aplikasi bahan amelioran (asam humat; lumpur ipal …
TRANSCRIPT
Jurnal Sains dan Teknologi Lingkungan
ISSN: 2085-1227
Volume 6, Nomor 1, Januari 2014 Hal. 26-37
Aplikasi Bahan Amelioran
(Asam Humat; Lumpur IPAL Tambang Batu Bara)
terhadap Pertumbuhan Tanaman Reklamasi
pada Lahan Bekas Tambang Batu Bara
Syafrinaldi Adhiatma; Trisno Budi Susanto; Awaluddin Nurmiyanto dan Hudori Jurusan Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan,
Universitas Islam Indonesia
Abstrak
Air limbah yang dihasilkan oleh PT Baradinamika Mudasukses (BDMS) merupakan lumpur yang bersifat koloid dan
susah mengendap. Pemanfaatan lumpur kembali dalam proses reklamasi bekas lahan tambang batubara sebagai
alternatif untuk mengangani permasalahan lumpur tersebut. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji
pengaruh penambahan lumpur dan asam humat pada lahan bekas tambang batubara dengan tanaman reklamasi.
Metode yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan variasi media T1S1 (100% tanah; 0%
lumpur), T2S2 (50% tanah; 50% lumpur), dan T3S3 (75% tanah; 25% lumpur) dengan variasi dosis asam humat H1
(0ml), H2 (7,5ml), dan H3 (15ml) dengan menggunakan tanaman Sengon (Paraserienthes falcataria) dan Akasia
(Acacia mangium). Hasil dari penelitian ini menunjukan pada perlakuan T1S1 dan T2S2 dengan dosis 7,5ml (H2) pada
kadar hara N-Total dan P-Tersedia sedangkan pada kadar hara K dan Ca pada perlakuan T2S2 dengan dosis 15ml
(H3). Hasil pertumbuhan tinggi pada pada perlakuan T3S3 dengan dosis 7,5ml (H2) sebesar 16,1% dengan hasil nilai
uji statistik sebesar 4,0b pada tanaman sengon dan pada tanaman akasia mengalami peningkatan tinggi sebesar 18%
dan nilai hasil uji statistik sebesar 3,75b. Hasil pertumbuhan daun pada tanaman sengon memiliki nilai sebesar 2,75a
dan pada tanaman akasia sebesar 3,0a.
Kata kunci : Air Limbah, Lumpur, Asam Humat, Reklamasi
1. PENDAHULUAN
Aplikasi sistem penambangan pada kegiatan eksploitasi batubara di Indonesia pada umumnya
menggunakan sistem terbuka. Penambangan sistem ini menyingkirkan seluruh lapisan tanah yang
berada di atas deposit batubara. Hal ini akan menghilangkan lapisan top soil dan sub soil yang kaya
bahan organik tanah akan menghambat proses-proses biologis dalam tanah sehingga proses-proses
yang membantu pembentukan tanah (pedogenesis) dan pertumbuhan tanaman menjadi terganggu.
PT. Baradinamika Mudasukses (BDMS) salah satu perusahaan penambangan batubara yang
menggunakan sistem terbuka sehingga dampak-dampak negatif yang ditimbulkan dapat merusak
lingkungan jika tidak dikelola dengan baik. Salah satu dampak yang ditimbulkan adalah terbentuk
air asam tambang (AAT). Untuk menanggulangi dampak negatif tersebut PT. BDMS membuat
instalasi pengolahan air limbah (IPAL).
Air limbah yang dihasilkan oleh PT. BDMS berasal dari limpasan air hujan yang bercampur dengan
tanah overburden (penutup) sehingga menjadi lumpur yang bersifat koloid dan susah mengendap.
Volume 6 Nomor 1 Januari 2014 Jurnal Sains dan Teknologi Lingkungan 27
Sludge atau lumpur merupakan produk sampingan dari proses pengolahan air, hingga saat ini di
buang di lahan kosong dan tidak dimanfaatkan kembali. Maka dari itu pemanfaatan lumpur kembali
dalam proses reklamasi bekas lahan tambang batubara sebagai alternatif untuk mengangani
permasalahan lumpur tersebut.
Adapun tujuan penelitian yang akan dilakukan adalah: 1) Mengkaji pemanfaatan lumpur instalasi
pengolahan air limbah tambang batubara sebagai pengganti tanah top soil pada reklamasi lahan
bekas tambang batubara. 2) Mengkaji pengaruh variasi campuran tanah, lumpur instalasi
pengolahan air limbah tambang batubara dan asam humat terhadap sifat kimia tanah. 3) Mengkaji
pertumbuhan tanaman reklamasi dengan mengukur tinggi tanaman, diameter tanaman, dan jumlah
daun.
2. METODE PENELITIAN
Uji Sampel Kimia Tanah :
Kapasitas Tukar Kation
pH
P Tersedia
C Organik
Pengambilan Sampel
Tanah Reklamasi Lahan Batubara
Lumpur IPAL Tambang Batubara
Asam humat
Ide Tugas Akhir
Studi Literatur
Persiapan Penelitian
Pelaksanaan Penelitian
Pengeringan Sampel (1 Hari)
Pengayakan Sampel (Saringan 5mm)
Pengadukan dan penambahan Asam Humat
Uji Sampel Kimia Tanah :
Kapasitas Tukar Kation
pH
P Tersedia
C Organik
Inkubasi 30 hari Variasi Media dan Dosis Asam Humat
Penanaman Tanaman
Sengon Akasia
Analisis Hasil dan Penagamatan Tanaman
Kesimpulan
Penyiraman Setiap hari ( Pagi dan Sore)
Uji DMRT
Gambar 1. Diagram Alir Penelitian
28 Syafrinaldi A, dkk Jurnal Sains dan Teknologi Lingkungan
Pada penelitian ini dilakukan di rumah kaca Garden House Jalan Kaliurang KM 7 menggunakan
Polybag ukuran 15cm × 15cm dengan variasi media T1S1 (100% tanah; 0% lumpur), T2S2, (50%
tanah: 50% lumpur), dan T3S3 (75% tanah; 25% lumpur) dengan dosis humat H1 (0ml), H2
(7,5ml), dan H3 (15ml) dengan menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan
rincian sebagai berikut : .
Tabel 1. Perlakuan Tanah, Sludge, dan Asam Humat
Perlakuan T S H
T1+S1+H1 100 0 0 ml
T1+S1+H2 100 0 7,5 ml
T1+S1+H3 100 0 15 ml
T2+S2+H1 50 50 0 ml
T2+S2+H2 50 50 7,5 ml
T2+S2+H3 50 50 15 ml
T3+S3+H1 75 25 0 ml
T3+S3+H2 75 25 7,5 ml
T3+S3+H3 75 25 15 ml
Keterangan :
T = Tanah
S = Sludge
H = Dosis Humat
Gambar 2. Sampel lumpur IPAL PT.BDMS
Tanaman reklamasi yang digunakan adalah Sengon (Paraserienthes falcataria) dan Akasia (Acacia
Mangium). Untuk mengetahui proses pertumbuhan tanaman, maka dilakukan pengamatan selama
perumbuhan tanaman reklamasi berdasarkan indikator :
1. Pertumbuhan tinggi tanaman.
2. Diameter tanaman.
3. Jumlah daun tanaman.
Volume 6 Nomor 1 Januari 2014 Jurnal Sains dan Teknologi Lingkungan 29
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Pengaruh Bahan Amelioran terhadap Kadar Hara
Tabel 2. Pengaruh Bahan Amelioran terhadap Kadar Hara N-Total
Dosis
H (Asam Humat)
Variasi Media
T1S1 T2S2 T3S3
H1 0.085a 0.11bc 0.1ab
H2 0.085a 0.115bc 0.1ab
H3 0.085a 0.12a 0.105bc
Keterangan Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak
berbeda nyata atau tidak signifikan menurut uji DMRT (taraf α=5%). T1, T2, T3 =
Tanah 100%, 50%, 75%. S1,S2,S3 = Sludge 0%,50%,25%. H1,H2,H3= Humat
dengan dosis 0ml, 7,5ml, 15ml.
Pada pengukuran awal konsentrasi N-Total termasuk sangat rendah. Pada perlakuan T1S1, T2S2,
dan T3S3 dengan dosis H1 (0ml), H2 (7,5ml), dan H3 (15ml) terdapat kenaikan dan penurunan
konsentrasi yang dipengaruhi oleh bahan humat dan lumpur namun tidak signifikan. Penurunan
konsentrasi N-Total pada perlakuan T1S1 dan T2S2 dengan dosis 0ml (H1) hal ini diduga karena
pada perlakuan tersebut tidak ada pencampuran asam humat dan pada perlakuan T2S2 diduga
dipengaruhi oleh konsentrasi daya hantar listrik pada lumpur Intalasi Pengolahan Air Limbah
(IPAL) tambang batubara yang mengandung unsur-unsur mineral dan bahan koagulan yang dapat
mempengaruhi kapasitas N-Total.
Peningkatan N-Total terjadi pada media tanam T1S1 dengan dosis 7,5ml (H2) dan 15ml (H3), T2S2
dengan dosis 7,5ml (H2) dan juga terjadi perlakuan dengan T3S3 dengan dosis 15ml (H3) dapat
meningkatkan N-Total. Pengaruh penambahan kadar N-Total pada H2 dan H3 disebabkan bahan
humat mempunyai kandungan C, N, dan S yang lebih tinggi dari dosis H1, Kadar asam humat
berkisar antara 2-5% (Tan, 1993).
Berdasarkan hasil uji laboratorium pada perlakuan T2S2 dengan dosis 7,5 ml (H2) mengalami
peningkatan sebesar 75% dan pada perlakuan T1S1 dengan dosis 15 ml (H3) tidak ada perubahan.
Namun pada perlakuan T1S1 dengan dosis 0 (nol) ml (H1) dan 7,5 ml (H2); T2S2 dengan dosis 0
(nol) ml (H1) dan 15 ml (H3); T3S3 pada dosis 0 (nol) ml (H1), 7,5 ml (H2), dan 15 ml (H3)
mengalami penurunan yang signifikan. Penurunan kadar hara P-Tersedia diduga karena pH tanah,
bahan humat, dan lumpur yang tergolong bersifat asam.
30 Syafrinaldi A, dkk Jurnal Sains dan Teknologi Lingkungan
Tabel 3. Pengaruh Bahan Amelioran terhadap Kadar Hara P-Tersedia
Dosis Variasi Media
T1S1 T2S2 T3S3
H1 1.55a 0.4a 0.8a
H2 2a 0.55a 1.9a
H3 4.4a 1.6a 4.6a
Keterangan Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak
berbeda nyata atau tidak signifikan menurut uji DMRT (taraf α=5%). T1, T2, T3 =
Tanah 100%, 50%, 75%. S1,S2,S3 = Lumpur 0%,50%,25%. H1,H2,H3= Humat
dengan dosis 0ml, 7,5 ml, 15 ml.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan diketahui kadar pH mengalami peningkatan meskipun
tidak berpengaruh secara signifikan. Asam humat dengan dengan konsentrasi humic sebesar 20-
30% dapat menurunkan kadar Al dalam tanah karena asam-asam organik dari bahan humat mampu
mengikat unsur Al dan atau Fe sebagai senyawa kompleks atau terkhelat, sehingga P yang terikat Al
dan Fe dapat tersedia. Sehingga dengan demikian dapat dikatakan bahwa kadar humic dan pH pada
asam humat yang rendah tidak dapat meningkatkan pH yang mempengaruhi kadar hara P-Tersedia
pada kondisi ini (Wibowo, 2011).
Tabel 4. Pengaruh Bahan Amelioran terhadap Parameter Kalium
Dosis Variasi Media
T1S1 T2S2 T3S3
H1 0.13a 0.115a 0.11a
H2 0.11a 0.265a 0.11a
H3 0.145a 0.23a 0.11a
Keterangan Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak
berbeda nyata atau tidak signifikan menurut uji DMRT (taraf α=5%). T1, T2, T3 =
Tanah 100%, 50%, 75%. S1,S2,S3 = Lumpur 0%,50%,25%. H1,H2,H3= Humat
dengan dosis 0ml, 7,5 ml, 15 ml.
Dari uji DMRT dapat dilihat pemberian amelioran tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
peningkatan kada hara Kalium. Pengaruh pemberian amelioran terhadap kadar hara Kalium (K)
mengalami penurunan. Hal ini diduga karena pada pengukuran awal kadar K pada tanah reklamasi
sudah sangat rendah sehingga bahan humat tidak dapat meningkatkan kadar hara Kalium (K).
Kadar K-tertukar tanah biasanya sekitar 0.5-0.6% dari total K tanah. Ketersediaan K terkait dengan
reaksi tanah dan Kejenuhan Basa (KB), pada pH rendah (asam) dan KB rendah berarti juga
ketersediaan K rendah. Nilai kritis K adalah 0.10me/100g tanah (Hanifah, 2005).
Volume 6 Nomor 1 Januari 2014 Jurnal Sains dan Teknologi Lingkungan 31
Tabel 5. Pengaruh Bahan Amelioran terhadap Kadar Hara Kalsium (Ca)
Dosis Variasi Media
T1S1 T2S2 T3S3
H1 0.975abc 1.01abc 0.935abc
H2 0.795ab 1.495bc 0.87abc
H3 0.945abc 1.55c 0.78a
Keterangan Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak
berbeda nyata atau tidak signifikan menurut uji DMRT (taraf α=5%). T1, T2, T3 =
Tanah 100%, 50%, 75%. S1,S2,S3 = Lumpur 0%,50%,25%. H1,H2,H3= Humat dengan
dosis 0ml, 7,5 ml, 15 ml.
Pada perlakuan T1S1 dengan dosis 0ml (H1); T2S2 dengan dosis 7,5 ml (H2); dan T3S3 dengan
dosis 7,5 ml (H2) mengalami penurunan. Hal ini di duga karena komposisi bahan amelioran rendah
sehingga sulit meningkatkan kadar hara Ca. Pada uji DMRT penurunan dan peningkatan tidak
berpengaruh secara signifikan.
Ketersediaan Ca dipengaruhi oleh Mg. Pada prinsipnya Ca dan Mg mirip dengan K, perbedaan
hanya terletak pada fiksasi (perubahan unsur).Kedua unsur ini lebih lemah dibanding K sehingga
bentuk ketiganya kation terlarut, kation tertukar, dan dalam mineral tanah (Hanifah, 2005).
Ketersediaan Ca dan Mg terkait dengan Kapasitas Tukar Kation (KTK) dan persen Kejenuhan Basa
(KB). KB yang rendah mencerminkan kadar Ca dan Mg rendah. Jika dibandingkan, keterkaitan Mg
pada situs kadar Ca tanah umumnya selalu lebih tinggi dibanding Mg. Hal ini terkait dengan lebih
besarnya Berat Atom (BA) Ca (= 40) dibanding Mg (= 24) (Hanifah, 2005).
B. Pengaruh Bahan Amelioran pada Pertumbuhan Tanaman Reklamasi
Tabel 6. Pengaruh Bahan Amelioran terhadap Pertumbuhan Tinggi Tanaman Akasia
Dosis H Variasi Media
(Asam Humat) T1S1 T2S2 T3S3
H1 2,5ab 3,25ab 2,75ab
H2 3,0ab 3,75ab 4,0b
H3 2,15ab 3,0ab 2,0a
Keterangan Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak
berbeda nyata atau tidak signifikan menurut uji DMRT (taraf α=5%). T1, T2, T3 =
Tanah 100%, 50%, 75%. S1,S2,S3 = Lumpur 0%,50%,25%. H1,H2,H3= Humat dengan
dosis 0ml, 7,5 ml, 15 ml.
Tabel 6 di atas menunjukkan bahwa bahan amelioran yang memiliki nilai pertumbuhan tinggi yang
paling besar pada tanaman akasia merupakan perlakuan T3S3 dengan dosis H2 (7,5ml). Pada
32 Syafrinaldi A, dkk Jurnal Sains dan Teknologi Lingkungan
perlakuan T3S3 dengan dosis H2 (7,5ml) terjadi perbedaan yang nyata dibandingkan dengan
perlakuan media lainnya. Sedangkan pada perlakuan media lain selain perlakuan T3S3 dengan dosis
H2 (7,5ml) tidak memiliki perbedaan yang berbeda nyata diantara tiap-tiap perlakuan media tanam.
Jika dilakukan perbandingan untuk tiap-tiap perlakuan variasi medianya dapat terlihat bahwa pada
dosis H2 (7,5ml) memiliki nilai yang paling tinggi pada masing-masing variasi media, baik pada
variasi media T1S1, T2S2 dan juga T3S3. Sedangkan pada perlakuan dengan dosis H3 (15ml)
memiliki nilai terendah pada masing-masing variasi media. Perlakuan media pada dosis tanpa asam
humat H1 (0ml) masih memiliki nilai yang lebih baik dibandingkan dosis H3 (15ml).
Tabel 7. Pengaruh Bahan Amelioran Terhadap Pertumbuhan Tinggi Tanaman Sengon
Dosis H Variasi Media
(Asam Humat) T1S1 T2S2 T3S3
H1 2,5ab 3,5ab 3,0ab
H2 3,25ab 3,0ab 3,75b
H3 2,75ab 3,5ab 1,5a
Keterangan Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak
berbeda nyata atau tidak signifikan menurut uji DMRT (taraf α=5%). T1, T2, T3 =
Tanah 100%, 50%, 75%. S1,S2,S3 = Lumpur 0%,50%,25%. H1,H2,H3= Humat
dengan dosis 0ml, 7,5 ml, 15 ml.
Dari tabel 7 di atas dapat dilihat bahwa data yang dihasilkan dari analisis statistik pertumbuhan
tinggi tanaman Sengon menunjukkan bahwa tidak adanya pertumbuhan tinggi tanaman yang
berubah secara signifikan. Pada perlakuan T3S3 dengan dosis H2 (7,5ml) dari tabel 7 dapat terlihat
bahwa memiliki pertumbuhan tinggi tanaman Sengon yang paling besar nilainya. Pada variasi
media T1S1 dan juga T3S3, dosis asam humat H2 (7,5ml) memiliki pengaruh yang jelas disbanding
pada variasi media T2S2, dimana pada variai media ini dosis H2 (7,5ml) kurang memiliki peran
dalam menumbuhkan tinggi tanaman sengon. Dosis H2 (7,5ml) masih kurang efektif menumbuhkan
tanaman dibandingkan dosis H1 (0ml) dan juga dosis H3 (15ml).
Walaupun bahan amelioran terlihat menumbuhkan tinggi tanaman sengon maupun akasia, akan
tetapi pemberian bahan amelioran secara statistik tidak menunjukkan adanya perubahan secara
signifikan dalam pertumbuhan tinggi tanaman akasiamaupun sengon. Dalam pertumbuhan tinggi
tanaman akasia dan sengon memiliki persamaan pada pengaruh nyata terhadap pertumbuhan tinggi
tanaman yang terjadi pada perlakuan media tanaman T3S3 dengan dosis H2 (7,5ml) dibanding
dengan perlakuan media lainnya. Secara keseluruhan perlakuan media pada dosis humat H2 (7,5ml)
Volume 6 Nomor 1 Januari 2014 Jurnal Sains dan Teknologi Lingkungan 33
memiliki peranan yang efektif dalam menaikkan pertumbuhan tanaman sengon maupun akasia,
walaupun pertumbuhan yang terjadi tidak mengalami pertumbuhan secara signifikan.
Selain melihat pertumbuhan tinggi tanaman, pertumbuhan diameter tanaman Sengon dan Akasia
juga dihitung pertumbuhan diameter tanaman Sengon maupun Akasia. Adapun data hasil dari
analisis data statistik terlihat dari Tabel 8 dan Tabel 9 di bawah ini.
Tabel 8. Pengaruh Bahan Amelioran Terhadap Pertumbuhan Diameter Tanaman Akasia
Dosis H Variasi Media
(Asam Humat) T1S1 T2S2 T3S3
H1 1,25a 1,25a 1,25a
H2 1,25a 1,0a 1,25a
H3 1,0a 1,0a 1,25a
Keterangan Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak
berbeda nyata atau tidak signifikan menurut uji DMRT (taraf α=5%). T1, T2, T3 =
Tanah 100%, 50%, 75%. S1,S2,S3 = Lumpur 0%,50%,25%. H1,H2,H3= Humat
dengan dosis 0ml, 7,5 ml, 15 ml.
Tabel 9. Pengaruh Bahan Amelioran terhadap Pertumbuhan Diameter Tanaman Sengon
Dosis H Variasi Media
(Asam Humat) T1S1 T2S2 T3S3
H1 1,25a 1,25a 1,25a
H2 1,25a 1,25a 1,25a
H3 1,25a 1,25a 1,25a
Keterangan Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak
berbeda nyata atau tidak signifikan menurut uji DMRT (taraf α=5%). T1, T2, T3 =
Tanah 100%, 50%, 75%. S1,S2,S3 = Lumpur 0%,50%,25%. H1,H2,H3= Humat
dengan dosis 0ml, 7,5 ml, 15 ml.
Dari data hasil analisis statistik tersebut dapat dinyatakan bahwa bahan amelioran masih belum
berpengaruh nyata dalam pertumbuhan diameter tanaman Sengon maupun Akasia. Dalam
pertumbuhannya diameter tanaman hanya mengalami sedikit perubahan yang tidak secara
signifikan perubahannya. Dalam pertumbuhan diameter tanaman sengon memiliki nilai stastistik
yang sama dari semua medianya dan memiliki kelompok yang tidak berbeda.
Pertumbuhan diameter tanaman akasia dan sengon sulit untuk tumbuh cepat. Sulitnya pertumbuhan
diameter tanaman pada Akasia bisa juga disebabkan kadar hara yang ada terikat untuk lebih
menumbuhkan tinggi batang dan juga jumlah daun. Kadar hara memiliki peranan penting pada
pertumbuhan tanaman. Seperti yang dituliskan Liferdi (2009) pada penelitiannya bahwa respon
34 Syafrinaldi A, dkk Jurnal Sains dan Teknologi Lingkungan
pemberian kadar hara lebih terlihat pada parameter tinggi, jumlah cabang, dan jumlah daun
dibandingkan diameter batang tanaman. Terjadinya perbedaan respon tanaman pada pemberian
kadar hara kemungkinan erat kaitannya dengan peranan kadar hara dalam pembentukan sel baru
pada jaringan yang sedang tumbuh.
Pertumbuhan jumlah daun juga dihitung dalam penelitian kali ini. Pertumbuhan jumlah daun pada
tanaman sengon dan akasia terjadi secara fluktuatif. Jika terjadi tumbuhnya daun baru pada minggu
pertama tidak menutup kemungkinan adanya daun yang gugur pada minggu–minggu berikutnya
dan bahkan jumlah daun yang gugur dapat melebihi daun yang tumbuh baru. Untuk memudahkan
penafsiran dibuatlah data secara kualitatif. Data pertumbuhan jumlah tanaman Akasia dan Sengon
dapat dilihat pada Tabel 10 dan Tabel 11 dibawah ini.
Tabel 10. Pengaruh Bahan Amelioran Terhadap Pertumbuhan Jumlah Daun Tanaman Akasia
Dosis H Variasi Media
(Asam Humat) T1S1 T2S2 T3S3
H1 2,0a 2,0a 2,25a
H2 3,0a 2,25a 2,5a
H3 2,5a 3,0a 1,75a
Keterangan Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak
berbeda nyata atau tidak signifikan menurut uji DMRT (taraf α=5%). T1, T2, T3 =
Tanah 100%, 50%, 75%. S1,S2,S3 = Lumpur 0%,50%,25%. H1,H2,H3= Humat
dengan dosis 0ml, 7,5 ml, 15 ml
Tabel 11. Pengaruh Bahan Amelioran Terhadap Pertumbuhan Jumlah Daun Tanaman Sengon
Dosis H Variasi Media
(Asam Humat) T1S1 T2S2 T3S3
H1 2,25a 2,5a 2,5a
H2 2,5a 2,5a 1,75a
H3 2,25a 2,75a 2,5a
Keterangan Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak
berbeda nyata atau tidak signifikan menurut uji DMRT (taraf α=5%). T1, T2, T3 =
Tanah 100%, 50%, 75%. S1,S2,S3 = Lumpur 0%,50%,25%. H1,H2,H3= Humat
dengan dosis 0ml, 7,5 ml, 15 ml.
Dari hasil analisis pertumbuhan jumlah daun pada tanaman sengon dan akasia terlihat bahwa
pertumbuhan jumlah daun masih tidak terpengaruh secara signifikan oleh adanya bahan amelioran
pada perlakuan media tanaman sengon maupun akasia. Dari hasil analisis statistik didapatkan data
bahwa semua perlakuan media tanam akasia dan sengon memiliki kelompok yang sama yaitu
kelompok a. Hasil analisis statistik diatas juga menunjukkan bahwa pada perlakuan T2S2 dengan
Volume 6 Nomor 1 Januari 2014 Jurnal Sains dan Teknologi Lingkungan 35
dosis H3 (15ml) memiliki nilai terbesar baik itu pada tanaman akasia maupun sengon. Walaupun
memiliki nilai statistik yang paling besar, tidak juga membuat pertumbuhan daun menjadi
signifikan. Dari hasil penelitian juga menunjukkan bahwa kadar kalium miliki pengaruh paling
dominan dalam pertumbuhan daun pada tanaman sengon maupun akasia, kadar hara kalium
jugaterjadi peningkatan terbesar pada T2S2 dengan dosis H3. Pada pertumbuhan jumlah daun juga
terjadi peningkatan paling besar pada perlakuan T2S2 dengan dosis H3 (15ml).
C. Prospek Asam Humat dan Lumpur Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Tambang
Batubara sebagai Amelioran
Setiap tahun lahan bekas tambang batubara yang akan direklamasi seluas 32,61 hektar. Hal ini
mengacu pada kegiatan eksploitasi rata-rata luas penambangan pada area pertambangan batubara
mencapai 32,61 hektar (Studi Kelayakan PT. BDMS).
Tabel 12. Pemanfaatan Lumpur untuk Lahan Reklamasi
Debit Air
Limbah Lumpur
Lahan
yang akan
di
Reklamasi
Pertahun
Lumpur yang
digunakan
untuk
reklamasi
Penggunaan
Lumpur
dalam
Reklamasi
Efisiensi
Lumpur
dalam Lahan
Reklamasi
M3/hari M
3/hari M
3/tahun (ha) (M
3/ha) (M
3) (%)
1 2 3 4 5= 0.251)
*6252)
6= 5*4 7=(6/3)*100
4000 40 14600 32.61 156.25 5095.31 34.90
Keterangan : 1). 25% lumpur yang digunakan untuk 1 (satu) lubang tanam.
2). Dalam 1 (satu) hektar terdapat 625 lubang tambang.
Timbulan lumpur yang dihasilkan dalam setahun mencapai 14.600m3 dari proses Instalasi
Pengolahan Air Limbah (IPAL). Dari timbulan lumpur tersebut dapat dimanfaatkan dalam
reklamasi lahan bekas tambang batubara dengan kebutuhan lumpur sebesar 156,25m3/hektar. Dalam
setahun luas lahan yang direklamasi rata-rata seluas 32,61 hektar. Dari luas lahan tersebut dapat
dimanfaatkan lumpur Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) sebanyak 35% dari total keseluruhan
timbulan lumpur 14.600m3. Pemanfaatan lumpur tersebut juga dapat mereklamasi lahan dalam
setahun dengan menimalisir penggunaan top soil sebesar 25% dari total keseluruhan keperluan top
soil untuk mereklamasi lahan seluas 32,61 hektar setiap tahunnya. Dengan asumsi dosis asam
humat yang digunakan sebanyak 562,5 liter/hektar.
36 Syafrinaldi A, dkk Jurnal Sains dan Teknologi Lingkungan
Dari pemanfaatan lumpur Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) tambang batubara dapat
mengurangi dampak pencemaran lingkungan yang diakibatkan oleh lumpur Instalasi Pengolahan
Air Limbah (IPAL) tambang batubara. Pemanfaatan lumpur dapat digunakan sebagai media
pengganti top soil pada lahan reklamasi. Penggunaan lumpur sebagai pengganti media tanam dapat
meminimalisir penggunaan top soil hingga 25%. Selain itu penggunaan lumpur Instalasi
Pengolahan Air Limbah (IPAL) sebagai bahan media tanam yang dikombinasikan dengan tanah top
soil dan asam humat dapat memperbaiki sifat dan karakteristik tanah bekas tambang batubara yang
akan digunakan untuk lahan reklamasi.
4. KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Dari penelitian yang telah dilakukan maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Pemberian asam humat dan lumpur Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) tambang batubara
dapat meningkatkan kadar hara dan mempengaruhi pertumbuhan tanaman reklamasi namun
tidak berpengaruh secara signifikan, pada kadar hara N-Total perlakuan T1S1H2 dan T1S1H3
mengalami kenaikan 12,5%, T2S2H2 9,09% dan T3S3H3 10%. Pada kadar hara P-Tersedia
perlakuan T2S2H2 mengalami kenaikan 75%. Pada kadar hara Kalsium perlakuan T2S2H1
megalami kenaikan 29,55%, T1S1H2 48,44%, T2S2H3 106,93%, dan T3S3H3 29,41%. Pada
kadar hara Kalium perlakuan T2S2H3 mengalami kenaikan 55,56%. Kenaikan N-Total
mengalami perubahan yang signifikan sedangan kadar hara P-Tersedia, Kalsium, dan Kalium
tidak signifikan namun dapat berpotensi sebagai pengganti top soil pada lahan bekas tambang
batubara.
2. Terdapat interaksi bahan amelioran antara asam humat dan lumpur Instalasi Pengolahan Air
Limbah (IPAL) tambang batubara dalam meningkatkan kadar hara dan pertumbuhan tanaman
Akasia dan Sengon.
3. Pemberian asam humat dan lumpur Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) membantu
meningkatkan pertumbuhan tanaman. Pada pertumbuhan tinggi tanaman terdapat variasi media
T3S3 dengan dosis H2 (7,5ml) baik Sengon maupun Akasia yang memiliki peningkatan tinggi
tanaman sebesar 16,1% dengan hasil uji statistik bernilai 4,0b pada tanaman sengon dan 18%
dengan nilai hasil uji statistik sebesar 3,75b pada tanaman Sengon Akasia, pada variasi ini
merupakan variasi paling efektif pertumbuhannya. Pada pertumbuhan diameter tanaman tidak
Volume 6 Nomor 1 Januari 2014 Jurnal Sains dan Teknologi Lingkungan 37
menunjukkan pertumbuhan yang sangat signifikan karena kadar hara yang terdapat pada
tanaman lebih menumbuhkan tinggi batang dan juga jumlah daun. Sedangkan pada petumbuhan
jumlah daun terdapat variasi media T2S2 dengan dosis H3 (15ml) yang merupakan variasi
paling efektif pertumbuhannya dilihat dari hasil uji statistik rata-rata dengan nilai 3,0a pada
tanaman Akasia dan 2,75a pada tanaman Sengon.
Saran
Diperlukan penelitian lebih lanjut dengan dosis bahan amelioran asam humat dan lumpur Instalasi
Pengolahan Air Limbah (IPAL) tambang batubara yang berbeda. Seperti dosis asam humat yang
lebih tinggi dan interval dosis yang lebih kecil untuk peningkatan kadar hara dalam pertumbuhan
tanaman reklamasi.
DAFTAR PUSTAKA
Hanifah, Kemas Ali. 2005. Dasar – Dasar Ilmu Tanah. Rajagrafindo Persada. Jakarta.
Liferdi,L. 2009. Analisis Jaringan Daun sebagai Alat untuk Menetukan Status Hara Fosfor pada
Tanaman Manggis. Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika. Solok.
Tan, K.H. 1991. Dasar- Dasar Kimia Tanah. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta
Studi Kelayakan PT. Baradinamika Mudasukses (BDMS)
Wibowo, A.Y. 2011. Pengaruh Abu Terbang dan Bahan Humat Terhadap Pertumbuhan Tanaman
Sengon (Peraserienthes falcataria) dan Sifat-sifat Kimia Tanah di Lahan Bekas Tambang
Batubara. Tesis. Institut Pertanian Bogor