artikel indah mustika dewi

34
1 ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KAPABILITAS ANGGOTA DPRD DALAM PENGAWASAN KEUANGAN DAERAH (APBD) INDAH MUSTIKA DEWI WARSITO KAWEDAR, S.E., M.Si., Akt. ABSTRACT This study aims to examine the influence of personal background, political background, budgeting knowledge members of DPRD and understanding members of DPRD on Rules, Policies and Procedures towards the capability members of DPRD on region financial oversight (APBD). This research is motivated by the fact that individual background will effect to individual behavior on political activity. Independent variables in this research are personal background, political background, budgeting knowledge members of DPRD and understanding member of DPRD on Rules, Policies and Procedures. Dependent variable are the capability members of DPRD on region financial oversight (APBD). The data in this research consist of primary data that taken from questionaires distributed directly to respondents. The collected are from 102 respondents that members of DPRD at ex Semarang Residence. Hipothesis of this study are examine by using Multiple Linear Regression. The result of this study indicaed that’s, first, personal background political have positive and not significant influence toward the capability members of DPRD on regional financial oversight (APBD) with p value = 0,104 and coefficient regression are = 0,199. Second, political background have negative and not significant influence towards the capability members of DPRD on region financial oversight (APBD) with p value = 0,349 and coefficien regression are = -0,084. Third, budgeting knowledge members of DPRD have positive and significant influence toward the capability members of DPRD on regional financial oversight (APBD) with p value = 0,000 and coefficient regression are = 0,531. Fourth, understanding members of DPRD on Rules, Policies and Procedures have positive and significant influence toward the capability members of DPRD on regional financial oversight (APBD) with p value = 0,000 and coefficient regression are = 0,039. Keywords : Personal background, political background, budgeting knowledge, understanding members of DPRD on Rules, Policies and Procedures, the role of DPRD, and region financial oversight (APBD).

Upload: panika-friantama

Post on 23-Nov-2015

34 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 1

    ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

    KAPABILITAS ANGGOTA DPRD DALAM PENGAWASAN

    KEUANGAN DAERAH (APBD)

    INDAH MUSTIKA DEWI

    WARSITO KAWEDAR, S.E., M.Si., Akt.

    ABSTRACT

    This study aims to examine the influence of personal background,

    political background, budgeting knowledge members of DPRD and

    understanding members of DPRD on Rules, Policies and Procedures towards the

    capability members of DPRD on region financial oversight (APBD). This

    research is motivated by the fact that individual background will effect to

    individual behavior on political activity.

    Independent variables in this research are personal background, political

    background, budgeting knowledge members of DPRD and understanding

    member of DPRD on Rules, Policies and Procedures. Dependent variable are the

    capability members of DPRD on region financial oversight (APBD). The data in

    this research consist of primary data that taken from questionaires distributed

    directly to respondents. The collected are from 102 respondents that members of

    DPRD at ex Semarang Residence. Hipothesis of this study are examine by using

    Multiple Linear Regression.

    The result of this study indicaed thats, first, personal background political have positive and not significant influence toward the capability

    members of DPRD on regional financial oversight (APBD) with p value = 0,104

    and coefficient regression are = 0,199. Second, political background have

    negative and not significant influence towards the capability members of DPRD

    on region financial oversight (APBD) with p value = 0,349 and coefficien

    regression are = -0,084. Third, budgeting knowledge members of DPRD have

    positive and significant influence toward the capability members of DPRD on

    regional financial oversight (APBD) with p value = 0,000 and coefficient

    regression are = 0,531. Fourth, understanding members of DPRD on Rules,

    Policies and Procedures have positive and significant influence toward the

    capability members of DPRD on regional financial oversight (APBD) with p

    value = 0,000 and coefficient regression are = 0,039.

    Keywords : Personal background, political background, budgeting knowledge,

    understanding members of DPRD on Rules, Policies and

    Procedures, the role of DPRD, and region financial oversight

    (APBD).

  • 2

    PENDAHULUAN

    Latar Belakang Masalah

    Sejak dikeluarkannya peraturan tentang otonomi daerah yaitu Undang-

    Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan Undang-Undang

    Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat

    dan Daerah, maka kekuasaan atau tanggung jawab yang dibebankan kepada

    pemerintah daerah untuk mengelola daerahnya secara maksimal menjadi lebih

    besar. Salah satu aspek penting dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah dan

    desentralisasi adalah masalah keuangan dan anggaran daerah (APBD). Oleh

    karena itu, diperlukan peranan anggota DPRD yang sangat besar untuk

    mengontrol kebijakan keuangan daerah (APBD) yang ekonomis, efisien, efektif,

    transparan dan akuntabel.

    Namun demikian, pada kenyataannya tuntutan tersebut juga harus

    dihadapkan pada kondisi faktual bahwa sebagian besar anggota DPRD periode ini

    didominasi oleh wajah baru, yang dipilih dan diangkat dari partai-partai

    pemenang pemilu yang mempunyai latar belakang pendidikan dan pekerjaan yang

    berbeda sebelum menjadi anggota DPRD. Sehingga ketika mereka dipilih menjadi

    anggota dewan, keterbatasan pengetahuan dan pengalaman ini akan menjadi

    kendala dalam melaksanakan fungsi pengawasan. Hal ini memerlukan waktu yang

    relatif lebih banyak untuk mendalami dan memahami tugas serta wewenangnya

    dalam menjalani peran sebagai wakil rakyat.

    Kelemahan yang terjadi atas peranan legislatif dalam pengawasan

    keuangan daerah mungkin terjadi karena kelemahan sistem politiknya ataupun

  • 3

    individu sebagai pelaku politik. Secara aktual kegiatan politik dilakukan oleh

    individu, sedangkan perilaku lembaga politik pada dasarnya berpedoman pada

    perilaku individu dengan pola tertentu.

    Oleh karena itu, untuk menjelaskan perilaku suatu lembaga dalam hal ini

    DPRD yang perlu ditelaah bukan lembaganya, melainkan latar belakang individu

    yang secara aktual mengendalikan lembaga yaitu para anggota dewan. Penelitian

    Winarna dan Murni (2007) yang meneliti pengaruh personal background dan

    political background terhadap peran DPRD dalam pengawasan keuangan daerah

    menunjukkan bahwa hanya tingkat pendidikan, partai politik, dan komisi yang

    berpengaruh signifikan. Indriani dan Baswir (2003) meneliti pengaruh

    pengetahuan dan RPPs terhadap peranan DPRD dalam pengawasan keuangan

    daerah. Hasil penelitiannnya menyatakan bahwa pengetahuan berpengaruh

    terhadap peranan DPRD dapam pengawasan keuangan daerah.

    TELAAH PUSTAKA

    Teori Peran

    Dasar perlunya peran anggota DPRD dalam pengawasan keuangan daerah

    yang ditujukan kepada pemerintah daerah dijelaskan dalam lingkup

    behavioralisme yaitu teori peran. Definisi peran menurut Ralph Linton (1936)

    adalah sebagai aspek dinamis dari suatu status, bahwa setiap status dalam

    masyarakat memiliki peran yang melekat dan setiap peran melekat pada status.

    Sementara Raplh Linton (1936) mendefinisikan status sebagai kumpulan hak dan

    kewajiban, selanjutnya status dilihat sebagai posisi dan peran sebagai

  • 4

    serangkaian hak dan kewajiban yang di harapkan. Sedangkan Siegel dan Helena

    (1989) mendefinisikan peran secara sederhana sebagai bagian-bagian yang orang

    bermain dalam interaksi mereka dengan orang lain. Peran membedakan perilaku

    orang yang menduduki posisi-posisi organisasi tertentu dan berfungsi untuk

    menyatukan kelompok dengan menyediakan untuk spesialisasi dan koordinasi

    fungsi.

    Teori peran fokus pada perspektif perilaku dengan menjelaskan interaksi

    sosial sebagai perilaku yang terkait dengan posisi sosial tertentu. Teori peran

    menawarkan potensi untuk mempelajari manusia sebagai makhluk hidup,

    makhluk rasional, dan untuk mendapatkan kontrol terhadap keberadaan sosial

    (Biddle, 1979) dalam (Broderick, 1998). Sedangkan Arfan dan Ishak (2008), teori

    peran menjelaskan bahwa peran dapat digambarkan secara sederhana sebagai

    bagian dari orang yang berinteraksi satu sama lain. Teori peran berasal dari teori

    penetrasi sosial (Altman dan Taylor, 1973); pendekatan interaksi sosial untuk

    sosiologis pemikiran (Goffman, 1959, 1967; Simmel, 1908/1950) dan elemen

    teori pertukaran sosial (Homans, 1961; Kelley dan Thibaut, 1978) menekankan

    fokusnya pada interaktivitas dalam pola pertukaran sosial (Broderick, 1998).

    Keuangan Daerah

    Pengertian keuangan daerah sebagaimana dimuat dalam ketentuan umum

    Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan

    Daerah adalah sebagai berikut:

    Keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah yang dapat

    dinilai dengan uang dan segala sesuatu berupa uang dan barang yang dapat

  • 5

    dijadikan milik daerah yang berhubungan dengan pelaksanaan hak dan

    kewajiban tersebut.

    Keuangan daerah dituangkan sepenuhnya kedalam APBD. Menurut

    Peraturan Pemerintah RI Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan

    Daerah yaitu Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang selanjutnya

    disingkat APBD adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah yang

    dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah daerah dan DPRD, dan ditetapkan

    dengan peraturan daerah.

    Pengawasan Keuangan Daerah

    Pengawasan adalah segala kegiatan dan tindakan untuk memastikan bahwa

    pelaksanaan suatu kegiatan tidak menyimpang dari rencana dan tujuan serta

    rencana yang telah ditetapkan (Baswir, 1999) dalam (Indriani dan Baswir, 2003).

    Pengawasan terhadap pelaksanaan APBD wujudnya adalah dengan melihat,

    mendengar, dan mencermati pelaksanaan APBD yang dilakukan oleh SKPD, baik

    secara langsung maupun berdasarkan informasi yang diberikan oleh konstituen,

    tanpa masuk ke ranah pengawasan yang bersifat teknis (Fanindita, 2010).

    Keputusan Presiden RI Nomor 74 Tahun 2001 (tentang tata cara

    pengawasan penyelenggaraan pemerintah daerah) pasal 1 Ayat 6 menyebutkan

    bahwa pengawasan pemerintah daerah adalah proses kegiatan yang ditujukan

    untuk menjamin agar pemerintahan daerah berjalan sesuai dengan rencana dan

    ketentuan yang berlaku. Selanjutnya juga disebutkan bahwa pengawasan

  • 6

    penyelenggaraan pemerintahan daerah terdiri atas pengawasan fungsional,

    pengawasan legislatif dan pengawasan masyarakat.

    Pengawasan yang dilakukan oleh DPRD (pengawasan legislatif) bisa

    dilakukan secara preventif dan represif, serta secara langsung maupun tidak

    langsung. Tujuan pengawasan APBD adalah untuk: 1) menjaga agar anggaran

    yang disusun benar-benar dapat dijalankan, 2) menjaga agar pelaksanaan APBD

    sesuai dengan anggaran yang telah ditetapkan, dan 3) menjaga agar hasil

    pelaksanaan APBD benar-benar dapat dipertanggungjawabkan (Alamsyah, 1997)

    dalam Robinson (2006).

    Kapabilitas Anggota DPRD dalam Pengawasan Keuangan Daerah (APBD)

    Kapabilitas adalah kapasitas individu untuk menggunakan sumber daya

    yang dimilikinya yang diintegrasikan dengan tujuan untuk mencapai tujuan akhir

    yang diinginkan. Dari definisi tersebut dapat dikatakan bahwa kapabilitas DPRD

    dalam pengawasan keuangan daerah/APBD adalah kapasitas yang dimiliki oleh

    anggota dewan dalam melaksanakan kegiatan atau tindakan pengawasan terhadap

    penggunaan APBD dengan kuantitas dan kualitas yang terukur yang didasarkan

    atas kompetensi, pendidikan, pengalaman, dan pengetahuan yang dimiliki oleh

    anggota dewan tersebut.

    Kerangka Pemikiran Teoritis

    Berdasarkan landasan teori di atas dapat disusun kerangka pemikiran

    teoritis dapat dilihat pada gambar 1.

  • 7

    Hipotesis Penelitian

    Pengaruh Personal Background terhadap Kapabilitas Anggota DPRD dalam

    Pengawasan Keuangan Daerah (APBD)

    Personal background merupakan latar belakang diri dari yang melekat

    pada seorang individu. Dalam penelitian ini personal background yang dimaksud

    adalah personal background dari anggota DPRD periode 2009-2014 yaitu latar

    belakang diri dari anggota dewan yang meliputi jenis kelamin, usia, tingkat

    pendidikan, bidang pendidikan, pengalaman pekerjaan anggota dewan, dan

    pegalaman organisasi. Semakin anggota DPRD memiliki personal background

    yang tinggi maka pengawasan keuangan daerah yang dilakukannya juga semakin

    maksimal.

    Penelitian yang dilakukan oleh Winarna dan Murni (2007) menemukan

    bukti empiris bahwa personal background tidak berpengaruh secara signifikan

    terhadap pengawasan keuangan daerah (APBD). Dari uraian di atas maka

    hipotesis yang diajukan adalah:

    H1 : Personal background berpengaruh positif terhadap kapabilitas

    anggota DPRD dalam pengawasan keuangan daerah (APBD).

    Pengaruh Political Background terhadap Kapabilitas Anggota DPRD dalam

    Pengawasan Keuangan Daerah (APBD)

    Political background merupakan latar belakang dari pengalaman

    seseorang dalam berkecimpung di dunia politik. Berbicara mengenai politik, tentu

    saja tidak lepas dari partai politik. Setiap lembaga (DPRD) memiliki political

  • 8

    background seperti individu yang ada didalamnya. Seorang anggota dewan harus

    mempunyai latar belakang politik yang baik dalam menjalankan tugasnya sebagai

    anggota dewan. Personal background meliputi pengalaman DPRD, pengalaman

    politik, komisi, partai, ideologi partai, jabatan di DPRD, jabatan di Partai, dan

    jumlah partai yang pernah ddikuti. Semakin seorang anggota DPRD memiliki

    political background yang lebih baik maka pengawasan terhadap pelaksanaan

    keuangan daerah (APBD) akan semakin berkualitas dan baik.

    Namun, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Witono dan Baswir

    (2003) menyatakan bahwa political background berpengaruh terhadap kapabilitas

    anggota DPRD dalam pengawasan keuangan daerah (APBD). Dari uraian di atas

    maka hipotesis yang diajukan adalah:

    H2 : Political background berpengaruh positif terhadap kapabilitas

    anggota DPRD dalam pengawasan keuangan daerah (APBD).

    Pengaruh Pengetahuan Anggota DPRD tentang Anggaran terhadap

    Kapabilitas Anggota DPRD dalam Pengawasan Keuangan Daerah (APBD)

    Pengetahuan merupakan persepsi responden tentang anggaran

    (RAPBD/APBD) dan deteksi terhadap pemborosan atau kegagalan, dan

    kebocoran anggaran. Sedangkan Nur dan Bambang (1999) dalam Winarna dan

    Murni (2007) menyebutkan bahwa pengetahuan pada dasarnya merupakan hasil

    dari proses melihat, mendengar, merasa dan berpikir yang menjadi dasar manusia

    dalam bersikap dan bertindak. Pengalaman dan pengetahuan yang tinggi akan

    sangat membantu seseorang dalam memecahkan persoalan yang dihadapinya

  • 9

    sesuai dengan kedudukan anggota DPRD Sebagai wakil rakyat. Semakin luas

    pengetahuan anggota dewan tentang anggaran maka semakin besar kapabilitas

    anggota dewan tersebut dalam melakukan pengawasan keuangan daerah.

    Yudoyono (2000) menyatakan bahwa DPRD akan mampu menggunakan

    hak-haknya secara tepat, melaksanakan tugas dan kewajibannya secara efektif

    serta menempatkan kedudukannya secara proposional jika setiap anggota

    mempunyai pengetahuan yang cukup dalam hal konsepsi teknis penyelenggaraan

    pemerintah, kebijakan publik. Pengetahuan DPRD tentang anggaran dapat

    meningkatkan kapabilitas anggota DPRD dalam pengawasan keuangan daerah.

    Dari uraian di atas maka hipotesis yang diajukan adalah:

    H3 : Pengetahuan anggota DPRD tentang anggaran berpengaruh

    positif terhadap kapabilitas anggota DPRD dalam pengawasan

    keuangan daerah (APBD).

    Pengaruh Pemahaman Anggota DPRD terhadap Peraturan, Prosedur, dan

    Kebijakan terhadap Kapabilitas Anggota DPRD dalam Pengawasan

    Keuangan Daerah (APBD)

    Peraturan digunakan untuk menjelaskan tindakan apa saja yang boleh

    dilakukan atau tidak. Prosedur mengindikasikan serangkaian strategi untuk

    menjcapai tujuan. Sedangkan kebijakan merupakan pernyataan umum sebagai

    pedoman dalam pengambilan keputusan. Peraturan, kebijakan dan prosedur ini

    berfungsi sebagai pedoman anggota DPRD dalam melakukan pengawasan

    keuangan daerah (APBD) agar berjalan secara efektif sehingga memastikan

  • 10

    apakah pelaksanaan keuangan daerah (APBD) telah sesuai dengan tujuan dan

    peraturan perundang-undangan yang ditetapkan. Semakin paham anggota dewan

    terhadap peraturan, prosedur, dan kebijakan tentang keuangan daerah (APBD)

    maka anggota DPRD tersebut akan semakin kapabel dalam melakukan

    pengawasan keuangan daerah (APBD).

    Namun demikian, jumlah peraturan, prosedur dan kebijakan yang

    berlebihan dapat berpengaruh terhadap disfungsionalisasi individu dan organisasi,

    serta membunuh inisiatif individu, mengeliminasi perilaku risk-taking,

    mengurangi kepuasan kerja serta memicu sisnisme dan persaingan. Indriani dan

    Baswir (2003) juga membuktikan bahwa peraturan, prosedur dan kebijakan

    (RPPs) tidak berpengaruh signifikan terhadap kapabilitas anggota DPRD dalam

    pengawasan keuangan daerah (APBD). Semakin banyak peraturan, prosedur, dan

    kebijakan yang ada, maka akan memberikan kecenderungan pada anggota dewan

    untuk lebih banyak lagi melanggar peraturan, prosedur, dan kebijakan tersebut.

    Dari uraian di atas maka hipotesis yang diajukan adalah:

    H4 : Pemahaman anggota DPRD terhadap peraturan, prosedur dan

    kebijakan berpengaruh positf terhadap kapabilitas anggota DPRD

    dalam pengawasan keuangan daerah (APBD).

    METODE PENELITIAN

    Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

    Variabel dependen adalah variabel yang menjadi perhatian utama peneliti

    (Sekaran, 2003). Dalam penelitian ini variabel dependen yang digunakan adalah

  • 11

    Pengawasan keuangan daerah (APBD). Pengawasan yang dimaksud adalah

    pengawasan terhadap anggaran yang mengacu pada tindakan atau kegiatan yang

    dilakukan oleh pihak di luar eksekutif dalam hal ini adalah DPRD untuk

    mengawasi pengelolaan keuangan daerah (APBD). Pengawasan anggaran diukur

    dengan menggunakan kuesioner yang dikembangkan oleh Sopanah (2003).

    Variabel ini menggunakan 9 item pernyataan yang menanyakan aktivitas

    pengawasan yang dilakukan oleh setiap anggota DPRD pada setiap tahapan

    APBD. Pengukuran variabel dengan skala likert 1 sampai dengan 5, yaitu: 1=

    tidak pernah; 2= jarang; 3= kadang-kadang; 4= sering; dan 5= selalu. Jawaban

    item pernyataan tersebut memiliki nilai kisaran 9 45.

    Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi variabel

    dependen, baik pengaruh positif maupun negatif. Variabel independen (X) yang

    digunakan dalam penelitian ini terdiri dari:

    1. Personal Background (X1)

    Personal background merupakan latar belakang diri dari yang melekat pada

    seorang individu. Variabel personal Background meliputi beberapa dimensi,

    yaitu: jenis kelamin, usia, agama, tingkat pendidikan, bidang pendidikan, latar

    belakang pekerjaan, pengalaman organisasi. Dimensi tersebut didasarkan

    pada penelitian yang dikembangkan oleh Winarna dan Murni (2007).

    Variabel ini diukur dengan skala nominal.

    2. Political Background (X2)

    Political background merupakan latar belakang dari pengalaman seseorang

    dalam berkecimpung di dunia politik. Variabel ini meliputi beberapa dimensi,

  • 12

    yaitu: pengalaman politik, pengalaman di DPRD, latar belakang partai politik,

    latar belakang ideologi partai politik, asal komisi, jabatan di partai politik,

    jabatan di DPRD, dan jumlah partai politik yang pernah diikuti. Dimensi

    tersebut didasarkan pada penelitian yang dikembangkan oleh Winarna dan

    Murni (2007). Variabel ini diukur dengan skala nominal.

    3. Pengetahuan Anggota DPRD tentang Anggaran (X3)

    Pengetahuan angota DPRD tentang anggaran merupakan persepsi responden

    tentang anggaran (RAPBD/APBD) dan deteksi terhadap pemborosan atau

    kegagalan, dan kebocoran anggaran. Instrumen pengukuran pengetahuan

    anggaran dilakukan dengan menanyakan pengetahuan dan pemahaman

    anggota DPRD tentang RAPBD/APBD dalam konteks anggaran yang

    berbasis kinerja. Variabel ini diukur dengan menggunakan 10 item

    pernyataan yang dikembangkan oleh Sopanah (2003). Variabel ini diukur

    dengan menggunakan skala likert dengan rentang nilai antara 1 sampai 5

    (tidak pernah-sangat sering). Jawaban item pernyataan tersebut memiliki

    nilai kisaran 10-50.

    4. Pemahaman Anggota DPRD terhadap Peraturan, Kebijakan, dan Prosedur

    (X4).

    Peraturan menjelaskan tindakan apa saja yang boleh dilakukan atau tidak.

    Prosedur mengindikasikan serangkaian strategi untuk mencapai tujuan.

    Sedangkan kebijakan merupakan pernyataan umum sebagai pedoman dalam

    pengambilan keputusan. Variabel ini diukur dengan menanyakan tingkat

    pemahaman anggota DPRD tentang peraturan dan perundang-undangan yang

  • 13

    berlaku. Pernyataan ini dikembangkan oleh penulis dengan mengacu pada

    Peraturan dan Undang-Undang tentang pengawasan, serta

    mempertimbangkan fungsi pengawasan pada setiap tahapan APBD yakni

    mulai dari perencanaan, pelaksanaan sampai pada tahap pelaporan.

    Variabel ini menggunakan 15 item pernyataan yang diukur dengan

    menggunakan skala likert dengan rentang nilai antara 1 sampai 5 (tidak

    pernah-sangat sering). Masing-masing item pernyataan terdiri dari lima

    peraturan dan Undang-Undang sehingga jawaban item pernyataan tersebut

    memiliki nilai kisaran 75-375. Peraturan dan Undang-Undang tersebut terdiri

    dari:

    a. Undang-Undang No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

    b. Undang-Undang No. 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan

    Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.

    c. Undang-Undang Nomor 27 tahun 2009 tentang Majelis

    Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan

    Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.

    d. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Laporan

    Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kepada Pemerintah, Laporan

    Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Daerah Kepada Dewan

    Perwakilan Rakyat Daerah, dan Informasi Laporan Penyelenggaraan

    Pemerintahan Daerah kepada Masyarakat.

    e. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 8 Tahun 2009 tentang

    Perubahan atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2007

  • 14

    tentang Pedoman Tata Cara Pengawasan Atas Penyelenggaraan

    Pemerintahan Daerah.

    Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel

    Populasi dari penelitian ini adalah seluruh anggota DPRD Kabupaten/Kota

    Se-Eks Karesidenan Semarang dan Se-Eks Karesidenan Pati. Dengan

    menggunakan metode purposive sampling yaitu pemilihan sampel secara tidak

    acak yang informasinya diperoleh dengan menggunakan pertimbangan tertentu

    dimana umumnya disesuaikan dengan tujuan atau masalah penelitian. Oleh karena

    itu, sampel yang dipilih dalam penelitian ini adalah seluruh anggota DPRD

    periode 2009-2014 di 4 Kabupaten dan Kota Se-Eks Karesidenan Semarang,

    meliputi Kabupaten Semarang, Kabupaten Kendal, Kabupaten Demak, dan Kota

    Semarang serta 1 Kabupaten Se-Eks Karesidenan Pati yaitu DPRD Kabupaten

    Kudus.

    Metode penyebaran kuesioner adalah Personally Administered

    Questionaires, yaitu penggunaan kuesioner yang disampaikan dan dikumpulkan

    oleh peneliti dengan menemui responden secara langsung, sehingga peneliti dapat

    memberikan penjelasan seperlunya kepada responden mengenai hal-hal yang

    belum dimengerti oleh responden. Selain itu juga, penyebaran kuasioner juga di

    tinggal di kantor DPRD. Hal ini disebabkan karena kesibukan anggota DPRD

    pada akhir tahun sehingga kurang terdapat kesulitan untuk ditunggu secara

    langsung.

  • 15

    Metode Analisis Data

    Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini diolah kemudian dianalisis

    dengan alat statistik sebagai berikut:

    Uji Statistik Deskriptif

    Statistik deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan variabel-variabel

    dalam penelitian ini. Alat analisis yang digunakan adalah rata-rata (mean), standar

    deviasi, maksimum dan minimum. (Ghozali, 2007). Statistik deskriptif

    menyajikan ukuran-ukuran numerik yang sangat penting bagi data sampel.

    Uji Kualitas Data

    Penelitian yang mengukur variabel dengan menggunakan instrumen dalam

    kuesioner harus dilakukan pengujian kualitas terhadap data yang diperoleh dengan

    uji validitas dan reliabilitas. Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui apakah

    jawaban responden terhadap pernyataan-pernyataan yang diajukan memiliki

    tingkat kestabilan yang tinggi dari waktu ke waktu atau tidak. Uji validitas

    digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner. Suatu

    kuesioner dikatakan valid jika pernyataan pada kuesioner mampu untuk

    mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. (Ghozali,

    2007).

    Uji Hipotesis

    Pengujian hipotesis dilakukan secara multivariate dengan menggunakan

    regresi berganda. Analisis regresi berganda digunakan untuk menguji pengaruh

    dua atau lebih variabel independen terhadap variabel dependen (Ghozali, 2007).

    Pengujian hipotesis ini dapat dilakukan dengan menggunakan Uji Goodness of Fit

  • 16

    Model. Uji Goodness of Fit Model digunakan untuk mengukur ketepatan fungsi

    regresi sampel dalam menaksirkan nilai aktual. Secara statistik, terdapat tiga cara

    untuk mengukur goodness of fit, yaitu dari nilai koefisien determinasi, nilai

    statistik F dan nilai statistik t.

    Model regresi berganda yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah:

    Y = 0 + 1 X1 + 2 X2 + 3 X3 + 4 X4 + e

    Keterangan :

    Y = Pengawasan Keuangan Daerah (APBD)

    X1 = Personal Background

    X2 = Political Background

    X3 = Pengetahuan Anggota DPRD tentang Anggaran

    X4 = Pemahaman Anggota DPRD terhadap Peraturan, Kebijakan dan

    Prosedur tentang keuangan Daerah (APBD)

    = Koefisien regresi

    e = error

    HASIL DAN ANALISIS

    Deskripsi Sampel Penelitian

    Jumlah anggota DPRD yang menjadi sampel berasal dari empat DPRD

    Kabupaten/Kota se-Eks Karesidenan Semarang dan 1 DPRD Kabupaten/Kota se-

    Eks Karesidenan Pati. Ringkasan penyebaran dan pengembalian kuesioner

    berdasarkan wilayahnya disajikan pada tabel 1.

  • 17

    Demografi Responden Penelitian

    Data demografi responden menyajikan beberapa informasi umum

    mengenai kondisi responden yang didasarkan pada dimensi personal background

    dan political background dan disajikan pada tabel 2.

    Analisis Data

    Uji Statistik Deskriptif

    Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu variabel

    penelitian. Alat yang digunakan untuk melihat gambaran atau deskripsi variabel

    penelitian adalah nilai teoritis, nilai akhir (rata-rata, minimum, maksimum), sum

    dan standard deviasi yang tersaji pada tabel 3. Sedangkan penentuan rentang

    kategori skor variabel dapat dilihat pada tabel 4.

    Uji Kualitas Data

    Pengujian kualitas data ini dilakukan dengan menggunakan uji reliabilitas

    dan uji validitas terhadap item-item pertanyaan yang diajukan dalam kuesioner.

    Pengujian reliabilitas dalam penelitian ini dilakukan dengan melihat koefisien

    cronbachs alpha. Hasil uji reliabilitas pada tabel 5 menunjukkan bahwa nilai

    Cronbachs Alpha yang dimiliki oleh variabel pengetahuan tentang anggaran

    (0,863), pemahaman DPRD terhadap peraturan, kebijakan dan prosedur (0,966),

    serta pengawasan keuangan daerah (APBD) (0,867) lebih besar dari 0,60. Hal ini

    berarti variabel pengatahuan tentang anggaran, pemahaman DPRD terhadap

    peraturan, kebijakan dan prosedur, serta pengawasan keuangan daerah (APBD)

    memiliki reliabilitas yang tinggi.

  • 18

    Pengujian validitas dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan

    Correlation Pearson. Correlation Pearson pada tabel 6 menunjukkan bahwa

    korelasi yang terbentuk antara masing-masing item pernyataan dengan skor total

    seluruh pernyataan dalam masing-masing variabel memiliki nilai signifikansi di

    bawah 0,05 (5%), hal ini berarti setiap item pertanyaan yang diajukan dalam

    kuesioner adalah valid.

    Uji Hipotesis

    Ringkasan hasil regresi untuk pengujian hipotesis dapat dilihat pada tabel

    7. Tabel 7 menunjukkan bahwa besarnya nilai adjusted R2 sebesar 0,588 yang

    berarti 58,8% variasi kapabilitas anggota DPRD dalam pengawasan keuangan

    daerah (APBD) dapat dijelaskan oleh variasi dari variabel independen personal

    background, political background, pengetahuan anggota DPRD tentang anggaran

    dan pemahaman anggota DPRD terhadap peraturan, kebijakan dan prosedur.

    Sedangkan sisanya 41,2% dijelaskan oleh variabel lainnya di luar model regresi.

    Pada tabel 7 besarnya nilai F hitung adalah 37,071 dengan nilai

    signifikansi 0,000. Karena nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 maka dapat

    disimpulkan bahwa secara simultan variabel independen mempengaruhi

    kapabilitas anggota DPRD dalam pengawasan keuangan daerah (APBD).

    Berdasarkan hasil pengujian regresi linear berganda, maka dapat disusun

    persamaan sebagai berikut:

    Y = 0,496 + 0,199 X1 0,084 X2 + 0,531 X3 + 0,039 X4 + e

  • 19

    Pengujian Hipotesis Pertama

    H1 = Personal background berpengaruh positif terhadap kapabilitas anggota

    DPRD dalam pengawasan keuangan daerah (APBD).

    Variabel personal background menunjukkan koefisien positif sebesar

    0,199. Besarnya nilai t hitung dari variabel personal background adalah 1,639

    dengan nilai signifikansi 0,104. Karena nilai signifikasnsi lebih besar dari 0,05

    maka dapat disimpulkan bahwa H0 diterima. Dengan demikian variabel personal

    background berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap kapabilitas anggota

    DPRD dalam pengawasan keuangan daerah (APBD).

    Berdasarkan nilai t hitung dari ketujuh item personal background yang

    dimasukkan ke dalam model regresi terlihat bahwa jenis kelamin, usia, agama,

    tingkat pendidikan dan bidang pendidikan tidak signifikan. Hal ini dapat dilihat

    dari nilai signifikansi untuk jenis kelamin (0,404), usia (0,338), agama (0,322),

    tingkat pendidikan (0,983) dan bidang pendidikan (0,197) dan kelimanya jauh di

    atas 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kapabilitas DPRD dalam

    pengawasan keuangan daerah (APBD) dipengaruhi oleh pekerjaan sebelum

    menjadi anggota DPRD dan pengalaman organisasi yaitu masing-masing dengan

    probabilitas signifikansi 0,031 dan 0,039.

    Pengujian Hipotesis Kedua

    H2 = Political background berpengaruh positif terhadap kapabilitas anggota

    DPRD dalam pengawasan keuangan daerah (APBD).

    Variabel political background menunjukkan koefisien negatif sebesar

    0,084. Besarnya nilai t hitung dari variabel political background adalah -0,941

  • 20

    dengan nilai signifikansi 0,349. Karena nilai signifikansi lebih besar dari 0,05

    maka dapat disimpulkan bahwa H0 diterima. Dengan demikian variabel political

    background berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap kapabilitas

    anggota DPRD dalam pengawasan keuangan daerah (APBD).

    Berdasarkan nilai t hitung dari kedelapan item political background yang

    dimasukkan ke dalam model regresi terlihat bahwa pengalaman politik,

    pengalaman di DPRD, ideologi partai, komisi, jabatan di partai, jabatan di

    DPRD, dan jumlah partai yang pernah diikuti tidak berpengaruh signifikan. Hal

    ini dapat dilihat dari nilai signifikansi untuk pengalaman politik (0,387),

    pengalaman di DPRD (0,757), ideologi partai (0,067), komisi (0,784), jabatan di

    partai (0,621), jabatan di DPRD (0,215), dan jumlah partai yang pernah diikuti

    (0,214) dan ketujuhnya jauh di atas 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa

    kapabilitas DPRD dalam pengawasan keuangan daerah (APBD) dipengaruhi oleh

    partai anggota DPRD berasal yaitu dengan probabilitas signifikansi 0,036.

    Pengujian Hipotesis Ketiga

    H3 = Pengetahuan anggota DPRD tentang anggaran berpengaruh positif

    terhadap kapabilitas anggota DPRD dalam pengawasan keuangan

    daerah (APBD).

    Nilai koefisien variabel pengetahuan anggota DPRD tentang anggaran

    sebesar 0,531 dan memiliki pengaruh positif. Hasil pengujian parsial diperoleh

    nilai t hitung sebesar 7,153 dengan signifikansi 0,000. Karena nilai signifikans

    lebih kecil dari 5% berarti hipotesis ketiga yang menyatakan pengetahuan anggota

  • 21

    DPRD tentang anggaran berpengaruh positif terhadap kapabilitas anggota DPRD

    dalam pengawasan keuangan daerah (APBD) berhasil menolak H0.

    Pengujian Hipotesis Keempat

    H4 = Pemahaman anggota DPRD terhadap peraturan, kebijakan dan prosedur

    berpengaruh positif terhadap kapabilitas anggota DPRD dalam

    pengawasan keuangan daerah (APBD).

    Nilai koefisien variabel pemahaman anggota DPRD terhadap peraturan,

    kebijakan dan prosedur yang berlaku sebesar 0,039 dan memiliki pengaruh positif.

    Hasil pengujian parsial diperoleh nilai t hitung sebesar 3,794 dengan signifikansi

    0,000. Karena nilai signifikansi lebih kecil dari 5% berarti hipotesis keempat yang

    menyatakan pemahaman anggota DPRD terhadap peraturan, kebijakan dan

    prosedur berpengaruh positif terhadap kapabilitas anggota DPRD dalam

    pengawasan keuangan daerah (APBD) berhasil menolak H0.

    Interpretasi Hasil

    Interpretasi Hasil Pengujian Hipotesis Pertama (H1)

    Hasil pengujian H1 menunjukkan bahwa personal background

    berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap kapabilitas anggota DPRD

    dalam pengawasan keuangan daerah (APBD). Hal tersebut mungkin dikarenakan

    anggota DPRD memiliki personal background yang hampir sama, yaitu terlihat

    dari responden yang sebagian besar memiliki latar belakang wiraswasta sehingga

    kurang memahami pengawasan keuangan daerah (APBD). Oleh karena itu, untuk

    meningkatkan kemampuannya tentang pengelolaan dan pengawasan keuangan

  • 22

    daerah demi meningkatkan kapabilitas dan kualifikasi yang optimal diperlukan

    pelatihan dan seminar. Semakin besar pendidikan, pengalaman dan keahlian

    seseorang maka orang tersebut semakin berkualitas dalam menjalankan tugasnya.

    Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Winarna dan Murni (2007)

    yang menyatakan bahwa personal background secara umum tidak berpengaruh

    signifikan terhadap peran DPRD dalam pengawasan keuangan daerah.

    Interpretasi Hasil Pengujian Hipotesis Kedua (H2)

    Hasil pengujian H2 menunjukkan bahwa political background berpengaruh

    negatif dan tidak signifikan terhadap kapabilitas anggota DPRD dalam

    pengawasan keuangan daerah (APBD). Hal ini disebabkan karena sebagian besar

    anggota DPRD yang menjadi sampel memiliki political background yang hampir

    sama yaitu terlihat dari pengalaman di politik, pengalaman di DPRD, jabatan di

    partai, jabatan di DPRD, serta jumlah partai yang pernah diikuti. Hal ini juga

    sama dengan hasil penelitian Winarna dan Murni (2007) yaitu mayoritas

    responden memiliki pengalaman di DPRD selama 1 periode dan bernaung di

    partai yang berideologi nasionalis.

    Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Winarna dan Murni (2007)

    yang menyatakan political background secara umum tidak mempunyai pengaruh

    yang signifikan terhadap peran DPRD dalam pengawasan keuangan daerah.

    Namun, penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Witono dan

    Baswir (2003) yang menyatakan bahwa political background berpengaruh

    terhadap kapabilitas DPRD dalam pengawasan keuangan daerah (APBD).

  • 23

    Interpretasi Hasil Pengujian Hipotesis Ketiga (H3)

    Hasil pengujian H3 menunjukkan bahwa pengetahuan anggota DPRD

    tentang anggaran berpengaruh positif dan signifikan terhadap kapabilitas anggota

    DPRD dalam pengawasan keuangan daerah (APBD). Hal ini berarti bahwa

    semakin tinggi pengetahuan anggota DPRD tentang anggaran maka kapabilitas

    anggota DPRD dalam pengawasan keuangan daerah (APBD) yang dilakukan akan

    semakin meningkat. Pengetahuan dewan yang dimaksud adalah meliputi

    pengetahuan pada saat penyusunan, deteksi terhadap kebocoran dan pemborosan

    serta identifikasi terhadap kebocoran dan pemborosan APBD.

    Temuan ini konsisten dengan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan

    oleh Indriani dan Baswir (2003), Sopanah dan Mardiasmo (2003), Werimon

    (2005), Robinson (2006), Corynata (2007), Winarna dan Murni (2007) yang

    menyatakan bahwa pengetahuan Dewan tentang anggaran berpengaruh secara

    signifikan terhadap pengawasan keuangan daerah yang dilakukan oleh Dewan.

    Interpretasi Hasil Pengujian Hipotesis Keempat (H4)

    Hasil pengujian H4 menunjukkan bahwa pemahaman anggota DPRD

    terhadap peraturan, kebijakan dan prosedur berpengaruh positif dan signifikan

    terhadap kapabilitas anggota DPRD dalam pengawasan keuangan daerah (APBD).

    Hal ini menunjukkan bahwa anggota DPRD menyadari arti pentingnya peraturan

    dalam menjalankan fungsinya sebagai anggota DPRD khususnya dalam

    pengawasan keuangan daerah. Peraturan, prosedur dan kebijakan ini berfungsi

    sebagai pedoman untuk memastikan apakah pelaksanaan keuangan daerah

    (APBD) telah sesuai dengan tujuan dan peraturan perundang-undangan yang

  • 24

    ditetapkan. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi pemahaman anggota DPRD

    terhadap peraturan, kebijakan dan prosedur maka kapabilitas anggota DPRD

    dalam pengawasan keuangan daerah (APBD) yang dilakukan akan semakin

    meningkat.

    Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian Indriani dan Baswir (2003)

    yang menyatakan bahwa peraturan, prosedur dan kebijakan (RPPs) tidak

    berpengaruh signifikan terhadap kapabilitas DPRD dalam pengawasan keuangan

    daerah (APBD) yang berarti bahwa semakin banyak peraturan, prosedur, dan

    kebijakan yang ada, maka akan memberikan kecenderungan pada anggota dewan

    untuk lebih banyak lagi melanggar peraturan, prosedur, dan kebijakan tersebut.

    PENUTUP

    Simpulan

    Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan maka dapat diambil

    kesimpulan bahwa secara simultan semua variabel independen berpengaruh

    terhadap variabel dependen yaitu pengawasan keuangan daerah. Namun secara

    individu hanya pengetahuan anggota DPRD tentang anggaran dan pemahaman

    anggota DPRD terhadap peraturan, kebijakan dan prosedur yang berpengaruh

    positif dan signifikan terhadap pengawasan keuangan daerah. Sedangkan

    personal background berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap

    kapabilitas anggota DPRD dalam pengawasan keuangan daerah (APBD). Serta

    political background berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap

    kapabilitas anggota DPRD dalam pengawasan keuangan daerah (APBD).

  • 25

    Keterbatasan

    Penelitian ini memiliki keterbatasan-keterbatasan, diantaranya:

    1. Penyebaran kuesioner untuk DPRD Kota Semarang dan Kabupaten

    Semarang tidak dapat dilakukan ke semua anggota DPRD. Hal ini

    disebabkan kesibukan anggota DPRD dan keterbatasan waktu penelitian.

    2. Adanya variabel-variabel lainnya yang diduga berpengaruh terhadap

    pengawasan anggaran namun belum tercakup dalam penelitian ini.

    3. Masih terbatasnya populasi dan sampel yang diambil dalam penelitian ini,

    sehingga hasil penelitian tidak dapat digeneralisasikan.

    Saran

    Berdasarkan pada hasil penelitian dan keterbatasan yang ada, maka

    terdapat beberapa saran untuk penelitian selanjutnya sebagai berikut:

    1. Untuk penelitian selanjutnya perlu adanya penambahan variabel-variabel

    lain seperti partisipasi masyarakat, transparansi kebijakan publik,

    akuntabilitas, motivasi, komitmen politik, psychology dewan, pengambilan

    keputusan, gaya kepemimpinan, budaya organisasi, serta peran lembaga-

    lembaga pengawas dan pemeriksa lainnya.

    2. Penelitian selanjutnya dapat memperluas populasi dan sampel yang lebih

    luas untuk anggota DPRD Propinsi atau bahkan DPRD Pusat sehingga

    hasil penelitian dapat digeneralisasikan.

  • 26

    DAFTAR PUSTAKA

    Broderick, Anne J. 1998. Role theory, role management and service performance, dalam jurnal The Journal of Services Marketing, Vol. 12 No. 5 1998, pp. 348-361. MCB University Press, 0887-6045.

    Corynata, Isma. 2007. Akuntabilitas, Partisipasi Masyarakat, dan Transparansi Kebijakan Publik sebagai Pemoderating Hubungan Pengetahuan Dewan

    tentang Anggaran dan Pengawasan Keuangan Daerah (APBD), dalam Simposium Nasional Akuntansi X. 26-28 Juli. Makassar: Universitas

    Hasanudin.

    Fanindita, Fanina, 2010. Rekruitmen Politik terhadap Perempuan dalam Partai Politik dan Parlemen, Suatu Studi terhadap DPRD Tingkat I Periode 2004-

    2009 di Sumatera Utara, Tesis S2 Program Studi Magister Sains Akuntansi Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara.

    Ghozali, Imam. 2007. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Edisi 2. Cetakan Keempat. Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

    Semarang.

    Ikhsan, Arfan dan Muhammad Ishak. 2008. Akuntansi Keperilakuan, Cetakan Ketiga. Salemba Empat. Jakarta.

    Indriani, Rini dan Revrisond Baswir. 2003. The Effect of Knowledge, and Rules, Procedures and Policies (RPPs) on Role of Local Legislature in Local

    Financial Control (A Case Study of Regency and Municipal Legislatures

    in Bengkulu Province), dalam jurnal Sosiohumanika. Vol. 16A. No. 1. Januari. Yogyakarta: Program Pascasarjana Universitas Gajah Mada.

    Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo. 1999. Metodologi Penelitian Bisnis untuk

    Akuntansi dan Manajemen. Edisi Pertama. Yogyakarta : BPFE.

    Laksono, Agung. 2009. Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Pasca Perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

    1945, dalam jurnal Majelis. Vol. 1 No.1. Agustus.

    Mardiasmo, 2001, Pengawasan, Pengendalian, dan Pemeriksaan Kinerja

    Pemerintah Daerah dalam Pelaksanaan Otonomi Daerah. Andi.

    Yogyakarta.

    Nurhayati, 2008. Pengawasan DPRD terhadap Pelaksanaan Peraturan Daerah

    tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kota Padang Panjang

  • 27

    Tahun 2006. Tesis S2 Program Studi Magister Sains Akuntansi Program

    Pascasarjana Universitas Andalas.

    Robinson. 2006. Pengaruh Kualitas Anggaran terhadap Efektivitas Pengawasan Anggaran: Pengetahuan tentang Anggaran Sebagai Variabel Moderating

    (Studi Empiris pada DPRD Kabupaten & Kota Se-Propinsi Bengkulu). Tesis S2 Program Studi Magister Sains Akuntansi Program Pascasarjana

    Universitas Diponegoro.

    Roseptalia, Rima. 2006. Pengaruh Pengetahuan Dewan tentang Anggaran terhadap Pengawasan Keuangan Daerah dengan Variabel Moderator

    Partisipasi Masyarakat dan Transparansi Kebijakan Publik. Skripsi S1

    Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia.

    Sari, Irmala. 2010. Pengaruh personal background dan political background serta

    Pengetahuan Dewan tentang Anggaran terhadap Kinerja DPRD dalam

    pengawasan keuangan daerah/APBD (Studi Empiris pada DPRD Kota

    Padang). Tesis S2 Program Studi Magister Sains Akuntansi Sekolah

    Pascasarjana Universitas Sumatera Utara Medan.

    Sekaran, Uma. 2000. Research Methods for Business : Skill Bulding Approach.

    Third Edition. New York. John Wiley & Sons Inc.

    Siegel, Gary and Helene Ramanauskas-Marconi. 1989. Behavioral Accounting.

    United States of America. South-Western Publishing Co.

    Sopanah, dan Mardiasmo. 2003. Pengaruh Partisipasi Masyarakat dan Transparansi Kebijakan Publik Terhadap Hubungan antara Pengetahuan

    Dewan Tentang Anggaran Dengan Pengawasan Keuangan Daerah, dalam Simposium Nasional Akuntansi VI. Hal 1160-1173. 16-17 Oktober.

    Surabaya.

    Sopanah. 2005. Pengaruh Akuntabilitas Publik, Partisipasi Masyarakat dan Transparansi Kebijakan Publik terhadap Hubungan antara Pengetahuan

    Anggaran dengan Pengawasan Keuangan Daerah (APBD), dalam Jurnal Logos. Vol. 3. No. 1. Juli. Malang: Universitas Widya Gama.

    Syahruddin, dan Taifur Werry Darta. 2002. Peran DPRD Untuk Mencapai Tujuan

    Desentralisasi dan Perspektif Daerah Tentang Pelaksanaan Desentralisasi

    (The Role Of The Regional Assembly In Achieving The Objective Of

    Decentralization and Regional Perspectives In The Implementation Of

    Decentralization). Faculty of Economics Pusat Studi Kependudukan,

    Universitas Andalas, Regional University Research, On Decentralization

    in Indonesia, Project 497-0357 / 204-000, ECG, USAID/Indonesia, Center

  • 28

    for Institutional Reform and the Informal Sector (IRIS) University of

    Maryland at College Park.

    Turner, Ralph H. 2001. Handbook of Sociological Theory Handbooks of

    Sociology and Social Research, Part III, 233-254. Diakses tanggal 30

    Maret 2011, dari www.SpingerLink.com

    Werimon, Simson. 2005. Pengaruh Partisipasi Masyarakat dan Transparansi Kebijakan Publik terhadap Hubungan antara Pengetahuan Dewan tentang

    Anggaran dengan Pengawasan Keuangan Daerah (APBD) (Study Empiris

    Di Provinsi Papua). Tesis S2 Program Studi Magister Sains Akuntansi Program Pascasarjana Universitas Diponegoro

    Werimon, Simson dan Imam Ghozali dan Mohamad Nazir. 2007. Pengaruh Partisipasi Masyarakat dan Transparansi Kebijakan Publik terhadap

    Hubungan antara Pengetahuan Dewan tentang Anggaran dengan

    Pengawasan Keuangan Daerah (APBD) (Study Empiris Di Provinsi

    Papua), dalam Simposium Nasional Akuntansi X. 26-28 Juli. Makassar: Universitas Hasanudin.

    Wibowo, Sri Muktiani, 2007. Dampak APBD terhadap Perkembangan Ekonomi Lokal, dalam Konfrensi Penelitian Akuntansi dan Keuangan Sektor Publik Pertama, 25-26 April. Surabaya.

    Winarna, Jaka dan Sri Murni. 2007. Pengaruh Personal Background, Political Background dan Pengetahuan Dewan tentang Anggaran terhadap Peran

    DPRD dalam Pengawasan Keuangan Daerah (Studi Kasus Di Karesidenan

    Surakarta dan Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2006), dalam Simposium Nasional Akuntansi X. 26-28 Juli. Makassar: Universitas

    Hasanudin.

    Witono, Banu dan Revrisond Baswir. 2003. An Analysis on Influence of Personal Background and Political Culture on Regional Parliaments Role in Regional Financial Oversight, dalam jurnal Sosiohumanika. Vol. 16A. No. 3. September. Yogyakarta: Program Pascasarjana Universitas Gajah

    Mada.

    Yudoyono, Bambang. 2000. Optimalisasi Peran DPRD dalam Penyelenggaraan

    Pemerintah Daerah.

    http://www.bangda.depdagri.go.id/jurnal/jendela/jendela3.htm. Diakses

    tanggal 7 Oktober 2010.

  • 29

    DAFTAR LAMPIRAN

    Gambar 1

    Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kapabilitas Anggota DPRD dalam

    Pengawasan Keuangan Daerah (APBD)

    Tabel 1

    Ringkasan Penyebaran dan Pengembalian Kuesioner Berdasarkan Wilayah

    N

    o

    Kabupaten

    /Kota

    Kuesioner

    yang

    disebar

    Kuesioner

    yang tidak

    Kembali

    Kuesioner

    yang

    Kembali

    Kuesioner

    yang

    diolah

    Tingkat

    Pengemba

    lian (%)

    Data

    yang

    Digunak

    an (%)

    1 Kota

    Semarang 20 7 13 13 65 65

    2 Kabupaten

    Semarang 35 12 23 12 66 34

    3 Kabupaten

    Kendal 50 6 44 25 88 50

    4 Kabupaten

    Demak 50 20 30 18 60 36

    5 Kabupaten

    Kudus 45 9 36 34 80 75

    Jumlah 200 54 146 102 73 51

    Sumber : Data Primer yang diolah,2011

    H4

    H1

    H2

    H3

    Variabel Dependen

    Variabel Independen

    Pengawasan

    Keuangan Daerah

    (APBD)

    Pengetahuan Anggota DPRD

    tentang Anggaran

    Pemahaman Anggota DPRD

    terhadap Peraturan, Kebijakan dan

    Prosedur

    Personal Background

    Political Background

  • 30

    Tabel 2

    Ringkasan Demografi Responden Penelitian

    Keterangan Jumlah Persentase

    (%)

    Jenis Kelamin Laki-laki 80 78,4

    Perempuan 22 21,6

    Usia

    20-29 tahun 10 9,8

    30-39 tahun 32 31,4

    40-49 tahun 38 37,3

    50 tahun ke atas 22 21,6

    Agama

    Islam 98 96

    Kristen Protestan 2 2

    Katolik 2 2

    Hindu 0 0

    Budha 0 0

    Tingkat

    Pendidikan

    SMA/SMK 16 15,7

    DIII 11 10,8

    S1 70 68,6

    S2 5 4,9

    Latar

    Belakang

    Pendidikan

    Ilmu Ekonomi 24 23,5

    Ilmu Hukum 16 15,7

    Ilmu Sosial 21 20,6

    Ilmu Nonsosial 11 10,8

    Ilmu Agama 11 10,8

    Ilmu Lainnya 19 18,6

    Latar

    Belakang

    Pekerjaan

    Karyawan Swasta 8 7,8

    Wiraswasta 83 81,4

    PNS 11 10,8

    Pengalaman

    Organisasi

    Akademisi 6 5,9

    LSM 10 9,8

    Non-LSM 4 3,9

    Organisasi Masyarakat 9 8,8

    Organisasi Politik 66 64,7

    Lainnya 7 6,9

    Pengalaman

    Politik

    1-10 tahun 64 62,7

    11-20 tahun 27 26,5

    21-30 tahun 9 8,8

    >30 tahun 2 2,0

    Pengalaman

    di DPRD

    1 Periode 76 74,5

    2 Periode 16 15,7

    3 Periode 7 6,9

    >3 Periode 3 2,9

  • 31

    Partai

    Golkar 16 15,7

    PDIP 16 15,7

    PPP 7 6,9

    PKB 13 12,7

    PAN 6 5,9

    Demokrat 12 11,8

    Partai Lainnya 32 31,4

    Ideologi

    Partai

    Nasionalis 47 46,1

    Nasionalis Agama 19 18,6

    Agama 24 23,5

    Demokratis 12 11,8

    Komisi

    A 18 17,6

    B 25 24,6

    C 29 28,4

    D 27 26,5

    Unsur Pimpinan 3 2,9

    Jabatan di

    Partai

    Ketua Partai 13 12,7

    Wakil Ketua Partai 26 25,5

    Anggota 63 62,8

    Jabatan di

    DPRD

    Ketua DPRD 1 1,0

    Wakil Ketua DPRD 2 1,9

    Ketua Komisi 9 8,8

    Wakil Ketua Komisi 6 5,9

    Anggota DPRD 84 82,4

    Jumlah Partai

    yang Pernah

    Diikuti

    1 Partai 83 82,4

    2 Partai 17 16,7

    3 Partai 0 0

    >3 Partai 2 1,9

    Sumber: Data primer yang diolah, 2011

    Tabel 3

    Statistik Deskriptif Variabel Penelitian

    Variabel Rentang Teoritis Hasil Akhir

    Sum SD Kategori min Max mean min Max mean

    PA 10 50 30 20 50 43,31 4.418 5,038 Tinggi

    RPPs 75 375 225 150 375 331,85 33.849 36,599 Tinggi

    PKD 9 45 27 25 45 38,63 3.940 4,933 Tinggi

    N 102

    Sumber : Data Primer yang diolah, 2011

  • 32

    Tabel 4

    Rentang Kategori Skor Variabel

    Variabel Rentang Kategori

    Rendah Sedang Tinggi

    Pengetahuan Anggota DPRD tentang

    Anggaran 10-23,33 13,34-36,66 36,67-50

    Pemahaman Anggota DPRD terhadap

    Peraturan, Kebijakan, dan Prosedur 75-175 176-275 276-375

    Pengawasan Keuangan Daerah

    (APBD) 9-21 22-33 34-45

    Tabel 5

    Ringkasan Hasil Uji Reliabilitas

    No. Variabel Cronbachs Alpa Keterangan

    1 Pengetahuan tentang Anggaran 0,863 Reliabel

    2 Pemahaman DPRD terhadap

    Peraturan, Kebijakan dan Prosedur

    0,966 Reliabel

    3 Pengawasan Keuangan Daerah 0,867 Reliabel

    Sumber: Data primer yang diolah, 2011

  • 33

    Tabel 6

    Ringkasan Hasil Uji Validitas

    No. Variabel Pernyataan Correlation

    Pearson Signifikansi Keterangan

    1 Pengetahuan Anggota

    DPRD tentang

    Anggaran (X3)

    (X31) 0,801 0,000 Valid

    (X32) 0,725 0,000 Valid

    (X33) 0,501 0,000 Valid

    (X34) 0,762 0,000 Valid

    (X35) 0,650 0,000 Valid

    (X36) 0,708 0,000 Valid

    (X37) 0,648 0,000 Valid

    (X38) 0,700 0,000 Valid

    (X39) 0,550 0,000 Valid

    (X310) 0,638 0,000 Valid

    2 Pemahaman Anggota

    DPRD terhadap

    Peraturan, Kebijakan

    dan Prosedur

    (X41) 0,822 0,000 Valid

    (X42) 0,811 0,000 Valid

    (X43) 0,840 0,000 Valid

    (X44) 0,755 0,000 Valid

    (X45) 0,797 0,000 Valid

    (X46) 0,832 0,000 Valid

    (X47) 0,838 0,000 Valid

    (X48) 0,832 0,000 Valid

    (X49) 0,880 0,000 Valid

    (X410) 0,772 0,000 Valid

    (X411) 0,833 0,000 Valid

    (X412) 0,897 0,000 Valid

    (X413) 0,853 0,000 Valid

    (X414) 0,876 0,000 Valid

    (X415) 0,693 0,000 Valid

    3 Pengawasan

    Keuangan Daerah

    (APBD)

    (Y1) 0,785 0,000 Valid

    (Y2) 0,543 0,000 Valid

    (Y3) 0,683 0,000 Valid

    (Y4) 0,732 0,000 Valid

    (Y5) 0,696 0,000 Valid

    (Y6) 0,640 0,000 Valid

    (Y7) 0,703 0,000 Valid

    (Y8) 0,738 0,000 Valid

    (Y9) 0,736 0,000 Valid

    Sumber: Data primer yang diolah, 2011

  • 34

    Tabel 7

    Ringkasan Hasil Analisis Regresi Linear Berganda

    Keterangan Nilai Unstand.

    Coefficients t Sig. t

    Adj R2

    0,588

    F hitung 37,071

    Sig. F hitung 0,000

    Konstanta 0,496

    Personal Background 0,199 1,639 0,104

    Political Background -0,084 -0,941 0,349

    PA 0,531 7,153 0,000

    RPPs 0,039 3,794 0,000

    Jenis Kelamin 0,997 0,838 0,404

    Usia 0,515 0,962 0,338

    Agama 1,579 0,994 0,322

    Tingkat Pendidikan 0,013 0,021 0,983

    Bidang Pendidikan 0,351 1,300 0,197

    Pekerjaan 2,439 2,190 0,031

    Pengalaman Organisasi 0,760 4,361 0,039

    Pengalaman Politik 0,577 0,870 0,387

    Pengalaman DPRD 0,206 0,311 0,757

    Partai -0,444 -2,130 0,036

    Ideologi Partai -0,829 -1,855 0,067

    Komisi -0,120 -0,275 0,784

    Jabatan di Partai -0,342 -0,496 0,621

    Jabatan di DPRD 0,696 1,248 0,215

    Partai yang pernah diikuti 1,126 1,250 0,214

    Sumber: Data primer yang diolah, 2011