atlas sumberdaya wilayah pesisir lampung

116

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

12 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Atlas Sumberdaya Wilayah Pesisir Lampung
Page 2: Atlas Sumberdaya Wilayah Pesisir Lampung

1

atlas sumberdaya wilayah pesisir lampung

P1.1 Pesisir Indonesia

Indonesia merupakan negara kepulauan (archipelagic state) terbesar di dunia.Jumlah pulau mencapai 17.508 buah, serta garis pantai sepanjang 81.000 km,merupakan garis pantai terpanjang kedua di dunia setelah Kanada (Dahuri, et al.1996). Secara geografis, negara Kepulauan Nusantara ini terletak di sekitar khatulistiwadi antara 94o45' BT - 141o01' BT, dan dari 06o08' LU - 11o05' LS. Secara spasial, wilayahteritorial Indonesia membentang dari barat ke timur sepanjang 5.110 km dan dari utarake selatan 1.888 km (Sugiarto, 1982).

Wilayah Indonesia dibagi dalam 27 propinsi, terdiri dari sekitar 350 daerahKabupaten/Kota. Lima pulau besar Indonesia adalah Sumatera, Kalimantan, Jawa,Sulawesi, dan Irian Jaya.

Enam puluh lima persen dari seluruh wilayah Indonesia ditutupi oleh laut. Luastotal perairan laut Indonesia mencapai 5,8 juta km2, terdiri dari 0,3 juta km2 perairanteritorial, dan 2,8 juta km2 perairan nusantara, ditambah dengan luas ZEEI (ZonaEkonomi Eksklusif Indonesia) sebesar 2,7 juta km2 (UNCLOS, 1982).

Wilayah pesisir dan lautan Indonesia terkenal dengan kekayaan dan keanekaragamansumberdaya alamnya, baik sumberdaya yang dapat pulih (seperti perikanan, hutan man-grove dan terumbu karang) maupun sumberdaya yang tidak dapat pulih (seperti minyakbumi dan gas serta mineral atau bahan tambang lainnya). Indonesia dikenal sebagainegara dengan kekayaan keanekaragaman hayati (biodiversity) laut terbesar di dunia, karenamemiliki ekosistem pesisir seperti hutan mangrove, terumbu karang, dan padang lamun(sea grass) yang sangat luas dan beragam.

Potensi lestari sumberdaya perikanan laut sebesar 6,7 juta ton per tahun dan yangtelah dimanfaatkan 48%. Namun demikian, di beberapa kawasan, terutama Indo-nesia barat telah mengalami tangkap lebih (overfishing) (Dahuri, et al. 1996).

Sumberdaya alam, khususnya di wilayah pesisir dan lautan memiliki arti strategisyang besar, karena (1) Dengan semakin meningkatnya kegiatan pembangunan danjumlah penduduk serta semakin menipisnya sumberdaya alam di daratan, makasumberdaya kelautan akan menjadi tumpuan bagi kesinambungan pembangunanekonomi nasional di masa mendatang; (2) Pergeseran konsentrasi kegiatan ekonomiglobal dari poros Eropa Atlantik menjadi poros Asia Pasifik yang diikuti denganperdagangan bebas dunia tahun 2020, tentu akan menjadikan kekayaan sumberdayakelautan Indonesia, khususnya di KTI (Kawasan Timur Indonesia), sebagai asetnasional dengan keunggulan komparatif yang harus dimanfaatkan secara optimal;(3) Dalam menuju era industrialisasi, wilayah pesisir dan lautan termasuk prioritas utamasebagai pusat pengembangan kegiatan industri, pariwisata, agrobisnis, agroindustri,pemukiman, transportasi dan pelabuhan. Kondisi ini menyebabkan banyak kota-kota

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

ENDAHULUAN

Perkampungan nelayan di Kuala Sekampung, Lampung Selatan.

PP

Page 3: Atlas Sumberdaya Wilayah Pesisir Lampung

2

atlas sumberdaya wilayah pesisir lampung

yang terletak di wilayah pesisir terus dikembangkan dalam menyambut tatanan ekonomibaru dan kemajuan industrialisasi. Tidak mengherankan jika sekitar 65% pendudukIndonesia bermukim di sekitar wilayah pesisir.

1.2 Pesisir LampungDi Pulau Sumatera terdapat 8 Propinsi, yaitu D.I. Aceh, Sumatera Utara, Sumatera

Barat, Bengkulu, Riau, Sumatera Selatan, Jambi, dan Lampung. Secara geografis, PropinsiLampung terletak pada posisi 3o 45' LS - 6o 45' LS dan 103o 40' BT - 105o 50' BT. LuasPropinsi Lampung meliputi areal dataran sekitar 35.376 km2 termasuk pulau-pulau.Lampung terletak pada bagian sebelah paling ujung tenggara Pulau Sumatera, yangberbatasan dengan :a. Sebelah utara berbatasan dengan Propinsi Sumatera Selatan dan Propinsi Bengkulu,b. Sebelah selatan berbatasan dengan Selat Sunda,c. Sebelah timur berbatasan dengan Laut Jawa,d. Sebelah barat berbatasan dengan Samudra Hindia

Daerah Propinsi Lampung ditetapkan sebagai propinsi berdasarkan Undang-Undang No.14 tahun 1964. Sebelumnya merupakan karesidenan yang termasuk dalamwilayah Propinsi Sumatera Selatan.

Keadaan alam daerah Lampung dapat dijelaskan sebagai berikut: sebelah barat danselatan, di sepanjang pantai, merupakan daerah yang berbukit-bukit sebagai sambungandari jalur pegunungan Bukit Barisan. Di tengah-tengah merupakan dataran rendah,sedangkan ke dekat pantai di sebelah timur, di sepanjang tepi Laut Jawa terus keutara, merupakan daerah rawa-rawa perairan yang luas (Gambar-1).

Daerah Lampung dapat dibagi dalam 5 (lima) unit topografi, yaitu (1) daerahtopografis berbukit sampai bergunung; (2) daerah topografis berombak sampaibergelombang; (3) daerah dataran alluvial; (4) daerah rawa dataran pasang surut; dan(5) daerah river basin.

Gunung-gunung yang puncaknya tinggi di antaranya Gunung Pesagi (2.262 m),Gunung Seminung (1.881 m), Gunung Tebak (2.115 m), Gunung Tanggamus 2.101 m),Gunung Rindingan (1.506), Gunung Pesawaran (1.661 m), Gunung Betung (1.240 m),dan Gunung Rajabasa (1.261 m). Sedangkan beberapa sungai besar yang terdapat diLampung adalah Way Sekampung, panjang 256 km dengan luas daerah tangkapan (catch-ment area-c.a.) 4.795 km2; Way Semangka, panjang 90 km dengan c.a. 985 km2; WaySeputih, panjang 190 km dengan c.a. 7.149 km2; Way Jepara, panjang 50 km dengan c.a.1.540 km2; Way Tulang Bawang, panjang 136 km dengan c.a. 1.285 km2; dan Way Mesuji,panjang 220 km dengan c.a 2.053 km2.

Panjang garis pantai Lampung lebih kurang 1.105 km (termasuk beberapa pulau),memiliki sekitar 69 buah pulau. Wilayah pesisirnya dapat dibagi atas 4 wilayah, yaituPantai Barat (210 km), Teluk Semangka (200 km), Teluk Lampung dan Selat Sunda(160 km), dan Pantai Timur ( 270 km).

Masing-masing wilayah tersebut memiliki potensi fisik/ruang, sosial ekonomi, danlingkungan ekosistem yang berbeda. Potensi pesisir dan lautan yang dapat dijumpaiadalah perikanan tangkap, tambak, kerang mutiara, rumput laut, perhubungan, pariwisata,terumbu karang, mangrove, industri, pemukiman penduduk pesisir, dan hankam.

Lampung merupakan daerah beriklim tropis-humid dengan angin laut lembah yangbertiup dari Samudera Indonesia dengan dua musim angin setiap tahunnya, yaitu:1. Bulan November sampai Maret angin bertiup dari arah Barat dan Barat Laut; yang

menyebabkan musim hujan.2. Bulan April sampai Oktober angin bertiup dari arah Timur dan Tenggara; yang

menyebabkan musim kemarau.Kecepatan angin rata-rata mencapai 5,83 km/jam. Temperatur rata-rata berkisar

antara 26oC - 28oC. Temperatur maksimum 33oC, dan temperatur minimum 20oC.

Aksi bersih pantai bersama masyarakat di desa Ketapang, Padang Cermin Lampung Selatan.

Page 4: Atlas Sumberdaya Wilayah Pesisir Lampung

3

atlas sumberdaya wilayah pesisir lampung

GAMBAR-1Peta propinsi-propinsi di Indonesia

Perkampungan nelayan di Ujung Bom, Bandar Lampung.

Page 5: Atlas Sumberdaya Wilayah Pesisir Lampung

4

atlas sumberdaya wilayah pesisir lampung

Kelembaban udara di beberapa stasiun pengamatan menunjukkan kisaran antara 80% -88%.

Pola curah hujan di Propinsi Lampung menunjukkan heterogenitas. Pesisir Baratmemperoleh hujan besar. Untuk Pantai Timur corak pola hujan berubah, mungkinkarena pengaruh Laut Natuna.

Daerah Tanjungkarang - Natar merupakan tempat dengan curah hujan kurang,karena baik angin dari Barat maupun angin dari Timur nampaknya telah kehabisan uapair untuk dijadikan hujan. Labuhan Maringgai memperoleh hujan sedikit, karenamungkin letaknya �terlindung� di belakang Pulau Bangka.

Hujan maksimum di Lampung umumnya jatuh pada bulan Desember, sedangkandi daerah pedalaman seperti Kotabumi, ada maksimum sekunder pada bulan Maret.Hujan minimum jatuh pada bulan Juli.

Secara administratif, Propinsi Lampung dibagi dalam 10 Daerah Kabupaten/Kota,meliputi 82 kecamatan. Kesepuluh Daerah Kabupaten/Kota tersebut adalah KabupatenLampung Barat, Kabupaten Tanggamus, Kabupaten Lampung Selatan, KotamadyaBandar Lampung, Kabupaten Lampung Timur, Kotamadya Metro, Kabupaten LampungTengah, Kabupaten Tulang Bawang, Kabupaten Way Kanan, dan Kabupaten LampungUtara.

Enam Daerah Kabupaten/Kota memiliki wilayah pantai dan 4 (empat) DaerahKabupaten/Kota tidak memiliki wilayah pantai. Sedangkan dari 82 kecamatan tersebut,21 kecamatan (26%) memiliki wilayah pantai. Propinsi Lampung memiliki sekitar 184desa pantai dari total 2008 desa (BPS, 1998).

Penduduk Propinsi Lampung sampai tahun 1998 berjumlah 6,95 juta jiwa, terdiridari 3,55 juta laki-laki dan 3,40 juta perempuan. Sebagian besar penduduknya hidupsebagai petani. Penduduk Propinsi Lampung pada tahun 1999 diperkirakan berjumlah7,08 juta jiwa.

Mayoritas penduduk Lampung adalah pendatang yang dimulai sejak kolonisasipertama dari Jawa pada tahun 1905 untuk dipekerjakan di berbagai perkebunan. Sampaisekarang arus migrasi ke Lampung semakin pesat dari berbagai propinsi di Sumatera,Jawa, dan Bali serta berbagai etnis lainnya berkat lancarnya jalan lintas Sumatera - Jawadan pelabuhan penyeberangan Bakauheni dan Merak yang terbuka selama 24 jam.

Jumlah etnis Lampung diperkirakan hanya sebesar 16% saja, yang hanya berjumlahsekitar 1,25 juta jiwa. Etnis ini terbagi atas Lampung Abung sekitar 500.000 jiwa, WayKanan sekitar 150.000 jiwa, Sungkai sekitar 55.000 jiwa, Tulang Bawang sekitar 75.000jiwa, Pubian sekitar 100.000 jiwa, Krui-Ranau sekitar 75.000 jiwa, Belalau sekitar 60.000jiwa, Semangka sekitar 70.000 jiwa, Teluk sekitar 65.000 jiwa, Rajabasa sekitar 55.000jiwa, Melinting-Meringgai sekitar 45.000 jiwa.

GAMBAR-2Relief Lampung

Page 6: Atlas Sumberdaya Wilayah Pesisir Lampung

5

atlas sumberdaya wilayah pesisir lampung

2.1 GeomorfologiGeomorfologi daerah pesisir Lampung secara garis besar dibagi menjadi: Pertama,

Pedataran terdapat di pesisir Pantai Timur dari Ketapang hingga Mesuji, pesisir PantaiBarat dari Belimbing hingga Krui, pesisir Teluk Lampung dari Kalianda hinggaLempasing dan Teluk Semangka di sekitar Kota Agung. Terletak pada lembah antarperbukitan dan muara-muara sungai. Elevasi ketinggian 0 hingga + 10 m, kemiringanlereng 0 - 3%. Batuan penyusun dominan endapan-endapan aluvium, rawa, sertabatu gamping terumbu. Kedua, Kaki Perbukitan terdapat di Teluk Lampung sekitarG. Rajabasa, G. Tanggamus, Teluk Ratai, Teluk Semangka antara Way Nipah hinggaTampang, dan sekitar pesisir pantai perbatasan Lampung dan Bengkulu. Daerahpantai beraneka ragam, terdiri dari perbukitan kasar, bertebing terjal dengan garispantai yang sempit dan berkelok-kelok. Elevasi ketinggian sekitar 0 hingga +100m, dengan kemiringan lereng 8 - 30% hingga lebih. Batuan penyusun yaitu lavaandesitik-basaltik, breksi gunung api, tufa, batu pasir, konglomerat, dan batu gampingterumbu.

2.2 LitologiLitologi terdiri dari endapan aluvium, dan rawa (Qa & Qs) yang tersebar di Pantai

Timur dan Pantai Barat, serta di Teluk Lampung dan Teluk Semangka sekitar Kaliandahingga Lempasing dan Kota Agung, sedangkan batu gamping terumbu (Qg) terdapatdi Teluk Lampung dan Pantai Barat. Batuan Kuarter seperti lava, breksi gunung api,batu pasir, batu lempung, dan tufa (Qhv, Qpt, Qtk, & QTI) terdapat di sekitar G.Rajabasa, Labuhan Maringgai, G. Tanggamus; Batuan Tersier seperti breksi gunung api,tufa, lava, batu pasir, dan tufa (Tmps, Tomh, Tpot, & Tmba) terdapat di sekitar TelukLampung dan Teluk Semangka serta di Pantai Barat.

2.3 Sumberdaya GeologiSumberdaya geologi dibagi menjadi sumberdaya air, sumberdaya mineral dan

bahan galian. Hidrogeologi dibagi menjadi akuifer produktif sedang dan penyebaranluas terdapat di kaki G. Rajabasa, Bandar Lampung, dan Kota Agung. Akuiferproduktif tersebar di Tarahan, Bandar Lampung, Teluk Ratai dan Bawang. Sedangkanair tanah langka terdapat di sekitar Bakauheni dan Batumenyan sebelum Teluk Ratai. Airtanah dangkal di daerah pedataran, kedalaman muka air tanahnya sekitar 0,5 - 4 meterdi bawah muka tanah setempat. Air tanah dangkal di sekitar Pantai Timur mulai terasaasin akibat intrusi air laut. Sedangkan air tanah dalam terdapat pada kedalaman 14 - 70

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

EOMORFOLOGI LINGKUNGAN PESISIR LAMPUNG

meter dan 120 - 245 meter dengan debit sekitar 0,3 - 1 l/dt pada batuan pasir tufaan.Mata air tersebar di sekitar G. Rajabasa dan Bandar Lampung dengan debit bervariasiantara 50 - 100 l/dt. Bahan galian terutama bahan galian golongan C terdapat secaramenyebar dan secara lokal di sekitar Teluk Lampung telah diusahakan secara tradisionaldan modern, yaitu andesit dan basalt baik sebagai tubuh intrusif ataupun bongkahansedimen terdapat di Telukbetung, Tanjungkarang, Panjang, Negeri, dan Canti. Granit,diorit, dan gabro terdapat di sekitar Telukbetung.

2.4 Proses GeologiProses geologi yang terdapat di daerah penyelidikan adalah; 1. Abrasi, terutama

terjadi di sepanjang pesisir Pantai Timur dari Labuhan Maringgai, Ketapang hinggaBakauheni, pantai kaki G. Rajabasa antara Kemuning hingga Kalianda, sekitar TelukRatai, serta hampir di sepanjang Pantai Barat seperti Curup-Siging, dan Teluk Krui.Abrasi ini diperparah oleh adanya perubahan lahan hutan bakau menjadi tambakyang berlebihan. 2. Sedimentasi atau pengendapan, dapat terlihat jelas pada citrasatelit, sehingga akhirnya mengakibatkan garis pantai bertambah terutama padadelta-delta sungai. Hal ini juga ditandai oleh adanya perubahan pematang pantaiyang makin bertambah ke arah lautan, terdapat di sepanjang Pantai Timur. 3. Patahan,merupakan struktur utama di daerah Lampung. Arah utama umumnya utara - selatandan timur laut - baratdaya. Patahan ini melewati daerah-daerah Way Nipah, Belimbing,Krui, dan Tanjungkarang. Gejala lain yang dapat mengikutinya adalah gerakan tanahatau longsor. 4. Kegempaan, berdasarkan Peta Seismotektonik regional Indonesia(Kertapati dkk. 1992 dan Beca Carter Holling & Ferner Ltd. 1975) terdapat konsentrasipusat gempa di sekitar Lampung dengan tingkat resiko sedang hingga tinggi (Percepatanmaksimum 0,13 hingga 0,33 gal). 5. Intrusi air asin terutama pada morfologi pedataransudah mulai terdapat dari Labuhan Maringgai hingga Ketapang dan di sekitar Lempasing.Hal ini dapat berakibat lebih buruk oleh adanya perluasan tambak yang berlebihan.

2.5 Satuan Geologi LingkunganSatuan Geologi Lingkungan merupakan perpaduan dari parameter struktur,

litologi, morfologi, dan proses geologi yang terjadi di sekitar pesisir, dapat dibagimenjadi: Satuan Geologi Lingkungan 1 (GL-1); pedataran, endapan aluvium, danrawa, secara lokal di tempat limpahan banjir, sungai di antaranya Mesuji, Way Seputihdan Way Tulang Bawang berpola meander membawa muatan sedimen, terdapatantara Tanjung Sekopong hingga Kuala Mesuji Pantai Timur, jenis pantai relief rendah,

GG

Page 7: Atlas Sumberdaya Wilayah Pesisir Lampung

6

atlas sumberdaya wilayah pesisir lampung

karakteristik garis pantai terdiri dari endapan lumpur rawa, pasir, lanau secara lokal ditempat pecahan sisa organisme laut. Satuan Geologi Lingkungan 2 (GL-2); pedataranbergelombang rendah terdapat antara Ketapang hingga Labuhan Maringgai tersusunoleh endapan aluvial sungai dan pantai serta tufa. Jenis pantai relief rendah, melengkunghalus dari Labuhan Maringgai hingga Ketapang dan berkelok-kelok dari Ketapanghingga Bakauheni. Karakteristik garis pantai terdiri dari pantai pasir putih, kuarsa,silika, lanau dan secara lokal di tempat endapan lumpur rawa. Proses Abrasi kuatterdapat di daerah ini selain sedimentasi.

Satuan Geologi Lingkungan 3 (GL-3); merupakan morfologi pantai pada kakiperbukitan, terdapat antara Way Nipah hingga Teluk Tampang, pantai Teluk Semangkadan antara Labuhan Tengor hingga Sukabanjar, tersusun oleh batuan tersier yangtelah padu. Jenis pantai relief tinggi dan sempit. Karakteristik garis pantai terdiri daripasir, kerikil, kerakal, bongkah dan batuan dasar. Runtuhan batuan dapat terjadi. SatuanGeologi Lingkungan 4 (GL-4); merupakan morfologi kaki Gunung Tanggamus danGunung Rajabasa tersusun oleh batuan kuarter dapat bertindak sebagai daerah resapanair tanah. Jenis pantai relief rendah hingga tinggi. Karakteristik garis pantai terdiri daripasir, kerikil, kerakal, bongkah dan batuan dasar. Proses abrasi berlangsung di zona ini.

Satuan Geologi Lingkungan 5 (GL-5); pedataran, terdapat antara Kalianda hinggaTarahan, jenis pantai relief rendah, karakteristik garis pantai pasir, kuarsa, silika, lanausecara lokal di tempat pecahan sisa organisme laut. Satuan Geologi Lingkungan 6(GL-6); merupakan pedataran, endapan aluvium, dan secara lokal batu gampingterumbu, terdapat di Pantai Barat antara Teluk Tampang hingga Krui. Jenis pantai reliefrendah, karakteristik garis pantai terdiri dari pasir dan pecahan sisa organisme laut. SatuanGeologi Lingkungan 7 (GL-7); merupakan morfologi perbukitan batu gamping. Terdapatdi sekitar Marang, Ujung Tapokan, Krui, dan Negeri. Jenis pantai relief tinggi, bertebingterjal hingga sedang. Karakteristik garis pantai terdiri dari pasir, pecahan sisa organismelaut, dan bongkahan batu gamping.

Satuan Geologi Lingkungan 8 (GL-8); merupakan morfologi perbukitan memanjangsecara lokal di tempat pedataran aluvium, terdapat antara Krui hingga Negeri, tersusunoleh batuan kuarter dan batuan tersier yang telah padu. Jenis pantai relief tinggi, bertebingdan sempit. Karakteristik garis pantai terdiri dari pasir, kerikil, kerakal, bongkah batuanbasalt, dan batuan dasar. Pembagian satuan Geologi Lingkungan (GL) dan keterangannyadapat dilihat pada Peta Geologi Lingkungan Pesisir Lampung dan Tabel-1.

2.6 Isu-isu1. Penggalian bahan galian C dapat mengganggu tata air setempat (mengubah water-

table), dengan akibat ketersediaan air tanah bagi kawasan sekitar menjadi langka. Tanahpucuk (top-soil) tercampur dan dibuang begitu saja. Limbah penambangan tidakditangani sebagaimana mestinya (belum ada upaya reklamasi bekas daerah galian).

2. Akuifer produktif di daerah pemukiman dapat dikatakan langka.3. Adanya patahan-patahan dengan tingkat resiko tinggi, meminta perhatian pemerintah

dalam pengaturan pemukiman sebagai antisipasi bahaya gempa. Seyogyanya didaerah beresiko gempa tinggi, tidak dibangun dengan konstruksi permanen(beton atau tembok), namun semi permanen (kayu atau setengah batu).

4. Abrasi terjadi di Pantai Timur perlu penanganan serius dan terintegrasi, seperti yangterjadi di Labuhan Maringgai, Muara Gading Mas, Kuala Penet, dan KualaSekampung.Perubahan fungsi lahan harus dikendalikan terutama dari hutan bakau menjadi

tambak. Pemakaian air tanah untuk keperluan di kawasan pesisir harus merupakanalternatif terakhir, dan dibatasi dengan perizinan dalam debitnya. Dalam usahapertambakan tidak disarankan untuk mengeksploitasi air tanah dalam atau sumber airterbatas lainnya untuk mencegah intrusi air laut.

Alternatif pencegahan abrasi secara jangka pendek dan jangka panjang berupa bahanpemecah gelombang dan penghutanan kembali, pengurugan daerah pantai/reklamasiharus diketahui kondisi fisiknya, perlindungan daerah resapan air untuk pemasok airtanah daerah pesisir harus tetap terjaga, daerah rawan bencana harus selalu diperhatikan,pengawasan daerah pantai yang tumbuh, jalur transportasi harus memperhatikan dayadukung tanah, penggalian dan pengurugan bahan tambang harus tetap menjaga kelestarian,pemakaian air tanah untuk industri harus tetap menjaga debit dan muka air tanah, perludiwaspadai daerah-daerah limpahan banjir, perlu pemasyarakatan undang-undang,peraturan dan baku mutu lingkungan kawasan pesisir. Untuk informasi sumberdayageologi dan pekerjaan fisik perlu penyelidikan detail.

Usaha penambangan hendaknya mendapatkan izin (setelah lewat penelitian) dariyang berwenang. Tanah pucuk harus dikembalikan fungsinya setelah reklamasi.Teknik penambangan haruslah memperhatikan keselamatan kerja. Limbahpenambangan diendapkan atau ditangani lebih dahulu.

Page 8: Atlas Sumberdaya Wilayah Pesisir Lampung

7

atlas sumberdaya wilayah pesisir lampung

GAMBAR-3Peta Geologi Lingkungan

Page 9: Atlas Sumberdaya Wilayah Pesisir Lampung

8

atlas sumberdaya wilayah pesisir lampung

TABEL-1Satuan Geologi Lingkungan Pesisir Lampung

SATUAN GEOLOGILINGKUNGAN

MORFOLOGI

LITOLOGI

JENIS PANTAI

KARAKTERISTIK

SIFAT FISIK

PROSES GEOLOGI

AIR TANAH

KEGEMPAAN

Pedataranrendah,kemiringan lereng0 - 30%, sungaibermeander, terdapatmuara-muara sungai dantanjung

Aluvium: Lempung, lanau,pasir tufaan di sekitarmuara-muara sungaiEndapan Rawa: lumpur,lanau dan pasir, setempatbatu pasir sisipan, batulempung

Relief rendah,melengkung halus

Endapan lumpur, pasir,lanau, setempat terdapatkoral.

Lumpur, lembek, dayadukung lemah

Sedimentasi di muara-muara sungai, gosongpasir di pantai

Akuifer produktif sedang,intrusi air asin.

Zona 4, = 0,13-0, 20gDaerah dengan resikosedang

GL-1 GL-2

Pedataran rendah

(Qa) Aluvium, Kerikil-kerikil, lempung dan sisaorganisme laut

Relief rendah

Pasir pantai, pecahansisa organisme laut,setempat berlumpur

Pasir pantai, putihkekuningan, halus-kasar,daya dukung rendah

Sedimentasi di muarasungai, abrasi

Akuifer produksi sedang,muka air tanah 0-1 m dibawah muka tanahsetempat payau-tawar

Zona 4, = 0,13-0, 20gDaerah dengan resikosedang

GL-3

Kaki-kaki perbukitan,kemiringan lereng3 - 25%

Batuan tersier, Breksigunung api, dasitik,lava, tufa, andasitik

Relief tinggi

Pasir kerikil-kerakal,bongkah, batuan dasar

Breksi berbongkah,daya dukung sedang-tinggi

Runtuhan bongkah ditebing-tebing pantai

Setempat akuiverproduktif, muka airtanah 1-3 m di bawahmuka tanah setempat,tawar

Jalur patahan, Zona 3, = 0,20-0,25g, daerahdengan resiko agaktinggi

Kaki GunungTanggamus

Batuan Quarter, breksilava, tufa, andesitikbasaltik

Relief tinggi - rendah

Pasir kerikil - kerakal,bongkah batuan dasar,setempat pecahankoral

Daya dukung sedang

Runtuhan tanah/batuandi tebing-tebing pantai

Air tanah produktif daripegunungan

Jalur patahan, Zona 3, = 0,20-0,25g, daerahdengan resiko agaktinggi

Pedataran rendah

Tufa, batu apung, batulempung, batu pasir,setempat batugamping, koral

Relief rendah

Pasir pantai danlumpur, setempatbongkah batuan

Pasir, putihkekuningan, dayadukung rendah

Sedimentasi darisungai

Setempat akuiverproduktif

Jalur patahan, Zona 3, = 0,25g, denganresiko agak tinggi

GL-4 GL-5

Pedataran rendah,kemiringan lereng 0-3%

(Qb) Batu gampingkoral, (Qa) Aluvium,pasir, Batuan tersier,batu pasir batu lanau,tufaan

Relief rendah, berkelokhalus

Pasir pantai, setempatbatu gamping koral

Pasir pantai, lepas-lepas, batu gampingkoral keras

Sedimentasi di muara-muara sungai sertaabrasi.

Akuifer Produktifsedang

Jalur patahan, Zona 3 = 0,25-0,33g, daerahdengan resiko agaktinggi.

GL-6 GL-7 GL-8

Perbukitan batugamping, kemiringanlereng 3-30% hinggalebih

(Qb) Batu gampingkoral

Relief tinggi bertebing

Koral dan pecahan sisaorganisme laut

Berongga runcing dankeras

Abrasi

-

Jalur patahan, zona 2 = 0,25-0,33g, daerahdengan resiko agaktinggi

Perbukitan kemiringanlereng 3-20%

Batuan tersier: breksigunung api, andesitikbasaltik, batu pasir,batu lanau, tufaan

Relief tinggi bertebing,setempat rendah

Pasir pantai, kerikil,kerakal, bongkah,batuan dasar

Membulat kekar-kekar

Sedimentasi kerakal-kerikil di muara sungai

Abrasi

Jalur patahan, zona 2 = 0.25-0,33g, daerahdengan resiko agaktinggi

Page 10: Atlas Sumberdaya Wilayah Pesisir Lampung

9

atlas sumberdaya wilayah pesisir lampung

3.1 Batimetri PerairanPantai Barat Lampung memanjang dari arah Barat Laut ke Tenggara, membentuk

garis pantai yang relatif lurus. Seperti halnya pantai-pantai yang berhadapan denganperairan Samudera, kondisi Pantai Barat adalah curam. Kecuraman pantai di bagianBarat Lampung mempunyai gradasi dari yang curam di bagian Utaranya hingga yangberkurang kecuramannya di bagian Selatan. Garis isobath (garis khayal yangmenghubungkan kedalaman perairan yang sama) 10 m ditemui kurang dari 1 km diUtara hingga 3 km di Selatan.

Kedalaman rata-rata perairan Teluk Semangka sekitar 60 m, tetapi sekitar 15 kmdari arah teluk kedalaman mencapai 200 m. Isobath 200 m berbelok memasuki TelukSemangka, dan mencapai 360 m di sebelah Timur Laut P. Tabuan.

Teluk lampung mempunyai kedalaman rata-rata 25 m. Di mulut teluk kedalamanberkisar antara 35 hingga 75 m yang ditemui di Selat Lagundi. Menuju ke kepala teluk,perairan mendangkal sekitar 20 m pada jarak yang relatif dekat dengan garis pantai.

Kondisi Pantai Timur berlawanan dengan Pantai Barat. Garis isobath 5 m beradapada jarak 12 km di Utara dan 6 km di sebelah Selatan.

3.2 Pasang SurutPasang surut (pasut) merupakan proses naik turunnya muka laut yang hampir teratur,

dibangkitkan oleh gaya tarik bulan dan matahari (harian). Karena posisi bulan danmatahari terhadap bumi selalu berubah secara hampir teratur, maka besarnya kisaranpasut juga berubah mengikuti perubahan posisi-posisi tersebut. Jika perairan tersebutmengalami satu kali pasang dan surut per hari, maka kawasan tersebut dikatakan bertipepasut tunggal. Jika terjadi dua kali pasang dan dua kali surut dalam satu hari,maka pasutnya dikatakan bertipe pasut ganda. Tipe pasut lainnya merupakanperalihan antara tipe tunggal dan ganda, dan dikenal sebagai pasut campuran.

Tipe pasut ini dapat berubah tergantung terutama pada kondisi perubahankedalaman perairan atau geomorfologi pantai setempat. Di perairan sebelah Baratdan Barat Daya Lampung, tipe pasut yang ditemui akan mirip dengan tipe pasutSamudera Hindia, yaitu tipe pasut campuran dengan dominasi pasut ganda (Pariwono,1985). Pengaruh pasut dari Lautan Hindia ini diperkirakan merambat memasukiperairan teritorial Indonesia melalui Selat Sunda. Karena kondisi geografis di SelatSunda dan Laut Jawa yang dangkal, pasut yang merambat masuk mengalamiperubahan dari pasut bertipe campuran dengan dominasi ganda menjadi tipe pasutcampuran dengan dominasi tunggal di Laut Jawa.

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

ONDISI OSEANOGRAFI PERAIRAN PESISIR LAMPUNG

Kisaran tinggi muka laut rata-rata mencapai sekitar 176 cm. Kisaran pasut yangbesar terjadi pada waktu pasut purnama, sedangkan kisaran pasut yang kecil terjadipada saat pasut perbani. Pasut purnama adalah pasang yang tertinggi (dan surut terendah)yang dialami oleh suatu perairan, terjadi pada waktu bulan purnama ataupun bulanmati.

3.3 Cuaca dan Arus MusimIklim di perairan pesisir, terutama Pantai Barat Lampung dipengaruhi oleh Samudera

Hindia yang dicirikan oleh adanya angin muson dan curah hujan yang tinggi, sekitar2500 - 3000 mm/tahun (Stasiun Kalianda, 1991). Angin berhembus dari arah Selatanselama bulan Mei sampai September, dan dari arah yang berlawanan selama bulanNovember sampai Maret.

Berlawanan dengan arah angin, arus musim di Pantai Barat Lampung sepanjangtahun mengalir ke arah Tenggara hingga Barat Daya. Kondisi ini diperkirakandisebabkan oleh gradien tekanan antara perairan di Barat Laut dengan perairan dibagian Tenggara dari Pantai Barat Sumatera. Kekuatan arus berkisar antara 1 cm/shingga 45 cm/s. Pada musim barat antara bulan November hingga bulan Maret,arus mengalir dengan kecepatan 27 cm/s hingga 45 cm/s dan mencapai kecepatanmaksimum pada bulan Desember. Arus pada musim barat ini mengalir dengantetap menuju ke arah Tenggara. Sedangkan arus pada musim timur antara bulan Aprilhingga Oktober melemah dengan kisaran kecepatan 1 cm/s hingga 36 cm/s. Padabulan Juli arus mencapai minimum, berkisar antara 1 cm/s hingga 5 cm/s.

Di perairan mulut teluk, kekuatan arus rata-rata bulanan berkisar antara 1 cm/shingga 45 cm/s, di mana kecepatan maksimum terjadi pada bulan Januari dan Februari,dan kecepatan minimum pada bulan Maret dan April. Arus rata-rata bulanan di SelatSunda ini umumnya mengalir ke arah Lautan Hindia, kecuali pada bulan Maret, Agustus,dan Oktober. Bulan Maret, arus mengalir ke Timur Laut (dari Lautan Hindia menujuLaut Jawa) dengan kecepatan rata-rata 1 cm/s. Agustus dan Oktober, arus mengalirke Timur dengan kecepatan 23 cm/s pada Agustus dan 5 cm/s pada Oktober.

Di perairan Pantai Timur Lampung, kecepatan arus rata-rata bulanan berkisarantara 0 cm/s hingga 45 cm/s. Kecepatan maksimum terjadi pada bulan Januaridan Februari (kecepatan rata-rata mencapai 45 cm/s), sedangkan kecepatanminimumnya ditemui pada bulan Maret (kecepatan rata-rata berkisar antara 0,0hingga 1,0 cm/s). Arah arus pada umumnya mengalir ke arah Selatan, kecuali padabulan Maret di mana arus mengalir ke arah Timur Laut.

KK

Page 11: Atlas Sumberdaya Wilayah Pesisir Lampung

10

atlas sumberdaya wilayah pesisir lampung

3.4 GelombangPada umumnya, kondisi gelombang di suatu perairan diperoleh secara tidak langsung

dari data angin yang terdapat di kawasan perairan tersebut. Hal ini didasari ataskondisi umum yang berlaku di laut, yaitu sebagian besar gelombang yang ditemui dilaut dibentuk oleh energi yang ditimbulkan oleh tiupan angin. Gelombang jenis inidikenal sebagai gelombang angin. Kuat lemahnya gelombang ini dipengaruhi olehtiga faktor, yaitu kecepatan angin, lamanya angin berhembus (duration), dan jarakdari tiupan angin pada perairan terbuka (fetch).

Pantai Barat mempunyai gelombang yang paling besar di daerah Lampung, karenaPantai Barat berbatasan langsung dengan Samudera Hindia. Gelombang paling besardapat terjadi di musim Barat. Hal ini sangat membahayakan bagi para nelayan danpelayaran.

Kondisi gelombang di perairan daerah kepala Teluk Lampung diperoleh dari datasekunder, yaitu dari PT (Persero) Pelindo II Cabang Panjang. Dari informasi tersebutdiketahui bahwa gelombang besar di perairan sekitar Panjang terjadi pada bulan-bulanJuni - November. Tinggi gelombang yang ditemui di perairan tersebut berkisarantara 0,50 - 1,00 m

3.5 Suhu dan SalinitasSuhu rata-rata bulanan permukaan laut di barat Sumatera relatif stabil sepanjang

tahun, berkisar antara 28 - 29 0C, dengan suhu maksimum ditemui pada bulan Mei dansuhu minimum pada bulan Oktober (Wyrtki, 1961). Diperkirakan kisaran suhu rata-rata bulanan permukaan perairan di Teluk Lampung lebih besar karena kondisi geografisperairan teluknya. Hal ini didasarkan pada kondisi perairan Teluk Lampung yangmempunyai akses langsung dengan perairan lepas dari Lautan Hindia melalui SelatSunda.

Sedangkan suhu rata-rata bulanan untuk perairan di sebelah Timur PropinsiLampung hampir sama dengan suhu dari Laut Jawa karena perairan sebelah TimurPropinsi Lampung merupakan bagian dari Laut Jawa.

Data salinitas perairan sebelah Baratdaya Sumatera dan Laut Jawa diperoleh dariWyrtki (1961). Perubahan nilai salinitas rata-rata bulanan di sebelah Barat DayaSumatera disajikan pada Gambar 4. Salinitas permukaan di perairan ini berkisar antara32,50 - 33,60 psu, di mana salinitas minimum ditemui pada bulan Januari dan nilai salinitasmaksimum terjadi pada bulan Agustus.

Pada bulan Februari salinitas di perairan ini meninggi mencapai 32,9 psu.Diperkirakan kisaran salinitas di perairan Pantai Barat dan Pantai Timur Lampung tidakakan jauh berbeda dengan yang tersaji pada Gambar 4.

3.6 Abrasi dan SedimentasiSedimen dasar perairan pantai Propinsi Lampung di sebelah Barat termasuk

tipe fore-arc basins, yaitu yang terbentuk antara accretion prism dan vulcanic arc. Berbedadengan di bagian Barat, sedimen dasar perairan di sebelah Timur Propinsi Lampungtermasuk tipe back-arc basins, yaitu cekungan (basin) yang terbentuk akibat peregangankulit benua (continental crust), menipis, dan meretak (Tomascik et al. 1997). Umumnyaback-arc basins terletak di belakang vulcanic arc. Sedimen dasar Teluk Lampung danTeluk Semangka bagian Timur merupakan kelanjutan dari sedimen di Pantai TimurLampung.

Proses tergerusnya garis pantai (abrasi) dan bertambah dangkalnya perairan pantai(sedimentasi, pengendapan) merupakan proses alami yang dapat terjadi di semua pantai.Jika terjadi proses abrasi di suatu kawasan pantai, maka sesuai dengan hukum

GAMBAR 4.Salinitas Permukaan Rata-rata Bulanan (psu) Baratdaya

Sumatera dan Laut Jawa (Wyrtki, 1961)

----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Page 12: Atlas Sumberdaya Wilayah Pesisir Lampung

11

atlas sumberdaya wilayah pesisir lampung

keseimbangan, akan ada kawasan pantai di tempat lain yang bertambah. Kondisisebaliknya juga berlaku.

Di Pantai Barat, proses abrasi terdapat di hampir sepanjang pantai,meliputi Curup - Singing, Teluk Krui, dan Negeri (CRMP, 1998). Adapula daerah yang mengalami proses sedimentasi, yaitu terutama di daerahmuara-muara sungai. Keadaan tersebut dapat dilihat pada PetaGeomorfologi Pesisir. Proses abrasi yang terjadi di Pantai Barat ini relatifkecil dan berskala lokal.

Di Teluk Lampung, proses abrasi terjadi di pantai antara kaki GunungRajabasa dengan Ketapang. Proses abrasi tersebut terjadi pada tanahpematang di tepi pantai yang mempunyai ketinggian sekitar 1 m.

Proses abrasi juga ditemui di daerah kepala Teluk Semangka. Hasilpeninjauan lapangan di pantai antara Kota Agung dan Sukabanjarmemberikan indikasi bahwa proses abrasi terjadi di sepanjang pantai sekitar1,5 km. Daerah pantai di lokasi ini terdiri dari batuan berukuran kecilhingga sebesar kepalan tangan. Belum diketahui secara pasti apakah prosesabrasi tersebut disebabkan karena pengambilan batu-batu oleh masyarakatdi pantai itu, atau karena proses lainnya.

Di kawasan Pantai Timur Propinsi Lampung, abrasi yang kuat ditemui antaraLabuhan Maringgai (garis pantai mundur 300 meter sejak tahun 1992), Ketapang,hingga Bakauheni. Sedangkan proses sedimentasi ditemui terutama di muara-muara sungai besar seperti Way Mesuji, Way Tulangbawang, dan Way Seputih.Sumber sedimen ini berasal dari lumpur yang terbawa sungai dari daerah huludan terendapkan di muara, yang mengakibatkan pertumbuhan garis pantaiberbentuk cakar ayam (CRMP, 1998).

3.7 Kualitas Perairan Teluk LampungBerdasarkan Peraturan Daerah Propinsi Lampung No. 10 Tahun 1993

tentang Rencana Struktur Tata Ruang Propinsi, perairan Teluk Lampungterutama pesisirnya diperuntukkan antara lain sebagai kawasan pariwisata.Di wilayah ini juga beroperasi beberapa industri, antara lain tiram mutiaradan pembesaran ikan laut di dalam jaring apung. Selain itu, di perairan yangsama juga terdapat beberapa industri yang dapat menyebabkan lingkunganyang tidak bersih. Sedikit kontroversial antara berbagai kegiatan yang sekarangberoperasi di sekitar Teluk Lampung. Kegiatan pariwisata, rekreasi, danbudidaya mutiara, misalnya menghendaki perairan yang bersih dan jernih.

GAMBAR-5Citra SPOT 28 April 1996 Daerah Teluk Lampung

GAMBAR-6Citra SPOT 2 Juni 1996 Daerah Teluk Lampung

Page 13: Atlas Sumberdaya Wilayah Pesisir Lampung

12

atlas sumberdaya wilayah pesisir lampung

Sebaliknya, industri semen, batubara, kayu, minyak, rencana pabrik kertas dan kegiatanreklamasi pantai, misalnya, justru akan menghasilkan limbah yang dapat merusaklingkungan. Sementara ini ada keluhan dari beberapa pengguna perairan Teluk Lampungyang mengatakan bahwa perairan tersebut mulai turun kualitasnya. Karena keluhantersebut tidak disertai dengan data yang mendukung, maka belum dapat diambilkesimpulan apakah memang kualitas perairan Teluk Lampung menurun.

Hasil penelitian tentang kualitas air perairan Teluk Lampung memang sangat kurang.Parameter suhu, salinitas, pH, kecerahan, kekeruhan, kandungan minyak, Cu, dan coliformdi perairan Teluk Lampung, misalnya, masih tergolong memenuhi syarat baku mutuuntuk pariwisata dan rekreasi maupun tujuan budidaya perikanan dan biota laut (lihatTabel-2). Sebaliknya COD dan kandungan Cd sudah berada di luar batas yangdiperbolehkan untuk tujuan kegiatan yang sama. Sedangkan BOD, kandungan oksigenterlarut, Cr, Pb, dan padatan tersuspensi masih memenuhi syarat untuk tujuan rekreasimaupun budidaya di beberapa tempat, tetapi sudah berada di luar batas yangdiperbolehkan di beberapa tempat yang lain. Oleh karena itu dibuat suatu formulayang dapat mencerminkan kualitas perairan berdasarkan kandungan beberapa param-eter kunci. Parameter kunci tersebut adalah pestisida, logam berat (Hg, Cd, Cu, Pb,dan Cr), minyak, coliform, TSS, dan bahan organik (BOD dan COD). Denganmelakukan pembobotan dan skoring serta penjumlahan nilai, akan didapat nilai akhiryang mengklasifikasikan kualitas perairan. Berdasarkan formula tersebut, dapatdisimpulkan bahwa perairan Teluk Lampung bagian dalam diklasifikasikan memiliki kualitasperairan yang cukup baik, dengan taraf tercemar ringan. Di beberapa lokasi, sepertibeberapa industri, TPI, dan pemukiman kumuh telah terjadi pencemaran.

3.8 Isu - isu Oseanografi1. Kondisi oseanografi di perairan Lampung sudah banyak mendapat perhatian peneliti,

tapi penelitian yang dilakukan hanya di beberapa titik (sample) saja di suatu wilayah.Selain itu, penyebarluasan hasil penelitian juga sangat terbatas sehingga belum banyakorang/masyarakat yang mengetahui apa yang dihasilkan.

2. Belum ada informasi tentang perubahan atau dinamika pantai di Pantai Timur, abrasidan sedimentasi (musiman, tahunan ?)

3. Data atau informasi tentang kualitas perairan masih umum dan tidak kontinyu.4. Dari citra SPOT Juni 1996 dan April 1996, menunjukkan bahwa dinamika perairan

Teluk Lampung cukup tinggi yang digambarkan dengan pola sebaran padatantersuspensi termasuk bahan pencemar yang berbeda nyata (Gambar 5 dan 6).

TABEL-2Nilai Konsentrasi Parameter Kualitas Air

di Perairan Teluk Lampung

No.

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

12.

Parameter

Suhu

Salinitas

pH

Pembacaan Seichi disk

Kekeruhan

Oksigen Terlarut

BOD5

COD

Minyak (Lapisan)

Coliform

TSS

Logam Berat:

-Hg (Air Raksa)

-Cr (Crom)

-Pb (Timbal)

-Cu (Tembaga)

-Cd (Cadmium)

Satuan

oC

Psu

-

M

NTU

mg/l

mg/l

mg/l

mg/l

Sel/100ml

mg/l

mg/l

mg/l

mg/ll

mg/l

mg/l

Kisaran

28,0-31,5

22,8-23,5

7,96-8,22

1,13-7,55

1,61-3,37

3,2-6,2

10-40

398-123

-

0-700

10-34

<0,001-0,104

0,009-0,054

0,019-0,069

0,013-0,031

0,024-0,044

Baku Mutu

Alami

Alami ( 10%)

6,5-8,5

> 3

< 3

> 4

< 40

< 40

-

< 1.000

< 23

< 0,003

< 0,01

< 0,01

< 0,06

< 0,01

Sumber : Hasil Analisis, 1999Baku Mutu : Kep-02/Men-KLH/1988

_+

Page 14: Atlas Sumberdaya Wilayah Pesisir Lampung

13

atlas sumberdaya wilayah pesisir lampung

GAMBAR-7Peta Arus Pasang Surut

Page 15: Atlas Sumberdaya Wilayah Pesisir Lampung

14

atlas sumberdaya wilayah pesisir lampung

4.1 Habitat UtamaGaris pantai Lampung sangat panjang, 1.105 km (CRMP, 1998) dan beragam yang

menampilkan lebih dari 15 jenis habitat yang berbeda, termasuk lingkungan yang dibuatmanusia seperti tambak udang dan perkotaan. Pantai Barat hampir seluruhnyadidominasi oleh pantai berpasir, hutan pantai tipe Barringtonia, dengan sisipan tanamanperkebunan rakyat, dan dataran rendah yang berhutan Meranti (Dipterocarpaceae) sebagaikelanjutan dari Taman Nasional Bukit Barisan. Pantai sekitar teluk (Teluk Lampung danTeluk Semangka) pada dasarnya mempunyai tipe yang sama, namun mengalami degradasidan kohesi lebih besar lagi karena dampak urbanisasi. Kawasan yang semula merupakanhutan mangrove telah berubah menjadi tambak udang, terutama pada beberapa telukdan muara sungai. Yang sangat jelas terlihat di Pantai Timur adalah daerah tambak udangyang luas dan sedikit sisa hutan mangrove.

Terumbu karang, padang lamun, dan rumput laut dapat dijumpai di sepanjangdaratan sempit sekitar pulau-pulau di bagian selatan dan barat. Sebagian habitat initumbuh dengan baik di Teluk Lampung dan di Pantai Barat.

Hutan rawa di Pantai Timur sudah banyak dikeringkan, dikonversi menjadi sawahdan tambak, dan pohonnya ditebangi sehingga fungsi rawanya telah berubah. Hutanrawa air tawar merupakan lingkungan yang khas di Pantai Timur, namun tinggal sedikitdan dalam kondisi kritis. Sisa paya-paya, rumput, dan Gelagah (Saccarum spontanium) yangmasih ada di sepanjang Way Mesuji, Way Tulang Bawang, dan Way Seputih merupakankolam raksasa pengendali banjir.

4.2 Penggunaan dan Ancaman

4.2.1 Penggunaan.Pemanfaatan lahan di sepanjang Pantai Barat, terutama untuk perkebunan rakyat

telah berlangsung lebih dari 100 tahun. Pantai Timur mengalami perubahan luarbiasa selama 15 tahun terakhir. Jutaan orang masuk dari Jawa, Sulawesi Selatan danBali, baik dalam program pemerintah ataupun swakarsa, yang pada gilirannyamembuat 90% hutan mangrove diubah menjadi lahan tambak udang dan reklamasi(pembuatan tanggul) dari hampir semua rawa menjadi lahan pertanian.

Saat ini luasan mangrove di Pantai Timur tinggal sekitar 2.000 ha (CRMP, 1998)dari semula 20.000 ha. Habisnya mangrove ini merupakan penyebab utama abrasiyang terjadi di sepanjang Pantai Timur (sekitar Labuhan Maringgai). Tapi dampaknegatifnya terhadap perikanan tangkap laut masih belum diketahui secara pasti.

Daerah tujuan transmigrasi di Rawa Sragi, Rawa Jitu, dan Rawa Pitu meliputi luasareal 51.500 ha. Akhir-akhir ini terjadi perubahan pemanfaatan lahan menjadiperkebunan kelapa sawit dan tebu, terutama terjadi di Mesuji dan Way Seputih.Kegiatan penebangan pohon dan pembakaran juga berperan dalam mengubah rawayang masih ada menjadi lahan Gelam (Melaleuca cajuputi) dan paya-paya gelagah, yangkeduanya merupakan tanaman sekunder.

4.2.2 Ancaman.Seluruh hutan mangrove di Lampung akan punah dalam beberapa tahun seandainya

pengubahan ke tambak udang tidak dikontrol/diawasi. Mungkin yang tersisa hanyamangrove yang terdapat di pulau-pulau wilayah teluk. Reklamasi dan pendangkalanyang terus berlanjut di daerah pengendalian banjir Way Tulang Bawang (paya-payabelukar) akan membahayakan fungsinya bagi perikanan, kelestarian hidup burung airyang di kenal dunia internasional dan nasional, serta sebagai pengendali banjir bagidaerah sekitarnya.

Penangkapan ikan dengan bom merupakan masalah khusus di Teluk Lampung, dimana setidaknya 29 perahu lokal diperkirakan menggunakan cara yang merusak ini.Penggunaan bom merupakan gejala yang baru; yang dimulai pada tahun 1975 setelahdiperkenalkan oleh satu keluarga Bugis. Belum diketahui secara pasti apakahpenggunaan bom juga terjadi di perairan Pantai Barat. Di sekitar perairan teluk danPantai Barat terjadi pemanfaatan rumput laut yang berlebihan. Pemanfaatanberlebihan dengan cara pengumpulan ini telah merusak rumput laut alami yang adadi wilayah tersebut. Eksploitasi rumput laut di Pantai Barat ini sekitar 4 ton beratkering/bulan (Buyung. pers com, 1998).

Hampir sepanjang Pantai Barat, Kepulauan Krakatau, dan Pulau Segamat (LampungTimur) merupakan tempat penyu bertelur. Kepulauan Krakatau dan Pulau Segamattelah mengalami dampak dari perburuan dan pengambilan penyu tersebut. Sampaisaat ini, Penyu hijau tetap diburu secara luas dan di jual sebagai cindera mata di tempat-tempat rekreasi seperti Pantai Pasir Putih. Padahal, Penyu hijau ini masuk dalam ApendixI CITES sebagai fauna yang dilarang untuk diperdagangkan. Sebaran habitat pesisirdapat dilihat pada Peta Sebaran Habitat dan Daerah-daerah Rawan Banjir, Kebakaran,dan Pengeboman Pesisir Lampung.

4.3 Flora dan FaunaPantai berpasir, pantai berbatu, dan hutan pantai mempunyai susunan tumbuhan

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

EEKOSISTEM PESISIR LAMPUNG

Page 16: Atlas Sumberdaya Wilayah Pesisir Lampung

15

atlas sumberdaya wilayah pesisir lampung

GAMBAR-8Peta Sebaran Habitat dan Daerah Rawan Banjir

Page 17: Atlas Sumberdaya Wilayah Pesisir Lampung

16

atlas sumberdaya wilayah pesisir lampung

yang didominasi oleh formasi Barringtonia, seperti Ketapang (Terminalia catappa),Waru Laut (Hibiscus tiliaceus), Nyamplung (Calophyllum inophyllum), Cemara (Ca-suarina equisetifolia), dan Rasau Putih (Pandanus tectorius). Penebangan pohon,pembakaran hutan, dan pembukaan lahan secara regular yang terjadi di masalampau, mengakibatkan terjadinya dominasi lokal oleh Pandanus sepanjangPantai Barat atau Casuarina sepanjang pantai Taman Nasional Way Kambas.

Satwa langka yang dijumpai di pantai Lampung adalah terutama tiga jenispenyu, yaitu Penyu Hijau (Chelonia midas), Penyu Sisik (Eretmochelys imbricata),dan Penyu Belimbing (Dermochylis cariacea). Sekarang ini, ketiga penyu tersebuttelah semakin langka dan secara umum terancam kelestariannya. MenurutCITES dan UU No.5 tahun 1990 tentang konservasi sumberdaya alam danekosistem Indonesia, dilarang untuk mengeksploitasi dan memperdagangkanpenyu atau produk dari penyu.

Penyu laut secara umum terancam kelestariannya dengan kepunahan secaraperlahan. Oleh karena itu, penyu dilindungi di seluruh dunia. Setiap pantaitempat bertelurnya penyu menjadi penting untuk diperhatikan. Karena itu,diperlukan program yang terfokus dan berbasis masyarakat, gunamenghentikan eksploitasi penyu yang melanggar hukum.

Tidak ada lagi hutan rawa primer di Lampung. Kegiatan penebangan,pembakaran, dan gangguan hidrologis telah menghasilkan habitat rawasekunder, termasuk hutan gelam, semak belukar, putri malu, dan paya belukar. Habitatini sebagian besar dapat dijumpai di bagian Timur Laut Lampung. Hutan gelam dapatmencapai tinggi 10 - 12 meter, dan hampir seluruhnya didominasi oleh Melaleuca cajaputidengan bagian bawah yang rimbun oleh pakis dan semak belukar. Pembakaran ataukebakaran menyebabkan sulitnya hutan rawa ini mempunyai keanekaragaman tanamanrawa yang tinggi.

Putri Malu (Mimosa pigra) yang tumbuh sebagai belukar rawa membentuk rawabersemak, dengan campuran Barringtonia acutangula, Gluta renghas, Lagerstroemia speciosa.Fagraea fragrans, Licula paludosa, dan Pholidocarpus sumatrana merupakan tanaman yang lazimdijumpai di hutan rawa. Paya-paya seperti ini dapat dijumpai dekat Menggala dansepanjang Way Tulang Bawang. Daratan rawa Way Tulang Bawang mendukung kehidupandua koloni terbesar burung air di Indonesia. Daerah ini merupakan tempat berkembangbiak bagi Black-crowned Night Heron (diperkirakan 1.677 pasang) dan Oriental Darter (48pasang) serta koloni kedua di Sumatera (yang terbesar ) untuk Kuntul Jawa (30.338pasang) dan salah satu tempat utama berkembang biaknya Bangau (Great Egret) sebanyak1.202 pasang.

Sungai-sungai dan rawa-rawa mempunyai keanekaragaman ikan yang tinggi, termasuk

88 jenis ikan tercatat di bagian hilir Way Tulang Bawang, tidak termasuk jenis di sekitarmuara dan lautan. Jenis-jenis yang khas termasuk ikan Baung (Mystus nemurus), Arowana(Scleropagus formosus), Belida (Notopterus chilata dan N. borneensis), serta Malas (Oxyeleotrismarmorata). Tiga jenis terakhir ini sudah menjadi semakin langka didapat karenapenangkapan lebih, hilangnya habitat berkembang biak, dan pencemaran air oleh industri.

MangroveKeanekaragaman mangrove di Lampung rendah. Sebagian besar didominasi oleh

Api-api (Avicennia alba dan Avicennia marina) pada lahan yang baru terbentuk, ditunjangoleh Buta-buta (Bruguiera parviflora dan Excoecaria agallocha) yang lazim dijumpai di daerahmuara. Agak ke hulu dijumpai Nipah (Nypa fruticans), Pedada (Sonneratia caseolaris), danXylocarpus granatum yang menunjukkan adanya pengaruh air tawar. Bakau (Rhizophorastylosa) terbukti mendominasi mangrove yang berasosiasi dengan terumbu karang. Halini terdapat di sepanjang pantai dan pulau-pulau di Teluk Lampung.

Vegetasi Mangrove di kawasan Labuhan Maringgai (Pantai Timur Lampung) memilikiketebalan relatif tipis, yaitu bervariasi antara 50 hingga 150 meter. Hamparan mangrovedi kawasan ini membujur dari daerah Way Sekampung bagian selatan hingga ke utara

Bibit Mangrove di antara mangrove dewasa, Padang Cermin Lampung Selatan.

Page 18: Atlas Sumberdaya Wilayah Pesisir Lampung

17

atlas sumberdaya wilayah pesisir lampung

GAMBAR-9Peta Sebaran Mangrove

Page 19: Atlas Sumberdaya Wilayah Pesisir Lampung

18

atlas sumberdaya wilayah pesisir lampung

daerah Way Penet (perbatasan kawasan Taman Nasional Way Kambas). Di wilayah ini,selain tumbuhan alami, mangrove juga di tanam oleh instansi kehutanan setempat. Vegetasitanaman mangrove yang ditanam manusia (non-alami) memiliki karakteristik antara lain:jenis yang ditanam adalah Rhizophora mucronata, dengan tingkat pertumbuhan semai denganjarak tanam 2 X 2 meter, dan 4 X 4 meter. Jenis ini tergolong ke dalam kelompokmangrove sejati.

Selain dari jenis mangrove sejati, kawasan ini juga ditumbuhi oleh jenis dari kelompokmangrove semu (false mangrove) yaitu jenis Avicennia marina dan Nypa fruticans. Konsosiasi(mono-species) Avicennia marina yang terdapat di daerah Sriminosari, Labuhan Maringgaiterdiri dari konsosiasi tingkat sapihan dengan kerapatan 2.500 batang/ha yang tumbuhdi habitat yang lebih mantap. Konsosiasi Avicennia marina tingkat semai terdapat terutamapada habitat yang kurang mantap dan di daerah timbul. Kerapatan dari konsosiasi iniadalah 4.000 batang/ha.

Selanjutnya untuk jenis Nypa fruticans, banyak tumbuh di sepanjang sisi sungai,seperti Way Penet. Mengingat jenis vegetasi ini hidup di daerah dengan salinitasyang lebih rendah, maka banyak tumbuh di daerah lebih hulu dari suatu sungai.

Kondisi vegetasi mangrove di kawasan Taman Nasional Way Kambas (sekitarWay Kanan) tidak banyak berbeda dengan daerah Labuhan Maringgai, khususnya dalamhal ketebalan. Bahkan di daerah ini, ketebalan mangrove sangat tipis, dengan rata-rata ketebalan sekitar 5 meter. Vegetasi mangrove di kawasan ini terkonsentrasi disepanjang Way Kanan dan Way Penet.

Jenis vegetasi yang mendominasi kawasan mangrove di daerah ini adalah jenismangrove sejati Rhizophora mucronata dengan kerapatan sekitar 400 batang/ha. Tipevegetasinya merupakan konsosiasi dengan Indeks Nilai Penting (INP) sebesar 300.Tingkat pertumbuhan jenis ini adalah dari kelompok sapihan. Selain kedua jenisdominan tersebut, khúsusnya di sepanjang sungai dijumpai vegetasi jenis Nypa fruticans.

Rawa terdapat juga di dalam kawasan Taman Nasional Way Kambas, yakni di sekitarwilayah Way Kanan. Di dalam rawa ini terdapat juga konsosiasi gelam. Selain darikonsosiasi itu nampak konsosiasi Nibung (Oncosperma tigillaria) dan konsosiasi Sedeng(Livistonia rotundifolia ). Di daerah sempadan sungai banyak tumbuh jenis-jenis Merbau(Initsia palembanica), Barringtonia septica, Eugenia viridis, dan pelbagai anggota Ficus dan Rengas(Gluta renghas).

Di wilayah pesisir Kabupaten Tulang Bawang (sekitar PT. Central Pertiwi Bahari)terdapat 2 jenis yang dominan, yaitu jenis Avicennia marina dan Rhizophora mucronata.Untuk jenis Rhizophora mucronata, kawasan ini merupakan konsosiasi hasil tanaman manusiadengan jarak kerapatan sebesar 5 X 5 meter. Seluruh habitat mangrove di lokasi iniberupa konsosiasi, sehingga memiliki nilai INP sebesar 300, serta dengan kerapatan

berkisar antara 257 ind/ha hingga 2500 ind/ha. Ketebalan mangrove di wilayah ini jugabervariasi antara 150 meter hingga 1.200 meter. Tingkat pertumbuhan vegetasi man-grove juga bervariasi, mulai dari tingkat sapihan, semai, tihang, hingga pohon. Untuktingkat tihang dan pohon (Avicennia marina), nilai potensinya masing-masing 141 m³/ha(pohon) dan 22 m³/ha (tihang).

Selain kedua jenis dominan tersebut, di kawasan ini khususnya di sepanjangsungai dijumpai vegetasi jenis Nypa fruticans.

Komunitas mangrove di Desa Durian Kecamatan Padang Cermin - LampungSelatan berupa asosiasi (multi-species), dengan jenis dominan Rhizophora mucronata.INP berkisar antara 236 hingga 249 dan dengan kerapatan berkisar antara 188 ind/ha hingga 530 ind/ha. Tingkat pertumbuhan pohon di kawasan ini adalah sapihan,tihang, dan pohon. Untuk tihang, nilai potensinya adalah sebesar 212 m³/ha danuntuk pohon sebesar 278 m³/ha. Ketebalan mangrove antara 1 dan 1,5 km.

Berbeda halnya dengan komunitas mangrove di Desa Durian, maka tipe vegetasidi Desa Sidodadi (Padang Cermin) bertipe konsosiasi, dengan jenis Rhizophora mucronatasebagai jenis yang dominan dan memiliki INP sebesar 300. Kerapatan individu di daerahini adalah sebesar 900 ind/ha, dan dengan potensi tihang sebesar 754,7 m3/ha.Komunitas mangrove memiliki ketebalan sekitar 4 km. Sebaran mangrove dapat dilihatpada Peta Sebaran Mangrove Pesisir Lampung.

Tidak ada fauna yang tercatat tetap tinggal di mangrove. Beberapa jenis burung airseperti Pecuk Ular (Anhinga melanogaster), Bangau Tontong (Leptoptilus javanicus), MilkyStork (Mycteria cinerea), Storm�s Stork (Ciconia stormi), Pasific Reef Egret atau Kuntul (Egrettasacra), Itik (Anas gibberifrons dan Anas querquedula) serta beberapa burung rawa sepertiTringa totanus dan Actitis hypoleucos memakai hamparan lumpur, mangrove, dan rawabelakang sepanjang Pantai Timur sebagai tempat mencari makan dan bersarang. Beberapadari burung-burung tersebut membangun sarangnya lebih ke darat lagi. Koloni-koloniburung besar dapat dijumpai di paya-paya sepanjang Way Tulang Bawang (dekat denganMenggala).

Kecuali tipe vegetasi yang telah diuraikan, pesisir Lampung memiliki berbagairagam komunitas tumbuhan. Umumnya komunitas-komunitas tersebut terdiri darijenis tanaman budidaya. Ragam komunitas tanaman budidaya yang nampak bernilaipenting bagi masyarakat adalah:1. Perkebunan kelapa yang terutama terdapat di wilayah Padang Cermin, dapat

dibedakan menjadi tanaman rakyat yang terdiri dari varietas �dalam� dengan kondisiyang cukup tua dan tanaman perkebunan yang terdiri dari jenis hibrida

2. Komunitas tanaman dalam areal kebun talun. Jenis utamanya adalah Lada (Pipernigrum) dan beberapa varietas Pisang (Musa sp.)

Page 20: Atlas Sumberdaya Wilayah Pesisir Lampung

19

atlas sumberdaya wilayah pesisir lampung

GAMBAR-10Peta Kondisi Terumbu Karang di Teluk Lampung

Page 21: Atlas Sumberdaya Wilayah Pesisir Lampung

20

atlas sumberdaya wilayah pesisir lampung

3. Persawahan/Padi (Oryza sativa).

Terumbu KarangKebanyakan terumbu karang di Lampung adalah dari jenis �fringing reefs�, dengan

luasan relatif 20 - 60 meter. Pertumbuhan karang berhenti pada kedalaman 10 - 17meter. Di bawah kedalaman itu terdapat lumpur atau hamparan pasir. Sejumlahterumbu karang tipe �patch reefs� tumbuh dengan baik, dan dapat dijumpai disepanjang sisi barat Teluk Lampung. Pendataan awal menunjukkan terdapat sekitar 213jenis karang keras yang berbeda di Selat Sunda (Kepulauan Krakatau, Teluk Lampung,Kalianda, Pulau-pulau di pesisir barat Pulau Jawa). Hal ini cukup sesuai bila dibandingkandengan sekitar 139 jenis yang ditemukan di Kepulauan Seribu. Terumbu Karang diKepulauan Krakatau menunjukkan total 113 jenis karang besar, sekalipun keanekaragamanjenis rata-rata per lokasi agak rendah (yakni 48,6 ± 9.2).

Hasil survei memperlihatkan bahwa hampir di semua lokasi, kecuali Teluk Lampung,terumbu karang memiliki penutupan karang batu yang rendah (0 - 10%). Khususuntuk kawasan Teluk Lampung, penutupannya cukup besar yaitu mencapai 75%(CRMP, 1998).

Pada bagian selatan Pantai Timur yaitu P. Rimau Balak, P. Mundu, P. Seram Besar,P. Seram Kecil, P. Kuali, dan P. Panjurit, kisaran penutupan karang batumemperlihatkan kisaran yang sangat rendah (0 - 10%). Dijumpai beberapa kegiatanseperti penebangan hutan bakau di kawasan P. Rimau Balak. Kegiatan inimengakibatkan terjadinya sedimentasi yang cukup tinggi di kawasan perairan ini.Tingginya sedimentasi juga dijumpai pada kelima pulau lainnya.

Kegiatan pengeboman ikan cukup dominan pada kawasan ini. Hal ini terlihatdari kerusakan terumbu karang yang umumnya berupa kerusakan fisik. Di sampingkegiatan pengeboman, kegiatan penambangan karang batu untuk bahan bangunan danhiasan (yang banyak diperjualbelikan di kawasan Kalianda) juga menjadi salah satupenyebab kerusakan terumbu karang. Sampai sejauh ini belum diketahui informasitentang peraturan daerah yang mengatur penambangan karang batu. Namun jika mengacupada UU Lingkungan nomor 5 Tahun 1990, sebenarnya sudah ada pembatasannya.Seperti halnya Pantai Timur, persen penutupan karang batu di kawasan Teluk Semangkajuga rendah (0 - 10%). Pada kawasan ini sedimentasi dijumpai pada perairan sepanjangpantai. Di perairan P. Tabuan terlihat kerusakan terumbu karang berupa kerusakanfisik. Tipe dasar perairan yang dominan adalah pasir dan pecahan-pecahan karang. Didaratan dijumpai tumpukan karang mati yang akan digunakan untuk bahan bangunandan menguruk jalan. Kerusakan utama terumbu karang di kawasan ini akibatpenambangan karang batu dan pengambilan pasir untuk bahan bangunan dan

pembuangan jangkar.Berbeda dengan kawasan Pantai Timur dan Teluk Semangka, kawasan Teluk Lampung

memiliki kisaran persen penutupan karang batu yang luas (0 - 75%). Kecenderunganpenutupan karang batu di Pantai Timur adalah bahwa pada kawasan yang dekat denganpangkalan angkatan laut memiliki persen penutupan yang relatif tinggi (40 - 80%),sedangkan pada lokasi yang semakin jauh dari pangkalan angkatan laut memiliki persenpenutupan yang lebih rendah (0 - 35%) (Black, 1998).

Dari hasil kajian dengan metode LIT (Line Intercept Transect) pada 8 pulaumemperlihatkan kisaran penutupan karang batu antara 47.12 % - 91.65% (termasukkategori baik dan sangat baik (Gomez dan Alcala, 1984)). Tidak ada perbedaanyang nyata antara kedalaman 3 meter dan 10 meter. Keanekaragaman (dilihat daribentuk hidup karang batu) bervariasi antara 1,67% - 3,43%. Karang tipe Foliosemempunyai persen penutupan karang yang cukup besar (48,8% di P. Sulah, 28,53%di P. Tangkil, 21,26% di P. Balak, 20,65% P. Pahawang, dan 19,1% di P. CondongLaut). Hal ini dapat dilihat pada Peta Kondisi Terumbu Karang di Teluk Lampung.

Umumnya kawasan terumbu karang yang dekat dengan pemukiman dan memilikirataan yang cukup lebar, relatif kondisinya lebih buruk dibanding terumbu karang yangterletak agak jauh dari pemukiman dan dengan kondisi reef flat yang sempit. Kajiandampak kegiatan manusia (pencemaran, perikanan, pelayaran, erosi dan sedimentasi)terhadap ��kesehatan terumbu karang�� belum ada pembuktiannya.

4.4 Fungsi dan Manfaat Habitat PesisirMangrove yang berkembang dengan baik memberikan fungsi dan keuntungan yang

besar, baik dalam mendukung perikanan laut, memberi pasokan bahan bangunan,dan produk-produk lain bagi keperluan masyarakat setempat. Di samping itu, man-grove dapat menjaga stabilitas garis pantai. Namun karena kerusakan serius danhilangnya mangrove di Lampung, maka tidak banyak lagi yang dapat diharapkan.

Paya dan hutan rawa air tawar yang ada di Lampung juga mengalami kerusakan.Padahal, keduanya mempunyai fungsi hidrologis dan ekonomis bagi masyarakat pesisir.Paya dan hutan rawa tersebut akan menyimpan sejumlah besar air hujan dan air banjir,dan kemudian dilepaskan secara perlahan sehingga dapat digunakan untuk irigasi,konsumsi manusia dan pengisian kembali air tanah (sehingga mencegah intrusi air lautjauh ke daratan). Paya-paya itu menjadi penting dalam mendukung perikanan,terutama selama musim kemarau dan musim paceklik. Sedangkan koloni besar burungair yang hidup di dalamnya sungguh penting bagi usaha konservasi nasional daninternasional.

Pantai yang indah dan pesisir yang berbatu-batu di Lampung Barat merupakan daya

Page 22: Atlas Sumberdaya Wilayah Pesisir Lampung

21

atlas sumberdaya wilayah pesisir lampung

tarik luar biasa bagi pengembangan pariwisata di masa mendatang. Namun demikian,kondisinya terpencil dan jauh dari pusat-pusat pariwisata, juga kurangnya dukunganinfrastruktur seperti bandara setempat, hotel, pasokan air, dan sanitasi umum. Hal inimenghambat pertumbuhan bisnis pariwisata yang sehat. Selain itu, pulau-pulau danterumbu karang di sekitar Teluk Lampung mempunyai prospek yang lebih cerah untukpengembangan wisata bahari.

Terumbu karang, khususnya di Teluk Lampung, sangat mendukung usaha-usahaperikanan yang produktif. Terdapat sekitar 1.600 bagan yang menggantungkanpenghasilan tangkapannya di sekitar terumbu karang. Namun sangat disayangkan,ada indikasi beberapa nelayan bagan yang dalam usaha penangkapannyamenggunakan bahan peledak. Terumbu karang juga penting dalam melindungi pantaidari erosi dan menyediakan pasir guna membentuk pantai berpasir. Tanpa adanyaterumbu karang, maka banyak tempat wisata pantai akan musnah. Ironisnya, banyakobyek wisata menggunakan terumbu karang sebagai bahan reklamasi.

4.5 Isu-isu PengelolaanHampir punahnya mangrove di Lampung menuntut tindakan

cepat. Pendekatan saat ini dengan program reboisasi telah gagal danmangrove tetap diubah menjadi tambak udang. Ada suatu peluanguntuk memperbaiki/menegaskan, memperkenalkan, dan memaksakanperaturan tentang �jalur hijau� (Keppres 32/1990 Pasal 27), yangdigabungkan dengan stabilisasi produksi udang melalui pengelolaansumberdaya air sehingga dapat memberikan hasil yang optimal.

Guna melindungi usaha perikanan darat, pengendalian banjir,dan perlindungan burung air yang dikenal secara nasional daninternasional, maka paya-paya dari Buang Purus hingga Rawa Pancingsepanjang Way Tulang Bawang hendaknya dilindungi dari usahapengeringan dan ditetapkan sebagai suaka alam, yang pengelolaannyamelibatkan masyarakat setempat. Di samping itu, perlu adanyapengendalian terhadap pengambilan telur dan penangkapan burungmuda dari masing-masing koloni burung.

Pemberian izin menangkap ikan di sungai-sungai dan rawa-rawahendaknya dihentikan, guna mendorong kepemilikan dan pengelolaansumberdaya alam oleh masyarakat setempat dan untuk menerapkan(kembali) tingkat pemanfaatan secara berkesinambungan.

Perusakan terumbu karang akibat penangkapan ikan dengancara-cara yang merusak haruslah dihentikan. Hal ini dapat dilakukan

melalui dua program yang dipusatkan pada:(a) Pengawasan ketat dan tindakan tegas terhadap beberapa kelompok nelayan yang

diketahui menggunakan bahan peledak dan racun.(b) Pengembangan program oleh masyarakat setempat di pulau-pulau guna menerapkan

kepemilikan terhadap sumberdaya terumbu karang, digabungkan denganpemberdayaan masyarakat dalam meningkatkan kesejahteraannya.Pengawasan terhadap terumbu karang yang dilaksanakan oleh masyarakat setempat

dapat menjadi �kontrol sosial�. Para petugas pengawas ini dapat juga sekaligus dilatihsebagai pemandu wisata bahari.

Penyu memerlukan usaha-usaha perlindungan yang lebih baik. Hal ini dapat dilakukandengan menjaga habitat dan tempat bertelurnya penyu.

Belum diketahui jenis, skala, dan dampak dari pencemaran sungai dan pesisir yangbesar dari limbah perkotaan, erosi lahan dan garis pantai, serta yang berasal dari industri-industri pengolah hasil pertanian.

Kondisi terumbu karang yang baik di Teluk Lampung, Lampung Selatan.

Page 23: Atlas Sumberdaya Wilayah Pesisir Lampung

22

atlas sumberdaya wilayah pesisir lampung

Sungai sangat penting dalam pengelolaan wilayah pesisir, karena fungsi-fungsinyauntuk transportasi, sumber air bagi masyarakat, perikanan, pemeliharaan hidrologirawa, dan lahan basah. Sebagai alat angkut, sungai membawa sedimen (lumpur,pasir), sampah, dan limbah serta zat hara, melalui wilayah pemukiman ke terminalakhirnya yaitu laut. Dampaknya adalah terciptanya dataran berlumpur, pantai berpasir,dan bentuk pantai lainnya. Seandainya debit sungai berkurang dan bebanpenggunaannya makin banyak, maka kualitas air semakin menurun sampai titikresiko yang membahayakan kesehatan masyarakat dan lingkungan.

Lampung mempunyai 5 sungai besar dan sekitar 25 buah sungai kecil, yangmembentuk 8 Daerah Aliran Sungai (DAS), dapat dilihat pada Peta DAS-DAS UtamaPropinsi Lampung. Lima sungai besar tersebut ditetapkan menjadi 3 (tiga) SatuanWilayah Sungai (SWS). Ketiga SWS tersebut adalah Way Mesuji - Way Tulang Bawang;Way Seputih - Way Sekampung; dan Way Semangka. Sekitar 80% sungai-sungai diwilayah Lampung mengalir ke arah timur dan bermuara di Laut Jawa, seperti Way Mesuji,Way Tulang Bawang, Way Seputih, dan Way Sekampung. Sedangkan Way Semangkabermuara di Teluk Semangka.

Lahan basah utama yang terdapat di Lampung adalah Rawa Jitu, Rawa Pitu, danRawa Sragi yang sebagian besar ada di wilayah Timur dan Timur Laut Propinsi Lampung.Fungsi-fungsi lahan basah ini antara lain: sebagai perikanan air tawar, menahan pasangair laut, sebagai kolam raksasa pencegah banjir, dan tempat suaka aneka burung air.

Sungai-sungai di Pantai Timur berkaitan erat dengan 207.800 hektare rawa danpaya-paya yang pernah ada. Sebagian besar rawa dan paya-paya ini telah diubahmenjadi lahan pertanian atau perkebunan dalam program transmigrasi besar-besaran.

Sungai-sungai di wilayah Teluk Lampung dan Pantai Barat umumnya memiliki daerahtangkapan air yang sempit, karena daerahnya yang terjal atau berlereng (pengaruhpegunungan Bukit Barisan). Daerah ini termasuk tipe berenergi tinggi.

Sebagian besar sungai-sungai di Lampung memiliki debit air yang kecil. HanyaWay Mesuji, Way Tulang Bawang dan Way Sekampung yang memiliki debit lebih besardari 100 m3/detik (Tabel- 3). Semua sungai, kecuali beberapa di Pantai Barat, mempunyaivariasi debit air yang nyata. Hal ini menunjukkan besarnya pengaruh musim terhadapsungai-sungai tersebut.

Pasang naik di Pantai Timur dapat mendesak air payau ke hulu sejauh 40 - 50 kmselama musim kemarau. Hal ini mengakibatkan terjadinya intrusi air laut ke dalam airtanah di daerah-daerah konversi rawa.

5.1 Jenis-jenis Sungai di Lampung

5.1.1 Sungai Berair HitamBersifat asam, air berwarna hitam pekat karena kadar fenol dari tanin yang larut

dari tanah gambut. Air sungai biasanya mengalir sangat pelan. Jenis sungai ini hanyaterdapat di Pantai Timur seperti: Way Pedada (anak Way Tulang Bawang), Way Rasau,dan Way Wako di Way Kambas.

Sungai berair hitam miskin zat hara utama, DO rendah, dan rendah produktivitasprimernya. Ikan-ikan yang dapat dijumpai termasuk Arowana (Scleropagus formosus)menjadi sangat langka karena penangkapan yang berlebih dan kerusakan habitat.

5.1.2 Sungai Berair CoklatSeluruh sungai besar di Lampung masuk ke dalam kelompok berair coklat bercampur

hitam yang kaya dengan zat hara dan endapan, akibat campuran anak sungainya denganair gambut. Keanekaragaman jenis dan produksi ikannya tinggi karena percampuranhabitat pemijahan yang kaya dan tingginya produktivitas primer. Lebih dari 88 jenis ikanditemukan di perairan Way Tulang Bawang.

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

AERAH ALIRAN SUNGAI & SUMBER PENCEMARAN

Lingkungan desa pesisir yang kurang sehat

DD

Page 24: Atlas Sumberdaya Wilayah Pesisir Lampung

23

atlas sumberdaya wilayah pesisir lampung

GAMBAR-11Peta DAS-DAS Utama

Page 25: Atlas Sumberdaya Wilayah Pesisir Lampung

24

atlas sumberdaya wilayah pesisir lampung

5.1.3 Sungai Berair JernihMerupakan sungai-sungai berair deras, dengan kandungan zat hara cukup. Hampir

semua berasal dari bukit berhutan lebat di Pegunungan Bukit Barisan. Belum diketahuiapakah sungai-sungai jenis ini kaya dengan jenis ikan.

5.2 Perikanan Sungai dan RawaIkan air tawar merupakan sumber protein, lebih-lebih pada saat paceklik (musim

kemarau panjang). Umumnya bebas untuk menangkap ikan di wilayah lebung/lebak tetapi dikelola secara tradisional dengan izin. Di luar wilayah itu, penangkapanikan dapat dilakukan secara bebas, sehingga mengakibatkan pengurangan insentif dalampengelolaan perikanan yang berkesinambungan.

Diperkirakan sistem DAS Tulang Bawang mampu menghasilkan ikan 20 - 100kg/ha/tahun, dengan 85% tangkapan berasal dari rawa-rawa. Hasil ini merupakan40% dari total hasil tangkapan (laut dan daratan) diperoleh dari sungai dan rawa-rawa di Kabupaten Tulang Bawang.

Kecenderungan yang terjadi adalah terjadinya penyusutan produksi ikan secaraberangsur-angsur karena degradasi habitat sebagai akibat reklamasi, drainasi, konversi,pencemaran perairan, tangkap lebih, dan tertutupnya permukaan perairan oleh EcengGondok (Eichornia crassipes) dan Kiambang (Salvinia molesta).

5.3 Degradasi Daerah TangkapanDaerah tangkapan sungai-sungai besar yang mengalir ke timur dalam kondisi

kritis. Tingkat kekeruhan air bertambah tinggi karena erosi tanah (lebih dari 60%hutan lindung telah dibabat atau diubah menjadi perkebunan oleh para perambah).Hal ini dapat dilihat pada Peta Sumberdaya Air dan Sungai Propinsi Lampung.Kegiatan reboisasi tidak dapat mengimbangi pembabatan. Lahan kritis dijumpai diseluruh Lampung. Total lahan kritis kurang lebih 634.000 hektare.

Hanya sedikit yang sudah diketahui mengenai dampak degradasi pada sungai-sungai dan morfologi pesisir (debit, endapan, erosi pantai, dan pelumpuran). WayTulang Bawang, Way Seputih, Way Jepara, dan Way Sekampung membawa komponentanah yang besar. Dari Way Seputih saja, terangkut sekitar 10,5 juta ton endapan kelaut setiap tahunnya.

5.4 Hidrologi Perairan PantaiSepanjang Pantai Barat dan wilayah teluk mempunyai tipe pasang surut semi-

diurnal, dengan dua kali pasang dan dua kali surut setiap hari. Namun kisaranamplitudo dari dua wilayah tersebut berbeda. Kisaran pasang surut untuk wilayah

teluk dan Pantai Barat adalah 15 - 130 cm, sedangkan Pantai Timur mempunyai kisaran80 - 160 cm (Dishidros, 1999). Jadi, hendaknya dipelihara jalur hijau (hutan mangrove)sebagai kawasan lindung antara 200-235 meter dari pantai (Keppres No.32 tahun 1990).

Biasanya, rawa-rawa di Tulang Bawang atau Taman Nasional Way Kambas terendamair sekitar 1-3 meter pada bulan November sampai Maret, kemudian surut perlahan-lahan. Hal ini sangat penting bagi hidrologi kawasan pantai dan kesetimbangan air tawardengan air asin.

Intrusi air laut yang jauh ke daratan merupakan masalah bagi masyarakat pesisiryang sehari-harinya tergantung pada air tanah sebagai air minum. Hal ini terjadikarena hampir punahnya hutan mangrove serta hilangnya rawa dan paya-paya didaratan serta pembukaan sawah.

5.5 Pencemaran Sungai dan PesisirSumber polusi di Lampung berasal dari beberapa lokasi, seperti limbah

agroindustri dan tambak udang. Selain itu, limbah kegiatan pertanian (pestisida danpupuk kimia), limbah perkotaan, limbah rumah tangga, dan air drainasi merupakansumber polusi yang lainnya. Sementara, sumbangan bahan pencemar dari sektor

Perkampungan nelayan yang kurangsehat.

Konversi lahan sawah menjadi tambak di Rawa Seragi, Lampung Selatan

Page 26: Atlas Sumberdaya Wilayah Pesisir Lampung

25

atlas sumberdaya wilayah pesisir lampung

GAMBAR-12Peta Sumberdaya Air dan Sungai

Page 27: Atlas Sumberdaya Wilayah Pesisir Lampung

26

atlas sumberdaya wilayah pesisir lampung

pertambangan, pengolahan logam, industri kimia, dan limpahan minyak dapat dianggapmasih dalam batas yang aman.

Sumber Pencemaran UtamaDi Propinsi Lampung terdapat 160 unit industri PMDN (Penanaman Modal

Dalam Negeri) dan 33 unit industri PMA (Penanaman Modal Asing). Semua industriini dikategorikan dalam kelompok industri menengah dan besar (BKPM, 1997).Berdasarkan jenisnya, sebagian besar merupakan industri pengolah hasil pertanian.Dan industri semacam inilah yang berpotensi mencemari lingkungan jika limbahnyatidak mendapat perlakuan sebagaimana mestinya; mengingat kandungan bahanorganik yang ada pada buangan industri yang bersangkutan.

Dari industri yang ada, dapat dikelompokkan menjadi 16 jenis industri, yangterdiri dari: makanan dan minuman, kelapa sawit, karet, batu marmer, bahan kimia,pengolahan kelapa, penyedap rasa (monosodium glutamat), kertas, pengolahan kayu,sabun, gula, tapioka, sarbitol, asam sitrat, tapioka, nenas, dan tambak udang.

Prokasih (Progam Kali Bersih) merupakan program yang berhasil menurunkankandungan cemaran dalam air buangan dalam jumlah besar. Namun demikian, totalbahan pencemar tetap tinggi,karena peningkatan kapasitaspengelolaan industri itu danketidakmampuan teknologipengolahan air limbah.Kontrol terhadap sumberpencemar masih rendah,contohnya kasus pencemaranWay Seputih oleh PT. IndoLampung Destilery (1998)dan PTP Bunga Mayang (1992dan 1996), yang menyebabkankerugian terhadap lingkungan,masyarakat, dan perusahaan itusendiri.

Dari 74 unit industriberskala besar di PropinsiLampung, ternyata sebagianbesar didominasi oleh industri

tapioka sebanyak 35 unit. Disusul dengan pengolahan karet (9 unit) dan pabrik gula (6unit), dapat dilihat pada Peta Penyebaran Kelompok Industri. Dari COD dan BODlimbah industri, maka dari seluruh jenis industri di Propinsi Lampung, industri tapiokamempunyai tingkat yang tertinggi (1.427 mg/l untuk BOD dan 2.972 mg/l untuk COD).Disusul oleh industri pulp, dengan nilai BOD (650-1.113 mg/l) dan COD (1.240-2.174mg/l). Limbah industri tapioka juga mempunyai kisaran nilai pH yang paling besar (daripH = 4 - 9). Dengan demikian, dapat dimengerti bahwa penanganan limbah yang tidaksempurna akan membahayakan perairan, sehingga dapat mematikan biota yang adadidalamnya (antara lain proses dekomposisi, rendahnya DO, dan adanya bahan beracun).

Sementara itu, limbah industri pengolah karet, memperlihatkan tingkat potensipencemaran yang relatif rendah (BOD antara 54-59 mg/l dan COD antara 118-125mg/l) (Tabel- 4).

Tiga sungai besar di Propinsi Lampung secara intensif dialiri oleh limbah industri.Ketiga sungai tersebut adalah Way Pangubuan, Way Sekampung, dan Way TulangBawang. Way Pangubuan memiliki kisaran nilai BOD serta COD yang tertinggi dibandingdengan dua sungai lainnya, yaitu 123-296 mg/l untuk BOD dan 220-389 mg/l untukCOD.

Sebagian besar industriberlokasi di daerah hulu dan hanyasebagian kecil saja yang berlokasidi daerah hilir. Walaupun pemerin-tah daerah telah menyediakan ataumenentukan suatu kawasanindustri, namun hingga saat ini tam-paknya hanya industri yang barudidirikan saja berlokasi di sinisedangkan penataan ulang untukindustri lama masih belumdilaksanakan.

Limbah industri di PropinsiLampung sebagian besar mengalirke Pantai Timur, kemudiansebagian kecil lainnya ke TelukSemangka dan Teluk Lampung,sedangkan ke Pantai Barat samasekali tidak ada limbah industri yang

Sumber: Giesen, 1991; Manik, 1991; BPS, 1997 REPPProt, 1988; PU, 1996

Sungai/Way

MesujiTulang BawangSeputihWay JeparaWay KambasSekampungUlubelu/Napal/SiringSemangkaKrui

Daerah Tangkapan (ha)

Sebagian besar di Sumsel 1.015.000 755.000 88.000 44.000 567.500 - 152.500 66.00

Jenis Air Sungai

Coklat (campur hitam)Coklat (campur hitam)Coklat (campur hitam)HitamHitamCoklat (campur hitam)CoklatCoklatBening

Kisaran debit (m3/s)

15580-360 (av.200)3-48 (av.26)3610216-0,18-247 (av.67,5)40

TABEL-3Ukuran Daerah Tangkapan dan Debit Air Beberapa

Sungai Utama di Lampung

av = Rata-rata

Page 28: Atlas Sumberdaya Wilayah Pesisir Lampung

27

atlas sumberdaya wilayah pesisir lampung

GAMBAR-13Peta Penyebaran Kelompok Industri

Page 29: Atlas Sumberdaya Wilayah Pesisir Lampung

28

atlas sumberdaya wilayah pesisir lampung

mengalir. Limbah di Pantai Timur lebih kompleks yaituterdiri dari: cairan organik, pengolahan pertanian, plastik,kaleng, pupuk, pestisida, dan sampah alami (debris).Selanjutnya buangan di Teluk Lampung dan TelukSemangka lebih sederhana yaitu terdiri sampah rumahtangga, plastik, minyak dan sampah alami. Sedangkankondisi Pantai Barat hingga saat ini sangat bersih karenabuangan yang ditemukan hanya terdiri dari sampah alamisaja, namun harus diperhatikan di daerah pemukiman akanditemukan banyak sampah dan limbah rumah tangga yangberpotensi mencemari lingkungan.

Sumber Pencemaran yang LainPerkembangan pesat sektor pertanian (baik untuk

produksi pangan maupun perkebunan) telahmeningkatkan penggunaan bahan kimia (misalnyapestisida dan pupuk buatan). Hal ini meningkatkan bebanzat hara dan pencemaran terhadap sungai-sungai yangmenampung limpahan air dari sisa-sisa pertanian.Belum ada penelitian mendalam yang dapatmemperhitungkan besarnya masalah ini.

Penduduk telah meningkat dari 2,7 juta jiwa di tahun1991 menjadi lebih dari 6,95 juta jiwa di tahun 1998,sekitar 3 kali lipat dalam 7 tahun. Yang perludiperhatikan adalah bahwa hanya sebagian kecil (sekitar14 %) dari limbah rumah tangga yang dikumpulkan dandibuang untuk diproses/diolah dengan baik. Karena kebanyakan pantai dan perairanlaut berdampingan dengan pemukiman, maka pantai-pantai di dekat pusat pemukimandikotori oleh tinja dan limbah padat. Beban harian BOD yang dibuang ke perairanpesisir diseluruh Lampung diperkirakan berjumlah 172,2 ton/hari (Koe dan Aziz, 1995dalam Chua et al., 1997).

Penurunan kualitas perairan Teluk Lampung dan beberapa tempat lainmerupakan pengaruh akumulatif dari pencemaran bahan organik. Nilai BOD jauhmelampaui batas ambang, turunnya tingkat kejernihan air, dan tingginya tingkatbahan padat tersuspensi dan/atau partikel organik, merupakan pengaruh dari bahanpencemar daratan yang mengalir ke pantai. Terumbu karang yang dekat dengan pantai

rusak karena endapan sedimen dan proses eutrofikasi air laut.Menurut laporan, pernah terjadi ledakan kelimpahan plankton secara besar-

besaran atau terjadinya pasang merah (red tides) di Pantai Timur, sekalipun skala dandampaknya tidak dicatat.

Tidak ada pemantauan atau pengendalian terhadap limbah lumpur dalam airbuangan yang dihasilkan oleh lebih dari 33.000 hektare tambak. Dan lahan tambak inimasih diperluas terus (tambak udang menggunakan pakan buatan yang kaya protein,namun hanya 30% - 50% yang efektif terpakai; 50% - 70% terbuang percuma menjadilimbah).

Dari hasil pengamatan serta wawancara di lapangan ternyata jenis obat-obat pertanian

TABEL-4Kisaran Level BOD,COD, dan pH Limbah Industri dari Tahun 1995-1998

No.

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.

10. 11. 12. 13. 14. 15.

Jenis Industri

Makanan & MinumanKelapa SawitKaretMarmerBahan KimiaPengolahan KelapaPenyedap Rasa (MSG)KertasPengolahan KayuSabunGulaTapiokaAsam sitrat & SarbitolAsam Sitrat & TapiokaTapioka & Nanas

42931112136

35213

63-149109-34889-14033-21791-14744-12592-295

650-1.11354-5976-9051-398

47-1.427105-230100-12079-120

COD (mg/l)

130-327248-625198-32470-419

185-290109-247190-505

1.240-2.174118-125115-182

108-1.91096-2972215-480208-256180-242

pH

7,0-8,07,0-8,56,0-8,06,0-7,08,5-10

7,05,0-7,56,0-9,57,5-8,07,0-7,54,5-9,04,0-9,07,0-7,56,0-7,06,0-7,0

Sumber: Modifikasi data Prokasih 1995 - 1998 dengan laporan Amdal, LP UNILACatatan: Sampel diambil dari keluaran (outlet)

Jumlah Industri BOD (mg/l)

Page 30: Atlas Sumberdaya Wilayah Pesisir Lampung

29

atlas sumberdaya wilayah pesisir lampung

yang terbanyak digunakan adalah: Diazinon, Urea/NPK,Thiodan, dan Samponin. Selanjutnya diikuti oleh jenis lainnyaseperti Fastax, Tiraks, Sipin, Mipecin, Kurator, Gycap, Pospit,Organik, Dursban, Round-up, DMA-46, Cinone, Reaksal,Akodan, Temix, Gandasil, Klerap, Seprax, Quarter, Suprasit,Dolomit, dan Tiodan. Selengkapnya dapat dilihat pada Tabel-5.

Hanya 27% petani yang menggunakan obat-obatpertanian sesuai dengan petunjuk pemakaian yang tertera,sedangkan sebagian besar lainnya hanya menggunakan obat-obatan tersebut apabila dianggap perlu saja. Adapun asal obat-obatan tersebut hanya didapat dari dua tempat saja, yaitu pasardan kios-kios pertanian setempat.

Pada umumnya, petani menggunakan obat-obat pertanianuntuk membasmi walang sangit, hama/penyakit, hama wereng,tikus, ulat, rumput/alang-alang, semut/serangga, dan keong.

5.6 Isu-isu Pencemaran Pesisir1. Penanganan pencemaran belum berlangsung secara terintegrasi, sementara penerapan

hukumnya masih belum tegas. Integrasi kerja antara lembaga teknis dan yudikatifharus ditumbuhkan.

2. Monitoring lingkungan dan audit terhadap industri belum dilakukan secara teratur(reguler).

3. Terbatasnya parameter pengamatan limbah yang hendaknya dapat diperluas, tidakhanya BOD, COD dan pH namun juga dapat menyajikan data bahan berbahayadan beracun.

4. Kepedulian masyarakat dan industri terhadap lingkungan masih rendah.Diskusi pengelolaan dan pemanfaatan teluk Lampung dengan BAPEDALDA Lampung

TABEL-5Jenis dan Pemakaian (%) Obat-Obat Pertanian

No.

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.

10. 11. 12. 13. 14. 15.

Jenis Obat

DiazinonPhosphitFastaksMatadorThiodanUreaAkodanDursbanRound-upNPKDarmasanGramoxonIndo-basDMA-46Cinone

10,43,0

16,413,47,59,04,51,51,51,51,51,51,51,51,5

No.

16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29.

Jenis Obat

ReaksalLestariTemiksTiraksSipinGandasilKlerapSepraksKuarterMipecinKuratorGycapSamponeSuprasid

Pemakaian

1,51,51,51,51,51,51,51,51,51,51,51,51,51,5

Sumber: Survei CRMP 1998

Pemakaian (%)

Page 31: Atlas Sumberdaya Wilayah Pesisir Lampung

30

atlas sumberdaya wilayah pesisir lampung

Propinsi Lampung dengan luas daratan 3,5 juta ha memiliki 1,237 juta ha kawasanhutan dan yang telah ditetapkan sebagai kawasan konservasi seluas 422.500 ha (12,8%).Selain kawasan konservasi hutan, Lampung memiliki kawasan konservasi laut, kepulauan,dan beberapa lokasi yang diusulkan sebagai taman buru, suaka marga satwa, dancagar alam rawa air tawar sebagai habitat berbagai jenis burung air.

Berdasarkan letaknya, kawasan-kawasan konservasi tersebut, sebagian arealnyameliputi wilayah pesisir dan berbatasan langsung dengan laut seperti Taman Nasionaldan Cagar Alam Laut Bukit Barisan Selatan di Pantai Barat dan TN. Way Kambas diPantai Timur. Di Selat Sunda terdapat Cagar Alam Laut Gugus Kepulauan Krakatau.

Pulau Sumatera lebih kaya akan keanekaragaman jenis tumbuhannya dibandingkandengan pulau lainnya di Indonesia. Di Sumatera terdapat 17 marga endemik dandidukung oleh berbagai macam tipe vegetasi seperti hutan mangrove, hutan rawa danpantai, hutan dataran rendah, dan hutan pegunungan.

Ditinjau dari keanekaragaman fauna, di Sumatera terdapat 196 jenis mamalia, 20endemik, 15 jenis yang hanya dijumpai di Indonesia dan 22 jenis hewan mamalia Asiayang tidak terdapat di daerah lainnya di Indonesia. Dari 580 jenis burung, terdapat 14jenis yang endemik dan sekitar 120 jenis burung yang bermigrasi.

6.1 Taman Nasional Bukit Barisan Selatan

6.1.1 Letak dan LuasKawasan ini resmi menjadi Taman Nasional berdasarkan SK Menteri Kehutanan

No. 096/Kpts-II/1984 dengan luas 66.000 ha di wilayah Propinsi Bengkulu dan 290.800ha di wilayah Kabupaten Lampung Barat. Sebelumnya kawasan ini diperuntukkanmenjadi Suaka Marga Satwa (SMS) yang dikenal sebagai SMS Bukit Barisan Selatan Isejak pemerintahan Hindia Belanda.

6.1.2 Keadaan Fisik KawasanTNBBS berbatasan langsung dengan laut di bagian utara yaitu Tanjung Keramat

dan di bagian selatan sejak dari Bengkunat sampai Tanjung Cina. Pada umumnya,wilayah pemukiman penduduk yang terdapat di sepanjang Pantai Barat Lampungberupa daerah �enclave� dari TNBBS.

Topografi kawasan tengah dan utara merupakan pegunungan, dan wilayah pesisirnyaadalah kawasan pemukiman penduduk. Bagian selatan merupakan dataran rendah dansebagian besar dari kawasan tersebut berbatasan langsung dengan laut. Terdapatdua muara sungai yang membentuk laguna yaitu Muara Sungai Sleman dan DanauMenjungkut (150 ha) yang lokasinya terdapat antara Tanjung Belimbing - Tanjung Cina.

TNBBS dipotong oleh jalan raya antar propinsi yang menghubungkan Lampungdengan Bengkulu yaitu ruas jalan antara Liwa dan Krui (32 km), perbatasan propinsiBengkulu (5 km) dan antara Kota Agung dan Bengkunat (40 km). Untuk mencapaiujung bagian selatan TNBBS (Belimbing dan Tanjung Cina) hanya bisa melalui laut dariKota Agung karena belum ada jalan darat.

6.1.3 Potensi FloraVegetasi utama yang terdapat di Taman Nasional ini adalah hutan hujan tropika

basah di sepanjang pegunungan Bukit Barisan. Pada hutan dataran tinggi dandataran rendah umumnya didominasi oleh tumbuhan marga Lauraceae, Dillentaceae,Dipterocarpaceae, Myrtaceae serta Fagaceae. Di hutan pantai terdapat Bunga Bangkai(Amorphophalus sp) sebagai bunga tertinggi di dunia dan bunga Raflesia (Rafflesia arnoldi)yang dikenal sebagai bunga terbesar di dunia.

Vegetasi pantai umumnya didominasi oleh Terminalia catappa, Hibiscus sp., Barringtoniaasiatica, Calophyllum inophyllum, Casuarina equisetifolia, Ficus septica dan Pandanus tectorius.

Tipe vegetasi lain berupa padang Alang-alang (Imperata cylindrica) dengan luas sekitar50 ha di Tanjung Belimbing. Di perairan keliling Muara Sleman dan Danau Menjungkutterdapat vegetasi rawa air payau yang didominasi oleh tumbuhan Nipah (Nypa fruticans).

Wilayah Taman Nasional bagian barat yang berbatasan dengan pemukiman pendudukterdapat zona penyangga berupa hutan Damar (Shorea javanica). Resin yang dihasilkantanaman ini memberikan nilai ekonomi bagi masyarakat sekitarnya. Damar merupakanproduksi khas Pesisir Barat Propinsi Lampung.

6.1.4 Potensi FaunaDari berbagai laporan yang ada, diketahui bahwa kawasan ini dihuni berbagai jenis

mamalia darat, baik yang langka maupun yang dilindungi, dapat dilihat pada Tabel-6.

6.1.5 Zona PemanfaatanZona pemanfaatan merupakan bagian dari kawasan Taman Nasional yang memiliki

nilai tersendiri untuk tujuan wisata alam dan kegiatan khas lainnya.Salah satu pengembangan zona pemanfaatan yang mulai dikembangkan adalah

kawasan wisata buru dan jalur penjelajahan yang terdapat di bagian selatan (Tampang-Belimbing). Lokasi andalannya yaitu Danau Menjungkut (150 ha) dan Muara Sleman.Pada jalur jelajah ini terdapat menara pengintai satwa untuk melihat atraksi kehidupansecara alami. Lokasi wisata buru terdapat di Pemekahan dengan obyek hewan buruanadalah Babi Hutan (Sus barbatus) yang populasinya cukup banyak tersedia secara alami.

Untuk mencapai lokasi ini bisa melalui laut dari Kota Agung atau menggunakan

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

AWASAN KONSERVASIKK

Page 32: Atlas Sumberdaya Wilayah Pesisir Lampung

31

atlas sumberdaya wilayah pesisir lampung

pesawat dari Bandar Lampung ke Belimbing. Pengembangan zona pemanfaatan Tampang-Belimbing dikelola oleh PT. SAC Nusantara yang dibangun sejak tahun 1994.

6.2 Cagar Alam Laut TNBBS

6.2.1 Letak dan LuasCagar Alam Laut terdapat pada dua lokasi yaitu Tanjung Keramat sepanjang 7 km

di perbatasan Bengkulu seluas 1.500 ha dan wilayah perairan pantai dari Bengkunatsampai Tanjung Cina sepanjang 42 km meliputi kawasan seluas 20.000 ha.

6.2.2 Keadaan Fisik KawasanPantai Tanjung Keramat berupa tebing terjal, dibentuk oleh batu pasir - batu

lempung yang terkikis gelombang Pantai Barat Sumatera. Dasar lautnya langsung curam,tebing pantai membentuk dinding dengan ketinggian antara 20 s/d 40 meter. Di beberapatempat terdapat formasi terumbu karang yang menjorok ke laut sejauh 50-100 m danselalu muncul pada saat pasang surut, khususnya perairan di selatan yaitu daerah sekitarBelimbing dan Tanjung Cina.

6.2.3 Potensi Biota LautHamparan terumbu karang yang muncul pada saat pasang surut di Kawasan Cagar

Alam Laut TNBBS terdapat berbagai jenis rumput laut. Jenis yang dikenal dengannama Kades (Gelidium sp) telah dijadikan masyarakat sekitarnya sebagai tambahanpenghasilan yang diperoleh pada waktu pasang surut (60 ton/tahun).

Biota laut lainnya yang terdapat pada terumbu karang tersebut adalah ikan hiasdan udang lobster. Jenis udang lobster yang umum terdapat di sini yaitu Panulirushomarus, P.ornatus P. longipes, P. peniciatus, P. longipes dan P. versicolor.

6.3 Cagar Alam Laut Kepulauan Krakatau

6.3.1 Letak dan LuasKawasan Cagar Alam Laut Kepulauan Krakatau terletak di Selat Sunda dan secara

administrasi pemerintahan berada dalam Kabupaten Lampung Selatan. Penetapankawasan cagar alam laut ini merupakan perluasan Cagar Alam Krakatau melalui SKMenteri Kehutanan No. 85/Kpts-II/1990, tanggal 26 Februari 1990.

Perairan cagar alam laut meliputi areal seluas 12.000 ha sedangkan luas daratannyaadalah 2.535 ha, terdiri dari Krakatau Besar (Rakata), Krakatau Kecil (Panjang), AnakKrakatau dan pulau Sertung. Gugus Krakatau ini juga telah ditetapkan sebagai kawasancagar alam sejak tahun 1919.

6.3.2 Keadaan Fisik KawasanGugus Kepulauan Krakatau terbentuk setelah terjadi letusan purba yang tidak

tercatat dalam sejarah. Anak Krakatau merupakan pulau gunung api yang aktifdan letusan tahun 1883 telah menjadikan Krakatau terkenal secara internasionalbaik sebagai bahan kajian ilmiah dalam bidang geologi, vulkanologi dan proses suksesialami flora dan fauna.

Puncak tertinggi gugus kepulauan ini adalah Krakatau Besar (813 m) dan AnakKrakatau yang berupa kawah aktif ketinggiannya selalu bertambah sejalan dengankegiatan letusan yang terjadi.

Keadaan topografi gugus kepulauan ini pada umumnya curam kecuali sebagianwilayah Pulau Sertung dan Panjang. Kepulauan ini tidak berpenghuni tetapi seringdijadikan tempat berlindung bagi nelayan.

6.3.3 Potensi Flora dan FaunaVegetasi yang umum terdapat di Gugus Kepulauan Krakatau terdiri dari hutan

pantai yang didominasi oleh Waru Laut (Hibiscus tiliaceus), Cemara Sumatera (Casuarinaequisetifolia), dan Ketapang (Terminalia catappa). Semakin ke darat didominasi Hampelas(Ficus sp.) dan Kedondong hutan (Artocarpus sp.). Sedangkan pada pantai berpasirterdapat formasi Ipomoea pescaprae baik di Pulau Anak Krakatau maupun Pulau Sertung.

Jenis fauna yang ada pada umumnya dari jenis Biawak (Varanus salvatorius), Ular(Phyton sp.), Burung Elang (Heliastur sp.), dan burung pantai serta Tikus (Rattus sp.).Kehadiran flora dan fauna di Anak Krakatau merupakan proses suksesi alami yangrelatif masih baru yaitu berlangsung sekitar 100 tahun.

6.3.4 Potensi Biota LautTerumbu karang di perairan sekitar Gugus Kepulauan Krakatau umumnya dalam

kondisi rusak akibat pengeboman ikan. Hamparan terumbu karang berada di sisibagian luar, sedangkan sisi bagian dalam keadaan perairan pantainya curam dan labilakibat pengaruh aktivitas Anak Krakatau yang makin meluas.

Pada pantai berpasir (khususnya Pulau Sertung) diketahui sebagai lokasi penyubertelur, seperti Penyu Sisik (Eretmochelys imbricata) dan Penyu Hijau (Chelonia midas)yang belum dikelola sebagai aset wisata maupun upaya perlindungannya.

6.4 Taman Nasional Way Kambas

6.4.1 Letak dan LuasKawasan Taman Nasional Way Kambas berada di wilayah Kabupaten Lampung

Tengah. Status kawasan ini pada awalnya (1924) sebagai Hutan Lindung dan pada

Page 33: Atlas Sumberdaya Wilayah Pesisir Lampung

32

atlas sumberdaya wilayah pesisir lampung

tahun 1937 diperuntukkan sebagai Suaka Marga Satwa. Status terakhir yaitu sebagaiBalai Taman Nasional berdasarkan SK Menteri Kehutanan No. 185/Kpts-II/1997 tanggal31 Maret 1997 dengan luas 130.000 ha. Kawasan ini berada di Pantai Timur dan berbatasandengan laut sepanjang 68 km antara Way Penet (B.TN 187) di Selatan dengan WaySeputih (B.TN 121) di Utara.

6.4.2 Keadaan FisikTopografi kawasan umumnya landai dan berupa dataran rendah yang dilalui oleh

banyak anak sungai dan terdapat banyak rawa air tawar. Dua sungai yang berada dalamkawasan ini yaitu Way Kambas dan Way Wako. Kondisi perairannya dipengaruhi olehkondisi pasang terutama di musim kemarau. Pada musim hujan, sebagian besar kawasanberubah menjadi rawa air tawar yang sangat luas. Titik tertinggi berada 52 meter diatas permukaan laut. Sebagai kawasan yang pernah mendapat izin penebangan daritahun 1968 sampai 1974, sebagian besar vegetasinya telah berubah menjadi hutansekunder dan padang alang-alang yang hampir setiap tahun mengalami kebakaran.

6.4.3 Potensi FloraTN. Way Kambas memiliki berbagai tipe vegetasi dataran rendah seperti hutan

pantai, mangrove, hutan gambut dan rawa pasang surut, rawa air tawar serta hutandataran rendah.

Pada pantai berpasir banyak ditumbuhi oleh Cemara Laut (Casuarina equisetifolia),Waru (Hibiscus tiliaceus), Ketapang (Terminalia catappa) dan Pandan Duri (Pandanus spinosus).Vegetasi hutan mangrove yang terdapat di muara sungai didominasi oleh Api-api (Avicenniasp.), Buta-buta (Bruguiera sp.), dan semakin ke hulu dijumpai formasi Nipah (Nypa sp) danNibung (Oncosperma tigilaria) serta berbagai jenis palem di antaranya yaitu Palem Merah(Cyrtostachys lakka) yang bercampur dengan tumbuhan hutan rawa air tawar dengankomposisi tumbuhannya didominasi oleh Gelam (Melaleuca spp) dan Rengas (Gluta renghas).Pada areal yang lebih tinggi dan relatif tidak berupa rawa terdapat jenis pohon perwakilandari tipe vegetasi hutan hujan dataran rendah seperti Minyak (Dipterocarpus retusus),Merawan (Hopea sp), Meranti (Shorea spp.), Jabon (Anthocephalus chinensis), Puspa (Schimawallichii), dan Sempur (Dillenia excelsa) berupa hutan sekunder sebagai sisa tebangan dariizin Hak Pengusahaan Hutan (HPH) yang berlangsung antara tahun 1968 sampai dengantahun 1974.

Dalam kawasan TN. Way Kambas juga terdapat padang alang-alang yang cukupluas dan pada waktu musim hujan, areal ini terendam air sedangkan pada musim kemaraumengalami kebakaran. Pada sebagian areal terjadi suksesi dari padang alang-alangmenjadi belukar.

6.4.4 Potensi FaunaBerbagai tipe vegetasi TN. Way Kambas telah mendukung berbagai macam tipe

habitat yang mendukung kelangsungan hidup satwa liar yang ada di dalamnya. TN.Way Kambas dihuni tidak kurang dari 286 jenis burung dan banyak jenis hewan mamaliabaik sebagai hewan yang dilindungi maupun yang langka. Salah satu jenis burung airendemik Sumatera dan paling langka yaitu Entok/Itik Rimba (Cairina scutulata) terdapatdalam populasi terbesar hanya di TN. Way Kambas dan menjadi habitat terakhir untukmenjaga kelangsungan populasinya. Perairan TN. Way Kambas juga dihuni olehdua jenis buaya yaitu Buaya Muara (Crocodylus porosus) dan Buaya Ikan (Tomistoma schelegelii)yang tergolong jenis yang terancam punah. Juga terdapat Biawak (Varanus salvatorius)dan kura-kura air tawar serta berbagai jenis ikan.

6.4.5 Zona PemanfaatanPada beberapa wilayah dalam kawasan TN. Way Kambas telah dikembangkan

berbagai fasilitas penelitian dan daerah tujuan wisata andalan Lampung. Tempat-tempat yang telah dikembangkan untuk tujuan penelitian maupun wisata ilmiahadalah; 1) Pusat Latihan Gajah. Didirikan tahun 1985 pada areal perencanaan 1.000hektare yang berada 9 km dari pintu gerbang utama (Plang Ijo). Gajah terlatih dari PLG(Pusat Latihan Gajah) dimanfaatkan untuk berbagai keperluan seperti gajah tangkapuntuk menanggulangi gangguan gajah liar, gajah tunggang untuk patroli dan tungganganwisatawan, gajah kerja untuk menarik kayu, penarik bajak dan pembawa beban, dangajah atraksi untuk berbagai pertunjukan yang menarik baik di Way Kambas maupundikirim ke berbagai kebun binatang di tempat lainnya di Indonesia. 2) Plang Ijo. Dikenalsebagai pintu gerbang utama untuk masuk kawasan Taman Nasional Way Kambas.Beberapa fasilitas yang ada di Plang Ijo ini antara lain camping ground, pusat informasi, danpenginapan yang bernuansa alami serta pos unit perlindungan Badak Sumatera. 3) WayKanan. Berada sekitar 13 km dari pintu gerbang dan merupakan salah satu resort dariTN. Way Kambas yang terletak di tengah kawasan. Untuk mencapai Way Kanan terdapatfasilitas jalan raya yang melalui hutan alam dan sepanjang jalan sering dijumpai berbagaisatwa liar. Way Kanan merupakan obyek kunjungan wisata yang alamnya relatif masihasli dan telah banyak dikunjungi oleh wisatawan dalam dan luar negeri. Potensi wisataalam di Way Kanan telah didukung oleh tempat menginap dan sarana transportasi sungai.Dengan menelusuri aliran sungai pengunjung akan bisa menikmati nuansa flora danfauna sampai ke muara sungai Way Kambas. 4) Proyek Harimau Sumatera. Sebagai hewanyang terancam punah, studi tentang Harimau Sumatera telah di mulai di Way Kanan.Kegiatan studi ini merupakan kerjasama LIPI, Departemen Kehutanan dengan YayasanHarimau Sumatera dan Dana Perlindungan Harimau Dunia yang didukung oleh TamanSafari Indonesia dan Kebun Binatang Minnessota. 5) Sumatran Rhino Sanctuary. Kawasan

Page 34: Atlas Sumberdaya Wilayah Pesisir Lampung

33

atlas sumberdaya wilayah pesisir lampung

ini terletak antara Plang Ijo-Way Kanan dan merupakan upaya penelitian tentangreproduksi Badak Sumatera. Kegiatan ini merupakan kerjasama LIPI, DepartemenKehutanan, Taman Safari Indonesia, Yayasan Badak Dunia, dan Yayasan Rhino Indone-sia.

Dengan adanya kegiatan proyek penelitian di TN. Way Kambas ternyata telahmenjadikan kawasan ini terkenal sebagai sumber informasi ilmiah tentang satwa liardan masih menyimpan banyak informasi penting lainnya di wilayah pesisir dan aliransungai serta rawa air tawar.

6.5 Suaka Marga Satwa dan Cagar Alam Tulang Bawang (Kawasan Usulan)

6.5.1 Letak dan LuasWay Tulang Bawang merupakan salah satu sungai besar di Lampung yang mengalir

ke Pantai Timur. Rawa-rawa di aliran sungai ini terhampar dalam areal seluas lebihdari 86.000 ha. Wilayah ini berada di Kabupaten Tulang Bawang. Berdasarkanpenelitian Asian Wetland Bureau (AWB) Indonesia pada tahun 1994, kawasan ini memilikinilai penting secara nasional maupun internasional untuk konservasi lahan basah. Dalamrangka mempertahankan potensi dan keberadaan lahan rawa ini, AWB telah mengusulkanRawa Bakung, Rawa Tenuk, Rawa Bungur dan Bawang Lambu Purus serta BawangBelimbing seluas 12.100 hektare sebagai Suaka Marga Satwa serta Rawa Pacing (600 ha)dan Rantau Kandis (900 ha) sebagai Cagar Alam yang luas keseluruhannya 13.600 ha.

6.5.2 Keadaan Fisik KawasanKawasan ini merupakan ekosistem rawa yang kompak, memanjang mengikuti aliran

Way Tulang Bawang. Kegiatan perikanan yang dilakukan masyarakat setempat dikenaldengan sistem �lelang lebung� dengan milik usaha perikanan di suatu rawa dipegangoleh aparat pemerintah setempat.

Lebung merupakan rawa-rawa air tawar yang kelihatan seperti danau di musimhujan dan seperti kolam di waktu musim kemarau yang menjebak banyak ikan.

Banyak terdapat rawa-rawa air tawar sepanjang aliran Way Tulang Bawang danselama ini telah memberikan hasil yang bermanfaat bagi penduduk setempat dalamsegi ekonomi dan sumber protein hewani. Permasalahan yang sering terjadi akhir-akhir ini adalah masalah limbah pabrik pengolahan tapioka dan pabrik gula yangdapat mengakibatkan kematian ikan secara masal.

6.5.3 Potensi FloraRawa Pacing, Bakung, Tenuk, dan Rawa Gelam adalah kesatuan ekosistem yang

merupakan habitat limpahan banjir pinggiran sungai dengan rawa-rawa yang di tumbuhi

oleh Geligi (Phragmites karka), Padi Liar (Oryza rufipogon), dan Rumput Liar (Paspalum sp),serta Gelagah (Saccharum spontaneum). Jenis pohon yang dominan adalah Gelam (Malaleucasp), Nibung (Oncosperma tiggilarium), dan Rengas (Glutta renghas) yang diselingi belukar darijenis Putri Malu (Mimmosa pigra), Bungur (Lagerstroemia speciosa), dan Palas (Licuala paludosa).Tumbuhan air yang dominan antara lain Genjer (Limnocharis flava), Kangkung (Ipomoeaaquatica), Kekapuk (Salvinia spp), Pijes (Cyperus imbricatus), dan Pengajau (Scleria sumatrana).Jenis tumbuhan yang pernah tercatat di kawasan ini berjumlah 141 jenis yang tergabungdalam 58 familia.

6.5.4 Potensi FaunaDalam kawasan yang diusulkan untuk cagar alam dan suaka margasatwa ini terdapat

lingkungan mendukung kehidupan berbagai jenis burung air dan ikan rawa air tawar.Ketersediaan ikan di rawa ini berkaitan erat dengan sumber makanan burung air

baik yang hidup menetap maupun jenis burung migrasi yang menempati areal ini secaraperiodik.

Perairan sungai dan rawa Tulang Bawang mempunyai keanekaragaman ikan yangtinggi. Diketahui 88 jenis ikan sepanjang Way Tulang Bawang, belum termasuk di daerahmuara sungai. Jenis-jenis ikan yang khas di antaranya adalah Arowana (Scleropages formosus),Ikan Malas (Oxyeleotris marmorata) dan Ikan Belida (Notopterus chilata dan N. borneensis)yang ketiganya sudah tergolong langka.

Kawasan ini dihuni oleh tidak kurang dari 88 jenis burung yang tergabung dalam 33familia. 29 jenis di antaranya adalah kelompok burung air. Terdapat dua jenis burungair yang langka dan terancam punah menurut �red data book� IUCN (International Unionfor Conservation Nation) yaitu Bangau Tontong /Jenggot Solah (Leptoptilos javanicus) danWilwo (Mycteria cinerea), sedangkan Belibis Batu (Nettapus coromandelianus) dan Jacana(Cicinia episcopus) merupakan jenis yang terancam punah di Indonesia.

Rawa-rawa aliran Way Tulang bawang mewakili koloni berbiak terbesar burung airdi Indonesia. Pernah dilaporkan keberadaan 54 pasang Kuntul Kecil (Butorides striatus),lokasi berbiak pertama diketahui di Sumatera untuk 1.700 pasang Kowak Maling (Nycticoraxnycticorax), 1.200 pasang Kuntul Besar (Egretta alba) 30.000 pasang Kuntul Putih (Ardeolaspeciosa), dan 48 pasang burung Pecuk Ular (Anhinga melanogaster).

Keanekaragaman jenis burung dan ikan yang tinggi di kawasan ini merupakansuatu bentuk ekosistem yang saling mendukung terutama keterkaitannya dengan upayapelestarian hutan rawa dan pengawasan pencemaran perairan.

Kawasan Konservasi yang terdapat di Lampung dapat dilihat pada Peta KawasanKonservasi Propinsi Lampung.

Page 35: Atlas Sumberdaya Wilayah Pesisir Lampung

34

atlas sumberdaya wilayah pesisir lampung

TABEL-6Daftar Beberapa Jenis Satwa yang Terdapat di Kawasan Konservasi

Propinsi Lampung dan Statusnya

NO.

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.

10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25.

1. 2. 3. 4. 5.

NO.

6. 7.

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.

10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20.

1. 2. 3. 4. 5. 6.

NAMA LOKAL

A.MAMALIAAnjing HutanBadak SumateraBeruang MaduHarimau SumateraKucing EmasMacan DahanBerang-berangKerbau LiarKambing HutanTapirRusa SambarKijangKancilNapuKelinci SumateraGajahSiamangOwaSingapuarMonyet Ekor PanjangMonyet Ekor PendekLutungCecahBabi HutanTrenggiling

B. IKANArwanaBelidaJelabatSeluangBaung

NAMA LOKAL

Ikan MalasIkan Betok

C.BURUNGEnggang (hornbill)Merak SumateraKuauItik RimbaAyam HutanPecuk UlarBelibisBelibis BatuRaja UdangBangau TontongWilwo/LepipiJacanaKuntul KecilKuntul BesarKuntul PutihKowak MalingBurung JingElang LautElang BondolAlap-alap

D. REPTILIABuaya MuaraBuaya IkanBiawakPenyu HijauPenyu SisikPenyu Belimbing

NAMA ILMIAH

Cuon alpinusDicerorhinus sumatrensisHelarctos malayamusPanthera tigris sumatraeFelis temminckiNeofelis nebulosaLutra lutraBubalus bubalisCapricornis sumatrensisTapirus indicusCervus unicolorMuntiacus muntjakTragulus javanicusTragulus napuNesolagus netscheriElephan maximus sumatranusSymphalangus syndactylusHylobates agylisTarcius bancanusMacaca fascicularisMacaca nemestrinaPresbytis cristataPresbytis melalophosSus barbatusManis javanica

Sclerophages formosusNotopterus spp.Leptobarbus hoeveniiRasbora spp.Mystus spp.

NAMA ILMIAH

Oxyeleotris marmorataAnabas testudineus

Buceros bicornisPavo muticusArgusianus argusCairina scutulataGallus gallus bancamusAnhinga melanogasterDendrocygna spp.Nettapus coromendelianusHalcyon sp.Leloptilos javanicusMycteria cinereaCicinia episcopusButorides striatusEgretta albaArdeola speciosaNycticorax nycticoraxMetopidius indicusSpizaetus cirrhatusHeliastur indusIchtyophaga ichtyaetus

Crocodylus porosusTomistoma schelegeliiVaranus salvatoriusChelonia midasEretmocheliss imbricataDermochelys coriacea

STATUS

Dilindungi/LangkaDilindungi/LangkaDilindungiDilindungiDilindungi/LangkaDilindungiDilindungiDilindungiDilindungi/LangkaDilindungi/LangkaDilindungiDilindungiDilindungi/UmumDilindungiDilindungi/LangkaDilindungiDilindungiDilindungiDilindungi/LangkaUmumUmumUmumUmumUmumDilindungi

Dilindungi/LangkaUmumUmumUmumUmum

STATUS

UmumUmum

Dilindungi/LangkaDilindungi/LangkaDilindungi/LangkaDilindungi/LangkaUmumLangkaUmumLangkaUmumLangka,RDBLangka,RDBLangkaUmumUmumUmumUmumLangkaUmumUmumUmum

Dilindungi/LangkaDilindungi/LangkaDilindungi/LangkaDilindungi/LangkaDilindungi/LangkaDilindungi/Langka

DISTRIBUSI

BBS,WKBBS,WKBBS,WKBBS,WKWKBBS,WKWKBBSBBSBBS,WKBBS,WK,TBBBS,WK,TBBBS,WKBBS,WKBBSBBS,WKBBS,WKBBS,WKBBS,WKBBS,WKBBS,WKBBS,WKBBS,WKBBS,WKBBS

TBTB,WKTB,WKTB,WKTB,WK,BBS

DISTRIBUSI

TBTB,WK

BBS,WKBBS,WKBBS,WKWK,TBBBS,WKTBBBS,WK,TBTBBBS,WK,TB,KWK,TBTBWK,TBWK,TBWK,TBBBS,WK,TBWK,TBTBBBS,WK,TB,KBBS,WK,TB,KBBS,WK,TB

WK,BBSWKBBS,WK,TB,KBBS,KBBS,KBBS

KETERANGAN: - DB : Red Data Book, IUCN- BBS : Taman Nasional Bukit Barisan Selatan- WK : Taman Nasional Way Kambas

- TB : Suaka Marga Satwa/Cagar Alam Tulang Bawang (usulan)- K : Cagar Alam Krakatau

Sumber : Red Data Book, IUCN

Page 36: Atlas Sumberdaya Wilayah Pesisir Lampung

35

atlas sumberdaya wilayah pesisir lampung

GAMBAR-14Peta Kawasan Konservasi dan Sebaran Satwa Liar

Page 37: Atlas Sumberdaya Wilayah Pesisir Lampung

36

atlas sumberdaya wilayah pesisir lampung

Ibukota Propinsi Lampung adalah Bandar Lampung, yang merupakan gabungandari kota kembar Tanjungkarang-Telukbetung, yang oleh karena pesatnya perkembangan,sekarang telah menjadi satu kota yang luas. Kotamadya Bandar Lampung merupakanpusat kegiatan pemerintahan, sosial, politik, pendidikan dan kebudayaan, serta pusatkegiatan perekonomian Propinsi Lampung.

Lampung dibagi dalam 8 Kabupaten dan 2 Kotamadya. Dari 10 daerah Kabupaten/Kota tersebut, 6 daerah Kabupaten/Kota di antaranya memiliki wilayah pesisir. DaerahKabupaten/Kota yang memiliki wilayah pesisir adalah Kabupaten Lampung Barat,Kabupaten Tanggamus, Kabupaten Lampung Selatan, Kotamadya Bandar Lampung,Kabupaten Lampung Timur, dan Kabupaten Tulang Bawang, sedangkan yang tidakmemiliki wilayah pesisir adalah Kotamadya Metro, Kabupaten Lampung Tengah,Kabupaten Way Kanan, dan Kabupaten Lampung Utara. Dibawah ini disajikan rinciansecara singkat dari keenam DT II pesisir tersebut.

7.1 Kabupaten Lampung BaratSecara geografis Kabupaten Lampung Barat terletak pada posisi 4° 47' LS - 5° 57'

LS dan 103° 35' BT - 104° 54' BT, dengan luas wilayah mencapai 4.749 km², ibukotanyaLiwa. Kabupaten ini dibentuk berdasarkan Undang-Undang No. 6 tahun 1991,tanggal 16 Juli 1991, sebagai wilayah pemekaran dari Kabupaten Lampung Utara.Topografi wilayahnya sebagian besar berupa dataran tinggi yang curam, merupakandaerah berbukit sampai bergunung, yang merupakan bagian dari Bukit Barisan yangmembentang dari utara ke selatan Sumatera.

Kabupaten Lampung Barat secara administratif meliputi 6 (enam) Kecamatan, 8(delapan) Kecamatan Perwakilan, dan meliputi 167 Desa (tahun 1998), 105 desa diantaranya merupakan desa tertinggal (BPS, 1998). Dari seluruh desa tersebut, terdapat57 desa pantai yang berada dalam 3 kecamatan, yaitu Kecamatan Pesisir Utara,Kecamatan Pesisir Tengah, dan Kecamatan Pesisir Selatan. Namun demikian padakawasan ini juga ada batasan desa berdasarkan keberadaan masyarakat yang diproduksioleh Departemen Kehutanan. Jumlah penduduk Kabupaten Lampung Barat (sampaitahun 1998) adalah 389.023 jiwa dengan kepadatan 82 jiwa/km², terdiri dari 202.628laki-laki dan 186.395 perempuan dengan sex ratio 109.

7.2 Kabupaten TanggamusSecara geografis Kabupaten Tanggamus terletak pada posisi 4° 50' LS - 5° 41' LS

dan 104° 18' BT - 105° 12' BT. Kabupaten ini dibentuk berdasarkan Undang-

Undang No. 2/1997 tanggal 3 Januari 1997, dengan ibukota Kota Agung. KabupatenTanggamus merupakan daerah pemekaran dari Kabupaten Lampung Selatan.Wilayahnya memiliki luas 3.397 km², dengan topografi bervariasi antara dataranrendah dan tinggi, yang sebagian merupakan daerah berbukit sampai bergunung.

Wilayah Kabupaten Tanggamus secara administratif meliputi 11 (sebelas)Kecamatan, 6 (enam) Kecamatan Perwakilan, dan meliputi 307 Desa, 8 Kelurahan dan5 desa persiapan (tahun 1998). Dari seluruh desa tersebut, 37 desa pantai, di bawah 3kecamatan, yaitu Kecamatan Wonosobo, Kecamatan Cukuh Balak, dan KecamatanKota Agung. Jumlah penduduk Kabupaten Tanggamus (sampai tahun 1998) adalah797.800 jiwa dengan kepadatan 235 jiwa/km², terdiri dari 413.524 laki-laki dan 384.336perempuan. Sex ratio-nya adalah 107.

7.3 Kabupaten Lampung SelatanSecara geografis Kabupaten Lampung Selatan terletak pada posisi 5° 15' LS - 6° 0'

LS dan 105° 0' BT - 105° 45' BT, dengan luas wilayah mencapai 3.406 km²denganibukota Kalianda. Di Kabupaten Lampung Selatan terdapat pelabuhan penyeberanganBakauheni. Pelabuhan ini merupakan pintu gerbang utama keluar masuknya orang danbarang dari Pulau Jawa. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan secara administratif meliputi10 (sepuluh) Kecamatan, yang meliputi 337 desa dan 5 kelurahan, 114 desa di antaranya

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

OTA DAN KABUPATEN DI PESISIR LAMPUNG

Pangkalan Pendaratan Ikan di Krui, Lampung Barat.

KK

Page 38: Atlas Sumberdaya Wilayah Pesisir Lampung

37

atlas sumberdaya wilayah pesisir lampung

GAMBAR-15Peta Administrasi Kec./Kab.

Page 39: Atlas Sumberdaya Wilayah Pesisir Lampung

38

atlas sumberdaya wilayah pesisir lampung

merupakan desa tertinggal (BPS, 1998). Dari seluruh desa tersebut, terdapat 53 desapantai yang berada dalam 6 kecamatan, yaitu Kecamatan Palas, Kecamatan Kalianda,Kecamatan Penengahan, Kecamatan Sidomulyo, Kecamatan Padang Cermin, danKecamatan Katibung.

Jumlah penduduk Kabupaten Daerah Kabupaten/Kota Lampung Selatan adalah1.071.129 jiwa, dengan kepadatan 315 jiwa/km2, terdiri dari 555.144 laki-laki dan 515.985perempuan dengan sex ratio 107.

7.4 Kotamadya Bandar LampungSecara geografis Kotamadya Bandar Lampung terletak pada posisi 5° 20' LS - 5°

30' LS dan 105° 28' BT - 105° 37' BT. Letaknya di Teluk Lampung bagian selatan dandi ujung selatan pulau Sumatera.

Kotamadya Bandar Lampung memiliki luas 192 km², yang terdiri dari 9 kecamatandan 84 kelurahan/desa, dengan mata pencaharian pokok sebagian besar penduduk dibidang jasa dan perdagangan. Dari seluruh desa tersebut, terdapat 12 desa pantai,yang berada dalam 3 kecamatan, yaitu Kecamatan Teluk Betung Selatan, KecamatanTeluk Betung Barat, dan Kecamatan Panjang. Kegiatan reklamasi pantai dijumpaidi daerah Desa Sukaraja dan Desa Kangkung.

Jumlah penduduk Kotamadya Bandar Lampung mencapai 917.734 jiwa, yang terdiridari 456.394 laki-laki dan 461.340 perempuan dengan sex ratio 98. Kepadatanpenduduknya adalah 4.635 jiwa/km2 (BPS, 1998).

7.5 Kabupaten Lampung TimurSecara geografis Kabupaten Lampung Timur terletak pada posisi 4° 35' LS - 4° 60'

LS dan 104° 45' BT - 105° 55' BT, dengan luas wilayah mencapai 4.338 km². Ibukotanyaadalah Sukadana. Kabupaten Lampung Timur merupakan daerah Kabupaten/Kotapesisir yang baru terbentuk (tahun 1999), merupakan pemekaran dari KabupatenLampung Tengah. Pembentukannya bersamaan dengan pembentukan Kabupaten WayKanan dan Kotamadya Metro.

Wilayah Kabupaten Lampung Timur secara administratif terdiri dari 10 Kecamatan.Kesepuluh kecamatan tersebut adalah Kecamatan Batanghari, Purbolinggo, RamanUtara, Pekalongan, Metro Kibang, Labuhan Maringgai, Jabung, Sukadana, Way Jepara,dan Kecamatan Sekampung. Di Lampung Timur terdapat 9 desa pantai, di bawah3 kecamatan, yaitu Kecamatan Labuhan Maringgai, Kecamatan Jabung, danKecamatan Sukadana. Di Kecamatan Sukadana ini terdapat TN. Way Kambas.

Jumlah penduduk Kabupaten Lampung Timur (sampai tahun 1997) adalah851.861 jiwa, terdiri dari 431.814 laki-laki dan 420.047 perempuan. Pertumbuhan

penduduk 0,48%. Kepadatan penduduk mencapai 186 jiwa/km2, dengan sex ratio 103(BPS, 1997).

7.6 Kabupaten Tulang BawangSecara geografis Kabupaten Daerah Kabupaten/Kota Tulang Bawang terletak pada

posisi 3° 45' LS - 4° 40' LS dan 104° 55' BT - 105° 55' BT, dengan luas wilayah mencapai7.771 km², ibukotanya Menggala. Kabupaten ini dibentuk bersamaan denganKabupaten Tanggamus tahun 1997 dan merupakan wilayah pemekaran dari KabupatenLampung Utara.

Wilayah Kabupaten Tulang Bawang secara administratif meliputi 8 (delapan)Kecamatan, dan 3 (tiga) Kecamatan Perwakilan, serta memiliki 197 desa, 100 desa diantaranya merupakan desa tertinggal (BPS, 1998). Dari seluruh desa tersebut, terdapat7 desa pantai, yang berada dalam 3 kecamatan, yaitu Kecamatan Menggala, KecamatanGedong Aji, Kecamatan Mesuji Lampung. Jumlah penduduk Kabupaten TulangBawang berjumlah 702.482 jiwa, yang terdiri dari 366.172 laki-laki dan 336.310perempuan dengan mata pencaharian utama sebagai petani. Kepadatanpenduduknya adalah 90 jiwa/km2, dengan sex ratio 109.

Hal lain yang perlu mendapat perhatian dalam administrasi wilayah yaitu pelaksanaandari Keppres No.32 tahun 1990 khususnya Pasal 34 tentang sempadan pantai dan Pasal27 tentang sabuk hijau (green belt). Sejauh ini belum ada Peraturan Daerah yang mengaturpelaksanaan Keppres ini. Diharapkan dari studi ini dapat menjadi landasan atau dasarinformasi untuk dibahas oleh stakeholders.

7.7 Isu-isu dalam AdministrasiBeberapa permasalahan yang dapat dijumpai dalam bidang administrasi ini adalah:

a. Penamaan desa yang belum seragamData yang dikumpulkan dari tiga instansi yang berbeda (Badan Pusat Statistik

Lampung, Kantor Pembangunan Masyarakat Desa Propinsi Lampung, dan Kanwil BadanPertanahan Nasional Lampung) menunjukkan jumlah desa pantai yang berbeda danterdapat beberapa nama yang berbeda.b. Penentuan batas desa

Belum ada batas desa yang jelas. Hal ini terjadi karena terdapat ketidaksesuaianantara data BPS, PMD, dan BPN. Desa yang ditunjukkan oleh BPS seringkali tidakterdapat pada peta administrasi yang dibuat oleh BPN. Hal ini terlihat jelas pada daerahKabupaten Tulang Bawang, di mana saat ini terjadi banyak pemekaran desa. Di LampungBarat terdapat perbedaan batas desa yang diakui oleh masyarakat dengan yang dibuatpemerintah.

Page 40: Atlas Sumberdaya Wilayah Pesisir Lampung

39

atlas sumberdaya wilayah pesisir lampung

TABEL-7Nama, Lokasi, dan Luas Pulau-Pulau Kecil di Wilayah Perairan

Propinsi Lampung

Sumber : Kanwil BPN Lampung, 1998.

1 2 3 4 5 6 7 8 9

10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 2526

27 28 29 3031

32 33 34 35

NAMA PULAUNO.LAUT/SELAT/TELUK KECAMATAN

LOKASI PERAIRAN

KAB./KODYALUASTOTAL

(Ha)

SebukuSebuku KecilSebesiSertungPanjangRakata KecilRakataTungku TigaLegundiLegundi TuaKelagianSijebiSerdangSiuncalTanjung PutusLunikLokMaitemTegalPuhawang KecilPuhawangSerotUmang-umangKeramatKelapaDuaKandang LunikKandang BalakPakuPertapaanKepala SiuncalLalangga LunikLalangga BalakBalakHiu

Selat SundaSelat SundaSelat SundaSelat SundaSelat SundaSelat SundaSelat SundaTeluk LampungSelat SundaSelat SundaTeluk RataiTeluk LampungTeluk LampungSelat LegundiTeluk LampungTeluk PedadaTeluk PedadaTeluk LampungTeluk LampungTeluk LampungTeluk LampungSelat LegundiSelat LegundiLaut JawaLaut JawaLaut JawaLaut JawaLaut JawaTeluk PakuSelat LegundiSelat LegundiTeluk LampungTeluk LampungTeluk PedadaTeluk Kelumbayan

KaliandaKaliandaKaliandaKaliandaKaliandaKaliandaKaliandaKaliandaPadang CerminPadang CerminPadang CerminPadang CerminPadang CerminPadang CerminPadang CerminPadang CerminPadang CerminPadang CerminPadang CerminPadang CerminPadang CerminPadang CerminPadang CerminPadang CerminPenengahanPenengahanPenengahanPenengahanCukuhbalakPadang CerminPadang CerminPadang CerminPadang CerminCukuhbalakCukuhbalak

Lampung SelatanLampung SelatanLampung SelatanLampung SelatanLampung SelatanLampung SelatanLampung SelatanLampung SelatanLampung SelatanLampung SelatanLampung SelatanLampung SelatanLampung SelatanLampung SelatanLampung SelatanLampung SelatanLampung SelatanLampung SelatanLampung SelatanLampung SelatanLampung SelatanLampung SelatanLampung SelatanLampung SelatanLampung SelatanLampung SelatanLampung SelatanLampung SelatanTanggamusLampung SelatanLampung SelatanLampung SelatanLampung SelatanTanggamusTanggamus

1.64616

2.6201.097

275287

1.34319

1.74250

435848

330742

11399811

694338

22

1122

16710

< 1444

3220

36373839404142434445464748495051525354555657585960616263646566676869

NAMA PULAUNO.LAUT/SELAT/TELUK KECAMATAN

LOKASI PERAIRAN

KAB./KODYALUASTOTAL

(Ha)

BatusuluCukuh PandanKuburKiluanTangkilTutung BalikLahuBatu HitamBatu KagulungSulahCondong DaratCondong LautMunduSeramSulingSegamaKopiahTompelRimau BalakRimau LunikPanjuritPanjukutSinduSikepalMangkuduPasaranPisangBetuahTabuanLimauBerakKelapaZuidukBilawang

Teluk KelumbayanTeluk KelumbayanTeluk LampungTeluk KelumbayanTeluk LampungTeluk SemangkaTeluk LampungTeluk KelumbayanTeluk KelumbayanTeluk LampungTeluk LampungTeluk LampungLaut JawaLaut JawaLaut JawaLaut JawaLaut JawaLaut JawaLaut JawaLaut JawaLaut JawaLaut JawaLaut JawaTeluk LampungTeluk LampungTeluk LampungSamudera IndonesiaSamudera IndonesiaTeluk Semangka-----

CukuhbalakCukuhbalakPadang CerminCukuhbalakPadang CerminCukuhbalakPadang CerminCukuhbalakCukuhbalakKatibungKatibungKatibungPalasPenengahanPenengahanPenengahanPenengahanPenengahanPenengahanPenengahanPenengahanPenengahanPenengahanPenengahanPenengahanTeluk Betung Sel.Pesisir TengahPesisir SelatanKota AgungCukuhbalakCukuhbalakCukuhbalakCukuhbalakCukuhbalak

TanggamusTanggamusLampung SelatanTanggamusLampung SelatanTanggamusLampung SelatanTanggamusTanggamusLampung SelatanLampung SelatanLampung SelatanLampung SelatanLampung SelatanLampung SelatanLampung SelatanLampung SelatanLampung SelatanLampung SelatanLampung SelatanLampung SelatanLampung SelatanLampung SelatanLampung SelatanLampung SelatanBandar LampungLampung BaratLampung BaratTanggamusTanggamusTanggamusTanggamusTanggamusTanggamus

24356

116

644

2026478366234

3806029686

15063

3.294< 1< 1< 1

--

Page 41: Atlas Sumberdaya Wilayah Pesisir Lampung

40

atlas sumberdaya wilayah pesisir lampung

8.1 PendudukPada waktu Lampung masih merupakan bagian dari Propinsi Sumatera Selatan

(sampai dengan akhir abad ke-19), perdagangan hasil-hasil bumi berpusat di pelabuhaninternasional di kota Menggala. Hasil bumi dari Jabung dan Sukadana diangkutmelalui jalan darat untuk diekspor ke Eropa. Menggala sebagai bandar laut sudahtidak ada tetapi cakrawala pemikiran masyarakatnya lebih maju. Orang-orangMenggala banyak yang memiliki status sosial yang lebih tinggi dibanding masyarakat asliLampung lainnya.

Sejak tahun 1905, pemerintah Hindia Belanda sudah mulai membuat programrelokasi, memindahkan petani dari Bagelan, Jawa Tengah dan membangun kotaWonosobo dan Kota Agung, mereka dengan cepat membuka lahan sawah dan kebundi dataran sekitarnya. Dengan pembuatan rel kereta api dari Palembang ke Tanjungkarangmenyebabkan kota berkembang di sekitar jalur rel kereta api tersebut.

Wilayah yang paling lambat berkembang adalah Pantai Timur. Pada awalnya diareal sempadan pantai banyak pendatang dari laut, yang pada umumnya adalah nelayanyang tidak tetap. Sejak tahun 1932 atas nama Residen Palembang pemerintahmembuka lahan dan memetakan wilayah Metro untuk menjadi wilayah transmigrasidan baru tahun 1937 Kota Metro ditata. Pada waktu perang dunia kedua sampai1950, program transmigrasi dihentikan sementara.

Sejak penyerahan kedaulatan program transmigrasi dilanjutkan dengan membukalahan rawa untuk menjadi persawahan pasang surut, dari Tulang Bawang sampaiKetapang.

Penyebaran penduduk Propinsi Lampung tidak merata. Terjadi perbedaan yangsangat menonjol terhadap jumlah dan kepadatan penduduk antara daerah Pantai Timur,Pantai Barat dan Daerah Teluk. Daerah yang padat penduduk terdapat di KotamadyaMetro, Kabupaten Lampung Timur, Kabupaten Tanggamus, Kabupaten LampungSelatan, dan Kotamadya Bandar Lampung. Sedangkan daerah yang masih jarangadalah Kabupaten Tulang Bawang dan Kabupaten Lampung Barat.

Penduduk terpusatkan di beberapa kota besar seperti Tanjungkarang danTelukbetung, Metro, Kota Agung, Kalianda. Sedangkan di Menggala dan Liwa jumlahpenduduknya relatif sedikit. Khusus di daerah pesisir Lampung Barat, masih sangatjarang dihuni dan walaupun ada, hanya merupakan kelompok-kelompok kecil yangterpencar. Hal ini terjadi karena sulitnya sarana transportasi di daerah ini. Selain itu,daerah pesisir Pantai Barat dipisahkan oleh Taman Nasional Bukit Barisan Selatan yangmembentang dari Belimbing sampai perbatasan Bengkulu.

Jumlah penduduk Propinsi Lampung tahun 1971, 1980, dan 1985 masing-masingsebesar 2,777 juta jiwa, 4,624 juta jiwa, dan 5,139 juta jiwa. Pertumbuhan pendudukpada periode 1971 - 1980 sebesar 5,77 % pertahun dan periode 1980 - 1990 menurunmenjadi 5,06% pertahun. Pada dua periode tersebut, laju pertumbuhan pendudukPropinsi Lampung adalah tertinggi di Indonesia setelah DKI Jakarta. Pertumbuhanpenduduk Indonesia periode 1985 - 1990 adalah 2,10%.

Pertumbuhan yang cepat pada dua periode tersebut adalah akibat langsungprogram transmigrasi, baik yang dilakukan dengan program pemerintah maupunberupa transmigrasi spontan. Hal ini disebabkan karena sebagian besar pendudukLampung adalah pendatang dari berbagai propinsi di Sumatera, Jawa, dan Bali.Pertumbuhan penduduk terakhir (tahun 1990 - 1998) adalah 1,02% pertahun. Tahun1990 penduduknya berjumlah 6,016 juta jiwa, sedangkan tahun 1998 adalah 6,954 jutajiwa. Jumlah dan kepadatan penduduk di daerah Kabupaten/Kota pesisir dapat dilihatpada Tabel-8.

Berdasarkan Tabel-8 dapat dilihat bahwa kepadatan penduduk Lampung Barat danTulang Bawang paling kecil (82 dan 90 jiwa/km2), dan kepadatan penduduk tertinggimencapai 4.635 jiwa/km2 di Kodya Bandar Lampung.

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

EMOGRAFI DESA & KONDISI SOSIAL-BUDAYADD

TABEL-8Jumlah dan Kepadatan Penduduk Pesisir Lampung

di Enam Daerah Kabupaten/Kota

Sumber: BPS, 1998.

Daerah Kabupaten/Kota Jumlah (jiwa)

4.6353151862358290

924

210

917.7341.071.129

857.861797.880389.023702.482

4.736.109

6.954.925

Bandar LampungLampung SelatanLampung TimurTanggamusLampung BaratTulang Bawang

Dati II Pesisir

Propinsi Lampung

Kepadatan (jiwa/km2)

Page 42: Atlas Sumberdaya Wilayah Pesisir Lampung

41

atlas sumberdaya wilayah pesisir lampung

GAMBAR-16Peta Administrasi Desa Pesisir

Page 43: Atlas Sumberdaya Wilayah Pesisir Lampung

42

atlas sumberdaya wilayah pesisir lampung

Daerah Propinsi Lampung merupakan suatu daerah yang sangat strategis baik secarageografis maupun dari segi pengembangan wilayah. Prasarana perhubungan yang baik,cepat, murah dan aman merupakan salah satu faktor penarik mengalirnya arus migrasidan transmigrasi. Dari catatan pelabuhan diperkirakan bahwa rata-rata per hari mobilitas/pergerakan penduduk yang meninggalkan Lampung sekitar 9.000 orang, sedangkanyang datang sekitar 10.000 orang. Itu berarti rata-rata 1.000 orang per hari diperkirakanmenetap di Lampung.

Para transmigran yang datang ke Lampung baik secara spontan maupun yangmengikuti program pemerintah, pada umumnya bertujuan untuk memperoleh kehidupanyang lebih baik dari sebelumnya. Sebagian dari transmigran itu ada yang tinggal didaerah pesisir dan memperoleh mata pencahariannya di sana.

Sampai tahun 1998 tercatat jumlah penduduk dari 184 desa pantai di PropinsiLampung sebesar 391.620 jiwa yang terdiri dari:! Balita sebesar 9.2% (35.573 jiwa)! 5-6 tahun sebesar 4.9% (18.789 jiwa)! 7-12 tahun sebesar 11.6% (44.661 jiwa)! 13-15 tahun sebesar 7.1% (27.273 jiwa)! 16-18 tahun sebesar 5.4% (20.967 jiwa)! 19-59 tahun sebesar 58.9% (227.619 jiwa)! >60 tahun sebesar 3.0% (11.639 jiwa).

Dari keterangan di atas terlihat bahwa lebih dari setengah penduduk desa pesisirLampung masuk dalam usia produktif, sedangkan seperempatnya masuk dalam usiasekolah mulai dari TK sampai SMU. Namun fasilitas pendidikan yang tersedia masihsangat rendah, terutama untuk SLTP dan SMU sehingga sebagian besar dari pendudukberpendidikan hanya sampai tingkat SD. Untuk melanjutkan sekolah ke tingkat yanglebih tinggi misalnya SLTP, mereka harus pergi ke kecamatan lain bahkan harus pergike ibukota kabupaten bila mereka ingin melanjutkan ke tingkat SMU. Selain itu banyakmurid di desa yang tidak menyelesaikan SD karena mereka membantu keluarganyabekerja mencari ikan atau bertani.

Kepadatan penduduk yang hidup di wilayah pesisir rata-rata mencapai 105 jiwa/km2. Di wilayah Pantai Barat mempunyai kepadatan penduduk paling kecil dan diwilayah Teluk Lampung kepadatannya paling tinggi. Hal ini dapat dilihat pada PetaTingkat Kepadatan Penduduk Desa Pesisir Lampung.

8.2 EtnikLampung merupakan Propinsi yang mempunyai ragam dan heterogenitas penduduk

yang tinggi. Semua suku bangsa/etnis yang ada dan hidup di Lampung hampir

berimbang jumlahnya. Karena itu, tidak ada bahasa daerah yang dominan, dansebagian besar komunikasi berlangsung dalam bahasa Indonesia.

Keunikan dari heterogenitas masyarakat pesisir salah satunya adalah karena letakgeografis di garis pantai, yakni antara lingkungan daratan dan lautan, maka hidup merekabergantung pada kedua wilayah tersebut. Masyarakat pesisir dituntut untuk lebihulet berusaha supaya dapat hidup lebih baik. Kehidupan masyarakat pesisir, hampirdi seluruh negara maritim atau kepulauan, mengalami kemiskinan dan tekanan hidupyang berkepanjangan. Sebagai contoh, masyarakat yang sebelumnya hidup secarabercocok tanam, karena kepindahannya ke daerah pesisir, maka merupakan suatukeharusan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan barunya serta mengubah polahidupnya sesuai dengan tuntutan lingkungan di wilayah pesisir.

8.2.1 Penduduk Asli.Penduduk asli Lampung sukar untuk diketahui jumlahnya, karena tidak pernah

dicacah menurut penggolongan suku bangsa. Menurut Prof. Hilman Hadikusuma(Unila), jumlah etnis Lampung asli diperkirakan hanya sebesar 16% saja atau kira-kira1.250.000 jiwa. Jumlah ini terbagi atas Lampung Abung, Way Kanan, Sungkai,Tulang Bawang, Pubian, Krui-Ranau, Belalau, Semangka, Teluk, Rajabasa, danMelinting-Meringgai.

Suku-suku tersebut dapat dibagi dua kelompok besar, yaitu PEMINGGIR, yangberkediaman di sepanjang pesisir seperti adat Krui, Ranau, Komering, dan KayuAgung. Yang kedua adalah PEPADUN, yang berkediaman di daerah pedalamanLampung seperti Abung Siwo Mego, Pubian Telu Suku, Menggala, Tulang Bawang.

Adat budaya Lampung yang lebih dekat ke daratan menyebabkan pemanfaatanwilayah pesisir oleh masyarakat sekitar kurang mendapat perhatian. Masyarakat aslilebih cenderung untuk mengolah lahan pertanian dan perladangannya daripadamenangkap ikan di laut. Wawasan ini membuat wilayah pesisir lebih didominasi olehmasyarakat pendatang yang tinggal dan menetap oleh karena beberapa alasan yangintinya agar dapat menikmati kehidupan yang lebih baik. Masyarakat Lampungdalam bentuknya yang asli memiliki struktur hukum adat tersendiri. Bentukmasyarakat hukum adat tersebut berbeda antara kelompok masyarakat yang satudengan yang lainnya. Kelompok-kelompok tersebut tinggal menyebar di berbagaidaerah/tempat.

Orang Lampung asli pada umum bermukim di wilayah barat, termasuk Liwadan Krui. Penangkapan ikan laut tidak banyak dilakukan oleh penduduk asli.Pekerjaan ini biasanya dilakukan oleh para pendatang seperti orang Bugis yang kinitelah menjadi penduduk tetap (DepDikBud, 1996).

Page 44: Atlas Sumberdaya Wilayah Pesisir Lampung

43

atlas sumberdaya wilayah pesisir lampung

GAMBAR-17Peta Tingkat Kepadatan Penduduk Desa Pesisir

Page 45: Atlas Sumberdaya Wilayah Pesisir Lampung

44

atlas sumberdaya wilayah pesisir lampung

TABEL-9Perbandingan Perubahan Kondisi Ekosistem Pesisir

KONDISI AWAL (70-an)

EKOSISTEM BELUMTERGRADASI

STATUS JALUR HIJAUDI TANAH NEGARA(State Property) secaradefakto dianggapsebagai HAK UMUM

JALUR HIJAU DI TANAHNEGARA SEBAGAIMILIK UMUM

KONDISI AKHIR (90-an)

EKOSISTEM SUDAHTERGRADASI

MILIK PERORANGAN/SWASTA

HAK PERORANGAN/SWASTA

Konversi Lahan

Prinsip-prinsip dalam kehidupan sehari-hari menunjukkan suatu corak keaslian yangkhas penduduk masyarakat etnis Lampung yang disimpulkan dalam 5 (lima) prinsip,yaitu:1. Pi�il Pasenggiri (menjaga harga diri)2. Sakai Sambayan (suka tolong menolong)3. Nemui Nyimah (murah hati/terbuka tangan)4. Nengah Nyappur (hidup bermasyarakat/suka bergaul)5. Bejuluk Beadek (punya gelar adat)

8.2.2 Penduduk PendatangPenduduk pendatang mendominasi hampir 84%. Kelompok etnik terbesar :

Jawa (30%), Banten/Sunda (20%), Lampung Asli (16%), Semendo (12%),Minangkabau (10%). Kelompok etnis lain yang juga cukup banyak jumlahnya adalahBali, Batak, Bengkulu, Bugis, Cina, Ambon, Aceh, Riau, dan lain-lain.

Kebanyakan para transmigran yang berasal dari Jawa dan Bali, serta para perambahhutan yang datang spontan dari Jawa maupun dari Sumatera Selatan, mengubahkeseimbangan suku di Lampung. Dari tahun 1970 sampai 1982 ada proyek pencetakansawah di areal Rawa Sragi dengan menyediakan irigasi air tawar dan pembuatan tanggulpenangkis untuk mengontrol air tawar dan air laut yang masuk. Lahan sempadanpantai, yang tidak bisa menyediakan air tawar yang cukup dialih-fungsikan menjadi tambak,dengan areal yang dilestarikan sebagai hutan bakau dengan fungsi penahan ancamanombak laut. Wilayah tambak bandeng disediakan bagi orang yang tidak dapat tanah didalam tanggul penangkis Rawa Sragi. Tetapi pada waktu itu banyak orang yang tidakmau. Pada tahun 1982, Pesisir Timur masih memiliki hutan mangrove dengan luas 20.000ha.

Karakterisitik mata pencaharian penduduk pendatang asal Jawa pada umumnyamemiliki kekhasan dalam beradaptasi, yang mereka bawa dari asalnya untuk diterapkandi wilayah baru. Sebagai contoh masyarakat Jawa - Pati yang berhasil bertahan dengankeahliannya sebagai petambak. Di lahan baru ini, mereka pun melakukan hal yang sama,yang secara kebetulan memiliki kondisi dan situasi yang mendukung untuk usahapertambakan. Semula mereka berbudidaya bandeng dan jenis ikan lainnya yang biasamereka lakukan, tetapi seiring dengan berkembanganya trend budidaya udang windu,maka mereka beralih ke jenis yang menguntungkan ini dan ditambah lagi dengandukungan dari pihak-pihak pemberi modal.

Persebaran penduduk dari Pulau Sulawesi misalnya, didorong oleh jiwa merantaumereka yang kuat sehingga terdampar di Lampung atau ada pula yang pindah karenadipaksa oleh situasi politik di tempat asal: pemberontakan Kahar Muzakar. Tetapi

dapat juga karena proyek-proyek pemerintah, misalnya program transmigrasi, sedangkanpendatang-pendatang baru lainnya disebabkan oleh proyek swasta di bidang pengolahanlahan produksi, yang mengharuskan suatu masyarakat meninggalkan tanah asalnya danberpindah ke tempat lain. Kepindahan dari tempat asal ke tempat yang baru membawadampak terjadinya perubahan dalam mata pencaharian dan kebiasaan hidup. Penyebaranetnis masyarakat pesisir Lampung dapat dilihat pada Peta Penyebaran Etnis MasyarakatPesisir Lampung.

8.3 Pemanfaatan Lahan yang �Terbuka Perolehannya�Permasalahan yang dijumpai berkaitan dengan sumberdaya yang �terbuka

perolehannya� terdiri dari difficulty of exclusion dan subtractability (dari Feeny, 1994; Berkes,1994; Williams, 1998). Difficulty of exclusion adalah persoalan dalam penanganan parapengguna lahan (stakeholders) tanpa pembatasan tentang siapa yang berhak dan tidakberhak memanfaatkan lahan tersebut. Sedangkan subtractability merupakan hal yangberkaitan dengan konflik itu sendiri yakni dengan terbukanya kesempatan untuk bersaingdi antara para pengguna.

8.3.1 Difficulty of ExclusionPemanfaatan lahan terbuka merupakan interaksi manusia terhadap sumberdaya

Page 46: Atlas Sumberdaya Wilayah Pesisir Lampung

45

atlas sumberdaya wilayah pesisir lampung

GAMBAR-18Peta Prosentase Jumlah Penduduk

Page 47: Atlas Sumberdaya Wilayah Pesisir Lampung

46

atlas sumberdaya wilayah pesisir lampung

JENIS LAHAN

Jalur hijau di Tanah Adat (TanahMarga)

Lahan rawa/hutan di kawasan TanahAdat (Tanah Marga)

DE FACTO

Akses Terbuka

Hak Kepemilikan Umum

DE JURE

Akses Terbuka

Hak Kepemilikan Umum

TABEL-10Kategori Hak Kepemilikan di Lahan Pesisir Timur Lampung

Saat Bukaan Tahun 1970-an

JENIS LAHAN

Jalur hijau di Hutan Register

Lahan rawa/hutan di Hutan Register(Dinas Kehutanan)

DE FACTO

Akses Terbuka

Hak Kepemilikan Negara

DE JURE

Hak Kepemilikan Negara

Hak Kepemilikan Negara

alamnya. Dalam hal ini para stakeholders terhadap ragam pemanfaatan sumberdaya tersebutbeserta faktor-faktor kontekstual yang mempengaruhinya seperti yang diperlihatkanpada Tabel-9.

Teori Property Rights dari Feeny, 1994: 23, seperti tertera pada Tabel -10 dapat ditemuidi Pesisir Timur Lampung. Dengan demikian, perubahan pola tata guna lahan �terbuka�dan proses berlangsungnya perubahan hak kepemilikan adalah potensi konflikpemanfaatan dan wewenang yang berangkat dari kisaran efektifitas pengaturan olehnegara ataupun oleh pasar dalam mengatasi masalah pengelolaan sumberdaya �terbuka�secara terpadu serta kesinambungannya terhadap potensi sumberdaya alam secaraberkelanjutan. Selain itu, akibat dari perubahan pola tata guna lahan adalah dari lahan�terbuka� menjadi strategi pola umum sawah diversifikasi, kemudian dikonversi menjadisemua berpola uniformitas (keseragaman), yakni bertambak.

8.3.2 SubtractabilityPerlakuan pemanfaatan sumberdaya alam dengan cara �merusak� dan berlebihan

didasari oleh faktor keinginan manusia untuk memperoleh hasil yang sebanyak-banyaknyadan untuk memperluas penguasaan wilayah demi kesejahteraannya tanpa menghiraukandampak yang ditimbulkan oleh kegiatan tersebut pada lingkungan.

Kompleksitas permasalahan dan tidak sederhananya penanganan yang tepat bagisumberdaya yang bersifat �terbuka� di wilayah pesisir dan laut Lampung disebabkanoleh bervariasinya latar belakang dan keahlian/pekerjaan masyarakatnya. Selain itu,proses perubahan strategi adaptasi mata pencaharian berkaitan erat dengan perubahansistem ekologi wilayah pesisir.

Contoh pertama pada kasus greenbelt yang berimplikasi pada abrasi dan intrusiair laut. (grembel: ujaran dalam masyarakat). Penyebab kerusakan jalur hijau hutan

mangrove di Pesisir Timur bermula dari ulah manusia yang secara bertahapmenebang jalur hijau baik untuk membuat jalur sampan maupun pemanfaatankayu bakau untuk kayu bakar. Lihat Tabel-10.

Adanya tindakan awal yang dilakukan pendatang di pesisir, pada akhirnyaberkembang menjadi tindakan konversi lahan jalur hijau secara illegal karenaadanya beragam persepsi. Dari sejumlah anggapan yang ada tersirat �.....bahwalahan jalur hijau merupakan lahan yang kurang memiliki fungsi�. �... Pada saat pertamakali lahan dibuka dan juga saat pertama kali membuka tambak ikan nila, grembel (greenbelt)masih sekitar 300 m, keadaannya masih bagus tapi karena adanya ombak yang sangat kuatsehingga grembel tersebut tahu-tahu sudah habis. Tapi ada juga yang diambil orang karenamungkin tidak tahu kalau bisa merusak lingkungan, jadi akhirnya sampai grembel habis,kebetulan ombak laut sudah menyerang tambak tambak itu. Namun untuk kesuburanlahannya dirasa tidak ada pengaruh karena letak lahan tambak jauh dari grembel terebut....�. Di Karya Makmur seorang penduduk mengatakan, �Habis hutan bakaunyaditebang dijadikan arang dan dijual, sebagian dijadikan tambak...�

Bukti bahwa situasi sempadan Pantai Timur sudah rusak parah terlihat daripernyataan penduduk desa Muara Gading Mas, Bapak Karto yang petambak,�...Keadaan garis pantai Muara Gading Mas saat sekarang (1998) sama seperti keadaanpada tahun 1950- an, sedang antara tahun 50 -80 tumbuh tanaman bakau di pantai�.Tetapi seorang penduduk lainnya menambahkan bahwa kondisi garis pantaisekarang hampir sama dengan tahun 1975. Saat ini 120 KK di desa PenetMargasari sudah tenggelam, sedangkan di desa Muara Gading Mas yang padatahun 1975 memiliki jalur hijau setebal 1,5 km sekarang telah habis danmengakibatkan 50 rumah hanyut terkena abrasi.

Contoh kedua adalah pada kasus penangkapan ikan secara �merusak� dan

Page 48: Atlas Sumberdaya Wilayah Pesisir Lampung

47

atlas sumberdaya wilayah pesisir lampung

GAMBAR-19Peta Penyebaran Suku Desa Pesisir

Page 49: Atlas Sumberdaya Wilayah Pesisir Lampung

48

atlas sumberdaya wilayah pesisir lampung

berlebihan, dalam hal ini menggunakan bom dan bubu.Bomb fishing merupakan suatu alat tangkap kategori �merusak� yang disebabkan

oleh persebaran racunnya yang mematikan kehidupan habitat pesisir dan menurunkankualitas fungsi sumberdaya alam yang berkelanjutan. Selama ini dusun Mutun dandusun Tembikil di Desa Sukajaya, terutama Gudang Lelang Lama, di Teluk Betungdan pulau-pulau di sekitar Teluk Lampung diidentifikasikan sebagai tempatpemberangkatan paling aktif yang menggunakan armada personil dan kapal terbanyak.Bomb fishing dilarang oleh UU No. 5 1990 dengan pidana penjara paling lama 10 tahundan denda paling banyak Rp 200.000.000,-

Kegiatan penangkapan ikan yang �merusak� tidak hanya dilakukan oleh masyarakatsekitar, akan tetapi juga dimodali oleh beberapa jaringan pengusaha. Ada korelasipola-pola penangkapan yang bersifat �merusak� tersebut dengan tata niaga pemasaran,pemasokan dan penjualan ikan tangkapan mereka yang biasanya diatur oleh jaringanpengusaha. Pengaturan tata niaga itu umumnya dijalankan dengan menjual hasiltangkapan mereka kepada pengusaha berdasarkan harga yang telah ditentukan olehpengusaha tersebut dan biasanya hasil penjualan itu sudah merupakan hasil �bersih�,karena sebelumnya biaya operasional dan uang kerja nelayan diberikan oleh pengusahasetelah dipotong dari hasil penjualan tadi.

Perkiraan bahwa nelayan-nelayan yang berada di Lampung merupakan nelayan-nelayan baru dan yang belajar karena terpaksa sangatlah tidak tepat. Menurutpenuturan Pak Gani dan Pak Ambo, keduanya merupakan penduduk dusun Tembikil,mereka mengenal bomb fishing dari nenek moyang mereka, yang dahulu menggunakanbom untuk keperluan berperang melawan Belanda dan Jepang. Selanjutnya terjadilahpergeseran fungsi. Dalam perkembangannya perakitan bom tersebut digunakan untukkeperluan menangkap ikan dengan hasil yang melimpah. Demikian teknologi ini sampaike anak-cucu mereka yang banyak merantau ke berbagai wilayah di Tanah Air, termasukakhirnya ke Lampung.

Penggunaan beberapa bahan-bahan tradisional yang tersedia di sekitar merekamenunjukkan kemampuan nelayan dalam memanfaatkan benda-benda yang ada dilingkungan mereka. Dalam pembuatan bom, menurut informasi dari Pak Ambo, merekamemanfaatkan kepala korek api yang dikikis, bubuk cat (bronze) yang berwarna metalikkekuning-kuningan yang diperoleh dari toko cat, belerang dari gunung atau gua-gua disekitar tempat tinggal mereka, dan getah Damar putih (terpenthyn). Khususnya untukpenggunaan bahan belerang kadang-kadang diganti dengan menggunakan tawas, karenaharganya lebih murah. Di dusun Mutun dan Tembikil Damar putih ini juga jarangdipakai. Mereka memanfaatkan botol obat, botol bir (pigur), dan kaleng cat bekas

sebagai wadah dari bahan-bahan tadi. Bahan yang mengandung unsur peledak itukemudian dijemur lalu dimasukkan dalam wadah dan diaduk-aduk sebelum ditutupdengan tutup yang sesuai dengan besar wadah dan diberi sumbu serta diberi pemberat(untuk bom yang dilempar) atau menggunakan kabel (pengendaliannya dari ataskapal, dengan sebutan khas: �dodol�).

Resiko terbesar yang dihadapi oleh nelayan pemakai bahan peledak adalahpelemparan bom yang salah perhitungan sehingga masih mengenai kapal sendiri. Halini dapat berakibat kematian bagi si nelayan atau cacat tubuh. Sekitar tiga tahunyang lalu, anak tertua Pak Haruna yang bernama Gandol meninggal dunia akibatmelakukan aktivitas bomb fishing. Meninggalnya karena terlalu lama menyelam di kedalaman40 meter guna mengambil hasil dari pengebomannya. Tetapi karena terlalu lama dikedalaman, sesampainya di permukaan dia meninggal di atas perahu.

Selain itu, korban lainnya adalah Pak Jafar yang mengalami cacat tubuh, yaknibuntungnya dua jari di tangan kanannya. Kejadiannya berlangsung saat dia sedangmeracik sumbu untuk bom. Lalu mengapa hal ini masih saja mereka lakukan, tidakkahmereka menyesali perbuatannya? Tidak adakah teknologi lain yang bisa menggantikan?

Persepsi masyarakat nelayan tentang populasi ikan hanya sebatas turun temurunyang mempercayai bahwa populasi ikan menurut mereka adalah suatu sumberdaya lautyang tak terbatas dan �terbuka perolehannya�. Sehingga siapa saja dan dengan caraapa pun dapat dimanfaatkan untuk menghidupi keluarga mereka. Pengetahuan inidiperoleh dari pengalaman yang didapat dari nenek moyang mereka sebelumnyayang telah memanfaatkan sumberdaya pesisir dan laut, di mana pada saat itu kepadatanpenduduk, teknologi perikananan dan ragam pemanfaatan sumberdaya kelautanmasih relatif sedikit serta belum terjadi konflik pengelolaan secara sektoral antarpara stakeholders.

Pemahaman masyarakat seperti itu bahwa kekayaan laut tidak akan ada habisnya,telah mempengaruhi tingkat kesadaran, pola berpikir, dan perilaku nelayan dalamberinteraksi dengan sumberdaya kelautan. Persepsi masyarakat terhadap dampakyang ditimbulkan dari cara penangkapan secara sembrono yang mereka lakukan,dapat dikategorikan rendah. Mereka cenderung tidak menyadari akibat yangditimbulkan dari cara penangkapan yang mereka gunakan.

Alat tangkap ikan lain yang bersifat �merusak� tetapi mempunyai resiko lebih sedikitadalah teknik penangkapan dengan bubu. Bubu merupakan salah satu alat tangkapyang mempunyai prinsip kerja sebagai perangkap ikan. Cara pemakaian bubu adalahdengan meletakkan perangkap di dasar laut yang berkarang. Untuk melindungi agarperangkap tidak berpindah tempat karena gelombang maka di atas perangkap diberi

Page 50: Atlas Sumberdaya Wilayah Pesisir Lampung

49

atlas sumberdaya wilayah pesisir lampung

beban yaitu berupa beberapa kilogram batu-batu karang dari sekitar daerah penangkapan.Hal inilah yang merusak ekosistem terumbu karang. Pengambilan sedikit demi sedikitkarang yang ada dalam jangka waktu lama akan menjadi banyak dan meluas sehinggamenimbulkan kerusakan yang signifikan. Tingkat penyebaran serta penanaman bubuyang tinggi akan mempercepat kerusakan yang kadang tidak disadari oleh masyarakatnelayan.

Contoh ketiga adalah bagaimana mekanisme kontrol oleh masyarakat dalampengelolaan sumberdaya yang �terbuka�.

Berbeda dengan pengelolaan oleh negara ataupun pasar, para stakeholders lainnya,maka penetapan batas perairan yang disepakati secara kolektif oleh warga tertentu di P.Sebesi, Kalianda merupakan suatu fenomena menarik. Dalam situasi absennyapranata dan hak-hak ulayat tradisional serta kurang efektifnya pengaturan oleh pihaknegara, kesepakatan komunal terbukti telah mampu mengurangi pemanfaatan secaraberlebihan dan �merusak� di wilayah perairan oleh warga setempat. Dasar penetapanbatas wilayah perairan sangatlah sederhana bertolak dari kemampuan sampan ataujungkung mereka mengarungi lautan, yakni 1,5 mil.

Di sisi lain, pada pesisir yang berdekatan di P. Sebuku, Kalianda, ditemukan persepsimasyarakat setempat terhadap pengklaiman hak individual oleh perusahaan yangdirasakan merugikan karena warga setempat tidak dapat lagi memanfaatkan potensisumberdaya yang sebelumnya �terbuka� di sana lagi, sekali pun diakui bahwa hal initelah turut mencegah kerusakan dan pemanfaatan pesisir dan laut yang berlebihan.

Potensi konflik pemanfaatan sumberdaya pesisir dan laut yang sudah pastimeningkat, akan terwujud menjadi konflik yang tidak terelakkan. Sejauh pemahamanpara stakeholders maka selama ini pengamatan awal tertuju pada persoalan kewenanganpemerintah yang tumpang tindih dan persaingan antar para pengguna sumberdaya tanpamengambil manfaat dari mekanisme pemecahan masalah secara terpadu. Peraturan-peraturan yang ada tidak cukup melindungi sumberdaya pesisir dan laut serta memberikanjaminan kesejahteraan pada masyarakatnya, belum lagi ketiadaan kebijaksanaan yangbisa diterima secara lokal maupun nasional untuk para pengambil keputusan telahmengakibatkan belum terlaksananya implementasi strategi dan mekanisme tepat-gunabagi pemberdayaan masyarakat serta pembangunan yang berkelanjutan demi masamendatang. Begitu dasar sumberdaya menipis, konflik akan mencapai tingkat yangmembahayakan sampai pada titik keamanan umum dan jiwa manusia terancam.

Kesepakatan komunal di antara warga komunitas tertentu tentang batas-bataswilayah perairan sebagai batas kepemilikan mereka ternyata berdaya-guna bagipencegahan pemanfaatan sumberdaya yang berlebihan dan merusak pihak luar, dengandemikian di wilayah tersebut terbukti mendukung gagasan Ostrom (1994a; 1994b).

8.4 Persepsi Masyarakat terhadap ICZMAkses manusia terhadap pengelolaan sumberdaya pesisir dan laut seperti terlihat

pada aktivitas di atas berawal dari pengetahuan ekologi penduduk setempat tentangberbagai spesies biota di lingkungannya dan dampak strategi pemanfaatan sumberdayaitu pada kondisi ekosistem habitat setempat, termasuk cukup. Akan tetapi kebutuhanjaminan kesejahteraan yang tidak mencukupi berimplikasi terhadap kegiatan/aktivitaspengelolaan pesisir dan laut yang tidak berwawasan lingkungan.

Kondisi ini identik dengan kondisi kemiskinan yang selalu menghantui kehidupannelayan kecil. Kemiskinan nelayan pesisir telah menimbulkan permasalahan di kawasanpesisir yaitu konflik dalam diri nelayan terhadap persepsi mengenai ekologi dankebutuhannya untuk hidup lebih baik. Persaingan dalam pemanfaatan mendorongmereka menggunakan cara-cara dan teknologi yang merusak dan berlebihan karenamereka tidak mampu bersaing kalau menggunakan cara-cara penangkapan yang ramahlingkungan, dalam hal ini perlu dicari teknologi tepat-guna bagi perikanan skala kecil.Kemiskinan penduduk juga mempengaruhi pola pikir dan cara memperoleh pengetahuan(adopsi teknologi) mereka.

Pemikiran untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari tanpa memperhitungkan resikoyang dihadapi terjadi pada konflik-konflik yang dikemukakan di atas. Menurut Arihadi(1998:4), pada dasarnya perilaku masyarakat nelayan bersumber pada lima faktorpenyebab yaitu kurang permodalan, pengetahuan/keterampilan/kesadaran, kerjasama,dan faktor eksternal seperti keterbatasan pelayanan pemerintah dan isolasi daerah.

Mekanisme umpan balik atas akibat dari strategi yang mereka laksanakan dapatterhambat oleh keterbatasan kemampuan pengamatan empiris (pengalaman) mereka.Sebagai contoh menurut Bentley (1989; 1992), pengetahuan penduduk setempatbervariasi, sekalipun mereka memiliki pengetahuan yang baik mengenai beberapakomponen ekosistem, tidak seluruh komponen dapat ditangkap melalui pengamatantanpa menggunakan peralatan khusus seperti misalnya jenis-jenis serangga mikro, jenis-jenis penyakit, dan penyebabnya.

Tidak seluruh komunitas pesisir di Indonesia telah mengembangkan sistemperolehan dan pemanfaatan sumberdaya pesisir secara kolektif. Di banyak tempat,sering dijumpai adanya pengaturan yang bersifat komunal. Tetapi, penetapan hakulayat dan sistem pengelolaan sumberdaya pesisir dan laut secara tradisional telahdikembangkan dalam kurun waktu yang lama oleh beberapa komunitas pesisir di perairanIndonesia bagian Timur. Contohnya seperti yang terdapat di Kepulauan Maluku.Sementara di bagian barat, contohnya di P. Sebesi-Kalianda, masalah muncul dengantidak diakuinya sistem tradisional tersebut, hak ulayat, dalam sistem hukum Nasional.

Page 51: Atlas Sumberdaya Wilayah Pesisir Lampung

50

atlas sumberdaya wilayah pesisir lampung

Wilayah pesisir merupakan daerah peralihan antara ekosistem darat dan lautan.Kawasan ini paling padat dihuni manusia serta tempat berlangsungnya berbagai macamkegiatan pembangunan. Untuk tujuan studi ini wilayah pesisir dibatasi oleh faktorekosistem lingkungan daratan yang masih dipengaruhi oleh air laut, sehingga wilayahpesisir Lampung dibagi empat, yaitu (a) Pesisir Barat (104.111 ha); (b) Pesisir Timur316.437 ha); (c) Pesisir Teluk Lampung (48.630 ha), dan (d) Pesisir Teluk Semangka(62.250 ha), secara rinci tertera pada laporan teknis.

Wilayah Pesisir Lampung memiliki potensi sumberdaya alam untuk pengembangankegiatan bidang ekonomi di sektor pertanian. Keadaan sumberdaya alam yang sangatmendukung untuk pengembangan kegiatan sektor pertanian mengakibatkan perluasanpenggunaan lahan pertanian semakin meningkat, dan apabila tidak terkontrol dapatjuga menyebabkan kerusakan, seperti yang terjadi di Pantai Timur, yaitu (a) abrasi pantaisejak tahun 1987 rata-rata mencapai 50 m tiap tahunnya, sebagai akibat adanya alihfungsi lahan sempadan pantai berhutan mangrove menjadi tambak, (b) alih fungsi lahansawah menjadi tambak di RawaSragi telah mencapai 3000 ha.

Oleh karena itu, perluasanpenggunaan lahan tersebut harusdiarahkan dengan baik, ditinjaubaik dari segi penataan ruang,jenis komoditas yang diusahakanmaupun suatu tindakan konser-vasi yang harus dilaksanakan.

9.1 Satuan LahanSatuan lahan dibedakan atas

dasar karakteristik lahan yangterdapat di daerah studi yangdigambarkan oleh keadaanfisiografi, bentuk wilayah, iklim,sifat-sifat tanah (keadaan drainase,bahan induk, kondisi perakaran,retensi hara, dan ketersediaan zathara tanah). Berdasarkan karak-teristik lahan tersebut didapatkan

satuan-satuan lahan seperti tertera pada Tabel-11 dan Peta Satuan Lahan Pesisir.(1) Pesisir Barat, terdiri dari satuan lahan pada kelompok fisiografi: (a) Aluvial adalah

dataran banjir (21%); (b) Marin adalah beting pantai (6%), dataran lumpur pantai (2%),endapan marin (4%); dan (c) Teras marin adalah Teras marin berombak agak tertoreh(17,65%) dan Teras marin bergelombang agak tertoreh (36,44); (d) Perbukitan adalahPerbukitan agak tertoreh (13%).

(2) Pesisir Timur, terdiri dari satuan-satuan lahan pada kelompok fisiografi: (a)Aluvial adalah dataran aluvial (11,5%), dasar lembah (0,7%), dan meander sungai (2,6%);(b) Marin adalah beting pantai (0,8%), dataran pantai (7,2), rawa belakang (38,8), danendapan marin (0,4%); (c) Dataran Tuf Masam adalah dataran tuf masam datar sampaiberombak dan bergelombang (32,8%); (d) Dataran adalah dataran datar sampaiberombak (2,7%); (e) Vulkan adalah dataran vulkan (2,3%); (f) Perbukitan adalahperbukitan sangat tertoreh (0,3%).

(3) Pesisir Teluk Lampung terdiri dari satuan-satuan lahan pada kelompok fisiografi:(a) Aluvial adalah dataran banjir(4,4%) dan kipas aluvial(18,0%); (b) Marin adalahendapan marin (10,5); (c)Dataran Tuf Masam adalahdataran tuf masam bergelom-bang sampai berbukit kecil(4,7%); (d) Vulkan adalah lerengvulkan bawah (6,3%) dandataran vulkan berombaksampai bergelombang (4,9%);(e) Perbukitan adalah perbukit-an agak tertoreh sampai sangattertoreh (23,5%); (f) Pegunung-an adalah pegunungan sangattertoreh (25,2%); (g) lain-lain(2,5%).

(4) Pesisir Teluk Semangkaterdiri dari satuan-satuan lahanpada kelompok fisiografi: (a)Aluvial adalah lembah aluvial

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

ESESUAIAN & ARAHAN PENGEMBANGAN LAHAN PERTANIANKK

TABEL-11Fisiografi Wilayah Pesisir Lampung

Kelompok Fisiografi

1. Aluvial2. Marin3. Teras Marin4. Dataran Tuf Masam5. Dataran6. Vulkan7. Perbukitan8. Pegunungan9. Lain-lain

Jumlah

Ha

21.86212.50056.312

000

13.43700

104.111

Pesisir Barat

%

21,012,054,1

000

12,900

Pesisir Timur

Ha

47.062149.187

0103.438

8.5637.375

81200

316.437

%

14,947,1

032,72,72,30,3

00

Pesisir TelukLampung

Ha

10.8965.109

02.312

0 5.43811.42812.260

1.187

%

22,410,5

04,7

011,223,525,22,5

Pesisir TelukSemangka

Ha

15.8142.062

000

7.68718.12517.250

1.312

%

25,53,3

000

12,329,127,72,1

Sumber: Hasil analisis dan pengamatan lapang, 1998.

100 100 48.630 100 62.250 100

Page 52: Atlas Sumberdaya Wilayah Pesisir Lampung

51

atlas sumberdaya wilayah pesisir lampung

GAMBAR-20Peta Satuan Lahan

Page 53: Atlas Sumberdaya Wilayah Pesisir Lampung

52

atlas sumberdaya wilayah pesisir lampung

(16,5%), lembah tertutup (2,8%), dan dataran banjir (6,1%); (b)Marin adalah endapan marin (3,3%); (c) Vulkan adalah lerengvulkan bawah (12,3%); (d) Perbukitan adalah perbukitan agaktertoreh sampai sangat tertoreh (29,1%); (e) Pegunungan adalahpegunungan sangat tertoreh (27,7%); (f) lain-lain (2,2%).

9.2 Penggunaan LahanPenggunaan lahan saat ini di daerah studi dapat dibedakan

menjadi penggunaan lahan untuk persawahan, kebun campuran,pemukiman, tegalan, tambak, kebun kelapa, damar, belukar, hutan,hutan rawa, dan gelam, seperti tertera pada Tabel-12 dan PetaPenggunaan Lahan Pesisir.

9.3 Kesesuaian LahanEvaluasi kesesuaian lahan yang dilakukan di wilayah Pesisir

Lampung adalah kesesuaian lahan kualitatif, yaitu merupakankecocokan penggunaan lahan pertanian dengan potensi wilayahsecara fisik (pertimbangan agroekosistem), yang dibagi menjadiempat kelas, yaitu S1 (sangat sesuai), S2 (cukup sesuai), S3 (sesuaimarjinal), dan N1 (tidak sesuai saat ini). Kelas kesesuaian lahandidapatkan dengan cara mencocokkan karakteristik masing-masing satuan lahan dengan persyaratan penggunaan lahantanaman padi sawah, tanaman pangan (jagung, ubi jalar, ubi kayu,kacang tanah, kedelai, kacang hijau), sayuran (ketimun, bawang daun, bawang merah,buncis, kacang panjang, terong, cabe, tomat, bayam, kangkung), tanaman buah-1(nanas, pisang, pepaya, melon, semangka, belimbing), tanaman buah-2 (rambutan,jambu, durian, mangga, sawo, jeruk, duku, salak, nangka), tanaman perkebunan (karet,kopi robusta, kelapa, kelapa sawit, lada, tebu, kakao, cabe jawa), dan untuk tambak.Berdasarkan hasil evaluasi kesesuaian lahan masing-masing satuan lahan di wilayah pesisirLampung, didapatkan kelas kesesuaian lahan pertanian seperti tertera pada Tabel-13 dandapat dijelaskan sebagai berikut:

(1) Pesisir Barat: wilayah ini memiliki kelas kesesuaian lahan untuk (a) padi sawahadalah S1 (40,4%), S2 (36,4%) dengan faktor pembatas lereng, S3 tidak ada, dan N1(23,2%); (b) tanaman pangan, sayuran, dan buah-1 adalah S1 (54,1%), S2 dan S3 tidakada, N1 (45,9%); (c) buah-2, perkebunan, Damar adalah S1 (54,1%), S2 (12,9%), S3tidak ada, N1 (33,0%) , dan (d) tambak adalah S1 (33,0%), S2 dan S3 tidak ada, dan N1(67,0%).

(2) Pesisir Timur: wilayah ini memiliki kelas kesesuaian lahan untuk (a) padi sawah S1(5,7%), S2 (91,7%) dan S3 (1,1%) dengan faktor pembatas kondisi perakaran, rentensihara, dan lereng, N1 (1,5%); (b) tanaman pangan, sayuran, buah-1, adalah S2 (27,7%),dan S3 (15,3%), dengan faktor pembatas kondisi perakaran, rentensi hara, kesuburantanah, ketersediaan air, S1 tidak ada, dan N1 (57,0); (c) buah-2, perkebunan adalah S2(27,7%) dan S3 (10,3%) dengan faktor pembatas kondisi perakaran, rentensi hara,kesuburan tanah, dan lereng, S1 tidak ada, dan N1 (62,0%); (d) tambak adalah S1 (61,6),S2 dan S3 tidak ada, serta N1 (38,4%).

(3) Pesisir Teluk Lampung: wilayah ini memiliki kelas kesesuaian lahan untuk (a) padisawah S1 (4,3%), S2 (21,2%) dengan faktor pembatas lereng, S3 (14,9%) dengan faktorpembatas kondisi perakaran, kesuburan tanah dan lereng, dan N1 (59,6%); (b) tanamanpangan sayuran buah-1, adalah S2 (4,9%) dan S3 (13,1%) dengan faktor pembatas kondisiperakaran, rentensi hara, kesuburan tanah, dan ketersediaan air; S1 tidak ada, dan N1

TABEL-12Penggunaan Lahan di Pesisir Lampung

Jenis PenggunaanLahan

PemukimanPemukiman/Kb.Camp.SawahTambakTegalanKebun KelapaKb.Camp/DamarBelukarGelamHutan RawaHutan

Jumlah

Ha

-1.750

31.785--

2.81224.51418.625

--

24.625

104.111

Pesisir Barat

%

- 17,130,5

--

2,723,617,9

--

23,6

Pesisir Timur

Ha

-10.62572.12533.25028.4379.437

-104.87529.12528.562

-

316.437

%

-3,4

22,810,59,02,9

-33,19,29,1

-

Teluk Lampung

Ha

5.31231.6931.437

751-

5.687-

3.750---

48.630

%

10,965,23,01,5

-11,7

-7,7

---

Teluk Semangka

Ha

-36.4385.236

139---

18.312-

-2.125

62.250

%

-58,68,40,2

---

29,4- -

3,4

Sumber: Hasil analisis dan pengamatan lapang, 1998.

123456789

1011

No.

100 100 100 100

Page 54: Atlas Sumberdaya Wilayah Pesisir Lampung

53

atlas sumberdaya wilayah pesisir lampung

GAMBAR-21Peta Penggunaan Lahan Pesisir Lampung

Page 55: Atlas Sumberdaya Wilayah Pesisir Lampung

54

atlas sumberdaya wilayah pesisir lampung

TABEL-13Tabel Kesesuaian Lahan Wilayah Pesisir Lampung

Sumber: Hasil analisis dan pengamatan lapang, 1998.

Kelas KesesuaianLahan Ha

Padi Sawah

%

S1

S2

S3

N1

Pesisir Barat

S1

S2

S3

N1

Pesisir Timur

S1

S2

S3

N1

Pesisir TelukLampung

S1

S2

S3

N1

Pesisir TelukSemangka

42.057

37.937

0

24.117

104.111

18.188

289.937

3.437

4.875

316.437

2.125

6.272

8.750

31.483

48.630

15.812

0

8.937

37.501

62.250

Tanaman Pangan Sayuran Buah-1 Buah-2 Perkebunan Tambak

Ha % Ha % Ha % Ha % Ha % Ha %

40,4

36,4

0

23,2

100 .

5,7

91,7

1,1

1,5

100 .

4,4

12,9

18,0

64,7

100 .

25,4

0

14,3

60,3

100 .

56.312

0

0

47.799

104.111

0

197.062

87.750

31.625

316.437

0

2.375

6.374

39.881

48.630

0

1.250

12.125

48.875

62.250

54,1

0

0

45,9

100

0

62,3

27,7

10,0

100 .

0

4,9

13,1

82,0

100 .

0

2,0

19,5

78,5

100 .

56.312

0

0

47.799

104.111

0

197.062

87.750

31.625

316.437

0

2.375

6.374

39.881

48.630

0

1.250

12.125

48.875

62.250

54,1

0

0

45,9

100 .

0

62,3

27,7

10,0

100 ..

0

4,9

13,1

82,0

100 .

0

2,0

19,5

78,5

100 .

56.312

0

0

47.799

104.111

0

197.062

87.750

31.625

316.437

0

2.375

6.374

39.881

48.630

0

1.250

12.125

48.875

62.250

54,1

0

0

45,9

100 .

0

62,3

27,7

10,0

100 .

0

4,9

13,1

82,0

100 .

0

2,0

19,5

78,5

100 .

56.312

0

13.437

34.362

104.111

0

197.062

88.562

30.813

316.437

0

2.375

30.252

16.003

48.630

0

1.250

43.125

17.875

62.250

54,1

0

12,9

33,0

100 .

0

62,3

28,0

9,7

100 .

0

4,9

62,2

32,9

100 .

0

2,0

69,3

28,7

100 .

56.312

0

13.437

34.362

104.111

0

197.062

88.562

30.813

316.437

0

2.375

30.252

16.003

48.630

0

1.250

43.125

17.875

62.250

54,1

0

12,9

33,0

100 .

0

62,3

28,0

9,7

100 .

0

4,9

62,2

32,9

100 .

0

2,0

69,3

28,7

100 .

47.799

0

0

56.312

104.111

30.813

0

0

285.624

316.437

16.004

0

0

32.626

48.630

17.875

0

0

44.375

62.250

45,9

0

0

54,1

100 .

27,7

0

0

72,3

100 .

32,9

0

0

67,1

100 .

28,7

0

0

71,3

100 .

Page 56: Atlas Sumberdaya Wilayah Pesisir Lampung

55

atlas sumberdaya wilayah pesisir lampung

GAMBAR-22Peta Arahan Penggunaan Lahan

Page 57: Atlas Sumberdaya Wilayah Pesisir Lampung

56

atlas sumberdaya wilayah pesisir lampung

(82,0%); (c) buah-2, perkebunan adalah S2 (4,9%) dan S3 (62,2%) dengan faktor pembataskondisi perakaran, rentensi hara, kesuburan tanah, dan ketersediaan air, S1 tidak ada,dan N1 (32,9%); (d) tambak adalah S1 (32,9%), S2 dan S3 tidak ada, serta N1 (67,1%),

(4) Pesisir Teluk Semangka: wilayah ini memiliki kelas kesesuaian lahan untuk (a)padi sawah S1 (25,4%), S3 (14,3%) dengan faktor pembatas lereng S2 tidak ada, danN1 (60,3%); (b) tanaman pangan, sayuran, buah-1 adalah S2 (2,0%) dan S3 (19,5%),dengan faktor pembatas rentensi hara, kesuburan tanah, dan lereng, S1 tidak ada, danN1 (78,5%); (c) buah-2, perkebunan adalah S2 (2,0%) dan S3 (69,3%) dengan faktor

pembatas rentensi hara, kesuburan tanah, dan lereng, S1 tidak ada, dan N1 (28,7%); dan(d) tambak adalah S1 (28,7%), S2 dan S3 tidak ada, dan N1 (71,3%).

9.4 Pengembangan Lahan PertanianDengan mempertimbangkan hasil evaluasi kelas kesesuaian lahan kualitatif untuk

berbagai jenis tanaman di wilayah Pesisir Lampung, potensi pengembangan lahanpertanian, keberadaan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, dan Taman NasionalWay Kambas, ketersediaan lahan, dan faktor lingkungan, maka dapat ditentukan arahan

pengembangan lahan pertanian seperti tertera padaTabel-14 dan Peta Arahan Pengembangan LahanPertanian.

(1) Pesisir Barat 33,1% wilayahnya diarahkan untukpengembangan persawahan, 1,8% untuk pemukiman(kota), 0,6% untuk tanaman pangan, sayuran, buah-1,36,5% untuk tanaman buah-2, perkebunan, dan 28,0%sebagai Taman Nasional Bukit Barisan Selatan.

(2) Pesisir Timur 22,1% wilayahnya diarahkanuntuk pengembangan persawahan, 18,9% untukpertambakan, 32,3% untuk tanaman pangan, sayuran,dan buah-1, 0,5% untuk tanaman buah-2, perkebunan,26,2 % sebagai Taman Nasional Way Kambas.

(3) Pesisir Teluk Lampung 7,4% wilayahnyadiarahkan untuk pengembangan persawahan, 9,6%untuk pemukiman (kota), 77,3% untuk tanaman buah-2 dan perkebunan, dan 5,7% untuk pertambakan.

(4) Pesisir Teluk Semangka 22,2% wilayahnyadiarahkan untuk pengembangan persawahan, 1,8%untuk pemukiman (kota), 71,6% untuk tanaman buah-2, perkebunan, 2,4% untuk pertambakan, dan 2,0%sebagai Taman Nasional Bukit Barisan Selatan.

TABEL-14Arahan Pengembangan Lahan Pertanian di Pesisir Lampung

Pemukiman

Persawahan

Tambak

Tanaman Pangan,Sayuran,dan Buah-1

Tanaman Buah-2 danPerkebunan

Tanaman Nasional BBS

Tanaman Nasional WayKambas

Jumlah

Ha

Pesisir Barat

%

Pesisir Timur Teluk Lampung Teluk Semangka

Sumber: Hasil analisis dan pengamatan lapang, 1998.

Jenis Penggunaan LahanHa % Ha % Ha %

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

No.

1.895

34.492

0

635

37.980

29.109

0

104.111

1,8

33,1

0 .

0,6

36,5

28,0

0 .

100 .

0

69.774

59.965

102.114

1.772

0

82.812

316.437

0 .

22,1

18,9

32,3

0,5

0 .

26,2

100 .

4.698

3.593

2.762

0

37.577

0

0

48.630

9,6

7,4

5,7

0 .

77,3

0 .

0 .

100 .

1.895

13.058

1.525

0

44.552

1.220

0

62.250

1,8

22,2

2,4

0 .

71,6

2,0

0 .

100 .

Page 58: Atlas Sumberdaya Wilayah Pesisir Lampung

57

atlas sumberdaya wilayah pesisir lampung

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

ERIKANAN BUDIDAYA DI WILAYAH PESISIR LAMPUNGPerikanan budidaya adalah kegiatan usaha pemeliharaan hewan-hewan dan tumbuhan

air. Di perairan pesisir Lampung, kegiatan ini berlangsung di seluruh kabupaten yangmemiliki wilayah pesisir. Di wilayah pesisir, tambak merupakan kolam-kolam yang berisiair laut atau air payau untuk memelihara udang atau bandeng. Saat ini usaha pertambakandi Propinsi Lampung merupakan produksi udang terbesar di Indonesia. Selain udang,di perairan Lampung terdapat juga usaha pemeliharaan mutiara dan skala kecil kerapuserta rumput laut. Usaha budidaya udang dan mutiara telah menghasilkan devisa negaralebih dari 300 juta dolar Amerika pada tahun 1998 (CRMP, 1999). Kedua jenis usaha inimemberikan lapangan kerja yang besar. Lebih dari 10.000 orang bekerja dalam usahapertambakan sementara lebih dari 200 orang bekerja dalam usaha budidaya kerangmutiara. Lokasi budidaya dapat dilihat pada Peta Penggunaan Lahan Pesisir Lampung.

Usaha budidaya ikan air tawar, seperti ikan gurame, ikan mas, ikan nila, dan ikan lelepada umumnya terdapat di Kabupaten Tulang Bawang dan Lampung Utara. Usaha inipada umumnya dilaksanakan di kolam atau sungai dengan menggunakan keramba.

10.1 Pemeliharaan Mutiara di Teluk LampungPemeliharaan kerang mutiara membutuhkan air tenang dan berkualitas tinggi.

Sebagian kawasan laut di Teluk Lampung dan sekitarnya (lebih dari 5.000 hektare) telahdialokasikan sebagai kawasan usaha dua perusahaan pemelihara kerang mutiara, yaituPT. Hikari dan PT. Kyoko Shinju. Luasan tersebut adalah 10% dari 50.000 hektareperairan Indonesia yang dianggap cocok untuk budidaya kerang mutiara raksasa Pinctadamaximus. Kedua perusahaan tersebut menghasilkan kerang mutiara masing-masing140.000 dan 400.000 buah per tahun.

Kerang mutiara digantung pada tali-tali di dalam air dalam kawasan yang diberitanda-tanda pembatas, seperti tali-tali dan pelampung tanda yang dibuat agar jelas terlihat.Pembatas ini menunjukkan bahwa nelayan tidak diperkenankan untuk menangkap ikandi dalam kawasan budidaya. Karena itu, kawasan budidaya ini berperan juga sebagai�kawasan lindung� di mana ikan dan habitatnya atau terumbu karang yang ada di dalamnyadapat terlindungi dari ancaman kerusakan.

10.2 Pemeliharaan UdangKualitas air di pesisir timur Propinsi Lampung sangat cocok untuk budidaya udang.

Air yang bebas dari bahan polusi dan banyak mengandung plankton, yaitu tumbuh-tumbuhan dan hewan-hewan renik, dibutuhkan oleh udang-udang yang berada di dalamtambak. Usaha pertambakan udang dilaksanakan di setiap kabupaten pesisir di Propinsi

Lampung, kecuali di Lampung Barat yang berhadapan langsung dengan Samudera Hindiakarena pantainya memiliki ombak yang sangat besar (Wilayah tambak dijelaskan di PetaPenggunaan Lahan Pesisir Lampung).

10.3 Tambak Inti Rakyat di Tulang BawangDi Kabupaten Tulang Bawang terdapat dua perusahaan inti pertambakan Plasma

Inti Rakyat (PIR) yang sangat besar, yakni PT. Dipasena Citra Darmaja (DCD) dan PT.Central Pertiwi Bahari (CPB). Kedua perusahaan ini memproduksi udang windu atautiger prawn (Penaeus monodon). Jumlah luas lahan konsesi yang dialokasikan kepada keduaperusahaan ini adalah 39.000 hektare; sementara ini yang telah diusahakan sebagai tambakmencapai hampir 12.500 hektare. Berita tentang kesulitan pengelolaan yang dihadapikedua perusahaan ini sering muncul dalam media cetak setempat. Perusahaan DCDmemproduksi udang yang sangat terjamin, yang pada umumnya memiliki kualitas udangyang tinggi dan dampak lingkungan terkontrol, dengan produktivitas lebih dari 50 tonudang beku setiap hari. Negara tujuan ekspor udang ini adalah Singapura. Dari sana,udang kemudian diekspor ke Jepang, Amerika Serikat, dan negara-negara Eropa.Selain kedua perusahaan ini, di Tulang Bawang terdapat juga usaha tambak skalakecil (tambak rakyat) yang tiga tahun belakangan ini jumlahnya telah meningkathampir mencapai 2.000 hektare. Produksi udang di pesisir Lampung dapat dilihat padaPeta Tingkat Produksi Budidaya Udang.

10.4 Pertambakan Rakyat di Lampung Timur dan SelatanDi Kabupaten Lampung Timur, tepatnya sebelah selatan Taman Nasional Way

Kambas, kawasan pesisir sepanjang garis pantai mulai dari Tanjung Penet hinggaKetapang sudah diubah seluruhnya dari rawa-rawa dan hutan mangrove menjadi lahanpertanian padi dan sekarang menjadi tambak udang windu yang sebagian besar dalambentuk tambak tradisional (cara budidaya sederhana dan modal terbatas), sisanya adalahtambak semi-intensif dan intensif (cara budidaya lebih kompleks dan kebutuhan modallebih besar). Konversi lahan diawali dari pinggir pantai, kemudian dilanjutkan semakinlebar ke arah daratan. Di sekitar Sungai Pisang lebar kawasan pertambakan ini mencapai5 kilometer ke arah daratan. Saat ini jumlah luas areal pertambakan dari Tanjung Penetke Ketapang mencapai sekitar 12.000 hektare (CRMP, 1998).

Tambak jenis semi-intensif dan intensif dicirikan dengan adanya tambahan pakanbuatan dan kincir-kincir air yang digerakan oleh tenaga listrik atau solar. Kincir-kincirair tersebut berfungsi untuk menambah kandungan oksigen terlarut yang berguna untuk

PP

Page 59: Atlas Sumberdaya Wilayah Pesisir Lampung

58

atlas sumberdaya wilayah pesisir lampung

meningkatkan jumlah makanan alami udang, yaitu fitoplankton. Lama pemeliharaanuntuk satu kali panen adalah sekitar 120 hari. Udang windu yang dihasilkan bisa dibelioleh pedagang di sepanjang jalan dari Labuhan Maringgai hingga Jabung, atau sebagiandi antaranya diangkut ke cold storage dengan tujuan ekspor.

Selain itu benih udang untuk hampir semua tambak di Lampung diperoleh darisalah satu dari 90 unit pembenihan (hatchery) yang ada di Kalianda. Selain itu, benihudang ada juga yang didapatkan dari Aceh, dan Kalimantan Timur, sedangkan sumbernauplii berasal dari Jawa. Sedangkan pakan udang untuk tambak semi-intensif dan intensifhampir 40% didatangkan dari Jawa Tengah dan Jawa Timur. Hal ini dapat dilihat padaPeta Ketersediaan Sumberdaya Udang.

10.5 Pembenihan Udang di KaliandaUsaha pembenihan udang skala rumah tangga atau �backyard hatcheries� dapat

ditemukan di kedua sisi jalan di Kalianda, dekat kaki Gunung Rajabasa. Kualitas airlaut di kecamatan ini sangat baik dan ideal untuk pembenihan udang, karena air laut yangdemikian bersih dan pantai-pantainya berpasir putih. Pemerintah Propinsi Lampungtelah menetapkan wilayah ini sebagai kawasan pariwisata. Sarana pariwisata telah banyakdibangun namun dalam situasi ekonomi yang memburuk saat ini, usaha pariwisata tersebutmenjadi tidak menentu. Sementara itu, pembenihan udang telah menjadi kegiatanekonomi yang menguntungkan masyarakat di wilayah tersebut. Lokasi hatchery dapatdilihat dalam peta tingkat produksi tambak udang.

10.6 Konsekuensi Peningkatan Usaha Tambak UdangPerluasan dan peningkatan intensitas budidaya udang di Lampung Tengah dan

Selatan dapat merupakan ancaman bagi lingkungan perairan pesisir dalam halkemampuannya untuk menerima limbah pertambakan, misalnya kelebihan pupukataupun pakan. Kelebihan limbah akan menyebabkan turunnya kualitas lingkungan,khususnya kualitas air. Menurunnya kualitas air ini kemudian akan meningkatkan stresatau tekanan kepada udang yang dipelihara. Selanjutnya, peningkatan tekanan inidapat menurunkan daya tahan udang terhadap penyakit. Sehingga bila kualitaslingkungan di dalam tambak lebih rendah dari batas tertentu maka udang akan matikarena penyakit.

Peristiwa seperti ini terjadi pertama kali pada tahun 1996 ketika sebagian besarudang tambak di wilayah selatan Labuhan Maringgai mati karena penyakit yangdisebabkan oleh virus. Pada kasus ini beberapa pengusaha tambak intensif menjadibangkrut, atau menghentikan kegiatan produksinya. Sehingga sebagian pengusaha

terpaksa menjual tambaknya dan pindah tempat. Pengusaha pindah ke Propinsi Jambidan ke Teluk Lampung atau Teluk Semangka. Meskipun produksi dapat ditingkatkankembali pada tahun 1997, bakteri-bakteri epidemik menyerang kembali pada tahun1998. Bakteri ini bisa bertahan di air dan ditemukan di laut terbuka di Lampung Selatan.Penyakit udang ini salah satu contoh dari resiko usaha pertambakan. Sejarahperkembangan budidaya udang di Lampung dapat di lihat pada Tabel-15.

10.7 Permasalahan Usaha Perikanan BudidayaSaat ini kegiatan budidaya kerang mutiara dan budidaya udang di Propinsi Lampung

sedang menghadapi ancaman besar. Bila kualitas air di Teluk Lampung terus memburuk,maka produksi perikanan tersebut akan merosot hingga di bawah batas ekonomissehingga usaha menjadi tidak menguntungkan.

Kelangsungan usaha tambak udang di Lampung Timur sedang terancam oleh empatfaktor utama, yaitu:1. Jumlah pengguna yang berlipat-ganda dan lemahnya pengawasan atau pengendalian

telah menyebabkan berkurangnya pertahanan alami yang disediakan oleh hutan rawa-rawa dan mangrove. Berkurangnya luas hutan rawa dan mangrove akanmenurunkan kualitas lingkungan yang dibutuhkan untuk memproduksi udang.Bila hal ini terjadi, usaha budidaya udang intensif dan semi-intensif kemungkinanakan gulung-tikar atau bangkrut karena produksi akan berkurang sangat besar.

2. Banyak dari usaha pembenihan udang dan petambak semi- intensif ini dibanguntidak memiliki surat-resmi lengkap atau telah diperluas melebihi ukuran yang diizinkan.Dengan demikian, mereka sangat mudah menjadi obyek pemerasan pihak-pihakyang tidak bertanggungjawab. Hal ini telah menambah kesulitan dalam mengeloladan mengendalikan mereka.

3. Usaha pertambakan udang merupakan kegiatan yang menguntungkan namun memilikiresiko tinggi dan memerlukan modal yang besar. Kegagalan produksi satu kali dapatmenyebabkan kerugian besar, dan yang kedua kalinya bisa menjadikan bangkrut.Dalam kondisi sekarang, instansi pemerintah masih belum bisa menyediakanpelayanan yang dibutuhkan oleh begitu banyak pengusaha pertambakan, baik kecilmaupun besar.

4. Kerusuhan sosial yang terjadi di tambak inti rakyat dapat mengacaukan prosesproduksi udang. Jika hal ini terus berlangsung akan menyebabkan ketidakmampuanperusahaan inti dalam membayar pinjamannya.

Page 60: Atlas Sumberdaya Wilayah Pesisir Lampung

59

atlas sumberdaya wilayah pesisir lampung

GAMBAR-24Peta Tingkat Produksi Tambak Udang

Page 61: Atlas Sumberdaya Wilayah Pesisir Lampung

60

atlas sumberdaya wilayah pesisir lampung

TABEL-15Peristiwa-Peristiwa Penting dalam Budidaya Air Payau

dan Air Laut di Pesisir Lampung

Budidaya tambak (lebung) ekstensif skala sangat kecil untuk bandeng, udang,dan kepiting liar di Tulang Bawang, Lampung Tengah dan Timur.

Pembukaan wilayah hutan di Pantai Timur yang digunakan sebagai arealsawah pertanian, sekaligus perluasan tambak tradisional untuk konsumsirumah tangga.

Perluasan budidaya tambak untuk budidaya bandeng dan udang liar.Tambak udang dibuka di Muara Gading Mas (14 Ha).

Perluasan tambak udang yang sangat cepat di sepanjang Pantai Timur.P.T. Dipasena Citra Darmaja mulai membuka hutan untuk produksi tambakudang dengan areal 16.000 hektare.Mulai pembuatan konstruksi pembenihan udang P.T. Biru Laut Katulistiwa(BLK) di Kecamatan Kalianda.

Dinas Perikanan pertama kali memberikan izin pembukaan tambak di PadangCermin, Muara Gading Mas dan Ketapang.P.T. BLK beroperasi penuh.Dua usaha pembenihan udang yang pertama dibuka di Kalianda dan Suak.Pembukaan usaha-usaha pembenihan udang lainnnya dengan cepatberlangsung sampai tahun 1997.P.T. Central Pertiwi Bahari membuka tambak yang pertama di Menggala,Tulang Bawang.CP memperkenalkan kincir air untuk tambak intensif di Lampung Tengah danSelatan.Serangan MBV besar-besaran yang pertama kali terjadi di daerah LabuhanMaringgai (Pengusaha tambak mengurangi padat penebarannya dari intensifmenjadi ekstensif).Musim kemarau panjang akibat pengaruh El Nino.Serangan pertama vibrio/whitespot di tambak-tambak intensif di sepanjangwilayah Pantai Timur Lampung.Musim kemarau panjang mendorong perluasan tambak semi intensif diPadang Cermin dan Teluk lampung.Rendahnya tingkat hidup larva akibat rendahnya kualitas / mahalnyaartemia.Pengaruh La Nina memperpanjang musim hujan. Tambak semi intensifmendapat produksi yang baik sedangkan tambak intensif menghasilkantingkat produksi yang rendah.

Pra 1960

1960-1970

1970'1976

1980'1988

1989

1990

199219921993

1994

1994

September 1996

1997Juli-Agustus 1997

November 1997

Desember 1997

1998

Banyak teknisi tambak meninggalkan Lampung Tengah menuju SumateraSelatan. Banyak usaha pembenihan benur skala rumah tangga mengalamikesulitan produksi.MBV menyerang 70% tambak udang berumur 3-4 bulan, panen dipercepat.Harga udang meningkat terus, biaya produksi tetap rendah.

Beberapa gudang pendingin (cold storage) gagal membayar karena adanyaketidakpastian harga.Kesulitan dalam mempertahankan laju pertumbuhan dan pengeringan tambakantar siklus.Kekurangan produksi benur mengakibatkan padat penebaran lebih rendah darirata-rata sebelumnya.Harga udang mencapai rekor tertinggi Rp. 125.000,00/kg. Buruknya persiapantambak (?) mengakibatkan penurunan laju pertumbuhan udang secara umumdi Lampung, rendahnya produksi tambak semi intensif. Jumlah vibrio yangtinggi di semua contoh air.Produksi benur berlebih, konflik antara APPU dan CPB.

Produksi 89 pembenihan udang skala rumah tangga di Kalianda dansekitarnya mencapai 190 juta PL-12 /bulan. P.T. BLK setiap bulan memilikiproduksi yang stabil sekitar 300 juta/bulan. Kapasitas produksi 350-400 jutabenur/bulan. Unit pembenihan udang CPB menproduksi 60 juta PL-12/bulan.Kapasitas produksi 250-300 juta benur/bulan. Luas tambak CPB yangberproduksi adalah 3.059 unit , setiap unit 0,5 ha di atas tanah konsesi seluas23.000 Ha yang memproduksi udang 25-40 ton/hari. Jumlah tambak DCDyang beroperasi sebanyak 18.000 unit, tiap unit 0,2 Ha di atas lahan seluas16.000 Ha, mampu memproduksi kurang lebih 50 ton/hari. Konflik antarausaha pembenihan skala rumah tangga dan CPB. Tren keuntungan yang terusberfluktuasi. Harga pakan yang tinggi, harga udang rendah, banyak usahatambak semi intensif beroperasi secara terbatas. Kondisi sosial yang tidakstabil antara masyarakat, petani plasma, dan perusahaan inti merupakanancaman kelangsungan produksi di DCD dan CPB. Kelangsungan produksimasih diragukan. Parameter kualitas air yang menurun. Tambak merupakanpenyumbang kerusakan Pantai Timur khususnya di Labuhan Maringgai.

Januari 1998

Maret

April

Mei

Juni-Juli

September-Sekarang

Status Saat ini

Sumber : Hasil analisis dan pengamatan lapang, 1998.

Page 62: Atlas Sumberdaya Wilayah Pesisir Lampung

61

atlas sumberdaya wilayah pesisir lampung

GAMBAR-24Peta Ketersediaan Sumberdaya Budidaya Udang

Page 63: Atlas Sumberdaya Wilayah Pesisir Lampung

62

atlas sumberdaya wilayah pesisir lampung

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

ERIKANAN TANGKAP11.1 Pentingnya Perikanan Tangkap

Perikanan tangkap merupakan kegiatan ekonomi penting bagi PropinsiLampung karena kontribusinya dalam penyediaan pangan yang berasal dari lautseperti berbagai jenis ikan, udang, cumi, kerang-kerangan, dan hewan lunak lainnya.Produksi perikanan laut pada tahun 1997 yang didaratkan di Teluk Lampung sekitar51.000 ton, di Pantai Timur sekitar 43.000 ton dan di Pantai Barat sekitar 10.000ton. Selain menghasilkan pangan, perikanan tangkap juga menghasilkan ikan-ikanhias yang harganya relatif lebih mahal dari ikan konsumsi. Kegiatan perikanantangkap ini melibatkan sekitar 55 ribu Rumah Tangga Nelayan (RTN) danmenyediakan kesempatan kerja bagi kelompok orang lainnya yang bekerja dalamkegiatan penanganan, pengolahan, dan pendistribusian atau perdagangan produklaut yang dihasilkan nelayan-nelayan tersebut. Sebagian produk perikanan (sepertituna, cakalang, udang, lobster, ikan karang, ikan hias, rumput laut, dan beberapajenis lainnya) adalah komoditi ekspor, sehingga kegiatan ini semakin penting sebagaisumber penghasil devisa pada saat Indonesia sedang dilanda krisis ekonomi.

11.2 Sumberdaya Ikan dan Lokasinya Sumberdaya ikan yang dieksploitasi oleh armada perikanan tangkap tersebar

di tiga perairan terdekat, yaitu pesisir Samudera Hindia, Selat Sunda (termasuk perairanTeluk Lampung dan Teluk Semangka), serta perairan bagian barat Laut Jawa. Jenissumberdaya ikan ini berkaitan erat dengan kondisi perairan. Ikan-ikan pelagis sepertiTongkol (Euthynnus spp.). Yellowfin tuna/Madidihang (Thunnus albacares) dan Cakalang(Katsuwonus pelamis) termasuk ikan yang suka berada di lapisan permukaan laut agakjauh dari pantai. Ikan pelagis lainnya yang berukuran lebih kecil, seperti ikan Tembang(Sardinela fimbriata) dan Kembung (Rastrelliger spp.) juga biasa ditemukan di air lapisan atasdan bergerombol. Ikan-ikan demersal seperti Manyung (Tachyurus spp.), ikan Pari(Trigonidae), Gulamah (Sciaenidae), serta berjenis-jenis Udang (Peneaus spp.) lebih banyaktertangkap di dasar laut yang relatif dangkal dan berlumpur. Ikan-ikan hias dan ikan-ikan karang seperti Kerapu (Epinephelus spp.) lebih sering ditemukan di kawasan terumbukarang. Cumi-cumi (Loligo spp.) dan Teri (Stolephorus spp.) biasa tertangkap oleh nelayanbagan karena senang berkumpul di sekitar cahaya yang dinyalakan pada malam hari.Sedangkan sumberdaya lainnya, seperti rumput laut, biasanya dikumpulkan olehmasyarakat dengan tangan langsung di pantai. Kalaupun dengan alat, hanya berfungsisebagai penggali atau pemecah.

Analisis terhadap status sumberdaya ikan di perairan Lampung, seperti juga di

wilayah lain, juga menghadapi kendala yang sama, karena data perikanan tidak lengkapdan tidak sinkron. Data produksi dari suatu alat tangkap tanpa dilengkapi data jumlahtrip dan sebaliknya. Selain itu, data hasil tangkapan dicatat berdasarkan daerah admin-istratif tempat pendaratan dan bukan berdasarkan wilayah perairan asal hasil tangkapantersebut.

Berdasarkan kecenderungan produksi hasil tangkapan ikan yang meningkat danada data hasil tangkapan yang tidak dicatat, maka dapat dipercaya bahwa nilai dugaanpotensi sumberdaya ikan yang dihasilkan dari analisis ini adalah masih minimal (underestimate). Hasil estimasi dengan pendekatan surplus production model (Schaeffer) nilai Maxi-mum Sustainable Yield (MSY) masih mungkin dilakukan walaupun memberikan nilai yanglebih tinggi.

Setiap jenis alat tangkap tentunya memiliki kemampuan daya tangkap atau FishingPower Index (FPI) yang berbeda. Dengan demikian sebelum melakukan analisispendugaan potensi, perlu dilakukan standarisasi upaya penangkapan dari setiap jenisalat tangkap yang ada, dengan cara membandingkan hasil tangkapan per unit upaya(CPUE) dari masing-masing alat tangkap yang beroperasi di perairan tertentu.

Proses pengeringan ikan teri di Pulau Pasaran, Bandar Lampung

PP

Page 64: Atlas Sumberdaya Wilayah Pesisir Lampung

63

atlas sumberdaya wilayah pesisir lampung

GAMBAR-25Peta Sebaran Alat Tangkap di Pesisir

Page 65: Atlas Sumberdaya Wilayah Pesisir Lampung

64

atlas sumberdaya wilayah pesisir lampung

Analisis sumberdaya ikan dengan alat tangkap standar Pancing Ulur di perairanPantai Timur Lampung memberikan nilai 116.500 ton/tahun, sedang nilai upayaoptimumnya sekitar 5 juta trip setara pancing ulur. Secara hati-hati dapat dinyatakanbahwa tingkat pemanfaatan sumberdaya ikan di perairan Timur Lampung pada tahun1997 diperkirakan telah mencapai 88%, sedangkan upaya penangkapannya dapatditingkatkan sekitar 38% atau 2 juta trip/tahun setara hanya untuk pancing ulur.Penambahan unit alat tangkap jenis yang lain, seperti payang, purse-seine, baganataupun jenis gillnet perlu memperhatikan aspek �bio-technico-socio-economic�. Potensisumberdaya ikan di Pantai Timur bisa dilihat dalam Tabel-16.

Wilayah perairan Barat Lampung memiliki karakteristik yang berbeda denganperairan pesisir Lampung yang lain, karena merupakan bagian dari Samudra Hindia.Kondisi perairan yang ganas menyebabkan aktivitas penangkapan ikan dan tingkat

pemanfaatannya relatif masih rendah. Umumnya ukuran kapal/perahu penangkap ikanyang dioperasikan di perairan Pantai Barat masih dibawah 5 Gross Ton dan dilengkapidengan alat tangkap sederhana.

Berdasarkan analisis sumberdaya ikan, maka nilai dugaan MSY untuk wilayahperairan Barat Lampung, yaitu sekitar 16.600 ton/tahun dengan upaya optimum sekitar566.800 trip/tahun setara alat tangkap pancing ulur yang beroperasi di perairan pantaisaja. Dengan demikian, diduga bahwa tingkat pemanfaatan sumberdaya ikan di PantaiBarat Lampung (1997) baru mencapai 62%. Peluang pengembangan perikanan tangkapdi perairan ini masih besar apalagi untuk daerah lepas pantai (12 mil laut) dan ZonaEkonomi Eksklusif (ZEE).

11.3 Sentra Perikanan dan Sarananya Di Propinsi Lampung terdapat paling sedikit 180 desa pantai yang penduduknya

bekerja sebagai nelayan. Saat ini para nelayan masih cenderung melaut dari tempat yangdekat dengan rumahnya. Di Propinsi Lampung terdapat 4 (empat) sentra perikanandengan fasilitas berupa Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI), yang merupakan tempatperahu/kapal penangkap ikan berlabuh dan menjual hasil tangkapannya. Namundemikian, tidak semua aktivitas jual beli dilakukan di pangkalan tersebut. Di PantaiTimur dan Teluk Lampung, sentra perikanannya ada di PPI Lempasing (Kodya BandarLampung), PPI Ketapang (Lampung Selatan), PPI Labuhan Maringgai (LampungTengah), dan PPI Kota Agung (Tanggamus). Sebuah pelabuhan perikanan denganfasilitas perikanan yang lebih besar skalanya, telah dibangun di Krui untuk melayanikapal/perahu penangkap ikan yang beroperasi di perairan Pantai Barat Lampung atauSamudera Hindia. Namun pelabuhan ini belum banyak dimanfaatkan.

11.4 Teknologi yang digunakan Berbagai jenis alat tangkap digunakan nelayan untuk menangkap ikan. Sebagian

di antaranya termasuk sederhana dengan nama lokal khusus yang berbeda dengannama-nama yang digunakan dalam statistik perikanan yang dibuat oleh DinasPerikanan setempat. Secara umum, ada tiga kelompok alat tangkap yang jumlahnyadominan, yaitu pancing ulur (3.600 buah), bagan (2.700 buah) dan perangkap (2.800buah). Berbagai jenis ikan tertangkap oleh ketiga jenis alat tangkap ini. Pada tahun1997, ketiga jenis alat tangkap ini menghasilkan sekitar 50% dari 104.000 ton ikanyang didaratkan di Lampung.

Untuk menangkap ikan pelagis kecil, nelayan menggunakan jaring payang (960unit), jaring insang hanyut (200 unit), dan rawai hanyut (340 unit). Alat-alat tangkap ini

TABEL-16Analisis Potensi Sumberdaya Ikan di Perairan Timur

Lampung dengan Pendekatan Metode Schaeffer.

Tahun

1989

1990

1991

1992

1993

1994

1995

1996

1997

Produksi (ton)

69.169

76.187

85.133

83.988

86.829

94.425

100.177

107.054

102.193

Upaya (trip)

2.063.439

2.212.052

2.223.463

2.236.775

3.254.575

2.891.681

2.908.265

2.891.892

3.098.873

CPUE (kg/trip)

0,034

0,034

0,038

0,038

0,027

0,033

0,034

0,037

0,033

Page 66: Atlas Sumberdaya Wilayah Pesisir Lampung

65

atlas sumberdaya wilayah pesisir lampung

GAMBAR-26Peta Produksi Perikanan Tangkap

Page 67: Atlas Sumberdaya Wilayah Pesisir Lampung

66

atlas sumberdaya wilayah pesisir lampung

banyak dioperasikan oleh nelayan yang tinggal di sekitar Teluk Lampung. Untukmenangkap ikan demersal digunakan jaring insang tetap (84 unit), jermal (107 unit),dan rawai tetap (911 unit); ketiga alat ini seluruhnya ada di Pantai Timur Lampung.Jaring klitik (254 unit), yang dirancang untuk menangkap udang dan juga biasadigunakan menangkap ikan dasar, sangat umum digunakan di Pantai Barat Lampung.

Armada perikanan tangkap yang berbasis di Lampung terdiri dari 3.500 buah perahutanpa motor (hampir 50%), 1.600 perahu bermotor tempel (20%), dan 2.000 buahkapal motor (30%). Sebagian besar perahu/kapal ikan ini berbasis di Kodya BandarLampung, Kabupaten Lampung Selatan, dan Kabupaten Tanggamus. Untuk armadaperikanan di Pantai Barat Lampung didominasi oleh perahu tanpa motor yang operasinyamasih terkonsentrasi di dekat pantai karena terbatas kemampuannya.

Periode musim penangkapan ikan untuk setiap jenis alat tangkap dan daerahpenangkapan ikan di perairan Lampung berbeda-beda. Secara umum, periode musimpenangkapan tersebut dalam setahun antara 3 sampai 9 bulan. Hal ini disebabkan olehperubahan kondisi laut dan fluktuasi kelimpahan ikan di perairan yang dapat dicapaioleh nelayan yang umumnya masih menggunakan teknologi yang masih terbatas.

11.5 Masalah Perikanan Tangkap1. Persoalan nyata dalam perikanan tangkap adalah persaingan antar nelayan di perairan

atau daerah penangkapan ikan yang terbatas, sementara jumlah unit penangkapanikan yang beroperasi di dalamnya semakin meningkat. Keterbatasan daerah tujuanpenangkapan ini dirasakan oleh para nelayan yang diprioritaskan untuk beroperasi dijalur I (selebar 3 mil dari pantai) karena adanya alokasi kawasan perairan untuk kegiatan-kegiatan lain, seperti budidaya mutiara dan kawasan TNI Angkatan Laut di TelukLampung.

2. Dampak usaha budidaya mutiara terhadap perikanan tangkap adalah pengurangandaerah penangkapan ikan jalur 1 bagi nelayan kecil sementara jalur 2 dan 3 terlalujauh dan berarus kuat. Juga, menjadikan alur pelayaran menjadi sempit. Pengurangandaerah penangkapan bagi nelayan kecil jalur 1 tidak hanya disebabkan oleh budidayamutiara tetapi juga oleh pelarangan menangkap ikan di kawasan TNI AngkatanLaut. Dampak positif potensial kawasan budidaya dan kawasan TNI AL sebagai�kawasan lindung� yang menjaga kelestarian habitat ikan, kemungkinan belumterpikirkan oleh nelayan. Studi terhadap kondisi terumbu karang di kawasan tersebutmenunjukkan kualitas yang lebih baik dari kualitas terumbu karang yang berada diluar kawasan.

3. Perikanan bagan (yang terdiri dari bagan tancap, bagan perahu, dan bagan rakitatau bagan jerigen) banyak menghadapi persoalan. Pengoperasian bagan inisering terganggu oleh aktivitas pengoperasian alat tangkap lainnya. Permasalahanutama perikanan bagan rakit adalah sering hanyut dan hilang sehingga biasanyadiakui oleh orang lain yang menemukannya. Untuk bagan tancap, permasalahanutamanya adalah kesulitan memperoleh kayu tibung yang digunakan sebagai tiangpancang bangunan bagan. Selain persoalan-persoalan tersebut, perikanan baganjuga membuat masalah bagi pengguna laut lainnya. Sisa-sisa bangunan bagan dilaut bukan hanya menjadi hambatan bagi nelayan dalam mengoperasikan alattangkapnya tetapi juga bagi pelayaran umum di laut.

4. Di kawasan sekitar pertambakan inti rakyat, sejumlah nelayan menggunakankesempatan untuk menangkap udang-udang tambak yang �terbuang� ke luar tambakmelalui saluran-saluran sekunder dan primer pada saat panen. Mereka menggunakanalat tangkap yang dinamakan togog, yang terdiri dari jaring berbentuk kerucutyang dipasang pada tonggak-tonggak di air. Togog ini dipasang di sungai disebelah hilir dari mulut saluran primer. Pemasangan togog yang tidak teratur dansisa tonggak yang ditinggalkan mengganggu kelancaran pelayaran yangmenggunakan sungai tersebut.

Penangkapan ubur-ubur, Padang Cermin Lampung Selatan.

Page 68: Atlas Sumberdaya Wilayah Pesisir Lampung

67

atlas sumberdaya wilayah pesisir lampung

5. Pengoperasian trawlnet di perairan Lampung merupakan suatu hal yang sangat bertolak-belakang, karena alat ini sebenarnya masih dilarang oleh pemerintah (Keppres No.39/1981). Sebaliknya, para nelayan trawlnet menangkap ikan secara bebas tanpabatasan sehingga mengganggu pengoperasian alat-alat statis, baik alat tangkap maupunalat bantu seperti rumpon milik nelayan pancing. Operasi alat ini bahkan mengganggunelayan yang beroperasi di muara sungai di Tulang Bawang dan Mesuji.

6. Penggunaan bahan peledak oleh nelayan bagan dan penangkap ikan karang yang inginmenangkap ikan dengan cara mudah namun membahayakan bagi nelayan, cukupmenghawatirkan. Dengan bahan peledak, metode penangkapan ikan menjadi tidakselektif karena peluang matinya ikan-ikan berukuran kecil menjadi semakin tinggibahkan dapat merusak habitat terumbu karang. Dampak negatif terhadap habitat inidapat disaksikan di kawasan terumbu karang di Teluk Lampung, di sekitar PulauSiuncal, Pulau Legundi, Pulau Sebesi, dan Pulau Sebuku. Penangkapan ikan hiasdengan racun juga dapat mengakibatkan ikan-ikan lain yang tidak diinginkanmati dan merusak habitat.

7. Di Lampung terjadi persaingan antara nelayan kecil (yang merupakanmayoritas nelayan Lampung) dengan pengusaha bermodal besar (yangmengoperasikan purse seine dan trawlnet). Kedua jenis unit penangkapanikan ini umumnya berasal dari luar Lampung. Mobilitas mereka biasanyalebih tinggi, sehingga dapat mencapai lokasi penangkapan lebih cepat dandengan jangkauan lebih luas serta memiliki kemampuan menangkap ikanyang lebih tinggi.

8. Nelayan Lampung, khususnya nelayan skala kecil, mengalami kesulitanmemperoleh bantuan modal dari lembaga-lembaga yang seharusnyamenyediakan pinjaman. Hal ini menyebabkan terhambatnya kelancaranoperasi penangkapan ikan. Kesulitan modal menyebabkan nelayan terikatkepada pemberi modal yang memanfaatkan kesempatan dengan caramewajibkan nelayan untuk menjual hasil tangkapannya kepada merekadengan harga yang relatif rendah dibandingkan dengan harga pasaran.Kelangkaan garam dan es juga menjadi persoalan yang pelik bagi paranelayan pada umumnya. Kesulitan mereka menjadi lebih berat denganadanya praktek pungutan liar oleh oknum-oknum.

9. Pemukiman nelayan tidak selalu berdekatan dengan sentra perikanan. Jarakyang jauh dari sarana berlabuh menyebabkan perahu-perahu mereka selaludihadapkan dengan persoalan perlindungan pada saat musim barat.Pemindahan pemukiman nelayan karena perluasan kawasan pariwisata

cukup meresahkan mereka.10. Pencemaran di perairan Teluk Lampung dirasakan nelayan sangat mengganggu

kelancaran operasi. Sampah rumah tangga yang terapung di laut kadang tersangkutpada alat tangkap sehingga sebagian waktu nelayan dihabiskan untuk membersihkanalat tangkap dari sampah-sampah tersebut.

11. Lembaga-lembaga yang seyogyanya membina nelayan dan kegiatan perikanan tangkaptampak masih belum mampu menangani permasalahan di atas. Untuk itu perludipikirkan upaya untuk meningkatkan kemampuan tersebut.

12. Data statistik perikanan tangkap belum mencerminkan keadaan sebenarnya, karenamasih ada beberapa alat tangkap tidak tercantum dalam statistik perikanan, sepertidogol, sondong, mini-trawl, dan lampara dasar. Selain itu, produksi yang didaratkantidak semuanya tercatat, terutama transaksi yang dilakukan di tengah laut.

Pangkalan Pendaratan Ikan, Labuhan Maringgai Lampung Timur.

Page 69: Atlas Sumberdaya Wilayah Pesisir Lampung

68

atlas sumberdaya wilayah pesisir lampung

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

ARIWISATA BAHARI PESISIR TELUK LAMPUNG12.1 Pariwisata di Lampung

Propinsi Lampung memiliki potensi yang besar untuk pengembangan pariwisata.Tercatat 156 obyek wisata yang tersebar di wilayah Lampung (Lembaga PenelitianUNILA, 1997). Sebagian besar obyek wisata didominasi oleh wisata alam (75 lokasi),wisata budaya (49 lokasi), dan wisata buatan (32 lokasi).

Keberhasilan pariwisata antara lain sangat ditentukan oleh peran badan usaha swastadan masyarakat. Badan usaha sebagai pemilik sekaligus pelaku (actor) usaha/bisnispariwisata dapat melakukan usaha-usaha jasa pariwisata, pengusahaan obyek wisata,dan usaha sarana pariwisata (Pasal 7 UU Kepariwisataan). Namun sayangnya, peranserta masyarakat dalam pariwisata belum maksimal dan kurang optimal, padahal olehPasal 30 UU No. 9 tahun 1990 tentang Kepariwisataan secara tegas ditetapkanbahwa masyarakat memiliki kesempatan yang sama dan seluas-luasnya untuk berperanserta dalam penyelenggaraan kepariwisataan.

Kebijakan pariwisata diarahkan agar wisatawan mau memperpanjang masakunjungannya, yaitu dengan menyediakan akomodasi, rumah makan, dan hiburan.Menurut Dinas Pariwisata Propinsi Lampung, akomodasi yang ada pada tahun 1997

sebagian besar adalah Hotel Melati (109 buah), Hotel Bintang (6 buah), dan PondokWisata (2 buah). Usaha rumah makan mencapai 335 buah, sedangkan usaha hiburanyang tersedia, antara lain diskotik (7 buah), motel (16 buah), dan karaoke (4 buah).

Wisatawan yang mengunjungi Lampung cenderung meningkat jumlahnya, tahun1989 jumlahnya 100.756 wisatawan, kemudian pada tahun 1997 mencapai 407.729wisatawan, seperti tertera pada Tabel-17.

12.2 Pariwisata Bahari di Teluk LampungWilayah pesisir Teluk Lampung merupakan kawasan padat untuk keperluan

pemukiman, perindustrian, perhubungan, pariwisata, perikanan, dan pertahanankeamanan. Tidaklah heran jika ada obyek wisata pantai yang lokasinya berdekatandengan industri (pabrik).

Ada kesan, pengembangan obyek wisata bahari diprioritaskan di pesisir TelukLampung. Bukan berarti Teluk Semangka, Pesisir Barat, atau Pesisir Timur kurangmenarik, mungkin sebaliknya, tapi karena wilayah Teluk Lampung secara administratifmerupakan teritorial Kabupaten Lampung Selatan dan Kodya Bandar Lampung, makainfrastruktur dan fasilitasnya relatif sudah tersedia sehingga aksesibilitasnya akan lebihmudah, aman, dan nyaman.

TABEL-17Jumlah Wisatawan ke Lampung

Jumlah

100.756

149.913

187.867

248.107

319.729

351.453

371.191

397.729

407.729

Tahun

1989

1990

1991

1992

1993

1994

1995

1996

1997

Wisnus

97.429

139.590

175.666

228.776

298.967

331.377

350.153

374.664

384.016

Wisman

3.327

10.323

12.201

19.331

20.762

20.076

21.038

22.916

23.713

Obyek wisata Pantai Marina, Kalianda Lampung Selatan.

PP

Page 70: Atlas Sumberdaya Wilayah Pesisir Lampung

69

atlas sumberdaya wilayah pesisir lampung

GAMBAR-27Peta Obyek Wisata Bahari di Pesisir Teluk Lampung

Page 71: Atlas Sumberdaya Wilayah Pesisir Lampung

70

atlas sumberdaya wilayah pesisir lampung

Lingkungan alam yang diunggulkan dalam Kawasan Teluk Lampung berupa pantaiberpasir, laut berombak kecil, dan pulau-pulau. Banyaknya kepentingan yangmemanfaatkan Teluk Lampung telah mendorong untuk dilakukannya penimbunanpantai (reklamasi) untuk pariwisata. Daya dukung lingkungan Teluk Lampung memangterbatas, maka perluasan dan pemekaran wilayah pembangunan cenderung mengarahke lautan daripada ke daratan.

Berdasarkan hasil penelitian, ternyata ada 12 pantai yang diusahakan dan 6 pulauyang potensial untuk pengembangan ekowisata (ecotourism). Penelitian atas eksistensidan potensi wisata bahari di pesisir Teluk Lampung dapat dilihat pada Peta ObyekWisata Bahari di Pesisir Teluk Lampung. Keberadaan obyek wisata bahari di dalam petadiberi tanda titik (spot), angka yang terkecil menunjukkan obyek wisata unggulan sehinggadapat digunakan sebagai titik awal kunjungan atau perjalanan wisata bahari. Pengusahaanobyek wisata bahari dapat diketahui dari indikator adanya kunjungan dari wisatawan dandikenakannya tarif masuk ke lokasi. Di samping itu, dapat pula dipertimbangkan tentangketersediaan fasilitasnya, karena ada obyek wisata yang tidak menyediakan fasilitas bagiwisatawan, misalnya kamar mandi. Kondisi ketersediaan fasilitas pada obyek wisata diTeluk Lampung tertera pada Tabel-18.

Data tersebut menunjukkan bahwa masih ada obyek wisata yang kurangmenyediakan bahkan tidak ada fasilitasnya, walaupun sudah banyak wisatawan yangberkunjung, khususnya pada hari libur. Padahal, para pengelola/pengusaha obyek wisatatersebut telah mengutip uang masuk. Mengenai obyek wisata berupa pulau, belumseluruhnya diteliti karena sesungguhnya masih ada pulau-pulau lain yang potensialuntuk dikembangkan antara lain Pulau Puhawang, Pulau Lunik, dan Pulau Panjurit.

Beberapa kawasan wisata bahari di Teluk Lampung dapat dikemukakan berikut ini:

1. Kawasan Wisata Kepulauan Gunung KrakatauKawasan Kepulauan Gunung Krakatau merupakan kepulauan yang terdiri dari Pulau

Sertung, P. Anak Krakatau, P. Krakatau Kecil, dan Pulau Krakatau, terletak di SelatSunda. Secara administratif, kawasan ini merupakan bagian dari wilayah KecamatanKalianda, Kabupaten Lampung Selatan.

Oleh karena kawasan Gunung Krakatau berada di tengah laut (Selat Sunda), makauntuk menuju ke lokasi tersebut dapat ditempuh menggunakan kapal motor dari dermagaCanti langsung menuju kawasan dengan waktu tempuh lebih kurang 3 (tiga) jam.Kunjungan ke kawasan Gunung Krakatau dianjurkan pada bulan Maret - Juni, karenapada masa ini iklim dan cuacanya baik. Fasilitas yang ada di kawasan Gunung Krakatauberupa pos jaga, tempat perlindungan(shelter) dan menara pantai.

TABEL-18Obyek Wisata Bahari, Fasilitas, dan

Tarif di Teluk Lampung

No.

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

12.

13.

14.

15.

16.

17.

18.

Obyek Wisata

Kawasan G. Krakatau

Pulau Sebesi

Pulau Sebuku

Pantai Canti Indah

Pantai Wartawan

Laguna Helau Kalianda

Merak Belantung

Kalianda Resort

Pantai Marina

Pantai Tanjung Selaki

THR Pasir Putih

Pulau Condong

Pantai Duta Wisata

Pulau Tegal

Pantai Tirtayasa

Pantai Ringgung

Pantai Cikupas

Pulau Legundi

Fasilitas

-

Kurang

-

Kurang

Kurang

Cukup

Cukup

Cukup

Cukup

Tidak ada

Cukup

Kurang

Cukup

-

Cukup

Tidak ada

Tidak ada

-

Tarif (Rp)

-

-

-

1.000

1.000

250.000

2.000

4.000

2.000

3.000

1.500

-

1.250

-

1.500

500

500

-

Page 72: Atlas Sumberdaya Wilayah Pesisir Lampung

71

atlas sumberdaya wilayah pesisir lampung

2. Kalianda ResortKalianda Resort terletak di Desa Merak Belantung (Kalianda), obyek wisata berupa

pantai dengan atraksi berupa panjat tebing buatan (wall climb), outbond, kayak, jet ski,banana boat, cataraft, tenda apung, berkemah, bersepeda (cycling) dan diskotik. Dengandemikian, Kalianda Resort memadukan lingkungan alam (bahari) dan lingkungan buatandengan kawasan terbangun.

Fasilitas yang tersedia di Kalianda Resort sangat memadai, yaitu berupa kawasanterbangun dengan sarana dan prasarana yang modern seperti bungalow, bar, restoran,diskotik, tempat pertunjukan kesenian, ruang pertemuan dengan kapasitas 25 - 100orang, area untuk berdagang berupa stand, kios, dan pondok. Wisatawan yangberkunjung pada hari libur (Minggu) rata-rata mencapai 100 orang, sedangkan padahari-hari biasa rata-rata 30 orang. Masyarakat diizinkan berdagang dalam area yang telahdisediakan dengan biaya sebesar 20% dari hasil penjualan atau dengan cara konsinyasi.Saat ini belum ada masyarakat yang berdagang dalam kawasan tersebut.

3. THR Pasir PutihTHR (Taman Hiburan Rakyat) Pasir Putih terletak di Desa Tarahan (Kecamatan

Katibung, Lampung Selatan), berupa obyek wisata berupa pantai untuk berenang danarea bermain anak-anak.

Fasilitas yang tersedia antara lain berupa kamar mandi (WC), pondok/tempatistirahat, panggung untuk hiburan dan kesenian, area permainan anak-anak dan alatpermainan berupa ayunan, perosotan, warung/kios/stand/kantin untuk berdagang.Area parkir masih menyatu dengan areal rekreasi.

Pengelolaan obyek wisata berupa THR memerlukan area yang luas karena wisatawanyang menjadi segmen adalah rakyat (masyarakat) dalam jumlah yang besar dan beranekaragam. Perencanaan dan penempatan area (plan layout) yang kurang tertata dengan baikmenimbulkan kesan berjubel.

12.3 Isu-isu Pariwisata Bahari di Teluk Lampung1. Kerjasama dan koordinasi antar lembaga pariwisata masih belum optimal dalam

perencanaan dan implementasi program. Sikap ego sektoral dan sikap salingmenunggu, khususnya dalam mempersiapkan infra struktur dan fasilitas untukpengembangan obyek wisata unggulan.

2. Kesenjangan kebijakan pariwisata terjadi karena program dan kegiatan kepariwisataanbelum terencana secara terpadu dan menyeluruh. Akibatnya, masing-masing pihakyang berkepentingan dan terkait dengan sektor pariwisata dapat bertindak sesuai

dengan kepentingannya. Walaupun RIPP (Rencana Induk Pengembangan Pariwisata)sudah ada, tetapi instansi pariwisata (Kanwil dan Dinas) belum dapatmengimplementasikan konsep-konsep yang terdapat dalam dokumen tersebut.

3. Pengelolaan obyek wisata bahari pengelolaannya belum berwawasan lingkungan.Bahkan lingkungan alam di kawasan Gunung Krakatau telah dieksploitasi. Atraksiyang ada di lokasi pariwisata, kadang-kadang dipaksakan sehingga tidak sinkron dengankondisi lingkungan.

4. Data dan informasi wisata bahari sulit diperoleh, sedangkan data dan informasiyang ada masih perlu diaktualisasikan. Kelemahan pada data dan informasi akanmempengaruhi promosi dan citra pariwisata.

5. Kecenderungan bisnis pariwisata bahari adalah pariwisata masal (mass tourism),dan belum ada pedoman (guidelines) tentang pengelolaan dan pembangunan obyekwisata bahari secara berkesinambungan.

6. Masih terdapat beberapa obyek wisata bahari yang tidak menyajikan keindahanalam pantai, tetapi justru menyajikan hal-hal yang bertentangan dengan moral (tempatmesum).

Potensi pariwisata di Cukuh Balak, Tanggamus.

Page 73: Atlas Sumberdaya Wilayah Pesisir Lampung

72

atlas sumberdaya wilayah pesisir lampung

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

SU BANDAR LAMPUNG13.1 Kebersihan

Motto pembangunan Kotamadya Bandar Lampung adalah terciptanya kota TAPISBERSERI, yaitu kota yang Tertib, Aman, Patuh, Iman, dan Sejahtera (TAPIS), dalamlingkungan wilayah kota yang BERsih, SEjahtera, Rapih, dan Indah (BERSERI). Denganmotto ini Kotamadya Bandar Lampung bersama jajaran aparaturnya dan masyarakatmengadakan gerakan kebersihan sejak tahun 1987.

Untuk pelaksanaan kebersihan tersebut, ada beberapa lembaga/instansi terkait atauyang bertanggung jawab yaitu:a. Dinas Kebersihan sebagai koordinator kebersihan kota, yang bertanggung jawab

dalam hal kebersihan jalan-jalan utama, lingkungan perkotaan, terminal, pelabuhan,kantor, gudang, industri, hotel, restoran, dan tempat keramaian lainnya.

b. Dinas Pekerjaan Umum bertanggung jawab atas kebersihan siring-siring dantrotoar jalan.

c. Dinas Pasar bertanggung jawab atas kebersihan pasar inpres dan non-inpres,pusat perbelanjaan, siring-siring dan trotoar jalan di lingkungan tempatperdagangan dan pusat perbelanjaan.

d. Dinas Pertamanan bertanggung jawab membangun dan memelihara kebersihantaman, hamparan hijau, dan hutan kota.

e. Kantor PMD bertanggung jawab menggerakkan partisipasi/pemuda masyarakatdalam pengelolaan kebersihan.

f. Camat bertanggung jawab atas kebersihan di seluruh wilayah kecamatan,g. Lurah bertanggung jawab atas kebersihan di wilayahnya dengan mengaktifkan

SOKLI (Satuan Operasi Kebersihan Lingkungan).Pertumbuhan volume sampah tertera pada Tabel-19 dan sumber sampah dan

volumenya tahun 1996 tertera pada Tabel-20. Dari Tabel-19 terlihat bahwa rata-rata pertahun volumenya mencapai 445.608 m3 atau setara 178.243 ton. Sampah tersebut saatini ditampung di TPA Bakung dan diolah dengan sistem Sanitary Landfill. Dari sampahtersebut yang masih dapat dimanfaatkan oleh pemulung 1,6 ton/hari atau 584 ton/tahun (1460 m3/tahun).

Dari Tabel-20 terlihat bahwa sampah atau limbah dari kawasan industri yang dapatdiangkut hanya 97% dari produksi sampah 89 m3/hari, sehingga yang tidak terangkut 3m3/hari. Penyebaran industri yang terdapat di Kodya Bandar Lampung tertera padaPeta Isu Bandar Lampung.

Sebagian besar industri tersebut terletak di wilayah DAS Way Kuala (22 industri),lalu DAS Way Lunik (13 industri), DAS Way Pancoran (5 industri), dan DAS Way

Kunyit (2 industri), serta 1 industri di Way Kupang. Dari gambaran tersebut,kemungkinan pencemaran oleh industri terjadi di wilayah yang dekat dengan PelabuhanPanjang.

Beberapa masalah yang dihadapi dari kebersihan saat ini adalah:1. Masalah dana pengelolaan yang sangat minim. Terjadi perbedaan yang tidak

proporsional antara iuran sampah rumah tangga dengan iuran sampah hotel, restoran,dan super market.

2. Belum ada suatu instansi yang bertanggung jawab terhadap kebersihan pantai.Masalah sampah pantai seperti di TPI, Obyek Wisata, dan Industri dikelola masing-masing, tapi penanganannya masih minim.

13.2 ReklamasiReklamasi merupakan teknik membuat lahan bangunan dari tanah di bawah air

(laut, danau, sungai, rawa, daerah pegunungan, dan lahan sedimentasi), tanah untukyang rawan genangan, bekas galian dan tambang, dan lain-lain. Untuk pelaksanaanreklamasi yang berwawasan lingkungan memerlukan biaya yang sangat besar. Pertimbangan

TABEL-19Pertumbuhan Volume Sampah di

Kodya Bandar Lampung

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

317.530

339.399

414.095

499.452

541.660

549.057

554.162

3.215.355

459.336

Jumlah Rata-rataVolume (m3)No.

-

21.869

74.696

85.357

42.208

7.397

5.105

236.632

39.439

Pertumbuhan (m3)

1992

1993

1994

1995

1996

1997

1998

Tahun

Jumlah

Rata-rata

Sumber: Dinas Kebersihan Kodya Bandar Lampung,1999.

II

Page 74: Atlas Sumberdaya Wilayah Pesisir Lampung

73

atlas sumberdaya wilayah pesisir lampung

GAMBAR-28Peta Isu Bandar Lampung

Page 75: Atlas Sumberdaya Wilayah Pesisir Lampung

74

atlas sumberdaya wilayah pesisir lampung

keuangan berkaitan erat dengan kondisi alam, harga bahan, teknis, keuntungan tambahan/indirect dan intangible benefit, dan community support (dukungan sosial politis) tentang perlunyareklamasi. Reklamasi pantai telah dilakukan sejak berabad di Jepang, Belanda, dan India.Di Indonesia reklamasi pantai telah dan sedang dilakukan seperti di Jakarta, Manado,Bali, dan Lampung.

Reklamasi pantai yang dilakukan di Teluk Lampung sejak tahun 1983, pada awalnyabertujuan untuk merancang kembali kawasan pantai Teluk Lampung (Bandar Lampungdan Lampung Selatan), dengan penimbunan laut sampai dengan kedalaman 3 m, sehinggaterbentuk suatu kawasan pantai yang akan mendukung sistem pengembangan kotapantai yang disebut dengan Water Front City.

Sejak tahun 1983 s/d 1990 telah diberikan izin penimbunan pantai tidak kurangdari 18 perusahaan dan 7 perorangan, dengan luas 650 ha, yang sebagian besar berada diwilayah Bandar Lampung (450 ha). Pada kenyatannya saat ini proses penimbunan pantai

tidak dilaksanakan seperti rencana awal, tidak ada lahan bebas sepanjang pantai yangtelah ditimbun, yang menurut rencana semula bahwa sepanjang pantai dengan lebar 60m harus bebas, berupa jalan 20 m, sempadan pantai 30 m, batas jalan dan bangunan 10m, dan semua bangunan harus menghadap ke pantai, serta setiap masyarakat dapatmenikmati keindahan pantai dan laut tanpa harus membayar ke penimbun pantai. Parapenimbun pantai dapat memanfaatkan areal timbunannya pada jarak 60 m dari bibirpantai.

Kondisi reklamasi pantai saat ini sangat menyedihkan karena bagian-bagian yangtelah direklamasi tidak menyatu atau terpotong-potong, muara-muara sungai banyakyang menyempit, tidak ada sempadan sungai, saluran drainase terganggu sehingga dapatmenyebabkan banjir atau genangan pada saat hujan lebat bersamaan dengan pasang naik

TABEL-21Daerah Aliran Sungai di Kodya Bandar Lampung

No.

Way Galih

Way Pancoran

Way Lunik

Way Kuala

Way KupangWay Belau

Way KeteguhanWay SukamajuWay Tataan

Way Galih IWay Galih IIWay LagaWay GubagWay KetapangWay Lunik KiriWay Lunik KananWay KedamaianWay HalimWay AwiWay PenengahanWay BalokWay LangkapuraWay KupangWay BetungWay Simpang KananWay Simpang KiriWay KeteguhanWay SukamajuWay Tataan

Sungai Utama Arah SungaiDAS

Way Galih

Way Pancoran

Way Lunik

Way Kuala

Way KupangWay Belau

Way KeteguhanWay SukamajuWay Tataan

1.

2.

3.

4.

5.6.

7. 8.9.

Sumber: Proyek PSPB - PU Pengairan, 1997.

TABEL-20Volume Sampah di Kotamadya Dati II

Bandar Lampung Tahun 1996

1.2.3.4.

5.6.7.

PemukimanPasarPertokoan, Restoran, HotelFasilitas Umum:- Terminal- Stasiun Kereta Api- Pelayanan Kesehatan (Puskesmas, Rumah Sakit, dll.)- Tempat Ibadah- Pelabuhan Laut- Tempat Hiburan/Rekreasi- Tempat PendidikanSapuan JalanKawasan IndustriSaluran

T o t a l

792339104

4620

18 61397

40891

1.484

53,422,87,0

3,13,4

1,30,40,90,60,52,76,00,1

100 .

73333397

4519

176

1187

40861

1.402

SumberNo.

92,697,963,3

97,895,0

94,4 100 . 84,688,9

100 .100 . 96,6100 .

Sumber: Pemerintah Kodya Dati II Bandar Lampung, 1996.

Timbunan(m3/hari)

ProsentaseTotal

Timbunan

SampahTerangkut(m3/hari)

ProsentasePelayanan

Page 76: Atlas Sumberdaya Wilayah Pesisir Lampung

75

atlas sumberdaya wilayah pesisir lampung

air laut (Peta Isu Bandar Lampung). Upaya PemerintahDaerah untuk mengatasi dampak negataif yang lebih besar,saat ini kegiatan penimbunan pantai sementara dihentikan,berdasarkan usulan dari Tim Pengendalian PenimbunanPantai Propinsi Lampung yang dibentuk berdasarkan SuratKeputusan Gubernur Lampung No. 6/147/Bapedalda/Hk/1998.

13.3 BanjirBanjir yang terjadi di wilayah Kodya Bandar Lampung

beberapa tahun terakhir ini telah menjadi masalah rutin.Dengan pengertian bahwa banjir selalu terjadi pada setiapmusim hujan dan setiap hujan turun yang mencapai waktu3 jam. Banjir tersebut secara umum disebabkan olehmeluapnya sungai yang mengalir di wilayah Kodya BandarLampung. Sungai-sungai tersebut dapat dibagi menjadi 9Daerah Aliran Sungai (DAS) seperti tertera pada Tabel-21,dan semuanya bermuara ke Teluk Lampung. Penyebabbanjir di Kodya Bandar Lampung tertera pada Tabel-22.

Dampak banjir yang sering terjadi di Kodya BandarLampung tersebut dapat berupa dampak negatif secara fisikdan sosial ekonomi. Secara fisik yaitu terjadi kerusakanpada prasarana kota dan menyebabkan terjadinya lingkung-an kota yang tidak sehat. Kerusakan terjadi pada prasaranajalan, gorong-gorong, jembatan, listrik, telepon, bangunanumum ataupun rumah tinggal serta perabotannya. Lingkung-an menjadi tidak sehat karena tergenang lumpur dan tidakberfungsinya saluran drainase. Kerusakan karena dampakini menyebabkan kerugian yang besar pada pemerintah danmasyarakat. Dampak negatif sosial ekonomi yaitu beruparasa tidak aman karena sering tertimpa bencana banjir, suasanalingkungan hidup yang semakin buruk, kesehatan masyarakatmenurun. Kesemuanya ini dapat mempengaruhi tingkatproduktivitas menjadi semakin rendah. Apabila hal iniberlangsung terus maka mutu sumberdaya manusianya akansemakin rendah, yang pada akhirnya akan berpengaruh burukbagi pemerintah dan masyarakat secara luas.

TABEL-22Penyebab Banjir di Kodya Bandar Lampung

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

Way GalihPanjang

Way Pancoran

Way Lunik

Way Kuala

Way Kupang

Way Belau (WayKuripan)

Way Keteguhan

Way Sukamaju

Way Tataan

- Perubahan penggunaan lahan di daerah hulu dan daerah resapan semakin kecil.- Penyempitan alur sungai oleh bangunan penduduk.- Pembuangan sampah ke alur sungai.- Perubahan penggunaan lahan dan pemukiman merambah ke daerah perbukitan.- Alur sungai menyempit karena pemukiman penduduk di bantaran sungai.- Sedimen dan sampah mengganggu sungai dan menyumbat gorong-gorong kereta api.- Penambangan batu di daerah hulu mengakibatkan meningkatnya volume sedimen di alur sungai, saat hujan terjadi aliran debris.- Penyempitan alur sungai akibat bangunan penduduk.- Alur sungai sangat datar ditunjang dengan adanya reklamasi pantai dan penyempitan alur sungai menyebabkan terjadinya banjir di daerah hilir.- Perubahan penggunaan lahan di hulu Way Awi sehingga menyebabkan debit limpasan permukaan semakin besar.- Bantaran sungai digunakan untuk pemukiman penduduk, sehingga menyebabkan menyempitnya alur.- Lahan di hilir sangat datar, sistem drainasenya tidak berfungsi dengan baik.- Bantaran sungai dari hulu sampai hilir digunakan pemukiman penduduk.- Kapasitas alur sungai berkurang akibat banyaknya sedimen pada alur sungai.- Tidak terdapat bantaran sungai karena lahan yang ada digunakan untuk pemukiman.- Pemukiman penduduk cukup rapat dan ditunjang dengan kemiringan lahan yang cukup curam sehingga menyebabkan suplai debit limpasan permukaan melalui saluran drainase cukup besar.- Penyempitan alur karena bantaran sungai dipenuhi dengan pemukiman penduduk.- Tidak tersedianya kawasan resapan di bagian tengah, akan menyebabkan debit limpasan permukaan semakin besar.- Kemiringan sungai di bagian hulu curam, sehingga pada saat banjir kecepatannya cukup tinggi, yang akan mensuplai terjadinya banjir pada bagian tengah dan hilir.- Pada bagian tengah kemiringan landai, sedang kapasitas sungai tidak mampu menampung debit aliran.- Penumpukan sedimen akibat kecepatan aliran yang pelan akibat dari kemiringan saluran yang landai.- Pemukiman yang makin padat berakibat semakin berkurangnya lapisan tanah yang mampu meresapkan air dan menjadikan debit limpasan permukaan semakin besar.- Penyempitan alur terjadi karena bantaran sungai dipenuhi dengan pemukiman penduduk.- Lahan dibagian hilir sangat datar dan sistem drainase yang ada tersumbat dengan banyaknya sedimen, sehingga menyebabkan genangan banjir.- Pemukiman penduduk cukup rapat dan ditunjang dengan kemiringan lahan yang cukup curam sehingga menyebabkan suplai debit limpasan permukaan melalui saluran drainase cukup besar.- Penyempitan alur sungai karena proses sedimentasi.- Pemukiman penduduk dibantaran sungai menyebabkan kapasitas alur pada saat banjir berkurang.

No. DAS Penyebab Banjir

Page 77: Atlas Sumberdaya Wilayah Pesisir Lampung

76

atlas sumberdaya wilayah pesisir lampung

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

SU-ISU WILAYAH PESISIR LAMPUNG14.1 Kelembagaan, Administrasi, dan Tataruang1. Di dalam proses pembentukan desa baru pelaksanaannya belum terkoordinasi dengan

baik, sehingga terkesan tanpa persiapan administrasi. Hal ini menyebabkan terjadinyaketidaksamaan persepsi di antara Biro Pemerintahan Desa, Badan Pusat Statistik,dan Badan Pertanahan Nasional. Pada kasus desa-desa baru tersebut terjadiperbedaan jumlah desa dan nama desa, seperti Kecamatan Mesuji, Gedong Aji,dan Labuhan Maringgai di Pantai Timur; Padang Cermin di Teluk Lampung.

2. Terdapat perbedaan batas wilayah, baik antar desa maupun dengan TamanNasional Bukit Barisan Selatan di Kabupaten Lampung Barat, antara yang terterasecara administrasi dengan kenyataan yang diakui/dikenal oleh masyarakat,

3. Terdapat 5 (lima) desa persiapan di Teluk Semangka (Kabupaten Tanggamus) yangsejak tahun 1986 sampai sekarang belum menjadi desa definitif.

5. Belum ada tata ruang kawasan pesisir yang secara detil dapat menjadi acuan untukmenentukan peruntukan pemanfaatan wilayah pesisir Lampung.

6. Perkembangan sektor ekonomi baru belum diikuti oleh penataan ruang yang tepat(rencana tata ruang kawasan pesisir) dan terjadi konflik kepentingan di antara usahapembenihan udang dengan masyarakat dan antara Dinas Perikanan denganPariwisata. Hal ini terjadi di kawasan Teluk Lampung.

7. Sosialisasi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) dan peraturan daerah tentangsempadan pantai belum berjalan sebagaimana diharapkan.

8. Ketidakjelasan batas wilayah laut yang telah diperuntukkan/dilarang bagi kapal nelayan,penempatan bagan, alur pelayaran, angkatan laut, wisatawan, dan penduduk,menimbulkan konflik berbagai kepentingan memanfaatkan laut yang semakinmeningkat. Hal ini terutama terjadi di pesisir Teluk Lampung.

14.2 Abrasi, Sedimentasi, dan Geologi1. Abrasi merupakan fenomena alam di Pantai Timur, semakin parah oleh ulah

manusia yang mengkonversi lahan pesisir dari rawa dan mangrove menjadi sawah,tambak, dan pemukiman. Daerah-daerah abrasi meliputi Way Burung (Manggala),Kuala Penet, Sri Minosari, Muara Gading Mas, Bandar Agung, Pematang Pasir,Pasir Sakti, Ketapang, dan Bakauheni. Wilayah Pantai Barat meliputi Way Haru,Bengkunat, Siging, Biha, Krui, Pugung Tampak, Balam, dan Negeri.

2. Sedimentasi di Pantai Timur membentuk tanah timbul, seperti yang terjadi diMesuji, Tulang Bawang, Karya Tani, Bandar Agung (Bunut Selatan),mengakibatkan adanya pemilikan tanah yang tidak legal. Proses sedimentasi di

muara sungai menyebabkan pendangkalan alur pelayaran sehingga aktivitas pelayarannelayan dari dan ke pelabuhan terganggu (Kuala Penet).

3. Wilayah lahan dalam kawasan hutan register dan sempadan pantai menjadi korbankegiatan alih fungsi secara illegal, yang dapat mendorong semakin kuatnya prosesabrasi pantai, yang terjadi di Pantai Timur.

4. Pesisir Barat merupakan wilayah beresiko gempa bumi yang tinggi karena dipengaruhioleh patahan Semangka.

14.3 Pemanfaatan Sumberdaya Pesisir1. Alih fungsi lahan rawa menjadi sawah mengakibatkan berkurangnya kapasitas

penampungan limpasan banjir, mengganggu kelangsungan hidup fauna dan flora,mengurangi areal perikanan rawa dan sungai, mengganggu cadangan air tanah, danmeningkatkan intrusi air laut, seperti yang terjadi di wilayah Mesuji dan Rawa Sragi.

2. Pelestarian wilayah Taman Nasional Way Kambas, menjadi cadangan fauna danflora, pesisir rawa, dan hutan pantai yang dapat dimanfaatkan sebagai laboratoriumlapangan untuk pendidikan dan penelitian.

3. Kelanjutan usaha TIR (Tambak Inti Takyat) di Tulang Bawang terancam oleh situasiekonomi makro, perselisihan pembebasan lahan, dan perbedaan harga pembelianudang oleh inti dibanding harga umum, serta ketidakterbukaan manajemen utangpetani plasma yang dikelola oleh perusahaan inti.

4. Pada umumnya pengembangan usaha tambak baru, kurang memberikan kesempatankepada masyarakat sekitarnya yang dapat menimbulkan konflik sosial, seperti yangterjadi di Pesisir Timur dan Teluk Lampung.

5. Kondisi terumbu karang pada umumnya terganggu akibat pengeboman ikan,pengambilan karang untuk bangunan, dan akibat jangkar dari perahu nelayan.Kerusakan akibat bom semakin tinggi pada lokasi ke arah luar teluk, yangdimungkinkan semakin ke luar Teluk Lampung semakin lemah pengawasannya.Kondisi ini dapat berakibat pada penurunan hasil tangkapan nelayan.

6. Reklamasi pantai tanpa studi Amdal/izin secara formal dan tanpa perencanaan yangtepat dapat mengakibatkan perubahan kondisi lingkungan pesisir seperti terjadinyabanjir dan perubahan arus perairan laut secara lokal. Hal ini terjadi di Teluk Lampung.

7. Pengusaha tambak belum menghargai proses perizinan dan alih fungsi lahan yangditumbuhi tanaman bakau dengan usaha tambak yang belum tentu hasilnya (padaumumnya mengurangi daya dukung sumberdaya), seperti yang terjadi di PesisirTimur.

II

Page 78: Atlas Sumberdaya Wilayah Pesisir Lampung

77

atlas sumberdaya wilayah pesisir lampung

GAMBAR-29Peta Isu Utama Teluk Lampung

Page 79: Atlas Sumberdaya Wilayah Pesisir Lampung

78

atlas sumberdaya wilayah pesisir lampung

8. Kurangnya partisipasi pihak swasta dan masyarakat dalam pembangunan sumberdayapesisir merupakan akibat dari proses pengambilan keputusan pemanfaatansumberdaya pesisir yang kurang terkoordinasi (kurangnya keterlibatan masyarakatpengguna). Hal ini terutama terjadi di Pesisir Timur dan Teluk lampung.

9. Penduduk Pesisir Barat belum memanfaatkan sumberdaya laut dan pesisir karenasumber ekonomi utama masih mengandalkan usaha pertanian (perkebunan). Selainitu, kondisi perairan Pantai Barat yang berombak besar menyebabkan mereka tidakdapat mengoptimalkan usaha hanya dengan peralatan tradisional. Sementara itu,sumberdaya tersebut dimanfaatkan oleh nelayan pendatang (dari Teluk Lampung)yang pada umumnya menggunakan bom ikan dan racun sianida.

10. Pengambilan rumput laut dan lobster di terumbu karang dilakukan dengan cara-cara tradisional yang tidak mengikuti kaidah berkesinambungan (eksploitatif), sepertiyang terjadi di Pesisir Barat.

11. Prasarana transportasi belum mendukung kelancaran pemasaran produksi usahaperikanan tangkap masyarakat Teluk Semangka. Kondisi ini menyebabkan sulitnyapengembangan usaha perikanan masyarakat di daerah tersebut. Di Lampung Barat,sarana transportasi menuju Bengkunat sepanjang 4 km dari jalan utama yang belumdiperkeras menjadi kendala pengangkutan hasil tangkapan nelayan.

12. Perubahan penggunaan lahan dari �repong� Damar (milik masyarakat) menjadiperkebunan kelapa sawit (perusahaan swasta) telah menurunkan fungsi ekologisdan sosial kemasyarakatan.

13. TPI di Krui yang telah dibangun tahun 1997, tidak dimanfaatkan oleh nelayansebagaimana mestinya dan rusak karena tidak dipakai.

14. Penambangan batu �hitam bulat� khas Desa Tembaka Kabupaten Lampung Baratyang berlebihan akan menurunkan salah satu daya tarik wisata.

15. Kelanjutan usaha tambak skala kecil berbasis masyarakat belum terjaminkeberhasilannya, karena cara pengelolaan lingkungan dan budidaya yang belummemadai, seperti yang terjadi di Pesisir Timur.

16. Penegakkan hukum dan peraturan belum berjalan dengan optimal.17. Beroperasinya mini trawl di wilayah tangkapan masyarakat lokal pesisir Lampung.18. Masih terjadi pro dan kontra terhadap adanya sistem tengkulak dalam kegiatan

perikanan di pesisir Lampung.

14.4 Sanitasi Lingkungan, Sarana Pendidikan, dan Pariwisata1. Sanitasi pemukiman pesisir belum mamadai, karena pemahaman masyarakat terhadap

sanitasi lingkungan masih rendah sehingga banyak masyarakat yang menggunakanpantai sebagai WC umum. Hal ini terjadi hampir di seluruh wilayah pesisir Lampung.

2. Langkanya air tawar di daerah pemukiman pantai Teluk Betung dan Panjang terutamadi daerah pemukiman yang berada di sempadan pantai.

3. Pembuangan sampah dan limbah padat dari pantai di Kotamadya Bandar Lampungbelum dilaksanakan secara terpadu sehingga menimbulkan pencemaran limbah padatdan berbau busuk di wilayah pesisir.

4. Terjadi penurunan kualitas perairan Pantai Timur, karena sebagian besar kegiatanindustri membuang limbahnya di aliran sungai Pantai Timur. Sebagian besar limbahindustri masuk ke laut melalui DAS Sekampung, Seputih, dan Tulang Bawang.

5. Keinginan pengusaha industri untuk menjaga kualitas limbah cair yang dibuang keperairan umum masih rendah dan mekanisme kontrol masih belum terintegrasisecara terpadu. Sistem ganti rugi akibat pencemaran tidak efisien secara ekologis,ekonomis, atau sosial.

6. Pola bangunan rumah yang membelakangi pantai menjadikan suasana lingkunganpantai menjadi kotor, seperti yang tejadi di Teluk Lampung.

7. Pesisir Barat bebas dari pencemaran industri, tetapi sarat dengan pencemaran rumahtangga dan sebagian besar sempadan pantai pesisir barat berupa pemukiman, jalan,dan sarana umum lainnya.

8. Terminal Apung Pertamina dengan sistem SPM (Single Point Mooring) di TelukSemangka Kota Agung berpotensi sebagai sumber pencemaran laut.

9. Sarana dan prasarana pendidikan, serta kesehatan belum mencukupi untuk melayanikebutuhan masyarakat pesisir Lampung.

10. Sarana pendidikan untuk tingkat SLTP di Pantai Barat hanya terdapat di ibu kotakecamatan dan sangat minim jika dibandingkan dengan kesiapan penerimaan lulusanSekolah Dasar.

11. Pola pengembangan wisata di kawasan pesisir Lampung belum berwawasanlingkungan dan tidak tersedia fasilitas pendukung sehingga terlihat tidak profesional.

12. Berhentinya program �Waterfront City 2000� berakibat pada perubahan situasi yaitunelayan kembali ke tempatnya semula, di luar perencanaan awal atau kurangnyaketersediaan sarana dan prasarana yang cukup dari pemerintah, seperti yang terjadidi Pulau Pasaran/Beringin.

13. Potensi wisata alam (pesisir) di Pantai Barat belum banyak disosialisasikan denganpenduduk setempat dan belum didukung oleh sarana penunjang wisata yangmemadai.

14. Wisata bahari belum dikelola dengan baik, terutama Pantai Timur Teluk Semangka(Putih doh).

15. Akuifer produktif di daerah pemukiman dapat dikatakan langka. Hal inimenyebabkan semakin minimnya ketersediaan air bersih di pesisir Lampung.

Page 80: Atlas Sumberdaya Wilayah Pesisir Lampung

79

atlas sumberdaya wilayah pesisir lampung

GAMBAR-30Peta Isu Utama Pantai Timur

Page 81: Atlas Sumberdaya Wilayah Pesisir Lampung

80

atlas sumberdaya wilayah pesisir lampung

GAMBAR-31Peta Isu Utama Teluk Semangka & Pantai Barat

Page 82: Atlas Sumberdaya Wilayah Pesisir Lampung

81

atlas sumberdaya wilayah pesisir lampung

15.1 Wilayah Pesisir Indonesia di Antara Pesisir Dunia Wilayah pesisir merupakan pertemuan antara dua fenomena: laut dan darat.

Mereka menunjukkan perbedaan dua dunia dengan perbedaan flora dan fauna. Wilayahini secara ekologi tidak dapat berdiri sendiri, karena tergantung pada keseimbanganantara berbagai elemen alam, seperti angin dan air, batu dan pasir, flora dan fauna,yang berinteraksi membentuk ekosistem pesisir yang unik.

Jika wilayah pesisir dihitung tanah sepanjang 60 km ke arah darat di sekelilinglautan, laut, dan danau-danau besar di dunia, maka wilayah ini hanyalah sekitar 10 %dari planet bumi. Namun demikian, tekanan terhadap wilayah ini sangatlah besar.Diproyeksikan populasi manusia antara tahun 1990 dan 2050 akan menjadi dua kalilipat (6 milyar). Jika kita memasukkan perairan pantai, maka wilayah pesisir duniamenyokong produksi perikanan yang sangat besar, dan tempat berbagai macam aktivitasdan prasarana industri serta pariwisata, termasuk juga merupakan daerah penyerapansegala macam limbah dari kegiatan manusia.

Terlihat nyata, bahwa �Kecenderungan yang ada saat ini dari perubahan ekosistemdi wilayah pesisir adalah terjadinya penurunan kapasitas jangka panjang dari sistem iniuntuk menyediakan manusia dengan suatu kualitas hidup yang cukup dan menghasilkankesejahteraan yang langgeng�. Beberapa indikasi telah terlampauinya daya dukungatau kapasitas keberlanjutan dari ekosistem pesisir, seperti pencemaran, tangkaplebih (overfishing), degradasi fisik habitat, dan abrasi pantai telah terjadi di beberapa kawasanpesisir di Indonesia. Di tingkat dunia, telah terjadi penurunan stok ikan, dengan perkiraantotal degradasi sumberdaya ikan 70%, degradasi mangrove dan penurunan kualitasperairan dengan adanya penggunaan pupuk kimia yang meningkat pesat dari sekitar 25juta ton (1960) diproyeksikan menjadi 175 juta ton (2020).

Pengaruh langsung terhadap perubahan cuaca global akibat kegiatan manusia yangtelah menyebabkan degradasi habitat di wilayah pesisir dapat kita amati dari beberapafenomena, seperti kenaikan muka laut (dampak di dataran rendah, intrusi air laut,dan hilangnya habitat), peningkatan kerusakan karena badai dan banjir, perubahancurah hujan dan laju air sungai, kemungkinan terjadinya pergeseran sistem arus lautdan up-welling. Secara global, dapat dinyatakan bahwa akumulatif dampak populasimanusia terhadap ekosistem di kawasan ini merupakan fungsi dari jumlah populasi,konsumsi dan teknologi yang diterapkan di kawasan yang rentan perubahan ini.

Wilayah pesisir Indonesia yang mempunyai panjang 81.000 km garis pantai,sangat dicirikan dengan produktivitas ekosistemnya yang tinggi. Hal ini sangat mendukungberbagai kegiatan perekonomian di negara ini. Sumberdaya pesisir (termasuk perairan

laut), pada tahun 1997 menyumbang hampir 20% �Gross Domestic Product� (GDP) negaraIndonesia, yaitu sekitar US $ 122 milyar (data tahun 1993, ADB report, 1997). Ironisnya,justru masyarakat nelayan dan petani yang hidup di wilayah pesisir masih terjerat dalamkemiskinan. Apa yang salah dalam pengelolaan pesisir dan laut di Indonesia?

Pengalaman Orde Baru membuktikan bahwa pembangunan wilayah pesisir danlautan pada Pembangunan Jangka Panjang (PJP) I selain telah memberikan dampakpositif, tetapi juga menyebabkan penurunan dan kerusakan lingkungan. Penurunankualitas lingkungan pesisir akan bertambah buruk dengan konsekuensi ekonomisnyapada 25 tahun mendatang, sejalan dengan laju aktivitas dan pertumbuhan penduduk.

Berangkat dari pengalaman yang lalu, maka subyek sumberdaya pesisir dan lautmenjadi fokus utama dalam PJP II (1993-2018). Di dalam Garis Besar Haluan Negara(GBHN) tahun 1998, tersurat bahwa pengembangan sumberdaya pesisir dan lautanmenjadi satu aspek tersendiri, mengingat potensi sumberdaya yang besar di wilayahpesisir dan laut di negara kepulauan terbesar di dunia ini (17.508 pulau dengan 3,1 jutakm2 luas wilayah).

Namun demikian, degradasi wilayah pesisir telah terjadi di beberapa tempat diIndonesia, seperti polusi perairan akibat limbah domestik dan industri, tangkap lebih(overfishing), erosi dan sedimentasi, kerusakan terumbu karang dan konversi mangroveuntuk pertambakan yang tidak berwawasan lingkungan. Tekanan terhadap wilayah pesisir,terutama di kawasan padat hunian/perkotaan dan padat industri. Ekosistem terumbukarang telah mengalami kerusakan yang parah di Indonesia. Dari estimasi oleh LIPI(Suharsono, 1998), menunjukkan bahwa hanya 6% yang berada dalam kondisi sangatbaik, 22% baik, 33,5% sedang, dan 39,5% dalam keadaan rusak. Faktor-faktor penyebabkerusakan terumbu karang di Indonesia antara lain penambangan karang, pengebomandan penggunaan racun dalam penangkapan ikan, pencemaran, sedimentasi, eksploitasiberlebihan dari sumberdaya perikanan dan aktivitas penjangkaran serta perusakan olehwisatawan.

Mengingat wilayah pesisir dan lautan Indonesia, saat sekarang sebagai pusatkeanekaragaman hayati sekitar 70 genera, dengan 1800-2000 species ikan di dalamkawasan terumbu karang seluas 85.000 km2 (Tomascik, 1997), maka kerusakan ekosistemterumbu karang yang telah mencapai tingkat yang memprihatinkan dan mengancamdaya dukung ekosistem pesisir dan laut akan mempengaruhi lebih jauh terhadappertumbuhan ekonomi nasional.

Tantangan bagi kita adalah bagaimana memasuki milenium baru dalammenyongsong pembangunan sumberdaya pesisir dan laut Indonesia secara berkelanjutan

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

ESISIR LAMPUNG MEMASUKI MILLENIUM IIIPP

Page 83: Atlas Sumberdaya Wilayah Pesisir Lampung

82

atlas sumberdaya wilayah pesisir lampung

untuk mencapai dua tujuan utama, yaitu: (1) pembangunan sumberdaya yang ditujukanuntuk meningkatkan kontribusi terhadap pembangunan ekonomi nasional melaluipemanfaatan sumberdaya dan jasa-jasa di wilayah pesisir dan laut. (2) pembangunanpesisir dan kelautan Indonesia dituntut untuk tetap menjaga kelestarian sumberdayadan lingkungan. Di antara negara-negara ASEAN, Indonesia belum siap menghadapitantangan pembangunan yang semakin besar pada abad mendatang, dengan kendalautama seperti pukulan krisis ekonomi yang belum berhenti, kemunduran ekonomi yangsemakin dalam, dan persaingan pasar bebas ASEAN sudah di ambang pintu tahun 2003.Secercah peluang menunjukkan, bahwa komoditi ekspor dari wilayah pesisir/laut, sepertiikan, udang dan rumput laut, masih mempunyai potensi pada masa krisis ekonomi danpersaingan global.

15.2 Wilayah Pesisir Lampung antara Harapan dan Permasalahannya Lampung mempunyai luas perairan pantai, termasuk wilayah 12 mil laut sekitar

24.820 km2 (Dishidros, 1999). Wilayah pesisir Lampung yang mempunyai garis pantai1.105 km (CRMP, 1998) dengan 180 desa pantai (414.000 Ha), termasuk di dalamnya 69pulau juga tidak luput dari perusakan habitat karena aktivitas manusia, sehingga terdapatindikasi telah terlampauinya daya dukung atau kapasitas berkelanjutan ekosistemnya.Kerusakan habitat pesisir, seperti di Pantai Timur Lampung (270 km), selain disebabkanoleh faktor alami (erosi pantai), juga dipercepat dengan penebangan tanaman pelindungpantai (mangrove) dan konversi lahan pantai secara besar-besaran, serta pencemaranlimbah domestik dan industri. Dengan adanya peningkatan kegiatan �pembangunan�,maka wilayah pesisir yang merupakan habitat primer manusia yang seharusnya menjadisemakin baik, justru pengembangan wilayah pesisir menuju ke arah yang menyebabkandegradasi habitat. Alhasil, wilayah ini sarat dengan konflik pemanfaatan dan konflikkewenangan.

15.3 Perairan Teluk Lampung Teluk Lampung merupakan teluk terbesar di Pulau Sumatera, membentang

dari Tanjung Tua (sebelah Timur) sampai dengan Tanjung Tikus, Pidada sebelahBarat, dengan garis pantai sepanjang 160 km. Peruntukan wilayah Teluk Lampungadalah sebagai kawasan pariwisata, kawasan budidaya (pembenihan udang, tambakdan budidaya kerang mutiara), daerah penangkapan ikan (jalur penangkapan I danII), kawasan pelayaran inti, cagar alam laut (Krakatau), dan latihan TNI Angkatan Laut.

Teluk Lampung yang mempunyai luas perairan 1.888 km2 , selain mempunyai potensisumberdaya hayati (ikan), juga terkandung jasa lingkungan yang sangat asri terutama dikawasan terumbu karangnya. Teluk ini merupakan pusat keanekaragaman hayati

(karang, ikan, dan padang lamun), sehingga organisasi selam (POSSI, Anemon - Unila,dan Corona) dapat memanfatkannya untuk arena pelatihan selam. Namun demikian,mengingat teluk ini digunakan untuk berbagai kepentingan, sedang para pengguna belummemiliki visi kebersamaan terhadap lingkungan teluk ini, maka tidak dapat dihindariadanya tumpang-tindih fungsi dan kepentingan masing-masing sektor. Masing-masingpihak merasa paling berhak atas satu kawasan pesisir yang didukung oleh peraturanperundangan atas kegiatan sektornya. Pengembangan wilayah pesisir teluk sudahsedemikian pesatnya ditambah lagi dengan munculnya ekonomi baru (budidaya udang),maka peruntukan kawasan teluk sesuai dengan rencana tata-ruangnya tidak bisa dijalankan.PEMDA Lampung merasa kesulitan untuk menangani konflik tata-ruang di kawasan ini,karena banyak hal-hal yang belum dapat diatur oleh PEMDA dan belum ada pembagiankewenangan yang jelas, khususnya dalam koordinasi perencanaan, penataan ruang danpengawasan. Sehingga ada lokasi yang telah diperuntukkan sebagai kawasan wisata,misalnya, tetapi juga mendapat izin untuk kegiatan lain. Tumpang tindih perizinan antarapemerintah pusat dan daerah menyebabkan peliknya permasalahan.

Pantai Bandar Lampung yang mempunyai panjang pantai 18 km merupakan bagiandari Teluk Lampung, mempunyai sembilan Daerah Aliran Sungai (DAS) yang mengalirke perairannya. Semua sungai tersebut membawa bahan pencemar ke laut. Dampaknegatif dari pencemaran tidak hanya membahayakan kehidupan biota dan lingkunganlaut, tetapi juga membahayakan keberadaan spesies utama (manusia), mengurangi ataumerusak nilai estetika lingkungan pesisir dan lautan, yang pada gilirannya akan merugikansecara sosial-ekonomi. Bentuk-bentuk dampak pencemaran perairan pesisir yang pentingadalah sedimentasi, eutrofikasi, anoksia, kesehatan manusia, perikanan, dan introduksispesies asing.

15.4 Terumbu KarangKasus spesifik tentang degradasi terumbu karang akan diangkat dari perairan di

sekitar kita, yaitu Teluk Lampung. Dengan adanya degradasi/perusakan terumbukarang oleh aktivitas manusia, maka fungsi ekologis, fungsi fisik dan fungsi estetikasangat menurun.

Hasil dari kajian Tim Proyek Pesisir Lampung yang dibantu oleh partner lokal,menunjukkan bahwa tingkat kerusakan terumbu karang oleh aktivitas pengebomansudah sangat memprihatinkan. Kita sering mendengar tentang adanya isu-isupenangkapan ikan dengan bom dan racun sianida di Teluk Lampung, tapi sejauh manapengaruhnya dan di mana saja pusat-pusat kerusakannya? Dari beberapa lokasi surveidengan metoda �Manta tow� dan penyelaman, dapatlah disimpulkan sementara, bahwadi bagian dalam teluk Lampung kondisi karang masih 50% hidup, sedang di teluk

Page 84: Atlas Sumberdaya Wilayah Pesisir Lampung

83

atlas sumberdaya wilayah pesisir lampung

bagian luar, kerusakan terumbu karang sudah parah, yaitu lebih dari 70 % karang telahrusak. Memang di beberapa area bekas pengeboman, seperti di perairan Pulau Legundidan Siuncal, telah terjadi perubahan ekosistem mikro terumbu karang, yaitu denganadanya �rubbles dan sea anemone� dan karang lunak lain, tetapi ekosistem baru tersebuttidak akan mendukung keberadaan ikan-ikan karang untuk kembali. Dampakkedahsyatan pengeboman yang terjadi sekitar sepuluh tahun lalu, masih membekasdi kawasan terumbu karang Pulau Tanjung Putus, yang tampak hanya sebagian kecilkoloni karang cabang (Acropora) yang mencoba tumbuh di antara ladang pembantaiankarang.

Dampak negatif dari pengeboman dan racun ikan karang terhadap lingkungan diTeluk Lampung adalah terumbu karang mati, kehilangan habitat, kehilangan daya proteksiterhadap erosi, kematian ikan (target dan non-target species), dan kehilangan pusatkeanekaragaman hayati di Lampung. Sedangkan dampak negatif secara sosial adalahdampak erosi pantai, kerusakan bangunan (desa), kematian/kecelakaan karena bom,dan kehilangan potensi pariwisata bahari.

Apabila perusakan terumbu karang, masalah pencemaran dan sampah di pesisir,dan pencurian batu apung tidak bisa ditangani, maka pesona alam apalagi yang dapatditawarkan dari Teluk Lampung? Lebih jauh, warisan keindahan dan sumberdaya alamapalagi yang akan didapatkan oleh anak-cucu kita?

15.5 Pantai TimurMasalah erosi di Pantai Timur Lampung tidak bisa dipisahkan dengan sedimentasi

(deposisi sediment), yang pada awalnya adalah suatu proses alami. Tetapi proses ini seringmenyebabkan konflik dengan kepentingan di daerah pantai. Konflik tersebut akanmenjadi besar, apabila aktivitas manusia menambah cepatnya laju erosi pantai, sepertimengadakan manipulasi-manipulasi di daerah pantai yang sebenarnya merupakan usahaproteksi daerah pantai, tetapi dampak negatifnya lebih besar dari tujuan awalnya. Tidakjarang, proses erosi diperparah secara langsung dengan adanya pengembangan atau�pembangunan� di daerah pantai (shorefront development) yang tidak mempertimbangkanlingkungan. Sudah merupakan hal yang umum, seperti penebangan mangrove yangberlebihan untuk pertambakan udang di Lampung (khususnya Pantai Timur). Ekploitasimangrove selain akan mempercepat erosi, juga telah menyebabkan intrusi air laut.Sedimentasi yang menyebabkan adanya tanah timbul di beberapa tempat di Pantai Timurtelah menyebabkan konflik pemilikan lahan, karena status lahan dan sistem hukumnyabelum jelas.

Upaya-upaya untuk menekan laju erosi pun telah dilaksanakan oleh Kanwil/DinasKehutanan dengan program reboisasi tanaman pelindung pantai (mangrove), namun

kendala keberhasilan dari program reboisasi masih besar. Di Pantai Timur saat sekaranghanya tersisa sekitar 1.700 ha mangrove yang didominasi jenis Avicennia dan Rhyzophora.

15.6 Prioritas Pengelolaan Wilayah Pesisir TerpaduWilayah pesisir dengan ciri-ciri keunikan dan keragaman sumberdaya yang khas,

serta adanya keterkaitan ekologis antara ekosistem darat dan laut, mutlak memerlukanpengelolaan secara terpadu, bukannya sektoral.

Keterpaduan merupakan aspek yang sangat penting dalam sistem pengelolaansumberdaya pesisir dan laut, yang menjamin keselarasan internal antara kebijakan danprogram aksi antara proyek dan program, serta menjamin keterkaitan antara perencanaandan pelaksanaan. Chua Thia-Eng (1993), menawarkan tiga jenis keterpaduan, yaitusistem (dimensi spatial dan temporal), fungsi (harmonisasi antar lembaga), dankebijakan (konsistensi program daerah dan pusat).

Prioritas utama dari pengelolaan wilayah pesisir adalah yang berkaitan dengandegradasi lingkungan di kawasan ini. Jika dilihat dari asal kejadiannya, jenis-jenis kerusakanlingkungan tersebut dapat berasal dari luar sistem kawasan dan yang berlangsung didalam kawasan itu sendiri. Beberapa degradasi lingkungan dapat dikelompokkan sbb. :" Penurunan kualitas perairan (pencemaran industri, domestik dan pertanian/

perikanan)" Penurunan produksi perikanan (terutama di daerah estuaria)" Perusakan habitat penting (mangrove, terumbu karang, dan padang lamun)" Penurunan aset keindahan dan budaya" Pembangunan daerah pantai yang tidak tepat" Badai dan banjir (bencana alam)

15.7 Pengelolaan Wilayah Pesisir Berbasis MasyarakatPemanfaatan sumberdaya pesisir di mana saja dapat diibaratkan sebuah perang,

yang hanya dapat dimenangkan melalui kepemimpinan dan pengelolaan yang kuat darimasyarakat itu sendiri. Mengembalikan kepemilikan dan tanggungjawab kepadamasyarakat adalah kunci utama kesuksesan dalam pengelolaan sumberdaya alam, karena�.....telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusiasendiri, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari akibat perbuatan mereka, agarmereka kembali ke jalan yang benar � (QS.30:41).

Dari pengalaman-pengalaman yang lalu terlihat bahwa elemen penting dari suksesnyapengelolaan sumberdaya pesisir adalah partisipasi aktif dari seluruh komponen masyarakat,seperti nelayan, pemda/pusat, LSM, sektor swasta, dan masyarakat lokal. Paradigmayang berlaku sekarang adalah bahwa wilayah pesisir, terutama laut, adalah milik negara

Page 85: Atlas Sumberdaya Wilayah Pesisir Lampung

84

atlas sumberdaya wilayah pesisir lampung

sehingga pengelolaannya berada di tangan negara. Tetapi fakta menunjukkan bahwapemerintah tidak berdaya dan mampu mengelola sumbedaya alamnya tanpa kerusakan(Emil Salim, 1999).

Pengelolaan sumberdaya wilayah pesisir, tidak hanya tentang pencegahanpenggunaan sumberdaya untuk keperluan tertentu yang berguna, seperti produksi pangansaja (sawah atau tambak). Tetapi pengelolaan adalah mempersilakan sistempemanfaatan secara berkelanjutan (sustainable) dan mengontrol praktek-praktek yangmerusak. Jadi, adanya keperluan untuk mengatur suatu rentang aktivitas dalampemanfaatan sesuai dengan daya dukung lingkungan dan syarat teknis pemanfaatan.Dan yang lebih penting ada proses mendidik (belajar-mengajar) �apa yangmenyebabkan kerusakan dan apa yang disebut berkelanjutan�.

Kekurangan dan kelemahan pengelolaan biasanya sering hanya karena kurangpendidikan atau pengetahuan. Pengelolaan biasanya akan lebih efektif pada tingkatpengguna (user). Dalam kasus budidaya pantai, tentunya pada tingkat petani/pengelola.Jadi, pengguna lokal dapat dan seyogyanya ditingkatkan kemampuannya untuk mengelolasumberdaya wilayahnya supaya berkesinambungan (jangka panjang). Kekuranganpengelolaan yang efektif, biasanya berasal dari kelemahan kerjasama lintas sektoral danadanya konflik para pengguna. Resolusi konflik dan permasalahan di tingkatpengguna memerlukan komitmen pada tingkat tinggi (pengambil keputusan),lembaga sektoral dan non-sektoral, bahkan sampai tingkat menteri dan presiden.

15.8 Model Pengelolaan Wilayah Pesisir Proyek Pesisir bersama mitra kerjanya akan mempromosikan pendekatan

pengelolaan pesisir terpadu (ICM) yang berbasis masyarakat di wilayah pertambakanrakyat di Pantai Timur Lampung. Peran Proyek Pesisir hanyalah membantu atau sebagaimediator dalam mengidentifikasi, memelihara, dan mempromosikan dalamimplementasi rencana pengelolaan sumberdaya wilayah pesisir secara terpadu.

Jadi, Proyek Pesisir adalah proses dalam perencanaan, implementasi, dan pengawasandalam pemanfaatan sumberdaya pesisir yang �menguntungkan� dan �berkesinambungan�melalui partisipasi aktif, aksi-aksi bersama dalam pembuatan keputusan.Strategi pendekatan yang akan dikembangkan bersama �stakeholders�, misalnya:

" Proses partisipatif dalam penilaian sumberdaya" Perencanaan terpadu" Peningkatan ekonomi masyarakat pengguna pesisir" Implementasi pemanfaatan wilayah pesisir/laut yang berbasis masyarakat." Pelatihan pengelolaan sumberdaya wilayah pesisir" Analisis kebijakan, pemantauan, dan evaluasi.

Karena wilayah pesisir Lampung cukup luas, maka kebutuhan akan kawasandemonstrasi (working model) perlu dibuat, dengan tujuan akhir untuk mencegah praktek-praktek yang merusak lingkungan, dengan cara mengelola aktivitas manusia (pengguna)yang mendukung pada usaha-usaha ekonomi dan konservasi dengan mengontrol aktivitasluar yang merusak sumberdaya. Pengelolaan oleh masyarakat setempat adalah caranya.

Dalam pengelolaan berbasis masyarakat, maka komponennya adalah :1. Peran serta aktif masyarakat dalam pengelolaan sumberdaya alam untuk generasi

mendatang.2. Mempersilakan kepemilikan oleh masyarakat setempat dalam pengambilan keputusan

dan langsung bertanggungjawab.3. Tenaga penggerak dari masyarakat tingkat lokal, dan menyediakan keputusan di

tingkat lokal (grassroot). Instansi pemerintah hanyalah mengontrol proses tersebutberjalan.

4. Kebijakan (policy) diperlukan untuk perijinan dari tingkat atas.5. Keuntungan : mengurangi konflik, meningkatkan surveilance, meningkatkan persetujuan

bersama, berlanjut, dan mengurangi ongkos penegakan hukum.

15.9 Mengelola Sumberdaya Pesisir dan Lautan berarti Menjamin Masa Depan Kita

Salah satu aspek dalam pengelolaan wilayah pesisir adalah konservasi sumberdayaalam termasuk menjaga keanekaragaman hayati. Tetapi, siapa yang perlu dilindungi?Karena wilayah pesisir merupakan habitat primer manusia, maka segenap upaya konservasidan pengelolaan sumberdaya pesisir adalah untuk menjamin kelangsungan hidup manusia.

Harapan-harapan untuk masa depan :" Masyarakat akan secara efektif mengelola sumberdaya pesisir mereka sendiri" Pembuatan akses-akses yang terbatas menjadi diterima oleh masyarakat" Pendapatan para pengguna sumberdaya pesisir stabil" Pemda (lokal) dan pemerintah pusat mempunyai mandat dan peran yang jelas dalam

pengelolaan" Monitoring partisipatif akan berlanjut sesuai dengan perencanaan pengelolaan" Peningkatan investasi (keikutsertaan) swasta dan masyarakat akan mengembangkan

proses dalam pengelolaan pesisir secara terpadu" Pengusahaan di wilayah pesisir tidak lagi bersifat eksploitatif (�roof-bouw� = mengambil

hasil tanpa menanam kembali) terhadap sumberdaya.Berikut adalah pendapat bebas tentang persepsi generasi muda terhadap lingkungan

pesisir di Lampung dari hasil wawancara terhadap beberapa generasi muda pelajar SekolahLanjutan Tingkat Atas di Lampung. Mereka berpendapat tentang status dan

Page 86: Atlas Sumberdaya Wilayah Pesisir Lampung

85

atlas sumberdaya wilayah pesisir lampung

permasalahan wilayah pesisir ini, 65% (30 responden) menyatakan bahwa wilayah pesisirsudah tercemar oleh sampah rumah tangga dan minyak buangan kapal motor, terutamadi pelabuhan dan tempat-tempat rekreasi. Mereka juga menyatakan keprihatinan terhadapkerusakan terumbu karang akibat pengeboman oleh nelayan dan pengambilan batukarang oleh masyarakat. Penebangan mangrove untuk tambak dan masalah reklamasi diBandar Lampung telah menyebabkan kerusakan habitat pesisir dan meningkatnya wabahmalaria.

Responden dari kalangan generasi muda ini setuju bahwa wilayah pesisir dapatdimanfaatkan sebagai tempat rekreasi, daerah penangkapan ikan, tempat pelayaran,tempat budidaya tambak, sumber mineral dan pemukiman.

Masalah yang ada di Teluk Lampung: � adanya penimbunan di daerah pantai yangdimanfaatkan untuk kawasan pemukiman, tetapi terjadi juga pengerukan pinggir pantai untukmengambil pasir dan karang, pengeboman ikan dan pencemaran� (Sazli Rais Haz, PelajarSMU 8 Bandar Lampung);

�Pantai Lampung telah tercemar karena banyak yang menbuang sampah di tepi pantai,terumbu karang rusak karena pengeboman, bakau ditebang untuk pembuatan tambak (Victorius,Pelajar SMUN I Padang Cermin), sementara limbah tambak udang windu telah mencemarilaut� (Maawiyah Ismail, Pelajar SMUN I Padang Cermin);

�Pencemaran di laut sudah memprihatinkan dengan banyaknya sampah rumah tangga,terutama plastik, yang dapat mengganggu baling-baling kapal sehingga dapat merusak citraPelabuhan di Lampung� (Wahid Guntur, Guru SMK Pelayaran Lampung).

Para pembaca dari segenap lapisan masyarakat dapat ikut berpartisipasi aktif dalampengelolaan dan perlindungan sumberdaya pesisir Lampung untuk menjamin masadepan kita! Jika Anda seorang penentu kebijakan dalam pengelolaan sumberdaya alam, Andadapat :" Menyebarluaskan informasi dalam Atlas ini kepada karyawan

di kantor Anda" Menyebarluaskan informasi dalam Atlas ini kepada instansi lain" Mendiskusikan aksi-aksi yang dapat dilakukan untuk membantu

pengelolaan wilayah pesisir

Jika Anda dari kalangan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) atau kalangan InstansiPendidikan, Anda dapat :" Menciptakan kesadaran dan kepedulian terhadap lingkungan

melalui pendidikan umum

" Melakukan penelitian untuk menjawab permasalahan dalam pengelolaan" Melakukan aksi-aksi untuk membantu pengelolaan wilayah pesisir

Jika Anda dari kalangan penggusaha dan pengembang pembangunan, Anda dapat :" Meminimkan pengrusakan yang tidak perlu terhadap sumberdaya alam" Ambillah langkah yang proaktif dalam memanfaatkan sumberdaya

Jika Anda pengguna langsung sumberdaya hayati laut (nelayan dan wisatawan), Andadapat :" Menghindari praktek-praktek merusak lingkungan untuk menjaga keberlanjutan

sumberdaya" Berpartipasi aktif dalam upaya-upaya perlindungan lingkungan

Dan masih banyak jalan bagi Anda dan masyarakat umum untuk ikut berpartisipasidalam kelestarian lingkungan wilayah pesisir dan laut. Hanya mengandalkan lembaga-lembaga yang terkait dalam pengelolaan wilayah pesisir di Lampung saja tidak dapatmencegah kerusakan lingkungan dari ulah manusia. Kita semua memerlukan bantuanAnda!

Obyek wisata Pulau Lunik, Lampung Selatan.

$$$$$$$$$$

$$$$$$$$$$

Page 87: Atlas Sumberdaya Wilayah Pesisir Lampung

86

atlas sumberdaya wilayah pesisir lampung

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

AFTAR PUSTAKAArihadi, Y. 1998. Beberapa Aspek Sosial Budaya Pengembangan Masyarakat Nelayan

Pulau-pulau Kecil dalam Lokakarya Pengelolaan Pulau-pulau Kecil di Indonesia.Pulau Matahari, Kepulauan Seribu, 9-10 Desember 1998. BPP Teknologi.

Balai Konservasi Sumberdaya Alam II Tanjung Karang. 1998. Informasi KawasanKonservasi di Propinsi Lampung. Bandar Lampung.

Bantley. 1989. What farmers don�t know can�t help them: the strengths and weaknesses of indig-enous technical knowledge in Honduras. Agricultural and Human Value. 6(3):25-31.

BAPPEDA. 1997. Studi Penentuan Status Mutu Air Laut Perairan Persisir TelukLampung. Buku Laporan Akhir. CV Madya Rancana.

BAPPEDA. 1998. Potensi Wilayah Pesisir Pantai dan Kelautan Propinsi Lampung.Bandar Lampung.

Berkes, F. 1994. Property Right and Coastal Fisheries dalam R.S. Pomeroy (ed.) CommunityManagement and Common Property of Coastal Fisheries in Asia and in the Pacific: Concepts,Methods, and Experiences. International Center for Living Aquatic Resources Management.Manila.

Binnie and Partners. 1994a. Southern Sumatra Water Resources Project. Tulang Bawang Feasi-bility Studies, Final Report, Volume 15, Technical Reports. PU/Binnie and Partners. BandarLampung.

Binnie and Partners, 1994b. Southern Sumatra Water Resources Project. Tulang Bawang Feasi-bility Studies, Final Report, Volume 6, EIA (ANDAL). PU/Binnie and Partners. BandarLampung.

Black, M. 1998. Report on Marine Resource Use and Potential Tourism in Lampung Bay. InternStudy for CRMP-Lampung (Draft). Bandar Lampung.

BLH. 1995. Prokasih, Program Kali Bersih Propinsi Lampung Tahun 1995. BandarLampung.

BPS, 1997. Lampung Dalam Angka. Badan Pusat Statistik. Propinsi Lampung.

BPS, 1997. Lampung Selatan Dalam Angka. Badan Pusat Statistik. Propinsi Lampung.

BPS, 1997. Lampung Barat Dalam Angka. Badan Pusat Statistik. Propinsi Lampung.

BPS, 1997. Tanggamus Dalam Angka. Badan Pusat Statistik. Propinsi Lampung.

BPS, 1997. Tulang Bawang Dalam Angka. Badan Pusat Statistik. Propinsi Lampung.

BPS, 1997. Lampung Tengah Dalam Angka. Badan Pusat Statistik. Propinsi Lampung.

BPS, 1997. Bandar Lampung Dalam Angka. Badan Pusat Statistik. Propinsi Lampung.

BPS, 1998. Laporan Kependudukan Propinsi Lampung. Badan Pusat Statistik. PropinsiLampung.

Chambers, A., M. Cousins, S. Hedges, J. Newman, G. Riddoch, A. Webb and S.Wilson. 1990. The White-Winged Wood Duck, Cairina scutulata, in the Way KambasNational park, Lampung Province, Sumatra, Indonesia. Southampton University SumatraExpedition.

Chua Thia-Eng, S. A. Ross and Huming Yu (editors). 1997. Malacca Straits EnvironmentalProfile. GEF/UNDP/IMO Regional Programme for the Prevention and Management ofMarine Pollution in the East Asian Seas.

CRISP. 1998. Center for Remote Imaging, Sensing, and Processing. Faculty of Science, NationalUniversity of Singapore.

CRMP. 1998. Laporan Penyelidikan Geologi Daerah Pesisir Pantai Propinsi Lampung.Technical Report CRMP Lampung. Bandar Lampung.

CRMP. 1998. Profil Perikanan Tangkap Propinsi Lampung. Technical Report CRMPLampung. Bandar Lampung.

DD

Page 88: Atlas Sumberdaya Wilayah Pesisir Lampung

87

atlas sumberdaya wilayah pesisir lampung

CRMP. 1998. Significant Coastal Habitats, Wildlife and Water Resources in Lampung. TechnicalReport CRMP Lampung. Bandar Lampung.

CRMP. 1998. Profil Habitat Perairan Pantai Propinsi Lampung. Technical Report CRMPLampung. Bandar Lampung.

CRMP. 1998. Kesesuaian dan Arahan Pengembangan Lahan Pertanian Pesisir Lampung.Technical Report CRMP Lampung. Bandar Lampung.

CRMP. 1998. Sumber-sumber Pencemaran Wilayah Pesisir Propinsi Lampung. Techni-cal Report CRMP Lampung. Bandar Lampung.

CRMP. 1998. An Analysis of Aquaculture in the Coastal Areas of Lampung, Evolution, Status,and Potensial 1998. Technical Report CRMP Lampung. Bandar Lampung.

CRMP. 1998. Profil Wisata Bahari di Kawasan Pesisir Teluk Lampung. Technical Re-port CRMP Lampung. Bandar Lampung.

CRMP. 1998. Kondisi Oseanografi Perairan Pesisir Lampung. Technical Report CRMPLampung. Bandar Lampung.

CRMP. 1998. Oseanografi dan Kualitas Perairan Teluk Lampung. Technical ReportCRMP Lampung. Bandar Lampung.

Dahuri R. 1998. Kebutuhan Riset untuk mendukung Implementasi Pengelolaansumberdaya Pesisir dan Lautan Secara Terpadu, dalam jurnal Pesisir dan Lautan,Vol. 1, No. 2, hal 53-65. PKSPL-IPB, Bogor.

Dahuri, R., J. Rais, S.P. Ginting, M.J. Sitepu. 1996. Pengelolaan Sumberdaya WilayahPesisir dan Lautan Secara Terpadu. PT. Pradnya Paramita. Jakarta.

Dinas Kebersihan Kota. 1999. Pengelolaan Kualitas Kebersihan Lingkungan Perkotaan.Dinas Kebersihan Kotamadya. Bandar Lampung.

Diparda Propinsi Lampung. 1995. Penggalian Potensi Gunung Krakatau dalamPerencanaan Pengembangan Pariwisata Daerah Lampung. Makalah SeminarKrakatau, 2 September 1995. Bandar Lampung.

Feeny, D. 1994. The Frameworks for Understanding Resource Management on the Commons.Dalam R.S. Pomeroy (ed.) Community Management and Common Property of Coastal Fish-eries in Asia and in the Pacific: Concepts, Methods, and Experiences. International Center forLiving Aquatic Resources Management. Manila.

Giesen, W. 1991. Tulang Bawang Swamps, Lampung. PHPA/AWB Sumatra Wetland ProjectReport No 15, AWB/PHPA Bogor, 42 pp.

Giesen, W. 1993. Indonesian mangroves; an update on remaining area and main management issues.Presented at International Seminar on �Coastal Zone Management of Small Island Ecosystems.Ambon 7-10 April 1993.

Giesen, W. and Sukotjo. 1991. The Wetlands of Kerinci Seblat National Park, Jambi, Sumatra.PHPA/AWB Sumatra Wetland Project. Interim Publication No 12. Asian Wetland Burau,Bogor, Indonesia.

Gomez, E.D. and A.C. Alcala. 1984. Survey of Philippine Coral Reefs Using Transect andQuadrat Techniques. In: Comparing Coral Reef Survey Methods. Report of Regional Unesco/UNEP Workshop. Phuket Marine Biological Centre. Thailand.

Hadikusuma, H., R. Arifin, RM. Barusman. 1996. Adat Istiadat Daerah Lampung.Kanwil Depdikbud Propinsi Lampung. CV. Arian Jaya. Bandar Lampung.

Kertapati dkk. 1992. Peta Seismotektonik Regional Indonesia, Pusat Penelitian danPengembangan Geologi. Bandung.

Mahi A.K. 1997. Evaluasi Lahan. Fakultas Pertanian Unila, Jurusan Ilmu Tanah.Bandar Lampung.

Mahi AK, M. Utomo, T. Syam, A. Hidayat, B. Yudha. 1997. Pewilayahan KomoditasPertanian Berdasarkan Kesesuaian Lahan Kabupaten Lampung Utara, LampungTengah, Kodya Bandar Lampung. Lembaga Penelitian Unila. Bandar Lampung.

Manik, K.E.S. 1991. Analisis Daya Dukung Lingkungan di Bagian Hulu Daerah AliranSungai Way Seputih Lampung Tengah. Fakultas Pertanian, UNILA. Lampung.

Page 89: Atlas Sumberdaya Wilayah Pesisir Lampung

88

atlas sumberdaya wilayah pesisir lampung

PU, Proyek Pengelolaan Sumber Air dan Pengendalian Banjir. 1998. Pekerjaan StudyTerpadu Pengendalian Banjir Bandar Lampung dan Sekitarnya. Buku 3, LaporanPendukung. Bandar Lampung.

PU. 1996. Publikasi Data Debit Sungai Tahunan di Propinsi Lampung 1996. ProyekPengelolaan Sumber Air dan Pengendalian Banjir, Lampung.

RePPProT, 1988. Review of Phase I Results Sumatra. Regional Physical Planning Programme forTransmigration. Department of Transmigration/ODA. Volume II Annexes.

Rusila Noor, Y., Giesen, W., Enis Widjanarti H. and M.J. Silvius. 1994. ReconnaissanceSurvey of the Western Tulang Bawang Swamps, Lampung Sumatra. PHPA/AWB-Indonesia, Bogor.

Sandy, I.M. 1987. Iklim Regional Indonesia. Jurusan Geografi FMIPA, UniversitasIndonesia. Jakarta.

Suharsono. 1998. Condition of Coral Reef Resources in Indonesia. Jurnal Pesisir & Lautan, Vol1, No 2, 1998.

Thomascik, T., A.J. Mah, A. Nontji and M. Kasim Moosa, 1997. The ecology of the Indone-sian Seas. Part I and II. Periplus Editions.

Wyrtki, K. 1961. Physical Oceanography of the Southeast Asian Waters. Naga Report. Vol.2,Univ. California, La Jolla. 195 pp.

Yusuf, T. 1993. Profil Pesisir Lampung. Gunung Pesagi. Bandar Lampung.

Manik, K.E.S. 1995. Penetapan Baku Mutu Limbah Cair Berdasarkan Daya DukungBadan Air Sungai. Tulisan dipresentasikan dalam seminar �Penetapan Baku MutuLimbah Cair Daerah, 28 Maret 1995. BLH - Pemerintah Daerah Propinsi Lampung.

Ostrom, E. 1994a. Institutional Analysis, Design Principles and Threats to Sustainable Commu-nity Governance and Management of Commons dalam R.S. Pomeroy (ed.) Community Man-agement and Common Property of Coastal Fisheries in Asia and in the Pacific: Concepts,Methods, and Experiences. International Center for Living Aquatic Resources Management.Manila.

Pariwono, J.I. 1985. Tides and Tidal Phenomena in the ASEAN Region. Australian CooperativeProgrammes in Marine Sciences. Prelim. Rep. FIAMS, South Australia. 77 pp.

Pemerintah Daerah Propinsi Lampung, 1994. Laporan Tahunan Statistik PerikananTingkat Propinsi Tahun 1994.

Pemerintah Daerah Propinsi Lampung, 1995. Laporan Tahunan Statistik PerikananTingkat Propinsi Tahun 1995.

Pemerintah Daerah Propinsi Lampung, 1996. Lapporan Tahunan Statistik PerikananTingkat Propinsi Tahun 1996.

Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota Bandar Lampung. 1996. Ekspose WalikotamadyaKepala Daerah Kabupaten/Kota Bandar Lampung Tentang Sistem PengelolaanKebersihan Kota Bandar Lampung. Pemda Kabupaten/Kota Bandar Lampung.

PU, Proyek Pengelolaan Sumber Air dan Pengendalian Banjir. 1998. Pekerjaan StudyTerpadu Pengendalian Banjir Bandar Lampung dan Sekitarnya. Buku 1, LaporanUtama. Bandar Lampung.

PU, Proyek Pengelolaan Sumber Air dan Pengendalian Banjir. 1998. Pekerjaan StudyTerpadu Pengendalian Banjir Bandar Lampung dan Sekitarnya. Buku 2, Ringkasan.Bandar Lampung.

Page 90: Atlas Sumberdaya Wilayah Pesisir Lampung

89

atlas sumberdaya wilayah pesisir lampung

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

AFTAR ISTILAHAbiotik : Unsur non-hayati lingkungan; tidak menyangkut kehidupan

atau organisme hidup.Air payau : Suatu campuran air tawar dan air laut; air payau dapat didefinisikan

sebagai mengandung bahan padat terlarut antara 5 - 30 permil.Akresi : Proses penumpukan pasir di daerah pantai akibat dari gerakan

dan gelombang yang membawa pasir ke daerah tersebut.Alga : Atau ganggang; tanaman berklorofil berukuran dari beberapa

mikron sampai bermeter-meter, yang hidupnya tergantung padagerakan air dan hidup di dalam air tawar dan air laut (Usna, 1997).

Algal bloom : Suatu pertumbuhan alga yang berlebihan dalam air sehinggamenutupi tanaman air lain dan menggunakan persediaan oksigendalam air sehingga tanaman membusuk; bloomming sering terjadikarena pencemaran dari masukan nutrien yang berlebihan.

Akuakultur : Pengelolaan tanaman atau hewan yang hidup dalam air, misalnyabudidaya ikan, dan budidaya udang.

Akuifer : Suatu lapisan geologis yang mengandung air yang dapat diambilsecara ekonomis dan digunakan untuk pasokan air.

Archipelago : Suatu kelompok pulau-pulau, termasuk bagian dari pulau-pulau itu,perairan yang menghubungkan, dan bentuk alami lainnya yangbegitu deka t kaitannya sehingga pulau-pulau itu, perairan danbentuk-bentuk alami lainnya membentuk satu kesatuan geografis,ekonomis, dan politik yang hakiki, atau yang secara historis telahdianggap demikian.

Artisanal : Kegiatan yang didasarkan keahlian perorangan dan kemampuanmanual, umumnya pekerjaan �berteknologi rendah�, berorientasipada sumberdaya.

Atribut : Teks angka, atau bidang data citra dalam tabel basis data terkaityang menjelaskan suatu bentuk ruang seperti sebuah titik, garis,simbol, daerah atau sel. Suatu ciri dari bentuk geografik disebutkandengan angka/karakter, disimpan secara spesifik dalam formattabel, dan dihubungkan dengan bentuk itu dengan suatu pengenal.Misalnya atribut sumber air (ditujukan dengan sebuah titik)dapatmeliputi kedalaman, tipe pompa, lokasi dan galon per menit.

Backshore : Daerah akresi atau erosi, terletak ke arah darat dari garis air pasangnormal, yang biasanya menjadi basah hanya pada waktu air

pasang tinggi: suatu berm pelindung ombak (timbunan kerikildan/atau pasir, terbentuk karena gelombang) yang sempit. Suatutimbunan pasir, semak atau bukit pasir yang kompleks ke daratdari air pasang normal.

Bagan : Alat tangkap yang menetap (bagan tancap) atau berpindah(bagan apung), dipasang malam hari menggunakan jaring danlampu (petromaks)sebagai alat penarik ikan supaya berkumpul dibawah lampu.

Bakau : Jenis genus pohon yang mampu hidup dan tumbuh di air payauatau tanah payau; sering termasuk komunitas biologis yang suburyang didukung oleh hutan bakau atau beberapa jalur bakau.

Benthik : Berada atau kehidupan di atas atau di dasar laut; berada padaatau menempel di dasar laut (kebalikan dari pelagis).

Berm : Suatu timbunan pasir atau kerikil memanjang y ang dibawa olehgerakan gelombang di pantai atas garis air pasang normal.

Bio-accumulation : Pengambilan bahan seperti logam berat atau hidrokarbonberklorin yang akan meningkatkan konsentrasi bahan-bahantersebut dalam organisme laut.

Biodiversity : Berbagai jenis hewan dan tumbuh-tumbuhan yang hidup dalamsuatu habitat tertentu; juga dukungan sosial untuk melindungi jenis-jenis biota dan mencegah dari kepunahan.

Bulk head : Dinding yang dibangun sejajar dan dekat batas air pasang untukmelindungi lahan di sebelahnya terhadap gelombang dan arus.

Cadastral survey: Inventarisasi dan pendaftaran pemilikan lahan di peta.Citra satelit : Citra penginderaan jauh dikumpulkan oleh satelit yang mengelilingi

bumi termasuk Landsat, dan SPOT. Citra ini mempunyai panjanggelombang tertentu (sinar tampak, inframerah, dsb.), yang dapatdigabungkan untuk maksud interpretasi. Citra ini tampak sepertifoto tetapi tidak dapat dibuat dengan metode fotografi, karenanyadigunakan istilah image (bayangan) atau imagery (citra). Data dari

citra satelit dapat diinterpretasikan secara visual atau dianalisisdengan komputer dalam bentuk digital (angka). Dapat pula langsungdimasukkan dalam sistem informasi geografis.

Coastal baseline : Suatu garis diciptakan, secara geografis untuk menentukan jarakke batas laut wilayah suatu negara.

DD

Page 91: Atlas Sumberdaya Wilayah Pesisir Lampung

90

atlas sumberdaya wilayah pesisir lampung

Coliform : Bakteri/mikroba yang tersebar luas terdapat dalam saluran ususmanusia, hewan, dalam tanah; terdapatnya bakteri itu dalam airmenunjukkan adanya pencemaran kotoran manusia/hewan danpotensi kontaminasi yang berbahaya oleh mikroba penyakit.

Contingency plan : Serangkaian tindakan penanggulangan yang direncanakansebelumnya untuk meringankan kerusakan karena kecelakaan(tumpahan minyak, pusaran angin/siklun, atau lain-lain).

Daerah asuhan : Setiap tempat di zone pantai di mana kehidupan akuatatik stadialarva, yuwana atau stadia muda berkumpul untuk mencari makanatau berlindung.

Dataran Pasang Surut (tidal flat): Daerah pasang surut yang tidak ditutupi vegetasi(biasanya berlumpur atau berpasir); daerah darat yang tergenang airsurut dan aliran pasang surut; daerah yang terletak di antara air pasangtertinggi dan air susut terendah (lihat;�intertidal zone�).

Daya dukung : Batas banyaknya kehidupan, atau kegiatan ekonomis yang dapatdidukung oleh suatu lingkungan; sering berarti jumlah tertentuindividu dari sejumlah spesies yang dapat didukung oleh suatuhabitat atau dalam pengelolaan sumberdaya, berarti batas-batas yangwajar dari pemukiman manusia dan/atau penggunaan sumberdaya.

Demersal : Ikan yang hidup dan mencari makanan dekat atau di dasar perairan.Detritus : Partikel terapung yang dihasilkan dari erosi/pembusukan bahan-

bahan yang besar; umumnya mengacu pada bahan organik yangmelayang dalam air atau tenggelam di dasar laut, seperti butir-butirsisa tumbuh-tumbuhan (misalnya dari rumput semak atau daunbakau) yang mengalami berbagai tingkat pembusukan.

Dredging : Penggalian, perataan, pengerukan, penarikan dengan tali, pengerukandengan menggunakan penghisap, atau cara-cara lain untuk mengambilpasir, endapan, pecahan batu, batu karang, atau bahan-bahan di dasarperairan.

Dunes : Akumulasi pasir di pinggiran pantai ke arah daratan yang terbentukmelalui proses alami dan biasanya sejajar dengan garis pantai.

Ekologically Critical Area (ECA) : Suatu daerah dengan konsentrasi kegiatan biologiyang tinggi dari suatu tipe yang sangat bermanfaat untuk menjagakeanekaragaman biologis dan/atau produktivitas sumberdaya; suatudaerah yang secara ekologis sensitif (ESA).

Ekotourism : Suatu perjalanan ke daerah-daerah yang relatif tidak terganggu atautidak terkontaminasi dengan obyek khusus untuk studi, dikagumi,

dan dinikmati pemandangannya; tanaman dan hewan liar,maupun manifestasi budaya yang ditemukan di daerah ini.

Effluent : Aliran keluar dari suatu pembuangan limbah, pipa industri, ataupembuangan limbah lainnya.

Ekosistem : Suatu komunitas tumbuh-tumbuhan, bahan dan organisme lainnyaserta proses yang menghubungkan mereka; suatu sistem fungsi daninteraksi yang terdiri dari organisme hidup dan lingkungannya.Konsep ini dapat diterapkan pada skala apa pun, dari planet sebagaisuatu ekosistem sampai ke koloni mikroba yang mikroskopis dengansekitarnya, sistem ekologi lengkap yang berlangsung di suatu unitgeografi tertentu, termasuk komunitas biologis dan lingkungan fisik,berfungsi sebagai unit ekologis di alam.

Ekstentifikasi : Suatu peningkatan produksi (misalnya udang) dalam sistem budidayaperairan atau pertanian yang dihasilkan melalui perluasan sarana;misalnya penambahan areal kolam baru pada sarana budidaya udang.

Endemik : Suatu spesies yang secara geografis penyebaran terbatas pada atauunik di tempat atau habitat tertentu.

Erosi tanah : Pemindahan tanah oleh angin, air, atau tanah longsor dengankecepatan yang lebih tinggi dari proses pembentukan tanah untukmenggantinya. Erosi tanah adalah akibat kegiatan manusia sepertipembersihan vegetasi dan penanaman pada lahan yang miring tanpalangkah konservasi tanah.

Estuari : Daerah litoral yang agak tertutup (teluk) di pantai, tempat sungaibermuara dan air tawar dari sungai bercampur dengan air asin darilaut, biasanya berkaitan dengan pertemuan sungai dengan pantai.

Eutrofikasi : Proses penyuburan perairan yang mengarah kepada pertumbuhanalga dan tumbuh-tumbuhan air lainnya karena masuknya pasokanyang berlebihan dari zat hara seperti nitrat dan fosfat.

Exotic species : Jenis biota asing, bukan jenis asli yang hanya terdapat di suatu daerahgeografis.

Sarana Pengumpul Ikan - Rumpon : Suatu alat sederhana yang dipasang denganjangkar atau diapungkan dan dapat memikat ikan-ikan kecil untukberteduh yang pada giliranya memikat ikan-ikan besar yangmencari makan, seperti ikan tuna, tembang, kembung.

Floodplain : Daerah pantai yang sering terkena banjir karena badai dan seringditentukan oleh uji kemungkinan banjir secara statistik: misalnya1% (100 tahun banjir) atau 5% (20 tahun banjir)

Page 92: Atlas Sumberdaya Wilayah Pesisir Lampung

91

atlas sumberdaya wilayah pesisir lampung

Foreshore : Bagian pantai yang terkena pasang surut atau bagian depan pantaiyang terletak antara bagian pantai atas (atau batas teratas yangterkena air pasang tinggi) dan batas air surut biasa yang biasanyaterkena gelombang naik dan gelombang turun ketika air pasangdan air surut.

Foto udara : Foto permukaan lahan yang diambil dari pesawat udara, biasanyapada sudut vertical, biasanya dengan skala dari 1 : 50.000 sampai1:5000. Untuk interpretasi, foto udara dilihat dengan stereoskopuntuk memberikan kesan tiga dimensi. Bentuk-bentuk lahan,vegetasi, tataguna lahan dan beberapa prasarana (terutama jalandan lintasan) dapat langsung terlihat pada foto udara, sedangkansifat-sifat tanah, geologi dan sifat lahan lainnya memerlukaninterpretasi tidak langsung, dan batas-batas administratif tidak dapatdilihat. Foto udara dapat pula digunakan sebagai peta dasar untukpenyajian rencana penggunaan sumberdaya. Foto udara dapatberupa panchromatic (hitam dan putih), berwarna (warna asli) danwarna tiruan. Juga disebut aerial photograph.

Gabion : Keranjang kawat yang berbentuk persegi empat yang sangat kuat,diisi dengan batu atau pecahan batu untuk pembangunan dindingpenahan atau struktur pelindung erosi.

Geo-reference atau geo-referensi : Mengacu pada muka bumi. Informasi yanggeo-referenced berarti informasi tersebut harus menunjukkanlokasinya di muka bumi.

Groin : Struktur batu besar, beton atau pilar kayu dan papan yangmemanjang dibangun tegak lurus pada garis pantai untuk memotongpasir yang hanyut di sepanjang pantai dan mengurangi erosi yangdilokalisir.

Ground truth : Observasi langsung permukaan tanah yang dilakukan untukmembuktikan interpretasi data hasil penginderaan jauh.

Habitat : Struktur lingkungan tempat hidup tumbuh-tumbuhan atau hewan,biasanya menurut tipe bentuk kehidupan utama (misalnya bakau,lamun, dsb).

Hidrologi : Ilmu pengetahuan mengenai sifat-sifat penyebaran dan sirkulasiair di atas bumi.

High water : Ketinggian maksimal yang dicapai air pasang tinggi; mean highwater ialah ketinggian rata-rata air pasang.

Intensifikasi : Peningkatan produksi dalam suatu sistem budidaya perairan ataupertanian, melalui peningkatan padat penebaran (produksi yangdiharapkan) pada suatu perairan atau lahan basah yang ada.

Intrusi : Arti harfiahnya adalah masuk secara paksa, istilah ini seringdigunakan tentang proses masuknya air laut kedaratan sehinggaair tanah yang berada jauh dari laut terasa payau atau asin.

Jalur hijau : Suatu jalur vegetasi sepanjang perbatasan zona peralihan,yang memisahkan suatu tipe daerah sumberdaya dari lainnya.

Jetty : Suatu struktur bangunan yang menjorok ke laut, biasanya di mulutsuatu pelabuhan atau sungai yang memotong pantai, untukmelindungi alur pelayaran/pelabuhan atau mempengaruhi arusair, sering dibangun berpasangan sepanjang kedua sisi air masuk.

Keramba : Suatu struktur atau sarana terdiri dari kerangka (dari bambu,kayu, pipa paralon atau pipa besi) berbentuk persegi, pelampungdan jaring untuk memelihara ikan atau biota air lainnya. Kerangkadan pelampung berfungsi untuk menahan jaring tetap terbukadi permukaan air dan jaring yang tertutup di bagian bawahnyadigunakan untuk memelihara ikan selama beberapa bulan.

Karang Buatan : Setiap habitat laut yang di bangun untuk maksud memikat jenis-jenis organisnme laut atau meningkatkan sumberdaya laut untukmemperbaiki perikanan, biasanya terbuat dari timbunan bahan-bahan seperti bekas ban mobil, pecahan-pecahan semen, bangkaikerangka kapal, badan mobil, dsb.

Konservasi tanah: Kegiatan yang ditujukan untuk memperkecil berkurangnya tanahkarena erosi. Konservasi tanah (soil conservation) dapat dicapaidengan struktur tanah, seperti tepi sungai dan pematang, ataudengan cara biologis, terutama mempertahankan suatu penutupantanah oleh tumbuh-tumbuhan hidup atau sisa-sisa tumbuhan. Soilconservation juga digunakan dalam pengertian yang luas untukmenunjukkan semua kegiatan yang ditujukan untuk konservasikesuburan tanah .

Kontur : Suatu garis yang menghubungkan titik-titik yang bernilai sama.Biasanya berdasarkan suatu datum horizontal, misalnyakedalaman laut rata-rata.

Laguna : Daerah litoral agak tertutup dengan masukan air tawar terbatas,salinitas tinggi dan sirkulasi terbatas; laguna terdapat di belakang

Page 93: Atlas Sumberdaya Wilayah Pesisir Lampung

92

atlas sumberdaya wilayah pesisir lampung

bukit pasir, pulau penghalang dan bentuk penghalang lainnya.Lahan basah (Wetland) : Daerah yang sering terkena banjir atau tertutup air misalnya

semak air payau, rawa bakau atau lahan dengan semak-semak tawar.Lamun : Sejenis ilalang laut yang hidup di dasar laut berpasir, tidak begitu

dalam di mana sinar matahari masih dapat menembus ke dasarhingga memungkinkan ilalang tersebut berfotosintesa.

Land Evaluation: Pengkajian terhadap kesesuaian lahan untuk penggunaan spesifik.Pengkajian dibuat menurut produksi, penyesuaian masukan yangperlu untuk mencapai produksi itu, dan dalam hak klasifikasipenyesuaian lahan secara kuantitatif dan mempertimbangkanpendapatan ekonomis.

Land suitability : Kecocokan lahan untuk jenis penggunaan tertentu.Landsat : Satelit NASA(National Aeronautical and Space Administration)

yang mengelilingi bumi tanpa awak, yang mengirimkan citramultispektrum (kisaran 0,4 - 1,1 um) dari spektrum elektromagnetke stasiun penerima di bumi Data digital dan/atau citra yangdihasilkan digunakan untuk mengidentifikasi ciri-ciri bumi dansumberdaya. Data dikumpulkan terpisah untuk panjang gelombangyang tampak dan yang tidak tampak, yang dapat digabungkan untukinterpretasi. Pada kondisi menguntungkan, resolusi tanah dapatmencapai 30 m.

Larva : Suatu tahapan dari jalur hidup ikan dan hewan air lainnya setelahmenetas dari telur menjadi larva yang bentuknya sangat berbedadengan bentuk dewasa dan pada umumnya bergerak pasifmengikuti gerakan air.

Littoral drift : Perpindahan pasir dan bahan lain oleh arus litoral (pantai panjang)dengan arah sejajar pantai di sepanjang pantai; biasanya oleh angin.

Masterplan : Rencana operasional yang menentukan tata cara , sumberdaya,masalah konservasi, standar pencapaian, kewenangan tujuan, hakpenggunaan, pembatasan, pengembangan, partisipasi, mekanismekoordinasi, kondisi perijinan/AMDAL , daerah yang dilindungi,kemunduran, pelatihan, dsb. di bawah rencana ICZPM.

Migrasi : Perpindahan, biasanya dipakai untuk hewan yang pindah dari satutempat ke tempat lain, misalnya burung, ikan, dsb.

Model : Suatu pembuatan abstrak dari kenyataan. Model dapat meliputikombinasi pernyataan logis, persamaan matematis, dan kriteriayang dapat diterapkan untuk simulasi suatu proses, prediksi suatu

hasil atau membuat ciri suatu karakteristik suatu fenomena, istilahmodel dan analisis sering digunakan bergantian walaupun yangpertama mempunyai lingkup lebih sempit. Penyajian data realitas(misalnya model data ruang meliputi arc-node, geo- relational model,raster atau grids dan TINs).

Modelling : Kontruksi simulasi fisik, konseptual atau matematis dunia nyata.Model membantu menunjukkan hubungan antara proses (fisik,ekonomis, sosial) dan dapat digunakan untuk menduga pengaruhperubahan-perubahan dalam penggunaan sumberdaya.

Multiple use : Suatu konsep tentang kegiatan intensif di daerah tertentu atausumberdaya tertentu dengan pengelolanya untuk penggunaansumberdaya yang berkelanjutan.

Nutrien : Setiap bahan yang diasimilasi organisme hidup untuk pertahanantubuh atau meningkatkan pertumbuhan.

Oksidasi : Dalam pengolahan limbah, oksidasi adalah mengkonsumsi ataumenghancurkan limbah organik atau limbah kimia menggunakanmikroba atau oksidan kimia.

Organik : Partikel organik kecil yang melayang sebagai detritus biasanya berasaldari vegetatif.

Payos atau rumpon : Suatu alat yang di gunakan untuk mengumpulkan ikan. Alat inidibuat dari daun-daun kelapa yang diikat menjadi satu kemudiandiletakkan dalam laut untuk beberapa waktu. Sewaktu-waktu alatini didatangi pemiliknya untuk menangkap ikan yang telahterkumpul di bawahnya. Alat ini diberi jangkar agar tidak hanyutdan dilengkapi pelampung dan bendera agar mudah dicari.

Pelagik : Mampu hidup di segala tempat mulai permukaan sampai dasardi kolom air laut tidak terbatas pada hidup di dasar.

Pemilikan lahan: Sistem pemilikan atau penyewaan lahan atau hak penggunanya.Pengguna lahan : Semua orang mendapatkan pekerjaan secara langsung baik

seluruhnya atau sebagian dari lahan misalnya petani, pengusahahutan, pengembala, staf dari taman nasional.

Penginderaan jauh : Dalam perencanaan penggunaan sumberdaya, penginderaan jauhberarti pengumpulan informasi dengan menggunakan foto udaradan citra satelit (lihat �LANDSAT�). Penginderaan jauh harusdilakukan bersama dengan survei lapang.

Pengkajian dampak : Evaluasi pengaruh ekologis untuk menentukan dampaknyaterhadap kebutuhan manusia, lingkungan, sosial dan ekonomi

Page 94: Atlas Sumberdaya Wilayah Pesisir Lampung

93

atlas sumberdaya wilayah pesisir lampung

Penyangga (buffer) : Suatu zona dengan jarak tertentu di sekeliling suatu obyekseperti sebuah titik, garis/poligon: suatu daerah pengelolaanpesisir yang terkendali dan dilindungi menurut adat.

Peran serta masyarakat : Atau keterlibatan warga partisipasi dalam perencanaanoleh orang yang bukan perencana profesional atau pegawai negeri.Ini merupakan suatu proses di mana masyarakat sehari-hari ikutambil bagian dalam mengembangkan, mengurus dan mengubahrencana komprehensif lokal dan peraturan-peraturan yang adahubungannya. Warga ikut berpartisipasi dalam perencanaan danpengambilan keputusan yang mempengaruhi masyarakatnya.

Perlindungan alam : Suatu daerah yang ditentukan untuk perlindungan (restorasi)sumberdaya lingkungan, termasuk sumberdaya hayati, biasanyamemerlukan penghentian semua penggunaan yang eksploitatif.

Pestisida : Setiap bahan kimia yang digunakan untuk membasmi hamatumbuh-tumbuhan dan hewan (serangga); beberapa insektisidamencemari air, udara atau tanah dan terakumulasi dalam tubuhmanusia, tumbuhan, hewan, lingkungan, dan dapat menimbulkanpengaruh negatif.

Peta dasar : Peta yang menunjukkan informasi planimetri, topologi, geologi,politik dan/atau kadaster. Informasi peta dasar tersebut digambardengan tipe informasi peta dasar dapat sederhana seperti batas-batas administrasi utama, data hidrografi utama, atau jalan utama.

Peta digitasi : Informasi yang dipetakan dan disimpan dalam bentuk angkadalam suatu rangkaian koordinat (utara, timur) beserta nilai atausifat-sifatnya (misal ketinggian, penggunaan sumberdaya, dsb).

Plankton : Organisme perairan kecil yang melayang-layang (tumbuhanmaupun hewan) yang bergerak pasif atau berenang perlahan.

Point Source : Pencemaran yang berasal dari suatu lokasi tetap seperti bagianakhir sebuah pipa.

Polikultur : Dalam sistem pertanian yaitu gabungan sejumlah sistem budidayayang dilakukan secara bersamaan misalnya tambak dan padi.

Pollutan : Suatu bahan pencemar yang dalam konsentrasi atau jumlah tetentumenyebabkan perubahan sifat fisik, kimia dan biologis lingkunganyang tidak menguntungkan termasuk patogen, logam beratkarsinogen, bahan-bahan yang memerlukan oksigen dan bahan-bahan berbahaya lainnya , termasuk tanah yang dikeruk, limbahpadat, residu dari alat pembakaran, limbah perkotaan,sampah ,

amunisi, limbah kimia, bahan biologis, limbah industri, limbah kota,limbah pertanian yang masuk kedalam perairan pantai.

Prasarana : Sistem pendukung yang biasanya dibangun untuk umum bagi suatukomunitas termasuk jalan, listrik, air, pembuangan limbah,dsb.

Pulp : Bubur kayu untuk pembuatan kertas.RADARSAT/SAR : Sebuah satelit yang mengorbit dan diluncurkan pada tanggal 4

November 1995 dan merupakan suatu alat baru untuk pemantauanzona pesisir dan layak diaplikasikan mengingat sensor optiktradisional kurang memberikan hasil atau tidak dapat memberikaninformasi yang diperlukan seperti gelombang di permukaan laut.Sedangkan RADARSAT menggunakan suatu sensor SAR frekwensitunggal, ini memberikan banyak manfaat, baik sebagai informasiyang mandiri atau berhubungan dengan sistem multi spektrum.

Rapid Rural Appraisal (RRA) : Suatu prosedur untuk mengumpulkan atau untukmenganalisis suatu informasi tentang kesiapan kondisi sosial-ekonomi masyarakat dalam rangka pengambilan keputusanpembangunan, dan apabila partisipasi masyarakat merupakansuatu prioritas proses ini dapat d isebut �participatory ruralassessment� (PRA), pengkajian partisipasi daerah pedesaan.

Raster : Struktur data seluler terdiri dari kolom-kolom dan baris-baris untukmenyimpan gambar citra. Sekelompok sel dengan nilai yang samaakan menggambarkan features.

Rehabilitasi : Tindakan yang disengaja untuk menciptakan kembali atau mengubahstruktur lingkungan habitat sehingga mengganti kerusakan yangterjadi pada masa lampau.

Resolusi : Ketelitian di mana lokasi dan bentuk feature peta dapat digambarkanpada skala peta tertentu. Misalnya suatu peta berskala 1: 63.360(1 inci = 1 mil), maka sulit mengambarkan daerah yang lebihkecil dari 1/10 mil panjang di peta. Di peta berskala lebih besar,reduksinya lebih kecil, maka resolusi featurenya lebih mendekatifeature bumi yang sebenarnya. Kalau skala peta menurun, resolusijuga berkurang karena batas-batas gambar akan halus sederhanaatau tidak tampak sama sekali.

Restorasi : Rehabilitasi suatu sumberdaya lingkungan untuk memulihkanstruktur dan proses ekologi.

Revetment : Suatu struktur yang dibangun untuk melindungi pantai dari erosi,dibangun dari batu yang diletakkan di permukaan miring.

Page 95: Atlas Sumberdaya Wilayah Pesisir Lampung

94

atlas sumberdaya wilayah pesisir lampung

Riprap (Trucuk- bahasa setempat): Suatu lapisan yang menghadap, atau timbunanbatu pelindung yang dipasang di samping tanggul untuk mencegaherosi pengikisan atau pengelupasan tanggul atau dinding penahan;dalam hal ini sering digunakan batu.

Run off : Bagian dari pencairan, salju meleleh, atau air irigasi yang mengalirdari darat kesungai-sungai atau badan air lainnya, termasuk perairanpantai yang menampungnya.

Salinitas : Kadar garam yang umumnya dinyatakan dalam per mil atauper seribu atau ppt. (part per thousand).

Sea level rise : Meningkatnya elevasi permukaan air laut akibat fenomena pema-nasan global, karena penyebaran panas air laut dan mencairnya puncakes benua antartika : pertama kali dikenal oleh penulis Jules Vernehampir satu abad yang lalu.

Sea Wall : Suatu struktur yang dibangun di sepanjang pantai untuk melindungipantai dan kerusakan lain dari pukulan ombak. Umumnya lebihpadat dan mampu bertahan terhadap kekuatan ombak besar diban-dingkan dengan sebuah bulk head.

Septic tank : Suatu sistem pengolahan limbah rumah tangga menggunakan tangki,dan buangan akan mengalir keluar dari tangki ke bawah tanah melaluipipa pembuangan (lumpur harus dipompa keluar dari tangki padawaktu-waktu tertentu).

Silvo Fishery : Kegiatan perikanan dan kehutanan yang dilakukan secara bersamaan.Sistem Informasi Geografik (SIG): Suatu kumpulan perangkat keras komputer,

perangkat lunak, data geografi, dan tenaga kerja yang teratur yangdirancang secara efisien untuk menangkap, menyimpan, memutakhir-kan, memanipulasi, menganalisis dan menampilkan seluruh ben-tuk seluruh bentuk informasi yang mengacu pada geografi. Operasispasi tertentu yang kompleks dimungkinkan dalam SIG, yang akansangat sulit, memakan waktu dan tidak praktis tanpa SIG. Databiasanya berasal dari peta dan nilai yang diperoleh dapat dicetak sebagaipeta.

Skala : Perbandingan antara jarak di atas tanah dan jarak di atas peta yangmencakup suatu daerah yang luas seperti negara di atas suatu lembarpeta, misalnya skala 1:1.000.000. Skala besar berarti yang mencakupsuatu daerah kecil di atas suatu lembar peta misalnya 1:10.000.

Sludge : Adalah benda padat yang tenggelam di dasar bak pengendapan dalamsarana pengelolaan limbah dan harus dibuang dengan cara pence-

maran atau cara lain untuk melengkapi pengolahan limbah.Sosio analisis : Analisis suatu rencana tentang dampak dari berbagai macam masya-

rakat. Sosio analisis memberikan perhatian khusus pada kepen-tingan kelompok minoritas, wanita dan yang kurang mampu.

Species indicator: Satu atau beberapa jenis biota dipilih untuk mewakili kondisi ling-kungan tempat jenis-jenis biota itu hidup.

SPOT (Satellite Prohatoire d�Observation de la Terre): Satelit sumberdaya alamPrancis, yang diluncurkan pertama kali pada tahun 1986. Dalamkondisi yang baik resolusi bumi dapat mencapai 10 m. Bandingkandengan LANDSAT.

Stakeholder : Seseorang (atau entitas) yang mempunyai suatu kepentingan dalamkeputusan yang dapat mempengaruhi penggunaan dan konservasisumberdaya pesisir . Tidak terbatas pada mereka yang memilikikepentingan finansial.

Storm surge : Meningkatnya ketinggian laut karena naiknya air laut di pantai akibatdorongan angin pantai yang kuat seperti angin pantai yang disertaidengan topan atau badai kuat lainnya; tekanan atmosfer yangmenurun dapat menyebabkan kenaikan permukaan laut tersebut.

Subsisten : Suatu kegiatan usaha yang produksinya hanya untuk dimakan sendiridan sebagian kecil saja yang dijual.

Sumberdaya alam : Sumberdaya lahan dan laut yang relevan dengan potensi peng-gunaannya, misalnya iklim, air, tanah, lepas pantai, dekat pantai,hutan.

Suspended solids : Partikel yang melayang dalam air karena daya gerak hidraulikseperti arus naik atau turbulensi dan suspensi koloid termasukmisalnya endapan atau detritus organik.

Tata Guna Lahan: Pengelolaan lahan untuk memenuhi kebutuhan manusia. Ini meliputipenggunaan lahan di pedesaan, perkotaan, dan penggunaan olehindustri.

Tematik : Bersifat tema atau judul; dalam pedoman ini sering dipakai dalampeta misalnya peta tematik yang artinya peta dengan tema ataujudul tertentu misalnya peta wisata bahari; sebaliknya peta dasarumumnya menggambarkan garis pantai, batas administrasi,sungai, dan jalan tidak bersifat tema.

Terumbu karang : Karang adalah jenis hewan laut berukuran kecil yang disebutpolip, hidupnya menempel pada substrat seperti batu atau dasaryang keras dan berkelompok membentuk koloni. Hewan ini

Page 96: Atlas Sumberdaya Wilayah Pesisir Lampung

95

atlas sumberdaya wilayah pesisir lampung

menghasilkan deposit berupa kalsium karbonat (CaCO ) yangterakumulasi menjadi terumbu dan bila hewan yang beradadi terumbu itu mati, maka terumbu karang tersebut tidak dapatberkembang dan menjadi batu karang atau karang mati .

Tsunami : Gelombang laut yang cepat di perairan dangkal, yang berpotensimenimbulkan bencana, disebabkan oleh gempa bumi atau gunungberapi bawah air, gelombang ini dapat muncul sangat tinggi danmenimbulkan bencana membanjiri lahan di pantai.

Turbiditas (kekeruhan): Berkurangnya kejernihan air karena adanya benda-bendayang melayang; juga merupakan suatu ukuran mengenai banyaknyabahan tersuspensi dalam air.

Upland : Daerah hulu, ke arah darat dari garis pantai yang hanya sedikitberinteraksi dengan laut.

Watershed : Suatu wilayah yang telah ditetapkan secara geografis tempat seluruhair mengalir melalui sistem tertentu yaitu sungai, aliran air, ataubadan air lainnya; watershed dibatasi oleh �pembagi watershed� (titikatau tanggul yang tinggi di atas tanah) dan termasuk bukit, lereng,dataran rendah, daerah banjir dan menerima badan air.

Zona Ekonomi Eksklusif: Zona maritim yang berdekatan dengan atau yang mem-membentang 200 mil laut dari garis pangkal yang digunakan untukmengukur wilayah laut - kewenangan diberikan secara internasionaloleh Konperensi PBB III tentang Hukum Laut, negara pantaimempunyai hak berdaulat untuk eksplorasi, eksploitasi, konservasidan pengelolaan sumberdaya alam di zona tersebut.

Zona pesisir (definisi resmi Amerika): Perairan pantai ( termasuk lahan di dalamdan di bawahnya) dan lahan pantai di dekatnya (termasuk perairandi dalam dan di bawahnya), yang saling mempengaruhi dan letaknyaberdekatan dengan garis pantai beberapa propinsi (negara bagian)pantai termasuk pulau-pulau, daerah transisi dan pasang surut,semak-semak payau, lahan basah dan pantai.

Zona Intent : Peranan umum suatu daerah dan menunjukkan prioritas padapenggunaan yang diizinkan, apabila hal ini dapat dilaksanakan.

Zona pasang surut : Zona transisi laut dan darat, disebut sebagai zona yang terletakantara batas air pasang tinggi rata-rata dan air surut rata-rata.

Atlas ini dipersiapkan dengan informasi terbaik yang tersedia

di meja penyunting pada saat dipublikasikan. Penerbitan ini

menyajikan kajian dasar yang penting mengenai wilayah

pesisir Lampung, namun informasi yang terdapat di

dalamnya mungkin telah mengalami perubahan pada saat

Anda baca.

Oleh karena itu, kami mohon bantuan Anda untuk

memberikan data terbaru, koreksi atau informasi lain yang

berhubungan dengan pesisir Lampung.

Masukan dan saran dapat disampaikan kepada :

BAPPEDA Kabupaten/Kota Lampung

Bidang Fisik dan Prasarana

Jl. R.W. Monginsidi No.69 Teluk Betung

Bandar Lampung 35401

Indonesia

atau

Pusat Studi Lingkungan - Universitas Lampung

Jl. Sumantri Brojonegoro No.1

Bandar Lampung 35145

Indonesia

Untuk itu kami mengucapkan terima kasih.

Tim Editor

3

Page 97: Atlas Sumberdaya Wilayah Pesisir Lampung

96

atlas sumberdaya wilayah pesisir lampung

h

g

f

e

d

c

b

a○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

NDEKSabrasi 5, 10, 11, 76administrasi wilayah pesisir 76administrasi kabupaten dan kecamatan, peta 37administrasi desa pesisir, peta 41air tanah 5, 6, tabel 8anjing hutan (Cuon alpinus) 34akuiver 6, 78alat tangkap, peta sebaran 63alap-alap (Ichtyophaga ichtyaetus) 34ancaman ekosistem pesisir 14angin 3, 4, 10api-api (Avicennia alba, Avicennia marina) 16, 18arahan penggunaan lahan, peta 55arahan pengembangan lahan pertanian, tabel 56arus pasang surut, peta 13ayam hutan (Gallus gallus bancamus) 34

babi hutan (Sus barbatus) 30back-arc basins 10badak Sumatra (Dicerorhinus sumatrensis) 34bagan 66bahan galian 5bakau (Rhyzophora stylosa) 16Bakauheni 11Bandar Lampung, peta isu 73bakau (Rhizophora stylosa) 16bangau tontong (Leptoptilus javanicus) 18, 33banjir 75, tabel penyebab banjir 75Barringtonia 16Barringtonia acutangula 16Barringtonia septica 18Barringtonia asiatica 30batuan 5batimetri perairan 9belibis batu (Nettapus coromandelianus) 33berang-berang (Lutra lutra) 34beruang madu (Helarctos malayamus) 34biawak (Varanus salvatorius) 31, 34biota laut, potensi 31Biru Laut Katulistiwa PT (BLK) 60BOD 11, tabel 12, 26, tabel 28bomb fishing, bom 48buaya ikan (Tomistoma schelegelii) 34buaya muara (Crocodylus porosus) 34bubu 48

budidaya air payau dan air laut, tabel peristiwa penting 60budidaya mutiara 11, 66budidaya udang, peta ketersediaan sumberdaya 61Bukit Barisan 3, 24bunga bangkai (Amorphophalus sp) 30burung elang (Heliastur sp) 31burung jing (Metopidius indicus) 34burung pantai 31burung rawa (Actitis hypoleucos) 18buta-buta (Bruguiera parviflora, Excoecaria agallocha) 16

cagar alam laut 30, 31calophyllum inophyllum 30cecah (Presbytis melalophos) 34Central Pertiwi Bahari PT 60cemara (Casuarina equisetifolia) 16, 30CITES 16COD 11, tabel 12, 26, tabel 28coliform 11, 12cuaca 9

daerah aliran sungai (DAS) 20, 74daerah rawan banjir, peta 15daerah rawan kebakaran, peta 15daerah pengeboman, peta 15daerah tangkapan dan debit air, tabel 26DAS utama, peta 23Danau Menjungkut 30debit airdegradasi 24, 81, 83demografi desa 40Dipasena Citra Darmaja PT 60

eceng gondok (Eichornia crassipes) 24ekosistim pesisir, kondisi 14elang bondol (Heliastur indus) 34elang laut (Spizaetus cirrhatus) 34enggang (Buceros bicornis) 34erosi 20, 83etnis 4, 42Eugenia viridis 18eutrofikasi air laut 28

fisiografi wilayah pesisir, tabel 50Ficus 18Ficus septica 30flora fauna 31Fragraea fragrans 16fringing reefs 20

Gajah (Elephan maximus sumatranus) 34garis isobath 9garis pantai 14gelagah (Saccarum spontanicum) 14gelam (Melaleuca cajuputi)gelombang 10gempa 5geologi 76geologi, proses 8geologi lingkungan 6, peta 7geomorfologi 5gunung-gunung 3gunung Krakatau 70

hak ulayat 49hatchery 58harimau Sumatra (Panthera Tigris sumatrae) 34hidrologi 24hutan dataran rendah 30hutan damar (Shorea javanica) 30hutan mangrove 30hutan pegunungan 30hutan rawa 14, 20, 30

ikan Arowana (Scleropagus formosus) 16, 22, 33ikan Baung (Mystus nemurus) 16, 34ikan Belida (Notopterus chilata) 16, 33, 34ikan Betok (Anabas testudineus) 34ikan Jelabat (Leptobarbus hoevenii) 34ikan Malas (Oxyeleotris marmorata) 16, 33, 34ikan-ikan pelagis 62ikan Seluang (Rasbora sp) 34industrialisasi 1, 3intrusi air asin 5, 24isu utama Bandar Lampung, peta 73isu utama Teluk Lampung, peta 77isu utama Pantai Timur, peta 79itik (Anas gibberifrons) 18itik rimba (Cairina scutulata) 34

II

i

Page 98: Atlas Sumberdaya Wilayah Pesisir Lampung

97

atlas sumberdaya wilayah pesisir lampung

p

on

m

k

jacana (Cicinia episcopus) 33, 34jaring apung 11jenis pantai, tabel 8jumlah penduduk, peta 45jumlah penduduk pesisir, tabel 40jumlah etnis 4

Kabupaten Lampung Barat 36Kabupaten Lampung Selatan 36Kabupaten Lampung Timur 38Kabupaten Tanggamus 36Kabupaten Tulang Bawang 38kambing hutan (Capricornis sumatrensis) 34karang batu 20karakteristik garis pantai 6kawasan konservasi 30, peta 35, daftar satwa 34Kalianda 20, 60Kalianda resort 71kecepatan angin 3kekeruhan, tabel 11kelinci Sumatera (Nesolagus netscheri) 34kemiskinan 49, 81kepadatan penduduk pesisir 42, tabel 40, peta 43kepedulian masyarakat 29Kepulauan Krakatau 20, 31, 70Kepulauan Seribu 20kerang mutiara 57kerbau liar (Bubalus bubalis) 34kerusuhan sosial 58kesesuaian lahan 52kesesuaian lahan wilayah pesisir, tabel 54ketapang (Terminalia catappa) 16, 31kiambang (Salvinia molesta) 24kijang (Muntiacus muntjak) 34konflik pemanfaatan lahan 44, 49konsosiasi sedeng (Livistonia rotundifolia) 18Kotamadya Bandar Lampung 38kowak maling (Nycticorax nycticorax) 33, 34Krui 42KTI (kawasan timur Indonesia) 1kualitas air, tabel nilai konsentrasi parameter 12kualitas perairan Teluk Lampung 11, 28kuau (Argusianus argus) 34kucing emas (Felis temmincki) 34kuntul (Egretta sacra) 18kuntul besar (Egretta alba) 34kuntul kecil (Butorides striatus) 33, 34kuntul putih (Ardeola speciosa) 33, 34

Labuhan Maringgai 11, 16, 18, 60Lagerstroemia speciosa 16lahan basah utama 22lahan kritis 24Licula paludosa 16limbah agro industri 24limbah industri 26, 28limbah lumpur 28limbah perkotaan 24limbah pertanian 24limbah rumahtangga 24, 28litologi 5LIT (Line Intercept Transect) 20Liwa 40, 42logam berat, tabel 11luas total perairan laut 1luas propinsi Lampung 3lutung (Presbytis cristata) 34

macan dahan (Neofelis nebulosa) 34mangrove 14, 16mangrove, peta sebaran 17mangrove semu 18MBV, serangan 60Menggala 40merbau (Initsia palembanica) 18Metro 40Milky stork (Mycteria cinerea) 18millenium III 81monitoring lingkungan 29morfologi 24morfologi, tabel 8Muara Gading Mas 60Muara Sleman 30mutiara, budidaya/pemeliharaan 57, 58, 66

nelayan Lampung 67nibung (Oncosperma tigillaria) 18nipah (Nypa fruticans) 16, 18, 30nyamplung (Calophyllum inophyllum) 16

obat-obat pertanian, tabel 29obyek wisata bahari, fasilitas, tarif , tabel 70obyek wisata bahari, peta 69Oriental Darter, 16overfishing 1, 81

pabrik kertas 11Padang Cermin 18, 60Pandanus tectorius 30pariwisata 11, 21pariwisata bahari 68, peta 69, isu-isu 71pasang merah (red tide) 28pasang surut 9Pasir Putih (THR) 71patahan 5patch reefs 20pecuk ular (Anhinga melanogaster) 18, 33, 34pedada (Sonneratia caseolaris) 16pemanfaatan/penggunaan lahan 14, 44, 52pemanfaatan sumberdaya pesisir 76penduduk asli 42penduduk pendatang 44pengeboman 20, 48, 76, 81penyebaran penduduk 40pengelolaan wilayah pesisir 83, 84penggunaan lahan, tabel 52, peta 53penangkapan burung 20pencegahan abrasi 6pencemaran air oleh industri 16,pencemaran perairan 67pencemaran sungai 24pencemaran pesisir 29penduduk asli 42penduduk pendatang 44pengembangan lahan pertanian 50penggunaan lahan di pesisir, tabel 52penyebab banjir, tabel 75penyebaran kelompok industri 27penyebaran suku desa pesisir, peta 47penyu 14, 20penyu belimbing (Dermocylis cariacea) 16, 34penyu hijau (Chelonia midas) 16, 31, 34penyu sisik (Eretmochelys imbricata) 16, 31, 34perikanan sungai dan rawa 24perikanan tangkap, peta produksi 65perikanan tangkap, masalah 66perikanan budidaya 57, 58perkebunan kelapa 18persepsi masyarakat 49pertambakan rakyat 57perubahan kondisi ekosistem pesisir, tabel 44perusakan jalur hijau 46perubahan cuaca global 81

J l

Page 99: Atlas Sumberdaya Wilayah Pesisir Lampung

98

atlas sumberdaya wilayah pesisir lampung

zx

wvu

t

s

r

perusakan terumbu karang 20pembenihan udang 58perubahan fungsi lahan 6Pholidocarpus sumatrana 16PMDN 26PMA 26potensi sumberdaya ikan 64pola curah hujan 4produksi perikanan tangkap, peta 65program reboisasi 20program transmigrasi 40prokasih 26, 28property rights, 46propinsi-propinsi 2prosentase jumlah penduduk, peta 45pulau-pulau kecil, nama, lokasi, luas 39Pulau Sertung 31Putri malu (Mimosa pigra) 16

raflesia (Rafflesia Arnoldi) 30raja udang (Halcyon sp.) 34Rantau Kandis 33Rawa Bakung 33Rawa Bungur 33Rawa Gelam 33Rawa Jitu 14, 22Rawa Pacing 33Rawa Pitu 14, 22Rawa Sragi 14, 22, 44Rawa Tenuk 33reboisasi 24reklamasi 14, 72, 74reklamasi pantai 12, 76relief 4rencana strategis IV, IXrencana tata ruang wilayah (RTRW) 76rengas (Gluta renghas) 18Rhizophora mucronata 17, 18

salinitas 10, tabel 12salinitas rata-rata permukaan bulanan, gambar grafik 10sanitasi lingkungan 78sarana pendidikan 78satwa langka 16satwa liar, peta sebaran 34satuan lahan, peta 51satuan geologi lingkungan, tabel 8

sebaran alat tangkap, peta 63sebaran habitat, peta 15sedimen 10sedimentasi 5, 76, 83sentra perikanan 64sisa organisme laut 6subtractability 46sumberdaya air dan sungai, peta 25sumberdaya geologi 5sumberdaya mineralSosial budaya, kondisi 40SPOT, citra 11Srimonosari 18Stormy stork (Ciconia stormi) 18sumberdaya ikan 62sumber pencemaran utama 26sumber pencemaran 28sungai-sungai 22sungai besar 3SWS (satuan wilayah sungai) 22

Taman Nasional Bukit Barisan 14, 30, 40, 76Taman Nasional Way Kambas 17, 18, 24, 30, 31, 32tambak udang 57, 58tambak udang, peta tingkat produksi 59tambak inti rakyat 57, 76tambak intensif 57tambak semi-intensif 57Tanjung Belimbing 30, 31Tanjung Cina 30, 31Tanjung Karang-Telukbetung 36, 40Tanjung Keramat 30, 31teknologi penangkapan ikan 64Teluk Lampung 3, 28Teluk Semangka 3, 5, 20, 28temperatur rata-rata 3, 10terumbu karang, kondisi, peta 18, 76, 82Terminalia catappa 30 (lihat : ketapang)tikus (Rattus sp) 31tingkat kepadatan penduduk pesisir, peta 43tiram mutiara 11TPI 11togog 66topografi 3, 30transmigran 42, 44trawlnet 67trenggiling (Manis javanica) 34

Tringa totanus (burung rawa) 18TSS, tabel 12Tulang Bawang, suaka marga satwa 33

udang lobster 31udang windu/tiger prawn (Penaeus monodon) 57Undang-undang Lingkungan 20

volume sampah, tabel pertumbuhan 72volume sampah di Kodya Bandar Lampung 74vulcanic arc 10

waru laut (Hibiscus tiliacea) 16Way Jepara 24Way Kanan 18Way Mesuji 11, 14, 22Way Pedada 22Way Penet 17Way Sekampung 17, 22, 24, 26Way Seputih 11, 14, 22, 24, 26Way Rasau 22Way Tulangbawang 11, 14, 16, 22, 24, 26Way Wako 22wilwo/lepipi (Mycteria cinerea) 34 (lihat : Milky stork)wisata alam 68wisata budaya 68wisata buru 30wisatawan, tabel jumlah 68

Xylocarpus granatum 16

zona pemanfaatan 30

Page 100: Atlas Sumberdaya Wilayah Pesisir Lampung

99

atlas sumberdaya wilayah pesisir lampung

ISBN : 979-95617-36

Page 101: Atlas Sumberdaya Wilayah Pesisir Lampung

100

atlas sumberdaya wilayah pesisir lampung

CITATION (Indonesia) :Wiryawan, B., B. Marsden, H.A. Susanto, A.K. Mahi, M. Ahmad, H. Poespitasari (Editor). 1999. Atlas Sumberdaya Wilayah Pesisir Lampung. Kerjasama PEMDA Propinsi Lampung denganProyek Pesisir (Coastal Resources Center, University of Rhode Island dan Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan, Institut Pertanian Bogor). Bandar Lampung. Indonesia. 109 pp.

CITATION (English) :Wiryawan, B., B.Marsden, H.A. Susanto, A.K. Mahi, M. Ahmad, H. Poespitasari (Editors). 1999. Lampung Coastal Resources Atlas. Government of Lampung Province and Coastal ResourcesManagement Project (Coastal Resources Center, University of Rhode Island and Centre for Coastal and Marine Resources Studies, Bogor Agricultural University). Bandar Lampung. Indonesia. 109 pp.

CREDITSPhotographs : Tantyo B., Handoko A.S., Ary S.D.Maps : Tim GIS PKSPL-IPB, BAPPEDA Propinsi LampungLine Arts : Production House Proyek PesisirLayout : Pasus Legowo, Handoko A.S.Translations : Tim EditorsStyle Editors : Kun S. HidayatISBN : 979-95617-36

Funding for preparation and printing of this document was provided by USAID as part of the USAID/BAPPENAS Natural Resources Management Programand the USAID-CRC/URI Coastal Resources Management (CRM) Program

TIM EDITOR

Budy WiryawanBill Marsden

Handoko Adi SusantoAli Kabul MahiMarizal Ahmad

Hermawati Poespitasari

Page 102: Atlas Sumberdaya Wilayah Pesisir Lampung

101

atlas sumberdaya wilayah pesisir lampung

ATLAS

Sumberdaya Wilayah Pesisir Lampung

ATLAS

Sumberdaya Wilayah Pesisir Lampung

Kerjasama:

Pemerintah Daerah Lampung

dengan

Proyek Pesisir Lampung

PKSPL-IPB

Page 103: Atlas Sumberdaya Wilayah Pesisir Lampung

102

atlas sumberdaya wilayah pesisir lampung

Gubernur Lampung menyambut baik dengan diterbitkannya Atlas Sumberdaya Wilayah Pesisir Lampungyang disusun atas kerjasama Pemerintah Daerah Propinsi Lampung, Daerah Kabupaten/KotaKabupaten se-Propinsi Lampung, dan bersama-sama Proyek Pesisir Lampung (Coastal Resources Man-

agement Project, USAID-BAPPENAS Program).Atlas Sumberdaya Wilayah Pesisir Lampung ini diharapkan dapat digunakan baik oleh masyarakat Lampung

maupun masyarakat lainnya secara luas untuk mengetahui, mengenal, dan memanfaatkan potensi Pesisir Lampungsecara lestari dan berkesinambungan.

Di dalam proses pembuatan atlas ini telah memanfaatkan sumberdaya manusia dan informasi dari semuapihak melalui proses verifikasi dengan semua instansi terkait, sehingga didapatkan kesepakatan mengenai isu-isupembangunan dan pelestarian Pesisir Lampung. Atas dasar pertimbangan ini kami menekankan agar semua pihakdapat melibatkan diri dalam tahap-tahap selanjutnya untuk menyatukan persepsi terhadap perencanaan danpengelolaan wilayah Pesisir Lampung secara terpadu. Secara khusus diharapkan pula bahwa setelahpembuatan atlas ini ada tindak lanjutnya dalam bentuk penyusunan Rencana Strategi dan Tata Ruang, yangdiharapkan dapat digunakan sebagai acuan dalam pengelolaan wilayah Pesisir Lampung.

Pada kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada Pimpinan Proyek Pesisir Lampung danpenghargaan yang tinggi atas kerjasama dan keterlibatan yang intensif mulai dari tahap perencanaan sampaiselesainya dokumen ini. Ungkapan yang sama, kami sampaikan juga kepada USAID-BAPPENAS dan DirektoratJenderal Pembangunan Daerah Departemen Dalam Negeri yang telah menetapkan Propinsi Lampung sebagaisalah satu lokasi Proyek Pesisir Lampung.

Secara khusus kami juga mengucapkan terima kasih, kepada seluruh jajaran Pemerintah Daerah Propinsi danKabupaten/Kota, LSM, Kalangan Akademisi dalam dan luar negeri serta seluruh masyarakat Lampung, ataspenyampaian data, informasi dan masukan yang konstruktif.

Mudah-mudahan dokumen ini akan memberikan manfaat ganda bagi Pembangunan Daerah khususnya danPembangunan Nasional pada umumnya.

Bandar Lampung, Juli 1999Gubernur Lampung

Drs. H. OEMARSONO

AMBUTAN GUBERNUR○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

i

SS

Page 104: Atlas Sumberdaya Wilayah Pesisir Lampung

103

atlas sumberdaya wilayah pesisir lampung

It has been a great pleasure for all members of the Proyek Pesisir Team and ourpartners within and outside Lampung Province to assist with the developmentof this Atlas. In late 1997 when our National Advisory Committee first pro-

posed to USAID to select Lampung as a candidate province for inclusion in ProyekPesisir, we had little idea of how significant the coast of Lampung is. Through thedetermined efforts of local government (PEMDA) and non-government organiza-tions (NGOs), we were encouraged to take a look at the �big picture� (i.e. wholecoastline) before focusing on specific sites or issues.

This Atlas is the result of that �big picture� survey and has been compiled fromlocal surveys and studies by teams of experts working with project team, includingcolleagues from the Centre for Coastal Marine Studies at the Bogor AgricultureUniversity and from various faculties of the University of Lampung. We have reliedextensively on the active involvement of all stakeholders in the coastal resources ofLampung - communities, individual resource users, industry, non government organi-zations, local and provincial government agencies, universities, etc. to guide andinform our work. We were delighted by the enthusiasm that all these groups boughtto the process of developing, reviewing, and improving this Atlas.

It is a common principle in natural resources management that we can not beginto develop strategies for sustainable use of those resources until we know somethingabout them - e.g. what and where they are and who uses them and how. This Atlasis but a �snapshot� of the coastal resources of Lampung and as such will have to beconstantly updated in future. It is, however, also an important foundation for man-agement. With these data, we hope that local government, non government organi-zation, and Tim Pesisir will continue to work together to formulate and implementthe plans necessary to resolve the many issues identified in this Atlas.

We commend this important reference to you and to your children; by workingtogether we can sustain the diverse economic, social and environmental values of theLampung coast. We also commend this Atlas to organizations in other areas ofIndonesia. It is the first such Provincial Atlas and could serve as a model to stimulatecoastal management programs.

Ian M. DuttonProject Leader, Proyek Pesisir

Lynne Zeitlin HaleAssociate Director, Global Field Programs

AMBUTAN CRC-URI○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

Kami memberikan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada semua anggota TimProyek Pesisir dan para mitra kerja di dalam maupun di luar, Propinsi Lampung yangselama ini membantu pembuatan Atlas ini. Pada akhir tahun 1997 ketika Tim PenasehatNasional kami pertama kali mengajukan kepada USAID untuk memilih Lampung sebagaicalon propinsi yang disertakan ke dalam rencana Proyek Pesisir, kami mempunyai sedikitsekali bayangan tentang betapa pentingnya wilayah pesisir Lampung. Melalui usaha-usaha yang terarah dan cermat dari PEMDA dan beberapa LSM, kami terdorong untukmelihat �gambar besar� (misalnya, seluruh garis pantai) sebelum memfokuskan kepadakawasan dan isu-isu yang spesifik.

Atlas ini adalah hasil survei dari �gambar besar� yang telah dipadukan dengan survei-survei dan studi-studi lokal oleh berbagai tenaga ahli yang bekerja dengan tim kami,termasuk mitra kerja dari Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan - Institut PertanianBogor, serta dari berbagai fakultas di Universitas Lampung. Kita telah mengikutsertakansecara aktif semua stakeholder dalam pengelolaan sumberdaya wilayah pesisir Lampung,seperti masyarakat, pengguna sumberdaya, industri, LSM, instansi/dinas/badanpemerintah di Propinsi dan Kabupaten/Kota, Universitas, dan lain-lain, untukmengarahkan dan menginformasikan tentang pekerjaan kami. Kami merasa berbahagiaatas antusiasme semua stakeholder yang telah berperan serta dalam proses mengembangkan,memberi masukan dan koreksi, serta menyempurnakan Atlas ini.

Adalah sebuah prinsip yang umum dalam pengelolaan sumberdaya alam bahwakita tidak dapat memulai suatu pengelolaan sumberdaya tanpa terlebih dahulu mengetahuisesuatu tentang sumberdaya tersebut, seperti apa dan di mana sumberdaya tersebut,siapa pengguna dan bagaimana cara mereka menggunakannya. Atlas ini hanyamerupakan sebuah �potret sekejap� tentang sumberdaya wilayah pesisir Lampung dantentunya harus terus menerus diperbaharui isinya di masa yang akan datang. Sekalipundemikian, Atlas ini tetap merupakan dasar yang penting untuk suatu pengelolaan.Dengan data-data yang ada, Tim Pesisir akan melanjutkan kerja bersama segenap stake-holders untuk memformulasikan dan mengimplementasikan rencana-rencana yangdibutuhkan untuk menyelesaikan berbagai isu yang diidentifikasi dalam Atlas.

Kami merekomendasikan Atlas ini sebagai referensi yang penting kepada Andadan putra-putri Anda; dengan bekerjasama kita dapat menjaga keragaman nilai-nilaiekonomi, sosial, dan lingkungan Pesisir Lampung. Kami juga menyarankan agarAtlas ini dimanfaatkan oleh lembaga-lembaga di wilayah Indonesia yang lain, selainLampung. Atlas ini merupakan Atlas sumberdaya wilayah pesisir propinsi pertama, dandapat menjadi model untuk mendorong program pengelolaan wilayah pesisir.

ii

Ian M. DuttonPimpinan Proyek Pesisir, CRMP Indonesia

Lynne Zeitlin HaleDeputi Direktur, Program Lapangan CRC

SS

Page 105: Atlas Sumberdaya Wilayah Pesisir Lampung

104

atlas sumberdaya wilayah pesisir lampung

ATA PENGANTAR

Atlas Sumberdaya Wilayah Pesisir Lampung (ASWPL) merupakan suatuinformasi yang menampilkan inspirasi dari pendekatan pengelolaanwilayah pesisir secara terpadu yang meliputi segenap aspek biofisik,sosial-ekonomi-budaya, dan kelembagaan. Informasi ditampilkan dalam

bentuk peta-peta tematik dan teks singkat dari ketiga aspek tersebut. Atlas ini mengidentifikasikan isu-isu pengelolaan wilayah pesisir Lampung yang

dibuat dalam bentuk �hot-spot�, seperti konflik dan kesenjangan kewenangan sertapemanfaatan yang juga dipresentasikan untuk dapat ditelaah oleh semua pihak. Atlasini juga menampilkan beberapa prioritas untuk perencanaan pengelolaan wilayah pesisirsecara terpadu. Kondisi-kondisi seperti eksploitasi sumberdaya, perpindahanpenduduk, dan perubahan gaya hidup masyarakat, semuanya berdampak terhadaplingkungan wilayah pesisir.

Atlas ini merupakan hasil kerjasama antara Pemerintah Daerah Propinsi Lampungdan Proyek Pesisir Lampung. Proyek Pesisir Lampung merupakan salah satu dari tigaprogram lapangan Proyek Pesisir (Coastal Resources Management Project - CRMP) yangmempunyai misi desentralisasi dan penguatan dalam pengelolaan wilayah pesisir di In-donesia.

Program lapangan di Lampung (Proyek Pesisir Lampung)dilaksanakan berdasarkan perjanjian kerjasama (MoU) antaraPusat Sumberdaya Wilayah Pesisir - Universitas Rhode Island(Coastal Resources Center - University of Rhode Island) USA denganPusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan (PKSPL) InstitutPertanian Bogor (IPB). Inti kegiatan dari Proyek PesisirLampung adalah mengajak semua pihak bersama-samamemelihara kawasan pesisir untuk kehidupan yang lebih baik.

Di tahun pertama Proyek Pesisir Lampung mempunyaitiga kegiatan utama yaitu sosialisasi proyek dan pentingnyapengelolaan pesisir terpadu, pembuatan Atlas SumberdayaWilayah Pesisir Lampung, dan penguatan kelembagaan. Halini merupakan awal dari permulaan penyadaran masyarakatterhadap lingkungan, khususnya wilayah pesisir dan lautan.

Tujuan dari pembuatan Atlas Sumberdaya Wilayah PesisirLampung ini adalah untuk menyediakan informasi yangobyektif dan akurat serta dapat diakui oleh berbagai pihak yangterkait dalam pengelolaan wilayah pesisir. Selain itu diharapkan,

informasi ini dapat digunakan untuk kepentingan pengelolaan sumberdaya wilayah pesisirdi masa yang akan datang.

Proses pembuatan Atlas ini diawali diskusi dengan pihak pemerintah daerah tentangrencana pembuatan Atlas Sumberdaya Wilayah Pesisir Lampung dan sekaligus dalamrangka sosialisasi Proyek Pesisir ke daerah Propinsi dan Kabupaten/Kota. Setelah itudiadakan penentuan topik yang akan dimuat dalam Atlas berdasarkan kondisi biofisik,sosial-ekonomi-budaya, dan kelembagaan.

Proses selanjutnya adalah pengumpulan data, baik data primer melalui survei-surveilapangan, maupun data sekunder melalui dinas-dinas terkait dan acuan pustaka lainnya.Studi ini melibatkan beberapa tenaga ahli yang berasal dari dalam dan luar negeri, dibantuoleh pemerintah daerah Propinsi dan Kabupaten/Kota, Lembaga Swadaya Masyarakat,Perguruan Tinggi, industri/swata, media massa, dan masyarakat. Kemudian diadakanekstraksi hasil studi (survei lapangan dan studi literatur) sebagai bahan Atlas, selanjutnyadibuat peta-peta tematik dengan Sistem Informasi Geografis (SIG). Penyebarluasandraft awal ke dinas dan instansi terkait merupakan tahap berikutnya. Tahap ini bertujuanuntuk verifikasi, konfirmasi, perbaikan, dan sosialisasi Atlas. Jika ada kekurangan dan

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

iii

Pemukiman nelayan di atas air, Mahabang Tulang Bawang.

KK

Page 106: Atlas Sumberdaya Wilayah Pesisir Lampung

105

atlas sumberdaya wilayah pesisir lampung

kesalahan, maka diadakan diskusi dan perbaikan. Verifikasi dilakukan ke instansi dandinas terkait di Propinsi dan Kabupaten/Kota. Desain dan draft lay-out Atlas dibahasdalam pertemuan NAC (National Advisory Committee - Komisi Penasehat Nasional)dan PSC (Provincial Steering Committee - Komisi Pengarah Propinsi).

Tahap akhir adalah pencetakan, perbanyakan dan penyebarluasan Atlas. Atlas inidiharapkan dapat menjadi bahan masukan dalam pembuatan Rencana Strategis (Renstra)Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Lautan Propinsi Lampung, serta revisi tata ruang yangsaat ini sedang dilaksanakan. Atlas juga ditujukan untuk kalangan akademisi setingkatSekolah Menengah Tingkat Atas dalam menambah wawasan generasi muda tentanglingkungan, khususnya lingkungan wilayah pesisir Lampung.

Atlas ini diawali dengan memaparkan kondisi strategis Propinsi Lampung di antarapropinsi-propinsi lain di Indonesia. Lampung merupakan daerah limpahan (spill over)dari pertumbuhan ekonomi kawasan Jabotabek (Jakarta, Bogor, Tangerang, Bekasi).Pertumbuhan ini selain memberikan dampak positif, juga menimbulkan masalah-masalahlingkungan (Bab-1). Bab-2 sampai Bab-6 berisi tentang ringkasan dan peta tematiktentang kondisi dan permasalahan yang berkaitan dengan masalah bio-fisik. Hal inimencakup bidang geomorfologi, oseanografi dan meteorologi, ekosistem dan habitat,sistem daerah aliran sungai (DAS), dan wilayah konservasi. Bab-7 dan Bab-8 mengulastentang pembagian wilayah administrasi daerah Kabupaten/Kota Lampung, khususnyawilayah pesisir serta keadaan penduduk, etnik, dan kondisi sosial budayanya.

Berbagai macam kegiatan manusia dalam menggunakan kekayaan alamnyadipaparkan dalam Bab-9 sampai Bab-12. Dalam keempat bab ini dimuat kondisi danpermasalahan dalam bidang kesesuaian lahan pertanian, perikanan tangkap, perikananbudidaya, dan pariwisata. Khusus Bab-13, diuraikan isu-isu utama yang terdapat diIbukota Propinsi Lampung, yaitu Bandar Lampung. Sedangkan bab selanjutnya (Bab-14 sampai Bab-16) diuraikan isu-isu yang berkaitan dengan pengelolaan wilayah pesisirdalam empat wilayah, yaitu Pesisir Barat, Teluk Semangka, Teluk Lampung, dan PantaiTimur.

Semua teks dalam Atlas Sumberdaya Wilayah Pesisir Lampung ini merupakanringkasan dari laporan teknis, sebagai hasil studi mengenai berbagai aspek pengelolaanwilayah pesisir. Sehingga, para pembaca yang ingin mengetahui lebih dalam tentangtiap-tiap bidang yang terdapat di dalam Atlas dapat mengacu pada laporan teknisnya diProyek Pesisir Lampung .

Namun tentunya masih ada kekurangan-kekurangan dalam Atlas ini. Kritikdan saran dari pembaca sangat diharapkan demi perbaikan di masa yang akan datang.Semoga Atlas ini dapat mencapai tujuan sebagaimana diharapkan dan bermanfaatbagi yang memerlukannya.

iv

Panen kerang di Muara Gading Mas, Lampung Timur.

Page 107: Atlas Sumberdaya Wilayah Pesisir Lampung

106

atlas sumberdaya wilayah pesisir lampung

M. Butar Butar, Direktorat Jenderal Pembangunan DaerahIrwandi Idris, Direktorat Jenderal Pembangunan DaerahSapta Putra Ginting, Direktorat Jenderal Pembangunan DaerahStephen Olsen, Director, Coastal Resources Center (CRC-URI)Lynne Z. Hale, Associate Director, Coastal Resources Center (CRC-URI)Brian Needham, CRMP Desk Officer, Coastal Resources Center (CRC-URI)Lesley Squillante, Associate Director, Coastal Resources Center (CRC-URI)Ian M. Dutton, Chief of Party, Proyek PesisirTitayanto Peter, USAID JakartaRokhmin Dahuri, Direktur Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan - IPBDietriech G. Bengen, Kordinator Proyek Pesisir, PKSPL - IPBBrian Crawford, Technical Advisor, Proyek Pesisir Sulawesi UtaraRamli Malik, Ary Setiabudi, dan staf Proyek Pesisir Kalimantan TimurJohnnes Tulungen dan staf Proyek Pesisir Sulawesi UtaraR.J. Moermanto, Database Specialist, PKSPL - IPBKun Hidayat, Publications Manager Proyek PesisirProduction House Proyek Pesisir : Pepen S. Abdullah (Ass.Publication),Pasus Legowo (Graphic Designer Specialist), Nurwati KhodijahTim GIS PKSPL-IPB : Yus Rustandi, Celly Catharina, Asep Sukmara dan GalihLearning Team PKSPL-IPB : Fedi A. Sondita, Neviaty P. Zamani, Amiruddin Tahir,Bambang Haryanto, Burhanuddin, Learning.Staf Proyek Pesisir Lampung : Revita M., Susana S., Yudi R., Susilawati (eks OM), AfifK., Efta W. dan Sukatman

CAPAN TERIMA KASIH○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

Proyek Pesisir Jakarta : Esthy S. Jonathan, Jacob R., Farah S., Tammy C., Pahala N.,Dewi S., Vista Y., Noni S. (eks OM), Prawoto dan SukinoTantyo Bangun, CRMP Photographer

PEMDA PROPINSI LAMPUNGHarris Hasyim, Ketua BAPPEDA Propinsi LampungPrayitno, Kepala Bidang Fisik dan Prasarana BAPPEDA Propinsi LampungEdiyanto, Staf Bidang Fisik dan Prasarana BAPPEDA Propinsi LampungTole Dailami, Staf Bidang Fisik dan Prasarana BAPPEDA Propinsi LampungPuji Riyanto, Staf Bidang Sekretariat BAPPEDA Propinsi LampungFahrizal, Staf Bidang Fisik dan Prasarana BAPPEDA Propinsi LampungRahmat Abdullah, Ketua BAPEDALDA LampungTonny O.L. Tobing, Staf BAPEDALDA LampungRukis Pribadi, Staf BAPEDALDA LampungAzwar Harun, staf BAPEDALDA LampungMaharani, staf BAPEDALDA LampungSuparmo, staf BAPEDALDA LampungHelmi Mahmud, Kepala Dinas Perikanan Propinsi LampungSudjiharno, Kepala Balai Budidaya Laut Lampung dan stafRotlan Sinaga, Dinas Perikanan Propinsi LampungElvizar, Staf Dinas Perikanan Propinsi LampungNanang Kosasih, Staf PPNS Dinas Perikanan Propinsi LampungJazuli Bahtiar, Staf Dinas Perikanan Propinsi Lampung

Memperoleh data baru yang obyektif dan akurat merupakan tantangan terbesar dalam pembuatan AtlasSumberdaya Wilayah Pesisir Lampung ini. Dengan partisipasi masyarakat di Propinsi Lampung, bersamatenaga ahli, kami mengadakan hubungan dengan sejumlah besar pejabat yang bekerja di pemerintahan Propinsi Lampung. Selain

kerjasama dengan BAPPEDA, Dinas Perikanan, dan Bapedalda, kami juga bekerjasama dengan instansi/dinas terkait lainnya dalam pengelolaansumberdaya wilayah pesisir, Lembaga Swadaya Masyarakat, sektor swasta, serta masyarakat pengguna wilayah pesisir. Kami mengucapkanbanyak terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan data literatur dan data-data lain yang tidak diterbitkan.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Direktur Jenderal Pembangunan Daerah Departemen Dalam Negeri, Gubernur Lampung, BadanPerencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Propinsi, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten/Kota, dan BadanPengendalian Dampak Lingkungan Daerah (BAPEDALDA) Lampung atas kerjasama dan dukungannya yang diberikan selama persiapanpelaksanaan dan penyusunan Atlas ini.

UCAPAN TERIMA KASIH TERUTAMA KAMI SAMPAIKAN KEPADA :

v

UU

Page 108: Atlas Sumberdaya Wilayah Pesisir Lampung

107

atlas sumberdaya wilayah pesisir lampung

Zulkifli Ishak, Staf Dinas Perikanan Propinsi LampungSudiono, Kepala Kantor Wilayah Pariwisata, Seni dan Budaya LampungYanto Riyanto, Staf Kantor Wilayah Pariwisata, Seni dan Budaya LampungTarmizi Ali, Kepala Dinas Pariwisata Propinsi LampungEdwin Bangsaratoe, Staf Dinas Pariwisata Propinsi LampungSyamsudin Rahmat, Kepala Kantor Wilayah Kehutanan LampungEdy Suryadi, Kepala Dinas Kehutanan Propinsi LampungYusuf Yakub, Kepala Kantor Wilayah Pertanian LampungSubagyono Darmowiyono, Kepala Dinas Pertanian Propinsi LampungH. Thalib Muhammad Mberu, Kepala Kantor Wilayah Pendidikan LampungH. Danaluddin Mochtar, Kepala Dinas Pekerjaan Umum Pengairan LampungAgus S. Subowo, Staf PU Pengairan LampungSumarno, Staf PU Pengairan LampungYuswantoro, Kepala BKKBN Propinsi LampungTugiman, Kepala Kantor Wilayah BPN LampungToni, Staf Kantor Wilayah BPN LampungToto Sugito, Kepala Badan Pusat Statistik LampungKnedi, Staf Badan Pusat Statistik LampungHarjanto Wahyu Sukotjo, Kepala BKSDA II Tanjung KarangDody Indriadi, Kantor Wilayah Perindustrian dan Perdagangan LampungMuhajir Utomo, Rektor Universitas LampungSutopo Gani N., Universitas LampungSugeng P. Haryanto, Universitas LampungErwanto, Universitas Lampung

PEMDA KABUPATEN/KODYAI Wayan Dirpha, Bupati Lampung BaratHerman, Ketua BAPPEDA Kabupaten/Kota Lampung BaratLisbar Jubairi, eks ketua BAPPEDA Kabupaten/Kota Lampung BaratFauzi Japri, eks Kepala Bidang Fispra BAPPEDA Kabupaten/Kota Lampung BaratZulkifli Ishak, Kepala Dinas Perikanan Kabupaten/Kota Lampung BaratRusli Arsyad, Staf Dinas Perikanan Kabupaten/Kota Lampung BaratImanuddin Aziz, Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten/Kota Lampung BaratGuntur, Kepala Dinas Kehutanan Kabupaten/Kota Lampung BaratAlwi Siregar, Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota Lampung BaratLisdarto, Kepala BPN Kabupaten/Kota Lampung BaratRusman Arsyad, Kepala BKKBN Kabupaten/Kota Lampung Barat

Zulkifli B., Kepala Dinas PU Kabupaten/Kota Lampung BaratAhmad Syahputra, Bupati TanggamusA. Basri, Ketua BAPPEDA Kabupaten/Kota TanggamusGatot Susilo, Sekretaris BAPPEDA Kabupaten/Kota TanggamusSudiro, Kepala Bidang Fispra BAPPEDA Kabupaten/Kota TanggamusHerri Azhary, Kepala Dinas Perikanan Kabupaten/Kota TanggamusSupardi Alam, Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten/Kota TanggamusMuslani, Kepala Dinas Kehutanan Kabupaten/Kota TanggamusAnwar Effendi, Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota TanggamusBasuki R. Widodo, Kepala BPN Kabupaten/Kota TanggamusSurono Suroso, Kepala BKKBN Kabupaten/Kota TanggamusA. Syamsuri, Kepala Dinas PU Kabupaten/Kota TanggamusAmreyza Anwar, Bupati Lampung SelatanM. Ronny, Kepala Bagian Lingkungan Hidup Lampung SelatanM. Abadi, Ketua BAPPEDA Kabupaten/Kota Lampung SelatanHilman, Sekretaris BAPPEDA Kabupaten/Kota Lampung SelatanJamal Nasher, Kepala Dinas Perikanan Kabupaten/Kota Lampung SelatanAli Ibrahim, Staf Dinas Perikanan Kabupaten/Kota Lampung SelatanDarusman, Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten/Kota Lampung SelatanMaman Kurmana, Kepala Dinas Kehutanan Kabupaten/Kota Lampung SelatanBasri Madjid, Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota Lampung SelatanNursiwan Ramli, Kepala BPN Kabupaten/Kota Lampung SelatanRasyid, Kepala BKKBN Kabupaten/Kota Lampung SelatanSunardi, Kepala Dinas PU Kabupaten/Kota Lampung SelatanSuharto, Walikota Bandar LampungOpang Suparno, Ketua BAPPEDA Kabupaten/Kota Bandar LampungTjandra Tjaya, Ketua Bidang Fispra BAPPEDA Kabupaten/Kota Bandar LampungMadani, Staf BAPPEDA Kabupaten/Kota Bandar LampungMarta Lena Sani, Staf BAPPEDA Kabupaten/Kota Bandar LampungAgus Sutrio, Kepala Dinas Perikanan Kabupaten/Kota Bandar LampungFanani Idris, Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten/Kota Bandar LampungSyahrir Muchtar, Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota Bandar LampungS. Suprihono, Kepala BPN Kabupaten/Kota Bandar LampungPulung Musa, Kepala Dinas Kebersihan Kabupaten/Kota Bandar LampungAli Latif, Kepala BPS Kabupaten/Kota Bandar LampungYusuf Umar, Kepala BKKBN Kabupaten/Kota Bandar LampungIrfan Nuranda Djafar, Kepala Dinas PU Kabupaten/Kota Bandar Lampung

vi

Page 109: Atlas Sumberdaya Wilayah Pesisir Lampung

108

atlas sumberdaya wilayah pesisir lampung

Herman Sanusi, Bupati eks Lampung TengahHerman Akib, Ketua BAPPEDA Kabupaten/Kota eks Lampung TengahPramono, Sekretaris BAPPEDA Kabupaten/Kota eks Lampung TengahHalomoan Sinaga, Kepala Bidang Fispra BAPPEDA Kabupaten/Kotaeks Lampung TengahBadrudin, Kepala Dinas Perikanan Kabupaten/Kota eks Lampung TengahDadan, Staf Dinas Perikanan Kabupaten/Kota eks Lampung TengahSyamsir Akil, Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten/Kota eks Lampung TengahIsyanto, Kepala Dinas Kehutanan Kabupaten/Kota eks Lampung TengahSutomo, Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota eks Lampung TengahSyaiful Ahri, Kepala BPN Kabupaten/Kota eks Lampung TengahZuhairi Abdulah, Kepala BKKBN Kabupaten/Kota eks Lampung TengahSujaswadi, Kepala Dinas PU Kabupaten/Kota eks Lampung TengahH.M. Nurdin, Bupati Lampung TimurMasdulhaq, Sekretaris Wilayah Daerah Kabupaten/Kota Lampung TimurAhmad Basri, Ketua BAPPEDA Kabupaten/Kota Lampung TimurHeru Pramono, Kepala Dinas Kehutanan Kabupaten/Kota Lampung TimurSahid Alkarim, Kepala Dinas Perikanan Kabupaten/Kota Lampung TimurHarjanto Wahyu Sukotjo, Kepala Taman Nasional Way KambasSantori Hasan, Bupati Tulang BawangFirdaus Agustian, Ketua BAPPEDA Kabupaten/Kota Tulang BawangAugustinus Sinaga, Kepala Dinas Perikanan Kabupaten/Kota Tulang BawangSaiful HK, Dinas Perikanan Kabupaten/Kota Tulang BawangKanedi, Dinas Perikanan Kabupaten/Kota Tulang BawangLotar J. Sirait, Kepala Dinas Kehutanan Kabupaten/Kota Tulang BawangHanan AR., Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota Tulang BawangRudi Suma�mur, Kepala BPN Kabupaten/Kota Tulang BawangArif Makmur, Kepala BKKBN Kabupaten/Kota Tulang BawangIndra Cahya Marga, Kepala Dinas PU Kabupaten/Kota Tulang Bawang

LSM DAN PIHAK SWASTAAbdi Wasik Ali dan staf LSM WATALAIqbal Pandji Putra, Herza, Yulianti dan staf LSM Mitra BentalaHeri Hermiyantono dan staf LSM YasadanaNeny Hendriyani dan staf LSM WanacalaGuswarman dan staf Forda WALHI LampungVerry Iwan Stiawan dan staf LSM Alas Indonesia

Harijanto dan staf GAPPINDO LampungHertri Wasisto, PT. Charoen PhokphanMarizal Ahmad, Ketua APPU LampungSinek Kurniawan, Corona Diving Club dan staf Octopus Dive CenterYanto Riyanto dan staf, pengurus daerah POSSI LampungGunawan Sukmadi dan staf PT. Biru Laut KhatulistiwaChristopher Lim, Direktur PT. Dipasena Citra DarmajaHarijanto dan staf Pimpinan PT. Dipasena Citra DarmajaLeo Cababasay, PT. Dipasena Citra DarmajaTaufik Slamet dan Pimpinan PT. Central Pertiwi BahariDjoko M. Basuki, PT. Centra Pertiwi BahariThomas Ananto, Kalianda ResortBarnabas, Andatu Lestari PlywoodHarlin Supriyadi, Servitia CemerlangM. Syafry Sihotang, Pelabuhan Indonesia II PanjangWarnadi, Ketua Koperasi Unit Desa Mina Jaya Lempasing - Bandar Lampung

KONSULTAN DAN TIM SURVEIBill Marsden (Perikanan Budidaya)Max Zieren (Habitat)Wahyudi dan Gingin (Geomorfologi)Ali Kabul Mahi (Pertanian)Ida Farida Rifai (Pencemaran)R. Kaswadji, Neviaty P.Z., Cahyono S., Unggul A., Ario Damar, R. Widodo(Mangrove dan Terumbu Karang)John Pariwono dan R. Kaswadji (Oseanografi)Yunita T. Winarto, Elshinta Suyoso, Glenn Thomas, Heru, Nita Wahju, Tony Hartanto(Sosial Budaya)Gondo Puspito, Sugeng H.S, M. Imron, Wazir Mawardi (Perikanan Tangkap)Wahyu Sasongko dan Mark Black (Pariwisata)

VOLUNTEERSetia Lesmana, Fahmi, Cici, Menrizal, Suparman, Yopi, Fis, Danang, Nugroho, Anton,Tony, Anne Novita, Hari, Suyadi, Karlan, Upi, Lisa, Titin, Irma, Arief, Uci, Fitriyadi,Mukri, Saud, Puji, Masrori, Hazairin, Andoyo, Faizal, Wandoyo, Yati, Azwarudin,Almuhery, Nurka, Imron, A.J. Saputra, Syaifudin, Asrah, Joko S.S. Hartono, NotoWinoto, Andoyo dan para PPL (Penyuluh Perikanan Lapangan).

vii

Page 110: Atlas Sumberdaya Wilayah Pesisir Lampung

109

atlas sumberdaya wilayah pesisir lampung

AFTAR SINGKATAN○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

ADB : Asian Development Bank - Bank Pembangunan AsiaAMDAL : Analisa Mengenai Dampak LingkunganASEAN : Association of Southeast Asian Nations - Perhimpunan Negara-

Negara Asia TenggaraASWPL : Atlas Sumberdaya Wilayah Pesisir LampungAWB : Asian Wetlands BureauBAKOSURTANAL : Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan NasionalBANGDA : Badan Pembangunan DaerahBAPEDAL : Badan Pengendalian Dampak LingkunganBAPEDALDA : Badan Pengendalian Dampak Lingkungan DaerahBAPPEDA : Badan Perencanaan Pembangunan DaerahBAPPENAS : Badan Perencanaan Pembangunan NasionalBKSDA : Balai Konservasi Sumberdaya AlamBKKBN : Badan Koordinasi Keluarga Berencana NasionalBKPM : Badan Koordinasi Penanaman ModalBLK : Biru Laut KhatulistiwaBOD : Biological Oxygen Demand - Kebutuhan Oksigen Secara BiologisBPN : Badan Pertanahan NasionalBPPT : Badan Pengkajian dan Penerapan TeknologiBPS : Badan Pusat StatistikBRLKT : Balai Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanahc.a. : catchment area - Daerah Resepan AirCBM : Community Based Management - Pengelolaan

Berbasis MasyarakatCCMRS : Centre for Coastal and Marine Resources Studies of the

Bogor Agriculture UniversityCITES : Convention of International Trade in Endangered SpeciesCOD : Chemical Oxygen Demand - Kebutuhan Oksigen secara KimiaCo-Management : Cooperative/collaborative ManagementCPB : Central Pertiwi BahariCPUE : Catch Per Unit Effort - Hasil Tangkapan Per Unit UpayaCRC/URI : Coastal Resources Center of the University of Rhode IslandCRMP : Coastal Resources Management Project (RP2 of NRM II),

dikenal di Indonesia sebagai �Proyek Pesisir�DAS : Daerah Aliran Sungai

DCD : Dipasena Citra DarmajaDepdagri : Departemen Dalam NegeriDiparda : Dinas Pariwisata DaerahDishidros : Dinas Hidro-oseanografiDitjen PHPA : Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Pelestarian AlamDinas PU : Dinas Pekerjaan UmumDO : Dissolve Oxygen - Oksigen TerlarutFPI : Fishing Power Index - Indeks Kemampuan Daya TangkapGBHN : Garis-Garis Besar Haluan NegaraGDP : Gross Domestic BrutoGIS : Geographic Information SystemGL : Geologi LingkunganHNSI : Himpunan Nelayan Seluruh IndonesiaHPH : Hak Pengusahaan HutanICM : Integrated Coastal ManagementICZM : Integrated Coastal Zone Management - Pengelolaan

Wilayah Pesisir TerpaduIDT : Inpres Desa TertinggalINP : Indeks Nilai PentingIPB : Institut Pertanian BogorIUCN : International Union for Conversation of Nature -

Persatuan Internasional untuk Konservasi AlamJabotabek : Jakarta-Bogor-Tangerang-BekasiKaltim : Kalimantan TimurKanwil : Kantor WilayahKK : Kepala KeluargaKTI : Kawasan Timur IndonesiaLanal : Pangkalan Angkatan LautLandsat : Land SatelliteLIPI : Lembaga Ilmu Pengetahuan IndonesiaLIT : Line Intercept TransectLSM : Lembaga Swadaya MasyarakatMoU : Memorandum of UnderstandingMSY : Maximum Sustainable Yield - Produksi Maksimum LestariNAC : National Advisory Committee of the CRMP

viii

DD

Page 111: Atlas Sumberdaya Wilayah Pesisir Lampung

110

atlas sumberdaya wilayah pesisir lampung

Pasut : Pasang SurutPelindo : Pelabuhan IndonesiaPemda : Pemerintah DaerahPerda : Peraturan DaerahP3O-LIPI : Pusat Pengembangan dan Penelitian Oseanologi-Lembaga

Ilmu Pengetahuan IndonesiaPJP : Pembangunan Jangka PanjangPKSPL-IPB : Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan,

Institut Pertanian BogorPLG : Pusat Latihan GajahPMA : Penanaman Modal AsingPMD : Pengembangan Masyarakat DesaPMDN : Penanaman Modal Dalam NegeriPOSSI : Persatuan Olahraga Selam Seluruh IndonesiaPPI : Pangkalan Pendaratan IkanProkasih : Program Kali BersihProlasih : Program Laut BersihPSC : Provincial Steering CommitteePSPB : Proyek Pengelolaan Sumber Air dan Pengendalian BanjirRDB : Red Data BookRenstra : Rencana StrategisRSTRP : Rencana Struktur Tata Ruang PropinsiRTN : Rumah Tangga NelayanRTRW : Rencana Tata Ruang WilayahSMK : Sekolah Menengah KejuruanSMS : Suaka Marga SatwaSMU : Sekolah Menengah UmumSOKLI : Satuan Operasi Kebersihan LingkunganSPM : Single Point MooringSPOT : Satellite Prohatoire d�Observation de la TerreSulUt : Sulawesi UtaraSWS : Satuan Wilayah SungaiTHR : Taman Hiburan RakyatTIR : Tambak Inti RakyatTNBBS : Taman Nasional Bukit Barisan SelatanTNI AL : Tentara Nasional Indonesia Angkatan LautTNWK : Taman Nasional Way Kambas

TPA : Tempat Pembuangan AkhirTPI : Tempat Pelelangan IkanTSS : Total Suspended SolidUNCLOS : United Nation Conference on the Law of the SeaUNILA : Universitas LampungUSAID : U.S. Agency for International DevelopmentUU : Undang-undangUUD : Undang-Undang DasarWALHI : Wahana Lingkungan Hidup IndonesiaWisman : Wisatawan MancanegaraWisnus : Wisatawan NusantaraWWF : World Wildlife Fund for NatureZEE : Zona Ekonomi Eksklusif

i x

Obyek wisata Pantai Marina, Kalianda Lampung Selatan.

Page 112: Atlas Sumberdaya Wilayah Pesisir Lampung

111

atlas sumberdaya wilayah pesisir lampung

AFTAR ISI○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

i

ii

iii

v

viii

x

xii

xiii

xiv

13

555556

999

SAMBUTAN GUBERNUR LAMPUNG .................................................................

FOREWORD FROM COASTAL RESOURCES CENTER - URI .....................

KATA PENGANTAR .................................................................................................

UCAPAN TERIMA KASIH .......................................................................................

DAFTAR SINGKATAN ............................................................................................

DAFTAR ISI ..................................................................................................................

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................................

DAFTAR TABEL ........................................................................................................

BAGAN ALUR PROSES PEMBUATAN ATLAS .................................................

1. Pendahuluan1.1 Pesisir Indonesia ...................................................................................................1.2 Pesisir Lampung ...................................................................................................

2. Geomorfologi Lingkungan Pesisir Lampung2.1 Geomorfologi .......................................................................................................2.2 Litologi ..................................................................................................................2.3 Sumberdaya Geologi ...........................................................................................2.4 Proses Geologi .....................................................................................................2.5 Satuan Geologi Lingkungan ...............................................................................2.6 Isu-isu ....................................................................................................................

3. Kondisi Oseanografi Perairan Pesisir Lampung3.1 Batimetri ................................................................................................................3.2 Pasang Surut .............................................................................................................3.3 Cuaca dan Arus Musim ........................................................................................

3.4 Gelombang ...............................................................................................................3.5 Suhu dan Salinitas .................................................................................................3.6 Abrasi dan Sedimentasi .......................................................................................3.7 Kualitas Perairan Teluk Lampung ......................................................................3.8 Isu - isu Oseanografi ............................................................................................

4. Ekosistem Pesisir Lampung4.1 Habitat Utama ......................................................................................................4.2 Penggunaan dan Ancaman .................................................................................4.3 Flora dan Fauna ...................................................................................................4.4 Fungsi dan Manfaat Habitat Pesisir ...................................................................4.5 Isu - isu Pengelolaan ............................................................................................

5. Daerah Aliran Sungai dan Sumber Pencemaran5.1 Jenis-jenis sungai di Lampung ............................................................................5.2 Perikanan Sungai dan Rawa ................................................................................5.3 Degradasi Daerah Tangkapan ............................................................................5.4 Hidrologi Perairan Pantai ....................................................................................5.5 Pencemaran Sungai dan Pesisir ..........................................................................5.6 Isu - isu Pencemaran Pesisir ...............................................................................

6. Kawasan Konservasi6.1 Taman Nasional Bukit Barisan Selatan .............................................................6.2 Cagar Alam Laut TNBBS ...................................................................................6.3 Cagar Alam Laut Kepulauan Krakatau ............................................................6.4 Taman Nasional Way Kambas ...........................................................................6.5 Suaka Marga Satwa dan Cagar Alam Tulang Bawang .....................................

7. Kota dan Kabupaten di Pesisir Lampung7.1 Kabupaten Lampung Barat ................................................................................7.2 Kabupaten Tanggamus .......................................................................................7.3 Kabupaten Lampung Selatan ............................................................................7.4 Kotamadya Bandar Lampung ............................................................................7.5 Kabupaten Lampung Timur ..............................................................................

x

1010101112

1414142021

222424242429

3031313133

3636363838

DD

Page 113: Atlas Sumberdaya Wilayah Pesisir Lampung

112

atlas sumberdaya wilayah pesisir lampung

7.6 Kabupaten Tulang Bawang ....................................................................................7.7 Isu - isu dalam Administrasi ...............................................................................

8. Demografi Desa dan Kondisi Sosial -Budaya8.1 Penduduk .............................................................................................................8.2 Etnik ............................................................................................ ........................8.3 Pemanfaatan Lahan yang �Terbuka Perolehannya� .........................................8.4 Persepsi Masyarakat Terhadap ICZM ..............................................................

9. Kesesuaian dan Arahan Pengembangan Lahan Pertanian9.1 Satuan Lahan ........................................................................................................9.2 Penggunaan Lahan ..............................................................................................9.3 Kesesuaian Lahan ................................................................................................9.4 Pengembangan Lahan Pertanian .......................................................................

10. Perikanan Budidaya di Wilayah Pesisir Lampung10.1 Pemeliharaan Mutiara di Teluk Lampung ........................................................10.2 Pemeliharaan Udang ...........................................................................................10.3 Tambak Inti Rakyat di Tulang Bawang ............................................................10.4 Pertambakan Rakyat di Pantai Timur ...............................................................10.5 Pembenihan Udang di Kalianda .......................................................................10.6 Konsekuensi Peningkatan Usaha Tambak Udang ..........................................10.7 Permasalahan Usaha Perikanan Budidaya ........................................................

11. Perikanan Tangkap11.1 Pentingnya Perikanan Tangkap .........................................................................11.2 Sumberdaya Ikan dan Lokasinya ......................................................................11.3 Sentra Perikanan dan Sarananya .......................................................................11.4 Teknologi yang digunakan .................................................................................11.5 Masalah Perikanan Tangkap ..............................................................................

12. Pariwisata Bahari di Pesisir Teluk Lampung12.1 Pariwisata di Lampung ........................................................................................12.2 Pariwisata Bahari di Teluk Lampung ................................................................12.3 Isu - isu Pariwisata Bahari di Teluk Lampung ..................................................

13. Isu Bandar Lampung13.1 Kebersihan ............................................................................................................13.2 Reklamasi ...............................................................................................................13.3 Banjir ......................................................................................................................

14. Isu - isu Wilayah Pesisir Lampung14.1 Kelembagaan, Administrasi dan Tata Ruang ...................................................14.2 Abrasi, Sedimentasi, dan Geologi ......................................................................14.3 Pemanfaatan Sumberdaya Pesisir .......................................................................14.4 Sanitasi Lingkungan, Sarana Pendidikan, dan Pariwisata ...............................

15. Pesisir Lampung dalam Memasuki Millenium III15.1 Wilayah Pesisir Indonesia di antara Pesisir Dunia ............................................15.2 Wilayah Pesisir Lampung antara Harapan dan Permasalahannya .................15.3 Perairan Teluk Lampung .....................................................................................15.4 Terumbu Karang .................................................................................................15.5 Pantai Timur .........................................................................................................15.6 Prioritas dari Pengelolaan Wilayah Pesisir Terpadu ........................................15.7 Pengelolaan Wilayah Pesisir Berbasis Mayarakat .............................................15.8 Model Pengelolaan Wilayah Pesisir ....................................................................15.9 Mengelola Sumberdaya Pesisir dan Lautan Berarti Menjamin Masa

Depan Kita ...........................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................

DAFTAR ISTILAH .....................................................................................................

INDEKS ........................................................................................................................

xi

3838

40424449

50525256

57575757585858

6262646466

6868

71

727275

76767678

8182828283838384

84

86

89

96

Page 114: Atlas Sumberdaya Wilayah Pesisir Lampung

113

atlas sumberdaya wilayah pesisir lampung

1. Satuan Geologi Lingkungan Pesisir Lampung .......................................................

2. Nilai Konsentrasi Parameter Kualitas Air di Perairan Teluk Lampung .............

3. Ukuran Daerah Tangkapan dan Debit Air Beberapa Sungai Utamadi Lampung .................................................................................................................

4. Kisaran Level BOD, COD, dan pH dari Limbah Industri Tahun1995 - 1998 ..................................................................................................................

5. Jenis dan Pemakaian (%) Obat-obat Pertanian ....................................................

6. Daftar Satwa Langka yang terdapat di Kawasan Konservasi PropinsiLampung dan Statusnya ...........................................................................................

7. Nama, Lokasi, dan Luas Pulau-pulau Kecil di Wilayah Perairan PropinsiLampung ......................................................................................................................

8. Jumlah dan Kepadatan Penduduk Pesisir Lampung di EnamDaerah Kabupaten/Kota .........................................................................................

9. Perbandingan Perubahan Kondisi Ekosistim Pesisir ..........................................

10. Kategori Property Rights di Lahan Pesisir Timur Lampung SaatBukaan Tahun 1970-an .............................................................................................

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

11. Fisiografi Wilayah Pesisir Lampung ........................................................................

12. Penggunaan Lahan di Pesisir Lampung Saat ini ...................................................

13. Kesesuaian Lahan Wilayah Pesisir Lampung .........................................................14. Arahan Pengembangan Lahan Pertanian di Pesisir Lampung ...........................

15. Peristiwa-peristiwa Penting dalam Perkembangan BudidayaAir Payau dan Air Laut di Pesisir Lampung .........................................................

16. Analisis Potensi Sumberdaya Ikan di Perairan Timur Lampung denganPendekatan Metode Schaefer .................................................................................

17. Jumlah Wisatawan ke Lampung ............................................................................

18. Obyek Wisata Bahari, Fasilitas, dan Tarif di Teluk Lampung ..........................

19. Pertumbuhan Volume Sampah di Kodya Bandar Lampung .............................

20. Volume Sampah di Kotamadya Dati II Bandar Lampung tahun 1996 ...........

21. Daerah Aliran Sungai di Kotamadya Bandar Lampung .....................................

22. Penyebab Banjir di Kodya Bandar Lampung ......................................................

xii

8

12

26

28

29

34

39

40

44

46

50

52

54

56

60

64

68

70

72

74

74

75

AFTAR TABELDD

Page 115: Atlas Sumberdaya Wilayah Pesisir Lampung

114

atlas sumberdaya wilayah pesisir lampung

DDGambar-1 : Propinsi-propinsi di Republik Indonesia .............................................

Gambar-2 : Relief Lampung .......................................................................................

Gambar-3 : Peta Geologi Lingkungan Pesisir Lampung .........................................

Gambar-4 : Salinitas Permukaan Rata-rata Bulanan (psu) Barat Daya Sumateradan Laut Jawa (Wyrtki, 1961) ...............................................................

Gambar-5 : Citra SPOT 28 April 1996 Daerah Teluk Lampung .............................

Gambar-6 : Citra SPOT 2 Juni 1996 Daerah Teluk Lampung ..............................

Gambar-7 : Peta Arus Pasang Surut dan Kualitas Perairan di Teluk Lampung ....

Gambar-8 : Peta Sebaran Habitat dan Daerah-daerah Rawan Banjir, Kebakaran,dan Pengeboman di Pesisir Lampung .................................................

Gambar-9 : Peta Sebaran Mangrove Pesisir Lampung ...............................................

Gambar-10 : Peta Kondisi Terumbu Karang di Teluk Lampung ...........................

Gambar-11 : DAS-DAS Utama di Propinsi Lampung ...............................................

Gambar-12 : Peta Sumberdaya Air dan Sungai di Propinsi Lampung ...................

Gambar-13 : Peta Penyebaran Kelompok Industri di Propinsi Lampung ...........

Gambar-14 : Peta Kawasan Konservasi dan Sebaran Satwa Liar ...........................

Gambar -15: Peta Administrasi Kabupaten dan Kecamatan PesisirPropinsi Lampung ...................................................................................

Gambar-16 : Peta Administrasi Desa Pesisir Propinsi Lampung ............................

Gambar-17 : Peta Tingkat Kepadatan Penduduk Desa Pesisir Lampung ............

Gambar-18 : Peta Prosentase Jumlah Penduduk Berdasarkan KelompokUmur Desa Pesisir Lampung ...............................................................

.Gambar-19 : Peta Penyebaran Suku Desa Pesisir Propinsi Lampung......................

Gambar-20 : Peta Satuan Lahan Pesisir Lampung ..................................................

Gambar-21 : Peta Penggunaan Lahan Pesisir Lampung .........................................

Gambar-22 : Peta Arahan Penggunaan Lahan Pertanian Pesisir Lampung .........

Gambar-23 : Peta Tingkat Produksi Tambak Udang di Pesisir Lampung ............

Gambar-24 : Peta Ketersediaan Sumberdaya Budidaya ..........................................

Gambar-25 : Peta Sebaran Alat Tangkap di Pesisir Lampung ................................

Gambar-26 : Peta Produksi Perikanan Tangkap Propinsi Lampung ....................

Gambar-27 : Peta Obyek Wisata Bahari di Pesisir Teluk Lampung ......................

Gambar-28 : Peta Isu Utama Bandar Lampung Propinsi Lampung ......................

Gambar-29 : Peta Isu Utama Teluk Lampung Propinsi Lampung ........................

Gambar-30 : Peta Isu Utama Pantai Timur Propinsi Lampung .............................

Gambar-31 : Peta Isu Utama Teluk Semangka dan Pantai BaratPropinsi Lampung ...................................................................................

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

○○

AFTAR GAMBAR

xiii

2

4

7

10

11

11

13

15

17

19

23

25

27

35

37

41

43

45

47

51

53

55

59

61

63

65

69

73

77

79

80

Page 116: Atlas Sumberdaya Wilayah Pesisir Lampung

115

atlas sumberdaya wilayah pesisir lampung

x i v