin Ibrāhim al-Bukhāri, Al-Jāmi‟ Al-Bukhāri

(Sahīh Al-Bukhāri), dalam Kitāb al-Janāʻiz, Bāb 81, Cet. II, h. 182.

Page 52: AZAB KUBUR DALAM PERSPEKTIF HADISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36923...keberadaannya karena ada beberapa pendapat yang mengatakan bahwa azab atau siksaan sebagai

40

Dari Nabi saw. “Sesungguhnya suatu kali Nabi saw. berjalan melewati dua

kuburan orang yang disiksa di dalam kubur. Beliau lantas bersabda, „Kedua orang

mayat ini tengah diazab. Keduanya diazab bukan karena melakukan dosa yang

besar (menurut pandangan mereka). Namun memang keduanya adalah dosa besar.

Salah satu dari keduanya tidak menutupi dirinya saat buang air kecil, sedang

orang yang satu lagi sering mengadu domba. Kemudian beliau mengambil satu

pelepah kurma lalu dipatahkan menjadi dua, lalu beliau meletakkan di setiap

kuburan satu potong. Maka seorang bertanya kepadanya, „Wahai Rasulullah,

mengapa anda melakukan hal ini?‟ Beliau menjawab, „Mudah-mudahan keduanya

mendapat keringanan selama kedua pelepah ini belum kering."

ضياسرب ابنعناوسعنطعايدثداىمعتسالقشعمناليععكاونث دحيايندث حرينعلمسوليوعلىاللولاللصسررمالاللق ري،بكانيفبايعذمان،وبذالي عمهن إقالفلىق ب

فشق وباث نيابعسيبرطبعدمث ةميمالن يبشيانكافذاىم أولوونبستتميلانكافذاىم أ5املييبسا.اممنهويففعل عاللقاحدامثاوذىىلعاحداواوذفغرسعلىى

“Telah menceritakan kepada kami Yahya dari Wakīʼ dari al-A‟masy

berkata aku telah mendengar Mujāhid mendapatkan hadis dari Ṯāwus dari Ibnu

ʼAbbās ra. Berkata Rasulullah saw. berjalan melewati dua kuburan. Kemudian

Beliau bersabda, „Kedua orang mayat ini tengah diazab. Keduanya diazab bukan

karena melakukan dosa yang besar (menurut pandangan mereka). Adapun yang

satu ini tidak menutupi dirinya saat buang air kecil, sedang orang yang satu lagi

ini sering mengadu domba. Kemudian beliau berdoa dengan satu pelepah kurma

lalu dipatahkan menjadi dua, lalu beliau menanamkannya (di atas kuburan) satu

potong dan satu ptong di kuburan yang lain. Kemudian Beliau berkata, „Mudah-

mudahan keduanya mendapat keringanan selama kedua pelepah ini belum

kering."

نابنعداىنمورعنصنمعنبدالرحبوعيدأبيدةبنحاعنرخب أملاابنسنث د حدينةفسمعصوتبعضمنسلميووىاللعليبصل الن رجخالاسقب ع

حيطانامل

بانيفق بورهافقال بانوماي عإنسان يي عذ بانيفكبريي عذ كانلكبريةوإنوذكاناآلخريشيبالنميمةالأحدهاليستتمن دعابريدةفكسرىابولو مث

كسرةيفقبىذاكسرةجعلفأوثنتيكسرت ي قاللعلويففعنهمافيفقبىذاو6ييبسامامل

“Telah menceritakan kepada kami Ibnu Salām telah mengabarkan kepada

kami ʼAbīdah bin Humaid Abū ʼAbdu Al-Rahmān dari Mansūr dari Mujāhid dari

Ibnu„Abbās, dia berkata, “Suatu kali Nabi saw. berjalan keluar melewati tembok

5Abū ʼAbdullāh Muhammad bin Isma‟il bin Ibrāhim al-Bukhāri, Al-Jāmi‟ Al-Bukhāri

(Sahīh Al-Bukhāri), dalam Kitāb al-Adab, Bāb 46, Cet. II, h. 844. 6 Abū ʼAbdullāh Muhammad bin Isma‟il bin Ibrāhim al-Bukhāri, Al-Jāmi‟ al-Bukhāri

(Sahīh al-Bukhāri), dalam Kitāb al-Adab, Bab 49, Cet. II, h. 845.

Page 53: AZAB KUBUR DALAM PERSPEKTIF HADISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36923...keberadaannya karena ada beberapa pendapat yang mengatakan bahwa azab atau siksaan sebagai

41

kota Madinah), kemudian beliau mendengar suara dua orang yang disiksa di

dalam kubur. Beliau lantas bersabda, „Kedua orang mayat ini tengah diazab.

Keduanya diazab bukan karena melakukan dosa yang besar (menurut pandangan

mereka). Namun memang keduanya adalah dosa besar (menurut Allah). Salah

satu dari keduanya tidak menutupi dirinya (dalam riwayat lain: tidak bersuci) saat

buang air kecil, sedang orang yang satu lagi sering mengadu domba. Kemudian

beliau meminta dibawakan satu pelepah kurma lalu dipatahkan menjadi dua,

beliau meletakkan di setiap kuburan satu potong. Beliau berkata, „Mudah-

mudahan keduanya mendapat keringanan selama kedua pelepah ini belum kering,

atau hingga kedua pelepah ini kering."

- Sunan al-Tirmidzī

Di dalam kitab hadis Sunan at-Tirmidzī, hadis tersebut terdapat pada kitāb

Ṯahārah.

كربأةويبق تنادواىندث ح ايدثعنماىدعتسالشقعمنالعيعكاوندث واحاليبقوعسيوولىاللعلصيبالنن باسأبنعناطاوسع رينفقالإنماليعذبان،ومالممر لىق ب

7ة.ميميبالن شكانيافاىذم أولوونبستتميلانكافذاىم أيعذبانيفكبري، “Telah menceritakan kepada kami Hannād, Qutaibah, dan Abu Kuraib

mereka berkata telah menceritakan kepada kami Wakīʼ dari al-A‟masy berkata

aku telah mendengar Mujāhid mendapatkan hadis dari Ṯāwus dari Ibnu ʼAbbās

ra. Berkata Rasulullah saw. berjalan melewati dua kuburan. Kemudian Beliau

bersabda, „Kedua orang mayat ini tengah diazab. Keduanya diazab bukan karena

melakukan dosa yang besar (menurut pandangan mereka). Adapun yang satu ini

tidak menutupi dirinya saat buang air kecil, sedang orang yang satu lagi ini sering

mengadu domba.

- Sunan Abū Dāwud

Di dalam kitab hadis Sunan at-Tirmidzī, hadis tersebut terdapat pada kitāb

Ṯahārah.

7 Abū ʼIsā Muhammad bin ʼIsā At-Tirmidzī, Al-Jāmi‟ al-Kabīr (Sunan al-Tirmidzī),

dalam Kitāb al-Ṯahārah, Bab 53, Cet. I, (Beirut: Dār al-Gharb al-Islāmi, 1996 M), Juz. I, h. 112.

Page 54: AZAB KUBUR DALAM PERSPEKTIF HADISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36923...keberadaannya karena ada beberapa pendapat yang mengatakan bahwa azab atau siksaan sebagai

42

اماىدعتلسشقاعماالثنحديعكاونث حدالنادبنالس ريقزىريبنحربوىاندث حثع رينفقالعلمسليوولىاللعصيبرالنالماسقب نابنعاوسعنطيد امإن لىق ب

ةمث ميمالن يبشيكانذافاىأم ولوالبيستنزهمنلكانذافماىأري،بكانيفبذاي عمان،وبذلي عويففل عقاللاحداوذاولىىعاحداوذاوىىابعسيبرطبفشق وباث نيمثغرسعلعد8املييبسااممنهع

“Telah menceritakan kepada kami Zuhair bin Harb Dan Hannād bin Al-

Sarī mereka berkata telah menceritakan kepada kami Wakīʼ telah menceritakan

kepada kami al-A‟masy berkata aku telah mendengar Mujāhid mendapatkan hadis

dari Ṯāwus dari Ibnu ʼAbbās ra. Berkata Rasulullah saw. berjalan melewati dua

kuburan. Kemudian Beliau bersabda, „Kedua orang mayat ini tengah diazab.

Keduanya diazab bukan karena melakukan dosa yang besar (menurut pandangan

mereka). Adapun yang satu ini tidak bersuci saat buang air kecil, sedang orang

yang satu lagi ini sering mengadu domba. Kemudian beliau berdoa dengan satu

pelepah kurma lalu dipatahkan menjadi dua, lalu beliau menanamkannya (di atas

kuburan) satu potong dan satu ptong di kuburan yang lain. Kemudian Beliau

berkata, „Mudah-mudahan keduanya mendapat keringanan selama kedua pelepah

ini belum kering."

- Sunan al-Nasāʻī

ندث حالةقامقددبنمامنرخب أ ر مالاسقب نابنععدنماىورعنصنمريرعادينةبائطلمسليوولىاللعالنيبص

أومكةمنحيطانامل فسمعصوتإنسان ي

بانيفق بورهافقال بانوماي عي عذ بانيفكبريالنيبصلىاللعليووسلمي عذ مثذكاناآلخريشيبالنميموبولكانأحدهاليستتمنقالب لى دعابريدةةو مث

كسرةفقيللويارسولالللماف علت كسرت يف وضععلىكلق بمنهما فكسرىات يبساأوإلأنييبسا 9ىذاقاللعلوأنيففعنهمامامل

“Telah mengabarkan kepada kami Muhammad bin Qudāmah berkata telah

menceritakan kepada kami Jarīr dari Mansūr dari Mujāhid dari Ibnu „Abbās, dia

berkata, “Suatu kali Nabi saw. berjalan melewati tembok kota Madinah (atau

Mekkah), kemudian beliau mendengar suara dua orang yang disiksa di dalam

kubur. Beliau lantas bersabda, „Kedua orang mayat ini tengah diazab. Keduanya

diazab bukan karena melakukan dosa yang besar (menurut pandangan mereka).

8 Abū Dāwud Sulaimān bin Al-Asy‟ab As-Sijjistānī, Sunan Abu Dāwud, Kitāb al-

Tahārah, Bab. 11, (Riyaḏ: Maktabah al-Ma‟ārif, tt), no. 20, h. 10.

9 Abū ʼAbdu al-Rahmān Ahmad bin Syu‟aib bin ʼAlī, Sunan Al-Nasāʽī, Kitāb al-Janāʽiz,

Bab. 116, (Riyāḏ: Maktabah al-Ma‟ārif, t.t), Cet. I, h. 239.

Page 55: AZAB KUBUR DALAM PERSPEKTIF HADISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36923...keberadaannya karena ada beberapa pendapat yang mengatakan bahwa azab atau siksaan sebagai

43

Namun memang keduanya adalah dosa besar (menurut Allah). Salah satu dari

keduanya tidak menutupi dirinya (dalam riwayat lain: tidak bersuci) saat buang air

kecil, sedang orang yang satu lagi sering mengadu domba. Kemudian beliau

meminta dibawakah satu pelepah kurma lalu dipatahkan menjadi dua, beliau

meletakkan di setiap kuburan satu potong. Seorang bertanya kepadanya, „Wahai

Rasulullah, mengapa anda melakukan hal ini?‟ Beliau menjawab, „Mudah-

mudahan keduanya mendapat keringanan selama kedua pelepah ini belum kering,

atau hingga kedua pelepah ini kering."

اسب نابنعاوسعنطدعاىنمعشعمنالةعياوعمبنأوعيثدحييفالس رادبنن اىنخبأرقال رينفقسليوولىاللعصولسمر ادهحاأم ري،أبانيفكايعذبان،ومبذالي عمالإن لمبقب ريدةرطبةفشقهمابنصفيمثةميمالن يبشيكانااآلخرفم أووولنبمستتيلانفك أخذ مث

املاممنهولاللملصنعتىذا؟فقاللعلهماأنيففعسارغرزيفكلقبواحدة،فقالواي10ييبسا.

“Telah mengabarkan kepada kami Hannād bin As-Sarī dalam hadisnya,

dari Abu Mu‟āwiyah dari al-A‟masy dari Mujāhid dari Ṯāwus dari Ibnu ʼAbbās

ra. berkata “Suatu kali Rasulullah saw. berjalan melewati dua kuburan orang yang

disiksa di dalam kubur. Beliau lantas bersabda, „Kedua orang mayat ini tengah

diazab. Keduanya diazab bukan karena melakukan dosa yang besar (menurut

pandangan mereka). Namun memang keduanya adalah dosa besar. Salah satu dari

keduanya tidak menutupi dirinya saat buang air kecil, sedang orang yang satu lagi

sering mengadu domba. Kemudian beliau mengambil satu pelepah kurma lalu

dipatahkan menjadi dua, lalu beliau meletakkan di setiap kuburan satu potong.

Maka seorang bertanya kepadanya, „Wahai Rasulullah, mengapa anda melakukan

hal ini?‟ Beliau menjawab, „Mudah-mudahan keduanya mendapat keringanan

selama kedua pelepah ini belum kering."

Fiqh Hadis

Dalam kitab Fathu al-Bārī, hadis riwayat Imam al-Bukhārī di atas terdapat

pada “Bab Azab Kubur karena Ghībah dan Namīmah”. Menurut Al-Manayyar,

disebutkannya ghībah (menggunjing) dan namīmah (mengadu domba) adalah

karena besar dan pentingnya kedua hal itu, dan bukan menafikan hukum selain

keduanya. Akan tetapi yang nampak dari penyebutan keduanya adalah bahwa

10

Abū ʼAbdu al-Rahmān Ahmad bin Syu‟aib bin ʼAlī, Sunan Al-Nasāʽī, Kitāb al-Janāʽiz,

Bab. 116, Cet. I, h. 239-240.

Page 56: AZAB KUBUR DALAM PERSPEKTIF HADISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36923...keberadaannya karena ada beberapa pendapat yang mengatakan bahwa azab atau siksaan sebagai

44

keduanya lebih dominan mendatangkan azab kubur dibandingkan perkara-perkara

yang lain. Para penulis kitab sunan meriwayatkan dari hadis Abū Hurairah,

“Istanzihū min al-Bauli, fa Inna ʼĀmmata ʼadzābi al-Qabri minhu”

(“Bersihkanlah diri kalian dari air seni, karena sesungguhnya kebanyakan azab

kubur berasal dariya”).11

Kemudian Imam Bukhārī menyebutkan hadis Ibnu ʼAbbās tentang kisah

dua penghuni kubur, tetapi tidak ada keterangan tentang ghībah, bahkan yang

disebutkan adalah namīmah, sebagaimana yang dijelaskan dalam pembahasan

tentang “Ṯahārah” (bersuci). Menurut suatu pendapat, maksud Imam Bukhārī

adalah menerangkan bahwa ghībah berkonsekuensi adanya namīmah, sebab

namīmah memiliki dua sisi; memindahkan perkataan orang yang menceritakan aib

orang lain kepada orang yang bersangkutan, dan menceritakan perkataan

seseorang yang tidak ingin perkataannya disampaikan kepada orang lain.12

Ibnu Rasyīd berkata, “Akan tetapi adanya ancaman bagi namīmah tidak

berarti ancaman itu berlaku pula bagi ghībah (menceritakan kejelekan orang lain),

sebab kerusakan namīmah itu lebih besar. Seandainya keduanya berada pada

tingkat yang sama, tetap hukumannya tidak dapat disamakan, karena adanya

hukuman bagi perbuatan yang lebih besar kerusakannya tidaklah berarti hukuman

itu berlaku pula bagi perbuatan yang kadar kerusakannya relatif lebih ringan.

Akan tetapi mungkin hal itu disebutkan atas dasar makna tawaqqu‟ (prediksi)

serta peringatan, yakni memberi peringatan kepada orang-orang yang melakukan

11 Ibnu Hajar al-ʼAsqalānī, Fathu al-Bārī: Syarah Sahīh al-Bukhārī, Penerjemah

Amiruddin, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2008), Jil. 7, h. 416.

12

Ibnu Hajar al-ʼAsqalānī, Fathu al-Bārī: Syarah Sahīh al-Bukhārī, Penerjemah

Amiruddin, Jil. 7, h. 416.

Page 57: AZAB KUBUR DALAM PERSPEKTIF HADISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36923...keberadaannya karena ada beberapa pendapat yang mengatakan bahwa azab atau siksaan sebagai

45

ghībah agar jangan sampai mengalami ancaman serupa. Sementara dalam

sebagian jalur periwayatan hadis ini disebutkan dengan lafazh „ghībah‟, Maka

secara lahiriah, Imam Bukhārī mensinyalir lafazh yang terdapat pada sebagian

jalur periwayatan hadis, seperti yang biasa dilakukannya.13

Hannād berkata, “kata „yastatiru‟ sebagai ganti dari kata „yastanzihu‟

(menjauhi). يعذبمو كا يف ريبان “Keduanya diazab bukan karena melakukan dosa

yang besar”, sedangkan di dalam riwayat al-Bukhāri: Kemudian ia berkata,

“Ya.” Dengan kata lain, itu adalah dosa besar. Demikian disebutkan dalam kitab

Al-Adab al-Mufrad dari jalur ʼAbd bin Hākim dari Mansūr. Maka ia berkata,

“Keduanya diazab bukan karena melakukan dosa yang besar, yang demikian itu

adalah sesuatu yang besar”. Ini adalah tambahan-tambahan dalam riwayat

Mansūr atas al-A‟masy. Imam Muslim tidak meriwayatkan keduanya. Al-Khaṯṯābi

berkata, “Artinya adalah bahwa keduanya tidak disiksa karena perkara besar yang

dilakukan oleh keduanya atau sulit dilakukannya jika keduanya hendak

melakukannya. Yaitu upaya menjauhi air seni dan meninggalkan adu domba.”

Juga tidak menghendaki bahwa kemaksiatan di dalam dua keadaan itu bukan dosa

besar dan bahwa dosa di dalam keduanya adalah sederhana dan kecil.14

ىم أ فا ميلكانذا ولبالنستنزه (“Adapun yang satu ini tidak menutupi

dirinya saat buang air kecil”). Al-Khaṯṯābi berkata, “Di dalam hadis ini ada

petunjuk bahwa segala macam air seni najis, baik berupa binatang yang halal

13 Ibnu Hajar al-ʼAsqalānī, Fathu al-Bārī: Syarah Sahīh al-Bukhārī, Penerjemah

Amiruddin, Jil. 7, h. 417.

14

Abū Ṯayyib Muhammad Syamsu al-Haqq al-„Aẕīm Abadī, ʼAun al-Ma‟būd Syarh

Sunan Abī Dāwud, Penerjemah Asmuni. Cet. I, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2007), h. 59.

Page 58: AZAB KUBUR DALAM PERSPEKTIF HADISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36923...keberadaannya karena ada beberapa pendapat yang mengatakan bahwa azab atau siksaan sebagai

46

untuk dimakan dagingnya atau yang tidak halal dimakan dagingnya. Hal itu

karena munculnya lafal hadis yang mutlak umum dan komprehensif.”15

Abū al-Ṯayyib berkata dalam kitabnya, “Dibawanya kepada sifat umum

yang mencakup segala macam kencing bintang, perlu ditinjau karena Ibnu Baṯal

dalam Syarah al-Bukhāri berkata, „al-Bukhāri menghendaki bahwa yang

dimaksud dengan ungkapan tadi dalam riwayat bab ini adalah bahwa ia tidak

menjauhkan diri dari air seni, yaitu air seni manusia dan bukan air seni segala

macam binatang.‟ Maka tidak ada alasan bagi orang yang membawa hadis itu

kepada sifat „umum‟ yang meliputi air seni segala jenis binatang. Al-Hāfiẕ Ibnu

Hajar berkata, „Seakan-akan Ibnu Baṯal hendak menolak pendapat al-Khaṯṯābi.”

Hasil penolakan itu bahwa sifat „umum‟ di dalam riwayat semua macam air seni‟

dimaksudkan dengannya „khusus‟ hal itu karena ungkapan: ولالبنم “dari air

seninya”. Huruf alif dan lam sebagai pengganti dari damīr (kata ganti). Akan

tetapi air seninya sama dengan air seni orang lain, karena tidak ada pembeda

dengan air seni orang lain. Ia berkata,”Demikianlah jika binatang yang haram

dagingnya. Adapun bintang yang haram dagingnya maka tidak ada alasan di

dalam hadis ini bagi orang yang berpendapat bahwa air seninya najis. Sedangkan

bagi orang yang mengatakan kesucian air seninya memiliki alasan-alasan yang

lain.” Al-Qurṯubi berkata, “Ungkapan: Dari air seni, adalah isim tunggal yang

tidak ditetapkan berbentuk „umum‟ sekalipun diterima.” Ia adalah khusus dengan

15 Abū Ṯayyib Muhammad Syamsu al-Haqq al-„Aẕīm Abadī, ʼAun al-Ma‟būd Syarh

Sunan Abī Dāwud, Penerjemah Asmuni. Cet. I, h. 60.

Page 59: AZAB KUBUR DALAM PERSPEKTIF HADISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36923...keberadaannya karena ada beberapa pendapat yang mengatakan bahwa azab atau siksaan sebagai

47

dasar dalil-dalil yang mengharuskan ditetapkannya hukum suci bagi air seni

binatang yang halal dagingnya.16

بشي ةميمالن ي (“sering mengadu domba”), yaitu menyebarkan perkataan

yang merusak dan sangat buruk.

بطعسيبرب (“dengan satu pelepah kurma”), dengan huruf ʼain berharakat

fathah dan huruf sin berharakat kasrah keduanya tanpa titik. Yaitu pelepah atau

dahan pohon kurma, juga disebut cabang.

شقوف (“Kemudian beliau belah”), yakni: pelepah itu. باث ني “Menjadi dua”,

huruf baʽ di sini adalah tambahan.

Kata اث ني mansūb karena kedudukannya ialah hal. لعلو (“semoga”), kata

ganti yang menunjukkan keadaan. يفف (“diringankan”) yakni siksaannya. عنهما

Yakni dua batang pelepah (”.selama kedua pelepah ini belum kering“) ماملييبسا

tersebut. Al-Khaṯṯābi berkeata, “Ungkapan ini bermakna bahwa beliau berdoa

untuk dua orang itu kiranya diringankan siksaannya selama masih ada basah pada

pelepah tersebut dan bukan adanya makna yang khusus pada pelepah itu”. Juga

bukan berarti kondisi basah memiliki makna yang penting yang tidak ada pada

kondisi kering.

16 Abū Ṯayyib Muhammad Syamsu al-Haqq al-„Aẕīm Abadī, ʼAun al-Ma‟būd Syarh

Sunan Abī Dāwud, Penerjemah Asmuni. Cet. I, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2007), h. 61.

Page 60: AZAB KUBUR DALAM PERSPEKTIF HADISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36923...keberadaannya karena ada beberapa pendapat yang mengatakan bahwa azab atau siksaan sebagai

48

Aku berpendapat bahwa hadis ini dikuatkan oleh hadis yang disebutkan

oleh Muslim di bagian akhir kitabnya dalam sebuah hadis panjang, yaitu hadis

Jābir berkenaan dengan dua orang ahli kubur, yang berbunyi “Maka syafa‟atku

dikabulkan untuk membatalkan azab itu atas keduanya selama dua pelepah itu

masih lembab”.17

Dari hadis di atas penulis mengambil pelajaran, bahwa tidak berhati-

hatinya seseorang dalam bersuci ketika selesai buang air kecil akan menjadi salah

satu penyebab dari mendapatkan azab kubur. Selain itu, dari hadis tersebut juga

terdapat peringatan tentang pentingnya menjaga lisan dari menggunjing dan

mengadu domba orang lain. Meskipun perbuatan tersebut dianggap sebagai hal

yang kecil, akan tetapi dapat membawa seseorang kepada siksaan yang akan

dialami kelak di alam barzakh.

2. Dusta, Zina, Riba, dan Meninggalkan Shalat dan Al-Qur’an

- Sahīh al-Bukhāri

ملبنىشندثح بناأثدحوفاعنث ديمحاىإبريلبناعساإنث دام:حوىشبام،أم نادثاءحورندبرس ولقني مايكثرأمل سويوللىاللعصاللولسركانالنوقعالليضرةبنل عالفممنرؤيا؟قنكدمىأحألرو:ىابص وإنوقالاللأاءليومنشيقص اتذني قص

،وإينانطلقتمعهماوإنااللاقإن هماابتعثاينوإن همتيانوةآيلاينالل تغداة.إنوأ :انطللم ث لغرأسوىويهويبالصخرةلرأسوفيضطجعوإذاآخرقائمعليوبصخرةوإذاأتيناعلىر

عإللأخذهفيفيت هدىداحلجرىاىنافيتبعاحلجرف كانمثيتيحيوي ر كما عودعليوصح رأسولالل:قاسباناللماىذان؟قامثلماف علاملرةالولقالقلتهلملبويفعف :انطل ،انطل

لقفاهوإذاآخرقائمعليوبكلوبمنحديدوإذاىويأتقالفانطلقنا لمست ل ناعلىر فأت ي هوفيش نورشرشدقوإلقفاهومنخرهإلقفاهأحدشقيو اءوعي إلقفاهقالورباقالأبور

17 Abū Ṯayyib Muhammad Syamsu al-Haqq al-„Aẕīm Abadī, ʼAun al-Ma‟būd Syarh

Sunan Abī Dāwud, Penerjemah Asmuni. Cet. I, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2007), h. 62.

Page 61: AZAB KUBUR DALAM PERSPEKTIF HADISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36923...keberadaannya karena ada beberapa pendapat yang mengatakan bahwa azab atau siksaan sebagai

49

و لإلاجلانباآلخرفي فعلبومثلمافعلباجلانبالولفماي فرغمنذلك يت قالمث فيشيعودعبذلكاجلانحتيصحاجلانب كانمث ر ةالوليولكما

قالقلتفي فعلمثلمافعلامللالال:قذان؟قاىسباناللم :انطل ناعلىمثلالت ن ورقالانطل ،قالفانطلقنافأت ي

كاني أف يولغطافإذفولقحسبأنو ىماذإاءعراةونسالووأصواتفاط لعنافيوفإذافيورهمفإذاأتاىمذلكاللهبضوضواقالقلتهلمام الل:قالء؟قلاىيأتيوهلبمنأسفلمن

،قالفانطلقنافأتيناعلىنر انطل كانيقولأحرمثلالد :انطل الن هرايفذإومحسبتأنوالن هرلاعإذابحيسبحولسر كثريةوإذاذلكالس عجلقدرىشط سبحابحيعندهحجارةيغفيفهاحلجارةنددجععيقذال كلأتذيمثسبحيام سبحمثرلوفاهفي لقموحجرافينطلعإليوفغير كلمار عإليو الال:ققذان؟ىارلوفاهفألقموحجراقالقلتهلمام ل:انطل

لقالفانطلقنا،فأتيناعلىانطل مرأة،وإذاعندهر ل كأكرهماأنتراءر رأةشهايناركريوامل

فانطلقنا،فأتيناعلىروضةعىسيو انطل حوهلاقالقلتهلما:ماىذا؟قال:قالل:انطلكللونالربيع،وإذابيظهري ةفيهامن لطويللأكاالر وضةمعتم يفأرىرأسدر وطول

لمنأكثرولدانرأيت همقطاحذإالسماءو لء؟قال:قالىذاقالقلتهلماماولالر ؟ماى انطل أرروضةقطأعظممنهاولأحسنل:انطل قال:فانطلقنا،فأتيناإلروضةعظيمةملفض ةولبذىبنيةبلببمةيندلماإينهانت افافيهينقارت ال:فا.قيهارت قيتفقالل:ارق.ف

دينةفنفأتينابابامل يهفتلق ناف الناىخدناففتحلاف است فت كأحسنماالشطرمنخلقهمار

كأق بحم متضوإذانررقال:هكالن لواف قعوايفذبذىم:االهلقالاءقنتراأأنتراءوشطركأنماء ضيفالب جيري

عواإوق عوافوافباضفذىيهامل منهالسوءعكلدذىبذاقينليو،مثر

نةعهذال:قاللىنصورةقحساروايفأصف بصريصعدا،فإذاقالفسمامنزلكاكذىدنوذراينفأدخلو.ايكمفكاللارذاكمنزلكقالق لتهلما:بىال:قاللاءقيضةالباببقصرمثلالر

ذياال ذاىمبافجةعيليتمنذالل أردإينقافملتهلقالأمااآلنفل،وأنتداخلو،قال:قلاإم يت؟قال:قالل:أأر باحلجرفإنوليوي ث لغرأسويتعتيأالذالولناسنخبك:أماالر

لياخذالقرآن كتوبةالرلالذيأتيتعليويشرشرشدقوف ريفضووينامعنالصلةامل وأماالر

ل لغي غدومنبيتوف يكذبالكذبةإلقفاهومنخرهإلقفاهوعينوإلقفاهفإن والر ت ب العراةالذينيفمثلبناءالت نورفإن همالفاق. الوالنساء لوأماالر الزناةوالزواين.وأماالر

رأةلالكريوامل الذيعندالذيأتيتعليويسبحيفالنهروي لقماحلجرفإنوآكلالربا.وأماالر

لالطويلالالنار إنوةفوضالرييفذيشهاويسعىحوهلافإن ومالكخازنهنم.وأماالرالقال:ف .قاتعلىالفطرةولوفكلمولودمانالذيحدولماالألم.وسيووللىاللعيمصاىبرإ

Page 62: AZAB KUBUR DALAM PERSPEKTIF HADISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36923...keberadaannya karena ada beberapa pendapat yang mengatakan bahwa azab atau siksaan sebagai

50

دولأ.ولمساللصلىاللعليووولسرشركي؟فقالدالمولأسولالل،واري:يسلممعضالبافبطرقشناوسمحطرمنهواشانكينومالذاالقم أشركي.والم احلاصلمومخلطواعمقن هإي18آخرسيئاجتاوزاللعنهم.و

“Telah menceritakan kepada kami Muʼammal bin Hisyām telah

menceritakan kepada kami Ismāʼil bin Ibrāhīm telah menceritakan kepada kami

ʼAuf telah menceritakan kepada kami Abū Rajāʻ telah menceritakan kepada kami

Samurah bin Jundab ra. dia mengatakan Rasulullah saw. seringkali menanyakan

kepada para sahabatnya, „adakah seseorang di antara kalian yang bermimpi (tadi

malam)?‟ maka berceritalah kepada beliau orang yang dikehendaki Allah untuk

bercerita. Pada suatu pagi, beliau berkata kepada kami, „Tadi malam aku didatangi

oleh dua orang, kemudian mereka membawaku, dan keduanya berkata kepadaku,

„berangkatlah‟. Lalu aku pun berangkat bersama mereka berdua. Kami

mendatangi seorang laki-laki yang tengah berbaring, ternyata ada seorang lagi

(malaikat) yang berdiri sembari memegang batu besar, orang itu melemparkan

batu besar itu ke arah kepalanya hingga pecah, lalu batu itu menggelinding di

sana, lalu dia (malaikat) mengikuti batu yang dilemparkan itu lalu mengambilnya,

dan dia tidak kembali kepada orang itu (yang dipecahkan kepalanya) hingga

kepalanya itu utuh lagi seperti semula. Kemudian orang itu (malaikat) kembali

lagi kepadanya dan melakukan seperti yang dilakukannya pertama kali‟. Beliau

melanjutkan, „lalu aku tanyakan kepada dua orang itu (malaikat yang

mendampingi beliau),‟Maha suci Allah! Ada apa pula dengan dua orang yang

ini?‟ Keduanya berkata, „berangkat, berangkat!‟. Lalu kami pun pergi dan

mendatangi seorang laki-laki yang berbaring terlentang dengan bertumpu pada

tengkuk kepalanya, sementara ada seorang lagi berdiri di dekatnya sembari

memgang besi yang bengkok gagangnya. Orang ini lalu menusukkan besi itu ke

salah satu bagian wajahnya hingga membelah pinggir mulutnya sampai ke

tengkuk kepalanya, lubang hidungnya hingga sampai ke tengkuk kepalanya,

matanya hingga sampai ke tengkuk kepalanya.‟ – Dia mengatakan: Rasanya Abū

Rajāʻ mengatakan: merobek - Beliau melanjutkan, „Kemudian ia (malaikat)

beralih kepada bagian hingga dia kembali utuh seperti semula, kemudian kembali

melakukan seperti yang dilakukannya pertam kali.‟ Lalu beliau bersabda, „Maha

suci Allah! Ada apa lagi dengan dua orang yang ini?‟ Keduanya berkata,

„berangkat, berangkat!‟ lalu kami pun pergi dan tiba pada sesuatu alat (tungku)

untuk memasak roti (oven), [bagian atasnya sempit, sedang bagian bawahnya

lebar, sementara api dinyalakan di bawahnya]. Dia (perawi) berkata, „Aku kira

be;liau menyebutkan, „ternyata di dalamnya terdengar teriakan-teriakan yang tidak

difahami dan suara-suara‟. Beliau melanjutkan, „Kemudian kami dapati di

dalamnya ada kaum laki-laki dan wanita yang telanjang, mereka dikejar oleh

korban api dari bawah mereka, [ketika api hampir menyentuh mereka, mereka

naik hingga hampir keluar, dan bila apinya meredup, mereka kembali ke

dalamya], bila kobaran menghampiri mereka semakin keraslah teriakan dan suara

18 Abū ʼAbdullāh Muhammad bin Isma‟il bin Ibrāhim al-Bukhāri, Al-Jāmi‟ Al-Bukhāri

(Sahīh Al-Bukhāri), Kitāb al-Ta‟bīr, Bab. 48, Cet. II, (Riyāḏ: Maktabah al-Rusyd, 1437 H/2006

M), h. 179.

Page 63: AZAB KUBUR DALAM PERSPEKTIF HADISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36923...keberadaannya karena ada beberapa pendapat yang mengatakan bahwa azab atau siksaan sebagai

51

mereka.‟ Beliau melanjutkan, „Lalu aku tanyakan kepada kedua malaikat itu,

„Mengapa mereka?‟ Keduanya mengatakan, „Berangkat, berangkat!‟. Beliau

melanjutkan: „Lalu kami pun pergi dan mendatangi sebuah sungai. – Aku kira

beliau mengatakan: - berwarna merah seperti darah, di dalam sungai itu terdapat

seorang laki-laki yang tengah berenang, sementara di pinggir sungai ada seorang

laki-laki [berdiri] dengan banyak bebatuan yang telah dikumpulkan di sisinya.

Ketika orang yang berenang itu berenang-renang menepi ke arah orang yang di

pinggir sungai yang mempunyai banyak bebatuan itu, dia membukakan mulutnya,

kemudian orang yang di pinggir sungai itu melemparkan batu kepadanya yang

kemudian dicaploknya, kemudian orang itu berenang lagi lalu kembali lagi, setiap

kali kembali muka dilemparkan batu ke mulutnya yang kemudian disambutnya

dengan mulutnya.‟ Beliau berkata, „Aku tanyakan kepada kedua malaikat itu,

„Mengapa kedua orang ini?‟ Keduanya mengatakan, „Berangkat, berangkat!‟.

Beliau bersabda, “Lalu kami pun pergi dan mendatangi seorang laki-laki yang

berwajah seram, seperti wajah laki-laki yang paling seram yang pernah engkau

lihat, sementara di dekatnya ada api yang dikendalikannya dan terus berkobar di

sekitarnya”. Beliau bersabda, “Aku lalu bertanya kepada kedua orang itu, „Ada

apa dengan orang orang ini?‟ beliau bersabda „keduanya berkata: berangkat,

berangkat!‟ Lalu kami pun pergi dan mendatangi sebuah taman yang dipenuhi

dengan berbagai jenis tanaman tinggi dari semua jenis tanaman musim semi,

sementara di tengah taman itu ada seorang lak-laki tinggi, hampir-hampir aku

tidak dapat melihat kepalanya yang menjulang tinggi ke langit, di sekitarnya

terdapat banyak anak-anak yang belum pernah ku lihat‟. Beliau bersabda, “lalu

aku bertanya kepada kedua orang itu, „siapa orang ini dan siapa anak-anak itu?‟

beliau lanjut bersabda, „Keduanya berkata, berangkat, berangkat!‟. Beliau

bersabda, “Lalu kami pun pergi dan mendatangi sebuah taman besar yang aku

belum pernah melihat taman yang lebih besar dan lebih indah dari taman itu.”

Beliau lanjut bersabda, “Kedua orang itu berkata, „naiklah!‟ maka aku pun naik ke

dalamnya,” beliau bersabda, „Lalu kami pun naik hingga mencapai sebuah kota

yang dibangun dengan batu bata emas dan batu bata perak lalu kami menghampiri

pintu kota dan minta dibukakan pintu, maka pintu pun dibukakan untuk kami,

kemudian kami memasukinya. Di sana kami mendapati kaum laki-laki setengah

tubuhnya tampak sangat bagus yang belum pernah engkau lihat, sedangkan

setengahnya lagi sangat buruk yang belum pernah engkau lihat‟.”beliau bersabda,

“Kedua orang itu berkata kepada orang-orang tersebut, „Pergilah kalian dan

menceburlah ke dalam sungai itu‟ Beliau bersabda, ternyata ada sebuah sungai

yang airnya mengalir seolah-olah airnya itu susu murni karena sangat putihnya.

Orang-orang itu kemudian pergi dan mencebur ke dalam sungai itu, lalu mereka

kembali kepada kami, dan ternyata keburukan yang tadinya ada pada mereka telah

hilang, dan mereka menjadi rupa yang paling bagus‟. Beliau bersabda, “Keduanya

berkata, ini adalah surga Adn, dan inilah tempatmu‟. Beliau bersabda, “Maka

pandanganku naik menuju ke atas, ternyata di sana terdapat sebuah istana seperti

awan putih‟, beliau bersabda, “Keduanya berkata kepadaku, itulah tempatmu”.

Beliau lanjut bersabda, “Aku berkata kepada keduanya, Semoga Allah

memberkahi kalian berdua, biarkan aku memasukinya‟ Keduanya menjawab,

“Untuk saat ini engkau tidak boleh memasukinya‟. Beliau bersabda, “Aku berkata

kepada keduanya, „sejak malam ini, sungguh aku telah menyaksikan berbagai hal

yang menakjubkan, Apa sebenarnya yang aku lihat itu?‟ Beliau bersabda,

Page 64: AZAB KUBUR DALAM PERSPEKTIF HADISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36923...keberadaannya karena ada beberapa pendapat yang mengatakan bahwa azab atau siksaan sebagai

52

“Keduanya berkata, „sungguh kami akan mem beritahumu: laki-laki pertama yang

engkau jumpai yang kepalanya dipecahkan dengan batu adalah orang yang

membaca al-ahihQuran tapi kemudian menolaknya dan tidur meninggalkan shalat

wajib. Sedangkan orang kedua orang yang engkau jumpai yang dibelah pinggir

mulutnya sampai ke tengkuk kepalanya, lubang hidungnya hingga sampai ke

tengkuk kepalanya, adalah orang yang berangkat pagi buta dari rumahnya lalu

berbohong sehingga kebohongannya itu mencapai ufuk. Sementara kaum laki-

laki dan wanita telanjang yang berada pada sebuah bangunan seperti tungku

(oven), mereka adalah para pezina. Dan orang yang engkau dapati berenang-

renang di sungai dan mencaplok batu adalah pemakan riba. Adapun orang yang

tampak sangat buruk yang di sekitarnya terdapat kobaran api yang terus melahap-

lahap, itu adalah Malik, penjaga neraka Jahanam. Sedangkan laki-laki tinggi yang

terdapat di taman, itu adalah Ibrahim as. Sementara anak-anak yang di seitarnya,

itu adalah anak yang meninggal saat masih fitrah (suci).” Dia (periwayat) berkata,

“Lalu salah seorang dari kaum muslimin berkata, “wahai Rasulullah, bagaimana

anak-anak kaum musyrikin” Rasulullah saw. menjawab, „Termasuk juga anak-

anak kaum musyrikin. Sedangkan kaum yang separuh tubuhnya tampak bagus dan

separuhnya lagi buruk, mereka adalah orang-orang yang suka mencampur-

adukkan amal shalih dengan amal buruk, lalu Allah mengmpuni mereka”. 19

Penulis menggunakan kata “yasbahu” dalam melakukan penelusuran hadis

pada kitab al-Muʼjam al-Fahras li Alfāẕ al-Hadīts al-Nabawī.20

Namun jika

penulis mengacu pada pembatasan masalah, hanya terdapat pada kitab Sahīh al-

Bukhāri saja. Adapun matan hadisnya sama dengan matan yang tertera di atas.

Selain di dalam kitab Sahīh al-Bukhāri, matan hadis tersebut juga terdapat dalam

kitab Musnad Ahmad bin Hanbal dengan sedikit perbedaan pada sanad jalur

periwayatan hadis yang akan dijelaskan pada bagian Fiqh Hadis. Hadis ini

tergolong hadis ahad yang ʼazīz karena hanya diriwayatkan oleh dua orang

sahabat yaitu Jarīr ra. dan Samurah bin Jundab ra.

Fiqh Hadis

19

Muhammad Nashiruddin Al Albani, Mukhtasar Sahih Bukhāri, Penerjemah Amir

Hamzah Fachrudin dan Hanif Yahya, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2007), h. 463. 20

A. J. Wensinck, al-Muʼjam al-Fahras li Alfāẕ al-Hadīts al-Nabawī, (Leiden: E. J. Brill,

1943), Jil. 2, h. 390.

Page 65: AZAB KUBUR DALAM PERSPEKTIF HADISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36923...keberadaannya karena ada beberapa pendapat yang mengatakan bahwa azab atau siksaan sebagai

53

أعنلميساللصلىاللعليووولسرانك يكثر لولقني ما وابص (“Rasulullah

saw. seringkali bertanya kepada para sahabatnya”). Demikian riwayat Abū Dzar

dari al-Kasymihani, sedangkan riwayatnya yang berasal dari selain al-Kasymihani

tanpa mencantumkan kata يعن demikian juga redaksi dalam riwayat lainnya

(selain Abū Dzar). Dalam riwayat al-Nasafī dan riwayat Muhammad bin Ja‟far

disebutkan, يقوللصابوما (“Di antara hal [yang sering] beliau tanyakan kepada

para sahabatnya”). Telah dikemukakan diambil dari Ibnu Malik, bahwa hal itu

bermakna مايكثر (“Di antara hal yang banyak atau sering”).21

Al-Ṯāʽibī berkata, “Maksudnya Rasulullah saw. termasuk orang-orang

yang banyak atau sering mengatakan ini. Lalu ungkapan ini disandangkan kepada

beliau sebagai bentuk penghormatan dan pemuliaan. Intinya, Rasulullah saw.

sangat ahli dalam menakwilkan mimpi, dan selain beliau ada juga yang memiliki

kemampuan seperti itu. Sebab orang yang sering mengatakan perkataan ini adalah

orang yang berpengalaman dalam hal ini dan terpercaya ketepatannya.

Dalam riwayat Yazīd disebutkan, علي ف اللاءمنشيوقص (“lalu orang yang

dikehendaki Allah bercerita kepada beliau”). Demikian riwayat al-Nasafi. Kata من

(siapa) pada redaksi tersebut adalah untuk “yang bercerita”.

Dalam riwayat Abū Khaldah, namanya Khālid bin Dīnar, dari Abū Rajāʽ,

dari Samurah disebutkan, “Bahwa pada suatu hari Nabi saw. masuk masjid, lalu

bersabda „adakah seseorang di antara kalian yang bermimpi (tadi malam)?

Silakan menceritakannya.‟ Namun tidak seorang pun yang bercerita, maka

21 Ibnu Hajar al-ʼAsqalānī, Fathu al-Bārī: Syarah Sahīh al-Bukhārī, Penerjemah

Amiruddin, Bab. 48, Jil. 34, h. 626.

Page 66: AZAB KUBUR DALAM PERSPEKTIF HADISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36923...keberadaannya karena ada beberapa pendapat yang mengatakan bahwa azab atau siksaan sebagai

54

kemudian beliau bersabda, “Sesungguhnya aku bermimpi, maka dengarkanlah

dariku”. Hadis ini diriwayatkan oleh Abū ʼAwānah.22

داةغاتذالقنوإو (“Pada suatu pagi, beliau berkata kepada kami”).

Dalam riwayat Jarīr bin Hāzim darinya disebutkan, “Kāna idzā Sallā Salātan

Aqbala ʼAlayna bi Wajhihi” (Apabila beliau telah menyelesaikan shalat, beliau

menghadapkan wajahnya kepada kami.) Sementara dalam riwayat Yazīd bin

Harūn darinya disebutkan, “Idzā Sallā Salāta al-Ghadāti” (Apabila telah selesai

shalat subuh), dengan demikian tampak kesesuaian judulnya.

Abū Dāwud dan al-Nasāʽī meriwayatkan dari hadis al-A‟raj, dari Abū

Hurairah, دحىأألر:ىقولياةدالغةلنصمرفاانصذإكانلمسليوولىاللعصيبنالنأ

رؤييلالل ة ا (“Bahwa apabila Nabi saw. telah menyelesaikan shalat subuh, beliau

bertanya „Adakah seseorang yang bermimpi tadi malam?”) Al-Ṯabrāni

meriwayatkan dengan sanad yang jayyid dari Abu Umāmah, dia berkata:

حياىؤيةريلالليتأينر:إالفقبحةالصلصعدبسلمليوولىاللعصاللسولارلينعرجخ

اوىلاعقف (Rasulullah saw. keluar kepada kami setelah shalat subuh lalu bersabda,

22 Ibnu Hajar al-ʼAsqalānī, Fathu al-Bārī: Syarah Sahīh al-Bukhārī, Penerjemah

Amiruddin, Bab. 48, Jil. 34, h. 627.

Page 67: AZAB KUBUR DALAM PERSPEKTIF HADISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36923...keberadaannya karena ada beberapa pendapat yang mengatakan bahwa azab atau siksaan sebagai

55

“Sesungguhnya tadi malam aku bermimpi suatu mimpi dan itu benar, maka

pikirkanlah.”)23

Setelah itu dia menyebutkan hadis yang di dalamnya disebutkan banyak

hal, yang sebagiannya menyerupai hadis Samurah, namun dari redaksinya tampak

bahwa itu adalah hadis lain, karena bagian awalnya berbunyi,

اتأ فديبذأخفلرين أحنعتب تاسي بتت طى وول فيل ف قالعرا ارقو لقل: يعطأستلت:

لولسين:إالقف كلمعجفكأسه لىدعتهاعضعتقدميوضاولت اءوسىيتعلوت تاسةحر

ونقوليينذ:الالء؟قلنىلت:مقاق همف دشاءمشققةأسنالوربنانإذافقنلانطاجلبلمث

معليالم ون (“Seseorang lelaki mendatangiku lalu memegang tanganku dan

menuntunku hingga aku sampai pada sebuah gunung tinggi dan menanjak, lalu

dia berkata kepada, “Dakilah”. Aku menjawab, “Aku tidak bisa”. Dia berkata

lagi, “Sesungguhnya aku akan memudahkanmu.” Lalu setiap kali aku

menempatkan telapak kakiku ternyata aku menempatkannya pada sebuah tangga

hingga akhirnya aku sejajar dengan puncak gunung itu. Kemudian kami bertolak,

dan tiba-tiba kami sampai kepada sejumlah lelaki dan perempuan yang mulutnya

robek, maka aku bertanya, “Siapa mereka?” Dia menjawab, “Orang-orang yang

mengatakan apa yang tidak mereka ketahui”.)24

23 Ibnu Hajar al-ʼAsqalānī, Fathu al-Bārī: Syarah Sahīh al-Bukhārī, Penerjemah

Amiruddin, Bab. 48, Jil. 34, h. 628.

24

Ibnu Hajar al-ʼAsqalānī, Fathu al-Bārī: Syarah Sahīh al-Bukhārī, Penerjemah

Amiruddin, Bab. 48, Jil. 34, h. 629.

Page 68: AZAB KUBUR DALAM PERSPEKTIF HADISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36923...keberadaannya karena ada beberapa pendapat yang mengatakan bahwa azab atau siksaan sebagai

56

Dalam riwayat Haudzah dari ʼAuf yang diriwayatkan .(”dua orang“) أتيان

oleh Ibnu Abī Syaibah disebutkan dengan keraguan, “Itsnāni aw Ātiyāni” (“Dua

orang atau dua pendatang”). Sedangkan dalam riwayat Jarīr disebutkan, “Raʽaytu

Rajulaini Ātiyāni” (“Aku melihat dua orang mendatangiku”). Dalam Hadis ʼAlī

disebutkan, “Raʽaytu Malakaini” (“Aku melihat dua orang malaikat”). Di akhir

hadisnya ini disebutkan bahwa keduanya adalah Jibrīl dan Mikāʽil.

ابتعثإن همو اينا (“kemudian mereka berdua membawaku”). Demikian

redaksi dalam riwayat mayoritas. Dalam riwayat Al Kasymihānī dicantumkan

dengan huruf nun, lalu ba` ( عثايننب ا ). Makna ابتعثاين adalah mengiringkanku.

Demikian yang disebutkan dalam kitab Al-Sihah. Ibnu Hubairah mengatakan,

bahwa makna ابتعثاين adalah membangunkanku. Mungkin beliau bermimpi bahwa

kedua malaikat itu membangunkannya, lalu dia melihat apa yang dilihatnya di

dalam tidurnya, kemudian beliau menceritakannya setelah beliau terjaga, bahwa

mimpinya itu seperti dalam keadaan terjaga. Namun ketika melihat permisalan,

terungkap bahwa takwilannya itu menunjukkan bahwa itu adalah mimpi.25

مإو انطلقت اهمعين (“Aku pun berangkat bersama mereka berdua”). Jarīr

menambahkan dalam riwayatnya, “Ilā al-Arḏi al-Muqaddasah” (“Ke negeri yang

25 Ibnu Hajar al-ʼAsqalānī, Fathu al-Bārī: Syarah Sahīh al-Bukhārī, Penerjemah

Amiruddin, Bab. 48, Jil. 34, h. 629.

Page 69: AZAB KUBUR DALAM PERSPEKTIF HADISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36923...keberadaannya karena ada beberapa pendapat yang mengatakan bahwa azab atau siksaan sebagai

57

disucikan”). Dalam riwayat Ahmad disebutkan, “Ilā Arḏin Faḏāʽin aw Arḏin

Mustawiyatin” (“Ke negeri yang lapang atau ke negeri yang datar”).

نت ناأإو لمضطجعلىراعي (“Dan sesungguhnya kami mendatangi seorang

laki-laki yang tengah berbaring”). Dalam riwayat Jarīr disebutkan, “Mustalqin

ʼalā Qafāhu” (“Berbaring di atas tengkuknya”).26

قذإو آخر عا خرةبصليوائم (“Ternyata ada seorang lagi [malaikat] berdiri

sambil memegang batu besar”). Dalam riwayat Jarīr disebutkan, “bi fihrin aw

sakhratin” (“Dengan batu atau batu besar”).

هويي (“Melemparkan”). Maksudnya jatuh atau gugur. Kalimat, hawā-

yahwī-hawiyyan artinya jatuh ke bawah. Ibnu al-Tīn mengejanya dengan ḏammah

di awalnya sebagai fi‟il rubā‟ī, seperti ahwā artinya jatuh dari jarak jauh, dan

hawā artinya jatuh dari jarak yang dekat.27

لر ث لغيفأسوبالصخرة (“Batu besar itu ke kepalanya hingga pecah”).

Maksudnya, batu itu memecahkan kepalanya. Dalam riwayat Jarīr disebutkan

dengan redaksi, “fayatsdakhu” (“Hingga pecah”). Kata „al-Syadkhu‟ artinya

memecahkan sesuatu hingga ke dalam-dalamnya.

26 Ibnu Hajar al-ʼAsqalānī, Fathu al-Bārī: Syarah Sahīh al-Bukhārī, Penerjemah

Amiruddin, Bab. 48, Jil. 34, h. 630.

27

Ibnu Hajar al-ʼAsqalānī, Fathu al-Bārī: Syarah Sahīh al-Bukhārī, Penerjemah

Amiruddin, Bab. 48, Jil. 34, h. 630.

Page 70: AZAB KUBUR DALAM PERSPEKTIF HADISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36923...keberadaannya karena ada beberapa pendapat yang mengatakan bahwa azab atau siksaan sebagai

58

احلجر Di dalam riwayat Al .(”lalu batu itu menggelinding“) فيت هدىد

Kasymihānī disebutkan dengan redaksi, “fayatadaʽdaʽu”. Sementara dalam

riwayat al-Nasafi dan riwayat Jarīr bin Hāzim dicantumkan, “fayatadahdaʽu”.

Semuanya bermakna sama. Maksudnya, mendorong batu itu dari atas ke bawah

lalu menggelinding. رأسو يصح Dalam .(”Hingga kepalanya itu utuh lagi“) حت

riwayat Jarīr disebutkan dengan redaksi, “yaltaʽimu” (“menyatu kembali”).

Sedangkan dalam riwayat Ahmad disebutkan, “ʼĀda raʽsuhu kamā kāna”

(“Kepalanya kembali lagi seperti semula”). عليو يعود kemudian orang itu“) مث

kembali lagi kepadanya”). Dalam riwayat Jarīr disebutkan dengan redaksi,

“faya‟ūdu ʼalaihi” (“lalu orang itu kembali lagi kepadanya”).28

الول املرة بو ف عل ما .(”Seperti yang dilakukannya pertama kali“) مثل

Demikian riwayat Abū Dzar dan al-Nasafi, sedangkan yang lain dan juga dalam

riwayat al-Naḏr bin Syumail dan ʼAuf yang diriwayatkan oleh Abū ʼAwānah

disebutkan, (“pertama kali”). Itulah yang dimaksud oleh riwayat lainnya. Dalam

riwayat Jarīr disebutkan, “fayaḏa‟u mitsla dzalika” (“lalu dia melakukan seperti

itu lagi”). Ibnu al-ʼArabi berkata, “Siksaan ini dilakukan pada kepala orang yang

tertidur meninggalkan shalat, karena tidur merupakan tempatnya kepala”.

28 Ibnu Hajar al-ʼAsqalānī, Fathu al-Bārī: Syarah Sahīh al-Bukhārī, Penerjemah

Amiruddin, Bab. 48, Jil. 34, h. 631.

Page 71: AZAB KUBUR DALAM PERSPEKTIF HADISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36923...keberadaannya karena ada beberapa pendapat yang mengatakan bahwa azab atau siksaan sebagai

59

انطل Demikian yang dicantumkan dalam .(”berangkat, berangkat“) انطل

semua bagiannya, yaitu dengan pengulangan, namun dalam riwayat sebagian

mereka ada bagian yang tidak diulangi. Dalam riwayat Jarīr tidak disebutkan

redaksi, “Subhānallāh”, sedangkan lafal hanya disebutkan sekali (tidak انطل

diulang).29

قفاه إل شدقو hingga membelah pinggir mulutnya sampai ke“)فيشرشر

tengkuk kepalanya”). Maksudnya, membelahnya hingga robek. Kata „Al-Syidqu‟

artinya pinggir mulut. ومنخره (“lubang hidungnya”). Demikian yang dicantumkan

di sini, dengan lafal tunggal, dan itulah yang tepat. Dalam riwayat Jarīr disebutkan

dengan lafal mutsanna, يومنخر .30

قربوالق الا فيش اء ر أبو (“dia berkata, sepertinya Abū Rajāʽ

mengatakan, „merobek‟”). Maksudnya, sebagai ganti lafal فيشرشر (merobek).

Tambahan ini tidak terdapat dalam riwayat Muhammad bin Ja‟far. Ibnu al-ʼArabi

berkata, “Pinggir mulut pendusta ditusuk sebagai siksaan pada bagian tubuh yang

29 Ibnu Hajar al-ʼAsqalānī, Fathu al-Bārī: Syarah Sahīh al-Bukhārī, Penerjemah

Amiruddin, Bab. 48, Jil. 34, h. 632.

30

Ibnu Hajar al-ʼAsqalānī, Fathu al-Bārī: Syarah Sahīh al-Bukhārī, Penerjemah

Amiruddin, Bab. 48, Jil. 34, h. 633.

Page 72: AZAB KUBUR DALAM PERSPEKTIF HADISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36923...keberadaannya karena ada beberapa pendapat yang mengatakan bahwa azab atau siksaan sebagai

60

melakukan kemaksiatan. Inilah siksaan yang berlaku di akhirat dan siksaan ini

berbeda dengan di dunia”.31

همذإو بضوضواهالل كلفإذاأتاىمذاىميأتيوهلبمنأسفلمن (“mereka dikejar

oleh kobaran api dari bawah mereka, bila kobaran api menghampiri mereka,

semakin keraslah teriakan dan suara mereka”). Demikian redaksi dalam riwayat

mayoritas. Diriwayatkan juga dengan huruf hamzah yang artinya mngencangkan

suara mereka secara tidak karuan. Ada juga yang men-tasil huruf hamzah.

Disebutkan dalam kitab al-Nihāyah, “Kata „al-Ḏauḏāh‟ artinya suara manusia dan

teriakan mereka. Demikian juga kata „al-Ḏauḏā‟ tanpa huruf ha` maqsūr”.32

نأف عتي حلا نر أن ى كسبت أيانو الد قول مثل محر (“lalu kami pun pergi dan

mendatangi sebuah sungai – aku kira beliau bersabda – berwarna merah seperti

darah”). Dalam riwayat Jarīr disebutkan, مدمن tanpa (”sungai darah“) علىنر

disertai kalimat, حسبت (“aku kira”).

يأتذلكالذي Maksudnya, orang yang .(”kemudian orang itu berenang“) مث

berenang. Kalimat ini dibaca dengan harakat fathah karena berfungsi sebagai

objek.

31 Ibnu Hajar al-ʼAsqalānī, Fathu al-Bārī: Syarah Sahīh al-Bukhārī, Penerjemah

Amiruddin, Bab. 48, Jil. 34, h. 633.

32

Ibnu Hajar al-ʼAsqalānī, Fathu al-Bārī: Syarah Sahīh al-Bukhārī, Penerjemah

Amiruddin, Bab. 48, Jil. 34, h. 634.

Page 73: AZAB KUBUR DALAM PERSPEKTIF HADISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36923...keberadaannya karena ada beberapa pendapat yang mengatakan bahwa azab atau siksaan sebagai

61

غرفيف (“lalu membuka”). Maksudnya, membuka. إليو ع ر setiap kali dia“) كلما

kembali kepadanya”). Dalam riwayat al-Mustamli disebutkan, عإليوففغرلو كمار

Sementara .(”setiap kali kembali kepadanya dia membuka mulut untuknya“) فاه

dalam riwayat Jarīr bin Hāzim disebutkan, ل يفالنهرفإذاأرادأنيرجالذيفأقبلالر

كان لبجريففيووردهحيث lalu datanglah orang yang beradadi sungai“) رمىالر

itu, kemudian ketika ia hendak keluar, orang itu melemparnya dengan batu pada

mulutnya dan mengembalikannya ke tempat semula”). Kedua redaksi ini

dipadukan, bahwa bila dia hendak keluar lalu membuka mulutnya maka dia

mencaplok batu yang dilemparkan kepadanya.33

Hadis di atas merupakan sedikit gambaran mengenai azab kubur yang

akan diterima oleh orang yang berdusta, berzina, meninggalkan shalat dan al-

Qurʽan. Masing-masing akan menerima balasan berupa azab di alam barzakh

sesuai dengan kemaksiatan yang telah dilakukannya ketika masih hidup di dunia.

3. Hadis tentang Meratapi Mayit

- Sunan Abū Dāwud

نيوعبنأةعروعنىشامبنععنمالاويةبمعأةوبدنعيعالس ربنادن اىثند حيتلي عذبببكاءأىلوعليومن الإلمسيوولعىاللل اللصولسرالالققرمعبنا

يوولعلىاللصيبالنر امنإ–عمرابنعنت-توىلالقةف شائعلكلفذكرذ

33 Ibnu Hajar al-ʼAsqalānī, Fathu al-Bārī: Syarah Sahīh al-Bukhārī, Penerjemah

Amiruddin, Bab. 48, Jil. 34, h. 635.

Page 74: AZAB KUBUR DALAM PERSPEKTIF HADISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36923...keberadaannya karena ada beberapa pendapat yang mengatakan bahwa azab atau siksaan sebagai

62

تزروازرةلتورأقاليعذبوأىلوي بكونعليومثذبىاحإنصالقبف لىقعلمس34وزرأخرى.

“Telah menceritakan kepada kami Hannād bin As-Sarī dari ʼAbdah dan

Abi Muʼāwiyah diriwayatkan secara maknawi, dari Hisyām bin ʼUrwah dari

Ayahnya dari Ibnu ʼUmar berkata telah bersabda Rasulullah saw. Sesunguhnya

orang yang telah mati (mayat) akan disiksa karena tangisan keluarganya yang

meratapi terhadapnya‟. Ketika Ibnu ʼUmar menyebutkan hadis ini kepada

ʼĀisyah, ʼĀisyah berkata ia (Ibnu ʼUmar) telah lemah (salah menegerti).

(Kejadiannya) Nabi saw. melewati suatu perkuburan, kemudian beliau bersabda

„Sesungguhnya penghuni kubur ini sedang disiksa karena keluarganya selalu

menangisinya‟ kemudian ia (ʼĀisyah) membaca ayat, “Dan seorang yang berdosa

tidak akan memikul dosa orang lain” (Q.S Al-An‟ām [6]: 164) Perawi berkata:

Dari Abu Mu‟āwiyah, Dia berkata, “Yaitu perkuburan orang Yahudi.” (Shahih:

Muttafaq ʼAlaih), Al Ahkam 28. (H.R. Abū Dāwud).35

Dari matan hadis di atas, penulis menggunakan kata امليت dalam

melakukan penelusuran hadis pada kitab al-Muʼjam al-Fahras li Alfāẕ al-Hadīts

al-Nabawī.36

- Sahīh al-Bukhāri

عتالنيبسنوقالاللعيضغريةرالمنيعةعبيبنرلنعيدعيدبنعبعاسندث ون عيمحباأثند حلذباعكن إسلميقولليوولىاللعص دافتعمي لذبعكندمحىألذبعككيسلي أوب تليم37يولنيحعاذببليوي عننيحعولمقلمي سيووللىاللعصيبعتالن ارسالن ندهمقعم

“Telah meceritakan kepada kami Abū Nu‟aim, telah menceritakan kepada

kami Sa‟īd bin ʼUbaid dari ʼAlī bin Rabīʼah dari Al-Mughīrah ra. Ia berkata „Aku

telah mendengar Nabi saw. bersabda, „Sesungguhnya dusta atas namaku tidaklah

seperti dusta atas nama seseorang (selain aku). Barangsiapa berdusta atas namaku

dengan sengaja, maka hendaklah ia menyiapkan tempat duduknya di neraka‟.

„Aku telah mendengar Nabi saw. bersabda, „Barangsiapa yang diratapi, niscaya

dia diazab dengan sebab ratapan itu‟.”

34

Abū Dāwud Sulaimān bin al-Asy‟āts al-Sijistāni, Sunan Abū Dāwud, Kitāb Janāʻiz,

Bāb fi al-Nauh, (Riyāḏ: Maktabah al-Ma‟ārif, t.t), h. 564. 35

Muhammad Nashiruddin Al Albani, Sahīh Sunan Abu Dāud, Penerjemah Abd. Mufid

dan M. Soban Rohman, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2006), h. 454. 36

A. J. Wensinck, al-Muʼjam al-Fahras li Alfāẕ al-Hadīts al-Nabawī, (Leiden: E. J. Brill,

1943), Jil. 6, h. 299. 37

Abu ʼAbdullāh Muhammad bin Isma‟il bin Ibrāhim al-Bukhāri, Al-Jāmi‟ Al-Bukhāri

(Sahīh Al-Bukhāri), Kitāb Janāʻiz, Bab. 33, Cet. II, (Riyāḏ: Maktabah al-Rusyd, 1437 H/2006 M),

h. 973.

Page 75: AZAB KUBUR DALAM PERSPEKTIF HADISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36923...keberadaannya karena ada beberapa pendapat yang mengatakan bahwa azab atau siksaan sebagai

63

يوبنأعمرعنابنيبعسيدبنالمعنسةعادتنق نشعبةععبينأرخب أالانقبداعندث حياللضر بدوعبعايوتليحعناهبببيفقيتيعذملالالمقسيووللىاللعالنيبصنعنوع

نشعبة:امليتيعذبببكاءمعآدالقةوادتاق ندث يدحعاسثند عيدبنزريعحاسنث د ىحلعالع 38يو.لاحلي

“Telah menceritakan kepada kami ʼAbdān, ia berkata telah mengabarkan

kepadaku Ayahku, dari Syu‟bah dari Qatādah, dari Sa‟īd bin al-Musayyab dari

Ibnu ʼUmar dari Ayahnya ra. Dari Nabi saw. bersabda „Seorang mayit diazab di

kuburnya karena apa yang diratapi padanya‟. Hadis ini diriwayatkan juga oleh

ʼAbdul A‟lā. Yazīd bin Zurai‟ telah menceritakan kepada kami, Sa‟īd telah

menceritakan kepada kami, Qatādah telah menceritakan kepada kami, Adam

meriwayatkan dari Syu‟bah, „Mayit diazab dengan tangisan orang yang hidup

terhadapnya‟.”

- Sahīh Muslim

وبأالبشرقنابنيعاعاللبننري.جبدمدبنعمشيبةوبأبنكروبباأنث د حبداللنعععافانندث حنعبيداللبنعمرقالبديععمدبنبشرالامندث كرحبياب ن ي ةمقالعمرفلىةبكتعفصحن أ نرسولاللصلىاللت علميأ!أملهل

يتيعذبببكاءأىلوعليوإعليووسلمقال39نامل

“Telah menceritakan kepada kami Abū Bakr bin Abī Syaibah dan

Muhammad bin ʼAbdullāh bin Numair, kesemuanya dari Ibnu Bisyr, telah berkata

Abū Bakr telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Bisyr al-ʼAbdī dari

ʼUbaidillah bin ʼUmar berkata telah menceritakan kepada kami Nāfi‟ dari

ʼAbdullah bahwa sesungguhnya Hafsah telah menangis kepada ʼUmar, kemudian

beliau berkata „Pelankan wahai anak ku! Tidakkah kau tahu bahwa Rasulullah

saw. bersabda „Sesungguhnya seorang mayit itu akan diazab sebab tangisan

keluarganya terhadapnya‟.”

38

Abu ʼAbdullāh Muhammad bin Isma‟il bin Ibrāhim al-Bukhāri, Al-Jāmi‟ Al-Bukhāri

(Sahīh Al-Bukhāri), Kitāb Janāʻiz, Bab. 33, Cet. II, (Riyāḏ: Maktabah al-Rusyd, 1437 H/2006 M),

h. 973. 39

Abū Husain Muslim bin Al-Hajjāj Al-Qusyairī Al-Naisābūrī, Sahīh Muslim, Kitāb

Janāʻiz, Bab. 9, Cet. I, (Beirut: Dār al-Kutub al-ʼIlmī, 1412 H/ 1991 M), Jil. 2, h. 638.

Page 76: AZAB KUBUR DALAM PERSPEKTIF HADISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36923...keberadaannya karena ada beberapa pendapat yang mengatakan bahwa azab atau siksaan sebagai

64

بنحجلعندثح نابنعمراحلعبصنأشععمناليبنمسهرعلاعندث يحرالس عدييتسولاللصلىاللعليووسلمقالإننرألمتماعمأالفاققاألم ليوفصيحعليوفأغميع

امل

40ببكاءاحليذبلي ع “Telah menceritakan kepada kami ʼAlī bin Hujr Al-Sa‟dī, telah

menceritakan kepada kami ʼAlī bin Mushir, dari al-A‟masy, dari Abī Sālih, dari

Ibnu ʼUmar, ia berkata, “Tat kala ʼUmar ditikam beliau pingsan, lalu banyak

orang yang berteriak, tat kala siuman beliau berkata, „Tidakkah kamu ketahui

Sesungguhnya Rasulullah saw. bersabda Sesungguhnya mayit niscaya akan

diazab karena tangisan orang yg masih hidup”.

بنحجرحلعنثد ح يباأصاللمقيوبنأةعبردبنأعايننالش يبيبنمسهرعلاعنث د يلىاللسولاللصرن ألمتاعيب!أماصه:يروعملالقاه!ف خيأواقوليبيصهعلعمر

41ببكاءاحلييتلي عذبمالن إاللمقسليووع “Telah menceritakan kepada kami ʼAlī bin Hujr,telah menceritakan kepada

kami ʼAlī bin Mushir, dari Al-Syaibānī, dari Abī Burdah, dari Ayahnya berkata,

“Ketika ʼUmar ditikam, Suhaib berkata, „Wahai saudaraku!‟ Maka ʼUmar berkata,

„Wahai Suhaib, Tidakkah kamu tahu bahwa Sesungguhnya Rasulullah saw.

bersabda Sesungguhnya mayit niscaya akan diazab karena tangisan orang yg

masih hidup”.

كنتالقمليكةباللبنأبدنعاأيوبعندث يلبنعلي ةحاعساإثند اودبنرشيدحادندث حنبابنعمرولالساإ نازةأمأبانبنتننن انفجاءعندهعمروبنعثمانونتعثمظر

نيبفكنتبينهمافإذاحتلسإلجاءبكانبنعمرفهخباهأرأدفائقابنعباسيقوده كأالقوتمنالدارف ص ولاللسرعتومفينهاىم(:سقني وأرمىعلويعرضعن ابنعمر)

يتلي عذبببكاءأىلون إولقي اللعليووسلمصلى42امل

“Telah menceritakan kepada kami Dāwud bin Rusyaid, telah menceritakan

kepada kami Ismā‟il bin ʼUlayyah, telah menceritakan kepada kami Ayyūb, dari

ʼAbdullah bin Abī Mulaikah berkata Aku pernah duduk di samping Ibnu ʼUmar

dan kami sedang menunggu jenazah Ummu Abān binti ʼUtsmān dan di sisnya ada

ʼAmr bin ʼUtsmān kemudian datang Ibnu ʼAbbās dituntun oleh seorang penuntun,

40

Abū Husain Muslim bin Al-Hajjāj Al-Qusyairī Al-Naisābūrī, Sahīh Muslim, Kitāb

Janāʻiz, Bab. 9, Cet. I, Jil. 2, h. 631. 41

Abū Husain Muslim bin Al-Hajjāj Al-Qusyairī Al-Naisābūrī, Sahīh Muslim, Kitāb

Janāʻiz, Bab. 9, Cet. I, Jil. 2, h. 631. 42

Abū Husain Muslim bin Al-Hajjāj Al-Qusyairī Al-Naisābūrī, Sahīh Muslim, Kitāb

Janāʻiz, Bab. 9, Cet. I, Jil. 2, h. 640.

Page 77: AZAB KUBUR DALAM PERSPEKTIF HADISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36923...keberadaannya karena ada beberapa pendapat yang mengatakan bahwa azab atau siksaan sebagai

65

kemudian ia diberi tahu tempat duduk Ibnu ʼUmar, lau datang dan duduk di

sampingku, sehingga aku berada di antar mereka berdua. Tiba-tiba terdengar suara

dari dalam rumah, maka Ibnu ʼUmar berkata, - seakan-akan ia menawarkan

kepada „Amr agar berdiri lalu melarang mereka - Aku telah mendengar Rasulullah

saw. bersabda Sesungguhnya seorang mayit itu niscaya akan diazab sebab

tangisan keluarganya”.

ريجأاابننخبأاقزبدالر عاثند عحافنرابالبدبنحيدقععوافبنردم امدثنح بدعينخبضرىاابن.قالفجئنالتشهدىاقالقالت وف يتاب نةلعثمانبنغفانبك ةبمليكةاللبنأ ف

دهامثحألستإلالماقهين السبجلينإالواسقب عمروابنع نيبلإسلجفراآلخاء همووانوىبداللبنعمرلعمروبنعثمعالقف ولاللصلىسرن إاء؟فالبكننهىعتلأوا

43ليولوعبببكاءأىيتلي عذ المن قالإمل ساللعليوو

“Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Rāfi‟ dan ʼAbdu bin

Humaid, berkata Ibnu Rāfi‟, telah menceritakan kepada kami ʼAbdu al-Rāzaq,

telah mengabarkan kepada kami Ibnu Juraij, telah mengabarkan kepadaku

ʼAbdullāh bin Abī Mulaikah, ia berkata telah wafat anak perempuannya ʼUtsmān

bin ʼAffān di Mekkah. Ia berkata maka Kami datang untuk menyaksikannya, ikut

hadir juga Ibnu ʼUmar dan Ibnu ʼAbbās saat itu aku duduk di antara mereka

berdua. Atau ia berkata aku duduk di dekat salah seorang dari mereka, kemudian

yang lain datang dan ia duduk di sampingku, „ʼAbdullāh bin ʼUmar berkata

kepada „Amr bin ʼUtsmān sambil menatapnya, “Tidakkah engkau melarang

menangis? Karena sesungguhnya Rasulullah saw. bersabda Sesungguhnya

seorang mayit akan diazab karena tangisan keluarganya terhadapnya”.

بداللنعثوعد حالماسن عمربنممدأنثد بداللبنوىبحاعندث حييحرملةبننثد ح44يتلي عذبببكاءاحليالمن إاللمقسويولىاللعل ولاللصسرن أربنعم

“Telah menceritakan kepada kami Harmalah bin Yahya, telah

menceritakan kepada kami ʼAbdullāh bin Wahab, telah menceritakan kepadaku

ʼUmar bin Muhammad sesungguhnya Sālim telah menceritakannya dari

ʼAbdullāh bin ʼUmar, Sesungguhnya Rasulullah saw. bersabda Sesungguhnya

seorang mayit akan diazab karena tangisannya orang yang masih hidup.”

- Sunan al-Tirmidzī

43

Abū Husain Muslim bin Al-Hajjāj Al-Qusyairī Al-Naisābūrī, Sahīh Muslim, Kitāb

Janāʻiz, Bab. 9, Cet. I, Jil. 2, h. 641. 44

Abū Husain Muslim bin Al-Hajjāj Al-Qusyairī Al-Naisābūrī, Sahīh Muslim, Kitāb

Janāʻiz, Bab. 9, Cet. I, Jil. 2, h. 642.

Page 78: AZAB KUBUR DALAM PERSPEKTIF HADISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36923...keberadaannya karena ada beberapa pendapat yang mengatakan bahwa azab atau siksaan sebagai

66

هليبندث الحةقيبتاق ندث حنابننعحالربدبنعينيمروعدبنعم نمعاعبادبنعبادامل

يتلي عذبببكاءأىلوعليوف قلمسليووىاللعل يبصنالن رعمعملواللرحةيشائعتالقالامل

لمسلىاللعليووولاللصسرالقاننووىمإكيكذبول تميالن ياإودهي اتلملر45يولبكونعيولىلألي عذبوإن

“Telah menceritakan kepada kami Qutaibah, ia berkata telah menceritakan

kepada kami ʼAbbād bin ʼAbbād al-Muhallī, dari Muhammad bin ʼAmr, dari

Yahya bin ʼAbdu al-Rahmān dari Ibnu ʼUmar dari Nabi saw. bersabda seorang

mayit akan diazab karena tangisan keluarganya terhadapnya maka kemudian

ʼĀʽisyah ra. berkata „Semoga Allah memberi rahmat kepada Ibnu ʼUmar. Dia

tidak bohong, tetapi ia salah terima; sesungguhnya Rasulullah saw. bersabda (itu)

kepada seorang lelaki Yahudi yang mati, „sesungguhnya mayit itu akan disiksa

dan sesungguhnya keluarganya akan menangisinya‟.”

- Sunan al-Nasāʻī

يولىاللعلولاللصسرال:قالرقنابنعمعيوبنأامعشنىبدةعنععمدبنآدم امنرخب أالنيبصلىاللت:وىلالقة؟ف شائلعكلذذكرفيولوعلىاءأبكميتلي عذببالن لمإسو إنامر

ت:)ولتزررأقيومثلبكونعيلولىأن إوببلي عذ صاحبالقن قالإىقبفلمعلسعليوو46وازرةوزرأخرى(.

“Telah mengabarkan kepada kami Muhammad bin Ādam, dari ʼAbdah

dari Hisyām dari Ayahnya dari Ibnu ʼUmar berkata: Telah bersabda Rasulullah

saw bersabda, „sesungguhnya si mayit benar-benar akan disiksa karena tangisan

keluarganya atas dirinya.‟ Lalu hal itu dikatakan kepada ʼĀʽisyah, ia berkata „Ia

salah atau lupa‟ Sesungguhnya Nabi saw. pernah melewati kuburan, lalu beliau

bersabda, „Sesungguhnya penghuni kuburan ini benar-benar sedang disiksa, dan

sesungguhnya keluarganya sedang menangisinya‟, kemudian ia membaca, „Dan

seorang yang berdosa tidak dapat memikul dosa orang lain‟. (Q.S. al-An‟ām [6]:

164).

45 Abu ʼIsā Muhammad bin ʼIsā Al-Tirmidzī, Al-Jāmi‟ Al-Kabīr (Sunan al-Tirmidzī),

dalam Kitāb al-Janāʽiz, Bab 25, Cet. I, (Beirut: Dār al-Gharb al-Islāmi, 1996 M), Juz. II, h. 317. 46

Abū ʼAbdu al-Rahmān Ahmad bin Syu‟aib bin ʼAlī, Sunan An-Nasāʽī, Kitāb al-

Janāʽiz, Bab. 91, (Riyāḏ: Maktabah al-Ma‟ārif, t.t), Cet. I, h. 219.

Page 79: AZAB KUBUR DALAM PERSPEKTIF HADISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36923...keberadaannya karena ada beberapa pendapat yang mengatakan bahwa azab atau siksaan sebagai

67

نعتابالسارقاعمروبنديننص ولقالانقفينسعارب بداجلعءبناربناللب بداجلاعنخبأولاللصلىاللعليووسلم))إناللسرالاقشةإن ائت:عالاسقب ابنعالقولقةي بمليكأ

- 47يولببعضبكاءأىلوعذاباعافرالكيدزي–ل عزو “Telah mengabarkan kepada kami ʼAbdu al- Jabbār bin al-Lāʼi bin ʼAbdu

al- Jabbār dari Sufyān berkata ʼAmr bin Dīnār telah mengisahkan kepada kami, ia

berkata „aku telah mendengar Ibnu Abī Mulaikah berkata, Ibnu ʼAbbās telah

berkata, ʼĀʽisyah berkata: Sesungguhnya Rasulullah saw. telah bersabda

(Sesungguhnya Allah ʼazza wa jalla menambahkan siksa kepada orang kafir

dengan sebab sebagian tangisan keluarganya terhadapnya‟.”

املولقةي عتابنأبمليكبداجلباربنالوردساعندث حالقيانبنمنصورالبلخاسليمنبخأالقف اءاسفبكيالنسب ابنعروبداللبنعميعستبلجاسفالن عرتمضبانحتأمأكلى

يتعترسينإاء؟فنالبكءعلىىتنهلر:أابنعمسولاللصلىاللعليووسلميقولإنامل

تمرخلكعضذعمريقولبانكداس:قب ابنعالقف يولوعىللي عذبببعضفبكاءأ عمرعكن تإذح فإذاصهيبوأىلو؟فذىبتانظرمنالركبقالجرةفشتىركباتأابالبيداءرا

عتإليوفقلتي بصهاذ!ىينمالمريماأفر دينةمااللنخادم ليبف صهيبوأىلوفقال:علي يبلاصهر:يعمالق:واأخياه!واأخياه!ف ولقأصيبعمرفجلسصهيبيبكيعندهي

يتلي عذبببعضفبكاءأىلوعليوإنولقسلمي ليوولىاللعسولاللصعترستبكفإينامل

ثون بكنعيثدااحلذىقالفذكرتذلكلعائشة،فقالتأماواللماتد ن كلوياذبيمكذليولاللصسرن كلى(وأخرتزروازرةوزرليكم:)والقرآنملايشفميفكلن إعيطيومالس

ليزيدالكافرعذاباببكاءأىلوعليون إاللمقسويولاللع 48الل

“Telah mengabarkan kepada kami Sulaimān bin Mansūr al-Balkhī, berkata telah

menceritakan kepada kami ʼAbdu al- Jabbār bin al-Waradi,aku telah mendengar

Ibnu Abī Mulaikah berkata, „Setelah Ummu Abbān meninggal dunia, aku datang

bersama banyak orang, lalu aku duduk di antara ʼAbdullāh bin ʼUmar dan Ibnu

ʼAbbās, lalu para wanita menangis. Maka Ibnu ʼUmar berkata, „Tidakkah engkau

larang mereka dari menangis? Sesungguhnya aku telah mendengar Rasulullah

saw. bersabda, „Sesungguhnya si mayit benar-benar akan disiksa karena sebagian

tangisan keluarganya atas dirinya‟. Ibnu ʼAbbās berkata, „Sungguh ʼUmar pernah

mengatakan sebagian hal itu, - saat itu – aku keluar bersama ʼUmar, hingga tatkala

47

Abū ʼAbdu al-Rahmān Ahmad bin Syu‟aib bin ʼAlī, Sunan Al-Nasāʽī, Kitāb al-Janāʽiz,

Bab. 91, (Riyāḏ: Maktabah al-Ma‟ārif, t.t), Cet. I, h. 219. 48

Abū ʼAbdu al-Rahmān Ahmad bin Syu‟aib bin ʼAlī, Sunan Al-Nasāʽī, Kitāb al-Janāʽiz,

Bab. 91, Cet. I, h. 219.

Page 80: AZAB KUBUR DALAM PERSPEKTIF HADISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36923...keberadaannya karena ada beberapa pendapat yang mengatakan bahwa azab atau siksaan sebagai

68

kami berada di Baida, ia melihat serombongan penunggang unta yang berada di

bawah pohon, ia berkata, „lihatlah siapakah penunggang unta tersebut?‟ lalu aku

pergi. – untuk melihatnya – ternyata Suhaib dan keluarganya, lalu aku kembali.

Kemudian kukatakan, „Wahai Amīr al-Muʽminīn! Mereka ini adalah Suhaib dan

keluarganya. Ia berkata, „Datanglah Suhaib kepadaku.” Setelah kami masuk ke

Madinah, ʼUmar tertimpa musibah, lalu Suhaib duduk di sisinya seraya berkata,

„Wahai Adikku, wahai Adikku!‟ ʼUmar berkata, „Wahai Suhaib, janganlah kamu

menangis sesungguhnya aku mendengar Rasulullah saw. bersabda,

„Sesungguhnya si mayit sungguh akan disiksa karena sebagian tangisan

keluarganya atas dirinya.” Ia berkata, „lalu aku menuturkan hal itu kepada

ʼĀʽisyah, ia mengatakan, „demi Allah! Tidakkah kalian menceritakan hadis ini

dari dua orang pendusta yang didustakan, tetapi pendengaran yang salah,

sesungguhnya di dalam al-Qurʽan benar-benar terdapat sesuatu yang bisa

menentramkan bagin kalian, „Dan seorang yang berdosa tidak dapat memikul dosa

orang lain‟. Tetapi Rasulullah saw. bersabda, „Sesungghunya Allah benar-benar

menambahkan siksa terhadap orang kafir karena sebagian tangis keluarganya atas

dirinya”.

Fiqh Hadis

Dalam kitab Fathu al-Bārī, hadis riwayat Imam Bukhārī di atas terdapat

pada “Bab Ratapan yang makruh terhadap mayit”. Ibnu al-Munayyar berkata,

“maksud kalimat ini adalah; tangisan yang yang dilarang adalah meratap, karena

maksud makruh di sini adalah makruh yang berindikasi haram berdasarkan

ancaman atas perbuatan ini.” Namun ada pula kemungkinan yang dimaksud

adalah makruhya sebaguan ratapan. Kemungkinan terakhir ini telah disinyalir oleh

Ibnu Murābiṯ dan ulama lainnya.49

Sabda Rasulullah saw. “Sesungguhnya mayat disiksa karena ditangisi

keluarganya” di dalam riwayat lain, “Sesungguhnya mayat diazab karena

ditangisi oleh sebagian keluarganya” Di dalam riwayat lain “Sesungguhnya

mayat diazab karena tangisan orang yang hidup”. Di dalam riwayat lain,

49 Ibnu Hajar al-ʼAsqalānī, Fathu al-Bārī: Syarah Sahīh al-Bukhārī, Penerjemah

Amiruddin, Bab. 33, Jil. 7, h. 159.

Page 81: AZAB KUBUR DALAM PERSPEKTIF HADISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36923...keberadaannya karena ada beberapa pendapat yang mengatakan bahwa azab atau siksaan sebagai

69

“Barang siapa yang ditangisi, maka dia akan diazab” Seluruh riwayat ini adalah

dari riwayat ʼUmar bin Khaṯṯāb dan anaknya, ʼAbdullāh ra. ʼĀʽisyah mengingkari

riwayat tersebut dan mengatakan bahwa mereka mengatakannya karena lupa dan

samar meriwayatkan hadis ini, dan ia mengingkari bahwa Nabi saw. mengatakan

demikian. Beliau berhujjah dengan firman Allah swt.50

ىرازرةوزرأخزروتلو

“Dan seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain” (Q.S.

al-An‟ām [6]: 164).

ʼĀʽisyah mengatakan bahwa Nabi saw. mengatakan hal tersebut berkenaan

dengan wanita Yahudi yang diazab dan keluarganya menangisinya. Maksudnya

wanita tersebut diazab karena kekafirannya pada saat keluarganya menangisinya,

bukan karena tangisan mereka.51

Ibnu Qudāmah menukil riwayat dari Imam Ahmad bahwa sebagian

ratapan tidaklah makruh. Namun pernyataan ini perlu dicermati lebih lanjut, dan

seakan-akan beliau mendasari hal itu dengan sikap Nabi saw. yang tidak melarang

bibi Jābir ketika meratapinya, dimana hal ini menunjukkan bahwa ratapan yang

terlarang adalah ratapan yang disertai menampar-nampar pipi atau menyobek-

nyobek baju. Akan tetapi hal ini kurang tepat, karena sesungguhnya Rasulullah

saw. melarang meratapi mayit setelah kejadian tersebut, dimana hal itu terjadi

pada waktu perang Uhud. Sedangkan beliau saw. telah bersabda pada saat itu,

50 Imam Al-Nawawi, Al- Manhāj Syarh Sahīh Muslim bin al-Hajjāj (Syarah Shahih

Muslim), Penerjemah Agus Ma‟mun dkk., Cet. III, (Jakarta: Darus Sunnah Press, 2014), Jil. 4, h.

875.

51

Imam Al-Nawawi, Al- Manhāj Syarh Sahīh Muslim bin al-Hajjāj (Syarah Shahih

Muslim), Penerjemah Agus Ma‟mun dkk., Cet. III, Jil. 4, h. 875.

Page 82: AZAB KUBUR DALAM PERSPEKTIF HADISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36923...keberadaannya karena ada beberapa pendapat yang mengatakan bahwa azab atau siksaan sebagai

70

“akan tetapi Hamzah tidak ada yang menangisinya” setelah itu, beliau saw.

melarang meratapi mayit serta mengancam orang yang melakukannya. Hal ini

sangat jelas dalam riwayat yang dikutip oleh Imam Ahmad dan Ibnu Mājah, serta

di-sahih-kan oleh Al-Hākim melalui jalur Usāmah bin Zaid dari Nāfi‟, dari Ibnu

ʼUmar, “Bahwasanya Rasulullah saw. melewati kaum wanita Banī ʼAbdu al-

Asyhal, mereka menangisi orang-orang yang terbunuh dari kaum mereka pada

perang Uhud. Maka beliau saw. bersabda, „akan tetapi Hamzah tidak ada yang

menangisinya‟, maka datanglah wanita-wanita Ansār menangisi Hamzah. Lalu

Rasulullah saw. bangun dan bersabda, „Celakalah kalian, kalian belum berubah.

Perintahkanlah kepada mereka agar berubah dan janganlah kalian menangisi

orang yang meninggal setelah hari ini.”). Hadis ini didukung pula oleh riwayat

yang dikutip oleh ʼAbdu al-Razzāq melalui jalur Ikrimah dengan sanad mursal,

namun para perawinya tergolong tsiqah (terpercaya). 52

عكن إ لذبا عككيسلي ألذب دحى (“Sesungguhnya berdusta atas namaku

tidaklah sama dengan berdusta atas nama seseorang”) yakni selainku. Maknanya,

sesungguhnya berdusta atas nama orang laintelah menjadi kebiasaan dan dianggap

sebagai perkara lumrah. Sementara berdusta dengan mengatasnamkan aku

(Rasulullah saw.) tidaklah semudah itu. Sehingga dosa yang diakibatkannya

sangatlah besar.

Penetapan adanya ancaman tersebut bagi seseorang yang berdusta atas

nama beliau saw. tidak berarti bahwa berdusta atas nama selain beliau saw.

52 Ibnu Hajar al-ʼAsqalānī, Fathu al-Bārī: Syarah Sahīh al-Bukhārī, Penerjemah

Amiruddin, Bab. 33, Jil. 7, h. 160.

Page 83: AZAB KUBUR DALAM PERSPEKTIF HADISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36923...keberadaannya karena ada beberapa pendapat yang mengatakan bahwa azab atau siksaan sebagai

71

diperbolehkan. Bahkan berdusta atas nama selain beliau saw. juga dilarang

berdasarkan dalil yang lain. Hanya saja perbedaan keduanya adalah bahwa

berdusta atas nama Nabi saw. pelakunya diancam dengan neraka, berbeda dengan

berdusta atas nama selain beliau saw.53

عآدالقو شعبةنم (“Adam berkata dari Syu‟bah”), yakni melalui sanad

yang telah disebutkan di permulaan hadis, akan tetapi tanpa lafal yang tercantum

pada matan (materi hadis), yakni perkataannya, “diazab dengan sebab tangisan

orang hidup”. Adam telah menyendiri dalam menukil lafal ini. Imam Ahmad

meriwayatkan dari Muhammad bin Ja‟far, Ghundar, Yahya bin Sa‟īd bin al-

Qaṯṯān dan Hajjāj bin Muhammad, semuanya menukil dari Syu‟bah, sama seperti

riwayat pertama. Demikian pula yang dinukil oleh Imam Muslim dari Muhammad

bin Basysyar, dari Muhammad bin Ja‟far. Abū ʼAwānah meriwayatkan melalui

jalur Abū al-Naḏr, ʼAbdu al-Samad bin ʼAbdu al-Wārits, Abū Zaid al-Harawi dan

Aswad bin Amir. Semuanya menukil dari Sa‟īd, sama seperti itu.

Para Ulama berselisih pendapat tentang hadis-hadis tersebut. Mayoritas

ulama menafsirkan bahwa barangsiapa yang berwasiat agar dia ditangisi dan

diratapi setelah kematiannya, lalu wasiatnya itu dijalankan, maka orang seperti ini

diazab karena tangisan dan ratapan keluarganya, karena ia mewasiatkan hal

tersebut. Adapun jika keluarganya mayat menangisi dan yang meratapinya bukan

karena adanya wasiat dari dirinya, maka ia tidak diazab. Berdasarkan firman Allah

swt, “Dan seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain” (Q.S. . al-

53 Ibnu Hajar al-ʼAsqalānī, Fathu al-Bārī: Syarah Sahīh al-Bukhārī, Penerjemah

Amiruddin, Bab. 33, Jil. 7, h. 164.

Page 84: AZAB KUBUR DALAM PERSPEKTIF HADISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36923...keberadaannya karena ada beberapa pendapat yang mengatakan bahwa azab atau siksaan sebagai

72

An‟ām [6]: 164). Berwasiat untuk hal itu termasuk kebiasaan bangsa Arab, seperti

yang dikatakan Ṯarafah bin al-ʼAbd, “Jika aku mati, maka ratapilah aku dengan

apa yang aku berhak mendapatkannya, robeklah kantong bajumu demi aku,

wahai anak keturunan Ma‟bad”. Oleh karena itu, hadis muncul menerangkan

kebiasaan mereka dalam hal itu. Beberapa ulama mengatakan, “Hadis-hadis ini

berlaku bagi orang yang berwasiat agar ia ditangisi dan diratapi, dan bagi yang

tidak berwasiat agar hal tersebut tidak dilakukan. Adapun orang yang berwasiat

agar perbuatan tersebut tidak dilakukan sepeninggalnya, maka dia tidak diazab.

Kesimpulan dari pendapat ini, yaitu wajib berwasiat untuk tidak melakukan dua

hal tersebut, barangsiapa yang melalaikannya, maka dia akan diazab.”54

Kontroversi antara dua sahabat mengenai hadis di atas, menurut Imam al-

Ghazalī maka sikap ummul mukmininlah yang dijadikan dasar unuk menguji

validitas sebuah hadis yang telah berpredikat sahih, dengan berdasarkan pada

nash-nash al-Qur‟an.55

Jadi menurut Imam al-Ghazalī adalah orang mukmin yang

meninggal tidak akan disiksa karena ratapan keluarganya, orang kafirlah yang

akan disiksa karena ratapan keluarganya, orang kafirlah yang akan ditambah

siksanya oleh Allah karena ratapan keluarganya terhadap dirinya.

Ulama lain berpendapat, “Maksudnya adalah bahwa mayat diazab karna ia

mendengar tangisan dan belas kasihan keluarganya”. Muhammad bin Jarīr Al-

Ṯabarī dan lainnya berpendapat demikian. Al-Qāḏī ʼIyāḏ berkata, “Ini adalah

pendapat yang paling kuat, mereka berhujjah dengan beberapa hadis yang di

54 Imam Al-Nawawi, Al- Manhāj Syarh Sahih Muslim bin al-Hajjāj (Syarah Shahih

Muslim), Penerjemah Agus Ma‟mun dkk., Cet. III, (Jakarta: Darus Sunnah Press, 2014), Jil. 4, h.

876. 55

Muhammad al-Ghazalī, Studi Kritis Atas Hadis Nabi SAW, Penerjemah Muhammad al-

Baqir, (Bandung: Mizan, 1996), h. 31.

Page 85: AZAB KUBUR DALAM PERSPEKTIF HADISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36923...keberadaannya karena ada beberapa pendapat yang mengatakan bahwa azab atau siksaan sebagai

73

antaranya menerangkang bahwasanya Nabi saw. melarang seorang perempuan

menangisi ayahnya, lalu beliau bersabda, “Sesungguhnya jika salah seorang dari

kamu menangis, maka ia mengganggu sahabatnya. Wahai hamba-hamba Allah,

janganlah kamu menyiksa saudara-saudaramu”. ʼĀʽisyah ra. mengatakan,

“Maksud hadis adalah orang kafir atau para pelaku dosa lainnya akan diazab pada

saat keluarganya menangisinya karena dosanya tersebut, bukan karena tangisan

mereka.” Yang benar adalah pendapat yang telah dikemukakan, yaitu pendapat

jumhur ulama. Mereka semua bersepakat sekalipun berbeda madzhab bahwa yang

dimaksud dengan menagis di sini adalah menagis dengan mengeluarkan suara

yang disertai ratapan, bukan sekedar linangan air mata.56

Dalam hadis ini terdapat keterangan tentang mendahulukan suatu

pernyataan yang melegitimasi kebenaran pembicara atas apa yang diucapkannya.

Karena sebelum Mughīrah menceritakan hadis tentang haramnya meratapi mayit,

beliau terlebih dahulu mengemukakan hadis bahwa berdusta atas nama Rasulullah

saw. lebih keras ancamannya daripada berdusta atas nama selain beliau saw. Di

sini beliau mengisyaratkan bahwa ancaman tersebut menyebabkan dirinya tidak

berani mengatakan sesuatu atas nama Rasulullah saw. padahal beliau saw. tidak

pernah mengucapkannya.57

56 Imam Al-Nawawi, Al- Manhāj Syarh Sahih Muslim bin al-Hajjāj, (Syarah Shahih

Muslim), Penerjemah Agus Ma‟mun dkk., Cet. III, Jil. 4, h. 877.

57

Ibnu Hajar al-ʼAsqalānī, Fathu al-Bārī: Syarah Sahīh al-Bukhārī, Penerjemah

Amiruddin, Bab. 33, Jil. 7, h. 164.

Page 86: AZAB KUBUR DALAM PERSPEKTIF HADISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36923...keberadaannya karena ada beberapa pendapat yang mengatakan bahwa azab atau siksaan sebagai

74

Al-Fāqih Abū Laits mengatakan, “Meratapi jenazah itu haram hukumnya.

Menangisinya boleh, tapi bersabar itu lebih utama.” Allah swt. Berfirman di

dalam al-Qur‟an58

:

“Sesungguhnya hanya orang-orang bersabarlah yang dicukupkan pahala

mereka tanpa batas”. (Q.S. al-Zumār: 10).

Maka dari itu, maratapi orang yang meninggal dunia merupakan perbuatan

yang dilarang Rasulullah saw. karena hal tersebut merupakan perbuatan yang

mencerminkan tidak berimannya seseorang dan tidak menerima takdir Allah swt.

Sedangkan kelahiran, rezeki, jodoh, dan kematian adalah perkara yang hanya

dapat diketahui dan dikehendaki Allah swt.

B. Asbābu al-Wurūd Hadis

Dalam ʼUlūm al-Hadīts terdapat sebuah pembahasan mengenai sejarah

munculnya hadis-hadis Rasulullah saw. baik yang berupa hadis qaulī maupun

hadis fi‟lī yang biasa disebut dengan Asbābu al-Wurūd hadis, namun perlu

diketahui bahwa tidak semua hadis memiliki Asbābu al-Wurūd. Ada beberapa

hadis yang memiliki Asbābu al-Wurūd yang dijelaskan secara terperinci dan tegas,

dan ada pula yang tidak demikian. Adapun salah satu manfaat mengetahui Asbābu

al-Wurūd hadis yaitu supaya tidak salah mengartikan dan memahami maksud inti

58 ʼAbdu al-Rahman bin Ahmad al-Qāḏī, Daqāʽiqu al-Akhbār / Kehidupan Sebelum dan

Sesudah Kematian, Penerjemah. Yodi Indrayadi & Wiyanto Suud, Cet. V, (Jakarta: Turos Pustaka,

2015), h. 77.

Page 87: AZAB KUBUR DALAM PERSPEKTIF HADISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36923...keberadaannya karena ada beberapa pendapat yang mengatakan bahwa azab atau siksaan sebagai

75

dari sebuah hadis, sehingga pemahaman terhadap hadis tersebut sesuai

berdasarkan historisnya.

Penulis telah melakukan penelusuran terkait Asbābu al-Wurūd pada hadis-

hadis yang dibahas ini, namun tidak ditemukannya Asbābu al-Wurūd pada hadis-

hadis tersebut kecuali hadis tentang mayit akan disiksa karena ratapan

keluarganya. Dalam hal ini, penulis menelusuri dua kitab, yaitu: Al-Lumaʼ fī

Asbāb al-Wurūd al-Hadīts karya Imam Jalāluddīn al-Suyūṯī dan Asbabul Wurud;

Latar Belakang Historis Timbulnya Hadis-hadis Rasul karya Ibnu Hamzah al-

Husaini al-Hanafi al-Dimasyqi.

Asbābu al-Wurūd Hadis yang diriwayatkan oleh ʼUmar bin Khaṯṯab ra. ini

yakni ʼĀʽisyah ra. pernah menceritakan ucapan beliau yang mengatakan bahwa

mayit disiksa karena ratapan keluarganya, yang menurutnya ucapan itu berasal

dari Rasulullah saw. lalu ʼĀʽisyah ra. berkata: “Semoga Allah mengampuni ayah

ʼAbdu al-Rahmān (panggilan ʼUmar), karena dia tidak berdusta melainkan akulah

yang lupa dan khilaf”. Menurut riwayat lain, bahwa Rasulullah saw. melewati

kuburan seorang wanita Yahudi yang sedang diratapi oleh keluarganya. Kemudian

Rasulullah saw. bersabda: “Sesungguhnyamereka meratapi mayatnya. Dan

sesungguhnya mayatnya disiksa di kuburnya”. (Riwayat Muttafaqun ʼAlaih).

Selain itu juga terdapat riwayat lain dari ʼĀʽisyah ra. : “Semoga Allah merahmati

ʼUmar, tidak, demi Allah tiadalah Rasulullah mengabarkan tentang Allah

menyiksa orang mukmin karena ratap tangis keluarganya”. Dan riwayat dengan

redaksi seperti ituterdapat dalam Sahīh Muslim, tetapi dengan kata ujumg kalimat

“li bukāʽi hayyin” (karena ratap tangisnyaorang yang hidup) atas kematian mayit

itu). Imam Bukhāri dan Imam Muslim juga meriwayatkan dari Ibnu Mulaikah,

Page 88: AZAB KUBUR DALAM PERSPEKTIF HADISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36923...keberadaannya karena ada beberapa pendapat yang mengatakan bahwa azab atau siksaan sebagai

76

dari Ibnu ʼUmar, yang di dalam bagian akhir dari teksnya mengungkapkan ucapan

ʼĀʽisyah: “Demi Allah tiadalah Rasulullah mengabarkan tentang Allah menyiksa

orang mukmin karena ratap tangis keluarganya, akan tetapi Rasulullah saw.

bersabda: “Akan bertambah siksaan orang kafir karena ratap tangis keluarganya

atas kematiannya”.59

Boleh jadi maksud dari larangan tersebut karena mayit merasa terusik

mendengar tangis orang-orang yang masih hidup di saat-saat ia menghadapi

sakaratul maut. Keluarga dan orang-orang yang hadir berteriak-teriak di

sekitarnya dan meratapinya, contohnya seperti seorang ayah merasa terganggu

karena tangis anaknya. Maka mendengar tangis bagi orang yang meninggal adalah

siksaan itu sendiri sebagaimana dimaksud oleh hadis tersebut di atas. Dengan

begitu hadis ini tidak bertentangan dengan ayat وتلو أخرازرزر وزر ىة (“ tidaklah

seseorang yang memikul beban yang dapat memikul beban orang lain”).60

59 Ibnu Hamzah al-Husaini al-Hanafi al-Dimasyqi, Asbabul Wurud; Latar Belakang

Historis Timbulnya Hadis-hadis Rasul, Cet. VIII, (Jakarta: Kalam Mulia, 2011), Jil. 2, h. 26.

60

Ibnu Hamzah al-Husaini al-Hanafi al-Dimasyqi, Asbabul Wurud; Latar Belakang

Historis Timbulnya Hadis-hadis Rasul, Cet. VIII, Jil. 2, h. 26.

Page 89: AZAB KUBUR DALAM PERSPEKTIF HADISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36923...keberadaannya karena ada beberapa pendapat yang mengatakan bahwa azab atau siksaan sebagai

77

BAB IV

INTERPRETASI DAN KONTROVERSI

HADIS TENTANG AZAB KUBUR

A. Analisa Substansi Hadis

Alam barzakh merupakan alam yang akan ditempati dan dirasakan

oleh setiap manusia setelah mati. Manusia tidak mengetahui apa yang akan

dirasakannya ketika ia mulai memasuki alam barzakh. Pertanyaan malaikat

Munkar dan Nakir lah yang akan menentukan apakah ia mendapatkan

kenikmatan atau bahkan siksaan di alam kubur, hal tersebut sesuai dengan

hadis Rasulullah saw. yang diriwayatkan al-Barrāʽ bin ʼĀzib. Hadis

tersebut menjelaskan tentang kondisi seseorang ketika dicabut ruhnya serta

keadaannya di alam kubur. Hadis tersebut sahih dan banyak jalur

periwayatnnya.

Adapun redaksi hadis yang telah disebutkan perihal beberapa

penyebab seseorang mendapatkan azab kubur, yang artinya hadis-hadis

tersebut memberikan peringatan bahwa azab kubur itu nyata adanya.

Rasulullah saw. seringkali memohon perlindungan Allah dari siksa kubur.

Beliau juga berpesan agar selalu membaca doa itu di akhir tasyahhud pada

tiap-tiap shalat, dan pada dzikir-dzikir pagi dan petang. Ini menunjukkan

bahwa siksa kubur itu haq (benar) dan kenikmatan di dalamnya juga haq

(benar). Kenikmatan dalam kubur disediakan bagi orang-orang yang

beriman dan taat, sedangkan siksa di alam kubur disediakan bagi orang-

orang kafir, munafik, durhaka dan pelaku maksiat. Kenikmatan dan ini

Page 90: AZAB KUBUR DALAM PERSPEKTIF HADISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36923...keberadaannya karena ada beberapa pendapat yang mengatakan bahwa azab atau siksaan sebagai

78

masing-masing berbeda sesuai dengan amalan mereka di dunia dan sesuai

dengan hal dan keadaan yang menentukan nikmat dan pahala atau azab

dan siksa.1

Beberapa penyebab seseorang mendapatkan azab kubur sesuai

dengan redaksi hadis yang disebutkan penulis pada bab sebelumnya adalah

hadis tentang tidak cukupnya seseorang dalam membersihkan diri air

kencing dan orang yang suka mengadu domba dan ghibah. Penekanan

maksud hadis tersebut adalah perintah untuk menjauhkan diri dari air seni,

dan bahwa siksaan yang disebabkan karena tidak membersihkan diri

darinya akan disegerakan dalam alam kubur. Telah ditegaskan juga dalam

hadis lain yang diriwayatkan oleh Imam al-Dāruquṯnī2:

امن ست نزى و:الم س و يول ع لىالل ص اللول س ر ال ق ال ق نو ع يالل ضر ة ير ر ى بأ نع و ق طنار الد اه و .ر نو ابالق ربمذ ة ع ام ع ن إالب ولف

“Dari Abū Hurairah ra. ia berkata, „Rasulullah saw. bersabda,

Bersucilah kamu dari kencing, karena sesungguhnya kebanyakan siksa

kubur disebabkan air kencing‟”.

Wajibnya menghilangkan najis, berdasarkan hadis yang

menjelaskan siksa kubur bagi yang tidak membersihkan diri dari air seni.

Suatu ancaman tentu saja bagi yang meninggalkan sesuatu yang wajib.

Imam Mālik mengemukakan alasan mengenai hadis tersebut, boleh jadi

karena dia membiarkan air seninya mengenai badan atau pakaian lalu dia

1 ʼAbdullāh Haddād, Sabīl al-ʼIddikār wa al-I‟tibār bimā Yamurru bi al-Insān

wa Yanqaḏī lahu min al-A‟mār / Renungan tentang Umur Manusia, Penerjemah

Muhammad Bagir, Cet. V, (Bandung: Mizan, 1992), h. 108.

2 Muhammad bin Ismāʼīl al-Amīr al-Sanʼānī, Subulu al-Salām; Syarah Bulūghu

al-Marām, Penerjemah Muhammad Isnani dkk., Cet. XII, (Jakarta: Darus Sunnah Press,

2015), Jil. I, h. 201.

Page 91: AZAB KUBUR DALAM PERSPEKTIF HADISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36923...keberadaannya karena ada beberapa pendapat yang mengatakan bahwa azab atau siksaan sebagai

79

shalat tanpa mensucikannya, karena wudhu tidak sah dengan adanya najis

tadi.3

Intisari dari hadis tentang tidak cukupnya seseorang dalam

membersihkan diri air kencing dan orang yang suka mengadu domba dan

ghibah memberikan pelajaran antara lain yang pertama, penegasan adanya

azab kubur seperti yang disebutkan dalam sejumlah hadis, Inilah pendapat

mayoritas ulama. Kedua, tidak menghindari benda-benda najis dapat

menimbulkan siksaan tersebut, maka najis wajib dihindari. Hadis ini

menunjukkan, kencing dalam kaitannya dengan siksa kubur bersifat

khusus, seperti dikuatkan oleh riwayat Al-Hākim dalam Al-Mustadrak:

1/83. Hadis tersebut sahih berdasarkan syarat syaikhāni dan riwayat Ibnu

Khuzaimah, “Sebagian besar siksa kubur disebabkan karena kencing”.

Ibnu Hajar menyatakan “sanadnya sahih”. Ketiga, haram mengadu domba

di antara sesama. Perbuatan ini termasuk dalam salah satu penyebab siksa

kubur. Keempat, Anjuran untuk menutupi dosa dan aib, karena Nabi saw.

tidak menyebutkan nama kedua penghuni makam tersebut. Hal itu

mungkin disengaja oleh Nabi saw. dan Kelima, Sabda Nabi saw. “Dan

keduanya disiksa bukan karena dosa yang besar.” Maksudnya bukan

karena dosa yang berat ditinggalkan oleh keduanya. Sebab, meninggalkan

perbuatan mengadu domba dan menjaga diri dari air kencing sebenarnya

tidak sulit untuk dilakukan.4

3 Muhammad bin Ismāʼīl al-Amīr al-Sanʼānī, Subulu al-Salām; Syarah Bulūghu

al-Marām, Penerjemah Muhammad Isnani dkk., Cet. XII, Jil. I, h. 201.

4 Ibnu Katsīr, Taysīr al-ʼAllām Syarhu ʼUmdatu al-Ahkām (Fikih Hadits Bukhari

Muslim), Penerjemah Umar Mujtahid, Cet. I, (Jakarta: Ummul Qura, 2013), h. 74.

Page 92: AZAB KUBUR DALAM PERSPEKTIF HADISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36923...keberadaannya karena ada beberapa pendapat yang mengatakan bahwa azab atau siksaan sebagai

80

Dengan demikian penulis berkesimpulan bahwa tidak mensucikan

diri dengan benar setelah buang air dan tidak menjaga lisan dari perbuatan

mengadu domba ataupun menggunjing orang lain merupakan termasuk ke

dalam dosa besar yang menyebabkan seseorang yang melakukan hal

tersebut mendapatkan azab kubur.

Adapun hadis lain yang berkaitan dengan penyebab mendapatkan

azab kubur yakni berdusta, zina, riba, dan meninggalkan shalat dan al-

Qur‟an. Hadis tersebut memberikan pelajaran bagi umat Islam bahwa

dusta, zina, riba, dan meninggalkan shalat dan al-Qur‟an adalah perbuatan

yang dilarang oleh Allah swt. Hadis ini merupakan pembahasan tentang

ta‟bir (takwil mimpi) memuat 99 hadis marfu‟, yang maushul di antaranya

82 hadis, sedangkan sisanya mu‟allaq5 dan mutaba‟ah.

6

Pelajaran yang dapat diambil dari hadis tersebut antara lain yakni

yang pertama, hadis ini menunjukkan bahwa sebagian ahli maksiat disiksa

di alam barzakh. Kedua, Ancaman bagi orang yang tidur hingga

meninggalkan shalat wajib, peringatan terhadap orang yang menolak al-

Qur‟an bagi yang menghafalnya, peringatan terhadap perbuatan zina,

memakan riba, dan berdusta. Ketiga, orang yang amal kebaikannya

seimbang dengan perbuatan buruknya, maka akan diampuni oleh Allah.

Keempat, menanyakan dan meminta kejelasan tentang takwil mimpi

dianjurkan untuk dilakukan setelah shalat Subuh, karena itu merupakan 5

Mu‟allaq yakni Hadis yang bagian awal sanadnya dibuang, baik seorang rawi

ataupun lebih secara berturut-turut. Lihat Ilmu Hadis Praktis (Taysīr Musṯalah al-

Hadīts), Mahmūd Ṯahān, Cet. VI, (Bogor: Pustaka Thariqul Izzah, 2013), h. 81.

Mutaba‟ah yakni Hadis yang diriwayatkan oleh seorang rawi hadis yang bersekutu

dengan rawi yang lain dalam meriwayatkan hadis dari seorang sahabat.

6 Ibnu Hajar al-ʼAsqalānī, Fathu al-Bārī: Syarah Sahīh al-Bukhārī, Penerjemah

Amiruddin, Jil. 34 , h. 647.

Page 93: AZAB KUBUR DALAM PERSPEKTIF HADISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36923...keberadaannya karena ada beberapa pendapat yang mengatakan bahwa azab atau siksaan sebagai

81

waktu saat akal sedang fokus dan terbuka. Kelima, keutamaan para

syuhada, dan bahwa tempat mereka di surga merupakan tempat yang

paling tinggi. Namun demikian tidak berarti derajat mereka lebih tinggi

daripada Nabi Ibrahim as. karena kemungkinan keberadaan Nabi Ibrahim

as. di sana hanya untuk menangani anak-anak. Kedudukan Nabi Ibrahim

as. adalah kedudukan yang lebih tinggi daripada kedudukan para syuhada,

sebagaimana yang telah dikemukakan dalam pembahasan tentang Isra`,

bahwa dia melihat Adam as. di langit dunia. Hal itu karena dia sedang

melihat anak keturunannya yang termasuk ahli kebaikan dan yang

termasuk ahli keburukan, lalu dia tertawa dan menangis, padahal

kedudukannya adalah di illiyin. Pada hari kiamat nanti, masing-masing

mereka akan menempati tempatnya.7

Hadis lainnya yaitu hadis tentang larangan meratapi mayat. Karena

apapun yang Allah berikan dan ambil, semuanya adalah milik-Nya. Dan di

balik itu ada hikmah sempurna dan tindakan yang tepat. Oleh karena itu,

Nabi saw. menyebutkan bahwa orang yang marah dan berkeluh kesah

terhadap putusan Allah itu berada di luar jalan dan sunnah beliau, karena

Rasulullah saw. tidak bertanggung jawab atas orang lemah iman dan tidak

kuat menghadapi musibah hingga bersikap marah dalam bentuk ucapan,

misalkan dengan meratapi mayat, maupun dalam bentuk tindakan, seperti

mencabuti rambut, merobek kerah baju, dan memakai tradisi jahiliyah

lainnya.8

7 Ibnu Hajar al-ʼAsqalānī, Fathu al-Bārī: Syarah Sahīh al-Bukhārī, Penerjemah

Amiruddin, Jil. 34 , h. 645.

8 Ibnu Katsīr, Taysīr al-ʼAllām Syarhu ʼUmdatu al-Ahkām (Fikih Hadits Bukhari

Muslim), Penerjemah Umar Mujtahid, Cet. I, h. 73.

Page 94: AZAB KUBUR DALAM PERSPEKTIF HADISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36923...keberadaannya karena ada beberapa pendapat yang mengatakan bahwa azab atau siksaan sebagai

82

Adapun substansi dari hadis tersebut adalah larangan murka pada

takdir Allah yang memilukan dengan meratap, mencukur rambut, merobek

kerah baju, atau menabur-naburkan tanah ke kepala sebagai ekspresinya,

dan mengucapkan seruan-seruan batil kala tertimpa musibah. Selain itu,

tindakan dan perkataan seperti yang telah disebutkan termasuk dosa besar,

karena Nabi saw. sangat melarangnya dan tidak bertanggung jawab

terhadap siapa pun yang beruat seperti itu. Ini menunjukkan perbuatan

tersebut termasuk dosa besar. Sekedar bersedih dan menangis tentu wajar

selama tidak berlebihan dan melanggar perintah Allah swt. dan sunnah

Rasulullah saw.9 Boleh jadi maksud larangan tersebut karena mayat

merasa terusik mendengar tangis orang ketika dia sedang menghadapi

sakaratul maut. Keluarga dan orang-orang yang hadir berteriak-teriak di

sekitarnya dan meratapinya, seperti ayah merasa terganggu karena tangis

anaknya. Maka mendengar tangis bagi orang yang meninggal adalah

siksaan itu sendiri sebagaimana dimaksud oleh hadis tersebut.10

Jumhur ulama berpendapat, hadis ini dibawa kepada pemahaman

bahwa orang yang meninggal yang ditimpa azab adalah orang yang

berwasiat supaya diratapi, atau dia tidak berwasiat untuk tidak diratapi

padahal dia tahu bahwa kebiasaan mereka adalah meratapi orang yang

meninggal. Oleh karena itu, ʼAbdullāh bin al-Mubārak berkata: “Apabila

dia telah melarang mereka (keluarganya) meratapi ketika dia hidup, lalu

9 Ibnu Katsīr, Taysīr al-ʼAllām Syarhu ʼUmdatu al-Ahkām (Fikih Hadits Bukhari

Muslim), Penerjemah Umar Mujtahid, Cet. I, h. 431.

10

Ibnu Hamzah al-Husaini al-Hanafi al-Dimasyqi, Asbabul Wurud; Latar

Belakang Historis Timbulnya Hadis-hadis Rasul, Cet. VIII, (Jakarta: Kalam Mulia,

2011), Jil. 2, h. 26.

Page 95: AZAB KUBUR DALAM PERSPEKTIF HADISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36923...keberadaannya karena ada beberapa pendapat yang mengatakan bahwa azab atau siksaan sebagai

83

mereka melakukannya setelah kematiannya, maka dia tidak akan ditimpa

azab sedikit pun.”11

Penjelasan yang penulis paparkan di atas adalah hanya beberapa

redaksi hadis yang menjelaskan tentang adanya azab kubur melalui

pernyataan tentang sebab-sebab seseorang mendapatkannya. Namun, ada

juga yang berpendapat bahwa azab kubur itu tidak ada, dengan alasan

ketidak-jelasan dalil syari‟at yang menerangkan adanya azab kubur.

Berikut adalah golongan atau orang yang meyakini ketiadaan azab kubur:

1. Kaum Mu‟tazilah

Secara etimologi, kata mu‟tazilah berasal dari bahasa Arab yakni,

i‟tazala-ya‟tazilu-i‟tizālan yang berarti berpisah atau memisahkan diri,

menjauh atau menjauhkan diri.12

Ada sebuah pendapat, sebab dari

penamaan kaum ini dinamakan dengan nama kaum mu‟tazilah karena

suatu hari ada seorang guru besar di Baghdad namanya Syekh Imam

Hasan al-Basri (w. 110 H) sedang menerangkan bahwa orang Islam yang

telah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya tetapi ia melakukan dosa besar,

maka orang itu tetap muslim, akan tetapi dikategorikan sebagai seorang

muslim yang durhaka. Di akhirat nanti jika ia telah wafat sebelum

bertaubat dari dosanya, ia akan dimasukkan ke dalam neraka terlebih

dahulu untuk menerima hukuman atas perbuatan dosanya, dan jika ia telah

selesai menerima hukumannya ia akan dikeluarkan dari dalam neraka dan

11 Badru al-Dīn Mahmūd bin Ahmad al-ʼAinī, ʼUmdatu al-Qāri Syarh Sahīh al-

Bukhārī, Cet. I, (Beirut: Dār al-Kutub al-ʼIlmiyyah, 2001), Jil. 4, h. 78.

12

Louwis bin Naqula Ẕahīr Al-Maʽlūf, Al-Munjid Fi al-Lughah wa al-A‟lam,

Cet. XXXIX, (Beirut: Dār al-Masyriq, 2002), h. 207.

Page 96: AZAB KUBUR DALAM PERSPEKTIF HADISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36923...keberadaannya karena ada beberapa pendapat yang mengatakan bahwa azab atau siksaan sebagai

84

kemudian dimasukkan ke dalam surga sebagai seorang mukmin dan

muslim. Di saat beliau menerangkan hal tersebut ada di antara muridnya

yang bernama Wāsil bin ʼAṯāʽ (w. 131 H) yang menurutnya, pendapat

gurunya tersebut tidak sesuai dengan pendapatnya lalu ia keluar dari

majlis itu dan kemudian mengadakan majlis lain di suatu tempat di dalam

masjid Basrah itu. Oleh karenanya, Wāsil bin ʼAṯāʽ dan pengikutnya

dinamai dengan kaum aliran mu‟tazilah, sebab ia mengasingkan diri dari

gurunya. Dalam pengasingan dari gurunya ini ia diikuti oleh seorang

temannya yang bernama ʼUmar bin ʼUbaid (w. 145 H). Awal kemunculan

paham aliran ini terjadi pada abad kedua hijriyah yang ketika itu Hisyām

bin ʼAbdu al-Mulk sedang menjabat sebagai khalifah dari Bani Umayyah,

yaitu dari tahun 100 H sampai dengan tahun 125 H.13

Pemikiran mu‟tazilah ini dalam memahami dalil-dalil syar‟i,

mereka banyak menggunakan akal. Dan bahkan, meraka menempatkan

akal di atas wahyu, maka apabila sesuatu dapat diterima oleh akal berarti

hal tersebut dapat sesuai dengan sunnah, namun apabila tidak sesuai dan

tidak dapat diterima dengan akal maka mereka menolak meskipun hal itu

terdapat dalam al-Qur‟an maupun hadis. Sebagai contoh, kaum aliran

mu‟tazilah tidak menerima isrāʽ mi‟raj walaupun ada ayat al-Qur‟an dan

hadis Nabi saw. yang menjelaskan hal tersebut, karena menurut mereka itu

bertentangan dengan akal manusia. Selain itu, kaum aliran mu‟tazilah ini

juga menolak adanya kebangkitan dari alam kubur dan begitupun juga

13 Sirajuddin Abbas, I‟tiqad Ahlu al-Sunnah wa al-Jama‟ah, (Jakarta: Pustaka

Tarbiyah Baru, 2005), h. 174.

Page 97: AZAB KUBUR DALAM PERSPEKTIF HADISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36923...keberadaannya karena ada beberapa pendapat yang mengatakan bahwa azab atau siksaan sebagai

85

dengan azab kubur, menurut mereka mustahil akan adanya azab dalam

kubur yang sempit itu dan tidak sesuai dengan akal.14

Azab kubur merupakan masalah yang telah ditetapkan oleh sunnah.

Akan tetapi kaum aliran mu‟tazilah mengingkarinya. Al-Qāḏī ʼAbdu al-

Jabbār berpendapat bahwa mu‟tazilah terbagi menjadi dua bagian.

Pertama, mereka yang mengingkari adanya siksa kubur dan Kedua,

mereka yang membenarkan adanya siksa kubur. Di antara mereka yang

mengingkari adanya siksa kubur adalah Ḏarrār bin ʼAmr yang merupakan

salah satu pengikut Wāsil bin ʼAṯāʽ. Dia menuturkan bahwasanya orang

yang telah dikubur, maka ia sudah tidak dapat mendengar, tidak melihat,

dan tidak merasakan apapun, maka bagaimana ia dapat disiksa setelah

mati? Kemudian ia berkata “kami telah mengingkari keberadaan siksa

kubur dalam setiap keadaan”.15

Kaum aliran mu‟tazilah dalam menyikapi sunnah yaitu, mereka

berpedoman pada kaidah pokok mereka yaitu al-Usūl al-Khamsah16

(lima

kaidah yang pokok). Mereka menjadikannya dasar dalam beradu argumen

tentang al-Qur‟an dan hadis Nabi saw. dimana mereka menjadikan akalnya

untuk menguatkan pendapatnya terhadap al-Qur‟an dan Hadis.17

2. Kaum Khawarij

14 Sirajuddin Abbas, I‟tiqad Ahlu al-Sunnah wa al-Jama‟ah, h. 177-178.

15

ʼAbdu al-Jabbār, Faḏl al-I‟tizāl wa Ṯabaqāt al-mu‟tazilah, (Tunis: Dār al-

Tunisiya, 1986), h. 202.

16

Abū al-Hasan al-Khayyāṯ dalam bukunya “Al-Intisār” mengatakan, “Tidak

seorang pun berhak sebagai penganut Mu‟tzailah sebelum ia mengakui al-Usūl al-

Khamsah (lima dasar), yaitu al-Tauhid, al-„Adl, al-Wa‟d wa al-Wā‟īd, al-Manzilah baina

al-Manzilatain, dan al-ʽAmr bi al-Ma‟rūf wa al-Nahyu bi al-Munkar. Jika telah mengakui

semuanya baru dapat disebut penganut paham Mu‟tazilah.” Lihat al-Milal wa al-Nihal,

Abū al-Fath Muhammad Syahrastānī, (Beirut: Dār Sa‟ab, 1986), Jil. 2, h. 4-5.

17

Abū Lubābah Husain, Pemikiran Hadis Mu‟tazilah, Penerjemah Usman

Sya‟roni, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2003), h. 82.

Page 98: AZAB KUBUR DALAM PERSPEKTIF HADISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36923...keberadaannya karena ada beberapa pendapat yang mengatakan bahwa azab atau siksaan sebagai

86

Secara etimologis, kata khawarij berasal dari kata bahasa Arab

yaitu “kharaja” yang berarti keluar, muncul, timbul, atau memberontak.

Menurut Abū Bakar Ahmad al-Syahrastani, bahwa yang disebut khawarij

adalah setiap orang yang keluar dari imam yang haq dan telah disepakati

jama‟ah, baik ia keluar pada masa sahabat Khulafāʽu al-Rāsyidīn atau pada

masa tabi‟in secara baik-baik.18

Adapun secara terminologi ilmu kalam adalah suatu sekte atau

kelompok atau aliran pengikut ʼAlī bin Abī Ṯālib yang keluar

meninggalkan barisan karena ketidak-sepakatan terhadap keputusan ʼAlī

bin Abī Ṯālib yang menerima arbitrase (tahkim) dalam perang Siffīn pada

tahun 37 H/648 M, dengan kelompok bughāt (pemberontak) Mu‟āwiyah

bin Abī Sufyān perihal persengkatan khilafah.19

Perkembangan khawarij telah menjadikan imamah-khilafah

(politik) sebagai doktrin sentral yang memicu adanya doktrin-doktrin

teologis. Radikalitas yang melekat pada watak dan perbuatan kaum

khawarij menyebabkan kelompok mereka sangat rentan akan terjadinya

perpecahan, baik secara internal maupun eksternak dengan sesama

kelompok Islam lainnya. Sehingga di dalam Khawarij itu sendiri terdapat

sekte-sekte yang dalam sebagian sekte tertentu juga terbagi lagi ke

beberapa golongan.20

Mengenai jumlah sekte khawarij, ulama berbeda

pendapat, Abū Mūsā al-Asy‟arī menagtakan lebih dari 20 sekte, al-

18 Abudin Nata, Ilmu Kalam, Filsafat, dan Tasawuf, (Jakarta: PT. RajaGrafindo

Persada, 2001), h. 4.

19

Harun Nasution, Teologi Islam: Aliran Sejarah Analisa Perbandingan,

(Jakarta: UI Press, 1985), Cet. I, h. 11.

20

Harun Nasution, Teologi Islam: Aliran Sejarah Analisa Perbandingan,

(Jakarta: UI Press, 1985), Cet. I, h. 18.

Page 99: AZAB KUBUR DALAM PERSPEKTIF HADISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36923...keberadaannya karena ada beberapa pendapat yang mengatakan bahwa azab atau siksaan sebagai

87

Baghdādī berpendapat ada 20 sekte, al-Syahristānī menyebutkan 18 sekte,

Musṯafā al-Syak‟ah berpendapat ada delapan sekte, Muhammad Abū

Zahrah menerangkan ada empat sekte, sedangkan Harun Nasution sendiri

ada enam sekte penting, sekte-sekte di antaranya yaitu al-Muhakkimah, al-

Zariqah, Najdah, ʼAjjaridah, Surfiyah,ʼIbadiyah dan lain-lain. 21

Menurut Sidi Syekh ʼAbdu al-Qādir Jailānī al-Hasani dalam

Ghaniyyah, Kaum khawarij suka melontarkan dalil-dalil syar‟i walaupun

tidak mengenai pada intinya, tidak mempertimbangkan dasar agama yang

sebenarnya, suka memecah agama menjadi beberapa golongan, mereka

berpendapat bahwa tidak patuh, memberontak, bahkan mengangkat senjata

kepada khalifah atau pemerintah yang sudah dibai‟at adalah hal yang

diperbolehkan, mereka suka mengkafirkan orang yang tak segolongan

dengan mereka, bahkan mengkafirkan Khulafāʽu al-Rāsyidīn serta para

pendukungnya dan mereka juga tidak mempercayai karamah wali, syafa‟at

Nabi, dan tidak mempercayai adanya siksa kubur.22

Beberapa ahli ilmu kalam (teolog) menyatakan bahwa rasa sakit

karena azab akan berkumpul di jasad orang-orang yang mati tanpa terasa.

Jika telah dikumpulkan di padang Mahsyar, mereka baru akan

merasakannya sekaligus. Pendapat ini berarti menetang adanya azab Allah

sebelum manusia dikumpulkan di padang Mahsyar. Pendapat ini jelas

bertentangan dengan nash. Semua pendapat ini tidak berbeda dengan

21 Ghofir Romas, Ilmu Tauhid, (Semarang: Penerbit Fak. Dakwah IAIN

Walisongo, 1997), h. 73-76.

22

Muhammad ʼAbdu al-Hādī al-Misrī, Manhaj dan Aqidah Ahlu Sunnah wal

Jama‟ah, (Jakarta: Gema Insani Press, 1992), h. 173.

Page 100: AZAB KUBUR DALAM PERSPEKTIF HADISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36923...keberadaannya karena ada beberapa pendapat yang mengatakan bahwa azab atau siksaan sebagai

88

pendapat yang menafikkan azab kubur, seperti pendapat Ḏarrār bin ʼAmr,

seorang syaikh dan pembesar Mu‟tazilah.23

Keterangan di atas menjelaskan bahwa ada sebagian golongan atau

kelompok dalam Islam yang tidak percaya dengan azab kubur, di

antaranya yaitu kaum khawarij dan sebagian dari kaum mu‟tazilah, seperti

Ḏirrār bin ʼAmr, Bisyr al-Murisī, dan Yahya bin Kāmil, sementara

mayoritas Mu‟tazilah seperti al-Jubba‟ī dan anaknya al-Balkhī mengimani

adanya azab kubur.24

Mereka yang tidak mengimaninya berpegang kepada

akal dan indera mereka. Padahal tidak semua perkara akidah dapat

diterima dan dijangkau dengan akal dan indera manusia, seperti percaya

kepada hal-hal yang ghaib.

Selain mereka ada juga yang tidak percaya dengan azab kubur,

beralasan bahwa al-Qur‟an tidak menjelaskan keberadaan azab kubur

secara eksplisit.25

Hal tersebut dikemukakan oleh Agus Mustofa dalam

bukunya berjudul “Tak Ada Azab Kubur”, 2008. Ia juga mengatakan

bahwa dalil hadis-hadis Rasulullah saw. yang menjelaskan tentang azab

kubur tidak dapat dipertanggung-jawabkan validitasnya dan lebih bercerita

tentang azab kubur secara normatif.26

Sehingga ia berkesimpulan, Jika ada

23 Muhammad Sayyid Ahmad al-Musayyar, Alām al-Ghaib fi al-ʼAqīdah al-

Islāmiyyah / Buku Pintar Alam Gaib, Penerjemah. Iman Firdaus & Taufik Damas, Cet. I,

(Jakarta: Zaman, 2009), h. 228.

24

Ibnu Hajar al-ʼAsqalānī, Fathu al-Bārī: Syarah Sahīh al-Bukhārī, Jil. 3, h.

233.

25

Agus Mustofa, Tak Ada Azab Kubur?, (Surabaya: PADMA Press, 2008), h.

208.

26

Agus Mustofa, Tak Ada Azab Kubur?, h. 155.

Page 101: AZAB KUBUR DALAM PERSPEKTIF HADISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36923...keberadaannya karena ada beberapa pendapat yang mengatakan bahwa azab atau siksaan sebagai

89

hadis yang tidak sesuai dengan al-Qur‟an, maka bukan al-Qur‟annya yang

dikalahkan. Melainkan hadisnya yang harus disisihkan.27

Pendapat-pendapat tersebut beserta argumennya menimbulkan

kontroversi di kalangan umat muslim, terlebih lagi bagi muslim yang

masih awam dengan ajaran-ajaran Islam secara mendalam. Karena azab

kubur merupakan salah satu perkara yang ghaib. Maka akan muncul

pertanyaan “Benarkah keberadaan azab kubur itu? Dan Apa dasarnya?”.

Penulis akan memaparkan pendapat para ulama mengenai hal tersebut, di

subbab berikutnya. Sedangkan pendapat non muslim tentang kehidupan

setelah kematian terdapat perbedaan.28

27 Agus Mustofa, Tak Ada Azab Kubur?, h. 213.

28

1. Hinduisme : Pemahaman orang Hindu tentang kehidupan terpusat pada

hubungan antara badan dengan jiwa atau atman. Badan adalah milik dunia, yang selalu

berubah-ubah dan tidak sempurna, sedangkan atman adalah bagian dari realitas roh

Brahman – sempurna, tidak berubah, dan kebenaran mutlak. Orang Hindu percaya bahwa

karma yang menumpuk dalam kehidupan sebelumnya pindah ke masa kini dan sangat

menentukan wujud kelahiran jiwa kembali. Setiap orang Hindu berusaha menghindarkan

diri dari efek karma pada kelahiran kembali berikutnya dengan melakukan perbuatan

amal dan hidup dengan tidak mementingkan diri sendiri. Karma yang buruk memastikan

bahwa jiwa manusia akan kembali pada kehidupan yang akan datan dengan tidak yang

lebih rendah. Maka dari itu, penulis menyimpulkan bahwa dalam kepercayaan umat

Hindu, tidak ada istilah alam kubur atau kehidupan lain setelah kehidupan di alam dunia.

Azab atau bentuk siksaan yang mereka percayai adalah terlahirnya kembali jiwa manusia

dengan tingkat yang lebih rendah pada kehidupan masa kini, yang sebelumnya ia telah

memiliki karma yang buruk di kehidupan masa lalu. Dan ketika jiwanya telah bersih dan

suci dari karma ia akan kembali pada bagian dari Brahman – yang dari-Nya jiwa itu

berasal, atau disebut juga dengan Moksha. (Michael Keene, Agama-Agama Dunia,

(Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 2006), h. 18-19.)

2. Yudaisme (Yahudi) : Menurut kepercayaan Orang Yahudi, ketika peti

jenazah diturunkan ke liang kubur, anggota keluarga dekat, dan diikuti oleh para pelayat,

menutup kuburnya dengan tanah. Perbuatan ini dimaksudkan untuk mendorong mereka

yang masih hidup agar menatap masa depan – kepercayaan Yahudi yang sangat

ditekankan. Talmud sendiri mengajarkan bahwa orang yang meninggal memulai

perjalanannya menuju alam baka. Peraturan tegas yang mempengaruhi suasana dukacita

dirancang untuk membantu mereka yang masih hidup supaya kembali pada kehidupan

normal sebaik mungkin. Sehingga dari pernyataan tersebut, bahwa dalam kepercayaan

orang Yahudi, orang yang telah meninggal dunia telah memulai kehidupan baru di alam

lain dan menerima balasan dari apa yang telah diperbuatnya selama di dunia. Maka

kemudian tiap upacara kematian Yahudi terdapat peraturan yang mengingatkan kepada

orang-orang yang masih hidup untuk berbuat kebaikan selama di dunia. Hal ini memiliki

Page 102: AZAB KUBUR DALAM PERSPEKTIF HADISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36923...keberadaannya karena ada beberapa pendapat yang mengatakan bahwa azab atau siksaan sebagai

90

pengertian yang mirip dengan umat Islam yang mempercayai adanya alam baru atau

disebut juga alam barzakh, setelah kehidupan di dunia hingga saatnya menuju alam

terakhir yaitu akhirat. (Michael Keene, Agama-Agama Dunia, (Yogyakarta: Penerbit

Kanisius, 2006), h. 56-57.)

3. Buddhisme : Lingkaran kelahiran, kehidupan, dan kematian mengandung arti

bahwa tidak ada sesuatu yang ada adalah tetap dan segala sesuatu berada dalam keadaan

berubah-ubah secara terus-menerus. Sifat ini lebih dikenal dengan anicca, yang artinya

“tidak tetap”. Jika manusia bekerja keras untuk keabadian, hasilnya adalah penderitaan

atau dukkha. Buddha mengajarkan bahwa – sebagaimana segala sesuatu, manusia selalu

berubah-ubah – semua pengalaman mengakibatkan penderitaan dan tidak ada yang tidak

berubah. Dalam hal ini, Hinduisme berbeda dengan Buddhisme. Hinduisme mengajarkan

bahwa ada jiwa abadi, yang disebut atman, yang tetap hidup dalam kematian dan

dilahirkan kembali. Akan tetapi, Buddhisme mengajarkan „jiwa‟ bukan lagi apa-apa

kecuali hanya seberkas pengalaman yang lenyap saat kematian. Ajaran Buddha

menjelaskan sifat penderitaan dan bagaimana menghindar darinya, dan lingkaran

kelahiran, kematian, dan kelahiran kembali yang tanpa ada akhirnya, sampai mencapai

nirvana. Apapun yang menyangkut kehidupan dikendalikan oleh karma – hukum sebab

akibat. Maka itu, kehidupan dengan moral baik akan menghasilkan karma yang baik

untuk kehidupan akan datang. Akan tetapi, tujuan paking utama adalah mencapai nirvana

dan benar-benar bebas dari hukum karma.28

Penguburan penganut Buddha dimaksudkan

untuk membantu orang yang meninggal kembali kepada kelahiran yang lebih baik.

Selama periode empat puluh hari – dikatakan lamanya waktu yang diperlukan untuk

seseorang dilahirkan kembali dalam kehidupan lainnya – Tradisi agama India kuno

menempatkan penekanan khusus pada penyusunan pemikiran tentang kematian, yaitu

peristiwa mempersiapkan diri untuk kelahiran di kehidupan selanjutnya. (Michael Keene,

Agama-Agama Dunia, (Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 2006), h. 74. Dan M. Ikhsan

Tanggok, Agama Buddha, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009), h. 104.)

4. Kristen : Dari kitab-kitab Injil Sinoptik, kita hanya memperoleh sedikit

keterangan mengenai kehidupan setelah mati, tetapi keterangan itu memastikannya secara

positif. Namun, Yesus tidak memberikan keterangan mengenai ciri dari tubuh

kebangkitan atau pun mengenai ciri dari kematian. “Keadaan Sementara” adalah istilah

yang digunakan untuk orang yang percaya antara kematian dan kebangkitannya pada hari

terakhir. Walaupun tidak ada perincian langsung mengenai hal ini dari kitab-kitab Injil

Sinoptik, namun perlu diperhatikan beberapa perihal tertentu yang berhubungan dengan

hal ini. Perjanjian Lama telah berbicara mengenai Syeol, yaitu tempat keberadaan yang

merupakan bayang-bayang. Pada masa antara Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru,

pengertian Syeol diubah menjadi suatu tingkat antara kematian dan penghukuman. Dalam

pengajaran Yesus, Syeol atau dunia orang mati disebutkan tiga kali dalam kitab-kitab Injil

Sinoptik, (Mat: 11:23, 16:18, Luk: 16:23).

Dari ketiga ucapan tersebut, sebutan dunia orang mati yang ketiga terdapat

dalam perumpamaan tentang orang kaya dan Lazarus yang miskin (Luk: 16:19-31), yang

menggambarkan suatu tempat bagi orang mati yang dipisahkan oleh jurang yang tak

terseberangi. Yang menjadi pusat perhatian dari perumpamaan mengenai orang kaya ini

adalah tentang sikapnya terhadap kekayaannya. Ia hanya mementingkan dirinya sendiri

dan tidak memperhatikan tanggung jawab sosialnya. Secara nyata tidak pernah

terpikirkan olehnya bahwa tingkah lakunya semasa hidup akan mempengaruhi nasibnya

sesudah mati. Kemungkinan besar ia tidak mempercayai adanya kehidupan sesudah mati.

Dalam Lukas 23:42-43 menyatakan bahwa Yesus memberikan jaminan kepada penjahat

yang digantung bersama Dia bahwa “Hari ini juga engkau akan ada bersama dengan Aku

di dalam Firdaus”. Terdapat dua penafsiran dari ucapan Yesus tersebut, yang pertama

menganggap Firdaus sebagai alam sementara tempat penjahat itu serta Yesus menantikan

Kerajaan Allah. Menurut penafsiran yang kedua Firdaus berarti surga, dan Yesus akan

masuk ke dalam kerajaan-Nya pada hari itu. Pada masa antara Perjanjian Lama dan

Perjanjian Baru, Firdaus telah dianggap sebagai tempat kediaman sementara bagi jiwa-

Page 103: AZAB KUBUR DALAM PERSPEKTIF HADISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36923...keberadaannya karena ada beberapa pendapat yang mengatakan bahwa azab atau siksaan sebagai

91

B. Pendapat Para Ulama Tentang Azab Kubur

Untuk melengkapi kajian ini, penulis akan mengungkapkan beberapa

pendapat para ulama mengenai azab kubur dalam bentuk paparan berikut ini:

1. Ulama Muhaddīts

jiwa orang benar, suatu hal yang mendukung penafsiran pertama. Tetapi dalam II

Korintus 12:3-4 dan Wahyu 2:7 Firdaus digunakan sebagai lambang untuk surga, suatu

hal yang mendukung penafsiran kedua. Dalam ucapan Yesus ini ditunjukkan bahwa

kesaksian Kitab Suci (Kesaksian Musa dan para nabi) sudah cukup menyatakan adanya

kehidupan sesudah mati, bukan karena hal itu dijelaskan dalam Perjanjian Lama tetapi

karena sifat Allah, seperti yang dinyatakan dalam Perjanjian Lama, menjamin hal itu.

Kadang-kadang Yesus menggambarkan kematian sebagai tidur, tetapi ini hanyalah kiasan

saja. Kehidupan sesudah mati dibicarakan lebih banyak dalam surat-surat Paulus, tetapi

banyak juga penjelasan yang masih samar. Paulus menyatakan secara tidak langsung

bahwa orang percaya yang mati ada bersama-sama dengan Tuhan, tetapi ia tidak

menerangkan kapan tubuh kebangkitan itu diterima. (Donald Guthrie, Teologi Perjanjian

Baru 3: Eklesiologi, Eskatologi, Etika (New Testament Theology), Penerjemah Lisda

Tirtapraja Gamadhi, dkk. (Jakarta: Gunung Mulia, 2012), h. 167 dan 196.)

5. Khonghucu : Dalam agama Khonghucu istilah Tuhan disebut dengan Thian

dan bukan Allah seperti yang terdapat di dalam agama Kristen dan Islam. Dalam kitab-

kitab agama Khonghucu terdapat banyak berbicara tentang Thian atau Tuhan yang Maha

Esa, diantaranya terdapat dalam kitab She-Cing (kitab syair puisi).28

Selain memiliki

ajaran tentang Thian (Tuhan yang Maha Esa), Khonghucu juga memiliki ajaran tentang

keimanan. Ajaran tentang keimanan itu terdapat dalam kitab Su Si. Oleh umat Khonghucu

di Indonesia ajaran Khonghucu yang terdapat dalam kitab Su Si, yang berhubungan

dengan keimanan dijadikan landasan utama dalam menetapkan konsep keimanan umat

Khonghucu di Indonesia.28

Sebagaimana yang dikatakan Lasiyo (guru besar filsafat Cina

Universitas Gajah Mada), bahwa konfusianisme baik sebagai filsafat maupun agama

berisi konsep tentang Dzat yang Maha Tinggi, manusia, alam semesta, dan kehidupan

sesudah mati. Menurut Lie Kim Hok, Khonghucu tidak bicara banyak tentang hidup

setelah mati, tapi ia percaya akan keberadaan roh-roh dan roh-roh yang berhubungan

dengan keluarga, maka anggota keluarga yang hidup harus mempersembahkan korban

kepadanya. Dalam Upacara korban disajikan sebuah pesta atau sesajian, karena diyakini

bahwa roh-roh leluhur, karena ini adalah perbuatan anak laki-laki yang berbakti (Hau)

pada orang tua. Akan tetapi penyembahan roh-roh itu harus dibatasi pada linkungan

keluarga. Sedangkan roh-roh yang tidak ada hubungan keluarga tidak boleh disembah.

Dalam kitab Su Si tidak banyak kita jumpai ungkapan-ungkapan Khonghucu tentang roh-

roh. Meskipun demikian, bukan berarti Khonghucu tidak percaya tentang dunia setelah

kematian, namun bagi dia dunia setelah kematian itu dapat diketahui kalau manusia sudah

mengenal kehidupan. Bagi Khonghucu, mengenal arti kehidupan itu lebih penting untuk

diketahui sebelum kita mengenal arti kematian. Dalam alam pikiran Cina, termasuk

konfisius, langit dan kehiidupan setelah mati tidak didefisinikan secara jelas dan

dogmatis, namun secara samar-samar diakui sebagai yang konkret. Kenyataan ini dapat

dilihat dalam kehidupan orang-orang Cina sehari-hari terutama dalam upacara kematian,

mereka mempersembahkan berbagai korban (hewan), dan beberapa perlengkapan lainnya

untuk kepentingan roh yang meninggal dunia, supaya roh tersebut mendapat ketenangan

di alam surga. (M. Ikhsan Tanggok, Mengenal Lebih Dekat “Agama Khonghucu” di

Indonesia, (Jakarta: Pelita Kebajikan, 2005), h. 43, 51, dan 54).

Page 104: AZAB KUBUR DALAM PERSPEKTIF HADISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36923...keberadaannya karena ada beberapa pendapat yang mengatakan bahwa azab atau siksaan sebagai

92

Sebagian besar ulama berpendapat bahwa orang yang sudah mati akan

hidup kembali di alam kubur. Kebenaran pertanyaan di alam kubur tidak

diragukan lagi. Kubur merupakan tempat jasad bersemayam. Selain dalam tanah,

kubur dapat juga berupa perut binatang buas. Kepada jasad itulah, Allah akan

mengembalikan kehidupan dalam bentuk yang tidak dapat kita sadari. Dengan

kehidupan itu, jasad dapat mendengar pertanyaan dan menjawabnya.29

Ada beberapa hadis mengenai azab kubur yang merupakan tergolong hadis

ahad, akan tetapi hadis tersebut termasuk dalam periwayatan hadis yang

mutawatir dari sudut makna, antara lain Sabda Rasulullah saw. dalam hadis Imam

Muslim,

إذافرغأحدكممنالتشهداآلخرفليتعوذباللمنأربعمنعذابجهنمومنعذابالقربومن فتنةاحملياواملماتومنشراملسيحالدجال

“Apabila seseorang kamu telah selesai dari tasyahud akhir, maka

hendaklah berlindung dengan Allah dari empat hal, yakni dari azab jahannam,

azab kubur, dari fitnah kehidupan dan kematian dan juga dari keburukan al-masīh

al-dajjāl”

Adapun ijma‟, maka semua umat muslim hendaknya berdoa dengan doa

tersebut setiap dalam shalat mereka. Kalau siksa kubur tidak ada, maka tidak perlu

berlindung kepada Allah darinya, karena untuk apa berlindung dari sesuatu yang

tidak ada. Ini menunjukkan bahwa mereka beriman kepadanya.30

Imam Ibnu al-Qayyim berkomentar tentang hadis Rasulullah saw. yang

menceritakan mimpi beliau bertemu dengan malaikat dan diajak melihat keadaan

29 Muhammad Sayyid Ahmad al-Musayyar, Alām al-Ghaib fi al-ʼAqīdah al-

Islāmiyyah / Buku Pintar Alam Gaib, Penerjemah. Iman Firdaus & Taufik Damas, Cet. I,

(Jakarta: Zaman, 2009), h. 217.

30

Syaikh Muhammad bin Sālih al-Utsaimin, Syarh al-„Aqīdah al-Wāsiṯiyyah Li

Syaikh al-Islām Ibni Taimiyyah / Buku Induk Akidah Islam, Penerjemah. Izzudin Karimi,

Cet. VII, (Jakarta: Darul Haq, 2014), h. 670.

Page 105: AZAB KUBUR DALAM PERSPEKTIF HADISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36923...keberadaannya karena ada beberapa pendapat yang mengatakan bahwa azab atau siksaan sebagai

93

alam barzakh, ia berkata “Inilah dalil dari sunnah yang menetapkan adanya siksa

kubur, karenan sesungguhnya mimpi para nabi itu adalah wahyu yang sesuai

dengan perkara yang sebenarnya.”31

Imam Al-Bukhāri menyendirikan Kitāb Al-Janāiz untuk membahas

tentang azab kubur dengan memberi judul Bāb Mā Jāʽa fi ʼAzāb al-Qabri (Hadis-

hadis yang menjelaskan tentang siksa kubur).32

Al-Bukhāri meriwayatkan dari ʼĀʽisyah bahwa seorang wanita Yahudi

datang kepadanya dan menceritakan azab kubur. Wanita itu berkata, “Semoga

Allah melindungimu dari azab kubur.” Lalu ʼĀʽisyah bertanya kepada Rasulullah

saw. tentang azab kubur. Beliau menjawab, “Ya, azab kubur itu pasti ada.”

ʼĀʽisyah berkata, “Setelah itu aku tidak pernah melihat Rasulullah saw.

mendirikan shalat, kecuali meminta (berdoa) perlindungan dari azab kubur”.33

Imam Bukhāri dan Imam Muslim meriwayatkan dari al-Barrāʽ bin ʼĀzib

tentang firman Allah, “Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman

dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat” (Q.S

Ibrāhīm: 27). Rasulullah saw. menjelaskan bahwa ayat ini turun untuk

menjelaskan azab kubur. Kepada orang mukmin itu ditanyakan, “Siapa Tuhan-

mu?” ia menjawab, “Tuhan ku adalah Allah, dan Nabi ku adalah Muhammad”.

31

Mahmūd Al-Mishri Abū Ammar, Rihlah ilā Dār al-Ākhirah / Tamasya ke

Negeri Akhirat, Cet. VI, (Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2014), h. 272.

32 Mahmūd Al-Mishri Abū Ammar, Rihlah ilā Dār al-Ākhirah / Tamasya ke

Negeri Akhirat, Cet. VI, h. 266.

33

Aʼidh al-Qarni dkk, Awwalu Laylah fī al-Qabr – Ahwālu al-Qabr - Hadāʽiq

al-Qabr/ Malam Pertama Di Alam Kubur, Penerjemah. Abu Ibahim al-Qudsi, Cet. XLIX,

(Solo: Aqwam, 2015), h. 111.

Page 106: AZAB KUBUR DALAM PERSPEKTIF HADISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36923...keberadaannya karena ada beberapa pendapat yang mengatakan bahwa azab atau siksaan sebagai

94

Itulah yang dimaksud dengan firman Allah, Allah meneguhkan (iman) orang-

orang yang beriman dengan ucapan yang teguh.34

Ibnu Hazm berpendapat alam barzakh merupakan alam seluruh arwah

sebelum arwah-arwah itu masuk ke jasadnya masing-masing. Tempat setiap ruh

disebut dengan kubur. Di dalamnya ruh akan disiksa dan ditanya.35

Imam al-Nawāwī mengatakan, “Ketahuilah, sesungguhnya madzhab Ahlu

Sunnah menetapkan adanya azab kubur . banyak dalil-dalil al-Qur‟an dan Sunnah

yang menunjukkan hal demikian. Allah swt. Telah berfirman dalam surat Ghāfir:

45-46, juga banyak hadis-hadis shahih dari Nabi saw. melalui sejumlah sahabat

yang menunjukkan hal tersebut di berbagai riwayat. Menurut akal pun, tidak

mustahil Allah mengembalikan kehidupan (hanya) pada sebagian jasad, kemudia

Dia menyiksanya. Apabila akal tidak menolak kemungkinan itu, padahal telah ada

syari‟at yang menjelaskannya, maka adanya azab kubur wajib diterima dan

diyakini. Sebagaimana Imam Muslim telah menyebutkan banyak riwayat hadis

tentang penetapan adanya azab kubur. Intinya lu adalah Madzhab Ahlu Sunnah

menetapkan adanya azab kubur. Berbeda dengan prinsip Khawarij, sebagian

Mu‟tazilah, mereka menolak adanya azab kubur.36

Pensyarah kitab al-Ṯahawiyah berkata, “Banyak ditemukan hadis

mutawatir dari Rasulullah saw. yang menetapkan adanya siksa dan kenikmatan

kubur bagi orang yang memang berhak untuk itu, dan pertanyaan dua malaikat.

34 Muhammad Sayyid Ahmad al-Musayyar, Alām al-Ghaib fi al-ʼAqīdah al-

Islāmiyyah / Buku Pintar Alam Gaib, Penerjemah. Iman Firdaus & Taufik Damas, Cet. I, (Jakarta:

Zaman, 2009), h. 223.

35

Muhammad Sayyid Ahmad al-Musayyar, Alām al-Ghaib fi al-ʼAqīdah al-

Islāmiyyah / Buku Pintar Alam Gaib, Penerjemah. Iman Firdaus & Taufik Damas, Cet. I, h. 227.

36

Shahih Muslim Syarah Nawawi, Cet. XVII, h. 197-198.

Page 107: AZAB KUBUR DALAM PERSPEKTIF HADISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36923...keberadaannya karena ada beberapa pendapat yang mengatakan bahwa azab atau siksaan sebagai

95

Dengan demikian, diwajibkan untuk meyakini hal tersebut dan mengimaninya,

tanpa perlu membicarakan tentang bagaimana tata caranya”.37

Imam Ibnu al-Qayyim berkata, “Yang seharusnya diketahui adalah bahwa

siksa kubur itu adalah siksa Barzakh. Maka, siapapun yang mati ia berhak

mendapatkan bagian dari azab, meskipun ia dikubur ataupun tidak, diterkam

biatang buas ataupun dibakar hingga menjadi abu dan tertiup udara. Juga baik ia

disalib, atau tenggelam di laut. Bagian azab itu tetap akan sampai kepada ruh dan

badannya, sebagaimana juga akan sampai ke dalam kuburnya.”38

2. Ulama Mufassīr

Dalil-dalil al-Qur‟an yang menjelaskan tentang azab kubur terdapat lebih

dari satu ayat dari berbagai surat. Di antaranya yaitu Surat al-An‟ām: 93, al-

Sajdah: 21, Ṯāhā: 124, dan Ghāfir: 45-46. Ibnu al-Qayyim berkata, “Nikmat dan

azab alam barzakh tersebut dalam al-Qur‟an lebih dari satu tempat.” yakni,

الل

“...Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat di waktu orang-orang

yang zhalim (berada) dalam tekanan-tekanan sakaratul maut, sedang para malaikat

memukul dengan tangannya, (sambil berkata) “keluarkanlah nyawamu”. Hari ini

kalian dibalas dengan siksaan yang sangat menghinakan, karena kamu selalu

mengatakan terhadap Allah (perkataan) yang tidak benar dan (karena) kamu selalu

menyombongkan diri terhadap ayat-ayat-Nya.” (Q.S. al-An‟ām: 93).

37

Mahmūd Al-Mishri Abū Ammar, Rihlah ilā Dār al-Ākhirah / Tamasya ke

Negeri Akhirat, Cet. VI, (Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2014), h. 266.

38 Mahmūd Al-Mishri Abū Ammar, Rihlah ilā Dār al-Ākhirah / Tamasya ke

Negeri Akhirat, Cet. VI, (Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2014), h. 273.

Page 108: AZAB KUBUR DALAM PERSPEKTIF HADISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36923...keberadaannya karena ada beberapa pendapat yang mengatakan bahwa azab atau siksaan sebagai

96

Obyek pembicaraan dari ayat ini adalah jika seseorang dihadapkan pada

hal ini, baik yang kecil ataupun yang besar, laki-laki ataupun perempuan.

Sedangkan, mereka tidak melihat sesuatu pun dari hal itu, dan tidak mendengar

celaan dan ejekan itu dan tidak mengetahui sesuatu pun dari pukulan itu. Namun,

mereka hanya sebatas melihat kehadirannya dan konteks dirinya, tetapi tidak

mengetahui sesuatu pun dari kedahsyatan sakaratul maut, dan apa yang dilakukan

dalam kuburnya itu jauh lebih besar darinya dan tidak diketahui siapa yang

menyingkapnya secara lebih jelas dan nyata, karena mereka tidak mengamati apa

yang dialami mereka.39

Itulah ucapan yang dikatakan kepada mereka. Ucapan malaikat, bahwa

pada hari itu mereka disiksa dengan azab yang menghinakan. Kalau waktu

pemberian azab tersebut menunggu samai hancurnya dunia, tentu tidak dikatakan

“hari ini kalian dibalas..”.

الل

“Maka Allah memeliharanya dari kejahatan tipu daya mereka, dan Fir‟aun

beserta kaumnya dikepung oleh azab yang amat buruk. Kepada mereka

dinampakkan neraka pada pagi dan petang, dan pada hari terjadinya Kiamat.

(Dikatakan kepada malaikat): “Masuklah Fir‟aun dan kaumnya ke dalam azab

yang sangat keras.” (Q.S. Ghāfir: 45-46).

Para ulama salaf dan golongan Ahlu al-Sunnah berpendapat Ayat ini

menunjukkan bahwa penampakkan neraka itu terjadi sebelum hari kiamat karena

kata sambung wa (wa ʼaṯaf) antara kalimat “al-nāru yu‟raḏūna ʼalaihā

ghuduwwan wa ʼasyiyyan” dengan kalimat “yauma taqūmu al-sāʼatu” tidak

39 Mahmūd Al-Mishri Abū Ammar, Rihlah ilā Dār al-Ākhirah / Tamasya ke

Negeri Akhirat, Cet. VI, h. 258.

Page 109: AZAB KUBUR DALAM PERSPEKTIF HADISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36923...keberadaannya karena ada beberapa pendapat yang mengatakan bahwa azab atau siksaan sebagai

97

memiliki kaitan. Tentu penampakkan ini bukan di dunia. Jika demikian, berarti di

alam barzakh.40

Al-Qurṯubī berkata, “Mayoritas ulama berpendapat bahwa mengahadapkan

mereka ke neraka itu terjadi ketika mereka masih berada di alam barzakh. Inilah

hujjah yang menetapkan adanya siksa kubur.”41

“Nanti mereka akan kami siksa dua kali kemudian mereka akan

dikembalikan kepada siksa yang besar.” (Al-Taubah: 101).

Ayat ini menunjukkan bahwa terdapat dua jenis siksa yang ditimpakan

kepada kaum munafik sebelum disiksa pada hari kiamat. Siksa pertama yaitu;

Siksa yang ditimpakan Allah di dunia, bisa jadi dengan hukuman dari-Nya, dan

bisa jadi pula siksa melalui tangan-tangan kaum mukminin. Sedangkan siksa

kedua adalah; Siksa kubur. Al-Hasan al-Basri berkata, “Kami (Allah) akan

menyiksa mereka dua kali; Siksa dunia dan siksa kubur.”42

Disebutkan azab dunia – akhirat dengan jelas dan gamblang.

“Maka biarkanlah mereka hingga mereka menemui hari (yang dijanjikan

kepada) mereka yang pada hari itu mereka dibinasakan, yaitu hari ketika tidak

40 Muhammad Sayyid Ahmad al-Musayyar, Alām al-Ghaib fi al-ʼAqīdah al-

Islāmiyyah / Buku Pintar Alam Gaib, Penerjemah. Iman Firdaus & Taufik Damas, Cet. I, (Jakarta:

Zaman, 2009), h. 217.

41

Mahmūd Al-Mishri Abū Ammar, Rihlah ilā Dār al-Ākhirah / Tamasya ke

Negeri Akhirat, Cet. VI, h. 260.

42

Mahmūd Al-Mishri Abū Ammar, Rihlah ilā Dār al-Ākhirah Tamasya ke

Negeri Akhirat, Cet. VI, h. 259.

Page 110: AZAB KUBUR DALAM PERSPEKTIF HADISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36923...keberadaannya karena ada beberapa pendapat yang mengatakan bahwa azab atau siksaan sebagai

98

berguna bagi mereka sedikit pun tipu daya mereka dan mereka tidak ditolong. Dan

sesungguhnya untuk orang-orang yang zhalim ada adzab selain itu, tetapi

kebanyakan mereka tidak mengetahui” (Q.S. al-Ṯūr: 45-47).

Ayat ini mengandung dua pengertian: azab yang akan ditimpakan kepada

mereka di dunia berupa pembunuhan dan sebagainya, dan azab yang akan

diberikan di alam barzakh. Karena banyak orang yang meninggal tanpa diazab

dulu sebelumnya di dunia. Ada pula yang berpendapat – dan ini pendapat yang

kuat – bahwa mereka yang mati akan diazab di dunia. Sementara yang masih

hidup akan mendapat azab di dunia berupa pembunuhan dan sebagainya. Inilah

azab yang mengancam mereka di dunia dan akhirat.43

Ibnu Jarīr berkata dalam tafsirnya, Jāmi‟ al-Bayān, Dari al-Barrāʽ bin

ʼĀzib berkata, “Maksud dari firman Allah “ada azab selain itu” adalah azab

kubur. Dari Qatādah bahwasanya ʼAbbās pernah berkata, “Dan sesungguhnya

untuk orang-orang yang zhalim ada azab selain itu.” Ibnu Jarīr berkata,

“Pendapat yang paling benar mengenai hal itu – menurut saya – yaitu;

Sesungguhnya Allah telah memberitakan bahwa bagi orang-orang yang

menzhalimi diri mereka dengan kekafiran mereka yaitu siksa selain hari dimana

pada hari itu ditiupkan sangkakala, yakni Hari Kiamat. Dengan demikian, siksa

kubur itu adalah selain dari siksa Hari kiamat, karena siksa kubur itu terjadi di

alam Barzakh, demikian pula dengan kelaparan yang menimpa kaum kafir

Quraisy.”44

Menurut Syaikh al-Islām Ibnu Taimiyah, kata “al-Yauma tujzaun” (Pada

hari ini kamu dibalas) pada ayat 93 dalam surat al-An‟ām, Alif Lam adalah untuk

43 Aʼidh al-Qarni dkk, Awwalu Laylah fī al-Qabr – Ahwālu al-Qabr - Hadāʽiq

al-Qabr/ Malam Pertama Di Alam Kubur, Penerjemah. Abu Ibahim al-Qudsi, Cet. XLIX, h. 110.

44

Mahmūd Al-Mishri Abū Ammar, Rihlah ilā Dār al-Ākhirah / Tamasya ke

Negeri Akhirat, Cet. VI, h. 263.

Page 111: AZAB KUBUR DALAM PERSPEKTIF HADISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36923...keberadaannya karena ada beberapa pendapat yang mengatakan bahwa azab atau siksaan sebagai

99

perjanjian yang hadir. Maksudnya adalah, hari kehadiran malaikat untuk

mencabut nyawa mereka. Ini menunjukkan bahwa mereka diazab sejak nyawa

mereka dicabut; inilah azab barzakh.45

Pada surat al-Sajdah ayat 21, yang berbunyi:

“Dan sesungguhnya kami merasakan kepada mereka sebagian azab yang

lebih besar (di akhirat), Mudah-mudahan mereka kembali (ke jalan yang benar)”.

Dengan ayat ini sebagian kalangan – di antaranya ʼAbdullah bin ʼAbbās –

meyakini adanya siksa kubur. Namun, dalam hujjah ini masih terdapat yang

mengganjal, karena maksud ayat ini adalah siksa di dunia yang diharapkan

mereka dapat kembali taubat dari kekafiran.46

Mujāhid, al-Barrāʽ bin ʼĀzib, dan

Abū ʼUbaidah mengatakan: “Yang dimaksud dengan azab yang dekat adalah azab

kubur”.47

Firman Allah dalam Q.S. Ṯahā: 124,

“Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, Maka sesungguhnya

baginya penghidupan yang sempit, dan kami akan menghimpunkannya pada hari

kiamat dalam keadaan buta”.

45 Syaikh Muhammad bin Sālih al-Utsaimin, Syarh al-„Aqīdah al-Wāsiṯiyyah Li

Syaikh al-Islām Ibni Taimiyyah / Buku Induk Akidah Islam, Penerjemah. Izzudin Karimi, Cet. VII,

(Jakarta: Darul Haq, 2014), h. 669.

46

Mahmūd Al-Mishri Abū Ammar, Rihlah ilā Dār al-Ākhirah / Tamasya ke

Negeri Akhirat, Cet. VI, h. 258.

47

Ibnu Katsīr, Tafsīr al-Qurʽān al-ʼAẕīm, (Riyāḏ: Maktabar Dār al-Salām,

1994), Jil. 6, h. 330.

Page 112: AZAB KUBUR DALAM PERSPEKTIF HADISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36923...keberadaannya karena ada beberapa pendapat yang mengatakan bahwa azab atau siksaan sebagai

100

Imam Jalālain berkata, “kata „ma‟īysyatan ḏankan‟ dalam hadis dengan

azab orang kafir dalam kuburnya”48

Terdapat juga ayat yang mengisahkan Fir‟aun dan kaumnya dalam Q.S.

Ghāfir: 46:

“Kepada mereka dinampakkan neraka pada pagi dan petang dan pada hari

terjadinya Kiamat. (dikatakan kepada malaikat): „Masukkanlah Fir‟aun dan

kaumnya kedalam azab yang sangat keras.”

Al-Qurṯubī mengatakan: “Jumhur ulama mengatakan penampakkan neraka

itu terjadi di alam barzakh”.49

Pemahaman Jumhur ulama yakni bahwa

penampakkan neraka itu terjadi di alam kubur (alam barzakh), bukan di negeri

akhirat. Qaḏī Abū Bakar bin al-Ṯāʽib dan lainnya mengatakan: “Al-Qur‟an telah

datang membenarkan hadits-hadits yang menjelaskan adanya azab kubur dengan

firman-Nya: „Kepada mereka dinampakkan neraka pada pagi dan petang‟ dimana

telah terjadi kesepakatan para ulama bahwa tidak ada waktu pagi dan petang di

negeri akhirat, keduanya hanya ada di dunia”.50

Dan Allah berfirman,

الل

“Karena kesalahan-kesalahan mereka, mereka ditenggalamkan lalu

dimasukkan ke neraka. Maka, mereka tidak mendapat penolong-penolongan bagi

mereka selain Allah.” (Q.S Nūh: 25).

48 Jalāl al-Dīn al-Mahallī dan Jalāl al-Dīn al-Suyūṯī, Tafsir al-Jalālain, (Kairo:

Dār al-Fikr, tt), Jil. 3, h. 68.

49

Syarf Mahmūd al-Quḏāh, Muqaddimah Itsbāt ʼAdzab al-Qabri, (Mesir: Dār

al-Furqān, tt), h. 11.

50

Ibnu al-Mulaqqan, Al-Tauzīh li Syarh al-Jāmiʼ al-Sahīh, (Qatar: Wazarah al-

Auqaf Wa al-Syuʽūn al-Islamiyah), Jil. X, h. 154.

Page 113: AZAB KUBUR DALAM PERSPEKTIF HADISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36923...keberadaannya karena ada beberapa pendapat yang mengatakan bahwa azab atau siksaan sebagai

101

Huruf fa dalam kalimat “Fa udkhilū nāran” menunjukkan adanya ta‟qīb

(urutan) yang berarti masuk neraka terjadi langsung setelah tenggelam sehingga

hal itu terjadi di alam barzakh, bukan pada hari kiamat.51

Al-Alusi menafsirkan dalam bukunya, Rūh al-Ma‟ānī:

Kata “lalu dimasukkan ke neraka” maksudnya adalah neraka Barzakh,

yakni siksa kubur. Dan barangsiapa yang meninggal dunia dalam air, api, dimakan

binatang buas atau burung merupakan contoh dari siksa yang menimpa orang

yang berada dalam kubur.” Fakhruddin al-Rāzī berkomentar dalam Mafātih al-

Ghāʽib, “Dalam menetapkan adanya siksa kubur, sebagian teman-teman kita

berpegang pada ayat “Mereka ditenggelamkan dan dimasukkan ke neraka.” Hal

ini dikarenakan dua sebab: Pertama, Faʽ dalam firman Allah “Faʽudkhilū al-nār”

(lalu dimasukkan ke neraka) menunjukkan bahwa kondisi ini muncul setelah

tenggelam, sehingga tidak mungkin membawanya kepada siksa akhirat. Jika tidak,

maka penunjukkan faʽ ini tidaklah tepat. Kedua, Allah berfirman “Faʽudkhilū”

yang menunjukkan berita yang terjadi pada masa lampau. Ini dapat dibenarkan

seandainya telah terjadi hal itu.52

3. Ulama Fuqahāʽ

Al-Marwāzī berkata, “Abū ʼAbdullāh – Imam Ahmad berkata, “Azab

kubur adalah kepastian yang tidak akan diingkari kecuali oleh orang yang sesat

dan menyesatkan”. Hanbal berkata, “Aku berbicara dengan Abū ʼAbdullāh

tentang azab kubur. Ia berkata, “Ini semua adalah hadis shahih. Kita beriman

51 Muhammad Sayyid Ahmad al-Musayyar, Alām al-Ghaib fi al-ʼAqīdah al-

Islāmiyyah (Buku Pintar Alam Gaib), Penerjemah. Iman Firdaus & Taufik Damas, Cet. I, h. 218.

52

Mahmūd Al-Mishri Abū Ammar, Rihlah ilā Dār al-Ākhirah / Tamasya ke

Negeri Akhirat, Cet. VI, h. 258.

Page 114: AZAB KUBUR DALAM PERSPEKTIF HADISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36923...keberadaannya karena ada beberapa pendapat yang mengatakan bahwa azab atau siksaan sebagai

102

kepadanya. Setiap yang datang dari Nabi saw. dengan isnad yang baik akan kita

terima. Kalau kita tidak mengambil apa yang datang dari Rasulullah saw. dan

menolaknya, berarti kita menolak perintah Allah, “Apa yang datang dari Rasul,

ambillah (QS. Al-Hasyr: 7). Aku bertanya, “Apakah azab kubur itu pasti?”. Dia

menjawab, “Pasti. Mereka akan diazab di kubur. Abū ʼAbdullāh melanjutkan,

“Kita mempercayai azab kubur, Munkar dan Nakir, dan bahwa seorang hamba

akan ditanyai di kuburnya. Maka, “Allah meneguhkan iman orang-orang yang

beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat

(Q.S. Ibrāhīm: 27)”. Maksudnya di alam kubur.53

Menurut Imam Abū Hanīfah, “Pertanyaan malaikat Munkar dan Nakir di

dalam kubur adalah haq. Pengembalian ruh pada jasad di dalam kubur adalah

haq, himpitan kubur dan azabnya adalah haq bagi seluruh orang kafir, dan bagi

sebagian orang mukmin yang ahli maksiat adalah haq yang jāiz.” 54

Anas bin Malik meriwayatkan dalam al-Muwaṯṯaʽ hlm. 277 tentang Do‟a

Abū Hurairah yang memohonkan perlindungan dari azab kubur untuk anak-anak

kecil yang telah dishalatinya. Dan meriwayatkan wanita Yahudi yang disiksa di

dalam kuburnya pada hlm. 234.

Imam Ahmad bin Hanbal berkata, “Di antara ajaran sunnah yang wajib

dan barang siapa yang meninggalkan salah satunya maka tidak diterima dari

padanya dan tidak termasuk ahli sunnah adalah iman dengan azab kubur dan

53 Aʼidh al-Qarni dkk, Awwalu Laylah fī al-Qabr – Ahwālu al-Qabr - Hadāʽiq

al-Qabr (Malam Pertama Di Alam Kubur), Penerjemah. Abu Ibahim al-Qudsi, Cet. XLIX, h. 112-

113.

54 Mullā ʼAlī al-Qārī, Syarh al-Fiqh al-Akbar, (Beirut: Dār al-Kutub al-

ʼIlmiyyah, tt), h. 79.

Page 115: AZAB KUBUR DALAM PERSPEKTIF HADISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36923...keberadaannya karena ada beberapa pendapat yang mengatakan bahwa azab atau siksaan sebagai

103

bahwasanya umat ini ditanya di dalam kuburnya tentang Iman dan Islam.”55

Beliau juga mengatakan, “Azab kubur itu haq, tidak ada yang mengingkari

melainkan orang yang sesat lagi menyesatkan.”56

Imam ʼAlī bin Abī al-ʼIzz al-Hanafī berkata, “Telah mutawatir berita dari

Rasulullah saw. tentang adanya azab kubur dan nikmat kubur bagi penghuninya.

Begitu pula tentang pertanyaan dua malaikat, maka wajib mengimani dan

meyakini kebenarannya”.57

Imam al-Asyʼārī berkata, “Mu‟tazilah telah mengingkari azab kubur,

semoga kita dihindarkan daripadanya, padahal telah diriwayatkan dari Nabi

Muhammad saw. dengan berbagai riwayat dan oleh sekian banyak sahabat Nabi

saw. tidak seorang pun dari mereka yang mengingkari atau menolaknya.

Ringkasnya, ini merupakan ijma‟ dari para sahabat ra.”58

Imam Syāfiʼī berkata, “Azab kubur itu benar adanya dan pertanyaan yang

diajukan kepada penghuni kubur juga benar adanya.”59

55 Abū al-Qāsim al-Lālikāʽi, Syarh Usūl al-I‟tiqād Ahli al-Sunnah wa al-

Jamā‟ah, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2017), Jil. I, h. 156.

56

Ibnu al-Qayyim, Roh (Al-Rūh), (Jakarta: Pustaka Al Kautsar, 2015), h. 71.

57

Ibnu Abī al-ʼIzz al-Hanafī, Tahdzīb Syarh ʼAqīdah Ṯahāwiyah (Al-Minhah al-

Ilahiyah fi Tahdzīb Syarh al-Ṯahāwiyah), (Jakarta: Darul Haq, 2015), h. 238.

58

Abū al-Hasan al-Asy‟arī, Al-Ibānah ʼan Usūl al-Diyānah, (Kerajaan Arab

Saudi: Dār al-Bayān, 1990), h. 166.

59

Imam al-Baihaqī, Manāqib al-Syāfi‟ī, (Kairo: Maktabah Dār al-Turāts, tt), Jil.

I, h. 415-416.

Page 116: AZAB KUBUR DALAM PERSPEKTIF HADISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36923...keberadaannya karena ada beberapa pendapat yang mengatakan bahwa azab atau siksaan sebagai

104

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pada bab ini, penulis akan memberikan kesimpulan sebagai rumusan

.terakhir dari pemaparan yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya.

Adapun kesimpulannya sebagai berikut:

1. Azab kubur dalam perspektif hadis menjelaskan tentang siksaan di alam

kubur (barzakh) yang akan diterima oleh orang-orang yang tidak beriman

dan tidak menjalankan perintah Allah swt. dan Rasul-Nya, serta tidak

menjauhi segala larangan-Nya. Perihal azab kubur telah disampaikan dan

dijelaskan lebih banyak dalam periwayatan hadis, di antaranya yaitu

dimulai dengan hadis-hadis yang menjelaskan tentang pertanyaan dua

malaikat dalam kubur, sebab-sebab orang yang mendapatkan azab kubur

dan sebab-sebab orang yang selamat dari azab kubur. Azab kubur yang

diterima oleh seseorang yang telah meninggal sesuai dengan dosa yang

telah ia perbuat selama hidup di dunia, seperti halnya orang yang suka

berdusta akan diazab dengan jangkar besi yang dimasukkan ke dalam

mulutnya sampai ke tengkuk. Kepala orang yang meninggalkan shalat

wajib akan dihancurkan dengan batu. Para pezina, laki-laki atau

perempuan, akan diletakkan di atas tungku api yang membara, pemakan

riba akan dimasukkan ke dalam sungai darah, setiap kali mereka akan

berenang menuju ke tepian, maka di tiap tepi sungai darah busuk itu telah

berdiri para penjaga yang siap dengan batu-batu besar di tangannya,

Page 117: AZAB KUBUR DALAM PERSPEKTIF HADISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36923...keberadaannya karena ada beberapa pendapat yang mengatakan bahwa azab atau siksaan sebagai

105

dilemparnya laki-laki dan wanita pemakan riba itu, hingga tubuh mereka

terdorong lagi ke tengah-tengah sungai dan lain sebagainya seperti yang

dijelaskan dalam hadis Rasulullah saw. Dan hadis-hadis Rasulullah saw.

tentang azab kubur adalah hadis yang shahih secara umum. Oleh karena

itu, tidak boleh ditentang. Ada beberapa hadis mengenai azab kubur yang

merupakan tergolong hadis ahad yang ‟Azīz, seperti hadis tentang

penyebab azab kubur karena berdusta, zina, riba, meninggalkan shalat dan

al-Qur‟an, akan tetapi hadis tersebut termasuk dalam periwayatan hadis

yang mutawatir dari sudut makna. Berdasarkan penelitian penulis

terhadap hadis-hadis yang telah ditelusuri tentang azab kubur, hadis

tersebut dapat dijadikan hujjah dan tidak menyimpang dari dalil al-

Qur‟an.

2. Jumhur ulama bersepakat bahwa azab kubur itu benar adanya, dan wajib

mengimaninya karena termasuk ke dalam perkara yang gaib. Berikut

beberapa pendapat ulama tentang azab kubur:

a. Imam Ibnu al-Qayyim berkata, “Yang seharusnya diketahui adalah

bahwa siksa kubur itu adalah siksa Barzakh. Maka, siapapun yang

mati ia berhak mendapatkan bagian dari azab, meskipun ia dikubur

ataupun tidak, diterkam biatang buas ataupun dibakar hingga menjadi

abu dan tertiup udara. Juga baik ia disalib, atau tenggelam di laut.

Bagian azab itu tetap akan sampai kepada ruh dan badannya,

sebagaimana juga akan sampai ke dalam kuburnya.”

Page 118: AZAB KUBUR DALAM PERSPEKTIF HADISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36923...keberadaannya karena ada beberapa pendapat yang mengatakan bahwa azab atau siksaan sebagai

106

b. Imam al-Qurūbī mengutip perkataan Abū Muhammad ʼAbdu al-Haq

yang ditulis di dalam Kitabnya al-Tadzkirah, bahwa “Azab kubur itu

bukan hanya dikhususkan bagi orang-orang kafir dan tidak terbatas

pada orang-orang munafik, tetapi juga akan dirasakan oleh

segolongan kaum mukmin. Masing-masing tergantung amalnya serta

dosa dan kesalahan yang dilakukannya.”

c. Imam ʼAlī bin Abī al-ʼIzz al-Hanafī berkata, “Telah mutawatir berita

dari Rasulullah saw. tentang adanya azab kubur dan nikmat kubur

bagi penghuninya. Begitu pula tentang pertanyaan dua malaikat,

maka wajib mengimani dan meyakini kebenarannya”.

B. Saran-saran

Berdasarkan dari perihal yang penulis bahas dalam skripsi ini, maka

penulis menyampaikan saran-saran sebagai berikut:

1. Sebagai seorang muslim, kita wajib mengimani perkara-perkara yang

gaib sesuai dengan dalil-dalil syar‟i baik dalam al-Qurʽān maupun al-

Hadīts.

2. Hadis-hadis tentang azab kubur akan lebih baik jika dijadikan sebagai

bahan untuk muhasabah diri dan nasihat hidup, supaya terhindar dari

perbuatan yang dilarang Allah swt. dan Rasul-Nya.

3. Penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan, sehingga penulis

berharap agar pembaca lebih mengembangkan kembali khazanah

keilmuan mengenai pembahasan dalam skripsi ini.

Page 119: AZAB KUBUR DALAM PERSPEKTIF HADISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36923...keberadaannya karena ada beberapa pendapat yang mengatakan bahwa azab atau siksaan sebagai

107

Page 120: AZAB KUBUR DALAM PERSPEKTIF HADISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36923...keberadaannya karena ada beberapa pendapat yang mengatakan bahwa azab atau siksaan sebagai

108

DAFTAR PUSTAKA

Abadī, Abū Ṯayyib Muhammad Syamsu al-Haqq al-„Aẕīm. ʼAun al-Ma‟būd Syarh

Sunan Abī Dāwud. Translated by Asmuni. Jakarta: Pustaka Azzam, 2007.

Abbas, Sirajuddin. I‟tiqad Ahlu al-Sunnah wa al-Jama‟ah. Jakarta: Pustaka Tarbiyah

Baru, 2005.

Adi, Febi Prasetya. Menyibak Misteri Kekal Akhirat Tinjauan Ilmu Fisika.

Yogyakarta: Kreasi Total Media, 2007.

ʼAinī, Badru al-Dīn Mahmūd bin Ahmad al-. ʼUmdatu al-Qāri Syarh Sahīh al-

Bukhārī. Beirut: Dār al-Kutub al-ʼIlmiyyah, 2001.

Albani, Muhammad Nashiruddin al-. Mukhtasar Sahih al-Bukhāri. Translated by

Amir Hamzah Fachrudin and Hanif Yahya. Jakarta: Pustaka Azzam, 2007.

Albāni, Muhammad Nashiruddin Al. Mukhtasar Sahih Muslim. Translated by Subhan

and Imran Rosadi. Jakarta: Pustaka Azzam, 2008.

Albani, Muhammad Nashiruddin Al. Sahīh Sunan Abu Dāwud. Translated by Abd.

Mufid and M Soban Rohman. Jakarta: Pustaka Azzam, 2006.

——. Sahīh Sunan An-Nasāʻī. Translated by Kamaluddin Sa‟diyatul Haramain.

Jakarta: Pustaka Azzam, 2009.

Albanī, Muhammad Nasīr al-Dīn al-. Irwaʽ al-Ghalīl. Beirut: al-Maktab al-Islāmī: al-

Maktab al-Islāmī, 1979 M/1399 H.

al-Hanafī, Ibnu Abī al-ʼIzz. Tahdzīb Syarh ʼAqīdah Ṯahāwiyah (Al-Minhah al-

Ilahiyah fi Tahdzīb Syarh al-Ṯahāwiyah). Jakarta: Darul Haq, 2015.

ʼAlī, Abū ʼAbdu al-Rahmān Ahmad bin Syu‟aib bin. Sunan Al-Nasāʽī. Riyāḏ:

Maktabah al-Ma‟ārif: Maktabah al-Ma‟ārif, n.d.

Page 121: AZAB KUBUR DALAM PERSPEKTIF HADISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36923...keberadaannya karena ada beberapa pendapat yang mengatakan bahwa azab atau siksaan sebagai

109

Ammar, Mahmūd Al-Mishri Abū. Rihlah ilā Dār al-Ākhirah (Tamasya ke Negeri

Akhirat). Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2014.

ʼAsqalānī, Ibnu Hajar al-. Fathu al-Bārī: Syarah Sahīh al-Bukhārī. Translated by

Amiruddin. Jakarta: Pustaka Azzam, 2008.

Asy‟arī, Abū al-Hasan al-. Al-Ibānah ʼan Usūl al-Diyānah. Kerajaan Arab Saudi: Dār

al-Bayān, 1990.

ʼAsyqar, ʼUmar Sulaiman al-. Al-Qiyāmah Al-Sughra. Kuwait: Maktabah al-Falāh,

1406 H.

Baihaqī, Imam al-. Manāqib al-Syāfi‟ī . Kairo: Maktabah Dār al-Turāts, n.d.

Bakker, Anton, and Achmad Chairis Zubair. Metode Penulisan Filsafat. Yogyakarta:

Kanisius, 1994.

Bukhāri, Abū ʼAbdullāh Muhammad bin Isma‟il bin Ibrāhim al-. Al-Jāmi‟ Al-Bukhāri

(Sahīh Al-Bukhāri). Riyadh: Maktabah ar-Rusyd, 1437 H/2006 M.

Ḏāʽif, Syauqī. Al-Mu‟jam al-Wasīṯ. Mesir: Maktabah Surauq al-Dauliyyah, 2011.

Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam. Ensiklopedi Islam III. Jakarta: Ixhtiar Baru Van

Hove, 1994.

Dimasyqi, Ibnu Hamzah al-Husaini al-Hanafi al-. Asbabul Wurud; Latar Belakang

Historis Timbulnya Hadis-hadis Rasul. Jakarta: Kalam Mulia, 2011.

Ghazalī, Muhammad al-. Studi Kritis Atas Hadis Nabi SAW. Translated by

Muhammad al Baqir. Bandung: Mizan, 1996.

Guthrie, Donald. Teologi Perjanjian Baru 3: Eklesiologi, Eskatologi, Etika (New

Testament Theology). Translated by Lisda Tirtapraja Gamadhi. Jakarta:

Gunung Mulia, 2012.

Page 122: AZAB KUBUR DALAM PERSPEKTIF HADISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36923...keberadaannya karena ada beberapa pendapat yang mengatakan bahwa azab atau siksaan sebagai

110

Haddād, ʼAbdullāh. Sabīl al-ʼIddikār wa al-I‟tibār bimā Yamurru bi al-Insān wa

Yanqaḏī lahu min al-A‟mār (Renungan tentang Umur Manusia). Translated

by Muhammad Bagir. Bandung: Mizan, 1992.

Hanbal, Ahmad bin. Musnad al-Imām Ahmad bin Hanbal. Beirut: Dār al-Fikr, n.d.

Husain, Abū Lubābah. Pemikiran Hadis Mu‟tazilah. Translated by Usman Sya‟roni.

Jakarta: Pustaka Firdaus, 2003.

Islam, Khawaja Muhammad. Mati itu Spektakuler, Siapkah Anda Menyambutnya?

Translated by Abdullah Ali dan Satrio W. Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta,

2004.

Ismail, M Syuhudi. Metodologi Penelitian Sanad Hadis Nabi. Jakarta: Bulan Bintang,

1993.

Jabbār, ʼAbdu al-. Faḏl al-I‟tizāl wa Ṯabaqāt al-mu‟tazilah. Tunis: Dār al-Tunisiya,

1986.

Jawas, Yazid bin Abdul Qadir. Syarah ʼAqidah Ahlus Sunnah wal Jama‟ah. Jakarta:

Pustaka Imam Syafi‟i, 2014.

Katsīr, Ibnu. Taysīr al-ʼAllām Syarhu ʼUmdatu al-Ahkām (Fikih Hadits Bukhari

Muslim). Translated by Umar Mujtahid. Jakarta: Ummul Qura, 2013.

Katsīr, ʼImād al-Dīn Abū al-Fidāʽi Ismāʼīl bin. Tafsīr al-Qurʽānu al-ʼAẕīm. Riyaḏ:

Maktabah Dār al-Islāmī, 1414 H/1994 M.

Katsoff, Lois O. Pengantar Filsafat. Translated by Suyono Sumargono. Yogyakarta,

1992.

Keene, Michael. Agama-Agama Dunia. Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 2006.

Khallāf, ʼAbdu al-Wahhāb. Ilmu Ushul Fikih. Jakarta: Rineka Cipta, 2005.

——. Ilmu Ushul Fiqih. Jakarta: Pustaka Aman, 2003.

Page 123: AZAB KUBUR DALAM PERSPEKTIF HADISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36923...keberadaannya karena ada beberapa pendapat yang mengatakan bahwa azab atau siksaan sebagai

111

Lālikāʽi, Abū al-Qāsim al-. Syarh Usūl al-I‟tiqād Ahli al-Sunnah wa al-Jamā‟ah.

Jakarta: Pustaka Azzam, 2017.

Mahallī, Jalāl al-Dīn al-, and Jalāl al-Dīn al- Suyūṯī. Tafsir al-Jalālain. Kairo: Dār al-

Fikr, n.d.

Majdi, Muhib al, and Abu Fatiah al Adnani. Dari Alam Barzakh Menuju Padang

Mahsyar. Surakarta: Granada Mediatama, 2003.

Maʽlūf, Louwis bin Naqula Ẕahīr al-. Al-Munjīd Fi al-Lughah wa al-A‟lam. Beirut:

Dār al-Masyriq, 2002.

Misrī, Muhammad ʼAbdu al-Hādī al-. Manhaj dan Aqidah Ahlu Sunnah wal Jama‟ah.

Jakarta: Gema Insani Press, 1992.

Misrī, Muhammad bin Mukram bin Manẕur al-Afrīqī al-. Lisān al-ʼArab. Beirut: Dikr

Sadir, n.d.

MKD IAIN Sunan Ampel. Pengantar Studi Islam. Surabaya: IAIN Sunan Ampel

Press, n.d.

Mulaqqan, Ibnu al-. Al-Tauzīh li Syarh al-Jāmiʼ al-Sahīh. Qatar: Wazarah al-Auqaf

Wa al-Syuʽūn al-Islamiyah, n.d.

Munawwir, Ahmad Warson. Al-Munawwir Kamus Arab-Indonesia. Surabaya:

Pustaka Progressif, 1997.

Musayyar, Muhammad Sayyid Ahmad al-. Alām al-Ghaib fi al-ʼAqīdah al-

Islāmiyyah (Buku Pintar Alam Gaib). Translated by Iman Firdaus and Taufik

Damas. Jakarta: Zaman, 2009.

Mustofa, Agus. Tak Ada Azab Kubur? Surabaya: PADMA Press, 2008.

Naisābūrī, Abū Husain Muslim bin Al-Hajjāj Al-Qusyairī Al-. Sahīh Muslim. Beirut:

Dār al-Kutub al-ʼIlmī, 1412 H/ 1991 M.

Page 124: AZAB KUBUR DALAM PERSPEKTIF HADISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36923...keberadaannya karena ada beberapa pendapat yang mengatakan bahwa azab atau siksaan sebagai

112

Nasaiburi, Abū al-Husain Muslim bin al-Hajjāj bin Muslim al-Qusyairi al-. Sahih

Muslim. Beirut: Dār al-Fikr, 1993.

Nasution, Harun. Teologi Islam: Aliran Sejarah Analisa Perbandingan. Jakarta: UI

Press, 1985.

Nata, Abudin. Ilmu Kalam, Filsafat, dan Tasawuf. Jakarta: PT. RajaGrafindo

Persada, 2001.

Nawawi, Imam Al-. Al- Manhāj Syarh Sahīh Muslim bin al-Hajjāj (Syarah Shahih

Muslim). Translated by Agus Ma‟mun. Jakarta: Darus Sunnah Press, 2014.

Nawawī, Imam al-. Al-Minhāj fi Syarhi Sahih Muslim. Beirut: Muʽassisah al-

Qurṯubah, 1994.

Purnama, Yulian. Alam Kubur Itu Benar Adanya. n.d. http://muslim.or.id/5910-alam-

kubur-itu-benar-adanya-1.html (accessed Oktober 18, 2016).

Qāḏī, ʼAbdu al-Rahman bin Ahmad al-. Daqāʽiqu al-Akhbār (Kehidupan Sebelum

dan Sesudah Kematian). Jakarta: Turos Pustaka, 2015.

Qārī, Mullā ʼAlī al-. Syarh al-Fiqh al-Akbar. Beirut: Dār al-Kutub al-ʼIlmiyyah, n.d.

Qarni, Aʼidh al-. Awwalu Laylah fī al-Qabr – Ahwālu al-Qabr - Hadāʽiq al-Qabr

(Malam Pertama Di Alam Kubur). Translated by Abu Ibahim al-Qudsi. Solo:

Aqwam, 2015.

Qayyim, Ibnu al-. Roh (Al-Rūh). Jakarta: Pustaka Al Kautsar, 2015.

Qazwinī, Muhammad bin Yazīd Abū ʼAbdullāh al-. Sunan Ibnu Mājah. Beirut: Dār

al-Fikr, n.d.

Qazwīnī, Muhammad bin Yazīd Abū ʼAbdullah al-. Sunan Ibnu Mājah. Dār Ahyāʻu

al-Kutub al-ʼArabiyyah, n.d.

Quḏāh, Syarf Mahmūd al-. Muqaddimah Itsbāt ʼAdzb al-Qabri. Mesir: Dār al-Furqān,

n.d.

Page 125: AZAB KUBUR DALAM PERSPEKTIF HADISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36923...keberadaannya karena ada beberapa pendapat yang mengatakan bahwa azab atau siksaan sebagai

113

Qurṯubī, Imam Al-. Al-Tadzkirah fi Ahwāl al-Mawta wa Umūr al-Akhirah. Madinah:

Maktabah al-Salafiyyah, n.d.

Rāzī, Fakhru al-Dīn al-. Yasʽalūnaka „an al-Rūh (Roh itu Misterius). Translated by

Muhammad Abdul Qadir al- Kaf. Jakarta: Cendekia Sentra Muslim, 2001.

Romas, Ghofir. Ilmu Tauhid. Semarang: Penerbit Fak. Dakwah IAIN Walisongo,

1997.

Sanʼānī, Muhammad bin Ismāʼīl al-Amīr al-. Subulu al-Salām; Syarah Bulūghu al-

Marām. Jakarta: Darus Sunnah Press, 2015.

Shihab, M. Quraish. Wawasan al-Qur‟an: Tafsir Maudhu‟i Atas Pelbagai Persoalan

Umat. Bandung: Mizan, 1996.

Sijistāni, Abu Dāwud Sulaimān bin al-Asy‟āts al-. Sunan Abu Dāwud. Riyaḏ:

Maktabah al-Ma‟ārif, n.d.

Sijjistānī, Abū Dāwud Sulaimān bin Al-Asy‟ab Al-. Sunan Abu Dāwud. Riyaḏ:

Maktabah al-Ma‟ārif, n.d.

Suyūṯī, Jalāl al-Dīn al-. Sahīh al-Jāmi‟ al-Saghīr. Beirut: Dār al-Kutub al-ʼIlmiyyah,

n.d.

Syahrastānī, Abū al-Fath Muhammad. Al-Milal wa al-Nihal. Beirut: Dār Sa‟ab, 1986.

Ṯahān, Mahmūd. Taysīr Musṯalah al-Hadīts (Ilmu Hadis Praktis). Translated by Abu

Fuad. Bogor: Pustaka Thariqul Izzah, 2013.

Tanggok, M. Ikhsan. Agama Buddha. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta,

2009.

——. Mengenal Lebih Dekat “Agama Khonghucu” di Indonesia. Jakarta: Pelita

Kebajikan, 2005.

Tim Penyusun Bahasa. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Jakarta: Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan: Balai Pustaka, 1998.

Page 126: AZAB KUBUR DALAM PERSPEKTIF HADISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36923...keberadaannya karena ada beberapa pendapat yang mengatakan bahwa azab atau siksaan sebagai

114

——. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Jakarta: Departemen Pendidikan

Nasional, 2004.

Tirmidzī, Abū ʼIsā Muhammad bin ʼIsā Al-. Al-Jāmi‟ al-Kabīr (Sunan al-Tirmidzī).

Beirut: Dār al-Gharb al-Islāmi, 1996 M, 1996 M.

Utsaimin, Syaikh Muhammad bin Sālih al-. Syarh al-„Aqīdah al-Wāsiṯiyyah Li Syaikh

al-Islām Ibni Taimiyyah (Buku Induk Akidah Islam). Translated by Izzudin

Karimi. Jakarta: Darul Haq, 2014.

Wensinck, A. J. al-Muʼjam al-Fahras li Alfāẕ al-Hadīts al-Nabawī. Leiden: E. J.

Brill, 1943.