askep anak child abuse

13
Landasan Teori 1. Pengertian Child Abuse didefinisikan sebagai tindakan mencederai oleh seseorang terhadap pria lain. Child abuse dapat menimbulkan akibat yang panjang, seorang anak yang pernah mengalami kekerasan, dapat menjadi pria tua yang memperlakukan anaknya dengan cara yang sama. Child abuse ialah suatu kelalaian tindakan atau perbuatan orangtua atau pria yang merawat anak yang menyebabkan anak menjadi terganggu mental maupun fisik, perkembangan emosional, & perkembangan anak secara umum. Sementara menurut U.S Departement of Health, Education & Wolfare menyumbangkan definisi Child abuse sebagai kekerasan fisik atau mental, kekerasan seksual & penelantaran terhadap anak dibawah usia 18 tahun yang dilakukan oleh pria yang seharusnya bertanggung jawab terhadap kesejahteraan anak, sehingga keselamatan & kesejahteraan anak terancam. 2. Klasifikasi Abuse Ada 4 bentuk child abuse, yaitu: 1) Emotional Abuse Perlakuan yang dilakukan oleh pria tua seperti menolak anak, meneror, mengabaikan anak, atau mengisolasi anak. Hal tersebut akan membuat anak merasa dirinya tidak dicintai, atau merasa serangan atau tidak bernilai. Hal ini akan menyebabkan kerusakan mental fisik, sosial, mental & emosional anak. Indikator fisik kelainan bicara, gangguan pertumbuhan fisik & perkembangan. Indikator perilaku – kelainan keiasaan (menghisap, mengigit, atau memukul-mukul) 2) Physical Abuse Cedera yang dialami oleh seorang anak bukan karena kecelakaan atau tindakan yang dapat menyebabkan cedera serius pada anak, atau dapat selain itu diartikan sebagai tindakan yang dilakukan oleh pengasuh sehingga

Upload: nita-herawati

Post on 28-Dec-2015

331 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Landasan Teori1. PengertianChild Abuse didefinisikan sebagai tindakan mencederai oleh seseorang terhadap pria lain. Child abuse dapat menimbulkan akibat yang panjang, seorang anak yang pernah mengalami kekerasan, dapat menjadi pria tua yang memperlakukan anaknya dengan cara yang sama.Child abuse ialah suatu kelalaian tindakan atau perbuatan orangtua atau pria yang merawat anak yang menyebabkan anak menjadi terganggu mental maupun fisik, perkembangan emosional, & perkembangan anak secara umum.Sementara menurut U.S Departement of Health, Education & Wolfare menyumbangkan definisi Child abuse sebagai kekerasan fisik atau mental, kekerasan seksual & penelantaran terhadap anak dibawah usia 18 tahun yang dilakukan oleh pria yang seharusnya bertanggung jawab terhadap kesejahteraan anak, sehingga keselamatan & kesejahteraan anak terancam. 2. Klasifikasi AbuseAda 4 bentuk child abuse, yaitu:

1) Emotional Abuse

Perlakuan yang dilakukan oleh pria tua seperti menolak anak, meneror, mengabaikan anak, atau mengisolasi anak. Hal tersebut akan membuat anak merasa dirinya tidak dicintai, atau merasa serangan atau tidak bernilai. Hal ini akan menyebabkan kerusakan mental fisik, sosial, mental & emosional anak.Indikator fisik kelainan bicara, gangguan pertumbuhan fisik & perkembangan.Indikator perilaku – kelainan keiasaan (menghisap, mengigit, atau memukul-mukul)

2) Physical Abuse 

Cedera yang dialami oleh seorang anak bukan karena kecelakaan atau tindakan yang dapat menyebabkan cedera serius pada anak, atau dapat selain itu diartikan sebagai tindakan yang dilakukan oleh pengasuh sehingga mencederai anak. Biasanya berupa luka memar, luka bakar atau cedera di kepala atau lengan. Gambar 1. Memar Abnormal

Gambar 2. Luka Bakar

Gambar 3. Trauma Gigitan

Indikator fisik – luka memar, gigitan manusia, patah tulang, rambut yang tercabut, cakaranIndikator perilaku – waspada saat bertemu degan pria dewasa, berperilaku ekstrem seerti agresif atau menyendiri, takut pada pria tua, takut untuk pulang ke rumah, menipu, berbohong, mencuri.

3) Neglect 

Kegagalan pria tua untuk menyumbangkan kebutuhan yang sesuai bagi anak, seperti tidak menyumbangkan rumah yang aman, makanan, pakaian, pengobatan, atau meninggalkan anak sendirian atau dengan seseorang yang tidak dapat merawatnya. Gambar 4. Neglect

Indikator fisik – kelaparan, kebersihan diri yang rendah, selalu mengantuk, kurangnya perhatian, masalah kesehatan yang tidak ditangani.Indikator kebiasaan – Meminta atau mencuri makanan, sering tidur, kurangnya perhatian pada masalah kesehatan, masalah kesehatan yang tidak ditangani, pakaian yang kurang memadai (pada musim dingin), ditinggalkan.

4) Sexual Abuse 

Termasuk menggunakan anak untuk tindakan sexual, mengambil gambar pornografi anak-anak, atau aktifitas sexual lainnya kepada anak. Gambar 5. Cedera Pada Genetalia Laki – laki

Gambar 6. Cedera Pada Genetalia Perempuan

 Indikator fisik – kesulitan untuk berjalan atau duduk, adanya noda atau darah di baju dalam, nyeri atau gatal di area genital, memar atau perdarahan di area genital/ rektal, berpenyakit kelamin.Indikator kebiasaan – pengetahuan sekitar seksual atau sentuhan seksual yang tidak sesuai dengan usia, perubahan pada penampilan, kurang bergaul dengan teman sebaya, tidak mau berpartisipasi dalam kegiatan fisik, berperilaku permisif/ berperilaku yang menggairahkan, penurunan keinginan untuk sekolah, gangguan tidur, perilaku regressif (misal: ngompol)Penganiayaan emosionalDitandai dengan kecaman/kata-kata yang merendahkan anak, tidak mengakui sebagai anak. Penganiayaan seperti ini umumnya selalu diikuti bentuk penganiayaan lain.Penganiayaan seksual mempergunakan pendekatan persuasif. Paksaan pada seseorang anak untuk mengajak berperilaku/mengadakan kegiatan seksual yang nyata, sehingga menggambarkan kegiatan seperti: aktivitas seksual (oral genital, genital, anal, atau sodomi) termasuk incest.Di luar rumahDalam institusi/ lembaga, di tempat kerja, di jalan, di medan perang.

3. EtiologiAda beberapa faktor yang menyebabkan anak mengalami kekerasan. Baik kekerasan fisik maupun kekerasan psikis, diantaranya adalah:

1. Stress yang berasal dari anak.a. Fisik berbeda, yang dimaksud dengan fisik berbeda ialah kondisi fisik anak berbeda dengan anak yang lainnya. Contoh yang bisa dilihat ialah anak mengalami cacat fisik. Anak mempunyai kelainan fisik & berbeda dengan anak lain yang mempunyai fisik yang sempurna.b. Mental berbeda, yaitu anak mengalami keterbelakangan mental sehingga anak mengalami masalah pada perkembangan & sulit berinteraksi dengan lingkungan di sekitarnya.c. Temperamen berbeda, anak dengan temperamen yang lemah cenderung mengalami banyak kekerasan bila dibandingkan dengan anak yang memiliki temperamen keras. Hal ini disebabkan karena anak yang memiliki temperamen kompleks cenderung akan melawan bila dibandingkan dengan anak bertemperamen lemah.d. Tingkah laku berbeda, yaitu anak memiliki tingkah laku yang tidak sewajarnya & berbeda dengan anak lain. Misalnya anak berperilaku & bertingkah aneh di dalam keluarga & lingkungan sekitarnya.e. Anak angkat, anak angkat cenderung memperoleh perlakuan kasar disebabkan orangtua menganggap bahwa anak angkat bukanlah buah hati dari hasil perkawinan sendiri, sehingga secara naluriah tidak tersedia hubungan emosional yang kuat antara anak angkat & pria tua. 2. Stress keluarga.a. Kemiskinan & pengangguran, kedua faktor ini merupakan faktor terkuat yang menyebabkan terjadinya kekerasan pada anak, sebab kedua faktor ini berhubungan kuat dengan kelangsungan hidup. Sehingga apapun akan dilakukan oleh orangtua terutama demi mencukupi kebutuhan hidupnya termasuk harus mengorbankan keluarga.b. Mobilitas, isolasi, & perumahan tidak memadai, ketiga faktor ini selain itu berpengaruh dahsyat terhadap terjadinya kekerasan pada anak, sebab lingkungan sekitarlah yang menjadi faktor terbesar dalam membentuk kepribadian & tingkah laku anak.c. Perceraian, perceraian menyebabkan stress pada anak, sebab anak akan kehilangan kasih sayang dari kedua orangtua.d. Anak yang tidak diharapkan, hal ini selain itu akan menyebabkan munculnya perilaku kekerasan pada anak, sebab anak tidak sesuai dengan apa yang diinginkan oleh orangtua, misalnya kekurangan fisik, lemah mental, dsb.

3. Stress berasal dari orangtua, yaitu:a. Rendah diri, anak dengan rendah diri akan sering memperoleh kekerasan, sebab anak selalu merasa dirinya tidak berguna & selalu mengecewakan pria lain.b. Waktu kecil diterima perlakuan salah, orangtua yang mengalami perlakuan salah pada masa kecil akan melakuakan hal yang sama terhadap pria lain atau anaknya sebagai bentuk pelampiasan atas kejadian yang pernah dialaminya.c. Harapan pada anak yang tidak realistis, harapan yang tidak realistis akan membuat orangtua mengalami stress berat sehingga ketika tidak mampu

memenuhi memenuhi kebutuhan anak, orangtua cenderung menjadikan anak sebagai pelampiasan kekesalannya dengan melakukan tindakan kekerasan.

4. Manifestasi Klinisa. Akibat pada fisik anaka. Lecet, hematom, luka bekas gigitan, luka bakar, patah tulang, perdarahan retinaakibat dari adanya subdural hematom & adanya kerusakan organ dalam lainnya.b. Sekuel/cacat sebagai akibat trauma, misalnya jaringan parut, kerusakan saraf, gangguan pendengaran, kerusakan mata & cacat lainnya.c. Kematian.b. Akibat pada tumbuh kembang anakPertumbuhan & perkembangan anak yang mengalami perlakuan salah, pada umumnya lebih lambat dari anak yang normal, yaitu:a. Pertumbuhan fisik anak pada umumnya kurang dari anak2 sebayanya yang tidak mendaapat perlakuan salah.b. Perkembangan kejiwaan selain itu mengalami gangguan, yaitu:§ Kecerdasan- Berbagai penelitian melaporkan terdapat keterlambatan dalam perkembangan kognitif, bahasa, membaca, & motorik.- Retardasi mental dapat diakibatkan trauma langsung pada kepala, selain itu karena malnutrisi.- Pada beberapa kasus keterlambatan ini diperkuat oleh tidak adanya stimulasi yang adekuat atau karena gangguan emosi.§ Emosi- Terdapat gangguan emosi pada: perkembangan kosnep diri yang positif, atau bermusuh dalam mengatasi sifat agresif, perkembangan hubungan sosial dengan pria lain, termasuk kemampuan untuk percaya diri.- Terjadi pseudomaturitas emosi. Beberapa anak menjadi agresif atau bermusuhan dengan pria dewasa, sedang yang lainnya menjadi yg merawankan hati diri/menjauhi pergaulan. Anak suka ngompol, hiperaktif, perilaku aneh, kesulitan belajar, gagal sekolah, sulit tidur, tempretantrum, dsb.§ Konsep diriAnak yang diterima perlakuan salah merasa dirinya jelek, tidak dicintai, tidak dikehendaki, muram, & tidak bahagia, tidak mampu menyenangi aktifitas & bahkan tersedia yang mencoba bunuh diri.§ AgresifAnak yang diterima perlakuan salah secara badani, lebih agresifterhadap teman sebayanya. Sering tindakan egresif tersebut meniru tindakan orangtua mereka atau mengalihkan perasaan agresif kepada teman sebayanya sebagai hasil miskinnya konsep diri.§ Hubungan sosialPada anak2 ini sering kurang dapat bergaul dengan teman sebayanya atau dengan pria dewasa. Mereka mempunyai sedikit teman & suka mengganggu pria dewasa, misalnya dengan melempari batu atau perbuatan2 kriminal lainnya.c. Akibat dari penganiayaan seksualTanda-tanda penganiayaan seksual antara lain:- Tanda akibat trauma atau infeksi lokal, misalnya nyeri perianal, sekret vagina, &

perdarahan anus.- Tanda gangguan emosi, misalnya konsentrasi berkurang, enuresis, enkopresis, anoreksia, atau perubahan tingkah laku.- Tingkah laku atau pengetahuan seksual anak yang tidak sesuai dengan umurnya. Pemeriksaan alat kelamin dilakuak dengan memperhatikan vulva, himen, & anus anak.d. Sindrom munchausenGambaran sindrom ini terdiri dari gejala:- Gejala yang tidak biasa/tidak spesifik- Gejala terlihat hanya kalau tersedia orangtuanya- Cara pengobatan oleh orangtuanya yang luar biasa- Tingkah laku orangtua yang berlebihan 5. Faktor ResikoMenurut Helfer & Kempe dalam Pillitery tersedia 3 faktor yang menyebabkan child abuse4 , yaitu1. Orang tua memiliki potensi untuk melukai anak-anak. Orang tua yang memiliki kelainan mental, atau kurang kontrol diri daripada pria lain, atau pria tua tidak memahami tumbuh kembang anak, sehingga mereka memiliki harapan yang tidak sesuai dengan keadaan anak. Dapat selain itu pria tua terisolasi dari keluarga yang lain, bisa isolasi sosial atau karena letak rumahyang saling berjauhan dari rumah lain, sehingga tidak tersedia pria lain yang dapat menyumbangkan support kepadanya.2. Menurut pandangan pria tua anak terlihat berbeda dari anak lain. Hal ini dapat terjadi pada anak yang tidak diinginkan atau anak yang tidak direncanakan, anak yang cacat, hiperaktif, cengeng, anak dari pria lain yang tidak disukai, misalnya anak mantan suami/istri, anak tiri, serta anak dengan berat lahir rendah(BBLR). Pada anak BBLR saat bayi dilahirkan, mereka harus berpisah untuk beberapa lama, padahal pada beberapa hari inilah normal bonding akan terjalin.3. Adanya kejadian khusus : Stress. Stressor yang terjadi bisa jadi tidak terlalu berpengaruh jika hal tersebut terjadi pada pria lain. Kejadian yag sering terjadi misalnya adanya tagihan, kehilangan pekerjaan, adanya anak yang sakit, adanya tagihan, dll. Kejadian tersebut akan membawa pengaruh yang lebih dahsyat bila tidak tersedia pria lain yang menguatkan dirinya di sekitarnya Karena stress dapat terjadi pada siapa saja, baik yang mempunyai tingkat sosial ekonomi yag tinggi maupun rendah, maka child abuse dapat terjadi pada semua tingkatan.Menurut Rusel & Margolin, wanita lebih banyak melakukan kekerasan pada anak, karena wanita merupakan pemberi perawatan anak yang utama. Sedangkan laki-laki lebih banyak melakukan sex abuse, ayah tiri mempunyai kemungkinan 5 sampai 8 kali lebih dahsyat untuk melakukannya daripada ayah kandung (Smith & Maurer)6. Akibat Child AbuseAnak yangmengalami kekerasan/ penganiayaan akan berakibat panjang. Mereka akan mengalamigangguan belajar, retardasi mental, gangguan perkembangan temasuk perkembangan bahasa, bicara, motorik halusnya. Dalam penelitian selain itu diperoleh bahwa IQ anak yang mengalami kekerasan/penganiayaan akan rendah daripada yang tidak. Mereka selain itu mengalami gangguan dalam konsep diri & hubungan sosial. Teman-teman menganggap mereka sebagai anak yang

suka menyendiri atau pembuat onar. Hal ini akan berlanjut hingga dewasa, dalam memilih pasangan hidup.7. PencegahanPencegahan dapat dilakukan dengan mengurangi kemungkinan terjadinya kekerasan pada anak & di rumah tangga. Pencegahan primer dapat dilakukan dengan melakukan pendidikan kesehatan sekitar child abuse & mengidentifikasi resiko terjadinya child abuse.Hal yang dapat dilakukan oleh perawat ialah dengan menyumbangkan pendidikan kepada keluarga sekitar pertumbuhan & perkembangan anak, serta cara menghadapi stress saat menjadi pria tua. Browne mengemukakan, setidaknya skrening melibatkan 3 pria perawat yang akan datang pada 9 bulan pertama kehidupan. Pada kunjungan pertama dilakukan pengkajian atas adanya faktor yang berhubungan dengan abuse & neglect, Pada kunjungan selanjutnya perawat mengexplorasi persepsi pria tua sekitar sekitar anak & stressor si keluarga. Pada kunjungan ke tiga perawat melihat kembali sekitar kebiasaan bayi & pengasuhannya. Mengamati pertumbuhan & perkembangannya, & membantu pria tua untuk mengenali perkembangan yang sesuai dengan usia anak. Orang tua yang beresiko menjadi abusive parents akan memiliki perkiraan yang tidak realistik sekitar pertumbuhan & perkembangan anak, misalnya bayi berusia 6 bulan dianggap harus didisiplinkan karena tidak dapat mengikuti toilet training. (Smith & Maurer, 1995) 5Selain hal di atas, perawat selain itu hendaknya mengamati hubungan antara pria tua dengan anak. Salah satu indikator kunci ialah kurangnya bonding antara ibu & anak. . Bila bonding lemah, maka perawat dapat meningkatkan pegasuhan & kepercayaan diri pria tua sebagai pengasuh anak.B. Asuhan Keperawatan1. PengkajianPerawat seringkali menjadi pria yang pertamakali menemui adanya tanda adanya kekerasan pada anak (lihat indicator fisik dn kebiasaan pada macam-macam child abuse di atas). Saat abuse terjadi, penting bagi perawat untuk memperoleh seluruh gambarannya, bicaralah dahulu dengan pria tua tanpa disertai anak, kemudian menginterview anak. 61. Identifikasi pria tua yang memiliki anak yang ditempatkan di rumah pria lain atau saudaranya untuk beberapa waktu.2. Identifikasi adanya riwayat abuse pada pria tua di masa lalu, depresi, atau masalah psikiatrik.3. Identifikasi situasi krisis yang dapat menimbulkan abuse4. Identifikasi bayi atau anak yang memerlukan perawatan dengan ketergantungan tinggi (seperti prematur, bayi berat lahir rendah, intoleransi makanan, ketidakmampuan perkembangan, hiperaktif, & gangguan kurang perhatian)5. Monitor reaksi pria tua observasi adanya rasa jijik, takut atau kecewa dengan jenis kelamin anak yang dilahirkan.6. Kaji pengetahuan pria tua sekitar kebutuhan dasar anak & perawatan anak.7. Kaji respon psikologis pada trauma8. Kaji keadekuatan & adanya support system9. Situasi Keluarga 2. Diagnosa Keperawatan

a. Kerusakan pengasuhan b.d. usia muda terutama remaja, kurang pengetahuan mengenai pemenuhan kesehatan anak & ketidakadekuatan pengaturan perawatan anak.b. Kapasitas adaptif: penurunan intracranial b.d cedera otakc. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d ketidakmampuan memasukkan, mencerna, & mengabsorpsi makanan karena faktor psikologis.d. Resiko keterlambatan perkembangan b.d kerusakan tak akibat kekerasan. 3. Intervensi KeperawatanDx I : Kerusakan pengasuhan b.d. usia muda terutama remaja, kurang pengetahuan mengenai pemenuhan kesehatan anak & ketidakadekuatan pengaturan perawatan anak.NOC: Setelah dilakukan asuhan keperawatan maka orangtua akan menujukan disiplin yang konstruktif, mengidentifikasi cara yang efektif untuk mengungkapkan marah atau frustasi yang tidak membahayakan anak, berpartisipasi aktif dalam konseling & atau kelas orangtua.Intervensi:- Dukung pengungkapan perasaan- Bantu orangtua mengidentifikasi deficit atau perubahan menjadi orangtua- Berikan kesempatan interaksi yang sering untuk orangtua atau anak- Keterampilan model peran menjadi orangtuaDx II : Kapasitas adaptif: penurunan intracranial b.d cedera otakNOC: Setelah dilakukan asuhan keperawatan maka klien akan menunjukkan peningkatan kapasitas adaptif intrakranial yang ditunjukkan dengan keseimbangan cairan, keseimbangan elektrolit & asam-basa. Status neurologis, & status neurologis: kesadaran.Intervensi:- Pantau tekanan intrakranial & tekanan perfusi serebral- Pantau status neurologis pada interval yang teratur- Perhatikan kejadian yang merangsang terjadinya perubahan pada gelombang TIK- Tentukan data dasar tanda vital & irama jantung & pantau perubahan selama & sesudah aktivitas- Ajarkan pada pemberi perawatan sekitar tanda2 yang mengindikasikan peningkatan TIK (misalnya: peningkatan aktivitas kejang)- Ajarkan pada pemberi perawatan sekitar situasi spesifik yang merangsang TIK pada klien (misalnya: nyeri & ansietas); diskusikan intervensi yang sesuai.Dx III : Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d ketidakmampuan memasukkan, mencerna, & mengabsorpsi makanan karena faktor psikologis.NOC: Setelah dilakukan asuhan keperawatan maka klien akan menunjukkan status gizia; asupan makanan, cairan, & gizi, ditandai dengan indicator berikut (rentang nilai 1-5: tidak adekuat, ringan, sedang, kuat, atau adekuat total).Makanan oral, pemberian makanan lewat selang, atau nutrisi parenteral total.Asupan cairan secara oral atau IVIntervensi:- Identifikasi faktor2 yang dapat berpengaruh terhadap hilangnya nafsu makan pasien- Pantau nilai laboratorium, khususnya transferin, albumin & elektrolit

- Pengelolaan nutrisi: ketahui makanan kesukaan klien, pantau kandungan nutrisi & kalori pada cetakan asupan, timbang klien pada interval yang tepat- Ajarkan metode untuk perencanaan makanan- Ajarkan klien/keluarga sekitar makanan bergizi & tidak mahal- Pengelolaan nutrisi: berikan informasi yang tepat sekitar kebutuhan nutrisi & bagaimana memenuhinya.

Dx IV : Resiko keterlambatan perkembangan b.d kerusakan tak akibat kekerasan. 

-

Sumber Referensi : - http://zieshila.wordpress.com/child-abuse-dan-child-neglect/- http://nersqeets.blogspot.com/2009/06/askep-child-abuse.html