ayik abdillah sman 38 jakarta pemanfaatan chlorella pyrenoidosa sebagai bahan aktif sabun mandi...
TRANSCRIPT
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Produk sabun mandi telah berkembang menjadi kebutuhan primer di
masyarakat dunia saat ini. Produk tersebut digunakan setiap hari oleh semua
kalangan masyarakat. Industri sabun mandi pun berlomba-lomba untuk
menciptakan produk sabun mandi inovatif dan bermanfaat, serta bervariasi dari
segi bentuk, warna, maupun aroma.
Dalam buku yang dikarang Sears mengemukakan bahwa produk sabun
mandi berbasis bahan alami masih jarang ditemukan di pasaran. Kebanyakan
menggunakan bahan sintetik sebagai bahan aktifnya. Bahan aktif sintetik ini
memiliki efek negatif terhadap kulit manusia karena berpotensi menimbulkan
iritasi pada konsumen yang memiliki kulit sensitif. Contoh bahan aktif sintetik
yang berbahaya bagi kulit manusia adalah diethanolamine (DEA), Sodium Lauryl
Sulfate (SLS), serta triclosan yang terdapat hampir di semua sabun mandi di
pasaran. Menurut Mukiyo apabila triclosan terakumulasi dalam lemak di tubuh
manusia, maka akan berpotensi menimbulkan disfungsi tiroid, tentu hal ini sangat
berbahaya apabila digunakan sebagai bahan aktif pada sabun mandi sehingga
diperlukan suatu inovasi pengganti bahan aktif sabun yang lebih alami.
Salah satu alternatif yang dapat dilakukan adalah dengan memanfaatkan
mikroalga Chlorella pyrenoidosa yang lebih dikenal sebagai salah satu sumber
pangan alami yang mempunyai sifat antibakteri. Mikroalga ini memiliki protein
sebanyak 30%, lemak 15%, serta vitamin dan mineral sehingga berpotensi untuk
dijadikan sebagai bahan aktif sabun.
Sabun mandi yang terdapat di pasaran saat ini berupa sabun mandi batang,
cair, dan gel. Masing-masing jenis sabun mandi tersebut memiliki keunggulan
tersendiri seperti aroma, bentuk, dan fungsi yaitu baik sebagai pemutih, pelembut
kulit, ataupun sebagai antibakteri. Pada penelitian ini peneliti memilih pembuatan
sabun mandi berbentuk gel dipilih dengan alasan bentuknya yang unik, menarik,
2
dan praktis untuk dibawa kemana saja. Selain itu, dari segi estetika, sabun mandi
gel dapat memiliki variasi yang beragam.
Berdasarkan permasalahan di atas, maka peneliti ingin memanfaatkan
Chlorella pyrenoidosa sebagai pengganti bahan aktif pembuatan sabun mandi gel
alami.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, maka identifikasi masalah
dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah sabun mandi yang beredar di pasaran saat ini sudah tidak aman lagi?
2. Mengapa sabun mandi yang beredar saat ini sudah tidak aman lagi?
3. Bagaimana cara mengatahui sabun mandi yang berbahaya?
4. Apa inovasi yang ditawarkan untuk mengurangi bahaya bahan aktif sabun
mandi sintetik?
5. Bagaimana cara memanfaatkan mikroalga sebagai bahan aktif sabun mandi?
6. Bagaimana cara memanfaatkan mikroalga Chlorella pyrenoidosa sebagai
bahan aktif sabun mandi?
1.3 Pembatasan Masalah
Saat ini, sabun mandi yang berbasis bahan alami sangat jarang ditemukan di
pasaran. Produsen sabun mandi lebih memilih untuk menggunakan bahan aktif
yang berbasis sintetis. Padahal banyak bahan alami yang dapat dijadikan sebagai
pengganti bahan aktif yang berbasis sintetik salah satunya mikroalga jenis
ganggang hijau seperti Chlorella pyrenoidosa yang biasa digunakan sebagai salah
satu sumber pangan alami karena memiliki protein sebanyak 30%, lemak 15%,
dan vitamin serta mineral yang dapat digunakan sebagai bahan aktif sabun.
Berdasarkan pernyataan di atas peneliti membatasi penelitian ini hanya pada
pemanfaatan serbuk Chlorella pyrenoidosa sebagai bahan aktif alami sabun
mandi berbentuk gel.
3
1.4 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah Chlorella pyrenoidosa layak digunakan sebagai bahan aktif sabun
mandi gel alami?
2. Bagaimana proses pembuatan sabun mandi gel alami dengan menggunakan
bahan aktif Chlorella pyrenoideosa?
3. Bagaimana kelayakan sabun mandi gel alami berbahan aktif Chlorella
pyrenoidosa menurut SNI?
4. Apakah kelebihan dan kekurangan Chlorella pyrenoidosa sebagai bahan
aktif pembuatan sabun mandi gel alami?
1.5 Definisi Istilah
Menurut Komaruddin (1994) definisi istilah adalah pengertian yang lengkap
tentang sesuatu istilah yang mencakup semua unsur yang menjadi ciri utama
istilah itu.
1.5.1 Penelitian
Penelitian merupakan pemeriksaan yang teliti, cermat, seksama, dan hati-
hati, penyelidikan atau meneliti (memeriksa, menyelidiki dan sebagainya dengan
cermat) yang biasanya dilakukan oleh seorang peneliti (Desy, 2009)
1.5.2 Publikasi
Publikasi merupakan penyiaran buku-buku dan sebagainya, dan
dilakukan dalam berbagai media (Desy, 2009)
1.6 Definisi Operasional
Definisi operasional adalah pengertian yang menjelaskan istilah-istilah yang
ada dalam penelitian yang bertujuan agar terdapat kesamaan persepsi antara
penulis dan pembaca tentang istilah-istilah atau variabel-variabel yang diajukan
oleh penulis. Penjelasan definisi operasional melahirkan indikator-indikator yang
akan diteliti yang kemudian akan dijabarkan dalam instrumen penelitian.
4
1.6.1 Penelitian Algae Chlorella pyrenoidosa
Suatu kegiatan yang dilakukan oleh para peneliti untuk memeriksa,
menyelidiki, dan meneliti suatu masalah mengenai algae Chlorella pyrenoidosa.
Dalam penelitian ini algae Chlorella pyrenoidosa dimanfaatkan sebagai bahan
aktif pembuatan sabun mandi gel.
1.6.2 Publikasi
Suatu kegiatan yang dilakukan oleh seseorang atau suatu lembaga untuk
memperkenalkan suatu objek kepada orang banyak, dengan memanfaatkan
berbagai macam media demi mendukung proses itu dengan tampilan yang
sangat menarik dan berinovasi.
1.7 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui alasan Chlorella pyrenoidosa dapat dijadikan sebagai
bahan aktif sabun mandi berbentuk gel.
2. Untuk mengetahui proses pembuatan sabun mandi gel alami dengan
menggunakan bahan aktif Chlorella pyrenoidosa.
3. Untuk mengetahui kelayakan sabun mandi gel alami berbahan aktif
Chlorella pyrenoidosa menurut SNI.
4. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan Chlorella pyrenoidosa sebagai
bahan aktif pembuatan sabun mandi gel alami.
1.8 Manfaat Penelitian
1.8.1 Manfaat dari Penelitian untuk Peneliti
1. Memberikan sikap ilmiah bagi peneliti.
2. Penelti mendapatkan pengetahuan yang luas tentang Chlorella
pyrenoidosa dan bahan aktif pembuat sabun mandi.
3. Memberikan pengalaman bereksperimen bagi peneliti.
4. Memberikan pola fikir yang rasional, inovatif dan kreatif bagi peneliti.
5
1.8.2 Manfaat dari Penelitian untuk Masyarakat
1. Memberikan sumbangan pemikiran dalam ilmu pengetahuan
khususnya mengenai pemanfaatan Chlorella pyrenoidosa sebagai
bahan aktif sabun mandi.
2. Memberikan sumbangan informasi kepada masyarakat tentang produk
alamiah sabun mandi berbentuk gel.
3. Mendapatkan varian baru pada industri sabun mandi.
1.8.3 Manfaat dari Penelitian untuk Pemerintah
1. Memberikan alternatif produk bagi produsen dalam negeri.
2. Dapat menerapkan konsep back to nature sehingga potensi kekayaan
alam Indonesia dapat dimanfaatkan secara bijak.
3. Sebagai sebuah sumber data penelitian yang cukup akurat, karena
berdasarkan pada sebuah penelitian yang telah dilakukan secara
ilmiah.
6
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Chlorella
Chlorella termasuk salah satu jenis ganggang hijau. Ganggang atau alga
merupakan satu kumpulan tumbuhan bersel satu, berkoloni atau bersel banyak,
tidak mempunyai akar, batang, atau daun sebenarnya. Tumbuhan air-tawar
khusus, bersel tunggal dan mikroskopik ini berisi sekumpulan besar zat
pembangun bergizi dan menyehatkan.
Nama Chlorella diberikan karena kandungan klorofil (chlorophyll)
tumbuhan ini sangat tinggi, bahkan yang tertinggi diantara semua jenis tumbuh-
tumbuhan. Disamping klorofil, Chlorella juga mengandung vitamin, mineral,
serat makanan, asam nukleat, asam amino, berbagai macam enzim, dan zat-zat
lainnya.
Salah satu Chlorella yang bermanfaat bagi manusia adalah spesies Chlorella
pyrenoidosa. Chlorella pyrenoidosa adalah spesies yang sering dimanfaatkan
untuk memenuhi kebutuhan gizi manusia.
2.1.1 Taksonomi Chlorella pyrenoidosa
Kingdom : Plantae
Divisi : Chlorophyta
Kelas : Trebouxiophyceae
Order : Chlorellales
Famili : Chlorellaceae
Genus : Chlorella
Spesies : Chlorella pyrenoidosa
Chlorella pyrenoidosa adalah ganggang hijau bersel satu. Algae ini
berbentuk bulat sekitar 2 – 10 pM dan tidak memiliki flagela. Chlorella
pyrenoidosa masih berkerabat dengan Chlorella minustissima, Chlorella
variabilis dan Chlorella vulgaris.
7
2.1.2 Morfologi Chlorella pyrenoidosa
Chlorella pyrenoidosa adalah ganggang hijau bersel tunggal yang hidup
di air bersih selama lebih dari 2,5 milyar tahun yang lalu (T. Paul, 2000).
Tumbuhan ini terdiri dari lebih dari 40% protein dan memiliki kandungan
klorofil dan asam nukleat yang paling tinggi di antara tumbuhan. Studi klinis dan
riset medis (T. Paul, 2000) menunjukan bahwa Chlorella dapat merangsang
sistem kekebalan. Chlorella merangsang produksi interferon, makrofagus, dan
sel T yang berfungsi sebagai stimulan terhadap kekebalan tubuh.
Chlorella pyrenoidosa juga mempunyai suatu kemampuan menyembuhkan
dalam cakupan luas, seperti menyembuhkan luka, mengatasi pankreatitis,
pendarahan gusi dan gigi lepas, radang sendi, aterosklerosis, tekanan darah
tinggi, sembelit, sindrom kelelahan kronis, kanker, penyakit jantung, dan banyak
penyakit langka dan umum (R. Pratt, 1948).
2.1.3 Kandungan Nutrisi Chlorella pyrenoidosa
Sekitar 60% kandungan gizi Chlorella pyrenoidosa terdiri dari protein
dan sekitar 20% karbohidrat dan lemak. Protein Chlorella pyrenoidosa
mengandung asam amino yang penting bagi manusia maupun hewan. Dalam hal
ini komposisi asam amino, kualitas protein Chlorella pyrenoidosa setara dengan
protein hewani, hanya kandungan metionin agak rendah. Namun, pada kasus
tertentu seperti kanker ini justru menguntungkan karena pertumbuhan banyak
kanker tergantung pada metionin.. Vitamin yang terdapat dalam Chlorella
Gambar 2.1 Sel Chlorella pyrenoidosa
Sumber : Nurhadi, 2012
8
pyrenoidosa antara lain vitamin C, provitamin A, tiamin, riboflavin, piridoksin,
niasin, asam pantotenat, asam folat, vitamin B12, biotin, kholin, vitamin K, asam
lipoat, inositol, dan para-amino benzoat.
Tabel 2.1 Komposisi Serbuk Chlorella pyrenoidosa Sumber : Anonim (2011)
No. Komposisi Satuan Jumlah 1. Air % 3,6 2. Protein % 60,5 3. Lemak % 11 4. Karbohidrat % 20,1 5. Serat makanan % 0,2 6. Abu % 4,6 7. Kalori Kcal/100 g 421 8. Betakaroten mg/100 g 180,8 9. Vitamin A IU/100 g 55.500 10. Vitamin B1 mg/100 g 3.1 11. Vitamin B2 mg/100 g 4.8 12. Vitamin B6 mg/100 g 1.7 13. Vitamin B12 mg/100 g 125,9 14. Vitamin C mgc/100 g 12,4 15. Vitamin E mg/100 g <1 16. Kalsium mg/100 g 203 17. Fosfor mg/100 g 989 18. Magnesium mg/100 g 315 19. Besi mg/100 g 167 20. Seng mg/100 g 71 21. Asam Amino Lisin % 3,46 22. Asam Amino Histidin % 1,29 23. Asam Amino Arginin % 3,64 24. Asam Amino Aspartik % 5,20 25. Asam Amino Glisin % 3,40 26. Asam Amino Valin % 3,64 27. Asam Amino Leusin % 5,26 28. Asam Amino Serin % 2,78 29. Asam Lemak Tak Jenuh % 81,8 30. Asam Lemak Jenuh % 18,2%
Kandugan zat gizi yang demikian tinggi memungkinkan Chlorella
pyrenoidosa dapat dimanfaatkan sebagai sumber zat gizi untuk masyarakat yang
9
kurang gizi. Selain itu, Chlorella pyrenoidosa dapat dimanfaatkan sebagai bahan
aktif sabun mandi berbentuk gel.
2.1.4 Manfaat Chlorella pyrenoidosa
Menurut Roki, keampuhan dan manfaat Chlorella secara umum adalah
sebagai senyawa penstabil kesehatan, kebugaran, dan kekuatan, memiliki fungsi
aktif sebagai anti tumor dan antibakteri, terutama bakteri patogen dan E. coli dan
berfungsi aktif sebagai anti jamur, jamur yang dikategorikan disini adalah seperti
panu, kadas, kurap, dan ketombe. Sifat antibakteri di dalam sel Chlorella
diakibatkan adanya aktivitas senyawa chlorellin, yaitu senyawa antibiotik yang
dapat menghambat pertumbuhan bakteri patogen (R. Abedin dan H. M. Taha,
2008).
Selain itu, menurut Kusmiati, mikroalga Chlorella adalah organisme
fototrop oksigenik yang dapat hidup hampir di semua tempat yang memiliki
cukup sinar matahari, air, dan CO2. Chlorella pyrenoidosa diketahui sebagai
penghasil bermacam-macam jenis karotenoid, seperti β-karoten, α-karoten,
anthaxanthin, neoxhantin, zeaxhantin, dan lutein. Chlorella juga mudah
dibiakkan (R. Pratt, 1948). Diperkirakan Chlorella mampu menghasilkan
minyak 200 kali lebih banyak dibandingkan dengan tumbuh-tumbuhan penghasil
minyak seperti kelapa sawit, jarak pagar, dan lain-lain pada kondisi terbaiknya
(O. Rachmaniah, 2010). Semua jenis Chlorella memiliki komposisi kimia sel
yang terdiri dari protein, karbohidrat, asam lemak dan asam nukleat.
Aplikasi dari pemanfaatan Chlorella pyrenoidosa sendiri belum pernah
dilakukan pada kulit manusia. Tetapi, untuk pemanfaatan alga pada produk
kosmetik sudah banyak dilakukan, contohnya pada krim pelembab wajah,
losion, bedak, sabun, dan lain-lain karena alga memiliki fungsi melembabkan
didukung oleh senyawa glukosa dan gliserol yang dihasilkan. Namun, karena di
dalam Chlorella terdapat senyawa antibakteri chlorellin dan juga klorofil yang
berfungsi sebagai bakteriostatik, pembersih, serta regenarator (R. Pratt, 1948)
sehingga Chlorella menjadi bahan yang memiliki prospek baik untuk
mendukung khasiat antibakteri pada sabun.
10
Gambar 2.2 Sabun Mandi Gel Sumber : Anonim, 2012
2.2 Sabun
Sabun adalah surfaktan atau campuran surfaktan yang digunakan dengan air
untuk mencuci dan membersihkan lemak. Sabun memiliki struktur kimiawi
dengan panjang rantai karbon C12 dan C16. Sabun bersifat ampifilik, yaitu pada
bagian kepalanya memiliki gugus hidrofilik sedangkan pada bagian ekornya
memiliki gugus hidrofobik akan mengikat. Oleh sebab itu, dalam fungsinya,
gugus hidrofobik akan mengikat molekul lemak dan kotoran, yang kemudian akan
ditarik oleh gugus hidrofilik yang dapat larut di dalam air.
Sabun terbuat dari garam alkali asam lemak dan dihasilkan menurut reaksi
asam basa. Proses pembuatan sabun disebut saponifikasi (Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, 1996). Saponifikasi adalah reaksi hidrolisis asam lemak dan
basa alkali seperti yang terlihat pada reaksi di bawah ini (J. Hicks, 1981):
11
Pada reaksi di atas, bahan baku utama yang dibutuhkan untuk pembuatan
sabun adalah minyak hewani atau minyak sayur (minyak zaitun, minyak kelapa,
dan lain-lain) dan basa alkali, yaitu natrium hidroksida untuk pembuatan sabun
padat atau kalium hidroksida untuk pembuatan sabun cair. Reaksi antara lemak
dan alkali menghasilkan sabun dan gliserol. Dalam reaksinya, tidak semua alkali
bereaksi dengn lemak sehingga terkadang produk sabun dan gliserol. Penambahan
asam, misalnya asam sitrat dapat menetralkan kelebihan alkali yang tertinggal
selama pembuatan sabun.
Dalam reaksi pembuatan sabun, senyawa gliserol juga terbentuk. Gliserol
adalah senyawa gliserida yang paling sederhana dengan hidroksil yang bersifat
hidrofilik dan higroskopik (Sunsmart, 1998). Gliserol merupakan komponen yang
menyusun berbagai macam lipid, termasuk trigliserida. Gliserol juga berfungsi
untuk mengikat minyak karena struktur gliserol menyerupai struktur molekul
minyak.
Sabun mandi gel sudah cukup banyak dijual di pasaran Eropa, namun tidak
banyak literatur yang menyebutan tentang komposisi dan proses pembuatan sabun
mandi gel tersebut. Menurut salah satu forum kimia, Peacock menyebutkan
mengenai proses pembuatan sabun mandi yang diawali dengan penambahan
komposisi terdiri dari minyak biji bunga matahari, minyak kelapa, KOH, K2CO3,
dan akuades. K2CO3 berfungsi untuk mempermudah pengadukan sabun.
Selanjutnya, sabun mandi cair tersebut diolah kembali sehingga menjadi sabun
mandi gel. Pengolahan sabun dengan menambahkan bahan-bahan sabun mandi
gel. Pengolahan sabun dengan menambahkan bahan-bahan berupa sepimax zen
yaitu agen pengenatal yang terbuat dari bungan zen, akuades, dan bahan aktif
Gambar 2.3 Saponifikasi
Sumber : Nurhadi, 2012
12
berfungsi untuk membentuk struktur lentur dan lembut pada sabun. Bahan aktif
lain yang ditambahkan dapat berupa ekstrak bahan alam, yang memberi warna
dan aroma pada sabun.
2.2.1 Langkah Pembuatan Sabun Mandi Gel
Metode pembuatan sabun mandi gel alami dibagi menjadi 2 tahap, yaitu
pembuatan sabun mandi cair terlebih dahulu dan dilanjutkan dengan proses
perubahan sabun mandi cair menjadi sabun mandi gel. Di bawah ini adalah tabel
komposisi sabun mandi gel alami.
Tabel 2.2 Komposisi Sabun Mandi Gel Alami Sumber : Peacock, 2003
No. Bahan Jumlah
1. Minyak zaitun 85 gr
2. Minyak kelapa (VCO) 36 gr
3. KOH 28 gr
4. K2CO3 5 gr
5. Akuades 2527 gr
6. Sepimax zen 18 gr
7. Serbuk Chlorella pyrenoidosa 5 gr
8. Minyak atsiri Lavender 5 ml
9. Vitamin E 10 ml
13
Berikut ini langkah kerja dari pembuatan sabun mandi gel alami tahap 1.
Belum
Mencampurkan minyak zaitun dan minyak kelapa ke dalam crock pot
(campuran minyak dipanaskan dahulu hingga suhu 800)
Pencampuran larutan alkali: Mencampurkan KOH dan K2CO3 pada 300 gr akuades pada gelas
beaker hingga larut
Penimbangan bahan-bahan: - 85 gr minyak zaitun - 36 gr minyak kelapa
- 28 gr KOH - 5 gr K2CO3
- 1027 gr akuades
Mencampurkan minyak zaitun dan minyak kelapa ke dalam crock pot
(campuran minyak dipanaskan dahulu hingga suhu 800)
Pencampuran larutan alkali: Mencampurkan KOH dan K2CO3 pada 300 gr akuades pada gelas
beaker hingga larut
Menuangkan larutan alkali ke dalam campuran minyak di crock pot (sedikit demi sedikit) sambil diaduk (kecepatan
250 rpm) hingga menyusut
Menutup crock pot, lalu melakukan pengaturan suhu 700C
Mengecek pasta sabun dan melakukan pengadukan (kecepatan 250 rpm)
dengan interval waktu 20 menit selama 2,5 – 3 jam
Apakah pasta sabun sudah mencapai tahap vaseline?
Sudah
14
Berikut ini langkah kerja dari pembuatan sabun mandi gel alami tahap 2.
Tambahkan pasta sabun ke dalam air yang sudah mendidih, diaduk perlahan, lalu tutup panci dan matikan kompor
Membiarkan sabun larut dengan air
Dinginkan sabun
Didihkan 1500 ml akuades
Larutkan sepimax zen dengan cara menuangkan akuades panas sedikit
demi sedikit ke dalam 18 gr sepimax zen pada wadah sambil diaduk rata
Masukan sepimax zen yang telah didilusikan ke dalam sabun cair sedikit
demi sedikit
Atur putaran sampai 250 rpm
Lakukan pengadukan sabun mandi gel alami selama kurang lebih 60 menit
Masukan Chlorella pyrenoidosa sebanyak 5 gr dan minyak atsiri
sebanyak 5 ml dan 10 ml vitamin E
Lakukan pengadukan
Sabun mandi gel siap dikemas
15
2.3 Bakteri dan Kulit Manusia
Pada kulit manusia selalu terdapat kolonisasi bakteri. Adanya kolonisasi
bakteri disebabkan permukaan kulit mengandung banyak bahan makanan yang
berguna untuk pertumbuhan mikroorganisme seperti lemak, nitrogen, mineral
yang merupakan hasil proses keratinisasi kulit dan apendiksnya (G. Susilowarno,
2000). Bakteri ini ada yang bersifat komensal, yaitu bakteri positif yang
memberikan pengaruh baik terhadap kulit manusia, dan ada yang dapat
menimbulkan penyakit pada kulit (Sunsmart, 1998). Frekuensi kontaminasi
bakteri untuk menimbulkan penyakit pada kulit bergantung pada virulensi
organisme, besarnya inokulasi bakteri, tempat masuk kuman, dan imunitas kulit
manusia.
Melihat adanya bakteri yang dapat menimbulkan penyakit pada kulit
manusia, maka kulit perlu dilindungi. Perlindungan kulit terhadap mikrooganisme
dapat dilakukan dengan berbagai mekanisme. Pada kulit normal, terdapat
mikrooganisme baik yang menghasilkan antibiotika yang dapat menghambat
pertumbuhan mikroorganisme merugikan (N. Hidayat, dkk, 2009). Merchionini
dalam mengemukakan adanya “acid mantle” yaitu kesamaan kulit yang berfungsi
dalam mekanisme pertahanan kulit manusia terhadapa mikroorganisme
merugikan. Acid mantle terbentuk ketika derajat keasaman kulit manusia berada
pada rentang pH 5,5 – 7,0 (Sunsmart, 1998)
Namun, karena jumlah mikroorganisme baik (komensal) terbatas apabila
dibandingkan dengan lemak-lemak yang disekresikan oleh kulit, maka sabun
dibutuhkan untuk mengangkat kotoran-kotoran berupa asam-asam lemak. Dengan
demikian fungsi mikroorganisme komensal dapat tertolong. Sabun yang memiliki
tingkat basa yang terlalu tinggi dapat mengakibatkan kulit kering, karena pH kulit
akan naik sehingga secara otomatis mematikan bakteri-bakteri komensal pada
kulit. Oleh sebab itu, diperlukan sabun yang memiliki pH yang mendekati pH
kulit sehat manusia sekaligus berada dalam rentang SNI untuk mutu pH sabun
mandi dan menjaga kelembapan kulit agar mendukung kehidupan mikoorganisme
komensal.
16
2.4 Kerangka Berpikir
Berdasarkan tinjauan pustaka tersebut, maka dapat disimpulakan bahwa:
1. Chlorella pyrenoidosa digunakan sebagai sumber pangan yang lengkap
sehingga sangat berguna dalam bidang pangan.
2. Chlorella pyrenoidosa memiliki kemampuan menghasilkan minyak 200 kali
lebih banyak dibandingkan dengan tumbuh-tumbuhan penghasil minyak
(kelapa sawit, jarak pagar, dan lain-lain) pada kondisi terbaiknya sehingga
memiliki potensi untuk dijadikan bahan aktif sabun mandi gel.
3. Pengolahan Chlorella pyrenoidosa untuk dijadikan sabun mandi gel
memiliki 2 tahap yakni pembuatan sabun mandi cair dan pengubahan sabun
mandi cair menjadi gel.
17
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Pelaksanaan penelitian ini dilakukan secara bertahap sesuai dengan
rancangan penelitian. Berikut ini adalah tabel 3.1 yang menjelaskan mengenai
pelaksanaan penelitian.
Tabel 3.1 Jadwal Penelitian
Persiapan Penelitian
No. Kegiatan Tanggal Lokasi
1. Studi Pendahuluan 8 – 10 September 2012 Perpustakaan Nasional
dan Perpustakaan UI
2. Penyusunan Rancangan 11 September 2012 Rumah Peneliti
3. Konsultasi ke Pembimbing 12 September 2012 SMA Negeri 38
4. Perbaikan Rancangan 12 September 2012 SMA Negeri 38
Pelaksanaan Penelitian
1. Penulisan Bab 1 13 – 14 September 2012 Rumah Peneliti
2. Konsultasi ke Pembimbing 15 September 2012 SMA Negeri 38
3. Penulisan Bab 2 16 – 19 September 2012 Perpustakaan Nasional
4. Studi Pustaka 20 – 22 September 2012 Perpustakaan Nasional
dan Perpustakaan UI
5. Penulisan Bab 3 23 – 24 September 2012 Rumah Peneliti
6. Konsultasi ke Pembimbing 25 September 2012 SMA Negeri 38
7. Penulisan Bab 4 25 September 2012 Rumah Peneliti
8. Pengolahan Data 25 September 2012 Rumah Peneliti
9. Penulisan Bab 5 26 September 2012 Rumah Peneliti
10. Konsultasi ke Pembimbing 27 September 2012 SMA Negeri 38
11. Perbaikan dan Finalisasi 28 September 2012 SMA Negeri 38
18
3.2 Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam penulisan dan pengumpulan data ilmiah ini
adalah dengan menggunakan konsep penulisan deskriptif analisis. Metode
penelitian dan penulisan karya ilmiah dengan konsep deskriptif analisis lebih
mengedepankan pencarian fakta berdasarkan penelitian yang ada dengan
interpretasi penelitian yang tepat, yang mempelajari berbagai macam
permasalahan yang terjadi di masyarakat.
Penelitian dengan menggunakan metode deskriptif analisis bertujuan untuk
membuat sebuah deskripsi dari penelitian yang dilakukan, penggambaran secara
sistematis, relevan, faktual, dan memiliki keakuratan mengenai fakta, sifat, serta
hubungan sebab-akibat terhadap fenomena atau objek yang sedang diteliti.
3.3 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu penelitian studi
pustaka. Penelitian studi pustaka adalah penelitian yang menghimpun informasi
yang relevan dengan topik atau masalah yang akan atau sedang diteliti. Topik
yang diteliti dalam penelitian ini adalah pemanfaatan Chlorella pyrenoidosa
sebagai sabun mandi berbentuk gel.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Dalam pemngumpulan data karya tulis peneliti menggunakan teknik studi
literatur dengan data sekunder. Dalam teknik pengumpulan data studi literatur
dengan data sekunder peneliti mencari landasan toeri dari berbagai referensi, baik
kajian pustaka maupun kajian multimedia. Kajian dilakukan untuk mendapatkan
teori tentang variabel dan menentukan indikator yang mempengaruhi variabel.
3.5 Teknik Analisa Data
Dalam karya tulis ini, penulis memuat analisis SWOT. Adapun yang
termasuk dalam analisis SWOT tersebut adalah sebagai berikut:
1. S atau Strenght
Strength adalah analisis yang dititikberatkan pada kekuatan dari karya tulis
ini.
19
2. W atau Weakness
Weakness adalah analisis yang dititikberatkan pada kelemahan dari karya
tulis ini.
3. O atau Oppurtunity
Oppurtunity adalah analisis yang dititikberatkan pada peluang dari karya
tulis ini.
4. T atau Treaty
Treaty adalah analisis yang dititikberatkan pada ancaman atau kendala dari
karya tulis ini.
20
BAB 4
HASIL dan PEMBAHASAN
Dalam pengumpulan data tentang sabun mandi gel berbahan aktif Chlorella
pyrenoidosa tergolong cukup sulilt karena jarang sekali penelitian yang
memanfaatkan Chlorella pyrenoidosa sebagai bahan dasar kosmetik dalam bidang
farmasi. Namun, dari beberapa referensi yang telah ditemukan cukup membantu
peneliti dalam mengumpul data-data yang ditemukan. Adapun dari data tersebut
akan dijelaskan pada subbab selanjutnya.
4.1 Uji Kelayakan Kandungan Nutrisi Chlorella pyrenoidosa
Chlorella pyrenoidosa mempunyai beberapa vitamin yang mencakup
vitamin A, B1, B2, B6, B12, C, E dan lain-lain. Lebih lengkapnya dapat dilihat pada
tabel berikut ini.
Tabel 4.1 Kandungan Nutrisi Chlorella pyrenoidosa
No. Komposisi Satuan Jumlah 31. Air % 3,6 32. Protein % 60,5 33. Lemak % 11 34. Karbohidrat % 20,1 35. Serat makanan % 0,2 36. Abu % 4,6 37. Kalori Kcal/100 g 421 38. Betakaroten mg/100 g 180,8 39. Vitamin A IU/100 g 55.500 40. Vitamin B1 mg/100 g 3.1 41. Vitamin B2 mg/100 g 4.8 42. Vitamin B6 mg/100 g 1.7 43. Vitamin B12 mg/100 g 125,9 44. Vitamin C mgc/100 g 12,4 45. Vitamin E mg/100 g <1 46. Kalsium mg/100 g 203 47. Fosfor mg/100 g 989 48. Magnesium mg/100 g 315 49. Besi mg/100 g 167 50. Seng mg/100 g 71 51. Asam Amino Lisin % 3,46 52. Asam Amino Histidin % 1,29
21
53. Asam Amino Arginin % 3,64 54. Asam Amino Aspartik % 5,20 55. Asam Amino Glisin % 3,40 56. Asam Amino Valin % 3,64 57. Asam Amino Leusin % 5,26 58. Asam Amino Serin % 2,78 59. Asam Lemak Tak Jenuh % 81,8 60. Asam Lemak Jenuh % 18,2%
Selain itu, Chlorella pyrenoidosa diketahui sebagai penghasil bermacam-
macam jenis karotenoid, seperti β-karoten, α-karoten, anthaxanthin, neoxhantin,
zeaxhantin, dan lutein. Chlorella juga mudah dibiakkan (R. Pratt, 1948).
Diperkirakan Chlorella pyrenoidosa mampu menghasilkan minyak 200 kali lebih
banyak dibandingkan dengan tumbuh-tumbuhan penghasil minyak (kelapa sawit,
jarak pagar, dan lain-lain) pada kondisi terbaiknya (O. Rachmaniah, 2010).
Semua jenis Chlorella pyrenoidosa memiliki komposisi kimia sel yang
terdiri dari protein, karbohidrat, asam lemak dan asam nukleat dan mempunyai
sifat antibakteri terhadap kulit manusia sehingga Chlorella pyrenoidosa layak
dijadikan sebagai bahan aktif sabun mandi gel.
4.2 Proses Pembuatan Sabun Mandi Gel
Proses pembuatan sabun mandi gel alami mengikuti langkah-langkah yang
telah dijabarkan. Berikut adalah dokumentasi hasil studi literatur yang dilakukan.
Pembuatan sabun mandi gel alami berawal dari pencampuran minyak-
minyak yang digunakan ke dalam crock pot sambil dipanaskan dapat dilihat
Gambar 4.1 Proses Pembuatan Sabun Mandi Gel
22
pada gambar A, lalu pencampuran larutan alkali (KOH dan K2CO3) dengan
akuades pada wadah yang lain. Selanjutnya, larutan akali tersebut dituangkan ke
dalam campuran minyak sambil diaduk hingga mencapai tahap trace (suhu
diatur hingga mencapai 700C) dapat dilihat pada gambar B. Tahap trace adalah
tahap ketika sabun menyusut, lalu mengental dan membentuk padatan dapat
dilihat pada gambar C. Setelah itu, pengadukan harus terus dilakukan dengan
interval waktu 20 menit selama 2,5 – 3,0 jam. Ketika pasta sabun telah mencapai
tahap vaseline (padat dan lunak) seperti pada gambar D dan E, maka pasta sabun
siap untuk didilusikan dengan air agar menjadi sabun cair. Air ditambahkan
sedikit demi sedikit untuk menjaga sabun tetap homogen sehingga menghasilkan
sabun cair seperti pada gambar H.
Setelah sabun menjadi cair dan sudah dingin, tahap selanjutnya adalah
mengubah sabun cair tersebut menjadi sabun gel. Sabun cair yang sudah dingin
dimasukkan ke dalam campuran tersebut sedikit demi sedikit sambil terus
diaduk perlahan. Tahap selanjutnya adalah menunggu sabun tersebut hingga
dingin, lalu masukan bahan aktif alami. Hasil dari pembuatan sabun gel alami ini
dpaat dilihat pada gambar J.
Tabel 4.2 Penjelasan Tahapan Proses Pembuatan Sabun Mandi Gel Alami
No. Waktu
(Menit ke-) Tahap Suhu Kondisi Visual
1. 0 – 20 A 800C Cair
2. 20 B 800C Cair dan belum tercampur
3. 20 – 100 C 700C Kental dan mulai homogen
4. 100 – 160 D 700C Krim
5. 160 – 200 E 700C Padat dan lunak
6. 200 – 220 F 500C Padat dan lunak
7. 220 – 240 G 1000C Cair dan belum tercampur
8. 240 – 300 H Suhu ruang Cair
9. 300 – 360 I Suhu ruang Gel dan mulai homogen
10. 360 J Suhu ruang Gel dan homogen
23
Gambar 4.1 dan Tabel 4.2 di atas telah cukup menjelaskan proses
pembuatan sabun mandi gel alami. Namun, masih terdapat beberapa faktor
penting yang harus diperhatikan ketika pembuatan sabun mandi berlangsung.
Karena temperatur perlakuan pada setiap tahapan berbeda, maka keberadaan
termometer sangatlah mutlak diperlukan untuk menjaga agar suhu tetap berada
pada kondisi stabil yang diinginkan. Sabun mandi harus dibuat dalam kondisi
perlakuan pemanasan yang berlangsung cukup lama (±200 menit), hal ini
bertujuan agar campuran minyak zaitun dan kelapa yang dicampurkan bersama
larutan alkali terhidrolisis sempurna (Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
1996). Faktor penting lainnya adalah faktor pengadukan. Untuk mendapatkan
hasil sabun mandi gel alami yang sempurna secara homogenitas, pengadukan
harus dilakukan searah jarum jam dengan kecepatan konstan (250 rpm).
Pengadukan pembuatan sabun cair dilakukan secara manual, sedangkan
pengadukan pembuatan sabun gel menggunakan pengaduk magnetik.
4.3 Uji Sifat Fisik dan Kimia
Analisis sifat fisik dan kimia sabun mandi gel alami secara SNI berfungsi
untuk menjamin keamanan dan kelayakan produk ketika dipasarkan di kalangan
masyarakat. Tabel 4.3 di bawah ini menunjukkan hasil pengujian kualitas produk
sabun mandi gel alami berdasarkan persyaratan yang ada pada SNI.
Tabel 4.3 Hasil Pengujian Sifat Fisik dan Kimia
No. Paramaeter Uji Persyaratan Hasil Pengujian
1. Viskositas 500 – 20.000 cP 3.783 cP
2. pH 8 – 11 8,760
3. Bobot Jenis (250) 1,01 – 1,10 1,037
4. Cemaran Mikroba Maks 1x105 koloni/gr < 10 koloni/gr
5. Bentuk Cairan Homogen Cairan Homogen
6. Aroma Khas Lavender
7. Warna Khas Hijau Kekuningan
Dalam tabel 4.3 menunjukkan bahwa hasil pengujian sabun mandi gel alami
terhadap kelima parameter uji sabun mandi gel alami telah masuk ke dalam
persyaratan SNI. Hal ini dapat disimpulkan sementara bahwa pemanfaatan
24
Chlorella pyrenoidosa sebagai bahan aktif pembuatan sabun mandi gel alami
dapat dikatakan layak karena memenuhi persyaratan SNI.
4.4 Identifikasi Kelebihan dan Kekurangan Chlorella pyrenoidosa
Berdasarkan hasil penelitian yang diujikan menunjukan bahwa Chlorella
pyrenoidosa mengandung nutrisi yang cukup untuk pembuatan bahan aktif sabun
mandi gel alami. Hal ini dapat ditunjukan bahwa Chlorella pyrenoidosa
mengandung asam lemak, asam amino, sifat antibakteri yang dapat mendukung
pembentukkan sabun mandi gel alami.
Kelebihan sabun mandi gel alami ini terletak pada bahan yang alami
sehingga lebih aman digunakan dan memiliki sedikit efek samping. Selain itu,
sabun mandi ini mempunyai sifat antibakteri alami pada kulit hal ini dapat
dikarenakan Chlorella pyrenoidosa memiliki sifat antibakteri. Chlorella
pyrenoidosa memiliki banyak kandungan nutrisi yang cukup sehingga dapat
mempermudah proses pembuatan sabun mandi gel alami. Dengan adanya
penggunaan Chlorella pyrenoidosa ini juga produsen sabun mandi akan lebih
inovatif dalam pembuatan sabun mandi gel alami dengan memanfaatkan
mikroalga.
Kekurangan pada sabun mandi gel alami ini adalah pada proses
pembuatannya. Pada proses pembuatan sabun mandi gel alami ini harus
diperhatikan mengenai langkah kerja serta jumlah bahan yang dibutuhkan. Jika
hal ini tidak diperhatikan maka sabun mandi gel alami akan mengalami kegagalan
dalam pembuatan.
4.5 Pembahasan
Chlorella pyrenoidosa adalah salah satu mikroalga yang dimanfaatkan
sebagai tambahan nutrisi yang tinggi. Chlorella pyrenoidosa adalah ganggang
hijau bersel satu yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan aktif sabun mandi gel
alami karena dapat menghasilkan minyak 200 kali lebih banyak dari minya kelapa
sawit, minyak jarak, dan lain-lain.
Hasil uji kelayakan Chlorella pyrenoidosa menunjukkan hasil yang positif.
Hal ini dikarenakan Chlorella pyrenoidosa memiliki banyak kandungan nutrisi
25
yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan aktif alami pengganti bahan aktif sintetik
yang berbahaya seperti diethanolamine (DEA), Sodium Lauryl Sulfate (SLS),
serta triclosan.
Hasil uji sifat fisika dan kimia sabun mandi gel alami berbahan aktif
Chlorella pyrenoidosa juga menunjukkan hasil yang positif. Parameter uji yang
pertama adalah viskositas atau kekentalan sabun, dimana sabun mandi gel alami
yang dibuat memiliki nilai viskositas awal sebesar 3.783 cP, yang artinya telah
masuk ke dalam rentang standar sabun gel (500 < 3.783 < 20.000 cP). Untuk
parameter uji yang kedua adalah nilai pH, dimana sabun mandi gel alami
memiliki nilai pH awal sebesar 8,760, yang artinya juga masuk ke dalam rentang
standar SNI (8 < 8,760 < 11). Sedangkan, parameter uji yang ketiga adalah bobot
jenis awal di suhu 250C yang juga telah masuk standar SNI, yaitu sebesar 1,037
(1,01 < 1,037 < 1,10).
Parameter uji yang keempat adalah nilai Angka Lempeng Total (ALT)
dimana didapatkan hasil pengujian <10 koloni/gram sabun mandi, yang artinya
juga telah masuk ke dalam standar SNI (10 < 1x105 koloni/gram). Dan parameter
uji yang terakhir adalah keadaan sabun mandi gel alami yang dilihat dari
bentuknya, aromanya, dan juga warnanya. Seluruh parameter keadaan sabun juga
telah masuk ke dalam standar SNI. Sehingga dapat disimpulkan bahwa sabun
mandi gel alami berbahan aktif Chlorella pyrenoidosa aman digunakan.
26
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Chlorella pyrenoidosa layak dimanfaatkan sebagai bahan aktif sabun mandi
gel alami
2. Proses pembuatan sabun mandi gel alami berbahan aktif Chlorella
pyrenoidosa memiliki 2 tahap, tahap pertama adalah pembuatan sabun
mandi cair terlebih dahulu dilanjutkan sengan proses pembuatan sabun
mandi cair menjadi sabun mandi gel alami.
3. Hasil pengujian sifat fisika dan kimia sabun mandi gel alami berbahan aktif
Chlorella pyrenoidosa menunjukkan layak untuk digunakan karena telah
memenuhi SNI sehingga aman untuk dipakai.
4. Kelebihan sabun mandi gel alami ini terletak pada bahan yang alami
sehingga lebih aman digunakan, memiliki sedikit efek samping, dan
mempunyai sifat antibakteri alami pada kulit
5. Kekurangan pada sabun mandi gel alami ini adalah pada proses
pembuatannya karena harus sesuai dengan jumlah takaran bahan yang
diperlukan.
5.2 Saran
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai tingkat kesukaan
masyarakat terhadap produk sabun mandi gel alami berbahan aktif Chlorella
pyrenoidosa.
2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk menguji stabilitas sabun pada
suhu ruang dengan perlakuan suhu dan kelembaban yang terkondisikan.
27
DAFTAR PUSTAKA
Buku :
A. Boeck dan B. Stnechack. Comsetic and Toiletries Development, Production and Use, 1st Ed. New York : Prentice Hall.
Aryulina, Diah, dkk. 2006. Biologi SMA/MA Kelas X. Jakarta : Esis
G. Susilowarno, dkk. 2000. Biologi SMA/MA Kelas X. Jakarta : Grasindo
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1996. Mutu dan Cara Uji Sabun Mandi. Jakarta : Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan.
H. S. S. Imron. 1985. Sediaan Kosmetik. Jakarta : Direktorat Pembinaaan Penelitian dan Pengabdian Masyarakat, Dirjen Pendidikan Tinggi Depdikbud.
Haryanto, Tri. 1990. Membuat Sabun dan Detergen. Jakarta : Penebar Swadaya.
J. Hicks. 1981. Comphrensive Chemistry SI Edition. London : The Macmillan Press Ltd.
Pratiwi, D.A. 2007. Bilogi untuk SMA kelas X. Jakarta : Erlangga.
R. Voight. 1994. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Yogyakarta : Universitas Gajah Mada
Roki. 2005. Chlorella Dapat Mencegah Kanker dan Tumor. Malang : Universitas Negeri Malang
Sears. 2001. Pure Radiance. London : Blackie Academe and Professional.
Steenblock, David, dkk. 1999. Chlorella : Makanan Sehat Alami. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Sunsmart. 1998. Anatomy of The Skin. New York : SunSmart Inc.
T. Bird. 1987. Kimia Fisik untuk Universitas. Jakarta : PT. Gramedia
W. H. Schmitt. 1996. Skin Care Products. London : Blackie Academe Professional.
Wirosaputro, Sukiman. 1998. Chlorella : Makanan Kesehatan Global Alami. Yogyakarta : Universitas Gajah Mada.
28
Jurnal :
A. I. Suryani, dkk. 2000. Teknologi Emulsi. Bogor : Institut Pertanian Bogor.
Erfiza, Novia Mehra, dkk. 2008. Pemurnian Minyak Jelantah Sebagai Bahan Baku Sabun Dengan Menggunakan Lidah Buaya Dan Limbah Kulit Jeruk Nipis. Malang : Universitas Negeri Malang. hal. 34
Fitri, Kurnia. 2011. Peran Chlorella vulgaris Dalam Pengelolaan Lingkungan : Kajian Penggunaannya Untuk Menurunkan Nitrogen Amonia Air Limbah Domestik Dan Potensinya Sebagai Bahan Minyak Biodesel. Malang : Universitas Negeri Malang. hal. 47
Mukiyo. 2011. Zat-zat Berbahaya Yang Terdapat Dalam Produk Kosmetik. Malang : Universitas Negeri Malang. hal. 28
Nurhadi, Seily Cicilia. 2012. Pembuatan Sabun Mandi Gel Alami dengan Bahan Aktif Mikroalga Chlorella dan Minyak Atsiri Lavandula latifolia Chaix. Malang : Universitas Ma Chung. hal. 21
O. Rachmaniah, dkk. 2010. Pemilihan Metode Ektraksi Minyak Alga dari Chlorella pyrenoidosa dan Prediksinya Sebagai Biodiesel. Surabaya : Institut Teknik Surabaya. hal.15 – 20
Poerwanto. 1992. Identifikasi artribut sabun mandi. Jember : Pusat Penelitian Universitas Jember. hal. 20 – 21
R. Abedin dan H.M. Taha. 2008. Antibacterial and Antifungal Activity of Cyanobacteria and Green Microalgae. Global Journal of Biotechnology Biochemistry. hal. 22 – 23
Link :
http://www.pikiranrakyat.com/ diakses 28 September 2012 19:09:08
http://kampungtki.com/ diakses 24 September 2012 02:04:12
http://mudhzz.wordpress.com/Kitosan/ diakses 21 September 2012 19:09:08
www.psr.usm.edu diakses 24 September 2012 00:09:12
http://www.anneahira.com/ diakses 28 September 2012 20:17:02
http://www.farmasiku.com/ diakses 28 September 2012 19:09:08