asuhan keperawatan anak dengan gastritis
TRANSCRIPT
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN GASTRITIS
GASTRITIS
PENGERTIAN o Gastritis adalah inflamasi dari dinding lambung terutama pada mukosa gaster.
(Hadi, 1995) o Gastritis adalah suatu peradangan mukosa lambung yang dapat bersifat akut,
kronik, difus atau lokal. (Price & Wilson, 1992)
o Gastritis adalah peradangan lokal atau menyebar pada mukosa lambung, yang berkembang bila mekanisme protektif mukosa dipenuhi dengan bakteri atau
bahan iritan lain. (Charlene J, Reeves, 2001)
ETIOLOGI
Beberapa hal yang dapat menyebabkan kerusakan lapisan pelindung lambung.
o Gastritis Bakterialis
o Infeksi bakteri Helicobacter Pylori yang hidup didalam lapisan mukosa yang melapisi dinding lambung. Diperkirakan ditularkan melalui jalur oral atau akibat memakan atau minuman yang terkontaminasi oleh bakteri ini. Infeksi
ini sering terjadi pada masa kanak-kanan dan dapat bertahan seumur hidup jika tidak dilakukan perawatan.
Infeksi bakteri Campylobacter Pyloroides. o Gastritis Karena Stres Akut
Penyakit berat atau trauma ( cedera ) yang terjadi
tiba – tiba. Pembedahan
Infeksi berat Cederanya sendiri mungkin tidak mengenai lambung seperti terjadi
pada luka bakar yang luas atau cedera yang menyebabkan perdarahan
hebat.
Gastritis Erosif Kronis
o Pemakaian obat penghilang rasa nyeri secara terus – menerus. Obat analgesik anti inflamasi nonsteroid (AINS) seperti Aspirin, Ibu Profen dan Naproxen dapat menyebabkan perdarahan pada lambung dengan cara
menurunkan Prostaglandin yang bertugas melindungi dinding lambung. o Penyakit Crohn, gejalanya sakit perut dan diare dalam bentuk cairan. Bisa
menyebabkan peradangan kronis pada dinding saluran cerna namun, kadang – kadang dapat juga menyebabkan peradangan pada dinding lambung.
o Penggunaan Alkohol secara berlebihan , alkohol dapat mengiritasi dan mengikis mucosa pada dinding lambung dan membuat dinding lambung
lebih rentan terhadap asam lambung walaupun dalam kondisi normal. Gastritis Eosinofilik
Terjadi sebagai akibat dari reaksi alergi terhadap infeksi cacing gelang Eosinofil
(sel darah putih) terkumpul pada dinding lambung.
Gastritis Hipotropi dan Atropi
Terjadi karena kelainan Autoimmune, Autoimmune Atropic Gastritis terjadi ketika sistem kekebalan tubuh menyerang sel – sel yang sehat yang berada dalam
dinding lambung. Hal ini mengakibatkan peradangan dan secara bertahap menipiskan dinding lambung, menghancurkan kelenjar – kelenjar penghasil asam lambung dan mengganggu produksi faktor intrinsik (yaitu sebuah zat yang
membantu tubuh mengabsorbsi vitamin B12) kekurangan vitamin B12 akhirnya, dapat mengakibatkan Pernicious Anemia, sebuah kondisi yang serius bila tidak
segera dirawat dapat mempengaruhi seluruh sistem dalam tubuh. Autoimmune Atropic Gastritis terutama terjadi pada orang tua.
Penyakit Meiner
Dinding lambung menjadi tebal, lipatannya melebar, kelenjarnya membesar dan
memiliki kista yang terisi cairan. Sekitar 10 % penderita ini menderita kanker lambung.
Gastritis Sel Plasma
Sel plasma ( salah satu jenis sel darah putih ) terkumpul dalam dinding lambung dan organ lainnya.
Penyakit Bile Refluk
Bile ( empedu ) adalah cairan yang membantu mencerna lemak – lemak dalam tubuh. Cairan ini diproduksi oleh hati. Ketika dilepaskan, empedu akan melewati serangkaian saluran kecil dan menuju keusus kecil. Dalam kondisi normal, sebuah
otot Sphincter yang berbentuk seperti cincin (Pyloric Valve) akan mencegah empedu mengalir balik kedalam lambung. Tetapi jika katub ini tidak bekerja
dengan benar, maka empedu akan masuk kedalam lambung dan mengakibatkan peradangan dan Gastritis.
Radiasi dan Kemoterapi
Perawatan terhadap kanker seperti kemoterapi dan radiasi dapat mengakibatkan peradangan pada dinding lambung dan selanjutnya dapat berkembang menjadi
Gastritis dan Peptic Ulcer. Ketika tubuh terkena sejumlah kecil radiasi, kerusakan yang terjadi biasanya sementara, tapi dalam dosis besar akan mengakibatkan
kerusakan tersebut menjadi permanen dan dapat mengikis dinding lambung serta merusak kelenjar – kelenjar penghasil asam lambung.
Faktor-faktor lain
Gastritis sering juga dikaitkan dengan kondisi kesehatan lainnya seperti HIV / AIDS, infeksi oleh parasit, dan gagal hati atau ginjal.
PATOFISIOLOGI
Lambung adalah sebuah kantong otot yang kosong, terletak dibagian kiri atas perut
tepat dibawah tulang iga. Lambung orang dewasa memiliki panjang berkisar antara 10 inci dan dapat mengembang untuk menampung makanan atau minuman sebanyak
1 gallon. Bila lambung dalam keadaan kosong, maka ia akan melipat, mirip seperti sebuah akordion. Ketika lambung mulai terisi dan mengembang, lipatan – lipatan tersebut secara bertahap membuka.
Lambung memproses dan menyimpan makanan dan secara bertahap melepaskannya kedalam usus kecil. Ketika makanan masuk kedalam esofagus, sebuah cincin otot yang berada pada sambungan antara esofagus dan lambung ( Esophangeal Sphincer )
akan membuka dan membiarkan makanan masuk lewat lambung. Setelah masuk kelambung cincin ini menutup. Dinding lambung terdiri dari lapisan otot yang kuat. Ketika makanan berada dilambung, dinding lambung akan mulai menghancurkan
makanan tersebut. Pada saat yang sama, kelenjar – kelenjar yang berada dimucosa pada dinding lambung mulai mengeluarkan cairan lambung ( termasuk enzim – enzim
dan asam lambung ) untuk lebih menghancurkan makanan tersebut.
Suatu komponen cairan lambung adalah Asam Hidroklorida. Asam ini sangat korosif sehingga paku besipun dapat larut dalam cairan ini. Dinding lambung dilindungi oleh
mucosa – mucosa bicarbonate (sebuah lapisan penyangga yang mengeluarkan ion bicarbonate secara reguler sehingga menyeimbangkan keasaman dalam lambung ) sehingga terhindar dari sifat korosif hidroklorida. Fungsi dari lapisan pelindung
lambung ini adalah agar cairan asam dalam lambung tidak merusak dinding lambung. Kerusakan pada lapisan pelindung menyebabkan cairan lambung yang sangat asam
bersentuhan langsung dengan dinding lambung dan menyebabkan peradangan atau inflamasi.Gastritis biasanya terjadi ketika mekanisme pelindung ini kewalahan dan mengakibatkan rusak dan meradangnya dinding lambung.
MANIFESTASI KLINIS
Gejalanya bermacam – macam, tergantung kepada penyebab Gastritisnya. Biasanya penderita Gastritis mengalami gangguan pencernaan ( Indigesti ) dan rasa tidak nyaman diperut sebelah
atas
Gastritis Bakterialis
Dapat ditandai dengan adanya demam, sakit kepala dan kejang otot.
Gastritis Karena Stres Akut
Penyebabnya (misalnya penyakit berat, luka bakar atau cedera) biasanya menutupi gejala – gejala lambung : tetapi perut sebelah atas terasa tidak enak. Segera setelah
cedera, timbul memar kecil dalam lapisan lambung, dalam beberapa jam memar ini bisa berubah menjadi ulkus. Ulkus dan Gastritis bisa menghilang bila penderita
sembuh dengan cepat dari cederanya. Bila penderita tetap sakit, ulkus bisa membesar dan mulai mengalami pendarahan, biasanya dalam waktu 2 – 5 hari setelah terjadinya cedera. Perdarahan menyebabkan tinja berwarna kehitaman
seperti aspal, cairan lambung menjadi kemerahan dan jika sangat berat, tekanan darah bisa turun. Perdarahan bisa meluas dan berakibat fatal.
Gastritis Erosif Kronis
Gejalanya berupa mual ringan dan nyeri diperut sebelah atas. Tetapi banyak
penderita ( misalnya pemakai Aspirin jangka panjang ) tidak merasakan nyeri. Penderita lainnya merasakan gejala yang mirip ulkus, yaitu nyeri ketika perut
kosong. Jika gastritis menyebabkan perdarahan dari ulkus lambung, gejalanya berupa tinja berwarna kehitaman seperti aspal ( Melena ), muntah darah ( Hematemesis ) atau makanan yang sudah dicerna yang menyerupai endapan kopi.
Gastritis Eosinofilik
Gejalanya berupa nyeri perut dan muntah bisa disebabkan penyempitan atau
penyumbatan ujung saluran lambung yang menuju keusus dua belas jari.
Penyakit Meniere
Gejala yang paling sering ditemukan adalah nyeri lambung. Hilangnya nafsu makan, mual, muntah dan penurunan berat badan, lebih jarang terjadi. Tidak
pernah terjadi perdarahan lambung. Penimbunan cairan dan pembengkakan jaringan (edema) bisa disebabkan karena hilangnya protein dari lapisan lambung
yang meradang. Protein yang hilang ini bercampur dengan isi lambung dan dibuang dari tubuh.
Gastitis Sel Plasma
Gejalanya berupa nyeri perut dan muntah bisa terjadi bersamaan dengan timbulnya
ruam dikulit dan diare.
Gastritis Akibat Terapi Penyinaran
Menyebabkan nyeri, mual dan Heartburn (rasa hangat atau rasa terbakar dibelakang tulang dada), yang terjadi karena adanya peradangan dan kadang
karena adanya tukak dilambung. Tukak bisa menembus dinding lambung sehingga isi lambung tumpah kedalam rongga perut, menyebabkan peritonitis (peradangan
lapisan perut) dan nyeri yang luar biasa. Perut kaku dan keadaan ini memerlukan tindakan pembedahan darurat. Kadang setelah terapi penyinaran, terbentuk jaringan parut yang menyebabkan menyempitnya saluran lambung yang menuju
keusus duabelas jari, sehingga terjadi nyeri perut dan muntah. Penyinaran bisa merusak lapisan pelindung lambung, sehingga bakteri dapat masuk kedalam
dinding lambung dan menyebabkan nyeri hebat yang muncul secara tiba – tiba.
Gejala Gastritis secara umum
1. Hilangnya nafsu makan. 2. Sering disertai rasa pedih atau kembung di ulu hati, mual dan muntah.
3. Perih atau sakit seperti rasa terbakar pada perut bagian atas yang dapat menjadi lebih baik atau lebih buruk ketika makan.
4. Perut terasa penuh pada perut bagian atas setelah makan.
5. Kehilangan berat badan.
KLASIFIKASI
Gastritis dibagi menjadi 2 jenis (Charlene.J.Reeves, 2001) yaitu:
o Gastritis Akut
Gastritis akut adalah proses peradangan jangka pendek dengan konsumsi agen kimia atau makanan yang mengganggu dan merusak mucosa gastrik. Agen
semacam itu mencakup bumbu, rempah-rempah, alkohol, obat-obatan, radiasi, chemoterapi dan mikroorganisme infektif.
o Gastritis Kronis
Gastritis kronis dibagi dalam tipe A dan B. Gastritis tipe A mampu
menghasilkan imun sendiri, tipe ini dikaitkan dengan atropi dari kelenjar lambung dan penurunan mucosa. Penurunan pada sekresi gastrik mempengaruhi produksi antibodi. Anemia Pernisiosa berkembang dengan
proses ini. Sedangkan Gastritis tipe B lebih lazim, tipe ini dikaitkan dengan infeksi bakteri Helicobacter Pylori, yang menimbulkan ulkus pada dinding
lambung.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Bila pasien didiagnosis terkena Gastritis, biasanya dilanjutkan dengan pemeriksaan penunjang untuk mengetahui secara jelas penyebabnya.
Pemeriksaan ini meliputi :
o Pemeriksaan Darah
Tes ini digunakan untuk memeriksa adanya antibodi H. Pylori dalam darah. Hasil test yang positif menunjukan bahwa pasien pernah kontak dengan bakteri pada suatu waktu dalam hidupnya, tapi itu tidak menunjukan bahwa
pasien tersebut terkena infeksi. Tes darah dapat juga dilakukan untuk memeriksa Anemia, yang terjadi akibat pendarahan lambung akibat Gastritis.
o Pemeriksaan Pernafasan
Tes ini dapat menentukan apakah pasien terinfeksi oleh bakteri H. Pylori atau
tidak.
o Pemeriksaan Feses
Tes ini memeriksa apakah terdapat H. Pylori dalam feses atau tidak. Hasil yang positif mengindikasikan terjadi infeksi. Pemeriksaan juga dilakukan
terhadap adanya darah dalam feses. Hal ini menunjukan adanya perdarahan pada lambung.
o Endoskopi Saluran Cerna Bagian Atas
Dengan test ini dapat terlihat adanya ketidaknormalan pada saluran cerna
bagian atas yang mungkin tidak terlihat dengan sinar-X. Test ini dilakukan dengan cara memesukan sebuah selang kecil yang fleksibel (endoskop) melalui mulut dan masuk kedalam Esopagus, lambung dan bagian atas usus
kecil. Tenggorokan akan terlebih dahulu dimati-rasakan (anestesi) sebelum endoskop dimasukan untuk memastikan pasien merasa nyaman menjalani test
ini. Jika ada jaringan dalam saluran cerna yang terlihat mencurigakan, dokter akan mengambil sedikit sampel (biopsi) dari jaringan tersebut. Sampel itu kemudian akan dibawa kelaboratorium untuk diperiksa. Test ini memakan
waktu kurang lebih 20 sampai 30 menit. Pasien biasanya tidak langsung disuruh pulang ketika selesai test ini, tetapi harus menunggu sampai efek dari
anestesi menghilang, kurang lebih satu atau dua jam. Hampir tidak ada resiko akibat test ini. Komplikasi yang sering terjadi adalah rasa tidak nyaman pada tenggorokan akibat menelan endoskop.
o Ronsen Saluran Cerna Bagian Atas
Test ini akan melihat adanya tanda-tanda Gastritis atau penyakit pencernaan lainnya. Biasanya pasien akan diminta menelan cairan Barium terlebih dahulu sebelum dilakukan Ronsen. Cairan ini akan melapisi saluran cerna dan akan
terlihat lebih jelas ketika dironsen.
PENCEGAHAN
Walaupun infeksi H.Pylori tidak dapat selalu dicegah, berikut beberapa saran untuk dapat mengurangi resiko terkena Gastritis.
Makan secara benar
Hindari makanan yang dapat mengiritasi terutama makanan yang pedas, asam, gorengan, atau berlemak. Yang sama pentingnya dengan pemilihan jenis
makanan yang tepat bagi kesehatan adalah bagaimana cara memakannya. Makanlah dengan jumlah yang cukup, pada waktunya dan lakukan dengan santai.
Hindari Alkohol
Penggunaan Alkohol dapat mengiritasi dan mengikis lapaisan mucosa lambung
dan dapat mengakibatkan peradangan dan perdarahan.
Jangan merokok
Merokok mengganggu kerja lapisan lambung, membuat lambung lebih rentan terhadap Gastritis dan borok. Merokok juga meningkatkan asam lambung,
sehingga menunda penyembuhan lambung dan merupakan penyebab utama terjadinya kanker lambung.
Lakukan olah raga secara teratur
Aerobik dapat meningkatkan kecepatan pernafasan dan jantung, juga dapat menstimulasi
aktivitas otot usus sehingga membantu mengeluarkan limbah makanan dari usus secara lebih cepat.
Kendalikan stres
Stres meningkatkan resiko serangan jantung dan stroke, menurunkan sistem
kekebalan tubuh dan dapat memicu terjadinya permasalahan kulit. Stres juga dapat meningkatkan produksi asam lambung dan memperlambat kecepatan pencernaan. Karena stres bagi sebagian orang tidak dapat dihindari, maka
kuncinya adalah dengan mengendalikannya secara efektif dengan cara diet yang bernutrisi, istirahat yang cukup, olah raga teratur dan relaksasi yang cukup.
Ganti obat penghilang nyeri
Jika memungkinkan ahindari penggunaan AINS, obat-obat golongan ini akan
menyebabkan terjadinya peradangan dan akan membuat peradangan yang sudah ada menjadi lebih parah. Ganti dengan penghilang nyeri yang mengandung Acetaminophen.
Ikuti rekomendasi dokter
PENATALAKSANAAN
Terapi Gastritis sangat bergantung pada penyebab spesifiknya dan mungkin memerlukan perubahan dalam gaya hidup, pengobatan atau dalam kasus yang jarang pembedahan untuk mengobatinya.
o Jika penyebabnya adalah infeksi oleh Helicobacter Pylori, maka diberikan
Bismuth, Antibiotik (misalnya Amoxicillin &Claritromycin) dan obat anti-tukak (misalnya Omeprazole).
o Penderita Gastritis karena stres akut banyak mengalami penyembuhan (penyakit berat, cedera atau perdarahan) berhasil diatasi. Tetapi sekitar 2 % penderita Gastritis karena stres akut mengalami perdarahan yang sering
berakibat fatal. Karena itu dilakukan pencegahan dengan memberikan Antasid (untuk menetralkan asam lambung) dan obat anti-ulkus yang kuat (untuk
mengurangi atau menghentikan pembentukan asam lambung). Perdarahan hebat karena Gastritis akibat stres akut bisa diatasi dengan menutup sumber perdarahan dengan tindakan Endoskopi. Jika perdarahan masih berlanjut
mungkin seluruh lambung harus diangkat. o Penderita Gastritis Erosif Kronis bisa diobati dengan Antasid. Penderita
sebaikanya menghindari obat tertentu (misalnya Aspirin atau obat anti peradangan non-steroid lainnya) dan makanan yang menyebabkan iritasi lambung. Misoprostol mungkin bisa mengurangi resiko terbentuknya Ulkus
karena obat anti peradangan non-steroid. o Untuk meringankan penyumbatan disaluran keluar lambung pada Gastritis
Eosinofilik, bisa diberikan Kortikosteroid atau dilakukan pembedahan. o Gastritis Atrofik tidak dapat disembuhkan, sebagian besar penderita harus
mendapatkan suntikan tambahan vitamin B12.
o Penyakit Meiner bisa disembuhkan dengan mengangkat sebagian atau seluruh lambung.
o Gastritis sel plasma bisa diobati dengan obat anti Ulkus yang menghalangi pelepasan asam lambung.
o Pengaturan diet yaitu pemberian makanan lunak dengan jumlah sedikit tapi
sering. o Makanan yang perlu dihindari adalah yang merangsang dan berlemak seperti
sambal, bumbu dapur dan gorengan. o Kedisiplinan dalam pemenuhan jam-jam makan juga sangat membantu pasien
dengan gastritis.
KOMPLIKASI
Jika dibiarkan tidak terawat, Gastritis akan dapat mengakibatkan Peptic Ulcers dan perdarahan pada lambung. Beberapa bentuk gastritis kronis dapat meningkatkan
resiko kanker lambung, terutama jika terjadi penipisan secara terus – menerus pada dinding lambung dan perubahan pada sel – sel dinding lambung.
Kebanyakan kanker lambung adalah Adenocarcinomas, yang bermula pada sel – sel kelenjar dalam mucosa. Adenocarsinomas tipe 1 biasanya terjadi akibat infeksi H.
Pylori. Kanker jenis lain yang terkait dengan infeksi akibat H. Pylori adalah MALT (Mucosa associated Lymphoid Tissue) Lymphomas, kanker ini berkembang secara
perlahan pada jaringan sistem kekebalan pada dinding lambung. Kanker jenis ini dapat disembuhkan bila ditemukan pada tahap awal.
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK
DENGAN GASTRITIS
PENGKAJIAN
Metode yang dapat digunakan dalam pengkajian berupa wawancara, pemeriksaan fisik, observasi umum, catatan tertulis dari pelayanan kesehatan profesional lain,
hasil pemeriksaan diagnostik, catat pada waktu masuk RS dan interaksi dengan perawat, dokter, atau ahli yang lain (Long, 1996).
Pengkajian kesehatan meliputi waktu terjadinya masalah, durasi, faktor pencetus
dan manifestasi – manifestasi yang dirasakannya. Mulai dengan menanyakan mengapa ia mencari bantuan kesehatan, kapan merasakan gejala, tanyakan pasien mengenai keluhan utama dan penyakit saat ini berdasarkan: kapan masalah
pertama kali dirasakan? Apakah bertahap atau tiba – tiba? Apa yang dilakukan pasien bila masalah pertama kali dihadapi? Apakah ini berhubungan dengan
masukan makanan?
o Durasi Apakah masalah terjadi kadang – kadang atau
menetap? o Bila masalah nyeri, perhatikan apakah masalah nyeri kontinyu atau
intermitten?
Kualitas dan Karakteristik
Minta pasien untuk menggambarkan masalah
o Tingkat Keparahan
Apakah ini mempengaruhi kemampuannya melakukan aktivitas kehidupan
sehari – hari seperti biasanya.
Lokasi Dimana pasien merasakan terjadinya masalah? Apakah nyeri menyebar pada bagian tubuh yang
lain? Apa yang terjadi pada pasien bila terjadi
manifestasi?
Faktor Pencertus
Adakah sesuatu yang tampaknya menimbulkan masalah? Apakah hal itu membuat makin buruk / makin baik? Kapan ini terjadi?
Apakah berhubungan dengan makanan, minuman atau aktivitas? Apakah makanan mencetuskan / meningkatkan nyeri?
6. Faktor Penghilang
Adakah sesuatu yang dilakukan pasien untuk mengurangi masalah?
Sudahkah ia mencoba obat – obatan ? Mengubah posisi atau hal lain yang dapat menghilangkan nyerinya?
o Manifestasi yang berhubungan dengan gastritis Adakah manifestasi lain yang menggganggu pasien bila masalahnya ada? Apakah pasien kehilangan nafsu makan, mual, muntah atau diare?
Dibawah ini adalah sumber data yang berupa biodata pasien, keluhan utama, keluhan
tambahan, riwayat kesehatan dahulu, riwayat kesehatan keluarga dan pemeriksaan fisik pada pasien dengan Gastritis:
Biodata Pasien
Biodata pasien secara lengkap diperlukan untuk memulai hubungan yang harmonis dan serasi
antara perawat dan pasien. Adanya hubungan awal yang baik dapat memperlancar dalam mengembangkan hubungan atau komunikasi Terapeutik. Terjalinnya komunikasi terapeutik
yang baik dapat membantu menurunkan sters pasien akibat Hospitalisasi dan meningkatkan peras serta pasien dalam perawatan dan pengobatan.
Keluhan Utama
Keluhan utama yang dirasakan pasien adalah nyeri didaerah Epigastrium. Nyeri yang dialami dipengaruhi oleh penglaman, persepsi, toleransi dan reaksi orang terhadap nyeri itu sendiri.
Individu memberi respon yang berbeda terhadap nyeri, ada yang disertai rasa takut, gelisah, dan cemas sedangkan yang lain penuh dengan toleransi dan optimis. ( Long, 1996 ).
Beberapa mekanisme nyeri yang bersumber dari abdomen yaitu inflamasi
peritoneum parietal, obstruksi visera rongga, gangguan vaskular dan dinding abdominal. Nyeri inflamasi peritoneum parietal bersifat tetap, sakit dan terletak langsung pada daerah meradang. Intensitas nyeri tergantung pada tipe dan jumlah
substansi benda asing pada peritoneum parietal yang terpapar dalam periode waktu tertentu. Pelepasan mendadak sejumlah kecil cairan asam lambung kerongga
peritoneum menyebabkan nyeri yang hebat dibandingkan dengan bahan yang sangat tercemar dalam jumlah yang sama.
Karakteristik lain iritasi peritoneal adalah spasme reflek tonik otot abdomen.
Intensitas spasme otot tonik yang menyertai inflamasi peritoneal bergantung pada lokasi proses peradangan atau kecepatan berkembang dan integritas sistem nervosa.
Nyeri obstruksi visera abdominal berongga secara klasik dilukiskan sebagai intermiten, abdomen mulas atau kolik. Nyeri karena gangguan vaskuler disebabkan
karena adanya embolisme atau trombosis arteri mesentererika superior.
Nyeri yang timbul dari dinding abdomen biasanya konstan dan sakit. Pergerakan, berdiri lama dan adanya tekanan pada abdomen akan menambah perasaan nyeri dan
spasme otot. Keterlibatan otot secara serentak pada bagian lain dari tubuh biasanya bermanfaat untuk membedakan miositis dinding abdomen dari suatu proses intraabdominal yang dapat menyebabkan nyeri pada daerah yang sama.
Keluhan Tambahan
Keluhan tambahan yang terdapat pada pasien gastritis biasanya berupa mual dan muntah. Mual dan muntah dikendalikan oleh pusat muntah pada dasar ventrikel otak keempat. Pusat muntah dibagian dorsal lateral dari formasio retikularis medula oblongata, yaitu pada tingkat
nukleus motorik dorsal lateral dari syaraf vagus. Pusat ini terletak dekat dengan pusat salivasi, vasomotor dan pernafasan. Alat keseimbangan dapat terserang akibat proses – proses
sentral atau perifer. Peranan dari pusat muntah adalah mengkoordinir semua komponen komplek yang terlibat dalam proses muntah. (Long, 1996).
Terjadinya muntah didahului oleh salivasi dan inspirasi dalam sfinter esophagus akan relaksasi, laring dan palatum mole tingkat dan glotis menutup. Selanjutnya
diafragma akan berkontraksi dan menurun serta dinding perut juga berkontraksi mengakibatkan suatu tekanan pada lambung dan sebagian isinya dimuntahkan.
Peristiwa ini didahului oleh statis lambung, kontraksi duodenum, dan antrum lambung. Mual dirasakan sebagai sensasi tidak enak diepigastrium, dibelakang tenggorokan dan perut. Sensasi mual biasanya disertai dengan berkurangnya
motilitas lambung dan meningkatnya kontraksi duodenum.
Terdapat lima penyebab muntah yang utama diantaranya adalah penyakit psikogenik, proses – proses sentral, proses sentral tidak langsung, penyakit perifer
dan iritasi lambung atau usus. Konsekuensi dari muntah yang berat dan lama akan
meningkatkan dehidrasi, gangguan keseimbangan elektrolit serta gangguan asam basa.
Riwayat Kesehatan Dahulu
Perawat menanyakan kepada pasien tentang masalah masa lalu pada sistem Gastrointestinal. Pernahkan pasien dirawat dirumah sakit? Untuk melanjutkan pengkajian keperawatan riwayat pasien, perawata mencatat status kesehatan umum pasien serta gangguan dan perbedaan
gastrointestinal sebelumnya. Obat – obatan, dapatkan informasi lengkap tentang obat yang diresepkan dan yang dijual bebas, baik saat ini dan yang digunakan sebelumnya. Tanyakan
tentang penggunaan Aspirin, dan obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID) yang dapat memperberat gastritis.
Riwayat Kesehatan Keluarga
Riwayat kesehatan keluarga tentang penyakit Gastrointestinal yang dapat mempengaruhi masalah kesehatan saat ini dan masa lalu pasien.
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik kemudian dilakukan untuk memastikan data subjektif yang didapat dari pasien. Abdomen diinspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi. Pasien ditempatkan dalam
posisi terlentang.
Kontur dan simetrisitas abdomen diperhatikan dengan identifikasi benjolan lokal, distensi atau gerakan peristaltik. Auskultasi dilaksanakan sebelum perkusi dan
palpasi dapat meningkatkan motilitas usus, mengubah bising usus. Palpasi digunakan untuk mengidentifikasi masa abdomen atau area nyeri tekan sebelum perkusi dan palpasi. Timpani atau pekak dicatat selama perkusi. (Ester, 2000)
Nyeri tekan pada regio epigastrik merupakan salah satu dari manifesrasi klinis pada gastritis. (Long, 1996). Nyeri pada regio epigastrik terjadi karena destruksi mucosa lambung. Destruksi tersebut terjadi karena susana asam yang terdapat pada lumen
lambung yang akan mempercepat kerusakan mukosa barier oleh cairan usus yang menyebabkan efek nyeri epigastrik, karena terjadi vasokontriksi pembuluh darah
yang disebabkan karena stress terjadi penurunan perfusi mucosa. Iskemia mucosa menyebabkan permeabilitas meningkat sehingga difus balik H+ meningkat dan terjadi pengeluaran histamin mucosa dan pertukaran yang dapat mengakibatkan
gejala distensi abdomen dan konsistensi agak keras.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan rasa nyaman ( Nyeri Akut ) berhubungan dengan Cedera Biologi (Iritasi
Lambung )
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan masukan makanan tidak adekuat dan rangsangan muntah.
3. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi pada mukosa lambung
1. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan Muntah, Haematoemesis, Melena.
1. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan imunitas menurun dan proses penyakit.
2. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, pengobatan, perawatan serta
hospitalisasi berhubungan dengan Kurang informasi.
C. INTERVENSI
DX. I : Gangguan rasa nyaman (Nyeri Akut) b.d Cedera Biologi (Iritasi
Lambung)
Tujuan : Nyeri berkurang atau hilang
NOC I : Kontrol Nyeri
Kriteria Hasil :
Mengetahui faktor penyebab nyeri
Mengetahui permulaan terjadinya nyeri Menggunakan tindakan pencegahan Melaporkan gejala
Melaporkan kontrol nyeri
NOC II : Tingkat Nyeri
Kriteria Hasil :
1. Melaporkan nyeri berkurang atau hilang 2. Frekuensi nyeri berkurang
3. Lamanya nyeri berlangsung 4. Ekspresi wajah saat nyeri 5. Posisi tubuh melindungi
Skala Penilaian NOC :
Tidak pernah dilakukan Jarang dilakukan Kadang dilakukan
Sering dilakukan Selalu dilakukan
NIC I : Manajemen Nyeri
Aktivitas
1. Lakukan pengkajian nyeri secara menyeluruh meliputi lokasi, durasi, kualitas, keparahan nyeri dan faktor pencetus nyeri.
2. Observasi ketidaknyamanan non verbal. 3. ajarkan untuk teknik nonfarmakologi misal relaksasi, guide imajeri, terapi musik,
distraksi. 4. Kendalikan faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi respon pasien terhadap
ketidaknyamanan misal suhu, lingkungan, cahaya, kegaduhan.
5. Kolaborasi : pemberian Analgetik sesuai indikasi
NIC II : Manajemen Analgetik
Aktivitas
1. Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas dan tingkat nyeri sebelum mengobati pasien.
2. Cek obat meliputi jenis, dosis, dan frekuensi pemberian analgetik. 3. Tentukan jenis analgetik ( Narkotik, Non-Narkotik) disamping tipe dan tingkat
nyeri. 4. Tentukan Analgetik yang tepat, cara pemberian dan dosisnya secara tepat. 5. Monitor tanda – tanda vital sebelum dan setelah pemberian analgetik.
DX II : Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d
masukan makanan tidak adekuat dan rangsangan muntah.
Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi
NOC : Status Gizi
Kriteria Hasil :
1. Mempertahankan berat badan dalam batas normal
Berat badan ideal :
Rumus : 8 + 2n n : umur
Status nutrisi = Berat badan sekarang X 100 %
Berat Ideal
2. Toleransi terhadap diet yang dianjurkan
Pasien mau makan diet yang diberikan minimal habis ½ porsi, nafsu makan baik.
3. Melaporkan keadekuatan tingkat energi
Pasien tidak lemas dan lemah.
4. Menyatakan keinginan untuk mengikuti diet
Pasien mau makan.
5. Nilai laboratorium misal Albumin dan Globulin dalam batas normal
Albumin normal : 3,5 – 5,3 gr/dl
Globulin normal : 2,7 – 3,2 gr/dl
Hemoglobin : 12 – 16 gr/dl
SGOT : L<37, P<31 uI/L
SGPT : L<41, <31 uI/L
Skala penilaian NOC :
1. Tidak adekuat 2. Ringan
3. Sedang 4. Kuat 5. Adekuat total
NIC : Pengelolaan Nutrisi
Aktivitas
Kaji tentang makanan yang membuat klien alergi. Tentukan makanan kesukaan klien. Dorong pasien untuk memilih makanan yang lunak.
Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin C Hindari makanan pedas, asam atau berminyak.
Monitor jumlah pemasukan nutrisi dan kalori. Kolaborasi :
1. Diskusikan dengan ahli gizi dalam menentukan jumlah kebutuhan kalori dan protein.
2. Diskusikan dengan dokter kebutuhan stimulasi nafsu makan, makanan pelengkap.
DX III : Hipertermi b.d Proses infeksi pada mukosa lambung
Tujuan : Tidak terjadi peningkatan suhu tubuh
NOC : Termoregulasi
Kriteria Hasil :
1. Suhu tubuh dalam batas normal
Suhu tubuh normal berkisar antara 36 – 37 derajat celsius
2. Menjelaskan tindakan untuk mengurangi peningkatan suhu tubuh
Tindakan untuk mengurangi peningkatan suhu tubuh.
3. Tidak ada perubahan warna kulit.
Warna kulit tidak sianosis, turgor kulit baik.
1. Denyut nadi normal
Nadi
New Born 100 – 180 X/menit
1 minggu – 3 bulan 100 – 120 X/menit
3 bulan – 3 tahun 80 – 150 X/menit
2 – 10 tahun 70 – 110 X/menit
10 tahun – dewasa 55 – 90 X/menit
2. Respirasi normal
Pernafasan
New Born 35 X/menit
1 – 11 bulan 30 X/menit
2 tahun 25 X/menit
4 tahun 23 X/menit
6 tahun 21 X/menit
8 tahun 20 X/menit
10 – 12 tahun 19 X/menit
14 tahun 18 X/menit
16 tahun 17 X/menit
18 tahun 16 – 18 X/menit
3. Cairan seimbang (intake dan out put) dalam 24 jam
Urine output
1 – 3 tahun 500 – 600 ml
3 – 5 tahun 600 – 700 ml
5 – 8 tahun 700 – 1000 ml
8 – 14 tahun 800 – 1400 ml
14 –18 tahun 1500 ml
Berat jenis urine 20 – 40 mg/dl
7. Tekanan darah dalam batas normal
Tekanan darah
New Born 40 mmHg
1 bulan 85/54 mmHg
1 tahun 95/65 mmHg
6 tahun 105/65 mmHg
10 – 13 tahun 110/65 mmHg
14 – 17 tahun 120/80 mmHg
Skala Penilaian NOC :
1. Tidak normal
2. Jauh dari normal 3. Hampir normal
4. Cukup normal 5. Normal
NIC I : Regulasi tubuh
1. Observasi tanda – tanda vital 2. Berikan minuman per oral
3. Kompres dengan air hangat 4. Kolaborasi pemberian Antipiretik
5. Monitor masukan dan keluaran cairan dalam 24 jam
DX. IV : Resiko kekurangan volume cairan b.d Muntah, Haematoemesis, Melena
Tujuan : Tidak ada tanda – tanda kekurangan volume cairan misal dehidrasi
NOC : Fluid Balance
Kriteria Hasil :
6. Keseimbangan intake dan output dalam 24 jam
7. Tidak terlihat mata cekung 8. Kelembaban kulit dalam batas normal
9. Membran mukosa lembab 10. Berat badan stabil
Skala Penilaian NOC :
1. Luar biasa kompromi 2. Kompromi sekali
3. Kompromi baik 4. Kompromi sedang
5. Tidak ada kompromi
NIC : Fluid Management
Aktivitas
1. Timbang popok jika diperlukan 2. Pertahan intake dan output yang akurat
3. Monitor status hidrasi (kelembaban membran mucosa, nadi adekuat, tekanan darah)
4. Monitor vital sign
5. Dorong masukan oral 6. Dorong keluarga untuk membantu pasien makan
7. Kolaborasi 1. Pemberian cairan IV 2. Pemberian tranfusi darah jika perlukan
DX. V : Resiko tinggi infeksi b.d Imunitas menurun dan Proses penyakit
Tujuan : Tidak terjadi infeksi lebih lanjut
NOC I : Imune Status
Kriteria Hasil :
1. Pasien bebas dari tanda dan gejala infeksi
Tidak ada rubor, color, dolor, tumor dan fungsiolesa.
2. Menunjukan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi
3. Menunjukan perilaku hidup sehat
Personal hygiene pasien terpenuhi baik sacara mandiri maupun dibantu keluarga.
NOC II : Pengendalian Resiko
Kriteria Hasil :
1. Mengindikasikan status gastrointestinal, pernafasan, genitouria dan imun dalam
batas normal
a. Tidak ada konstipasi atau diare.
b. Pernafasan
New Born 35 X/menit
1 – 11 bulan 30 X/menit
2 tahun 25 X/menit
4 tahun 23 X/menit
6 tahun 21 X/menit
8 tahun 20 X/menit
10 – 12 tahun 19 X/menit
14 tahun 18 X/menit
16 tahun 17 X/menit
18 tahun 16 – 18 X/menit
c. Tidak ada gangguan dalam berkemih
d. Daya tahan tubuh baik tidak mudah terserang penyakit
1. Mendapatkan imunisasi yang tepat
Imunisasi
Umur Imunisasi yang harus didapat
0 bulan Hepatitis B1, BCG, Polio 1
2 bulan Hepatitis B2, DPT1, Polio 2
3 bulan DPT2, Polio 3
4 bulan DPT3, Polio 4
6 bulan Hepatitis B3
9 bulan Campak
Skala Penilaian NOC :
1. Tidak pernah menunjukan
2. Jarang menunjukan 3. Kadang menunjukan
4. Sering menunjukan 5. Konsisten menunjukan
NIC : Infection Protection
Aktivitas
1. Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal
2. Monitor terhadap kerentanan infeksi 3. Batasi pengunjung 4. Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap kemerahan, panas dan drainase
5. Dorong masukan nutrisi yang cukup 6. Dorong masukan cairan yang cukup
7. Dorong pasien untuk istirahat 8. Informasikan kepada keluarga kapan jadwal imunisasi (DPT, Polio, Campak,
Rubella) 9. Jelaskan keuntungan imunisasi 10. Ajarkan kepada pengunjung untuk mencuci tangan setiap kali masuk dan keluar
dari ruangan klien. 11. Kolaborasi : Berikan antibiotik jika diperlukan
DX. VI : Kurang pengetahuan mengenai kondisi, pengobatan, perawatan
serta hospitalisasi
Tujuan : Pengetahuan pasien dan keluarga bertambah
NOC : Pengetahuan : Proses Penyakit
Kriteria Hasil
1. Mengenal nama penyakit 2. Deskripsi proses penyakit
3. Deskripsi faktor penyebab 4. Deskripsi tanda dan gejala
5. Deskripsi cara meminimalkan perkembangan penyakit 6. Deskripsi komplikasi penyakit 7. Deskripsi tindakan pencegahan terhadap komplikasi
Skala Penilaian NOC :
1. Tidak ada
2. Sedikit 3. Sedang
4. Luas 5. Lengkap
NIC : Pembelajaran Proses Penyakit
Aktivitas
1. Kaji tingkat pengetahuan klien tentang penyakit
2. Jelaskan tanda dan gejala penyakit 3. Jelaskan proses penyakit 4. Identifikasi penyebab penyakit
5. Berikan informasi tentang kondisi klien 6. Berikan informasi tentang hasil pemeriksaan laboratorium
7. Diskusikan perubahan gaya hidup untuk mencegah komplikasi
C. EVALUASI
Dx Kriteria Hasil Keterangan Skala
I
Kontrol Nyeri
NOC I : Kontrol Nyeri
Kriteria Hasil :
1. Mengetahui faktor penyebab nyeri
2. Mengetahui permulaan terjadinya nyeri
3. Menggunakan tindakan pencegahan
4. Melaporkan gejala 5. Melaporkan kontrol nyeri
NOC II : Tingkat Nyeri
Kriteria Hasil
1. Melaporkan nyeri berkurang atau
hilang 2. Frekuensi nyeri berkurang
3. Lamanya nyeri berlangsung 4. Ekspresi wajah saat nyeri 5. Posisi tubuh melindungi
1. Tidak pernah dilakukan 2. Jarang dilakukan 3. Kadang dilakukan
4. Sering dilakukan 5. Selalu dilakukan
II
NOC : Status Gizi
1. Mempertahankan berat badan dalam batas normal
2. Toleransi terhadap diet yang dianjurkan
3. Melaporkan keadekuatan tingkat energi
4. Menyatakan keinginan untuk
mengikuti diet 5. Nilai laboratorium misal Albumin
dan globulin dalam batas normal
1. Tidak adekuat 2. Ringan
3. Sedang 4. Kuat
5. Adekuat total
III.
NOC : Termoregulasi
1. Suhu tubuh dalam batas normal 2. Menjelaskan tindakan untuk
mengurangi peningkatan suhu tubuh
3. Tidak ada perubahan warna kulit 4. Denyut nadi normal 5. Respirasi normal
6. Cairan seimbang (intake & output) dalam 24 jam
7. Tekanan darah dalam batas normal
1. Tidak normal
2. Jauh dari normal 3. Hampir normal 4. Cukup normal
5. Normal
IV.
NOC : Fluid Balance
1. Keseimbangan intake dan output dalam 24 jam
2. Berat badan stabil 3. Tidak ada cekung 4. Kelembaban kulit dalam batas
normal 5. Membran mukosa lembab
1. Luarbiasa kompromi 1. Kompromi sekali 2. Kompromi baik
3. Kompromi sedang 4. Tidak kompromi
V.
NOC I : Imune Status
1. Pasien bebas dari tanda dan gejala
infeksi 2. Menunjukan kemampuan untuk
mencegah timbulnya infeksi 3. Menunujukan perilaku hidup sehat
NOC II : Pengendalian Resiko
1. Mengindikasikan status
gastrointestinal, pernafasan, genitouria dan imun dalam batas normal
2. Mendapatkan imunisasi yang tepat
1. Tidak pernah menunjukan 2. Jarang menunjukan 3. Kadang menunjukan
4. Sering menunjukan 5. Konsisten menunjukan
VI.
1. Mengenal nama penyakit
2. Deskripsi proses penyakit
3. Deskripsi faktor penyebab
4. Deskripsi tanda dan gejala
5.Deskripsi cara meminimalkan
perkembangan penyakit
6. Deskripsi komplikasi penyakit
7.Deskripsi tindakan pencegahan terhadap komplikasi
1. Tidak ada
2. Sedikit
3. Sedang
4. Luas
5. Lengkap
DAFTAR PUSTAKA
Brunner, A. Suddart, 2005, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah,ed 8 vol.3, EGC, Jakarta.
Ester, M, 2001, Keperawatan Medikal Bedah Pendekatan Sistem Gastrointestinal,
EGC, Jakarta.
Johnson, Marion, 2000, Nursing Outcomes Classification (NOC), second edition, Mosby, United State of American.
Hadi, Sujono, 1991, Gastroenterologi, ed 5, Alumni, Bandung.
Long, BC, 1996, Perawatan Medikal Bedah: Suatu Pendekatan Proses
Keperawatan, Yayasan Ikatan Pendidikan Keperawatan Pajajaran , Bandung.
Mansjoer, A, Suprohaita & Setyowulan, 1999, Kapita Selekta Kedokteran ed 3, Media Aesculapius, Jakarta.
MC, Closkey, Joanne C, 1996, Nursing Intervention Classification (NIC), second
edition, Mosby, United State of American.
Santosa, Budi, 2006, Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda 2005-2006 Definisi dan Klasifikasi, EGC, Jakarta.
Priharjo, R, 1996, Pengkajian Fisik Keperawatan, editor Gede Yasmin asih, EGC,
Jakarta.
Reeves, Charlene J, 2001, Keperawatan Medikal Bedah, Salemba Medika, Jakarta.
Suharyo, dkk, 1988, Gastroenterologi Anak Praktis, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.
LAPORAN PENDAHULUAN GASTRITIS
I. PENGERTIAN.
Gastritis adalah suatu peradangan yang terjadi pada mukosa lambung yang akut dengan kerusakan-kerusakan erosi. (Brunner dan Sudath, 2000 : 1405)
II. ETIOLOGI.
A. Gastritis Akut. Inflamasi akut dari dinding lambung yang biasanya terbatas pada mukosanya saja terjadi atas
gastritis eksogen dan endogen yang akut. a. Gastritis eksogen akut. Disebabkan faktor dari luar yang terdiri dari beberapa bagian:
Gastritis eksogen akut yang simple, disebabkan oleh : Makanan
Makanan dan minuman panas yang dapat merusak mukosa lambung, seperti rempah-
rempah, alkohol dan sebagainya.
Obat-obatan, seperti : Analgetik, Anti inflamasi, antibiotik dsb.
Bahan kimia dan minuman yang bersifat korosit, bahan alkali yang kuat seperti, soda, kaustik, (non-hydroxide) korosit sublimat.
b. Gastritis endogen akut. Disebabkan kelainan dalam tubuh yang terdiri dalam beberapa bagian : - Gastritis infektiosa akut, disebabkan oleh toksin atau bakteri yang beredar dalam darah dan
masuk ke jantung, misalnya morbili, dipteri, variola dsb. - Gastritis egmonos akute, disebabkan oleh invasi langsung dari bakteri pirogen pada dinding
lambung, seperti streptococcus, stpilacoccus dsb.
B. Gastritis Kronis. Merupakan suatu inflamasi kronik yang terjadi pada waktu lama pada permukaan mukosa lambung, penyebabnya belum diketahui secara langsung, namun diduga disebabkan oleh :
- Bakteri, infeksi stapilococcus (akute) mungkin pada akhirnya akan menjadi kronis.
- Infeksi lokal, infeksi pada sinus, gigi dan post nasal dapat menimbulkan gastritis. - Alkohol dapat menyebabkan kelainan pada mukosa lambung.
- Faktor, psikologis dapat menimbulkan hipersekresi asam lambung.
III. PATOFISIOLOGI. Pada gaster yang terjadi peradangan pada lapisan mukosa terjadi kemerahan, edema dan meradang, biasanya peradangan ini terbatas pada mukosa saja. Apabila sering mengkonsumsi
bahan-bahan yang bersifat iritasi maka dapat menyebabkan perdarahan mukosa lambung, juga dapat menimbulkan kerak yang disertai reaksi inflamasi. Jika hal ini terus berlanjut,
maka akan terjadi peningkatan sekresi asam lambung serta dapat meningkatkan jumlah asam lambung. Keadaan demikian dapat menyebabnkan iritasi yang lebih parah pada mukosa lambung akibat hipersekresi dari asam lambung.
IV. POHON MASALAH
(Mansjoer, Arif. 2000)
V. MANIFESTASI KLINIS. A. Gastritis Akute. a. Gastritis Akute Eksogen Simple
- Nyeri epigastrik mendadak. - Nausea yang di susul dengan vomitus.
- Saat serangan pasien berkeringat, gelisah, sakit perut, dan kadang disertai panas serta tachicardi.
- Biasanya dalam 1-2 hari sembuh kembali. b. Gastritis Akute Eksogen Korosiva - Pasien kolaps dengan kulit yang dingin.
- Tachicardi dan sianosis. - Perasaan seperti terbakar, pada epigastrium.
- Nyeri hebat / kolik. c. Gastritis Infeksiosa Akute - Anoreksia
- Perasaan tertekan pada epigastrium. - Vomitus.
- Hematemisis. d. Gastritis Hegmonos Akute : - Nyeri hebat mendadak di epigastrium - Neusia.
- Rasa tegang pada epigastrium - Vomitus. - Panas tinggi dan lemas - Tachipneu.
- Lidah kering sedikit ekterik - Tachicardi - Sianosis pada ektremitas - Diare. - Abdomen lembek - Leukositosis
B. Gastritis Kronis, terdiri dari :
a. Gastritis Superfisialis. - Rasa tertekan yang samar pada epigastrium.
- Penurunan BB. - Kembung / rasa penuh pada epigastrium. - Nousea.
- Rasa perih sebelun dan sesudah makan. - Terasa pusing.
- Vomitus. b. Gastritis Atropikan. - Rasa tertekan pada epigastrium. - Anorexia.
- Rasa penuh pada perut. - Nousea. - Keluar angin pada mulut. - Vumitus.
- Mudah tersinggung. - Gelisah. - Mulut dan tenggorokan terasa kering. c. Gastritis Hypertropik Kronik
- Nyeri pada epigastrium yang tidak selalu berkurang setelah minum susu. - Nyeri biasanya timbul pada malam hari.
- Kadang disertai melena.
VI. PEMERIKSAAN PENUNJANG. Tiga cara dalam menegakkan pemeriksaan, yaitu gambaran klinis, gambaran lesi mukosa akut di mukosa lambung berupa erosi atau ulkus dangkal dengan tepi rata pada endoskopi,
dan gambaran foto atau gambaran radiologi dengan kontras tunggal yang sukar untuk melihat lesi permukaan yang superficial, karena itu sebaiknya digunakan kontras ganda secara umum
peranan endoskopi saluran cerna bagian atas lebih sensitif dan spesifik untuk diagnosis kelainan akut lambung.
VII. PENATALAKSANAAN. A. Gastritis Akute.
a. Gastritis Eksogen Akute Simple. - Fase akute, istirahat total 1-2 hari.
- Hari 1 sebaiknya jangan diberikan makan, setelah mual dan muntah berkurang, coba berikan teh hangat dan air minum. - Hari kedua berikan susu hangat, benintton dengan garam terutama setelah banyak muntah.
- Hari ketiga boleh makan bubur dan bisa makan lembek lainnya. - Kolaborasi medik :
o Pemberian cairan. o Antimentek untuk mengurangi muntah ~ Sotatik. o Anti spasmodik untuk memperbaiki spasme otot.
b. Gastritis Infektiosa Akute. - Pengaturan diet.
- Beri makanan lembek dan tidak merangsang mual dan muntah. - Kolaborasi medik : o Pemberian antibiotik untuk penanganan factor penyebab.
o Pembrian anti spasmodik. c. Gastritis Hegmonos Akute.
- Pengaturan diet. - Pada abses lokal perlu dilakukan drainase. - Pada pasien dengan hegmonos dispus perlu gastriktomy.
- Kolaborasi medik : o Antibiotik untuk penanganan faktor penyebab.
B. Gastritis Kronis. a. Gastritis Superfisialis. - Istirahat yang cukup.
- Pemberian makanan yang cair utuk penderita yang mengalami erosi dan perdarahan sedikit. - Makanan lembek untuk yang tidak terjadi perdarahan.
- Kolaborasi medik : o Pemberian anti spasmodik. b. Gastritis Atropikan.
- Setelah makan sebaiknya istirahat untuk mnecegah terjadinya neusea dan vomitus. - Beri makanan lembek dan porsi kecil tapi sering.
- Kolaborasi medik : o Pemberian anti spasmodik. o Beri ekstrak hati, Vit. B12, dan zat besi.
c. Gastritis Hypertropikan. - Istirahat yang cukup.
- Hindari merokok. - Beri makanan cair dan lembek. - Kolaborasi medik :
o Anti spasmodik. o Anti perdarahan k/p.
VIII. KOMPLIKASI.
A. Gastritis Akute. a. Perdarahan saluran cerna atas, hingga anemia dan kematian. b. Ulkus pada lambung.
c. Perforasi lambung.
B. Gastritis Kronis. a. Gangguan penyerapan Vitamin B12 karena atropi lambung dan akan terjadi anemia
pernisiosa. b. Gangguan penyerapan zat besi.
c. Penyempitan daearah fillorus. d. Kanker lambung.
IX. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GASTRITIS A. PENGKAJIAN.
1. Aktivitas / istirahat. Gejala : Kelemahan / kelelahan.
Tanda : Takhikardi, takipnoe, ( hiperventilasi ). 2. Sirkulasi. Gejala : • Hipotensi.
• Takhikardi. Disritmia. • Kelemahan nadi / perifer
• Pengisian kapiler lambat. • Warna kulit pucat, sianosis. • Kelembaban kulit, berkeringat.
3. Integritas Ego. Gejala : • Faktor stress akut / psikologi.
• Perasaan tidak berdaya. Tanda : • Tanda ansietas, misalnya ; pucat, gelisah, berkeringat. • Perhatian menyempit.
4. Eliminasi. Gejala : • Perubahan pola defekasi / karakteristik feces.
Tanda : • Nyeri tekan abdomen. • Distensi abdomen. Peningkatan bunyi usus. • Karakteristik feses ; diare dan konstipasi.
5. Makanan / Cairan Gejala : • Anorexia, mual, dan muntah, cegukan.
• Tidak toleran terhadap makanan. Tanda : • Muntah, membran mukosa kering, turgor kulit menurun. 6. Neorosensori
Gejala : • Pusing, sakit kepala, terasa berdengung. • Status mental, tingkat kesadaran terganggu, cenderung mengantuk, disorientasi, bingung.
7. Nyeri / Kenyamanan Gejala : • Nyeri digambarkan tajam, dangkal, rasa terbakar, perih • Rasa ketidaknyamanan / distres samar-samar setelah banyak makan & hilang setelah minum
obat antasida. • Nyeri epigastrium kiri menyebar ketengah dan menjalar tembus kepinggang 1-2 jam setelah
makan ( ulkus peptik ).
• Nyeri epigastrium kanan 4 jam setelah makan dan hilang setelah diberi antasida ( ulkus
doudenum ). • Faktor pencetus, makanan, rokok, alkohol penggunaan obat tertentu. • Stress psikologis.
8. Keamanan
Gejala : Alergi terhadap obat. Tanda : Peningkatan suhu.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN TIMBUL. 1. Nyeri (akut) berhubungan dengan inflamasi mukosa lambung.
Tujuan : Nyeri hilang (terkontrol) dan kebutuhan rasa nyaman terpenuhi. KH : - Nyeri klien berkurang atau hilang.
- Skala nyeri 0. - Klien dapat relaks. - Keadaan umum klien baik.
• Intervensi 1. Observasi TTV.
2. Kaji skala nyeri klien. 3. Atur posisi yang nyaman bagi klien. 4. Ajarkan teknik distraksi dan reklasasi.
5. Kolaborasi dalam pemberian analgetik. • Rasionalisasi.
1. Mengetahui perkembangan klien. 2. Mengetahui perkembangan nyeri klien. 3. Posisi yang tepat dan dirasa nyaman oleh klien dapat mengurangi resiko klien terhadap
nyeri. 4. Dapat membuat klien jadi lebih baik dan melupakan nyeri.
5. Analgetik dapat memblok reseptor nyeri pada susunan saraf pusat.
2. Pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat. Tujuan : Pemenuhan nutrisi klien dapat teratasi dan BB klien dapat dipertahankan.
KH : - Nafsu makan klien membaik. : - BB klien menunjukkan peningkatan.
• Intervensi 1. Anjurkan istirahat sebelum makan. 2. Dorong tirah baring dan pembatasan aktivitas selama fase akut.
3. Anjurkan makan sedikit demi sedikit tapi sering. 4. Hindari makanan yang menimbulkan gas.
5. Beri makanan selagi hangat. 6. Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian diet. • Rasionalisasi
1. Menenangkan peristaltik dan meningkatkan energi untuk makan. 2. Menurunkan kebutuhan metabolik untuk mencegah penurunan kalori dan simpanan energi.
3. Menghindari terjadinya mual karena pengisian lanbung secara tiba-tiba. 4. Dapat mempengaruhi nafsu makan atau pencernaan dan membatasi masukan nutrisi. 5. Dapat membangkitkan nafsu makan.
6. Diet yang sesuai dapat mempercepat penyembuhan
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik. Tujuan : Klien dapat beraktivitas.
KH : - Klien dapat beraktivitas tanpa bantuan, - Skala aktivitas 0-1 • Intervensi
1. Observasi sejauh mana klien dapat melakukan aktivitas. 2. Berikan lingkungan yang tenang.
3. Berikan bantuan dalam aktivitas. 4. Jelaskan pentingnya beraktivitas bagi klien.
• Rasionalisasi 1. Mengetahui aktivitas yang dapat dilakukan klien.
2. Menigkatkan istirahat klien. 3. Membantu bila perlu, harga diri ditingkatkan bila klien melakukan sesuatu sendiri.
4. Klien tahu pentingnya beraktivitas.
4. Ganguan pola istirahat dan tidur berhubungan dengan sakit kepala dan pusing. Tujuan : Kebutuhan istirahat dan tidur klien tidak terganggu. KH : - Klien dapat istirahat dan tidur secara normal atau biasa.
- Klien merasa lebih sehat. - Klien tidak kelihatan lesu.
• Intervensi 1. Kaji pola istirahat dan tidur klien. 2. Ciptakan lingkungan tenang.
• Rasionalisasi 1. Memberi informasi untuk intervensi berikutnya.
2. Mempercepat klien untuk tidur. 5. Ansietas tahap sedang berhubungan dengan perubahan status kesehatan. Tujuan : Ansietas klien dapat teratasi.
KH : - Kepercayaan diri klien meningkat. • Intervensi
1. Observasi respon fisiologis, mis : takipnoe, palpitasi, pusing. 2. Catat petunjuk perilaku, mis : gelisah, midah tersinggung. 3. Dorong pernyataan takut dan ansietas, berikan respon umpan balik.
4. Berikan lingkungan yang tenang untuk beristirahat. 5. Berikan tekhnik relaksasi, mis: latihan nafas dalamdan bimbingan imaginasi.
• Rasionalisasi 1. Dapat menjadi indikasi derajat ansietas yang dialami pasien. 2. Indikator derajat ansietas.
3. Membuat hubungan therafiutik, membantu pasien untuk menerima perasaan dan menurunkan ansietas yang tidak perlu tentang ketidak tahuan.
4. Memindahkan pasien dari stresor luar dan meningkatkan relaksasi, juga dapat meningkatkan ketrampilan koping. 5. Cara relaksasi dapat membantu menurunkan takut dan ansietas.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner dan Sudart. 2002. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Jilid 2. Jakarta : EGC. Dongoes, E Marilyn, et. All. 1999. Rencana Keperawatan Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Pasien Edisi 3. Jakarta : EGC.
Mansjoer, Arif. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3. Jakarta : EGC.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN Tn. S DENGAN DIAGNOSA MEDIS GASTRITIS
DI RUANG PERAWATAN ZAMRUD RSUD H. DAMANHURI BARABAI
I. BIODATA
A. Identitas Klien
Nama : Tn. S Umur : 26 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki Agama : Islam
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia Status Marital : Kawin Pendidikan/Pekerjaan : SMA/Swasta
Bahasa yang digunakan : Bahasa Indonesia Alamat : Sungai Rangas
Kiriman dari : - Tanggal Masuk RS : 2 Agustus 2011 Jam 18.45 WITA Tanggal Pengkajian : 2 Agustus 2011 Jam 19.00 WITA
Nomor Register : 4285/11
B. Penanggung Jawab Klien Nama : Tn. B
Hubungan dengan Klien : Teman Umur : 36 tahun Alamat : Sungai Rangas
II. ALASAN MASUK RUMAH SAKIT A. Alasan Dirawat Sejak 2 hari yang lalu klien merasakan sakit di perut disertai mual dan pusing, yang
disebabkan oleh gastritis (maag). Sebelum masuk Rumah sakit klien meminum obat maag yang dibelinya di toko obat, tapi karena keadaan klien semakin melemah dan tak kunjung sembuh, akhirnya klien dibawa ke RSUD H. Damanhuri Barabai.
B. Keluhan Utama Nyeri di perut (lambung) disertai mual dan pusing.
1. Provocative/Pallitive Dari penuturan klien, 2 hari yang lalu sebelum masuk Rumah Sakit, klien merasakan nyeri disekitar perut, serta mual dan pusing. Penyebabnya dikarenakan kebiasaan klien yang sering
terlambat makan. Melihat keadaan klien yang merasakaan nyeri di perut tepatnya di lambung dan keadaan klien yang semakin melemah serta sempat pingsan, maka teman klien membawa
klien ke RSUD H. Damanhuri Barabai untuk mendapatkan perawatan. 2. Qualiti/Quantity Klien merasa nyeri di perutnya serta klien terlihat pucat.
3. Regional Klien merasakan nyeri bagian abdomen sebelah kiri.
4. Severity Scale Skala nyeri klien adalah skala 3 yaitu nyeri berat. 0 : tidak nyeri
1: nyeri ringan 2 : nyeri sedang
3 : nyeri berat 4 : nyeri tak tertahankan 5. Timing
Klien mengatakan bahwa sakitnya kadang-kadang timbul.
III. RIWAYAT KESEHATAN A. Riwayat Kesehatan Sebelum Sakit Ini
Dari penuturan klien, klien memang memiliki riwayat penyakit maag, tapi tidak pernah separah ini, biasanya setelah minum obat yang dibeli di toko obat, sakit klien sembuh.
B. Riwayat Kesehatan Sekarang Sejak 2 hari yang lalu klien mengalami sakit perut yang terus-menerus disertai mual dan
pusing, bahkan sebelum dibawa ke rumah sakit, klien sempat pingsan. Akhirnya melihat keadaan klien yang semakin melemah, teman klien langsung membawa klien ke RSUD H. Damanhuri Barabai pada tanggal 2 Agustus 2011 jam 18.45 WITA untuk mendapatkan
perawatan. C. Riwayat Kesehatan Keluarga
Klien mengatakan bahwa dalam keluarganya tidak ada yang menderita penyakit seperti yang dideritanya sekarang, dan di keluarga klien juga tidak ada yang menderita penyakit keturunan seperti Hipertensi dan DM serta penyakit menular seperti Hepatitis dan AIDS.
Genogram :
(Tn. S, 26 tahun, gastritis)
Keterangan : : Laki-laki : Kawin
: Perempuan : Tinggal serumah
: Klien : Meninggal
IV. AKTIVITAS SEHARI-HARI A. Makan dan Minum 1. Nutrisi
Di rumah : Klien makan 3 kali sehari dengan nasi, ikan dan sayur, kadang-kadang bisa sekali saja. Jenis makanan bervariasi dan tidak ada pantangan. Di RS : Klien makan 3 kali sehari tetapi hanya sedikit-dikit. Klien tidak dapat menghabiskan
porsi yang disediakan, hanya 2-3 sendok saja yang dapat dihabiskan. Makanan yang disediakan adalah bubur dengan lauk, sayur dan buah (pisang).
2. Minum Di rumah : Klien minum 5-6 gelas per hari, jenis minuman air putih dan teh. Di RS : Klien minum 3-4 gelas air per hari.
B. Eliminasi 1. BAK
Di rumah : Klien BAK 3-6 kali sehari, warna kuning jernih dan bau pesing. Di RS : Klien trampak susah untuk BAK. 2. BAB
Di rumah : Frekuensi BAB klien 2-3 kali sehari. Di RS : Frekuensi BAB klien 1 kali sehari.
C. Istirahat dan Tidur Di rumah : Klien tidur siang sekitar jam 15.00 WITA dan tidur malam sekitar jam 22.00 WITA kurang lebih 6-7 jam.
Di RS : Klien beristirahat total di tempat tidur. Tidur klien terganggu karena sering merasa nyeri pada ulu hati. Dan tidur klien selama
kurang lebih 4-5 jam. D. Aktivitas Di rumah : Klien dapat beraktivitas dengan baik.
Di RS : Aktivitas klien terganggu karena klien perlu istirahat di tempat tidur karena keadaan
klien lemah dank lien beraktivitas dibantu oleh keluarganya. E. Kebersihan Diri
Di rumah : Klien mandi 3 kali sehari, gosok gigi 2 kali sehari, klien mencuci rambutnya 1 kali seminngu dan memotong kukunya jika panjang.
Di RS : Klien tidak pernah mandi karena kondisinya yang lemah. Karena itu klien hanya diseka-seka oleh keluarganya. F. Rekreasi
Di rumah : Klien biasanya menonton TV dan mendengar musik dan terkadang kalau hari libur klien mengajak keluarganya berjalan-jalan.
Di RS : Klien tidak mempunyai hiburan apapun.
V. PSIKOSOSIAL A. Psikologis Klien dapat menerima dengan sabar terhadap penyakit yang dideritanya dan klien juga
menganggap ini adalah cobaan dan teguran dari Tuhan. Klien juga dapat beradaptasi dengan baik di lingkungan RS dan tim kesehatan.
B. Sosial Hubungan klien dengan keluarganya tampak harmonis terlihat dari banyaknya keluarga yang berkunjung selama klien dirawat. Klien juga dapat berkomunikasi dengan tim kesehatan lain.
C. Spiritual Klien beragama Islam tetapi selama klien dirawat di Rumah Sakit klien tidak dapat
melakukan shalat, klien hanya berdo’a untuk minta kesembuhannya.
VI. PEMERIKSAAN FISIK Tanggal 2 Agustus 2011 A. Keadaan umum
1. Kesadaran : Komposmentis 2. GCS : 4,5,6
3. Penampilan : Klien tampak lemah, pucat dan gelisah 4. Ciri-ciri tubuh : Badan kurus dan kulit sawo matang 5. Pols : 86 kali/menit
RR : 28 kali/menit TD : 120 / 70 mmHg
T : 36,0 ° C 6. Gol darah : O
B. Head to toe
1. Kepala Bentuk simetris tidak terdapat kotoran atau ketombe, pergerakan tidak kaku dapat digerakkan ke kiri dan ke kanan, tidak terdapat luka pada kulit kepala dan kulit kepala cukup bersih.
2. Rambut Rambut klien pendek lurus, warna hitam dan rambut klien terlihat bersih.
3. Mata Bentuk mata simetris, fungsi penglihatan baik, konjungtiva tidak anemis, pupil dan reflex cahaya baik, klien tidak memakai alat bantu penglihatan.
4. Hidung ( Penciuman ) Bentuk dan posisi hidung simetris, fungsi penciuman baik, tidak terdapat secret atau benda
asing yang menempel, tidak terdapat epitaksis dan rhinorrhoe dan tidak ada peradangan. 5. Telinga ( Pendengaran ) Bentuk dan posisi simetris, ketajaman pendengaran baik, tidak terdapat serumen dan cairan
pada lubang telinga, tidak terdapat perdarahan dan klien tidak menggunakan alat bantu pendengaran.
6. Mulut dan gigi Bentuk bibir simetris, warna bibir tampak kehitaman, mukosa bibir tampak kering, fungsi
pengecapan baik, tidak terdapat perdarahan dan peradangan, mulut cukup bersih dank lien tidak menggunakan gigi palsu. 7. Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening dan kelenjar tiroid, tidak terdapat peradangan dan leher dapat digerakkan secara anatomis.
8. Thorax (fungsi pernapasan ) Bentuk simetris, tidak terdengar bunyi wheezing dan tidak ada penurunan ekspansi paru kiri dan kanan.
9. Abdomen Bentuk simetris, abdomen terlihat bersih tidak terdapat luka. Abdomen klien kembung saat
diperkusi, nyeri tekan di ulu hati saat di palpasi, saat auskultrasi bising usus 16 kali/menit (Normal : 8-12 kali/menit). 10. Reproduksi
Jenis kelamin klien adalah laki-laki, mempunyai seorang istri dan dua orang anak. 11. Ekstremitas
Ekstremitas atas : dapat digerakkan dengan baik dan ekstremitas atas dekstra terpasang infus.
Ekstremitas bawah : keduanya dapat digerakkan dengan baik tapi keadaan klien yang lemah terpaksa klien istirahat total di tempat tidur.
12. Integumen Warna kulit klien sawo matang, tidak terdapat lesi dan memar.
VII. PEMERIKSAAN PENUNJANG LABORATORIUM (3 Agustus 2011) Hasil Pemeriksaan Hematologi
Jenis Hasil Nilai Normal Hemoglobin 13,7 gram% L : 12-16 gram%, P : 12-14 gram%
Lekosit 4630/mm3 L/P : 6.000-10.000 /mm3 Laju endap darah 26 mm/jam L : 0-10 mm/jam, P : 0-15 mm/jam Hematokrit 41 % L : 40-48 %, P : 37-43 %
Trombosit 256.000/mm3 L/P : 200.000-400.000 /mm3
Hitung Jenis Lekosit EOS BASO STAB SEG LYMP MONO
0% 0% 0% 51% 41% 8% Nilai normal : EOS : 1-3 % SEG : 50-70 % BASO : 0-1 % LYMP : 20-40 %
STAB : 2-6 % MONO : 2-8 %
Widal 1/100 1/200 1/400 1/800
S. Typhi O + + - - S. Typhi H + + + -
S. Paratyphi A - - - - S. Paratyphi B + - - -
VIII. PENGOBATAN
Tanggal 2 Agustus 2011
- Inf RL / D5% 28 tpm - Ranitidin 1 amp / 12 jam (antasida)
- Antrain 1 amp / 8 jam (analgetik) - Dexanta syr 3 x 2 cth (antipiretik)
Tanggal 3 Agustus 2011 - Inf D5% 28 tpm
- Ranitidin 1 amp / 12 jam (antasida) - Dexanta syr 3 x 1 cth (antipiretik)
Tanggal 4 Agustus 2011
- Inf D5% 28 tpm
Mahasiswa Yang Mengkaji
Liana Avita
IX. ANALISA DATA
No. Hari/tanggal/ jam Data Subjektif dan Objektif Etiologi Masalah paraf 1. Selasa,
2 Agustus 2011 19.05 WITA DS :
Klien mengatakan nyeri di perutnya. DO : - Klien tampak meringis kesakitan
- KU lemah - Skala nyeri 3 (berat)
- Klien merasa nyeri saat di palpasi - Bising usus 16 kali/menit - Hipertympani
- TTV TD : 120/70 mmHg
T : 36,0 oC N : 86 kali/menit R : 28 kali/menit
Inflamasi mukosa lambung Nyeri 2. Selasa,
2 Agustus 2011 19.05 WITA DS : Klien mengatakan tidak nafsu makan karena mual.
DO : - KU lemah
- Mukosa bibir kering - Klien hanya menghabiskan 2-3 sendok dari porsi yang disediakan - TTV
TD : 120/70 mmHg T : 36,0 oC
N : 86 kali/menit R : 28 kali/menit
- BB : 57 Kg Intake yang tidak adekuat Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh 3. Selasa,
2 Agustus 2011 19.05 WITA DS :
Klien berkata badannya terasa lemah. DO : - KU lemah
- Klien istirahat total di tempat tidur - Skala aktivitas ketergantungan 2
Kelemahan fisik Intoleransi aktivitas
X. DAFTAR MASALAH No Hari/tanggal/ jam Diagnosa Keperawatan Tanggal muncul Tanggal teratasi Paraf
1. Selasa, 2 Agustus 2011
19.05 WITA Nyeri berhubungan dengan inflamasi mukosa lambung. DS : Klien mengatakan nyeri di perutnya.
DO : - Klien tampak meringis kesakitan
- KU lemah - Skala nyeri 3 (berat) - Klien merasa nyeri saat di palpasi
- Bising usus 16 kali/menit - Hipertympani
- TTV TD : 120/70 mmHg T : 36,0 oC
N : 86 kali/menit R : 28 kali/menit
2-8-2011 4-8-2011 2. Selasa, 2 Agustus 2011
19.05 WITA Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat.
DS : Klien mengatakan tidak nafsu makan karena mual. DO :
- KU lemah - Mukosa bibir kering
- Klien hanya menghabiskan 2-3 sendok dari porsi yang disediakan - TTV TD : 120/70 mmHg
T : 36,0 oC N : 86 kali/menit
R : 28 kali/menit - BB : 57 Kg 2-8-2011 4-8-2011 3. Selasa,
2 Agustus 2011
19.05 WITA Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik. DS :
Klien berkata badannya terasa lemah. DO :
- KU lemah - Klien istirahat total di tempat tidur - Skala aktivitas ketergantungan 2 2-8-2011 4-8-2011
XI. INTERVENSI KEPERAWATAN
No Hari/tgl/ jam Dx.Kep Tujuan Intervensi Rasional Paraf
1. Selasa, 2 Agustus 2011 19.10 WITA Dalam 2 x 24 jam nyeri dapat teratasi dengan kriteria :
- Nyeri klien berkurang atau hilang - Skala nyeri 0
- Klien dapat relaks - KU klien baik 1. Observasi TTV.
2. Kaji skala nyeri. 3. Atur posisi yang nyaman bagi klien.
4. Ajarkan teknik distraksi dan reklasasi. 5. Kolaborasi dalam pemberian analgetik. 1. Mengetahui perkembangan klien. 2. Mengetahui perkembangan nyeri klien.
3. Mengurangi rasa nyeri. 4. Dapat membuat klien jadi lebih baik dan melupakan nyeri.
5. Analgetik dapat memblok reseptor nyeri pada susunan saraf pusat.
2. Selasa, 2 Agustus 2011 19.10 WITA Dalam 2 x 24 jam gangguan pemenuhan nutrisi dapat teratasi dengan kriteria :
- Nafsu makan klien membaik. - BB klien menunjukkan peningkatan. 1. Anjurkan istirahat sebelum makan.
2. Dorong tirah baring dan pembatasan aktivitas selama fase akut. 3. Anjurkan makan sedikit demi sedikit tapi sering. 4. Beri makanan selagi hangat.
5. Hindari makanan yang menimbulkan gas. 6. Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian diet. 1. Menenangkan peristaltik dan
meningkatkan energi untuk makan. 2. Menurunkan kebutuhan metabolik untuk mencegah penurunan kalori dan simpanan energi. 3. Memenuhi kebutuhan energi.
4. Dapat membangkitkan nafsu makan. 5. Dapat mempengaruhi nafsu makan atau pencernaan dan membatasi masukan nutrisi.
6. Diet yang sesuai dapat mempercepat penyembuhan.
3. Selasa, 2 Agustus 2011
19.10 WITA Dalam 2 x 24 jam perawatan klien dapat beraktivitas dengan kriteria : - Klien dapat beraktivitas tanpa bantuan. - Skala aktivitas 1-0. 1. Observasi sejauh mana klien bisa melakukan aktivitas.
2. Jelaskan pentingnya beraktivitas bagi klien. 3. Berikan lingkungan yang tenang.
4. Berikan bantuan dalam aktivitas. 1. Mengetahui aktivitas yang dapat dilakukan klien. 2. Klien tahu pentingnya beraktivitas
3. Meningkatkan istirahat klien. 4. Membantu bila perlu, harga diri ditingkatkan bila klien melakukan sesuatu sendiri.
XII. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI No Hari/tgl Dx.Kep Jam Implementasi Evaluasi Paraf
1. Selasa, 2 Agustus 2011
19.15
19.20
19.25
19.30 1. Mengobservasi TTV. - TD : 120/70 mmHg
- N : 86 kali/menit - R : 28 kali/menit - T : 36,0 oC
2. Mengkaji skala nyeri 3 (berat). 3. Mengatur posisi yang nyaman bagi klien (semi fowler).
4. Berkolaborasi dalam pemberian analgetik. - Antrain 1 amp/8 jam. Jam : 21.30 WITA S :
Klien mengatakan nyeri di perutnya. O :
- Klien tampak meringis kesakitan - KU lemah - Skala nyeri 3 (berat)
- Nyeri saat palpasi - Bising usus 16 kali/menit
- Hipertympani - TTV TD : 120/70 mmHg
N : 86 kali/menit R : 28 kali/menit
T : 36,0 oC. A : Masalah teratasi sebagian.
P : Intervensi dilanjutkan (1-3).
2. Selasa, 2 Agustus 2011 19.40
19.45
19.50 1. Menganjurkan istirahat sebelum makan. 2. Menyarankan tirah baring dan membatasi gerak selama fase akut.
3. Menganjurkan makan sedikit demi sedikit tapi sering. Jam : 21.30 WITA S :
Klien mengatakan tidak nafsu makan karena mual. O : - KU lemah
- Mukosa bibir kering - Klien hanya menghabiskan 2-3 sendok dari porsi yang diberikan
- TTV TD : 120/70 mmHg N : 86 kali/menit
R : 28 kali/menit T : 36,0 oC
- BB : 57 Kg A : Masalah belum teratasi.
P : Intervensi dilanjutkan (1-3).
3. Selasa,
2 Agustus 2011 19.55
20.00
20.30 1. Mengobservasi sejauh mana klien bisa melakukan aktivitas.
2. Menjelaskan pentingnya beraktivitas bagi klien (melatih gerak). 3. Membantu klien dalam beraktivitas (mengantar klien yang ingin BAK ke kamar mandi). Jam : 21.30 WITA
S : Klien berkata badannya terasa lemah.
O : - KU lemah - Klien istirahat total di tempat tidur
- Skala aktivitas ketergantungan 2. A :
Masalah belum teratasi. P : Intervensi dilanjutkan (1-3).
4. Rabu,
3 Agustus 2011 12.00
12.10
12.15
1. Mengobservasi TTV. TD : 120/70 mmHg
N : 80 kali/menit T : 36,0 oC
R : 24 kali/menit. 2. Mengkaji skala nyeri 2 (sedang).
3. Mengatur posisi yang nyaman bagi klien (semi fowler). Jam : 14.00 WITA S : Klien mengatakan nyerinya sudah berkurang.
O : - KU masih lemah
- Skala nyeri 2 (sedang) - Masih terasa nyeri saat di palpasi - Klien merasa pusing
- TTV TD : 120/70 mmHg
N : 80 kali/menit T : 36,0 oC R : 24 kali/menit.
A : Masalah teratasi sebagian.
P : Intervensi dilanjutkan (1-3).
5. Rabu, 3 Agustus 2011 12.30
12.35
12.40
12.40 1. Menganjurkan istirahat sebelum makan. 2. Menyarankan tirah baring dan membatasi gerak selama fase akut.
3. Memberikan makanan selagi hangat. 4. Menganjurkan makan sedikit demi sedikit tapi sering.
Jam : 14.00 WITA S : Klien mengatakan mualnya sudah berkurang dan nafsu makannya mulai ada.
O : - KU masih lemah
- Mukosa bibir lembab - Klien bisa menghabiskan ¾ dari porsi yang diberikan - TTV
TD : 120/70 mmHg N : 80 kali/menit
T : 36,0 oC R : 24 kali/menit - BB : 57 Kg
A : Masalah teratasi sebagian.
P :
Intervensi dilanjutkan (1 dan 4). 6. Rabu,
3 Agustus 2011 12.45
12.50
13.00 1. Mengobservasi sejauh mana klien bisa melakukan aktivitas. 2. Menjelaskan pentingnya beraktivitas bagi klien (melatih gerak).
3. Membantu klien dalam beraktivitas (mengantar klien yang ingin BAK ke kamar mandi). Jam : 14.00 WITA
S : Klien berkata badannya masih sedikit terasa lemah. O :
- KU masih lemah. - Bisa beraktivitas sedikit demi sedikit walaupun masih dibantu.
- Skala aktivitas ketergantungan 2. A : Masalah teratasi sebagian.
P : Intervensi dilanjutkan (1).
7. Kamis, 4 Agustus 2011 09.10
09.20
09.25 1. Mengobservasi TTV. TD : 120/70 mmHg
N : 82 kali/menit T : 36,2 oC
R : 24 kali/menit. 2. Mengkaji skala nyeri. Skala nyeri 0 (tidak ada nyeri).
3. Mengatur posisi yang nyaman bagi klien (semi fowler). Jam : 11.00 WITA S :
Klien mengatakan nyerinya sudah hilang. O : - KU klien sudah membaik.
- Skala nyeri 0. - TTV
TD : 120/70 mmHg N : 82 kali/menit T : 36,2 oC
R : 24 kali/menit A :
Masalah teratasi. P : Intervensi dihentikan, klien pulang.
8. Kamis,
4 Agustus 2011 09.40
09.45 1. Menganjurkan istirahat sebelum makan. 2. Menganjurkan makan sedikit demi sedikit. Jam : 11.00 WITA
S : Klien mengatakan bahwa mualnya sudah hilang dan nafsu makannya sudah ada.
O : - KU klien baik. - Mukosa bibir lembab.
- Klien bisa menghabiskan makanan dengan porsi yang disediakan. - TTV
TD : 120/70 mmHg N : 82 kali/menit T : 36,2 oC
R : 24 kali/menit - BB : 57 Kg
A : Masalah teratasi. P :
Intervensi dihentikan, klien pulang. 9. Kamis,
4 Agustus 2011 09.50 1. Mengobservasi sejauh mana klien bisa melakukan aktivitas. Jam : 11.00 WITA S :
Klien berkata keadaannya sudah membaik. O :
- KU klien baik. - Klien sudah bisa beraktivitas sedikit demi sedikit walaupun terkadang masih sedikit minta bantuan.
- Skala aktivitas ketergantungan 1. A :
Masalah teratasi. P : Intervensi dihentikan, klien pulang.