asuhan keperawatan pada pasien dengan masalah …elib.stikesmuhgombong.ac.id/660/1/ulfatun nikmah...
TRANSCRIPT
i
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN MASALAH KEPERAWATAN
NYERI AKUT PADA KLIEN TUBERCULOSIS PARU DI BANGSAL DAHLIA
RSUD DR. SOEDIRMAN KEBUMEN
Karya Tulis Ilmiah Ini Disusun Sebagai Salah Satu Persyaratan Menyelesaikan
Program Pendidikan Diploma III Keperawatan
Disusun oleh :
Ulfatun Nikmah
A01401989
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH
GOMBONG
2017
ii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini
Nama : Ulfatun Nikmah
NIM : A01401989
Program Studi : DIII KEPERAWATAN
Institusi : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang saya tulis ini
adalah benar-benar merupakan hasil karya sendiri dan bukan merupakan
pengambil alihan tulisan atau pikiran oranglain yang saya aku sebagai tulisan atau
pikiran saya sendiri
Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan karya tulis ilmiah ini
hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanki atau perbuatan tersebut.
Gombong, Juni 2017
Pembuat Pernyataan
Ulfatun Nikmah
iii
LEMBAR PERSETUJUAN
Karya Tulis Ilmiah oleh Ulfatun Nikmah, NIM: A01401989, dengan judul
“Asuhan keperawatan pada pasien dengan masalah keperawatan nyeri akut pada
klien tuberculosis paru di Bangsal Dahlia RSUD DR. Soedirman Kebumen” telah
diperiksa dan disetujui untuk diujikan.
Hari/ Tanggal :
Tempat :
Pembimbing
(Putra Agina W.S., S.Kep.Ns., M.Kep)
v
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong
KTI, Juli 2017
Ulfatun Nikmah 1), Putra Agina W.S 2)
ABSTRAK
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TUBERCULOSIS PARU DENGAN
MASALAH KEPERAWATAN NYERI AKUT DI BANGSAL DAHLIA RSUD DR. SOEDIRMAN KEBUMEN
Latar belakang: masalah karya tulis ilmiah ini berdasarkan sumber kepustakaan menyatakan bahwa tuberculosis paru adalah suatu penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman mycobacterium tuberculosis. Sebagian besar kuman Tuberculosis menyerang paru tapi dapat juga menyerang organ tubuh lainnya. Gejala klinis tuberkulosis di bagi menjadi gejala lokal dan gejala sistemik. Bila organ yang terkena adalah paru maka gejala lokal berupa gejala respiratori seperti batuk lebih dari 2 minggu, batuk darah, sesak napas, nyeri dada. Tujuan penulis: penulisan karya ilmiah yaitu untuk menguraikan hasil asuhan keperawatan pada pasien dengan masalah keperawatan nyeri akut pada klien tuberculosis paru di Bangsal Dahlia RSUD DR. Soedirman Kebumen. Metode:karya tulis ilmiah ini adalah Descriptive analytic dengan pendekatan studi kasus (care study approach). Data diperoleh dari hasil observasi wawancara, pemeriksaan fisik, dan study dokumentasi. Respondennya adalah 2 orang pasien penderita tuberculosis paru dengan masalah nyeri akut. Hasil: setelah dilakukan selama tiga hari menunjukkan nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis dan bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan akumulasi mukus berlebihan teratasi. Terapi musik efektif mengurangi nyeri pada pasien tuberculosis paru. Kata Kunci: nyeri akut, tuberculosis paru 1. Mahasiswa 2. Dosen
vi
D III PROGRAM OF NURSING DEPARTMENT
MUHAMMADIYAH HEALTH SCIENCE INSTITUTE OF GOMBONG
Scientific Paper, July 2017 Ulfatun Nikmah 1), Putra Agina W.S 2)
ABSTRACT
THE NURSING CARE FOR PULMONARY TUBERCULOSIS PATIENTS WITH
ACUTE PAIN IN DAHLIA WARD OF DR. SOEDIRMAN HOSPITAL
KEBUMEN
Background: Pulmonary tuberculosis is a contagious disease directly caused by mycobacterium tuberculosis. Most Tuberculosis germs attack the lungs but can also invade other organs. Clinical symptoms of tuberculosis are divided into local symptoms and systemic symptoms. If the affected organ is the lungs then local symptoms are respiratory symptoms, such as coughing more than 2 weeks, coughing up blood, shortness of breath, chest pain. Objective: Describing nursing care for pulmonary tuberculosis patients with acute pain in Dahlia Ward of dr. Soedirman hospital of Kebumen. Method: This research is an analytical descriptive with a case study approach. Data were obtained through interview, direct observation, physical examination, and documentation study. The respondents were 2 pulmonary tuberculosis patients with acute pain. Result: After having nursing care for three days, acute pain associated with biological injury agents and ineffective airway clearance associated with excessive mucus accumulation were solvable. Keywords: Acute pain, pulmonary tuberculosis
1. Student 2. Lecturer
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Alloh SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini dengan
judul “Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Masalah Keperawatan Nyeri
Akut Pada Efusi Pleura Yang Terpasang Water Sealed Drainage (WSD) di rumah
sakit”. Sholawat serta salam tetap tercurahkan kepada junjungan Nabi Besar
Muhammad SAW sehingga penulis mendapat kemudahan dalam menyelesaikan
Karya Tulis Ilmiah ini.
Sehubungan dengan itu penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Herniyatun, S. Kp., M.Kep Sp., Mat, selaku Ketua STIKES Muhammadiyah
Gombong.
2. Nurlaila, S.Kep.Ns, M.Kep, selaku Ketua Program Studi DIII Keperawatan
STIKES Muhammadiyah Gombong
3. Putra Agina W.S., S.Kep.Ns., M.Kep, selaku pembimbing yang telah berkenan
memberikan bimbingan dan pengarahan.
4. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, penulis ucapkan
terimakasih atas bantuan dan dukungannya.
Penulis menyadari betul bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari
sempurna dan masih banyak kesalahan yang perlu dikoreksi dan diperbaiki. Oleh
karena itu kritik dan saran sangat diharapkan untuk perbaikan di kemudian hari.
Harapan penulis semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan semoga
Allah SWT selalu memberikan Rahmat dan Hidayah-Nya. Amin.
Gombong, Juni 2017
Ulfatun Nikmah
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
HALAMAN ORISINALITAS ......................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iv
ABSTRAK ...................................................................................................... v
ABSTRACT ..................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR .................................................................................... vii
DAFTAR ISI ................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ............................................................................................ x
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1
A. Latar Belakang ............................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................ 4
C. Tujuan Penulisan ........................................................................ 4
D. Manfaat Penulisan ....................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 6
1. Asuhan Keperawatan Nyeri ........................................................ 6
2. Nyeri ............................................................................................ 12
3. Terapi Musik ............................................................................... 30
BAB III METODE STUDI KASUS ................................................................ 35
A. Desain Studi Kasus ...................................................................... 35
B. Subyek Studi Kasus ..................................................................... 35
C. Fokus Studi Kasus ....................................................................... 36
D. Definisi Operasional .................................................................... 36
E. Instrumen Studi Kasus ................................................................ 36
F. Teknik Pengumpulan Data ............................................................ 37
G. Lokasi dan Waktu Studi Kasus .................................................... 38
H. Analisa Data dan Penyajian Data ................................................ 38
I. Etika Penelitian Studi Kasus ....................................................... 39
ix
BAB IV HASIL STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN .............................. 39
A. Hasil Studi Kasus ......................................................................... 39
B. Pembahasan .................................................................................. 52
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 59
A. Kesimpulan ................................................................................. 59
B. Saran ............................................................................................ 59
x
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Contoh Analisa Data ................................................................... 9 Tabel 2.2 Perbedaan antara Nyeri Akut dan Nyeri Kronis ....................... 15 Tabel 2.3 Skala Intensitas Nyeri Numerik ................................................. 21 Tabel 2.4 Contoh Analisa Data .................................................................. 9 Tabel 2.5 Perbedaan antara Nyeri Akut dan Nyeri Kronis ....................... 15 Tabel 2.6 Skala Intensitas Nyeri Numerik ................................................ 21
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Skala Wajah .............................................................................. 21 Gambar. 2.2 Gambar Paru-paru ..................................................................... 22
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut World Health Organization (WHO) sehat dapat diartikan suatu
keadaan yang sempurna baik secara fisik, mental dan sosial serta tidak hanya
beban dari penyakit atau kelemahan (Perry & Potter, 2010). Tuberculosis paru
adalah suatu penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman
Mycobacterium tuberculosis. Sebagian besar kuman Tuberculosis menyerang
paru tapi dapat juga menyerang organ tubuh lainnya (Depkes. RI, 2008).
Tuberculosis (TB) adalah penyakit menular yang masih menjadi perhatian
dunia. Hingga saat ini, belum ada satu negara pun bebas TB. Angka kematian
dan kesakitan akibat kuman Mycobacterium tuberculosis ini pun tinggi. Sekitar
75% pasien Tuberculosis (TB) adalah kelompok usia yang paling produktif
secara ekonomis (15-50 tahun). Diperkirakan seorang pasien Tuberculosis
(TB) dewasa, akan kehilangan rata-rata waktu kerjanya 3 sampai 4 bulan. Hal
tersebut berakibat pada kehilangan pendapatan tahunan rumah tangganya
sekitar 20-30%. Jika ia meninggal akibat Tuberculosis (TB), maka akan
kehilangan pendapatannya sekitar 15 tahun. Selain merugikan secara ekonomi
Tuberculosis(TB) juga memberikan dampak buruk lainnya secara sosial stigma
bahkan dikucilkan oleh masyarakat (Depkes. RI, 2008).
Dalam laporan Tuberkulosis Global 2014 yang dirilis Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO) disebutkan, insidensi di Indonesia pada angka
460.000 kasus baru per tahun. Namun, di laporan serupa tahun 2015, angka
tersebut sudah direvisi, yakni naik menjadi 1 juta kasus baru per tahun.
Persentase jumlah kasus di Indonesia pun menjadi 10 persen terhadap seluruh
kasus di dunia sehingga menjadi negara dengan kasus terbanyak kedua
bersama dengan Tiongkok. India menempati urutan pertama dengan persentase
kasus 23 persen terhadap yang ada di seluruh dunia (Tuberkulosis Global
2016)
1
2
Hasil Riskesdas (2013), didapatkan hasil pendataan penyakit menular
tahun 2013 yang berhubungan dengan TB paru di peroleh prevalensi penduduk
Indonesia yang di diagnosis TB paru tertinggi adalah Jawa Barat (0. 7%),
Papua (0.6%), DKI Jakarta (0,6%), Gorontalo (0,5%), Banten (0,4%), dan
Papua Barat (0,4%), Penduduk yang didiagnosis TB paru oleh tenaga
kesehatan hanya 44.4% diobati dengan program. Lima provinsi terbanyak yang
mengobati TB dengan obat program adalah DKI Jakarta (68.9%), DI
Yogyakarta (67.3%), Jawa Barat (56.2%), Sulawesi Barat (54.2%), dan Jawa
Tengah (50.4%) (Riskesdas, 2013).
Berdasarkan Data Profil Kesehatan Kabupaten Kebumen Tahun 2015,
pada tahun 2015 ditemukan jumlah kasus baru BTA+ sebanyak 672 kasus, naik
bila dibandingkan kasus baru BTA+ yang ditemukan tahun 2014 yang sebesar
435 kasus. Jumlah kasus tertinggi yang dilaporkan terdapat di wilayah kerja
UPTD Unit Puskesma Karanggayam II sebanyak 20 kasus.
Gejala klinis tuberkulosis di bagi menjadi gejala lokal dan gejala sistemik.
Bila organ yang terkena adalah paru maka gejala lokal berupa gejala respiratori
seperti batuk lebih dari 2 minggu, batuk darah, sesak napas, nyeri dada
(Hariadi, 2010). Menurut Tamsuri, (2007) nyeri adalah suatu keadaan yang
mempengaruhi seseorang, dan eksistensinya diketahui bila seseorang pernah
mengalami nyeri. Menurut Maslow memenuhi kebutuhan yang paling penting
dahulu kemudian meningkatkan yang tidak terlalu penting. Adapun hirarki
kebutuhan tersebut adalah kebutuhan fisiologis dasar, kebutuhan akan rasa aman
dan tentram, kebutuhan akan dicintai dan disayangi, kebutuhan untuk dihargai,
dan kebutuhan untuk aktualisasi diri. Kebutuhan fisiologis adalah pertahanan
hidup jangka pendek. Kebutuhan fisiologis ini sangat kuat, dalam keadaan
absolute (kelaparan dan kehausan) semua kebutuhan lain ditinggalkan dan
mencurahkan semua kemampuannya untuk memenuhi kebutuhan ini.
Respon fisik terhadap nyeri ditandai dengan perubahan keadaan umum,
suhu tubuh, wajah, denyut nadi, sikap tubuh, pernafasan, kolaps kardiovaskuler,
dan syok. Nyeri yang tidak diatasi akan memperlambat masa penyembuhan atau
3
perawatan, menimbulkan stres, dan ketegangan yang akan menimbulkan respon
fisik dan psikis sehingga memerlukan upaya penatalaksanaan dan perawatan
yang tepat (Potter & Perry, 2010).
Proses keperawatan adalah suatu metoda di mana suatu konsep diterapkan
dalam praktek keperawatan. Hal ini bisa disebut sebagai suatu pendekatan
problem solving yang memerlukan ilmu, teknik dan ketrampilan interpersonal
dan ditujukan untuk memenuhi kebutuhan klien/ keluarga. Proses keperawatan
terdiri dari lima tahap yang sequensial dan berhubungan : pengkajian, diagnosis,
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi (Iyer et al, 2009)
Strategi penatalaksanaan keperawatan nyeri harus mencakup pendekatan
farmakologis dan non farmakologis. Teknik farmakologis dapat digunakan
bersama dengan penatalaksanaan nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri.
Salah satu cara terapi non farmakologis untuk mengurangi nyeri pada pasien
nyeri kronis adalah dengan terapi perilaku kognitif. Dalam penggunaan terapi
perilaku dan terapi kognitif selalu digunakan bersamaan, karena kedua terapi
tersebut saling mendukung kebersamaannya untuk mengurangi nyeri (Norman,
2009). Terapi perilaku kognitif mencakup teknik relaksasi, manajemen stres,
distraksi dan cara lain untuk membantu pasien dalam mengatasi nyeri yang
dirasakan (Murwani, 2009).
Tujuan dari terapi perilaku kognitif adalah untuk merubah cara berfikir
tentang nyeri agar respon tubuh dan pikiran lebih baik ketika mengalami nyeri.
Terapi berfokus pada perubahan pikiran tentang penyakit dan kemudian
membantu menjadi suatu koping positif bagi pasien terhadap penyakitnya, terapi
kognitif dan perilaku ini sangat berpengaruh terhadap penurunan nyeri. Salah
satu cara distraksi yang efektif adalah mendengarkan musik. Khususnya jenis
musik yang mampu mendistraksikan pola pikir pasien dari rasa nyeri yang
dirasakan sehingga timbul rasa nyaman bagi pasien (Murwani, 2009).
Mekanisme musik dalam memberikan efek menurunkan nyeri telah
dijelaskan dalam teori Gate Control yang menyatakan bahwa sinyal nyeri yang
ditransmisikan dari bagian yang mengalami cedera melalui reseptor-reseptor
nerves di spinal, lalu sinaps-sinaps menyampaikan informasi ke otak (Bally,
4
Nilssons, 2008). Saat gerbang (gate) tertutup, sinyal nyeri akan dicegah
mencapai otak. Namun saat gerbang membuka, impus-impuls tersebut akan
mampu mencapai otak dan menginformasikan pesan sebagai nyeri. Saat impuls
sensori lain yang dikirim (musik) bersamaan dengan berjalannya impuls nyeri,
maka impuls-impuls ini akan berkompetisi untuk mencapai otak. Pada keadaan
gerbang baik terbuka maupun tertutup, musik dipercaya dapat mengurangi
persepsi nyeri pasien (Huss, 2007).
Musik dapat mempengaruhi hidup dan seseorang dengan memberikan rasa
santai dan nyaman atau menyenangkan, disamping sebagai hiburan musik juga
dapat menyembuhkan stres, depresi dan rasa nyeri. Musik terbukti dapat
menurunkan denyut jantung, hal ini membantu menenangkan dan merangsang
bagian otak yang terkait ke aktivitas emosi dan nyeri (Muttaqin, 2008).
Menurut Greer (2013), terapi musik adalah penggunaan musik untuk
relaksasi, mempercepat penyembuhan, meningkatkan fungsi mental dan
menciptakan rasa sejahtera. Musik dapat mempengaruhi fungsi-fungsi fisiologis,
seperti respirasi, denyut jantung, dan tekanan darah. Musik juga merangsang
pelepasan hormon endorfin, hormon tubuh yang memberikan perasaan senang
yang berperan dalam penurunan nyeri sehingga musik dapat digunakan untuk
mengalihkan rasa nyeri sehingga pasien merasa nyerinya berkurang.
Musik merupakan satu sarana yang sangat bermanfaat dan mudah di
peroleh. Musik dapat menenangkan, mengangkat spirit , membuat sedih, dll.
Dengan mempelajari jenis-jenis musik yang berbeda dan merasakan efek-efek
musik tertentu terhadap tubuh, seseorang dapat secara efektif memilih musik
pada saat membutuhkannya (Manz, 2013).
Berdasarkan latar belakang tersebut penulis merasa perlu untuk melakukan
asuhan keperawatan pada pasien dengan masalah keperawatan nyeri akut pada
klien tuberculosis paru di Rumah Sakit.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penulisan ini yaitu “Bagaimana asuhan
keperawatan pada pasien dengan masalah keperawatan nyeri akut pada klien
tuberculosis paru di Rumah Sakit ?”
5
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penulisan ini untuk menguraikan hasil asuhan
keperawatan pada pasien dengan masalah keperawatan nyeri akut pada klien
tuberculosis paru di Rumah Sakit.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui hasil pengkajian pada pasien dengan masalah keperawatan
nyeri akut pada klien tuberculosis paru di Rumah Sakit.
b. Mengetahui hasil analisa data dan keperawatan pada pasien dengan
masalah keperawatan nyeri akut pada klien tuberculosis paru di Rumah
Sakit.
c. Mengetahui hasil diagnosa pada pasien dengan masalah keperawatan
nyeri akut pada pasien dengan masalah keperawatan nyeri akut pada
klien tuberculosis paru di Rumah Sakit.
d. Mengetahui perencanaan keperawatan yang dilakukan pada pasien
dengan masalah keperawatan nyeri akut pada klien tuberculosis paru di
Rumah Sakit.
e. Mengetahui implementasi keperawatan yang dilakukan pada pasien
dengan masalah keperawatan nyeri akut pada klien tuberculosis paru di
Rumah Sakit.
f. Mengetahui evaluasi keperawatan yang dilakukan pada pasien dengan
masalah keperawatan nyeri akut pada klien tuberculosis paru di Rumah
Sakit.
g. Mengetahui hasil inovasi tindakan pada pasien dengan masalah
keperawatan nyeri akut pada klien tuberculosis paru di Rumah Sakit.
D. Manfaat Penulisan
1. Bagi pasien dan keluarga
Memberikan informasi dan manfaatnya nyata pada pasien dan keluarga
tentang pemberian asuhan keperawatan dengan masalah nyeri akut pada
pasien dengan masalah keperawatan nyeri akut pada klien tuberculosis paru.
6
2. Manfaat untuk Rumah Sakit
Sebagai dasar untuk memberikan dan meningkatkan mutu pemberian asuhan
keperawatan dengan masalah nyeri akut pada pasien dengan masalah
keperawatan nyeri akut pada klien tuberculosis paru.
3. Manfaat untuk institusi
Sebagai bahan referensi dan bahan bacaan dan pembelajaran untuk
memenuhi kebutuhan pembelajaran dan pengetahuan bagi mahasiswa
keperawatan.
1
DAFTAR PUSTAKA
Alsagaff, H dan Mukty (2008). Dasar-dasar Ilmu Penyakit Paru. Jakarta:
Airlangga University Perss Aru W, Sudoyo. (2009). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid II, edisi V. Jakarta:
Interna Publishing Bally, Nilson, U. (2008). The Anxiety and Pain Reducingng Effeccts of Music
Intervetions: A Systemic Review, 780,782,785 Brunner & Suddarth. (2012). Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC Davey, Patrick. (2008). At a Glance MEDICINE. Alih bahasa Annisa Rahmalia
dan Novianty R. Jakarta: Gramedia Farida, A. (2010). Efektifitas terapi musik terhadap penurunan nyeri post operasi
pada anak usia sekolah di RSUP Haji Adam Malik Medan. Skripsi, Universitas Sumatera Utara.
Greer, S. (2013). The effects of music on pain perception. hubel.sfasu.edu Guyton, A.C. dan Hall, J.E. (2008). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11.
Jakarta: EGC Hidayat. (2007). Metode Penelitian Keperawatan dan Tekhnik Analisa Data.
Jakarta: Salemba Medika Iyer Patricia W, & Nancy H Camp. (2009). Dokumentasi Keperawatan. Jakarta :
EGC Kemper, K. J., & Danhauer, S. C. (2010) . Music as therapy. Complementary and
Alternative Medicine, 282-287. Kopman, D., Berkowitz D., Boiselle P., and Ernst A. Large-volume thoracentesis
and the risk of reexpansion pulmonary edema. Ann Thorac Surg [Internet]. 2007 Nov [cited 2017 June 5];84(5):1656–61. Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/17954079
Labbe, E., Schmidt, N., Babin, J., & Pharr, M. (2007). Coping with stress: the
effectiveness of different types of music. Appl psychophysiol biofeedback Light RW. A new classification of tuberculosis pulmo. Chest. 2009
Aug;108(2):299–301
2
Longo, D.L., Fauci, A.S., Kasper, D.L., Hauser, S.L., Jameson, J.L., Loscalzo, J. Harrison’s Principeles of Internal Medicine 18th Edition. New York: The MacGraw – Hill Companies; 2012: 2178-81
Mansjoer, Arif. (2007). Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 Jilid II. Jakarta: Media
Aesculapius Manz, C.C. (2013). Emotional discipline: langkah pengubah hidup untuk merasa
lebih baik setiap hari. Jakarta: Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama. Murwani, A. (2009). Perawatan Pasien Penyakit Dalam. Jogjakarta: Mitra
Cendikia Muttaqin, A. (2008). Musik Klasik. Jakarta: Pusat Perbukuan Pendidikan Norman, J. Greer I, (ed) (2009). Preterm Labour Managing Risk in Clinical
Practice. Cambridge University Press, Cambridge. Notoatmodjo. (2010). Metodologi penelitian Kesehatan. Jakarta : PT Rineka Cipta Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Metode Penelitian Ilmu Keperawatan.
Jakarta: Salemba Medika Porcel, J.M., Light, R.W., Tuberculosis pulmo. Dis Mon [Internet]. 2013 Feb
[cited 2017 June 5];59(2):29–57. Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/23374395
Potter, & Perry, A. G. (2010). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep,
Proses, Dan Praktik, edisi 4, Volume.2. Jakarta: EGC Potter, Patricia A. dan Anne G. Perry. (2010). Fundamental Keperawatan Buku 1.
Jakarta: Salemba Medika Prabowo, H. & Regina, H.S. (2007). Tritmen Meta Musik Untuk Menurunkan
Stres. Jakarta: Universitas Gunadarma Prasetyo, S. N. (2010). Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri. Yogyakarta :
Graha Ilmu. Price, S. A. and Wilson, L. M. (2010). Patofisiologi: Konsep klinis proses-proses
penyakit. Edisi ke-6. Volume 2. Jakarta : EGC Primadita, A. (2011). Efektifitas intervensi terapi musik klasik terhadap stress
dalam menyusun skripsi pada mahasiswa PSIK UNDIP Semarang. Skripsi, Universitas Diponegoro
3
Rubins J, Mosenifar Z, Manning, H.L., Peters, S.P., (2009). Tuberculosis pulmo. Available from URL : http://emedicine.medscape.com/article/299959-overview
Satiadarma, M. P & Zahra. (2014). Cerdas dengan musik. Jakarta: Puspa Suara. Suhartini. (2008). Effectiveness of music therapy toward reducing patient’s
anxiety in intensive care unit. Media Ners, Volume 2, Nomor 1, Mei 2008, hlm 1-44
Syaifuddin. (2011). Anatomi Fisiologi: Kurikulum Berbasis Kompetensi untuk
Keperawatan dan Kebidanan Edisi 4. Jakarta: EGC. Tamsuri. (2007). Konsep dan Penatalaksanaan Nyeri. Jakarta : EGC Tierney, L.M., McPhee, SJ., Papadakis, MA., (2012). Diagnosis dan Terapi
Kedokteran (Penyakit Dalam) Edisi Pertama. Jakarta: Salemba Medika. Tucker, (2008), Standar Perawatan Pasien : Proses Perawatan, Diagnosa dan
Evaluasi, Edisi V, Vol 2, EGC, Jakarta.
Wilkinson, Judith, M. (2011). Buku Saku Diagnosis Keperawatan (Edisi 7), Jakarta : EGC
.
1
PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN
Kepada
Yth………………
Di
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Saya yang bertanda tangan di bawah ini adalah Mahasiswa Program Studi
DIII Keperawatan STIKES Muhammadiyah Gombong :
Nama : Ulfatun Nikmah
NIM : A01401989
Saat ini sedang mengadakan penelitian studi kasus dengan judul “asuhan
keperawatan pada pasien dengan masalah keperawatan nyeri akut pada efusi
pleura yang terpasang water sealed drainage (WSD) di Rumah Sakit”.
Prosedur penelitian studi kasus ini tidak akan menimbulkan risiko atau
kerugian kepada responden. Kerahasiaan semua tindakan yang telah dilakukan
akan dijaga dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian. Atas
kerjasamanya, saya mengucapkan terima kasih.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Peneliti
Ulfatun Nikmah
Lampiran 1
2
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
Yang bertanda tangan dibawah ini saya :
Nama :
Umur :
Alamat :
Dengan ini saya bersedia menjadi responden pada penelitian studi kasus
dengan judul “asuhan keperawatan pada pasien dengan masalah keperawatan
nyeri akut pada efusi pleura yang terpasang water sealed drainage (WSD) di
Rumah Sakit”, yang diteliti oleh :
Nama : Ulfatun Nikmah
NIM : A01401989
Demikian persetujuan ini saya buat dengan sesungguhnya dan tidak ada
paksaan dari pihak manapun.
Gombong, …….…………2017
Peneliti, Yang Membuat Pernyataan
(Ulfatun Nikmah) ( )
Lampiran 2
3
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
SPO PENGKAJIAN NYERI
NO. DOKUMEN
NO. REVISI
0
HALAMAN
1 dari 1
Pengertian Asesmen nyeri merupakan asesmen yang dilakukan terhadap
pasien jika didapatkan data subyektif dan/atau data obyektif bahwa pasien mengalami nyeri
Tujuan 1. Memahami pelayanan apa yang dicari pasien 2. Memilih jenis pelayanan yang terbaik bagi pasien
Kebijakan Setiap pasien rawat inap dan rawat jalan dilakukan skrining nyeri dan dilakukan asesmen terhadap rasa nyerinya
Prosedur
1. Asesmen dilakukan oleh dokter atau perawat 2. Cara melakukan asesmen nyeri:
- Mengumpulkan data melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik
- Mengidentifikasi tingkat nyeri dengan skala nyeri dengan:
NumericRatingScale Instruksi: pasien akan ditanya mengenai intensitas nyeri yang
dirasakan dan dilambangkan dengan angka antara 0–10. 0 =tidak nyeri 1–3 =nyeri ringan (sedikit mengganggu aktivitas sehari- hari) 4–6 =nyeri sedang (gangguan nyata terhadap aktivitas sehari-hari) 7–10 =nyeri berat (tidak dapat melakukan aktivitas sehari- hari Wong Baker Faces Pain Scale
Instruksi : pasien diminta untuk menunjuk/memilih gambar
Lampiran 3
4
mana yang paling sesuai dengan yang dia rasakan. Tanyakan juga lokasi dan durasi nyeri : 0 – 1 = sangat bahagia karena tidak merasa nyeri sama sekali 2 – 3 = sedikit nyeri 4 – 5 = cukup nyeri 6 – 7 = lumayan nyeri 8 - 9 = sangat nyeri 10 = amat sangat nyeri( tak tertahankan ) Comfort Scale Indikasi : pasien bayi, anak, dan dewasa di ruang rawat intensif/ kamar operasi/ ruang rawat inap yang tidak dapat dinilai menggunakan Numeric Rating Scale dan Wong Baker Faces Pain Scale Instruksi :terdapat 9 kategori dengan setiap kategori memiliki skor 1-5, dengan skor total antara 9-45 ? Kewaspadaan ? Ketenangan ? Distress pernapasan ? Menangis ? Pergerakan ? Tonus otot ? Tegangan wajah ? Tekanan darah basal ? Denyut jantung basal Pada pasien dalam pengaruh obat anestesi atau, asesmen dan penanganan nyeri dilakukan saat pasien menunjukkan respon berupa ekspresi tubuh atau verbal akan rasa nyeri 3. Tingkat nyeri ditulis dalam lembar asesmen pasien untuk
selanjutnya dilakukan intervensi 4. Dilakukan assesmen nyeri ulang setiap shift dan atau
setiap 30 menit - 1 jam setelah diberikan intervensi.
5
SOP PEMBERIAN TERAPI MUSIK INSTRUMENTAL
PROSEDUR TETAP
NO DOKUMEN
NO REVISI
Halaman
TANGGAL TERBIT DITETAPKAN OLEH 1 Pengertian Terapi musik adalah materi yang mampu mempengaruhi
kondisi seseorang baik fisik maupun mental. Musik memberi rangsangan pertumbuhan fungsi –fungsi otak seperti fungsi ingatan, belajar, mendengar, berbicara, serta analisis intelek dan fungsi kesadaran.
2 Tujuan Distraksi teknik reduksi nyeri dengan mengalihkan
perhatian kepada hal lain sehingga kesadaran terhadap nyeri berkurang
3 Kebijakan Bahwa semua pasien nyeri dapat diberikan terapi musik distraksi
4 Prosedur Waktu yang dibutuhkan untuk memberikan terapi relaksasi autogenik yaitu 30 menit. Pelaksanaan pemberian terapi relaksasi autogenik 1. Persiapan
a. Siapkan lingkungan yang nyaman dan tenang. b. Kontrak waktu dan jelaskan tujuan.
2. Pelaksanaan a. Persiapan sebelum memulai latihan
1) Tubuh berbaring, kepala disanggah dengan bantal, dan mata terpejam
2) Atur napas hingga napas menjadi lebih lentur 3) Tarik napas sekuat-kuatnya lalu buang secara
perlahan-lahan b. Langkah :
1) Fokuskan diri saat menikmati musik instrumental
2) Bayangkan anda sedang berada di tempat yang tenang, sejuk dan damai. lakukan sampai 30 menit.
3) Setelah 30 menit buka mata dan ceritakan apa yang dirasakan
Lampiran 4
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32