askepdialisis
TRANSCRIPT
ASUHAN KEPERAWATANS
NO DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
1 Resiko tinggi
terhadap kelebihan
volume cairan
Setelah dilakukan tindakan dialisis,
klien diharapkan :
Menunjukkan aliran dialisis
berlebihan
Tidak mengalami
peningkatan berat badan dengan
cepat, edema, kongesti paru.
1) Pertahanka
n pencatatan volume
masuk, keluar, dan
komulatif keseimba-
ngan cairan.
2) Catat seri
berat badan,
bandingkan dengan
pe-masukan dan
pengelua-ran.
Timbang paseien bila
abdomen kosong dari
dialisat (titik rujuki
1) Keba
nyakan pada kasus,
jumlah aliran harus
sama atau lebih dan
jumlah yang
dimasukkan. Pada
Keseimbangan
positif menunjukkan
evaluasi lebih jauh.
2) Seri
berat badan adalah
indikator akurat
status volume ciran.
Keseim-bangan
cairan positif dengan
peningkatan be-rat
konsisten).
3) Kaji
potensi akteter, catat
kesulitan pada
drainase. Perhatikan
ada-nya lemnbaran/
plak fibri
4) Miringkan
dari satu sisi ke sisi
lain, tinggikan ke-
pala temapat tidur,
lakukan tekanan
perla-han pada
abdomen.
5) Perhatikan
distensi ab-domen
sehubungan de-ngan
penurunan bising
badan menunjukkan
retensi cairan.
3) Mela
mbatnya kecepatan
aliran/ adanya fibrin
me-nunjukkan
hambatan ka-teter
parsial yang perlu
dievaluasi/
intervensi.
4) Dapa
t meningkatkan ali-
ran cairan bila
kateter salah posisi/
obstruksi oleh
omentum.
5) Rete
usus, perubahan
asistensi veses, dan
keluhan konstipasi.
6) Awasi TD
dan nadi, perhatikan
hipertensi, nadi kiuat,
distensi vena leher,
edema perifer, ukur
CVP bila ada.
7) Evaluasi
terjadinya ta-kipnea,
dispnea, pening-
katan upaya
pernafasan, aliran
dialisat, dan beri tahu
nsi abdomen/ kon-
stipasi dapat
mempenga-ruhi
kelancaran aliran.
6) Penin
gkatan menunjuk-
kan hipervolemia.
Kaji bunyi jantung
dan nafas. Perhatikan
S3 atau gemericik,
ronik. Kele-bihan
cairan berpotensi
gagal jantung
kongestif (GJK/
edema paru).
dokter.
8) Kaji sakit
kepala, kram otot,
kacau mental, dan
disorientasi.
9) Perubahan
program dia-lisat
sesuai indikasi.
10) Pertahanka
n pembatasan cairan
sesuai indikasi.
11) Tambahkan
heparin pada dialisat
7) Dist
ensi abdomen/
kompreksi diafragma
dapat menyebabkan
ke-sulitan pernafsan.
8) Gejal
a menunjukkan hi-
ponatrema atau
intoksi-kasi air.
9) Peru
bahan mungkin di-
perlukan dalam
konsen-trasi glukosa
atau na-trium untuk
memudah-kan
efisiensi dialysis.
10) Pemb
awal, bantu iritasi
kateter dengan garam
faal heparinisasi.
atasan cairan dapat
dilanjutkan untuk
menu-runkan
kelebihan volu-me
cairan.
11) Berg
una dalam mence-
gah pembentukan be-
kuan fibrin yang
dapat menghambat
kateter peritoneal.
2 Nyeri berhubungan
dengan infeksi dalam
rongga peritoneal.
Setelah dilakukan tindakan dialisis,
klien diharapkan :
Penurunan nyeri
Menunjukkan ekspresi wajah
rileks
Mampu beristitahat dengan
tenang
1) Selidiki
keluhan klien akan
nyeri, perhatikan
intensitas (0-10),
lokasi dan faktor
pencetus.
2) Jelaskan
1) Membantu
dalam meng-
identifikasi sumber
nyeri dan intervensi
tepat.
2) Penjelasan
bahwa ketidak-
nyamanan awal
biasanya hilng
setelah pertukaran
pertama.
3) Awasi nyeri
yang milai selama
aliran dan ber-lanjut
selama fase ekwi-
librasi, lambatkan
kece-patan infus
sesuai in-dikasi.
4) Perhatikan
ketidaknya- manan
yang paling di-
rasakan mendekati
akhir aliran masuk.
Masukkan tidak lebih
dapat menu-runkan
ansietas dan me-
ningkatkan relaksasi
se-lama prosedur.
3) Nyeri akan
terjadi pada waktu
ini bila dialisat asam
menyebabkan iri-tasi
kimia terhadap
membran peritoneal.
4) Mungkin
akibat distensi
abdomen dari
dialisat, jumlah
infuse mungkin
harus dikurangi pada
awalnya.
dari 2000ml cairan
dalam sekali waktu.
5) Perhatikan
keluhan nyeri pada
area bahu dan cegah
udara masuk ke
rongga peritoneum
sela-ma infuse.
6) Tinggikan
kepela ditem- pat
tidur padsa interval
tertentu. Balikkan
pasien dari satu sisi
yang lain. Berikan
perawatan punggung
dan masase jaringan.
7) Hantatkan
5) Masuknya
udara yang kurang
hati–hati ke-dalam
abdomen meng-
iritasi diafragma dan
mengakibatkan nyeri
pada bahu.
6) Perubhan
posisi dapat
menghilangkan
ketidak-nyamanan
abdomen dan otot
umum.
dialisat pada suhu
tubuh sebelum di
infus.
8) Awasi nyeri
abdomen terus
menerus, dan pe-
ninggian siku
(khusus-nya setelah
diaslysis di-
7) Penghangat
an cairan
meningkatkan
kecepatan
pembuangan urea
mela-lui dilatasi
pembuluh darah
dialysis dingin
menyebabkan
vasokons-triksi, yang
dapat me-nyebabkan
ketidaknya-manan
atau terlalu ren-dah
dari suhu inti tubuh,
dapat mencetuskan
henti jantung.
8) Dapat
mengidentifikasi-kan
hentikan).
9) Dorong
dalam penggu-naan
tehnik relaksasi
seperti latihan nafas
dalam, pedoman
imaji-nasi fisualisasi.
10) Berikan
analgesic.
terjadinya perito-
nitis.
9) Mengembal
ikan perha-tian,
meningkatkan rasa
control.
10) Menghilang
kan nyeri dan
ketidaknyamanan.
3 Pola nafas tidak
efektif berhubungan
dengan keterbatasan
pengemba-ngan
diafragma.
Setelah dilakukan tindakan dialysis,
klien diharapkan :
Menunjukkan pola nafas
efektif dengan pola nafas jelas.
1) Awasi
frekuensi/ upaya
pernafasan.
Penurunan kecepatan
infuse bila ada
1) Takipnea,
dispnea, nafas
pendek, dan nafas
panjang selama
dialisis diduga
Tidak mengalami tanda
dispnea/ sianosis.
dispnea.
2) Auskultasi
paru, perha-tikan
penurunan, tak
adanya atau bunyi
nafas adventisius,
contoh ge-mericik/
mengi/ ronik.
3) Tinggikan
kepala tempat tidur.
Tingkatkan latihan
nafas dalam dan
terkena diafrag-matik
dari distensi rong-ga
peritoneal atau
mung-kin terjadinya
kompli-kasi.
2) Penurunan
area ventilasi
menunjukkan adanya
atelektasis. Dimana
bu-nyi nafas
adventisius
menunjukkan
kelebihan cairan,
tertahannya se-kresi
atau infeksi.
3) Memudahka
n ekspansi dada/
ventilasi dan
batuk.
4) Kaji ulang
GDA/ nadi oksimetri
bdan foto seri dada.
5) Berikan
tambahan O2 sesuai
dengan indikasi.
6) Berikan
analgesik sesuai
derngan indikasi.
mobilisasi sekret.
4) Perubahan
pada PaO2da
penampilan inpiltrat
ko-ngesti pada foto
dada menunjukkan
terjadi masalah paru.
5) Memaksima
lkan oksigen untuk
penyerap[an vas-
kular, pencegahan/
pe-ngurangan
hipoksia.
6) Menghilang
kan nyeri,
meningkatkan perna-
fasan, upaya batuk
maksimal.
4 Kerusakan integritas
kulit berhubungan
dengan sfingter
Setelah dilakukan tindakan dialysis,
klien diharapkan :
Mempertahankan integritas
kulit
Mengidentifikasi faktor
resiko individu
Menunjukkan perilaku
mencegah kerusakan kulit
1) Inspeksi
stoma/ kulit
2) Bersihkan
dengan lap kering
dan air
3) Pengukuran
stoma secara periodic
4) Berikan
perlindungan yang
efektif.
1) Mengawasi
proses pe-
nyembuhan tindakan
dan mengidentifikasi
area masalah.
2) Mempertah
ankan keber-sihan.
3) Sesuai
dengan mem-baiknya
edema pasca opresi.
4) Melindungi
kulit dari perekat
kantung, me-
ningkatkan perekatan
kantong dan
memudah-kan
pengangkatan kan-
tong bila perlu.
5) Bersihkan
ostomi kan-tong
dengan rutin,
gunakan cairan cuka.
5) Penggantian
kantong yang sering
mengiritasi kulit dan
harus dihindari
pengosongan dan
pen-cucian kantong
dengan cuka tidak
hanya meng-
hilangkan bakteri
tetapi juga
menghilangkan bau
kantong.
5 Resiko terhadap
kekura-ngan volume
cairan.
Setelah dilakukan tindakan dialysis,
klien diharapkan :
Meningkatkan perubahan
yang didinginkan dalam volume
caiaran.
1) Pertahankan
pencatatan volume
cairan masuk/ keluar
da keseimbangan
cairan komulatif/
1) Mem
berikan informasi
tentang status kehila-
ngan atau
peningkatan pasien
Tidak mengalami gejala
dehidrasi.
indivi-dual.
2) Berika
jadwal untuk
pengaliran dialisat
dan abdomen.
3) Timbang
bila abdomen
kosong, setelah
berjalan 6 sampai 10
kali, ke-mudian
sesuai insikasi.
4) Awasi TD
(tidur dan duduk)
pada akhir tiap
pertukaran.
2) Wakt
u tinggal lama,
khususnya bila
menggu-nakan cairan
glukosa 4,5 dapat
menyebabkan ke-
hilangan cairan
berle-bihan.
3) Mend
eteksi kecepatan
pembuangan cairan
de-ngan
membandingkan
terhadap berat badan
dasar.
dan nadi. Per-hatikan
tingginya pulsasi
jagular.
5) Perhatikan
keluhan pu-sing,
mual, peningkatan
rasa haus.
6) Infeksi
membrane mu-kosa,
evaluasi turgor kulit,
nadi perifer, pe-
ngisian kapilar.
4) Penur
unan TD, hipotesis
postura dan takikardi
adalah tanda dini
hipo-volemia.
5) Dapat
menunjukkan hi-
povolemia/ sindrom
hi-perosmolar.
6) Mem
brane mukosa kering,
turgor kulit buruk
dan penurunan nadi/
pengisian kapiler
adalah indikator
dehi-drasi dan
membutuhkan
peningkatan
pemasukan/
peruabahan.
6 Resiko tinggi
terhadap trauma
berhubungan dengan
kateter dimasuk-kan
kedalam rongga peri-
toneal.
Setelah dilakukan tindakan dialysis,
klien diharapkan :
Tidak mengalami cedera pada
usus
Tidak mengalami cedera pada
kandung kemih
1) Biarka
pasien mengo-
songkan kandung
kemih sebelum
pemasangan ka-teter
peritoneal bila
kateter indwelling
tidak ada.
2) Benamkan
kateter/ se-lang
dengan plester.
Tekankan pentingnya
pasien menghindari
pe-narikan/
mendorong ka-teter.
1) Kandung
kemih kosong lebih
jauh dari sisi
pemasukan dan
penuru-nan
kemungkinan men-
jadi tertusuk selama
pemasangan kateter.
2) Menurunka
n resiko trauma
dengan memani-
pulasi kateter.
Resisten tangan bila
diindikasikan.
3) Perhatikan
adanya bahan fekal
dalam dialisat atau
dorongan kuat untuk
defekasi, disertai
dengan diare berat
cair.
4) Perhatikan
keluhan do-rongan
tiba-tiba untuk
berkemih, atau
keluaran urin besar
menyertai
berjalannya dialisis
awal. Tes urine untuk
gula sesuai indikasi.
3) Menduga
perforasi usus
dengan pencampuran
dialisat dan isi usus.
4) Menunjukk
an perforasi kandung
kemih dengan
kebocoran dialisat
dalam kandung
kemih. Adanya
kandungan glukosa
da-lam dialisat akan
me-ninggikan kadar
glukosa urine.
5) Tindakan
5) Hentikan
dialisis bila ada bukti
perforasi usus/
kandung kemih.,
biarkan kateter
dialisis pada
temapatnya.
cepat akan mencegah
cedera selan-jutnya.
Bedah perbaikan
segera dapat
dibutuhkan.
Membiarkan kateter
pada tempatnya
memu-dahkan
diagnosa/ lokasi
perforasi.