asam amino

29
RINGKASAN MATERI Asam amino adalah sembarang senyawa organik yang memiliki gugus fungsional karboksil (-COOH) dan amina (biasanya -NH 2 ). Dalam biokimia seringkali pengertiannya dipersempit: keduanya terikat pada satu atom karbon (C) yang sama (disebut atom C "alfa" atau α). Gugus karboksil memberikan sifat asam dan gugus amina memberikan sifat basa. Dalam bentuk larutan, asam amino bersifat amfoterik: cenderung menjadi asam pada larutan basa dan menjadi basa pada larutan asam. Perilaku ini terjadi karena asam amino mampu menjadi zwitter-ion. Asam amino termasuk golongan senyawa yang paling banyak dipelajari karena salah satu fungsinya sangat penting dalam organisme, yaitu sebagai penyusun protein. - Semua asam amino mengandung atom C, H, O dan N; Kecuali cystein,dan metionin (juga mengandung S) - Semua asam amino memiliki atom C asimetrik (atom C dimana keempat tangannya memegang empat gugus atau radikal yang berbeda sehingga mempunyai dua struktur tiga dimensi yang berbeda) kecuali glisin. - Atom C asimetris itu dikenal dengan sebutan pusat khiral - Dalam larutan, muatan asam amino tergantung pH. pH dimana asam amino tidak bermuatan disebut titik isoelektrik (TIL). Dibawah TIL asam amino bermuatan positif sedangkan diatasnya bermuatan negatif Struktur asam amino

Upload: rama-ft-aeno

Post on 26-Sep-2015

21 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Biokimia

TRANSCRIPT

RINGKASAN MATERI

Asam amino adalah sembarang senyawa organik yang memiliki gugus fungsional karboksil (-COOH) dan amina (biasanya -NH2). Dalam biokimia seringkali pengertiannya dipersempit: keduanya terikat pada satu atom karbon (C) yang sama (disebut atom C "alfa" atau ). Gugus karboksil memberikan sifat asam dan gugus amina memberikan sifat basa. Dalam bentuk larutan, asam amino bersifat amfoterik: cenderung menjadi asam pada larutan basa dan menjadi basa pada larutan asam. Perilaku ini terjadi karena asam amino mampu menjadi zwitter-ion. Asam amino termasuk golongan senyawa yang paling banyak dipelajari karena salah satu fungsinya sangat penting dalam organisme, yaitu sebagai penyusun protein.

Semua asam amino mengandung atom C, H, O dan N; Kecuali cystein,dan metionin (juga mengandung S)

Semua asam amino memiliki atom C asimetrik (atom C dimana keempat tangannya memegang empat gugus atau radikal yang berbeda sehingga mempunyai dua struktur tiga dimensi yang berbeda) kecuali glisin.

Atom C asimetris itu dikenal dengan sebutan pusat khiral

Dalam larutan, muatan asam amino tergantung pH. pH dimana asam amino tidak bermuatan disebut titik isoelektrik (TIL). Dibawah TIL asam amino bermuatan positif sedangkan diatasnya bermuatan negatif

Struktur asam amino

(http://id.wikipedia.org/wiki/Asam_amino)

Peptida adalah kombinasi dari asam amino di mana gugus - amino (-NH3) dari satu asam bersatu dengan kelompok -karboksilat (-CO2H) dari yang lain melalui ikatan amida

(+H2O+)

Asam amino asam amino peptida

(Michael s. Matta.1996.hal:559)

A. KLASIFIKASI ASAM AMINO

Dari sekitar 80 jenis asam amino yang dite-mukan di alam, tubuh manusia hanya membutuhkan seperempatnya untuk menjalankan ratusan fungsi dalam tubuh. Mulai dari memastikan bahwa pembelahan sel terjadi dengan sempurna, fungsi-fungsi metabolisme, memelihara daya ingat, pertumbuhan hingga penyembuhan.Macam-macam asam amino tersebut dapat di klasifikasikan sebagai berikut:

1.Berdasarkan polaritas kandungan gugus R

Gugus R nonpolar :

Alanin isoleusin leusin metionin fenilalamin prolin triptofan valin

Gugus R polar tetapi tidak bermuatan

Asparagin sistein glutamin glisin serin treonin tiroksin

Gugus R bermuatan negatif :

Asam aspartat asam glutamat

Gugus R bermuatan positif

Lisin arginin histidin

2.Berdasar di produksi tidaknya di dalam tubuh

Asam Amino non-essensial yang diproduksi tubuh antara lain:

Ada sepuluh asam amino yang bisa dibentuk oleh tubuh manusia, dan disebut asam amino non esensial atau asam amino dispensable. Karena bisa dibentuk sendiri oleh tubuh maka tidak harus memperoleh asupan dari makanan.

Berikut ini adalah daftar asam amino non esensial.

1. Aspartic Acid

- Membantu mengubah karbohidrat menjadi energy

- Membangun daya tahan tubuh melalui immunoglobulin dan antibodi

- Meredakan tingkat ammonia dalam darah setelah latihan

2. Glyicine

- Membantu tubuh membentuk asam amino lain

- Merupakan bagian dari sel darah merah dan cytochrome (enzim yang terlibat dalam produksi energi)

- Memproduksi glucagon yang mengaktifkan glikogen

- Berpotensi menghambat keinginan akan gula

3. Alanine

- Membantu tubuh mengembangkan daya tahan

- Merupakan salah satu kunci dari siklus glukosa alanine yang memungkinkan otot dan jaringan lain untuk mendapatkan energi dari asam amino

4. Serine

- Diperlukan untuk memproduksi energi pada tingkat sel

- Membantuk dalam fungsi otak (daya ingat) dan syaraf

Asam Amino esensial yang tidak di produksi oleh tubuh, antara lain sebagai berikut:

Dari sekitar dua puluhan asam amino yang kita kenal, sekitar sepuluh macam tidak bisa dibentuk oleh tubuh manusia dan harus didatangkan dari asupan makanan. Itulah yang disebut asam amino esensial, sering juga disebut asam amino indispensable. Asam amino esensial ini diperlukan untuk pertumbuhan tubuh. Jika kekurangan kelompok asam amino ini akan menderita busung lapar (kwashiorkor). Berbeda dengan lemak atau karbohidrat yang bisa disimpan, tubuh kita tidak dapat menyimpan asam amino. Itu sebabnya asupan asam amino yang cukup dari makanan selalu diperlukan setiap hari.

Sebenarnya dari beberapa jenis asam amino esensial seperti arginin dapat dibuat oleh tubuh, tetapi prosesnya sangat lambat dan tidak mencukupi untuk seluruh kebutuhan. Jadi juga harus disuplai dari makanan. Selain itu beberapa jenis asam amino juga berfungsi saling melengkapi satu sama lain. Contohnya metionin diperlukan untuk memproduksi cystein, atau fenilalanin diperlukan untuk membentuk tirosin.

Berikut ini adalah daftar asam amino esensial.

1. Leucine (BCAA = Branched-Chain Amino Acids = Asam amino dengan rantai bercabang)- Membantu mencegah penyusutan otot

- Membantu pemulihan pada kulit dan tulang

2. Isoleucine (BCAA = Branched-Chain Amino Acids = Asam amino dengan rantai bercabang)- Membantu mencegah penyusutan otot

- Membantu dalam pembentukan sel darah merah

3. Valine (BCAA = Branched-Chain Amino Acids = Asam amino dengan rantai bercabang)

- Tidak diproses di organ hati, dan lebih langsung diserap oleh otot

- Membantu dalam mengirimkan asam amino lain (tryptophan, phenylalanine,

tyrosine) ke otak

4. Lycine

- Kekurangan lycine akan mempengaruhi pembuatan protein pada otot dan jaringan

penghubugn lainnya

- Bersama dengan Vitamin C membentuk L-Carnitine

- Membantu dalam pembentukan kolagen maupun jaringan penghubung tubuh

lainnya (cartilage dan persendian)

5. Tyyptophan

- Pemicu serotonin (hormon yang memiliki efek relaksasi)

- Merangsang pelepasan hormon pertumbuhan

6. Methionine

- Prekusor dari cysteine dan creatine

- Menurunkan kadar kolestrol darah

- Membantu membuang zat racun pada organ hati dan membantuk regenerasi

jaringan baru pada hati dan ginjal

7. Threonine

- Salah satu asam amino yang membantu detoksifikasi

- Membantu pencegahan penumpukan lemak pada organ hati

- Komponen penting dari kolagen

- Biasanya kekurangannya diderita oleh vegetarian

8. Phenylalanine

- Prekursor untuk tyrosine

- Meningkatkan daya ingat, mood, fokus mental

- Digunakan dalam terapi depresi

- Membantuk menekan nafsu makan

(http://supersuga.wordpress.com/2010/03/23/asam-amino/)

Asam amino non standar

Merupakan asam amino diluar 20 mcm as. Amino standar

Terjadi karena modifikasi yang terjadi setelah suatu asam amino standar menjadi protein.

Kurang lebih 300 asam amino non standar dijumpai pada sel

modifikasi serin yang mengalami fosforilasi oleh protein kinase

modifikasi prolin dlm proses modifikasi posttranslasi, oleh prokolagen prolin hidroksilase.

Ditemukan pada kolagen untuk menstabilkan struktur

Dari modifikasi Glu oleh vit K.

karboksi glutamat mampu mengikat Ca penting utk penjendalan darah.

Ditemukan pd protein protombin

Modifikasi lisin. Terdapat di kolagen dan miosin (protein kontraksi pd otot) dan berperan untuk sisi terikatnya polisakarida

Beberapa ditemukan asam amino nonstandar yang tidak menyusun protein merupakan senyawa antara metabolisme (biosintesis arginin dan urea)

Asam amino penyusun protein

B. SIFAT ASAM AMINO

1. Memiliki titik isoelektrik = pH ketika asam amino berada dalam bentuk

dipolar dan tidak memiliki muatan bersih

2. Bersifat amfoterik = berperilaku sebagai asam dan mendonasikan proton pada basa kuat, atau dapat juga berperilaku sebagai basa dan menerima proton dari asam kuat

3. Dapat membentuk ion switter = membentuk ion positif maupun ion negatif

Zwitter ion

Karena asam amino memiliki gugus aktif amina dan karboksil (berupa asam karboksilat) sekaligus, zat ini dapat dianggap sebagai asam dan basa (walaupun pH alaminya biasanya dipengaruhi oleh gugus-R yang dimiliki). Pada pH tertentu yang disebut titik isolistrik, gugus amina pada asam amino menjadi bermuatan positif (terprotonasi, NH3+), sedangkan gugus karboksilnya menjadi bermuatan negatif (terdeprotonasi, COO-). Titik isolistrik ini spesifik bergantung pada jenis asam aminonya. Dalam keadaan demikian, asam amino tersebut dikatakan berbentuk zwitter-ion.

Zwitter-ion dapat diekstrak dari larutan asam amino sebagai struktur kristal putih yang bertitik lebur tinggi karena sifat dipolarnya. Kebanyakan asam amino bebas berada dalam bentuk zwitter-ion pada pH netral maupun pH fisiologis yang dekat netral.

(http://www.scribd.com/Asam-Amino/d/7801107)

Asam amino berbeda dalam sifat-sifat asam-basanya

No

Asam amino

pK1

-COOH

pK2

NH3+

pKR Gugus R

1

GLISIN

2,34

9,6

2

ALANIN

2,34

9,69

3

LEUSIN

2,36

9,60

4

SERIN

2,21

9,15

5

TREONIN

2,63

10,43

6

GLUTAMIN

2,17

9,13

7

ASAM ASPARTAT

2,09

9,82

3,86

8

ASAM GLUTAMAT

2,19

9,67

4,25

9

HISTIDIN

1,82

9,17

6,0

10

SISTEIN

1,71

10,78

8,33

11

TIROSIN

2,20

9,11

10,07

12

LISIN

2,18

8,95

10,53

13

ARGININ

2,17

9,04

12,48

Kesimpulan umum dapat di buat mengenai tingkahlaku asam-basa dari ke-20 asam amino baku.Untuk tujuan praktis,hanya histidin satu-satunya yang mempunyai daya buffer yang nyata pada daerah ph cairan antar sel dan darah.gugus R histidin mempunyai pK 6,0, yang membuatnya berdaya buffer nyata pada pH 7.Semua asam amino lain mempunyai harga pK yamg terlalu jauh dari pH 7 untuk dapat menjadi buffer efektif pada ph ini.

Muatan listrik asam amino

pH=1/2 [pK1 + pK2] =6,02 (alanin)

merupakan pH isoelektrik atau titik elektrik yaitu pH bersifat netral dan tidak akan mengion di dalam medan listrik.Pada setiap pH di atas titik isoelektrik mempunyai muatan negatif,dan karenanya akan bergerak ke arah elektrode positif(anoda) jika di tempatkan pada suatu medan listrik,begitu sebaliknya pada setiap ph di bawah titik isoelektrik bermuatan positif dan akan bergerak menuju ekektroda negatif(katoda).

( Lehninger.1982.hal:120-122)

C. REAKSI KIMIA DAN ANALISIS ASAM AMINO

1.Analisa asam Amino

Analisa asam amino terbagi menjadi 2 yaitu :

1. Analisa kualitatif

2. Analisa kuantitatif

Analisa kualitatif adalah suatu analisa yang bersifat induktif dan berkelanjutan yang tujuan akhirnya menghasilkan pengertian-pengertian, konsep-konsep dan pembangunan suatu teori baru.Atau dengan kata lain analisa kualitatif adalah analisa berdasarkan apa yang kita lihat atau kita amati. Misalnya uji asam amino dalam sampel makanan dengan menggunakan reaksi spesifik ninhidrin. Lalu mengamati warna-warna yang dihasilkan dari percobaan pengamatan tersebut. Untuk hasil positif mengandung asam amino yaitu menghasilkan warna ungu.Hasil warna merupakan hasil analisa kualitatif.

Analisa kuantitatif adalah suatu analisa yang bersifat deduktif, uji empiris teori yang dipakai dan dilakukan setelah selesai pengumpulan data secara tuntas dengan menggunakan sarana statistic. Misalnya untuk menjawab pertanyaan berapa kadar asam amino yang terkandung dalam sampel makanan tersebut ? . Penentuan kadar merupakan analisa kuantitatif.

Tahap pertama dalam menentukan struktur suatu protein tertentu adalah dengan menghirolisa protein itu menjadi komponen asam amino nya , lalu menentukan jumlah tiap- tiap asam amino. Untuk memisahkan, mengidentifikasi dan mengukur secara kuantitatif jumlah tiap- tiap asam amino di dalam campuran, diperlukan metoda yang dapat mempermudah hal ini, terutama elektroforesis dan khromatografy penukaran ion . Kedua metoda ini memanfaatkan perbedaan dalam tingkah laku asam-basa dari asam amino yang berbeda , yakni perbedaan dalam tanda dan besar muatan listrik total pada pH tertentu, yang dapat diduga dari nilai pK dan kurva titrasi.

Namun masih terdapat lagi metoda kromatografi yang dapat digunakan dalam melakukan uji kualitatif asam amino yaitu kromatografi kertas dan kromatografi lapis tipis. Namun untuk kromatogarafi lapis tipis dan kromatografi penukaran ion juga termasuk kedalam analisa kuantitatif.

Elektroforesis Kertas Memisahkan Asam- Amino Berdasarkan Muatan Listrik

Metoda yang paling sederhana untuk memisahkan asam amino adalah elektroforesis kertas. Setetes larutan dari campuran asam amino ditempatkan pada selembar kertas filter yang telah dibasahi oleh buffer pada pH tertentu. Medan listrik dengan tegangan tinggi diberikan pada kertas tersebut. Karena perbedaan nilai pK, asam amino akan bermigrasi menuju arah yang berbeda dan pada kecepatan yang berbeda disepanjang kertas, tergantung pada pH system buffer dan tegangan listrik yang dipergunakan . Contoh nya pada pH 1,0, histidin, arginin, dan lisin mempunyai muatan +2 dan bergerak lebih cepat menuju katoda bermuatan negative dibandingkan dengan asam amino lainnya yang mempunyai muatan +1. Pada pH 6,0 , asam amino bermuatan positif (lisin, arginin, histidin)bergerak menuju katoda , dan asam amino bermuatan negative (asam aspartat dan asam glutamate) menuju anoda. Semua asam amino lain akan tinggal pada atau dekat titik asal, karena senyawa ini tidak mempunyai gugus mengion selain dari gugus -amino dan -karboksil, dan karenanya , mempunyai titik isoelektrik yang hampir sama seperti ditentukan dari nilai pK1 dan pK2 . Untuk menetapkan letak asam amino pada kertas, dilakukan pengeringan dan penyemprotan dengan nihidrin dan pemanasan. Spot warna biru atau ungu, masing- masing menunjukkan adanya asam amino, akan muncul pada kertas.

Kromatografi Penukar Ion Merupakan Proses pemisahan yang Lebih Berguna

Kromatografi penukar ion merupakan metoda yang paling banyak digunakan untuk memisahkan, mengidentifikasi dan menghitung jumlah tiap-tiap asam amino didalam suatu campuran . Metoda ini memanfaatkan perbedaan dalam tingkah laku asam-basa dari asam amino. Kolom kromatografi terdiri dari tabung panjang yang diisi dengan granula resin sintetik yang mengandung gugus yang bermuatan tetap. Resin dengan gugus anion tertentu disebut resin penukar kation,resin dengan gugus kation tertentu disebut resin penukar anion . dalam bentuk kromatografi penukar ion yang paling sederhana , asam amino dapat dipisahkan pada kolom resin penukar kation. Dalam hal ini, gugus anion terikatnya, misalnya gugus asam sulfonat (SO3- ), pertama-tama diberi bermuatan dengan Na+. Larutan asam (pH 3,0 ) dari campuran asam amino yang akan dianalisa dituangkan ke dalam kolom dan dibiarkan tersaring secara berlahan-lahan. Pada pH 3,0 sebagian besar asam amino berbentuk kation dengan muatan total positif, tetapi senyawa ini berbeda didalam tingkat mengionnya. Pada saat campuran mengalir melalui kolom, asam amino bermuatan positif akan menukar ion Na+, yang berikatan dengan gugus tetap SO-3 pada partikel resin. Pada pH 3,0 asam amino yang bermuatan paling positif ( lisin, arginindan histidin) akan menukar Na+, pertama-tama dari resin, lalu akan terikat paling kuat pada resin.

Asam amino yang pada pH 3,0 bermuatan positif paling kecil ( asam glutamat dan asam aspartat) akan terikat paling lemah. Semua asam amino yang lain akan mempunyai muatan positif diantara kedua ekstrim. Asam amino yang berbeda , akan bergerak ke bawah kolom resin pada kecepatan yang berbeda , yang tergantung terutama pada nilai pK, tetapi juga sebagian bergantung pada adsorpsi atau kelarutannya di dalam partikel resin. Asam glutamat dan aspartat akan bergerak ke bawah kolom pada kecepatan paling tinggi , karena ikatan senyawa ini dengan resin paling lemah pada pH 3,0 sedangkan lisin, arginin, dan histidin akan bergerak paling lambat . Fraksi- fraksi kecil pada beberapa milliliter, masing- masing akan dikumpulkan dari bagian bawah kolom dan dianalisa secara kuantitatif . Seluruh prosedur tlah di otomasikan, sehingga pencucian, pengumpulan fraksi, analisa tiap fraksi , dan pencatatan data dilakukan secara otomatis didalam analisa asam amino.

Gambar dibawah ini memperperlihatkan kromatografi dari campuran asam amino

(Lehninger.1982.hal:122-125)

Gambar.kromatografi kolom

Kromatografi kertas sebagai penyerap digunakan sehelai kertas dengan susunan serabut dan tebal yang sesuai. Mekanisme pemisahan dengan kromatografi kertas prinsipnya sama dengan mekanisme pada kromatografi kolom. Adsorben dalam kromatografi kertas adalah kertas saring, yakni selulosa. Sampel yang akan dianalisis ditotolkan ke ujung kertas yang kemudian digantung dalam wadah. Kemudian dasar kertas saring dicelupkan kedalam pelarut yang mengisi dasar wadah. Fasa mobil (pelarut) dapat saja beragam. Air, etanol, asam asetat atau campuran zat-zat ini dapat digunakan.

Kromatografi kertas diterapkan untuk analisis campuran asam amino dengan sukses besar. Karena asam amino memiliki sifat yang sangat mirip, dan asam-asam amino larut dalam air dan tidak mudah menguap (tidak mungkin didistilasi), pemisahan asam amino adalah masalah paling sukar yang dihadapi kimiawan di akhir abad 19 dan awal abad 20. Jadi penemuan kromatografi kertas merupakan berita sangat baik bagi mereka.

Kromatografi kertas dua-dimensi (2D) menggunakan kertas yang luas bukan lembaran kecil, dan sampelnya diproses secara dua dimensi dengan dua pelarut.

http://pisassakienah.wordpress.com/2009/10/09/kromatografi/)

Kromatografi lapis tipis digunakan untuk memisahkan komponen-komponen atas dasar perbedaan adsorpsi atau partisi oleh pase diam dibawah gerakan pelarut pengembang. Pada dasarnya KLT sangat mirip dengan kromatografi kertas , terutama pada cara pelaksanaannya. Perbedaan nyatanya terlihat pada fase diamnya atau media pemisahnya, yakni digunakan lapisan tipis adsorben sebagai pengganti kertas.

Bahan adsorben sebagai fasa diam dapat digunakan silika gel, alumina dan serbuk selulosa. Partikel selika gel mengandung gugus hidroksil pada permukaannya yang akan membentuk ikatan hidrogen dengan molekul polar air. Fase diam untuk kromatografi lapis tipis seringkali juga mengandung substansi yang mana dapat berpendarflour dalam sinar ultra violet. Fase gerak merupakan pelarut atau campuran pelarut yang sesuai.

3. REAKSI KIMIA SPESIFIK ASAM AMINO

Reaksi asam amino mencirikan gugus fungsional yang terkandung. Semua asam amino mengandung gugus aminodan karboksil. Senyawa ini akan memberikan reaksi kimia yang mencirikan gugus-gugus ini . Sebagai contoh , gugus amino dapat memberikan reaksi asetilasi dan gugus karboksil esterifikasi.

1. REAKSI GUGUS KARBOKSIL

a. Gugus karboksil suatu asam amino dapat membentuk ester dengan adanya alcohol

b. Dalam sebuah molekul protein, gugus karboksil suatu asam amino berikatan dengan gugus amino dari asam amino lainnya melalui ikatan peptida.

Dalam sel hidup, sintesisikatan peptida ini melalui jalan yang rumit, namun untuk mudahnya dapat digambarkan sebagai berikut :

Suatu peptida yang terdiri dari dua atau lebih ikatan peptida bereaksi dengan Cu2+ dalam larutan basadan membentuk kompleks berwarna biru- ungu. Reaksi ini dikenal dengan sebagai reaksi Biuret, dan merupakan dasar dari penentuan protein secara kuantitatif.

c. Dekarboksilasi gugus karboksil

Gugus karboksil asam amino dapat terdekarboksilasi baik secara kimia maupun secara biologis sehingga terbentuk amina. Contohnya adalah pembentukan histamin dan histidin. Histamin merangsang pengaliran cairan gastrium ke usus besar dan terlibat dalam reaksi alergi.

2. REAKSI GUGUS AMINA

1. Reaksi dengan HNO2

Gugus amina dapat bereaksi dengan zat pengoksidasi kuat HNO2 untuk melepaskan N2 yang kemudian dapat ditentukan secara manomerik.

Reaksi ini dipakai untuk perkiraan jumlah gugus -amina yang terdapat pada asam amino, peptida , atau protein. Tetapi asam amino prolin dan hidroksil prolintidak dapat bereaksi dengan HNO2 sedangkan gugus -amina pada lisin hanya dapat bereaksi secara lamban . Reaksi ini menjadi dasar dari cara penentuan protein kasar pada metoda Kjeldahl.

2. Reaksi nindidrin

Gugus amina dapat bereaksi dengan pereaksi ninhidrin membentuk amonia , CO2, dan aldehida. Reaksi ninhidrin dipakai sebagai dasar untuk penentuan kuantitas asam amino. Warna biru menunjukkan secara khas gugus amino. Tetapi prolin dan hidroksi prolin yang mempunyai gugus amina sekunder menghasilkan warna kuning. Sedang asparagin yang mengandung gugus amida bebas bereaksi membentuk warna cokelat. pada kondisi yang sesuai intensitas warna yang dihasilkan dapat dipergunakan untuk mengukur konsentrasi asam amino secara kalorimetrik. Metoda ini sangat sensitif pada pengukuran konsentrasi.

3. Reaksi dengan 1-fluoro-2,4-dinitrobenzena ( FDNB )

Dalam reaksi ini terbentuk derivat asam amino 2,4-dinitrofenil yang berwarna kuat. Senyawa FDNB bereaksi dengan gugus aminoyang bebas pada ujung NH2- terminal suatu polipeptida , dengan gugus E-amino dari asam amino lisin begitu juga gugus amino dalam asam amino bebas. Alian

4. Reaksi dengan dansil klorida

Gugus amina pada asam amino atau pada peptida bereaksi dengan dansil klorida ( 1-dimetilaminonaftalen klorida ) membentuk derivat asam amino dansil. Gugus dansil ini berfluoresensi sehingga asam amino yang sangat sedikit dapat ditentukan dengan cara ini.

5. Reaksi dengan formal dehida ( Srenson formal titration )

Formaldehida menutup gugus amino dan membentuk kompleks asam amino formaldehida, sehingga gugus karboksilnya yang bebas dapat didititrasi. Indikator yang dipakai adalah fenolftalein dan timolftalein.

6. Diantara reaksi gugus aminoyang sangat penting adalah reaksi yang ditemukan oleh Edman. Dia telah mencoba memodifikasi reaksi isotianat dengan amina demikian rupa sehingga modifikasi ini dapat dipakai untuk degradasi rantai polipeptida dan untuk identifikasi terminal NH2 pada peptida. Dalam prosedur edman ini, fenilisotiosianat bereaksi dengan -asam amino membentuk asam amino feniltiokarbamoil. Jika diberi larutan nitrometan, asam amino feniltiokarbamoilberubah menjadi bentuk siklik yaitu feniltiohidantoin. Senyawa ini tidak berwarna, dapat dipisahkan dengan mudah dan kemudian diidentifikasikan dengan kromatografi. Reaksi edman sering digunakan untuk identifikasi terminal NH2 asa amino suatu polipeptida.

3. REAKSI GUGUS R

Beberapa asam amino mempunyai gugus R yang dapat mengion. Contohnya ialah sistein, tirosin, dan histidin. Reaksi lain yang sangat penting adalah secara biologis ialah reaksi gugus R pada serin dan sistein.

Gugus SH pada sistein juga dapat bereaksi secara aktif, misalnya pada pembentukan asam amino sistin. Ikatan disulfida yang berasal dari gugus SH sistein banyak terdapat dalam protein. Misalnya pada molekul insulin yang aktif ada 3 ikatan disulfida dimana 2 diantaranya menjadi jembatan antara 2 rantai polipeptida. Enzim ribonukleasemempunyai 4 ikatan disulfide antara 4 pasang residu sistein dan kalau ikatan ini rusak maka enzim menjadi tidak aktif.

(Aisjah girindra.1990.hal:73-76)

H

N

2

C

H

2

C

O

H

H

R

HN

2

C

H

2

C

OH

H

R

N

C

C

O

O

H

H

R

H

H

NCC

O

OH

H

R

H

H

H

2

N

C

C

N

C

C

O

H

O

H

R

H

O

H

R

H

2

N

CCNCCOH

O

H

R

H

O

H

R

H

2

N

C

H

C

C

H

3

O

H

O

H

2

NCHC

CH

3

OH

O

H

2

N

C

H

C

C

H

O

H

O

C

H

3

C

H

2

C

H

3

H

2

NCHC

CH

OH

O

CH

3

CH

2

CH

3

H

2

N

C

H

C

C

H

2

O

H

O

C

H

C

H

3

C

H

3

H

2

NCHC

CH

2

OH

O

CHCH

3

CH

3

H

2

N

C

H

C

C

H

2

O

H

O

C

H

2

S

C

H

3

H

2

NCHC

CH

2

OH

O

CH

2

S

CH

3

H

2

N

C

H

C

C

H

2

O

H

O

H

2

NCHC

CH

2

OH

O

H

N

C

O

H

O

HN

COH

O

H

2

N

C

H

C

C

H

2

O

H

O

H

N

H

2

NCHC

CH

2

OH

O

HN

H

2

N

C

H

C

C

H

O

H

O

C

H

3

C

H

3

H

2

NCHC

CH

OH

O

CH

3

CH

3

H

2

N

C

H

C

C

H

2

O

H

O

C

N

H

2

O

H

2

NCHC

CH

2

OH

O

C

NH

2

O

H

2

N

C

H

C

C

H

2

O

H

O

S

H

H

2

NCHC

CH

2

OH

O

SH

H

2

N

C

H

C

C

H

2

O

H

O

C

H

2

C

N

H

2

O

H

2

NCHC

CH

2

OH

O

CH

2

C

NH

2

O

H

2

N

C

H

C

H

O

H

O

H

2

NCHC

H

OH

O

H

2

N

C

H

C

C

H

2

O

H

O

O

H

H

2

NCHC

CH

2

OH

O

OH

H

2

N

C

H

C

C

H

O

H

O

O

H

C

H

3

H

2

NCHC

CH

OH

O

OH

CH

3

H

2

N

C

H

C

C

H

2

O

H

O

O

H

H

2

NCHC

CH

2

OH

O

OH

H

2

N

C

H

C

C

H

2

O

H

O

C

O

H

O

H

2

NCHC

CH

2

OH

O

C

OH

O

H

2

N

C

H

C

C

H

2

O

H

O

C

H

2

C

O

H

O

H

2

NCHC

CH

2

OH

O

CH

2

C

OH

O

H

2

N

C

H

C

C

H

2

O

H

O

C

H

2

C

H

2

C

H

2

N

H

2

H

2

NCHC

CH

2

OH

O

CH

2

CH

2

CH

2

NH

2

H

2

N

C

H

C

C

H

2

O

H

O

C

H

2

C

H

2

N

H

C

N

H

2

N

H

H

2

NCHC

CH

2

OH

O

CH

2

CH

2

NH

C

NH

2

NH

H

2

N

C

H

C

C

H

2

O

H

O

N

N

H

H

2

NCHC

CH

2

OH

O

N

NH