askep pekerja industri untuk presentasi
TRANSCRIPT
![Page 1: Askep Pekerja Industri Untuk Presentasi](https://reader035.vdocuments.mx/reader035/viewer/2022071700/557213f9497959fc0b93752c/html5/thumbnails/1.jpg)
Asuhan Keperawatan Komunitas pada Agregat Pekerja Industri
Latihan 2 Kasus 4:
Ners R, baru bekerja selama satu tahun sebagai perawat OHN di salah satu perusahaan
penghasil rambut palsu/ wig, yaitu PT. DFK. Perusahaan ini memiliki 950 orang tenaga
kerja yang sebagian besar adalah wanita. Kegiatan utama pekerja adalah memotong dan
menggunting rambut, membentuk rambut, mewarnai, serta packing. Aktivitas tersebut
sebagian besar dilakukan pekerja dengan posisi duduk. Pada saat observasi ke tempat
kerja, ners R mendapatkan data bahwa tidak ada satu pun pekerja yang menggunakan
masker sebagai alat pelindung diri (APD) pada saat pengecatan rambut palsu. Terlihat
juga beberapa pekerja melakukan aktivitas kerja dengan posisi yang salah (duduk dengan
membungkuk). Sebagian besar pekerja mengatakan sering kerja lembur lebih dari 10 jam
sehari terutama jika banyak order dari luar negeri. Ketika ners R mengingatkan pekerja
untuk menggunakan alat pelindung diri dan duduk dengan posisi yang benar, beberapa
pekerja mengatakan sudah terbiasa dengan cara tersebut sehingga tidak merasakannya
sebagai masalah. Ners R mengambil inisiatif untuk melaporkan temuannya kepada pihak
manajemen perusahaan, namun dirinya menjadi sangat kecewa karena tidak ada tanggapan
yang positif dari pihak manajemen, namun pihak sumber daya manusia (HRD)
menjanjikan untuk bertemu dengan ners R untuk mendiskusikan temuannya.
Menurut Allender, 2001, standar keperawatan kesehatan kerja (ONH) adalah sebagai
berikut:
1. Standar I: Pengkajian. Keperawatan kesehatan kerja (ONH) secara sistematis mengkaji
status kesehatan individu klien atau populasi dan lingkungannya.
2. Standar II: Diagnosis. Keperawatan kesehatan kerja (ONH) menganalisis data hasil
pengkajian yang kemudian memformulasikannya ke dalam diagnosa keperawan.
3. Standar III: Identifikasi hasil. Keperawatan kesehatan kerja (ONH) mengidentifikasi
hasil yang akan dicapai secara spesifik kepada klien.
4. Standar IV: Perencanaan. Keperawatan kesehatan kerja (ONH) mengembangkan tujuan
searah dengan perencanaan yang komprehensif dan dirumuskan ke dalam intervensi yang
diharapkan mampu mencapai hasil yang telah ditentukan sebelumnya.
5. Standar V: Implementasi. Keperawatan kesehatan kerja (ONH) mengimplamentasikan
intervensi keperawatan ke dalam identifikasi hasil yang diharapkan dalam perencanaan.
![Page 2: Askep Pekerja Industri Untuk Presentasi](https://reader035.vdocuments.mx/reader035/viewer/2022071700/557213f9497959fc0b93752c/html5/thumbnails/2.jpg)
6. Standar VI: Evaluasi. Keperawatan kesehatan kerja (ONH) secara sistematis dan terus-
menerus mengevaluasi respon dari intervensi keperawatan dan perkembangan
pencapaian selanjutnya sesuai dengan hasil yang diharapkan.
PENGKAJIAN
Bentuk pengkajian berupa “pengkajian risiko masalah kesehatan” yang dilakukan oleh
tenaga keperawatan atau tenaga profesional medis yang kemudian memunculkan “kelayakan
kerja/ fitness for work” dimana hasilnya nanti mampu diimplementasikan sesuai dengan
standar kesehatan dan keselamatan kerja (Health and Safety at Work Act 1974), diskriminasi
terhadap penyandang cacat (Disability Discrimination Act 1995), dan Hak asasi manusia
(Human Right Act 1998) (Oakley, 2008)
Berikut adalah contoh pengkajian risiko masalah kesehatan menurut Oakley, 2008:
1. Apa pekerjaan yang sedang dijalani?
Periksa seluruh tugas dan fungsi yang dijalani oleh pekerja, seperti pekerja kantor, bagian
produksi, bagian pemeliharaan, bagian penjualan, bagian pemuatan, bagian delivery,
bagian bersih-bersih, bagian pengepakan, sopir, dll.
Analisis kasus: perusahaan penghasil rambut palsu/ wig dengan 950 orang tenaga
kerja dimana tugas dari pekerja yaitu memotong dan menggunting rambut, membentuk
rambut, mewarnai, serta packing.
2. Apa yang dilakukan? Apa hazard yang mungkin ada?
Fisik, contonya yaitu bising, terpapar panas/dingin, alat-alat vibrating, atau terpapar
radiasi tertentu
Kimia, contohnya yaitu debu, uap, gas, atau cairan tertentu
Biologi, contohnya infeksi dari manusia atau hewan yang bersumber dari darah
Psikososial, contohnya yaitu pekerjaan yang dibayar menurut hasil yang dikerjakan,
sistem shift, dinas malam, berurusan dengan publik, berisiko dengan kekerasan,
pekerjaan yang berulang, atau tinggi/rendahnya tanggung jawab
Ergonomik, contohnya yaitu pembuatan manual menggunakan tangan, bekerja dengan
komputer (DSEs), pengelola mesin, pekerjaan dengan tangan yang cepat atau berulang,
berdiri, atau duduk
Analisis kasus:
- Memotong dan menggunting rambut: risiko terlukai alat-alat pemotong karena
memotong dalam jumlah banyak (hazard fisik)
![Page 3: Askep Pekerja Industri Untuk Presentasi](https://reader035.vdocuments.mx/reader035/viewer/2022071700/557213f9497959fc0b93752c/html5/thumbnails/3.jpg)
- Membentuk rambut: pembuatan manual menggunakan tangan dalam jumlah
banyak (hazard ergonomik)
- Pengecatan rambut palsu /Mewarnai: uap dan cairan yang digunakan untuk
pengecatan (hazard kimia)
- Packing: debu (hazard kimia), beban berat (hazard ergonomik)
- Aktivitas kerja dengan posisi yang salah/ duduk dengan membungkuk (hazard
ergonomik)
- Sering kerja lembur lebih dari 10 jam sehari (hazard psikososial)
3. Bagaimana hazard mempengaruhi kesehatan pekerja?
Dapatkah hazard terhirup? Contohnya debu dari proses
produksi/pengemasan/pembersihan, uap dari pelarutas, pengelasan, dan lain sebagainya
Dapatkah hazard tercerna? Contohnya potensial kontaminasi dari tangan ke mulut
Dapatkan hazard terabsorbsi melalui kulit atau mata? Contohnya zat-zat kimia yang
terabsorbsi melalui kulit utuh atau kulit luka; terpercik ke mata atau ke kulit
Dapatkah hazard menyebabkan ketulian? Contohnya kebisingan dari mesin atau sumber
lain- apakah hazard tersebut terpapar terus-menerus atau intermiten dan berapa lama
orang tersebut terekspos?
Siapa yang terekspos hazard? Laki-laki atau perempuan; tua atau muda; hamil atau
menyusui
Apa efek yang mungkin terjadi? Dalam jangka waktu yang panjang atau pendek seperti
pada sistem pernapasan, integumen, dll; efek terkait kesehatan mental
Analisis Kasus:
- Membentuk rambut: pembuatan manual menggunakan tangan dalam jumlah
banyak (hazard ergonomik). Efek jangka panjang dapat menyebabkan gangguan
pada sistem muskuloskeletal tangan
- Pengecatan rambut palsu /Mewarnai: uap dan cairan yang digunakan untuk
pengecatan dapat terhirup dan terabsorbsi masuk ke dalam kulit atau terpercik mata
(hazard kimia). Efek jangka panjang dapat menyebabkan gangguan pada sistem
pernapasan jika terhirup
- Aktivitas kerja dengan posisi yang salah/ duduk dengan membungkuk (hazard
ergonomik). Efek jangka panjang dapat menyebabkan gangguan pada sistem
muskuloskeletal tulang vertebrata
- Sering kerja lembur lebih dari 10 jam sehari (hazard psikososial). Efek jangka
panjang dapat menyebabkan gangguan pada kesehatan mental
![Page 4: Askep Pekerja Industri Untuk Presentasi](https://reader035.vdocuments.mx/reader035/viewer/2022071700/557213f9497959fc0b93752c/html5/thumbnails/4.jpg)
- Sebagian besar pekerja adalah wanita
4. Bagaimana hazard dapat dikontrol (mengukur hierarki)
Melakukan eliminasi, subtitusi, atau ganti. Contohnya yaitu menggunakan benda-benda
yang tidak berbahaya atau mengganti prosesnya
Melakukan isolasi, seperti meletakkan pada unit khusus
Memisahkan atau mengurangi jumlah orang yang terpapar hazard tertentu
Mengurangi dengan cara meningkatkan ventilasi (membuka jendela, dll)
Mengontrol penggunaan sistem pengaman
Menekan kebisingan dengan alat, debu dengan mesin yang mampu melembabkan\
Menjaga agar area kerja rapi, tidak ada kekacauan, meletakkan dan menyimpan barang
dengan benar, menyingkirkan barang-barang yang diperlukan
Menggunakan alat pelindung diri (APD) seperti baju, sarung tangan, apron, amsker,
kaca mata pelindung, dll yang adekuat dan mampu melindungi pekerja
Analisis Kasus:
- Tidak ada satu pun pekerja yang menggunakan masker sebagai alat pelindung diri
(APD)
Berdasarkan hasil pengkajian di atas, tiga masalah kesehatan utama di atas yaitu:
1. Risiko terpapar bahan kimia
2. Risiko nyeri punggung
3. Risiko gangguan pola tidur
.
![Page 5: Askep Pekerja Industri Untuk Presentasi](https://reader035.vdocuments.mx/reader035/viewer/2022071700/557213f9497959fc0b93752c/html5/thumbnails/5.jpg)
Rencana Asuhan Keperawatan (Diagnosa, Identifikasi Hasil, Perencanaan, dan Implementasi)
Diagnosa Keperawatan
TUM TUKStrategi
Intervensi
IntervensiKriteria Hasil
Standar Tempat Waktu Sumber PJ
Risiko terpapar bahan kimia di PT. DFK b.d berkurangnya pengetahuan karyawan tentang pentingnya menggunakan masker sebagai alat pelindung diri ketika bekerja
Setelah pemberian penkes, risiko pekerja terpapar bahan kimia tidak ada
Meningkatkan kesadaran karyawan untuk memakai alat pelindung diri ketika bekerja.
Meningkatkan kesadaran karyawan tentang bahaya bahan kimia terhadap kesehatan.
Menurunnya risiko terjadinya infeksi saluran pernapasan yang disebabkan karena tercemar bahan kimia
Penkes(Penyuluhan)
Penyuluhan kepada karyawan tentang pengaruh bahan kimia industri terhadap kesehatan tubuh.
Peningkatan kesadaran karyawan terhadap bahaya bahan kimia terhadap kesehatan.
90% karyawan mengetahui dampak negatif bagi kesehatan dari bahan kimia yang tercemar dalam tubuh.
Balai pertemuan PT. DFK
Kamis, 14 Maret 2013
Puskesmas Ners K
Penkes(Penyuluhan)
Penyuluhan kepada karyawan tentang pentingnya menggunakan alat pelindung diri ketika melakukan pekerjaan yang langsung terkena bahan kimia.
Peningkatan kesadaran karyawan tentang pemakaian alat pelindung diri.
90% karyawan menggunakan alat pelindung diri ketika bekerja.
Balai pelatihan PT. DFK
Senin, 18 Maret 2013
Perawat Ners R
Penkes(Penyebaran Informasi)
Pembagian leaflet dan pemasangan poster tentang pemakaian alat pelindung
Peningkatan pengetahuan dan kesadaran karyawan tentang pentingnya penggunaan
80% karyawan dapat memahami penting dan fungsi dari alat pelindung diri.
Ruang Kerja
Selasa, 19 Maret 2013
Mahasiswa Nn. P
![Page 6: Askep Pekerja Industri Untuk Presentasi](https://reader035.vdocuments.mx/reader035/viewer/2022071700/557213f9497959fc0b93752c/html5/thumbnails/6.jpg)
diri dan fungsinya.
alat pelindung diri.
Risiko nyeri punggung pada karyawan PT. DFK b.d posisi duduk yang salah ketika bekerja.
Setelah pemberian penkes, risiko nyeri punggung tidak ada
Meningkatkan kesadaran karyawan tentang posisi tubuh ketika bekerja.
Penkes(Penyuluhan)
Penyuluhan kepada karyawan tentang posisi duduk yang baik dan benar ketika bekerja
Meningkatkan pengetahuan karyawan tentang pentingnya sikap dan posisi tubuh ketika bekerja agar terhindar dari rasa nyeri.
90% karyawan mampu mengubah sikap duduk krtika bekerja.
Ruang kerja
Senin 2 April 2013
Mahasiswa dan perawat
Nn.C
Risiko gangguan pola tidur karyawan di PT. DFK b.d beban kerja yang melebihi 10 jam per hari teutama jika banyak order dari luar negeri.
Setelah pemberian penkes, risiko pekerja mengalami gangguan pola tidur karyawan tidak ada
Meningkatkan kesadaran karyawan untuk memenuhi kebutuhan istirahatnya minimal 4 jam per hari.
Meningkatkan kesadaran karyawan agar tidak melakukan pekerjaan jika mengantuk.
Menurunnya risiko terjadinya kecelakaan dalam bekerja yang disebabkan oleh kantuk
Penkes(Penyuluhan)
Penyuluhan kepada karyawan tentang pentingnya pemenuhan istirahat dalam bekerja.
Meningkatkan kesadaran karyawan terhadap pentingnya pemenuhan istirahat.
80% karyawan mengetahui tentang pentingnya istirahat dan dampak yang akan timbul jika istirahat tidak mencukupi terhadap kualitas kerja.
Balai pelatihan PT. DFK
Kamis 28 Maret 2013
Perawat dan mahasiswa
Nn. P
![Page 7: Askep Pekerja Industri Untuk Presentasi](https://reader035.vdocuments.mx/reader035/viewer/2022071700/557213f9497959fc0b93752c/html5/thumbnails/7.jpg)
EVALUASI
Terdapat tiga pendekatan dalam meninjau ulang jaminan mutu/ evalusia
1. Evaluasi Struktur
a. Meninjau ulang mekanisme pelaporan;
b. Menentukan keadekuatan fasilitas fisik;
c. Mengidentifikasi peralatan dan persediaan yang dibutuhkan;
d. Mengidentifikasi kebutuhan kepegawaian yang dibutuhkan dan kualifikasinya;
e. Menganalisis demografik pekerja dan kebutuhan status kesehatan;
f. Menentukan apakah misi, tujuan, dan objektif program.
2. Evaluasi Proses
a. Apakah aktivitas promosi kesehatan sesuai dengan kondisi;
b. Apakah program dibentuk untuk memenuhi kebutuhan dilahan kerja;
c. Apakah terdapat pendokumentasian dan pencatatan
3. Evaluasi Hasil
a. Apakah tujuan dan objektif yang diharapkan dapat tercapai;
b. Apakah program membawa hasil yang positif;
c. Apakah hasil kesehatan menunjukkan pencegahan penyakit, meningkatkan
kepatuhanterhadap program, meningkatkan pengetahuan pekerja tentang
perawatan diri, mengembalikan fungsi atau menurunkan ketidaknyamanan,
d. Perbandingan keuntungan dengan biaya program;
e. Kepuasan terhadap kualitas pelayanan promosi kesehatan yang diterima.
Metode yang lazim digunakan untuk evaluasi rating adalah skala rating
pascaprogram, observasi, dan wawancara dengan para pekerja tentang pedapat , sikap, dan
kepuasan mereka terhadap program (Anderson, 2000)