aplikasi pembelajaran model bermain untuk …/aplikasi...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id...
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
APLIKASI PEMBELAJARAN MODEL BERMAIN UNTUK MENINGKATKAN KESEGARAN JASMANI
(Penelitian Quasi pada Siswa Kelas V SD Negeri Plumbungan 1 Kabupaten
Sragen Tahun Pelajaran 2009/2010)
Skripsi
Oleh: SAPUTRO WICAKSONO
K.4604050
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
i
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
APLIKASI PEMBELAJARAN MODEL BERMAIN UNTUK MENINGKATKAN KESEGARAN JASMANI
(Penelitian Quasi pada Siswa Kelas V SD Negeri Plumbungan 1 Kabupaten
Sragen Tahun Pelajaran 2009/2010)
Oleh: SAPUTRO WICAKSONO
K.4604050
SKRIPSI
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi
Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
S U R A K A R T A
2012
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji
Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Surakarta, September 2010
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima
untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar sarjana pendidikan.
Pada hari :
Tanggal :
Tim Penguji Skripsi :
(Nama Terang) (Tanda Tangan)
Ketua : Drs .Sunardi , M . Kes………………
Sekretaris : Dra .Hanik Liskustyawati , M .Kes…
Anggota I : Drs .Budhi Satyawan , M .Pd………
Anggota II : Sri Santoso Sabarini , M .Or……….
iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ABSTRAK
Saputro Wicaksono. APLIKASI PEMBELAJARAN MODEL BERMAIN UNTUK MENINGKATKAN KESEGARAN JASMANI. (Penelitian Quasi pada Siswa Kelas V SD Negeri Plumbungan 1 Kabupaten Sragen Tahun Pelajaran 2009/2010). Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta, Agustus 2010.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: peningkatan kesegaran
jasmani siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri Plumbungan 1 Karangmalang
Kabupaten Sragen tahun pelajaran 2009/2010 dengan aplikasi pembelajaran
model bermain.
Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Quasi. Sumber data
penelitian ini siswa SD Negeri Plumbungan 1 Karangmalang Kabupaten Sragen
tahun pelajaran 2009/2010. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri
Plumbungan 1 Karangmalang Kabupaten Sragen tahun pelajaran 2009/2010
berjumlah 30 orang yang terdiri dari 17 siswa putra dan 13 siswa putri. Teknik
pengumpulan data adalah tes kesegaran jasmani dengan Multistage Fitnes Test
(MFT). Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah secara
deskriptif yang didasarkan pada analisis kuantitatif. Prosedur penelitian ini
meliputi Pretest-Posttest Design
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh simpulan: Aplikasi pembelajaran
model bermain dapat meningkatkan kesegaran jasmani pada siswa kelas V SD
Negeri Plumbungan 1 Karangmalang Kabupaten Sragen tahun pelajaran
2009/2010. Dari kondisi awal dan pemberian pembelajaran model bermain
menunjukkan rata-rata peningkatan kesegaran jasmaninya 16.4%
v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
MOTTO
HAMY
Hamy Wahjunianto
v Bekerja untuk berbagi adalah titik awal untuk membangun orientasi
memberi, salah satu kualitas pribadi yang sangat berpengaruh
terhadap diri anak-anak kita
(Hadila Edisi 36 Juni, 2010: 33 )
v Sebaik-baik manusia diantaramu adalah yang paling banyak
memanfaatnya bagi orang lain
(Hadila Edisi 37 Juli, 2010: 07 )
vi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PERSEMBAHAN
Kusunting skripsi ini untuk:
v Bapak dan Ibu tercinta yang telah membimbing dan mendidik Aku
tanpa pamrih agar menjadi anak yang berguna
v Teman-teman ku Angkatan ’04 FKIP JPOK UNS Surakarta
Yang selalu memberi motivasi dan semangat untuk menyelesaikan kuliah
v Almamater
vii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR ISI
Halaman JUDUL ................................…………………………………………………
PENGAJUAN ...............................………………………………………….
PERSETUJUAN .........................…………………………………………..
PENGESAHAN ..............................…………………………………………
ABSTRAK .................……………………………………………………….
MOTTO .....................……………………………………………………….
PERSEMBAHAN .............................………………………………………..
DAFTAR ISI ......................................……………………………………….
KATA PENGANTAR ..................................………………………………..
DAFTAR TABEL ...................………………………………………………
DAFTAR GAMBAR ...................................………………………………..
DAFTAR GRAFIK………………………………………………………….
DAFTAR LAMPIRAN ..............................…………………………………
BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………
A. Latar Belakang Masalah …………………………………………
B. Perumusan Masalah ......………………………………………….
C. Tujuan Penelitian .....……………………………………………
D. Manfaat Penelitian .....…………………………………………..
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN…………..
A. Tinjauan Pustaka ...………………………………………………
1. Kesegaran
Jasmani……………………………………………
a. Pengertian Kesegaran
Jasmani…………………………..
b. Unsur-Unsur Kesegaran
Jasmani………………………..
c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesegaran
Jasmani
d. Manfaat Kesegaran Jasmani bagi Siswa
i
ii
iii
iv
v
vi
vii
viii
xi
xiii
xvi
xvii
xix
1
1
6
6
6
7
7
7
7
8
18
19
19
21
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
Sekolah………..
e. Hubungan Kesehatan dengan Kesegaran
Jasmani……….
f. Usaha Meningkatkan dan Memelihara
Kesegaran
Jasmani…………………………………………………..
2. Model Pembelajaran Pendidikan
Jasmani……………………
a. Hakikat Pendidikan
Jasmani…………………………….
b. Tujuan Pembelajaran Penjasorkes di Sekolah
Dasar…….
c. Hakikat Model
Pembelajaran…………………………….
d. Macam - Macam Model Pembelajaran
Pendidikan
Jasmani…………………………………………………..
3. Pembelajaran Pendidikan Jasmani dengan Model
Bermain…
a. Hakikat
Bermain………………………………………….
b. Hakikat Pembelajaran Model
Bermain…………………..
c. Pengaruh Bermain bagi Perkembangan
Anak……………
d. Bentuk-Bentuk Bermain untuk Siswa Sekolah
Dasar……
B. Penelitian yang Relevan………………………………………..
C. Kerangka Pemikiran .......………………………………………
D. Perumusan Hipotesis………………………………………….
23
24
26
27
29
29
32
34
36
40
41
42
43
43
43
43
43
44
44
44
46
46
46
48
53
59
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
BAB III METODE PENELITIAN .............………………………………
A. Tempat dan Waktu Penelitian
....……………………………..
B. Subjek
Penelitian………………………………………………
C. Sumber
Data…………………………………………………..
D. Teknik dan Alat Pengumpulan
Data………………………….
E. Analisis
Data………………………………………………….
F. Indikator
Kinerja………………………………………………
G. Prosedur
Penelitian…………………………………………….
BAB IV HASIL PENELITIAN ...................……………………………….
A. Survei Awal…………………………………………………….
B. Deskripsi Data…………………………………………………..
C. Deskripsi Model bermain……………………………………….
D. Deskripsi model bermain……………………………………….
E. Pembahasan Hasil Penelitian……………………………………
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN .........………. ………
A. Simpulan..................……………………………………………
B. Implikasi ....................…………………………………………
C. Saran .........................…………………………………………..
DAFTAR PUSTAKA .............................……………………………………
LAMPIRAN.........................…………………………………………………
69
69
70
71
74
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah melimpahkan rahmat dan hidayah Nya, sehingga dapat diselesaikan
penulisan skripsi ini.
Disadari bahwa penulisan skripsi ini banyak mengalami hambatan, tetapi
berkat bantuan dari beberapa pihak maka hambatan tersebut dapat diatasi. Oleh
karena itu dalam kesempatan ini disampaikan ucapan terima kasih kepada yang
terhormat:
1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd., Dekan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. H. Mulyono, MM., Ketua Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Waluyo, S.pd, M.Or., Ketua Program Pendidikan Jasmani Kesehatan dan
Rekreasi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta
4. Drs.Budhi Setyawan, M.Pd., sebagai pembimbing I yang telah memberikan
motivasi dan arahan dalam penyusunan skripsi.
5. Sri Sabarini Santoso, S.Pd., M.Or., sebagai pembimbing II yang telah
memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi.
6. Bapak dan Ibu Dosen FKIP JPOK Surakarta yang secara tulus memberikan
ilmu dan masukan-masukan kepada penulis.
7. Kepala SD Negeri Plumbungan 1 Kabupaten Sragen yang telah memberikan
iji untuk mengadakan penelitian di sekolah yang dipimpin.
8. Siswa kelas V SD Negeri Plumbungan 1 Kabupaten Sragen tahun pelajaran
2009/2010 yang telah bersedia menjadi sampel penelitian.
9. Semua pihak yang telah membantu terlaksananya penelitian ini.
xi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Peneliti menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu,
saran dan kritik yang membangun penulis harapkan. Akhirnya penulis berharap
semogra skripsi ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan bagi para pembaca.
Surakarta, September 2010
Penulis
xii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Norma Prosentase Lemak Tubuh…………………………….
2. Kondisi Awal Tingkat Kesegaran Jasmani Siswa Putra
Kelas V SD Negeri Plumbungan 1 Karangmalang Kabupaten
Sragen Tahun Tahun Pelajaran 2009/2010 Berdasarkan VO2
Max……………………………………………………………
2. Kondisi Awal Tingkat Kesegaran Jasmani Siswa Putra
Kelas V SD Negeri Plumbungan 1 Karangmalang Kabupaten
Sragen Tahun Tahun Pelajaran 2009/2010 Berdasarkan VO2
Max……………………………………………………………
4. Tingkat Kesegaran Jasmani Berdasarkan VO2 Max Siswa
Putra Kelas V SD Negeri Plumbungan 1 Karangmalang
Kabupaten Sragen Tahun Pelajaran 2009/2010 dari Kondisi
Awal ke model bermain……………………………………….
5. Tingkat Kesegaran Jasmani Berdasarkan VO2 Max Siswa
Putri Kelas V SD Negeri Plumbungan 1 Karangmalang
Kabupaten Sragen Tahun Pelajaran 2009/2010 dari Kondisi
Awal ke model bermain………………………………………
6. Tingkat Kesegaran Jasmani Berdasarkan VO2 Max Siswa
Putra Kelas V SD Negeri Plumbungan 1 Karangmalang
Kabupaten Sragen Tahun Pelajaran 2009/2010 dari Kondisi
Awal ke Model bermain………………………………………
7. Tingkat Kesegaran Jasmani Berdasarkan VO2 Max Siswa
Putri Kelas V SD Negeri Plumbungan 1 Karangmalang
Kabupaten Sragen Tahun Pelajaran 2009/2010 dari Kondisi
Awal ke Model bermain………………………………………
14
47
48
51
52
55
56
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
8. Tingkat Kesegaran Jasmani Berdasarkan VO2 Max Siswa
Putra Kelas V SD Negeri Plumbungan 1 Karangmalang
Kabupaten Sragen Tahun Pelajaran 2009/2010 dari Model
bermain ke model bermain………………………………….
9. Tingkat Kesegaran Jasmani Berdasarkan VO2 Max Siswa
Putri Kelas V SD Negeri Plumbungan 1 Karangmalang
Kabupaten Sragen Tahun Pelajaran 2009/2010 dari Model
bermain ke Model bermain…………………………………
10. Perbandingan Peningkatan Kemampuan VO2 Max Siswa
Putra Kelas V SD Negeri Plumbungan 1 Karangmalang
Kabupaten Sragen Tahun Pelajaran 2009/2010 dari
Kondisi Awal ke Model bermain……………………………
11. Perbandingan Peningkatan Kemampuan VO2 Max Siswa
Putra Kelas V SD Negeri Plumbungan 1 Karangmalang
Kabupaten Sragen Tahun Pelajaran 2009/2010 dari
Kondisi Awal ke Model bermain…………………………..
12. Perbandingan Peningkatan Kemampuan VO2 Max Siswa
Putra Kelas V SD Negeri Plumbungan 1 Karangmalang
Kabupaten Sragen Tahun Pelajaran 2009/2010 dari Model
bermain ke Model bermain…………………………………
13. Perbandingan Peningkatan Kemampuan VO2 Max Siswa
Putri Kelas V SD Negeri Plumbungan 1 Karangmalang
Kabupaten Sragen Tahun Pelajaran 2009/2010 dari
Kondisi Awal ke Model bermain…………………………
14. Perbandingan Peningkatan Kemampuan VO2 Max Siswa
Putri Kelas V SD Negeri Plumbungan 1 Karangmalang
Kabupaten Sragen Tahun Pelajaran 2009/2010 dari Kondisi
Awal ke Model bermain………………………………………
57
58
59
60
61
62
63
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15. Perbandingan Peningkatan Kemampuan VO2 Max Siswa
Putri Kelas V SD Negeri Plumbungan 1 Karangmalang
Kabupaten Sragen Tahun Pelajaran 2009/2010 dari Model
bermain ke Model bermain…………………………………
16. Peningkatan Kesegaran Jasmani Siswa Kelas V SD Negeri
Plumbungan 1 Karangmalang Kabupaten Sragen Tahun
Pelajaran 2009/2010 secara Keseluruhan…………………….
64
65
xv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Unsur - Unsur Kesegaran Jasmani yang Berhubungan
dengan Kesehatan dan keterampilan Olahraga……………
2. Aktivitas Fisik yang Ada dalam Rangkaian Unsur
Kesegaran J asmani yang Berhubungan dengan Kesehatan
dan Keterampilan Olahraga……………………………….
3. Relation Between Health Disease and Physical Fitnes…….
4. The Health Continum Show T hat Between Optimal and
Death Lies Disease, Wich is Preceded By A Prolonged of
Negative…………………………………………………….
5. Jalan Berbelok-Belok………………………………………
6. Berlari Diiringi Musik……………………………………..
7. Lompat Melewati Rintangan……………………………….
8. Jingkat Keseimbangan…………………………………….
9. Lempar Bola Warna………………………………………...
. 10.Menolak Ke Sasaran……………………………………….
11. Konsep Kerangka Pemikiran………………………………
12. Siklus Penelitian Quasi……………….…………………..
13.Permainan jalan Berbelok-Belok………………………….
14. Permainan Berlari Diiringi Musik…………………………..
15. Permainan Lompat Melewati Rintangan……………………
16. Permainan Jingkat Keseimbangan………………………….
17. Permainan Lempar Bola Warna…………………………….
18.Permainan Menolak Ke Sasaran…………………………….
9
9
20
21
37
37
38
38
39
39
41
45
49
49
50
53
53
54
xvi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvii
DAFTAR GRAFIK
Grafik Halaman 1. Perbandingan dan Peningkatan Kemampuan VO2 Max Siswa
Putra Kelas V SD Negeri Plumbungan 1 Karangmalang
Kabupaten Sragen Tahun Pelajaran 2009/2010 dari Kondisi
Awal ke model bermain…………………………………………
2. Perbandingan dan Peningkatan Kemampuan VO2 Max Siswa
Putra Kelas V SD Negeri Plumbungan 1 Karangmalang
Kabupaten Sragen Tahun Pelajaran 2009/2010 dari Kondisi
Awal ke model bermain…………………………………………
3. Perbandingan dan Peningkatan Kemampuan VO2 Max Siswa
Putra Kelas V SD Negeri Plumbungan 1 Karangmalang
Kabupaten Sragen Tahun Pelajaran 2009/2010 dari Model
bermain ke model bermain……………………………………
4. Perbandingan dan Peningkatan Kemampuan VO2 Max Siswa
Putri Kelas V SD Negeri Plumbungan 1 Karangmalang
Kabupaten Sragen Tahun Pelajaran 2009/2010 dari Kondisi
Awal ke model bermain…………………………………………
5. Perbandingan dan Peningkatan Kemampuan VO2 Max Siswa
Putri Kelas V SD Negeri Plumbungan 1 Karangmalang
Kabupaten Sragen Tahun Pelajaran 2009/2010 dari Kondisi
Awal ke model bermain…………………………………………
6. Perbandingan dan Peningkatan Kemampuan VO2 Max Siswa
Putri Kelas V SD Negeri Plumbungan 1 Karangmalang
Kabupaten Sragen Tahun Pelajaran 2009/2010 dari Model
bermain ke model bermain…………………………………….
7. Peningkatan Kesegaran Jasmani Siswa Kelas V SD Negeri
Plumbungan 1 Karangmalang Kabupaten Sragen Tahun
Pelajaran 2009/2010 secara Keseluruhan……………………….
59
60
61
62
63
64
66
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xviii
8. Rerata Peningkatan Kesegaran Jasmani Siswa Kelas V SD
Negeri Plumbungan 1 Karangmalang Kabupaten Sragen Tahun
Pelajaran 2009/2010 secara Keseluruhan……………………….
66
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Data Hasil Tes Kesegaran Jasmani Siswa Kelas V SD
Negeri Plumbungan 1 Karangmalang Kabupaten Sragen
Tahun Pelajaran 2009/2010………………………………
2. Rekapitulasi Hasil Tes Kesegaran Jasmani pada Siswa
Kelas V SD Negeri Plumbungan 1 Karangmalang
Kabupaten Sragen Tahun Pelajaran 2009/2010………….
3. Rekapitulasi Hasil Pretest dan Posttest 1 Kesegaran
Jasmani pada Siswa Kelas V SD Negeri Plumbungan 1
Karangmalang Tahun Pelajaran 2009/2010……………..
4. Rekapitulasi Hasil Posttest I dan Posttest II Kesegaran
Jasmani pada Siswa Kelas V SD Negeri Plumbungan 1
Karangmalang Tahun Pelajaran 2009/2010……………..
5. Rekapitulasi Hasil Pretest dan Posttest II Kesegaran
Jasmani pada Siswa Kelas V SD Negeri Plumbungan 1
Karangmalang Tahun Pelajaran 2009/2010……………..
6. Menghitung Nilai Peningkatan Kesegaran Jasmani
dalam Persen……………………………………………..
7. Gambar Peningkatan Kesegaran Jasmani pada Siswa
Kelas V SD Negeri Plumbungan 1 Karangmalang
Kabupaten Sragen Tahun Pelajaran 2009/2010…………
8. Petunjuk Pelaksanaan Tes Kesegaran Jasmani…………..
9. Tabel Prediksi Ambilan K onsumsi Oksigen Makismal
dengan Tes Lari Multitahap……………………………..
10. Formulir Catatan Lari Multitahap………………………..
11. Program Pembelajaran Penjas dengan Model Bermain….
12. Dokumentasi Pelaksanaan Penelitian Quasi Model
bermain………………………………………………….
75
76
77
78
79
80
81
82
84
86
87
91
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xx
13. Dokumentasi Pelaksanaan Penelitian
Quasi...................................................................................
14. Surat Ijin Penelitian dari Universitas Sebelas Maret
Surakarta…………………………………………………
15. Surat Keterangan Penelitian dari SD Negeri
Plumbungan 1 Karangmalang Kabupaten Sragen………..
93
95
101
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan yang harus dipenuhi oleh
setiap orang. Salah satu cara untuk menjaga dan memelihara kesehatan adalah
dengan berolahraga secara baik dan teratur. Menurut hasil penelitian Sarwono
dkk. (1994: 1) bahwa:
Pada umumnya olahraga dapat dipandang dari empat dimensi yaitu:
1) Olahraga rekreatif yang menekankan tercapainya kesehatan jasmani dan rokhani dengan tema khas seperti pencapaian kesegaran jasmani dan pelepasan ketegangan hidup sehari-hari.
2) Olahraga pendidikan yang menekankan pada aspek pendidikan, dimana olahraga merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan.
3) Olahraga kompetetif menekankan kegiatan perlombaan dan pencapaian prestasi.
4) Olahraga profesional yang menekankan tercapainya keuntungan material.
Olahraga pada umumnya dapat dipandang dari empat dimensi yaitu, (1)
olahraga rekreatif yang menekankan tercapainya kesehatan jasmani dan rokhani
dengan tema khas seperti pencapaian kesegaran jasmani dan pelepasan
ketegangan hidup sehari-hari, (2) olahraga pendidikan yang menekankan pada
aspek pendidikan, dimana olahraga merupakan alat untuk mencapai tujuan
pendidikan, (3) olahraga kompetetif menekankan kegiatan perlombaan dan
pencapaian prestasi, dan (4) olahraga profesional yang menekankan tercapainya
keuntungan material.
Olahraga dipandang dari sudut pendidikan atau pendidikan jasmani
merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan. Pendidikan
jasmani memiliki peran penting untuk pembentukan sumber daya manusia yang
berkualitas. Dengan pendidikan jasmani diharapkan akan dapat bermanfaat antara
lain, merangsang pertumbuhan dan perkembangan jasmani, merangsang
perkembangan sikap, mental, sosial dan emosi. Hal ini sesuai pendapat Aip
Syarifuddin dan Muhadi (1992: 4) bahwa:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
Pendidikan jasmani adalah proses melakukan aktivitas jasmani yang dirancang dan disusun secara sistematik untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan, meningkatkan kemampuan dan keterampilan jasmani, kecerdasan dan pembentukan watak serta nilai dan sikap yang positif bagi setiap warga negara dalam rangka mencapai tujuan pendidikan.
Pendidikan jasmani memiliki manfaat cukup banyak untuk perkembangan
dan pertumbuhan siswa di antaranya meningkatkan kesegaran jasmani siswa.
Kesegaran jasmani sangat berpengaruh terhadap kemampuan dan kesanggupan
siswa dalam melaksanakan tugas-tugasnya sebagai anak didik dalam
meningkatkan pengetahuan. Misalnya, anak dalam keadaan tidak segar jasmani
dan rokhaninya akan kurang berkonsentrasi dalam menerima ilmu pengetahuan
yang disampaikan oleh seorang guru. Namun sebaliknya, anak yang mempunyai
kesegaran jasmani baik akan sanggup dan mampu menerima ilmu pengetahuan
yang disampaikan oleh seorang guru, bahkan masih sanggup melaksanakan tugas-
tugas selanjutnya. Berdasarkan jenisnya kesegaran jasmani, Nieman Dc (1993)
yang dikutip Ismaryati (2006: 37) mengelompokkan menjadi dua yaitu,
“Kebugaran jasmani yang berhubungan dengan kesehatan dan yang berhubungan
dengan keterampilan olahraga”.
Kesegaran jasmani merupakan faktor yang sangat penting bagi siswa
sekolah yaitu, menuju pembentukan manusia yang berkualitas dan menunjang
keberhasilan tujuan pendidikan. Pentingnya peranan kesegaran jasmani, maka
kesegaran jasmani siswa perlu ditingkatkan ke dalam tingkatan fitness yang
tinggi. Cara yang paling efektif untuk meningkatkan kesegaran jasmani siswa
adalah dengan cara berolahraga secara teratur, yang dilakukan melalui pendidikan
jasmani.
Pendidikan jasmani merupakan pendidikan melalui aktivitas jasmani
sebagai media dalam pendidikan. Dalam hal ini Rusli Lutan (1998: 1.4)
menyatakan, “Pendidikan jasmani adalah proses pendidikan aktivitas jasmani,
permainan atau olahraga. Jadi yang digunakan sebagai medium atau perantara di
sini adalah serangkaian aktivitas jasmani, permainan atau mungkin cabang
olahraga”. Berdasarkan hal tersebut materi pendidikan jasmani terdiri dari
permainan maupun olahraga. Namun demikian materi pendidikan jasmani
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
disesuaikan dengan tingkat atau jenjang pendidikan. Sebagai contoh materi
pendidikan jasmani Sekolah Dasar (SD) tentu berbeda dengan materi pendidikan
jasmani Sekolah Menengah Pertama (SMP). Menurut Depdiknas. (2007: 3-4)
dalam KTSP mata pelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan sekolah
dasar bahwa, “Ruang lingkup mata pelajaran pendidikan jasmani olahraga dan
kesehatan sekolah dasar meliputi aspek-aspek: permainan dan olahraga, aktivitas
pengembangan, aktivitas senam, aktivitas ritmik, aktivitas air, pendidikan luar
kelas dan kesehatan”. Sedangkan materi pendidikan jasmani SMP menurut
Depdiknas (2004: 4) meliputi: “Pengalaman mempraktikkan teknik/keterampilan
dasar permainan dan olahraga, aktivitas pengembangan diri, uji diri/senam,
aktivitas ritmik, akuatik (aktivitas air dan pendidikan luar sekolah (outdoor
education)”.
Permainan atau bermain merupakan salah satu bentuk pembelajaran dalam
pendidikan jasmani. Melalui bermain diharapkan memberi manfaat terhadap
perkembangan maupun pertumbuhan siswa baik jasmani, sosial, mental dan moral
ke arah yang optimal. Hal ini sesuai pendapat Cowell dan Hozelth (1995: 146)
yang dikutip Sukintaka (1992: 6) bahwa:
Untuk membawa anak kepada cita-cita pendidikan, maka perlu adanya usaha peningkatan keadaan jasmani, sosial, mental dan moral yang optimal. Agar memperoleh peningkatan tersebut, anak dapat dibantu dengan permainan, karena anak dapat menampilkan dan memperbaiki keterampilan jasmani, rasa sosial, percaya diri, peningkatan moral dan spiritual lewat fairplay dan sportmanship atau bermain dengan jujur, sopan dan berjiwa olahragawan sejati.
Bermain merupakan salah satu aktivitas atau kegiatan yang tidak dapat
dipisahkan pada masa anak-anak atau masa sekolah dasar. Seperti dikemukakan
Agus Mahendra (2004: 4) bahwa, “Bermain adalah dunia anak. Sambil bermain
mereka belajar. Dalam hal belajar, anak-anak adalah ahlinya. Segala macam
dipelajarinya dari menggerakkan anggota tubuhnya hingga mengenali berbagai
benda di lingkungan sekitarnya”.
Upaya meningkatkan kesegaran jasmani siswa, maka dalam
membelajarkan pendidikan jasmani harus disesuaikan dengan karakteristik anak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
Karena bermain merupakan dunia anak-anak, maka kesegaran jasmani siswa
dapat ditingkatkan dengan penerapan pembelajaran dengan model bermain.
Pembelajaran dengan model bermain merupakan bentuk pembelajaran
pendidikan jasmani yang dikemas dalam bentuk permainan (game). Pembelajaran
model bermain merupakan proses pembelajaran yang berorientasi pada siswa.
Karena pada masa usia sekolah memiliki hasrat gerak yang cukup tinggi, sehingga
gejolak yang ada dalam dirinya dapat terpenuhi. Dalam pembelajaran model
bermain siswa diberi kebebasan untuk mengekspresikan kemampuannya terhadap
tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Melalui bermain siswa aktif bergerak,
sehingga akan berdampak pada tingkat kesegaran jasmaninya. Melalui bermain
dikembangkan juga unsur kompetetif, sehingga siswa saling berlomba
menunjukkan kemampuannya. Disisi lain pembelajaran dengan model bermain
pengorganisasian pembelajaran kurang terkendali, sehingga dibutuhkan
pengawasan yang ketat dari guru agar pelaksanaan permainan dapat berjalan
dengan baik.
Pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah-sekolah pada umumnya
masih bersifat konvensional atau tradisional. Untuk menguasai teknik cabang
olahraga tersebut siswa harus berbaris berbanjar cukup lama untuk mendengarkan
penjelasan dari guru dan selanjutnya melakukan praktik secara bergiliran. Dalam
kegiatan tersebut siswa kurang aktif bergerak, sehingga siswa merasa jenuh dan
bosan. Jika hal ini dilakukan secara berulang-ulang dalam waktu yang lama, maka
dapat menurunkan tingkat kesegaran jasmani siswa.
Kesegaran jasmani merupakan bagian penting dalam pembelajaran
pendidikan jasmani, sehingga harus diperhatikan dalam pelaksanaan pembelajaran
pendidikan jasmani. Upaya meningkatkan kesegaran jasmani, maka kreativitas
dan inisiatif guru sangat dituntut dalam pembelajaran pendidikan jasmani.
Banyaknya model atau metode pembelajaran pendidikan jasmani seperti model
bermain merupakan bentuk pembelajaran yang dapat digunakan untuk
membelajarkan teknik suatu cabang olahraga dan dapat juga untuk meningkatkan
kesegaran jasmani siswa dengan berbagai macam bentuk permainan yang dapat
mendatangkan kesenangan pada diri siswa. Dengan bermain siswa akan aktif
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
bergerak dan secara tidak langsung akan meningkatkan kesegaran jasmaninya.
Agar pembelajaran bermain dapat meningkatkan kesegaran jasmani siswa, maka
model pembelajaran bermain harus sifatnya menggembirakan dan siswa aktif
bergerak.
Bagaimana pengaruh pembelajaran dengan model bermain terhadap
peningkatan kesegaran jasmani siswa, maka perlu dilakukan Penelitian
Quasi.suatu Eksperiman yang memiliki perlakuan (treatments),pengukuran-
pengukuran dampak (outcome measures), dan unit-unit eksperiment (experimental
units) namun tidak menggunakan penempatan secara acak.
Quasi sangat penting untuk dilakukan seorang guru Penjasorkes, jika
tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan tidak dapat tercapai atau siswa
mengalami kesulitan dalam melaksanakan tugas ajar dari guru. Tidak tercapainya
tujuan pendidikan jasmani akan mengakibatkan kesegaran jasmani siswa menjadi
buruk. Tingkat kesegaran jasmani yang buruk akan berdampak pada rendahnya
hasil belajar.
Penelitian Quasi ini diberikan pada siswa kelas V Sekolah
Dasar Negeri Plumbungan 1 Karangmalang Kabupaten Sragen tahun
pelajaran 2009/2010. Siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri Plumbungan
1 Karangmalang Kabupaten Sragen tahun pelajaran 2009/2010 menarik
untuk diteliti, karena sejauh ini belum diketahui tingkat
kesegaran jasmaninya. Ditinjau dari pelaksanaan pendidikan jasmani
berjalan dengan baik, namun belum pernah dilakukan tes dan
pengukuran jasmani. Selama ini pembelajaran dilaksanakan
berdasarkan kurikulum pendidikan jasmani. Jarang sekali diberi
model-model permainan yang bertujuan untuk meningkatkan kesegaran
jasmani, padahal kesegaran jasmani sangat penting untuk mendukung
pencapai tujuan pendidikan secara keseluruhan. Untuk meningkatkan
kesegaran jasmani dapat diterapkan macam-macam model permainan.
Untuk mengetahui pengaruh pembelajaran dengan model bermain
terhadap peningkatan kesegaran jasmani, maka perlu dilakukan
penelitian dengan judul, “Aplikasi Pembelajaran Model Bermain
Untuk Meningkatkan Kesegaran Jasmani pada Siswa Kelas V Sekolah
Dasar Negeri Plumbungan 1 Karangmalang Kabupaten Sragen Tahun
Pelajaran 2009/2010”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan di atas, masalah
dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
Apakah aplikasi pembelajaran model bermain memberikan peningkatan
kesegaran jasmani pada siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri Plumbungan
1 Karangmalang Kabupaten Sragen tahun pelajaran 2009/2010?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan di atas, penelitian ini
mempunyai tujuan untuk mengetahui:
Peningkatan kesegaran jasmani siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri
Plumbungan 1 Karangmalang Kabupaten Sragen tahun pelajaran
2009/2010 dengan aplikasi pembelajaran model bermain.
D. Manfaat Penelitian
Masalah dalam penelitian ini penting untuk diteliti dengan harapan dapat
memberi manfaat antara lain:
1. Dapat meningkatkan kesegaran kesegaran jasmani bagi siswa yang dijadikan
obyek penelitian.
2. Dapat dijadikan sebagai masukan dan pedoman bagi guru penjaskes di SD
Negeri Plumbungan 1 Karangmalang Kabupaten Sragen pentingnya
pembelajaran model bermain untuk meningkatkan kesegaran jasmani
siswanya.
3. Bagi peneliti dapat menambah pengetahuan tentang karya ilmiah untuk
dikembangkan lebih lanjut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN
A. Kajian Pustaka
1. Kesegaran Jasmani
a. Pengertian Kesegaran Jasmani
Kesegaran jasmani pada hakikatnya merupakan hal yang rumit dan
kompleks, sehingga untuk memberikan batasan kesegaran jasmani dengan tepat
tidaklah mudah. Banyak ahli mendefinisikan kesegaran jasmani sesuai dengan
tinjauan masing-masing. Namun demikian beberapa pengertian kesegaran jasmani
dari para ahli perlu dikemukakan. Berkaitan dengan kesegaran jasmani Sudarno
SP. (1992: 9) menyatakan, “Kesegaran jasmani adalah kapasitas fungsional total
seseorang untuk melakukan kerja tertentu dengan hasil baik/memuaskan tanpa
kelelahan yang berarti”. Iskandar Z. Sapoetra dkk., (1999: 3) menyatakan,
“Kesegaran jasmani adalah kemampuan tubuh seseorang untuk melakukan tugas
dan pekerjaan sehari-hari dengan giat dan waspada tanpa mengalami kelelahan
yang berarti, serta masih memiliki cadangan energi untuk mengisi waktu luang
dan menghadapi hal-hal yang darurat yang tidak diduga sebelumnya
(emergency)”. Sementara Marta Dinata (2003: 16) ahli senam aerobik
menyatakan, “Kesegaran jasmani adalah kemampuan seseorang untuk
melaksanakan tugas sehari-hari tanpa mengalami kelelahan yang berarti dan
masih memiliki cadangan tenaga untuk melaksanakan kegiatan itu”. Hal senada
dikemukakan Djoko Pekik Irianto (2004: 2) bahwa, “Kebugaran fisik (physical
fitness) yakni kemampuan seseorang melakukan kerja sehari-hari secara efisien
tanpa timbul kelelahan yang berlebihan sehingga masih dapat menikmati waktu
luangnya”.
Berdasarkan pengertian kesegaran jasmani yang dikemukakan oleh
keempat ahli tersebut dapat disimpulkan, kesegaran jasmani adalah kemampuan
tubuh untuk melakukan tugas sehari-hari secara efisien tanpa menimbulkan
kelelahan yang berarti, dalam arti masih mempunyai cadangan tenaga yang cukup
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
untuk kegiatan selanjutnya. Tingkat kesegaran jasmani seseorang dapat dilihat
dari kemampuannya melakukan aktivitas fisik tanpa mengalami kelelahan yang
berarti.
b. Unsur-Unsur Kesegaran Jasmani
Baik tidaknya kesegaran jasmani yang dimiliki seseorang tergantung dari
baik dan tidaknya dari unsur-unsur yang ada di dalamnya. Pada dasarnya unsur-
unsur kesegaran jasmani merupakan satu kesatuan yang utuh dan tidak dapat
dipisah-pisahkan. Unsur kesegaran jasmani dapat ditinjau dari dua aspek yaitu
aspek kesehatan fisik (health related fitness) dan dari aspek keterampilan (skill
related fitness). Iskandar Z. Sapoetra dkk. (1999: 4) menyatakan, “(1) Kesegaran
jasmani yang berhubungan dengan kesehatan meliputi : (a) daya tahan jantung
paru (kardiorespirasi), (d) kekuatan otot, (c) daya tahan, (d) felksibilitas, dan (e)
komposisi tubuh. (2) Kesegaran jasmani yang berhubungan dengan ketrampilan
meliptui : (a) kecepatan, (b) power, (c) keseimbangan, (d) kelincahan, (e)
koordinasi dan (f) kecepatan reaksi”. Menurut Mulyono B. (2009: 54-56)
menyatakan komponen kesegaran jasmani dikelompokkan menjadi dua yaitu:
1) Komponen khusus kesegaran jasmani yang berkaitan dengan kesehatan meliputi: kesegaran kardiovaskuler, kekuatan, dan daya tahan otot, kelenturan punggung bagian bawah dan komposisi tubuh.
2) Komponen khusus kesegaran jasmani yang berkaitan dengan keterampilan meliputi: kelincahan, keseimbangan, koordinasi, power, waktu reaksi dan kecepatan.
Hal senada dikemukakan Ismaryati (2006: 38) menggambarkan skematis unsur-
unsur kebugaran jasmani serta aktivitas fisik yang ada dalam rangkaian unsur
kebugaran jasmani sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
Gambar 1. Unsur-Unsur Kesegaran Jasmani yang Berhubungan dengan Kesehatan dan Keterampilan Olahraga (Nieman DC 1993/Ismaryati, 2006: 38 )
THE SPORT CONTINUM
SKILL-RELATED FITNES BOTH HEALTH-RELATED FITNES § Archery § Bowling § Fencing § Table tennis § Volleyball § Badminton § Baseball § Downhill sking § Football § Tennis
§ Basketball § Handball § Roller skating § Racquetball § Ice skatinhg § Soccer § squash
§ Aerobic dancing § Calesthenics § Cross country sking § Rope jumping § Rowing § Snowshoeing § Backpacking § Bicycling § Running § Stair climbing § Swimming § Walking § Weight lifting
Gambar 2. Aktivitas Fisik yang Ada dalam Rangkaian Unsur Kesegaran Jasmani
yang Berhubungan dengan Kesehatan dan Keterampilan Olahraga (Nieman DC 1993/Ismaryati, 2006: 38 )
Berdasarkan pendapat tersebut diketahui, unsur kesegaran jasmani
dikelompokkan menjadi dua yaitu: kesegaran jasmani yang berhubungan dengan
kesehatan dan kesegaran jasmani yang berhubugan dengan keterampilan.
Kesegaran jasmani seseorang sangat ditentukan oleh berfungsinya kerja
komponen-komponen yang ada. Unsur-unsur kesegaran jasmani tidak dapat
dipisahkan baik dalam peningkatan maupun pemeliharaannya. Untuk lebih
UNSUR-UNSUR KESEGARAN JASMANI
Berkaitan dengan Keterampilan Olahraga:
§ Kelincahan § Keseimbangan § Koordinasi § Kecepatan § Power § Waktu reaksi
Berkaitan dengan Kesehatan: § Daya tahan aerobik § Komposisi tubuh § Kelentukan § Kekuatan otot § Daya tahan otot
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
jelasnya unsur-unsur kesegaran jasmani dapat diuraikan secara singkat sebagai
berikut:
1) Kesegaran Jasmani yang Berhubungan dengan Kesehatan
Kesehatan merupakan unsur dasar bagi kehidupan manusia. Dalam
menjalankan aktivitas fisik sehari-hari kesehatan merupakan syarat mutlak yang
harus dimiliki oleh seseorang. Derajat kesegaran jasmani yang baik dapat dicapai,
jika tubuh seseorang terbebas dari gangguan kesehatan. Tubuh dikatakan sehat
apabila proses fisiologis dan organ jasmani berfungsi secara normal tanpa ada
gangguan. Y.S. Santoso Giriwijoyo dalam Seri Bahan Kuliah Olahraga FPOK
IKIP Bandung (1992: 49) menyatakan, “Jasmani dikatakan sehat bila seluruh
proses fisiologis atau seluruh fungsi organ pada jasmani dalam keadaan normal”.
Kesegaran jasmani yang berkaitan dengan kesehatan pada dasarnya meliputi
aspek-aspek fungsi fisiologis. Berfungsinya aspek fisiologis secara baik dan
normal akan menunjukkan derajat kesehatan yang optimal. Kesegaran jasmani
yang berhubungan dengan kesehatan dapat ditingkatkan dan atau dipertahankan
melalui latihan aktivitas jasmani yang teratur dan didasarkan prinsip-prinsip
latihan yang benar. Wahjoedi (2000: 59) menyatakan, “Komponen kesegaran
jasmani yang berhubungan dengan kesehatan meliputi: daya tahan jantung paru,
daya tahan otot, kekuatan otot, kelentukan dan komposisi tubuh”.
1) Daya Tahan Jantung Paru (Kardiorespirasi)
Daya tahan paru jantung (kardiorespirasi) merupakan unsur pokok dari
kondisi fisik seseorang. Daya tahan kardiorespirasi dapat pula disebut daya tahan
kardiovaskuler, tenaga aerobik maksimal, aerobik power atau kapasitas aerobik.
M. Sajoto (1995: 8) menyatakan, “Daya tahan kardiovaskuler atau daya tahan
jantung paru-paru adalah kemampuan seseorang dalam mempergunakan sistem
jantung, paru-paru, dan peredaran darah secara efektif dan efisien untuk
menjalankan kerja secara terus menerus yang melibatkan kontraksi sejumlah otot
dengan intensitas tinggi dalam waktu yang cukup lama”. Menurut Wahjoedi
(2000: 59) bahwa, “Daya tahan jantung paru adalah kapasitas sistem jantung, paru
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
dan pembuluh darah untuk berfungsi secara optimal saat melakukan aktivitas
sehari-hari dalam waktu yang cukup lama tanap mengalami kelelahan yang
berarti”. Sedangkan Mulyono B. (2001: 55) berpendapat, “Kesegaran
kardiovaskuler adalah kemampuan untuk melatih seluruh tubuh dalam waktu agak
panjang tanpa merasa lelah”.
Daya tahan paru jantung ini menyangkut efisiensi kemampuan kerja sistem
jantung, pernapasan dan peredaran darah dalam mensuplai energi ke dalam otot
untuk melakukan kerja secara kontinyu. Dengan kata lain, daya tahan paru jantung
adalah kemampuan seseorang dalam mempergunakan sistem jantung, paru-paru,
dan peredaran darah secara efektif dan efisien untuk menjalankan kerja secara
terus-menerus yang melibatkan kontraksi sejumlah otot dengan intensitas relatif
tinggi dalam waktu yang cukup lama.
Dalam menjalankan aktivitas sehari-hari jika beban pekerjaannya relatif
rendah, pada umumnya seseorang akan mampu mengatasinya tanpa kekurangan
energi. Tetapi, apabila beban pekerjaannya lebih berat dan menuntut adanya usaha
terus menerus dalam waktu yang relatif lama, belum tentu seseorang dapat
mengatasinya. Dalam melakukan aktivitas sehari-hari mutlak diperlukan suplai
energi dan oksigen ke otot-otot yang aktif. Tanpa adanya suplai energi dan
oksigen yang cukup maka orang tidak akan dapat melakukan aktivitas dengan
baik. Dalam hal inilah daya tahan paru jantung berperanan penting untuk
mendukung aktivitas yang dilakukan. Sadoso Sumosardjuno (1994: 19)
menyatakan, “Dalam menjalankan aktivitas, peredaran darah kita harus dapat
mensuplai oksigen yang cukup kepada otot-otot agar dapat menjalankan
fungsinya. Semakin baik ketahanan jantung dan peredaran darah kita, otot-otot
semakin dapat bertahan lebih lama menjalankan fungsinya”.
Dalam menjalankan aktivitas yang relatif berat dalam waktu yang relatif
lama, menuntut adanya kemampuan menyalurkan oksigen ke dalam otot yang
aktif. Dalam hal ini mutlak diperlukan daya tahan paru jantung yang tinggi. Daya
tahan paru jantung merupakan unsur penting dalam aktivitas fisik manusia
terutama dalam menyelesaikan tugasnya sehari-hari. Daya tahan paru jantung
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
yang tinggi memungkinkan seseorang melakukan aktivitas fisiknya dengan
penampilan yang baik, sehingga akan meningkatkan prestasi menjadi lebih baik.
2) Daya Tahan Otot
Daya tahan merupakan kapasitas melakukan kerja secara terus-menerus
dalam waktu yang relatif lama. Daya tahan otot merupakan kemampuan seseorang
mempergunakan otot-nya untuk berkontraksi secara berulang-ulang dan terus
menerus dengan beban tertentu dalam waktu yang relatif lama.
Daya tahan otot sangat erat hubungannya dengan kekuatan otot. Iskandar Z.
Adisapoetra, dkk. (1999: 6) menyatakan, “Pada dasarnya daya tahan otot
merupakan rentangan antara daya tahan dan kekuatan otot”. Dengan demikian
daya tahan otot merupakan gabungan atau perpaduan antara kekuatan otot dan
daya tahan secara umum. Daya tahan otot sangat diperlukan untuk melakukan
aktivitas sehari-hari. Oleh karena itu, daya tahan otot perlu dimiliki dan
ditingkatkan. Untuk memiliki daya tahan otot yang baik harus melakukan latihan
berbeban dengan beban ringan, tetapi dilakukan dengan pengulangan yang
banyak.
3) Kekuatan Otot
Kekuatan merupakan salah satu unsur kondisi fisik yang dibutuhkan setiap
aktivitas fisik. Kekuatan otot merupakan unsur kondisi fisik yang sangat penting
dalam meningkatkan kondisi fisik secara keseluruhan. Berkaitan dengan kekuatan,
Sudjarwo (1993: 25) menyatakan, “Kekuatan adalah kemampuan otot-otot atau
kelompok otot untuk mengatasi suatu beban atau tahanan dalam menjalankan
aktivitas". Menurut Andi Suhendro (1999: 4.3) bahwa, “Kekuatan adalah
kemampuan otot atau sekelompok otot untuk mengerahkan tenaga maksimal
dalam menahan beban tertentu dalam suatu aktivitas dengan waktu terbatas”.
Kekuatan otot berperanan penting untuk penampilan fisik seseorang. Pada
saat menjalani aktivitas sehari-hari seseorang selalu menghadapi beban tertentu.
Untuk dapat mengatasi beban yang dihadapi, mutlak diperlukan kekuatan otot
yang memadai. Kekuatan otot juga mempengaruhi berfungsinya komponen-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
komponen fisik yang lain seperti daya tahan, daya ledak, kecepatan dan
kelincahan. Untuk menunjang aktivitas fisik sehari-hari, kekuatan otot yang
dimiliki harus dikembangkan. Pengembangan kekuatan otot terutama pada usia
anak-anak dan remaja sebaiknya bersifat menyeluruh yang melibatkan semua
otot-otot tubuh.
4) Kelentukan
Kelentukan merupakan keleluasan gerak pada persendian tubuh saat
melakukan aktivitas atau berolahraga. Kelentukan atau fleksibilitas merupakan
persyaratan yang diperlukan secara otomatis bagi berlangsungnya gerak dalam
kehidupan sehari-hari. Russel R. Pate dkk., (1993: 301) menyatakan, “Kelenturan
adalah batas rentang gerak maksimal yang mungkin pada sendi atau rangakian
sendi”. Menurut Andi Suhendro (1999: 4.41) bahwa, “Kelentukan (fleksibilitas)
adalah kemampuan suatu persendian beserta otot-otot di sekitarnya melakukan
gerakan secara maksimal tanpa menimbulkan gangguan pada bagian-bagian
tersebut”.
Dalam melakukan aktivitas atau berolahraga, kelentukan biasanya mengacu
pada ruang gerak sendi atau sendi-sendi tubuh. Lentuk tidaknya seseorang
ditentukan oleh luas sempitnya ruang gerak sendi-sendinya. Dengan demikian,
kelentukan merupakan kemampuan untuk melakukan gerakan dalam ruang gerak
sendi. Kecuali ruang gerak sendi, kelentukan juga ditentukan oleh elastis tidaknya
otot-otot, tendo dan ligamen. Dengan demikian orang yang fleksibel adalah orang
yang memiliki ruang gerak yang luas dalam sendi-sendinya dan mempunyai otot
yang elastis.
5) Komposisi Tubuh
Komposisi tubuh (body composition) berkaitan dengan jumlah lemak tubuh
pada diri seseorang. Berkaitan dengan komposisi tubuh Iskandar Z. Adisapoetra,
dkk. (1999: 6) menyatakan, "Komposisi tubuh adalah susunan tubuh yang
digambarkan sebagai dua komponen yaitu lemak tubuh dan massa tanpa lemak".
Menurut Djoko Pekik Irianto (2004: 4) bahwa, “Komposisi tubuh adalah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
perbandingan berat tubuh berupa lemak dengan berat tubuh tanpa lemak yang
dinyatakan dalam persentase lemak tubuh”.
Berdasarkan perbandingan antara berat tubuh dengan lemak dan berat tubuh
dengan tanpa lemak. Berat badan tanpa lemak terdiri dari masa otot, tulang dan
organ-organ tubuh. Wahjoedi (2000: 60) menyatakan, “Besarnya masa otot yaitu
40-50%, tulang 16-18% dan organ-organ tubuh 29-39%”. Sedangkan berat lemak
dinyatakan dalam persentasenya terhadap berat badan total. Depdikbud. (1994:
15) menjelaskan, “Prosentase lemak tubuh tergantung pada jenis kelamin, usia,
keturunan dan aktivitas seseorang”. Berikut ini disajikan tabel prosentase lemak
berdasarkan usia dan jenis kelamin sebagai berikut:
Tabel 1. Norma Prosentase Lemak Tubuh
Pria Wanita
Usia Prosentase Lemak Tubuh Prosentase Lemak Tubuh
s.d – 30 tahun 9 – 15% 14 – 21%
30 – 50 tahun 11 – 17% 15 – 23%
50 – 70 tahun 12 – 19% 16 – 26%
(Sumber: Depdikbud: 1994: 15)
2) Kesegaran Jasmani yang Berhubungan dengan Keterampilan
Kesusksesan atau berprestasi yang tinggi dalam olahraga diperlukan lebih
dari sekedar suatu tingkat optimal kesegaran jasmani yang berkaitan dengan
kesehatan, tetapi perlu dukungan dari kesegaran jasmani yang berhubungan
dengan keterampilan. Kesegaran jasmani yang berhubungan keterampilan ini
sangat bergantung keadaan dan berfungsinya kondisi fisik. Kesegaran ini
merupakan gabungan dari berbagai faktor kondisi fisik seperti, kecepatan, daya
ledak (power), keseimbangan, kelincahan, koordinasi dan kecepatan reaksi.
Unsur-unsur kesegaran jasmnai yang berhubungan dengan keterampilan diuraikan
sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
1) Kecepatan
Kecepatan merupakan kualitas kondisional yang memungkinkan seseorang
olahragawan untuk bereaksi secara cepat bila diransang dan untuk menampilkan
atau melakukan gerakan secepat mungkin. Berkaitan dengan kecepatan Andi
Suhendro (1999: 4.20) menyatakan, “Kecepatan adalah kemampuan seseorang
untuk melakukan gerakan dalam waktu yang sesingkat-singkatnya”. Jadi,
kecepatan adalah kemampuan seseorang untuk mengerjakan gerakan
berkesinambungan dalam bentuk yang sama dalam waktu yang sesingkat-
singkatnya.
Kecepatan dapat pula didefinisikan sebagai laju gerak yang berlaku untuk
tubuh baik secara keseluruhan maupun bagian tubuh. Seseorang yang memiliki
kecepatan maka tingkat mobilitas dalam kerjanya akan lebih baik. Bagi anak usia
sekolah kecepatan yang dimiliki juga memegang peranan penting untuk
melakukan aktivitas belajar, bermain baik di sekolah maupun dirumah. Anak pada
dasarnya adalah individu yang cukup dinamis. Untuk mempertahankan tingkat
mobilitasnya, anak memerlukan kecepatan gerak yang baik.
2) Power
Power disebut juga kekuatan eksplosif yaitu menyangkut kekuatan dan
kecepatan kontraksi otot yang dinamis dan eksplosif serta melibatkan pengeluaran
kekuatan otot yang maksimal dalam waktu yang secepat mungkin. Power
merupakan perpaduan dari dua unsur utama yaitu kekuatan dan kecepatan.
Kualitas power akan tercermin dari unsur kekuatan dan kecepatan yang dalam
pelaksanaannya dilakukan dalam waktu yang singkat. KONI (1993: 26)
menjelaskan, “Power adalah kemampuan otot untuk menggerahkan kekuatan
maksimal dalam waktu yang sangat cepat”. Menurut Imam Hidayat (2003: 280)
bahwa, “Daya ledak.power ialah besarnya kekuatan yang dikerahkan dengan
kecepatan”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
3) Keseimbangan
Keseimbangan merupakan kemampuan untuk mempertahankan sistem
neuromuscular dalam kondisi statis atau mengontrol sistem neuromuscular
tersebut dalam suatu posisi atau sikap yang efisien selagi bergerak. Berkaitan
dengan keseimbangan Suharno HP. (1993: 66) menyatakan, “Keseimbangan
adalah kemampuan atlet untuk mempertahankan keseimbangan badan berbagai
keadaan tetap seimbang”. Menurut M. Sajoto (1995: 9) bahwa, “Keseimbangan
(balance) merupakan kemampuan seseorang mengendalikan organ-organ syaraf
otot”.
Keseimbangan merupakan kemampuan seseorang mengendalikan organ-
organ syaraf otot selama melakukan gerakan-gerakan cepat, baik dalam keadaan
statis maupun dinamis. Keseimbangan juga dapat diartikan kemampuan
mempertahankan sikap tubuh yang tepat pada saat melakukan gerakan.
Keseimbangan yang dimiliki oleh seseorang tergantung pada kemampuan
integrasi antara kerja indra penglihatan, kanalis, semi sirkularis pada telinga dan
receptor otot.
4) Kelincahan
Kelincahan merupakan komponen yang sangat penting dalam penampilan
seseorang. Kelincahan adalah kemampuan seseorang mengubah posisi di arena
tertentu. Menurut Iskandar Z. Adisapoetra, dkk. (1999: 6) bahwa, "Kelincahan
adalah kemampuan untuk mengubah arah atau posisi tubuh dengan cepat yang
dilakukan bersama-sama dengan gerakan lainnya". Seseorang yang memiliki
kemampuan merubah arah dari satu posisi tertentu ke posisi yang berbeda dengan
kecepatan tinggi dan dengan koordinasi yang baik, berarti memiliki kelincahan
yang cukup tinggi. Kelincahan tidak hanya diperlukan dalam olahraga tetapi juga
situasi kerja dan kegiatan rekreasi.
5) Koordinasi
Koordinasi merupakan suatu kemampuan biomotorik yang sangat
kompleks. Karakteristik koordinasi sangat unik. Koordinasi memainkan peranan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
yang khusus terhadap mobilitas fisik. Koordinasi bukan merupakan kemampuan
fisik tunggal, akan tetapi tersusun dari dan saling berinteraksi dengan kualitas-
kualitas fisik yang lain. Bompa dalam Harsono (1988: 219) menyatakan
“Koordinasi sangat erat hubungannya dengan kecepatan, kekuatan, daya tahan dan
fleksibilitas. Menurut M. Sajoto (1995: 9) bahwa, “Kordinasi adalah kemampuan
seseorang mengintegrasikan bermacam-macam gerakan yang berbeda ke dalam
pola gerakan tunggal secara efektif”.
Koordinasi merupakan kemampuan seseorang mengintegrasikan bermacam-
macam gerakan tunggal secara efektif. Koordinasi menyatakan hubungan yang
harmonis dari berbagai faktor yang terjadi pada suatu gerakan. Kemampuan
koordinasi merupakan unsur dasar yang baik dalam menyelesaikan tugas dalam
kehidupan sehari-hari.
6) Waktu Reaksi
Waktu reaksi adalah lamanya waktu yang dibutuhkan untuk menanggapi
rangsangan yang diterima oleh indera. Semua informasi yang diterima indera
baik dari dalam atau dari luar disebut rangsang. Indera akan mengubah informasi
tersebut menjadi impuls saraf dengan bahasa yang dipahami oleh otak. Berkaitan
dengan waktu reaksi Ismaryati (2006: 72) menyatakan, “Waktu reaksi adalah
periode antara diterimanya rangsang (istimuli) dengan permulaan munculnya
jawaban (respon)”. Sedangkan Mulyono B. (2009: 57) berpendapat, “Waktu
reaksi adalah lamanya waktu antara perangsangan dan respon”. Secara umum,
waktu reaksi dikenal sebagai latensi respons (respone latency) yaitu waktu yang
berlalu diantara pemberian stimulus dan munculnya respon. Dengan kata lain,
waktu reaksi adalah waktu yang diperlukan untuk suatu respon yang tampak
(overt) untuk memulainya. Waktu reaksi menggambarkan kecepatan seseorang
untuk dapat merasa dan memberi respon terhadap lingkungan, yaitu waktu reaksi
yang pendek dapat disamakan dengan suatu kecepatan reaksi yang tinggi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesegaran Jasmani
Banyak faktor yang mempengaruhi tingkat kesegaran jasmani seseorang.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kesegaran jasmani dapat bersifat internal dan
eksternal. Dangsina Moeleok & Arjatmo Tjokronegoro (1984: 1-4) menyatakan
faktor-faktor yang mempengaruhi kesegaran jasmani meliputi: “(1) keturunan
(genetik), (2) usia, (3) jenis kelamin, (4) aktivitas fisik”. Menurut Junusul Hairy
(1989: 176) bahwa, “Kesegaran jasmani bergantung kepada dua faktor dasar,
yaitu kesegaran organik dan kesegaran dinamik. Kedua faktor tersebut sangat
penting di dalam kesegaran jasmani secara keseluruhan, dan interaksi diantara
keduanya menentukan tingkat kesegaran jasmani seseorang”.
Kesegaran organik adalah kekhususan yang dimiliki seseorang yang
bersifat keturunan, yang diwarisi dari orang tua, dipengaruhi oleh umur dan
mungkin keadaan sakit yang menetap atau kecelakaan. Keadaan yang
berhubungan dengan organisme ini sifatnya statis dan sulit, bahkan tidak mungkin
untuk diubah misalnya: tinggi badan, panjang lengan, bentuk tubuh secara
keseluruhan, atau cacat tubuh yang dibawa sejak lahir maupun karena sakit yang
menahun. Tingkat kesegaran organik menentukan potensi kesegaran jasmani
keseluruhan.
Kesegaran dinamik, biasanya digunakan untuk hal-hal yang mengarah
kepada kesiapan dan kapasitas tubuh untuk bergerak dan bertindak dalam
tingkatan tertentu sesuai dengan situasi yang dihadapi. Banyak variabel yang
terkait dengan kesegaran jasmani dinamik ini diantaranya jantung, paru dan otot.
Kesegaran dinamik ini dapat dikembangkan atau ditingkatkan dengan melakukan
latihan secara teratur.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kesegaran jamsani tersebut penting
untuk diperhatikan dalam usaha menjaga dan memelihara kesegaran jasmani
seseorang. Faktor-faktor tersebut merupakan satu kesatuan yang saling berkaitan
untuk mencapai kebugaran jasmani secara total.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
d. Manfaat Kesegaran Jasmani bagi Siswa Sekolah
Bagi siswa sekolah, kesegaran jasmani mutlak dibutuhkan. Bagi siswa
sekolah kesegaran jasmani merupakan unsur dasar yang harus dimiliki siswa
dalam menjalankan aktivitasnya sehari-hari. Siswa yang memiliki kebugaran
jasmani yang baik, dapat melakukan tugasnya sehari-hari dengan baik pula,
sebaliknya siswa yang memiliki kesegaran jasmani yang kurang baik, maka ia
tidak dapat melakukan tugasnya dengan baik pula. Santoso Giriwijoyo (1991: 63)
menyatakan, “Dihubungkan dengan kegiatan studi yang cukup berat dan
pencapaian prestasi akademis yang memerlukan dukungan kemampuan kerja
fisik, maka rendahnya kapasitas kerja fisik dapat menjadi penghambat untuk
mencapai sukses. Disinilah antara lain sumbangan olahraga bagi para siswa atau
mahasiswa yaitu untuk meningkatkan kemampuan kerja fisiknya”. Pendapat lain
dikemukakan Mulyono Biyakto Atmojo. (1997: 64) bahwa, “Berdasarkan
fungsinya, physical fitness ternyata merupakan kebutuhan bagi pelajar, yang
berarti menjadi masalah sekolah dan para pendidiknya, khususnya guru olahraga”.
Berdasarkan pendapat tersebut diketahui bahwa, kebugaran jasmani
memiliki manfaat yang besar bagi siswa sekolah. Dengan kebugaran jasmani
siswa akan mampu melaksanakan tugas dalam belajar tanpa ada kelelahan yang
berarti dan masih mampu melakukan aktivitas lainnya. Di samping itu juga,
dengan tubuh yang bugar siswa mampu berfikir secara jernih, penuh kreativitas
dan memiliki semangat yang tinggi untuk menyelesaikan segala tugas studinya,
sehingga dapat mendukung pencapaian prestasi belajarnya lebih optimal.
e. Hubungan Kesehatan dan Kesegaran Jasmani
Di milenium ketiga ini pengetahuan kesehatan mengalami kemajuan
yang pesat, mengalami deferensiasi yang sangat rinci dan harus saling melengkapi
diberbagai bidang pekerjaan. Pendapat yang memisahkan antara kesehatan dan
kesegaran jasmani hendaknya disingkirkan jauhjauh, karena ditinjau dari fungsi
keduanya sangat berperan di segala bidang pekerjaan.
Kesegaran jasmani dapat ditingkatkan dengan cara diet, latihan olahraga
atau kombinasi keduanya. Meskipun kadang-kadang diet dan latihan olahraga itu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
sendiri memberikan kesegaran yang bersifat relatif, artinya memberikan kesegaran
khusus dalam bidang yang khusus pula. Itulah sebabnya latihan olahraga ditinjau
dari ilmu kesehatan tidak hanya bersifat rekreatif, tetapi lebih dari itu menuju
kepada kesehatan yang sempurna. Menurut Peter V. Karpovich (1959) dalam
penelitian Sarwono dkk. (2000:8) menggambarkan tentang hubungan antara
kesehatan dan kesegaran jasmani seperti terlihat pada gambar sebagai berikut
Gambar 3. Relation Between Health, Disease and Physical Fitness (Sarwono dkk. 2000:8) Keterangan : 1) Garis tegak menggambarkan derajat sehat, jika derajat sehat sakit = 0, maka
derajat sehat menjadi sempurna. 2) Garis mendatar menggambarkan derajat sakit, pada derajat sakit = 100
orangnya mati. 3) Diagonal penghubung titik sempurna sehat dan titik mati, merupakan garis
sehat. Keadaan sehat makin menurun, jika derajat sehat makin besar. 4) Daerah sekitar garis sehat merupakan daerah kesegaran jasmani. Daerah bujur
sangkar di ujung atas garis sehat merupakan tempat kedudukan mereka yang tergolong pada kesegaran jasmani yang memuaskan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
Menurut Nieman (1993) serta Anspaugh, Hamrick dan Rosato (1994)
dalam penelitian Sarwono dkk. (2000:9) memperjelas hubungan antara kesehatan
dan kesegaran jasmani seperti terlihat pada gambar sebagai berikut :
Gambar 4. The Healt Continum Show That Between Optimal Healt and Death Lies Disease, Wich is Preceded By A Prolonged Period of Negative
f. Usaha Meningkatkan dan Memelihara Kebugaran Jasmani
Kebugaran jasmani merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi setiap
orang. Kualitas kebugaran jasmani yang dimiliki seseorang akan sangat
berpengaruh terhadap penampilan geraknya dan produktivitas kerjanya. Upaya
menjaga kebugaran jasmani adalah melakukan kegiatan olahraga secara teratur.
Djoko Pekik Irianto (2004: 8) menyatakan, “Berolahraga adalah salah satu
alternatif paling efektif dan aman untuk memperoleh kebugaran. Berolahraga
secara teratur mempunyai multi manfaat antara lain manfaat fisik (meningkatakan
komponen kebugaran), manfaat psikis (lebih tahan terhadap stress, lebih mampu
berkonsentrasi) dan manfaat sosial (menambah percaya diri dan sarana
berinteraksi)”.
Kegiatan olahraga yang bertujuan untuk meningkatkan kebugaran jasmani
yaitu dengan memberikan pembenan pada jantung dan paru. Hal ini karena,
tingkat kebugaran jasmani seseorang akan tercermin dari kemampuan kerja
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
jantung dan paru-paru. Jika kerja jantung dan paru-paru baik maka akan diperoleh
tingkat kebugaran jasmani yang baik pula. Cooper yang dikutip Sudarno SP.
(1992: 64) menyatakan, "Untuk membina kesegaran jasmani, kita harus memberi
beban kepada sistem kardiorespirasi. Latihan yang kita lakukan harus memberi
beban kepada sistem jantung dan paru". Latihan yang sangat efektif untuk
memberikan beban jantung dan paru adalah latihan aerobik. Latihan aerobik
merupakan bentuk latihan yang memberi beban kepada sistem jantung dan paru,
sehingga kapasitas jantung dan paru akan menjadi lebih baik. Marta Dinata (2003:
10) berpendapat:
Bentuk latihan aerobik dilakukan dengan intensitas rendah, sehingga dapat menimbulkan efisiensi kerja dari organ-organ tubuh, yaitu jantung dan paru-paru, serta sistem pernafasan. Dengan meningkatkan kapasitas aerobik maka cadangan tenaga menjadi lebih besar sehingga tubuh lebih mampu mempertahan kondisi fisik pada suatu aktivitas. Hal ini disebabkan pada latihan aerobik, sistem pamasukan oksigen berlangsung terus menerus dan seimbang dengan kebutuhan pembetukan energi.
Hal terpenting dan harus diperhatikan dalam latihan kebugaran jasmani
adalah adanya tekanan terhadap jantung dan paru-paru untuk bekerja dalam waktu
yang relatif lama pada suasana aerobik. Bentuk dan jenis olahraga yang efektif
untuk memelihara dan meningkatkan kebugaran jasmani, di antaranya jogging,
sepeda santai, dan jalan santai. Di samping melakukan jenis olahraga tersebut
dapat pula dengan melakukan olahraga seperti sepakbola, bolabasket, renang,
tenis, bulutangkis dan lain sebagainya.
Latihan aerobik yang dilakukan dengan intensitas rendah dalam waktu
relatif lama dapat mendorong kerja jantung, peredaran darah dan paru-paru,
sehingga dapat merangsang kemampuan kerja jantung, peredaran darah dan paru-
paru ke arah yang lebih baik. Latihan aerobik yang dilakukan secara baik dan
teratur akan memberikan perubahan-perubahan secara fisiologis. Latihan yang
dilakukan secara teratur dan sistematis dapat meningkatkan kapasitas total paru-
paru dan volume jantung. Hal ini terjadi sebagai akibat adanya rangsangan yang
diberikan terhadap tubuh. Dengan demikian latihan olahraga yang dilakukan
secara teratur akan meningkatkan kesegaran jasmani, sehingga penampilannya
akan kelihatan selalu bugar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
2. Model Pembelajaran Pendidikan Jasmani
a. Hakikat Pendidikan Jasmani
Pendidikan jasmani telah ditetapkan sejak dikeluarkannya Keputusan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia tanggal 14 Juli 1987
Nomor: 0413/U/1987 bahwa pendidikan olahraga dan kesehatan berlaku dan
digunakan di sekolah-sekolah sejak dibakukannya kurikulum yang disempurnakan
tahun 1984, dirubah namanya menjadi pendidikan jasmani yang berlaku untuk
Sekolah Dasar (SD) Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah
Atas (SMA).
Pendidikan jasmani pada dasarnya merupakan suatu pendidikan yang
mempunyai peran penting untuk mendukung pencapaian tujuan pendidikan secara
keseluruhan. Yusuf Adisasmita dan Aip Syarifuddin (1996: 3-4) menyatakan
bahwa pendidikan jasmani:
1) Bagian yang tidak terpisahkan dari usaha-usaha pendidikan secara keseluruhan.
2) Program yang memperhatikan terhadap perkembangan individu. 3) Berpusat kepada siswa bukan kepada bahan pelajaran. 4) Sasaran pelajaran pendidikan jasmani diarahkan pada perkembangan siswa
secara keseluruhan. Baik yang berkaitan dengan perkembangan organik, neuromuscular, inetelektual, maupun yang berkaitan dengan segi emosionalnya.
Pendapat tersebut menunjukkan, tujuan pendidikan jasmani pada
hakikatnya untuk membentuk dan mengembangkan kepribadian serta
meningkatkan kemampuan siswa ke arah yang lebih tinggi bagi kepentingan
hidupnya agar anak dapat mengembangkan kemampuannya dikemudian hari.
Pendidikan jasmani merupakan salah satu sarana untuk mencapai tujuan
pendidikan sangat besar peranannya terhadap pembentukan dan perkembangan
manusia. Aip Syarifuddin dan Muhadi (1991/1992: 8-13) menyatakan ada 6
peranan pendidikan jasmani terhadap perkembangan dan pertumbuhan anak yaitu:
“(1) Pembentukkan tubuh, (2) Pembentukkan prestasi, (3) Pembentuk sosial, (4)
Keseimbangan mental, (5) Kecepatan proses berpikir dan (6) Kepribadian anak”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
b. Tujuan Pembelajaran Penjasorkes di Sekolah Dasar
Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan sering kali disalah artikan oleh
banyak orang. Banyak anggapan bahwa, pendidikan jasmani olahraga dan
kesehatan hanyalah suatu pelajaran untuk membuat anak bersenang-senang dan
bergembira atau pelajaran selingan dari pelajaran lain yang menuntut berpikir
dengan keras. Bahkan juga dikatakan pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan
merupakan pendidikan yang tidak berbobot dibandingkan dengan mata pelajaran
lainnya seperti matematikan, bahasa inggris dan lain sebagainya. Agus Mahendra
(2004: 16) menyatakan, “Pendidikan jasmani merupakan wahana pendidikan yang
memberikan kesempatan bagi anak untuk mempelajari hal-hal yang penting. Oleh
karena itu, pelajaran pendidikan jasmani tidak kalah pentingnya dengan pelajaran
lain seperti; Matematika, Bahasa, IPS, IPA dan lain-lain”.
Pendidikan jasmani merupakan suatu bagian yang tidak dapat dipisahkan
dari pendidikan umum. Melalui program pendidikan jasmani dapat diupayakan
peranan pendidikan untuk mengembangkan kepribadian individu. Tanpa ada
pendidikan jasmani di lingkungan sekolah, maka akan berpengaruh terhadap
pencapaian tujuan pendidikan secara keseluruhan. Menurut Agus Mahendra
(2004: 7-8) bahwa, secara umum manfaat pendidikan jasmani di sekolah
mencakup:
1) Memenuhi kebutuhan anak akan gerak Pendidikan jasmani memang merupakan dunia anak-anak dan sesuai dengan kebutuhan anak-anak. Di dalamnya anak-anak dapat belajar sambil bergembira melalui penyaluran hasratnya. Semakin terpenuhi kebutuhan akan gerak dalam masa-masa pertumbuhannya, semakin besar kemaslahatannya bagi keulaitas pertumbuhan itu sendiri.
2) Mengenalkan anak pada lingkungan dan potensi dirinya Pendidikan jasmani adalah waktu untuk berbuat. Anak-anak akan lebih memilih untuk berbuat sesuatu daripada hanya harus melihat atau mendengarkan oarng lain ketika mereka sedang belajar. Suasana kebebasan yang ditawarkan di lapangan atau gedung olahraga sirna karena sekian lama terkurung di antara batas-batas ruang kelas. Keadaan ini benar-benar tidak sesuai dengan dorongan nalurinya. Dengan bermain dan bergerak anak benar-benar belajar tentang potensinya dan dalam kegiatan ini anak-anak mencoba mengenali lingkungan sekitarnya. Para ahli sepaham bahwa pengalaman ini penting untuk merangsang pertumbuhan intelektual dan hubungan sosialnya dan bahkan perkembangan harga diri yang menjadi dasar kepribadian kelak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
3) Menanamkan dasar-dasar keterampilan yang berguna Peranan pendidikan jasmani di sekolah dasar cikup unik, karena turut mengembangkan dasar-dasar keterampilan yang diperlukan anak untuk menguasai berbagai keterampilan dalam kehidupan dikemudian hari. Karena pada usia SD tingkat pertumbuhan sedang lambat-lambatnya, maka pada usia-usia inilah kesempatan anak untuk mempelajari keterampilan gerak sedangkan tiba pad amasa kritisnya. Konsekuensinya, keterlantaran pembinaan pada masa ini sangat berpengaruh terhadap perkembangan anak pad amasa berikutnya.
4) Menyalurkan energi yang berlebihan Anak adalah makhluk yang sedang berada dalam nasa kelebihan keseimbangan perilaku dan mental anak. Segera setelah kelebihan energi tersalukan, anak akan memperoleh kembali keseimbangan dirinya, karena setelah istirahat, anak akan kembali memperbaharui dan memulihkan energi secara optimum.
5) Merupakan proses pendidikan secara serempak baik fisik, mental maupun emosional. Pendidikan jasmani yang benar akan memberikan sumbangan yang sangat berarti terhadap pendidikan anak secara keseluruhan. Hasil nyata yang diperoleh dari pendidikan jasmani adalahperkembangan yang lengkap, meliputi aspek fisik, metal, emosi , sosial dan moral.
Banyak manfaat yang diperoleh dari pendidikan jasmani di antaranya
sebagai pemenuhan akan gerak anak. Mengenalkan lingkungan dan potensi anak,
menanamkan dasar-dasar keterampilan yang berguna, untuk menyalurkan energi
yang berlebihan dan sebagai proses secara serempak baik fisik, mental maupun
emosional. Hal ini artinya, pendidikan jasmani merupakan suatu pendidikan yang
di dalamnya mencakup pengembangan individu secara menyeluruh. Cakupan
pendidikan jasmani tidak hanya pada aspek jasmani saja, tetapi juga aspek mental,
emosional dan spiritual. Menurut Adang Suherman (2000: 23) bahwa, secara
umum tujuan pendidikan jasmani dapat diklasifikasikan empat kategori yaitu:
1) Perkembangan fisik. Tujuan ini berhubungan dengan kemampuan melakukan aktivitas-aktivitas yang melibatkan kekuatan-kekutan fisik dari berbagai organ tubuh seseorang (physical fitness).
2) Perkembangan gerak. Tujuan ini berhubungan dengan kemampuan melakukan gerak secara efektif, efisien, halus, indah, sempurna (skillful).
3) Perkembangan mental. Tujuan ini berhubungan dengan kemampuan berpikir dan menginteprestasikan keseluruhan pengetahuan tentang pendidikan jasmani ke dalam lingkungannya sehingga memungkinkan tumbuh dan berkembangnya, sikap dan tanggung jawab siswa.
4) Perkembangan sosial. Tujuan ini berhubungan dengan kemampuan siswa dalam menyesuaikan diri pada kelompok atau masyarakat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
Secara sederhana pendidikan jasmani memberikan kesempatan kepada siswa
untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilannya yang berkaitan dengan
aktivitas jasmani, perkembangan estetika, dan perkembangan sosial. Di samping
itu juga, mengembangkan kepercayaan diri memperoleh dan mempertahankan
derajad kebugaran jasmani, mengembangkan nilai-nilai pribadi melalui partisipasi
dalam aktivitas jasmani baik secara berkelompok maupun perorangan,
mengembangkan keterampilan sosial dan menikmati kesenangan dan kegembiraan
melalui aktivitas jasmani termasuk permainan olahraga.
c. Hakikat Model Pembelajaran
Model pembelajaran merupakan salah satu bagian yang penting dalam
kegiatan pembelajaran. Model pembelajaran berkaitan dengan perencanaan atau
pola yang dijadikan sebagai pedoman dalam kegiatan pembelajaran. Suharno
dkk., (1998: 25-26) menyatakan, “Model pembelajaran adalah suatu rencana atau
pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (suatu rencana
pembelajaran jangka panjang) merancang bahan-bahan pembelajaran dan
membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain”. Menurut Joyce (1992: 4)
yang dikutip Trianto (2007: 5) bahwa, “Model pembelajaran adalah suatu
perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam
merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran termasuk di dalamnya
buku-buku, film, komputer, kurikulum dan lain-lain”. Pendapat lain dikemukakan
Syaiful Sagala (2005: 176) bahwa:
Model pembelajaran dapat dipahami sebagai kerangka koseptual yang mendeskripsikan dan melukiskan prosedur yang sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar dan pembelajaran untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi perencanaan pengajaran bagi para guru dalam melaksanakan aktivitas pembelajaran. Model pembelajaran pada dasarnya merupakan suatu pola atau perencanaan yang digunakan sebagai pedoman dalam mengajar.
Berdasarkan tiga pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa, model
pembelajaran merupakan sebuah perencanaan yang dibuat oleh seorang guru
sebagai pedoman untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran. Berdasarkan hal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
tersebut, penerapan model pembelajaran memiliki ciri khusus yang berbeda
dengan strategi atau metode pembelajaran. Trianto (2007) menyatakan:
Model pembelajaran mempunyai empat (4) ciri khusus yang tidak dimiliki oleh strategi, metode atau prosedur. Ciri-ciri tersebut adalah: 1) Rasional, teoritik, logis yang disusun oleh para pencipta atau
pengembangannya. 2) Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar (tujuan
pembelajaran yang akan dicapai). 3) Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat
dilaksanakan dengan berhasil. 4) Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat
tercapai.
Berdasarkan pendapat tersebut menunjukkan bahwa, ciri-ciri dari suatu
model pembelajaran mencakup empat aspek yaitu: rasional, teoritik, logis disusun
oleh pengembangnya, landasan pemikiran untuk mencapai tujuan pembelajaran,
perilaku guru dalam mengajar dan lingkungan belajar yang dibutuhkan dalam
pelaksanaan pembelajaran. Agar model pembelajaran berjalan dengan baik, maka
harus memiliki ciri-ciri tersebut di atas.
d. Macam-Macam Model Pembelajaran Pendidikan Jasmani
Memahami dan menguasai macam-macam model pembelajaran sangat
penting bagi seorang guru. Dengan menguasai beberapa model pembelajaran,
maka seorang guru akan merasakan adanya kemudahan di dalam pelaksanaan
pembelajaran di kelas atau lapangan, sehingga tujuan pembelajaran yang
ditetapkan dapat tercapai. Arends (2001: 2) yang dikutip Trianto (2007: 9)
menyatakan, “Model pengajaran yang sering dan praktisi digunakan dalam
mengajar yaitu: presentasi, pengajaran langsung, pengajaran konsep,
pembelajaran kooperatif, pengajaran berdasarkan masalah dan diskusi kelas”.
Siedentop, Mand dan Taggart (1986) yang dikutip Toho Cholik M & Rusli Lutan
(2001: 57) menyatakan:
Model pembelajaran pendidikan jasmani untuk sekolah dasar yaitu: 1) Direct instruction. 2) Task/station teaching. 3) Reciprocal/group teaching 4) Contracting
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
5) Personalyzed system of instruction (PSI)/Mastery teaching 6) Contigency management.
Menurut Mosston yang dikutip Toho Cholik M & Rusli Lutan (2001: 57-58)
mengklasifikasi model pengajaran berdasarkan hasil analisis siapa yang membuat
keputusan. Klasifikasi model pembelajaran tersebut yaitu:
1) Commad styles (model komando) 2) Task teaching (pengajaran tugas) 3) Reciprocal teaching (pengajaran berpasangan) 4) Small group teaching (pengajaran kelompok) 5) Individual programs (pengajaran individual) 6) Guided discovery (pengejaran penemuan terbimbing) 7) Problem solving (pemecahan masalah)
Sedangkan menurut Griffin, Mitchell dan Oslin (1997), Joyce, Well, dan Showers
(1992), Singer dan Dick (1980) dalam Kurikulum Penjas untuk (2004: 27-28)
model pembelajaran yang sering digunakan dalam pembelajaran pendidikan
jasmani sebagai berikut:
1) Model pengetahuan keterampilan (knowledge skill aproach). Model pembelajaran ini memiliki dua metode yaitu ceramah (lecture) dan latihan (drill).
2) Model sosialisasi (socialization approach), berlandaskan pandangan bahwa, proses pendidikan harus diarahkan untuk meningkatkan keterampilan pribadi berkarya, keterampilan interaksi sosial. Model pembelajaran ini terdiri dari: model the social family, the information processing family, dan the professional skills.
3) Model personalisasi. Model ini berlandasakan atas pemikiran bahwa aktivitas jasmani dapat dipergunakan sebagai media untuk mengembangkan kualitas pribadi, model pembelajarannya yaitu: movement education (problem solving techniques).
4) Model belajar (learning approach). Model ini berupaya untuk mempengaruhi kemampuan dan proses belajar anak dengan metode terprogram (programmed instruction), Computer Assisted Instruction (CAI) dan model kreativitas dan pemecahan masalah (creativity and problem solving).
5) Model pembelajaran motorik (motor learning). Model ini mengajarkan aktivitas jasmani berdasarkan klasifikasi keterampilan dan teori proses informasi yang diterima. Model pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan model part hwole methods dan modelling (demonstration).
6) Spektrum gaya mengajar. Spektrum dikembangkan berdasarkan pemikiran bahwa, pembelajaran merupakan interaksi antra guru dengan murid dan pelaksanaan pembagian tanggungjawab. Model pada spektrum gaya mengajar berjumlah sebelas (11) yaitu: komando
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
(commad), latihan (practice), resiprokal (reciprocal), uji diri (self check), inklusi (inclusion), penemuan terbimbing (guided discovery), penemuan tunggal (convergen discovery), penemuan beragam (divergent production), program individu (individual program), inisiasi siswa (learner initiated), dan pengajaran diri (self teaching).
7) Model permainan taktis (tactical games approaches). Model ini mengajarkan permainan agar anak memahami manfaat teknik permainan tertentu dengan cara mengenalkan situasi permainan tertentu terlebih dahulu kepada anak.
Berdasarkan tentang pendapat model-model pembelajaran Penjaskes,
maka seorang guru Penjasorkes harus memahaminya agar dalam pembelajaran
Penjasorkes mampu menerapkan model pembelajaran yang tepat. Namun dari
macam-macam model pembelajaran tersebut, tidak ada satu model pembelajaran
yang paling baik, karena setiap model pembelajaran memiliki kelemahan atau
kekuarangan. Trianto (2007: 9) menyatakan, “Tidak ada satu model pembelajaran
yang paling baik di antara yang lainnya, karena masing-masing model
pembelajaran dapat dirasakan baik apabila telah diujicobakan untuk mengajarkan
materi pelajaran tertentu”.
Memahami dan mengujicobakan beberapa macam model pembelajaran
perlu dilakukan oleh seorang guru. Namun seorang guru harus mampu memilih
model pembelajaran yang tepat sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Oleh
karena itu, dalam memilih suatu model pembelajaran harus memiliki
pertimbangan-pertimbangan. Misalnya materi pelajaran, tingkat perkembangan
kognitif siswa dan sarana atau fasilitas yang tersedia, sehingga tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan dapat tercapai.
3. Pembelajaran Pendidikan Jasmani dengan Model Bermain
a. Hakikat Bermain
Bermain merupakan suatu aktivitas yang tidak dapat dipisahkan dengan
dunia anak-anak. Jika diamati di sekolah-sekolah pada saat waktu luang, waktu
sebelum masuk atau waktu istirahat, para siswa bermain di halaman sekolah,
mereka berlari, berkejar-kejaran, main bola dan masih banyak aktivitas bermain
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
lainnya. Melalui bermain inilah anak bersosialisasi dengan teman bermainnya dan
memperoleh kesenangan. Berkaitan dengan bermain Rusli Lutan (1992: 2) dalam
Seri Bahan Kuliah Olahraga ITB menyatakan, “Bermain merupakan kegiatan
hakiki atau kebutuhan dasar pada manusia”. Menurut Soemitro (1992: 1) bahwa,
“Bermain sebenarnya merupakan dorongan dari dalam anak, atau merupakan
naluri. Semua naluri atau dorongan dari dalam harus diusahakan untuk disalurkan
secara baik”. Menurut hasil Lokakarya Nasional Ilmu Keolahragaan (1998: 16)
dijelaskan, “Bermain merupakan dorongan naluri, fitrah manusia, dan pada anak
merupakan keniscayaan sosiologis dan biologis. Ciri lain yang amat mendasar
yakni kegiatan itu dilakukan secara sukarela, tanpa paksaan, dalam waktu luang”.
Sedangkan M. Furqon H. (2006: 2) berpendapat, “Bermain merupakan cara untuk
bereksplorasi dan bereksperimen dengan dunia sekitar sehingga menemukan
sesuatu dari pengalaman bermain”.
Berdasarkan empat pendapat tersebut menunjukkan, bermain merupakan
suatu luapan ekspresi anak tanpa paksaan dan sungguhan yang dilakukan dalam
waktu luang tanpa terikat pada peraturan. Banyak hal yang didapat dari bermain
yaitu dapat memberikan pengalaman belajar misalnya membina hubungan sesama
teman, menjalin kerjasama, saling menghargai dan lain sebagainya. Seperti
diungkapkan Sukintaka (1992: 7) bahwa salah satu sifat dari bermain yaitu:
“Bermain untuk memperoleh kesenangan, menimbulkan kesadaran agar bermain
dengan baik perlu berlatih, kadang-kadang memerlukan kerjasama dengan teman,
menghormati lawan, mengetahui kemampuan teman, patuh pada peraturan dan
mengetahui kemampuan diri sendiri”.
Bermainan merupakan kebutuhan atau dorongan dari dalam diri anak.
Dorongan dari dalam ini harus disalurkan untuk mengembangkan potensi-potensi
yang ada dalam dirinya. Oleh karena itu, pada masa anak-anak kesempatan
bermain harus diberikan seluas-luasnya. Banyak manfaat yang diperoleh dari
bermain baik fisik, mental maupun sosial. Yudha M. Saputra (2001: 7)
menyatakan, “Aspek yang dikembangkan dari bermain mencakup fisik, motorik,
sosial, emosional, kepribadian, kognisi, keterampilan olahraga dan lain
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
sebagainya”. Untuk lebih jelasnya nilai-nilai yang terkandung dalam bermain
dijelaskan secara singkat sebagai berikut:
1) Manfaat Bermain untuk Perkembangan Fisik
Apabila siswa memperoleh kesempatan untuk melakukan kegiatan yang
melibatkan banyak gerakan tubuh, maka tubuh siswa tersebut akan menjadi sehat,
otot-otot tubuh akan tumbuh menjadi kuat. Siswa dapat menyalurkan energi yang
berlebihan dengan aktivitas bermain, sehingga tidak merasa gelisah. Dalam
melakukan kegiatan bermain, siswa tidak dibatasi dengan aturan-aturan yang
mengikatnya. Agar kegiatan bermain memberi sumbangan yang positif bagi
perkembangan fisik siswa, maka guru dapat merancang kegiatan bermain yang
kontruktif bagi perkembangan fisik anak.
2) Manfaat Bermain untuk Perkembangan Motorik
Aspek motorik kasar seperti lari, lempar dan lompat dapat dikembangkan
melalui kegiatan bermain. Salah satu contohnya adalah tampak pada saat kita
amati siswa yang lari kejar-kejaran untuk menangkap temannya. Pada awalnya
belum terampil untuk berlari, tetapi dengan bermain kejar-kejaran, kemudian
siswa berminat untuk melakukannya dan menjadi lebih terampil dalam berlari.
Keteraturan dan kreativitas siswa mengalami perkembangan tingkat
kemampuannya dalam aspek motorik halus (fine movement). Kedua keterampilan
akan berkembang melalui pengalaman belajar yang kaya dan kesempatan yang
banyak bagi siswa untuk melakukannya dengan penuh keceriaan.
3) Manfaat Bermain untuk Perkembangan Sosial
Biasanya kegiatan bermain dilakukan oleh siswa dengan teman sebayanya.
Siswa akan belajar berbagai hak milik, menggunakan mainan secara bergiliran,
melakukan kegiatan bersama, mempertahankan hubungan yang sudah terbina,
atau mencari cara pemecahan masalah yang dihadapi dengan teman bermainnya.
Perkembangan sosial pada siswa tingkat SMP sedang memasuki masa pencarian
jati diri. Mereka akan selalu mencari teman sebaya untuk bisa berafiliasi satu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
sama lainnya. Pengalaman belajar yang disuguhkan melalui pendekatan bermain
biasanya mampu memenuhi keinginan siswa untuk berafiliasi. Dengan rancangan
pengajaran yang kreatif, pengalaman itu akan berhasil merangsang perkembangan
sikap sosial siswa.
4) Manfaat Bermain untuk Perkembangan Emosi
Bagi siswa sekolah dasar, bermain merupakan suatu kebutuhan. Tidak ada
siswa yang tidak suka bermain. Melalui bermain siswa dapat melepaskan
ketegangan yang dialaminya. Misalnya, siswa yang sering gagal untuk meraih
prestasi belajar yang baik, ia dapat bermain peran seakan-akan menjadi murid
yang terpandai. Dari kegiatan bermain yang dilakukan bersama sekelompok
teman, siswa akan mempunyai penilaian terhadap dirinya tentang kelebihan yang
dimiliki, sehingga dapat membantu pembentukan konsep diri ke arah yang lebih
positif.
5) Manfaat Bermain untuk Pengembangan Keterampilan Olahraga
Apabila siswa yang terampil berlari, melempar dan melompat, maka ia
lebih siap untuk menekuni bidang olahraga tertantu pada saatnya nanti. Jadi, kalau
siswa terampil melakukan kegiatan tersebut, maka lebih percaya diri dan merasa
mampu melakukan gerakan yang lebih sulit. Kegiatan-kegiatan yang relevan
dengan perkembangan siswa adalah atletik. Atletik memiliki kegiatan yang khas
yakni, jalan, lari,lompat dan lempar. Kegiatan ini akan menjadi fundasi bagi siswa
dalam berolahraga. Khususnya dalam konteks pendidikan jasmani, perlu ditata
secara serius mengenai kegiatan atletik yang bernuansa permainan.
b. Hakikat Pembelajaran Model Bermain
Perilaku anak usia sekolah dasar (6-12) tahun tampak bahwa, aktivitas
geraknya sangat tinggi. Pada saat menjelang istirahat atau pulang sekolah, seolah-
olah mereka ingin cepat-cepat meninggalkan kelas. Begityu bel berbunyi mereka
berhamburan keluar, lari kesana-kemari sambil berjingkrak-jingkrak, kejar-
kejaran dengan temannya atau mungkin menendang sesuatu di depannya dan lain
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
sebagainya. Begitu juga setelah sampai di rumah, seolah-olah selalu berlebihan
tenaganya. Tas sekolah ditaruh begitu saja dan secepat itu pula mereka pergi
bermain lagi.
Naluri bermain yang muncul pada masa anak-anak seolah tidak dapat
dibendung. Bagi anak bermain merupakan suatu kebutuhan seperti kebutuhan
dasar lainnya. Hal ini terkait dengan naluri gerak yang merupakan kodrat bagi
anak. Bahkan dapat dikatakan sebagian besar kehidupan anak dihabiskan untuk
bermain. Permasalahannya sekarang adalah bagaimanakah menyalurkan potensi
itu agar bermanfaat bagi pertumbuhan dan perkembangnnya. Pada usia 6-12 tahun
merupakan masa penting pertumbuhan baik secara fisik, mental, emosional,
ientelektual maupun sosial. Karena sangat diharapkan bahwa bermain merupakan
wahana pembelajaran . Anak bermain sambil belajar dan belajar sambil bermain.
Disinilah letaknya peran strategi pendidikan jasmani. Oleh karena itu, model
pembelajaran sangat penting dan harus disesuaikan dengan taraf perkembangan
anak agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Karena pada masa anak-anak
senang dengan bermain, maka model pembelajaran untuk masa anak-anak (usia
SD) dengan model bermain.
Pembelajaran dengan model bermain merupakan suatu cara yang
diterapkan seorang guru dalam kegiatan pembelajaran yang dikemas dalam bentuk
bermain atau permainan. Wahjoedi (1999: 121) menyatakan, “Pembelajaran
dengan pendekatan bermain adalah latihan yang diberikan dalam bentuk atau
situasi permainan”. Menurut Benny A. Pribadi (2009: 43-44) bahwa:
Metode pembelajaran bermain bersifat kompetetif dan mengarahkan siswa untuk dapat mencapai dan mengarahkan siswa untuk dapat mencapai prestasi atau hasil belajar tertentu. Permainan harus menyenangkan dan memberi pengalaman belajar baru bagi siswa. Pada umumnya dalam metode pembelajaran bermain ada pihak yang menang ada pihak yang kalah. Pihak yang menang akan mendapat reward, sedangkan pihak yang kalah perlu berlatih lebih keras untuk memenangkan permainan.
Berdasarkan pengertian pendekatan bermain yang dikemukakan empat ahli
tersebut dapat disimpulkan, pembelajaran dengan model bermain merupakan
bentuk pembelajaran yang dikemas ke dalam suatu permainan. Dari permainan
yang dilaksanakan ada pihak yang menang dan ada pihak yang kalah. Hal ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
dimaksudkan agar anak bersugguh-sugguh melaksanakan tugas ajar dan tidak
menjadi kalah. Dengan melaksanakan tugas ajar secara sungguh-sungguh dan
aktif bergerak dan menyenangkan, maka tujuan pembelajaran dapat tercapai.
c. Pengaruh Bermain bagi Perkembangan Anak
Bermain merupakan suatu kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dengan
masa kanak-kanak. Dapat dikatakan bahwa, hampir semua waktunya dihabiskan
dengan bermain. Namun disisi lain dari bermain yang dilakukan anak mempunyai
pengaruh terhadap perkembangannya. M. Furqon H. (2006: 4-5) menyatakan
pengaruh bermain terhadap perkembangan anak yaitu:
1) Pengembangan keterampilan gerak Bermain berisi berbagai keterampilan gerak, mulai dari keterampilan gerak yang sederhana atau dasar hingga keterampilan yang kompleks. Anak perlu belajar keterampilan gerak dasar seperti, lari, lompat, loncat, berbelok, menendang dan melempar. Jika anak memiliki keterampilan gerak dasar yang baik. Selanjutnya anakmemiliki landasan untuk mengembangkan keterampilan gerak yang kompleks. Oleh karena itu, dengan bermain akan memberikan perkembangan keterampilan gerak bagi anak.
2) Perkembangan fisik dan kesegaran jasmani Bermain penting bagi anak untuk mengembangkan otot dan melatih seluruh bagian tubuh, termasuk mengembangkan daya tahan kardiovaskuler. Bermain juga berfungsi sebagai penyaluran tenaga yang berlebih, bila tidak tersalurkan akan menyebabkan anak tegang, gelisah dan lain-lain.
3) Dorongan berkomunikasi Di dalam suasana bermain, memberikan peluang anak untuk berkomunikasi dengan teman bermainnya. Di samping itu, agar anak dapat bermain dengan baik, anak secara tidak langsung belajar berkomunikasi dan sebaliknya anak harus belajar belajar berkomunikasi agar dapat saling memahami dan dipahami di antara teman bermain.
4) Penyaluran energi emosional yang terpendam Bermain merupakan wahana yang baik bagi anak untuk menyalurkan ketegangan yang disebabkan lingkungan terhadap aktivitas anak.
5) Penyaluran bagi kebutuhan dan keinginan Kebutuhan dan keinginan yang tidak terpenuhi dengan cara lain atau aktivitas lain seringkali dapat terpenuhi dengan bermain. Misalnya, anak yang tidak mendapatkan kesempatan dalam peran tertentu seringkali dapat mendapat peran tertentu dalam bermain.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
6) Sumber belajar Bermain dapat dikatakan sebagai bentuk miniatur dari kehidupan masyarakat. Dengan bermain berarti anak dapat memperoleh kesempatan untuk mempelajari berbagai hal. Bahkan banyak pelajaran dan pengalaman dapat diperoleh melalui bermain daripada di rumah atau di sekolah.
7) Rangsangan bagi kreativitas Melalui eksprimen dan eksplorasi dalam bermain, anak akan menemukan sesuatu dan terbiasa menghadapi berbagai persoalan dalam bermain untuk dipecahkan. Suasana dan kebiasaan ini biasanya akan memberikan transfer nilai ke dalam situasi lain, sehingga anak terbiasa untuk kreatif dalam menghadapi dan memecahkan persoalan.
8) Perkembangan wawasan diri Dengan bermain anak mengetahui tingkat kemampuannya dibandingkan dengan teman bermainnya. Kondisi ini memungkinkan anak untuk mengembangkan konsep diri secara lebih nyata.
9) Belajar bermasyarakat Dengan bermain bersama teman-teman lain, anak belajar tentang bagaimana membentuk hubungan sosial dan bagaimana menghadapi dan memecahkan masalah yang timbul dalam hubungan sosial tersebut.
10) Perkembangan kepribadian Melalui bermain anak terbiasa dengan aturan-aturan yang lebih disepakati
dalam bermain, seperti larangan-larangan yang harus ditaati, disiplin sportivitas, kerjasama, menghargai teman lain, jujur dan lain-lain, secara tidak langsung kondisi tersebut membentuk kepribadian anak.
Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan, pengaruh dari bermain
cukup kompleks di antaranya dapat mengembangkan keterampilan gerak anak,
mengembangkan fisik dan kesegaran jasmani, memberikan dorongan
berkomunikasi, tempat menyalurkan energi emosional yang terpendam,
penyaluran kebutuhan dan keinginan, sebagai sumber belajar, sebagai rangsangan
berkreativitas, sebagai tempat perkembangan wawasan diri, tempat belajar
bermasyarakat dan mengembangkan kepribadian. Banyaknya manfaat dari
bermain, maka seyogyanya orang tua tidak melarang anaknya bermain, karena
banyak manfaat yang diperoleh dari bermain. Selain itu juga, dalam
membelajarkan pendidikan jasmani hendaknya disesuaikan dengan tingkat
perkembangan anak, sehingga akan diperoleh hasil belajar yang optimal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
d. Bentuk-Bentuk Bermain untuk Siswa Sekolah Dasar
Pendidikan jasmani merupakan pendidikan yang mengutamakan aktivitas
gerak tubuh. Dalam membelajarkan pendidikan jasmani dapat dilakukan dengan
berbagai metode atau cara, salah satunya dengan bermain. Seperti dikemukakan
Sukintaka (1992: 11) bahwa, “Bermain merupakan salah satu bentuk kegiatan
dalam pendidikan jasmani. Oleh karena itu, permainan atau bermain mempunyai
tugas dan tujuan yang sama dengan tugas dan tujuan pendidikan jasmani”.
Dalam kegiatan pembelajaran pendidikan jasmani dengan metode
bermain, anak akan merasa senang. Karena rasa senang inilah, maka anak akan
mengungkapkan keadaan pribadinya yang asli pada saat bermain, baik itu berupa
watak asli maupun kebiasaan yang telah membentuk kepribadiannya. Dengan
bermain anak dapat mengaktualisasikan potensi aktivitas manusia dalam bentuk
gerak, sikap dan perilaku.
Pendekatan bermain merupakan bentuk pembelajaran yang memiliki
banyak manfaat terhadap perkembangan anak. Banyak aspek yang dikembangkan
melalui bermain. Yudha M. Saputra (2001: 6) menyatakan, “Aspek yang
dikembangkan dalam metode bermain mencakup fisik, motorik, sosial, emosional,
kepribadian, kognisi, keterampilan olahraga dan lain sebagainya”.
Banyak aspek yang dikembangkan dalam pembelajaran dengan metode
bermain. Salah satu aspek yang dikembangkan dalam metode bermain yaitu dapat
meningkatkan kesegaran jasmani (perkembangan fisik). Lebih lanjut Yudha M.
Saputra (2001: 7) menyatakan, “Apabila siswa memperoleh kesempatan untuk
melakukan kegiatan yang melibatkan banyak gerakan tubuh, maka tubuh siswa
tersebut akan menjadi sehat, otot-otot tubuh akan tumbuh menjadi kuat”.
Upaya meningkatkan kesegaran jasmani siswa, maka bentuk-bentuk
permainan yang diberikan hendaknya mengarah pada peningkatan kesegaran
jasmnai siswa. Adapun bentuk-bentuk pembelajaran yang bertujuan meningkatkan
kesegaran jasmani siswa menurut M. Yudha Saputra (2001: 84-185) di antaranya:
1) Jalan berbelok-belok Guru mempersiapkan lapangan dengan membuat tanda 10 buah pada setiap jarak 2 m pada masing-masing lintasan. Jumlah lintasan bisa disesuaikan dengan jumlah siswa. Pelaksanaannya sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
(1) Setiap siswa yang ada di setiap lintasan harus melewati tanda dengan berjalan kaki biasa.
(2) Setiap siswa yang ada di setiap lintasan harus melewati tanda-tanda tersebut dengan berjalan kaki cepat
Gambar 5. Jalan Berbelok-Belok (Yudha M. Saputra, 2001: 84)
2) Lari mengelilingi lapangan dengan diiringi musik
Lapangan yang tersedia dapat digunakan oleh guru sebagai tempat bermain dengan menerapkan berbagai bentuk permainan yang mengandung konsep lari, di antaranya: (1) Guru menugasi siswa untuk berlari (jogging) mengelilingi lapangan
sambil diiringi musik. (2) Musik berhenti semua siswa harus berhenti berlari. (3) Musik dihidupkan kembali siswa berlari kembali begitu seterusnya.
Gambar 6. Berlari Diiringi Musik (Yudha M. Saputra, 2001: 98)
3) Lompat melewati rintangan
Disediakan kotak atau kardus yang ditata sedemikian rupa jaraknya, dari kardus yang cukup rendah sampai yang tinggi. Siswa bermain dengan melompati kardus-kardus yang telah ditata. Ketinggian kardus ditata sedemikain rupa, sehingga siswa akan tertantang melompati kardus dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
yang rendah sampai yang tinggi. Jika tidak mampu melompati tidak akan menimbulkan cidera atau sakit.
Gambar 7. Lompat Melewati Rintangan (Yudha M. Saputra, 2001: 126)
4) Jingkat Keseimbangan
Jingkat keseimbangan dapat menggunakan papan dari kardus yang diberi warna hitam dan putih. Para siswa pada saat melakukan jingkat, salah satu kaki yang menumpu disesuaikan dengan warna papan. Jika bertumpu pada papan berwarna hitam harus menggunakan kaki kiri, sebaliknya jika bertumpu pada papan berwarna putih harus menggunakan kaki kanan. Jarak pada papan satu dengan yang lainnya bisa disesuaikan dengan kemampuan siswa.
Gambar 4. Jingkat Keseimbangan
5) Lempar bola warna . Bentuk permainan ini dapat dilakukan dengan menggunakan bola plastik dengan tiga jenis warna dan beberapa bendera yang warnanya disesuaikan dengan warna bola. Para siswa bertugas melempar dan menangkap bola, kemudian para siswa yang menangkap bola berlari menuju bendera dan meletakkan bola ke dekat bendera yang warnanya sesuai dengan bola yang ditangkap.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
Gambar 9. Lempar Bola Warna
6) Menolak ke sasaran Melempar atau menolak bola voli atau bola basket. Siswa berhadap-hadapan dengan jarak 5-10 meter. Siswa yang memegang bola menolakkan ke depan sejauh-jauhnya, dan siswa yang satunya berusaha menangkan dari pantulan bola yang dilempar. Demikian juga sebaliknya.
Gambar 10. Menolak Ke Sasaran (Yudha M. Saputra, 2001: 180)
Dari bentuk-bentuk permainan yang disebutkan di atas siswa akan
berusaha untuk menampilkan kemampuannya. Dengan bentuk-bentuk permainan
tersebut aspek-aspek yang terdapat dalam diri siswa akan berkembang seperti,
aspek kebugaran jasmani, sosial, kerjasama, saling menghargai dan lain
sebagainya. Dari permainan-permainan tersebut siswa selalu aktif bergerak,
sehingga tanpa disadarinya akan meningkatkan kesegaran jasmaninya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
B. Penelitian yang Relevan
Penelitian yang relevan dibutuhkan untuk mendukung kajian teoritis yang
dikemukakan. Sampai saat ini telah banyak penelitian ilmiah yang dilakukan
khususnya yang terkait dengan pendekatan pembelajaran bermain dengan hasil
yang masih bervariasi atau beragam. Berikut ini disajikan hasil penelitian yang
relevan dengan penelitian ini sebagai berikut:
1. Penelitian Wahjoedi dengan judul, “Pendekatan Pembelajaran Bermain dan
Latihan terhadap Kemampuan Menendang Bola dalam Permainan Sepakbola”,
menunjukkan tidak ada perbedaan hasil kemampuan menendang bola antara
pendekatan bermain dan latihan, dimana Fo = 1,12 < Ft = 4.11.
2. Penelitian Eka Pratiwi (2008) dengan judul, “Perbedaan Pengaruh Pendekatan
Bermain, Latihan dan Kemampuan Motorik terhdap Keterampilan Bermain
Sepakbola”, menunjukkan ada perbedaan pengaruh antara pendekatan bermain
dan latihan (Fo = 136.92 > Ft 4.11), dengan selisih perbedaan peningkatan
6.15.
3. Penelitian Rofiqi dengan judul, “Perbedaan Pengaruh Pendekatan Mengajar
dan Kelompok Umur terhadap Hasil Belajar Lompat Tinggi Gaya Straddle
pada Siswa Madrasah Ibtidaiyah (Studi Eksperimen tentang Pengaruh
Pendekatan Bermain dan Latihan pada Siswa Madasrah Ibtidaiyah Batumarta
II Kabupaten Ogan Komering Ulu Sumatera Selatan) menunjukkan, ada
perbedaan pengaruh pendekatan pembelajaran bermain dan latihan terhadap
hasil belajar lompat tinggi gaya straddle dengan nilai Fo sebesar 13.20 > Ft
4.11. Dengan selisih perbedaan peningkatan sebesar 0.90 pada pendekatan
bermain.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
C. Kerangka Pemikiran
Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah dikemukakan di atas dapat dibuat
skema kerangka pemikiran sebagai berikut:
Gambar 11. Konsep Kerangka Pemikiran
Berdasarkan kerangka konseptual yang digambarkan tersebut bahwa,
kesegaran jasmani merupakan kebutuhan setiap manusia. Kualitas kesegaran
jasmani yang dimiliki seseorang dapat mendukung untuk melakukan tugas atau
pekerjaan dengan baik tanpa menimbulkan kelelahan yang berarti dan masih
memiliki cadangan energi untuk aktivitas selanjutnya. Demikian halnya bagi
siswa sekolah sangat membutuhkan kesegaran jasmani yang baik. Dengan
kesegaran jasmani, maka akan membantu pencapai hasil belajar.
Tingkat kesegaran jasmani pada umumnya ditampilkan dengan unjuk kerja
fisik yang baik. Orang yang memiliki kondisi fisik yang baik berarti
mencerminkan tingkat kesegaran jasmaninya baik pula. Olahraga secara teratur
atau melakukan aktivitas fisik secara ajeg merupakan usaha untuk menjaga dan
memelihara kesegaran jasmani. Salah satu upaya untuk menjaga dan
Pendidikan Jasmani
Pembelajaran Penjas
Materi pendidikan jasmani
Kebugaran jasmani: 1. Berhubungan dengan
kesehatan 2. Berhubungan dengan
keterampilan
Mengutamakan aktivitas gerak
Pembelajaran bermain untuk meningkatkan kebugaran jasmani
Tujuan pembelajaran
Kinerja guru
Aktivitas
Hasil belajar Kebugaran jasmani
Efektifitas pembelajaran model bermain
Pengelolaan Pmeblejaran
Macam-Macam permainan untuk meningkatkan kebugaran jasmani
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
meningkatkan kesegaran jasmani siswa sekolah yaitu dengan diberi pembelajaran
pendidikan jasmani.
Pendidikan jasmani mempunyai peran penting terhadap tingkat kebugaran
jasmani siswa. Upaya menjaga dan meningkatkan kesegaran jasmani siswa, maka
dalam membelajarkan pendidikan jasmani harus dilakukan dengan baik dan benar.
Pendidikan jasmani yang diajarkan kepada siswa harus disesuaikan dengan
karakteristik siswa.
Siswa sekolah dasar pada umumnya cenderung senang dengan bermain
Dapat dikatakan hampir semua waktunya digunakan dengan bermain. Karena
siswa senang dengan bermain, maka dalam membelajarkan pendidikan jasmani
dapat diterapkan dengan pendekatan bermain. Melalui permainan, maka aspek-
aspek yang terdapat dalam diri siswa dapat berkembang, salah satunya dapat
meningkatkan kesegaran jasmaninya. Dengan meningkatnya kesegaran jasmani
siswa, maka akan membantu kegiatannya dalam belajar, siswa tidak mudah lelah,
memiliki cadangan energi yang cukup untuk melakukan aktivitas selanjutnya.
Selain itu juga, akan membantu pencapai hasil belajar yang lebih optimal.
D. Perumusan Hipotesis
Berdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka pemikiran yang telah
dikemukakan dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
Aplikasi pembelajaran model bermain dapat meningkatkan kesegaran
jasmani pada siswa kelas V SD Negeri Plumbungan 1 Karangmalang
Kabupaten Sragen tahun pelajaran 2009/2010.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri Plumbungan 1
Karangmalang Kabupaten Sragen.
2. Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan selama satu bulan sesuai jadwal pelajaran
pendidikan jasmani kelas V SD Negeri Plumbungan 1 Karangmalang Kabupaten
Sragen.
B. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri Plumbungan 1
Karangmalang Kabupaten Sragen tahun pelajaran 2009/2010 berjumlah 30 siswa
yang terbagi atas 13 siswa putri dan 17 siswa putra.
C. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh siswa
kelas V SD Negeri Plumbungan 1 Karangmalang Kabupaten Sragen tahun
pelajaran 2009/2010.
D. Teknik dan Alat Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data dalam penelitian ini dilakukan dengan tes dan
pengukuran kesegaran jasmani dengan Multistage Fitnes Test (MFT) atau Lari
Multitahap dari Depdiknas ( 2003: 66-67). Petunjuk pelaksanaan tes terlampir.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
E. Analisis Data
Tingkat kesegaran jasmani siswa dapat diketahui dengan membandingkan
hasil tes kesegaran jasmani sebelum diberi pembelajaran dengan model bermain
dan sesudah diberi model bermain.
F. Indikator Kinerja
Melalui pembelajaran pendidikan jasmani dengan model bermain
diharapkan tingkat kesegaran jasmani siswa meningkat menjadi lebih baik
dibandingkan sebelumnya. Kemampuan yang diharapkan antara lain:
1. Dapat mengembangkan kebugaran jasmani.
2. Dapat mengembangkan kerjasama.
3. Dapat mengembangkan skill.
4. Dapat mengembangkan sikap kompetetif.
G. Prosedur Penelitian
Penelitian ini dilakukan menggunakan metode penelitian Quasi yang
terdiri ’’Pretest dan Posttest Design’’.Pretest yakni tes awal kesegaran jasmani
dan Posttest ialah tes akhir kesegaran jasmani
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Survei Awal
Untuk memulai pelaksanaan Penelitian Quasi terlebih dahulu dilakukan
survei terhadap objek yang akan diteliti untuk mengetahui kondisi atau keadaan
nyata yang ada di lapangan. Hasil kegiatan survei awal sebagai berikut:
1. Siswa kelas V SD Negeri Plumbungan 1 Karangmalang Kabupaten Sragen
tahun pelajaran 2009/2010 berjumlah 30 siswa yang terbagi atas atas 13 siswa
putri dan 17 siswa putra. Dalam mengikuti pembelajaran Penjas para siswa
cepat lelah (capek) terutama anak perempuan. Selain itu, sering kali dalam
mengikuti upacara bendera mudah pusing, kelihatan pucat bahkan ada yang
pingsan.
2. Dalam mengikuti pembelajaran Penjas siswa kurang aktif bergerak terutama
siswa putri, siswa lebih cenderung suka duduk dan ngobrol, siswa tidak
memaksimalkan waktu pembelajaranuntuk beraktivitas dan lain sebagainya.
3. Terbatasnya sarana dan prasarana Penjas
Terbatasnya sarana dan prasarana yang digunakan untuk mendukung proses
pembelajaran Penjas. Hal itu terbukti dengan minimnya peralatan olahraga
yang dimiliki sekolah untuk pembelajaran Penjas tidak sebanding dengan
jumlah siswa. Misalnya bola kaki hanya 2 buah, bola voli 4 buah, bola kasti 5
buah, tidak memiliki sarana senam dan lain sebagianya.
B. Deskripsi Data
Tujuan penelitian dapat dicapai melalui pengambilan data terhadap sampel
yang telah ditentukan. Data yang dikumpulkan dari hasil tes kesegaran jasmani
dengan tes Multistage Fitnes Test (MFT) atau Lari Multitahap sebelum diberi
pendekatan pembelajaran bermain. Berikut ini disajikan kondisi awal tingkat
kesegaran jasmani Siswa kelas V SD Negeri Plumbungan 1 Karangmalang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
Kabupaten Sragen tahun pelajaran 2009/2010 sebelum diberi model pembelajaran
bermain sebagai berikut:
1. Kondisi Awal Tingkat Kesegaran Jasmani Siswa Putra
Kondisi awal tingkat kesegaran jasmani siswa putra kelas V SD Negeri
Plumbungan 1 Karangmalang Kabupaten Sragen tahun pelajaran 2009/2010
disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:
Tabel 2. Kondisi Awal Tingkat Kesegaran Jasmani Siswa Putra Kelas V SD Negeri Plumbungan 1 Karangmalang Kabupaten Sragen Tahun Pelajaran 2009/2010 Berdasarkan Prediksi VO2 Max
No Nama Level Shuttle Prediksi VO 2 Max 1 Aldo Marianto 3 6 25.2 2 Ajimas Idris R 2 1 20.0 3 Bangkit Galang R 1 5 18.8 4 Burhan Abdulah 2 8 22.8 5 Iwan dhanu Putra 4 6 28.3 6 Irfan Setyo P 2 4 21.1 7 Koko Prayitno 5 5 31.4 8 Muhammad Jafar 3 2 23.6 9 Novandicka A 2 4 21.1 10 S. Dista Anugrah P 6 5 34.7 11 Satya Indra P 2 8 22.8 12 Galih Darma Satria 4 8 29.1 13 Govinda Dio Putra S 4 4 27.6 14 Aji Gadang S 2 5 21.6 15 Fernando Nichola 5 1 29.8 16 Galang Sidik S 4 2 26.8 17 Yasir MS 5 8 32.6
Rata-rata 3 5 25.7 Tertinggi 5 8 34.7 Terendah 1 1 18.8
Berdasarkan data kondisi awal tingkat kesegaran jasmani siswa putra kelas V
SD Negeri Plumbungan 1 Karangmalang Kabupaten Sragen tahun pelajaran
2009/2010 menunjukkan, rata-rata kemampuan lari multitahap pada level 3 shuttle
5, rata-rata prediksi VO2 Max, 25.7 ml/kg bb/menit.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
2. Kondisi Awal Tingkat Kesegaran Jasmani Siswa Putri
Kondisi awal tingkat kesegaran jasmani siswa putri kelas V SD Negeri
Plumbungan 1 Karangmalang Kabupaten Sragen tahun pelajaran 2009/2010
disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:
Tabel 3. Kondisi Awal Tingkat Kesegaran Jasmani Siswa Putri Kelas V SD Negeri Plumbungan 1 Karangmalang Kabupaten Sragen Tahun Pelajaran 2009/2010 Berdasarkan Prediksi VO2 Max
No Nama Level Shuttle Prediksi VO 2 Max 1 Vivi Wulandari 3 2 23.6 2 Laurensia Alfina K 2 3 20.8 3 Wahyuni 2 2 20.4 4 Siti Maimunah 2 5 21.6 5 Yuni S 2 6 22.0 6 Ririn Nur C 2 5 21.6 7 Septi Dwi L 3 2 23.6 8 Tri Mastuti H 2 1 20.0 9 Yuliana P 2 7 22.4 10 Heni Astuti 2 4 21.1 11 Rima Mayang S 2 1 20.0 12 Nur Hidayah 3 1 23.2 13 Nurul Rahmawati 2 7 22.4
Rata-rata 2 4 21.7 Tertinggi 3 7 23.6 Terendah 2 1 20.0
Berdasarkan data kondisi awal tingkat kesegaran jasmani siswa putri kelas
V SD Negeri Plumbungan 1 Karangmalang Kabupaten Sragen tahun pelajaran
2009/2010 menunjukkan, rata-rata kemampuan lari multitahap pada level 2 shuttle
7 dan rata-rata prediksi VO2 Max, 21.7 ml/kg bb/menit.
C. Deskripsi pembelajaran Model Bermain
Berdasarkan data kondisi awal tingkat kesegaran jasmani siswa putri kelas
V SD Negeri Plumbungan 1 Karangmalang Kabupaten Sragen tahun pelajaran
2009/2010, maka tingkat kesegaran jasmaninya perlu ditingkatkan dengan bentuk
pembelajaran yang tepat dengan mengaktifkan gerak siswa dalam mengikuti
pembelajaran Penjas. Model bermain merupakan bentuk pembelajaran yang dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
mendatangkan rasa senang pada peserta didik dan menuntut peserta didik aktif
bergerak. Pada penelitian Quasi ini diberikan tiga jenis model bermain
1) Jalan berbelok-belok Guru mempersiapkan lapangan dengan membuat tanda 10 buah pada setiap jarak 2 m pada masing-masing lintasan. Jumlah lintasan bisa disesuaikan dengan jumlah siswa. Pelaksanaannya sebagai berikut: (1) Setiap siswa yang ada di setiap lintasan harus melewati tanda
dengan berjalan kaki biasa. (2) Setiap siswa yang ada di setiap lintasan harus melewati tanda-tanda
tersebut dengan berjalan kaki cepat
Gambar 13. Permainan Jalan Berbelok-Belok (Yudha M. Saputra, 2001: 84)
2) Lari mengelilingi lapangan dengan diiringi musik
Lapangan yang tersedia dapat digunakan oleh guru sebagai tempat bermain dengan menerapkan berbagai bentuk permainan yang mengandung konsep lari, di antaranya: (1) Guru menugasi siswa untuk berlari (jogging) mengelilingi
lapangan sambil diiringi musik. (2) Musik berhenti semua siswa harus berhenti berlari. (3) Musik dihidupkan kembali siswa berlari kembali begitu
seterusnya.
Gambar 14. Permainan Berlari Diiringi Musik (Yudha M. Saputra, 2001: 98)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
3) Lompat melewati rintangan Disediakan kotak atau kardus yang ditata sedemikian rupa jaraknya, dari kardus yang cukup rendah sampai yang tinggi. Siswa bermain dengan melompati kardus-kardus yang telah ditata. Ketinggian kardus ditata sedemikain rupa, sehingga siswa akan tertantang melompati kardus dari yang rendah sampai yang tinggi. Jika tidak mampu melompati tidak akan menimbulkan cidera atau sakit.
Gambar 15. Permainan Lompat Melewati Rintangan
(Yudha M. Saputra, 2001: 126)
Pembelajaran Penjas dengan model bermain pada model bermain terdiri
dari tiga permainan yaitu: lari berbelok-belok, lari mengelilingi lapangan diiringi
musik dan lari melewati rintangan. Ketiga bentuk permainan tersebut menuntut
siswa aktif bergerak, sehingga dapat meningkatkan kesegaran jasmaninya. Berikut
ini disajikan hasil peningkatan kesegaran jasmani siswa setelah mendapat
pembelajaran dengan model bermain pada model bermain.
1. Peningkatan Kesegaran Jasmani Siswa Putra dari Kondisi Awal ke
Model Bermain
Peningkatan kesegaran jasmani siswa putra kelas 5 SD Negeri
Plumbungan 1 Karangmalang Kabupaten Sragen tahun pelajaran 2009/2010 dari
kondisi awal ke model bermain disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
Tabel 4. Tingkat Kesegaran Jasmani Berdasarkan Prediksi VO2 Max Siswa Putra Kelas V SD Negeri Plumbungan 1 Kabupaten Sragen Tahun Pelajaran 2009/2010 dari Kondisi Awal ke Model Bermain
No Nama
Kondisi Awal Peningkatan pada Model bermain Peningkatan
VO2 Max Level Shuttle VO2 Max
Level Shuttle VO2 Max
1 Aldo Marianto 3 6 25.2 4 1 26.4 1.2 2 Ajimas Idris R 2 1 20.0 2 4 21.1 1.1 3 Bangkit Galang R 1 5 18.8 2 1 20.0 1.2 4 Burhan Abdulah 2 8 22.8 3 7 25.6 2.8 5 Iwan dhanu Putra 4 6 28.3 5 5 31.4 3.1 6 Irfan Setyo P 2 4 21.1 2 8 22.8 1.7 7 Koko Prayitno 5 5 31.4 6 2 33.6 2.2 8 Muhammad Jafar 3 2 23.6 3 4 24.4 0.8 9 Novandicka A 2 4 21.1 2 5 21.6 0.5 10 S. Dista Anugrah P 6 5 34.7 7 2 37.1 2.4 11 Satya Indra P 2 8 22.8 3 2 23.6 0.8 12 Galih Darma Satria 4 8 29.1 6 7 35.4 6.3 13 Govinda Dio P S 4 4 27.6 4 9 29.5 1.9 14 Aji Gadang S 2 5 21.6 2 8 22.8 1.2 15 Fernando Nichola 5 1 29.8 6 3 33.9 4.1 16 Galang Sidik S 4 2 26.8 4 4 27.6 0.8 17 5 8 32.6 6 8 35.7 3.1 Jumlah 56 82 437.3 67 80 472.5 35.2 Rata-rata 3 5 25.7 4 5 27.8 2.07 Tertinggi 5 8 34.7 7 9 37.1 6.3 Terendah 1 1 18.8 2 1 20.0 0.5
Berdasarkan tabel tersebut menunjukkan bahwa, tingkat kesegaran jasmani
siswa putra kelas V SD Negeri Plumbungan 1 Karangmalang Kabupaten Sragen
tahun pelajaran 2009/2010 dari kondisi awal ke Model Bermain mengalami
peningkatan kemampuan VO2 Max rata-rata 2.07 ml/kg bb/menit.
Dihitung dari prosentase tingkat kesegaran jasmani siswa putra kelas V SD
Negeri Plumbungan 1 Karangmalang Kabupaten Sragen tahun pelajaran
2009/2010 kondisi awal sebelum diberi model bermain yaitu 25.7%. Dan setelah
diberi perlakuan model bermain menjadi 27.8%. Hal ini menunjukkan tingkat
kesegaran jasmani siswa putra kelas V SD Negeri Plumbungan 1 Karangmalang
Kabupaten Sragen tahun pelajaran 2009/2010 meningkat 2.1%.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
2. Peningkatan Kesegaran Jasmani Siswa Putri dari Kondisi Awal ke model
bermain
Peningkatan kesegaran jasmani siswa siswa putri kelas V SD Negeri
Plumbungan 1 Karangmalang Kabupaten Sragen tahun pelajaran 2009/2010 dari
kondisi awal ke disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:
Tabel 5. Tingkat Kesegaran Jasmani Berdasarkan Prediksi VO2 Max Siswa Putri
Kelas V SD Negeri Plumbungan 1 Karangmalang Kabupaten Sragen Tahun Pelajaran 2009/2010 dari Kondisi Awal ke Model bermain
No Nama
Kondisi Awal Peningkatan pada Model bermain Peningkatan
VO2 Max Level Shuttle VO2 Max
Level Shuttle VO2 Max
1 Vivi Wulandari 3 2 23.6 3 8 26.0 2.4 2 Laurensia Alfina K 2 3 20.8 3 6 25.2 4.4 3 Wahyuni 2 2 20.4 2 4 21.2 0.8 4 Siti Maimunah 2 5 21.6 3 6 25.2 3.6 5 Yuni S 2 6 22.0 2 8 22.8 0.8 6 Ririn Nur C 2 5 21.6 3 7 25.6 4.0 7 Septi Dwi L 3 2 23.6 3 8 26.0 2.4 8 Tri Mastuti H 2 1 20.0 3 2 23.6 3.6 9 Yuliana P 2 7 22.4 3 3 24.0 1.6 10 Heni Astuti 2 4 21.1 2 5 21.6 0.5 11 Rima Mayang S 2 1 20.0 3 3 24.0 4.0 12 Nur Hidayah 3 1 23.2 4 1 26.4 3.2 13 Nurul Rahmawati 2 7 22.4 3 8 26.0 3.6 Jumlah 29 46 282.7 37 69 317.6 34.9 Rata-rata 2 4 21.7 3 5 24.4 2.7 Tertinggi 3 7 23.6 3 8 26.4 4.4 Terendah 2 1 20.0 2 1 21.2 0.5
Berdasarkan tabel tersebut menunjukkan bahwa, tingkat kesegaran jasmani
siswa putri kelas V SD Negeri Plumbungan 1 Karangmalang Kabupaten Sragen
tahun pelajaran 2009/2010 dari kondisi awal ke model bermain mengalami
peningkatan kemampuan VO2 Max rata-rata 2.7 ml/kg bb/menit.
Dihitung dari prosentase tingkat kesegaran jasmani siswa siswa putra kelas
V SD Negeri Plumbungan 1 Karangmalang Kabupaten Sragen tahun pelajaran
2009/2010 kondisi awal sebelum diberi model bermain yaitu 21.7%. Setelah
diberi perlakuan model bermain menjadi 24.4%. Hal ini menunjukkan tingkat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
kesegaran jasmani siswa putri kelas V SD Negeri Plumbungan 1 Karangmalang
Kabupaten Sragen tahun pelajaran 2009/2010 meningkat 2.7%.
D. Deskripsi pembelajaran Model Bermain
Pada Model Bermain diberikan tiga bentuk permainan yaitu: (1) Jingkat
Keseimbangan, (2) Lempar Bola Warna dan, (3) Menolak ke Sasaran.
Pelaksanaan dari ketiga permainan tersebut sebagai berikut:
1) Jingkat Keseimbangan Jingkat keseimbangan dapat menggunakan papan dari kardus yang diberi warna hitam dan putih. Para siswa pada saat melakukan jingkat, salah satu kaki yang menumpu disesuaikan dengan warna papan. Jika bertumpu pada papan berwarna hitam harus menggunakan kaki kiri, sebaliknya jika bertumpu pada papan berwarna putih harus menggunakan kaki kanan. Jarak pada papan satu dengan yang lainnya bisa disesuaikan dengan kemampuan siswa.
Gambar 4. Jingkat Keseimbangan 2) Lempar bola warna .
Bentuk permainan ini dapat dilakukan dengan menggunakan bola plastik dengan tiga jenis warna dan beberapa bendera yang warnanya disesuaikan dengan warna bola. Para siswa bertugas melempar dan menangkap bola, kemudian para siswa yang menangkap bola berlari menuju bendera dan meletakkan bola ke dekat bendera yang warnanya sesuai dengan bola yang ditangkap.
Gambar 9. Lempar Bola Warna
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
3) Menolak ke sasaran Melempar atau menolak bola voli atau bola basket. Siswa berhadap-hadapan dengan jarak 5-10 meter. Siswa yang memegang bola menolakkan ke depan sejauh-jauhnya, dan siswa yang satunya berusaha menangkan dari pantulan bola yang dilempar. Demikian juga sebaliknya.
Gambar 18. Permainan Menolak Ke Sasaran (Yudha M. Saputra, 2001: 180)
Pada siklus ke 2 (dua) diberi pembelajaran dengan pendekatan bermain
sebanyak tiga permainan yang bertujuan untuk meningkatkan kesegaran jasmani
siswa. Berikut ini disajikan peningkatan kesegaran jasmani siswa dari kondisi
awal ke model bermain sebagai berikut:
1. Peningkatan Kesegaran Jasmani Siswa Putra dari Kondisi Awal ke
model bermain
Peningkatan kesegaran jasmani siswa putra kelas 5 SD Negeri
Plumbungan 1 Karangmalang Kabupaten Sragen tahun pelajaran 2009/2010 dari
kondisi awal ke model bermain disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
Tabel 6. Tingkat Kesegaran Jasmani Berdasarkan Prediksi VO2 Max Siswa Putra Kelas V SD Negeri Plumbungan 1 Karangmalang Kabupaten Sragen Tahun Pelajaran 2009/2010 dari Kondisi Awal ke Model bermain
No Nama
Kondisi Awal Peningkatan pada Model bermain Peningkatan
VO2 Max Level Shuttle VO2 Max
Level Shuttle VO2 Max
1 Aldo Marianto 3 6 25.2 4 4 27.6 2.4 2 Ajimas Idris R 2 1 20.0 2 5 21.6 1.6 3 Bangkit Galang R 1 5 18.8 2 3 20.8 2.0 4 Burhan Abdulah 2 8 22.8 4 2 26.8 4.0 5 Iwan dhanu Putra 4 6 28.3 6 2 33.6 5.3 6 Irfan Setyo P 2 4 21.1 3 2 23.6 2.5 7 Koko Prayitno 5 5 31.4 6 6 35.0 3.6 8 Muhammad Jafar 3 2 23.6 3 4 24.4 0.8 9 Novandicka A 2 4 21.1 2 6 22.0 0.9 10 S. Dista Anugrah P 6 5 34.7 7 7 38.9 4.2 11 Satya Indra P 2 8 22.8 3 6 25.2 2.4 12 Galih Darma Satria 4 8 29.1 7 3 37.5 8.4 13 Govinda Dio P S 4 4 27.6 5 7 32.4 4.8 14 Aji Gadang S 2 5 21.6 3 2 23.6 2.0 15 Fernando Nichola 5 1 29.8 6 9 36.0 6.2 16 Galang Sidik S 4 2 26.8 5 1 29.8 3.0 17 Yasir MS 5 8 32.6 7 4 37.8 5.2 Jumlah 56 82 437.3 75 73 496.6 59.3 Rata-rata 3 5 25.7 4 4 29.2 3.5 Tertinggi 5 8 34.7 7 9 37.8 6.2 Terendah 1 1 18.8 2 1 20.8 0.8
Berdasarkan tabel tersebut menunjukkan bahwa, tingkat kesegaran jasmani
siswa putra kelas V SD Negeri Plumbungan 1 Karangmalang Kabupaten Sragen
tahun pelajaran 2009/2010 dari kondisi awal ke model bermain mengalami
peningkatan kemampuan VO2 Max rata-rata 3.5 ml/kg bb/menit.
Dihitung dari prosentase tingkat kesegaran jasmani siswa putra kelas V SD
Negeri Plumbungan 1 Karangmalang Kabupaten Sragen tahun pelajaran
2009/2010 kondisi awal sebelum diberi model bermain yaitu 25.7%. Setelah
diberi perlakuan model bermain menjadi 29.2%. Hal ini menunjukkan tingkat
kesegaran jasmani siswa putra kelas V SD Negeri Plumbungan 1 Karangmalang
Kabupaten Sragen tahun pelajaran 2009/2010 meningkat 3.5%.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
2. Peningkatan Kesegaran Jasmani Siswa Putri dari Kondisi Awal ke Model
Bermain
Peningkatan kesegaran jasmani siswa putri kelasV SD Negeri Plumbungan
1 Karangmalang Kabupaten Sragen tahun pelajaran 2009/2010 dari kondisi awal
ke Model bermain disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:
Tabel 7. Tingkat Kesegaran Jasmani Berdasarkan Prediksi VO2 Max Siswa Putri
Kelas V SD Negeri Plumbungan 1 Karangmalang Kabupaten Sragen Tahun Pelajaran 2009/2010 dari Kondisi Awal ke Model Bermain
No Nama
Kondisi Awal Peningkatan pada Model bermain Peningkatan
VO2 Max Level Shuttle VO2 Max
Level Shuttle VO2 Max
1 Vivi Wulandari 3 2 23.6 4 6 28.3 4.7 2 Laurensia Alfina K 2 3 20.8 4 5 28.0 7.2 3 Wahyuni 2 2 20.4 2 6 22.0 1.6 4 Siti Maimunah 2 5 21.6 4 4 27.6 6.0 5 Yuni S 2 6 22.0 3 2 23.6 1.6 6 Ririn Nur C 2 5 21.6 4 4 27.6 6.0 7 Septi Dwi L 3 2 23.6 4 5 28.0 4.4 8 Tri Mastuti H 2 1 20.0 3 7 25.6 5.6 9 Yuliana P 2 7 22.4 3 6 25.2 2.8 10 Heni Astuti 2 4 21.1 2 7 22.4 1.3 11 Rima Mayang S 2 1 20.0 4 1 26.4 6.4 12 Nur Hidayah 3 1 23.2 4 8 29.1 5.9 13 Nurul Rahmawati 2 7 22.4 4 4 27.6 5.2 Jumlah 29 46 282.7 45 65 341.1 58.7 Rata-rata 2 4 21.7 3 5 26.2 4.5 Tertinggi 3 7 23.6 4 7 29.1 7.2 Terendah 2 1 20.0 2 1 22.0 1.3
Berdasarkan tabel tersebut menunjukkan bahwa, tingkat kesegaran jasmani
siswa putri kelas V SD Negeri Plumbungan 1 Karangmalang Kabupaten Sragen
tahun pelajaran 2009/2010 dari kondisi awal ke model bermain mengalami
peningkatan kemampuan VO2 Max rata-rata 4.5 ml/kg bb/menit.
Dihitung dari prosentase tingkat kesegaran jasmani siswa putra kelas V SD
Negeri Plumbungan 1 Karangmalang Kabupaten Sragen tahun pelajaran
2009/2010 kondisi awal sebelum diberi model bermain yaitu 21.7%. Setelah
diberi perlakuan model bermain menjadi 26.2%. Hal ini menunjukkan tingkat
kesegaran jasmani siswa putra kelas V SD Negeri Plumbungan 1 Karangmalang
Kabupaten Sragen tahun pelajaran 2009/2010 meningkat 4.5%.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
3. Peningkatan Kesegaran Jasmani Siswa Putra dari Model bermain ke
Model bermain
Peningkatan kesegaran jasmani siswa putra kelas V SD Negeri
Plumbungan 1 Karangmalang Kabupaten Sragen tahun pelajaran 2009/2010 dari
kondisi awal ke model bermain dari model bermain ke model bermain disajikan
dalam bentuk tabel sebagai berikut:
Tabel 8. Tingkat Kesegaran Jasmani Berdasarkan Prediksi VO2 Max Siswa Putra Kelas V SD Negeri Plumbungan 1 Karangmalang Kabupaten Sragen Tahun Pelajaran 2009/201 dari Model bermain ke Model bermain
No Nama
Model bermain Peningkatan pada Model bermain Peningkatan
VO2 Max Level Shuttle VO2 Max
Level Shuttle VO2 Max
1 Aldo Marianto 4 1 26.4 4 4 27.6 1.2 2 Ajimas Idris R 2 4 21.1 2 5 21.6 0.5 3 Bangkit Galang R 2 1 20.0 2 3 20.8 0.8 4 Burhan Abdulah 3 7 25.6 4 2 26.8 1.2 5 Iwan dhanu Putra 5 5 31.4 6 2 33.6 2.2 6 Irfan Setyo P 2 8 22.8 3 2 23.6 0.8 7 Koko Prayitno 6 2 33.6 6 6 35.0 1.4 8 Muhammad Jafar 3 4 24.4 3 4 24.4 0.0 9 Novandicka A 2 5 21.6 2 6 22.0 0.4 10 S. Dista Anugrah P 7 2 37.1 7 7 38.9 1.8 11 Satya Indra P 3 2 23.6 3 6 25.2 1.6 12 Galih Darma Satria 6 7 35.4 7 3 37.5 2.1 13 Govinda Dio P S 4 9 29.5 5 7 32.4 2.9 14 Aji Gadang S 2 8 22.8 3 2 23.6 0.8 15 Fernando Nichola 6 3 33.9 6 9 36.0 2.1 16 Galang Sidik S 4 4 27.6 5 1 29.8 2.2 17 Yasir MS 6 8 35.7 7 4 37.8 2.1 Jumlah 67 80 472.5 75 73 496.6 24.1 Rata-rata 4 5 27.8 4 4 29.2 1.4 Tertinggi 7 9 37.1 7 9 37.8 2.9 Terendah 2 1 20.0 2 1 20.8 0.0
Berdasarkan tabel tersebut menunjukkan bahwa, tingkat kesegaran jasmani siswa
putra kelas V SD Negeri Plumbungan 1 Karangmalang Kabupaten Sragen tahun
pelajaran 2009/2010 dari model bermain ke model bermain mengalami
peningkatan kemampuan VO2 Max rata-rata 1.4 ml/kg bb/menit.
Dihitung dari prosentase tingkat kesegaran jasmani siswa putra kelas V SD
Negeri Plumbungan 1 Karangmalang Kabupaten Sragen tahun pelajaran
2009/2010 pada model bermain yaitu 27.8%. Setelah diberi perlakuan model
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
bermain menjadi 29.2%. Hal ini menunjukkan tingkat kesegaran jasmani siswa
putra kelas V SD Negeri Plumbungan 1 Karangmalang Kabupaten Sragen tahun
pelajaran 2009/2010 meningkat 1.4%.
4. Peningkatan Kesegaran Jasmani Siswa Putri dari Model bermain ke
Model bermain
Peningkatan kesegaran jasmani siswa putri kelas V SD Negeri
Plumbungan 1 Karangmalang Kabupaten Sragen tahun pelajaran 2009/2010 dari
model bermain ke model bermain disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:
Tabel 9. Tingkat Kesegaran Jasmani Berdasarkan Prediksi VO2 Max pada Siswa Putri Kelas V SD Negeri Plumbungan 1 Karangmalang Kabupaten Sragen Tahun Pelajaran 2009/2010 dari Model bermain ke Model bermain
No Nama
Model bermain Peningkatan pada Model bermain Peningkatan
VO2 Max Level Shuttle VO2 Max
Level Shuttle VO2 Max
1 Vivi Wulandari 3 8 26.0 4 6 28.3 2.3 2 Laurensia Alfina K 3 6 25.2 4 5 28.0 2.8 3 Wahyuni 2 4 21.2 2 6 22.0 0.8 4 Siti Maimunah 3 6 25.2 4 4 27.6 2.4 5 Yuni S 2 8 22.8 3 2 23.6 0.8 6 Ririn Nur C 3 7 25.6 4 4 27.6 2.0 7 Septi Dwi L 3 8 26.0 4 5 28.0 2.0 8 Tri Mastuti H 3 2 23.6 3 7 25.6 2.0 9 Yuliana P 3 3 24.0 3 6 25.2 1.2 10 Heni Astuti 2 5 21.6 2 7 22.4 0.8 11 Rima Mayang S 3 3 24.0 4 1 26.4 2.4 12 Nur Hidayah 4 1 26.4 4 8 29.1 2.7 13 Nurul Rahmawati 3 8 26.0 4 4 27.6 1.6 Jumlah 37 69 317.6 45 65 341.1 23.8 Rata-rata 3 5 24.4 3 5 26.2 1.8 Tertinggi 3 8 26.4 4 7 29.1 2.8 Terendah 2 1 21.2 2 1 22.0 0.8
Berdasarkan tabel tersebut menunjukkan bahwa, tingkat kesegaran jasmani
siswa putri kelas V SD Negeri Plumbungan 1 Karangmalang Kabupaten Sragen
tahun pelajaran 2009/2010 dari model bermain ke model bermain mengalami
peningkatan kemampuan VO2 Max rata-rata 1.8 ml/kg bb/menit.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
Dihitung dari prosentase tingkat kesegaran jasmani siswa putra kelas V SD
Negeri Plumbungan 1 Karangmalang Kabupaten Sragen tahun pelajaran
2009/2010 pada model bermain yaitu 24.4%. Setelah diberi perlakuan model
bermain menjadi 26.2%. Hal ini menunjukkan tingkat kesegaran jasmani siswa
putri kelas V SD Negeri Plumbungan 1 Karangmalang Kabupaten Sragen tahun
pelajaran 2009/2010 meningkat 1.8%.
E. Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas pada siswa kelas
V SD Negeri Plumbungan 1 Karangmalang Kabupaten Sragen tahun pelajaran
2009/2010 dapat dipaparkan pembahasan hasil penelitian sebagai berikut:
1. Perbandingan Peningkatan Kemampuan VO2 Max Siswa Putra dari
Kondisi Awal ke Model bermain
Perbandingan peningkatan kemampuan VO 2 Max siswa putra kelas V SD
Negeri Plumbungan 1 Karangmalang Kabupaten Sragen tahun pelajaran
2009/2010 dari kondisi awal ke model bermain disajikan dalam bentuk tabel
sebagai berikut:
Tabel 10. Perbandingan Peningkatan Kemampuan VO 2 Max Siswa Putra Kelas
V SD Negeri Plumbungan 1 Karangmalang Kabupaten Sragen Tahun Pelajaran 2009/2010 dari Kondisi Awal ke Model bermain.
Rata-Rata Kondisi Awal VO2 Max
Rata-Rata VO2 Max Model bermain
Peningkatan VO2 Max
25.7 27.8 2.07 Lebih jelasnya berikut ini disajikan grafik perbandingan tingkat kesegaran
jasmani siswa putra kelas V SD Negeri Plumbungan 1 Karangmalang Kabupaten
Sragen tahun pelajaran 2009/2010 dari kondisi awal ke model bermain sebagai
berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
Grafik 1. Perbadingan dan Peningkatan Kemampuan VO2 Max Siswa Putra Kelas V SD Negeri Plumbungan 1 Karangmalang Kabupaten Sragen Tahun Pelajaran 2009/2010 dari Kondisi Awal ke Model bermain
Berdasarkan grafik tersebut menggambarkan bahwa, tingkat kesegaran
jasmani siswa putra kelas V SD Negeri Plumbungan 1 Karangmalang Kabupaten
Sragen tahun pelajaran 2009/2010 mengalami peningkatan yang cukup baik. Hal
ini dapat dilihat bahwa, kemampuan VO2 Max mengalami peningkatan dari
kondisi awal ke model bermain. Kondisi awal rata-rata kemampuan VO2 Max
25.7 ml/kg bb/menit, kemudian diberi pendekatan pembelajaran bermain pada
model bermain rata-rata kemampuan VO2 Max menjadi 27.8 ml/kg bb/menit,
meningkat 2.07 ml/kg bb/menit.
2. Perbandingan Peningkatan Kemampuan VO2 Max Siswa Putra dari
Kondisi Awal ke Model bermain
Perbandingan peningkatan kemampuan VO2 Max siswa putra kelas V SD
Negeri Plumbungan 1 Karangmalang Kabupaten Sragen tahun pelajaran
2009/2010 dari kondisi awal ke model bermain disajikan dalam bentuk tabel
sebagai berikut:
Tabel 11. Perbandingan Peningkatan Kemampuan VO2 Max Siswa Putra kelas V SD Negeri Plumbungan 1 Karangmalang Kabupaten Sragen Tahun Pelajaran 2009/2010 dari Kondisi Awal ke Model bermain.
Rata-Rata Kondisi Awal VO2
Max Rata-Rata VO2 Max Model
bermain Peningkatan VO2 Max
25.7 29.2 3.5 Lebih jelasnya berikut ini disajikan grafik perbandingan tingkat kesegaran
jasmani siswa putra kelas V SD Negeri Plumbungan 1 Karangmalang Kabupaten
25.727.8
2.07
0
5
10 15 20 25 30
K. Awal Siklus 1 Pn
Peningkatan Kesegaran Jasmani Siswa Putra Dari Kondisi Awal Ke Model Bermain
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
Sragen tahun pelajaran 2009/2010 dari kondisi awal ke model bermain sebagai
berikut:
Grafik 2. Perbadingan dan Peningkatan Kemampuan VO2 Max Siswa Putra kelas
V SD Negeri Plumbungan 1 Karangmalang Kabupaten Sragen Tahun Pelajaran 2009/2010 dari Kondisi Awal ke Model bermain
Berdasarkan grafik tersebut menggambarkan bahwa, tingkat kesegaran
jasmani siswa putra kelas V SD Negeri Plumbungan 1 Karangmalang Kabupaten
Sragen tahun pelajaran 2009/2010 mengalami peningkatan yang cukup baik. Hal
ini dapat dilihat bahwa, kemampuan VO2 Max mengalami peningkatan dari
kondisi awal ke model bermain. Kondisi awal rata-rata kemampuan VO2 Max
25.7 ml/kg bb/menit, kemudian diberi pendekatan pembelajaran bermain pada
model bermain rata-rata kemampuan VO2 Max menjadi 29.2 ml/kg bb/menit,
meningkat 3.5 ml/kg bb/menit.
3. Perbandingan Peningkatan Kemampuan VO2 Max Siswa Putra dari
Model bermain ke Model bermain
Perbandingan peningkatan kemampuan VO2 Max siswa putra kelas V SD
Negeri Plumbungan 1 Karangmalang Kabupaten Sragen tahun pelajaran
2009/2010 dari model bermain ke model bermain disajikan dalam bentuk tabel
sebagai berikut:
Tabel 12. Perbandingan Peningkatan Kemampuan VO2 Max Siswa Putra kelas V
SD Negeri Plumbungan 1 Karangmalang Kabupaten Sragen Tahun Pelajaran 2009/2010 dari Model bermain ke Model bermain.
Rata-Rata VO2 Max Model
bermain Rata-Rata VO2 Max Model
bermain Peningkatan VO2 Max
27.8 29.2 1.4
25.729.2
3.5
0
5
10
15
20
25
30
Pn
Peningkatan Kesegaran Jasmani Siswa Putra Dari
Kondisi Awal ke Model Bermain
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
Lebih jelasnya berikut ini disajikan grafik perbandingan tingkat kesegaran
jasmani siswa putra kelas V SD Negeri Plumbungan 1 Karangmalang Kabupaten
Sragen tahun pelajaran 2009/2010 dari model bermain ke model bermain sebagai
berikut:
Grafik 3. Perbadingan dan Peningkatan Kemampuan VO2 Max Siswa Putra kelas V SD Negeri Plumbungan 1 Karangmalang Kabupaten Sragen Tahun Pelajaran 2009/2010 dari Model bermain ke Model bermain
Berdasarkan grafik tersebut menggambarkan, tingkat kesegaran jasmani
siswa putra kelas V SD Negeri Plumbungan 1 Karangmalang Kabupaten Sragen
tahun pelajaran 2009/2010 mengalami peningkatan yang cukup baik. Hal ini
dapat dilihat bahwa, kemampuan VO2 Max mengalami peningkatan dari model
bermain ke model bermain. Rata-rata kemampuan VO2 Max model bermain
sebesar 27.8 ml/kg bb/menit, kemudian diberi pendekatan pembelajaran bermain
pada model bermain rata-rata kemampuan VO2 Max menjadi 29.2 ml/kg
bb/menit, meningkat 1.4 ml/kg bb/menit.
4. Perbandingan Peningkatan Kemampuan VO2 Max Siswa Putri dari
Kondisi Awal ke Model bermain
Perbandingan peningkatan kemampuan VO2 Max siswa putri kelas V SD
Negeri Plumbungan 1 Karangmalang Kabupaten Sragen tahun pelajaran
2009/2010 dari kondisi awal ke model bermain disajikan dalam bentuk tabel
sebagai berikut:
27.8 29.2
1.4
0
5
10
15
20
25
30
Pn
Peningkatan Kesegaran Jasmani Siswa Putra Dari
Model Bermain ke Model Bermain
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
Tabel 13. Perbandingan Peningkatan Kemampuan VO2 Max Siswa Putri Kelas V SD Negeri Plumbungan 1 Karangmalang Kabupaten Sragen Tahun Pelajaran 2009/2010 dari Kondisi Awal ke Model bermain.
Rata-Rata Kondisi Awal VO2 Max
Rata-Rata VO2 Max Model bermain
Peningkatan VO2 Max
21.7 24.4 2.7 Lebih jelasnya berikut ini disajikan grafik perbandingan tingkat kesegaran
jasmani siswa putri kelas V SD Negeri Plumbungan 1 Karangmalang Kabupaten
Sragen tahun pelajaran 2009/2010 dari kondisi awal ke model bermain sebagai
berikut:
Grafik 4. Perbadingan dan Peningkatan Kemampuan VO2 Max Siswa Putri Kelas V SD Negeri Plumbungan 1 Karangmalang Kabupaten Sragen Tahun Pelajaran 2009/2010 dari Kondisi Awal ke Model bermain
Berdasarkan grafik tersebut menggambarkan, tingkat kesegaran jasmani
siswa putri kelas V SD Negeri Plumbungan 1 Karangmalang Kabupaten Sragen
tahun pelajaran 2009/2010 mengalami peningkatan yang cukup baik. Hal ini
dapat dilihat bahwa, kemampuan VO2 Max mengalami peningkatan dari kondisi
awal ke model bermain. Kondisi awal rata-rata kemampuan VO2 Max 21.7 ml/kg
bb/menit, kemudian diberi pendekatan pembelajaran bermain pada model bermain
rata-rata kemampuan VO2 Max menjadi 24.4 ml/kg bb/menit, meningkat 2.7
ml/kg bb/menit.
5. Perbandingan Peningkatan Kemampuan VO2 Max Siswa Putri dari
Kondisi Awal ke Model bermain
Perbandingan peningkatan kemampuan VO 2 Max siswa putri kelas V SD
Negeri Plumbungan 1 Karangmalang Kabupaten Sragen tahun pelajaran
2009/2010 dari kondisi awal ke model bermain disajikan dalam bentuk tabel
sebagai berikut:
21.7 24.4
2.7
0
5
10
15
20
25
Pn
Peningkatan Kesegaran Jasmani Siswa Putri Dari
Kondisi Awal ke Model Bermain
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
Tabel 14. Perbandingan Peningkatan Kemampuan VO 2 Max Siswa Putri Kelas V SD Negeri Plumbungan 1 Karangmalang Kabupaten Sragen Tahun Pelajaran 2009/2010 dari Kondisi Awal ke Model bermain.
Rata-Rata Kondisi Awal
VO2 Max Rata-Rata VO2 Max Model
bermain Peningkatan VO2 Max
21.7 26.2 4.5 Lebih jelasnya berikut ini disajikan grafik perbandingan tingkat kesegaran
jasmani siswa putri kelas V SD Negeri Plumbungan 1 Karangmalang Kabupaten
Sragen tahun pelajaran 2009/2010 dari kondisi awal ke model bermain sebagai
berikut:
Grafik 5. Perbadingan dan Peningkatan Kemampuan VO2 Max Siswa Putri Kelas V SD Negeri Plumbungan 1 Karangmalang Kabupaten Sragen Tahun Pelajaran 2009/2010 dari Kondisi Awal ke Model bermain
Berdasarkan grafik tersebut menggambarkan bahwa, tingkat kesegaran
jasmani siswa putri kelas V SD Negeri Plumbungan 1 Karangmalang Kabupaten
Sragen tahun pelajaran 2009/2010 mengalami peningkatan yang cukup baik. Hal
ini dapat dilihat bahwa, kemampuan VO2 Max mengalami peningkatan dari
kondisi awal ke model bermain. Kondisi awal rata-rata kemampuan VO2 Max
21.7 ml/kg bb/menit, kemudian diberi pendekatan pembelajaran bermain pada
model bermain rata-rata kemampuan VO2 Max menjadi 26.2 ml/kg bb/menit,
meningkat 4.5 ml/kg bb/menit.
6. Perbandingan Peningkatan Kemampuan VO2 Max Siswa Putri dari
Model bermain ke Model bermain
Perbandingan peningkatan kemampuan VO 2 Max siswa putri kelas V SD
Negeri Plumbungan 1 Karangmalang Kabupaten Sragen tahun pelajaran
21.7 26.2
4.5
0
5
10
15
20
25
30
Pn
Pen ingkatan K esegaran Jasmani Siswa Putri Dari
Kondisi Awal ke Model Bermain
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
2009/2010 dari model bermain ke model bermain disajikan dalam bentuk tabel
sebagai berikut:
Tabel 15. Perbandingan Peningkatan Kemampuan VO2 Max Siswa Putri Kelas V
SD Negeri Plumbungan 1 Karangmalang Kabupaten Sragen Tahun Pelajaran 2009/2010 dari Model bermain ke Model bermain.
Rata-Rata VO2 Max Model bermain
Rata-Rata VO2 Max Model bermain
Peningkatan VO2 Max
24.4 26.2 1.8 Lebih jelasnya berikut ini disajikan grafik perbandingan tingkat kesegaran
jasmani siswa putri kelas V SD Negeri Plumbungan 1 Karangmalang Kabupaten
Sragen tahun pelajaran 2009/2010 dari model bermain ke model bermain sebagai
berikut:
Grafik 6. Perbadingan dan Peningkatan Kemampuan VO2 Max Siswa Putri Kelas
V SD Negeri Plumbungan 1 Karangmalang Kabupaten Sragen Tahun Pelajaran 2009/2010 dari Model bermain ke Model bermain
Berdasarkan grafik tersebut menggambarkan bahwa, tingkat kesegaran
jasmani siswa putri kelas V SD Negeri Plumbungan 1 Karangmalang Kabupaten
Sragen tahun pelajaran 2009/2010 mengalami peningkatan yang cukup baik. Hal
ini dapat dilihat bahwa, kemampuan VO2 Max mengalami peningkatan dari
model bermain ke model bermain. Rata-rata kemampuan VO2 Max pada model
bermain sebesar 24.4 ml/kg bb/menit, kemudian diberi pendekatan pembelajaran
bermain pada model bermain rata-rata kemampuan VO2 Max menjadi 26.2 ml/kg
bb/menit, meningkat 1.8 ml/kg bb/menit.
24.4 26.2
1.8
0
5
10
15
20
25
30
Pn
Peningkatan Kesegaran Jasmani Siswa Putri Dari Model Bermain ke Model Bermain
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
7. Peningkatan Kesegaran Jasmani secara Keseluruhan
Prosentase peningkatan kesegaran jasmani siswa putri kelas V SD Negeri
Plumbungan 1 Karangmalang Kabupaten Sragen tahun pelajaran 2009/2010
disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:
Tabel 16. Peningkatan Kesegaran Jasmani Siswa Kelas V SD Negeri Plumbungan 1 Karangmalang Kabupaten Sragen Tahun Pelajaran 2009/2010 secara Keseluruhan
Tes Gain Score Pretest 0.0 Posttest 1 2.3 Posttets 2 1.6
Untuk lebih jelasnya berikut ini disajikan grafik peningkatan kesegaran
jasmani siswa kelas V SD Negeri Plumbungan 1 Karangmalang Kabupaten
Sragen tahun pelajaran 2009/2010 sebagai berikut:
22.0
23.0
24.0
25.0
26.0
27.0
28.0
Nilai
Tes
Rerata Nilai Kesegaran Jasmani
Rerata 24.0 26.3 27.9
Pretest Posttest I Postest II
Grafik 7. Peningkatan Kesegaran Jasmani Siswa Kelas V SD Negeri Plumbungan 1 Karangmalang Kabupaten Sragen Tahun Pelajaran 2009/2010 secara Keseluruhan
Sedangkan rerata peningkatan kesegaran jasmani siswa kelas V SD Negeri
Plumbungan 1 Karangmalang Kabupaten Sragen tahun pelajaran 2009/2010
disajikan dalam bentuk grafik sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
Rerata Nilai Kesegaran Jasmani
22.0
23.0
24.0
25.0
26.0
27.0
28.0
29.0
Nilai
Rerata 24.0 26.3 27.9
Pretest Posttest I Postest II
Grafik 8. Rerata Peningkatan Kesegaran Jasmani Siswa Kelas V SD Negeri Plumbungan 1 Karangmalang Kabupaten Sragen Tahun Pelajaran 2009/2010 secara Keseluruhan
8. Menghitung Peningkatan Kesegaran Jasmani dalam Prosen
Prosentase peningkatan kesegaran jasmani siswa kelas V SD Negeri
Plumbungan 1 Karangmalang Kabupaten Srage tahun pelajaran 2009/2010
sebagai berikut:
1. Hasil penghitungan peningkatan dari pretest ke posttest I.
Mean test awal = 24.000 Mean tes akhir = 26.337 Mean different = 2.337
Prosentase peningkatan =
Mean different X 100%
Mean test awal
= 2.337
X 100% = 9.736% 24.000
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
2. Hasil penghitungan peningkatan dari posttest I ke posttest II. Mean test awal = 26.337 Mean tes akhir = 27.933 Mean different = 1.597
Prosentase peningkatan =
Mean different X 100%
Mean test awal
= 1.597
X 100% = 6.063% 26.337 3. Hasil penghitungan peningkatan dari prettest ke posttest
II. Mean test awal = 24.000 Mean tes akhir = 27.933 Mean different = 3.933
Prosentase peningkatan =
Mean different X 100%
Mean test awal
= 3.933
X 100% = 16.389% 24.000
Berdasarkan hasil peningkatan kemampuan VO2 Max setelah mendapat
model pembelajaran bermain dapat disimpulkan bahwa, dari kondisi awal ke
model bermain mengalami peningkatan kesegaran jasmani 9.7%. Dari model
bermain ke model bermain mengalami peningkatan kesegaran jasmani 6.1%. Dari
kondisi awal ke model bermain mengalami peningkatan kesegaran jasmani 16.4%.
Dengan demikian hipotesis yang menyatakan, aplikasi pembelajaran model
bermain dapat meningkatkan kesegaran jasmani pada siswa kelas V SD Negeri
Plumbungan 1 Karangmalang Kabupaten Sragen tahun pelajaran 2009/2010,
dapat diterima kebenarannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Simpulan
Penelitian Tindakan Kelas yang dilaksanakan pada siswa kelas V SD
Negeri Plumbungan 1 Karangmalang Kabupaten Sragen tahun pelajaran
2009/2010 dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklus terdiri atas empat
tahapan, yaitu: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) observasi dan
interpretasi, dan (4) analisis dan refleksi. Berdasarkan analisis data yang telah
dilakukan dan pembahasan yang telah diungkapkan pada BAB IV, diperoleh
simpulan sebagai berikut:
Aplikasi pembelajaran model bermain dapat meningkatkan kesegaran
jasmani pada siswa kelas V SD Negeri Plumbungan 1 Karangmalang
Kabupaten Sragen tahun pelajaran 2009/2010. Dari kondisi awal dan
pemberian model bermain menunjukkan rata-rata peningkatan kesegaran
jasmaninya 16.4%
B. Implikasi
Penelitian ini memberikan suatu gambaran yang jelas bahwa
keberhasilan proses pembelajaran tergantung pada beberapa faktor. Faktor-faktor
tersebut berasal dari pihak guru maupun siswa serta alat/media pembelajaran yang
digunakan.
Kemampuan guru dalam mengembangkan materi, menyampaikan
materi, mengelola kelas, metode yang digunakan dalam proses pembelajaran,
serta teknik yang digunakan guru sebagai sarana untuk menyampaikan materi.
Faktor dari siswa yaitu, minat dan motivasi dalam mengikuti proses pembelajaran,
ketersediaan alat/media pembelajaran yang menarik dapat membantu siswa dalam
mengikuti pembelajaran, sehingga akan diperoleh hasil belajar yang optimal.
Penelitian ini juga memberikan deskripsi yang jelas bahwa, dengan
model bermain dapat meningkatkan motivasi belajar siswa (baik proses maupun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
hasil), sehingga penelitian ini dapat digunakan sebagai suatu pertimbangan bagi
guru yang ingin menggunakan media yang berupa peralatan yang sederhaha
seperti kardus, tali, ban bekas, temannya sendiri ataupun alat yang lain sebagai
media alternatif dalam pembelajaran dengan model bermain. Bagi guru bidang
studi Pendidikan Jasmani dan Olahraga, hasil penelitian ini dapat digunakan
sebagai suatu alternatif dalam melaksanakan proses pembelajaran Penjas
khususnya yang berkaitan dengan peningkatan kesegaran jasmani yang efektif dan
menarik yang membuat siswa lebih aktif serta menghapus persepsi siswa
mengenai pembelajaran Penjas yang pada awalnya membosankan menjadi
pembelajaran yang menyenangkan.
C. Saran
Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disarankan beberapa hal,
khususnya kepada para guru Penjasorkes sebagai berikut:
1. Guru hendaknya terus berusaha untuk meningkatkan kemampuannya dalam
mengembangkan materi, menyampaikan materi, serta dalam mengelola kelas,
sehingga kualitas pembelajaran yang dilakukannya dapat terus meningkat
seiring dengan peningkatan kemampuan yang dimilikinya. Selain itu, guru
hendaknya mau membuka diri untuk menerima berbagai bentuk masukan,
saran, dan kritikan agar dapat lebih memperbaiki kualitas mengajarnya.
2. Guru hendaknya lebih inovatif dalam menerapkan metode untuk
menyampaikan materi pembelajaran.
3. Sekolah hendaknya berusaha menyediakan fasilitas yang dapat mendukung
kelancaran kegiatan belajar mengajar.