asuhan keprawatan anak dengan anemia defisiensi zat besi
DESCRIPTION
SIPTRANSCRIPT
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN ANEMIA DEFISIENSI ZAT BESI
Makalah ini disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kulia Keperawatan Anak yang diampu oleh :Yuliastati, M.Kep
Dwi Susilowati, M.KesSiti Nur Halimah, MPH
Ningning Sriningsih, M.Kep
Disusun oleh :Ismi Yulia Andini(P17320313061)
Tingkat 2A
PRODI KEPERAWATAN BOGORPOLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANDUNG
2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan keghadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada penyusun. sehingga penyusun berhasil menyelesaikan makalah
yang berjudul “Asuhan Keperawatan Anak dengan Anemia Defisiensi Besi” tepat pada wakunya. Terimakasih penyusun sampaikan kepada dosen pembimbing KMB III yang telah membantu dalam peyusunan makalah ini, Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu penulis harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, penulis sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.
Bogor, April 2015
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................IDAFTAR ISI.....................................................................................................................IIBAB I...................................................................................................................................1PENDAHULUAN..............................................................................................................1
A. Latar Belakang.......................................................................................................1B. Rumusan Masalah..................................................................................................1C. Tujuan....................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................2A. Konsep Dasar Anemia Defisiensi Besi..................................................................2
1. Definisi Anemia Defisiensi Besi........................................................................22. Etiologi...............................................................................................................23. Patofisiologi........................................................................................................24. Pathway..............................................................................................................45. Manifestasi Klinis...............................................................................................56. Penatalaksanaan..................................................................................................57. Pemeriksaan Diagnostik.....................................................................................6
B. Konsep Asuhan Keperawatan................................................................................71. Pengkajian..........................................................................................................72. Diagnosa keperawatan........................................................................................83. Intervensi Keperawatan......................................................................................94. Evaluasi............................................................................................................13
BAB III.............................................................................................................................14KASUS ANEMIA PADA ANAK...................................................................................14
A. Pengkajian............................................................................................................14B. Analisa Data.........................................................................................................18C. Diagnosa Keperawatan........................................................................................19D. Rencana Tindakan Keperawatan..........................................................................19E. Implementasi Keperawatan..................................................................................22
BAB IV..............................................................................................................................24PENUTUP........................................................................................................................24
A. Kesimpulan..........................................................................................................24B. Penutup.................................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................26
ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar BelakangAnemia adalah suatu istilah yang menunjukkan rendahnya sel darah merah dan
kadar hemoglobin dan hematokrit di bawah normal. Anemia bukan merupakan penyakit, melainkan pencerminan keadaan suatu penyakit atau gangguan fungsi tubuh. Secara fisiologis anemia terjadi apabila terdapat kekurangan jumlah hemoglobin untuk mengangkut oksigen ke jaringan. (Brunner & Suddarth, 2001)
Zat besi merupakan salah satu mikronutrien terpenting kehidupan anak. Kekurangan atau defisiensi besi yang berat akan menyebabkan anemia atau kurang darah.. Diperkirakan 30% penduduk dunia menderita anemia dan lebih dari 50% penderita ini adalah Anemia Defisiensi Besi dan terutama mengenai bayi, anak sekolah, ibu hamil dan menyusui. Di Indonesia masih merupakan masalah gizi utama selain kekurangan kalori protein, vitamin A dan yodium.
Penelitian di Indonesia mendapatkan prevalensi ADB pada anak balita sekitar 30 - 40%, pada anak sekolah 25 - 35% sedangkan hasil SKRT 1992 prevalensi ADB pada balita sebesar 5,55%. ADB mempunyai dampak yang merugikan bagi kesehatan anak berupa gangguan tumbuh kembang, penurunan daya tahan tubuh dan daya konsentrasi serta kemampuan belajar sehingga menurunkan prestasi belajar di sekolah.
B. Rumusan Masalah1. Apa Pengertian dari Anemia Defisiensi Besi ?2. Apa Etiologi dari Defisiensi Besi ?3. Bagaimanakah patofisiologis pada Defisiensi Besi ?4. Apa saja manifestasi dari Defisiensi Besi ?5. Bagaimankah penatalaksanaan nya ?6. Bagaimnakah Konsep Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Defisiensi Besi ?
C. Tujuan1. Menambah Wawasan Mahasiswa tentang Konsep Dasar Penyakit Anemia Defisiensi
Besi2. Menambah Wawasan Mahasiswa tentang Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Anemia
Defisiensi Besi.
BAB II PEMBAHASAN
A. Konsep Dasar Anemia Defisiensi Besi1. Definisi Anemia Defisiensi Besi
Anemia defisiensi besi (ADB) adalah anemia yang timbul akibat kosongnya cadangan besi tubuh (depleted iron store) sehingga penyediaan besi untukeritropoesis berkurang, yang pada akhirnya pembentukan hemoglobin (Hb) berkurang. Gambaran diagnosis etiologis dapat ditegakkan dari petunjuk patofisiologi, patogenesis, gejala klinis, pemeriksaan laboratorium, diagnosis banding, penatalaksanaan dan terapi. Beberapa zat gizi diperlukan dalam pembentukan sel darah merah. Yang paling penting adalah zat besi, vitamin B12 dan asam folat, tetapi tubuh juga memerlukan sejumlah kecil vitamin C, riboflavin dan tembaga serta keseimbangan hormone, terutama eritroprotein. Tanpa zat gizi dan hormone tersebut, pembentukan sel darah merah akan berjalan lambat dan tidak mencukupi, dan selnya bisa memiliki kelainan bentuk dan tidak mampu mengangkut oksigen sebagaimana mestinya, (Bakta, I.M ., 2007).
Anemia Defisiensi besi adalah kadar besi dalam tubuh dibawah nilai normal. Pada tahap awal kita akan menemukan cadangan besi tubuh yang berkurang. Kemudian jika kekurangan berlanjut kadar besi dalam plasma akan berkurang. Pada akhirnya proses pembentukan hemoglobin akan terganggu dan menyebabkan anemia defisiensi besi.2. Etiologi
Anemia kekurangan zat besi, dapat disebabkan perdarahan yang parah, yang terjadi karena terluka atau penyakit misalnya karena kehilangan darah sedikit demi sedikit tetapi terus menerus seperti pada ulkus peptikum dan pada hernia hiatal, karena kekurangan gizi barang kali akibat kebiasaan makan yang tak seimbang, atau kekurangan makanan atau kemiskinan.
Anemia defisiensi besi dapat disebabkan oleh rendahnya masukan besi, gangguan absorpsi, serta kehilangan besi akibat perdarahan menahun. yang dapat berasal dari :
a. Saluran Cerna : akibat dari tukak peptik, kanker lambung, kanker kolon, divertikulosis, hemoroid, dan infeksi cacing tambang.
b. Saluran kemih : hematuriac. Saluran napas : hemoptoe.d. Faktor nutrisi : akibat kurangnya jumlah besi total dalam makanan, atau kualitas
besi yang tidak baik (makanan banyak serat, rendah vitamin C, dan rendah daging.
e. Kebutuhan besi meningkat : seperti pada prematuritas, anak dalam masa pertumbuhan dan kehamilan.
f. Gangguan absorpsi besi : gastrektomi, tropical sprue atau kolitis kronik. 3. Patofisiologi
Hemoglobin ialah protein yang kaya akan zat besi. Hemoglobin memiliki afinitas (daya gabung) terhadap oksigen. Dengan oksigen ini membentuk oksihemoglobin di
3
dalam sel darah merah. Dengan melalui fungsi ini maka oksigen dibawa dari paru-paru ke jaringan-jaringan. Jumlah hemoglobin dalam darah normal ialah kira-kira 15 gram setiap 100 ml darah, dan jumlah ini biasanya disebut “100 persen”.
Karena Hemoglobin mengandung besi yang diperlukan untuk bergabung dengan oksigen, maka dapat dimengerti pasien semacam itu memperlihatkan gejala kekurangan oksigen, seperti nafas pendek. Ini sering merupakan salah satu gejala pertama anemia kekurangan zat besi. (Anatomi dan Fisiologi Paramedis, 2011).
Anemia Defisiensi Besi adalah anemia mikrositik-hipokromik yang terjadi akibat defisiensi zat besi dalam diet, atau kehilangan darah secara lambat dan kronis. Zat besi adalah komponen esensial hemoglobin yang menutupi sebagian besar sel darah merah. Defisiensi besi adalah masalah pada toddler dan anak-anak yang membutuhkan peningkatan kebutuhan gizi untuk pertumbuhan. Wanita hamil sering mengalami defisiensi zat besi karena kebutuhan zat besi untuk pertumbuhan janin. Penurunan jumlah sel darah merah memacu sumsum tulang untuk meningkatkan sel-sel darah merah abnormal yang berukuran kecil dan kekurangan hemoglobin. (Buku Saku Patofisiologi, 2009)
Kekurangan Fe mengakibatkan kekurangan Hb. Walaupun pembuatan eritrosit juga menurun, tiap eritrosit mengandung Hb lebih sedikit dari pada biasa sehingga timbul anemia hipokromik mikrositik.
a. Jumlah efektif eritrosit berkurang menyebabkan jumlah O2 ke jaringan berkurang
b. Kehilangan darah yang mendadak (> 30%) mengakibatkan pendarahan
menimbulkan simtomatologi sekunder hipovolemi dan hipoksia
c. Tanda dan gejala: gelisah, diaforesis (keringat dingin), takikardi, dyspne, syok
d. Kehilangan darah dalam beberapa waktu (bulan) sampai dengan 50% terdapat
kompensasi adalah:
1) Peningkatan curah jantung dan pernafasan.
2) Meningkatkan pelepasan O2 oleh hemoglobin
3) Mengembangkan volume plasma dengan menarik cairan dari sela-sela jaringan,
redistribusi aliran darah ke organ vital.
Salah satu tanda yang sering di kaitkan dengan anemia adalah pucat, ini umumnya sering di kaitkan dengan volume darah, berkurangnya hemoglobin dan vasokontriksi untuk memperbesar pengiriman O2 ke organ-organ vital. Karena faktor-faktor seperti pigmentasi kulit, suhu dan kedalaman serta distribusi kapiler mempengaruhi warna kulit maka warna kulit bukan merupakan indeks pucat yang dapat diandalkan. Warna kuku, telapak tangan dan membran mukosa mulut serta konjungtiva dapat digunakan lebih baik guna menilai kepucatan.
3
4
Tubuh beradaptasi dengan meningkatkan curah jantung dan pernapasan, oleh karena itu meningkatkan pengiriman O2 ke jaringan-jaringan, meningkatkan pelepasan O2 oleh hemoglobin, mengembangkan volume plasme dengan menarik cairan dari sela-sela jaringan dan redistribusi aliran darah ke organ-organ vital.
Salah satu dari tanda yang paling sering dikaitkan dengan anemia adalah pucat. Keadaan ini umumnya diakibatkan dari berkurangnya volume darah, berkurangnya hemoglobin, dan vasokonstriksi untuk memaksimalkan pengiriman O2 ke organ-organ vital. Takikardia dan bising jantung (suara yang disebabkan oleh peningkatan kecepatan aliran darah) mencerminkan beban kerja dan curah jantung yang meningkat. Angina (nyeri dada), khususnya pada orang tua dengan stenosis koroner, dapat disebabkan oleh iskemia miokardium.4. Pathway
4
5
5. Manifestasi KlinisAnemia pada akhirnya menyebabkan kelelahan, sesak nafas, kurang tenaga dan gejala
lainnya. Gejala yang khas dijumpai pada defisiensi besi, tidak dijumpai pada anemia jenis lain, seperti :
a. Atrofi papil lidah : permukaan lidah menjadi licin dan mengkilap karena papil lidah menghilang
b. Glositis : iritasi lidahc. Keilosis : bibir pecah-pecahd. Koilonikia : kuku jari tangan pecah-pecah dan bentuknya seperti sendok.1
Dampak a. Menurunkan kemampuan dan konsentrasi belajar.b. Menghambat pertumbuhan fisik dan perkembangan kecerdasan otak.c. Meningkatkan risiko menderita penyakit infeksi karena daya tahan tubuh
menurun.d. Kehilangan minat bermain atau aktivitas bermain. e. Anak tampak lemas
6. PenatalaksanaanSetelah diagnosis ditegakan maka dibuat rencana pemberian terapi, terapi terhadap
anemia difesiensi besi dapat berupa :a. Terapi kausal: tergantung penyebabnya,misalnya : pengobatan cacing tambang,
pengobatan hemoroid, pengubatan menoragia. Terapi kausal harus dilakukan, kalau tidak maka anemia akan kambuh kembali.
b. Pemberian preparat besi untuk mengganti kekurangan besi dalam tubuh;c. Besi per oral : merupakan obat pilihan pertama karena efektif, murah, dan
aman.preparat yang tersedia, yaitu:1) Ferrous sulphat (sulfas ferosus): preparat pilihan pertama (murah dan
efektif). Dosis: 3 x 200 mg.2) Ferrous gluconate, ferrous fumarat, ferrous lactate, dan ferrous
succinate,harga lebih mahal, tetepi efektivitas dan efek samping hampir sama.
3) Besi parenteral : Efek samping lebih berbahaya, serta harganya lebih mahal. Indikasi, yaitu Intoleransi oral berat, kepatuhan berobat kurang, kolitis ulserativa, perlu peningkatan Hb secara cepat (misal preoperasi, hamil trimester akhir).
Penatalaksanaan yang juga dapat dilakukan :a. Mengatasi penyebab perdarahan kronik, misalnya pada ankilostomiasis diberikan
antelmintik yang sesuai.b. Pemberian preparat Fe : Pemberian preparat besi
(ferosulfat/ferofumarat/feroglukonat) dosis 4-6 mg besi elemental/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis, diberikan di antara waktu makan. Preparat besi ini diberikan sampai 2-3 bulan setelah kadar hemoglobin normal.
5
6
c. Bedah : Untuk penyebab yang memerlukan intervensi bedah seperti perdarahan karena diverticulum Meckel.
d. Suportif : Makanan gizi seimbang terutama yang megandung kadar besi tinggi yang bersumber dari hewani (limfa, hati, daging) dan nabati (bayam, kacang-kacangan).
7. Pemeriksaan DiagnostikKelainan laboratorium pada kasus anemia defisiensi besi yang dapat dijumpai adalah
sebagai berikut:a. Kadar hemoglobin (Hb) dan indeks eritrosit. Penurunan kadar Hb mulai dari
ringan sampai berat. b. Kadar besi serum menurun kurang dari 50 mg/dl, total iron binding capacity
(TIBC) menigkat lebih dari 350 mg/dl dan saturasi transferin kurang dari 15%.c. Kadar serum feritin. Jika terdapat inflamasi, maka feritin serum sampai dengan
60 Ug/dl.d. Protoporfirin eritrosit meningkat (lebih dari 100 Ug/dl)e. Sumsum tulang. Menunjukkan hiperflasia normoblastik dengan normoblast
kecil-kecil dominan.Pemeriksaan Diagnostik :
1) Anamnesis : Sindrom anemia.
2) Pemeriksaan fisik : Gejala anemia dan penyakit dasar. Gejala klinis ADB sering terjadi perlahan
dan tidak begitu diperhatikan oleh keluarga. Bila kadar Hb < 5g/dl ditemukan gejala iritabel dan anoreksia. Pucat ditemukan bila kadar Hb < 7 g/dl Tanpa Organomegali Gangguan pertumbuhan Rentan terhadap infeksi Penurunan aktivitas kerja Dapat ditemukan koilonika (kuku sendok), atrofi glositis (lidah halus), angular cheilitis (ulkus di sudut mulut), takikardi (jantung berdebar debar), gagal jantung, Koilonikia (kuku sendok), Atrofi glositis (Lidah halus), Angular cheilitis (ulkus sudut mulut)
3) Pemeriksaan laboratorium :
a) Tes penyaring (screening test) : Kadar Hb, indeks eritrosit (MCV, MCH, MCHC), hapusan darah tepi.
b) Pemeriksaan rutin : LED, hitung retikulosit.c) Pemeriksaan sumsum tulang.d) Pemeriksaan atas indikasi khusus : Besi serum, TIBC, serum ferritin, asam
folat, vitamin B12, tes coomb, elektroforesis Hb, pemeriksaan sitokimia, tes faal hemotasis.
4) Pemeriksaan laboratorium non hematologik :a) Faal ginjal.b) Faal hati.c) Faal endokrin.
6
7
5) Pemeriksaan penunjang :a) Biopsi kelenjar getah bening.b) Radiologi
B. Konsep Asuhan Keperawatan1. Pengkajian
Pada pengkajian pasien anemia didapatkan data sebagai berikut:a. Data subjektif,
Data subjektif yaitu biasanya anak mengatakan letih, lemah, lesu, cepat lelah, jantungnya berdebar-debar, tidak nafsu makan, mual, muntah, diare, aktivitasnya terganggu, pusing, sakit kepala, sulit tidur, dadanya terasa sakit, matanya berkunang, sesak nafas, sulit BAB, BAB berdarah, muntah darah, berat badan menurun, tidak memahami tentang penyakitnya.b. Data objektif,
Data objektif biasanya yaitu takikardi, dispne, ortopnu, rambut dan kulit kering, kardiomegali, hepatomegali, edema perifer, penurunan berat badan, glositis, melena, hematemesis, diare, konstipasi, konjungtiva pucat, bibir kering.
Pengkajian pasien dengan anemia defisiensi besi (Doenges, 1999) meliputi :1) Aktivitas / Istirahat
Gejala : keletihan, kelemahan, malaise umum. Kehilangan produktivitas ; penurunan semangat untuk bekerja. Toleransi terhadap latihan rendah. Kebutuhan untuk tidur dan istirahat lebih banyak.Tanda : takikardia/ takipnae : dispnea pada waktu bekerja atau istirahat. Letargi, menarik diri, apatis, lesu, dan kurang tertarik pada sekitarnya. Kelemahan otot, dan penurunan kekuatan. Ataksia, tubuh tidak tegak. Bahu menurun, postur lunglai, berjalan lambat, dan tanda-tanda lain yang menunujukkan keletihan.
2) Sirkulasi
Gejala : riwayat kehilangan darah kronik, misalnya perdarahan GI kronis, menstruasi berat ,angina, CHF (akibat kerja jantung berlebihan). Riwayat endokarditis infektif kronis. Palpitasi (takikardia kompensasi).Tanda : TD : peningkatan sistolik dengan diastolik stabil dan tekanan nadi melebar, hipotensi postural. Ekstremitas (warna) : Pucat pada kulit dan membrane mukosa (konjuntiva, mulut, faring, bibir) dan dasar kuku. (catatan: pada pasien kulit hitam, pucat dapat tampak sebagai keabu-abuan). pucat (aplastik) atau kuning lemon terang. Sklera : biru atau putih seperti mutiara. Pengisian kapiler melambat (penurunan aliran darah ke kapiler dan vasokontriksi kompensasi) kuku : mudah patah, berbentuk seperti sendok (koilonikia). Rambut : kering, mudah putus, menipis,tumbuh uban secara premature.
3) Eliminasi
7
8
Gejala : riwayat pielonefritis, gagal ginjal. Flatulen, sindrom malabsorpsi (DB). Hematemesis, feses dengan darah segar, melena. Diare atau konstipasi. Penurunan haluaran urine.Tanda : distensi abdomen.
4) Makanan/cairan
Gejala : penurunan masukan diet, masukan diet protein hewani rendah/masukan produk sereal tinggi. Nyeri mulut atau lidah, kesulitan menelan (ulkus pada faring). Mual/muntah, dyspepsia, anoreksia. Adanya penurunan berat badan. Tidak pernah puas mengunyah atau peka terhadap es, kotoran, tepung jagung, dan sebagainya.Tanda : lidah tampak merah daging/halus (defisiensi asam folat dan vitamin B12). Membrane mukosa kering, pucat. Turgor kulit : buruk, kering, tampak kisut/hilang elastisitas. Stomatitis dan glositis (status defisiensi). Bibir : selitis, misalnya inflamasi bibir dengan sudut mulut pecah.
5) Neurosensori
Gejala : sakit kepala, berdenyut, pusing, vertigo, tinnitus, ketidak mampuan berkonsentrasi. Insomnia, penurunan penglihatan, dan bayangan pada mata. Kelemahan, keseimbangan buruk, kaki goyah ; parestesia tangan/kaki (AP) ; klaudikasi.Sensasi manjadi dingin.Tanda : peka rangsang, gelisah, depresi cenderung tidur, apatis. Mental : tak mampu berespons, lambat dan dangkal. Oftalmik : hemoragis retina (aplastik). Epitaksis : perdarahan dari lubang-lubang (aplastik). Gangguan koordinasi, ataksia, penurunan rasa getar, dan posisi, tanda Romberg positif, paralysis.
6) Nyeri/kenyamanan
Gejala : nyeri abdomen samara : sakit kepala7) Pernapasan
Gejala : riwayat TB, abses paru. Napas pendek pada istirahat dan aktivitas.Tanda : takipnea,ortopnea dan dispnea.
8) Keamanan
Gejala : riwayat pekerjaan terpajan terhadap bahan kimia,. Riwayat terpajan pada radiasi; baik terhadap pengobatan atau kecelekaan. Riwayat kanker, terapi kanker. Tidak toleran terhadap dingin dan panas. Transfusi darah sebelumnya. Gangguan penglihatan, penyembuhan luka buruk, sering infeksi.Tanda : demam rendah, mengigil, berkeringat malam.
2. Diagnosa keperawatan (Doenges, 1999) :
a. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang diperlukan untuk pengiriman oksigen atau nutrien ke sel ditandai dengan palpitasi, angina, kulit pucat, membrane mukosa kering, kuku&rambut rapuh,
8
9
ekstremitas dingin, penurunan haluaran urine, perubahan TD, pengisian kapiler lambat.
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan untuk mencerna atau ketidakmampuan mencerna makanan atau absorpsi nutrien yang diperlukan untuk pembentukan SDM normal ditandai dengan penurunan berat badan/berat badan dibawah normal untuk usia, tinggi, dan bangun badan, penurunan lipatan kulit trisep, perubahan gusi dan membrane mukosa mulut, penurunan toleransi aktivitas, kelemahan dan kehilangan tonus otot .
c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen dari kebutuhan ditandai dengan kelemahan dan kelelahan, mengeluh penurunan toleransi aktivitas/latihan, lebih banyak memerlukan istirahat/tidur, palpitasi, takikardia, peningkatan TD.
d. Konstipasi atau diare berhubungan dengan penurunan masukan diet, perubahan proses pencernaan, efek samping terapi obat ditandai dengan perunahan frekuensi, karakteristik dan jumlah feses, mual/muntah, penurunan nafsu makan, laporan adanya nyeri abdomen tiba-tiba, dan gangguan bising usus..
e. Ansietas berhubungan dengan Kurang pengetahuan tidak mengenal sumber informasi ditandai dengan pertanyaan meminta informasi, pertanyaan salah konsepsi, tidak akurat mengikuti instruksi, terjadi komplikasi yang dapat dicegah.
3. Intervensi Keperawatana. Dx 1 : Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen
seluler yang diperlukan untuk pengiriman oksigen / nutrisi ke sel.Tujuan : setelah \dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam anak menunjukkan perfusi yang adekuatKriteria Hasil :1) Tanda-tanda vital stabil
2) Membran mukosa berwarna merah muda
3) Pengisian kapiler
4) Haluaran urine adekuat
Intervensi
No Intervensi Rasional
1) Ukur tanda-tanda vital, observasi pengisian kapiler, warna kulit/membrane mukosa, dasar kuku.
memberikan informasi tentang keadekuatan perfusi jaringan dan membantu kebutuhan intervensi.
2) Auskultasi bunyi napas. dispnea, gemericik menunjukkan CHF karena regangan jantung
9
10
lama/peningkatan kopensasi curah jantung.
3) Observasi keluhan nyeri dada, palpitasi
Iskemia seluler mempengaruhi jaringan miokardial/potensial resiko infark.
4) Evaluasi respon verbal melambat, agitasi, gangguan memori, bingung
dapat mengindikasikan gangguan perfusi serebral karena hipoksia
5) Evaluasi keluhan dingin, pertahankan suhu lingkungan dan tubuh supaya tetap hangat.
vasokonstriksi (ke organ vital) menurunkan sirkulasi perifer.
Kolaborasi
No Intervensi Rasional
1. Observasi hasil pemeriksaan laboratorium darah lengkap
mengidentifikasi defisiensi dan kebutuhan pengobatan/respons terhadap terapi.
2. Berikan transfusi darah lengkap/packed sesuai indikasi
meningkatkan jumlah sel pembawa oksigen, memperbaiki defisiensi untuk mengurangi resiko perdarahan
3. Berikan oksigen sesuai indikasi memaksimalkan transpor oksigen ke jaringan
b. Dx.2 : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan untuk mencerna atau ketidak mampuan mencerna makanan / absorpsi nutrisi yang diperlukan untuk pembentukan sel darah merah (SDM) normal.Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam anak mampu mempertahankan berat badan yang stabilKriteria hasil :
1) Asupan nutrisi adekuat
2) Berat badan normal
3) Nilai laboratorium dalam batas normal :
a) Albumin : 4 – 5,8 g/dLb) Hb : 11 – 16 g/dLc) Ht : 31 – 43 %d) Trombosit : 150.000 – 400.000 µLe) Eritrosit : 3,8 – 5,5 x 1012
Intervensi :
No. Intervensi Rasional
1. Observasi dan catat masukan makanan anak
mengawasi masukan kalori atau kualitas kekurangan konsumsi makanan
2. Berikan makanan sedikit dan makan sedikit dapat menurunkan
10
11
frekuensi sering kelemahan dan meningkatkan asupan nutrisi
3. Observasi mual / muntah, flatus gajala GI menunjukkan efek anemia (hipoksia) pada organ.
4. Bantu anak melakukan oral higiene, gunakan sikat gigi yang halus dan lakukan penyikatan yang lembut
meningkatkan napsu makan dan pemasukan oral. Menurunkan pertumbuhan bakteri, meminimalkan kemungkinan infeksi. Teknik perawatan mulut diperlukan bila jaringan rapuh/luak/perdarahan.
Kolaborasi
No. Intervensi Rasional
1. Observasi pemeriksaan laboratorium : Hb, Ht, Eritrosit, Trombosit, Albumin
mengetahui efektivitas program pengobatan, mengetahui sumber diet nutrisi yang dibutuhkan
2. Berikan diet halus rendah serat, hindari makanan pedas atau terlalu asam sesuai indikasi
bila ada lesi oral, nyeri membatasi tipe makanan yang dapat ditoleransi anak
3. Berikan suplemen nutrisi mis : ensure, Isocal
meningkatkan masukan protein dan kalori.
c. Dx.3 : Intoleran aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen (pengiriman) dan kebutuhan.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam anak melaporkan peningkatan toleransi aktivitas.Kriteria hasil :1) Tanda – tanda vital dalam batas normal2) Anak bermain dan istirahat dengan tenang3) Anak melakukan aktivitas sesuai dengan kemampuan4) Anak tidak menunjukkan tanda – tanda keletihan
Intervensi :
No. Intervensi Rasional
1. Ukur tanda – tanda vital setiap 8 jam manifestasi kardiopulmonal dari upaya jantung dan paru untuk membawa jumlah oksigen adekuat ke jaringan
2. Observasi adanya tanda – tanda keletihan ( takikardia, palpitasi, dispnea, pusing, kunang – kunang, lemas, postur loyo, gerakan lambat
membantu menetukan intervensi yang tepat
11
12
dan tegang
3. Bantu anak dalam aktivitas diluar batas toleransi anak
mencegah kelelahan
4. Berikan aktivitas bermain pengalihan sesuai toleransi anak
meningkatkan istirahat, mencegah kebosanan dan menarik diri
d. Dx. 4 : Konstipasi berhubungan dengan penurunan masukan diet; perubahan proses pencernaan.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam anak menunjukan perubahan pola defekasi yang normal.Kriteria hasil :1) Frekuensi defekasi 1x setiap hari2) Konsistensi feces lembek, tidak ada lender / darah3) Bising usus dalam batas normal
Intervensi :
No Intervensi Rasional
1. Observasi warna feces, konsistensi, frekuensi dan jumlah
membantu mengidentifikasi penyebab / factor pemberat dan intervensi yang tepat
2. Auskultasi bunyi usus bunyi usus secara umum meningkat pada diare dan menurun pada konstipasi
3. Hindari makanan yang menghasilkan gas
menurunkan distensi abdomen
Kolaborasi
No. Intervensi Rasional
1. Berikan diet tinggi serat serat menahan enzim pencernaan dan mengabsorpsi air dalam alirannya sepanjang traktus intestinal
2. Berikan pelembek feces, stimulant ringan, laksatif sesuai indikasi
mempermudah defekasi bila konstipasi terjadi
3. Berikan obat antidiare mis : difenoxilat hidroklorida dengan atropine (lomotil) dan obat pengabsorpsi air mis Metamucil.
menurunkan motilitas usus bila diare terjadi
e. Dx.5 : Ansietas berhubungan dengan Kurang pengetahuan, keterbatasan paparan dan tidak familiar dengan sumber informasi serta kurangnya informasi tentang perawatan dan pengobatan penyakitnya.Tujuan : Setelah di berikan tindakan keperawatan 2x30 menit di harapkan pasien tahu dan mengerti dan tahu tentang kondisi dan kebutuhan pengobatan.
12
13
Kriteria Hasil :1) Pasien dan keluarga tidak cemas lagi2) Pasien dan keluarga mampu mengungkapkan tentang perawatan dan
pengobatan penyakit pasien.3) Pasien dan keluarga pasien tidak bertanya lagi tentang keadaan pasien.4) Keluarga ikut terlibat terhadap kesembuhan pasien.
Intervensi :
No. Intervensi Rasional
1. Beri penjelasan kepada pasien/keluarga pasien tentang kondisi dan pelaksanaan keperawatan yang di lakukan
Diharapkan pengetahuan pasien dan keluarga pasien akan bertambah
2. Libatkan kelurga dalam pengambilan keputusan dan perencanaan
Memungkinkan keluarga pasien menjadi bagian integral dari program yang di jalankan.
3. Tekankan pentingnya rencana rehabilitasi , aktifitas , istirahat terhadap kesembuhan pasien.
Untuk membantu mempercepat proses penyembuhan
4. EvaluasiDalam proses keperawatan berdasarkan permasalahan yang muncul maka hal-hal
yang diharapkan pada evaluasi adalah sebagai berikut :a. Menunjukkan perfusi adekuat.b. Melaporkan peningkatan toleransi aktivitas.c. Menunjukkan peningkatan berat badan atau berat badan stabil dengan nilai
laboratorium normal.d. Mengembalikan pola normal dari fungsi usus.e. Menyatakan pemahaman tentang proses penyakit, prosedur diagnostik, rencana
pengobatan dan tidak merasa cemas.
13
BAB III KASUS ANEMIA PADA ANAK
A. Pengkajian1. a. Identitas Klien
Nama : An.R
Jenis kelamin : Perempuan
Tempat/tgl lahir : 30 April 2003
Umur : 9 tahun
Anak ke :3
Nama ayah : Joko
Nama ibu : Sumiarti
Pendidikan ayah :SMA
Pendidikan Ibu : SMP
Agama : Islam
Suku Bangsa : Jawa
Alamat : Cimahi Bandung
Tanggal masuk : 20 Maret 2012
Diagnose medis : Anemia
Sumber informasi : Catatan medis, Orang tua dan klien sendiri.
b. Identitas penanggung jawab
Nama : Tn J
Umur : 45 tahun
Alamat : Cimahi Bandung
Pekerjaan : wiraswasta
Agama : Islam
Hub dengan pasien: Ayah
2. Riwayat keperawatana. Sekarang
Keluhan utama : Klien mengeluh pusing,dan lemas
Riwayat penyakit :. Klien sejak usia 5 tahun sering mengeluh sakit
pusing,dan lemas. Sejak itu muka tampak pucat, nafsu makan menurun .Pada
saat masuk RS anak dikeluhkan panas, pucat, munta-muntah. Setelah kejang
15
anak mengeluh badan sebelah kanan terasa lemas. Sejak itu aktivitas menjadi
terbatas.
b. Sebelumnya:Prenatal : Normal (menurut keluarga)
Natal : Lahir normal, spontan pervaginam dibantu oleh bidan BB lahir
2600 gr.
Post natal : ASI hingga 2 tahun, penyakit yang sering diderita batuk dan
pilek yang hilang setelah berobat kebidan.
Luka operasi :Tidak ada
Alergi :Tidak ada
Pola kebiasaan :Bermain dengan teman sebaya.
Tumbuh kembang :
1) Tumbuh gigi umur 6 bulan
2) Tengkurep umur 5 bulan
3) Duduk umur 7 bulan
4) Berdiri umur 10 bulan
5) Berjalan umur 13 bulan
6) Naik sepeda umur 2 tahun
7) Tk umur 5 tahun
8) SD umur 6 tahun
9) Sekarang kelas III SD dengan prestasi kurang baik karena klien sering sakit
jadi sering tidak masuk sekolah.
Imunisasi : Lengkap
Status gizi : BB 15 kg lingkar lengan ........ cm
Psikososial klien sangat dekat dengan keluarganya . Dirumah biasanya selalu
bermain dengan teman sebaya. Sejak di RS klien tampak cemas dan takut,sering
menangis kepada orang tuanya.
Interaksi : Komunikasi dengan bahasa indonesia lancar, dan komunikatif.
15
16
c. Riwayat Kesehatan KeluargaIbu klien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang menderita Anemia
atau penyakit yang pernah di derita oleh pasien, dan juga menyatakan tidak ada
anggota keluarga yang mempunyai penyakit menular (TB paru, hepatitis, dan
lain lain) atau penyakit menurun (Hipertensi, DM).
d. Pemeriksaan Fisik1) Keadaan umum
a) Tekanan darah : Pasien tampak rapi, terbaring di tempat tidur.
b) Kesadaran : compos mentis.
2) Tanda tanda vital
a) Tekanan darah : 90/70 mmHg
b) Respirasi : 25x/ menit.
c) Nadi : 90 x/menit.
d) Temperature : 36 C.
3) Kepala
a) Bentuk : Normal,Wajah tampak pucat.
b) Rambut : warna hitam, mudah rontok, bersih,tidak ada ketombe
dan tidak ada kutu
c) Mata : Simetris, konjungtiva anemis, sclera tidak ikterik,
penglihatan baik.
d) Hidung : Simetris, tidak ada pembesaran polip,tidak ada secret,
penciuman baik.
e) Telinga : Telinga smetris, tidak ada lesi, pendengaran baik,tidak
ada penumpukan serumen dan tidak mengunakan alat
Bantu pendengaran.
f) Mulut : Gigi bersih, bibir dan lidah tidak ada stomatitis, mukosa
bibir kering.
4) Leher : Tidak ada pembesaran vena jugularis,tidak ada kelenjar
getah bening.
5) Dada.
Paru paru I : Bentuk dada simetris, tidak ada retraksi inter kosta
Pl : Taktil vremitus lebih kuat kanan, tidak ada nyeri tekan.
16
17
Pr : Sonor
A : Vesikuler
Jantung I : Tidak tampak ictus cordis
Pl : Tidak ada nyeri tekan
Pr : Pekak
A : Reguler (S1,S2)
6) Abdomen I : Bentuk datar, tidak ada lesi
A : Peristaltik usus 8x/menit
Pl : Tidak ada masa, tidak ada nyeri tekan
Pr : Tympani
7) Genetalia: Bersih tidak terpasang DC
8) Anus : Tidak ada haemoroid
9) Ekstremitas
a) Superior : Pergerakan bebas, tidak ad oedem, terpasang infuse Nacl
20 tetes/menit, akral dingn.
b) Inferior : Pergerakan terbatas, tidak ada oedem, akral dingin.
10) Kuku dan kulit : Kulit pucat, turgor sedang, kuku pucat, CRT lebih 2
detik, akral
3. Pola fungsi kesehatana. Nutrisi dan metabolisme : Porsi yang disediakan RS tidak habis,klien tidak
nafsu makan.
b. Eliminasi : Klien mengatakan susah BAB dan tapi Bak Normal
c. Istirahat : Klien mengatakan sulit tidur.
d. Aktivitas dan latihan : Klien tidak terlalu banyak aktifitas karena lemas
17
18
4. Data Penunjanga. Pemeriksaan Hb : 5,5
b. WBC : 1,9 x 10 3
c. RBC : 2,07x 106
d. HGB : 5,19/ dl
e. HCT : 16- 6 %
f. MIH : 80,2 fl
g. MCHC : 30,7-9 pg
h. PLT : 183x10
Terapi pada tanggal 15 april 2006
Diaget 3x2 tab 500 mg
Trimosil 2x1gr
B. Analisa Data
DATA ETIOLOGI MASALAH
DS :mengatakan lemes ,Pasien mengatakan
kadang merasa pusing.
DO : Hb : 4,5 gr/dl
CRT: lebih 2 detik
Turgor sedang
Kulit pucat
Conjungtiva anemis.
penurunan komponen seluler yang
diperlukan untuk pengiriman
oksigen/nutrient ke sel.
Perubahan perfusi jaringan
DS : Klien mengatakan lemas dan tidak bisa
beraktivitas
DO : Klien terlihat banyak berbaring di tempat
tidur
ketidakseimbangan antara suplai oksigen (pengiriman) dan
kebutuhan.
Intoleran aktivitas
DS : Klien mengatakan takut dengan rencana
transfuse darah.
DO : Klien tampak tidak tenang.
Rencana prosedur
diagnostic/transfusi
Ansietas
18
19
C. Diagnosa Keperawatana. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang
diperlukan untuk pengiriman oksigen/nutrient ke sel.
b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen (pengiriman) dan kebutuhan.
c. Ansietas/cemas berhubungan dengan prosedur diagnostic/transfusi.
D. Rencana Tindakan KeperawatanDiagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
Perubahan perfusi
jaringan berhubungan
dengan penurunan
komponen seluler yang
diperlukan untuk
pengiriman
oksigen/nutrient ke sel.
peningkatan
perfusi jaringan
Tupan: toleransi
aktivitas yang
adekuat
Tupen: pening-
katan suplai
oksigen dalam
darah
1) Awasi tanda vital kaji pengisian kapiler, warna kulit/membrane mukosa, dasar kuku.
2) Tinggikan kepala tempat
tidur sesuai toleransi.
3) Awasi upaya pernapasan;
auskultasi bunyi napas
perhatikan bunyi
adventisius.
4) kolaborasi pengawasan
hasil pemeriksaan
laboraturium. Berikan sel
darah merah
lengkap/packed produk
darah sesuai indikasi.
1) memberikan informasi tentang derajat/keadekuatan perfusi jaringan dan membantu menetukan kebutuhan
2) meningkatkan ekspansi paru dan memaksimalkan oksigenasi untuk kebutuhan seluler.
Catatan : kontraindikasi bila ada hipotensi.
3) dispnea, gemericik
menununjukkan gangguan
jantung karena regangan
jantung lama/peningkatan
kompensasi curah jantung.
4) mengidentifikasi defisiensi
dan kebutuhan
pengobatan /respons
terhadap terapi.
19
20
Intoleransi aktivitas
berhubungan dengan
kelemahan umum,
penurunan pengiriman
oksigen ke jaringan
5) Berkolaborasi dalam
pemebrian
transfuse ,pemberian
Hb/Ht,pemberian oksigen
sesuai indiaksi
1) Observasi adanya tanda
kerja fisik (takikardia,
palpitasi, takipnea,
dispnea, napas pendek,
hiperpnea, sesak napas,
pusing, kunang-kunang,
berkeringat, dan perubahan
warna kulit) dan keletihan
(lemas, gerakan lambat dan
tegang)
2) Antisipasi dan bantu dalam
aktivitas kehidupan sehari-
hari yang mungkin di luar
batas toleransi anak
3) Beri aktivitas bermain
pengalihan
4) Pilih teman sekamar yang
sesuai dengan usia dan
minat yang sama yang
memerlukan aktivitas
terbatas
5) Rencanakan aktivitas
keperawatan
5) memaksimalkan transport
oksigen ke jaringan
1) untuk merencanakan
istirahat yang tepat
2) untuk mencegah kelelahan
3) meningkatkan istirahat dan
tenang tetapi mencegah
kebosanan dan menarik
diri
4) untuk mendorong
kepatuhan pada kebutuhan
istirahat
5) untuk memberikan
20
21
Ansietas/takut
berhubungan
denganprosedur
diagnostik/ transfusi
Tupan: cemas
teratasi koping
meningkat
Tupen: klien dapat
menunjukkan
interaksi yang
efekif
6) Bantu pada aktivitas yang
memerlukan kerja fisik
1) Dorong klien untuk menyatakan perasaan ,berikan umpan balik
2) Anjurkan keluarga tetap bersama anak .
3) Berikan lingkungan yang tenang dan istirahat
4) Jelaskan tujuan pemberian tindakan pada anak dan keluarga
5) Jelaskan prosedur tindakan yang dilakukan
istirahat yang cukup
1) Membuat hubungan terapeutik ,membantu pasien /orang terdekat dalam mengidentifikasi masalah yang menyebabkan stress memindahkan pasien dari luar strees luar,meningkatkan relaksasi dan membantu menurunkan ansietas.
2) Memberikan pengetahuan keluarga dan rasa percaya keluarga
3) Agar menambah ketenangan pada anak.
4) Membantu dalam komunikasi dan pemahaman titik pandang pasien dan keluarga.
5) Memusatkan kembali perhatian ,meningkatkan kemampuan kembali relaksasi dan meningkatkan kemampuan koping.
21
22
E. Implementasi Keperawatan
Tanggal Jam No.Dx Implementasi Evaluasi Paraf
21-03-2012 09.00 1 1) Mengawasi tanda vital kaji pengisian kapiler, warna kulit/membrane mukosa, dasar kuku.
2) Meninggikan kepala tempat tidur sesuai toleransi.
3) Mengawasi upaya pernapasan ; auskultasi bunyi napas perhatikan bunyi adventisius.
4) kolaborasi pengawasan hasil pemeriksaan laboraturium. Berikan sel darah merah lengkap/packed produk darah sesuai indikasi.
5) Berkolaborasi dalam pemebrian transfuse ,pemberian Hb/Ht,pemberian oksigen sesuai indiaksi
S:Klien mengatakan
pusing dan lemas
O:Klien tampak
pucat Hb : 4,5 gr/dl
CRT: lebih 2
detik
Turgor sedang
Kulit pucat
Conjungtiva
anemis.
A :Masalah belum
terasi
P:Lanjutkan
Intervensi
10.00 2 1) Mengobservasi adanya tanda
kerja fisik (takikardia,
palpitasi, takipnea, dispnea,
napas pendek, hiperpnea,
sesak napas, pusing, kunang-
kunang, berkeringat, dan
perubahan warna kulit) dan
keletihan (lemas, gerakan
S : Klien
mengatakan badanya
masih terasa lemas
dan pusing
O :Klien tampak
lemas dan terlihat
22
23
lambat dan tegang)
2) Mengantisipasi dan
membantu dalam aktivitas
kehidupan sehari-hari yang
mungkin di luar batas
toleransi anak
3) Memberikani aktivitas
bermain pengalihan
4) Merencanakan
aktivitaskeperawatan
lebih banyak tidur
A :Masalah belum
teratasi
P:Intervensi
dilanjutkan
13.00 3 1) Mendorong klien untuk menyatakan perasaan, berikan umpan balik
2) Menganjurkan keluarga tetap bersama anak .
3) Memberikan lingkungan yang tenang dan istirahat
4) Menjelaskan tujuan pemberian tindakan pada anak dan keluarga
5) Menjelaskan prosedur tindakan yang dilakukan
S: Klien mengatakan
takut ketika akan
ditransfusi nanti
O : Klien tampak
menangis dan
tampak tidak tenang
A : Masalah belum
teratasi
P : Lanjutkan
intervensi
23
BAB IV PENUTUP
A. KesimpulanAnemia adalah suatu istilah yang menunjukkan rendahnya sel darah merah dan
kadar hemoglobin dan hematokrit di bawah normal. Anemia bukan merupakan penyakit,
melainkan pencerminan keadaan suatu penyakit atau gangguan fungsi tubuh. Secara
fisiologis anemia terjadi apabila terdapat kekurangan jumlah hemoglobin untuk
mengangkut oksigen ke jaringan. (Brunner & Suddarth, 2001)
Zat besi merupakan salah satu mikronutrien terpenting kehidupan anak.
Kekurangan atau defisiensi besi yang berat akan menyebabkan anemia atau kurang darah..
Diperkirakan 30% penduduk dunia menderita anemia dan lebih dari 50% penderita ini
adalah Anemia Defisiensi Besi dan terutama mengenai bayi, anak sekolah, ibu hamil dan
menyusui. Di Indonesia masih merupakan masalah gizi utama selain kekurangan kalori
protein, vitamin A dan yodium.
Anemia defisiensi besi (ADB) adalah anemia yang timbul akibat kosongnya
cadangan besi tubuh (depleted iron store) sehingga penyediaan besi untukeritropoesis
berkurang, yang pada akhirnya pembentukan hemoglobin (Hb) berkurang. Gambaran
diagnosis etiologis dapat ditegakkan dari petunjuk patofisiologi, patogenesis, gejala klinis,
pemeriksaan laboratorium, diagnosis banding, penatalaksanaan dan terapi. Beberapa zat
gizi diperlukan dalam pembentukan sel darah merah.
Anemia kekurangan zat besi, dapat disebabkan perdarahan yang parah, yang terjadi
karena terluka atau penyakit misalnya karena kehilangan darah sedikit demi sedikit tetapi
terus menerus seperti pada ulkus peptikum dan pada hernia hiatal, karena kekurangan gizi
barang kali akibat kebiasaan makan yang tak seimbang, atau kekurangan makanan atau
kemiskinan. Anemia pada akhirnya menyebabkan kelelahan, sesak nafas, kurang tenaga
dan gejala lainnya.
Setelah diagnosis ditegakan maka dibuat rencana pemberian terapi, terapi
terhadap anemia difesiensi besi dapat berupa : Terapi kausal, Pemberian preparat besi
untuk mengganti kekurangan besi dalam tubuh dan Besi per oral.
25
Pada Anemia kekurangan zat besi biasanya anak mengatakan letih, lemah, lesu,
cepat lelah, jantungnya berdebar-debar, tidak nafsu makan, mual, muntah, diare,
aktivitasnya terganggu, pusing, sakit kepala, sulit tidur, dadanya terasa sakit, matanya
berkunang, sesak nafas, sulit BAB, BAB berdarah, muntah darah, berat badan menurun,
tidak memahami tentang penyakitnya. Data objektif biasanya yaitu takikardi, dispne,
ortopnu, rambut dan kulit kering, kardiomegali, hepatomegali, edema perifer, penurunan
berat badan, glositis, melena, hematemesis, diare, konstipasi, konjungtiva pucat, bibir
kering.
B. PenutupSekian makalah yang dapat penyusun sampaikan, semoga makalah ini dapat
bermanfaat untuk kita semua. Penyusun menyadari masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini. Oleh karena itu penyusun mengharapkan kritik dan saran yang
dapat membangun dalam penulisan makalah ini. Terima kasih atas perhatiannya.
25