artikelee88bc4b01504cb71615f1d280faf7ae_2

9
1 HUBUNGAN KETERAMPILAN METAKOGNITIF TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI DAN RETENSI SISWA KELAS X DENGAN PENERAPAN STRATEGI PERMBERDAYAN BERPIKIR MELALUI PERTANYAAN (PBMP) DI SMAN 9 MALANG Cahyani Ardila, Aloysius Duran Corebima, dan Siti Zubaidah Jurusan Biologi, FMIPA, Universitas Negeri Malang Email: [email protected] ABSTRACT: Metacognitive skill is one of the important factors for the successful learning. The objectives of this study were to determine (1) correlation between metacognitive skill and student achievement, (2) correlation between metacognitive skill and retention, after TEQ (Thinking Empowering by Questioning) strategy of learning had been applied. This study used the correlational type of research. Populations were all class X of State Senior High Schools in Malang. Sample used was X-6 class of State Senior High School 9 Malang consisting 36 students. Data had been collected by pretest, posttest, and retention test (3 weeks after posttest). Metacognitive skill had been measured by the metacognitive rubric integrated with student achievement test. Data analysis by correlation and regression techniques showed that: (1) there was a significant correlation between metacognitive skill and student achievement; the contribution of metacognitive skill to student achievement was 52,9% with correlation coefficient value (r) was 0,727; the regression equation was Y=0,857X+17,904; (2) there was no significant correlation between metacognitive skill and student retention after TEQ strategy of learning had been applied. Keywords: metacognitive skill, student achievement, retention, TEQ. Pembelajaran konstruktif (yakni belajar yang bermakna) dipandang sebagai tujuan pendidikan yang penting. Corebima (2006) menyatakan bahwa hasil dari suatu pembelajaran bermakna berpeluang besar bermakna, baik yang terkait dengan aspek kognitif, afektif maupun psikomotor. Ketercapaian tujuan suatu pembelajaran dapat terlihat melalui hasil belajar siswa. Namun, hasil belajar yang lebih disoroti sebagai indikator ketercapaian tujuan pembelajaran adalah yang terkait dengan ranah kognitif. Hasil belajar kognitif tentunya akan lebih bermakna jika tidak mudah segera hilang di ingatan. Dalam hal ini, retensi memegang peranan yang penting.. Pencapaian hasil belajar kognitif dan retensi ini erat kaitannya dengan kemandirian siswa dalam belajar. Kemandirian siswa tersebut berkaitan dengan keterampilan metakognitif siswa. Keterampilan metakognitif dapat membantu mengembangkan kemampuan berpikir siswa yang selanjutnya juga berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Livingston (1997) menyatakan bahwa metakognitif memegang salah-satu peranan kritis (sangat penting) agar pembelajaran berhasil. Metakognitif mengarah pada kemampuan berpikir tinggi (high order thinking) yang meliputi kontrol aktif terhadap proses kognitif dalam pembelajaran. Aktifitas seperti merencanakan bagaimana menyelesaikan tugas yang diberikan, memonitor pemahaman, dan mengevaluasi perkembangan kognitif merupakan metakognitif yang terjadi dalam sehari-hari. Keterampilan metakognitif memungkinkan siswa untuk melakukan perencanaan, mengikuti perkembangan, dan memantau proses

Upload: mank-madu

Post on 09-Nov-2015

9 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

metakognitif

TRANSCRIPT

  • 1

    HUBUNGAN KETERAMPILAN METAKOGNITIF TERHADAP HASIL

    BELAJAR BIOLOGI DAN RETENSI SISWA KELAS X DENGAN

    PENERAPAN STRATEGI PERMBERDAYAN BERPIKIR MELALUI

    PERTANYAAN (PBMP) DI SMAN 9 MALANG

    Cahyani Ardila, Aloysius Duran Corebima, dan Siti Zubaidah

    Jurusan Biologi, FMIPA, Universitas Negeri Malang

    Email: [email protected]

    ABSTRACT: Metacognitive skill is one of the important factors for the successful

    learning. The objectives of this study were to determine (1) correlation between

    metacognitive skill and student achievement, (2) correlation between metacognitive

    skill and retention, after TEQ (Thinking Empowering by Questioning) strategy of

    learning had been applied. This study used the correlational type of research.

    Populations were all class X of State Senior High Schools in Malang. Sample used

    was X-6 class of State Senior High School 9 Malang consisting 36 students. Data

    had been collected by pretest, posttest, and retention test (3 weeks after posttest).

    Metacognitive skill had been measured by the metacognitive rubric integrated with

    student achievement test. Data analysis by correlation and regression techniques

    showed that: (1) there was a significant correlation between metacognitive skill and

    student achievement; the contribution of metacognitive skill to student achievement

    was 52,9% with correlation coefficient value (r) was 0,727; the regression equation

    was Y=0,857X+17,904; (2) there was no significant correlation between

    metacognitive skill and student retention after TEQ strategy of learning had been

    applied.

    Keywords: metacognitive skill, student achievement, retention, TEQ.

    Pembelajaran konstruktif (yakni belajar yang bermakna) dipandang

    sebagai tujuan pendidikan yang penting. Corebima (2006) menyatakan bahwa

    hasil dari suatu pembelajaran bermakna berpeluang besar bermakna, baik yang

    terkait dengan aspek kognitif, afektif maupun psikomotor. Ketercapaian tujuan

    suatu pembelajaran dapat terlihat melalui hasil belajar siswa. Namun, hasil belajar

    yang lebih disoroti sebagai indikator ketercapaian tujuan pembelajaran adalah

    yang terkait dengan ranah kognitif. Hasil belajar kognitif tentunya akan lebih

    bermakna jika tidak mudah segera hilang di ingatan. Dalam hal ini, retensi

    memegang peranan yang penting..

    Pencapaian hasil belajar kognitif dan retensi ini erat kaitannya dengan

    kemandirian siswa dalam belajar. Kemandirian siswa tersebut berkaitan dengan

    keterampilan metakognitif siswa. Keterampilan metakognitif dapat membantu

    mengembangkan kemampuan berpikir siswa yang selanjutnya juga berpengaruh

    terhadap hasil belajar siswa. Livingston (1997) menyatakan bahwa metakognitif

    memegang salah-satu peranan kritis (sangat penting) agar pembelajaran berhasil.

    Metakognitif mengarah pada kemampuan berpikir tinggi (high order thinking)

    yang meliputi kontrol aktif terhadap proses kognitif dalam pembelajaran. Aktifitas

    seperti merencanakan bagaimana menyelesaikan tugas yang diberikan, memonitor

    pemahaman, dan mengevaluasi perkembangan kognitif merupakan metakognitif

    yang terjadi dalam sehari-hari. Keterampilan metakognitif memungkinkan siswa

    untuk melakukan perencanaan, mengikuti perkembangan, dan memantau proses

  • 2

    belajarnya (Imel, 2002). Coutinho (2007) menyatakan bahwa ada hubungan

    positif antara prestasi belajar dengan matakognisi. Siswa yang memiliki

    keterampilan metakognitif yang baik akan menunjukkan prestasi belajar yang baik

    pula dibandingkan dengan siswa yang memiliki kemampuan metakognitif rendah.

    Fakta di SMAN 9 Malang menunjukkan bahwa keterampilan metakognitif

    siswa belum berkembang dengan baik. Hal ini dapat terlihat dari siswa yang

    hanya belajar saat ada tugas rumah ataupun ujian. Tidak hanya itu, tidak jarang

    dari mereka yang mencontek pekerjaan temannya, baik pada saat ujian maupun

    mengerjakan tugas rumah. Selain keterampilan metakognitif yang masih rendah,

    hasil belajar kognitif siswa pun juga demikian. Rata-rata hasil belajar Biologi

    siswa kelas X di SMAN 9 Malang tahun pelajaran 2011/2012 adalah 78. Kriteria

    ketuntasan minimum (KKM) di sekolah ini adalah 76. Meskipun rata-rata nilai

    siswa tersebut telah mencapai KKM, namun angka tersebut tidak terlalu

    signifikan.

    Menghadapi kenyataan tersebut, diperlukan suatu upaya memberdayakan

    keterampilan metakognitif siswa agar nantinya berdampak pada peningkatan hasil

    belajar maupun retensi siswa sendiri. Salah satu caranya adalah dengan penerapan

    strategi pembelajaran yang dapat mendorong siswa mengembangkan keterampilan

    metakognitifnya. Beberapa strategi pembelajaran telah terbukti dapat

    memberdayakan keterampilan metakognitif siswa yang selanjutnya berhubungan

    dengan hasil belajar dan retensi siswa. Penelitian Zen (2010) mengungkapkan

    adanya hubungan keterampilan metakognitif terhadap hasil belajar kognitif siswa

    pada penerapan strategi inkuiri dan PBL. Demikian pula dengan penelitian Basith

    (2010) yang membuktikan hal tersebut melalui penerapan strategi Jigsaw dan

    TPS. Hasil penelitian Atunasikha (2010) juga menunjukkan bahwa kenaikan

    keterampilan metakognitif diikuti dengan kenaikan pemahaman konsep siswa

    yang diajarkan dengan strategi PBMP dipadu dengan TPS. Tidak hanya itu,

    hubungan keterampilan metakognitif dan retensi juga telah diungkap oleh

    Muhiddin (2012) pada penerapan strategi PBL yang diintegrasikan dengan jigsaw.

    Strategi pembelajaran yang juga diyakini dapat mengembangkan

    kemampuan berpikir dan keterampilan metakognitif siswa adalah Pemberdayaan

    Berpikir Melalui Pertanyaan (PBMP). Pemberdayaan berpikir selama

    pembelajaran termasuk pembelajaran Biologi sangat penting dan sangat strategis

    (Corebima, 2006). PBMP merupakan pola pembelajaran yang dilaksanakan

    dengan tidak ada proses pembelajaran yang langsung secara informatif,

    seluruhnya dilakukan melalui rangkaian atau jalinan pertanyaan yang telah

    dirancang secara tertulis dalam lembar kerja siswa. Struktur umum lembar siswa

    tersebut adalah sediakan, lakukan, ringkasan (pikirkan), evaluasi dan arahan

    (Corebima, 2001).

    Berbagai penelitian telah menunjukkan bahwa penerapan strategi PBMP -

    baik sendiri maupun dipadukan dengan beberapa strategi kooperatif- berpengaruh

    terhadap keterampilan metakognitif siswa (Nofitasari, 2011; Puspitasari, 2010;

    Wahyu, 2010; Jamaluddin, 2009). Tidak hanya itu, penerapan PBMP juga terbukti

    dapat meningkatkan hasil belajar kognitif siswa. Lebih lanjut dinyatakan oleh

    Nofitasari (2011) bahwa meningkatnya pemahaman konsep siswa merupakan

    implikasi dari meningkatnya keterampilan metakognitif dan kemampuan berpikir

    siswa. Berdasarkan hal tersebut, maka dilakukan penelitian untuk mengetahui

  • 3

    ada tidaknya hubungan keterampilan metakognitif terhadap hasil belajar dan

    retensi siswa pada penerapan strategi PBMP.

    METODE

    Penelitian ini merupakan penelitian korelasional yang ditujukan untuk

    mencari hubungan antara keterampilan metakognitif terhadap hasil belajar

    kognitif dan retensi siswa. Semua siswa dalam satu kelas mendapatkan perlakuan

    yang sama yaitu pembelajaran dengan menggunakan strategi PBMP

    (Pemberdayaan Berpikir Melalui Pertanyaan). Pengumpulan data dilakukan

    dengan pretest, posttest, dan tes retensi (3 minggu setelah postest). Soal yang

    digunakan baik saat pretest, posttest, maupun retensi adalah sama yaitu soal essay

    dengan jumlah 17 soal. Materi yang diajarkan adalah materi kelas X semester 1

    yaitu SK 1 yang terdiri atas KD 1.1 dan 1.2 serta SK 2 yang terdiri atas KD 2.1,

    2.2, dan 2.3.

    Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kelas X SMA di Malang.

    Sampel yang diambil adalah kelas X-6 SMAN 9 Malang yang berjumlah 36 siswa

    tahun pelajaran 2012/2013. Pemilihan kelas sampel dilakukan secara acak.

    Adapun instrumen pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah

    silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan Lembar Kerja Siswa

    (LKS). Semua perangkat pembelajaran disusun berpola PBMP. Instrumen

    pengukuran terdiri atas soal tes dan rubrik keterampilan metakognitif. Soal tes

    yang digunakan telah diuji validitas isi dan validitas konstruk dan reliabilitas soal

    tesnya tergolong tinggi. Rubrik keterampilan metakognitif yang digunakan adalah

    yang dikembangkan oleh Corebima (2009). Teknik analisis data yang digunakan

    adalah teknik analisis korelasi regresi dengan bantuan program SPSS for

    Windows.

    HASIL PENELITIAN

    Berdasarkan hasil analisis, diperoleh nilai signikansi baik pada uji parallel

    maupun koinsiden yaitu 0,000 < 0,05 yang berarti tidak signifikan. Dengan

    demikian, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan pola PBMP yang

    dilaksanakan belum konsisten. Grafik Garis Regresi Keterlaksanaan Pembelajaran

    dapat dilihat pada Gambar 1.

    Sebelum dilakukan uji hipotesis terlebih dahulu dilakukan uji normalitas

    untuk mengetahui apakah data terdistribusi normal atau tidak. Berdasarkan uji

    Kolmogorov-Smirnov diketahui bahwa baik data keterampilan metakognitif, hasil

    belajar, dan retensi terdistribusi normal. Data yang digunakan untuk menganalisis

    hubungan keterampilan metakognitif dan hasil belajar kognitif adalah data

    keterampilan metakognitif terkoreksi dan data hasil belajar kognitif terkoreksi.

    Berdasarkan hasil uji regresi antara keterampilan metakognitif dan hasil belajar

    kognitif siswa pada penerapan strategi PBMP didapatkan nilai F sebesar 38,175

    dengan nilai signifikansi 0,000 < 0,05. Dengan demikian, dapat disimpulkan

    bahwa hipotesis nol ditolak dan hipotesis penelitian diterima sehingga ada

    hubungan antara keterampilan metakognitif dan hasil belajar kognitif siswa pada

    penerapan strategi PBMP. Berdasarkan hasil uji regresi tersebut didapatkan

    persamaan regresi yaitu Y=0,857X+17,904. Koefisien korelasi (r) yang diperoleh

    adalah 0,727 yang dapat diinterpretasikan bahwa korelasi antara keterampilan

    metakognitif dan hasil belajar kognitif pada penerapan strategi PBMP tergolong

  • 4

    kuat. Nilai koefisien determinasi (r2) adalah 0,529. Besarnya sumbangan

    keterampilan metakognitif terhadap hasil belajar kognitif siswa adalah 52,9%.

    Tabel 1. Ringkasan Anova Hubungan Keterampilan Metakognitif Terhadap Hasil Belajar

    Kognitif pada Penerapan Strategi PBMP

    Model Sum of Squares df Mean square F Sig.

    1 Regression

    Residual

    Total

    830,473

    739,640

    1570,114

    1

    34

    35

    830,473

    21,754

    38,175 ,000a

    a. Predictors: (Constant), Keterampilan metakognisi akhir terkoreksi

    b. Dependent variable: Hasil belajar akhir terkoreksi

    Tabel 2 Ringkasan Regresi Hubungan Keterampilan Metakognitif Terhadap Hasil Belajar

    Kognitif Siswa pada Penerapan Strategi PBMP

    Model R R square Adjusted

    R Square

    Std. Error of the

    Estimate

    1 ,727a ,529 ,515 4,66413

    a. Predictors: (Constant), Keterampilan metakognisi akhir terkoreksi

    Hasil uji regresi antara keterampilan metakognitif dan retensi siswa pada

    penerapan strategi PBMP didapatkan nilai F sebesar 0,682 dengan nilai

    signifikansi 0,415 > 0,05 yang berarti tidak signifikan. Dengan demikian, dapat

    disimpulkan bahwa hipotesis nol diterima dan hipotesis penelitian ditolak

    sehingga tidak ada hubungan antara keterampilan metakognitif dan retensi siswa

    pada penerapan strategi PBMP.

    Tabel 3. Ringkasan Anova Hubungan Keterampilan Metakognitif Terhadap Retensi Siswa

    pada Penerapan Strategi PBMP

    Model Sum of Squares df Mean square F Sig.

    1 Regression

    Residual

    Total

    5,443

    271,479

    276,922

    1

    34

    35

    5,443

    7,985

    ,682 ,415a

    a. Predictors: (Constant), Retensi keterampilan metakognisi terkoreksi

    b. Dependent variable: Retensi hasil belajar terkoreksi

    Gambar 1. Grafik Garis Regresi Keterlaksanaan Pembelajaran

    PEMBAHASAN

    Berdasarkan hasil uji hipotesis, didapatkan nilai F sebesar 38,175 dengan

    nilai signifikansi 0,000 < 0,05 yang berarti ada hubungan antara keterampilan

    metakognitif dan hasil belajar kognitif siswa pada penerapan strategi PBMP. Hasil

  • 5

    penelitian ini sejalan dengan penelitian Atunasikha (2010) yang menunjukkan

    bahwa ada hubungan keterampilan metakognitif dan pemahaman konsep siswa

    pada pembelajaran yang menerapkan strategi PBMP yang dipadu dengan strategi

    kooperatif Think Pair Share (TPS). Dalam hal ini, pemahaman konsep siswa

    secara tidak langsung mengarah kepada hasil belajar siswa, terutama hasil belajar

    kognitif. Demikian pula dengan penelitian Singh (2012) yang menunjukkan

    bahwa korelasi antara kemampuan metakognitif dan hasil belajar pada pelajaran

    sains siswa kelas XI adalah positif dan signifikan.

    Besarnya sumbangan keterampilan metakognitif terhadap hasil belajar

    kognitif siswa adalah 52,9%. Namun, sumbangan tersebut tidak begitu besar jika

    dibandingkan dengan beberapa strategi lainnya pada penelitian sebelumnya. Pada

    penelitian Basith (2010), besar sumbangan keterampilan metakognitif terhadap

    hasil belajar kognitif pada strategi Jigsaw dan TPS adalah 66,6% dan 82,4%.

    Potensi strategi lain yaitu inkuiri dan PBL juga dilaporkan oleh Zen (2010).

    Sumbangan keterampilan metakognitif terhadap hasil belajar kognitif pada

    strategi inkuiri adalah sebesar 69,9%. Akan tetapi, pada strategi PBL, besar

    sumbangan keterampilan metakognitif terhadap hasil belajar kognitif lebih rendah

    daripada strategi PBMP pada penelitian ini, yaitu 43,7%. Sementara itu,

    Chikmiyah (2012) juga melaporkan adanya hubungan antara pengetahuan

    metakognitif dengan hasil belajar siswa pada penerapan strategi TPS dengan

    sumbangan relatif sebesar 65,45%.

    Ada beberapa hal yang dapat menyebabkan rendahnya besar sumbangan

    keterampilan metakognitif terhadap hasil belajar kognitif tersebut. Salah satunya

    adalah keterlaksanaan sintaks pembelajaran. Adanya pemberian informasi kepada

    siswa oleh guru dan rendahnya motivasi dan konsentrasi siswa dapat

    mempengaruhi keterlaksanaan pembelajaran.

    Livingston (1997) menjelaskan bahwa self-questioning adalah salah satu

    strategi metakognitif yang umum. Lebih lanjut dijelaskan bahwa aktifitas seperti

    merencanakan bagaimana menyelesaikan tugas yang diberikan, memonitor

    pemahaman, dan mengevaluasi perkembangan kognitif merupakan metakognitif

    yang terjadi dalam sehari-hari. Pembelajaran dengan pola PBMP sejalan dengan

    aktifitas metakognitif tersebut. Siswa diminta menemukan jawaban atas

    pertanyaan-pertanyaan yang ada pada lembar siswa tersebut secara mandiri.

    Dalam hal ini, tentunya siswa harus mengatur dan merencanakan sendiri strategi

    belajarnya sehingga ia dapat mempelajari dan menyelesaikan LS PBMP tersebut

    sebelum didiskusikan di kelas. Hal ini dapat mengembangkan keterampilan

    metakognitif mereka. Siswa yang memiliki keterampilan metakognitif tinggi akan

    berusaha untuk mempelajari apa yang ada pada lembar kerja tersebut dan

    memonitor sendiri perkembangan belajarnya yang selanjutnya berdampak pada

    hasil belajar siswa tersebut.

    Pertanyaan pada tiap bagian dalam LS PBMP disusun berhubungan satu

    sama lain. Pertanyaan pada tahap renungkan biasanya dimunculkan kembali

    dalam bagian pikirkan dan evaluasi namun dengan tingkat kesulitan yang lebih

    tinggi. Dengan demikian, siswa didorong untuk mengingat kembali apa yang telah

    dipelajari di tahap renungkan. Livingston (1997) menjelaskan jika siswa

    menyadari bahwa ia tidak bisa menjawab atau ia tidak mengerti materi yang

    sedang didiskusikan, ia akan menentukan apa yang ia perlukan untuk

    menyelesaikan tujuan kognitifnya atau pemahaman materinya. Ia mungkin akan

    memutuskan untuk kembali membaca materi tersebut agar dapat menjawab

  • 6

    pertanyaan. Dengan demikian, siswa dapat memonitor sendiri perkembangan

    belajarnya. Selain itu, pertanyaan-pertanyaan pada tahap evaluasi merupakan

    intisari dari materi ajar yang mengarah pada indikator pencapaian kompetensi.

    Tahap evaluasi ini sejalan dengan aktifitas metakognisi dimana siswa dapat

    mengevaluasi tujuan kognitifnya sendiri.

    Siswa yang memiliki keterampilan metakognitif yang baik akan

    menunjukkan prestasi belajar yang baik pula dibandingkan dengan siswa yang

    memiliki kemampuan metakognitif rendah (Coutinho, 2007). Tidak hanya itu,

    seperti yang dijelaskan Pierce (2003) bahwa metakognisi mempengaruhi motivasi

    belajar siswa. Lebih lanjut dijelaskan bahwa semakin sering siswa sadar akan

    proses berpikir mereka saat mereka belajar, maka mereka akan semakin dapat

    mengontrol tujuan, kepribadian, serta perhatiannya. Hal ini tentunya akan

    berdampak pada keterampilan metakognitif siswa.

    Sementara itu, hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan tidak ada

    hubungan antara keterampilan metakognitif dan retensi siswa yang dibelajarkan

    dengan strategi PBMP. Hal ini tidak bersesuaian dengan beberapa hasil penelitian

    sebelumnya, yaitu Muhiddin (2012). Tidak adanya hubungan antara keterampilan

    metakognitif dan retensi ini dapat disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya

    kegagalan mengingat kembali informasi yang tersimpan dalam ingatan siswa.

    Hal-hal yang dapat menyebabkan siswa tidak dapat mengingat apa yang telah

    dipelajarinya ada dua, yakni terjadinya proses lupa dan belum diolahnya informasi

    tersebut di otak atau disebut sebagai keluar. Terjadinya proses lupa pada siswa menyebabkan siswa tidak dapat mengingat materi yang telah dipelajari

    sebelumnya. Lupa berkaitan dengan fase penggalian dan fase prestasi yang ada di

    otak. Lupa menunjukkan kesulitan untuk menggali informasi yang telah

    diperhatikan, diolah, dan dimasukkan ke dalam ingatan jangka panjang (Winkel,

    2005).

    Ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya lupa pada seseorang.

    Salah satu faktor yang kemungkinan besar terjadi adalah faktor gangguan

    (interference/retroactive inhibition) (Winkel, 2005; Slavin, 2008). Gangguan

    terjadi ketika informasi yang dipelajari sebelumnya hilang karena infomasi

    tersebut bercampur dengan informasi baru dan agak mirip. Hal ini dapat dipahami

    karena pembelajaran PBMP dalam penelitian ini dilakukan selama satu semester

    sehingga ada banyak materi baru yang diterima siswa setelah suatu materi selesai

    dipelajari. Informasi-informasi baru tersebut kemungkinan juga menyebabkan

    terganggunya informasi yang sebelumnya sehingga proses lupa dapat terjadi.

    Waktu yang lewat setelah kegiatan belajar juga dapat berpengaruh

    terhadap ingatan siswa (Nasution, 2011). Proses penggalian informasi (postes dan

    tes retensi) dilakukan pada akhir semester dengan keseluruhan materi. Sehingga,

    terdapat jarak waktu yang cukup lama sebelum proses penggalian informasi

    dilakukan. Selama jarak waktu tersebut, selain adanya informasi baru, juga

    dimungkinkan adanya kegiatan yang mengganggu sehingga proses penggalian

    menjadi gagal.

    Kemungkinan kedua adalah belum diolahnya informasi tersebut di otak.

    Hal ini menunjuk kepada fase konsentrasi dan pengolahan di otak. Ada

    kemungkinan bahwa siswa tidak memberikan perhatian atau atensi kepada apa

    yang sedang dipelajari sehingga tidak terjadi proses pengolahan di otak. Tentu

    saja, tidak dapat dilakukan penggalian untuk hal yang kedua ini karena memang

    informasi belum tersimpan di memori. Atensi berhubungan erat dengan motivasi

  • 7

    siswa. Namun sayangnya, pada pembelajaran berpola PBMP yang dilakukan,

    motivasi siswa, terutama motivasi intrinsik siswa cenderung rendah yang

    mengakibatkan mereka tidak memberikan perhatian terhadap pembelajaran yang

    sedang dilakukan. Padahal, atensi menentukan diolah atau tidaknya suatu

    informasi ke memori.

    Motivasi yang rendah juga ditunjukkan pada saat pengerjaan LS PBMP.

    Pengerjaan LS PBMP ini dilakukan secara mandiri oleh siswa beberapa hari

    sebelum materi pembelajaran didiskusikan di kelas. Artinya, sebelum belajar

    tentang materi tersebut, siswa terlebih dahulu diminta untuk menyelesaikan dan

    mempelajari lembar PBMP tersebut. Dengan demikian, siswa telah mempunyai

    bekal atau pengetahuan awal tentang materi yang akan didiskusikan di kelas.

    Pengetahuan awal yang dimiliki siswa tersebut berpengaruh terhadap ingatan

    jangka panjangnya. Slavin (2006) menyatakan bahwa sejauh mana siswa

    mempelajari bahan tersebut sejak awal dapat mempengaruhi ingatan jangka

    panjang.

    Sayangnya, tidak semua siswa memiliki kesadaran untuk menyelesaikan

    LS PBMP nya sendiri. Beberapa siswa terkadang belum menyelesaikan LS PBMP

    nya saat diskusi di kelas dan baru menyelesaikannya saat diskusi itu juga. Hal ini

    mungkin dikarenakan soal yang ada pada LS PBMP terlalu banyak. Ketidaksiapan

    siswa tersebut juga menyebabkan diskusi kelas yang dilaksanakan menjadi tidak

    efektif sehingga memengaruhi informasi yang masuk ke memori siswa.

    KESIMPULAN

    Berdasarkan hasil penelitian, maka diperoleh kesimpulan bahwa ada

    hubungan yang kuat antara keterampilan metakognitif terhadap hasil belajar

    kognitif siswa kelas X pada pembelajaran Biologi dengan penerapan strategi

    PBMP di SMAN 9 Malang. Sumbangan keterampilan metakognitif terhadap hasil

    belajar kognitif adalah 52,9%. Persamaan regresi yang didapatkan yaitu

    Y=0,857X+17,904. Namun, tidak ada hubungan keterampilan metakognitif

    terhadap retensi siswa kelas X pada pembelajaran Biologi dengan penerapan

    strategi PBMP di SMAN 9 Malang.

    DAFTAR RUJUKAN Atunasikha, L. 2010. Hubungan Keterampilan Metakognitif dan Pemahaman

    Konsep Siswa Laki-Laki dan Perempuan Kelas IV SDN Penanggungan

    Malang pada Pembelajaran SAINS dengan Strategi Pembelajaran PBMP

    dan Think Pain Share (TPS). Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Universitas

    Negeri Malang.

    Basith, A. 2010. Hubungan Keterampilan Metakognitif dan Hasil Belajar

    Matapelajaran IPA Pada Siswa Kelas IV SD Dengan Strategi Pembelajaran

    Jigsaw dan Think Pair Share (TPS). Skripsi tidak diterbitkan. Malang:

    Universitas Negeri Malang.

    Chikmiyah, C & Sugiarto, B. 2012. Relationship Between Metacognitive

    Knowledge And Student Learning Outcomes Through Cooperative Learning

    Model Type Think Pair Share On Buffer Solution Matter. Unesa Journal of

    Chemical Education Vol. 1, No. 1, pp. 55-61 Mei 2012. (Online).

    Corebima, A.D. 2001. Pola Pengembangan Lembar PBMP (TEQ) dalam

    Pembelajaran IPA-BIOLOGI. Makalah disajikan dalam Lokakarya PBMP,

    Malang, 31 Agustus 1 September.

  • 8

    Corebima, A.D. 2006. Pembelajaran Biologi yang Memberdayakan Kemampuan

    Berpikir Siswa. Makalah disajikan pada Pelatihan Strategi Metakognitif

    pada Pembelajaran Biologi untuk Guru-guru Biologi SMA di Kota

    Palangkaraya, 23 Agustus 2006.

    Corebima, A.D. 2009. Metacognitive Skill Measurement Integrated In

    Achievement Test. (Online).

    (http://www.recsam.edu.my/cosmed/cosmed09/AbstractsFullPapers2009/Ab

    stract/ScienceParallelPDFullPaper/01.pdf), diakses 28 Maret 2013.

    Coutinho, A.S. 2007. The Relationship Between Goals, Metacognition, And

    Academic Success. Educate~ Vol.7, No.1, 2007, pp. 39-47. (Online).

    (http://www.educatejournal.org/), diakses 25 Januari 2013

    Imel, S. 2002. Metacognitive Skills for Adult Learning, (Online),(http://www.ce-

    te.org/acve/docs/tia00107.pdf, diakses 3 September 2012).

    Jamaluddin. 2009. Pengaruh Pembelajaran PBMP Dipadukan Strategi

    Kooperatif dan Kemampuan Akademik Terhadap Keterampilan

    Metakognitif, Berpikir Kreatif, Pemahaman Konsep IPA-Biologi, dan

    Retensi Siswa SD di Mataram. Disertasi tidak diterbitkan. Malang:

    Universitas Negeri Malang.

    Livingston, J.A. 1997. Metacognition: An Overview. (Online).

    (gse.buffalo.edu/fas/shuell/cep564/metacog.htm), diakses pada 25 April

    2013.

    Muhiddin,P. 2012. Pengaruh Integrasi Problem Based Learning (PBL) dengan

    Pembelajaran Kooperatif Jigsaw dan Kemampuan Akademik Terhadap

    Metakognisi, Berpikir Kritis, Pemahaman Konsep, dan Retensi Mahasiswa

    pada Perkuliahan Biologi Dasar di FMIPA Universitas Negeri Makassar.

    Disertasi tidak diterbitkan. Malang: Universitas Negeri Malang.

    Nasution, S. 2011. Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar.

    Jakarta: PT. Bumi Aksara.

    Nofitasari, RD. 2011. Pengaruh Penerapan Pola Pemberdayaan Berpikir Melalui

    Pertanyaan (PBMP) dipadu Think Pair Share (TPS) Terhadap Kemampuan

    Metakognitif, Kemampuan Berpikir, dan Pemahaman Konsep Siswa Kelas

    VIII SMPN 3 Peterongan. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Universitas

    Negeri Malang.

    Pierce, W. 2003. Metacognition: Study Strategies, Monitoring, and Motivation. A

    Greatly Expanded Text Version of a workshop Presented November 17,

    2004, at Prince Georges Community College. (Online), (http://academic.pg.cc.md.us/~wPierce/MCCCTR/metacognition.htm),

    diakses, 25 Januari 2013.

    Puspitasari, S. Pengaruh Strategi Pembelajara TPS dan TPS-PBMP Terhadap

    Kesadaran dan Keterampilan Metakognitif serta Pemahaman Konsep Pada

    Pembelajaran IPA Siswa Kelas IV SD. Skripsi tidak diterbitkan. Malang:

    Universitas Negeri Malang

    Slavin, R. E. 2006. Psikologi Pendidikan : Teori dan Praktik, Edisi Kedelapan

    Jilid 1. Terjemahan Marianto Samosir. 2008. Jakarta: PT. Indeks.

    Singh, Y.G. 2012. Metacognitive Ability of Secondary Students and Its

    Association With Academic Achievement in Science Subject. International

    Indexed & Referred Research Journal, April, 2012. ISSN- 0974-2832, RNI-

    RAJBIL 2009/29954; VoL. IV * ISSUE-39. (Online). (http://www.ssmrae

  • 9

    .com/admin/images/46ea3b75e3be24e9aa5bbd27d42ba053.pdf), diakses 21

    Februari 2013.

    Wahyu, T.A.H. 2010. Pengaruh Strategi Pembelajaran Think Pair Share (TPS)

    dan Think Pair Share (TPS) yang Dipadu PBMP (Pemberdayaan Berpikir

    Melalui Pertanyaan) Terhadap Keterampilan Metakognitif, Kemampuan

    Berpikir Kritis, dan Hasil Belajar Kognitif Siswa Kelas VIII SMPN 2

    Singosari. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Universitas Negeri Malang.

    Winkel, W.S. 2005. Psikologi Pengajaran. Yogyakarta: Media Abadi.

    Zen, A.R. 2010. Hubungan Keterampilan Metakognitif dan Hasil Belajar Siswa

    Kelas IV Sekolah Dasar (SD) Dalam Pembelajaran Problem Based Learning

    (PBL) dan Inkuiri. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Universitas Negeri

    Malang.