aplikasi ensemble empirical mode decomposition(eemd) pada data vlf-em vgrad untuk memetakan fosfat...

5
Seminar Nasional Pascasarjana XII ITS, Surabaya 12 Juli 2012 ISBN No. Aplikasi Ensemble Empirical Mode Decomposition(EEMD) Pada Data VLF-EM vGrad Untuk Memetakan Fosfat Di Daerah Sukolilo Pati Jawa Tengah J.P.G.N. Rochman 1 , A.S.Bahri 1 , B.J.Santosa 1, Ghufron 1 Jurusan Fisika, Institut Teknologi Sepuluh Nopember,Surabaya,Indonesia 1 [email protected] Abstrak Telah dilakukan analisis dari data VLF-EM vGrad dengan menggunakan Ensamble Empirical Mode Decomposition (EEMD) dan inversi 2-D untuk mengetahui sebaran deposit fosfat di Perum Perhutani KPH PATI BKPH Sukolil-Pati Jawa Tengah. EEMD ini digunakan sebagai filter. Pengolahan data dengan EEMD ini bertujuan untuk menghilangkan noise geologi dan background EM wave yang bersifat non linier. Filter ini merupakan pengembangan dari metode Empirical Mode Decomposition (EMD). Data yang digunakan paper ini berupa inphase dan quadrature pada data VLF-EM vGrad. Dari hasil penggunanan EEMD ini didapatkan data inphase dan quadrature dengan kurva yang lebih smoth, dan mampu meningkatkan signal to noise ratio (S/N). Setelah diolah dengan EEMD dilakukan proses inversi. Software yang digunakan dalam proses inversi ini adalah Inv2DVLF yang berbasiskan metode finite elemen. Hasil dari proses inversi dengan input data yang sudah difilter dengan EEMD didapatkan sebaran fosfat yang lebih jelas yaitu terlihat mengarah ke utara dengan kedalaman 5 40 m. Katakunci: EEMD, VLF-EM vGrad, Inv2DVLF, fosfat, Sukolilo-Pati 1. Pendahuluan Fosfat merupakan bahan tambang yang sangat penting bagi industri pupuk. Sejak tahun 2003 Indonesia harus mengimpor bahan tersebut. Padahal cadangan fosfat Indonesia diperkirakan 2,5 juta tons. Salah satu cadangan phospate di temukan di daerah kars Pati Jawa Tengah. Temuan phospate tersebut terletak di permukaan sampai kedalaman 8 meter (Ghufron, 2010). Untuk itu perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai keberadaan fosfat di daerah tersebut. Metode geofisika yang lebih efektif dan efisien untuk mengeksplorasi bahan tambang dengan kedalaman dangkal adalah Very Low Frequency (VLF-EM) (Paál, 1965; Paterson da Ronka, 1971; Bernard dan Valla, 1991; Jeng et al., (2004). Bosh dan muller (2001) mengembangkan metode very low frequency elektromagnetik vertical Gradient (VLF-EM-vGrad) dengan memvariasikan ketinggian pada suatu titik pengukuran yang diapkikasikan untuk mencari rongga bawah permukaan di daerah kars, lebih jelas dalam tergambarkan dari hasil pengolahan dan intepretasinya (Santos dkk, 2006 ; Bahri dkk, 2008). Kualitas data VLF-EM sering terganggu dengan berbagai noise misalnya kondisi geologi yang menginduksi VLF-EM (Everett dan Weiss, 2000). Hampir semua noise tersebut bersifat non linier sehingga sulit dihlangkan dengan cara konvensiaonal. Untuk itu perlu di lakukan pengolahan data VLF-EM dengan menggunakan Ensamble Emperical Mode Decomposition (EEMD) filter yang dikenalkan oleh Wu dan Huang (2009). Metode ini di dasarkan pada pengembangan lebih lanjut dari Empirical Mode Decomposotion (Huang dkk, 1998). Metode ini terbukti bisa menigkatkan signal to noise ratio (S/N) pada signal nonlinear. 2. Dasar Teori 2.1 Metode VLF-EM dan VLF-EM vGrad Metode VLF-EM adalah salah satu metode elektromagnetik yang digunakan untuk memprediksi nilai resistivitas struktur bawah permukaan berdasarkan medan elektromagnetik alam. Metode ini termasuk metode pasif karena hanya menerima sinyal yang berasal dari pemancar radio militer (untuk navigasi) sebagai gelombang primer. Pemancar ini menghasilkan gelombang EM yang dapat menginduksi arus eddy sekunder, terutama pada daerah yang memiliki nilai konduktivitas pada daerah target 2D yang memanjang. Paal (1965) mengamati pada gelombang radio pada VLF bisa digunakan memetakan daerah yang memiliki deposit mineral. Pengenalan pengukuran baru dengan teknik gradio di lalukan dengan mengulang variasi ketinggian di setiap titik pengukuran (Bosch dan Muller, 2001). Pada pengukuran teknik ini yang terpenting adalah nilai pada titik pengukuran yang berbeda tinggi, dimana nilai perbedaaannya hanya ditentukan oleh medan magnet sekunder yang disebabnkan nilai konduktivitas bahwa permukaan saja. Secara matematis :

Upload: hafidz-dezulfakar

Post on 25-Sep-2015

28 views

Category:

Documents


16 download

DESCRIPTION

z

TRANSCRIPT

  • Seminar Nasional Pascasarjana XII ITS, Surabaya 12 Juli 2012 ISBN No.

    Aplikasi Ensemble Empirical Mode Decomposition(EEMD) Pada Data

    VLF-EM vGrad Untuk Memetakan Fosfat Di Daerah Sukolilo Pati

    Jawa Tengah

    J.P.G.N. Rochman 1, A.S.Bahri

    1, B.J.Santosa

    1, Ghufron

    1

    Jurusan Fisika, Institut Teknologi Sepuluh Nopember,Surabaya,Indonesia1

    [email protected]

    Abstrak

    Telah dilakukan analisis dari data VLF-EM vGrad dengan menggunakan Ensamble Empirical Mode

    Decomposition (EEMD) dan inversi 2-D untuk mengetahui sebaran deposit fosfat di Perum Perhutani

    KPH PATI BKPH Sukolil-Pati Jawa Tengah. EEMD ini digunakan sebagai filter. Pengolahan data

    dengan EEMD ini bertujuan untuk menghilangkan noise geologi dan background EM wave yang

    bersifat non linier. Filter ini merupakan pengembangan dari metode Empirical Mode Decomposition

    (EMD). Data yang digunakan paper ini berupa inphase dan quadrature pada data VLF-EM vGrad.

    Dari hasil penggunanan EEMD ini didapatkan data inphase dan quadrature dengan kurva yang lebih

    smoth, dan mampu meningkatkan signal to noise ratio (S/N). Setelah diolah dengan EEMD dilakukan

    proses inversi. Software yang digunakan dalam proses inversi ini adalah Inv2DVLF yang berbasiskan

    metode finite elemen. Hasil dari proses inversi dengan input data yang sudah difilter dengan EEMD

    didapatkan sebaran fosfat yang lebih jelas yaitu terlihat mengarah ke utara dengan kedalaman 5 40 m.

    Katakunci: EEMD, VLF-EM vGrad, Inv2DVLF, fosfat, Sukolilo-Pati

    1. Pendahuluan

    Fosfat merupakan bahan tambang yang sangat

    penting bagi industri pupuk. Sejak tahun 2003

    Indonesia harus mengimpor bahan tersebut.

    Padahal cadangan fosfat Indonesia diperkirakan

    2,5 juta tons. Salah satu cadangan phospate di

    temukan di daerah kars Pati Jawa Tengah.

    Temuan phospate tersebut terletak di permukaan

    sampai kedalaman 8 meter (Ghufron, 2010).

    Untuk itu perlu dilakukan penelitian lebih lanjut

    mengenai keberadaan fosfat di daerah tersebut.

    Metode geofisika yang lebih efektif dan efisien

    untuk mengeksplorasi bahan tambang dengan

    kedalaman dangkal adalah Very Low Frequency

    (VLF-EM) (Pal, 1965; Paterson da Ronka,

    1971; Bernard dan Valla, 1991; Jeng et al.,

    (2004). Bosh dan muller (2001) mengembangkan

    metode very low frequency elektromagnetik

    vertical Gradient (VLF-EM-vGrad) dengan

    memvariasikan ketinggian pada suatu titik

    pengukuran yang diapkikasikan untuk mencari

    rongga bawah permukaan di daerah kars, lebih

    jelas dalam tergambarkan dari hasil pengolahan

    dan intepretasinya (Santos dkk, 2006 ; Bahri dkk,

    2008). Kualitas data VLF-EM sering terganggu

    dengan berbagai noise misalnya kondisi geologi

    yang menginduksi VLF-EM (Everett dan Weiss,

    2000). Hampir semua noise tersebut bersifat non

    linier sehingga sulit dihlangkan dengan cara

    konvensiaonal. Untuk itu perlu di lakukan

    pengolahan data VLF-EM dengan menggunakan

    Ensamble Emperical Mode Decomposition

    (EEMD) filter yang dikenalkan oleh Wu dan

    Huang (2009). Metode ini di dasarkan pada

    pengembangan lebih lanjut dari Empirical Mode

    Decomposotion (Huang dkk, 1998). Metode ini

    terbukti bisa menigkatkan signal to noise ratio

    (S/N) pada signal nonlinear.

    2. Dasar Teori

    2.1 Metode VLF-EM dan VLF-EM vGrad

    Metode VLF-EM adalah salah satu

    metode elektromagnetik yang digunakan untuk

    memprediksi nilai resistivitas struktur bawah

    permukaan berdasarkan medan elektromagnetik

    alam. Metode ini termasuk metode pasif karena

    hanya menerima sinyal yang berasal dari

    pemancar radio militer (untuk navigasi) sebagai

    gelombang primer. Pemancar ini menghasilkan

    gelombang EM yang dapat menginduksi arus

    eddy sekunder, terutama pada daerah yang

    memiliki nilai konduktivitas pada daerah target

    2D yang memanjang. Paal (1965) mengamati

    pada gelombang radio pada VLF bisa digunakan

    memetakan daerah yang memiliki deposit

    mineral. Pengenalan pengukuran baru dengan

    teknik gradio di lalukan dengan mengulang

    variasi ketinggian di setiap titik pengukuran

    (Bosch dan Muller, 2001). Pada pengukuran

    teknik ini yang terpenting adalah nilai pada titik

    pengukuran yang berbeda tinggi, dimana nilai

    perbedaaannya hanya ditentukan oleh medan

    magnet sekunder yang disebabnkan nilai

    konduktivitas bahwa permukaan saja. Secara

    matematis :

  • Seminar Nasional Pascasarjana XII ITS, Surabaya 12 Juli 2012 ISBN No.

    HRy=(HPy+HSy(Z2))-(HPy+HSy(Z1)) HRy=HSy(Z2)-HSy(Z1)...............................1)

    adalah nilai vGrad pada Z2>Z1, Hsy(Z2)

    adalah pengukuran medan magnet sekunder pada

    ketinggian Z2 dan Hsy(Z1) adalah pengukuran

    medan magnet sekunder pada ketinggian Z1.

    2.2 Filter EEMD

    Metode Ensemble Empirical Mode

    Decomposition (EEMD) merupakan

    pengembangan baru dari metode EMD

    (Empirical Mode Decomposition) yang

    diperkenalkan Huang (2009). EMD yang

    diperkenalkan oleh Huang dkk, (2009) diperbaiki

    dengan melakukan penggabungan noise-assited

    dari data dan dengan metode EMD sendiri,

    menunjukkan perbaikan dari hasil EMD saja.

    Dari revisi tersebut EMD menjadi filter yang

    robust dalam menganalisis data yang nonliner

    dan non stasioner (Wu dan Huang, 2009).

    Problem utama yang dari EMD adalah pada saat

    proses sifting pada mode mixing dimana

    menunjukkan bahwa pada singgle IMF mungkin

    terdiri dari beberapa signal dari skala yang

    berbeda atau satu signal yang sekalanya sama

    akan tetapi berbeda letak komponen IMFnya.

    Hal ini disebabkan karena signal bersifat

    intermitting biasanya dihasilkan dari mode

    mixing dan juga disebabkan oleh

    pendekomposisian yang membuat signal tidak

    stabil serta kehilangan keunikan dari sifat fisis

    signal tersebut. Untuk mengatasi problem EMD

    tersebut maka EEMD ini mengadopsi dua

    konsep yaitu noise-assisted data analysis

    approach (NADA) dan noise-assisted signal

    extraction (NASE) (Wu dan Huang, 2009).

    Pada prinsipnya metode EEMD ini pertama :

    menambahkan white noise, terutama pada finite

    amplitude yang akan mengisi ketidak seragaman

    pada ruang frekuensi dan waku dengan

    komponen yang memiliki skala yang bebeda.

    Bisa dilihat bahwa penggunaan EMD ini sebagai

    dyadic filter (filter dari rentang frekuensi

    overlapping) (Flandrin dkk, 2004; Wu dan

    Huang, 2004). Hal ini menunjukkan bahwa

    signal dari skala yang mirip dengan noise

    memungkikan dapat digabungkan untuk

    dihilangkan dengan noise pada salah satu

    komponen IMF sebagai hasil dari proses EMD.

    Karena penambahan white noise memberikan

    referensi distribusi skala yang seragam pada

    ruang waktu dan frekuensi pada signal untuk

    tetap. Sebagai konsekuensinya penambahan

    white noise dapat membantu memecahkan

    masalah pada mode mixing dari EMD. Metode

    EEMD dapat dituliskan dalam ekspresi

    matematis secara simpel sebagai berikut.

    Sebelum proses sifting, dilakukan penambahan

    finite amplitude dari white noise p(t) untuk data

    input y(t) untuk mendapatkan data dari tambahan

    noise Y(t) yaitu :

    ................2)

    Dimana R adalah rasio standart deviasi dari

    amplitudo penambahan noise pada original data

    y(t).White noise p(t) merupakan angka nilai

    random dimiliki dari amplitude dengan distribusi

    normal dari zero mean. Proses EMD kemudian

    diaplikasikan pada Y(t) untuk mendapatkan

    penambahan noise IMF dengan mengiterasi

    sebanyak k dari prosedur penambahan noise

    dengan white noise yang berbeda akan tetapi

    memiliki amplitudo yang sama dari tiap waktu,

    Penyusunan komponen IMF dari i t, Ei akan

    menjadi

    .....................3)

    Nilai aktual dari amplitudo penambahan noise R

    dan bilangan k Wu dan Huang (2005, 2009)

    menyarankan 0.2. Sedangkan Lin dan Jeng

    (2010) menyarankan berturut turut 0.5 dan 100 pada R dan k untuk dominasi data dengan sinyal

    dengan frekuensi rendah.

    3. Metodologi

    3.1 Akuisi data VLF-EM vGrad

    Data yang digunakan pada paper ini berasal dari

    pengukuran yang sudah dilakukan oleh Ghufron

    (2009). Lokasi pengukuran di daerah pernbukitan

    kars Sukolilo Pati Pengukuran dilakukan pada 4

    lintasan dengan spasi 5 meter di setiap lintasan

    dengan metode gradio yaitu pada satu titik

    dilakukan 2 kali pengukuran (posisi duduk dan

    berdiri).

    3.2 Pengolahan Data

    Tahapan pengolahan data pada paper ini adalah

    sebagai berikut pemfilteran dengan

    menggunakan EEMD yang bertujuan untuk

    menghilangkan noise yang bersifat non liner dari

    VLF EM itu sendiri. Selanjutnya digunakan untuk filter fraser. Menurut Bahri dkk (2009)

    filter fraser yang digunakan pada data VLF-EM

    biasa sudah dapat menunjukkan anomaly secara

    horisontal dan dapat mempertajam hasil dari data

    VLF-EM vGrad. Kemudian untuk dapat

    memodelkan bentuk lapisan struktur bawah

    permukaan dan bentuk anomali dilakukan

    dengan menggunakan pemodelan ke belakang

    terhadap data dengan software Inv2DVLF yang

    berbasiskan finite element (Santos dkk, 2007).

    Pemodelan ini untuk mengetahui letak jebakan

    fosfat.

  • Seminar Nasional Pascasarjana XII ITS, Surabaya 12 Juli 2012 ISBN No.

    Gambar 1.Efek filter EEMD (a) data raw inphase dan quadrature (b)IMF menggunakan teknik EEMD dengan

    ensamlbe size 100 dan estndar deviasi 0.5 (b1)inphase (b2)quadrature (c) Hasil rekuntruksi data dengan

    mengeliminasi IMF pertama dan residu.

    4. Pembahasan

    4.1 Hasil filter EEMD pada data VLF-EM

    vGrad.

    Data mentah(raw) dari akuisi VLF-EM vGrad

    dapat dilihat pada Gambar 1 (a). Terlihat bahwa

    data tersebut didominasi sinyal frekuensi tinggi

    yang berasosiasi dengan kondisi geologi yang

    harus dihilangkan dengan menggunakan filter

    EEMD. Agar pendekomposisian sinyal bisa

    efektif, nilai amplitude sedang di tambahkan

    noise (Wu Huang, 2009). Pada kasus ini IMF

    pertama dan kedua yang berupa sinyal dengan

    frekusi tinggi dihilangkan. Kemudian dilakukan

    rekonstruksi data dengan memjumlahkan IMF 3

    sampai 5. Residu tidak ikut direkontruksi karena

    merepresentasikan energi yang rendah atau drift

    (Lin dan Jang, 2010) (Gambar 1 b). Hasil EEMD

    data inphase dan quadrature lebih halus dan bisa

    diterima(Gambar 1c). Sesuai penelitian yang

    dilakukan Bahri dkk (2008) letak anomali pada

    perpotongan antara inphase dan quadrature.

    Gambar 2. Peta Kontur VLF-EM vGrad inphase dan

    quadrature(a)data awa.l(a1)inphase.(a2)Fraser FIlter.

    (b1)Inphase (b2)quadrature.

    4.3 Hasil filter EEMD dan filter fraser pada

    data VLF-EM vGrad.

    Data yang sudah difilter dengan EEMD

    dilakukan filter fraser untuk melokalisir anomali

    (Fraser, 1969). Pada Gambar 2 peta kontur dari

    keempat lintasan. Hasil dari filter fraser saja

    (a1)

    (a2)

    Y (m

    ete

    r)

    X (meter)

    X (meter) Y (m

    ete

    r) Y

    (me

    ter)

    Y (m

    ete

    r)

    X (meter)

    X (meter)

    X (meter)

    (b1)

    (b2)

    U

    U

    U

    U

    (a)

    (b1)

    (b2)

    (c)

  • Seminar Nasional Pascasarjana XII ITS, Surabaya 12 Juli 2012 ISBN No.

    dapat dilihat pada Gambar 2a1, 2a1, dan 2b1,

    2b2 masih belum terlihat anomali karena titiknya

    masih menyebar. Anomali yang lebih jelas

    setelah difilter dengan EEMD dapat dilihat pada

    Gambar 3a1,3a2, dam 3b1, 3b2. Kita menduga

    bebarapa anomali pada data inphase, dicirikan

    nilai konduktif yang maksimum ditandai dengan

    A,B,C,D dan anomali resistiv dicirikan dengan

    nilai minimum ditandai E,F,G, akan tetapi pada

    data quadrature hanya anomaly yang ditandai C.

    Untuk pemprosesan data yang

    Gambar3. Peta Kontur hasil filter EEMD VLF-EM vGrad

    inphase dan quadrature (a)data awa.l(a1)inphase.(a)2EEMD danFraser FIlter. (b1)Inphase (b2)quadrature.

    paling baik dengan mengkombinasikan antara

    EEMD dan fraser, kita dapat melihat lebih jelas

    dugaan anomalinya ditandai dengan A,B,C,D,E.

    Kita dapat memperkitakan arah persebaran fosfat

    dengan anomali posistif pada data inphase

    (Ghufron, 2010). Hasil identifikasi penyebaranya

    mengarah kearah utara. Hal ini telah sesuai

    dengan penelitian sebelumnya Rauf (2009) dan

    Ghufron (2010).

    4.4 Hasil Inversi VLF-EM vGrad

    Hasil pengolahan data dengan EEMD dan fraser

    hanya dapat memprediksi arah persebaran fosfat

    saja. Sedangkan dimensi dan kedalaman fosfat

    belum bias diketahui dengan pasti. Agar mampu

    mengetahui dimensi dan kedalaman fosfat yang

    terperangkap, harus di analisis dengan inversi

    resistivitas 2D pada data VLF-EM vGrad.

    Software yang digunakan menggunakan software

    Inv2DVLF yang berbasiskan finite element

    (Santos dkk, 2007). Masukan software tersebut

    berupa inphase dan quadrature yang sudah

    difilter dengan EEMD.

    Model resistivitas dapat dilihat pada Gambar 4.

    Sebelum kita mengintepretasikan hasil model

    inverse, kita harus mengetahui nilai resistivitas

    Gambar 4. Model resistivitas 2D hasil inversi menggunakan

    resistivitas lingkungan 1350 ohm meter pada lintasan 1 4.

    Gambar 5. Gabungan Model resistivitas pada Lintasan 1-4 . Arah persebaran jebakan fosfat pada area studi Lintasan 1-

    4 mengarah ke utara pada kedalaman 5 40 meter.

    fosfat. Rauf (2009) telah mengukur dalam skala

    laboratorium nilai fosfat berkisar 200-500 ohm

    meter. Hal ini didukung Bakkali (2006) yang

    mengidentifikasi nilai resistivitas fosfat berkisar

    290-600 ohm meter. Dari data tersebut kita dapat

    melakukan analisis resistivitas 2D yang bernilai

    200-500 ohm meter yang merupakan rentang

    nilai fosfat. Kita dapat mengintepretasikan fosfat

    terletak pada kedalaman 5-40 meter dan arah

    sebarannya mengarah ke utara (Gambar 5). Hasil

    ini sesuai dengan penelitian sebelumnya Ghufron

    (2009).

    (a1) Y (m

    ete

    r)

    X (meter)

    X (meter)

    X (meter)

    X (meter) Y

    (me

    ter)

    Y (m

    ete

    r) Y

    (me

    ter)

    (a2)

    (b1)

    (b1)

    a

    c

    b

    d

    A B C D

    C

    A C D B

    E

    F

  • Seminar Nasional Pascasarjana XII ITS, Surabaya 12 Juli 2012 ISBN No.

    5. Kesimpulan

    Berdasarkan hasil pemrosesan data dapat diambil

    kesimpulan sebagai berikut :

    1. Proses filter EEMD mampu meningkatkan kualitas data pada VLF-EM vGrad.

    2. Hasil yang paling jelas anomali di dapatkan dengan menggabungkan filter fraser dan

    EEMD.

    3. Hasil inversi dari data inphase dan quadrature menunjukkan sebaran fosfat dengan nilai

    resistivitas 200-500 ohm meter pada

    kedalaman 5-40 meter.

    4. Sebaran arah fosfat mengarah ke utara.

    6. Penghargaan

    Penulis mengucapkan terima kasih kepada Prof.

    Bagus Jaya Santosa dan Ghufron M.Si atas

    pemberian ijin untuk memakai data yang

    digunakan dalam paper ini.

    7. Pustaka

    Bahrie, A.S, Santoso, D, Paradimedja,D.D,

    Tofan RM, Santos, FM., 2008, Penerapan

    Metode VLF-EM-VGrad Untuk Memetakan

    Sungai Bawah Permukaan Daerah Karst,

    Indonesion Scientific Karst, Jogjakarta, 19-

    20 Agustus 2008.

    Bakkali, Saad. 2006. A resistivity survey of

    phosphate deposits containing hardpan

    pockets in Ouland Abdoun, Marocco.

    Geofisica internacional (2006), Vol.45,

    Num. 1, pp. 73-82

    Bosch, F.P. and Muller, I., 2001, Continuous

    Gradient VLF Measurements: A New

    Possibility For High Resolution Mapping

    Of Karst Structures, First Break, vol 19.6:

    343-350

    Everett, M.E., Weiss, C.J., 2002.Geological

    noise in near-surface electromagnetic

    induction data. Geophysical Research

    Letters29,1010.doi:10.1029/2001GL01404.

    Fraser, D. C. (1969), Contouring of VLF-EM

    data, Geophysics 34, 958967. Ghufron,2010, Estimasi Penyebaran Deposit

    Fosfat di Wilayah Perum Perhutani KPH

    Pati BKPH Sukolilo Pati dengan Metode

    VLF-EM vGrad. Thesis Jurusan FMIPA

    ITS.

    Jeng,Y and Chen S, 2011, A nonlinier Method of

    Removing Harminic noise in Geophysical

    data,Nonlinier Processes in Geophysics,

    doi:10.5194/npg-18-367-2001.

    Lin, Ming-Juin, Yih Jeng. 2010. Aplication of

    The VLF-EM Method With EEMD to the

    Study of a Mud Volcano in Southern

    Taiwan. Elsavier.

    Rauf, M. 2009. Aplikasi metode Geolistrik Untuk

    Menentukan Cadangan Fosfat Studi Kasus

    Sukolilo Pati Jawa Tengah. Thesis Jurusan

    Fisika FMIPA ITS

    Santos, Monteiro F.A., Antnio Mateus, Jorge

    Figueiras, Mrio A. Gonalves, 2006.

    Mapping Groundwater Contamination

    Around A Landfill Facility Using The VLF-

    EM Method A Case Study. Journal of Applied Geophysics.

    Z. Wu and N. E. Huang, Ensemble empirical mode decomposition: A noise-assisted data

    analysis method, Advances in Adaptive Data Analysis, vol. 1, no. 1, pp. 141,2009.