asep solikin m. fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan konseling...

312

Upload: others

Post on 02-Dec-2020

10 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan
Page 2: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Asep SolikinM. Fatchurahman

BIMBINGAN KARIR:Paradigma, Dimensi, dan Problematika

Perencanaan Karir

Page 3: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir: Paradigma, Dimensi,dan Problematika Perencanaan Karir

Copyright © Asep Solikin & M. Fatchurahman, 2019Hak cipta dilindungi undang-undangAll right reserved

Layout: Saiful MustofaDesain cover: Diky M. Fauzixii+181 hlm: 14 x 20,5 cmCetakan Pertama, September 2019ISBN: 978-602-6706-79-9Anggota IKAPIHak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengutip ataumemperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa izintertulis dari penerbit.Diterbitkan oleh:Akademia PustakaPerum. BMW Madani Kavling 16 TulungagungTelp: 081216178398Email: [email protected]

Page 4: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

M

PENGANTAR

emasuki abad 21 atau milenium ketiga telah terjadipergeseran paradigma atau cara berfikir dalammenghadapi berbagai fenomena. Menurut laporan UNESCO(1996) ada tujuh ketegangan yang dihadapi di awal abad 21ini yang secara langsung atau tidak langsung berpengaruhpada dunia pendidikan. Ketujuh ketegangan itu ialah: (1)ketegangan antara glogal dan local, yaitu di satu pihak terdapatkecenderungan manusia akan menjadi satu warga duniasecara global, akan tetapi tidak ingin tercabut akarnya daribudaya local; (2) ketegangan antara universal dan individual,yaitu (3) ketegangan antara tradisional dan modernitas, (4)ketegangan antara pertimbangan jangka panjang dan jangkapendek, (5) ketegangan antara kebutuhan untuk kompetisidan kepedulian pada keseimbangan kesempatan, (6)ketegangan antara kecepatan yang luar biasa dalam perluasanpengetahuan dan kemampuan manusia untuk menyerapnya,(7) ketegangan antara spiritual dan material.Selanjutnya dikatakan bahwa dengan tren perkembanganglobal yang didukung oleh pesatnya perkembangan ilmupngetahuan dan teknologi, secara global terjadi pergeseranpola-pola kehidupan global yang ditandai denganperkembangan: (1) dari komunitas lokal ke masyarakatdunia, (2) dari kohesi sosial ke partisipasi demokratis, (3)dari pertumbuhan ekonomi ke perkembangan sumber dayamanusia. Kondisi ini sudah tentu akan mempengaruhi pola-iii

Page 5: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

4 4

pola kegiatan pendidikan termasuk di dalamnya kegiatanpembelajaran.Dalam satu tulisannya yang berjudul “Knowledge-Information-Service Era Changes in Work and Education andthe Changing Role of the School Counselor in Career Education”,Kenneth B. Hoyt dan Pat Nellor Wickwire (2001) menyatakanbahwa “era layanan informasi pengetahuan mencerminkanberbagai perubahan yang saling terkait dalam aspek sosial,ekonomi, pemerintahan, karir, pendidikan, pekerjaan, danaspek hidup lainnya”. Perubahan dalam dunia kerja dan tempatkerja mempengaruhi pendidikan khususnya yang berkenaandengan perkembangan dan bimbingan karir. Selanjutnyadikatakan bahwa dalam era ini terjadi kebangkitan dalamberbagai bidang seperti: (1) proses dan struktur manajemendan kepemimpinan; (2) gaya, substansi, irama komunikasi;(3) dukungan masyarakat, dan satuan keluarga, peran-peran dan hasil; (4) diri dalam kaitan dengan kebutuhan dankeinginan; (5) saling ketergantungan globalisasi, nasional, daninternasional; (6) temuan dan intervensi melalui bioenergi danbiogenetika. Perubahan-perubahan itu nampak pula dalam:(1) hubungan dan konvensi antara institusi, masyarakat, dankhalayak; (2) informasi, pemahaman, dan perilaku susialdan subkultural; (3) bentuk dan substansi instrumental danperilaku dan tindakan ekspresif; (4) cara, intensitas, danvariansi dalam identifikasi dan mencari isu-isu (5) kepedulianterhadap kesinambungan lingkungan, ekonomi, sosial, danpemerintahan; (6) Kompleksitas, keragaman, dan kontekspilihan dalam kawasan pribadi, pekerjaan, pendidikan, dansosial; dan (7) makna dan pengaruh ilmu pengetahuan,matematika, dab teknologi terhadap bidang-bidang lain.Menurut kedua penulis tersebut, ada beberapa kata kuncidengan konotasi kunci sebagai karakteristik perubahan duniakerja dan tempat kerja dalam memasuki millennium baruyaitu:

Page 6: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

5 5

1. Kualitas dan kesempurnaan, manajemen mutu total,produk dan servis bernilai tambah, paradigma baru danreformasi manajemen, harapan pelanggan, kepuasanpelanggan, perubahan kesegeraan, banyak berbuatdengan sedikit resiko, pekerjaan terbagi, produktivitas,kembali modal;2. Visi, misi, tujuan, sasaran,penyampaian, hasil, keluaran,pendapatan;3. Organisasi pembelajar, pengetahuan berbasis budaya,modal intelektual, pekerja sebagai asset, kinerja tinggi,standar, kompetensi inti, ketrampilan, ketrampilanganda, permintaan ganda, inovasi, organisasisebenarnya;4. Intergrasi bercabang, tim kerja, kepemimpinan, berbagikekuasaan dan pembuatan keputusan, memampukan,kordinasi, kerjasama, penataan kembali kerja, layanan;5. Ketrampilan dalam penyesuaian diri, keluwesan,kegembiraan, kemampuan untuk bekerja, kemampuanuntuk berpindah, pemahaman dan penerapan sistemdan sumber, belajar aktif, berfikir ke depan, inovasi,proaktif.6. Komunikasi lisan, menyimak, membaca, berkomnikasitertulis, matematika, antar pribadi, ketrampilan tekns;7. Umpan balik, pengukuran, penilaian, evaluasi,akuntabilitas, perbaikan berkelanjutan, perbaikankinerja, intervensi perbaikan kinerja;8. Diri sebagai majikan, kecukupan diri, manajemendiri, ketrampilan praktis, belajar sepanjang hayat,pekerjaan berurutan, transisi, ketrampilan strategis,kemungkinan kerja, keseimbangan hidup dan kerja,

Page 7: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

6 6

konsolidasi kerja dan keluarga, waktu luang, perbedaanbentuk masyarakat dan kesendirian.

Page 8: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

7 7

Kecenderungan perubahan pola-pola dalam duniakerja dan tempat kerja mempunyai pengaruh pada duniapendidikan persekolahan khususnya yang berkaitan denganpendidikan dan bimbingan karir. Menurut Hyot (2001),pendidikan dan bimbingan karir mempunyai tujuh tujuanutama yaitu untuk: (1) membekali pribadi dengan ketrampilanuntuk mampu bekerja, menyesuaikan diri, dan meningkatkandiri, (2) membantu pribadi dalam memperoleh kesadarankarir, eksplorasi karir, dan pembuatan keputusan karir, (3)menghubungkan antara pendidikan dan pekerjaan sehinggadapat membuat pilihan keduanya, (4) membuat pekerjaansebagai satu bagian keseluruhan gaya hidup yang bermakna,(5) memperbaiki pendidikan dengan memasukan penekanankarir di dalam kelas, (6) meningkatkan dan menerapkankemitraan antara opic swasta dan pendidkkan, (7) mengurangipenyimpangan dan keragaman dan melindungi kebebasanmembuat pilihan. Dengan tujuan itu, hasil pembelajaran yangdiharapkan adalah berupa: (1) ketrampilan cakap bekerja,beradaptasi, meningkatkan kerja, dan akademis dasar, (2)kebiasaan kerja produktif, (3) ninai-nilai kerja pribadi yangbermakna, (4) pemahaman dan apresiasi dasar terhadapkewirausahaan, (5) pemahaman diri dan peluang pendidikandan keperjaan yang tersedia, (7) pembuatan keputusan karir;(8) mencari, menemukan, mendapatkan, dan memegangpekerjaan, (9) penggunaan waktu luang secara produktif,(10) mengurangi penyimpangan dan menghargaai kebebasanpenuh pilihan karir untuk setiap orang; (11) humanisasitempat kerja bagi diri sendiri.Kecenderungan perubahan pola-pola pendidikandan bimbingan karir sebagaimana dikemukakan di atas,akan berpengaruh terhadap peran-peran konselor dalammelaksanakan proses pendidikan dan bimbingan karir. Halyang paling mendasar ialah memahami dan memenuhikebutuhan-kebutuhan siswa dalam perkembangankarir sehingga memeiliki ketrampilan karir pada saat

Page 9: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

8 8

meninggalkan bangku sekolah. Hoyt (2001) mengemukakanada empat kebutuhan utama yaitu kebutuhaan untuk: (1)merencanakan pendidikan pasca sekolah menengah yangberorientasi karir, (2) memperoleh ketrampilan umum dalamcakap kerja, adaptasi kerja, dan peningkatan kerja sehinggamampu mengikuti perubahan dunia kerja setelah dewasa,(3) penekanan pentingnya nilai-nilai kerja, (4) merencanakancara-cara menyibukkan diri dalam pekerjaan sebagai bagiandari keseluruhan perkembangan karir.Pergeseran paradigma sebagaimana dikemukakan diatas, pada gilirannya akan menuntut penggunaan strategibimbingan karir yang dipandang sesuai dengan tuntutansebagai suatu cara yang dilakukan untuk membantu pesertadidik dalam mewujudkan dirinya secara optimal Strategibimbingan karir harus dilaksanakan secara holistik denganmemperhatikan berbagai dimensi yang saling terkait baikinternal maupun eksternal di dunia pendidikan. Paradigmabimbingan karir tidak lagi berorientasi bagaimana membantupeserta didik memperoleh pekerjaan di masa mendatang,akan tetapi bagaimana membantu mereka untuk mampuberadaptasi dengan tuntutan yang berkembang di era abad21. Terkait dengan hal itu, para mahasiswa S-3 program PascaSarjana UPI Bandung yang mengambil mata kuliah “Bimbingandan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dantelaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan berbagaikecenderungan karir dan bimbingan karir memasuki abad21 serta implikasinya dalam pelaksanaan bimbingan karirdi sekolah. Kajian difokuskan pada peluang dan tantanganyang terjadi dalam abad 21 atau millennium ketiga. Berbagaidinamika perubahan banyak terjadi di era ini antara lainmengenai perkembangan pola-pola globalisasi dengan segalakarakteristiknya yang kemudian berpengaruh terhadap pola-

Page 10: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

9 9

pola karir yang dalam hal tertentu berbeda dibandingkandengan era sebelumnya. Semua kondisi itu menuntut kualitas

Page 11: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

viii 10

kompetensi serta karakteristik individu untuk memilikikualitas pribadi yang sedemikian rupa mampu beradaptasidengan cepat dalam berbagai perubahan dan tuntutan karirtanpa kehilangan jatidirinya. Misalnya dalam era yang disebut“protean career ” individu harus memiliki kompetensi dalamberadaptasi terhadap dunia karir yang tidak lagi bersifat lineardan kaku. Indoividu harus mampu membuat keputusan secaratepat dan cerdas dengan berbasis “passion” yaitu suksesi ataupergantian karir dengan berbasis nilai, keyakinan, dan minat.Di abad 21 ini, karir mempunyai makna yang lebih luasyang tidak hanya terbatas bermakna sebagai satu bentukpekerjaan atau jabatan yang dibayar.atau menghasilkan uang.Dampak dari tuntutan perkembangan di abad 21 ini paradigmabekerja atau pekerjaan tidak lagi hanya terbatas sebagai satubentuk kegiatan untuk mendapatkan imbal jasa baik berupauang maupun bukan uang. Secara psikologis pekerjaanatau bekerja telah berkembang dalam maknanya sebagai:(1) suatu cara untuk memperoleh kelangsungan hidup dankeberdayaan, (2) sebagai cara untuk memperoleh hubungansosial, dan (3) sebagai cara determinasi diri. Di era modern,karir lebih bermakna sebagai satu perwujudan diri yangbermakna dalam keseluruhan perjalanan hidup seseorang.Dikatakan bahwa karir merupakan sebagai: “a continuousprocess of learning and development” atau sebagai suatuproses pembelajaran dan perkembangan yang berlangsungsecara terus menerus. Oleh karena itu karir dapat dicapaitidak hanya melalui pekerjaan atau jabatan tetapi melaluiberbagai wujud yaitu: (1) work experience atau pengalamanbekerja, (2) community involvement atau keterlibatan dalamaktivitas kemasyarakatan, (3) employment atau pekerjaan,(4) life roles atau peran-peran hidup, (5) enterprise activitiesatau aktivitas kerjasama, (6) cultural activities atau aktivitasbudaya, (7) training atau pelatihan, (8) education ataumengikuti pendidikan, (9) interest atau pengembangan minat,(10) sport atau olah raga, dan (11) volunteer work atau kerja

Page 12: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

viii 11

sebagai relawan. Melalui aktivitas di antara kesenelas bentukitulah individu akan memperolah perwujudan diri secarabermakna baik bagi dirinya sendiri maupun bagi pihak lain.Semua hasil kajian sebagaimana disampaikan diatas, sesungguhnya merupakan tantangan dan sekaligussebagai peluang untuk diimplementasikan dalam pola-polabi,mbingan karir khususnya dalam tatanan pendidikan formaldi sekolah. Beberapa hal penting yang harus menjadi catatandalam dimensi implementasi bagi layanan bimbingan karir dilingkungan pendidikan formal antara lain.1. Peningkatan kompetensi para konselor sekolah denganfokus peningkatan kualitas kompetensinya baikkognitif, fungsional, maupun personal sehingga mampumelaksanakan layanan bimbingan karir bagi semuasiswa.2. Fokus layanan bimbingan karir adalah untukmenjadikan semua siswa dapat berkembang optimaldalam beradaptasi secara kreatif dan mandiri dalammewujudkan karir yang sesuai dengan tuntutanabad 21 seperti pemahaman makna dan dunia karir,pemahaman diri sendiri, kemampuan beradaptasi danpengambilan keputusan, pengembangan kompetensi,dsb.3. Pola-pola pelatihan dan pengembangan kompetensipara konselor sekolah dalam bimbingan karir harusdisesuaikan dengan tuntutan paradigma karir danbimbingan kari4r di abad 21.4. Semua gagasan itu harus diwujudkan dalam bentukberbagai program dan kegiatan yang dikembangkansecara kolaboratif mulai dari tatanan kebijakan,manajerial, operasional, dan pengembangan sumberdaya manuaia. .

Page 13: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

x

Page 14: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

xi

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................. iiiBAB I Landasan Bimbingan dan Konseling................ 1

BAB II Fungsi, Prinsip, Asas, dan TujuanBimbingan dan Konseling.................................... 17

BAB III The Protean career (Karakteristik danPola Pekerjaan di Abad XXI)................................ 31

BAB IV Arah Karir Saat Ini.................................................. 49BAB V Dinamika dan Kecenderungan Karir................ 57BAB VI Dimensi Psikologis Kesuksesan Karir.............. 81BAB VII Problematika Psikologis dalam Karir dan

Usaha Pencegahannya; Sebuah Pemikiranuntuk Meraih Kesuksesan Berkarir................. 95

BAB VIII Kompetensi dan Implikasinya BagiPerencanaan Karir..................................................

117

BAB IX Perubahan Paradigma Bimbingan Karir danImplikasinya Bagi PengembanganKompetensi Siswa dan Konselor........................

133

BAB X Dimensi Psikologis Kesuksesan Karir Siswa:Strategi Konselor Membantu SiswaMemahami Konflik Pekerjaan & Keluargadalam Perencanakan Karir.................................. 151

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................. 169

Page 15: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

xii

Page 16: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

1Bimbingan Karir15

L

BAB ILANDASAN

BIMBINGAN DAN KONSELING

A. Pendahuluanayanan bimbingan dan konseling merupakan bagianintegral dari pendidikan di Indonesia. Sebagai sebuahlayanan profesional, kegiatan layanan bimbingan dankonseling tidak bisa dilakukan secara sembarangan, namunharus berangkat dan berpijak dari suatu landasan yang kokoh,yang didasarkan pada hasil-hasil pemikiran dan penelitianyang mendalam. Dengan adanya pijakan yang jelas dan kokohdiharapkan pengembangan layanan bimbingan dan konseling,baik dalam tataran teoritik maupun praktek, dapat semakinlebih mantap dan bisa dipertanggungjawabkan serta mampumemberikan manfaat besar bagi kehidupan, khususnya bagipara penerima jasa layanan (klien).Agar aktivitas dalam layanan bimbingan dan konselingtidak terjebak dalam berbagai bentuk pe-nyimpangan yangdapat merugikan semua pihak, khususnya pihak para penerimajasa layanan (klien) maka pemahaman dan penguasaantentang landasan bimbingan dan konseling khususnya olehpara konselor tampaknya tidak bisa ditawar-tawar lagi danmenjadi mutlak adanya.

Page 17: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

1Bimbingan Karir16

Berbagai kesalahkaprahan dan kasus malpraktek yangterjadi dalam layanan bimbingan dan konseling selama ini,seperti adanya anggapan bimbingan dan konseling sebagai

Page 18: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

1Bimbingan Karir17

“polisi sekolah”, atau berbagai persepsi lainnya yang kelirutentang layanan bimbingan dan konseling,- sangat mungkinmemiliki keterkaitan erat dengan tingkat pemahaman danpenguasaan konselor tentang landasan bimbingan dankonseling. Dengan kata lain, penyelenggaraan bimbi-ngan dankonseling dilakukan secara asal-asalan, tidak dibangun di ataslandasan yang seharusnya.Oleh karena itu, dalam upaya memberikan pemahamantentang landasan bimbingan dan konse-ling, khususnya bagipara konselor, melalui tulisan ini akan dipaparkan tentangbeberapa landasan yang menjadi pijakan dalam setiap geraklangkah bimbingan dan konseling.B. Landasan Bimbingan dan KonselingMembicarakan tentang landasan dalam bimbi-ngandan konseling pada dasarnya tidak jauh berbeda denganlandasan-landasan yang biasa diterapkan dalam pendidikan,seperti landasan dalam pengembangan kurikulum, landasanpendidikan non formal atau pun landasan pendidikan secaraumum.Landasan dalam bimbingan dan konseling padahakekatnya merupakan faktor-faktor yang harus diperhatikan dan dipertimbangkan khususnya oleh konselorselaku pelaksana utama dalam mengem bangkan layananbimbingan dan konseling. Ibarat sebuah bangunan, untukdapat berdiri tegak dan kokoh tentu membutuhkan fundasiyang kuat dan tahan lama. Apabila bangunan tersebut tidakmemiliki fundasi yang kokoh, maka bangunan itu akan mudahgoyah atau bahkan ambruk. Demikian pula, dengan layananbimbingan dan konseling, apabila tidak didasari oleh fundasiatau landasan yang kokoh akan mengakibatkan kehancuranterhadap layanan bimbingan dan konseling itu sendiri danyang menjadi taruhannya adalah individu yang dilayaninya

Page 19: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

1Bimbingan Karir18

(klien). Secara teoritik, berdasarkan hasil studi dari beberapasumber, secara umum terdapat empat aspek pokok yang

Page 20: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 3Bimbingan Karir3

mendasari pengembangan layanan bimbingan dan konseling,yaitu landasan filosofis, landasan psikologis, landasansosial-budaya, dan landasan ilmu pengetahuan (ilmiah) danteknologi. Selanjutnya, di bawah ini akan dideskripsikan darimasing-masing landasan bimbingan dan konseling tersebut :1. Landasan FilosofisLandasan filosofis merupakan landasan yang dapatmemberikan arahan dan pemahaman khususnya bagikonselor dalam melaksanakan setiap kegiatan bimbingan dankonseling yang lebih bisa dipertanggung-jawabkan secaralogis, etis maupun estetis. Landasan filosofis dalam bimbingandan konseling terutama berkenaan dengan usaha mencarijawaban yang hakiki atas pertanyaan filosofis tentang: apakahmanusia itu? Untuk menemukan jawaban atas pertanyaanfilosofis tersebut, tentunya tidak dapat dilepaskan dariberbagai aliran filsafat yang ada, mulai dari filsafat klasiksampai dengan filsafat modern dan bahkan filsafat post-modern. Dari berbagai aliran filsafat yang ada, para penulisBarat. (Victor Frankl, Patterson, Alblaster & Lukes, Thompson& Rudolph, dalam Prayitno, 2003) telah mendeskripsikantentang hakikat manusia sebagai berikut :a. Manusia adalah makhluk rasional yang mampuberfikir dan mempergunakan ilmu untuk mening-katkan perkembangan dirinya.b. Manusia dapat belajar mengatasi masalah-masalahyang dihadapinya apabila dia berusaha memanfaat-kan kemampuan-kemampuan yang ada pada dirinya.c. Manusia berusaha terus-menerus memperkem-bangkan dan menjadikan dirinya sendiri khusus nyamelalui pendidikan.

Page 21: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 4Bimbingan Karir4

d. Manusia dilahirkan dengan potensi untuk menjadibaik dan buruk dan hidup berarti upaya untukmewujudkan kebaikan dan menghindar-kan atau

Page 22: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 5Bimbingan Karir5

setidak-tidaknya mengontrol keburukan.e. Manusia memiliki dimensi fisik, psikologis danspiritual yang harus dikaji secara mendalam.f. Manusia akan menjalani tugas-tugas kehidupannya dan kebahagiaan manusia terwujud melaluipemenuhan tugas-tugas kehidupannya sendiri.g. Manusia adalah unik dalam arti manusia itumengarahkan kehidupannya sendiri.h. Manusia adalah bebas merdeka dalam berbagaiketerbatasannya untuk membuat pilihan-pilihanyang menyangkut perikehidupannya sendiri.Kebebasan ini memungkinkan manusia berubah danmenentukan siapa sebenarnya diri manusia itu adanakan menjadi apa manusia itu.i. Manusia pada hakikatnya positif, yang pada setiapsaat dan dalam suasana apapun, manusia beradadalam keadaan terbaik untuk menjadi sadar danberkemampuan untuk melakukan sesuatu.Dengan memahami hakikat manusia tersebut makasetiap upaya bimbingan dan konseling diharapkan tidakmenyimpang dari hakikat tentang manusia itu sendiri.Seorang konselor dalam berinteraksi dengan kliennya harusmampu melihat dan memperlakukan kliennya sebagai sosokutuh manusia dengan berbagai dimensinya.2. Landasan PsikologisLandasan psikologis merupakan landasan yang dapatmemberikan pemahaman bagi konselor tentang perilakuindividu yang menjadi sasaran layanan (klien). Untukkepentingan bimbingan dan konseling, beberapa kajianpsikologi yang perlu dikuasai oleh konselor adalah tentang :(a) motif dan motivasi; (b) pembawaan dan lingkungan, (c)perkembangan individu; (d) belajar; dan (e) kepribadian.

Page 23: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 6Bimbingan Karir6

a. Motif dan MotivasiMotif dan motivasi berkenaan dengan dorongan yangmenggerakkan seseorang berperilaku baik motif primeryaitu motif yang didasari oleh kebutuhan asli yang dimilikioleh individu semenjak dia lahir, seperti: rasa lapar,bernafas dan sejenisnya maupun motif sekunder yangterbentuk dari hasil belajar, seperti rekreasi, memperolehpengetahuan atau keterampilan tertentu dan sejenisnya.Selanjutnya motif-motif tersebut tersebut diaktifkandan digerakkan–baik dari dalam diri individu (motivasiintrinsik) maupun dari luar individu (motivasi ekstrinsik),menjadi bentuk perilaku instrumental atau aktivitastertentu yang mengarah pada suatu tujuan.b. Pembawaan dan LingkunganPembawaan dan lingkungan berkenaan denganfaktor-faktor yang membentuk dan mempengaruhiperilaku individu. Pembawaan yaitu segala sesuatu yangdibawa sejak lahir dan merupakan hasil dari keturunan,yang mencakup aspek psiko-fisik, seperti struktur otot,warna kulit, golongan darah, bakat, kecerdasan, atau ciri-ciri kepribadian tertentu. Pembawaan pada dasarnyabersifat potensial yang perlu dikembangkan dan untukmengoptimalkan dan mewujudkannya bergantung padalingkungan dimana individu itu berada. Pembawaan danlingkungan setiap individu akan berbeda-beda. Ada individuyang memiliki pembawaan yang tinggi dan ada pula yangsedang atau bahkan rendah. Misalnya dalam kecerdasan,ada yang sangat tinggi (jenius), normal atau bahkansangat kurang (debil, embisil atau ideot). Demikian puladengan lingkungan, ada individu yang dibesarkan dalamlingkungan yang kondusif dengan sarana dan prasaranayang memadai, sehingga segenap potensi bawaan yangdimilikinya dapat berkembang secara optimal. Namun ada

Page 24: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 7Bimbingan Karir7

pula individu yang hidup dan berada dalam lingkunganyang kurang kondusif dengan sarana dan prasarana yang

Page 25: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 8Bimbingan Karir8

serba terbatas sehingga segenap potensi bawaan yangdimilikinya tidak dapat berkembang dengan baik danmenjadi tersia-siakan.c. Perkembangan IndividuPerkembangan individu berkenaan dengan prosestumbuh dan berkembangnya individu yang merentangsejak masa konsepsi (pranatal) hingga akhir hayatnya,diantaranya meliputi aspek fisik dan psikomotorik, bahasadan kognitif/kecerdasan, moral dan sosial. Beberapa teoritentang perkembangan individu yang dapat dijadikansebagai rujukan, diantaranya : (1) Teori dari Mc. Candlesstentang pentingnya dorongan biologis dan kultural dalamperkembangan individu; (2) Teori dari Freud tentangdorongan seksual; (3) Teori dari Erickson tentangperkembangan psiko-sosial; (4) Teori dari Piaget tentangperkembangan kognitif; (5) teori dari Kohlberg tentangperkembangan moral; (6) teori dari Zunker tentangperkembangan karier; (7) Teori dari Buhler tentangperkembangan sosial; dan (8) Teori dari Havighursttentang tugas-tugas perkembangan individu semenjakmasa bayi sampai dengan masa dewasa.Dalam menjalankan tugas-tugasnya, konselor harusmemahami berbagai aspek perkembangan individu yangdilayaninya sekaligus dapat melihat arah perkembanganindividu itu di masa depan serta keterkaitannya denganfaktor pembawaan dan lingkungan.d. BelajarBelajar merupakan salah satu konsep yang amatmendasar dari psikologi. Manusia belajar untuk hidup.Tanpa belajar, seseorang tidak akan dapat memperta-hankan dan mengembangkan dirinya, dan dengan belajarmanusia mampu berbudaya dan mengembang-kan harkat

Page 26: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 9Bimbingan Karir9

kemanusiaannya. Inti perbuatan belajar adalah upayauntuk menguasai sesuatu yang baru dengan memanfaatkan

Page 27: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 10Bimbingan Karir10

yang sudah ada pada diri individu. Penguasaan yang baruitulah tujuan belajar dan pencapaian sesuatu yang baruitulah tanda-tanda perkembangan, baik dalam aspekkognitif, afektif maupun psikomotor/keterampilan. Untukterjadinya proses belajar diperlukan prasyarat belajar,baik berupa prasyarat psiko-fisik yang dihasilkan darikematangan atau pun hasil belajar sebelumnya.Untuk memahami tentang hal-hal yang berkaitandengan belajar terdapat beberapa teori belajar yang bisadijadikan rujukan, diantaranya adalah : (1) Teori BelajarBehaviorisme; (2) Teori Belajar Kognitif atau TeoriPemrosesan Informasi; dan (3) Teori Belajar Gestalt.Dewasa ini mulai berkembang teori belajar alternatifkonstruktivisme.e. KepribadianHingga saat ini para ahli tampaknya masih belummenemukan rumusan tentang kepribadian secara bulatdan komprehensif. Dalam suatu penelitian kepustakaanyang dilakukan oleh Gordon W. Allport (Calvin S. Hall danGardner Lindzey, 2005) menemukan hampir 50 definisitentang kepribadian yang berbeda-beda. Berangkatdari studi yang dilakukannya, akhirnya dia menemukansatu rumusan tentang kepribadian yang dianggap lebihlengkap. Menurut pendapat dia bahwa kepribadian adalahorganisasi dinamis dalam diri individu sebagai sistempsiko-fisik yang menentukan caranya yang unik dalammenyesuaikan diri terhadap lingkungannya. Kata kuncidari pengertian kepribadian adalah penyesuaian diri.Scheneider dalam Syamsu Yusuf (2003) mengartikanpenyesuaian diri sebagai suatu proses respons individubaik yang bersifat behavioral maupun mental dalamupaya mengatasi kebutuhan-kebutuhan dari dalamdiri, ketegangan emosional, frustrasi dan konflik, serta

Page 28: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 11Bimbingan Karir11

memelihara keseimbangan antara pemenuhan kebutuhantersebut dengan tuntutan (norma) lingkungan.

Page 29: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 12Bimbingan Karir12

Sedangkan yang dimaksud dengan unik bahwakualitas perilaku itu khas sehingga dapat dibedakan antaraindividu satu dengan individu lainnya. Keunikannya itudidukung oleh keadaan struktur psiko-fisiknya, misalnyakonstitusi dan kondisi fisik, tampang, hormon, segi kognitifdan afektifnya yang saling berhubungan dan berpengaruh,sehingga menentukan kualitas tindakan atau perilakuindividu yang bersangkutan dalam berinteraksi denganlingkungannya.Untuk menjelaskan tentang kepribadian individu,terdapat beberapa teori kepribadian yang sudah banyakdikenal, diantaranya : Teori Psikoanalisa dari SigmundFreud, Teori Analitik dari Carl Gustav Jung, Teori SosialPsikologis dari Adler, Fromm, Horney dan Sullivan, teoriPersonologi dari Murray, Teori Medan dari Kurt Lewin,Teori Psikologi Individual dari Allport, Teori Stimulus-Respons dari Throndike, Hull, Watson, Teori The Selfdari Carl Rogers dan sebagainya. Sementara itu, AbinSyamsuddin (2003) mengemukakan tentang aspek-aspekkepribadian, yang mencakup :a. Karakter; yaitu konsekuen tidaknya dalam mematuhietika perilaku, konsiten tidaknya dalam memegangpendirian atau pendapat.b. Temperamen; yaitu disposisi reaktif seorang, ataucepat lambatnya mereaksi terhadap rangsangan-rangsangan yang datang dari lingkungan.c. Sikap; sambutan terhadap objek yang bersifat positif,negatif atau ambivalen.d. Stabilitas emosi; yaitu kadar kestabilan reaksiemosional terhadap rangsangan dari lingku-ngan.Seperti mudah tidaknya tersinggung, sedih, atauputus asa.e. Responsibilitas (tanggung jawab), kesiapan untuk

Page 30: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 13Bimbingan Karir13

menerima resiko dari tindakan atau perbuatan yangdilakukan. Seperti mau menerima resiko secarawajar, cuci tangan, atau melarikan diri dari resikoyang dihadapi.f. Sosiabilitas; yaitu disposisi pribadi yang berkai-tan dengan hubungan interpersonal. Seperti: sifatpribadi yang terbuka atau tertutup dan kemampuanberkomunikasi dengan orang lain.Untuk kepentingan layanan bimbingan dan konselingdan dalam upaya memahami dan mengembangkanperilaku individu yang dilayani (klien) maka konselor harusdapat memahami dan mengembangkan setiap motif danmotivasi yang melatarbelakangi perilaku individu yangdilayaninya (klien). Selain itu, seorang konselor juga harusdapat mengidentifikasi aspek-aspek potensi bawaan danmenjadikannya sebagai modal untuk memperoleh kesuksesandan kebahagian hidup kliennya. Begitu pula, konselor sedapatmungkin mampu menyediakan lingkungan yang kondusifbagi pengembangan segenap potensi bawaan kliennya.Terkait dengan upaya pengembangan belajar klien, konselordituntut untuk memahami tentang aspek-aspek dalam belajarserta berbagai teori belajar yang mendasarinya. Berkenaandengan upaya pengembangan kepribadian klien, konselorkiranya perlu memahami tentang karakteristik dan keunikankepribadian kliennya. Oleh karena itu, agar konselor benar-benar dapat menguasai landasan psikologis, setidaknyaterdapat empat bidang psikologi yang harus dikuasai denganbaik, yaitu bidang psikologi umum, psikologi perkembangan,psikologi belajar atau psikologi pendidikan dan psikologikepribadian.3. Landasan Sosial-Budaya

Page 31: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 14Bimbingan Karir14

Landasan sosial-budaya merupakan landasan yangdapat memberikan pemahaman kepada konselor tentangdimensi kesosialan dan dimensi kebudayaan sebagai faktor

Page 32: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 15Bimbingan Karir15

yang mempengaruhi terhadap perilaku individu. Seorangindividu pada dasarnya merupakan produk lingkungan sosial-budaya dimana ia hidup. Sejak lahirnya, ia sudah dididikdan dibelajarkan untuk mengembangkan pola-pola perilakusejalan dengan tuntutan sosial-budaya yang ada di sekitarnya.Kegagalan dalam memenuhi tuntutan sosial-budaya dapatmengakibatkan tersingkir dari lingkungannya. Lingkungansosial-budaya yang melatarbelakangi dan melingkupi individuberbeda-beda sehingga menyebabkan perbedaan pula dalamproses pembentukan perilaku dan kepribadian individuyang bersangkutan. Apabila perbedaan dalam sosial-budayaini tidak “dijembatani”, maka tidak mustahil akan timbulkonflik internal maupun eksternal, yang pada akhirnya dapatmenghambat terhadap proses perkembangan pribadi danperilaku individu yang besangkutan dalam kehidupan pribadimaupun sosialnya.Dalam proses konseling akan terjadi komunikasiinterpersonal antara konselor dengan klien, yang mungkinantara konselor dan klien memiliki latar sosial dan budaya yangberbeda. Pederson dalam Prayitno (2003) mengemukakanlima macam sumber hambatan yang mungkin timbul dalamkomunikasi sosial dan penyesuain diri antar budaya, yaitu : (a)perbedaan bahasa; (b) komunikasi non-verbal; (c) stereotipe;(d) kecenderungan menilai; dan (e) kecemasan. Kurangnyapenguasaan bahasa yang digunakan oleh pihak-pihak yangberkomunikasi dapat menimbulkan kesalah pahaman.Bahasa non-verbal pun sering kali memiliki maknayang berbeda-beda, dan bahkan mungkin bertolak belakang.Stereotipe cenderung menyamaratakan sifat-sifat individuatau golongan tertentu berdasarkan prasangka subyektif(social prejudice) yang biasanya tidak tepat.

Page 33: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 16Bimbingan Karir16

Penilaian terhadap orang lain disamping dapatmenghasilkan penilaian positif tetapi tidak sedikit pulamenimbulkan reaksi-reaksi negatif. Kecemasan muncul

Page 34: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 17Bimbingan Karir17

ketika seorang individu memasuki lingkungan budaya lainyang unsur-unsurnya dirasakan asing. Kecemasan yanmgberlebihan dalam kaitannya dengan suasana antar budayadapat menuju ke culture shock, yang menyebabkan dia tidaktahu sama sekali apa, dimana dan kapan harus berbuatsesuatu. Agar komuniskasi sosial antara konselor dengan kliendapat terjalin harmonis, maka kelima hambatan komunikasitersebut perlu diantisipasi.Terkait dengan layanan bimbingan dan konseling diIndonesia, Moh. Surya (2006) mengete-ngahkan tentang trenbimbingan dan konseling multikultural, bahwa bimbingandan konseling dengan pendekatan multikultural sangat tepatuntuk lingkungan berbudaya plural seperti Indonesia.Bimbingan dan konseling dilaksanakan dengan landasansemangat bhinneka tunggal ika, yaitu kesamaan di ataskeragaman. Layanan bimbingan dan konseling hendaknyalebih berpangkal pada nilai-nilai budaya bangsa yang secaranyata mampu mewujud-kan kehidupan yang harmoni dalamkondisi pluralistik.4. Landasan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)Layanan bimbingan dan konseling merupakan kegiatanprofesional yang memiliki dasar-dasar keilmuan, baik yangmenyangkut teori maupun prakteknya. Pengetahuan tentangbimbingan dan konseling disusun secara logis dan sistematisdengan menggunakan berbagai metode, seperti: pengamatan,wawancara, analisis dokumen, prosedur tes, inventory atauanalisis laboratoris yang dituangkan dalam bentuk laporanpenelitian, buku teks dan tulisan-tulisan ilmiah lainnya.Sejak awal dicetuskannya gerakan bimbingan, layananbimbingan dan konseling telah menekankan pentingnyalogika, pemikiran, pertimbangan dan pengolahan lingkungansecara ilmiah (McDaniel dalam Prayitno, 2003).

Page 35: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 18Bimbingan Karir18

Bimbingan dan konseling merupakan ilmu yangbersifat “multireferensial”. Beberapa disiplin ilmu lain telahmemberikan sumbangan bagi perkembangan teori danpraktek bimbingan dan konseling, seperti : psikologi, ilmupendidikan, statistik, evaluasi, biologi, filsafat, sosiologi,antroplogi, ilmu ekonomi, manajemen, ilmu hukum danagama. Beberapa konsep dari disiplin ilmu tersebut telahdiadopsi untuk kepentingan pengemba-ngan bimbingandan konseling, baik dalam pengembangan teori maupunprakteknya. Pengembangan teori dan pendekatan bimbingandan konseling selain dihasilkan melalui pemikiran kritis paraahli, juga dihasilkan melalui berbagai bentuk penelitian.Sejalan dengan perkembangan teknologi, khususnyateknologi informasi berbasis komputer, sejak tahun 1980-an peranan komputer telah banyak dikembangkan dalambimbingan dan konseling. Menurut Gausel (Prayitno, 2003)bidang yang telah banyak memanfaatkan jasa komputer ialahbimbingan karier dan bimbingan dan konseling pendidikan.Moh. Surya (2006) mengemukakan bahwa sejalan denganperkembangan teknologi komputer interaksi antara konselordengan individu yang dilayaninya (klien) tidak hanyadilakukan melalui hubungan tatap muka tetapi dapat jugadilakukan melalui hubungan secara virtual (maya) melaluiinternet, dalam bentuk “cyber counseling”. Dikemukakan pula,bahwa perkemba-ngan dalam bidang teknologi komunikasimenuntut kesiapan dan adaptasi konselor dalam penguasaanteknologi dalam melaksanakan bimbingan dan konseling.Dengan adanya landasan ilmiah dan teknologi ini, makaperan konselor didalamnya mencakup pula sebagai ilmuwansebagaimana dikemukakan oleh McDaniel (Prayitno, 2003)bahwa konselor adalah seorang ilmuwan. Sebagai ilmuwan,konselor harus mampu mengembangkan pengetahuan danteori tentang bimbingan dan konseling, baik berdasarkan

Page 36: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 19Bimbingan Karir19

hasil pemikiran kritisnya maupun melalui berbagai bentukkegiatan penelitian.

Page 37: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 20Bimbingan Karir20

Berkenaan dengan layanan bimbingan dan konselingdalam konteks Indonesia, Prayitno (2003) memperluaslandasan bimbingan dan konseling dengan menambahkanlandasan paedagogis, landasan religius dan landasan yuridis-formal.Landasan paedagogis dalam layanan bimbingan dankonseling ditinjau dari tiga segi, yaitu: (a) pendidikan sebagaiupaya pengembangan individu dan bimbingan merupakansalah satu bentuk kegiatan pendidikan; (b) pendidikan sebagaiinti proses bimbingan dan konseling; dan (c) pendidikan lebihlanjut sebagai inti tujuan layanan bimbingan dan konseling.Landasan religius dalam layanan bimbingan dankonseling ditekankan pada tiga hal pokok, yaitu : (a)manusia sebagai makhluk Tuhan; (b) sikap yang mendorongperkembangan dari perikehidupan manusia berjalan kearah dan sesuai dengan kaidah-kaidah agama; dan (c) upayayang memungkinkan berkembang dan dimanfaatkannyasecara optimal suasana dan perangkat budaya (termasukilmu pengetahuan dan teknologi) serta kemasyarakatan yangsesuai dengan dan meneguhkan kehidupan beragama untukmembantu perkembangan dan pemecahan masalah.Ditegaskan pula oleh Moh. Surya (2006) bahwa salah satutren bimbingan dan konseling saat ini adalah bimbingan dankonseling spiritual. Berangkat dari kehidupan modern dengankehebatan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kemajuanekonomi yang dialami bangsa-bangsa Barat yang ternyatatelah menimbulkan berbagai suasana kehidupan yang tidakmemberikan kebahagiaan batiniah dan berkembangnya rasakehampaan. Dewasa ini sedang berkembang kecenderunganuntuk menata kehidupan yang berlandaskan nilai-nilaispiritual. Kondisi ini telah mendorong kecenderunganberkembangnya bimbingan dan konseling yang berlandaskanspiritual atau religi.

Page 38: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 21Bimbingan Karir21

Landasan yuridis-formal berkenaan dengan berbagaiperaturan dan perundangan yang berlaku di Indonesia tentangpenyelenggaraan bimbingan dan konseling, yang bersumberdari Undang-Undang Dasar, Undang–Undang, PeraturanPemerintah, Keputusan Menteri serta berbagai aturan danpedoman lainnya yang mengatur tentang penyelenggaraanbimbingan dan konseling di Indonesia.C. KesimpulanBerdasarkan uraian di atas dapat diambil kesimpulansebagai berikut :Sebagai sebuah layanan profesional, bimbingan dankonseling harus dibangun di atas landasan yang kokoh.Landasan bimbingan dan konseling yang kokohmerupakan tumpuan untuk terciptanya layanan bimbingandan konseling yang dapat memberikan manfaat bagikehidupan.Landasan bimbingan dan konseling meliputi : (a) landasanfilosofis, (b) landasan psikologis; (c) landasan sosial-budaya;dan (d) landasan ilmu pengetahuan dan teknologi.Landasan filosofis terutama berkenaan dengan upayamemahami hakikat manusia, dikaitkan dengan proses layananbimbingan dan konseling.Landasan psikologis berhubungan dengan pemahamantentang perilaku individu yang menjadi sasaran layananbimbingan dan konseling, meliputi: (a) motif dan motivasi; (b)pembawaan dan lingkungan; (c) perkembangan individu; (d)belajar; dan (d) kepribadian.Landasan sosial budaya berkenaan dengan aspeksosial-budaya sebagai faktor yang mempengaruhi terhadapperilaku individu, yang perlu dipertimbangakan dalamlayanan bimbingan dan konseling, termasuk di dalamnyamempertimbangkan tentang keragaman budaya.

Page 39: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 22Bimbingan Karir22

Landasan ilmu pengetahuan dan teknologi berkaitandengan layanan bimbingan dan konseling sebagai kegiatanilimiah, yang harus senantiasa mengikuti laju perkembanganilmu pengetahuan dan teknologi yang demikian pesat.Layanan bimbingan dan konseling dalam konteksIndonesia, di samping berlandaskan pada keempat aspektersebut di atas, kiranya perlu memperhatikan pula landasanpedagodis, landasan religius dan landasan yuridis-formal.

Page 40: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan
Page 41: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

16 Bimbingan Karir

Page 42: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

B

BAB IIFUNGSI, PRINSIP, ASAS, DAN TUJUAN

BIMBINGAN DAN KONSELING

imbingan dan konseling sebagai sebuah proses adalahbagian yang yang tak terhindarkan dalam kehidupanmanusia. Hanya manusia yang terbimbing-lah yang akan dapatmenjalani hidup ini dengan baik. Tanpa proses bimbinganyang berkelanjutan maka pada hakekatnya manusia itu sedangmenuju kehancurannya sendiri. Oleh karena itu setidaknyadalam melakukan bimbingan tersebut seorang konselor harusmampu memahami dan menjalani proses itu dengan memper-hatikan beberapa hal seperti fungsi, prinsip, asas dan tujuandari bimbingan dan konseling.A. Fungsi Bimbingan dan KonselingDalam proses bimbingan dan konseling, ada beberapafungsi yang dapat dipahami tentang bagaimana semestinya,antara lain:1. Fungsi Pemahaman, yaitu fungsi bimbingan dankonseling membantu konseli agar memiliki pemahamanterhadap dirinya (potensinya) dan lingkungannya(pendidikan, pekerjaan, dan norma agama).Berdasarkan pemahaman ini, konseli diharapkanmampu mengembangkan potensi dirinya secaraoptimal, dan menyesuai-kan dirinya dengan lingkungansecara dinamis dan konstruktif.

17

Page 43: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir18 Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 18

2. Fungsi Preventif, yaitu fungsi yang berkaitan denganupaya konselor untuk senantiasa mengantisipasiberbagai masalah yang mungkin terjadi dan berupayauntuk mencegahnya, supaya tidak dialami oleh konseli.Melalui fungsi ini, konselor memberikan bimbingankepada konseli tentang cara menghindarkan diri dariperbuatan atau kegiatan yang membahayakan dirinya.Adapun teknik yang dapat digunakan adalah pelayananorientasi, informasi, dan bimbingan kelompok. Beberapamasalah yang perlu diinformasikan kepada para konselidalam rangka mencegah terjadinya tingkah laku yangtidak diharapkan, diantara nya : bahayanya minumankeras, merokok, penyalahgunaan obat-obatan, dropout, dan pergaulan bebas (free sex).3. Fungsi Pengembangan, yaitu fungsi bimbingan dankonseling yang sifatnya lebih proaktif dari fungsi-fungsi lainnya. Konselor senantiasa berupaya untukmenciptakan lingkungan belajar yang kondusif, yangmemfasilitasi perkembangan konseli. Konselor danpersonel Sekolah/Madrasah lainnya secara sinergisebagai teamwork berkolaborasi atau bekerja samamerencanakan dan melaksanakan program bimbingansecara sistematis dan berkesinambungan dalam upayamembantu konseli mencapai tugas-tugas perkembangannya. Teknik bimbingan yang dapat digunakan disiniadalah pelayanan informasi, tutorial, diskusi kelompokatau curah pendapat (brain storming), home room, dankaryawisata.4. Fungsi Penyembuhan, yaitu fungsi bimbingan dankonseling yang bersifat kuratif. Fungsi ini berkaitanerat dengan upaya pemberian bantuan kepada konseli

Page 44: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir19 Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 19

yang telah mengalami masalah, baik menyangkut aspekpribadi, sosial, belajar, maupun karir. Teknik yang dapat

Page 45: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir20 Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 20

digunakan adalah konseling, dan remedial teaching.5. Fungsi Penyaluran, yaitu fungsi bimbingan dankonseling dalam membantu konseli memilih kegiatanekstrakurikuler, jurusan atau program studi, danmemantapkan penguasaan karir atau jabatan yangsesuai dengan minat, bakat, keahlian dan ciri-cirikepribadian lainnya. Dalam melaksanakan fungsi ini,konselor perlu bekerja sama dengan pendidik lainnyadi dalam maupun di luar lembaga pendidikan.6. Fungsi Adaptasi, yaitu fungsi membantu para pelaksanapendidikan, kepala Sekolah/Madrasah dan staf,konselor, dan guru untuk menyesuaikan programpendidikan terhadap latar belakang pendidikan,minat, kemampuan, dan kebutuhan konseli. Denganmenggunakan informasi yang memadai mengenaikonseli, pembimbing/ konselor dapat membantu paraguru dalam memperlakukan konseli secara tepat,baik dalam memilih dan menyusun materi Sekolah/Madrasah, memilih metode dan proses pembe-lajaran,maupun menyusun bahan pelajaran sesuai dengankemampuan dan kecepatan konseli.7. Fungsi Penyesuaian, yaitu fungsi bimbingan dankonseling dalam membantu konseli agar dapatmenyesuaikan diri dengan diri dan lingkungan nyasecara dinamis dan konstruktif.8. Fungsi Perbaikan, yaitu fungsi bimbingan dan konselinguntuk membantu konseli sehingga dapat memperbaikikekeliruan dalam berfikir, berperasaan dan bertindak.Konselor melakukan intervensi terhadap konseli supayamemiliki pola berfikir yang sehat, rasional dan memilikiperasaan yang tepat sehingga dapat mengantar-kan

Page 46: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir21 Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 21

mereka kepada tindakan atau kehendak yang produktifdan normatif.

Page 47: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir22 Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 22

9. Fungsi Fasilitasi, memberikan kemudahan kepadakonseli dalam mencapai pertumbuhan danperkembangan yang optimal, serasi, selaras danseimbang seluruh aspek dalam diri konseli.10. Fungsi Pemeliharaan, yaitu fungsi bimbingan dankonseling untuk membantu konseli supaya dapatmenjaga diri dan mempertahankan situasi kondusif yangtelah tercipta dalam dirinya. Fungsi ini memfasilitasikonseli agar terhindar dari kondisi-kondisi yangakan menyebabkan penurunan produktivitas diri.Pelaksanaan fungsi ini diwujudkan melalui program-program yang menarik, rekreatif dan fakultatif (pilihan)sesuai dengan minat konseli.B. Prinsip Bimbingan dan KonselingTerdapat beberapa prinsip dasar yang dipandang sebagaifundasi atau landasan bagi pelayanan bimbingan. Prinsip-prinsip ini berasal dari konsep-konsep filosofis tentangkemanusiaan yang menjadi dasar bagi pemberian pelayananbantuan atau bimbingan, baik di Sekolah/Madrasah maupundi luar Sekolah/Madrasah. Prinsip-prinsip itu adalah:1. Bimbingan dan konseling diperuntukkan bagi semuakonseli. Prinsip ini berarti bahwa bimbingan diberikankepada semua konseli atau konseli, baik yang tidakbermasalah maupun yang bermasalah; baik pria maupunwanita; baik anak-anak, remaja, maupun dewasa. Dalamhal ini pendekatan yang digunakan dalam bimbinganlebih bersifat preventif dan pengembangan dari padapenyembuhan (kuratif ); dan lebih diutamakan teknikkelompok dari pada perseorangan (individual).2. Bimbingan dan konseling sebagai proses individuasi.Setiap konseli bersifat unik (berbeda satu samalainnya), dan melalui bimbingan konseli dibantu untuk

Page 48: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir23 Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 23

memaksimal-kan perkembangan keunikannya tersebut.Prinsip ini juga berarti bahwa yang menjadi fokussasaran bantuan adalah konseli, meskipun pelayananbimbingannya menggunakan teknik kelompok.3. Bimbingan menekankan hal yang positif. Dalamkenyataan masih ada konseli yang memiliki persepsiyang negatif terhadap bimbingan, karena bimbingandipandang sebagai satu cara yang menekan aspirasi.Sangat berbeda dengan pandangan tersebut,bimbingan sebenarnya merupakan proses bantuanyang menekankan kekuatan dan kesuksesan, karenabimbingan merupakan cara untuk membangunpandangan yang positif terhadap diri sendiri,memberikan dorongan, dan peluang untuk berkembang.4. Bimbingan dan konseling Merupakan Usaha Bersama.Bimbingan bukan hanya tugas atau tanggung jawabkonselor, tetapi juga tugas guru-guru dan kepalaSekolah/Madrasah sesuai dengan tugas dan peranmasing-masing. Mereka bekerja sebagai teamwork.5. Pengambilan Keputusan Merupakan Hal yang Esensialdalam Bimbingan dan konseling. Bimbingan diarahkanuntuk membantu konseli agar dapat melakukan pilihandan mengambil keputusan. Bimbingan mempunyaiperanan untuk memberikan informasi dan nasihatkepada konseli, yang itu semua sangat penting baginyadalam mengambil keputusan. Kehidupan konselidiarahkan oleh tujuannya, dan bimbingan memfasilitasikonseli untuk memper-timbangkan, menyesuaikan diri,dan menyempurnakan tujuan melalui pengambilankeputusan yang tepat. Kemampuan untuk membuatpilihan secara tepat bukan kemam-puan bawaan,

Page 49: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir24 Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 24

tetapi kemampuan yang harus dikembangkan. Tujuanutama bimbingan adalah mengembangkan kemampuan

Page 50: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir25 Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 25

konseli untuk memecahkan masalahnya dan mengambilkeputusan.6. Bimbingan dan konseling Berlangsung dalamBerbagai Setting (Adegan) Kehidupan. Pemberianpelayanan bimbingan tidak hanya berlangsung diSekolah/Madrasah, tetapi juga di lingkungan keluarga,perusahaan/industri, lembaga-lembaga pemerintah/swasta, dan masyarakat pada umumnya. Bidangpelayanan bimbingan pun bersifat multi aspek,yaitu meliputi aspek pribadi, sosial, pendidikan, danpekerjaan.C. Asas-asas Bimbingan dan KonselingKeterlaksanaan dan keberhasilan pelayanan bimbingandan konseling sangat ditentukan oleh diwujudkannya asas-asas berikut.1. Asas Kerahasiaan, yaitu asas bimbingan dan konselingyang menuntut dirahasiakanya segenap data danketerangan tentang konseli (konseli) yang menjadisasaran pelayanan, yaitu data atau keterangan yangtidak boleh dan tidak layak diketahui oleh orang lain.Dalam hal ini guru pembimbing berkewajiban penuhmemelihara dan menjaga semua data dan keteranganitu sehingga kerahasiaanya benar-benar terjamin.2. Asas kesukarelaan, yaitu asas bimbingan dan konselingyang menghendaki adanya kesukaan dan kerelaankonseli (konseli) mengikuti/ menjalani pelayanan/kegiatan yang diperlu-kan baginya. Dalam hal iniguru pembimbing berkewajiban membina danmengembangkan kesukarelaan tersebut.

Page 51: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir26 Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 26

3. Asas keterbukaan, yaitu asas bimbingan dan konselingyang menghendaki agar konseli (konseli) yangmenjadi sasaran pelayanan/ kegiatan bersifat terbuka

Page 52: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir27 Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 27

dan tidak berpura-pura, baik di dalam memberikanketerangan tentang dirinya sendiri maupun dalammenerima berbagai informasi dan materi dari luaryang berguna bagi pengembangan dirinya. Dalam halini guru pembimbing berkewajiban mengembangkanketerbukaan konseli (konseli). Keterbukaan ini amatterkait pada terselenggara nya asas kerahasiaan danadanya kesukarelaan pada diri konseli yang menjadisasaran pelayanan/kegiatan. Agar konseli dapatterbuka, guru pembimbing terlebih dahulu harusbersikap terbuka dan tidak berpura-pura.4. Asas kegiatan, yaitu asas bimbingan dan konselingyang menghendaki agar konseli (konseli) yang menjadisasaran pelayanan berpartisipasi secara aktif di dalampenye-lenggaran pelayanan/kegiatan bimbingan.Dalam hal ini guru pembimbing perlu mendorongkonseli untuk aktif dalam setiap pelayanan/kegiatanbimbingan dan konseling yang diperuntukan baginya.5. Asas kemandirian, yaitu asas bimbingan dan konselingyang menunjuk pada tujuan umum bimbingan dankonseling, yakni: konseli (konseli) sebagai sasaranpelayanan bimbingan dan konseling diharapkanmenjadi konseli-konseli yang mandiri dengan ciri-cirimengenal dan menerima diri sendiri dan lingkungannya,mampu mengambil keputusan, mengarahkanserta mewujudkan diri sendiri. Guru pembim-binghendaknya mampu mengarahkan segenap pelayananbimbingan dan konseling yang diselenggarakannyabagi berkembangnya kemandirian konseli.6. Asas Kekinian, yaitu asas bimbingan dan konseling yangmenghendaki agar objek sasaran pelayanan bimbingan

Page 53: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir28 Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 28

dan konseling ialah permasalahan konseli (konseli)dalam kondisi nya sekarang. Pelayanan yang berkenaan

Page 54: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir29 Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 29

dengan “masa depan atau kondisi masa lampau pun”dilihat dampak dan/atau kaitannya dengan kondisiyang ada dan apa yang diperbuat sekarang.7. Asas Kedinamisan, yaitu asas bimbingan dan konselingyang menghendaki agar isi pelayanan terhadap sasaranpelayanan (konseli) yang sama kehendaknya selalubergerak maju, tidak monoton, dan terus berkembangserta berkelanjutan sesuai dengan kebutuhan dantahap perkembangannya dari waktu ke waktu.8. Asas Keterpaduan, yaitu asas bimbingan dan konselingyang menghendaki agar berbagai pelayanan dankegiatan bimbingan dan konseling, baik yang dilakukanoleh guru pembimbing maupun pihak lain, salingmenunjang, harmonis, dan terpadu. Untuk ini kerjasama antara guru pembimbing dan pihak-pihak yangberperan dalam penyelenggaraan pelayanan bimbingandan konseling perlu terus dikembangkan. Koordinasisegenap pelayanan/ kegiatan bimbingan dan konselingitu harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.9. Asas Keharmonisan, yaitu asas bimbingan dan konselingyang menghendaki agar segenap pelayanan dankegiatan bimbingan dan konseling didasarkan pada dantidak boleh bertentangan dengan nilai dan norma yangada, yaitu nilai dan norma agama, hukum dan peraturan,adat istiadat, ilmu pengetahuan, dan kebiasaan yangberlaku. Bukanlah pelayanan atau kegiatan bimbingandan konseling yang dapat dipertanggungjawabkanapabila isi dan pelaksanaannya tidak berdasarkan nilaidan norma yang dimaksudkan itu. Lebih jauh, pelayanandan kegiatan bimbingan dan konseling justru harusdapat meningkatkan kemampuan konseli (konseli)

Page 55: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir30 Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 30

memahami, menghayati, dan mengamalkan nilai dannorma tersebut.

Page 56: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir31 Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 31

10. Asas Keahlian, yaitu asas bimbingan dan konseling yangmenghendaki agar pelayanan dan kegiatan bimbingandan konseling diselenggarakan atas dasar kaidah-kaidahprofesional. Dalam hal ini, para pelaksana pelayanandan kegiatan bimbingan dan konseling hendaklahtenaga yang benar-benar ahli dalam bidang bimbingandan konseling. Keprofesionalan guru pembimbingharus terwujud baik dalam penyelenggaraan jenis-jenispelayanan dan kegiatan dan konseling maupun dalampenegakan kode etik bimbingan dan konseling.11. Asas Alih Tangan Kasus, yaitu asas bimbingan dankonseling yang menghendaki agar pihak-pihak yangtidak mampu menyelenggarakan pelayanan bimbingandan konseling secara tepat dan tuntas atas suatupermasalahan konseli (konseli) mengalihtangankanpermasala-han itu kepada pihak yang lebih ahli. Gurupembimbing dapat menerima alih tangan kasus dariorang tua, guru-guru lain, atau ahli lain ; dan demikianpula guru pembimbing dapat mengalih-tangankankasus kepada guru mata pelajaran/praktik dan lain-lain.D. Tujuan Bimbingan dan KonselingTujuan pelayanan bimbingan ialah agar konseli dapat: (1)merencanakan kegiatan penyelesaian studi, perkembangankarir serta kehidupan-nya di masa yang akan datang;(2) mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yangdimilikinya seoptimal mungkin; (3) menyesuaikan diridengan lingkungan pendidikan, lingkungan masyarakat sertalingkungan kerjanya; (4) mengatasi hambatan dan kesulitanyang dihadapi dalam studi, penyesuaian dengan lingkunganpendidikan, masyarakat, maupun lingkungan kerja.

Page 57: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir32 Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 32

Untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut, merekaharus mendapatkan kesempatan untuk: (1) mengenal dan

Page 58: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir33 Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 33

memahami potensi, kekuatan, dan tugas-tugas perkem-bangannya, (2) mengenal dan memahami potensi atau peluangyang ada di lingkungannya, (3) mengenal dan menentukantujuan dan rencana hidupnya serta rencana pencapaian tujuantersebut, (4) memahami dan mengatasi kesulitan-kesulitansendiri (5) menggunakan kemampuannya untuk kepentingandirinya, kepentingan lembaga tempat bekerja dan masyarakat,(6) menyesuaikan diri dengan keadaan dan tuntutan darilingkungannya; dan (7) mengembangkan segala potensi dankekuatan yang dimilikinya secara optimal.Secara khusus bimbingan dan konseling bertujuanuntuk membantu konseli agar dapat mencapai tugas-tugasperkembanga nnya yang meliputi aspek pribadi-sosial, belajar(akademik), dan karir.1. Tujuan bimbingan dan konseling yang terkait denganaspek pribadi-sosial konseli adalah:• Memiliki komitmen yang kuat dalam mengamalkannilai-nilai keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan YangMaha Esa, baik dalam kehidupan pribadi, keluarga,pergaulan dengan teman sebaya, Sekolah/Madrasah,tempat kerja, maupun masyarakat pada umumnya.• Memiliki sikap toleransi terhadap umat beragamalain, dengan saling menghormati dan memelihara hakdan kewajibannya masing-masing.• Memiliki pemahaman tentang irama kehidupanyang bersifat fluktuatif antara yang menyenangkan(anugrah) dan yang tidak menyenangkan (musibah),serta dan mampu meresponnya secara positif sesuaidengan ajaran agama yang dianut.• Memiliki pemahaman dan penerimaan diri secaraobjektif dan konstruktif, baik yang terkait dengan

Page 59: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir34 Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 34

keunggulan maupun kelemahan; baik fisik maupunpsikis.

Page 60: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir35 Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 35

• Memiliki sikap positif atau respek terhadap dirisendiri dan orang lain.• Memiliki kemampuan untuk melakukan pilihansecara sehat• Bersikap respek terhadap orang lain, menghormatiatau menghargai orang lain, tidak melecehkan martabatatau harga dirinya.• Memiliki rasa tanggung jawab, yang diwujudkan dalambentuk komitmen terhadap tugas atau kewajibannya.• Memiliki kemampuan berinteraksi sosial (humanrelationship), yang diwujudkan dalam bentuk hubunganpersahabatan, persaudaraan, atau silaturahim dengansesama manusia.• Memiliki kemampuan dalam menyelesaikan konflik(masalah) baik bersifat internal (dalam diri sendiri)maupun dengan orang lain.• Memiliki kemampuan untuk mengambil keputusansecara efektif.2. Tujuan bimbingan dan konseling yang terkait denganaspek akademik (belajar) adalah :• Memiliki kesadaran tentang potensi diri dalam aspekbelajar, dan memahami berbagai hambatan yangmungkin muncul dalam proses belajar yang dialaminya.• Memiliki sikap dan kebiasaan belajar yang positif,seperti kebiasaan membaca buku, disiplin dalambelajar, mempunyai perhatian terhadap semuapelajaran, dan aktif mengikuti semua kegiatan belajaryang diprogramkan.• Memiliki motif yang tinggi untuk belajar sepanjanghayat.

Page 61: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir36 Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 36

• Memahami relevansi kompetensi belajar(kemampuan menguasai pelajaran) dengan

• Memiliki keterampilan atau teknik belajar yang efektif,seperti keterampilan membaca buku, mengggunakankamus, mencatat pelajaran, dan mempersiapkan dirimenghadapi ujian.• Memiliki keterampilan untuk menetapkan tujuandan perencanaan pendidikan, seperti membuat jadwalbelajar, mengerjakan tugas-tugas, memantapkan diridalam memper-dalam pelajaran tertentu, dan berusahamemperoleh informasi tentang berbagai hal dalamrangka mengembang-kan wawasan yang lebih luas.• Memiliki kesiapan mental dan kemampuan untukmenghadapi ujian.3. Tujuan bimbingan dan konseling yang terkait denganaspek karir adalah :• Memiliki pemahaman diri (kemampuan, minat dankepribadian) yang terkait dengan pekerjaan.• Memiliki pengetahuan mengenai dunia kerjadan informasi karir yang menunjang kematangankompetensi karir.• Memiliki sikap positif terhadap dunia kerja. Dalamarti mau bekerja dalam bidang pekerjaan apapun,tanpa merasa rendah diri, asal bermakna bagi dirinya,dan sesuai dengan norma agama.persyaratan keahlian atau keterampilan bidangpekerjaan yang menjadi cita-cita karirnya masadepan.• Memiliki kemampuan untuk membentuk identitaskarir, dengan cara mengenali ciri-ciri pekerjaan,

Page 62: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir37 Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 37

kemampuan (persyaratan) yang dituntut, lingkungansosiopsikologis pekerjaan, prospek kerja, dan

Page 63: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir38 Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 38

kesejahteraan kerja.• Memiliki kemampuan merencanakan masa depan,yaitu merancang kehidupan secara rasional untukmemperoleh peran-peran yang sesuai dengan minat,kemampuan, dan kondisi kehidupan sosial ekonomi.• Dapat membentuk pola-pola karir, yaitukecenderungan arah karir. Apabila seorang konselibercita-cita menjadi seorang guru, maka diasenantiasa harus mengarahkan dirinya

Page 64: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan
Page 65: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

30 Bimbingan Karir

Page 66: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

B

BAB IIITHE PROTEAN CAREER

KARAKTERISTIK DAN POLA PEKERJAANDI ABAD XXI

A. Sebuah Fenomenaerbagai perubahan dalam dunia pekerjaan dewasa ini,yang terjadi karena faktor globalisasi dan perkembanganteknologi yang begitu cepat, menuntut sebuah cara pandangdan pemikiran baru yang lebih inklusif dan progresif tentangkarir dan pola pengembangannya. Globalisasi telah memicuberbagai pergeseran dalam soal “bagaimana” dan “di mana”orang bekerja. Kemajuan teknologi komunikasi, khususnyayang terjadi dalam dunia maya, telah mentransformasikandunia pekerjaan ke dalam sebuah perusahaan global dengankonsekuensi lokal (Schultheis dan Esbroeck, 2009). Duluorang berpikir bahwa bisnis adalah tatap muka, tetapi saat inibanyak orang dapat meraih pundi-pundi uang, cukup hanyadengan cara duduk di depan komputer (online). Dulu orangmenganggap bahwa video game hanya berperan sebagaihiburan, tetapi sekarang permainan maya ini telah menjadiladang bisnis tersendiri, baik dalam skala besar maupunkecil. Begitulah fakta yang terjadi di dunia saat ini yang terusberubah dan bergerak maju (Kompas, 16 Januari 2010).Di tengah kondisi perekonomian dunia yang penuhdengan turbulensi, ketidakpastian, dan persaingan global, paratenaga kerja di berbagai perusahaan di seluruh dunia harussiap menghadapi berbagai kebijakan seperti perampingan,31

Page 67: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir32 Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 32

PHK, dan outsourcing, yang dapat mengancam kelangsungankarir mereka, terutama bagi mereka yang tidak memiliki skilltertentu atau tidak mampu meng-up grade dirinya. Sebaliknya,individu yang kreatif, memiliki skill yang tinggi, bermentalwirausaha, dan dapat menyesuaikan diri dengan tuntutanduni pekerjaan yang semakin dinamis, tentu akan tetap dapatbertahan dan sukses dalam berkarir.Tulisan ini akan mencoba memetakan lebih jauh berbagaikecenderungan dan karakteristik dunia pekerjaan (karir)yang terjadi dalam abad ini, dan bagaimana implikasinyabagi pengembangan karir ke depan. Pembahasannya akanbermuara atau terangkum dalam sebuah istilah yang seringdigunakan oleh para pemerhati bimbingan karir, misalnyaHall (1996), untuk menggambar-kan dunia karir dewasa ini,yaitu protean career . Dunia pekerjaan sesungguhnya sedangberanjak dari pola-pola karir tradisional menuju pola-polakarir modern yang bersifat protean.B.Traditional CareerMenurut Leach & Chakiris (1988), karir model tradisionalmerupakan jenjang karir yang ada di perusahaan atau instansipemerintahan, di mana seseorang menapaki karir dalamsebuah institusi secara bertahap dan berjenjang dari posisibawah (jabatan terendah) sampai menempati posisi puncak(jabatan tertinggi). Prosesnya dimulai dari saat seseorangmenjajagi berbagai kemungkinan bidang karir dan kemudianmenempuh sebuah pendidikan. Selanjutnya ia memasukidunia kerja dalam sebuah perusahaan (instansi) yang sesuaidengan pendidikannya. Seterusnya ia menghabiskan waktudan energi yang besar untuk mencapai sebuah kemapanan.Jika beruntung dan lancar, ia akan berhasil menempati posisipuncak dalam beberapa saat, kemudian melepaskan jabatan,dan akhirnya pensiun. Karir model ini ditandai dengankarakteristik sebagai berikut :

Page 68: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir33 Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 33

1. Linier dan berjenjang.Orang yang bekerja dalam sebuah lembaga (perusahaan)akan menjalani karirnya dari bawah dan kemudian naiksedikit-demi sedikit melalui tahapan-tahapan yangtelah ditentukan oleh struktur secara birokratis.2. Terikat dengan tempat dan waktu (boundary).Orang bekerja dalam tempat bernama kantor denganjam kantor yang telah ditentukan, berangkat pagi,berdesak-desakan di kendaraan, pulang sore, bahkantiba di rumah terkadang harus sampai larut malam, danbegitu seterusnya irama kerja orang kantoran.3. Adanya motivasi yang kuat dari individu untuk menjadiorang gajian (karyawan) dalam sebuah perusahaan(instansi) tertentu.Terdapat mitos yang telah membudaya di negeri ini,yaitu ketika seseorang baru lulus sekolah (kuliah) akandisarankan oleh orangtua untuk melamar pekerjaandan bekerja dari bawah. Tidak perlu mempersoalkangaji yang kecil, yang penting tidak menganggur. Fungsisekolah adalah sebagai prasayarat melamar kerja.Semakin tinggi tingkat pendidikan dianggap akansemakin besar peluang untuk mendapatkan pekerjaandan posisi “empuk” (Kurniawan, 2008).4. Pendapatan berbanding lurus dengan masa kerja.Ada istilah yang biasa digunakan untuk menggambarkanpola penggajian di kalangan Pegawai Negeri Sipil (PNS)yaitu PGPS (pinter goblok pendapatan sama). Jikadilihat dari Data BPS tahun 2003, yang dikutip olehKurniawan (2008), fakta ini memang memprihatinkan,karena pekerja lulusan perguruan tinggi ternyata hanya

Page 69: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir34 Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 34

memiliki pendapatan 3 kali lipat lebih tinggi daripadalulusan SD, sementara biaya kuliah yang dikeluarkan

Page 70: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir35 Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 35

adalah 11 kali lebih besar daripada biaya sekolah di SD.5. Pertimbangan ekonomi (income).Orang yang bekerja dalam karir tradisional cenderungmencari kepastian penghasilan atau adanya jaminanpensiun (bagi PNS) atau minimal dipercaya oleh bankjika mau mengajukan kredit. Yang penting setiap bulandapat gaji, biar sedikit tapi pasti. Demikian kira-kiraprinsip yang digunakan, sebagaimana bunyi sebuahlagu: “syukuri apa yang ada”. Kerja apa pun siap dilakoni,demi mendapatkan penghasilan tetap. Padahal, bolehjadi kepastian penghasilan bisa berarti ketidakpastianmasa depan (Kurniawan, 2008).Untuk konteks Indonesia, seseorang yang ingin bekerjapada sebuah perusahaan (instansi), baik negeri maupunswasta, terutama di Jakarta, minimal harus memiliki 4 “syarat”yang harus dipenuhi, yaitu:1. Prestasi, meliputi IPK, nilai ijazah, pengalaman kerja,pengalaman organisasi, seminar dan pelatihan yangdiikuti, kursus, dan sebagainya.2. Koneksi, yaitu seberapa luas jaringan yang dimiliki olehyang bersangkutan, misalnya saudara, teman, kerabat,tetangga, dan kenalan yang dapat dijadikan relasi sertareferensi di sebuah perusahaan (lembaga).3. Komisi, yaitu seberapa tebal “amplop” yang bisa“melicinkan” jalan dalam memperoleh pekerjaan.Fenomena ini banyak terjadi pada seleksi pegawainegeri. Nilainya pun beragam dan tidak mesti berbentukuang, tetapi bisa berupa barang atau balas jasa sebagaiucapan terima kasih.

Page 71: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir36 Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 36

4. Negosiasi, yaitu teknik basa-basi untuk meyakinkanpewawancara agar bisa diterima sebagai pegawai(Kurniawan, 2008).

Page 72: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir37 Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 37

C. Proten Career : Babak Baru Perkembangan Dunia KarirSeperti apakah gambaran pola karir dalam abad ke-21?.Kisah berikut ini mungkin dapat dijadikan sebagai bahanrefleksi:“Bay (28 tahun) adalah lulusan arsitektur yang dapatdikatakan cukup kompeten dalam mendalami keilmuannya.Beberapa proyek pernah ia terjuni dengan berbagai dayanalar kreatifnya tentang arsitektur. Setiap bulan atau padasebuah proyek lepas ia selalu mendapat gaji dan komisi.Nilainya tetap di setiap saat dan pemasukan Bay setiapbulan terus-menerus jatuh pada angka itu-itu saja. Iabosan dan berpikir untuk melakukan sesuatu yang lebihistimewa dengan menggunakan keahlian dan pengetahuandari ilmunya tersebut. Bersama beberapa orang teman, iamembangun lembaga konsultasi arsitektur. Pekerjaannyamasih melayani desain arsitek dan konsultasi sebuahkarya bangunan, tetapi yang berbeda, Bay telah menempuhsebuah babak baru. Ia tidak lagi digaji. Ia mendapatkanpenghasilan atas hasil kerja keras dan kepandaiannyameraih order. Bersama teman-temannya, ia tidak lagimenjadi karyawan, tetapi salah satu owner dari lembagakonsultannya tersebut” (Kompas, 16 Januari 2010),Atau kisah lain seperti di bawah ini :“Namanya Anne Ahira. Usianya masih 25 tahun, tetapipenghasilannya sudah mencapai ribuan dolar AS.Perempuan yang selalu mengaku “orang kampung”ini bekerja dari rumahnya di pinggiran kota Bandungmengembangkan bisnis berskala internasional berbasisinternet marketing. Ia bercita-cita akan “pensiun”sebelum umur 30 tahun. Di dunia online, ia terkenalsebagai internet marketer kelas dunia. Kisah gadis lulusanSekolah Tinggi Bahasa Asing Yapari Bandung ini memberinspirasi bagi banyak orang, bahkan tidak sedikit yangingin mengikuti jejaknya. Ahira bukanlah pewaris usahaseorang konglomerat atau berkantor di gedung-geadung

Page 73: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir38 Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 38

pencakar langit. Ia juga bukan lulusan sekolah bisnisdi luar negeri. Yang ia kerjakan hanyalah menjalankan

Page 74: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir39 Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 39

internet marketing lewat computer dalam rumahnyadi Banjaran, Bandung. Selain memperoleh penghasilanyang besar, ia juga masih memiliki waktu untuk bermain,belanja, menonton bioskop, makan di kafe atau restoran diBandung bersama teman atau keluarganya. Semua itu bisaia lakukan karena tidak pernah terikat dengan jam kantor.Yang penting ia dapat mengakses internet” (Kurniawan,2008 :56-57).Presti (2009) mensinyalir bahwa dinamika duniaglobal yang terjadi pada dekade terakhir abad ke-20 sangatberpengaruh pada kehidupan karir seseorang. Sebagai akibatdari globalisasi, dengan segala kompleksitas dan fleksibilitasmasyarakatnya, persoalan karir akan semakin kehilanganlinieritas dan prediktabilitasnya. Jauh sebelumnya, bahkanHall (1996) telah meramalkan bahwa kontrak karir padaawal millenium ke-3 akan berbeda dengan kontrak karirkonvensional. Karyawan tidak lagi terikat kontrak kerjasecara tradisional di mana mereka masuk sebuah perusahaan,bekerja keras, menunjukkan kinerja baik, loyal dan memilikikomitmen, kemudian mereka menerima kompensasi yanglebih tinggi dan seterusnya. Kontrak karir yang baru akanlebih didasarkan pada continous learning dan perubahanidentitas, yang disebut dengan the path with a heart.Berdasarkan kisah dan pendapat dua penulis di atas, poladan karakteristik karir yang baru ditandai dengan hal-halberikut ini :1. Bersifat Protean. Artinya, karir ditentukan dandikelola oleh orang bukan organisasi dan akan selaludiperbaharui oleh individu itu sendiri. Kata proteanberasal dari nama salah seorang dewa dalam mitologiYunani–proteus, yang dapat berubah bentuk seke-hendak hatinya dengan mudah. Protean berarti cakap,fleksibel, mampu beradaptasi, dan memiliki kapabilitas(Kerno, 2007).

Page 75: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir40 Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 40

2. Bersifat virtual dan tanpa batas. Dengan adanya integrasiglobal antar masyarakat dunia, dunia pekerjaan akansemakin kehilangan dimensi fisik, ruang, dan waktunya.Para pekerja tidak perlu lagi berpindah secara fisik daritempat satu ke tempat yang lain untuk dapat mencaripekerjaan baru yang lebih baik.3. Psycological success. Tujuan utama karir dalam abad 21adalah kesuksesan psikologis, yaitu perasaan banggaatas tercapainya tujuan hidup seseorang, kebahagiaankeluarga, kedamaian, dan sebagainya. Upaya ini akanbisa ditempuh dari berbagai jalan yang berbeda sesuaikeunikan kebutuhan manusia. Indikator keberhasilanbukan pada lagi pada ke-suksesan meniti tangga karirsecara hirarkis ataupun kesuksesan mengumpulkankekayaan.4. Continuous learning (pembelajaran terus-menerus).Pengembangan karir tidak lagi diukur berdasarkanusia dan tahapan hidup secara kronologis tetapi daricontinuous learning (pembelajaran terus-menerus)dan perubahan identitas yang dilakukan secara terusmenerus. Karir abad 21 akan lebih dipandang sebagaiserangkaian tahap-tahap pembelajaran singkat yangdisebut sebagai career age bukan chronological age.5. Sources of development (sumber pengem-bangan).Karir akan tumbuh dan berkembang melaluipembelajaran terus-menerus. Proses pembelajaranterus-menerus ini akan berjalan melalui kombinasiindividu, tantangan kerja dan inter dependensi antarmanusia. Pelatihan formal menjadi kurang relevandalam proses pembelajaran terus-menerus karenaselain mahal dan memakan waktu juga merepotkan dansering sesuai dengan tuntutan kebutuhan bisnis.

Page 76: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir41 Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 41

6. Tuntutan pasar kerja akan bergeser dari kemampuanbersifat know how ke arah learn how. Job security(kemanan pekerjaan) tidak lagi menjadi hal yangterpenting dan akan digantikan oleh employability(kemampuan untuk dipekerjakan). Individu diharapkanmampu membawa diri sepenuhnya dalam pekerjaan.Hal ini akan tercipta berkat adanya kesesuian antarapekerjaan dengan hati seseorang. Protean careerbukanlah kontrak karir antara seseorang denganorganisasi melainkan kesepakatan antara seseorangdengan pekerjaan orang itu sendiri. Pola seperti inimenuntut adanya kesadaran dan tanggung jawabindividu. Pembelajaran jangka pendek tentang tugasdimaksudkan untuk meningkatkan adapta-bilitasterhadap kondisi kerja yang senantiasa berubahsepanjang waktu, sedangkan pembelajaran jangkapendek tentang diri sendiri ditujukan untuk merubahsikap. Dalam jangka panjang pembelajaran semacam inidimaksudkan untuk mengembangkan dan memperluasidentitas. Pembelajaran adaptabilitas dan identitastidak bisa dilakukan sendiri, tetapi akan diperolehmelalui interdependensi dan interaksi antar individuyang merupakan sarana bagi pembelajaran relasional.Di samping berbagai karakteristik di atas, karir proteandapat ditandai pula dengan kata kunci sebagai berikut :1. Tidakterikatdengantempatdanwaktu(boundarylesss).Dalam karir model ini, orang bisa bekerja di mana sajadan kapan saja, tanpa terikat dengan kantor, atasan,atau jam kantor. Ia bisa bekerja di rumah, secara paruhwaktu, atau sambil bersantai.2. One Person Multiple Careers (Satu Orang dengan KarirGanda)

Page 77: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir42 Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 42

Dewasa ini banyak dijumpai di berbagai kalangan,misalnya selebritis, yang memiliki karir ganda. Jikaseorang artis ditanya profesinya, maka akan munculsederet jawaban; model/bintang film/penyanyi/pengusaha. Sesungguhnya banyak orang di luar artisyang juga mememiliki karir ganda, seperti seorangprogrammer/gitaris, mahasiswa/event organizer,penyiar radio/ MC, PNS/pedagang, dan sebagainya.Banyak orang berganti profesi seperti berganti warnarambut (Alboher, 2008). Semakin banyak orang akanyang memiliki Slash Career (karir sampingan) di luarkarir utamanya.3. Adanya spirit “menjadi bos”Orang yang memiliki protean career memiliki spiritbagaimana bisa menjadi bos bagi diri dan orang lain. Iabekerja bukan berdasar-kan perintah orang lain.4. Semangat entrepreneurshipTermasukdalammodelkarirproteanadalahorang-orangberwirausaha atau bermental wirausaha (entrepreneurship). Saat mendengar kata kewirausahaan, biasanyaorang akan mengidentikkannya dengan kegiatan danketerampilan berdagang atau berbisnis. Pengertianini memang tidak sepenuhnya salah, tetapi kurangtepat. Sebenarnya, bisnis adalah hanya salah satudimensi dari arti kewirausahaan secara keseluruhan.Makna yang lebih tepat adalah kewirausahaanmerupakan sebuah sikap kreatif, inovatif, dan beranimengambil keputusan. Menurut Ciputra (Kompas, 3November 2009), kewirausahaan dapat diterapkandi semua bidang pekerjaan dan kehidupan. Spiritnya,wirausahawan adalah orang yang mampu mengubah

Page 78: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir43 Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 43

“kotoran” atau “rongsokan” menjadi “emas”. Artinya iamampu mengubah berbagai tantangan jadi peluang atau

Page 79: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir44 Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 44

hal-hal yang tidak bermanfaat menjadi bermanfaat. Disamping itu, wirausahawan adalah orang yang memilikispirit “pencipta lapangan kerja” bukan “pencari kerja”.Dalam dunia entrepreneurship, bahkan dikenal adanyaistilah social entrepreneur, yaitu orang-orang yangberkecimpung dalam problem sosial- kemanusiaan,termasuk mereka yang bergelut dalam dalam bidangpendidikan, kebudayaan, keagamaan, dan sebagainya.5. Self management (manajemen diri)Protean career memiliki ciri adanya manajemen diriyang kuat pada diri orang yang berkarir. Motivasi diriyang ia miliki akan membantu yang bersangkutan dalammengembangkan dan melejitkan berbagai potensiyang ada dalam dirinya. Berbeda halnya dengan orangyang menempuh karir tradisional yang peningkatankarirnya banyak ditentukan oleh atau tergantung padamanajemen perusahaan (organisasi) di mana ia bekerja.6. Pertimbangan non-ekonomiSelain karena faktor ekonomi, orang memilih karirmodel ini dengan mempertimbangkan variabel lain,misalnya agar bisa mengurus keluarga, kepuasan batin,sesuai dengan nilai (prinsip), dan sebagainya.7. Adaptable (penyesuaian diri terus menerus terhadapdinamika lingkungan)Inilah hakikat sebenarnya dari protean career . Orangyang tidak dapat melakukan hal ini, dipastikan akantergilas oleh jaman.8. Otonomi dan kebebasanSalah satu kelebihan dari karir model protean adalahterdapatnya otonomi dan kebebasan yang tinggi pada

Page 80: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir45 Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 45

diri orang yang menitinya. Ia bebas menentukan waktudan jenis pekerjaan yang ia sukai.

Page 81: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir46 Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 46

Setelah mengetahui beberapa kecende-rungan atauperubahan karir dari pola tradisional menuju pola protean,tentunya setiap orang dapat menilai posisi dirinya masing-masing apakah masih dalam pusaran yang tradisional atautelah mengarah pada karir yang protean. Mungkin kebanyakanorang tidak berposisi secara ekstrim pada masing-masingpola, melainkan secara kontinum berada pada rentangansemakin protean atau masih cenderung linier dalam menitikarirnya. Selanjutnya kita perlu melihat implikasi perubahanpola karir bagi pengembangan karir di masa depan, serta kiat-kiat yang perlu dilakukan bagi orang yang mau mengubahkarirnya agar lebih protean.D. Implikasinya bagi Pengembangan Karir di Masa DepanTarumingkeng mencatat bahwa dinamika bisnis awalabad ke-21 mengandung kata-kata kunci seperti: high techknowledge-based, human resources, strategic management,IT, dan e-business. Inilah antara lain tantangan manajer masakini dan angkatan kerja abad ke-21. Konsekuensinya, lembagapendidikan pun perlu mengadakan perubahan besar-besaran,menyesuaikan diri, meninggalkan paradigma lama agar taktertinggal bersama keusangan abad yang lalu (http://www.rudyct.com /STRAT PSDM.htm).Sebagai bekal untuk berkompetisi mengembangkan karirpada era mendatang Allred, Snow & Miles (1996) menjabarkanlima kategori knowledge yang diperlukan untuk membinakarir dalam abad ke-21, yaitu:1. Pengetahuan yang berbasis keahlian teknis;2. Pengalaman crossfunctional dan inter-nasional;3. Kepemimpinan kolaboratif, ini diperlukan untukmemastikan kesamaan langkah dengan organisasi;

Page 82: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir47 Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 47

4. Keahlian self-management skill, termasuk senantiasamengakumulasi-kan proses pembelajaran dan menjagakeseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan

Page 83: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir48 Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 48

keluarganya; dan5. Personal trait: meliputi fleksibilitas, integritas dankepercayaan. Ini akan menjadi atribut pribadi yangvital dalam situasi kerja yang bersifat self-governancedan kolaboratif.Setiap individu juga diharapkan memahami bahwa karirmanajerial akan meningkat ke arah do it yourself project. Iniberarti pengembangan karir di masa depan akan seluruhnyamenjadi tanggung jawab individu. Seluruh bauran kompetensimanajerial yang dibutuhkan oleh tiap-tiap organisasi perludipahami dengan jelas. Dengan demikian, setiap individumampu melakukan pembelajaran untuk mempersiapkankompe-tensi yang dibutuhkan. Bagi individu yang barumemulai karir profesionalnya perlu memikirkan organisasisebagai suatu alat untuk mencipta-kan karir bukan sebagaiwadah yang menyediakan karir untuk bergabung. Jadi,jelaslah bahwa kondisi semacam ini orang itdak dapat lagimengharapkan stabilitas suatu karir tunggal dalam suatuorganisasi, seperti norma yang dipahami pada masa-masasebelumnya. Selain itu, individu harus mempersiapkan diriagar mampu menghadapi transisi semacam ini dengan karirmereka.Selanjutnya, Allred, Snow & Miles (1996) menyarankanbahwa dengan adanya perubahan pola karir di atas, langkah-langkah adaptasi perlu dilakukan oleh organisasi dan parapraktisi pengembangan karir, yaitu :1. Organisasi hendaknya memulai dengan pemahamanbahwa setiap individu memiliki karir sendiri-sendiri.2. Ciptakan informasi dan dukungan bagi upayapengembangan karir individu.3. Pahamilah bahwa pengembangan karir individumerupakan proses relasional;

Page 84: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir49 Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 49

4. Organisasi dan praktisi bimbingan karir memainkan

Page 85: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir50 Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 50

peran sebagai perantara (fasilitator).5. Integrasikan antara informasi karir, assessmenttechnology, pembinaan karir dan konsultasi.6. Sediakan program komunikasi karir yang unggul.7. Sediakan program intervensi karir melalui hubungandan tantangan kerja.8. Utamakan identitas learner daripada senioritas.Sementara itu, Moses (1999) memberikan saran praktisuntuk menghadapi perubahan yang cepat. Cara-cara untukmenghadapi perubahan paradigma ini disebut dengan istilahcareer intelligence (kecerdasan berkarir), sebagai berikut :1. Memastikan kemampuan memasarkan akanketrampilan diri. Kemampuan memasarkan akanketrampilan diri dapat dibuat melalui: (a) memikirkanapa yang dikerjakan adalah untuk seorang pelanggan,(b) mampu mengenali akan potensi diri baik kelemahandan kelebihannya serta bagaimana seseorang dapatmenambah nilai pada seorang pelanggan.2. Berfikir global. Globalisasi berarti sebuah ekspansiatas perluasan kesempatan pekerjaan tanpa dibatasioleh sebuah negara. Dengan hidup dan bekerjasecara internasional akan membantu seseorangmenjadi kaya akan konsep-konsep tidak hanya dalammekanisme bisnis tetapi juga dalam prinsip hidup danprinsip bekerja. Berbagai perusahaan internasionalakan mencari seseorang yang mampu beradaptasipada perbedaan budaya. Moses (1999) menyatakanseseorang yang memiliki ketrampilan komunikasiyang baik akan bernilai, namun dengan kemajuantelekomu-nikasi dan kemungkinan adanya informasi

Page 86: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir51 Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 51

yang overload pada setiap orang, maka ketrampilanini tidak cukup efektif dan efisien. Untuk itu harus

Page 87: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir52 Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 52

diperlukan syarat-syarat lain, antara lain: (a) mampumenangkap secara cepat perhatian pendengarnyadan mengirimkan kembali, (b) menggunakan kata-kata untuk menggambarkan gambar, cerita menjadiinformasi lebih hidup, (c) menulis dengan jelas danlebih persuasif, (d) mampu menangkap pada konsep-konsep kunci dan menterjemahkan konsep tersebutsesuai dengan kebutuhan pendengar.3. Belajar terus menerus (keep on learning). Secarakonstan perubahan kerja dan ketrampilan berubah,maka belajar terus-menerus diperlukan. Strateginyaadalah: (a) perhatikan setiap periode pendidikan denganpenuh waktu, jangan pernah berhenti, dan persiapkankarir secerdas mungkin di masa mendatang, (b) ambilkursus-kursus, baca buku dan jurnal, mengembangkandan mempraktekkan keterampilan baru, dan (c)tinggalkan ketrampilan yang dimiliki sekarang danterus menerus mengembangkan ketrampilan danpengetahuan diluar apa yang telah dikuasai sekarang.4. Memahami kecenderungan bisnis, politik danlingkungan sosial. Hal ini diakibatkan perubahanyang terjadi secara cepat dan kompleks, dengancara membaca laporan bisnis pada media cetak danelektronik serta cari dari berbagai sumber.5. Persiapkan area-area kompetensi bukan pekerjaan.Langkah ini penting untuk memikirkan peran bukanpekerjaan karena ada kemungkinan seseorang akanmemiliki satu atribut pekerjaan tetapi banyak peranseperti : sebagai pemimpin, agen perubah, pembimbing,problem solver, team builder, mentor atau sebagaifasilitator dan peran lainnya.

Page 88: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir53 Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 53

6. Lihat ke depan. Jenis-jenis pekerjaan yang cenderungakan berkembang di masa depan adalah bidang-bidang

Page 89: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir54 Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 54

komunikasi, informasi, dan edutainment, atau bidang-bidang lain yang berbasis jasa.7. Bangun keuangan secara independen. Ketika keuanganseseorang meningkat, ia dapat membuat keputusankarir berdasarkan pada apa yang benar-benar pentingbaginya. Seorang perencana keuangan akan membantuuntuk menyusun mengarahkan pada indepensikeuangan.8. Berfikir pola (lattice), bukan berjenjang(ladder). Adanyadownsizing perusahaan dan hirarki yang semakin flatakan memotong setengah cincin sehingga jenjang karirdi masa kini lebih seperti sebuah pola. Dalam jenjangkarir yang terpola, karir seseorang mungkin bergerakke samping sebelum bergerak ke atas. Oleh karena ituseseorang harus mengukur perkembangannya denganberbagai cara. Setiap pekerjaan baru akan memberikankontribusi pada portofolio ketrampilan seseorang yangsemakin meningkat, luas, dan mendalam.9. Menjadi seorang manajer waktu yang baik danmengevaluasi komitmen setiap waktu. Jika seseorangbekerja terlalu lama maka orang tersebut mungkin akankehilangan produktivitas. Oleh karena itu, persiapkanberbagai kebutuhan secara seimbang, misalnyamengguna-kan akhir pekan untuk menyegarkan diridan pergi ke beberapa tempat-tempat rekreasi.Berkaitan dengan paradigma bimbingan karir, Vianen danPeter (2009) mensinyalir bahwa saat ini generasi muda masihkerap digiring atau diharapkan dapat menentukan pilihandalam hal pendidikan dan pekerjaan, demi kepentingankarirnya di masa depan. Berbagai literatur karir menekankanpentingnya penentuan karir bagi para pelajar atau mahasiswa,

Page 90: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir55 Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 55

termasuk cara-cara membuat keputusan di dalamnya. Akantetapi, di masa yang akan datang konselor karir tampaknya

Page 91: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir56 Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 56

akan lebih banyak dituntut untuk dapat lebih mengembangkanproses intuitif klien dalam mencari informasi tentang karirdan membantu mereka untuk membangun pandanganyang positif dan fleksibel tentang diri dan lingkungannya,serta tidak banyak menuntut tanggungjawab klien terhadappilihan karir yang tetap. Paradigma adaptabilitas karir akanmenjadi konsep dan praktek bimbingan karir yang lebihsesuai daripada paradigma pengambilan keputusan (decisionmaking).Di samping dituntut untuk semakin tanggap danmemahami ”tanda-tanda jaman”, berbagai informasi barutentang perkembangan karir di milenium ketiga di atas perlumendapatkan perhatian khusus dari para ahli, praktsisi,konselor, atau konsultan di bidang pengembangan sumberdaya manusia dan karir, dalam rangka membimbing parakliennya agar lebih siap dalam menyongsong dan merespontuntutan perkembangan di era global. Beberapa strategi yangperlu ditempuh oleh para ahli dan praktisi pengembangan(bimbingan) karir, di antaranya adalah sebagai berikut :1. Selalu tanggap dalam meng-update informasi-informasiterbaru tentang perkembangan atau dinamikapekerjaan. Hal ini berkaitan erat dengan layananpemberian informasi terhadap klien.2. Dapat meramalkan apa yang akan terjadi dalam duniapekerjaan pada beberapa tahun yang akan datang.Konselor boleh jadi perlu berperan sebagai seorang”futurolog”. Artinya pandai membaca tanda-tandajaman seputar dunia pekerjaan.3. Menjalin kemitraan dengan lembaga-lembaga lainyang sama-sama yang bergerak dalam pengembangankarir atau dunia usaha pada umumnya, untuk dapatdimanfaatkan bagi kepentingan klien.4. Membantu klien untuk dapat menjadi pribadi

Page 92: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir57 Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 57

pembelajar dan terbuka, selalu membekali denganpengetahuan dan hard skill yang baru, sehingga mampumenyesuaikan diri dengan tuntutan dunia pekerjaan,5. Membantu klien agar dapat memiliki passion (nilai,kepercayaan, dan minat) yang tinggi, sehingga akansukses dalam dunia pekerjaan. Hal ini juga sangatberkaitan dengan soft skill.6. Mencerahkan cara pandang klien terhadap persoalanpekerjaan, sehingga dapat melihat secara lebih luas,misalnya dalam melihat pilihan-pilihan, bukan semata-mata sebagai sebuah gengsi karena bisa bekerjakantoran yang statis, tetapi lebih pada kemampuandalam menangkap peluang-peluang yang ada, terutamadalam dunia enterpreneurship.7. Membantu klien agar dapat memahamai berbagaibidang, jenis pekerjaan, karakteristik, peluang, dankompetensi yang dibutuhkan.E. PenutupPerubahan dunia pekerjaan sebagai respon terhadapperubahan lingkungan yang semakin turbulen akanmembawa dampak bagi perubahan pola karir. Tanggungjawab pengembangan karir akan berpindah dari organisasi(perusahaan) kepada individu. Dalam kondisi semacam inisetiap orang dituntut mampu bersikap fleksibel dan siapmenghadapai berbagai perubahan dalam pekerjaan masing-masing. Setiap orang diharapkan dapat mengembangkankarirnya tanpa harus tergantung kepada satu organisasi saja.Kemampuan bekerjasama dengan berbagai tim kerja yangberbeda dan kemampuan untuk senantiasa mempelajari hal-hal yang baru akan sangat mendukung kesuksesan seseorangdalam membina karirnya di abad mendatang. Dengan bantuandari para praktisi pengembangan (bimbingan) karir, individusiap menyongsong tantangan karir di abad ke -21.

Page 93: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan
Page 94: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

48 Bimbingan Karir

Page 95: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

G

BAB IVARAH KARIR SAAT INI

A. Pendahuluanlobalisasi yang saat ini melanda dunia termasuk Indonesiamembawa berbagai konse-kuensi dan perubahanterutama pada dunia kerja. Globalisasi telah memacu berbagaipergeseran dalam soal “bagaimana” dan “dimana” orangbekerja. Kemajuan teknologi komunikasi khususnya dalamdunia maya, telah mentransformasikan dunia pekerjaan kedalam sebuah perusahaan global (Schultheis dan Esbroeck,2009). Dulu orang befikir bahwa bisnis adalah tatap muka,tapi saat ini banyak bisnis dilakukan cukup hanya dengan caraduduk di depan komputer (online). Dulu orang menganggapbahwa video game hanya berperan sebagai hiburan, tetapisekarang permainan maya ini telah menjadi lading bisnistersendiri, baik dalam skala besar maupun kecil. Begitulahfakta yang terjadi saat ini yang terus berubah dan bergerakmaju (Kompas, 16 Januari 2010).Globalisasi yang ditandai dengan perkembanganteknologi yang begitu cepat, menuntut sebuah cara pandangdan pemikiran baru yang lebih inklusif dan progresiftentang karir dan pola pengembangannya. Hal tersebutmenjadi sebuah keharusan dikarenakan era globalisasi yangmenuntut efesiensi, kompetitif akan menyebabkan berbagaikonsekuensi seperti perampingan, PHK, dan ousourcing dapat49

Page 96: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir50 Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 50

mengancam kelangsungan karir seseorang yang tidak memilikiketerampilan tertentu dan tidak mampu mengembangkan dirimereka.Saat ini saja jumlah pengangguran di Indonesia sangatbesar dan merupakan peringkat ke 3 dunia 9,4 juta dimanakomposisinya berdasarkan pendidikan adalah dibawahSekolah Dasar (547 ribu), Sekolah Dasar (2,1 Juta), SMP dansederajat (1,973 juta), SMA dan sederajat (3,81 juta), Diplomadan sederajat (362 ribu), Universitas dan sederajat (600 ribu)(BAPENAS, 2009). Jumlah yang lebih besar dikemukakanoleh Depnakertrans (2006) bahwa jumlah pengangguran diIndonesia mencapai 11,1 juta, Sebagian penganggur tersebut,yakni 3,91 juta orang berlatar belakang pendidikan SMAdengan jumlah terbanyak di Jawa Barat.Oleh karena itu peran berbagai pihak termasuk pendidikansangatlah penting dan strategis serta turut bertanggung jawabdalam mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitasdan memiliki daya saing tinggi dalam upayanya menyongsongdunia kerja di era globalisasi.Berkaian dengan permasalahan di atas maka tulisanini akan mencoba memaparkan tentang beberapa hal yaitu(1) bagaimana dinamika dan kecenderungan-kecenderungankarir dalam era globalisasi, (2) keutamaan kompetensi danprotean career , serta (3) tugas dan tanggung jawab pendidikan(sekolah) dalam menyiapkan sumber daya manusia yangmampu survive di era globalisasi.B.Dinamika dan Kecenderungan Karir di Era GlobalisasiCiri yang paling menonjol dari globalisasi adalahpenemuan teknologi informasi dan transportasi. Dibidangteknologi informasi ditandai dengan munculnya kemajuanyang pesat dibidang penemuan PC (Personal Computer)dan tumbuhnya dunia jejaring(WEB/Cyber/NET) yang telah

Page 97: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir51 Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 51

memungkinkan terjadinya hubungan antar individu dalamsatu waktu ke seluruh dunia dengan akses yang sangat mudah

Page 98: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir52 Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 52

dan cepat. Salah satu contoh misalnya pemanfaatan blog,e-mail, facebook telah menjadi jembatan dunia dan membukaberbagai peluang, hubungan yang intens, dan lintas budayadalam satu waktu tanpa harus ada kontak fisik dan geografis.Kondisi ini muncul sejak dua decade terakhir pada abad ke-21(Arnett, 2002; Friedman, 2006).Kemajuan dalam bidang teknologi di atas menimbulkanberbagai perubahan dalam berbagai bidang Dryden dan Vos(1999) melihat ada 16 kecenderungan utama yang akanmembentuk masa depan kita. Kecenderungan yang dimaksudadalah (a) berkembangnya komunikasi serba instan, (b)timbulnya dunia tanpa batas-batas ekonomi, (c) terjadinyaempat lompatan besar menuju ekonomi dunia tunggal[menyatu],(d)berkembangnya perdagangandanpembelajaranmelalui internet, (e) berkembangnya masyarakat layananbaru, (f) terjadinya penyatuan antara yang besar [global] danyang kecil [lokal], (g) makin kuatnya era baru kesenangan dankegembiraan, (h) terjadinya perubahan bentuk kerja secaramendasar, (i) makin tampilnya perempuan sebagai pemimpin,(j) makin banyaknya penemuan terbaru tentang otak yangsangat mengagumkan, (k) menguatnya nasionalisme budaya,(l) adanya kelas bawah yang makin besar, (m) semakinbesarnya jumlah manula atau lansia, (n) terjadinya ledakanpraktik-mandiri-otonom, (o) berkembangnya perusahaankooperatif, dan (p) bangkitnya kekuatan dan tanggung jawabindividu (kemenangan individu).Akibat lebih jauh dari era globalisasi adalah setiapindividu akan dihadapkan pada empat empat kenyataan ataukecenderungan pokok dalam kehidupan sehari-hari mereka,yaitu (a) kecepatan perubahan yang demikian dahsyat dansusah diperkirakan jalan, proses, dan dampaknya termasukkecepatan perubahan informasi dan isi pengatahuan, (b)kebaruan segala sesuatu yang berlangsung sedemikian cepat

Page 99: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir53 Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 53

dan kilat [termasuk kebaruan informasi dan isi pengetahuan],(c) keusangan segala sesuatu yang sedemikian cepat dan kuat

Page 100: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir54 Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 54

[termasuk keusangan informasi dan isi pengetahuan], dan (d)kesesaatan segala sesuatu dalam kehidupan manusia sehari-hari [termasuk kesesaatan informasi dan isi pengetahuan].Kecendrungan ini jelas merombak kehidupan secaramendasar pada masa sekarang, lebih-lebih pada masa depan.Jika memiliki kemampuan memadai, maka manusia akandapat mengurangi globalisasi dengan baik jika tidak memilikikemampuan yang tidak memadai, maka manusia akanterserang gegar budaya dan atau gegar masa depan (futureshock).Berbagai perubahan tersebut membutuhkan paradigmadan perspektif baru dalam memandang dunia kerja.Dibutuhkan upaya pengembangan model intervensi yangefektif untuk membantu mempersiapkan siswa menjadimanusia yang unggul dan kompetitif di era globalisasi.C. Protean career

Protean career menurut Hall & Moss (1998) adalah suatuproses dimana seseorang (bukan organisasi) memiliki pilihandalam mencari, menentukan, dan memilih karirnya sendirisebagai elemen yang terintegrasi dalam hidupnya. Kesuksesanyang dicapai adalah kesuksesan internal atau psikologis danbukan kesuksesan ekternal yang dientukan oleh perusahaanatau organisasi. Oleh karena itu protean career dapat jugadiartikan sebagai sikap pengendalian diri individu dalambekerja yang membantu membuat keputusan tentang karirmiliknya dengan mempertimbangkan kepentingan nilaisebagai keuatan penggerak dalam memutuskan pilihansebuah atau beberapa karir dalam hidupnya (Coutinho at al,2008).Dalam protean career perkembangan karir menjadi lebihdikendalikan dan diciptakan oleh individu itu sendiri bukanoleh organisasi. Protean career bukanlah kontrak karir antara

Page 101: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir55 Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 55

seseorang dengan organisasi melainkan kesepakatan antaraseseorang dengan tanggung jawabnya sendiri. Oleh karena

Page 102: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir56 Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 56

itu dalam protean career menuntut adanya kesadaran dantanggung jawab individu dan job security tidak lagi menjadihal penting.Kesuksesan dalam protean career lebih diukur darikesuksesan psikologis seperi pencapaian individu, perasaanuntuk dihargai dan pencapaian kebahagiaan keluarga.Individu lebih mengharapkan pekerjaan yang menantang,program-program dalam organisasi diharapkan membantumereka memperbesar karir dan juga memberikan kepuasankerja. Kualitas secara personal kembali lebih dibutuhkanuntuk menunjang kesusksesan dalam karir seperti prosespembelajaran secara terus menerus, kesadaran diri, tanggungjawab individu dan otonomi (Hall, 2004).Allred, Snow & Miles (1996) menjabarkan lima kaegoripengetahuan yang diperlukan individu untuk membinaprotean career dalam abad 21 yaitu: (a) pengetahuan yangberbasis keahlian teknis; (b) pengalaman internasional; (c)kepemimpinan kolaboratif; (d) keahlian self management skill,termasuk senantiasa mengakumulasi proses pembelajarandan menjaga keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupankeluarganya (e) personal trait meliputi fleksibiltas, integritasdan kepercayaan diri. Kelima hal tersebut akan menjadi atributpribadi yang sangat vital dan dibutuhkan dalam berkarir diera globalisasi.D. Tugas dan Tanggung Jawab Pendidikan (sekolah) dalamMenyiapkan SDMPendidikan (sekolah) dan keluarga memiliki tugas,fungsi, dan tanggung jawab utama dalam membentuk siswayang memiliki paradigma baru dalam pengembangan karir(protean career ). Dalam hal ini keberadaan, kedudukan,dan fungsi pendidikan (sekolah) memiliki peran yang sangatstrategis dan utama dibandingkan pendidikan keluarga. Ini

Page 103: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir57 Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 57

berarti, lembaga-lembaga pendidikan sekolah bertugas danbertanggung jawab utama dalam melaksanakan pembentukan

Page 104: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir58 Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 58

siswa yang memiliki protean career . Berikut ini adalahbeberapa upaya yang dapat dilakukan oleh guru dan konselordalam membantu siswa agar menjadi siswa yang kompetitifdan unggul di era globalisasi.1. Guru dan konselor dapat membantu siswa untuk lebihpeduli tentang globalisasi dan memberikan informasitentang globalisasi dan tantangannya.2. Guru dan konselor dapat membantu siswa untukmengembangkan bakat dan kemampuan yangmultidimensional tidak hanya skill tapi juga mencakupkepribadian.3. Guru dan konselor dapat membantu siswa menjadilebih berani mengembangkan dan menentukan perilakuberorientasi tujuan sehingga dapat membantu merekalebih menguasai ranah yg relevan.4. Guru dan konselor dapat membantu siswa memahamiapa yg mereka inginkan dan membantunya dalampengembangan rencana secara detail.5. Guru dan konselor dapat membantu meningkatkankeberanian siswa untuk mengembangkan keterampilanpraktis yang sesuai dengan rencana pengembangankarir mereka.6. Guru dan konselor harus mampu menumbuhkan sikapkritis dan kepekaan siswa terhadap peluang dunia kerja7. Guru dan konselor dapat membantu siswa untukmemiliki pengetahun dan pemahaman protean careerbaik melalui pemberian informasi maupun pelatihan.E. Kesimpulan1. Era globalisasi yang ditandai dengan penemuan teknologitelah memunculkan perubahan dalam berbagai bidangtermasuk dunia kerja dan karir individu.

Page 105: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir59 Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 59

2. Perubahan-perubahan dalam dunia kerja dan karirindividu membutuhkan cara pandang dan perspektifbaru dalam dunia kerja (protean career )3. Implikasi bagi konselor dan pendidik pada umumnyaharus mampu memberikan wawasan dan informasitantangan pekerjaan di era global dan membantumempersiapkan siswa untuk dapat menghadapinya(protean career ).

Page 106: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan
Page 107: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

56 Bimbingan Karir

Page 108: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

D

BAB VDINAMIKA

DAN KECENDERUNGAN KARIR

inamika dan kecenderungan karir dalam tulisan iniadalah berbagai perubahan dan perkembangan yangterjadi dalam dunia karir dalam rentang waktu dari masalalu, masa kini, dan masa mendatang. Adanya dinamika dalamdunia karir setidaknya dapat diamati dari dua sisi, pertamadari sisi perkembangan kedua dari sisi perubahan. Dari sisiperkembangan terlihat adanya tiga fase perkembanganyaitu fase karir tradisional, fase transisi, dan fase karir masakini dan mendatang (Iswahyudi: 2009). Dari sisi perubahanyaitu adanya dua pola perubahan dari pola karir tradisonal(Jacoby,1999) kepada pola karir protean (Hall,1996).Para peneliti menyebutkan bahwa dunia karir saat inimemang sangat berbeda dengan masa lalu (Cappeli,1999).Pendekatan lama terhadap karir yang disebut pendekatantradisonal menjadi tidak memadai lagi dan sedikit demisedikit terkikis oleh pergeseran berbagai perubahan sepertikebutuhan pasar, dunia bisnis, perubahan organisasi,tuntutan pasar global, dan berbagai perubahan terutama yangdiakibatkan oleh globalisasi (Coutinho dkk, 2008). Sehinggasecara keseluruhan dinamika pergeseran karir ini berubahdari pola tradisional kepada model karir protean sebagaikecenderungan karir masa kini dan mendatang (Iswahyudi:2009).57

Page 109: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir58 Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 58

Saat ini karir bergerak secara dinamis dari variabledependen menjadi variabel independen dalam sebuahorganisasi. Seseorang dalam berkarir tidak lagi bergantungkepada organisasi dimana ia bekerja, karena pengembangankarir sepenuhnya berada di tangan individu itu senidiri.Dalam organisasi tempat individu bekerja juga banyak terjadiperubahan struktur sebagai dampak dari adanya tindakanpenyesuaian seperti rasionalisasi, perampingan, efisiensidan lain-lain. Dampaknya bagi individu menjadi tidak adanyapekerjaan yang abadi sedangkan bagi organisasi tidak adanyapekerja yang abadi misalnya dengan munculnya modelkaryawan kontrak, outsourcing, downsizing, layoff, fokuspada core competencies perusahaan, dan berakhir denganterjadinya berbagai PHK bagi karyawan yang tidak memenuhistandar yang diperlukan perusahaan.Pada model karir tradisional orientasi pengembangankarir mengarah kepada pergerakan linear keatas secarahierakhis dalam organisasi, dalam masa karir protean inipola pergerakan tidak dapat dibedakan apakah pergerakanitu keatas atau kebawah melainkan secara lateral(Reitman&Schneer,2008), individu tetap dalam satu organisasiatau berada dan berpindah-pindah dalam beberapa organisasi.Puncak pencapaian karir individu tidak lagi ditandai dengankeberhasilan menduduki berbagai posisi tertentu, namun lebihditentukan oleh seberapa besar perannya dalam organisasidan seberapa jauh kesuksesan psikologis individu tercapai.Dari sini terlihat dinamika pergerakan karir mengalamiperubahan bentuk sesuka hati individu, seperti dewa lautProteus di Yunani yang dapat berubah wujud sesuka hatinya,model karir inilah yang berkembang saat ini, karir protean(dari kata proteus).Masalah-masalah yang menarik untuk didiskusikanterkait dengan perkembangan karir diatas adalah, (1) apakah

Page 110: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir59 Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 59

pola perubahan karir tersebut juga telah berlaku dan berjalandi Indonesia ? (2) Faktor-faktor apa saja yang menjadi aksis

Page 111: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir60 Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 60

mundis terjadinya dinamika dan perubahan dalam karir?(3) Jika protean karir terus berkembang sebagai model karirglobal, bagaimana kaitannya dengan karir Pegawai Negeri Sipildan Militer sebagai pegawai pemerintah, apakah mungkinPNS dapat memilih model protean karir ? (4) Apakah adanyagejala pepindahan karir dari PNS yang serba terikat menjadipekerja lepas seperti dalam dunia bisnis multilevel, waralaba,atau francaising, e-commerc, dan lain-lain adalah konsekuensidari adanya tren perkembangan kearah protean karir ? (5)Bagaimana dinamika perubahan karir tersebut implikasinyaterhadap layanan konseling karir ? masalah-masalah inilahyang akan dicoba ditelisik dalam tulisan ini.A. Dinamika Perubahan Karir1. Faktor Penyebab PerubahanBaik dalam karir tradisional maupun dalam karirprotean jika ditelusuri terdapat dua hal pokok sebagai faktorpenyebab perubahan. Dua faktor tersebut adalah (a) faktorinternal individu, (b) faktor eksternal individu (Winkel,1991).Perubahan yang terjadi pada diri individu termasuk usia,perkembangan kepribadian, pengalaman, tuntutan berbagaikebutuhan, kepuasan dan kesuksesan psikologis dalam karirmerupakan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi carapandang individu terhadap karir. Cara pandang ini selanjutnyaakan menggerakkan individu dalam memandang, memaknai,memilih dan menentukan karir bagi dirinya sendiri danorang lain. Sedangkan faktor eksternal individu terutamadari dua sumber yaitu (1) organisasi, (2) situasi dan kondisiekonomi dan politik dunia. Reitman dan Schneer (2008)menyebutkan adanya situasi turbulensi dalam karir saat inisetidaknya dipengaruhi oleh tiga sampai empat aspek yaitu:(a) perubahan dari individu atau karyawan dalam organisasi,(b) letak geografis, (c) Jenis pekerjaan yang dilakukan, dansatu hal lagi yang merupakan pengaruh dari luar organisasiyaitu: (d) globalisasi.

Page 112: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir61 Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 61

Globalisasi adalah istilah yang muncul sekitar tahun80-an mengandung sejumlah varitas isu yang dapat dilihatdari berbagai perspektif seperti perspektif ekonomi, mediainformasi dan teknologi komunikasi, produk budaya danlain-lain secara luas. Mengingat begitu luasnya maknaglobalisasi maka dalam tulisan ini arti globalisasi dibatasisebagai sebuah proses dimana masing-masing pengaruhbudaya mempengaruhi yang lain sedemikian rupa melaluiperdagangan, migrasi, pertukaran ide dan informasi (Coutinhodkk,2008)Ciri yang paling menonjol dari globalisasi adalah adalahpenemuan teknologi informasi dan transportasi. Dibidangteknologi informasi ditandai dengan munculnya kemajuanyang pesat dibidang penemuan PC (Personal Computer) dantumbuhnya dunia jejaring (WEB/Cyber/NET) yang telahmemungkinkan terjadinya hubungan antar individu dalamsatu waktu ke seluruh dunia dengan akses yang sangat mudahdan cepat dalam berkomunikasi. Salah satu contoh misalnyapemanfaatan adanya blog, e-mail, facebook telah menjadijembatan dunia dan membuka berbagai peluang hubungan,sehingga intensitas dan tingkat hubungan lintas budaya danbangsa yang berbeda-beda dapat terjadi dalam satu waktutanpa harus ada kontak fisik dan geografis, kondisi ini munculsecara dramatis sejak dua dekade terakhir pada abad ke-21 (Arnett,2002; Friedman, 2006);Suarez-Orozco & QinHilliard,2004).Menurut Maria Coutinho dkk (2008) pengaruh globalisasiterhadap dunia kerja terutama terjadi karena: (a) kehadiranteknologi, (b) ekspansi perdagangan bebas, (c) restrukturisasiorganisasi sebagai akibat dari kehadiran teknologi, (d)perusahaan-perusahaan membutuhkan ekonomi global yanglebih efektif dan kompetitif dan tenaga kerja yang lebih welleducated, (e) banyak individu yang berpenghasilan tinggi

Page 113: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir62 Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 62

tanpa harus memiliki jabatan formal seperti pada jenjang karirtradisional, misalnya professi sebagai blogger, e-commerc dan

Page 114: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir63 Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 63

lain-lain, (f) Konsep karir seperti suksesi jabatan dan tanggungjawab mulai mengalami pergeseran dan perkembangan pesat,(g) dalam perkembangan karir menurut Savickas (2002) tidaksemua pegawai memiliki kesempatan yang menggembirakan,pengembangan karir lebih terbuka bagi kelompok masyarakatyang relatif kaya, memiliki akses kepada sumber-sumberpermodalan dan pendidikan, (h) munculnya berbagaimodel tenaga kerja kontrak menyebabkan produksi negaraberkembang bertambah karena dapat menghasilkan barangmurah dengan kualitas bagus dan bayaran karyawan yangmurah tanpa ikatan dan tanggungan.Hall dan Mirvis (1996) kemudian memaparkan tentangadanya perubahan sisi psikologis dari model kerja kontrakantara buruh dan majikan pengaruhnya terhadap karirseseorang. Pada model karir tradisional: (a) perusahaandengan majikan lebih menentukan perkembangan karirseseorang, (b) pola kerja kontrak model paruh waktu atauwaktu penuh lebih ditentukan oleh majikan dan perusahaan.Hal ini seharusnya tidak boleh terjadi, sehingga harusdilakukan perubahan paradigma dan sisi pandang dariperpektif psikologi kerja antara lain: (a) perusahaan tidaksepenuhnya menentukan karir pekerja, (b) pekerja dapatmenentukan dan merancang karirnya sendiri, (c) pekerjaharus bersifat fleksibel dalam mengembangkan keahlian untukmenyesuaikan keahlian dengan perkembangan lingkungankerjanya tanpa harus tergantung kepada kelompok atauperusahaan, (d) Para pekerja baru harus tahu tuntutan pasarpotensial dunia, (e) Harus selalu memperbaharui secara terusmenerus keahlian dan belajar bagaimana dapat bekerja samadengan orang lain.Kondisi inilah yang menurut Hall dan Marvissesungguhnya yang mendorong munculnya istilah karirprotean. Dalam kondisi seperti ini maka jelas ada tiga pihak

Page 115: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir64 Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 64

yang saling mempengaruhi satu sama lain yaitu individu,organisasi dan situasi diluar organisasi. Ke tiga pihak tersebut

Page 116: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir65 Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 65

dapat saling menguntungkan atau juga saling merugikan.Keuntungannya bagi individu adalah: (a) meningkatkankesadaran tentang kondisi karir saat ini, (b) mengetahuibagaimana prospek karir yang sedang dijalaninya kedepandan dapat merencanakan sekaligus mengambil tindakan yangdiperlukan sebagai respon atas kondisi karir yang dijalaninya.Keuntungan bagi organisasi adalah: (a) dapat mengelolasumberdaya manusianya lebih efektif dan efisien denganmengetahui permasalahan dan kebutuhan sesuai tuntutankompetensi yang dibutuhkan perusahaan, (c) mengetahuikebutuhan karir dan membantu merencanakan karir bagiindividu dalam organisasinya.Sedangkan sisi lain yang dapat mengancam dari situasiseperti ini adalah terjadinya persaingan yang ketat dalamdunia kerja terutama dalam hal skill bagi pekerja. Pekerjadengan skill rendah dalam ekonomi global dihadapkan kepadatantangan yang berat. Di Amerika misalnya pernah munculjarak antara yang punya dan yang miskin karena pengaruhpenguasaan masalah skill. Meskipun begitu di Negara-negara berkembang seperti di Indonesia pekerja dengankemampuan rendah mereka suka saja meski dibayar dengangaji yang rendah tetapi mereka masih dapat memelihara diridan keluarga mereka (mungkin terdapat faktor lain yangberpengaruh, misalnya keyakinan teologis mengenai konsephidup berkah dalam Islam). Dalam dunia industri pekerjadengan kemampuan rendah mudah mengalami kehilanganpekerjaan akibat pekerjaan mereka digantikan oleh mesinindustri.Berbagai perubahan dalam situasi kerja secara dramatisakibat globalisasi telah menimbulkan keterputusan sosialdan pergulatan untuk menemukan makna kerja itu sendiri(Blustein,2006). Disatu sisi globalisasi telah membawaorang kepada sikap otonomi dalam karir (karir protean) dan

Page 117: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir66 Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 66

rasa memiliki kepada perusahaan serta menghargai waktu.Disisi lain globalisasi juga telah menciptakan isolasi dan

Page 118: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir67 Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 67

dehumanisasi yang menimbulkan putus-hubungan antarmanusia, teman kerja bahkan tempat mereka bekerja. Blankdan Reich (2002) menyebut terdapat beberapa problemayang timbul akibat globalisasi dalam hubungannya dengankerja dan karir yaitu:1. Jabatan lebih mudah hilang dan tidak aman2. Pekerja dihimbau untuk terus meningkatkan skill dankemampuan kerja, sementara modal untuk meraih haltersebut tidak ada.3. Perusahan-perusahaan rata-rata membutuhkanspesialisasi yang dapat menyebabkan keterputusan danketerasingan bagi pekerja.4. Perusahaan dihadapkan kepada tantangan kompetitifdalam industriBerbagai perubahan radikal ini membutuhkan pradigmabaru dan perspektif baru dalam psikologi kerja terutamadalam bentuk kerangka teori dan epistemologi baru untukmengembangkan model intervensi yang efektif dalamkonseling karir untuk membantu pekerja menghadapipersaingan global.2. Karir Tradisional atau Karir Protean?Banyak definisi dan pengertian yang diajukan oleh paraahli mengenai makna seputar karir. Menurut Maria Coutinhodkk. (2008) karir adalah kemajuan yang berturut-turut dalamsebuah jabatan diikuti dengan peningkatan bayaran dantanggung jawab dalam sebuah perusahaan atau organisasi.Dalam pendekatan lama atau tradisional, yang disebutcareer jobs, didefinisikan sebagai pekerjaan yang full-time dengan masa kerja yang lama, pembayaran gaji yanglayak, menawarkan manfaat, dan mencerminkan perhatiankebijakan umum tentang apakah pekerjaan memberikansolusi untuk menghindari kesulitan ekonomi (Jacoby,

Page 119: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir68 Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 68

1999). Secara singkat dapat diartikan sebagai suksesi dalam

Page 120: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir69 Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 69

pekerjaan yang tersusun secara hirarkhis dalam sebuahorganisasi(Iswahyudi, 2009).Sedangkan protean career oleh Hall & Moss (1998)dideskripsikan sebagai suatu proses dimana seseorang(bukan organisasi), memiliki pilihan dalam mencari,menentukan dan memilih karirnya sendiri sebagai elemenyang terintegrasi dalam hidupnya, dan kesuksesan yangdicapai adalah kesuksesan internal atau psikologis bukankesuksesan eksternal yang ditentukan oleh perusahaan atauorganisasi. Karena itu karir protean dapat juga diartikansebagai sikap pengendalian diri individu dalam bekerja yangmembantu membuat keputusan tentang karir miliknya denganmempertimbangkan kepentingan nilai sebagai kekuatanpenggerak dalam memutuskan pilihan sebuah atau beberapakarir dalam hidupnya (Coutinho at al, 2008).Waterman dkk. (1994) mengemukakan istilah lain yangdisebut career-resilient workforce yang diartikan sebagaisebuah sikap dari kelompok karyawan yang tidak hanyaberdedikasi pada ide dari pembelajaran yang berkelanjutan(continuous learning) tetapi juga menyiapkan diri untukmenghadapi perubahan, bertanggung jawab pada pengaturankarir mereka sendiri, dan yang terakhir adalah mempunyaikomitmen terhadap kesuksesan perusahaan. Dari uraiandiatas nampak terdapat beberapa perbedaan substansialantara paradigma karir tradisional dan karir protean.Karir tradisional menurut Hall dan Mirvis (1995)memiliki beberapa ciri diantaranya: (1) hanya berorientasikepada individu dalam organisasi, (2) bergerak secara linear-vertikal keatas maupun kebawah, (3) posisi menggambarkantanggungjawab yang ditanggung dan adanya kompensasiyang diberikan oleh organisasi, (4) organisasi menyediakandan menentukan jenjang pengembangan karir. Dessler dalambukunya “Human Resources Management” (2003) juga

Page 121: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir70 Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 70

memberikan penjelasan yang sama. Menurut pernyataanSullivan, Carden dan Martin (1998) yang dikutip oleh Dessler,

Page 122: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir71 Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 71

karir secara tradisional dilihat sebagai pergerakan lineardan menanjak dalam satu atau dua perusahaan atau sebuahpekerjaan yang stabil didalam sebuah profesi.Jika memilih karir tradisional maka organisasi akanmemberikan kompensasi dan keamanan pekerjaan yang baikdemi memotivasi individu yang ada dalam organisasinya agarmendapatkan timbal balik berupa kerja keras dan kesetiaansesuai dengan yang diharapkan oleh organisasi. Sehinggasetiap individu dalam organisasi diharapkan memilikikomitmen yang besar dalam menyelesaikan pekerjaannya.Pada masanya, karir tradisional ini dipandang sebagaikarir yang ideal meski tidak semua orang mendapatkantempat pada karir ideal seperti ini dan karir ini telah menjaditumpuan harapan bagi setiap individu dalam organisasi(Reitman dan Schneer, 2008). Meskipun begitu terdapatbeberapa permasalahan dalam karir tradisional. Pertamapada masa awalnya pencapaian karir ini hanya identik denganlaki-laki karena dahulu wanita di fokuskan untuk menanganikegiatan kerumahtanggaan karena itu hanya sebagian kecilwanita yang meniti karir ini baru pada fase transisi hal iniberubah. Kedua, model karir ini berfokus kepada individukarena model karir pada masa ini hanya memandang individusebagai alat selayaknya alat produksi. Individu hanya dituntutuntuk memberikan performa yang baik guna mendapatkankompensasi baik berupa materil maupun imateril. Individudiberlakukan sebagai objek belum sebagai subjek dalam karirdan tidak ada kebebasan individu dalam menentukan karirnyasendiri (Iswahyudi, 2009) karena jenjangnya secara vertikaltelah ditentukan oleh organisasi.Dalam karir protean perkembangan karir menjadilebih dikendalikan dan diciptakan oleh individu itu sendiribukan oleh organisasi. Karir protean bukanlah kontrak karirantara seseorang dengan organisasi melainkan kesepakatan

Page 123: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir72 Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 72

antara seseorang dengan pekerjaan orang itu sendiri, karenaitu dalam karir protean menuntut adanya kesadaran dan

Page 124: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir73 Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 73

tanggung jawab individu. Individu tidak lagi terikat kontrakkerja tradisional dengan perusahaan seperti bekerja keras,menunjukkan kinerja baik, loyal dan memiliki komitmen,kemudian mereka menerima kompensasi yang lebih tinggidan seterusnya. Kontrak karir yang baru akan lebih didasarkanpada continous learning dan perubahan identitas, Hall (1996)menyebutnya sebagai the path with a heart.Dari kondisi ini pada masa karir protean tuntutanpasar kerja akan bergeser dari kemampuan bersifat knowhow ke arah learn how. Job security tidak lagi menjadi halyang terpenting dan akan digantikan oleh employability(kemampuan untuk dipekerjakan). Individu diharapkanmampu membawa diri sepenuhnya dalam pekerjaan. Halini akan tercipta berkat adanya kesesuian antara pekerjaandengan maksud hati seseorang.Sikap dan kesadaran individu akan continous learningberupa pembelajaran jangka pendek tentang tugasdimaksudkan untuk meningkatkan adaptabilitas terhadapkondisi kerja yang senantiasa berubah sepanjang waktu.Pembelajaran jangka pendek tentang diri sendiri ditujukanuntuk merubah sikap. Dalam jangka panjang pembelajaransemacam ini dimaksudkan untuk mengembangkan danmemperluas identitas individu dan tidak dilakukan sendiri.Kemampuan ini akan diperoleh melalui hubungan daninteraksi antar individu sebagai sarana terciptanya relasionaldan kerjasama individu dalam kelompok.Ada tiga tahapan adaptasi yang harus dipelajari olehindividu yaitu: tahap pertama adalah lost in trees, dimanaindividu masih trauma dengan perubahan yang radikalmisalnya dengan pemecatan besar-besaran yang telah terjadidan tidak dapat melihat atau memahami kontrak kerja barumereka. Tahap kedua adalah sees the forest, karyawan mulaimengetahui hal-hal yang harus mereka lakukan dan kebebasan

Page 125: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir74 Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 74

yang mereka terima, tanggung jawab, dan kesempatan untukmencapai kesuksesan psikologis. Tahap yang ketiga adalah

Page 126: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir75 Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 75

comfortable in woods, karyawan mulai dilibatkan dalamproses continuous learning (Hall & Moss, 1998).Kesuksesan dalam karir protean lebih di ukur darikesuksesan psikologis seperti pencapaian individu, perasaanuntuk dihargai dan pencapaian kebahagiaan keluarga.Individu lebih mengharapkan pekerjaan yang menantang,program-program dalam organisasi diharapkan membantumereka memperbesar karir dan juga memberikan kepuasankerja. (Moen et al., 2003; Powell dan Graves, 2003). Kualitassecara personal kembali lebih dibutuhkan untuk menunjangkesuksesan dalam karir protean, kualitas personal termasukdidalamnya adalah proses pembelajaran yang terus menerus,kesadaran diri, tanggung jawab individu dan otonomi (Hall,1996, 2004). Dalam karir tradisional loyalitas dan komitmensangat penting, pada karir protean hal ini menjadi kurangpenting bahkan loyalitas cenderung menurun, karenaorganisasi cenderung untuk bertransaksi dengan pekerjanyadan pekerja cenderung mengutamakan karir-karir yangmenarik bagi dirinya (Maguire, 2002).Allred, Snow & Miles (1996) menjabarkan lima kategoriknowledge yang diperlukan individu untuk membinakarir protean dalam abad 21 yaitu: (a) pengetahuan yangberbasis keahlian teknis; (b) pengalaman crossfunctionaldan internasional; (c) kepemimpinan kolaboratif, inidiperlukan untuk memastikan kesamaan langkah denganorganisasi; (d) keahlian self-management skill, termasuksenantiasa mengakumulasi proses pembelajaran dan menjagakeseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan keluarganya;dan (e) personal trait: meliputi fleksibilitas, integritas dankepercayaan. Ini akan menjadi atribut pribadi yang vital dalamsituasi kerja yang self-governance dan kolaboratif.Sedangkan organisasi mempunyai tanggung jawabdalam memanajemeni pengembangan karir karyawan

Page 127: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir76 Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 76

di era protean career yaitu dengan (1) mengembangkanketrampilan yang dapat ditransfer, (2) menekankan

Page 128: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir77 Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 77

pada kerja yang memberikan arti secara psikologis, (3)membiarkan karyawan memanajemeni karirnya sendiri, (4)job sculpting, (5) kesempatan karir yang berbeda dari lainnya,(5) gender vs kesempatan karir, dan (6) komunikasi (MarlianaJunaedi,2003).Mengembangkan ketrampilan yang dapat ditransfer.Ketrampilan karyawan dikembangkan dengan programpelatihan dan pengembangan yang sesuai dengan kemampuanspesifik perusahaan. Beberapa perusahaan menggunakanprogram action learning yang mengijinkan karyawannyauntuk mengembangkan ketrampilan baru, selain mengerjakanproyek yang menjadi tanggung jawabnya (Sullivan & Emerson,2000). Dan karena tuntutan multiskill, kerja tim, dan bekerjadengan teknologi baru, maka ketrampilan negosiasi, kerja tim,dan manajemen lintas batas merupakan hal penting dalammanajemen karir protean. Dengan memiliki ketrampilan inimaka karyawan yang berpindah atau dipindahkan kerjanyadapat langsung bekerja.Menekankan pada kerja yang memberikan arti secarapsikologis. pada era karir protean penghargaan lebih padaintrinsik atau kepuasan psikologis, maka perusahaan harusmemberikan pekerjaan yang memberikan nilai psikologisdimana ada keseimbangan antara faktor kerja dan faktorbukan kerja. Sebagi contoh adalah antara karir dan keluarga,keduanya harus seimbang (Sullivan & Emerson, 2000)Membiarkan karyawan memanejemeni karirnya sendiri.Karyawan sebagai free agent, dimana karyawan bertanggungjawab untuk me-manage pekerjaan mereka sendiri hinggamasa yang akan datang. Untuk itu perusahaan wajibmemberikan fasilitas dan dukungan pada perkembangankaryawan (Waterman et. al, 1994).

Page 129: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir78 Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 78

Melakukan job sculpting. Sebelum memfasiltasipengembangan karir karyawan, perusahaan atau secarakhusus departemen sumber daya manusia sebaiknya

Page 130: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir79 Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 79

melakukan job sculpting yaitu mencocokan atau memadukanorang dengan pekerjaan berdasarkan pengekspresian DeeplyEmbedded Life Interest (Butler & Waldroop, 1999) karyawan,tujuan job sculting ini adalah mempertahankan orang-orangyang berbakat dalam perusahaan.Memberikan kesempatan karir yang berbeda. Karyawansebagai free agent sehingga bila mereka merasa tidakterpuaskan pada suatu pekerjaan di suatu perusahaan,mereka akan dengan mudah meninggalkan pekerjaan tersebutdan pindah ke pekerjaan yang lain. Karenanya, perusahaansebaiknya merencanakan karir ke depan karyawannyasehingga karyawan tidak tergiur oleh pekerjaan yangditawarkan di luar perusahaan.Gender vs kesempatan karir. Banyak pendapat, dan sampaisaat ini masih diyakini, bahwa ada perbedaaan loyalitas danproduktivitas antara karyawan wanita dan laki-laki (Mitchell,2001). Namun ini terbantah dengan penelitian yang dilakukanoleh Stroh dan Reilly (1997) yang menyatakan bahwa gendertidak dapat sebagai prediktor loyalitas dan produktivitaskaryawan. Maka perusahaan harus memberi kesempatankarir yang sama pada karyawan wanita dan laki¬laki.Komunikasi. Dalam era yang terus berubah saatini, memelihara hubungan yang kuat antara karyawandengan perusahaan adalah hal yang penting. Dan untukmempertahankan loyalitas karyawan-karyawan yangberbakat maka perusahaan sebaiknya melakukan komunikasidan pertukaran informasi yang teratur dan terbuka.3. PNS, Dimana Posisimu..?Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya karirtradisional identik dengan pergerakan keatas dalamsebuah posisi-posisi tertentu (Wilensky, 1960). Konsepkarir tradisional ini ternyata oleh Smith (1993) disamakan

Page 131: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir80 Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 80

dengan konsep karir pelayan public (PNS). Dan selanjutnyaHall (1996) menggambarkan bahwa karakteristik dari karir

Page 132: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir81 Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 81

tradisional dilihat dari kesuksesan dalam mendaki karir,menduduki punak-puncak pemerintahan dan pemberiankompensasi keuangan.Pergerakan dalam karir tradisional berdasarkan atasbeberapa hal kemampuan dalam melakukan sesuatu (ability),kerja keras dan kesetiaan. Kerja keras dan loyalitas akandihargai dengan meningkatnya kadar senioritas (Reitman danSchneer, 2003). Dalam pola tradisional kesuksesan berfokuskepada ukuran kesuksesan ekstrinsik seperti kompensasi danjabatan-jabatan manajerial. Hal lain seperti asuransi kerja,bonus, lokasi yang disukai dan bentuk kompensasi lainya jugadiperhitungkan namun tidak termasuk kedalam penilaiankesuksesan.Meskipun begitu menurut analisis yang dilakukan olehFajar Iswahyudi (2009) karir PNS tidak sepenuhnya berbentukkarir tradisional, dengan melihat empat variable dalam kariryang pernah diberlakukan berdasarkan undang-undangkepegawaian yang berlaku terlihat adanya pola perubahandari tradisonal kepada karir protean meskipun hanya dalamsatu aspek variable yaitu ukuran kesuksesan.Iswahyudi membandingkan kondisi karir yang dialamioleh PNS berdasarkan Undang-Undang tentang kepegawaianyang berlaku yaitu karir pada masa UU No. 8 Tahun 1974Tentang Pokok-Pokok Kepegawaian dan yang kedua pada masaUU No. 43 Tahun 1999 Tentang Pokok-Pokok Kepegawaian.Dengan harapan dapat memetakan dengan mudah bagaimanakondisi karir pada masa diberlakukannya UU yang dimaksudkemudian dilihat dari dua sisi karakter karir yaitu karirtradisional dan karir protean.a. Karir PNS Pada Masa UU No. 8 Tahun 1974 (KarirTradisional)

Page 133: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir82 Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 82

UU No. 8 Tahun 1974 Tentang Pokok-Pokok Kepegawaianmerupakan tonggak awal di berlakukannya PembinaanPNS untuk mencapai karakteristik PNS yang diharapkan.

Page 134: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir83 Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 83

Pelaksanaan Manajemen PNS pada masa pemberlakuan UUno. 8 Tahun 1974 ini secara umum bersifat sentralistik (Thoha,2007). Pemberlakuan sistem sentralistik ini diterapkan padahampir semua proses manajemen PNS, yaitu mulai dari prosesrekrutmen sampai dengan pension (Thoha, 2007).Karakteristik Karir Pada Masa di Berlakukannya UU No.8Tahun 1974No Variabel Karir pada masa Orde

BaruK a r i rTradisional

K a r i rP r o t e a n(saat ini)1 P e r g e r a k a nKarir Linear Keatas pergerakanmerupakan sebuahukuran utama sepertisistem pangkat danjabatan Pasal 17 ayat (1)

2 Dasar-Dasarp e n i l a i a nKinerja Loyalitas dan Kerja KerasBukti: Adanya sistemkenaikan pangkat regulardan pilihan Pasal 18 ayat(2)√

3 PengendalianKarir Organisasi √4 R e w a r d s /U k u r a nKesuksesan Material: Gaji (PP No. 7Tahun 1977 Jo. PP No. 15Tahun 1985) Imaterial:jaminan hari tua, bantuanperawatan kesehatan,ceramah keagamaan, dll(Thoha, 2007)

(Diadaptasi dari :Iswahyudi, 2009)Secara umum bentuk karir pada masa di berlakukannyaUU No. 8 Tahun 1974 masih berwujud bentuk karir tradisional.Jika dikaitkan dengan perkembangan karir, pada masa inikarir masih dalam masa-masa transisi dari karir tradisionalmenuju karir Protean. Pemerintah dapat dinilai belum sigapdalam menghadapi pergeseran ini terbukti dengan peraturan

Page 135: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir84 Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 84

mengenai pokok-pokok kepegawaian yang masih terus digunakan sampai dengan era reformasi. Implikasinya terdapatberbagai macam masalah yang menyangkut karir PNS. Sepertikurang dimaksimalkannya peranan PNS melalui asas “the rightman on the right time and the right time” sebagai akibat daribanyaknya intervensi-intervensi politis yang ikut bermain.b. Pola Karir Dalam UU Nomor 43 Tahun 1999 (MasihTradisional)Dalam manajemen PNS menurut UU No. 43 Tahun 1999tidak lagi menggunakan sistem sentralisasi seperti dalampelaksanaan Manajemen pada era UU No. 8 Tahun 1974. namunbersamaan dengan pelaksanaan otonomi daerah, pelaksanaanManajemen PNS didaerah menjadi wewenang daerah masing-masing (Thoha, 2007). Berikut beberapa analisis yang dapatmenjelaskan posisi karir pada masa diberlakukannya UUNomor 43 Tahun 1999.

Karakteristik Karir Pada Masa di Berlakukannya UU No.43Tahun 1999

No Variabel Karir pada masa OrdeBaru

K a r i rTradisional

K a r i r(saat ini)1 P e r g e r a k a nKarir Linear Keatas pergerakanmerupakan sebuahukuran utama sepertisistem pangkat danjabatan Pasal 17 ayat (1)

2 Dasar-Dasarp e n i l a i a nKinerja Loyalitas dan Kerja Keras √3 PengendalianKarir OrganisasiBukti; Baperjakat danPejabat yang berwenang √

Page 136: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir85 Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 85

4 R e w a r d s /U k u r a nKesuksesan Material: GajiImaterial: jaminan haritua, bantuan perawatankesehatan, ceramahkeagamaan, pendidikandan pengembangan (PPNo. 101 tahun 2002) dll.

(Diadaptasi dari: Iswahyudi, 2009)

Menurut Iswahyudi terlihat dari dua periodediberlakukannya Undang-Undang Kepegawaian sebenarnyabelum banyak terjadi perubahan. Walhasil secara keseluruhanpola karir PNS masih berada dalam pola tradisional, hanyasatu aspek yang dinilai Iswahyudi sesuai dengan karakteristikkarir protean yaitu ukuran kesuksesan. Menilik kondisi karirPNS yang saat ini masih berbentuk karir tradisional hal iniakan memberikan imbas terhadap timbulnya berbagai macammasalah kepegawaian. Lingkungan yang telah berubahdari orde lama, orde baru hingga saat ini orde reformasimenghendaki perubahan karir PNS secara mendasar. KarirPNS hendaknya disesuaikan dengan perubahan lingkunganinternal dan eksternal untuk mengurangi permasalahankepegawaian dan demi mewujudkan pengelolaan PNS yangefektif dan efisienc. Pola Penghasilan antara Karir Tradisional dan KarirProteanMasalah yang akhir-akhir ini sering menjadi perdebatanadalah masalah korelasi karir, jabatan dan penghasilandibanding dengan laju usia. Dalam karir tradisional jabatandan penghasilan memiliki pengaruh signifikan, dimanaukuran penghasilan dipengaruhi oleh pangkat/golongan danjabatan. Tingkat penggajian telah ditentukan sedemikianrupa secara terbatas, hal ini terasa dalam pola penghasilan

Page 137: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir86 Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 86

PNS atau Militer. Dengan masuknya berbagai model usahadan pekerjaan menawarkan berbagai pola penghasilan yang

Page 138: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir87 Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 87

sangat jauh berbeda dengan pola penghasilan dalam karirtradisional, maka pola pendapatanpun mulai berubah. Salahsatu model pola penghasilan ini adalah misalnya model pasiv-income sebagai penghasilan tak terbatas yang ditawarkanoleh berbagai model usaha seperti waralaba, multilevel,francaising, dan lain-lain.Masuknya berbagai model usaha tersebut sedikit banyakmempengaruhi pola pemikiran dalam memilih karir terutamakaitannya dengan penghasilan disbanding laju usia. Dalamgrafik sederhana dapat digambarkan laju keatas adalahpenghasilan (p), laju ke samping adalah usia (u). Dari gambarini terdapat beberapa pola model penghasilan yang dikenaldewasa ini yaitu:

Page 139: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir88 Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 88

Banyak pemikiran yang mempengaruhi berubahnya mindset dalam pola penghasilan yang akhirnya mempengaruhidinamika karir, salah satunya adalah pemikiran RobertKiyosaki melalui bebagai buku yang masuk ke Indonesia. Iaadalah contoh generasi era karir protean yang keluar darikarir sebagai resmi pemerintah (marinir) menjadi pengusaha.Robert Kiyosaki memberikan paradigma baru bagi duniaintelektual, bisnis dan Sumber Daya Manusia di Indonesia.Ia memberikan pemahaman yang bagi banyak kalangancukup menyentak, yaitu bahwa mencari uang bisa dilakukandengan sejumlah cara selain menjadi pegawai apakah pegawaipemerintah maupun pegawai swasta. Teori Empat kuadrannyamemberikan gambaran jelas bagaimana uang bisa diperoleh.Kiyosaki juga memberikan inspirasi pada munculnya profesibaru di Indonesia: motivator.

Dalam Teori empat Kuadran ini ada empat kelompokmanusia yaitu:1. E: Employee atau Karyawan - yaitu orang yang bekerjauntuk orang lain.

Page 140: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir89 Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 89

2. S: Self-employed atau Pemilik Bisnis Kecil-yaituseseorang yang memiliki pekerjaan sendiri dan menjadibos bagi diri sendiri.

Page 141: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir90 Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 90

3. B: Boss atau Pemilik Bisnis Besar - yaitu seseorang yangmemiliki sebuah «sistem» untuk membuat uang (mesinputar uang) bukan pekerjaan untuk menghasilkan uang.4. I:Investor - Menginvestasikan atau menanamkan uangpada suatu bidang yang menghasilkan pemasukan lebihbesar.B. Implikasi Dinamika Perubahan Karir terhadap LayananKonselingUntuk apat memberikan layanan efektif terhadap konseli,maka konselor harus menyesuaikan praktik konseling denganpertimbangan sebagai berikut:1. Konselor harus dapat mengadaptasi praktik konselingmereka sebagai refleksi dari perubahan globalisasi.2. Konselor harus dapat membantu konseli untuk menjadilebih peduli tentang globalisasi dan memberikaninformasi bagaimana globalisasi mempengaruhipekerjaan mereka.3. Konselor dan psikolog dapat merekomendasikanatau mengembangkan berbagai pelatihandengan menyiapkan berbagai materi yang dapatmenginformasikan kepada konseli tentang tuntutandari globalisasi.4. Salah satu tipe intervensi yang dapat diberikan olehkonseor adalah membantu konseli untuk bersikaptoleran terhadap kebingungan dan ketidakpastian yangdiakibatkan oleh globalisasi.5. Konselor juga harus bersedia bekerja dengan populasikonseli yang berbeda dan berusaha untuk lebihmemiliki kepekaan cultural dan mampu memberikanlayanan yang memuaskan.

Page 142: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir91 Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 91

6. Konselor harus dapat membantu konselimengembangkan bakat dan kemampuan yangmultidimensional yang bukan hanya membantu merekamemiliki keterampilan tetapi juga membentuk merekadari sisi kepribadian.7. Konselor dan psikolog dapat membantu konselimenjadi lebih berani mengembangkan dan menentukanperilaku berorientasi tujuan sehingga dapat membantumereka lebih menguasai domain (ranah) yang relevan.8. Konselor harus dapat membantu konseli menjelaskanapa yang mereka inginkan dan mengembangkanrencana secara detil dan bagaimana cara meraihnyadan menjadi bagian integral dari dunia global.9. Konselor juga harus membantu konseli meningkatkankeberanian untuk mengembangkan keterampilanpraktis yang sesuai dengan pekerjaan, termasukmengembangkan keterampilan interpersonalyang dapat membantu mereka siap menghadapiketidakstabilan pasar kerja dan menuntut merekamampu berkolaborasi dalam kerja dengan yang lainnya.10. Ada empat instrument penting yang dapat dipergunakanuntuk membantu konseli dalam pemilihan kerja dankarir yaitu:a. Penilaian (assessment), merupakan alat pentingdalam konseling karir dan perkembangannya dandapat membantu konselor memfasilitasi proseseksplorasi konseli. Dalam perspektif psikologi kerjapenilaian merupakan hal yang potensial untukmenyediakan informasi tentang sumber masalahkonseli dan berbagai hambatannya.

Page 143: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir92 Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 92

b. Tes, merupakan alat yang dapat membantu untukmemperoleh isu tentang kesehatan lingkungan

Page 144: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir93 Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 93

seseorang.c. c.Transferable Skills Inventori (TSI) adalah alatpenting yang dapat digunakan untuk konseli yangmemiliki sejarah kerja lebih dahulu dan telahmemiliki banyak pengalaman hidup. TSI digunakanuntuk menilai kekuatan diri dalam bekerja danmerupakan cara untuk mengeksplorasi perbedaanarea seperti keberminatan.d. Alat tradisional seperti Strong Interest Inventory (SII)dapat digunakan dalam konteks globalisasi untukmembantu konseli mengembangkan pengetahuandan keberminatan yang dapat melahirkan konsepdiri yang lebih fleksibel dan dapat membantu merekaberadaptasi dengan perubahan dunia kerja.11. Konselor dapat membantu konseli menjadi lebihkritis, menumbuhkan keberanian mereka untukmengaca terhadap dunia sosial politik dan menjadilebih aktif berpartisipasi debagai warga masyarakat.Keberanian konseli untuk menguji struktur sosialyang lebih luas, bagaimana mereka berdampak padakehidupan invidiual, bagaimana mereka mendukungketidaksamaan sosial, akan menjadikan mereka lebihmemiliki pemahaman yang lengkap tentang tempatmereka di dunia, dan bagaimana dampak pengaruhsosial terhadap kehidupan mereka.C. Kesimpulan1. Model Karir Protean telah mulai berkembang diIndonesia terutama pada organiasasi perusahaanswasta2. Faktor penyebab perubahan dunia karir:

a. Internal Individu

Page 145: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir94 Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 94

b. Eksternal Individu1. Situasi Globalisasi2. Organisasi/perusahaan3. Karir PNS tradisional, hanya aspek reward miripprotean4. Adanya gejala perpindahan karir PNS ke arah Proteankarir diduga karena faktor Pola Penghasilan5. Implikasi bagi layanan konseling konselor harus banyakmenyerap berbagai perubahan yg terjadi dlm duniakarir

Page 146: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan
Page 147: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

80 Bimbingan Karir

Page 148: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

S

BAB VI DIMENSIPSIKOLOGIS

KESUKSESAN KARIR

A.Pendahuluanemua orang tentu memiliki mimpi untuk meraihkesuksesan dalam hidup. Para manajer ingin sukses dalamkarier mereka; kaum wirausaha mulai dari pengusaha besar,menengah hingga pedagang kaki lima pasti ingin suksesdalam bisnis mereka. Bahkan para ibu rumah tangga dan anaksekolah pun tak ketinggalan. Semua ingin sukses.Namun kesuksesan bukanlah sekedar mimpi indah yangtiba-tiba menjadi kenyataan dalam semalam. Orang yangsukses bukanlah seorang pemimpi tanpa tindakan dan usaha.Kesuksesan merupakan sebuah perjalanan panjang penuhtantangan yang harus ditaklukkan. Kesuksesan menawarkanberbagai pilihan menarik untuk diraih.Kesuksesan memang bukan sekedar keberuntunganyang serba kebetulan, tapi lahir dari sebuah perencanaanmatang dan tindakan yang konsisten, sehingga ia dapatdipertahankan, diulangi dan ditingkatkan. Jika tidak demikian,maka kesuksesan takkan bertahan lama dan dapat lenyapbegitu saja.Kesuksesan tidak memiliki ukuran yang sama bagisetiap orang, karena bakat, potensi dan kapasitas setiaporang berbeda. Seringkali kita terpancing untuk meniru dan81

Page 149: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir82 Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 82

berusaha mengejar kesuksesan menurut ukuran orang lainyang nampak hebat, sehingga kita cenderung memaksa diridan mengingkari keberadaan pribadi kita.Sesungguhnya tak seorang pun diantara kita yang tidakmemiliki kelebihan. Kita semua memiliki keunikan dankelebihan secara pribadi. Walaupun kekurangan kita nampakmenonjol, tetapi memahami kesuksesan berarti memilikikemampuan untuk mengembangkan apa yang menjadikekuatan kita.Setiap orang begitu mendambakan kesuksesan karirsebab setiap orang mendambakan kebahagiaan, kepuasandan kenyamanan dalam hidup. Kebahagiaan dan kepuasanseringkali berbanding lurus dengan kesuksesan karir.Apa sejatinya makna sukses dalam karir?, Apa ciri-ciri orang yang sukses dalam karir? bagaimana kiat meraihkesuksesan karir?, bagaimana agar kesuksesan tidak akanpernah berhenti?, serta bagaimana implikasinya bagibimbingan dan konseling karir?, merupakan serangkaianpertanyaan yang akan penulis bahas dalam tulisan ini.B. Makna Sukses dalam KarirMakna sukses menurut bangsa Cina ada tiga hal yaitu,Shio atau umur panjang, sesuatu hal yang masih selaludiidamkan untuk dicapai oleh bangsa cina. Kedua, Hok (hartabanyak) bahkan pada saat prosesi penguburan abu jenazah,maka untuk mengukur kesuksesan dilihat berapa banyakharta yang dimasukkan keliang lahat, dan dikubur bersamaabu jenazah. Ketiga, Lok (kekuasaan), semakin orang berkuasamaka semakin tinggi derajatnya dimata masyarakat, sehinggabangsa Cina juga memakainya sebagai ukuran kesuksesanseseorang (http://forumkuliah.wordpress.com)Makna sukses menurut bangsa Amerika ada 3 P. Pertama,power (kekuatan), jika kita menelaah hal inilah yang sangatdijunjung tinggi oleh bangsa Amerika, karena jika kita lihat

Page 150: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir83 Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 83

saat ini jika ditanyakan negara paling memiliki kekuatan, disegala bidang (super power), maka anak SD-pun menjawabAmerika. Kedua position (posisi), hal ini lebih pada jabatanpolitik atau posisi-posisi penting dalam perusahaan. Jikakita pernah melihat reality show yang dikelola oleh DonaldTrump yang berjudul ”the aprentice”, maka kondisi salingmenjatuhkan sudah biasa terjadi dalam dunia bisnis ataupolitik di Amerika, dan dasar tujuan utama hanya satu yaitukesuksesan. Ketiga, Property (kemampuan Finansial), sebagainegara liberal maka persepsi dalam konteks menumpukharta individu merupakan hal yang dilindungi. Oleh karenaitu, sukses di Amerika juga dimaknai ketika mereka mampumasuk di majalah Forbes, dinobatkan sebagai salah satu orangterkaya di dunia (http://rantirusli.multiply.com)Makna sukses menurut bangsa Indonesia ada 3 Ta : Hartayang berlimpah ruah, yang ditunjukkan dengan kepemilikantanah yang luas, rumah besar, mobil mewah dan lainsebagainya. Kedua, tahta, penelitian menunjukkan bahwa diIndonesia potensi kedasyatan konflik yang ditimbulkan olehpemilihan seorang kepala desa/kepala dusun (pemilihanlangsung), melebihi pemilihan kepala negara di Amerika. Tidakhanya politik uang, suap-menyuap, namun juga pertarungansecara mistis (santet) juga seringkali sebagai hal yang biasa.Ketiga, Wanita. Raja Jaman dahulu hanya mempunyai satuistri, namun memiliki banyak selir. (http://forumkuliah.wordpress.com)Adapun makna sukses dalam pekerjaan/karir adalahjika seseorang mengalami gagal kerja, rugi bahkan bangkrut,apabila ia dapat menerima kenyataan pahit tersebut danmenjadikan kegagalan itu sebagai motivator agar ia bisabangkit dan berusaha kembali, maka orang seperti itulah yangdisebut sebagai orang yang sukses dalam karir (Mursidin,2009: 197).

Page 151: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir84 Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 84

C. Ciri-ciri orang Sukses dalam KarirBerikut ciri-ciri orang yang sukses dan gagal. Ini dapatdijadikan salah satu alat untuk instropeksi diri.No. Orang-orang Sukses Orang-orang Gagal1. Menciptakan kesempatan Semata-mata menunggukesempatan datang2. Berdisiplin diri Menurut kehendak hati3. Selalu berprestasi Bertopang dagu4. Mengendalikan lingkungannya Dibatasi oleh lingkungan5. Berkata “Apa yang dapat sayaberikan kepada mereka” Berkata “Apa yang dapat merekaberikan kepada saya”6. Berpikir dulu baru bertindak Bertindak dulu baru berpikir7. Selalu percaya diri dan tidakpernah iri pada orang lain Merasa rendah diri dan selalu iridengan orang lain8. Tidak malu memintapertolongan Malu meminta pertolongan

9. Berkata “Saya bisa” Berkata “Saya tidak bisa”10. Menanggapi setiap tantangansebagai loncatan kemajuan Menanggapinya sebagairintangan11. Tekun berusaha walaupungagal Selalu mengingat kegagalan12. Berpandangan luas Berpandangan sempit13. Tahu diri dan tidak selalu samadengan orang lain Selalu membandingkan diridengan orang lain14. Menghadapi masalah sebagaitantangan Menghadapi masalah sebagaibeban15. Tahu menempatkan diri Salah menempatkan dirinya16. Bersikap positif Bersikap negative17. Kaya kreativitas Miskin kreativitas18. Terus bekerja sebelum oranglain berhenti Berhenti sebelum orang lain19. Giat berpikir Malas berpikir20. Dapat menghadapi hal yangtidak diharapkan Tidak mampu menghadapi halyang tidak diharapkan

Page 152: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir85 Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 85

21. Cermat dalam bekerja Ceroboh22. Penuh percaya diri Mudah percaya pada nasib23. Menempatkan SDM sebagainilai yang tinggi Menempatkan SDM sebagai nilaiyang rendah24. Tidak pernah mengeluh Menganggap orang lain sebagaipenyebab25. Berpikir jernih Berpikir ragu-ragu26. Hidup mandiri Bergantung pada orang lain27. Melihat cahaya dalamkegelapan Hanya melihat kegelapan28. Selalu bertahan Berhenti terlalu awal29. Berpendirian teguh Mudah goyah30. Memecahkan masalah Terbawa masalah31. Percaya, dia dapat mengubahdan memperbaiki sesuatu Berpikir sebaliknya

D. Kiat Meraih Kesuksesan KarirSetiap orang, pasti memiliki impian untuk sukses dalampekerjaannya. Namun dalam kenyataannya, impian untuksukses tersebut tidak diimbangi dengan langkah-langkahtepat dan berani menghadapi tantangan. Memang, untukmeraih kesuksesan membutuhkan perjuangan dan prosesyang panjang, tetapi bukan berarti kesuksesan itu ditentukanoleh lamanya seseorang bekerja di suatu tempat. Berikut inibeberapa hal yang perlu diperhatikan untuk mencapai sukses(Manktelow, 2009: 53):1. Mengetahui apa makna sukses. Definisikan maknasukses tersebut dalam kata-kata sendiri dan tuliskanagar tidak lupa. Boleh saja mengubah definisi ini di masamendatang seiring dengan meningkatnya keberhasilanyang telah dicapai.

Page 153: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir86 Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 86

2. Setelah mengetahui definisi sukses, apa yang diperlukanuntuk mewujudkannya dalam hidup kita? Buatlahdaftar langkah-langkah yang dibutuhkan.

Page 154: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir87 Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 87

3. Senangilah pekerjaan sekarang meskipun ini bukankarir impian kita. Terimalah posisi kita. Dengan begitu,kita akan menikmatinya. Selain itu, mengeluh soalpekerjaan tidak akan membuat kita maju.4. Uang seharusnya tidak menjadi fokus utama dalamperkembangan karier. Pertama dan yang terpentingadalah pekerjaan kita harus membawa kebahagiaan.5. Kita tidak perlu bertahan dalam pekerjaan yang tidakkita sukai. Tetapi, pastikan dulu kondisi keuangansebelum meninggalkan posisi saat ini.6. Tetaplah bersikap tegas dalam mencapai karir yangdiinginkan. Jangan cepat menyerah, mungkin saja kitatidak akan pernah tahu apa yang telah menghambatjalan kita.E. Kiat Menjaga Kesuksesan KarirAda sebagian orang setelah mencapai sukses menjaditerlena. Akibat keterlenaannya itu, berakhir denganpenyesalan karena mereka tidak berusaha untuk menjagakesuksesan itu apalagi memikirkan bagaimana agar bidanglainnya pun sukses. Berikut ini beberapa kiat agar kesuksesankarir tidak akan pernah berhenti (Zainudin, 2010: 3):1. Menganalisis diri sendiriSaat kita meraih kesuksesan, cobalah bertanya apasaja yang sudah kita kerjakan? Apa saja kelebihan kita?Kekurangan kita? Dan pertanyaan lainnya.2. Tingkatkan kemampuanKemampuan dan keahlian di bidangnya akanmenentukan karir seseorang. Apapun posisi kita danbagaimana pun keadaan tempat bekerja, upayakanuntuk meningkatkan kemampuan dan keahlian yangkita miliki. Untuk meningkatkan kemampuan dan

Page 155: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir88 Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 88

keahlian, berikut beberapa cara yang dapat dilakukan:(a). Belajar dari kesalahan dan pengalaman masalalu, (b). Mengikuti suatu pelatihan kerja, (c). Banyakmembaca pengetahuan baik yang berhubungan denganpekerjaan atau pengetahuan lainnya, (d). Belajar darikeberhasilan orang lain yang berada di sekitar kita.3. Ciptakan PrestasiBerusaha untuk menciptakan suatu prestasi di bidangyang lain. Rekan, atasan, dan bawahan akan termotivasiuntuk maju pula jika kita berhasil berprestasi di bidangyang lain. Walau mungkin itu adalah suatu prestasiyang tidak besar. Dengan prestasi yang lain itu makakita akan lebih berpeluang untuk promosi ke jenjangyang lebih tinggi. Agar dapat berprestasi adalah dengancara giat mempelajari sesuatu yang baru.4. Tetap aktif, jangan hanya menungguContoh berbagai bentuk keaktifan sebagai berikut:(a). berusaha untuk selalu memperbaiki kerjaan kitadengan membandingkan dengan kerjaan orang lain,maka kita akan menemukan kekurangan, (b). Jika ditempat kerja kita ada proyek baru, maka kita jangansungkan untuk menyatakan kesanggupan, jangan hanyamenunggu untuk diperintahkan.F. Dimensi Psikologis Kesuksesan KarirPribadi yang sukses dapat dipastikan bahwa dia memilikikeyakinan sukses dan orang yang gagal pun dapat dipastikankarena dia memiliki keyakinan gagal. Berikut ini dimensi-dimensi psikologis kesuksesan karir menurut Mursidin (2009:108-110):1. Paradigma hidupKeyakinan bahwa berfikir sukses separoh dari

Page 156: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir89 Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 89

kesuksesan itu sendiri. Paradigma, dalam kontekskehidupan, merupakan kerangka dasar yangdipergunakan dalam melihat, mempersepsi, berfikir,memahami, menilai, mensikapi dan bereaksi terhadapfenomena atau realitas yang dihadapi.2. Kepemilikan mentalitasPribadi yang baik adalah orang yang sanggupmenggunakan mentalitasnya secara positip. Kerentanandan kerapuhan mental acapkali menjadi factordominan yang menghantarkan kegagalan hidup. Mentaladalah sebuah energy yang dibawa oleh arus listrik,terbungkus kabel api tapi tak terlihat wujudnya namunenerginya begitu kuat. Mental dalam diri manusialaksana kekuatan atau energi yang dialirkan arus listrikdalam tubuh yang membangkitkan kehebatan ucapan,kebrilianan pikiran, kegagahan tindakan dan ketulusanhati sehingga kehidupan manusia bisa terbangkitkanbagai tungku listrik pembangkit jiwa yang begitu besardasyatnya.3. Kekayaan motivasiBom “nuklir” yang berkekuatan dasyat dapat terjadipada diri seseorang yang memiliki motivasi tinggiuntuk meraih sukses. Lipat gandakan motivasi, sebabdia merupakan deposito yang tidak akan pernahhabis, sekalipun dipakai untuk meraih impian hidupyang begitu besar. Jangan mimpikan hal yang kecilyang sekiranya dapat dilakukan dengan mudah, tetapimimpikanlah hal yang besar sekalipun kemungkinannyahanya mungkin dicapai dengan ukuran kemungkina,bukan kepastian. Namun kepastian motivasinya menjadipenentu kepastian pencapaian sebuah cita yang pasti.

Page 157: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir90 Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 90

4. Apresiasi waktuWaktu merupakan barang mahal karena tak bisadiperbaharui. Setiap waktu adalah peluang dan setiappeluang adalah uang. Tak ada uang selain berada dalamwaktu dan tak ada waktu yang tanpa berisi uang. Waktuuang adalah waktu yang tak terbuang, waktu yangmenyatukan ucpan dengan tindakan.5. Sikap terhadap pekerjaanBekerja adalah harga diri termahal yang kadang dihinaoleh diri sendiri. Hargailah pekerjaan, sekecil apapun.Begitu banyak orang yang mencari pekerjaan tanpadibarengi dengan kepatutan menghargai pekerjaannya.Orang menginginkan jabatan, tetapi tidak memimpikanuntuk bekerja keras atau tidak memimpikan datingawal waktu sehingga mencapai kepatutan untuk naikjabatan. Tak mungkin ada orang yang naik jabatan tanpakelayakan yang penuh dalam jabatan sebelumnya.Prestasi hanya mungkin diberikan pada orang yangpatut naik kelas. Jangan menuntut naik jabatan sebelumanda berprestasi dalam jabatan yang ada sekarangsehingga memenuhi kelayakan untuk promosi jabatan.6. Pilihan bergaulPilihan bergaul merupakan modal terpenting dalammeraih sukses masa depan dan kesalahan bergaul hargatermahal yang harus dibayar dengan uang dan waktu.7. Keputusan yang tepatPutusan yang tepat dan cepat, alat canggih untukmemperpendek jarak sukses. Lambat mengambilputusan, berarti membiarkan sukses semakin menjauh.

Page 158: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir91 Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 91

Jangan takut dengan keputusan, sebab resiko terbesarjustru berada pada ketidakberanian mengambil putusan

Page 159: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir92 Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 92

secara cepat. Sukses yang telah diraih para sang juara,hanyalah sebuah konsekuensi dari sebuah keputusanyang tepat untuk diputuskan, bukan ditunda-tunda.Keputusan yang cepat, tentu bukan yang gegabah, tetapikeputusan yang tepat waktu, tepat suasana, tepat cara,tepat tujuan dan tepat tempat.G. Implikasinya dalam Bimbingan dan Konseling KarirPekerjaan merupakan hal yang tidak dapat dipisahkandari kehidupan dewasa. Pemilihan pekerjaan setelahseseorang menyelesaikan sekolah sangatlah pentingkarena akan menentukan kehidupannya di masa yangakan datang. Seorang dewasa yang hendak mencari kerjabiasanya “memasarkan dirinya” dengan menunjukkan segalakemampuan dan pengalamannya, sehingga dapat melakukanpilihan yang tepat mengenai pekerjaannya.Pendidikan KarirDalam perkembangannya, anak memiliki minat yang luasdan dapat berubah-ubah. Oleh karena itu, orang tua dan gurusebaiknya tidak memaksa anak menyiapkan karir berdasarkanminat pada saat itu. Perencanaan karir untuk siswa tidak perludiputuskan sedini mungkin dan harus fleksibel.Pendidikan karir diberikan untuk menguatkan motivasisiswa dalam mencapai cita-citanya. Penekanan padapelatihan vokasional dikhawatirkan dapat mengancamtujuan pendidikan yang lebih luas, tetapi mereka yangmendukung pendidikan karir percaya bahwa pendidikanyang tidak mengandung tujuan masa depan bagi pelajarakan menjadi tidak relevan. Pendidikan karir dan bimbingankarir perlu disediakan untuk seluruh siswa, tetapi bukanberarti mereka harus diberikan pilihan yang sama, dimintamemproses informasi yang sama, atau menjalani tahap-tahappengambilan keputusan yang sama. Harus ada program dansumber tersendiri (individualized).

Page 160: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir93 Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 93

Pembimbing karir harus memahami tingkat kemampuanyang dibutuhkan oleh orang yang bekerja di berbagai bidang,karena banyak pekerja yang bekerja di bawah tingkatkemampuan dan potensi mereka. Pembimbingan karirbukan hanya mengetahui pekerjaan, tetapi juga memahamikepribadian, mengetahui sistem nilai yang ada, dan mampumembantu anak menghubungkan citra dirinya denganpengetahuan tentang pekerjaan. Pembimbing karir juga harusmenguasai informasi tentang pekerjaan dan secara konstanharus mempelajari kebutuhan tenaga kerja dan perubahanyang terjadi dalam pekerjaan.Di sekolah tertentu, bimbingan karir sering diabaikanoleh pihak sekolah. Seharusnya ada usaha agar para siswamelakukan kontak dengan orang-orang yang sudah memilihberbagai macam karir. Kesempatan untuk melihat antusiasmedan kesenangan orang-orang di berbagai macam karirsangatlah penting. Orang tua umumnya merupakan sumberinformasi yang sempurna. Aspek lain dalam bimbingankarir adalah mempelajari kapan harus mengikuti arus dankapan harus mempertanyakan sesuatu untuk mempengaruhiterjadinya perubahan. Pembelajaran tersebut sangatlahpenting untuk kemandirian dan penyesuaian diri nantinya.Sekolah menengah merupakan tempat dimana konselingkarir umumnya terjadi. Konseling karir biasanya dilakukanoleh konselor dalam situasi formal, yaitu administrasi daninterpretasi tes, menyiapkan tes masuk perguruan tinggi, dansebagainya. Konselor merupakan orang yang paling tidak biaskarena pelatihan dan tanggung jawabnya terhadap sekolahdan siswa dapat membantunya menjadi objektif dan realistis.Meskipun begitu, guru kelas juga memegang peranan pentingdalam mengarahkan perilaku dan memberikan informasitertentu, karena guru kelas sangat memahami kesempatanyang ada dan menyadari tekanan dari rumah, perusahaan, danuniversitas.

Page 161: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir94 Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 94

Pilihan karir merupakan keputusan besar dalamkehidupan seseorang. Usaha yang bertujuan harus dilakukanuntuk menolong siswa dalam membuat pilihan. Pendekatanyang baik dalam pembuatan keputusan adalah kecocokanantara minat dan bakat. Meskipun begitu, anak mungkiningin menggabungkan kelebihan-kelebihan yang ada dalampemilihan karir. Hal yang harus diingat adalah bakat dapattampil dalam sebuah pencarian pekerjaan.Untuk mengatasi hambatan-hambatan dalam pemilihankarir bagi siswa, perlu dilakukan konseling karir sejak dini.Adapun kerangka konseling karir tersebut mempunyai tujuanuntuk mencapai pilihan karir yang kuat dan tahapannyaadalah sebagai berikut:1. Kesadaran tentang diriPemilihan pekerjaan bukan sekedar memilih salahsatu minat. Remaja perlu memiliki kesadaran akan diri,mengenali ciri-ciri kepribadian yang menonjol, potensiintelektual, kelemahan dan kekuatan kognitif, bidang-bidangketerampilan, nilai-nilai hidup, dan mengerti apa perbedaan-perbedaan antara dirinya dengan orang lain, serta dapatmenerima perbedaan-perbedaan tersebut. Oleh karena itu,orang tua dan guru harus membantu mereka mengeksplorasiaspek-aspek dalam dirinya sehingga hal-hal tersebut dapatmenjadi informasi yang menunjang dalam pemilihanpekerjaannya.2. Informasi tentang pekerjaanAnak diperkenalkan pada berbagai jenis pekerjaansehingga mereka dapat menggali mana yang menjadi minatnya.Anak diminta mereka-reka apa saja yang harus dilakukanorang dalam suatu pekerjaan tertentu dan keterampilan apayang dituntutnya, sehingga ia mampu menentukan mana yangpaling cocok bagi dirinya untuk memastikan pilihan.

Page 162: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir95 Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 95

3. Strategi karir dan alternatif-alternatifnyaa. Doronglah anak untuk bertanya-tanya tentangpengalaman pekerjaan orang lain, teman, atau famili.b. Disarankan untuk berkunjung ke tempat-tempatkerja, seperti kantor dan pabrik.c. Membaca biografi dan menelusuri jejak karir oranglain dan pengalaman orang lain.d. Tanamkan pandangan yang luas tentang macam-macam pekerjaan dan belajar menghargainya secaraadil, serta jangan menganggap rendah pekerjaantertentu karena hal ini akan membuat picikpandangan.Hal-hal tersebut di atas perlu dilakukan untukmemperluas informasi tentang pekerjaan secara lebih jelasdan akurat, sehingga dapat mengambil keputusan yang tepat.4. Perkenalkan kepada model peran yang baikOrang tua merupakan model peran yang pertama danutama bagi anaknya sehingga sebaiknya orang tua melakukandiskusi dengan anak tentang pekerjaan, kesuksesan,kegagalan, aspirasi, rekan kerja, klien, dan sebagainya. Denganbegitu, akan timbul penghayatan yang lebih mendalam bagianak daripada sekedar obervasi yang superfisial saja.Peranan Orang Tua1. Dorong anak untuk menentukan pilihannya sendiri dandukung pemilihan tersebut tanpa memilihkan untukanak.2. Orang tua perlu mendorong anak untuk memilihpekerjaan yang terutama mampu mendatangkankepuasan pribadi sehingga dapat bermanfaat bagi

Page 163: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir96 Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 96

masyarakat baik secara langsung maupun tidaklangsung.

Page 164: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir97 Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 97

3. Orang tua seharusnya memberikan pandanganbahwa pilihan bukan tidak mungkin berubah, bahwabanyak orang berganti pekerjaan bila tidak sesuaidan pengalaman lalu pada suatu pekerjaan tidaklahmubazir.4. Bila ada pilihan yang agak ganjil di mata orang tua,janganlah melarang, tetapi ajak ia untuk meneliti lebihdalam tentang pekerjaan tersebut. Hal yang palingpenting adalah anak belajar untuk berpikir tentanghari depannya sendiri dan merencanakannya, bukansekedar menjalani hidup dari hari ke hari.H. PenutupSetiap orang punya keinginan untuk sukses. Kesuksesantiap orang berbeda-beda karena mereka memiliki bakat,potensi dan kapasitas yang berbeda-beda. Kesuksesan bisadiraih oleh siapa saja asalkan dengan kemauan keras, usahayang sungguh-sungguh dan tidak mengenal kata menyerah.Untuk pembimbingan karir hendaknya: (1). Dimulaisejak dini, (2). Membimbing anak untuk mendalami minatnyasecara luas dan mendalam, (3). Mendukung apa yang akhirnyamenjadi pilihannya.

Page 165: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

K

BAB VII PROBLEMATIKA PSIKOLOGISDALAM KARIR DAN USAHAPENCEGAHANNYA; SEBUAH

PEMIKIRAN UNTUK MERAIHKESUKSESAN BERKARIR

ehidupan tidak selamanya berjalan mulus, kadangberubah atau tidak tetap selamanya, di suatu waktukehidupan seseorang dirundung banyak masalah, penuhkebingungan dan kekesalan. Nasib seseorang pun adakalanyanaik adakalanya turun, kadang dicaci kadang dipuji, kadangberbahagia kadang mengalami kesedihan, kadang sukakadang menderita. Tidak ada yang abadi dalam hidup ini.Kalau kita mencoba untuk menyaksikan bagaimanagambaran hidup itu sebenarnya dalam fenomena ataupengalaman perjalanan karir para peniti karir di lapangan,maka keberlangsungan karir itu bukan berarti selaluberjalan mulus, sampai dengan figure-figur peniti karirsukses sekalipun maka badai masalah itu bukan berartikosong. Boleh jadi kita terperangah ketika menyaksikankesuksesan karir orang lain, mereka yang bisa menjadipemimpin kenegaraan; jadi presiden, jadi menteri, menjadiaktivis politik, meminpin organisasi. Mungkin kita bertanyabagaimana kedudukan keluarga mereka, anak-anak mereka,istri atau suami menyangkut tugas dan tanggung jawabmereka, terlebih jika suami dan istri keduanya sama-samapelaku karir. Bagaimanakah sesungguhnya mereka mampumenjalani semua itu. Kok bisa ya.95

Page 166: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir96 Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 96

Kita terkagum ketika mampu menyaksikan orang-orang yang dapat sukses menjalani perjalanan karirnya,terlebih indicator kesuksesan itu, orang bisa sukses dalamkeluarganya; dalam mendidik anak-anak mereka, orangbisa sukses dengan terus mengembangkan karirnya hinggamampu meraih posisi-posisi strategis dalam sebuah intansiatau perusahan organisasi. Mereka juga memiliki hubunganyang harmonis dengan keluarganya; mampu mengelola waktusecara seimbang antara karir, keluarga. Bahkan merekapunditerima secara baik oleh lingkungan masyarakatnya.Namun demikian, selain fenomena kesuksesan, kitapuntidak sedikit menyaksikan orang-orang yang gagal dalammengelola perasaan-perasaan yang buruk, konflik-konflikbaik pada dirinya sendiri maupun dengan yang lain termasukkeluarga dan lingkungan masyarakatnya. Diantara indicatorkegagalan bisa disebutkan seperti: stress atau berbagaiketegangan, kejenuhan, malas dan tidak ada gairah dalambekerja (berkarir), konflik peranan dan terutama lagi bagiwanita karir, konflik atau ketegangan yang timbul karenarelasi-relasi ditempat kerja; dengan atasan, sesame ataubawahan. Apa yang sebaiknya dilakukan jika dalam perjalanankarir kita dihadapkan dengan sejumlah persoalan yang bisamenghambat dan mengancam kesuksesan karir? Inilah yangmenarik kita diskusikan.A. Persoalan-persoalan Psikologis dalam Karir

1. Ketegangan Pikiran, Emosi dan Stress dalam kerjaDampak dari kualitas kehidupan kerja yang buruksalah satu diantaranya adalah timbulnya stress di tempatkerja. Stess kerja merupakan istilah umum yang menunjukpada tekanan dan masalah yang dialami oleh setiap orangdalam kehidupan kerjanya. Konsep stress mengandung duamakna yaitu positif dan negatif. Jika orang dapat mengatur

Page 167: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir97 Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 97

atau mengelola stress dengan baik maka secara psikologisakan menumbuhkan semangat dan motivasi untuk bekerja.

Page 168: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir98 Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 98

Sebaliknya jika stress terlalu berlebihan akan menyebabkanterganggunya kesehatan baik secara fisik maupun nonfisik.Stress yang sering dikeluhkan orang biasanya merupakansuatu perasaan tegang atau tekanan yang dialami ketikatuntutan yang dihadapkan melebihi kekuatan yang ada padadiri kita. Saat ini, reaksi stress pada umumnya berhubungandengan ancaman finansial, emosional, mental, dan sosial. Olehkarena itu pimpinan suatu organisasi perlu mengelola stressagar karyawan mampu bekerja produktif sehingga kinerjaorganisasi dapat dicapai secara maksimal (Anwar PrabuMangkunegara, 2003 : 179 ).Menurut Szilagyi ( 1990 ) stress adalah pengalaman yangbersifat internal yang menciptakan adanya ketidakseimbanganpisik dan psikis dalam diri seseorang sebagai akibat dari faktorlingkungan eksternal organisasi atau orang lain. Stress kerjamerupakan perasaan yang menekan atau merasa tertekanyang dialami karyawan dalam menghadapi pekerjaan.Stress kerja ini tampak dari simpton antara lain emosi tidakstabil, perasaan tidak tenang, suka menyendiri, sulit tidur,merokok yang berlebihan, tidak bisa rileks, cemas, tegang,gugup, tekanan darah meningkat dan mengalami gangguanpencernaan. Penyebab stress kerja antara lain beban kerjayang dirasakan terlalu berat, waktu kerja yang mendesak,kualitas pengawasan kerja yang rendah, iklim kerja yang tidaksehat, autoritas kerja yang tidak memadai yang berhubungandengan tanggung jawab, konflik kerja, perbedaan nilai antarkaryawan dengan pimpinan yang frustasi dalam kerja.Stress yang terjadi berlarut–larut dapat menyebabkankaryawan mengalami burn out. Menurut Sulistyantini ( dalamLailani, dkk, 2005 ), stress dan tekanan kerja dapat mengalamipasang surut dan berubah – ubah. Dengan kata lain , hari iniindividu mengalami stress, esok harinya bisa kembali normal.Sedangkan burn out terjadi secara perlahan melalui proses

Page 169: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir99 Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 99

waktu cukup lama. Atau stress merupakan proses adaptasisementara terhadap tekanan lingkungan sehingga bersifat

Page 170: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir100

Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 100

fluktuatif dan tidak menetap, serta tidak disertai perubahansikap dan perilaku. Burnout merupakan tahap akhir dariketidakmampuan individu untuk beradaptasi dengan tekananlingkungan, dimanan proses terjadinya berjalan perlahan danwaktu yang lama, serta terjadi perubahan sikap – perilaku yangnegatif pada orang lain dan pekerjaannya. Burnout bukanlahkondisi yang bersifat temporal dan terjadi secara bertahap,perlahan dan menetap dalam jangka waktu yang lama.2. Kejenuhan di tempat kerjaBerbagai penelitian yang dilakukan dua dekade terakhirmenunjukkan hasil bahwa burnout tidak hanya berakibatnegatif pada individu seperti depresi, perasaan gagal,kelelahan, dan hilangnya motivasi tetapi juga berakibat negatifpada organisasi seperti absensi, turnover, dan menurunnyaproduktivitas kerja ( Van Dierendonk dkk, 1988 ).Problem interpersonal dalam lingkungan kerja dapatterjadi terhadap resipien, kolega, supervisor, dan bawahan.Individu yang mengalami burnout dapat membawa problem ditempat kerja ke rumah, yang oleh Jackson dan Maslach disebutdengan negative spillover. Tipikal individu yang mengalamiburnout cenderung menarik diri dari kontak sosial dan lebihburuk lagi jika mengisolasi dirinya.Sikap negatif yang berkembang tidak hanya terjadi padahubungan interpersonal saja tetapi dapat pula terjadi padapekerjaan ataupun organisasi. Sikap negatif dalam hubunganinterpersonal seperti dehumanisasi, tidak berperasaan(callous), memisahkan diri (detached), acuh tak acuh(indifferent), sinis (synical) terhadap resipien, merupakankarakteristik yang sering muncul pada penderita burnout.Burnout dapat memperburuk kualitas kerja (Chermisdan Freudenberger, dalam Schultz dan Schultz, 1994) bahkandapat menyebabkan individu berhenti dari pekerjaan,

Page 171: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir101

Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 101

turnover tinggi dan juga absen, serta rendahnya produktivitaskerja (Schaufeli dan Buunk, 1996). Jaffe dan Scott (dalam

Page 172: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir102

Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 102

Sulistyantini, 1997) menambahkan bahwa burnout dapatmenimbulkan masalah bagi organisasi atau perusahaankarena simpton burnout dapat muncul dalam bentukkomitmen kinerja menurun, frustasi, penurunan semangatkerja, turnover, hilangnya dedikasi dan kreativitas individu.Simpton ini juga sering disertai dengan munculnya simptonfisik.3. Konflik antara Tuntutan Pekerjaan vs. keluargaJames Levine dan Todd Pittinsky, dalam bukunyaWORKING FATHERS: New Strategies for Balancing Work andFamily (1997), memberikan 2 pertanyaan penting kepadaaudience mereka dalam satu tes kepada beberapa pasangsuami istri. Pertama, “berapa persen dari ibu-ibu yang bekerjamengalami sejumlah konflik yang siginifikan di antara jobdan family life?”. Ada pelbagai jawaan: 80 %, 60 %, 120 % .Akhirnya dirata-ratakan ada 80 %. Itu berarti 4 dari 5 wanitayang bekerja merasakan ketegangan antara job dan family life.Konflik ini menjadi karakteristik ibu-ibu yang bekerja saat ini.Kedua, “berapa % dari bapak-bapak yang bekerja mengalamisejumlah konflik signifikan antara work dan family life”?. Adayang menjawab : Zero %, 20 %, 50 %. Kesimpulannya dalamkelompok itu, rata-rata wanita 2 hingga 4 kali lebih besarmengalami konflik daripada pria. Jumlah ini tentu diluardugaan kita.Perhatikan juga beberapa survey ini:Pada tahun 1987, ketika satu riset umum diadakanterhadap 1600 karyawan, ditemukan 36 % kaum bapakdilaporkan mengalami sejumlah besar stress dalammenyeimbangkan antara pekerjaan dan kehidupan keluargamereka.Pada tahun 1984, ketika perusahaan AT & T mensurveykaryawannya menemukan bahwa anak-anak ternyata lebih

Page 173: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir103

Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 103

menyebabkan stress dan kecemasan pada karyawan daripadahal-hal lain (termasuk karier).

Page 174: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir104

Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 104

Polling tahun 1991 ditemukan mayoritas pria Amerika59% mendapatkan sejumlah kepuasan yang besar karenamempedulikan keluarga daripada pekerjaan.Tahun 1992, survey nasional menemukan data bahwa31 % memfokuskan hidup mereka pada pekerjaan, 33 %pada keluarga, dan sisanya (36 %) mengatakan fokus padakeduanya.Pada tahun 1993, survey nasional oleh University OfIllionis menyimpulkan, bahwa pria sekarang “mencari emosiutama mereka, secara personal dan kepuasan spiritual darifamily setting.”Pada tahun 1996, Consumer Survey Center mengadakanpolling bagi Levi Strauss & Co. menemukan pria yang berumur30 - 40 tahun, 84 % mengartikan “sukses” berarti menjadiayah yang baik; sementara itu 72 % mengatakan memilikihubungan yang akrab dengan pasangannya”.Apakah data di atas berarti kaum ayah pada masa kinimengalami kemunduran interes mereka terhadap kerja ataukarier?Pada tahun 1994, ketika Families and Work Institutemengadakan survey pada sekelompok sample pria di USA,ditanyakan “ apa yang membuat anda merasa sukses dirumah?” Kebanyakan respon menjawab, “memiliki relasi yangbaik dengan keluarga dan menghabiskan waktu yang cukupdengan keluarga”. Barulah diikuti dengan jawaban ,” jaminanfinansial”.Tahun 1993, ketika Parents Magazine mensurveypembacanya, demikian juga Child Magazine, ditemukanranking pertama , karakteristik “ a good father” adalah “yangterlibat dengan anak-anak setiap hari”. Baru setelah itu diikuti,“mampu mensupport finansial keluarga”.

Page 175: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir105

Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 105

Namun kenyataannya hanya sedikit kaum Bapa ataupunkaum Ibu yang berhasil memuaskan keinginannya untuk

Page 176: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir106

Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 106

mengutamakan keluarga. Di sinilah konflik itu muncul. Konflikini kemudian mengundang pelbagai macam masalah kesehatanmental dan spiritual. Termasuk dalam keluarga Hamba Tuhan.Tidak sedikir dalam menjalankan tugas pelayanan sebagaihamba Tuhan dan majelis, pelayanan dijadikan semacam“katarsis” dan “penghiburan”.Dalam satu artikel di Kompas (1997) pernah ditulis,banyak kaum manajer di Amerika saat ini rela kehilanganjabatan penting dan pelbagai bonus di perusahaan, demi adawaktu dengan anak-anak. Mereka berusaha tidak pulang lebihdari jam 5 atau 6 sore. Orangtua di Amerika mulai sadar betapapentingnya menyediakan waktu bagi keluarga. Bagaimanadengan keluarga kita masing-masing ditempat kita masing-masing???B. Survai Keseimbangan Keluarga dan KarirSurvai di Minneapolis terhadap 1.200 karyawanmenghasilkan data perbandingan kesulitan antara ayah danibu dalam memelihara anak. Ternyata kaum ayah punyakonflik lebih tinggi dalam dirinya, yakni 72% : 65 %. Para ayahjuga menghadapi konflik antara keluarga dan kerjaan denganperbandingan 70 % : 63 %.Mengapa konflik dalam diri kaum ayah demikian tinggi?Dalam beberapa penelitian ditemukan, ternyata keinginankaum ayah menyediakan waktu dengan anak-anak mereka,sangat tinggi. Dalam polling tahun 1991 ditemukan, mayoritaspria Amerika (59%) mendapatkan sejumlah kepuasan yangbesar karena mempedulikan keluarga daripada pekerjaan.Tahun 1996, A Consumer Survey Center mengadakanpolling bagi Levi Strauss & Co dan menemukan, pria yangberumur 30-40 tahun, 84% mengartikan “sukses” adalahmenjadi ayah yang baik; sementara itu 72% mengatakan”sukses” berarti memiliki hubungan yang akrab denganpasangannya.

Page 177: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir107

Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 107

Tahun 1993, ketika Parents Magazine dan Child Magazinemensurvai pembacanya, ditemukan ranking pertama,karakteristik “a good father” adalah “yang terlibat dengananak-anak setiap hari”. Baru setelah itu diikuti, “mampu men-support finansial keluarga”.Namun kenyataannya hanya sedikit kaum ayah ataukaum ibu yang berhasil memuaskan keinginannya untukmengutamakan keluarga. Di sinilah konflik itu muncul. Konflikini kemudian mengundang berbagai masalah kesehatanmental dan spiritual, termasuk dalam gereja. Misalnya, tidakefektif dalam menjalan-kan tugas pelayanan sebagai hambaTuhan dan majelis. Tanpa disadari beberapa pelayan Tuhan,menjadikan gereja semacam “katarsis” dan “penghiburan”.Dalam satu artikel di Kompas (1997) pernah ditulis,banyak manajer di Amerika saat ini rela kehilangan jabatanpenting dan bonus di perusahaan, demi ada waktu dengananak-anak. Mereka berusaha tidak pulang lebih dari jam 5atau 6 sore. Beberapa kelompok orang tua di Amerika mulaisadar betapa pentingnya menyediakan waktu bagi keluarga.Bagaimana dengan kita?4. Masalah Karir Bagi Perempuan yang bekerjaArri Handayani, SPsi, MSi, dosen PPB/BK - FIP IKIP PGRISemarang dalam ulisannya ia mengatakan,Dunia pendidikan tanah air baru saja kehilangan salahsatu tokoh terbaiknya. Dialah Prof Dr Hj Retno SriningsihSatmoko, sosok wanita karier yang berhasil, baik di sektordomestik maupun di sektor publik. Di sektor domestik terbuktidengan keberhasilannya mendidik putra-putrinya sehinggamencapai sukses di bidangnya masing-masing. Salah seorangdi antara puteranya itu adalah Dr Hj Sri Mulyani Indrawati,MSc, yang kini menjabat sebagai Menteri Keuangan danPejabat Menko Perekonomian RI. Sedangkan di sektor publik

Page 178: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir108

Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 108

dibuktikannya dengan sampai akhir hayat untuk berkarier didunia pendidikan sebagai dosen.

Page 179: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir109

Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 109

Pasangan Prof Drs H Satmoko dan Prof Dr Hj RetnoSriningsih Satmoko adalah model pasangan ideal yangdiinginkan setiap keluarga karena perkawinan yang bahagiaadalah dambaan setiap pasangan suami istri. Berbagaiupaya dilakukan untuk mencapai kebahagiaan itu, walaupunkenyataannya, tidak mudah. Tidak semua perkawinan dapatberjalan seperti yang diharapkan para pasangan pengantinbaru. Banyak yang tidak menemukan kepuasan di dalamperkawinannya, sehingga merasa tidak bahagia dan akhirnyamemutuskan untuk bercerai.Menurut Prof DrHjRetno Sriningsih Satmoko, berdasarkanpenelitian yang dilakukan oleh Hidayati (Suara Merdeka, 18Oktober 2008) fondasi pernikahan terletak pada pelakunya,yaitu suami dan istri. Poin utamanya adalah bagaimanamemilih suami yang tepat dan sesuai dengan dirinya, ataudalam Islam dikenal dengan konsep sekufu. Sekufu adalahkesamaan suami istri dalam pola dasar, pengetahuan yangdimiliki, profesi hingga cara berpikir.Setelah sekufu antara suami dan istri, bukan berarti tidakada masalah, karena nyatanya masalah dalam kehidupanperkawinan akan semakin kompleks ketika suami-istritersebut kedua-duanya bekerja, sehingga istri harus berperanganda sebagai wanita yang bekerja di luar rumah danmengurus kegiatan rumah tangganya sendiri. Padahal padamasa sekarang seorang wanita berkarier sudah merupakansuatu hal yang biasa.Sesuai dengan tuntutan zaman, seorang wanita berkariertidak semata-mata untuk memenuhi kebutuhan ekonomi,tetapi juga untuk aktualisasi diri. Seorang wanita ingin majusehingga ruang geraknya tidak lagi terbatas pada urusanrumah tangganya, tetapi mulai masuk ke wilayah yanglebih luas. Beberapa alasan yang mendorong peningkatanpartisipasi wanita dalam dunia kerja antara lain tingkat

Page 180: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir110

Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 110

pendidikan yang lebih tinggi, ingin mengembangkan ilmu,menambah penghasilan keluarga, mengisi kekosongan waktu,

Page 181: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir111 Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 111

dan mencapai aktualisasi diri.Meskipun demikian, kerugian yang mungkin terjadipada pernikahan dengan karier ganda di antaranya adalahharus menyediakan waktu dan tenaga tambahan, konflikantara peran pekerjaan dan peran keluarga. Dan jika keluargaitu mempunyai anak, ada kemungkinan perhatian terhadapkebutuhan anak kurang terpenuhi.Pada dasarnya sukses wanita yang memutuskan untukberkarier tergantung pada dua hal. Pertama keputusannyauntuk berkarier diterima suami dan kedua, seorang wanitaharus merasa yakin akan apa yang diinginkan, dan tidak merasabersalah atas pilihannya itu. Dengan demikian, bagaimanapunjuga, keputusan wanita untuk berkarier didasarkan padabagaimana pandangannya tentang wanita karier; apakah iamenganggap sosok wanita karier adalah suatu hal yang positifkarena dapat membantu perekonomian keluarga? Atau justrumenganggapnya sebagai suatu hal yang negatif karena seringmeninggalkan keluarga. Keputusan wanita untuk berkarierjuga perlu memperhitungkan perasaan keluarganya.Sebagai wanita, dalam menjalankan pekerjaannyatergantung pada kebutuhan di dalam keluarganya. Kondisiini menyebabkan keberadaan wanita yang sungguh-sungguhmengutamakan karier masih sedikit, kebanyakan wanita sudahpuas hanya sekadar bekerja dengan memeroleh penghasilansehingga tidak sepenuhnya bergantung pada suami.Sebagian wanita yang lain juga tidak tidak ingin mengejarprestasi puncak karena takut sukses yang dampaknya negatif.Sebetulnya wanita tidak kalah dibandingkan kaum pria,bahkan jabatan eksekutif tertinggi di negeri ini pernah dijabatoleh seorang wanita. Meskipun demikian, dalam budayapatriakhi partisipasi wanita dalam karier masih seringmengalami hambatan. Hambatan itu pada umumnya terjadi

Page 182: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir112

Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 112

karena konflik antara pekerjaan dan keluarga atau yang seringdikatakan sebagai konflik peran ganda dalam suatu situasi

Page 183: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir113

Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 113

demikian wanita akan lebih mengutamakan keluarganya.Hasil penelitian Pudjibudojo dan Prihanto (2000)menunjukkan bahwa dukungan suami merupakan faktoryang sangat berpengaruh bagi wanita yang telah berkeluarga.Mereka dapat berperan secara optimal, baik dalam duniakarier maupun dalam kehidupan rumah tangga sebagaiseorang ibu dan seorang istri.Hasil penelitian Hidayati dengan subyek penelitian ProfDr Hj Retno Sriningsih Satmoko sendiri (Suara Merdeka, 18Oktober 2008) juga menunjukkan hasil yang sama. Seorangibu tidak akan menjadi supermom tanpa adanya seorangsuami yang super pula. Dia memiliki pemahaman dan visi yangcenderung sama dalam menjalani praktek pengasuhan anak.Prinsip-prinsip kesetaraan dan keselarasan antara suami istridalam berumah tanggapun diperlukan dalam usaha meraihtujuan keluarga.Kebahagiaan perkawinan untuk para wanita karier jugadipengaruhi konsep diri karena konsep diri mempunyaiperanan penting dalam menentukan tingkah laku. MenurutSantrock (2003) konsep diri merupakan evaluasi terhadapdomain yang spesifik dari diri. Evaluasi tentang diri ini meliputisemua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian yang diketahuiindividu tentang dirinya sendiri. Ini akan memengaruhi dalamberhubungan dengan orang lain. Konsep diri mempengaruhikebahagiaan perkawinan. Bagi wanita karier, dengan konsepdiri yang baik, ia mempunyai penilaian yang baik tentangdirinya, sehingga akan berdampak positif, yaitu kebahagiaandalam perkawinannya.Argumentasi ini memang menjadi kontroversi yangsulit menemukan titik akhir. Tinggal kita sebagai wanitayang berkarier mau memilih yang mana untuk menciptakankebahagiaan dalam keluarga. Karena, bahagia itu tidak terjadi

Page 184: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir114

Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 114

dengan sendirinya, tetapi kita juga yang mengupayakan, dansetiap pilihan pasti ada konsekwensinya.

Page 185: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir115

Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 115

C. Upaya Penanganan Problem-problem psikologis parapelaku karirPada dasarnya setiap peniti karir mempunyai obsesi danharapan bisa menempuh karirnya dengan sukses. Untuk ituagar seseorang mampu mengupayakannya harus mengetahuiapa yang menjadi karakteristik sukses karir itu.Jika kita melihat orang yang sukses dalam pekerjaan,ada beberapa karakteristik umum yang mirip satu sama lain:1. Bekerja dengan sepenuh hati dan riang2. Memiliki prestasi dalam pekerjaan sebagai individu dantim3. Mampu mengelola konflik4. Mampu menghadapi dan menjalankan perubahan5. Memiliki empati terhadap atasan, bawahan dan rekankerja6. Mampu membaca dan mengenali emosi diri sendirimaupun orang lain serta mengambil tindakan yangtepat dalam menanganinyaJika kita perhatikan, maka hampir semua daftar di atasakan dimiliki oleh orang yang cerdas secara emosional.Khusus untuk item nomor dua diperlukan kecerdasanintelektual yaitu bagaimana seseorang bisa menjadi ahli dibidangnya. Memiliki pengetahuan dan skill yang mumpuniagar bisa berprestasi secara individu. Selanjutnya kecerdasanemosional akan membantunya berprestasi pula sebagai timbersama rekan kerja, bawahan maupun atasannya.Beberapa agenda yang bisa dilakukan agar mampumempersiapkan peniti karir yang sukses adalah:pengembangan kecerdasan emosi, pengembangankemampuan pengendalian diri, pengembangan gumption,disiplin dan withitness.

Page 186: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir116

Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 116

D. Pengembangan kecerdasan emosionalDalam bukunya yang terkenal, Daniel Golemanmenyebutkan disamping Kecerdasan Intelektual (IQ)ada kecerdasan lain yang membantu seseorang suksesyakni Kecerdasan Emosional (EQ). Bahkan secara khususdikatakan bahwa kecerdasan emosional lebih berperan dalamkesuksesan dibandingkan kecerdasan intelektual. Klaim inimemang terkesan agak dibesarkan meskipun ada beberapapenelitian yang menunjukkan kebenaran ke arah sana. Sebuahstudi bahkan menyebutkan IQ hanya berperan 4%-25%terhadap kesuksesan dalam pekerjaan. Sisanya ditentukanoleh EQ atau faktor-faktor lain di luar IQ tadi.Jika kita melihat dunia kerja, maka kita bisa menyaksikanbahwa seseorang tidak cukup hanya pintar di bidangnya. Duniapekerjaan penuh dengan interaksi sosial di mana orang haruscakap dalam menangani diri sendiri maupun orang lain. Orangyang cerdas secara intelektual di bidangnya akan mampubekerja dengan baik. Namun jika ingin melejit lebih jauhdia membutuhkan dukungan rekan kerja, bawahan maupunatasannya. Di sinilah kecerdasan emosional membantuseseorang untuk mencapai keberhasilan yang lebih jauh.Berdasarkan pengalaman saya sendiri dalam prosesrekrutmen karyawan, seseorang dengan nilai IPK yangtinggi sekalipun dan datang dari Universitas favorit tidakselalu menjadi pilihan yang terbaik untuk direkrut. Adakalanya orang yang pintar secara intelektual kurang memilikikematangan secara sosial. Orang seperti ini bisa jadi sangatcerdas, memiliki kemampuan analisa yang kuat, sertakecepatan belajar yang tinggi. Namun jika harus bekerja samadengan orang lain dia kesulitan. Atau jika dia harus memimpinmaka akan cenderung memaksakan pendapatnya serta jikaharus menjadi bawahan punya kecenderungan sulit diatur.Orang seperti ini mungkin akan melejit jika bekerjapada bidang yang menuntut keahlian tinggi tanpa banyak

Page 187: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir117

Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 117

ketergantungan dengan orang lain. Namun kemungkinan besardia akan sulit bertahan pada organisasi yang membutuhkankerja sama, saling mendukung dan menjadi sebuah “superteam”, bukan “super man”.Tentunya tidak semua orang yang cerdas secara intelektualseperti itu. Dan bukan berarti kecerdasan intelektual tidakpenting. Dalam dunia kerja kecerdasan intelektual menjadisebuah prasyarat awal yang menentukan level kemampuanminimal tertentu yang dibutuhkan. Sebagai contoh beberapaperusahaan mempersyaratkan IPK mahasiswa minimal 3.0atau 2.75 sebagai syarat awal pendaftaran. Hal ini kurang lebihmemberikan indikasi bahwa setidaknya kandidat tersebuttelah belajar dengan baik di masa kuliahnya dulu.Setelah syarat minimal tersebut terpenuhi, selanjutnyakecerdasan emosional akan lebih berperan dan dilihat lebihjauh dalam proses seleksi. Apakah dia punya pengalamanyang cukup dalam berorganisasi? Apakah calon tersebutpernah memimpin atau dipimpin? Apa yang dia lakukan ketikamenghadapi situasi sulit? Bagaimana dia mengelola motivasidan semangat ketika dalam kondisi tertekan? Dan banyak hallagi yang akan diuji.Dalam dunia kerja yang semakin kompetitif, kemampuanseseorang menangani beban kerja, stres, interaksi sosial,pengendalian diri, menjadi kunci penting dalam keberhasilan.Seseorang yang sukses dalam pekerjaan biasanya adalahorang yang mampu mengelola dirinya sendiri, memotivasi dirisendiri dan orang lain, dan secara sosial memiliki kemampuandalam berinteraksi secara positif dan saling membangunsatu sama lain. Dengan cara ini orang tersebut akan mampuberprestasi baik sebagai seorang individu maupun tim.Bagaimanakah kecerdasan emosi bisa dikembangkan?Sejak kecil kita telah memiliki emosi dan berinteraksidengan emosi tersebut. Kebiasaan kita dalam menanganinya

Page 188: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir118

Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 118

akan terus terbawa dan menjadi karakter seseorang ketika

Page 189: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir119

Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 119

dewasa. Dengan demikian, alangkah berbahagianya seoranganak yang memiliki orangtua yang peka dan pelatih emosiyang baik. Anak seperti ini akan berlatih menangani dirinyasejak masa kecil. Untuk topik ini insya Allah akan saya postingdalam kesempatan yang akan datang.Bagaimana jika ketika dewasa kita kurang memilikikematangan secara emosional? Jawabannya adalahkecerdasan tersebut dapat dilatih. Cara paling awal adalahdengan mengenali emosi diri Anda ketika terjadi. Kenaliapa saja yang berkecamuk dalam dada Anda dan suara-suara yang memerintahkan Anda untuk bertindak. Tahapanberikutnya adalah melakukan kontrol diri terhadap berbagaibentuk emosi yang ada. Bagaimana Anda mengendalikan diriketika marah, tidak terpuruk ketika merasa kecewa, dapatbangkit dari kesedihan, mampu memotivasi diri dan bangkitketika tertekan, mengatur diri dari kemalasan, menetapkantarget yang menantang namun wajar, serta bisa menerimakeberhasilan maupun kegagalan dengan lapang dada.Jika hal tersebut sudah Anda kuasai, selanjutnya adalahmelatih kematangan sosial. Bagaimana Anda berempati –merasakan apa yang dirasakan orang lain – sehingga bisamemberi respon yang tepat terhadap sinyal-sinyal emosiyang ditampilkan orang lain. Kematangan ini akan mudahdikembangkan jika Anda aktif terlibat dalam organisasi,bekerjasama dengan orang lain dan memiliki interaksi sosialyang intens. Latihlah kemampuan Anda dalam memimpindan dipimpin, memotivasi orang lain, serta mengatasi danmengelola konflik.Bagi saya pribadi, memahami emosi sangat membantudalam mengenali diri dalam tahap awal. Selanjutnya adalahmengenali dan mengendalikan oknum-oknum yang salingberperang dalam diri: berbagai keinginan, kesombongan, irihati, dengki, kebencian, amarah dan sifat-sifat lainnya. Cerdas

Page 190: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir120

Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 120

secara emosional akan membantu Anda pada tahap awaluntuk mengenali diri dengan lebih baik, sekaligus bersikap

Page 191: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir121

Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 121

positif dan melatih kematangan menghadapi kehidupan,apapun yang terjadi: susah atau senang, sukses atau gagal,mudah atau sulit.E. Pengembangan gumption, disiplin dan withitnessDave E. Redokopp menyebutkan, diantara factorkesuksesan karir, bahwa karir seseorang tidak berkembangsendiri, karir seseorang akan berkembang setidaknya karenaditentukan oleh kepemilikan tiga atau empat kompetensiutama si peniti karir. Faktor-faktor itu adalah gumption,discipline, honour dan withitness.1. GumptionGumption mempunyai beberapa arti, diantaranyainisiatif (saya sedang bekerja berinisiatif untuk mendapatkankesempatan itu), courage: keberanian, keteguhan hati (Sayamemerlukan keberanian untuk bercakap-cakap denganbos tentang hal itu), dan common sense (pikiran sehat),(Seseorang dengan pikiran sehat akan mengetahui apayang dikerjakannya). Untuk pembahasan ini, saya akanmenggunakan gumption sebagai suatu kombinasi antaracourage dan initiative. Menurut saya, pemakaian inisiatifselalu memerlukan suatu tingkatan keberanian tertentu,dan keberanian berkurang maknanya tanpa tindakan yangdikendalikan oleh inisiatif.“Gumption menggambarkan kejadian yang sebenarnyapada seseorang yang berhubungan dengan kualitas”.“Seseorang yang mempunyai gumption tidak duduk bermalas-malasan dan bersedih terhadap sesuatu. Dia mengedepankankesadarannya, memperhatikan dengan melihat kesan(mengambil pelajaran terhadap suatu peristiwa) dari apayang ditemuinya”.Beberapa isu yang terkait dengan gumption adalah:ketidakmampuan menyampaikan kebenaran kepada atasan,ketidakmampuan bersikap tegas, sikap gentlemen mengakui

Page 192: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir122

Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 122

kesalahan dan mau bertanggung jawab, sanggup menanggungresiko, dll.2. DisiplinDisiplin atau maksudnya “disiplin diri”, yaitu kemampuanseseorang untuk mengontrol dan mengerjakan sesuatu yangtidak datang secara alami; untuk menentukan berbagaitindakan seseorang. Sebagian besar dari kita berfikirbahwa disiplin masyarakat sebagai kontrol (control), tertib(orderly) dan pengorbanan diri (self sacrificing), tetapi sayaingin memisahkan “kontrol” dari “pengorbanan diri”. Jikakepribadian anda secara alami tertib, terorganisir dan anal-retentive, bukan termasuk disiplin. Disiplin diperlukan jikaanda tidak rapi, berantakan (kacau) dan tidak terorganisir.Menurut saya, bagian terpenting dari disiplin adalahkesediaan seseorang untuk mengatasi problem sendiri secaraalami. Hal ini biasanya meliputi pengorbanan kesenangandalam jangka pendek (menunda kesenangan sesaat) karenaberharap mendapat prestasi dalam jangka panjang. Bagikebanyakan kita, belajar keras, latihan suatu alat (instrumen)atau mengerjakan pekerjaan membutuhkan disiplin.Menurut Wendy Fox dan JimGeekie, disiplinadalah sesuatuyang dapat ditukar “keinginan (impian)” menjadi “kenyataan”.Kita semua mempunyai mimpi dan pandangan yang lebihbaik di masa yang akan datang. Gumption menyebabkan kitabergerak ke arah itu, tetapi disiplin yang menjaga kita kemanakita melangkah. Dengan kata lain, gumption adalah keberanian- disiplin membuat waktu anda lebih berarti (bermakna).Anda bisa melihat bahwa ketekunan, keuletan, ketabahan hatimemaksa diri sendiri untuk melakukan sesuatu meskipuntidak menyenangkan - ini merupakan bagian dari disiplin.Disiplin merupakan bagian dari ketabahan hati mengambilalih ketika gumption seseorang perlahan-lahan mulai habis(hilang).

Page 193: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir123

Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 123

Beberapa isu yang terkait dengan disiplin antara lainmeletakkan nilai di atas kepentingan, menunaikan haksebenarnya, selalu focus pada masa depan, kepatuhan, danlain-lain.3. WithitnessJacob Kounin (1970) membuat istilah “withitness”ketika melakukan penelitian tentang efektifitas manajemenruangan kelas. Kounin dalam penelitiannya menemukanbahwa keberhasilan seorang guru tidak ditentukan olehkeberagaman masalah kedisiplinan. Menurut Kounin,kesuksesan seorang guru menjaga masalah-masalah disiplinjustru lebih efektif dari pada guru yang tidak berhasil. Salahsatu sifat/keadaan “withitness” adalah mengetahui apa dansiapa yang akan melakukan sesuatu setiap saat. Guru denganwithitness mempunyai penglihatan di belakang kepalamereka. Maksudnya, seseorang yang mempunyai withitnessberkemampuan untuk menyadari keberadaan lingkungandan pengaruhnya terhadap dirinya. Ia juga bisa membacalingkungannya dan isyarat-isyarat emosional, mengecekrespon orang lain pada perilaku mereka, mengetahui apayang terjadi di dunia, dan menjaga ide-ide baru. Mereka cukupyakin terhadap diri mereka sendiri, dapat melihat dengan jelaskejadian di luar dirinya dan apa yang ada di dalam hatinya.Beberapa isu yang terkait dengan withitness adalahpentingnya melihat dampak dari suatu tindakan, memahamilingkungan politik serta kekuatan yang berpengaruh dalamorganisasi atau manajemen.F. Meningkatkan kemampuan pengendalian diriKemampuan ini bisa dikenali dari kemampuanmengendalikan diri ketika marah, tidak terpuruk ketikamerasa kecewa, dapat bangkit dari kesedihan, mampumemotivasi diri dan bangkit ketika tertekan, mengatur diri

Page 194: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir124

Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 124

dari kemalasan, menetapkan target yang menantang namunwajar, serta bisa menerima keberhasilan maupun kegagalan

Page 195: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir125

Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 125

dengan lapang dada.Secara teknis, self control dipahami sebagai mengaturpikiran-pikiran dan tindakan-tindakan sehingga kamumenghentikan tekanan-tekanan dari dalam atautanpa menghentikannya tetapi melakukan tindakan(mengalihkannya) kepada cara yang kamu ketahui danrasakan sebagai benar.(Borba: 81)Self control menolong seseorang menahan dorongan-dorongannya (impulses) dan berpikir sebelum bertindaksehingga ia berperilaku benar dan sedikit membuat pilihanyang ruam (samar) yang berpotensi terhadap outcomesyang membahayakan. Kebajikan ini menolong orangmenjadi percaya diri (self-reliant) karena ia tahu bahwadia dapat mengendalikan tindakannya. Kebajikan ini jugamemotivasi kedermawanan (generosity) dan kebaikan hati(kindness) karena ia menolongnya menyimpan ke samping(menangguhkan) apa-apa yang memberinya hadiah langsung(kepuasan, kenikmatan) dan menggerakan suara hatinya(conscience) untuk melakukan sesuatu sebagai gantinya.(Borba: 7)Self control merupakan mekanisme internal yang menjadiperantara dan menghentikan kita dari pemutaran (turning)dorongan-dorongan (impulses) ke dalam realita. Self controlmerupakan kebajikan esensil untuk perilaku moral, tetapikepemilikannya jauh dari jaminan. Ia mesti dikembangkan,diinsfirasikan, didorong. Self control yang kurang berkembangmenempatkan anak pada ketidakberuntungan moral yangbesar: ketika gagasan-gagasan membahayakan atau pikiran-pikiran muncul dalam kepala mereka, system rem internalnya(internal brake) tidak ada, dan daripada menghentikanmalahan mendrumkan kecepatan penuh dan lurus padakesukaran.(Borba: 82)

Page 196: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir126

Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 126

Self Control adalah apa-apa yang menolong anak mengaturperilakunya sehingga mereka lebih menyukai melakukan apa

Page 197: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir127

Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 127

yang mereka tahu melalui pikirannya dan hati/perasaannyasebagai benar. Self control memberikan seseorang kekuatankehendak untuk mengatakan tidak (the willpower to say no),melakukan apa-apa yang benar(do what’s right) dan memilihuntuk melakukan tindakan yang bermoral (to choose the actmorally). (h. 82). Self control merupakan sebuah mekanismeinternal yang powerful yang membimbing tingkah lakumoralnya sehingga pilihan-pilihannya bukan hanya lebihaman tetapi juga lebih bijaksana. Hal itu karena self controlmerupakan otot moral yang secara temporarily menghentikantindakan-tindakan yang berpotensi salah (hurtful). Itu terjadidengan memberi anak ekstra kritis kedua yang merekabutuhkan untuk mengenal kemungkinan konsekuensi daritindakannya dan kemudian mengeremnya, kemudian merekatidak memproses menjadi tindakan yang didasarkan padapikiran-pikiran berbahaya. Self control penting bagi anakuntuk menghadapi dunia yang terkadang kejam dan tidakdapat diprediksi. (Borba: 83)Self control juga didefinisikan dalam ragam rumusan:(1) Selfcontrol adalah self regulatory, yaitu apa yangmenolong anak mengatur perilakunya sehingga ia melakukanberdasarkan pengetahuannya dan perasaannya secara benar.Self control memberikan anak-anak kehendak yang kuat/kekuatan kehendak untuk mengatakan tidak, melakukanapa yang benar dan memilih tindakan yang bermoral. (2)kebaikan pada inti kepercayaan diri seseorang. Jika seseorangmemiliki self control, dia tahu, dia mempunyai pilihan-pilihan dan dapat mengendalikan tindakannya. Kebaikan itumemotivasi kebaikan budi. Kebaikan menggerakan nuraninyamenggerakan sesuatu. (3) sesuatu yang menggerakanseseorang pada karakter kuat, karena menghentikannyadari pemanjaan berlebihan terhadap kesenangan danmengijinkannya untuk fokus pada tanggung jawabnya. (4)Sesuatu yang mensiagakan seseorang terhadap sesuatu yangsecara potensial berkonsekuensi bahaya bagi tindakannya,

Page 198: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir128

Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 128

menolong menggunakan pikirannya untuk mengendalikanemosinya. (Michele Borba,2001: 89 ).Dalam pendapat tokoh lain (Chaplin, 2001) kontrol diriadalah kemampuan untuk membimbing tingkah laku sendiridalam artian kemampuan seseorang untuk menekan ataumerintangi impuls- impuls atau tingkah laku impulsif. Kontroldiri ini menyangkut seberapa kuat seseorang memegang nilaidan kepercayaannya untuk dijadikan acuan ketika ia bertindakatau mengambil suatu keputusan.Lazaruz (1976) mengatakan bahwa kontrol dirimenggambarkan keputusan individu yang melaluipertimbangan kognitifnya untuk menyatakan perilaku yangtelah disusun untuk meningkatkan hasil dan tujuan tertentuseperti apa yang dikehendaki. Hal ini berarti kontrol diriuntuk memahami keseluruhan khazanah pengungkapandiri baik yang positif maupun negatif sehingga individumenyadari apa yang bisa membangkitkan ekspresi-ekspresipositif maupun negatif di dalam dirinya. Jika individu mampumenghindari situasi-situasi yang dapat memicu sifat-sifatnegatif berarti individu tidak memb iarkan diri menyerah padakecenderungan-kecenderungan untuk bereaksi secara negatifketika individu menghadapi realitas keras dalam hidupnya.

Page 199: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan
Page 200: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

116 Bimbingan Karir

Page 201: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

B

BAB VIII KOMPETENSI DANIMPLIKASINYA BAGI

PERENCANAAN KARIR

A. Pendahuluanerbicara paradigma kompetensi sekarang tampaknyamengalami perubahan yang besar. Perubahan tersebutdiikuti dengan perubahan visi dan misi yang bersifat personalmaupun kelompok. Perubahan kompetensi tersebut bersifatmendunia dan ini tidak terjadi di Indonesia saja melainkandiseluruh dunia. Perkembangan tersebut seiring denganperkembangan ilmu dan teknologi yang mendorong manusiauntuk mencapai tuntutan hidup yang serba komplek.Dengan kompleksnya masalah tersebut akkhirnya mengubahprinsip di dalam membangun kompetensi serta pola pikirdunia kerja yang harus dimulai dengan menemukan dasarfilosofi atau prinsip-prinsip karir itu sendiri. Salah satuprinsip atau filosofis tersebut pada umumnya dijadikandasar atau landasan berpikir untuk membuat perencanaankarir, perkembangan karir dan promosi karir. Promosi danpengembangan karir untuk masa sekarang tidak semata-mata berdasarkan umur akan tetapi lebih didasarkan kepadakompetensi. Secara rasional berdasarkan pengalaman praktisbahwa kalau seseorang telah lama berkecimpung dalam duniakerja teretentu ia akan menguasai semua kompetensi yangada sekalipun sifatnya sangat umum, tetapi hal ini tidak dapatdijadika patokan dan ini bukan jaminan. Hal yang tepat danilmiah secara rasional lebih medekati pada aspek kompetensi.117

Page 202: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir118 Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 118

B. Fenomena Profesionalisme Dan Karir Dalam DuniaPendidikanSebuah negara seperti di Indonesia yang baru sajakeluar dari krisis ekonomi baru memulai berbenah diriyang dari sedikit demi sedikit kelihatan hasilnya. Fenomenakrisis masalalu menjadikan satu pengalaman bersejarahuntuk dijadikan peringatan bagi bangsa Indonesia untuktidak terulang kembali. Gambaran sekilas dari hasil yangdicapai adalah adanya indikator bahwa pemerintah sudahmulai memikirkan tentang profesionalisme dan karir didunia pendidikan. Pemerintah berupaya bekerja keras untukmembenahi komponen di dalam dunia pendidikan dalamsegala aspek termasuk aspek ketengaan, kurkulum dansebagainya. Oleh karena itu reformasi di dunia pendidikansalah satunya isu utama dan dianggap fundamental adalahpeningkatan profesionalisme guru dan ini tidak dapat ditawar-tawar lagi dalam mencapai pendidikan yang lebih berkualitas.Sebenarnya tidak hanya guru dan kesejerahteraannyasaja namun disamping itu banyak aspek yang secara bersama-sama menjadi garapan pemerintah. Setidak-tidaknya adaempat hal yang berkaitan dengan kondisi dunia pendidikansekarang, yaitu isu seputar masalah, kebijakan pemerintahtentang kompetensi guru dan pendidikan sekolah, manajemeninternal sekolah dan isu sarana dan prasarana pendidikanserta masalah belajar.Keberadaan dan peranan guru dan kopetensinyadalam dunia pendidikan merupakan salah satu faktor yangsangat penting. Guru adalah merupakan bagian terpentingdalam proses belajar mengajar, baik di jalur pendidikanformal maupun non formal. Oleh sebab itu dalam setiapupaya peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia tidakdapat dilepaskan dari berbagai hal yang berkaitan denganeksistensi guru sebagai pendidik. Filosofi sosial budaya

Page 203: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir119 Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 119

dalam pendidikan di Indonesia, telah menempatkan fungsidan peran guru sedemikian penting, sehingga pada posisi

Page 204: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir120 Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 120

tertentu guru sering diperankan pada posisi yang gandabahkan multi fungsi. Mereka dituntut tidak hanya sebagaipendidik akan tetapi harus dapat menstranformasikan nilai-nilai etika dan moral serta pengetahuan bahkan penjagamoral bagi anak didik. Dalam kontek budaya Jawa kata gurusering dikonotasikan sebagai kepanjangan dari kata “ digugudan ditiru” atau menjadi panutan utama baik di sekolahmaupun dimasyarakat. Kalau dilihat dari filosofi tersebut guruditempatkan pada posisi yang mulia sekaligus memberikannilai psikologis bagi para guru baik secara personal maupunprofessional.Masalah tersebut merupakan aspek etik dan moral yangsecara abadi merupakan predikat yang tidak dapat diubaholeh masyarakat, sebab ini merupakan pandangan yangterlanjur melekat pada kehidupan masyarakat dan bangsaIndonesia. Namun dari sisi lain guru menghadapi banyakhal khususnya berkaitan dengan peran dan tugas sebagaiprofesi. Profesio-nalisme sebagai guru tidak hanya karenafaktor tuntutan jaman dan globalisasi dunia, akan tetapi padadasarnya merupakan keharusan bagi setiap individu guruuntuk perbaikan kualitas hidup manusia sebagai makhluksosial. Profesionalisme guru menuntut keseriusan dankompetensi yang memadai, sehingga guru dianggap layakuntuk melaksanakan tugas secara professional. Ada beberapalangkah yang strategis dalam rangka meningkatkan sertamengembangkan kompetensi guru menuju jenjang karir yanglebih baik dan layak yaitu:1. Sertifikasi sebagai sebuah sarana karirSalah satu upaya untuk meningkatkan profesio-nalismedalam karir guru diwajibkan menempuh proses ilmiah yangmemerlukan pertanggung jawaban akademik, salah satunyamelalui sertifikasi. Melalui sertifikasi tercermin adanyauji kelayakan dan kepatutan yang harus dijalani oleh guru

Page 205: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir121 Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 121

dengan kriteria yang secara ideal telah ditetapkan. Sertifikasiguru merupakan amanah dari UU Sikdiknas pasal 42 yang

Page 206: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir122 Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 122

mewajibkan bahwa setiap tenaga pendidik harus memilikikualifikasi sesuai dengan jenjang kewenangan mengajar.Sertifikasi sangat dibutuhkan untuk mempertegas standarkompetensi yang harus dimiliki para guru sesuai denganbidang ke ilmuan masing-masing.2. Perlunya perubahan paradigmaFaktor lain yang harus dilakukan dalam mencapaiprofesionlisme guru adalah perlunya perubahan paradigmdalam proses belajar mengajar. Siswa atau peserta didik tidaklagi ditempatkan sebagai obyek pembelajaran namun harusberperan dan diperankan sebagai subyek. Seorang guru tidaklagi sebagai instruktur yang harus memposisikan dirinya lebihtinggi dari peserta didik , tetapi berperan sebagai fasilitatoryang bersifat saling melengkapi. Dalam kontek ini gurudituntut untuk mampu melaksanakan proses pembelajaranyang efektif, kreatif, inovatif secara dinamis dalam suasanademokratis. Dengan demikian proses belajar mengajar akandilihat sebagai proses pembebasan dan pemeberdayaan,sehingga tidak terpaku pada aspek-aspek yang bersifatformal, ideal maupun verbal. Penyelesaian masalah yangactual berdasarkan prinsip-prinsip ilmiah harus menjadiorientasi dalam proses belajar mengajar. Oleh sebab itu, output dari pendidikan tidak hanya sekedar mencapai IQ, tetapimencakup EQ dan SQ.3. Jenjang karir yang jelasSalah satu faktor yang dapat merangsang profesio-nalisme guru adalah jenjang karir yang jelas. Selama ini dalamdunia pendidikan masalah jenjang karir belum jelas dan belumadanya penataan yang sistematis. Masalah ini penting bagiguru untuk memberikan stimulan, agar karir guru menjadimenggairahkan, sehingga gairah kerja menjadi hidup. Denganadanya jenjang karir yang jelas dan terbuka akan melahirkankompetisi yang sehat, terukur dan terbuka, sehingga memacusetiap individu guru untuk berkarya dan berbuat lebih baik.

Page 207: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir123 Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 123

4. Peningkatan kesejahteraanSecara alami setiap insan, termasuk guru memilikiharapan- harapan guru tentu sangat bervariasi. Jika dipetakanboleh jadi lebih dari sejuta harapan. Namun dari sejuta harapanitu jika disederhanakanhanya ada satu harapan, yaitu harapanuntuk memiliki kehidupan keluarga yang sejahtera. Apabiladiidentifikasi , harapan guru dimaksud dapat dikelompokkandalam tiga hal, yaitu harapan untuk memperoleh peluangdalam peningkatan: (1) kualifikasi akademik, (2) kompetensi,dan (3) remunerasi yang mensejehterakan.Kesejahteraan merupakan isu yang utama dalamkonteks peran dan fungsi guru sebagai tenaga pendidikdan pengajar. Paradigm profesionalitas tidak akan tercapaiapabila individu yang bersangkutan tidak pernah dapatmemfokuskan diri pada satu hal yang menjadi tanggungjawabdan tugas pokok dari yang bersangkutan. Oleh sebab itu untukmencapai profesionalisme, jaminan kesejahteraan bagi paraguru merupakan suatu hal yang tidak dapat dibaikan dandipisahkan.C. Kerangka Kerja Kompetensi Dalam LintasBimbingan KarirKompetensi sebagai sebuah wacana penguasaankemampuan dan keterampilan-keterampilan yang diperlukandalam profil dan profesi tatentu termasuk profesi guru yangtelah muncul dan tenggelam sepanjang waktu. Perjalanantersebut tumbuh kembang, kejatuhan dan terlahir kembaliKompetensi untuk masa sekarang.Perdebatan dalam memaknai istilah kompetensi dapatdilihat dari perjalanan (tumbuh kembang, kejatuhan danterlahir kembali) kompetensi.1. Tumbuh kembang kompetensi.Pada tahun 1970 istilah kompetensi telah mencapaipuncaknya di bidang manajemen dan pengembangan sumber

Page 208: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir124 Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 124

daya manusia, khususnya dalam kaitan dengan identifikasidan pemilihan para pimpinan di dunia usaha. Rumusankompetensi saat itu dilakukan dengan cara mengamati danmengidentifikasi para manajer yang dinilai memiliki kinerjatinggi dengan melihat sifat dan keterampilan yang dimilikinya.Hasil identifikasi tersebut digunakan sebagai rujukan didalam memilih, menilai, dan mengembangkan para manajer.Pendekatan ini mempengaruhi bidang lain, termasuk sektorpendidikan yakni dikenal Vocational Education and Training(VET) dalam pendidikan guru pemula dan lanjutan.Kerangka kerja kompetensi pada periode ini merupakandasar dibentuknya program-program pengembanganprofesional dalam bentuk pelatihan berbasis kompetensi(Competence Based Training) yang mencapai puncakpopularitas pada akhir tahun 1970 dan awal 1980 di AmerikaSerikat, Australia, dan Eropa.2. Kejatuhan pendekatan kompetensi.Pada pertengahan tahun 1980 dan sepanjang tahun1990muncul kritikan terhadap gagasan kompetensi di atas,termasuk pendekatan-pendekatan yang digunakan dalampelatihan di dunia pendidikan. Kritikan ini terutamadidasarkan pada konteks kekaburan konsep kompetensi dangagasan yang melandasinya yang dipengaruhi oleh fahambehaviorisme.Hal penting yang dikritik adalah bagaimana gagasan diatas sebagai konsep kompetensi dapat membantu memahamihubungan antara pengetehuan proposisi (mengetahuibahwa), pengetahuan praktis (mengetahui bagaimana), danpengetahuan prosedural (mengetahui bagaimana menjadi).Tanpa hubungan yang integral dari ketiga pengetahuantersebut dalam konsep kompetensi berarti mempersempitperan pengetahuan dan pemahaman. Hanya dengan

Page 209: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir125 Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 125

mempersyaratkan keterampilan semata berarti memisahkanpengetahuan teoritik dari yang praktik dan menghancurkan

Page 210: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir126 Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 126

nilai-nilai kemanusiaan. Selain itu, telah terjadi pengkerdilandari perilaku yang kompleks kedalam sub skill yang lebihsederhana, serta melumpuhkan belajar kreatif, mengabaikanperbedaan individu dan mendorong “pengajaran untuk tes”yang mekanistik.Dengan demikian, kompetensi mengalami kejatuhanpada periode ini. Kompetensi dipandang hanya memfokuskanpada performansi dengan mengorbankan proses intelektualyang kompleks dan refleksi yang sedang berlangsung. Selainitu, kerangka kerja kompetensi berdasarkan pendekatanbehavioristik cenderung terlalu kompleks, birokratis dansusah untuk diberikan. Kegunaannya dipertanyakan manakaladaftar kompetensi menjadi terdiferensiasikan secara lebihbaik lagi.3. Kemunculan kembali Pendekatan KompetensiPeriode selanjutnya muncul kembali tren pendekatanberbasis kompetensi di Eropa, khususnya dalam bidangHuman Resource Development (HRD) dan VocationalEducation and Training (VET). Hal ini berpengaruh padabidang lainnya termasuk bimbingan karir.Alasan yang mendukung pendekatan berbasis kompetensimuncul kembali kepermukaan di Eropa diantaranya adalahpendapat Delamare-Le Deist dan Witerton (2005) mencatatbahwa: a) Dunia usaha berusaha untuk mengidentifikasikompetensi-kompetensi baru yang mereka perlukan. b)Mengubah tekanan pada pendidikan dan system pelatihanuntuk merespon pada profil keterampilan yang merekaperlukan.Pendekatan kompetensi periode ini memiliki kegunaanekonomis dan sosial, di mana pendekatan ini memfasilitasiidentifikasi dan validasi dari kompetensi tacit (diam-diam)yang diperoleh melalui pengalaman, yang mendukung usaha-

Page 211: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir127 Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 127

usaha untuk menutupi kekurangan keterampilan sambilmemberikan kesempatan baru dan rekrutmen bagi mereka

Page 212: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir128 Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 128

yang gagal memperoleh sertifikasi formal melalui jalurtradisional.Pendekatan kompetensi periode ini lebih menjanjikanuntuk memperhatikan jaminan kualitas, mempermudahakuntabilitas yang lebih besar dalam bentuk standarkompetensi dan tingkatan kompetensi yang teridentifikasiyang dapat diukur dan diuji. Pendekatan kompetensi inijuga mempermudah perbedaan posisi dan gaji dalam suatuorganisasi, atau peran di antara institusi yang mirip.4. Mengarah Pada Pandangan Kompetensi yang HolistikAkar kata “kompetensi” berasal dari bahasa Latin, Inggris,Perancis, dan Belanda. Memaknai kompetensi selain dariakar katanya perlu memperhatikan pula bagaimana carakompetensi digunkan sejak abad ke-16 dalam berbagai latar(Mulder, 2007). Ia berkesimpulan bahwa sering kali terdapatmakna ganda, di mana kompetensi dilihat pada kemampuandan otoritas. Dalam arti bahwa kompetensi tidak hanyadilihat pada keterampilan atau kemampuan untuk melakukansesuatu, melainkan juga memiliki izin (lisesnsi) untukmenggunakan kemampuan tersebut. Makna ganda ini relevanmenurut kepentingan saat ini dalam bidang bimbingan kariryang tidak hanya mengidentifikasi sejumlah kompetensi yangdiperlukan oleh para konselor bimbingan karir, melainkanjuga melihat pentingnya bukti bahwa para praktisi memilikikompetensi ini sebagai suatu dasar bagi jalur kualifikasidan akreditasi, yang mengarah pada otorisasi praktik dalambentuk jaminan atau lisensi yang diakui secara umum.Makna ganda dapat dilihat dari sebagian pihak yangmembedakan antara “competence” dan “competency”.Competency didefinisikan sebagai perilaku yang harusditampilkan oleh karyawan dalam situasi tertentu agar dapatmencapai tingkat performansi/kinerja yang tinggi (Woodruffe,

Page 213: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir129 Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 129

1991). Sedangkan Competence berkaitan dengan pekerjaankeseluruhan yang dikerjakan dengan baik, dan diukur di luar

Page 214: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir130 Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 130

system standar minimum, seperti yang diperlihatkan dengankinerja dan output/hasil.Perbedaan seperti ini menghindarkan kita darikonsep yang membingungkan antara input competencies(suatu kansep yang lebih atomistik yang memberi labelpada kemampuan-kemampuan spesifik) dengan outputcompetences (suatu konsep yang lebih integratif yangmemberi label pada performa).Dengan demikian dapat dilihat bahwa upayauntuk memperjelas istilah kompetensi dengan hanyamempertimbangkan istilah yang digunakan sehari-haritidaklah membantu. Dalam bahasa inggris, istilah competencecenderung digunakan secara bergantian antara pengetahuan,keterampilan, atau kemampuan. Tumpangtindih semantik inijuga seringkali hadir dalam dokumen-dokumen formal.Terdapat beberapa usaha dalam mestabilkan maknakompetensi. Hal ini merupakan tugas yang sulit karenafaktanya istilah ini diasosiasikan dengan tradisi berbedadi negara berbeda, dan disokong dengan motivasi yangberlawanan untuk penggunaan dalam bidang berbeda,diantaranya dalam human resource development (HRD) danvocational education and training (VET).Selain itu, dalam dokumen-dokumen Eropa dan jugaliteratur penelitian yang relevan dari Prancis, Inggris,Jerman dan AS, memaknai kompetensi adalah sebagaibetikut, kompetensi mencakup: a) Kompetensi kognitifyang melibatkan penggunaan teori dan konsep, dan jugapengetahuan tacit ‘tak diucapkan’ yang diperoleh denganpengalaman; b) Kompetensi fungsional (keterampilan ataumengetahui bagaimana), hal-hal yang hendaknya dapatdilakukan seseorang ketika hal tersebut berfungsi dalam suatubidang kerja tertentu, pembelajaran atau aktivitas sosial; c)

Page 215: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir131 Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 131

Kompetensi personal yang melibatkan cara pengetahuan yangberlaku dalam suatu yang spesifik; d) Kompetensi etis yang

Page 216: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir132 Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 132

melibatkan kepemilikan nilai-nilai personal dan profesionaltertentu (Komisi Eropa, 2005).5. Aspek dan Tingkatan KompetensiDefinisi kompetensi jika dimaknai dengan cara mengikutifilsafat humanis kritis (dan klasikal) dalam mengetahuihakikat kompleks pengetahuan bermanfaat dalam membantukita untuk menancapkan suatu makna stabil atau seperangkatmakna pada istilah tersebut. Pengetahuan tidaklah sekedarsavoir dan savoir faire (kecakapan bertindak) tetapi jugadipadukan dengan savoir etre (seperti, nilai, sikap, motivasi,sumber daya).Dalam hal ini mengetahui dan melaksanakan merupakandua aspek yang harus terpadu dan merupakan cara yanginterdisipliner dan holistik, sehingga hal ini merupakanindikator bahwa orang yang kompeten adalah orangyang mampu mengkombinasikan – baik secara, eksplisit.Pengetahuan dan keterampilan yang ia miliki dapatmenjawab tantangan dan situasi manakala muncul dalamkonteks tertentu. Berbagai tingkatan kompetensi berkaitandengan kemampuan seseorang menangani kompleksitas,ketidakpastian dan perubahan, sehingga, semakin tinggitingkat kompetensi, semakin terbukti adanya pengarahan diridan refleksi kritis (atau meta kompetensi) pada sisi praktisi,dalam bidang atau ranah apapun.Definisi kompetensi yang luar biasa dan multi dimensionalini muncul dari kamampuan dalam mengintegrasikansejumlah pendekatan. Kuncinya pada pemaknaan kompetensiyang sudah muncul sepanjang waktu di belahan dunia yangberbeda. Para penulis merumuskan sebagai berikut: (a)memperlihatkan bahwa dari waktu ke waktu terdapat suatukonvergensi antara pendekatan-pendekatan barbeda, (b)menyarankan adanya, suatu tipologi kompetensi holistik yangmuncul yang dapat diidentifikasi.

Page 217: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir133 Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 133

Mereka berpendapat bahwa masing-masing pendekatanmemiliki kekuatan-kekuatannya sendiri: Pendekatantradisional Amerika telah memperlihatkan pentingnyakarakteristik individual dan penggunaan kompetensibehavioral sebagai alat pengembangan performansi yangunggul. Sedangkan pendekatan Inggris telah menunjukkannilai standar kompetensi fungsional dan penerapannyapada tempat kerja. Pendekatan yang diadopsi di Prancisdan Jerman mempelihatkan potensi konsep kompetensimulti-dimensional dan lebih analitik (Delamare-Le Deist &Winterton, 2005).D. Implementasi Kompetensi UntukPerencanaan Karir Masa KiniKompetensi dipandang sebagai syarat utama dalamprofesi bahkan menjadi kewajiban dasar yang harus menjadipertimbangan dalam menempatkan seseorang pada sebuahprofesi. Lebih jauh John Gardner (1961) menegaskan bahwakompetensi merupakan perekat yang menjaga kebersamaansebuah bangsa: “competence is the glue that hold a nationtogether”, yangdimaksud kompetensi di sini adalah keunggulanyang dimiliki atau”excellence” yang biasa digunakan ( Jay HallPh.D., 1961).Pentingnya kompetensi ini, berimplikasi kepadakesadaran bahwa, setiap warga negara baik laki-laki maupunperempuan harus memiliki kompetensi dalam pekerjaanapapun termasuk guru, sehingga ia memiliki daya produktifdan dapat bersaing dalam memperoleh posisi pekerjaan.Sejalan dengan pembahasan artikel Ronald G. Sultana diatas yang menekankan pentingnya kompetensi. Kemudian JayHall menggambarkan kondisi pada saat kompetensi itulahkeunggulan dan hal ini kadang-kadang tidak dipandangsebagai masalah yang penting. Tetapi istilah Sultana

Page 218: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir134 Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 134

kompetensi sendiri harus dilihat dari dua sisi yaitu saatsebelum munculnya kompetensi, karena kompetensi sendiri

Page 219: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir135 Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 135

mengalami suatu proses akumulasi dari suatu pengalamanpraktis yang telah ditemukan pada waktu lamanya merekabekerja atau saat kompetensi mengalami penurunan karenaadanya suatu perubahan visi dan misi atau adanya perubahanaturan dan kebijakan serba perubahan jaman.Awalnya pemimpin-pemimpin organisasi formal diAmerika mengagungkan teknologi dan keahlian manajemen.Sehingga mereka lebih mengutamakan menjalankan teorimanajemen dan struktur organisasi dibandingkan denganmenetapkan kompetensi tertentu dalam setiap pekerjaan.Dari teori manajemen, seorang pemimpin lebihmenekankan terhadap kontrol (emphasis is on control) dankeputusan dari eksekutif dalam rangka peningkatan prestasi(executive decision making and methods of performanceappraisal). Dan dari struktur organisasi, pemimpin lebihmenekankan kepada koordinasi, cost effectiveness, jobdescription dan authority relationships. Dengan menjalankansemua ini, beranggapan bahwa semua orang dapat melakukanapapun yang ingin dilakukannya, bukan kepada kompetensiyang dimiliki.Dengan asumsi demikian, maka didalam upayameningkatkan produktifitas usahanya, seorang pemimpin yangdipandang berpikir positif adalah dengan cara meningkatkankualitas teknologi dan keahlian dalam manajemen. Namunsering kali berfikir yang keliru, kebanyakan pemimpinmenyalahkan orang-orang yang bekerja. Hal ini didasari olehpandangan bahwa “pekerjaan itu tidak sempurna” bukan“tidak kompeten”.Pada kurun waktu berikutnya, disepakati oleh pemimpin-pemimpin organisasi formal yang diteliti oleh Jay Hall,menyatakan bahwa kompetensi sangat penting. Namunmuncul pertanyaan “ How do you get people to do that, work

Page 220: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir136 Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 136

competently?” , ditemukan jawaban yang juga disepakatibahwa “You begin by acknowledging the competence that is all

Page 221: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir137 Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 137

around you”. Dengan demikian, langkah awal yang terpentingadalah mengakui bahwa kompetensi menyangkut semua halyang ada disekitar kita.Menurut James C. Coleman dalam bukunya Psychologyang Effective Behavior menegaskan bahwa kompetensi secaraumum menyentuh empat hal pokok yakni: (1) Kompetensifisik (physical competencies), (2) Kompetensi intelektual(intellectual competencies), (3) Kompetensi emosi (emotionalcompetencies), (4) Kompetensi sosial (social competencies).(Coleman, 1969: 9)Spencer menjelaskan lebih rinci, kompetensi menurutnyaadalah “an underlying characteristic of an individual thatis causally related to criterion-referenced effective and/orsuperior performance in a job or situation”. Sejalan denganpendapat di atas, Spencer mengakui bahwa kompetensilahyang mendasari relasi yang saling membutuhkan dan referensipatokan yang efektif bagi prestasi seorang pemimpin dalampekerjaan.Lebih jauh Spencer menjelaskan bahwa underlyingcharacteristic yang dimaksud adalah bagian terdalam dariseseorang yang baik dan bersifat tetap sebagai bagian darikepribadiannya yang dapat meramalkan dari perilaku tersebutdidalam berbagai situasi yang luas dan tugas dalam pekerjaan.Sedangkan causally related berarti kompetensi seseorangmenjadi penyebab relasi dengan yang lainnya karena darikompetensi yang dimilikinya dapat menjadi ramalan perilakudan prestasi yang dapat dijangkaunya. Criterion-referencedberarti bahwa kompetensi benar-benar dapat meramalkanseseorang dalam hal tertentu bisa baik atau tidak baik.Dan dapat menjadi ukuran dalam menentukan patokanyang bersifat khusus. Contoh kriteria seorang konseloryang menangani konseli penyalahgunaan obat terlarang

Page 222: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir138 Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 138

akan berbeda dengan kriteria seorang polisi pemberantasNARKOBA.

Page 223: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir139 Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 139

Secara umum, terdapat lima tipe karakterisrik kompetensi.Dari kelima inilah melahirkan kompetensi yang unggul padadiri setiap orang terhadap jenis pekerjaan tertentu, yaitu:motif, pembawaan, konsep diri, ilmu pengetahuan danketerampilan.Motif(motive) menurut McCleland (1971) adalah “drive,direct and selects behavior of the individual”. Yakni yangmenggerakan, menunjukan dan memilih kelakuan dengantingkah laku khusus terhadap pencapaian sebuah tujuan.Contoh, achievement-motivated orang-orang yang bersifatkonsisten, ia akan merasa tertantang untuk mencapai tujuanyang dimilikinya.Pembawaan adalah karakter pisik yang bersifat konsistendalam merespon situasi atau informasi. Contohnya reaksiterhadap waktu dan mempunyai penglihatan yang baikmerupakan kompetensi pembawaan pisik yang harus dimilikioleh pilot tempur.Konsep diri (self concept) merupakan sikap, nilai danpersepsi diri (self-image). McClelend (1990) menjelaskanlebih lanjut sebagai nilai seseorang dari respon dan motifreaksi yang diprediksi bahwa dia dapat bekerja dalamwaktu yang singkat dalam sitiuasi dimana orang lainmembutuhkan komando. Contoh, seseorang yang memilikijiwa kepemimpinan akan lebih banyak memperlihatkanperilaku memimpin ketika menceritakan tugas yang dapatdilakukannya dalam pekerjaan. Atau dapat dilihat dari teskecakapan dalam memimpin.Ilmu pengetahuan( knowledge) merupakan kompetensiyang kompleks. Nilai dalam test ilmu pengetahuan biasanyamelemahkan prediksi prestasi dalam bekerja. Hal inikarena lemah dalam mengukur ilmu pengetahuan denganketerampilan betul betul digunakan dalam bekerja. Pertama

Page 224: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir140 Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 140

karena sejumlah pengukuran dalam bentuk test ilmupengetahuan dihafalkan tanpa berpikir yang disimpan di

Page 225: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir141 Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 141

dalam memori. Kedua, responden test ilmu pengetahuandiukur dari abilitas yang dipilih dari beberapa pilihan yangdipandang sebagai pilihan yang terbaik, akan tetapi bukandari hal apakah seseorang itu dapat bertindak sesuai dengandasar dari ilmu pengetahuan tersebut. Dan terakhir bahwadengan ilmu pengetahuan predikat seseorang dipandangdapat bekerja tapi tidak menjamin ia dapat bekerja denganbaik.Keterampilan (skill) merupakan bakat untuk melakukanhal tertentu yang bersifat pisik maupun mental. Contohseorang dokter gigi memiliki keterampilan khusus untukmelayani atau memperbaiki gigi yang rusak dengan penuhkeberanian. Dan seorang programer komputer memilikiketerampilan dalam mengatur 50.000 macam code dari logicalsequential order.Pandangan lain yang dapat dijadikan alternative sebagaipersyaratan kompetensi karir serta kerangka kompetensikarir untuk masa kini yaitu: (1) kompetensi spiritual, (2)kompetensi intrapersonal, (3) kompetensi kumunikasi, (4)kompetensi interpersonal, (5) kompetensi Empowering, (6)kompetensi berpikir unggul, dan (7) kompetensi bekerja danmanajemen Smart (sumber:http://id.wikipedia.org/wiki/kepeminpinan).E. KesimpulanGlobalisasi telah menimbulkan sederet perubahansekaligus penyantun terhadap institusi sosial dan kebudayaan.Perubahan ini telah mengubah sudut pandang manusiatermasuk dalam bidang pendidikan dan pekerjaan (Friedman,2006). Persoalan yang segera muncul adalah diberbagainegara terjadi pergulatan hebat dengan persoalan distribusisumber daya manudia dengan ketersediaan lapangan kerja.Hal ini juga berpengaruh terhadap dunia konseling danpengembangan karir.

Page 226: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir142 Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 142

Asumsi yang dipergunakan dalam konseling terhadap

Page 227: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir143 Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 143

dunia karir menyatakan bahwa manusia memiliki berbagaipilihan dalam bekerja, dan konseling dapat membantumengoptimalkan pilihan-pilihan tersebut. Akan tetapi denganmunculnya globalisasi pencarian kerja dan pemahamantentang makna kerja telah menjadi satu pilihan saja yaitutentang mencari mata pencaharian belaka. Padahal dalamperspektif konseling karir globalisasi juga telah menawarkanpeluang yang besar tentang pengembangan karir itu sendiri.Karena itu perlu ada pemikiran ulang dan telaah ulang olehkonselor tentang kerja dan pengembangan karir dikaitkandengan tantangan globalisasi.Berkaitan dengan uraian di atas maka akan dijelaskanbeberapa alternatif yang kemungkinan tepat untuk saat inidan yang akan datang yaitu; (1) kompetensi spiritual, (2)kompetensi intrapersonal, (3) kompetensi kumunikasi, (4)kompetensi interpersonal, (5) kompetensi Empowering, (6)kompetensi berpikir unggul, dan (7) kompetensi bekerja danmanajemen Smart (sumber:http://id.wikipedia.org/wiki/kepeminpinan).

Page 228: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

K

BAB IX PERUBAHANPARADIGMA

BIMBINGAN KARIR DAN IMPLIKASINYABAGI PENGEMBANGAN KOMPETENSI

SISWA DAN KONSELOR

A. Pendahuluanegiatan bimbingan karir pada dasarnya merupakankegiatan yang sangat urgen dalam keseluruhan programBimbingan Konseling di sekolah. Dalam Rambu-rambuPenyelenggaraan Bimbingan Konseling Pada PendidikanFormal (Depdiknas, 2008), dinyatakan bahwa programBimbingan Konseling (BK) yang dilaksanakan di sekolahadalah program BK Komprehensif. Program BK komprehensifterpadu ke proses harian sekolah, yang meliputi: program,personil, kebijakan, tempat, dan proses-prosesnya. (Purkeyand Novak, 1995).Norman Gysbers and Patricia Henderson menggambarkanbahwa: dasar bimbingan komprehensif adalah perspektifmelayani perkembangan manusia. Perspektif ini menjadi dasaruntuk mengidentifikasi pengetahuan, skill, dan sikap-sikap(kompetensi) yang perlu dicapai siswa, semuanya disebutdengan life career development. Life career development(perkembangan kehidupan karir) diartikan sebagaiperkembangan-diri/self dalam rentang hidup seseorang yangmerupakan integrasi/ keterpaduan dari peran (role), setting,dan kegiatan-kegiatan (events) dalam kehidupan seseorang.Dengan kata lain memberikan bantuan dalam perkembangankehidupan karir bagi siswa seolah sudah melaksanakan133

Page 229: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir134 Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 134

seluruh kegiatan bimbingan konseling, meskipun dalamwilayah kerja bimbingan konseling tetap ada tiga domainyaitu: bimbingan pribadi sosial, bimbingan akademik, danbimbingan karir, namun semuanya akan bermuara padaperkembangan optimal kehidupan karir seseorang.Bimbingan karir merupakan suatu proses pemberianbantuan kepada individu dalam memiliki perkembangankarir yang optimal dengan cara memahami diri, memahamiberbagai jenis karir, merencanakan karir, memilih danmenentukan karir yang sesuai dengan keadaan dirinya, dansesuai dengan tuntutan dan tantangan yang ada di lingkungan,serta merealisasikan pilihan karirnya secara sungguh-sungguhdan bertanggung jawab.Mengacu pada definisi tersebut maka bimbingan karirdan aktivitasnya adalah kegiatan dinamis yang harus berubahsesuai perkembangan siswa dan tuntutan serta tantanganyang muncul dari perubahan kehidupan di lingkungankhususnya globalisasi. Era global merupakan tantangan yangakan memberikan pengaruh pada siswa dalam merencanakankarir, membuat keputusan karir, dan mempersiapkan dirimemasuki dunia karir.Perubahan pola, gaya, orientasi hidup, dan pergeserannilai-budaya, akibat era global secara umum mempengaruhisetiap anggota masyarakat, namun lebih besar pengaruhnyapada siswa sebagai remaja yang sedang mencari jati diri dansedang membangun filosofi hidup. Untuk itu maka layananbimbingan karir bagi siswa dalam rangka memberikanlayanan perencanaan individual perlu diperjelas arah/tujuan,isi, pendekatan/strategi dan hasil yang diharapkan diperolehsiswa.Dunia karir adalah dunia dinamis yang selalu berubah,yang menuntut setiap orang memasuki dunia karir dengan

Page 230: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir135 Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 135

dinamis dan siap beradaptasi dan menempatkan diri dalamsetiap perubahan yang terjadi. Untuk itu bimbingan karir

Page 231: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir136 Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 136

tidak sekedar membantu orang memilih jenjang karir yangakan digelutinya, namun juga membimbing pribadi yang kuatuntuk memasuki dunia karir sesuai pilihannya. Persolannyaselama ini bimbingan karir di sekolah masih banyak hanyafokus pada membantu siswa memahami dirinya, selanjutnyamemilih jurusan, atau sekolah lanjutannya, dan masih sedikityang menyentuh sampai pada perencanaan hidup. Padahaldengan bergulirnya globalisasi menuntut orang untuksiap berkompetisi, melihat dan memanfaatkan berbagaipeluang karir baru, serta memiliki kualitas kepribadian dankompetensi sesuai tuntutan dunia pendidikan dan dunia kerjayang dimasukinya. Ini artinya dalam menjalankan layananbimbingan karir bagi siswa perlu mengubah paradigma dalampengembangan kompetensi siswa, dan dengan sendirinyamenuntut konselor mengembangkan kompetensinya.Melalui tulisan ini dibahas beberapa hal esensial berkaitandengan pengubahan paradigma dalam bimbingan karir ditengah tantangan dan tuntutan era globalisasi, meliputi: 1)Pengembangan Kompetensi Siswa Melalui Bimbingan Karir.2). Tantangan dan tuntutan karir saat ini dan fenomena karirdi Indonesia, 3). Strategi bimbingan karir yang dikembangkandi sekolah, 4). Kompetensi yang harus dimiliki konselor untukmelaksanakan bimbingan karir .B. Pembahasan1. Pengembangan Kompetensi Siswa melalui BimbinganKarirMencermati tantangan, tuntutan dan fenomena karir yangada maka dalam proses bimbingan karir perlu dikembangkanberbagai kompetensi pada diri siswa. Sebelum membahastentang kompetensi apa saja yang akan dikembangkan perludibahas makna kompetensi.

Page 232: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir137 Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 137

Mulder (2007) menyatakan bahwa seringkali terdapatmakna ganda, di mana kompetensi dilihat pada kemampuandan otoritas. Sehingga kompetensi tidak hanya dilihat pada

Page 233: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir138 Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 138

keterampilan atau kemampuan untuk melakukan sesuatu,melainkan juga memiliki izin (lisensi) untuk menggunakankemampuan tersebut. Makna ganda kompetensi juga dapatdilihat dari sebagian pihak yang membedakan antara”competence” dan ”competency”. Competency didefinisikansebagai perilaku yang harus ditampilkan karyawan dalamsistuasi tertentu agar dapat mencapai tingkat performanceyang tinggi (Woodruffe, 1991), sedangkan competenceberkaitan dengan pekerjaan keseluruhan yang dikerjakandengan baik, dan diukur diluar sistem standar minimum,seperti yang diperlihatkan dengan oleh kinerja dan output.Dalam dokumen-dokumen Eropa dan juga literaturpenelitian yang relevan dari Perancis, Inggris, Jerman,dan Amerika, yang dimaksud kompetensi mencakup: (a)kompetensi kognitif, yang melibatkan penggunaan teori dankonsep, dan juga pengetahuan yangdiperoleh dari pengalaman;(b) kompetensi fungsional (keterampilan teknis,untukmengetahui bagaimana); (c) kompetensi personal yangmelibatkan cara pengetahuan yang berlaku dalam suatu yangspesifik; (d) kompetensi etis yang melibatkan kepemilikannilai-nilai personal dan profesional tertentu. (Komisi Eropa,2005)James C. Colemen (1969:9) menegaskan bahwakompetensi secara umum menyentuh empat hal pokok yaitu:(a) kompetensi fisik (physical competencies), (2) KompetensiIntelektual (intellectual competencies), (3) kompetensi emosi(emotional competencies), (4) Kompetensi sosial (socialcompetencies).Dengan demikian jelas bahwa pengembangan kompetensisiswa dalam bimbingan karir tidak berarti hanya berupamempersiapkan dengan pengetahuan dan keterampilantapi bantuan pengembangan berbagai potensi kecerdasanagar menguasai berbagai kompetensi yang bersifat holistik(kompetensi hard skill dan soft skill)

Page 234: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir139 Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 139

Selain kompetensi, Dave Redekopp & Barrie Day (2008)merekomendasikan pendekatan terpadu dalam proses suksesikepemimpinan,yangterdiridariPassion(value,beliefe,interest), potensial untuk kompeten/bakat, dan kompetensi teknis/fungsional. Passion merupakan separangkat kekuatan dalamdiri yang lebih bersifat psikologis yang terdiri dari nilai-nilai,belief/keyakinan, dan minatDave Redekopp & Barrie Day (2008) menunjukkankelebihan-kelebihan dalam memilih pemimpin jikamemperhatikan passion di samping potensial dan penguasaankompetensi teknis, yaitu: (1) motivasi untuk memimpindibangun ke dalam proses. Orang dipromosikan karenaia ingin memimpin, mewakili nilai organisasi dan jika iadiseleksi berdasarkan passion untuk satu unit khusus, secarafilosofis bersatu dengan pekerjaan pada unit tersebut, (2)individu termotivasi untuk belajar secara individual, karenatermotivasi untuk menunjukkan peran. Individu akan selalubelajar (informal dan formal) dengan semangat, (3) individuyang termotivasi akan terinspirasi, meningkatkan standartdengan harapan yang lebih tinggi, (4) individu yang bekerjakarena passion akan memiliki kepuasan kerja sehingga jarangstress dan selalu berusaha untuk hadir bekerja.Temuan Dave Redekopp & Barrie Day ini tidak hanyapenting untuk kepemimpinan tapi juga penting dalam memilihkarir dan berkarir pada suatu bidang pekerjaan, karena orangyang bekerja dengan passion akan lebih besar peluangnyauntuk maju, mengalami kepuasan kerja dan sukses.Memperhatikan makna komptensi dan pentingnya passiondalam berkarir maka, paradigma dalam bimbingan karir peludiubah pada upaya pengembangan multi kompetensi padadiri semua siswa, dari yang saat ini lebih banyak hanya padapengembangan hard skill (yang juga lebih fokus hanya padapengetahuan, minim keterampilan/praktek) ke perhatian

Page 235: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir140 Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 140

terhadap pengembangan soft skill yang didalamnya termasukpassion.

Page 236: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir141 Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 141

2. Tantangan dan tuntutan karir saat ini dan fenomenakarir di Indonesia.a. Tantangan dan tututan karir saat iniTantangan dan tuntutan Karir saat ini menurut Supriatna(2009:22-23) antara lain: (a) semakin berkurang kebutuhanakan tenaga kerja yang tidak memiliki keterampilan, (b)meningkat kebutuhan terhadap pekerja profesional yangmemiliki keterampilan teknis, (c) berkembang berbagai jenispekerjaan dampak teknologi, (d) berkembangnya industridi berbagai daerah, (e) muncul pekerjaan baru memerlukanpelayanan dan penanganan baru, (f) jumlah pekerja usiamuda bertambahMoh Suya (2008) mengungkapkan terjadinyakecenderungan perubahan pola-pola dalam dunia kerja dantempat kerja khususnya yang berkaitan dengan pendidikandan bimbingan karir.Tantangan lainnya adalah: seleksi dan kompetisimemasuki dunia kerja akan lebih didasarkan pada kompetensi,bukan sekedar ijazah. Paradigma tentang kompetensimengalami perubahan besar, yang diikuti dengan perubahanvisi, misi yang bersifat personal maupun kelompok. Perubahankompetensi bersifat mendunia, seiring perkembangan ilmupengetahuan teknologi.Trend munculnya kembali pendekatan berbasiskompetensi berawal di Eropa, di antaranya dikemukakanDelamare-Le Deist dan Witerton (2005) bahwa: a) duniaberusaha untuk mengidentifikasi kompetensi-kompetensibaru yang diperlukan, b) mengubah tekanan pada pendidikandan sistem pelatihan untuk merespon profil keterampilanyang mereka perlukan. Pendekatan kompetensi saat inilebih menjanjikan untuk menjamin kualitas, mempermudahakuntabilitas dalam bentuk standar kompetensi dan tingkatankompetensi yang teridentifikasi, dapat diukur dan diuji.

Page 237: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir142 Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 142

Selanjutnya di era teknologi dan informasi, tidak bisadipungkiri bahwa kesuksesan dalam karir dipengaruhi dandipermudah dengan penguasaan informasi dan kemampuanmembangun network. Dengan kemampuan ini orang bisamelihat berbagai peluang dan alternatif karir.b. Fenomena Karir di IndonesiaSelain harus menghadapi tantangan, dan tuntutandalam pengembangan karir, di Indonesia juga eksis berbagaipersoalan karir, yang mungkin disebabkan ketidakmampuandalam mempersiapkan karir yang sesuai tuntutan dantantangan lingkungan atau disebabkan karena faktor budaya.Fenomena karir tersebut antara lain: (a) angka pengangguranmasih tinggi, (b) masih ada dikotomi di masyarakat antarapekerjaan yang bergengsi dengan tidak, misalnya, masihada anggapan pekerjaan bertani lebih rendah dari pegawai,(c) muncul banyak SMK yang akan melahirkan tenaga kerjamenengah dengan keterampilan tertentu, tetapi masih banyakyang belum memiliki kompetensi standar, (d) lulusan duniapendidikan kebanyakan menguasai teori tapi minim dalampraktek-pengalaman, (e) lulusan dunia pendidikan lebihbanyak dibekali dengan komptensi yang sifatnya hard skill(academic skill dan vocational skill berupa pengetahuan danketerampilan), tapi lemah dalam pembinaan kompetensi softskill (personal skill dan social skill antara lain: kecakapan dalammengenal diri sendiri, percaya diri, berpikir rasional tanggungjawab, disiplin, kemauan kerja prestatif, jujur, keterampilanbekerjasama, nilai-nilai yang harus dianut dalam bekerja,kemampuan beradapatasi dengan perubahan, dsb), (f ) masihbanyak orang yang bekerja sekedar memenuhi kebutuhanhidup, belum untuk kebahagiaan dan kebermanfaatanbagi kehidupan diri dan masyarakat serta lingkungan, (g)kebanyakan orang masih mengejar karir yang linier, (h) parasiswa memilih pendidikan lanjut, dan jurusan di PerguruanTinggi belum didasarkan pada orientasi karir yang jelas.

Page 238: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir143 Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 143

Dalam hal ini secara kongrit Supriatna (2009)

Page 239: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir144 Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 144

mengungkapkan masalah karir yang dirasakan oleh siswaantara lain: (a) siswa kurang memahami cara memilih programstudi yang cocok dengan kemampuan dan minat, (b) siswatidak memiliki informasi tentang dunia kerja yang cukup, (c)siswa masih bingung memilih pekerja, (d) siswa masih kurangmampu memilih pekerjaan yang sesuai dengan kemampuandan minat, (e) siswa merasa cemas untuk mendapatkanpekerjaan setelah tamat sekolah, (f) siswa belum memilikipilihan perguruan tinggi atau lanjutan pendidikan tertentu,jika setelah tamat tidak memasuki dunia kerja, (g) siswabelum memiliki gambaran tentang karakteristik, persyaratan,kemampuan, dan keterampilan yang dibutuhkan dalampekerjaan serta prospek pekerjaan untuk masa depankarirnya.3. Strategi Bimbingan Karir yang Perlu dikembangkan diSekolahSebelum menetapkan strategi bimbingan karir perludicermati rumusan tujuan diadakannya bimbingan karir..Menurut Hyot (2001), pendidikan dan bimbingan karirmempunyai tujuh tujuan yaitu untuk: (a) membekali pribadidengan keterampilan untuk mampu kerja, menyesuaikandiri dan meningkatkan diri, (b) membantu pribadi dalammemperoleh kesadaran karir, eksplorasi karir, dan pembuatankeputusan karir, (c) menghubungkan antara pendidikandan pekerjaan sehingga dapat membuat pilihan keduanya,(d) membuat pekerjaan sebagai satu bagian keseluruhangaya hidup yang bermakna, (e) memperbaiki pendidikandengan memasukkan penekanan karir di dalam kelas, (f)meningkatkan dan menerapkan kemitraan antar sektorswasta dan pendidikan, (g) mengurangi penyimpangan dankeragaman dan melindungi kebebasan membuat pilihan.Dalam Public Schools of North Carolina dinyatakantujuan khusus bimbingan karir adalah: (a) mendampingi

Page 240: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir145 Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 145

siswa dalam perencanaan pendidikan, (b) mendampingisiswa dalam membangun dan menerapkan keterampilan

Page 241: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir146 Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 146

membuat keputusan, (c) memfasilitasi pertumbuhandan perkembangan siswa, (d) mendampingi siswa untukmembangun keterampilan untuk sekolah lanjutan, dan karirdi masa yang akan datang.Tujuan yang lebih fundamental adalah membantuindividu untuk: (a) Belajar problem solving yang efektifdan keterampilan membuat keputusan, (b) memahamidan menerima diri mereka dan orang lain, (c) membangunrasa tanggungjawab pada setiap individu, (d) mengetahuipeluang dan jalan karir bagi diri mereka sendiri, (e) membuatperencanaan dalam bidang atau masalah yang lain, (f)mendiskusikan masalah pemilihan pendidikan dan karir dimasa yang akan datang, (g) mengeksplorasi kemungkinansekolah lanjutan, (h) memperbaiki dan mempertahankanhubungan dengan orang lain (keluarga, guru dan temansebaya)Dalam Rambu-rambu Penyelenggaraan Bimbingandan Konseling Dalam Jalur Pendidikan Formal (2007: 199)dinyatakan bahwa tujuan yang yang ingin dicapai terkaitdengan aspek karir sebagai berikut: (a) memiliki pemahamandiri (kemampuan, minat dan kepribadian) yang terkait denganpekerjaan, (b) memiliki pengetahuan mengenai dunia kerjadan informasi karir yang menunjang kematangan kompetensikarir, (c) memiliki sikap positif terhadap dunia kerja. Dalam artimau bekerja dalam bidang pekerjaan apapun, tanpa merasarendah diri, asal bermakna bagi dirinya, dan sesuai dengannorma agama, (d) memahami relevansi kompetensi belajar(kemampuan menguasai pelajaran) dengan persyaratankeahlian atau keterampilan bidang pekerjaan yang menjadicita-cita karirnya masa depan, (e) memiliki kemampuanuntuk membentuk identitas karir, dengan cara mengenaliciri-ciri pekerjaan, kemampuan (persyaratan) yang dituntut,lingkungan sosiopsikologis pekerjaan, prospek kerja, dan

Page 242: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir147 Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 147

kesejahteraan kerja, (f ) memiliki kemampuan merencanakanmasa depan, yaitu merancang kehidupan secara rasional

Page 243: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir148 Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 148

untuk memperoleh peran-peran yang sesuai dengan minat,kemampuan, dan kondisi kehidupan sosial ekonomi, (g)dapat membentuk pola-pola karir, yaitu kecenderungan arahkarir. (h) mengenal keterampilan, kemampuan dan minat.Keberhasilan atau kenyamanan dalam suatu karir amatdipengaruhi oleh kemampuan dan minat yang dimiliki. (i)memiliki kemampuan atau kematangan untuk mengambilkeputusan karir. Pengambilan keputusan karir atas dasarkematangan dalam mempertimbangkan berbagai faktor akanmendukung dalam perjalanan dan kesusesan karir.Mencermati berbagai rumusan tujuan karir di atas,tampaknya sudah relevan dengan tantangan dan tuntutanperkembangan karir di era global, namun melihat masihbanyaknya fenomena karir yang ada pada kenyataan, parakonselor dan pembimbing perlu mengakaji ulang strategibimbingan karir yang dijalankan selama ini. Diprediksi salahsatu penyebabnya adalah belum dioperasionalkannya tujuan-tujuan bimbingan kepada rumusan-rumusan kompetensi yangharus dikuasai siswa, atau belum sejalannya strategi layananbimbingan karir dengan kompetensi yang diharapkan dimilikisiswa. Di sisi lain strategi bimbingan karir mungkin jugabelum dijalankan sepadan dengan percepatan perkembanganteknologi.Saat ini dengan perkembangan ilmu pengetahuandan teknologi (IPTEK), dalam perencanaan, pengambilankeputusan, dan persiapan karir tampaknya belum semuamengambil manfaat positif dari kemajuan IPTEK. Berdasarkankenyataan tampaknya ada tiga kategori siswa dalamperencanaan karir, yaitu:1. Siswa yang memiliki perencanaan karir yang jelas danmemanfaatkan produk teknologi sebagai alat yangmematangkan perencanaan karir. Siswa yang seperti

Page 244: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir149 Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 149

ini biasanya memiliki cita-cita, memiliki passion (minat,keyakinan-keyakinan yang kuat pada bidang yang

Page 245: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir150 Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 150

diminati, serta nilai-nilai pribadi yang didasari oleh nilaireligi dan nilai-nilai kehidupan yang benar), mencermatiberbagai perubahan dan tuntutan yang berkembangpada karir yang dicita-citakannya, memahami keadaandirinya, dan mempersiapkan diri dengan berbagaikompetensi yang dituntut oleh dunia karir yang dicita-citakannya. Di sisi lain ia memiliki-alternatif-alternatifuntuk mengaktualisasikan dirinya. Profil siswa sepertiinilah yang seharusnya dihasilkan melalui bimbingankarir, dan membutuhkan penguatan dalam prosesbimbingan karir. Siswa-siswa seperti ini tidak terlalumembutuhkan bimbingan intensif, tapi lebih banyakdifasilitasi saja dengan berbagai informasi, dan dibantumemilih dan menyeleksi informasi. Fungsi bimbinganadalah penyaluran, penyesuaian dan pemeliharaan.2. Siswa yang perencanaan karir masih berubah-ubah danbanyak dilalaikan oleh penggunaan produk teknologi.Siswa seperti ini belum memiliki cita-cita karir yangjelas, ia belajar di sekolah dan memilih sekolah lebihbanyak karena faktor luar, sering mudah dipengaruhi,dan tidak begitu memahamidunia karir dan tuntutannya.Menempuh pendidikan untuk memperoleh ijazah,belum berorientasi pada kompetensi. Kadang seriusmempersiapkan diri dengan belajar kadang tergodauntuk menghabiskan waktu bersenang-senang denganberbagai tawaran produk teknologi. Siswa kategoriini memerlukan layanan bimbingan karir yang lebihintensif khususnya dalam merencanakan karir, danmengambil keputusan karir. Mereka memerlukanbantuan menemukan bakat dan minatnya, dibantumengembangkan kompetensi emosional, sosial, dan

Page 246: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir151 Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 151

spiritualnya, disamping pengembangan kompetensikognitif dan fisik. Siswa ini perlu dibantu menumbuhkan

Page 247: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir152 Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 152

passion pada bidang karir yang dipilihnya.3. Siswa yang tidak memiliki perencanaan karir :menghabiskan waktu untuk bersenang-senang,sangat tidak berminat atau tidak begitu peduli denganpelajaran dan masa depannya. Menunjukkan perilakubermasalah seperti memasuki genk, , sering terlibatperilaku nakal, bolos, tawuran, gaul bebas, narkoba,kebut-kebutan, menghabiskan banyak waktu untukgames, sering-mendapat peringatan di sekolah,lebih banyak terikat teman dari pada sekolah dankeluarga, gaya hidup konsumtif. Siswa-siswa inisudah membutuhkan bantuan bimbingan karir yangjauh intensif dengan berbagai bentuk layanan untukmengatasi masalah pribadi-sosial, akademik, dan karir.Prioritas utama bagi mereka bantuan untuk pemecahanmasalah pribadi-sosial, treatmen psikologis dan fisikuntuk hidup sehat, baru pembimbingan akademikdan karir. Untuk membimbing anak-anak bermasalahini membutuhkan kerjasama dengan berbagai pihak,terutama orang tua/wali dengan tenaga ahli.Dengan mencoba membagi tiga kategori siswa ini,tampaknya perlu aneka strategi bimbingan karir yang perludipersiapkan konselor agar apa yang dilakukan konselor disekolah memberikan hasil yang dapat dipertanggungjawabkan(accountable). Dalam program bimbingan konselingkhususnya layanan pada perencanaan individual, konselorperlu merumuskan sejumlah kompetensi yang harus dikuasaisiswa sesuai dengan keberadaannya masing-masing.Layanan bimbingan karir yang diberikan oleh konselorsekolah perlu menunjukkan upaya nyata dengan programkongrit dalam mempersiapkan setiap siswa merencanakankarirnya. Konselor sekolah perlu mengubah paradigma

Page 248: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir153 Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 153

dalam membantu siswa dalam merencanakan karir,karena perubahan pasar kerja membutuhkan kemampuan

Page 249: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir154 Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 154

adaptasi yang cepat, maka perlu juga strategi bimbinganuntuk mengembangkan daya fleksibelitas pada diri siswa,dengan mengajarkan keterampilan memecahkan masalah,merangsang kreativitas untuk mengembangkan kemampuanmelihat alternatif-alternatif.Bimbingan karir tidak hanya sekedar membantu siswamenentukan ke mana seorang siswa akan diarahkan dalampemilihan jurusan, pendidikan lanjut, dan profesi yang akandigeluti, tapi juga membantu siswa merencanakan aktivitas diriagar mampu memenuhi standar kompetensi, kinerja, tingkatproduktivitas yang sesuai dengan pilihan karirnya supaya iabisa berkembang optimal pada karir yang digelutinya.Bimbingan perencanaan karir tidak cukup hanya berupapemberian informasi, tapi hal yang jauh lebih penting adalahmembantu perkembangan kepribadian siswa agar tangguhdan memiliki nilai-nilai yang kuat saat memilih karir danberkarir.John Goyder, (2009) mengungkapkan bahwa pada masaremaja generasi muda diharapkan untuk memutuskan antarapendidikan, vokasional, dan pilihan-pilihan pekerjaan danmembuat pilihan yangpaling memungkinkan. Literatur tentangkarir menekankan pentingnya generasi muda membuatkeputusan karir tetapi juga mengetahui masalah-masalah yangberhubungan dengan pembuatan keputusan tersebut. Untukitu siswa perlu didorong untuk memproses informasi karirdan dibantu untuk mengembangkan satu pandangan positifdan fleksibel mengenai diri dan lingkungannya. Ditegaskanbahwa kemampuan untuk adaptasi karir jauh lebih pentingdalam pembuatan keputusan karir.Sebagian besar orang berusaha keras untuk membuatkeputusan karir, misalnya ketika ia harus memutuskanmemilih antara pendidikan yang tersedia, vokasional dan

Page 250: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir155 Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 155

pilihan pekerjaan. Khususnya generasi muda yang sedangberada pada masa transisi dari sekolah ke bekerja mungkin

Page 251: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir156 Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 156

mengalami keragu-raguan, sering merasa tidak dapatmemutuskan karir apa yang mereka inginkan untuk diperoleh.Keragu-raguan karir banyak terjadi dan seringkali dialamisebagai beban yang berhubungan dengan perasaan cemasdan rendahnya self-esteem/harga diri (Betz & Serling, 1993).Umumnya orang menemukan kesulitan untuk menggunakanstrategi rasio ketika membuat keputusan (e.g., Anderson,2003). Lebih jauh mereka kadang-kadang tidak bahagiadengan keputusan akhir yang dibuatnya.Dengan mengkaji berbagai referensi tentang pengambilankeputusan, John Goyder, (2009) mengemukakan bahwa: parapeneliti (Singh & Greenhaus, 2004; Spicer & Sadler-Smith,2005) telah mengidentifikasi perbedaan individu dalamperilaku membuat keputusan, dan telah menemukan lima gayapengambilan keputusan: (a) pendekatan logis dan terstrukturuntuk gaya pengambilan keputusan rasional, (b) percaya padafeeling dan gaya impresi intuitif, (c) percaya pada dukungandari gaya orang lain, (d) menghindari atau menunda membuatkeputusan, gaya menghindar, (e) membuat keputusan yangimpulsif, gaya spontan.Gaya pengambilan keputusan mana yang akan diambilseseorang tergantung pada keadaan dan keputusan yangdibuat, meskipun gaya rasional telah diyakini baik danmenguntungkan dalam mengambil keputusan ((Singh &Greenhaus, 2004), strategi pengambilan keputusan ini tidakselalu jadi pilihan. Singh and Greenhaus (2004) menemukanbahwa strategi rasional penting untuk menemukansatu pekerjaan yang mapan, tetapi seringkali strategiini digabungkan dengan pembuatan keputusan intuitif.Orang yang meyakini kedua strategi ini ternyata memilikikesadaran yang lebih tinggi tentang diri dan lingkungan yangmembantunya membuat keputusan yang lebih baik.

Page 252: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir157 Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 157

Dalam bimbingan karir perlu dibangun kesadaran untuk

Page 253: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir158 Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 158

belajar secara berkelanjutan baik melalui pendidikan formal,maupun non formal dan informal. Ini penting mengingatdunia kerja saat ini cenderung menuntut multi skill dan jugakemampuan membangun networking.Berbagai strategi dan teknik layanan bimbingan kariryang ditawarkan dalam kerangka kerja utuh Bimbingan dankonseling, pada Rambu-rambu penyelenggaraan Bimbingandan Konseling dalam Jalur pendidikan formal (2007) dapatdigunakan dalam bimbingan karir oleh konselor, namunyang menentukan hasil dari bimbingan tersebut adalahimplementasi dan kinerja langsung yang ditunjukkankonselor di lapangan. Di sini dibutuhkan kompetensi kinerja/performance konselor.4. Kompetensi yang harus dimiliki konselor untukmelaksanakan layanan bimbingan karirRonald G. Sultana (2008) menjelaskan yang dimaksud“competence” adalah: kompetensi yang harus dimiliki olehpraktisi bimbingan karir/career guidance (CG). Kompetensiitu menunjukkan kemampuan dan berwujud kemahiranseseorang (konselor) dan dilakukan secara professional, jelas,terstandar, ada target yang jelas, dalam mengembangkanbimbingan karir.Secara yuridis formal kompetensi yang harus dimilikiseorang konselor sudah tertera Dalam permendiknas nomor27 tahun 2008 tentang SKA (Standart Kualifikasi Akademik)-KK (Kompetensi Konselor) yang ditata ke dalam empatkompetensi pendidik (kompetensi pedagogik, kepribadian,sosial, dan profesional) sebagaimana tertuang dalam PP19/2005, (sebagaimana terlampir). Rumusan kompetensitersebut, masih bersifat patokan umum secara Nasional yangmasih harus ditunjukkan melalui kinerja konselor di sekolah.

Page 254: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir159 Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 159

Secara praktis sesuai dengan fenomena karir dankompetensi yang harus dikembangkan pada siswa padaera teknologi informasi sebagai efek globalisasi maka ada

Page 255: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir160 Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 160

beberapa kompentensi yang sangat urgen dimiliki olehkonselor yaitu:1. Penguasaan informasi dengan menguasai teknologiinformasi, baik berupa pengetahuan mengenaiisi informasi karir, cara memperolehnya maupunketerampilan dalam memanfaatkan produk teknologibagi kepentingan informasi bagi siswa. Konselor jugaharus cepat tanggap terhadap berbagai informasibaru, dan cakap dalam memfasilitasi siswa untukmendapatkan informasi, sehingga konselor dituntutuntuk melek teknologi. Konselor diharapkan tidaksekedar kompoten dalam mencari dan memberikaninformasi, tapi yang lebih penting memfasilitasi siswaagar mencari, menemukan dan menyeleksi informasiyang bermanfaat bagi karirnya masing-masing melaluiberbagai sumber baik cetak, elektronik, maupunsumber langsung.2. Membuat program layanan perencanaan karir bagisiswa. Perencanaan karir adalah aktifitas yangmengarah pada keputusan karir masa depan. Aktivitasperencanaan karir sangat penting bagi siswa terutamauntuk membangun sikap dalam menempuh karir masadepan. Tujuan utamanya adalah siswa memiliki sikappositif terhadap karir masa depan terutama bidangkarir yang diminatinya.3. Memiliki kompetensi untuk membangun network,agar bisa memfasilitasi siswanya untuk memilikikemampuan membangun network.4. Memiliki kompetensi untuk menciptakan danmelaksanakan aneka strategi layanan bimbingankonseling, melalui berbagai kerjasama. Merumuskanstrategi-strategi untuk mengembangkan multi

Page 256: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir161 Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 161

kompetensi pada siswa dan secara lebih khususkonsen pada pengembangan kompetensi soft skillsiswa (memiliki kejujuran, disiplin, bertanggung jawab,mampu bekerjasama, punya idealisme/dan nilai-nilaipribadi yang kuat sesuai stándar religius dan moral).Misalnya aneka kegiatan kerja kelompok, outbond,pramuka, simulasi, seminar, diskusi, kerja kelompok,karyawisata, sosiodrama dan sebagainya.5. Menyelenggarakan konseling karir dalam mmembantusiswa membuat keputusan karir. Menurut Drummond& Ryan (1995) konseling karir dan perkembangannyamerupakan proses dimana kegiatan, strategi danintervensi digunakan untuk membantu konseli dalameksplorasi karir, perencanaan dan pengambilankeputusan karir dalam proses belajar pada lingkupsekolah dan atau dalam proses kerja. Untuk menghadapitren dan isu di abad 21 ini menurut Ryan peran danstrategi konselor karir tidak hanya berorientasi padapotensi konseli tetapi juga berorientasi pada kondisiglobalisasi.6. Mampu menilai kemajuan yang diperoleh siswa melaluibimbingan karir yang dilakukannya, dan akuntabitasnyakinerjanya dapat diukur.C. PenutupBerdasarkan pembahasan di atas dapat ditarik beberapakesimpulan:1. Globalisasi berdampak pada seluruh kehidupan,termasuk pada dunia karir dan perencanaan karir.2. Persaingan global menuntut individu mampuberkompetisi untuk memperoleh peluang karir yanglayak

Page 257: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir162 Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 162

3. Perlu perubahan paradigma dalam bimbingan karir,

Page 258: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir163 Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 163

terutama dalam aplikasi strategi bimbingan karir4. Dalam perencanaan karir siswa perlu dipersiapkanuntuk memiliki kompetensi dan skill sesuai denganbidang yang diminatinya, baik yang sifatnya multi hardskill dan soft skill5. Bimbingan karir memegang peranan penting dalammembantu peserta diri mengambil keputusan karir,beradaptasi dengan perubahan dalam dunia karir, danmemfasilitasi siswa dengan berbagai informasi, sertamelatih dan mengembangkan soft skill melalui berbagaistrategi.6. Konselor dituntut memiliki sejumlah kompetensi untukmembantu peserta dalam Bimbingan karir.

Page 259: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

B

BAB XDIMENSI PSIKOLOGIS KESUKSESANKARIR SISWA: STRATEGI KONSELOR

MEMBANTU SISWA MEMAHAMI KONFLIKPEKERJAAN & KELUARGA DALAM

PERENCANAKAN KARIR

A. Pendahuluanimbingan dan konseling adalah bagian integral darikeseluruhan program pendidikan di sekolah/madrasah,yang implikasinya diorientasikan kepada upaya memfasilitasiperkembangan potensi peserta didik yang meliputi aspekpribadi, sosial, belajar dan karir sebagai makhluk berdimensibiopsikososiospritual (biologis, psikis, sosial dan spiritual.Tugas tersebut sesungguhnya merupakan tugas bersamayang harus dilaksanakan oleh guru, konselor dan tenagapendidik lainnya sebagai mitra kerja, sementara itu masing-masing pihak tetap memiliki wilayah pelayanan khusus dalammendukung realisasi diri dan pencapaian kompetensi pesertadidik. Pengembangan kompetensi peserta didik selamabelajar di sekolah sangat dipengaruhi dari system dan suasanabelajar, peserta didik seringkali teralihkan perhatiannya padakegiatan-kegiatan yang kadang-kadang kontra-produktif.Peserta didik membutuhkan pelayanan bimbingan dankonseling yang menyediakan berbagai fasilitas sebagai upayaproaktif dan sistematis bagi siswa dalam rangka pencapaiankemandiriannya. Berkaitan dengan hal ini pelaksanaanlayanan bimbingan dan konseling disesuaikan dengan tugasdari fase perkembangan peserta didik. Salah satu aspek151

Page 260: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir152 Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 152

perkembangan tersebut adalah peserta didik harus mampumemahami, mengenali, dan memiliki wawasan perencanaandan pengembangan karir di masa depan.Aspek wawasan perencanaan danpengembangan karir yang dibutuhkan oleh pesertadidik mempunyai sub-sub aspek diantaranya; teori-teoriperkembangan karir, konflik-konflik perkembangan karirdan pekerjaan termasuk di dalamnya konflik karir-pekerjaandengan keluarga. Pemenuhan kebutuhan aspek-aspek dansub-sub aspek berkenaan dengan wawasan perencanaandan pengembangan karir mereka harapkan konselor akanmembawa kesuksesan dalam pemilihan, dan pengambilankeputusan dalam perencanaan karir yang tepat sesuai denganpotensi pribadi, akademik, peluang dunia kerja dan soaialkemasyarakatan secara optimal untuk mencapai kemandiriandan kehidupan efektif sehari-hari.1. Arah Kesuksesan Peserta Didik.Melalui layanan bimbingan dan konseling peserta didikmemperoleh layanan untuk mencapai kesuksesannya, yaitusukses akademik, dan nantinya dapat mengembangkan karirdan kehidupan yang cukup baik dengan kata lain peserta didikmencapai tri sukses yaitu sukses akademik, sukses persiapankarir dan sukses sosial kemasyarakatan (Alizamar, 2009;2-3).Sukses akademik peserta didik dituntuk untukmencurahkan perhatian sepenuhnya terhadap kegiatanbelajar dan mengajar, sehinga keberhasilan secara optimaldapat dapat diiluti, nilai-nilai yang tinggi dan tidak mengalamikegagalan (tinggal kelas) lulus sesuai dengan waktu belajardan peraturan yang berlaku. Sukses persiapan karir pesertadidik diarahkan dan menentukan pilihan rencana karirdan pengembangan karir dalam kejuruan tertentu melaluipilihan jurusan, pendidikan lanjutan maupun memasukidunia kerja. Sukses sosial kemasyarakatan selama masa studidan juga setelah lulus nanti peserta didik selalu berada di

Page 261: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir153 Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 153

dalam suasana dan arus pergaulan dengan sesama pelajar,warga sekolah/kampus, warga masyarakat pada umumnya,suasana dan arus pergaulan penuh dengan warna warniaspek kehidupan dan perkembangan/perubahan masyarakatbahkan arus globalisasi.2. Perencanaan KarirM. Surya 1984 dalam Suherman (2008) “Memandangbahwa bimbingan karir sebenarnya merupakan salah satujenis bimbingan berdasarkan masalah yang dihadapi individu”.Karena dianggap betapa esensialnya pelayanan tersebut dimasa pada masa sekarang maka pelaksanaannya di sekolahmendapat penekanan tersendiri . Bimbingan karir dipandangsebagai “Penampang“ bimbingan di sekolah maksudnya adalahbimbingan karir merupakan suatu pelayanan bimbingan yangditonjolkan dan ditekankan pelaksanaannya. Hal ini dipertegaslagi oleh Conny Semiawan (1990) “Memandang bimbingankarir sebagai focus dari profesi bimbingan di sekolah”Pada kesempatan lain M Surya (1988) mengungkapkantujuan utama bimbingan karir adalah membantu individumemperoleh kompetensi yang diperlukan untuk memenuhiperjalanan hidup secara optimal ke arah yang dipilihnya.Untuk mencapai tujuan tersebut maka maka pada dasarnyadual hal pokok materi bimbingan karir yang diberikankonselor sekolah yaitu informasi karir dan ketrampilan karir.Suherman (2008:37) menggambarkan Materi informasi karirmeliputi; pemahaman diri, nilai-nilai, lingkungan, pendidikan,pekerjaan, perencanaan dan pembuatan keputusan sertakehidupan beragama. Materi ketrampilan; ketrampilan-ketrampilan dalam pemahaman dan pengembangan diri,berhubungan dengan orang lain, perencanaan dan penilaianpekerjaan, pembuatan keputusan , perencanaan masa depan.

Page 262: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir154 Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 154

Materi-materi di atas perlu dikembangkan dan dikemassesuai kebutuhan peserta didik dan lingkungannya, yangmampu mengontrol prilaku efektif dirinya sehingga

Page 263: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir155 Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 155

bermakna bagi dirinya dan lingkungan dalam menyusun suatuperencanaan karir teermasuk sekolah lanjutan dan pekerjaandi masa mendatang. Dengan demikian tidak terbatas padapenggunaan buku paket bimbingan karir yang telah disiapkanoleh pemerintah.Konflik-konflik karir-pekerjaan dan keluarga secara jelasterimplisit di dalam materi-materi di atas, dan hal tersebutsangat dimungkinkan disampaikan untuk dipahami olehpeserta didik apabila konselor benar-benar mengharapkankesuksesan peserta didik dalam merencanakan karir-pekerjaan di masa mendatang. Dengan memahami konfliktersebut peserta didik akan lebih terampil mengembangkandiri dengan mempertimbangkan berbagai konflik di atasdalam mengambil keputusan terhadap perencanaan karirnya.B. Konflik Karir-Pekerjaan dan Keluarga MerupakanWawasan dan Persiapan Karir1. Konfik Karir-Pekerjaan dan KeluargaManusia memiliki dua kehidupan yaitu kehidupan pribadidan kehidupan dalam hubungannya dengan manusia lainnya.Pola hubungan yang satu dengan yang lain dipengaruhi olehbanyak faktor misal teknologi, transportasi dan perkembanganpenduduk.Kehidupan saat ini sering memunculkan persoalan-persoalan psikologis bagi semua orang termasuk pesertadidik di sekolah. Bagi mereka yang terkena persoalan haruskepada siapakah mengadu, sementara para orang tua, saudardan family disibukan oleh pekerjaannya sendiri. Layananprofesional memang ada, tetapi harus diimbangi denganbayaran yang mungkin dapat menjengkelkan, disampinganggapan bahwa yang berkonsultasi adalah mereka yangdirundung banyak bermasalah dimata orang lain. Konselorsekolah adalah sebagai orang yang tepat dapat membantu

Page 264: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir156 Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 156

kondisi siswa yang termasuk kelompok ini terutama sebagaitindakan preventif, dan pengembangan.

Page 265: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir157 Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 157

Ganguan psikologis ini bukan tidak mungkin terjadipada lingkungan keluarga peserta didik, yang memunculkankonflik-konflik dalam perencanaan karir-pekerjaan mereka.Keluarga tempat anak berorientasi; dalam keluarga anakbelajar dan menyatakan diri sebagai makhluk sosial. Seoranganak (dalam keluarga) tidak selalu mengerti ragam nilai danharapan keluarga/orang tua. Ini mungkin terjadi karena orangtua bersikap terlalu melindungi, menutupi konflik-konflikyang mereka alami berkaitan dengan perannya sebagaipekerja dan orang tua. Ausubel (1958:368); Melihat bahwaperlindungan berlebihan itu terjadi sebagai akibat rasa cemasdan takut adanya bencana terhadap anak-anaknya mereka.Berkaitan dengan konflik-konflik karir-pekerjaan dankeluarga dan pengembangan karir digambarkan dalam sebuahartikel oleh Robecca Slan-Jerusalim dan Charles. P Chen(2009); Menganalisa beberapa hasil riset tentang pengalamankerja wanita berusia 25-35 tahun dan berupaya menyediakankonseling karir untuk mencapai keseimbangan pekerjaan-keluarga yang lebih baik. Konflik-konflik tersebut antara lainberkenaan dengan;a. Pergeseran keseimbangan peran utama antarapekerjaan dan keluargab. Pertentangan peran pekerjaan dan keluarga antardaerahc. Kompetisi/persaingan persyaratan-persyaratankemampuan multiperand. Kombinasi dari peran dan beban tangung jawabberlebihan dalam pencapaian karir.e. Perbedaan jenis kelamin (ideology gender), sikap-sikap dan kepercayaan dalam mengkontribusikanperan dan pengaruh pengalaman sikap-sikapterhadap konflik pekerjaan-keluarga

Page 266: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir158 Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 158

f. Perilaku, ketegangan dan waktu; Waktu tingkat

Page 267: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir159 Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 159

persaingan waktu yg dimiliki (contoh, waktu liburuntuk keluarga harus lembur), ketegangan satuperan menghalangi melaksanakan kemampuanefektif peran lainnya (tidak mampu berkonsentrasipada pekerjaan khawatir anak sedang sakit), perilakupersyaratan dari tingkah laku berdampak padaharapan perilaku peran yang lain.g. Pekerjaan dapat menghalangi keluarga (bekerjasering terlambat menyiapkan makan malam) dankeluarga menghalangi pekerjaan (pertemuan dengankeluarga dapat merintangi kinerja ditempat kerja).h. Penyesuaian kebijakan-kebijakan organisasi terha-dap karyawani. Peran-peran kontras (menonjol)Variabel-variabel demografi pemicu konflik-konflik inimenurur Duxbury dan Higgins (2005) adalah; kekuatanpartispasi pekerja wanita, tingkat perceraian yang tinggi,peran dari orang tua tunggal dari kebanyakan keluarga,tanggung jawab suami istri dan kepedulian terhadap anakserta orang tua, peran gender dalam konseptual tradisional.Varibel pekerjaan adalah; kreasi globalisasi dari peningkatanpenggunaan teknologi, berbasis pengetahuan ekonomi,deregulasi-deregulasi dan pekerjaan-pekerjaan berat dankkeras.Tidak dapat dipungkiri, pada dasarnya tiap individumanusia mempunyai keunikan. Perbedaan-perbedaan itumemungkinkan munculnya persoalan atau konflik dalamhubungan antar pekerja dalam karir seseorang. Permasalahannya, mengubah seseorang individu agar sesuai dengan oranglain tidaklah mudah. Meskipun hubungan sosial peserta didikdi sekolah atau dengan orang tua dalam perencanaan karirmereka tidak segawat konflik kepentingan perebutan jabatan,

Page 268: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir160 Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 160

tetapi masalah ini tetap membutuhkan penangan serius,hal ini dimunkinkan seolah-olah persoalan tidak ada, tetapi

Page 269: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir161 Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 161

mengurangi produktivitas belajar dan kerja. Secara mendalampermasalahan yang dihadapi karyawan ditempat kerja adapada ruang lingkup social-psikologis yang mungkin dihadapioleh peserta didik ketika ia kelak meniti karirnya. Untukmenghindari atau paling tidak meminimalkan munculnyapermasalahan dalam diri peserta didik di masa depan,maka konselor harus memberikan informasi berkenaandengan konfik-konflik ditempat kerja sedini mungkin sejakmereka masih berada dilingkungan sekolah dan perkuliahan.Hal senada dikemukakan para karyawan ditempat kerjamenghadapi berbagai persoalan yang membutuhkanpemecahan. Para karyawan membutuhkan informasi yangdikemas dengan ringkas, sekaligus mampu menjawab palingtidak sebagian permasalahan yang mereka hadapi ditempatkerja (Ino Yuwono, 2005).2. Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan KarirKarir seseorang tidak berkembang sendiri, karir seseorangakan berkembang setidaknya karena dukungan lingkungan(iklim organisasi) di satu sisi dan memiliki seperangkatkompetensi disisi lain. Seseorang yang menginginkankesuksesan dalam karir dituntut memiliki pengetahuan dankemampuan mengenai faktor-faktor perkembangan karir.Pengenalan terhadap faktor-faktor beserta peluang karirmemberikan sejumlah harapan baik bagi dirinya untukmemperbaik diri dan mengembangkan kemampuannyamelalui sejumlah pelatihan-pelatihan dan atau konseling. Tigafaktor utama pengembangan karir menurut Dave E Redokopp;1) Gumption mempunyai beberapa arti diantaranyainisiatif (sedang bekerja beriniasiatif mendapatkan peluangyang lain), courage; keberanian, keteguhan hati (sayamemerlukan keberanian untuk mengutarakan sesuatudengan pimpinan), common sense; pikiran sehat (seseorangdengan pikiran sehat akan mengetahui apa yang dia kerjakan).

Page 270: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir162 Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 162

Gumption menggambarkan kejadian yang sebenarnya padadiri seseorang yang berhubungan dengan kualitas.

Page 271: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir163 Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 163

2) Disiplin yang dimaksud adalah disiplin diri yaitukemampuan seseorang untuk mengontrol dan mengerjakansesuatu yang tidak datang secara alamiah; untuk menentukanberbagai tindakan seseorang. Disiplin pada sebagainmasyarakat digambarkan sebagai control (control), tertib(orderly) dan pengorbanan. Jika kepribadian anda secaraalamiah tertib, terorganisir bukan termasuk disiplin.3) Withitness adalah mengetahui apa dan siapa yangakan melakukan sesuatu setiap saat, maksudnya seseorangyang mempunyai withitness berkemampuan untuk menyadarikeberadaan lingkungan dan pengaruhnya terhadap dirinya.Ia juga biasa membaca lingkungan dan isyarat-isyaratemosional, mengecek respon orang lain pada perilaku mereka,mengetahui apa yang terjadi di dunia, menjaga ide-ide baru.Mereka cukup yakin terhadap diri mereka sendiri, dapatmelihat dengan jelas kejadian di luar dirinya dan apa yang adadi dalam hatinya.Keberadaan inisiatif, kreaktifitas diri, pengambilan resiko,bergerak kearah belajar dengan nyaman dan memeberikanpenguatan, namun penambahan disiplin akan menjadikanpercikan api meningkat dan menumbuhkan motivasi, danapabila tanpa kedalam berfikir munkin yang dilakukan denganinisiatif dan disiplin mungkin akan hilang dan menghambatperkembangan karir seseorang.3. Persepektif Psikologi KerjaRichardson (1993) menekankan bahwa konselor danpsikolog harus mengembangkan paradigma mengenai makna,pemahaman dan peran orang dalam bekerja dalam kehidupandari persepektif psikologi. Psikologi kerja adalah salah satupersepektif yang menciptakan kerangka konsep inklusifyang meyakinkan bahwa kerja adalah komponen inti dalamkehidupan dan mencoba untuk secara komprehenshif dengan

Page 272: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir164 Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 164

penuh pemahaman terhadap teori, hasil riset, dan praktikyang terjalin dengan keadilan di masyarakat.

Page 273: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir165 Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 165

Persepektif psikologi kerja mengakui bahwa menempatitempat yang signifikan dalam kehidupan manusia danpengalaman kerja adalah relative konstan dalam kehidupankita. Dengan demikian ia menyatukan kehidupan manusiamelintasi waktu dan budaya. Kerja meliputi usaha, aktifitasdan energy dalam memeberikan tugas dan menymbangkeseluruhan kesejahteraan ekonomi dan social dalamkebudayaan. Kerja tidak dibatasi dengan hanya upah bagipekerja. Karena itu persepektif psikologi kerja mencarikerangka kerja untuk mengembangkan model inklusif dalampraktik konseling/psikoterapi yang dapat menyediakanpelayanan bagi orang untuk menyadari banyak pilihan dalamkehidupan dan mereka dapat mencari pengetahuan baru yangdapat menginformasikan kepada public untuk pendidikan,latihan , kebijakan dan masalah-masalah lainnya.Persepektif psikologi menganjurkan pemahaman individuterhadap dunia kerja yang merupakan konstruksi sosial dankultural. Ini berarti pengalaman kerja pada manusia melintasidunia berbeda tergantung dari konteks sosial, politik, ekonomidan kebudayaan.C. Strategi Konselor dalam Mengelola Konflik-konflik Karir-Pekerjaan dan KeluargaDalam artikel tentang teori-teori perkembangan karirdan konflik pekerjaan-keluarga Robecca Slan-Jerusalim danCharles. P. Chen (2009) menggunakan beberapa konsep utamadari Super’s (1990) yakni pendekatan lingkungan hidup dariteori karir dan teori sosial (SCCT: Lent, Bron, & Hacket, 2002)dengan menguji keseluruhan dan kesempurnaan pengalamankarir seseorang dalam kehidupan dengan mengguji peran-peran penting dan bagimana sifat keterlibatan alamiahtertentu dapat berubah. Contoh;

Page 274: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir166 Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 166

1) Beberapa orang menganggap penting penting perananpekerjaan mereka dan dapat bertukar dari waktu ke waktu(sebagai seorang anak tidak tertarik bekerja, tetapi orang

Page 275: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir167 Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 167

dewasa menganggap pekerjaan adalah pusat pertukaranhidup)2) Ada budaya yang telah menghargai pekerjaan sebagaisuatu alat untuk menghidupi salah satu keluarga, sedangkankultur lain mempertimbangkan karir sebagai konsep diriseseorang.Peran bimbingan dan konseling karir sebagaipengintegrasi berbagai kemampuan dan kemahiran intelektualdan keterampilan khusus hingga sampai pada kematangankarir secara spesifik terumus dalam tujuan bimbingan karirsebagai berikut:a. Peserta didik dapat mengenal (mendeskripsikan)karakteristik diri (minat, nilai, kemampuan, danciriciri kepribadian) yang darinya peserta didikdapat mengidentifikasi bidang studi dan karir yangsesuai dengan dirinya,b. Peserta didik memperoleh pemahaman terntangberbagai hal terkait dengan dunia (karir-studi) yangakan dimasukinya seperti tingkat keuasan karir yangditawarkan, deskripsi tugas dalam berbagai bidangpekerjaan, pengeruh perkembangan teknologiterhadap bidang kerja tertentu, kontribusi yangdapat diberikan dalam bidang pekerjaan tertentupada masyarakat, dan tuntutan kemampuan kerjadalam bidang-bidang pekerjaan tertentu di masadepanc. Peserta didik mampu mengidentifikasi berbagaibidang pendidikan yag tersedia yang relevan denganberbagai bidang pekerjaan. Dengan demikianpeserta didik memperoleh dan dapat menerapkanpengetahuan dan keterampilan (skill) yang dituntutoleh peran-peran kerja tertentu,

Page 276: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir168 Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 168

d. Peserta didik mampu mengambil keputusan karirbagi dirinya sendiri, merencanakan langkah-langkahkonkrit untuk mewujudkan perencanaan kariryang realistik bagi dirinya. Perencanaan karir yangrealistik akan meminimalkan faktor dan dampaknegatif dan memaksimalkan faktor dan dampakpositif dari proses pemilihan karir, e) mampumenyesuaikan diri dalam mengimplementasikanpilihannya dan berfungsi optimal dalam karir (studidan kerja), Carney, 1987 dan Reihant, 1979 (dalamFajar Santoadi, 2007).Bimbingan Karir di sekolah diarahkan untuk membantusiswa dalam perencanaan dan pengarahan kegiatan sertadalam pengambilan keputusan yang membentuk pola karirtertentu dan pola hidup yang ikan memberikan kepuasan bagidirinya dan lingkungannya.Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan mengenaiBimbingan Karir, terdapat beberapa persamaan. Persamaantersebut antara lain:1. Bantuan layanan2. Individu, siswa, remaja3. Masalah karir, pekerjaan, penyesuaian diri, persiapandiri, pengenalan diri, pemahaman diri, dan pengenalandunia kerja, perencanaan masa depan, bentuk kehidupanyang diambil oleh individu yang bersangkutan.Layanan Bimbingan Karir di sekolah dapat dibedakandalam dua bentuk yaitu secara individual dan secarakelompok. Layanan individual dapat diberikan di dalam ruangbimbingan/ ruang konseling melalui layanan konseling karirindividu.Lebih jauh dijelaskan secara rinci, sebagai gambaran yangharus dilakukan konselor adalah ada pada buku Pedoman

Page 277: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir169 Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 169

Bimbingan dan Penyuluhan tersebut mengenai isi bimbingankarier untuk sekolah sebagai berikut:d. Isi bimbingan karier untuk kelas-kelas rendah:1. Mengenalkan perbedaan antar kawan sebaya;2. Menggambarkan perkembangan diri siswa;3. Menjelaskan bahwa bekerja itu penting bagi kehidupansesuai dengan tuntutan lingkungan;4. Mengenalkan ketrampilan yang dimiliki siswa;5. Menjelaskan macam-macam pekerjaan yang ada dilingkungan sekolah;6. Menggambarkan kegiatan setelah tamat;7. Mengenalkan macam-macam pekerjaan yang dilakukanorang dewasa;8. Mengenalkan kegiatan-kegiatan yang menarik;9. Mengenalkan alasan orang memilih suatu pekerjaan,dan bahwa pilihan itu masih dapat berubah;10. Menjelaskan bahwa kehidupan masa depan dapatdirencanakan sejak sekarang;11. Mengenalkan bahwa seseorang dapat memiliki banyakperan;12. Menjelaskan bahwa pekerjaan seseorang itudipengaruhi oleh minat dan kecakapannya,Isi bimbingan karier untuk kelas-kelas tinggi:1. Menjelaskan manfaat mencontoh orang-orang yangberhasil;2. Melatih siswa menggambarkan kehidupan di masa yangakan datang;3. Membimbing diskusi mengenai pekerjaan wanita danpria;

Page 278: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir170 Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 170

4. Menjelaskan jenis-jenis ketrampilan yang dikaitkandengan pekerjaan tertentu;5. Melatih siswa membayangkan hal-hal yang akandilakukan pada usia kira-kira 25 tahun kelak;6. Membimbing siswa tentang macam-macam gaya hidupdan pengaruhnya;7. Menjelaskan tentang pengaruh nilai yang dianut dalampengambilan keputusan;8. Membimbing siswa untuk memperkirakan bahwameneladan tokoh panutan dapat mempengaruhi karier;9. Melatih siswa merencanakan pekerjaan apa yang cocokpada masa dewasa;10. Membimbing siswa berdiskusi tentang pengaruhpekerjaan orang terhadap kehidupan anak;11. Melatih siswa melihat hubungan antara minat dankemampuan;12. Mengenalkan bermacam-macam cara untuk menilaikemajuan prestasi;13. Mengenalkan macam-macam pekerjaan yang ada dilingkungan sekitar.Setelah memahami materi bimbingan karier yang harusdiberikan di sekolah, maka langkah selanjutnya adalahmenentukan waktu, tempat, teknik, dan sistem penilaianBimbingan Karier. Mengenai waktu pelaksaan bimbingankarier dapat diintegrasikan dengan jam-jam pelajaran yangsudah ada, atau pun menyediakan jam khusus untuk keperluanbimbingan karier ini. Untuk tingkat sekolah kiranya lebihpraktis jika bimbingan karier diintegrasikan dengan jam-jam pelajaran yang tersedia. Jika cara ini yang dipilih, makasemua guru kelas dan semua guru bidang studi sekaligus

Page 279: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir171 Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 171

menjadi guru bimbingan karier. Dalam setiap pelajaran yangdiberikan, guru dapat menyelipkan berbagai macam hal yang

Page 280: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir172 Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 172

berkaitan dengan pekerjaan/jabatan/karier anak-anak dimasa mendatang, disesuaikan dengan tahap perkembangankarier anak. Kalau ada tenaga khusus untuk Bimbingan Karier,maka penyediaan jam khusus akan sangat bermanfaat.Tempat pelaksanaan bimbingan karier dapat di manasaja, misalnya di dalam kelas, di luar ruangan, atau di tempatkerja yang sesuai dengan topik yang yang dibahas. Penentuantempat juga bergantung pada fasilitas yang dibutuhkan. Jikadibutuhkan gambar-gambar, film, atau video, barangkali lebihcocok menggunakan ruang audio visual kalau memang ada.Atau jika ingin memperkenalkan pekerjaan di sektor industri,maka pabrik menjadi tempat yang mungkin cocok.Teknik pelaksanaan juga dapat bermacam-macam, secarakelompok atau secara individual, tergantung dari kebutuhandan tujuan. Dapat jiga dengan cara alih tangan (referal),artinya minta bantuan orang lain yang ahli dalam bidangnyauntuk memberikan bimbingan karier. Demikian juga metodedan peralatan yang dibutuhkan disesuaikan dengan topikpembicaraan dan tingkat perkembangan anak.Sistem evaluasi untuk bimbingan karier dapatdilaksanakan dalam berbagai cara, misalnya: (1) mengevaluasiapakah pelaksanaan Bimbingan Karier sudah sesuai denganyang direncanakan, (2) apakah tujuan tercapai, (3) apakahterjadi perubahan dalam diri siswa, dan lain-lain.Pekerjaan merupakan salah satu aspek terpenting dalamkehidupan manusia, maka perlu direncanakan secara matang.Program Bimbingan Karier bertujuan untuk membantu anakdalam merencanakan karier di masa mendatang, agar karieryang dipilih sungguh sesuai dengan bakat, minat, dan nilai-nilai yang dijunjung tinggi. Jika orang memperoleh karieryang tepat, maka hidup orang akhirnya akan bahagia. Dankebahagiaan adalah tujuan hidup semua orang. Oleh sebab itu

Page 281: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir173 Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 173

bimbingan karier sejak usia dini merupakan bagian yang takterpisahkan dari tugas pendidikan.

Page 282: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir174 Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 174

Materi bimbingan karier yang disebutkan di atasmerupakan sekedar panduan. Guru setempat dapatmenggunakannya sebagai acuan yang tetap terbuka untukdisesuaikan dengan situasi kondisi setempat. Sebaiknyacontoh-contoh diambil dari lingkungan sekitar yang kongkritdan mudah ditangkap oleh siswa. Materi bimbingan kariersebenarnya dapat disusun sendiri asalkan mempertimbangkanfase-fase perkembangan karier seperti yang dirumuskan olehGinzberg dan Donald Super.Konseling karir dapat dimanfaatkan oleh setiap siswa yangsecara khusus mengalami hambatan dalam hal perencanaandan pemilihan karir. Konseling karir individual, lebih padapertemuan profesional daripada pertemuan yang bersifatrekreatif. Dalam proses konseling tanggung jawab keputusanakhir tetap berada pada siswa/ klien (Gani, 1987). Sementaraitu layanan bimbingan karir dengan format kelompok dapatdilakukan di dalam kelas dan diluar kelas.Kegiatan yang dapat dilakukan di dalam kelas antara lain:mendatangkan nara sumber, diskusi kelompok, bimbingankelompok, sosiodrama, atau kegiatan yang melibatkan peranserta banyak kelas seperti hari karir. Guru pembimbingdapat menggunakan buku paket yang telah ada pada saatmemberikan materi mengenai karir atau menggali lebihdalam dari sumber-sumber lain sehingga wawasan siswamengenai karir semakin luas. Kegiatan yang dilakukan diluarsekolah misalnya dengan mengadakan karya wisata ataumengunjungi Perguruan Tinggi yang ada. Dengan pemberianinformasi, diskusi kelompok, seminar, talk show, tes bakat danminat, mendatangkan narasumber yang berhasil dibidangnyadan melalui media cetak seperti poster, phamphlet, brosur,siswa diarahkan untuk memiliki pengetahuan yang memadaisebagai sebuah proses berfikir yang komprehensif. Setelahinformasi terserap dengan baik diharapkan siswa memiliki

Page 283: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir175 Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 175

sikap dan pemahaman diri yang baik sehingga mampumembuat perencanaan karir yang terarah.

Page 284: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir176 Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 176

Perencanaan karir yang terarah dapat dilakukan sendirioleh siswa atau dengan bantuan guru pembimbing melaluikonsleing individual. Sikap positif siswa akan terbentukmelalui kegiatan yang melibatkan siswa secara aktif sebagaicontoh guru pembimbing dapat melakukan bimbingankelompok, konsleing kelompok, kunjungan ke PerguruanTinggi, dll. Siswa dengan konsep pemikiran dan sikap yangpositif memiliki keterampilan dalam membuat perencanaankarir dan keputusan karir yang tepat untuk dirinya.Selain itu menguji bagaimana individu bernegosiasidengan peran-peran mereka dengan menggunakanteori terbatas (Ashforth, Kreine & Fuate, 2000), teori inimengasumsikan bahwa ketika individu mencari sesuatuuntuk memperkecil kesukaran sama dengan peran transisi-transisi dan frekuensi dari gangguan-gangguan peran takdiinginkan, karena mereka ingin memlihara efisiensi dariberbagai peran mereka. Contoh seseorang melakukan bisniskeluarga, boleh jadi setiap harinya ia diminta memainkanperan sebagai seorang putrid (flexibelitasnya tinggi), seorangpengara membawa pulang pekerjaannya harus, secara phisikia di rumah hanya secara psikologis di tempat kerja. Sebagaiwanita adalah seorang ibu (sensitip, baikhati timbang rasa,dan sebagi pejabat penanggung jawab (agresif, pemberi tugas,yang tidak mau mengampuni).Peran bimbingan dan konseling karir sebagaipengintegrasi berbagai kemampuan dan kemahiranintelektual dan keterampilan khusus hingga sampai padakematangan karir secara spesifik terumus dalam tujuanbimbingan karir sebagai berikut: a) peserta didik dapatmengenal (mendeskripsikan) karakteristik diri (minat,nilai, kemampuan, dan ciriciri kepribadian) yang darinyapeserta didik dapat mengidentifikasi bidang studi dan kariryang sesuai dengan dirinya, b) peserta didik memperoleh

Page 285: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir177 Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 177

pemahaman terntang berbagai hal terkait dengan dunia(karir-studi) yang akan dimasukinya seperti tingkat keuasan

Page 286: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir178 Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 178

karir yang ditawarkan, deskripsi tugas dalam berbagai bidangpekerjaan, pengeruh perkembangan teknologi terhadapbidang kerja tertentu, kontribusi yang dapat diberikan dalambidang pekerjaan tertentu pada masyarakat, dan tuntutankemampuan kerja dalam bidang-bidang pekerjaan tertentudi masa depan, c). Peserta didik mampu mengidentifikasiberbagai bidang pendidikan yag tersedia yang relevandengan berbagai bidang pekerjaan. Dengan demikian pesertadidik memperoleh dan dapat menerapkan pengetahuan danketerampilan (skill) yang dituntut oleh peran-peran kerjatertentu, d) peserta didik mampu mengambil keputusan karirbagi dirinya sendiri, merencanakan langkah-langkah konkrituntuk mewujudkan perencanaan karir yang realistik bagidirinya. Perencanaan karir yang realistik akan meminimalkanfaktor dan dampak negatif dan memaksimalkan faktordan dampak positif dari proses pemilihan karir, e) mampumenyesuaikan diri dalam mengimplementasikan pilihannyadan berfungsi optimal dalam karir (studi dan kerja), Carney,1987 dan Reihant, 1979 (dalam Fajar Santoadi, 2007).Bimbingan Karir di sekolah diarahkan untuk membantu siswadalam perencanaan dan pengarahan kegiatan serta dalampengambilan keputusan yang membentuk pola karir tertentudan pola hidup yang ikan memberikan kepuasan bagi dirinyadan lingkungannya.Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan mengenaiBimbingan Karir, terdapat beberapa persamaan. Persamaantersebut antara lain: 1) bantuan layanan, 2) individu,siswa, remaja, 3) masalah karir, pekerjaan, penyesuaiandiri, persiapan diri, pengenalan diri, pemahaman diri, danpengenalan dunia kerja, perencanaan masa depan, bentukkehidupan yang diambil oleh individu yang bersangkutan.Setelah informasi terserap dengan baik diharapkan siswamemiliki sikap dan pemahaman diri yang baik sehingga mampu

Page 287: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir179 Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 179

membuat perencanaan karir yang terarah. Perencanaan kariryang terarah dapat dilakukan sendiri oleh siswa atau dengan

Page 288: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir180 Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 180

bantuan guru pembimbing melalui konsleing individual. Sikappositif siswa akan terbentuk melalui kegiatan yang melibatkansiswa secara aktif sebagai contoh guru pembimbing dapatmelakukan bimbingan kelompok, konsleing kelompok,kunjungan ke Perguruan Tinggi, dll. Siswa dengan konseppemikiran dan sikap yang positif memiliki keterampilandalam membuat perencanaan karir dan keputusan karir yangtepat untuk dirinya.

Page 289: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

SUMBER BACAAN

A.B. Susanto (2008). Tantangan Pemasaran di Abad 21. Online:http://elqorni.wordpress.com/2008/05/02/tanangan-pemasaran-abad-21/A.B.Susanto(2008),Tantangan Pemasaran di Abad 21,Online: AACE. (2003). Competencies in Assessment andEvaluation for School Counselor. http://aace.ncat.eduAbbott, J; De Cieri, H & Iverson, R, 1998, Costing Turnover :Implications of Work / Family Conflict at ManagementLevel, Asia Pasific Journal of Human Resource.Amstrong Jr, 1997, A Model for Executive Development,Human Resource Planning, Vol.16, Num.4.Boyar, scott L. Maertz, Jr. Pearson, Allison W, 2003, Work –Family Conflict : A Model of Lingkages Between Workand Family Domain Variables and Turnover, Journal ofManagement Issues, Vol. XV, Num.2.Dessler, g, 1997, Manajemen Sumberdaya Manusia, EdisiTerjemahan, Jakarta : Erlangga.Douglass T.Hall , 1996 , Protean Careers of the 21 st Century,Academy of Management Executive, Vol.10, No.4.French, Wendel I and Cecil H. Bell, 1990, OrganizationalDevelopment : Behavioral Science Interventions ForOrganizational Improvement, USA : Prentice Hall, Inc.169

Page 290: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir170 Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 170

Gitosudarmo & Sudita, 2000, Perilaku Keorganisasian, EdisiPertama, Jogjakarta : Erlangga.Lailani, F. Saputro, Edy P. Nurdiana, F, 2005, Burnout danPentingnya Manajemen Beban Kerja, Jurnal Manajemendan Bisnis : Benefit, Vol.9, No.1.Toha, Miftah, 2001, Perilaku Organisasi : Konsep dasar &Aplikasinya, Jakarta : Raja Grafindo Persada.Tim Mitra Bestari, 2005, Manajemen Sumberdaya Manusia,Jogjakarta : BPFE.Luthan, 1996, Organizational Behavior, Seventh Edition, USA :John Wiley & Sons.Mangkunegara, Anwar P, 2003, Perencanaan & PengembanganSumberdaya Manusia, Bandung : Refika Aditama.Noe, Hollenbeck & Wright, 2003, Human ResourceManagement, International Edition, Fourth Edition, USA: Mc. Grawhill. Inc.Jeffray Pfeffer, 1995, Producing Sustainable CompetitiveAdvantage Trough the Effective Management of People,Academy of Management Executive, Vol.9. No.1.Abin Syamsuddin Makmun. 2003. Psikologi Pendidikan.Bandung : PT Rosda Karya Remaja.Alboher, Marci (2008), One Person Multiple Careers, Jakarta :HikmahAngelina Yuri Pujilistiyani, Characteristic of ManagerialCareers in the 21st century, Online: http://angel.crysta-corp.com/?p=29Arikunto, Suharsimi. 1993. Prosedur Penelitian SuatuPendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.Arikunto, Suharsimi. 1998. Organisasi dan AdministrasiPendidikan Kejuruan. Jakarta: Rineka Cipta.Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia. (2005). Standar

Page 291: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir171 Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 171

Kompetensi Konselor Indonesia. Bandung: ABKINAsosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia. (2007).

Page 292: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir172 Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 172

Penataan Pendidikan Profesional Konselor. NaskahAkademik ABKIN (dalam proses finalisasi).Bandura, A. (Ed.). (1995). Self-Efficacy in Changing Soceties.Cambridge, UK: Cambridge University Press.Barrie Day (2009) Millenium Momentum : The Work Dynamicin the First Decade-Northen Canada, Online : http://www.life-role.com/documents/Millenium.htmBrowers, Judy L. & Hatch, Patricia A. (2002). The NationalModel for School Counseling Programs. ASCA (AmericanSchool Counselor Association).Bruce Shertzer and Shelly C. Stone (1974). Fundamentals ofCounseling. Boston : Houghton Mifflin CompanyBSNP dan PUSBANGKURANDIK, Balitbang Diknas. (2006).Panduan Pengembangan Diri: Pedoman untuk SatuanPendidikan Dasar dan Menengah. Draft. Jakarta: BSNPdan PUSBANGKURANDIK, Depsiknas.Calvin S. Hall & Gardner Lidzey (editor A. Supratiknya). 2005.Teori-Teori Psiko Dinamik (Klinis) : Jakarta : KanisiusCobia, Debra C. & Henderson, Donna A. (2003). Handbook ofSchool Counseling. New Jersey, Merrill Prentice HallComm, J.Nancy. (1992). Adolescence. California : MyfieldPublishing Company.Corey, G. (2001). The Art of Integrative Counseling. Belomont,CA: Brooks/Cole.Coutinho, Maria T.; Dam,Uma C. ; Blustein,David L, (2008)The Psychology of Working and Globalization: a NewPerpsective for New Era, Int. J. Educ Vocat Guidance, 8:5-18Crites o, John, (1981). Career Counseling Models, Methode,and Materials. United State of America: McGraw-HillBook Company.

Page 293: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir173 Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 173

Depdikbud Provinsi Jateng. 1994. Kurikulum SMK. Jakarta:MPKN.

Page 294: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir174 Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 174

Depdikbud. 1993. Kurikulum SMK. Jakarta: MPKN.Depdiknas (2008). Rambu-rambu PenyelenggaraanBimbingan Konseling Pada Pendidikan Formal.Depdiknas, (2005), Permen RI nomor 19 tahun 2005 tentangStandar Nasional Pendidikan,Depdiknas, (2006), Permendiknas no 24 tahun 2006 tentangpelaksanaan SI dan SKL,Depdiknas, 2004. Dasar Standarisasi Profesi Konseling.Jakarta : Bagian Proyek Peningkatan Tenaga AkdemikDirjen DiktiDepdiknas, 2006), Permendiknas no 22 tahun 2006 tentangStandar Isi,Depdiknas. (2003). Pelayanan Bimbingan dan Konseling.Jakarta: Puskur Balitbang.Depdiknas. 2003. Pola Penyelenggaraan PendidikanKecakapan Hidup di SMK. Jakarta: MPKN.Dewa Ketut Sukardi (1985). Pengantar Teori Konseling.Jakarta: Ghalia Indonesia.Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikandan Ketenagaan Pendidikan Tinggi. (2003). DasarStandardisasi Profesionalisasi Konselor. Jakarta:Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kepen-didikandan Ketenagaan Pendidikan Tinggi, Direktorat JenderalPendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional.Ellis, T.I. (1990). The Missouri Comprehensive Guidance Model.Columbia: The Educational Resources InformationCenter.Emotional Intelligence At Work – E-Learning CourseEngels, D.W dan J.D. Dameron, (Eds). (2005). The ProfessionalCounselor Competencies: Performance Guidelines andAssessment. Alexandria, VA: AACD.

Page 295: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir175 Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 175

Ezra, Jakoep. 2008. Sukses Melalui Karakter. Yogyakarta: Andihttp://forumkuliah.wordpress.com

Page 296: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir176 Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 176

Fatmawati, Indah, 1999, Karir Manajerial Abad 21, Ushawan,No.07 TH XXVII, p 28-32Gani, Ruslam A. 1987. Bimbingan Karier. Bandung: PT Angkasa.Gardner, J (1961)Excelence, New York: Harpet & RowGendler, Margaret E..1992. Learning & Instruction; TheoryInto Practice. New York : McMillan Publishing.Gerlald Corey. 2003. Teori dan Praktek Konseling danPsikoterapi (Terj. E. Koswara), Bandung : RefikaGerungan 1964. Psikologi Sosial. Bandung : PT ErescoH.M.Arifin. 2003. Teori-Teori Konseling Agama dan Umum.Jakarta. PT Golden Terayon Press.Gibson R.L. & Mitchel M.H. (1986). Introduction to Counselingand Guidance. New York : MacMillan Publishing Company.Ginzberg. 1998. Program Bimbingan Karier di Sekolah.Jakarta: Ghalia Indah.Gysbers, Norman and Patricia Henderson. (tt). ComprehensiveGuidance Programs That Work II.Hall, D. T., Protean careers of the 21st century. 1996. Academyof Management Executive, 10 (4), p. 8 – 16.Hall, D.T. (1996). Protean Career of the 21 stCentury, Academyof Management Executive, Vol. 10 No. 4.Hall, D.T. 1994, Jonathan E. Moss,1998, The New ProteanCareer Contract:Helping Organizations, and EmployeesAdapt, Organization Dynamics, p.22-37.Hall, D.T., 1996, Protean Careers of the 21st Century, Academyof Management Executive, Vol. 10, No. 4Hall, Jay (tt) The Competence Connection (A Blueprit forExcelence).New YorkHall, Jay (tt)The Competence Connection (A Blueprint forExcelence), New York.Hariyadi, Sugeng. 1993. Perkembangan Peserta Didik.Semarang: IKIP Press.

Page 297: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir177 Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 177

Hatten, Kenneth. J dan Stephen R. Rosenthal (2001) Reachingfor the Knowledge Edge. New York. AmacomHavighurts, R.J. (1953). Development Taks and Education.New York: David Mckay.Herr Edwin L. (1979). Guidance and Counseling in the Schools.Houston : Shell Com.Hershenson, David B. (2008, Desember). A Head of its Time:Career Counseling’s Roots in Phrenology. The CareerDevelopment Quarterly, Volume 57, 181-188.the NationalCareer Development Association.Hodgetts Ivan.(2009).” Rethinking Career Education inSchools Foundations for a New Zealand Framework”journal career service repuara, Wellington, New ZealandHolstein, Herman. 1988. Kemandirian dalam Belajar. JakartaErlangga.http://elqorni.wordpress.com/2008/05/02/tantangan-pemasaran-abad-21/http://kebun93.blogspot.com/2008/04/paradigma-baru-dalam-mengembangkan.htmlhttp://rantirusli.multiply.comhttp://www. rudyct.com /STRAT PSDM.htmHurlock, Aizabeth B. (1956). Child Development. New York :McGraw Hill Book Company Inc.Hurlock, Elizabeth B. 1980. Developmental Phsychology. NewYuork : McGraw-Hill Book CompanyIOWA Kindergarten-Community College. 2001. Comprehensiveand Guidance Program Development Guid. State of IOWA.Des Moines; Departemen Of Education Grimes Stateoffice Building.Iswahyudi, Fajar, Urgensi Perubahan Karir PNS MenujuPenyelenggaraan Tata Pemerintahan Yang Baik, http://

Page 298: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir178 Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 178

www.scribd.com/doc/08/30/2009, di unduh padatanggal 01 Februari 2010.

Page 299: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir179 Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 179

Jacoby, S. M. 1999. Are career jobs headed for Extinction?.California Management Review, 42 (1), Fall: 123 – 145.John Goyder, (2009) dalam Annelies E M van Vianen, IreneE De Pater, Paul T Y Preenen. The Career DevelopmentQuarterly. Alexandria: Jun 2009. Vol. 57, Iss. 4; pg. 298,12 pgsJunaedi, Christofera Marliana, Pergeseran Karir TradisionalMenjadi Karir Protean:Dampak Dan Implikasinya Pada Individu dan Perusahaan,Jurnal Manajemen & Kewirausahaan Vol. 5, No. 1, Maret2003: 56 - 63Kerno, Steven(2007) Continual Career Change, MechanicalEngineering. New York: July 2007, Vol. 129, Edisi 7Ketetapan Pengurus Besar Asosiasi Bimbingan dan KonselingIndonesia Nomor 01/Peng/PB-ABKIN/2007 bahwaTenaga Profesional yang melaksanakan pelayananprofessional Bimbingan dan Konseling disebut Konselordan minimal berkualifikasi S1 Bimbingan dan Konseling.Kompas, 16 Januari 2010Kompas, 3 November 2009Kurniawan, Ari Chandra (2008) Ngapain Nunggu Tua KalauMau Kaya, Jakarta : HikmahLeach, J.L. & Chakiris, B.J. (1988). The future of jobs, work, andcareers, Training and Development Journal, April 1998.Academic Research Library.Leach, John L. & Chakiris, B.J (1988) The Future of Jobs, Work,and Careers, Training and Development Journal, April1988, Academic Research LibraryManktelow, James. 2009. Work life: Manage Stress. Terj.Marina Sofyan. Jakarta: Erlangga.John Gottman, Ph. D. dan Joan DeClaire, Mengembangkan

Page 300: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir180 Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 180

Kecerdasan Emosional Anak Gramedia Pustaka, 2008.Menteri Pendidikan Nasional. 2006. Peraturan Menteri Nomor

Page 301: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir181 Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 181

22 tentang Standar Isi. Jakarta: Departemen PendidikanNasionalMenteri Pendidikan Nasional. 2006. Peraturan MenteriNomor 23 tentang Standar Kompetensi Lulusan. Jakarta:Departemen Pendidikan Nasional.Michigan School Counselor Association. (2005). The MichiganComprehensive Guidance and Counseling Program.Moh. Surya 2006. Profesionalisme Konselor dalam PelaksanaanKurikulum Berbasis Kompetensi (tulisan). Majalengka :Sanggar BK SMP, SMA dan SMKMoh. Surya. 1997. Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran.Bandung PPB - IKIP BandungMohamad Surya (2009) “ Inovasi Pendidikan Bimbingan danKonseling Menjawab Tantangan Global “ tulisan.Mohamad Surya (2008). Mewujudkan Bimbingan & KonselingProfesional. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.Mohammad Surya, (2003). Psikologi Konseling. Bandung:Pustaka Bani QuraisyMoses, B. (1999). Career Ineligence: The 12 New Rules forSucces. The Futurist. August-september.p.28-35.Moses, Barbara (1999) Career Intelligence : The 12 New Rulesfor Succes . The Futurist.August -September. p. 28-35 ,online :Muhibbin Syah. 2003. Psikologi Belajar. Jakarta : PT RajaGrafindo.Muro, James J. & Kottman, Terry. (1995). Guidance andCounseling in The Elementary and Middle Schools.Madison : Brown & Benchmark.Mursidin. 2009. Psikologi Kesuksesan: menjemputKeberhasilan yang Gemilang. Bandung: Insan Mandiri.Naisbitt, J. (1994) Global Paradox (terjm). Jakarta: BinarupaAksara

Page 302: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir182 Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 182

Nana Syaodih Sukmadinata. 2005. Landasan Psikologi Proses

Page 303: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir183 Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 183

Pendidikan. Bandung : P.T. Remaja Rosdakarya.Niles, Spencer G. Engels, and Lenz Janet (2009 Juni). TrainingCarer Practitioners .The Career Development Quarterly.Volume 57,358-364 The National Career DevelopmentAssociation.Partowisastro, Koestoer. 1982. Bimbingan dan Penyuluhan diSekolah-sekolah. Jakarta Pusat: Erlangga.Paul. F. Buller, 1995, Successful Partnerships : HR and StrategicPlanning at Eight Top Firms, Academy of ManagementExecutive, Vol9. No.2.Schaufeli, W.B., and Buunk, B.P.1996. Profesional Burnout,Handbook of Work and Health Psychology., Schabracq,M.J. Winnubst, J.A.M., Cooper, C.L. ( Editor ). Chichester :John Wiley and Sons Ltd.Schaufeli, W.B., and Janczur, B. 1994. Burn out Among Nurses: Apolish – Dutch Comparison, Journal of Cross – CulturalPsycology, Vol.25, No.1, hal. 95 – 113.Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang StandarNasional Pendidikan.Permen No. 27 Tahun 2008 tentang Standar KualifikasiAkademik dan Kompetensi Konselor.Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007 tentang Sertifikasi Gurudalam Jabatan.Pikunas, Lustin. (1976). Human Development. Tokyo :McGraw-Hill Kogakusha,Ltd.Poerwadarminto. 1992. Kamus Umum Bahasa Indonesia.Jakarta: Balai Pustaka.Prayitno dan Anti, Erman.1996. Dasar-dasar Bimbingan danKonseling. Jakarta: Gramedia.Prayitno, dkk. 2003. Wawasan dan Landasan BK (Buku II).Depdiknas : Jakarta

Page 304: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir184 Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 184

Prayitno, dkk. 2004. Panduan Kegiatan Pengawasan Bimbingandan Konseling, Jakarta : Rineka Cipta

Page 305: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir185 Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 185

Prayitno, dkk. 2004. Pedoman Khusus Bimbingan danKonseling, Jakarta : DepdiknasPresti, Allesandro Lo (2009) Snakes and Ladders : StressingThe Role of Meta-Competencies for Post-Modern Careers,International Journal Vocational Guidance , 9 : 125-134PT Gramedia.Pusat Kurikulum, Balitbang Depdiknas. (2003). PanduanPelayanan Bimbingan dan Konseling. Jakarta : BalitbangDepdiknas.Sarlito Wirawan.2005. Teori-Teori Psikologi Sosial. Jakarta :Raja GrafindoScultheiss, Donna E. Palladino dan Raoul Van Esbroeck (2009)Vocational Psychology and Career Guidance Practices :An International Partnership, The Career DevelopmentQuarterly Vol. 57. Number 4. June 2009Semiawan, Conny. 1983. Psikologi Karier. Jakarta. RinekaCipta.Sensoy, Hande, Brinddick. (2009, March). The Boston VocationBureau’s First Counseling Staff. The Career DevelopmentQuarterly, Volume 57, 215-222. The National CareerDevelopment Association.Sofyan S. Willis. 2004.Konseling Individual; Teori dan Praktek.Bandung : AlfabetaSpencer, Lyle M.& Signe M. Spencer, Competence Work(Models For Superior Performance), New York: JohnWiley & Sons, Inc.Stoner, James A. (1987). Management. London : Prentice-HallInternational Inc.Sudjana. 2001. Metode Statistika. Bandung: TARSITO. civSukadji. 1986. Menyiapkan dan Memandu Karier. Jakarta:Rajawali.

Page 306: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir186 Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 186

Sukardi, Dewa Ketut. 1987. Bimbingan Karier di Sekolah-sekolah. Jakarta: Balai Pustaka.

Page 307: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir187 Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 187

Sukardi, Dewa Ketut. 1993. Psikologi Pemilihan Karier. Jakarta:Rineka Cipta.Sukardi, Dewa Ketut. 1994. Bimbingan dan Penjurusan.Bandung: PT Angkasa.Sultana Ronald G. (2008) “ Competences and competenceframework in career guidance : complex and contestedconcepts”. Int. J. Edu Vocat Guidance DOI 10.1007/S10775-008-9-148-6Sultana, Ronald G (2008) Competence and CompetenceFrameworks in Career Guidance: Complex and contestedconcepts. Artikel dari [email protected] Suryabrata. 1984. Psikologi Kepribadian. Jakarta :Rajawali.Sunaryo Kartadinata, dkk. (2003). Pengembangan PerangkatLunak Analisis Tugas Perkembangan Peserta didik dalamUpaya Meningkatkan Mutu Pelayanan dan ManajemenBimbingan dan Konseling di Sekolah/Madrasahdrasah(Laporan Riset Unggulan Terpadu VIII). Jakarta :Kementrian Riset dan Teknologi RI, LIPI.Supriatna, M. (2009). Layanan Bimbingan Karir di SekolahMenengah. Bandung : Depdiknas UPI.Syamsu Yusuf L.N. (2005). Program Bimbingan dan Konselingdi Sekolah/Madrasah. Bandung : CV Bani Qureys.Syamsu Yusuf L.N. dan Juntika N. (2005). Landasan Bimbingandan Konseling. Bandung : PT. Remaja Rosda Karya.Syamsu Yusuf L.N.2004. Psikologi Perkembangan Anak danRemaja. Bandung : Remaja Rosda Karya.Syamsu Yusuf LN. 2003. Psikologi Perkembangan Anak danRemaja.. Bandung : PT Rosda Karya Remaja.Syuhada, Roosdi Achmad.1998. Bimbingan dan Konselingdalam Masyarakat dan Pendidikan Luar Sekolah. Jakarta:Rajawali.

Page 308: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir188 Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 188

Tarumingkeng, Rudy C, Peran Strategis Manajemen Sumber

Page 309: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir189 Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 189

Daya Manusia, Online : http://www.rudyct.com/STRAT_PSDM.htmThoha, Khabib. 1993. Kapita Selekta Pendidikan. Yogyakarta:Pustaka Pelajar.Toha, Miftah, 2007, Manajemen Kepegawaian Sipil diIndonesia, Kencana, Jakarta.Undang-undang No 20 tahun 2003 tentang Sistem PendidikanNasionalUndang-Undang Nomor 14 tahun 2006 tentang Guru danDosenVianen , Annelies E M van & Irene E De Pater, Paul T YPreenen ( 2009). Adaptable Careers: Maximizing Lessand Exploring More, The Career Development Quarterly.Alexandria: Jun 2009. Vol. 57Vianen, A. & Irene D.P. (2009). Adaptable Careers: MaximizingLess and Exploring More. The Career DevelopmentQuarterly. Alexandria: Jun 2009. Vol. 57Wagner William G. (1996). “Optimal Development inAdolescence : What Is It and How Can It be Encouraged”?The Counseling Psychologist. Vol 24 No. 3 July’96.Walden Bello, (2004), De Globalisasi; Gagasam-gagasanEkonomi Dunia Baru, Perpustakan Pondok Pustaka,Jogya.Walgito, Bimo. 1995. Bimbingan dan Penyuluhan di Seklah.Yogyakarta: Andi Offset.Wibowo, Mungin Eddy. 1992. Pengembangan WawasanBimbingan Konseling dan Upaya Peningkatan KualitasGuru Pembimbing. Disajikan dalam Seminar dan MuscabIPBI Cabang Semarang 1993.Wikipedia – http://en.wikipedia.org/wiki/Emotional_IntelligenceWinkel, W.S. 1978. Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah

Page 310: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir190 Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 190

Menengah. Jakarta:

Page 311: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir191 Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 191

Winkel, W.S. 1989. Pusat Pembinaan dan PengembanganBahasa. Jakarta: Balai PustakaWinkel, W.S. 1992. SK Mendikbud No. 0490 U/92 Bab XI pasal25. Jakarta MPKN.Woolfolk, Anita E. 1995. Educational Psychology. Boston :Allyn & Bacon.Zainudin, Akbar. 2010. Man Jadda Wajada: The Art of ExcellentLife. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Page 312: Asep Solikin M. Fatchurahmanumpalangkaraya.ac.id/dosen/fatchurahman/wp-content/...dan Konseling Karir, telah malakukan kajian lapangan dan telaahan kepustakaan yang menyangkut tinjauan

Bimbingan Karir192 Paradigma, Dimensi, dan Problematika Perencanaan Karir 192