artikel fixx
DESCRIPTION
tugas evolusiTRANSCRIPT
ARTIKEL TEORI PEMBENTUKAN BUMI DAN
LEMPENGAN BENUA
“Disusun Sebagai Salah Satu Tugas Mata Kuliah Evolusi”
Disusun Oleh :
Kelompok 6
1. Alfat Agustian
2. Shofwatu Nabila
3. Yopi Haryandi
JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2015
PENDAHULUAN
Agar kita dapat lebih menghayati dan mendalami sifat sifat yang terkandung dalam bumi, maka perlu disimak juga sedikit perihal bagaimana terjadinya bumi ini. Untuk tujuan itu kita akan mengawalinya dengan melihat kedudukan bumi ini dari sudut yang lebih luas dan besar; yakni dengan menempatkan bumi ini sebagai bagian dari Tata Surya. Kemudian beralih ke bagian-bagian yang lebih kecil dan rinci, yaitu bahan-bahan pembentuknya, dan dari sini kita melangkah mengungkapkan bentuk dan bangunnya, proses dan peristiwa-peristiwa besar yang terjadi dan menimpa bumi seperti pembentukan batuan, pengikisan permukaan bumi, pembentukan pegunungan dan lain sebagainya.
SEJARAH PEMBENTUKAN BUMI
1. Masa Prakambrium
Bumi berdasarkan pengetahuan terbaru dibentuk pada 4560 Ma (million years ago)
Kambrium dimulai pada 542 Ma (Geologic Time Scale 2004 – Gradstein et al., 2004). Maka,
pra-Kambrium berlangsung dari 4560542 Ma, atau meliputi sekitar 7/8 sejarah Bumi.
Sungguhpun demikian, betapa sedikitnya pengetahuan kita tentangnya. Kurun Fanerozoikum
(Phanerozoic) 542 Ma-sekarang adalah kurun biostratigrafi, dimulai dengan melimpahnya
fosil akibat Cambrian Explosion terus sampai ke zaman Kenozoikum. Pembagiannya ke
dalam masa, zaman, kala, dan tingkat (stage, pembagian internasional) adalah didasarkan
kepada biostratigrafi. Sementara itu, pembagian waktu pra-Kambrium didasarkan kepada
geokronometri isotop-isotop radioaktif pada mineral, batuan, dan kerak yang ditemui. Bisa
dipahami sebab kehidupan pada pra-Kambrium sangat minimal dan baru berkembang. Zaman
pra-kambrium terbagi dua masa yaitu :
1.1 Masa Arkeozoikum (4,5 – 2,5 milyar tahun lalu)
Masa Arkeozoikum (Arkean) artinya Masa Kehidupan Purba, yang terjadi antara 4500
- 2500 juta tahun yang lalu. Arkeozoikum adalah suatu eon geologi sebelum Proterozoikum
yang berakhir 2500 juta tahun yang lalu. Bersama dengan masa Proterozoikum, masa
Arkeozoikum dikenal sebagai masa pra-kambrium.
Batas ini tidak ditentukan secara stratigrafi melainkan secara kronometri. Titik awal
masa ini tidak secara resmi diakui oleh International Commission on Stratigraphy, tapi
biasanya dianggap berlangsung sejak 3800 juta tahun yang lalu, di akhir eon Hadean.
Arkeozoikum (Arkean) terdiri dari empat era, berturut-turut dari yang paling awal: Eoarkean,
Paleoarkean, Mesoarkean, dan Neoarkean.
Zaman Arkeozoikum merupakan masa awal pembentukan batuan kerak bumi yang
kemudian berkembang menjadi protokontinen. Jadi kerak bumi terbentuk setelah pendinginan
bagian tepi dari “balon bumi” (bakal calon bumi). Plate tectonic / Lempeng tektonik yang
menyebabkan gempa itu terbentuk pada masa ini. Lingkungan hidup masa itu tentunya mirip
dengan lingkungan disekitar mata-air panas.
Batuan masa ini ditemukan di beberapa bagian dunia yang lazim disebut kraton /
perisai benua. Batuan tertua tercatat berumur kira-kira 3.800.000.000 tahun. Masa ini juga
merupakan awal terbentuknya Indrorfer dan Atmosfer serta awal muncul kehidupan primitif
di dalam samudera berupa mikro-organisma (bakteri dan ganggang). Fosil tertua yang telah
ditemukan adalah fosil Stromatolit dan Cyanobacteria dengan umur kira-kira 3.500.000.000
tahun.
1.2 Masa Proterozoikum (2,5 milyar – 290 juta tahun lalu)
Proterozoikum artinya masa kehidupan awal. Masa Proterozoikum merupakan awal
terbentuknya hidrosfer dan atmosfer. Pada masa ini kehidupan mulai berkembang dari
organisme bersel tunggal menjadi bersel banyak (enkaryotes dan prokaryotes). Menjelang
akhir masa ini organisme lebih kompleks, jenis invertebrata bertubuh lunak seperti ubur-ubur,
cacing dan koral mulai muncul di laut-laut dangkal, yang bukti-buktinya dijumpai sebagai
fosil sejati pertama.Prakambrium adalah nama informal untuk eon-eon pada skala waktu geologi yang
terjadi sebelum eon Fanerozoikum saat ini. Periodenya dimulai dari pembentukan Bumi sekitar 4500 juta tahun yang lalu hingga evolusi hewan makroskopik bercangkang keras, yang menandai dimulainya Kambrium, periode pertama dari era pertama (Paleozoikum) eon Fanerozoikum, sekitar 542 juta tahun yang lalu. Umumnya Prakambrium dianggap terdiri dari eon Hadean, Arkean, dan Proterozoikum.
Sifat Batuan Pra-Kambrium
Batuan yang berumur Pra-Kambrium terutama terdiri dari batuan hablur, baik yng
merupakan magma maupun yang merupakan peleburan dan penghabluran kembali batuan
jenis lain akibat peristiwa metamorfisme. Pada batuan Pra-Kambrium strukturnya sudah
sangat komplek sehingga sangat sulit mengenal kembali peristiwa-peristiwa mana yang telah
berlangsung padanya.
Umur Batuan Pra-Kambrium
Alas batuan yang tertua yang mengandung fosil yang nyata yaitu batuan Kambrium
lebih kurang berumur 600-500 juta tahun. Karena kerak bumi menurut perhitungan berumur
4.500 juta tahun, maka batuan Pra-Kambrium telah mengalami sejarah selama kurang lebih
4.000 juta tahun atau 8 kali lebih tua dibandingkan dengan waktu pembentukan batuan yang
berfosil. Apabila batuan Kambrium telah banyak mengalami perubahan maka dapat
dibayangkan bagaimana hebatnya pengaruh perubahan yang telah dialami oleh batuan Pra-
Kambrium.
Pelamparan Batuan Pra-Kambrium
Batuan Pra-Kambrium tampak di muka bumi, di beberapa tempat yang sangat
terbatas. Pada umumnya daerah-daerah tersebut merupakan bagian pusat dari benua dengan
bentuk yang agak melingkar dengan permukaan sedikit cembung. Karena bentuk yang
demikian ini, maka inti Pra-Kambrium disebut pula sebagai perisai benua atau Kraton.
Makin jauh dari inti benua batuan Pra-Kambrium ini ditutupi oleh batuan yang lebih muda.
Akibat adanya torehan oleh sungai maka akan dapat dilihat dengan jelas susunan dan
hubungannya dengan batuan yang lebih muda.
Tempat-tempat di mana batuan yang berumur Pra-Kambrium dapat dilihat antara lain :
1. Grand Canyon, di daerah Arizona di Sungai Colorado di Amerika.
2. Perisai Kanada, di daerah Kanada sekitar Teluk Hudson.
3. Perisai Brasilia, di daerah Guyana sekitar Venezuela.
4. Perisai Afrika Pusat, di daerah pusat Benua Afrika.
5. Perisai Fenoskandia (Perisai Baltik), di daerah Finlandia, Swedia, negara-negara
Baltik.
6. Perisai Angara, di daerah Siberia dan Tiongkok Utara.
7. Perisai Gondwana, di daerah India yang meliputi hampir seluruh daerah selatan
lembah Indus-Gangga.
8. Perisai Sjan, di derah Tiongkok Tenggara dan Indocina.
9. Perisai Australia, di Benua Australia.
2. Masa Paleozoikum
Masa Paleozoikum terbagi menjadi 6 zaman, dan tiap-tiap zaman tersebut memiliki
ciri-ciri atau karakteristik, berikut uraiannya.
2.1 Zaman Kambrium (590-500 juta tahun yang lalu)
Munculnya hewan unvetebrata pertama kali
Seluruh kehidupan berada di lautan
Hewan zaman ini memiliki kerangka atau cangkang yang berfungsi sebagai
pelindung tubuhnya
Hewan yang hidup pada zaman ini yaitu coral, mollusca, brachiopoda, dan
trilobita
2.2 Zaman Ordovisium (500-440 juta tahun yang lalu)
Munculnya ikan tanpa rahang (vertebrata paling tua)
Dan hewan vertebrata yang lain seerti tetrakoral, graptholith, dan landak laut
Koral dan Alga membentuk gugusan batu karang dan tanaman laut sehingga
trilobit dan brachiopoda tumbuh dengan baik
Meluapnya samudera dari zaman es
2.3 Zaman Silur (440-410 juta tahun yang lalu)
Peralihan kehidupan dari kehidupan laut ke kehidupan darat
Muncul pertama kali Pterodophyta (tumbuhan paku)
Ikan berahang juga muncul pada zaman ini
Pembentukan deretan pegunungan mulai terbentuk dari skandinavia,
scotlandia dhingga pantai Amerika Utara
2.4 Zaman Devon (410-360 juta tahun yang lalu)
Perkembangan besar-besaran terhadap jenis ikan dan tumbuhan darat
Hewan amfibi berkembang menuju daratan
Tumbuhan darat tumbuh secara umum
Muncul serangga pertama kalinya
Samudera menyempit sementara, Benua Gondwana menutup Eropa, Amerika
Utara, dan Green Land
2.5 Zaman Karbon (360-290 juta tahun yang lalu)
Reptil muncul pertama kali, dan mampu bertelur di luar lingkungan air
Pohon pertama kalinya muncul, jamur, tumbuhan fern, tumbuh di rawa-rawa,
dan membentuk batu-bara seperti saat ini
Pada masa ini bumi terdiri dari satu super kontinen yaitu Pangea
Dibelahan utara bumi terjadi iklim tropis besar-besaran sehingga membentuk
daerah rawa sebagai tempat hidup tumbuhan, sekarang tersimpan sebagai
batubara
2.6 Zaman Permian (290-250 juta tahun yang lalu)
Jumlah reptil meningkat dan serangga modern muncul
Benua Pangea bergabung menjadi satu massa daratan
Lapisan Es menutup Amerika Selatan, Antartika, Australia, dan Afrika
membendung air dan menurunkan muka air laut
Zaman permian diakhiri dengan kepunahan massal
Trilobit, koral, dan ikan banyak yang punah
3. Masa Mesozoikum
Menurut pendapat para ahli, mesozoikum dapat diartikan sebagain berikut :1. M.K Tadjudin : Mesozoa / Mesozoikum adalah suatu masa yang dikaitkan
dengan umur bumi. Masa ini berlangsung antara 205 – 135 juta tahun yang lalu. Secara harfiah mesozoikum berarti “umur pertengahan”. Masa ini disebut sebagai zaman “Gymnospermae” karena banyak dijumpai tumbuhan gymnospermae yang hidup pada masa ini.
2. Teuku Jacob : Masa mesozoikum berlangsung pada 225 – 65 juta tahun yang lalu. Masa ini terbagi menjadi zaman Trias, Jura, Creta. Masa ini disebut sebagai zaman “Gemilang Reptilia”. Mamalia, Aves, dan ikan mulai berkembang di masa ini, terutama ikan bertulang sejati (osteichthyes)
3. Dermawan Sumardi : Masa ini berlangsung pada 225 – 70 juta tahun yang lalu. Peran invertebrata mulai tergantikan oleh reptile. Pada masa itu laut banyak menggenangi daratan.
Berdasarkan pendapat para ahli tadi, dapat disimpulkan bahwa masa mesozoikum berlangsung dari 65 – 245 juta tahun yang lalu. Pada masa mesozoikum ini terbagi menjadi 3 zaman. Yaitu zaman Trias, Jura, Kapur. Kehidupan yang terjadi pada masa mesozoikum ini didominasi oleh reptil, baik itu dari darat, laut, maupun udara. Masing – masing zaman pada masa mesozoikum ini dicirikan dengan adanya kehidupan tertentu maupun peristiwa – peristiwa geologis khusus.
3.1 Zaman Trias Zaman Trias berlangsung sejak 245 – 208 juta tahun yang lalu. Nama Trias diusulkan oleh F. von Alberti, seorang ahli geologi berkebangsaan jerman. Nama Trias diambil dari perkembangan endapan Mesozoikum yang didapat di cekungan Jerman, yang kemudian dianggap sebagai wilayah tipe untuk Sistem Trias, walaupun singkapan yang relatif lengkap dan banyak mengandung fosil justru didapatkan di Amerika bagian barat, Amerika bagian timur dan Kanada. Sistem Trias terbagi menjadi 3 bagian, yaitu Trias Bawah, Trias Tengah, Trias Atas. Adapun pengertian dari 3 bagian tersebut adalah :
1.) Trias Bawah :Yang dikenal dengan nama setempat sebagai Buntsandsteinmerupakan seni sedimentasi yang terjadi di darat dan terdiri dari batu pasir, batu lempung, konglomerat dengan beberapa bagian terdapat sisipan endapan laguna. Warna seri sedimen tersebut dari merah cerah hingga lembayung.
2.) Trias Tengah :
Yang dikenal dengan nama setempat sebagai Muschelkamerupakan seni sedimentasi yang terjadi di laut yang mencapai ketebalan kurang lebih 200 m.
3.) Trias Atas :Yang dikenal dengan nama setempat sebagai Keuper merupakan seni sedimen yang seluruhnya diendapkan di darat. Pada bagian alasnya terdiri dari dolomit dan gipsum yang merupakan endapan penguapan, yang diakhiri dengan batu pasir yang diendapkan di sungai dengan fosil tumbuh – tumbuhan yang menyerupai ekor kuda yang dikenal dengan nama setempat sebagai Schlifsandstein.
Perkembangan kehidupan pada zaman Trias menunjukkan banyak terjadi perubahan baik untuk jenis Fauna terutama untuk golongan Vertebrata maupun golongan Invertebrata. Golongan Invertebrata Pilum Brachiopoda dan Pilum Mollusca serta Pilum Arthropoda. Untuk Pilum Mollusca termasuk di antaranya dari Kelas Pelecypoda dan Kelas Cephalopoda sedang untuk Pilum Arthropoda khususnya yang termasuk Kelas Crustacea. Demikian pula untuk jenis flora menunjukan adanya perkembangan yang pesat. Untuk jenis Vertebrata khususnya yang termasuk Reptilia sudah mulai dikenalRutiodon (sebangsa Phytosaurus) yang mulai muncul semula hidup dalam lingkungan air kemudian mengadaptasikan diri hidup dalam lingkungan darat yang kemudian punah pada zaman ini. Selain itu yang mulai muncul pada zaman ini pula antara lain yang termasuk dinosaurus ialah Anchiasaurus,Cynognathus, Thrinacodon, placerias gigas, Inchtyosurus yang berkembang pada Zaman Trias dan punah pula pada akhir Zaman Trias.
Didasarkan atas fasiesnya Sistem Trias di Indonesia dapat dibagi menjadi dua, yaitu :
1.) Indonesia bagian barat : dengan macam fasies bermula dari fasies paralas, volkanik, laut, terutama berkembang sebagai batu gamping. Perkembanganya meliputi beberapa bagian dari Sumatra, Kalimantan (serta Malaya) dan pulau – pulau kecil di antara ketiga daerah tersebut.
2.) Indonesia bagian timur : dengan macam fasies seperti perkembangan di Indonesia bagian barat, hanya di tempat ini tidak dijumpai fasies volkanik, terutama berkembang sebagai batu gamping. Perkembanganya meliputi Sulawesi timur dan tenggara, pulau – pulau kecil di kepulauan Nusa Tenggara antara lain Pulau Roti, Pulau Timor, Pulau Leti, Pulau Tanimbar, Pulau Kei, Pulau Seram, Pulau Buru dan Pulau Buton.
Di Indonesia bagian timur pada zaman Trias terjadi peristiwa genang laut di bagian bawah umumnya terdiri dari batuan klastik yang berbutir kasar antara lain breksi, konglomerat yang kemudian diikuti dengan batu pasir, serpih yang mengandung bitumina yang kemudian diakhiri dengan napai dan batu gamping.
Dari Kesamaan Fasies batuan Trias di pulau – pulau Indonesia timur dapat ditarik kesimpulan bahwa pulau – pulau tersebut setidak – tidaknya pada Zaman Trias Atas termasuk dalam satu lingkungan sedientasi yang selalu mengalami penurunan atau dikatakan merupakan daerah pelamparan Geosinklin Banda. Geosinklin ini memanjang ke arah barat daya yang kemudian bersambung dengan Geosinklin Westralia sedang kea rah barat bersambung dengan Geosinklin danau.
3.2 Zaman JuraZaman Jura berlangsung sejak 208 – 145 juta tahun yang lalu. Nama Jura pertama kali
dipakai pada tahun 1799 oleh A. von. Humboldt seorang ahli geologi berkebangsaan Jerman. Penelitian secara intensif pada saat itu dilakukan di Inggris, walupun demikian maka nama sistem ini diambilkan dari nama Pegunungan Yura yang membentang dari Perancis sampai Swiss. Tempat inilah yang kemudian digunakan sebagai daerah tipe untuk sistem Yura.
Endapan Jura baik yang terjadi di laut mupun yang di darat banyak mengandung fosil. Untuk golongan Invertebrata diwakili oleh Pilum Coelenterata, Porifera, Echinodermata dan Mollusca.
Brontosaurus merupakan salah satu anggota dari Dinosaurus yang terbesar yang hidup dan pernah dijumpai dalam bentuk fosil di Amerika dan berkembang baik hingga zaman Jura. Dari kerangka yang telah berhasil direkontruksi jenis Brontosaurus mempunyai tubuh hingga 18 feet dengan panjang hingga 67 feet.
Archaeopteryx meruapakan burung yang pertama kali dikenal dalam sejarah. Burung ini memiliki ukuran sebesar burung gagak, fosilnya dijumpai pada batu gamping litographhi di daerah Solenhoven, Bavaria. Ichtyosaurusmerupakan reptile laut yang memiliki panjang tubuh 10 feet.
Endapan jura didapatkan baik di Indonesia barat maupun Indonesia Timur. Di Indonesia barat tidak banyak dijumpai endapan Jura. Adakemungkinan bahwa sebagian besar
daerah Indonesia barat pada zaman itu merupakan daratan sehingga tidak dimungkinkan terbentuknya endapan. Di Indonesia timur perkembangan endapan Jura relatif baik. Endapannya berkembang sebagai batu gamping dengan fosil Arnioceras.
Dengan memperhatikan tempat – tempat terdapatnya endapan Jura maka dapat diamnbil kesimpulan bahwa terdapat genang laut selama zaman Jura sehingga mengakibatkan seolah - olah Indonesia terbagi menjadi 3 bagian oleh palung Anambas, geosnklin Banda dan geosinklin Papua.
3.3 Zaman Kapur Zaman kapur berlangsung semenjak 145-65 juta tahun yang lalu. Zaman kapur dicirikan oleh suatu daur pengendapan “susut laut – genang laut – susut laut”. Selama zaman kapur berkembang bermacam – macam kehidupan. Beberapa diantaranya merupakan kelanjutan dari zaman Jura disamping terdapat pengembangan kehidupan yang baru. Diantara jenis – jens yang mencirikan untuk jaman Kapur antara lain anggota dari Pilum Protozoa khususnya dari ordo Foraminifera, Pilum Coelenterata, Pilum Mollusca, dan pilum Arthropoda. Disamping itu terdapat pula perkembangan dari golongan vertebrata maupun jenis flora.
Tyrannosaurus Rex merupakan jenis dinosaurus pemangsa terbesar yang hidup pada jaman kapur, dinosaurus ini dapat berkembang dengan panjang tubuh mencapai 45 feet dan tinggi 20 feet. Elasmosaurusmerupakan golongan mamalia yang hidup di laut dan memiliki panjang antara 40 sampai 50 feet. Pterodon merupakan golongan reptil terbang yang memiliki bentang sayap 23 sampai 25 feet. Fosil dari Elasmosaurus danPterodon ditemukan di daerah Niobrara, Kansas, Amerika pada batu gamping.
Di Indonesia terdapta endapan-endapan yang jelas termasuk zaan kapur hanya terdapat di berbagai tempat yang terpencar. Di Indonesia bagian barat system kapur dicirikan oleh endapan klastik dengan fosil Orbitolina, meskipun fosil ini juga dijumpai pada sistem kapur yang ada di Indonesiabagian timur. Di Sumatera, di Bukit Garba, dimana di bagian bawah terdiri dari napal tufan, tufa, pilit dan marmer. Bagian atasnya terdiri dari batu rijang yang mengandung fosil Radiolaria.
Di jawa endapan yang berumur kapur telah diketahui dalam bentuk lensa-lensa batu gamping yang mengandung fosil Orbitolina terapit diantara lempung dan serpih. Endapan tersebut dijumpai di Lok Ulo, Karangsambung, selatan Banjarnegara, Jawa Tengah. Batu guling dengan fosil Orbitolina telah dijumpai dalam konglomerat Eose di Pegunungan Jiwo, selatan Klaten. Di tempat ini endapan kapur bertalian erat dengan batuan metamorf dan mungkin selaan-selaan di dalamnya.
Apabila ditinjau secara menyeluruh, karena genang laut yang terjadi pada Cenomanian mengakibatkan lautan di Indonesia menjadi lebih luas daripada zaman Jura. Daratan Philipina yang masih menjadi satu dengan daratan Papua pada waktu zaman Jura, sekarang .Sekarang oleh genang laut tersebut terbagi menjadi 2 daratan, yaitu daratan Philipina dan daratan Papua. Di bagian tenggara Indonesia, lautan menggenangi daratan bagian utara daratan Australia sehingga terjadi teluk-teluk. Pada waktu yang bersamaan maka Geosinklin Tasmania meluas ke arah utara jika dibandingkan dengan luas wilayahnya di zaman Jura.
4. Masa Konozoikum 1. Kala Paleosin (67 juta – 56,7 juta tahun yang lalu)
Awal munculnya pemakan rumput, primata, burung dan sebagian reptil. Kala ini ditandai dengan kegiatan magma secara intensif, busur lava yang besar dan hujan meteroid.
2. Kala Eosen (56,7 juta – 35,5 juta tahun yang lalu) Daerah Afrika menabrak daerah Eropa dan daerah India masih bergerak
menuju daerah Asia, mengangkat pegunungan Alpen dan pegunungan Himalaya. Tekanan antara benua membentuk cekungan samudra melebar yang menyebabkan permukaan air laut merendah.
3. Kala Oligasen (35,5 juta – 24 juta tahun yang lalu) Daratan kian lua, lautan menyempit, pergerakan kerak benua terjadi secara
luas di daerah Amerika dan daerah Eropa mulailah terbentuk pada kala Oligosen ini.
4. Kala Miosen (24 juta – 5 juta tahun yang lalu)Pada kala ini padang rumput semakin meluas, hutan semakin berkurang.
5. Kala Pliosen (5 juta – 1,8 juta tahun yang lalu) Sejumlah besar tumbuhan habis karena cuaca yang semakin dingin.
6. Kala Plestosen (1,8 juta – 0,01 juta tahun yang lalu) Kala ini dikenal sebagai zaman es karena pada zaman ini terjadi beberapa kali
Glasisasi. Pada zaman ini sebagian besar daerah Eropa, Amerika, Utara, Asia Utara ditutupi oleh es, begitu pula pegunungan Alpen, Himalaya dan Cherpathia, iklim bumi benar-benar lebih hangat.
TEORI PEMBENTUKAN BUMI
1. Hipotesa Nebula
Proses bagaimana terjadinya Bumi dan Tata Surya kita ini telah lama menjadi bahan
perdebatan diantara para ilmuwan. Banyak pemikiran-pemikiran yang telah dikemukakan
untuk menjelaskan terjadinya planit-planit yang menghuni Tata Surya kita ini. Salah satu
diantaranya yang merupakan gagasan bersama antara tiga orang ilmuwan yaitu, Immanuel
Kant, Pierre Marquis de Laplace. Agar kita dapat lebih menghayati dan memahami sifat-
sifat yang terkandung dan Helmholtz, adalah yang beranggapan adanya suatu bintang yang
berbentuk kabut raksasa dengan suhu yang tidak terlalu panas karena penyebarannya yang
sangat terpencar. Benda tersebut yang kemudian disebutnya sebagai awal-mula dari
MATAHARI, digambarkannya sebagai suatu benda (masa) yang bergaris tengah 2 bilyun mil
yang berada dalam keadaan berputar.
2. Hipotesa Planetisimal
Karena ternyata masih ada beberapa masalah yang berkaitan dengan kejadian-
kejadian didalam Tata Surya yang tidak berhasil dijelaskan dengan teori ini, maka muncul
teori-teori baru lainnya yang mencoba untuk memberikan gambaran yang lebih sempurna.
Salah satu nya adalah yang disebut dan dikenal sebagai teori Planetisimal yang dicetuskan
oleh Thomas C. Chamberlin dan Forest R. Moulton. Teori ini mengemukakan adanya
suatu Bintang yang besar yang menyusup dan mendekati Matahari. Akibat dari gejala ini,
maka sebagian dari bahan yang membentuk Matahari akan terkoyak dan direnggut dari
peredarannya. Mereka berpendapat bahwa bumi kita ini terbentuk dari bahan-bahan yang
direnggut tersebut yang kemudian memisahkan diri dari Matahari. Sesudah itu masih ada
bermunculan teori-teori lainnya yang juga mencoba menjelaskan terjadinya planit-planit yang
mengitari Matahari. Tetapi rupanya kesemuanya itu lebih memfokuskan terhadap
pembentukan planit-planit itu sendiri saja tanpa mempedulikan bagaimana sebenarnya
Matahari itu sendiri terbentuk.
3. Hipotesa Pasang Surut Bintang
Hipotesa pasang surut bintang pertama kali dikemukakan oleh James Jeans pada
tahun 1917. Planet dianggap terbentuk karena mendekatnya bintang lain kepada matahari.
Keadaan yang hampir bertabrakan menyebabkan tertariknya sejumlah besar materi dari
matahari dan bintang lain tersebut oleh gaya pasang surut bersama mereka, yang kemudian
terkondensasi menjadi planet. Namun astronom Harold Jeffreys tahun 1929 membantah
bahwa tabrakan yang sedemikian itu hampir tidak mungkin terjadi. Demikian pula astronom
Henry Norris Russell mengemukakan keberatannya atas hipotesa tersebut.
4. Hipotesa Kondensasi
Hipotesa kondensasi mulanya dikemukakan oleh astronom Belanda yang bernama G.P.
Kuiper (1905-1973) pada tahun 1950. Hipotesa kondensasi menjelaskan bahwa Tata Surya
terbentuk dari bola kabut raksasa yang berputar membentuk cakram raksasa.
5. Hipotesa Bintang Kembar
Hipotesa bintang kembar awalnya dikemukakan oleh Fred Hoyle (1915-2001) pada
tahun 1956. Hipotesa mengemukakan bahwa dahulunya Tata Surya kita berupa dua bintang
yang hampir sama ukurannya dan berdekatan yang salah satunya meledak meninggalkan
serpihan-serpihan kecil. Serpihan itu terperangkap oleh gravitasi bintang yang tidak meledak
dan mulai mengelilinginya.
Sistem Tata Surya
Astronomi adalah ilmu yang mempelajari keadaan Tata Surya, dan mungkin merupakan ilmu
yang tertua di Bumi. Kaitannya terhadap bumi hanya terbatas kepada aspek bahwa bumi
merupakan bagian dari Tata Surya. Dari segi ilmu Astronomi, bumi kita ini hanya merupakan
suatu titik yang tidak penting dalam Tata surya dibandingkan dengan benda-benda lainnya.
Hasil pengamatan manusia mengenai Tata Surya ini yang terpenting adalah bahwasanya
gerak-gerik dari benda yang didalam Tata Surya itu mempunyai suatu keteraturan sehingga
daripadanya dapat digunakan untuk merekam waktu yang telah berlalu.
Sudah sejak lama orang percaya bahwa ia berada dalam suatu benda yang merupakan
inti daripada segala sesuatu yang diciptakan TUHAN. Namun sejak 3 ½ abad yang lalu kita
baru menyadari bahwa Bumi ini ternyata hanya merupakan sebagian kecil saja dari
KOSMOS, dan jauh sekali dari anggapan sebagai pusat dari segalanya. Sebenarnya bahwa
sejak 300 tahun terakhir ini kita memang telah banyak mendapatkan fakta-fakta tentang
bagaimana pola Tata Surya kita ini. Beberapa dari padanya adalah yang berhubungan dengan
ukuran-ukurannya, sedangkan keteraturan yang dapat diamati.
Susunan Interior Bumi
Susunan interior bumi dapat diketahui berdasarkan dari sifat sifat fisika bumi
(geofisika). Sebagaimana kita ketahui bahwa bumi mempunyai sifat-sifat fisik seperti
misalnya gaya tarik (gravitasi), kemagnetan, kelistrikan, merambatkan gelombang (seismik),
dan sifat fisika lainnya. Melalui sifat fisika bumi inilah para akhli geofisika mempelajari
susunan bumi, yaitu misalnya dengan metoda pengukuran gravitasi bumi (gaya tarik bumi),
sifat kemagnetan bumi, sifat penghantarkan arus listrik, dan sifat menghantarkan gelombang
seismik. Metoda seismik adalah salah satu metoda dalam ilmu geofisika yang mengukur sifat
rambat gelombang seismik yang menjalar di dalam bumi. Pada dasarnya gelombang seismik
dapat diurai menjadi gelombang Primer (P) atau gelombang Longitudinal dan gelombang
Sekunder (S) atau gelombang Transversal. Sifat rambat kedua jenis gelombang ini sangat
dipengaruhi oleh sifat dari material yang dilaluinya. Gelombang P dapat menjalar pada
material berfasa padat maupun cair, sedangkan gelombang S tidak dapat menjalar pada
materi yang berfasa cair. Perpedaan sifat rambat kedua jenis gelombang inilah yang dipakai
untuk mengetahui jenis material dari interior bumi.
Material dan Susunan Kulit Bumi
1. Selaput Batuan (Litosfir)
Litosfir atau bagian yang padat dari Bumi, berada dibawah Atmosfir dan Samudra.
Sebagian besar dari apa yang kita pelajari dan ketahui tentang bagian yang padat dari Bumi
ini, berasal dari apa yang dapat kita lihat dan raba diatas permukaan Bumi. Para ilmuwan
Ilmu Kebumian, umumnya berpendapat bahwa Bumi ini lahir pada saat yang bersamaan
dengan lahirnya MATAHARI beserta planit-planit lainnya, berasal dari awan yang berpusing
yang terdiri dari bahan-bahan berukuran debu, dan terjadi pada kurang lebih 5 hingga 6
milyar tahun yang lalu. Bahan-bahan tersebut kemudian saling mengikat diri, menyatu dan
membentuk Litosfir. Beberapa saat setelah Bumi kita ini terbentuk, terjadilah proses
pembentukan lelehan yang menempati bagian intinya. Lelehan tersebut kemudian mengalami
proses pemisahan, dimana unsur-unsur yang berat yang terutama terdiri dari besi dan nikel
akan mengendap, sedangkan yang ringan akan mengapung diatasnya. Sebagai akibat dari
proses pemisahan tersebut, maka Bumi ini menjadi tidak bersifat homogen, tetapi terdiri dari
beberapa lapisan konsentris yang mempunyai sifat-sifat fisik yang berbeda.
2. Selaput udara (Atmosfir)
Selaput atau lapisan udara ini sepintas nampaknya tidak mempunyai peranan yang
berarti terhadap lingkungan geologi. Sebenarnya fungsi dari Atmosfera adalah: (1).
merupakan media perantara untuk memindahkan air dari lautan melalui proses penguapan ke
daratan yang kemudian jatuh kembali sebagai hujan dan salju; (2). merupakan salah satu gaya
utama dalam proses pelapukan, dan ketiga bertindak sebagai pengatur khasanah kehidupan
dan suhu di atas permukaan bumi. Atmosfera disini berfungsi sebagai pelindung dari
permukaan bumi terhadap pancaran sinar ultra-violet yang tiba di atas permukaan bumi
dalam jumlah yang berlebihan.
3 Selaput air (Hidrosfir)
Menempati ruang mulai dari bagian atas atmosfir hingga menembus ke kedalaman 10
Km dibawah permukaan Bumi, yang terdiri dari samudra, gletser, sungai dan danau, uap air
dalam atmosfir dan air-tanah. Termasuk kedalam selaput ini adalah semua bentuk air yang
berada diatas dan didekat permukaan bumi, 97,2% air di bumi berada di laut dan samudra.
Tetapi mereka ini mudah untuk menguap dalam jumlah yang cukup besar utnuk selanjutnya
masuk kedalam atmosfera dan kemudian dijatuhkan kembali ke Bumi sebagai hujan dan
salju.
TEKTONIK LEMPENG
Sudah sejak lama para ahli kebumian meyakini bahwa benua-benua yang ada di muka
bumi ini sebenarnya tidaklah tetap di tempatnya, akan tetapi secara berlahan benua benua
tersebut bermigrasi di sepanjang bola bumi. Terpisahnya bagian daratan dari daratan asalnya
dapat membentuk suatu lautan yang baru dan dapat juga berakibat pada terjadinya proses
daur ulang lantai samudra kedalam interior bumi. Sifat mobilitas dari kerak bumi diketahui
dengan adanya gempabumi, aktifitas gunungapi dan pembentukan pegunungan (orogenesa).
Berdasarkan ilmu pengetahuan kebumian, teori yang menjelaskan mengenai bumi yang
dinamis (mobil) dikenal dengan Tektonik Lempeng.
1 Hipotesa Pengapungan Benua (Continental Drift)
Revolusi dalam ilmu pengetahuan kebumian sudah dimulai sejak awal abad ke 19,
yaitu ketika munculnya suatu pemikiran yang bersifat radikal pada kala itu dengan
mengajukan hipotesa tentang benua benua yang bersifat mobil yang ada di permukaan bumi.
Sebenarnya teori tektonik lempeng sudah muncul ketika gagasan mengenai hipotesa
Pengapungan Benua (Continental Drift).
Pada hakekatnya hipotesa pengapungan benua adalah suatu hipotesa yang
menganggap bahwa benua-benua yang ada saat ini dahulunya bersatu yang dikenal sebagai
super-kontinen yang bernama Pangaea. Super-kontinen Pangea ini diduga terbentuk pada 200
juta tahun yang lalu yang kemudian terpecah-pecah menjadi bagian-bagian yang lebih kecil
yang kemudian bermigrasi (drifted) ke posisi seperti saat ini. Bukti bukti tentang adanya
super-kontinen Pangaea pada 200 juta tahun yang lalu didukung oleh fakta fakta sebagai
berikut:
1. Kecocokan / kesamaan Garis Pantai
Adanya kecocokan garis pantai yang ada di benua Amerika Selatan bagian timur
dengan garis pantai benua Afrika bagian barat, dimana kedua garis pantai ini cocok dan
dapat dihimpitkan satu dengan lainnya (gambar 2.8). Wegener menduga bahwa benua
benua tersebut diatas pada awalnya adalah satu atas dasar kesamaan garis pantai. Atas
dasar inilah kemudian Wegener mencoba untuk mencocokan semua benua benua yang
ada di muka bumi.
Persebaran Fosil :
Diketemukannya fosil-fosil yang berasal dari binatang dan tumbuhan yang tersebar luas
dan terpisah di beberapa benua, seperti (gambar 2.9):
Fosil Cynognathus, suatu reptil yang hidup sekitar 240 juta tahun yang lalu dan
ditemukan di benua Amerika Selatan dan benua Afrika.
Fosil Mesosaurus, suatu reptil yang hidup di danau air tawar dan sungai yang hidup
sekitar 260 juta tahun yang lalu, ditemukan di benua Amerika Selatan dan benua
Afrika.
Fosil Lystrosaurus, suatu reptil yang hidup di daratan sekitar 240 juta tahun yang lalu,
ditemukan di benua benua Afrika, India, dan Antartika.
Fosil Clossopteris, suatu tanaman yang hidup 260 juta tahun yang lalu, dijumpai di
benua benua Afrika, Amerika Selatan, India, Australia, dan Antartika.
2. Kesamaan Jenis Batuan :
Jalur pegunungan Appalachian yang berada di bagian timur benua Amerika Utara
dengan sebaran berarah timurlaut dan secara tiba-tiba menghilang di pantai
Newfoundlands. Pegunungan yang umurnya sama dengan pegunungan Appalachian juga
dijumpai di British Isles dan Scandinavia. Kedua pegunungan tersebut apabila diletakkan
pada lokasi sebelum terjadinya pemisahan / pengapungan, kedua pegunungan ini akan
membentuk suatu jalur pegunungan yang menerus.
Dengan cara mempersatukan kenampakan bentuk-bentuk geologi yang dipisahkan
oleh suatu lautan memang diperlukan, akan tetapi data data tersebut belum cukup untuk
membuktikan hipotesa pengapungan benua (continental drift). Dengan kata lain, jika
suatu benua telah mengalami pemisahan satu dan lainnya, maka mutlak diperlukan bukti-
bukti bahwa struktur geologi dan jenis batuan yang cocok/sesuai. Meskipun bukti-bukti
dari kenampakan geologinya cocok antara benua benua yang dipisahkan oleh lautan,
namun belum cukup untuk membuktikan bahwa daratan/benua tersebut telah mengalami
pengapungan.
3. Bukti Iklim Purba (Paleoclimatic) :
Para ahli kebumian juga telah mempelajari mengenai ilklim purba, dimana pada 250 juta
tahun yang lalu diketahui bahwa belahan bumi bagian selatan pada zaman itu terjadi iklim
dingin, dimana belahan bumi bagian selatan ditutupi oleh lapisan es yang sangat tebal, seperti
benua Antartika, Australia, Amerika Selatan, Afrika, dan India (gambar 2.10). Wilayah yang
terkena glasiasi di daratan Afrika ternyata menerus hingga ke wilayah ekuator.
4. Pengapungan Benua dan Paleomagnetisme :
Ketika pertama kali hipotesa Pengapungan Benua dikemukakan oleh Wegener, yaitu
pada periode 1930 hingga awal tahun 1950-an, bukti-bukti yang mendukung hipotesa ini
sangat minim sekali. Adapun perhatian terhadap hipotesa ini baru terjadi ketika penelitian
mengenai penentuan Intensitas dan Arah medan magnet bumi. Setiap orang yang pernah
menggunakan kompas tahu bahwa medan magnet bumi mempunyai kutub, yaitu kutub utara
dan kutub selatan yang arahnya hampir berimpit dengan arah kutub geografis bumi. Medan
magnet bumi juga mempunyai kesamaan dengan yang dihasilkan oleh suatu batang magnet,
yaitu menghasilkan garis-garis imaginer yang berasal dari gaya magnet bumi yang bergerak
melalui bumi dan menerus dari satu kutub ke kutub lainnya. Jarum kompas itu sendiri
berfungsi sebagai suatu magnet kecil yang bebas bergerak di dalam medan magnet bumi dan
akan ditarik ke arah kutub-kutub magnet bumi.
Teori Tektonik Lempeng
Teori tektonik lempeng adalah suatu teori yang menjelaskan mengenai sifat-sifat bumi
yang mobil/dinamis yang disebabkan oleh gaya endogen yang berasal dari dalam bumi.
Dalam teori tektonik lempeng dinyatakan bahwa pada dasarnya kerak-bumi (litosfir) terbagi
dalam 13 lempeng besar dan kecil. Adapun lempeng-lempeng tersebut terlihat pada gambar
2.18 sebagai berikut:
1). Lempeng Pasific (Pasific plate),
2). Lempeng Euroasia (Eurasian plate),
3). Lempeng India-Australia (Indian-Australian plate),
4). Lempeng Afrika (African plate),
5). Lempeng Amerika Utara (North American plate),
6). Lempeng Amerika Selatan (South American plate),
7). Lempeng Antartika (Antartic plate)
serta beberapa lempeng kecil seperti :
1). Lempeng Nasca (Nasca plate),
2). Lempeng Arab (Arabian plate), dan
3). Lempeng Karibia (Caribian plate).
4). Lempeng Philippines (Phillippines plate)
5). Lempeng Scotia (Scotia plate)
6). Lempeng Cocos (Cocos plate)